yessi fitri. se.. alc. m.si
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHT'N 2OO8
MENGEN N ZAIKAT SEBAGAI PENGURANG PENGTIASILAN KENA
PAJAK DAN IMPLIKASIhIYA TERIIADAP PERUBAHAN JT]MLAH
WAJIB PAJAK PRIBADI
(Studi Empiris pada KPF Pratama Serpong)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarai
Unflrk Meraih Gelar Sariana Ekonomi
Oleh:
Wina Kurniawati
Nim: 107082002154
Pembimbing I
Dr. Amilin" SE.. Ak.. M.si
NIP. r973061s 200s01 1 009
D^*L:--L:-- rr.l GllItrrruuruB lI
,,1 I\/l AtFt ,IVYessi Fitri. SE.. Alc. M.si
r\rIP.19760924204604 2 002
JURUSAI\I AKT]NTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 ril2011 M
Hari ini Selasa Tanggal 15 Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Wina Kurniawati NIM: 107082002154 dengan judul
Skripsi "ANALISIS PBRBANDINGAN SEBELUM DAN
SESUDAH PENERAPAN UNDANG.UNDANG PERPAJAKAN
NOMOR 36 TAHUN 2OO8 MEI\GENAI ZAKAT SEBAGAI
PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK DAN
IMPLIKASINYA TER}IADAP PERUBAHAN JUMLAH WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI'. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Komprehensif
/:><s\1./l+/t/
Reskino. S.E.. Ak.. M.Si.Penguji II
Erika Amelia. S.E.. M.Si.Penguji III
ill
Penguji I
Hari selas4 Tanggal 31 Bulan Mei Tahun 2011 Telah Dilakukan Ujian Skripsi
atas ftLma wina Kurniawati NIM rc7082a02154 dengan judul skripsi:*ANALISIS PERBAI\IDINGAN SEBELT]M DAN SESUDAII PENERAPAN
UNDA}IG.T]NDAIIG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHT]N 2OO8
MENGENAI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAI\I KENA
PAJAK DAI\[ IMPLIKASIIVYA TERIIADAP PERUBAHAN JTJMLAH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI" ( Studi Empiris Pada KPP Pratama
serpong). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapatditerima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta-
Jakart4 3l Mei 201I
Tim lensuii Uiiaq Skripsi
Il/.-'
Dr. Amilin. SE. Ak M.Si
Pembimbing I
Prof. Dr, A.bdul Hami4, MS
Kefua
CX l{t' ' .-Y-
f\ItV4 trvYessi Fitri. sE, AIG M.Si
Pembimbing III/1 All
tt\a//t\ l -
Y-4tt\l\Rahmawati. SE. MM
Sekretaris
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Wina Kurniawati
NIM :107082002154
Jurusan/Konsentrasi : Akuntansi/Paiak
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
mempakan hasil penelitian. pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukaii
merupakan plagiat maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orangb lain-
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian untuk men)'usurl skripsi baru dan kelulusan serta
gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan im dibuat dengan segala akibat yang tirnbul di kemudian
hari memjadi tanggungjawab saya.
20r1
i{th
(Wina Kurniawati)
I. Identitas Pribadit \T^*^r. L\curl4
2. Tempat, tanggal lahir
3. Agarrra
4. NamaAyah< \T^*^ TL-,
6. Alamat
? .F^l^-^-t . r srtrpurr
8. E-mail
IL Pendidikan Formal
i. sD (199s - 200i)
2. SMP (2001 -2004)
3. SMA (2004 - 2007)
1. Si QAA1 - 20i i)
ilI. Pendidikan Non Formal
I ltnna - ooLoro--\l. \-vvu - JvR4drSr'
2. 2409
1 anl.lJ. LVLV
IV. Pengalaman Organisasi1 lnnn ,)nlr\l. LvvT -Lvtv
2. 2009 -20T0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
\r/:^^ rz,,*:^-.,^+:vv ul4 l\urrl4wcLl
lndramayu, 01 September 1 989
r-l ^.--ISI4ITI
H. Ma'mun
rr: \T^-- T),,*-.^+l,r1,. I\trrrB !'-,-sll)'..rr
Jl. Jendral Sudirman No. 282 Rt. 18/08
rrL 7- l:--- TfL---- F1.-..--.-l- tt--.-. -.-l:-ND.\JaurilB urilra \-llJailuutl naurgculls
Indramayu Jawa Barat 45264
. rro<r6n< 1 l aOO. \roJ\J7 I J I r/-OO
: The_wien az@y ahoo.co.id
SD liegeri Cipancuh ii inciramayu
Madrasah Tsanawiyah Muallimaat
I\ if,,L^**^,1:.,^L V^^.'^1.^#^rvrulldrrurlaurJarr I uBrY4[ctr lct
SMA Negeri 5 Bekasi
r I-:--^--:a^- I^l^-- xl^^ ^-: c----.:ftrluvgtsrtas lslalll I\ggctl JYal ll
Hidayatullah Jakarta
I DDD T TA /ai^"+o+DDL I LLn VrHUrqt
ESQ Leadership Training
D^l^+lL^- Iz^*---+^-: ^^^'- ^ l--,-+^.^-:r glallltanl -t\utuPuL(ir lJalJl tal\ulllaallDl
"Accurate" STAN
-J:-,:^: ll^-1.^+ DEl, DCf) T TI\TLrrvlsr rulltat rrrl.tvr l. r-Lt (J il\
FOSMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
THEANALYTICALCufuIPARATIWBEFuREANDAFTERIMPLEMENTATInNoFTAxI'AwNaMBER36INYEAR2008
CnNCEuINGZAKATASADEDUCTIONFR0MTAXABLEINCnMEANDTHEIfuIPLI1ATIDNSF0RCHANGESINTHE
NUMBER OF PERSONAL TAXPAYERS
(EmpiricalstudiesonTucsewiceollicePratamaserpong)
ABSTRACT
Thisstudyaimstoanalizeandprovehowbigthelevelofsignificanceofcomparative number of individuat tara'payers before and afier the application of
tmlawNo.36yuo,20otconceningZakatasadeductionfromtmableincomeonthe tax sewice ffiee Serpong in the period 2AA7-2010'location of this research in
Taxsemiceofficeserpong.Methodsofdataanalysisusedescriptiveanalysisandstatistical tests. To oo*in, the lqpothesis the researcher used the wilcoxon test
andthe test of Marginal Homogenity'
The result af this study indicates that there are significant dffirencesftom
theprevioustoforwardimplementationofTmlowNo.36year20aSconceningZolwt as a deductianfrom taxable income'
Keyword:TmLawnumber36inyear200S,Zalmt,andPersonalTaxPayers.
ANALISN PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHUN 2OO8
MENGENAI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA
PAJAK DAN IMPLIKASII{YA TERIIADAP PERUBAHAN JUMLAH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Empiris Pada KPP Pratama Serpong)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan seberapa
besar tingkat signifikansi mengenai perbandingan Jumlah Wajib Pajak OrangPribadi Sebelum dan Sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36
Tahun 2008 Mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong pada periode Tahun 2007-20rc. Lokasipenelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong. Metode anaiisis data
menggunakan analisis dekriptif dan uji statistik. Untuk menguji hipotesis penelitimenggunakan uji Wilcoxon dan Uji Marginal Homogenity.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kenapajak.
Kata Kunci: Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, Zakat, dan
Wajib Pajak Orang Pribadi.
KATA PENGANTAR
Ass,alqrnu' alaikum Wr. W.
Segala pqii dan sy -ukur hanya milik Allah SWT yang senantiasa rnelimpahkan
kemudahan, pstunjuk, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyusrm darr
merlyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada junjungan Nabi bqsar Muhammad SAW, yang telah medgantarkan umatnya
menuJu zarnan yang beradab dan penuh pencerahan
Skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Sebelun Dnn Sesudah
Penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2{X}8 Mmgonai
Za.l<at Sebagai Pengurang Pengh*ilan Kena Pajak Dan Imptikasfuya Terhadap
Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada KPF
Pratama Serpong) disusun guna rnemenuhi syarat dalam mer4ih gelar Sfiana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bis4is, Universitas Islam Negsri Syarif
HidayatullahJakarta.
Pada kesempatan ini peruli ingin menyampaiktrn rasa terima kbsih yang
sobesar-besarnya kgpada:
1. Kedua orangtuaku tercinta Bppa Ma'mun dan Mamah Eneng yang telah
membetikan dukungaq materiil dan spiritual terimakasihatas doa yang setiap
saat kalian parrjatkan, semangat, motivasi,dan kasih sayang yang telah kalian
berikan.
2. Bapak Dr. Amilin SE., Ak, Msi. Selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
sabar membimbing, mengarahkan, memberi rnotivasi, solusi, menguatkan
mental, dan meluangkan waktunya kepada penirtis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi. Selaku Dosen Pembimbjng II yang selalu
meluangkan waktq rnemberi semangat, ardran, ide-ide, motivasi, dan
bimbingan selama penulis menyelesaikan slcripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syatif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Raohmawati SE., Ak, Msi. Selaku Ketua Jur,usan Akuntansi tlIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Dosen, Staf, dan Kagfawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.yang telah memberikart banyak ilmu yang b€rmanfaat
dan bantuan-bantuannya kepada penulis.
7. Adikku Wahyu Kurniawan yang teteh sayangi, yang selalu antusias mengajak
diskusi, bertukar pikiran, semoga apa yang dicita-citakan bisatercapai.Amin.
8. $audara'saudaraku tercinta bi lyus, Mamah Dede, Teh Lilis, Om Solefu Om
ilin, dan Mbah yang udah baik banget mernbantu dan mernotivasi penulis
sehingga penulis bisa menyelBsdikan kuliah Sl seperti sekarang.
9. Sahabat-sahabatku tercinta di kost batubara Institute Ratna K, Nitra, Aidq
Kiki, Nuy, Teh cucur Ratna, rizki, dan kholis, Ka ida dan Mba umah.
10. Temenotemen Pajak B Endang, Koi, Amel, Dewi, Anik. Audit B lrcha, Tami,
dian, culi dan Ani. Akunknsi Manajemen Fikie, Saipul, dan terrran-trsman
Akuntansi B angkatan 2007 lainnya yang tidak bisa dispbutkan satu persatu.
11, Para Guru dan sahabat - sahabatku alumni SDN Cipancuh 2, Mts Mwillimaat
Muh. YK, dan SMAN 5 Bekasi.
Penulis ntenyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekuradgan
dalarn penulisan skripsi ini. Oleh karena ifir, penulis gngat mengharapkan kritik daq
saran yang dqpat rnembangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan Penulis,
semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi peaulis dan urnulrurya bagi semua
pihak lang memb acarry a.
Jak*rta, April20ll
Wina Kurniabati
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahal....re .r,....,...i,.rr,..r....rr.....r.,i.....r,...,..........
Surgt Perny8taan.......r.......r.....o.....r.......t..rr.....f.r...r...'....r.....
Daftar Riwayat lfidup....,r...........,rr.,........r,..,.,..e.....'i..,.r...,**
Ab5tfACt.,.....r....re..r..r.............r.r......r..........o.......r..e..r.....tt..r
Abstrak........r.....r. .....'.'.r......'................r.
Knta Pengentafe...r....rr......'r'....r.'.......r.t...'....r-..t.rr....t...r.r...
Daftar isi...,......,........r...,,.....r..,r,..r......,..!*......,..r..........r....
Daft*r Trbe|,.....,,....,,...... .........r....
DAftar Gambar..r.."r....rr...r..!..t...t.....r..r..'.r..rr..r......r...'...rr.'.
Daftar L8mpir8n....a...........i.r.r..r...,....r.r..t...rr.r.r...rr.r......,....
BABI PilNDAHUILIAII.......,..i....,....,
A. Latar Belakang Penelitian.
B. RumusanMasalah
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......I"""I
A Dasar-dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak.. i ..... .. r
2. Jenis Pajak
1. MenurutGolongan..
2. Menurut Sifat
3. Menurut Lembaga Pemungut.
System Pemungutan Pajak
Nomot Pokok Wajib Pajak 0.{PWP)
u
v
YI
vn
vlu
If,
riXIY
xv
xvl
II
8
I8
3.
4.
5.
10
l0
10
11
t2
t2
l3
t4
l5
t8Wajib Pajak
C,
B. Tinjauan Mengenai Zakat.
D.
E.
F.
1. Pengertian 7,akat.....
2. Macam-macanZ*at..
l. 7,akatFitrah...
2. ZakatMaal....
3. Syarat-syarat Pengeluaran Zakat..... -.
Regulasi Mengenai Z,akat dalam Perpajakan
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Penelitian Terdahulu.
Keterkaitan aatar Variabel dan perumusan Hipotesis. . . . . - . . . . . . . . ....
Kerangka Berfikir
BABIIIMEToDEPENELITIAN..i......'.....''....l''.tt..'?
A. Ruang Lingkup Penelitian.
B. Metode Fenentuan Sanpel..r...,.. ..,r.,,.r..,,
C. Metode PengumputanData.
D. Metode Analisis Data...
l. Metode Analisis Statistik Deskriptif.
2. StatistikNon Pmametrik
a- Uji Wilcoxon...... (..r..r.r.
b. Uji Marginat Homogenity
3. Instrumen Tambahan
E. Operasionalisqsi Variabel penelitian.... i....
l. Undang-Undang peqpajakanNomor 36 Tahun 2008 Pasat 4 ayat3
2. lVajib Pajak Orang Pribadi... ....r,i.
BAB TV HASIL PENELITIAN DAFI PEMBAHASAI\...........'.........
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.
L Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong.
19
19
2l
2r
23
24
28
28
29
34
36
37
38
38
38
39
39
39
39
4l
4l
42
43
M
45
46
46
46
492. Stuktur Organisasi KPP Pratama Serpong...
54
54
)J
58
5:9
59
60
62
68
7l
7l
72
73
73
74
77
xili
Nomor
DAFTAR TABEL
Keterangan
2.1 Tabel penelitian terdahulu.. . i. .. ... j.
4.1 wilayah KWaKPP Pratama Serpottg. 50
4.2 Jurnlah $fajib Pajak Sebelum UU Nomor 36 Tahun 2008........ 55
4.3 Jumlah Wajib Pajak Sesudah UU Nomor36 Tahun 2008......... 56
4.4 Karaktqristtk Responden Berdasartan Jenis ke1amin................." 58
4,5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..-... 59
4.6 KaraktelistikRespondenBerdasarkan Tfugkat Psndidikan........ 60
4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Staqu$.........i..,..,.\........... 60
4.& Kafakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..
4.9 Analisis Statistik Deskriptif...,...........qi 62
4.10 Wilcoxon Ranks......r...r 63
4-Il lVilcoxonTpstStatistis
4.12 Uji Marginal Homogeniry..... 65
4.13' Hasil Penypbdran Kuisioner.. ...........,...... 66
.Halaman
Nomor
2.1
4.1
4.2
DAtr'TAR. GAMBAR
Keterangan Halaman
Kerangka Berfikir. .....i. 36
Struktur Organisasi KPP Fratama Serpong. 47
Grafik Hasil Kuisioner. 66
Nonor
1
,?aJ
4
5
6
7
II10
DATTAII LAMPIRAN
Ketsrangan
Surat Pemberian Ijin Peneliti&tr. . . -. . . .,. . .. . r . . ...r..i
Pdrdtqran Pemertatah No. l8 Tahtm 2008...
J$mtah Wajib PaJ ak di KPP Pratama Se9cpg.."....,.,.
HasilUjiStatistikDeskriptif.,...r...........Hasil Uji Wipoxon,........,. n.. i r. !,.. r..
Flasil Uji Malginal Honrogenrt}'. . . r . . . . . ! . . i .
Kuigioner.,r,r.f .++.-*. t.,........
karakteristik Responden ....,\...... . .. , .. ...........
hasil Penyebaisn Ituisionor, . .., . . . r.,,...,.. 1
Grafik Hasil Kuisipner.....,......,........ 1................!....i.,.
xvi
1q
19
84
88
89
q0
9l93
95
96
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Sebagian besar dari kita masyarakat Indonesia tentu menyetujui
bahwa masih banyak warga negara Indonesia yang hidup miskin dan hidup di
bawah garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil
survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53
juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Sementara Hingga Maret 2010, masih menurut BPS jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta atau 13,33% dari jumlah penduduk
Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 1,51 juta dibandingkan
penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta atau 14,15% dari
total jumlah penduduk. Artinya penurunan penduduk miskin masih sangat
lamban dan jumlahnya tidak signifikan pertahunnya, belum lagi bicara soal
standar kemiskinan yang sudah pasti berbeda antara berbagai pihak, apalagi
jika dikaitkan dengan besaran inflasi.
Menurut Masjanto (2010), BPS menyatakan nominal indikator
kemiskinan sebesar Rp211.000 per bulan per orang. Besaran ini diukur
berdasarkan tingkat kebutuhan makanan dan non makanan, dimana seseorang
dikatakan dalam kondisi miskin apabila ia tidak mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk perhitungan Maret 2010, standar
2
kemiskinan sebesar Rp211.000 di mana pemenuhan untuk makanan sebesar
Rp 155.615/bulan dan Non Makanan Rp 56.000/bulan.
Satu-satunya yang bisa menghubungkan membaiknya indikator
perekonomian makro dengan pengentasan kemiskinan hanyalah pajak sebagai
alat negara untuk mendistribusikan kembali pendapatan yang berhasil
diperoleh pihak-pihak yang menikmati pertumbuhan ekonomi nasional, baik
badan usaha maupun perorangan, pemerintah maupun non pemerintah tanpa
kecuali. Disamping pajak, di negeri dengan umat Muslim terbesar di dunia ini
zakat dapat juga berperan sebagai katalisator redistribusi pendapatan nasional
yang bersifat melengkapi pajak negara dan tidak perlu dipertentangkan
apalagi ditolak jika memang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat
(Masjanto, 2010).
Meskipun pajak dan zakat memiliki titik singgung yang sama, yaitu
kewajiban yang mengikat dan kekuasaan yang menekan, di antara dua hal itu
terdapat perbedaan penting. Pertama, zakat adalah ibadah, dan pajak
merupakan kewajiban kepada negara. Kedua, nisab dan persentase zakat
ditetapkan oleh syariat, sedangkan pajak ditentukan oleh ulil amri, serta
merekalah yang menentukan. Ketiga, pajak berkaitan dengan hubungan antara
warga dan negara. Sedangkan zakat berkaitan dengan hubungan antara
manusia dan Tuhan. Lalu, keempat, sasaran pajak terbatas, hanya target
materi. Sedangkan zakat merupakan ibadah yang sekaligus pungutan.
Lahirnya UU Nomor 38 Tahun 1999, tepatnya pada 23 September
1999, tentang Pengelolaan Zakat memang sedikit melegakan napas umat
3
Islam di negeri ini. UU tersebut merupakan langkah maju. Sebab, sejak
republik ini berdiri, sejak itu pula zakat terabaikan dalam konstitusi
kenegaraan. Sebagai lembaga yang paling sah dan resmi mengelola zakat,
pemerintah sadar bahwa selama ini telah menyia-nyiakan kesempatan.
Padahal, zakat memiliki potensi yang begitu besar, tapi hingga saat ini belum
punya kekuatan apa pun dalam menangani masalah kemiskinan di negeri ini.
Karena itu, sebagian kalangan mengatakan bahwa klausul zakat mengurangi
pajak begitu penting.
Dengan diberlakukannya UU No. 38/1999, untuk pertama kalinya
pemerintah mengatur kaitan antara zakat dengan pajak. Dalam pasal 4
disebutkan Zakat yang telah dibayar kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Berdasarkan Pasal 11(2) UU No. 38/1999, harta yang dikenakan
zakat terdiri dari harta dan penghasilan. Yang termasuk harta yaitu emas,
perak, uang (kecuali tambahan harta yang bersumber dari penghasilan), dan
rikaz (harta yang dipendam/tersimpan). Sedangkan untuk penghasilan terdiri
dari hasil perdagangan dan perusahaan, hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan, hasil pertambangan, hasil peternakan, serta hasil pendapatan dan
jasa. Pembayaran zakat tidak selamanya berkaitan dengan penghasilan, karena
harta yang hanya disimpan (tidak produktif) seperti emas, perak dan uang,
sepanjang memenuhi nisab dan haulnya, maka wajib dibayar zakatnya, tanpa
memperhatikan ada tidaknya penghasilan dari harta itu. Dengan demikian,
4
akibat pembayaran zakat ada dua kemungkinan, mengurangi penghasilan atau
mengurangi harta. Dalam pasal 14 (3) UU No. 38/1999 disebutkan,
pembayaran zakat yang dikaitkan dengan perhitungan penghasilan kena pajak
adalah pembayaran zakat yang mengurangi penghasilan dari si pembayar
zakat. Namun ketentuan tidak bisa langsung diterapkan karena harus
menunggu perubahan dan penyesuaian berbagai peraturan perundangan
lainnya, khususnya yang menyangkut Pajak Penghasilan (PPh) (Poernomo,
2011).
Dengan diberlakukannya UU No. 17/2000 tentang perubahan ketiga
UU No. 7/1983, tentang pajak penghasilan, maka kendala itu sudah bisa
diatasi. Dalam UU PPh yang baru disebutkan, Zakat yang nyata-nyata yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau atau lembaga amil zakat yang didirikan atau disahkan
oleh pemerintah bukan meruopakan objek pajak bagi si penerima, serta zakat
atas penghasilan boleh dikurangkan dari penghasila kena pajak. Delapan
tahun kemudian, Undang-Undang tersebut disempurnakan kembali dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak
penghasilan. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 terhadap penghasilan-
penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh wajib Pajak dikecualikan
dari pengenaan Pajak Penghasilan (bukan merupakan Objek Pajak).
Berdasarkakan pasal 4 ayat 3(a) penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
adalah bantuan atau sumbanagn, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
5
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Lahirnya Undang-
Undang tersebut merupakan langkah maju, karena Zakat memiliki potensi
besar dalam membantu pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan
(Abimanyu, 2010).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Russell Powell (2009)
yaitu mengenai Zakat: drawing insights for legal theory and economic policy
from islamic jurisprudence. Ia mengulas mengenai negara-negara yang
memfasilitasi pengumpulan dan distribusi zakat termasuk di Indonesia.
Dalam jurnalnya ia menuliskan
“Indonesia is unique in a number of ways. First, along with malaysia,
it is far removed from the core of the arab middle east. Second, islam came
the region somewhat later and as part of a religious phenomenon with
relatively less political entanglement. Third, according to surveys indonesia
has the highest rate of zakat giving among surveyed nations at 94%, with the
rate even higher for those with higher education, even though zakat is
mandatory.
Indonesia has established govermental organizations to collect and
distribute zakat and regulates all private zakat collection and distribution.
Regional “BAZ” are semi-autonomous zakat agencies that collect and
distribute contributions. They compete (often unfavorably) with a variety of
other charities and direct giving. Ministry of religion decision No.581/1999
specificially addresed the role of governmental BAZ and nongovernmental
zakat collectors known as LAZ. Contribution are deductible up to 2.55 of net
income. Altought the percentage of zakat funds collected by BAZ went from
4% in 2000 to 9% in 2004, these governmental organizations still account for
a small portion of overall zakat fund, most of which go to local individuals
and mosquos”.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ahmad Syaechu (2008)
yaitu mengenai penerimaan zakat sebelum dan sesudah penerapan undang-
6
undang pajak penghasilan no 17 tahun 2000. Penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada perbedaan penerimaan zakat pada badan amil zakat
infaq dan shadaqah (BAZIS) DKI Jakarta sebelum dan sesudah Undang-
undang perpajakan no 17 tahun2000. Berdasarkan hasil analisis, menunjukan
bahwa penerimaan zakat pada BAZIS DKI jakarta terus meningkat dari tahun
1995 s.d. 2006. Penerimaan terbesar terjadi pada tahun 2003 dan 2006 yaitu
setelah penerapan undang-undang perpajakan no 17 tahun 2000.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Chaeruddin Zakir (2008)
yaitu Analisis terhadap peraturan perpajakan mengenai zakat sebagai
pengurang penghasilan dalam perhitungan pajak penghasilan di Bank Syariah
Muamalat Indonesia Tbk. Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa
Bank Muamalat sebagai pelopor Bank Syariah pertama di Indonesia
menerima pembayaran zakat para muzzaki yang dapat dibayarkan secara
langsung melalui rekening Bank Muamalat atau dapat disetorkan melalui
Lembaga Amal Zakat (LAZ) Bank Muamalat yaitu Baitul Maal Muamalat
(BMM). Besarnya zakat maal yang diterapkan di Bank Muamalat sebesar
2,5% dan waktu mengeluarkannya 1 tahun sekali.
Berdasarkan latar belakang dan pada penelitian-penelitian terdahulu
yang sudah terpapar pada pembahasan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih dalam mengenai pengaruh peraturan yang
menyatakan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak terhadap
perubahan jumlah wajib pajak pribadi. Di Indonesia, dengan dengan adanya
undang-undang yang mengatur bahwa zakat merupakan pengurang
7
penghasilan kena pajak atau dengan kata lain tidak dikenakan pajak, disambut
positif oleh masyarakat, karena mereka bisa menunaikan dua kewajiban
sekaligus yaitu membayar zakat dan pajak tanpa saling membebani satu sama
lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat dan tentunya
akan menambah jumlah wajib pajak yang membayar pajak. Untuk itu peneliti
akan meneliti lebih dalam sejauh mana efektivitas penerapan Undang-undang
Nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat dan bagaimana pengaruh adanya
undang-undang yang mengatur bahwa zakat merupakan pengurang
penghasilan bruto dan pengaruhnya terhadap jumlah wajib pajak orang
pribadi. untuk itu penulis mengambil judul:
“Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan
Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak dan Implikasinya Terhadap
Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suhardiman (2010). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan penelitian terdahulu adalah PER-16/PJ./2007 dan
Per-116/PJ./2007 terhadap perubahan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi.
Sedangkan dalam penelitian ini peneliti meneliti perbandingan sebelum
dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan
implikasinya terhadap perubahan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi.
8
2. Metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu adalah uji regresi
sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis
statistik nonparametrik yaitu uji wilcoxon dan uji marginal homogenity.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan
yang muncul adalah bagaimana perubahan jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah Undang-Undang
Perpajakan No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 mengenai zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perubahan jumlah
wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Serpong sebelum dan
sesudah Undang-Undang Perpajakan No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Direktorat Jenderal Pajak
Memberikan masukan dalam hal regulasi Perpajakan untuk menambah
peraturan khusus mengenai zakat dan melakukan pengawasan.
9
b. Masyarakat
Sebagai sarana informasi mengenai perlakuan zakat dalam perpajakan
dan permasalahannya dalam perpajakan.
c. Kalangan akademisi
Menambah referensi mengenai masalah pengenaan zakat dan
pengaruhnya pada jumlah WP orang pribadi dan peraturan-peraturan
perpajakan yang terkait.
d. Peneliti
Memperluas wawasan mengenai peraturan perlakuan zakat dalam
perpajakan dan pengaruhnya pada perubahan jumlah wajib pajak orang
pribadi .
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Resmi (2008:8), terdapat beberapa definisi pajak dari
beberapa pakar yaitu:
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dana yang
ditunjukkan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh N. J. Feldmann:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan
untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pajak menurut Pasal 1 UU KUP No 28 Tahun 2007 mengenai
ketentuan umum perpajakan:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
11
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang
yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk
menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara
mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus
digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
a) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
b) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yaitu bila dalam pemasukkan masih terdapat surplus maka
dipergunakan untuk membiayai public investment.
c) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa tanpa adanya kontraprestasi, dan digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
d) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
2. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2008:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut
golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
12
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh: pajak penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung
oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan
tersebut.
b. Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak, misal terjadinya penyerahan barang atau jasa.
Contoh: PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai
terhadap barang dan jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen
atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan pada
konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan
dalam harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifat
a. Pajak subjektif: pajak yang berpangkal pada diri orang yang
dikenakan pajak. Pada pajak subjektif dimulai dengan
menetapkan orangnya, kemudian baru dicari objeknya. Dalam
13
pemungutan pajak subjektif ini harus ada hubungan antara
Negara pemungut pajak dan subjek pajak (Abut, 2010:9).
b. pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak,
tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) (Resmi, 2008:8).
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat): adalah pajak yang pengelolaanya
dilakukan oleh pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran
umum (negara).yang termasuk pajak pusat yang pengelolaanya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak diantaranya, Pajak
penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (Abut, 2010:7).
b. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II
(Pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Pajak provinsi meliputi Pajak
Kendaraan Bermotor (Resmi, 2008:9).
14
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
pajak dibagi menjadi tiga yaitu menurut golongan, menurut sifat dan
menurut lembaga pemungut. Pajak menurut golongan diantaranya
pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak menurut sifat
diantaranya pajak subjektif, dan pajak objektif. Pajak menurut lembaga
pemungut diantaranya Pajak Negara (Pajak Pusat) dan Pajak Daerah.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Resmi (2008:11), menyatakan dalam pemungutan pajak
dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu official assesment system,
self assesment system, dan withholding system.
a. Official assesment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak
yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
b. Self assesment system, yaitu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku, di Indonesia sendiri juga
condong menerapkan sistem ini, dimana wajib pajak diberi
kepercayaan untuk:
i. Menghitung sendiri wajib pajak yang terutang
ii. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
iii. Membayar sendiri pajak yang terutang
15
iv. Melaporkan sendiri pajak yang terutang
v. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
c. Withholding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan
besarnya pajak terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku.
Pada Official Assesment System inisiatif dalam menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya ada pada pihak aparatur pajak, sehingga
berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
aparatur pajak itu sendiri. Pada Self Assesment System inisiatif dalam
menghitung serta menyetorkan pajak sepenuhnya ada di tangan Wajib
Pajak, Maka dalam sistem ini inisiatif dan kejujuran Wajib Pajak sangatlah
berperan besar dalam menentukan kesuksesan pemungutan pajak.
Sedangkan dalam With Holding System pemungutan pajak banyak
bergantung pada pihak ketiga. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan
dengan Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Presiden dan peraturan
lainnya. Berhasil tidaknya pemungutan pajak dengan sistem ini tergantung
pada pihak ketiga tersebut.
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 28 tahun
2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun 1983
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1 (satu) angka 6
16
(enam) yang dimaksud dengan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor
yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Dalam PER-16/PJ/2007 pasal 1 tentang ketentuan umum
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan nomor pokok wajib pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan ewajiban
perpajakannya. NPWP tersebut berfungsi:
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai
tanda identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya, oleh karena itu kepada setiap wajib pajak hanya
diberikan satu NPWP.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan sebagai
pengawasan administrasi perpajakan sebagai aparatur pajak.
Persyaratan pendaftaran NPWP khusus bagi wajib pajak
Perseorangan, usahawan, dan Wajib Pajak Badan sebagaimana diatur
dalam Keputusan Nomor Kep-34/PJ.2/1989 tanggal 10 Juli 1989 dan
PER-24/PJ/2009 Tanggal 16 Maret 2009 sehingga menjadi sebagai
berikut:
17
a. Untuk Wajib pajak Perseorangan Usahawan: pendaftaran NPWP
dilampiri dengan:
Foto copy KTP atau dan foto copy kartu keluarga;
Untuk karyawan harus dilengkapi dengan surat dari
perusahaan;
Untuk pengusaha, foto copy Surat Izin Usaha atau Surat
keterangan Tempat usaha dari Instansi yang berwenang;
b. Untuk Wajib Pajak Badan: Pendaftaran NPWP dilampiri dengan:
Foto copy Akte Pendirian;
Foto copy Surat Izin usaha atau Paspor salah seorang pengurus
foto copy kartu keluarga;
Bagi yang memenuhi persyaratan tersebut diatas kartu diberikan
oleh kantor Pelayanan Pajak dalam jangka wakti 1(satu) hari atau
NPWP tersebut dikirim kepada Wajib Pajak pada hari berikutnya
atau diambil sendiri oleh Wajib Pajak dengan membubuhkan tanda
tangan atau tanda terima pada buku ekspedisi (Sumarson, 2010:21-
22).
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai NPWP dapat
disimpulkan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
18
5. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun
2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang nomor 6 tahun
1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang dimaksud
dengan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa yang disebut dengan wajib pajak adalah subjek pajak
yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif. Persyaratan
subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya. Sementara itu, persyaratan objektif adalah persyaratan
bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Menurut Lubis dan Djuanda (2010:10), pada prinsipnya orang
pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam
pengertian orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah
mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari tidaklah
harus berturut-turut, tetapi dihitung oleh jumlah hari orang tersebut
19
berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya
ke Indonesia sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesiaataupun di luar Negeri tempat tinggal orang pribadi atau
tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur jendeal Pajak
menurut keadaan yang sebenarnya.
Dari beberapa definisi diatas mengenai Wajib Pajak dapat
disimpulkan bahwa wajib pajak adalah subjek pajak yang telah
memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif. Pada prinsipnya orang
pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk mereka
yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan.
B. Tinjauan Umum Mengenai Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka
yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi
istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping
berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri (Qardhawi,1999:34).
Sedangkan menurut etimologi syari`at (istilah) memiliki arti
diantaranya:
20
1. Zakat dalam arti nama (lughah) artinya kesuburan (gustian
juanda, 2006: 258)
2. Zakat dalam arti thahara artinya kesucian
3. Zakat dalam arti barakah artinya keberkahan
Di dalam Al-Quran Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat
dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan secara deduktif
bahwa zakat merupakan rukun Islam terpenting setelah shalat. Zakat
dan shalat dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran Islam.
Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan,
sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama
manusia.
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan
apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan
pahala disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan”(QS. Al-Baqarah : 10).
Sementara dalam Surat Al-Bayyinah Ayat 5 allah SWT Berfirman:
“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah
kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya
, begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, dan
itulah agama yang lurus.” (QS.Al-Bayyinah:5).
Dari beberapa pengertian dan ayat diatas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, Pertama, zakat adalah predikat untuk jenis barang tertentu
yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi–bagikan kepada
golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari`at.
Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta milik
dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah ( milik Allah
21
yang dititipkan kepada manusia ) dalam rangka pemerataan kekayaan.
Ketiga, zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan
dimensi ketuhanan saja, tetapi juga mencangkup dimensi sosial–
kemanusiaan yang kerap disebut ibadah.
Zakat merupakan bagian dari mekanisme keagamaan yang
berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil dari
harta orang yang berkelebihan dan disalurkan bagi orang yang
kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang
kaya. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil
hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib
dizakati. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara
sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok
masyarakat tertentu.
2. Macam- macam zakat
Menurut Darajat (1999:68), Pada garis besarnya zakat dibagi
menjadi dua macam, yaitu yang berhubungan dengan jiwa yang
disebut “Zakat fitrah” (pribadi) dan yang berhubungan dengan harta
yang disebut “zakat mal” (harta).
1. Zakat fitrah
Secara harfiah zakat fitrah (zakat al fitri) berarti zakat
berbuka puasa. Ini berkaitan dengan berakhirnya puasa Ramadhan
dan tibanya hari raya puasa atau Idul Fitri. Zakat ini disebut zakat
22
an-nafs, artinya zakat jiwa. Maksudnya zakat untuk mensucikan
jiwa orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang
tidak ada gunanya.
Zakat Fitrah yaitu zakat yang wajib diberikan oleh setiap
muslim setahun sekali (pada saat idul fitri) berupa makanan pokok
sehari-hari (beras, jagung dan sebagainya) (deppenkeb, 2002).
Zakat fitrah atau zakat jiwa ini dihubungkan engan bulan suci
Ramadhan dan hari raya idul fitri. Karena itu dinamakan juga
Zakatul fitri (Darazat, 1999:68).
Zakat fitrah ini merupakan zakat yang berbeda dari zakat-
zakat yang lainnya, diantaranya dengan zakat harta. Zakat harta
kendati mencangkup penyucian jiwa juga, tetapi titik beratnya
adalah penyucian atau keberkatan harta sehingga harta yang
dizakati terpelihara, subur dan berkembang.maka tidak
disyariatkan pada zakat-zakat lainnya (Hafidhudin, 2002:199).
Banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu
sha’ (kira-kira 3 setengah liter). Zakat fitrah hukumnya wajib atas
seseorang itu baik untuk dirinya maupun untuk keluarga yang
menjadi tanggungannya seperti anak dan istrinya. Begitu pula
pembantu yang mengurus pekerjaan dan urusan rumah tangga
(Sabiq, 1987:349).
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan kembali bahwa
zakat fitrah merupakan zakat yang wajib diberikan oleh setiap
23
muslim setahun sekali yang berupa makanan pokok sehari-hari
(beras, jagung, dan sebagainya) yang dibayarkan pada saat akhir
bulan ramadhan dan banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan
adalah satu sha’ (kira-kira 3 setengah liter).
2. Zakat maal (harta)
Zakat maal adalah sebagian dari harta kekayaan seseorang
atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang-orang
tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan dimiliki
selama jangka waktu tertentu pula (Dewan Direksi Ensiklopedi
Islam, 1994:1110).
Menurut Fachruddin (1999:11), diwajibkan zakat atas
seseorang dengan syarat.
a. Orang islam
b. Orang yang merdeka
c. Orang yang baligh
d. Orang yang waras
e. Mempunyai nisab
f. Hendaknya nisab itu memasuki waktu keluarnya Zakat itu.
Waktunya ialah satu tahun atau 12 bulan selain dari pada zakat
tanaman dan buah-buahan yang waktu zakatnya ialah pada
waktu panen atau waktu memungut hasil yang sudah matang.
24
Zakat harta (maal) terdiri dari lima macam, yaitu:
a. Zakat ternak (hewan) yaitu unta, sapi, kerbau, kambing dan
domba.
b. Zakat hasil pertanian yaitu padi, jagung, gandum, biji-bijian
dan buah-buahan yang mengenyangkan.
c. Zakat hasil tambang, baik dalam mata uang atau barang.
d. Zakat barang dagangan, berupa uang atau barang.
e. Zakat harta terpendam (Hafidhuddin 2002:37).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zakat maal
merupakan sebagian dari harta kekayaan seeorang atau badan
hukum yang diberikan kepada orang-orang tertentu setelah
mencapai jumlah minimal tertentu selama jangka waktu satu tahun
atau 12 bulan. Zakat maal terdiri dari zakat ternak, zakat hasil
pertanian, zakat hasil tambang, zakat barang dagangan, dan zakat
harta terpendam.
3. Syarat-syarat Pengeluaran Zakat
Zakat adalah suatu hak yang wajib dilaksanakan oleh seorang
mslim dalam hartanya untuk diberikan kepada yang berhak menerima,
dengan menyerahkan langsung kepadanya atau menggunakan wakil bagi
memutuskan manfaat (zakat) dari pemiliknya atau dari lainnya (Shiddieqy,
1999:7).
25
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang ada pada
dirinya dan menjadikan sebagai milik orang fakir dengan menyerahkan
langsung kepada asnaf tersebut atau diserahkan kepada walinya, yakni
imam atau amil zakat (orang yang bertugas memungut zakat) (Zuhayly,
1949).
Ketentuan zakat diwajibkan atas setiap orang muslim merdeka
yang mempunyai harta kekayaan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-
syarat tersebut antara lain:
1. Beragama islam. Orang kafir atau orang yang bukan islam walaupun
memiliki harta kekayaan banyak tidak wajib mengeluarkan zakat.
2. Merdeka. Karena itu, hamba sahaya (budak) tidak wajib
mengeluarkan zakat.
3. Milik yang sempurna. Jika sesuatu itu belum dimiliki secara
sempurna, belum dimiliki sebenarnya atau bukan milik penuh, tidak
diwajibkan dikeluarkan zakatnya.
4. Sampai nishab. Mengenai masalah nishab ini hendaklah berlebih dari
kebutuhan-kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan penting bagi
seseorang, seperti untuk makanan, pakaian, tempat kediaman dan
sarana untuk mencari nafkah (sifatnya relatif).
5. Dimiliki sampai satu tahun lamanya (haul). Permulaannya dihitung
dari saat memliki nishab. Jika terjadi kekurangan ditengah tahun,
kemudian cukup, maka permulaan tahun dihitung dari saat cukupnya
itu (Doa, 2002:45).
26
Adapun menurut Yusuf Al-Qardawi (1991:126), syarat-syarat harta
yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
1. Harta yang dimiliki penuh:
Yang dimaksud dengan memiliki penuh adalah bahwa kekayaan itu
harus berada dibawah kontrol atau dibawah kekuasaan pemilik, atau
seperti yang dinyatakan oleh sebagian ahli fiqh, bahwa kekayaan itu
harus berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.
2. Harta yang berkembang:
Kekayaan yang wajib dizakati adalah kekayaan yang dikembangkan
atau mempunyai potensi untuk berkembang. Pengertian berkembang
menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat kekayaan itu
memberikan pendapatan, keuntungan investasi serta pemesukan atau
kekayaan itu berkembang dengan sendirinya, artinya bertambah dan
menghasilkan produksi.
3. Harta yang cukup senishab:
Islam mewajibkan zakat kepada kekayaan yang berkembang dengan
memberikan ketentuan sendiri, yaitu ejumlah tertentu yang dalam
ilmu fiqh disebut nishab atau dengan kata lain, nishab adalah jumlah
minimal harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya.
4. Harta yang lebih dari kebutuhan biasa:
Lebih dari kebutuhan biasa adalah lebih dari kebutuhan rutin karena
kebutuhan manusia sesungguhnya banyak sekali dan bisa tidak
terbatas, terutama pada masa kini.
27
5. Harta yang bebas dari hutang:
Pemilik sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus
lebih dari kebutuhan primer diatas haruslah pula cukup nishab yang
sudah bebas dari hutang. Bila pemilik mempunyai hutang yang
menghapuskan dan mengurangi jumlah senishab itu, maka zakat
tidaklah wajib, kecuali bagi sebagian ulama fiqh terutama yang
berkenaan dengan kekayaan tunai.
6. Harta itu berlaku setahun atau telah sampai haulnya:
Maksudnya adalah pemilik harta di tangan pemilik telah berlalu
masanya dua belas bulan Qamariah (satu tahun) (Yusuf Qardawi,
1991:126).
Dari penjelasan diatas mengenai syarat-syarat pengeluaran zakat
dapat disimpulkan bahwa zakat diwajibkan atas setiap orang muslim
merdeka dan mempunyai harta kekayaan dengan syarat-syarat yaitu
beragama islam, merdeka, milik yang sempurna, sampai nishab, dan
dimiliki sampai satu tahun lamanya. Adapun syarat harta yang wajib
dizakati yaitu harta yang dimiliki penuh, harta yang berkembang,
harta yang cukup senishab, harta yang lebih dari kebutuhan biasa,
harta yang bebas dari hutang, dan harta tersebut berlaku satu tahun
atau telah mencapai haul.
28
C. Regulasi Mengenai Zakat Dalam Perpajakan
Pelakuan mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2009 dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009
tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan
dari Objek Pajak Penghasilan.
Pasal 1
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 2
Zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah zakat yang
diterima oleh:
1. Badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah; dan
2. Penerima zakat yang berhak.
29
Pasal 3
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah
sumbangan keagamaan yang diterima oleh:
1. Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
dan
2. Penerima sumbangan yang berhak.
Pasal 4
Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah
pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi atau
badan.
Dari Peraturan diatas dapat disimpulkan bahwa Bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan
sebagai objek pajak penghasilan. Penerima sumbangan yang berhak.
Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
dan sumbangan keagamaan yang diterima. Bantuan atau sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah pemberian dalam bentuk
uang atau barang kepada orang pribadi atau badan.
2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Berdasaskan pasal 4 ayat 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008, terhadap penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau
30
diperoleh Wajib Pajak, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan
(bukan merupakan Objek Pajak). Penghasilan yang tidak termasuk
Objek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah:
1. Bantuan atau sumbangan dan harta hibahan
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama lain yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbanagn yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b . Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara
pihak-pihak yang bersangkutan;
31
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Pengantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan
pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15 UU PPh;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau yang diperoleh dari
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat;
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah yang menerima deviden, kepemilikan saham
32
pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
7. Iuran yang diterima atau diproleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada angka 7, pada bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, ermasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
usaha pasangan tersebut:
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan,dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia;
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan menteri
Keuangan;
33
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri keuangan;
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan penyelenggara
Jaminan sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan;
Dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan disebutkan pada pasal 4 ayat 3. Penghasilan yang tidak
termasuk Objek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah Bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau yang disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama lain yang diakui di
Indonesia.
34
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Persamaan Perbedaan
Ahmad
Syaechu
(2008)
Analisis
Penerimaan
Zakat
Sebelum dan
Sesudah
Penerapan
Undang-
Undang
pajak
penghasilan
No.17 Tahun
2000
Metode yang
digunakan:
Metode
statistik non
parametrik
Variabel yang
diteliti:
1. Penerimaan
zakat di
BAZIS DKI
Jakarta
sebelum UU
Perpajakan
NO 17 Tahun
2000
2. Penerimaan
zakat di
BAZIS DKI
Jakarta
sesudah UU
Perpajakan
NO 17 Tahun
2000
penerimaan zakat
pada baziz dki
jakarta sebelum
penerapan
undang-undang
perpajakan no 17
tahun 2000
berbeda dengan
penerimaan zakat
sesudah
penerapan
undang-undang
perpajakan no.17
tahun 2000
Husnul
Khotimah
(2008)
Analisis
Komparatif
Tentang
Kesadaran
Membayar
Zakat
dengan
Kesadaran
Membayar
Pajak
Metode yang
diteliti
purposive
sampling
dengan jenis
judgmen
sampling
Variabel yang
diteliti:
1. kesadaran
menbayar
zakat
2. kesadaran
membayar
pajak
masyarakat lebih
sadar ntuk
membayar zakat
dibanding
membayar pajak
karena nilai rata-
rata kesadaran
membayar zakat
lebih kecil yaitu
12,29, dibanding
rata-rata
kesadaran
membayar pajak
sebessr 20,68.
Bersambung ke halaman berikutnya
35
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Chaeruddi
n Zakir
(2008)
Analisis
terhadap
peraturan
perpajakan
mengenai
zakat
sebagai
pengurang
penghasilan
dalam
perhitungan
pajak
penghasilan
di Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia
Tbk
pengujian
menggunaka
n statistik
deskriptif
Meneliti
implementasi
UU no 38 tahun
1999 dan UU no
17 tahun 2000
terhadap proses
penyaluran
zakat pada PT
Bank Syariah
Muamalat
Indonesia Tbk
1.Bank muamalat
menerima
pembayaran
zakat yang dapat
dibayarkan secara
langsung melalui
rekening Bank
Muamalat atau
dapat disetorkan
melalui Lembaga
Amal Zakat
(LAZ) Bank
Muamalat yaitu
Baitul Maal
Muamalat
(BMM).
2. besarnya zakat
maal yang
diterapkan di
Bank Muamalat
sebesar 2,5% dan
waktu
mengeluarkannya
1 tahun sekali.
Iwan
Suhardi
man
(2010)
Pengaruh
PER-
16/PJ/2007
dan PER-
116/PJ/2007
terhadap
Perubahan
Jumlah
Wajib Pajak
Orang
Pribadi
Variabel:
Perubahan
Jumlah
Wajib Pajak
Orang
Pribadi (Y)
Variabel:
1.PER-
16/PJ/2007 (X1)
2.PER-
116/PJ/2007
(X2)
Metode
penelitian:
uji
heteroskedastisit
ad, uji
multikolinearita
s, uji
determinasi, uji
f.
PER-16/PJ/2007
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan jumlah
wajib pajak orang
pribadi dengan
level dibawah 5%
(0,05); sedangkan
PER-116/PJ/2007
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan jumlah
WP orang pribadi.
Tabel 2.1(lanjutan)
Tabel 2.1(lanjutan)
36
E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Dampak Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 3
Terhadap Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan, disebutkan bahwa penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak diantaranya, bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak.
Penerapan UU perpajakan No 36 Tahun 2008, membuat umat
islam menyambut positif kebijakan tersebut. Zakat atas penghasilan
yang dibayar oleh seorang muslim dapat dijadikan pengurang atas
penghasilan kena pajak (PKP) wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan yang dimiliki muslim tersebut. Hal tersebut diatur dalam
pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 tentang zakat sebagai
penghasilan yang bukan objek pajak. Respon positif terhadap
kebijakan tersebut akan mempengaruhi jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi pada KPP Pratama Serpong.
Jawaban sementara dari penelitian ini dituangkan dalam sebuah
hipotesis. Hipotesis yang ada pada dasarnya merupakan jawaban
sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan
kebenarannya. Berdasarkan kerangka teori penelitian, maka hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
37
Ha: Terdapat perbedaan signifikan jumlah Wajib Pajak Pribadi pada
KPP Serpong sebelum dan sesudah penerapan UU Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 3.
F. Kerangka Berfikir
berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan pada bagan berikut:
Gambar 2.1
Judul:
Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan Undang-Undang
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak Dan Implikasinya Terhadap Perubahan Jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
Wajib Pajak Orang Pribadi
Jumlah WP Pribadi KPP
Pratama Serpong Sebelum
UU Perpajakan no 36 Tahun
2008 pasal 4 ayat 3
Jumlah WP Pribadi KPP
Pratama Serpong Sesudah
UU Perpajakan no 36 Tahun
2008 pasal 4 ayat 3
Metode analisis data :
Statistik non parametrik
Uji Wilcoxon
Interpretasi dan Kesimpulan
Dibandingkan
Uji Marginal
Homogenity
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai penghasilan yang tidak dikenakan
pajak yaitu zakat. Peneliti mungumpulkan data-data jumlah wajib pajak orang
pribadi yang disajikan oleh kantor pelayanan pajak. Penelitian ini menganalisa
pengaruh peraturan dirjen pajak mengenai penetapan zakat sebagai pengurang
penghasilan bruto yang terdapat dalam UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008
terhadap jumlah Wajib Pajak Pribadi. Objek penelitian ini yaitu pada KPP
Pratama Serpong.
B. Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu,
yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu (Umar, 2005: 42). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang
menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu. Metode pemilihan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti seluruh elemen populasi. Data yang digunakan
adalah data jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP
Pratama Serpong dari tahun 2007 sampai 2010.
39
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah Menggunakan data sekunder. Data sekunder yang diteliti yaitu
data yang disediakan oleh KPP Pratama Serpong berupa data Jumlah
Wajib Pajak Pribadi dari tahun 2007 sampai tahun 2010.
D. Metode Analisis Data
1. Metode analisis statistik deskriptif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut indriantoro
dan Supomo (2002:170) statistik deskriptif dalam penelitian pada
dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk
tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi
menyajikan ringkasan, pengatuan atau penyusunan data dalam bentuk
tabel numerik dan grafik. Pendekatan statistik deskriptif yaitu
memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari range,
mean, sum, dan standar deviation dari jumlah wajib Pajak Orang pribadi
sebelum dan sesudah Undang-undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008
pada KPP Pratama serpong.
2. Statistik Nonparametrik
Jika data yang ada tidak berdistribusi normal, atau jumlah data
sangat sedikit serta level data adalah nominal atau ordinal, maka perlu
digunakan alternatif metode-metode statistik yang tidak harus memakai
40
suatu parametrik tertentu, seperti keharusan adanya Mean, Standar
Deviasi, Varians, dan lainnya. Metode tersebut disebut sebagai metode
statistik non-parametrik (Santoso, 2011:361).
Keuntungan dari penggunaan metode non-parametrik :
1. Metode non-parametrik tidak mengharuskan data berdistribusi normal,
karena itu metode ini sering juga dinamakan uji distribusi bebas
(distribution free test). Dengan demikian metode ini bisa dipakai
untuk segala distribusi data dan lebih luas penggunaanya.
2. Metode non-parametrik bisa dipakai untuk level data yang rendah,
yakni data nominal dan data ordinal. Hal ini penting bagi para peneliti
sosial.
3. Metode non-parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah
dimengerti daripada pengujian Metode Parametrik.
Disamping berbagai keunggulan diatas, metode Non-parametrik
juga memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak adanya sistematika yang
jelas seperti pada metode parametrik, hasilnya bisa meragukan karena
kesederhanaan metodenya, serta tabel-tabel yang digunakan lebih
bervariasi dibanding tabel-tabel standar pada metode parametrik.
Sehubungan dengan penggunaan statistik nonparametrik pada
skripsi ini untuk menentukan nilai normalitasnya maka peneliti
menggunakan tiga uji non parametik two related sample diantaranya:
41
a. Uji Wilcoxon
Uji wilcoxon adalah alternatif untuk uji t data berpasangan (t-
paired), di mana pada uji Wilcoxon data harus dilakukan pengurutan
(rangking) dan kemudian baru diproses. Hal ini berbeda dengan data
pada uji t paired yang bisa langsung diproses karena tipe data uji t
paired interval/rasio.
Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis dua data pada
klompok yang berkaitan, termasuk kasus sebelum dan sesudah yang
mana orang atau objek yang sama diamati pada dua kondisi yang
berbeda, jenis data pada wilcoxon serendah-rendahnya level ordinal.
Ciri-ciri Wilcoxon diantaranya:
1. Level pengukuran data yang rendah yaitu ordinal
2. Jumlah data kurang dari 30 sampel
3. Berasal dari 1 buah populasi yang sama diberi dua perlakuan yang
berbeda dan mempunyai hubungan
4. Data berdistribusi tidak normal (Kurniawan, 2011:104).
b. Uji Marginal Homogenity
Uji Marginal Homogenity termasuk uji statistik
nonparametrik. Uji ini dilakukan untuk tes dua sampel yang saling
berhubungan dan merupakan perluasan dari uji McNemar.
Penggunaan uji ini untuk melihat apakah terdapat perbedaan atau
perubahan antara dua peristiwa sebelum dan sesudahnya.
42
Langkah-langkah analisis :
1) Klik Analyze > Nonparametric Test > 2 Related Samples
2) Masukkan kedua variabel ke kolom Test Pair List
3) Pilih Marginal Homogeneity
4) Klik Continue
5) Kemudian OK
3. Instrumen Tambahan
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan data sekunder
berupa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Serpong
tahun 2007-2010. Selain itu untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti
menambahkan instrumen tambahan berupa kuisioner.
Total kuisioner yang didistribusikan sebanyak 100 kuisioner
dengan responden Wajib Pajak Orang pribadi di KPP Pratama Serpong
dan kuisioner disebarkan langsung kepada responden. Dalam deskripsi
kuisioner, peneliti menyajikan satu pertanyaan kepada responden Wajib
Pajak Orang pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama Serpong.
Peneliti ingin membuktikan apakan motivasi diterapkannya zakat
sebagai penghasilan tidak kena pajak adalah faktor terbesar yang
mempengaruhi perubahan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mendaftar di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah penerapa
Undang-Undang nomor 36 tahun 2008. Untuk itu peneliti memberikan
pilihan alternatif motivasi lain untuk diisi oleh responden sebagai
berikut:
43
1. Diterapkannya peraturan zakat sebagai penghasilan tidak kena
pajak
2. Mengikuti peraturan
3. Bertambahnya penghasilan pribadi
4. Kemudahan sistem pelayanan perpajakan
5. Ekstensifikasi Pajak
6. Self Asessment System
7. Profesionalitas petugas pajak
8. Kesadaran sendiri
Dari pilihan jawaban diatas maka akan diketahui faktor-faktor yang
paling dominan yang mempengaruhi perubahan jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 Mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena pajak.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penentuan construct (yang diukur
dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih
nyata mengenai fenomena-fenomena) sehingga menjadi variabel yang
dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang
digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga
memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran
dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran yang sama
atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik
(Indriantoro dan Supomo, 2002:69).
44
1. Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
Berdasarkan pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008, terhadap penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, dikecualikan dari pengenaan pajak penghasilan
(bukan merupakan Objek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah
bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010
mengenai tata cara pembebanan zakat atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
dalam pasal1 disebutkan Zakat atau sumbangan keagamaan yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dan/ atau oleh Wajib Pajak
badan dalam Negeri, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yang
bersangkutan.
45
2. Wajib Pajak Orang pribadi
Menurut UU RI no.28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas
Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan yang dimaksud dengan wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, ang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa yang disebut dengan wajib pajak
adalah subjek pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan
obyektif.
Menurut Lubis dan Djuanda (2010:10), pada prinsipnya orang
pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam
pengertian orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah
mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari tidaklah
harus berturut-turut, tetapi dihitung oleh jumlah hari orang tersebut
berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya
ke Indonesia sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesiaataupun di luar Negeri tempat tinggal orang pribadi atau
tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur jendeal Pajak
menurut keadaan yang sebenarnya.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong
KPP Pratama Serpong adalah salah satu dari beberapa kantor
pelayanan Pajak yang ada di wilayah DJP Banten. KPP Pratama
Serpong yang dulu bernama KPP Serpong yang berdiri tahun 1994,
KPP ini beralamat di Jalan Raya Serpong Sektor VIII Blok 405 No.4
BSD tangerang dan bersebelahan dengan kantor Samsat Serpong.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
yang bertujuan untuk menerapkan struktur organisasi baru guna
mendukung dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
administrasi perpajakan. Implemntasi dari proses ini dilakukan dengan
memodernisasi Kantor Wilayah DJP Banten dan mendirikan kantor
pelayanan pajak modern dengan nama Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Serpong. Kunci utama strategi modernisasi administrasi
perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Banten, antara lain
meliputi:
47
Struktur Organisasi:
• Mengganti struktur lama dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
Kantor Pemeriksaan Pajak (KARIKPA) dan Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) menjadi satu Kantor
Pelayanan Pajak Madya dan beberapa Kantor Pelayanan Pajak
Pratama.
• Mengorganisasikan Kantor Pelayanan Pajak yang baru ke dalam
unit yang berdasarkan pada fungsi debirokratisasi untuk pelayanan.
• Pada tahap pertama, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
diterapkan pada KPP Madya dan Kantor Wilayah, selanjutnya pada
tahap kedua, modernisasi tersebut diterapkan pada KPP-KPP lain
di lingkungan Kantor Wilayah DJP Banten.
Pelayanan:
Memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dan mempunyai
cakupan yang luas melalui pegawai yang berorientasi pelayanan
dan berperilaku positif.
Penegakan Hukum:
• Memperkuat fungsi pemeriksaan dengan menerapkan sistem
pemeriksaan berdasarkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
• Memperkuat fungsi penagihan dengan menerapkan metode
penagihan berdasarkan analisa resiko potensi penerimaan pajak
48
Teknologi Informasi:
Menerapkan teknologi baru dan meng-upgrade fasilitas untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wajib
pajak
Manajemen Kinerja:
Menerapkan ukuran kinerja pada semua tingkatan manajemen
Good Governance:
• Memperkenalkan dan mengimplementasikan kerangka kerja yang
tidak mentolerir korupsi.
• Memberikan pegawai suatu sistem penggajian yang adil dan
program pelatihan yang menyeluruh.
• Diterapkannya kode etik pegawai.
Tujuan dari penerapan struktur organisasi yang baru adalah untuk
mendukung dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
administrasi perpajakan, meningkatkan Pelayanan Prima dan
Pengawasan Intensif dengan pelaksanaan Good Governance, sehingga
diharapkan:
• Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pajak yang tinggi
• Tingkat Kepercayaan terhadap Administrasi Perpajakan yang
Tinggi
• Tingkat Produktivitas Pegawai Pajak yang tinggi
Proses restrukturisasi organisasi diterapkan dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Madya
49
(MTO) dan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I akan dibentuk
berdasarkan struktur organisasi yang baru. Selanjutnya disusul oleh
Kantor Pelayanan Pajak lainnya yang berada di lingkungan Kantor
Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I, dengan menggabungkannya
bersama Kantor Pemeriksaan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan. KPP Madya Tangerang ( MTO) dirancang untuk
mengadministrasikan 509 wajib pajak terbesar di Kantor Wilayah DJP
Jawa Bagian Barat I yang memiliki kontribusi sekitar 31% dari total
penerimaan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I di Propinsi
Banten.
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Serpong
Struktur organisasi pada KPP Pratama Serpong dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut ini:
Struktur Organisasi KPP Pratama Serpong
Gambar 4.1
Sumber: Seksi Subbagian Umum KPP Pratama Serpong
50
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum
Menjalankan segala kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga.
b. Bidang Pengolahan Data dan Informasi
Melaksanakan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan tekhnis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta
penyiapan laporan kinerja.
c. Seksi pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib
pajak, pelaksanaan ekstensifikasi serta melakukan kerjasama-
kerjasama perpajakan.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi pengawasan dan konsultasi terbagi menjadi 4 (empat) bidang
atau disebut waskon (Pengawasan dan Konsultasi) untuk
mengawasi kinerja karyawan. Seksi pengawasan dan konsultasi
mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak,
bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
51
tekhnik perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja
wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka
melakuka intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Serta Bea Perolehan atas
tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.
e. Seksi pemeriksaan
Menyusun rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya.
f. Seksi penagihan
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
g. Kelompok jabatan fungsional
Melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi:
1) Pemeriksaan lengkap
2) Pemeriksaan sederhana
3) Pemeriksaan dalam rangka penagihan
h. Seksi ekstensifikasi
Menerima pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan, menerima
pembayaran Bajak Bumi dan Bangunan, melakukan penerbitan
SPPT Bangunan, Melakukan Penerbitan SBB terkait Waris, Lelang
52
dan Hibah, melakukan penggambaran Objek Pajak dengan
menggunakan SIG, melakukan pelayanan lainnya seperti mutasi,
pembetulan dan pembatalan Objek Pajak, melakuka verifikasi
lapangan jika diperlukan, menerima berkas terkait PBB dan
BPHTB dari bidang pelayanan dan memberikan hasilnya pada
bidang PDI berupa berkas mutasi, pendaftaran, pembetulan,
pembatalan, SSB, berita acara dan surat tugas.
Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong adalah salah satu
unit organisasi pelaksana fungsi Direktorat Jenderal Pajak yang dalam
pelaksanaan tugasnya di bawah kantor Wilayah DJP Banten yang
melaksanakan sebagian tugas pokok di bidang administrasi penerimaan
dari sektor pajak dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk wilayah kerja.
Tabel 4.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Serpong
No Kecamatan Kelurahan Waskon
No Nama Kelurahan
1 Serpong 1 Buaran 1
2 Ciater 1
3 Serpong 1
4 Cilengang 2
5 Rawa Buntu 1
6 Lengkong Gudang 1
7 Lengkong Wetan 1
8 Rawa Mekar Jaya 1
9 Lenggkong Gudang Timur 1
2
Serpong Utara
1 Jelupang 2
2 Pondok Jagung 2
3 Pakulonan 2
4 Pakujaya 3
Bersambung ke halaman berikutnya
53
No Kecamatan Kelurahan Waskon
No Nama Kelurahan
5 Pakualam 2
6 Lengkong karya 2
7 Pondok Jagung Timur 3
Ciputat 1 Cipayung 4
2 Ciputat 4
3 Sarua 4
4 Sarua Indah 4
5 Jombang 4
6 Sawah Baru 4
7 Sawah 4
4 Ciputat Timur 1 Pisangan 4
2 Pondok Ranji 4
3 Cempaka Putih 4
4 Cireundeu 4
5 Rempoa 4
6 Rengas 4
5 Pamulang 1 Kedaung 1
2 Bambu Apus 1
3 Pondok Cabe Ilir 1
4 Pondok Cabe Udik 1
5 Pamulang Timur 1
6 Pamulang Barat 1
7 Benda Bru 1
8 Pondok Benda 1
6 Pondok Aren 1 Perigi 3
2 Perigi Baru 3
3 Pondok kacang Barat 3
4 Pondok Kacang Timur 3
5 Pondok Pucung 3
6 Pondok Aren 3
7 Jurang Mangu Barat 3
8 Jurang mangu Timur 3
9 Pondok Karya 3
10 Pondok Betung 3
11 Pondok Jaya 3
Sumber: Seksi Subbagian Umum KPP Pratama Serpong
Tabel 4.1 (lanjutan)
54
3. Visi dan Misi KPP Pratama Serpong
Visi dan misi yang terdapat pada KPP Pratama serpong guna mencapai
target Penerimaan Pajak:
a. Visi KPP Pratama Serpong
Menjadi Model Pelayanan Prima yang mendorong kepatuhan
masyarakat Wajib Pajak yang akan menciptakan keberhasilan
dalam menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak.
b. Misi Fiskal KPP Pratama Serpong
Mengamankan rencana Penerimaan Pajak Dengan Efektifitas dan
Efisiensi Tinggi di wilayah Serpong
c. Misi Kelembagaan KPP Pratama Serpong
Meningkatkan kinerja berkelanjutan dalam rangka Teknokrasi
Perpajakan dan Optimalisasi Pelayanan Publik.
4. Sumber Daya Manusia di KPP Pratama Serpong
KPP Pratama Serpong memiliki 93 (sembilan puluh tiga) pegawai
per 20 April 2009. Pegawai yang ditempatkan pada KPP Pratama
Serpong sebagian besar merupakan pegawai yang sebelumnya bekerja
di Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Kanwil DJP
Banten. Para pegawai diharapkan mampu mengemban tugas dan misi
Direktorat Jenderal Pajak. Pegawai di KPP Pratama Serpong terdiri
dari 71,11% pegawai laki-laki dan 28,89% pegawai perempuan.
Jumlah ini didominasi oleh pegawai yang bergolongan IIIb (Penata
55
Muda Tk. I) sebesar 21,35%. Dari grafik dilihat bahwa tingkat
pendidikan paling besar adalah S1/D4 yaitu 30,33% disusul SMA
sebanyak 26,97%. Sementara berdasarkan golongan yang paling
banyak adalah pegawai golongan III.b (± 21,35%) .
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sebanyak 4 tahun terhitung dari
tahun 2007 hingga tahun 2010. Data penelitian ini terdiri dari Jumlah
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tercatat di KPP Pratama Serpong. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan Jumlah
Wajib Pajak Pribadi sebelum dan sesudah diterapkannya Undang-undang
Perpajakan nomor 36 Tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang
pajak di KPP Pratama Serpong.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengolahan data. Pada Undang-Undang
No. 38 tahun 1999 tentang pengolaan zakat, ditunjukkan hanya bagi
organisasi pengolaan zakat. Kewajiban menunaikan zakat masih bersifat
moralitas, yaitu kewajiban individu kepada agamanya. Ditambah regulasi
pemerintah yang tidak menekankan zakat sebagai kebijakan fiskal
menjadikan zakat hanya sebagai kegiatan sosial. Dengan demikian
penghimpunan zakat sangat bergantung pada nilai individual setiap
muslim untuk taat pada agamanya.
56
Pengolahan data dengan cara mengumpulkan data dan informasi
yang berkaitan dengan perbedaan sebelum dan sesudah penerapan
Undang-undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 dan implikasinya
terhadap jumlah wajib pajak pribadi yang ada di wilayah kerja KPP
Pratama Serpong. Berikut ini disajikan tabel jumlah wajib pajak pribadi
sebelum dan sesudah diterapkannya undang-undang Nomor 36 tahun
2008.
Tabel 4.2
Jumlah Wajib Pajak sebelum penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008
No Kecamatan Tahun
2007 2008
1 Ciputat 2.820 8.394
2 Ciputat Timur 2.783 8.081
3 Pamulang 4.374 15.400
4 Pondok Aren 4.818 14.613
5 Serpong 3.323 6.958
6 Serpong Utara 3.172 6.386
7 Setu 271 1.021
Sumber: Seksi Subbagian Umum KPP Pratama Serpong
57
Tabel 4.3
Jumlah Wajib Pajak sesudah penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008
No Kecamatan Tahun
2009 2010
1 Ciputat 8.660 3.915
2 Ciputat Timur 9.132 4.052
3 Pamulang 15.131 6.721
4 Pondok Aren 13.459 6.171
5 Serpong 6.644 2.933
6 Serpong Utara 8.649 2.683
7 Setu 1.621 839
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 diatas terlihat adanya perbedaan
jumlah wajib pajak pribadi sebelum dan sesudah diterapkannya undang-
undang perpajakan Nomor 36 Tahun 2008. Perbedaan tersebut yaitu
Jumlah Wajib Pajak pribadi 2 tahun sebelum penerapan Undang-undang
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 sebesar 82414 orang (tahun 2007-2008)
sedangkan jumlah Wajib Pajak pribadi sesudah penerapan Undang-undang
perpajakan Nomor 36 tahun 2008 adalah sebesar88766 orang (tahun 2009-
2010).
Sumber: Seksi Subbagian Umum KPP Pratama Serpong
58
1. Hasil Penyebaran Kuesioner
Untuk mendukung hasil pengujian yang telah dilakukan
maka peneliti melakukan penelitian tambahan yaitu dengan
penyebaran kuesioner. Tujuan penyebaran kuesioner ini adalah
untuk membuktikan apakah adanya perbedaan jumlah Wajib pajak
Orang Pribadi sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 disebabkan karena faktor motivasi zakat atau
ada faktor lain. Kuesioner disebar ke 100 responden dengan tingkat
pengembalian 100%.
a. Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok
Responden
Jenis
Kelamin
Jumlah Persentase
Wajib Pajak KPP
Pratama Serpong
Pria 34 34%
Wanita 66 66%
Jumlah 100 100%
Dari tabel 4.4 dapat diidentifikasikan bahwa responden
dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari pria
dan wanita. Kelompok responden seluruhnya berasal dari Wajib
Pajak Orang pribadi di KPP Pratama Serpong. Responden secara
keseluruhan didominasi oleh responden wanita dengan jumlah
59
66 orang (66%) dan sisanya responden yang berjenis kelamin
pria yang berjumlah 34 orang (34%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Kelompok
Responden
Usia Jumlah Presentase
Wajib Pajak KPP
Pratama Serpong
< 20 Tahun 0 0%
20-30 Tahun 75 75%
31-40 Tahun 16 16%
41-50 Tahun 9 9%
>50 Tahun 0 0%
Jumlah 100 100%
Dari tabel 4.5 dapat diidentifikasikan bahwa responden
dalam penelitian ini beasal dari kelompok responden Wajib
Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Serpong. Pada tingkat usia
20-30 tahun berjumlah 75 orang (75%), usia 31-40 tahun
berjumlah 16 orang (16%), dan usia 41-50 tahun berjumlah 9
Orang (9%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.6.
60
Tabel 4.6
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Kelompok
Responden
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi
Wajib Pajak
KPP Pratama
Serpong
Di bawah
SMA/sederajat
0 0%
SMA/Sederajat 11 11%
D3 14 14%
S1 67 67%
S2 8 8%
S3 0 0%
Lainnya 0 0%
Jumlah 100 100%
Dari tabel 4.6 dapat diidentifikasikan bahwa responden
dalam penelitian ini beasal dari kelompok responden Wajib
Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Serpong. Pada tingkat
pendidikan SMA/sederajat berjumlah 11 orang (11%), tingkat
pendidikan D3 berjumlah 14 orang (14%), tingkat pendidikan
S1 berjumlah 67 (67%) dan pada tingkat pendidikan S2
berjumlah 8 orang (8%).
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Kelompok
Responden
Status Jumlah Persentase
Wajib Pajak KPP
Pratama Serpong
Belum Menikah 62 62%
Menikah 38 38%
Jumlah 100 100%
61
Dari tabel 4.7 dapat diidentifikasikan bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari kelompok responden Wajib
Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Serpong dengan status
menikah dan belum menikah. Responden dengan status belum
menikah berjumlah 62 orang (62%) sedangkan responden
dengan status menikah berjumlah 38 orang (38%).
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Kelompok
Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase
Wajib Pajak
KPP Pratama
Serpong
TNI/Polri 0 0%
Pegawai Negeri 22 22%
Karyawan
Swasta
40 40%
Wiraswasta 26 26%
Lainnya 12 12%
Jumlah 100 100%
Dari tabel 4.8 dapat diidentifikasikan bahwa responden
berdasarkan pekerjaan jumlah responden terbanyak yaitu
Karyawan Swasta dengan jumlah 40 orang (40%), kemudian
Wiraswasta yang berjumlah 26 orang, Pegawai Negeri
Berjumlah 22 orang (22%), dan responden yang memiliki
pekerjaan lainnya berjumlah 12 orang (12%).
62
2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Untuk mengetahui gambaran kondisi dan variabel dalam
penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Tabel 4.4 di bawah
ini merupakan statistik deskriptif mengenai sampel penelitian yang
diuji dalam penelitian ini menggambarkan tentang nilai minimum,
nilai maksimum, dan nilai rata-rata dan nilai deviasi standar.
Tabel 4.9
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sebelum 14 271 15400 5886.71 4563.829
Sesudah 14 839 15131 6472.14 4252.777
Valid N (listwise) 14
Dari tabel 4.9 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah data (N)
sebelum berjumlah 14, dari 14 data ini jumlah wajib pajak orang
pribadi terkecil (Minimum) adalah 271 orang, dan jumlah Wajib Pajak
Orang Pribadi terbesar (maximum) adalah 15400 orang. Rata-rata
(mean) Jumlah Wajib Pajak dalam kurun waktu 4 tahun adalah
5886.71 dengan standar deviasi sebesar 4563.829. sedangkan jumlah
data sesudah berjumlah 14, dari 14 data ini jumlah wajib pajak orang
pribadi terkecil (Minimum) adalah 839 orang, dan jumlah Wajib Pajak
Orang Pribadi terbesar (maximum) adalah 15131 orang. Rata-rata
(mean) Jumlah Wajib Pajak dalam kurun waktu 4 tahun adalah
6472.14 dengan standar deviasi sebesar 4252.777.
63
3. Hasil Uji Statistik Non Parametrik
a. Hasil Uji Wilcoxon
Dalam pengujian ini digunakan data dua sampel berhubungan
yaitu dengan populasi jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi antara
sebelum dan sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008.
Tabel 4.10
Wilcoxon Ranks
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
sesudah –
sebelum
Negative Ranks 3a 5.00 15.00
Positive Ranks 11b 8.18 90.00
Ties 0c
Total 14
a. sesudah < sebelum
b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum
Pada tabel 4.10 menunjukkan ranks dari uji Wilcoxon yaitu
Negative Ranks pada kolom N adalah 3, berarti dari total sampel yang
berjumlah 14 kecamatan terdapat Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun
2008 lebih kecil dari sebelum diberlakukannya Undang-Undang
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, yaitu sebanyak 3 kecamatan. Positif
Ranks pada kolom N adalah 11, berarti dari total sampel yang berjumlah
14 kecamatan terdapat Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sesudah
diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 lebih
64
besar dari sebelum diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor
36 Tahun 2008, yaitu sebanyak 11 kecamatan.
Tabel 4.11
Wilcoxon Test Statistic
Test Statisticsb
sesudah – sebelum
Z -2.355a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.019
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Pada tabel 4.11 menunjukkan test statistik Wilcoxon yang
menghasilkan nilai signifikansi Asimp.sig.(2-tailed) sebesar 0,019
dengan nilai probabilitas < 0,05 yang berarti tolak H0. Hal ini
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat sebagai Penghasilan
tidak kena Pajak.
b. Hasil Uji Marginal Homogenity
Uji ini dilakukan untuk tes dua sampel yang saling
berhubungan. Penggunaan uji ini untuk melihat apakah terdapat
perbedaan atau perubahan antara dua peristiwa sebelum dan
sesudahnya.
65
Tabel 4.12
Uji Marginal Homogenity
Marginal Homogeneity Test
sebelum & sesudah
Distinct Values 28
Off-Diagonal Cases 14
Observed MH Statistic 82414.000
Mean MH Statistic 86512.000
Std. Deviation of MH Statistic 1846.127
Std. MH Statistic -2.220
Asymp. Sig. (2-tailed) .026
Dari hasil uji Marginal Homogenity pada tabel 4.12
menunjukkan nilai Asimp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,026 dengan nilai
probabilitas sebesar < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan dan
perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftar di KPP
Pratama Serpong sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat sebagai Penghasilan
tidak kena Pajak.
Hasil test statistik telah menunjukkan bahwa ada perbedaaan
antara sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 terhadap jumlah wajib pajak pribadi pada KPP
Pratama Serpong. Dengan dikeluarkannya Undang-undang perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 Khususnya pasal 4 ayat 3 tentang zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak tidak secara otomatis dapat
meningkatkan jumlah wajib Pajak Pribadi pada KPP Pratama Serpong,
untuk itu maka dilakukan pengujian menggunakan kuisioner.
66
4. Hasil Penyebaran Kuesioner
Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh hasil yang disajikan pada
tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13
Hasil Penyebaran Kuesioner
No. Jawaban Jumlah Persentase
1 Diberlakukannya peraturan
Zakat sebagai pengurang pajak
5 2,91%
2 Mengikuti peraturan 85 49,42%
3 Bertambahnya penghasilan
pribadi
10 5,81%
4 Kemudahan sistem pelayanan
perpajakan
2 1,16%
5 Ekstensifikasi Pajak 6 3,49%
6 Self Asessment System 5 2,91%
7 Profesionalitas petugas pajak 4 2,32%
8 Kesadaran sendiri 55 31,98%
172 100%
Jika disajikan dalam bentuk grafik, maka outputnya adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Hasil Kuesioner
zakat, 2.91%
peraturan, 49.42%
bertambah penghasilan, 5
.81%
kemudahan sistem, 1.16%
ekstensifikasi, 3.49%
self ass. System, 2.91%
prifesionalitas,2.32%
kesadaran sendiri, 31.98
%
Sumber: Wajib Pajak Orang Prbadi KPP Pratama Serpong
67
Dari tabel dan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa hal-hal
yang mendorong Wajib Pajak untuk aktif dalam membuat laporan dan
atau membayar pajak yaitu diberlakukannya peraturan zakat sebagai
pengurang pajak sebesar 2,91 %, mengikuti peraturan sebesar 49,42%,
bertambahnya penghasilan pribadi sebesar 5,81%, kemudahan sistem
pelayanan perpajakan sebesar 1,16%, ekstensifikasi Pajak sebesar
3,49%, self asessment system sebesar 2,91%, profesionalitas petugas
pajak sebesar 2,32%, dan kesadaran sendiri sebesar 31,98%. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa presentase terbesar dari hal-
hal yang mendorong wajib pajak untuk aktif dalam membuat laporan
dan atau membayar pajak yaitu karena mengikuti peraturan dengan
persentase sebesar 49,42%. Sedangkan presentase terkecil yaitu
kemudahan sistem pelayanan pajak dengan presentase sebesar 1,16%.
Diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak memiliki
pengaruh 2,91% untuk mendorong wajib pajak untuk aktif adalah
membuat laporan dan atau membayar pajak. Hal tersebut berarti bahwa
pengaruh diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak
hanya berpengaruh 2,91% terhadap jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mendaftar di KPP Pratama Serpong, tingkat signifikasi yang
diperoleh atas pengujian terhadap jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
disebabkan oleh faktor-faktor lain tersebut.
68
5. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji statistik non-parametrik menunjukkan test
statistik Wilcoxon yang menghasilkan nilai signifikansi Asimp.sig.(2-
tailed) sebesar 0,019 dengan nilai probabilitas < 0,05 yang berarti tolak
H0. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Dari
hasil uji Marginal Homogenity menunjukkan nilai Asimp.Sig.(2-tailed)
sebesar 0,026 dengan nilai probabilitas sebesar < 0,05 yang berarti
terdapat perbedaan dan perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mendaftar di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah
penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dapat dijelaskan bahwa
diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak memiliki
pengaruh 2,91% untuk mendorong Wajib Pajak Orang Pribadi untuk
aktif dalam membuat laporan atau membayar pajak. Hal tersebut berarti
bahwa pengaruh diberlakukannya peraturan zakat sebagai penghasilan
tidak kena pajak berpengaruh 2,91% terhadap jumlah wajib pajak orang
pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong, tingkat signifikansi
yang diperoleh atas pengujian statistik yang dilakukan terhadap
jumlahb Wajib Pajak Orang Pribadi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Menurut hasil kuesioner presentase terbesar dari hal-hal yang
mendorong wajib pajak untuk aktif dalam membuat laporan dan atau
69
membayar pajak yaitu karena mengikuti peraturan dengan persentase
sebesar 49,42%.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor
36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 mengenai Zakat sebagai Pengurang
penghasilan kena pajak tidak mempengaruhi penambahan jumlah Wajib
Pajak yang mendaftar dan mendorong Wajib Pajak untuk membuat
laporan serta membayar pajak. Hal ini bisa disebabkan Undang-Undang
tersebut baru diterapkan/efektif tahun 2009 (2 tahun), artinya sosialisasi
yang diberikan kepada masyarakat kurang merata sehingga
pengetahuan masyarakat mengenai Undang-Undang tersebut sangat
sedikit, padahal dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut
sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak.
Zakat dan pajak pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk menyejahterakan masyarakat. Berlakunya zakat sebagai
pengurang penghasilan maka jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP)
akan berkurang, dengan sendirinya setoran Pajak Penghasilan juga akan
berkurang. Namun dengan adanya kewajiban NPWP maka diharapkan
jumlah Wajib Pajak akan bertambah besar, dan kesadaran membayar
pajak akan meningkat karena diperlakukan lebih adil dengan
memasukkan komponen zakat sebagai pengurangan PKP. Lebih dari
itu, secara psikologis akan mendorong kejujuran. Keikhlasan seseorang
dalam membayar zakat tentunya tidak mau dikotori oleh ketidak jujuran
dalam membayar pajak. Pada akhirnya, kesadaran membayar zakat dan
70
pajak akan meningkat, sehingga pendapatan negara juga semakin besar
(Poernomo, 2001).
Saat ini pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan Jumlah
Wajib Pajak. Undang-Undang zakat yang diakomodasi dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
kemudian diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008
mengenai Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan serta Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010
mengenai mengenai Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto. Artinya tidak
hanya zakat, sumbangan agama yang sifatnya wajib dari agama lain pun
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Begitu pula dengan lembaga
pengelola seperti LAZIS dan lembaga pengelola sumbangan keagamaan
lain yang diakui pemerintah akan semakin bertambah. Apabila zakat
atau sumbangan keagamaan semakin besar maka masyarakatlah yang
akan diuntungkan. Karena lembaga-lembaga tersebut akan menyalurkan
kembali dana yang diperoleh untuk kepentingan masyarakat. Misalnya
saja menyediakan fasilitas kesehatan bagi mereka yang tidak mampu
dan pemberian besasiswa bagi kalangan bawah, tentu saja dampaknya
akan lebih terasa di masyarakat sehingga memicu masyarakat untuk
mendaftar dan membayar pajak.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai perbedaan
antara jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum dan Sesudah
diterapkannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak. Dalam
menganalisis, penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang mendaftar di KPP Pratama Serpong
tahun 2007-2010. Pengujian ini menggunakan uji wilcoxon dan uji
Marginal Homogenity sebagai alat ujinya dengan menggunakan program
SPSS 16.0.
Berdasarkan hasil pengujian dan uraian yang telah dipaparkan pada
bab-bab sebelumnya, dapat diperoleh beberapa kesimpulan dari penelitian
ini sebagai berikut:
1. Hasil test statistik Wilcoxon yang menghasilkan nilai signifikansi
Asimp.sig.(2-tailed) sebesar 0,019 dengan nilai probabilitas < 0,05
yang berarti tolak H0. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan
sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.
72
2. Hasil uji Marginal Homogenity menunjukkan nilai Asimp.Sig.(2-
tailed) sebesar 0,026 dengan nilai probabilitas sebesar < 0,05 yang
berarti terdapat perbedaan dan perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah
penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.
3. Berdasarkan penelitian tambahan menggunakan kuesioner dapat
dijelaskan bahwa pengaruh diberlakukannya peraturan zakat sebagai
pengurang pajak hanya berpengaruh 2,91% terhadap jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi Sebelum dan Sesudah diterapkannya Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan
Kena Pajak adalah mengalami perubahan yang signifikan.
Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, boleh dikurangkan terhadap zakat
atas penghasilan, yang nyata-nyata dibayar wajib pajak pribadi pemeluk
agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki
pemeluk agama Islam kepada BAZ atau LAZ yang dibentuk atau disahkan
pemerintah. Apabila zakat tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah maka
73
zakat tersebut tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak.
Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atas Penghasilan Kena
Pajak, wajib melampirkan foto kopi bukti pembayaran zakat dari badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah sebagai penerima zakat pada Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan tahun pajak dilakukannya pengurangan zakat atas
penghasilan tersebut.
Dengan adanya Undang-undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008
maka diharapkan jumlah Wajib Pajak akan bertambah besar, dan
kesadaran membayar pajak akan meningkat karena diperlakukan lebih adil
dengan memasukkan komponen zakat sebagai pengurangan PKP. Lebih
dari itu, secara psikologis akan mendorong kejujuran. Keikhlasan
seseorang dalam membayar zakat tentunya tidak mau dikotori oleh ketidak
jujuran dalam membayar pajak. Pada akhirnya, kesadaran membayar zakat
dan pajak akan meningkat, sehingga tujuan dari Pajak dan zakat akan
terwujud yaitu kesejahteraan rakyat.
C. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Lingkup penelitian yang terlalu sempit, karena penelitian ini hanya
dilakukan pada KPP Pratama Serpong saja dan tidak menggunakan
KPP Pratama lain yang sejenis.
74
2. Keterbatasan data yang diperoleh dari KPP Pratama yaitu peneliti tidak
memperoleh data secara spesifik diantaranya data jumlah wajib pajak
orang pribadi dari tahun 2007-2010 berdasarkan klasifikasi agama,
tetapi peneliti mendapatkan data jumlah wajib pajak orang pribadi
secara umum tahun 2007-2010 sehingga hasil pengolahan data yang
diperoleh menjadi bias.
D. Saran
Diharapkan untuk penelitian-penelitian yang serupa dimasa yang akan
datang dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi
dengan adanya saran-saran mengenai beberapa hal:
1. Dapat memperluas objek penelitian sehingga jumlah data yang
diperoleh diharapkan bisa lebih banyak darin penelitian ini.
2. Mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel-
variabel lain untuk memprediksi pengaruh Undang-Undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang pajak
terhadap perubahan jumlah wajib pajak pribadi.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito, Menyoal kembali Zakat Sebagai Pengurang Pajak. Artikel
diakses tanggal 23 Oktober 2010, dari file:///D:/Anggito% 20 Abi manyu
%20%20Menyoal%20Kembali%20Zakat%20sebagai%20 Pengurang %20
Pajak.htm
Abut, hilarius. 2010. Perpajakan di Indonesia.Jakarta: Diadit Media
Akhyar Adnan, Muhammad and Nur Barizah Abu Bakar.2009.Accounting
treatment for corporate zakat: a critical review. International journal of
islamic and midlle eastern finance and management.vo 2 no 1.pp32-45.
Al-qardawi, Yusuf.1991. Fiqh Zakah, beirut : Muassasah Ar-Risaah, Jilid I,
Cetakan 20.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Pedoma Zakat, semarang: PT,
Pustaka Rizki Putra, cetakan ke-3.
Daradjat, Zakiah.1999. Zakat pembersih harta dan Jiwa, jakarta, CV.Ruhama,
cet.6.
Departemen pendidikan dan kebudayaan.2002. Kamus besar bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, edisi.3, cet.2.
Dewan Direksi Ensiklopedi islam.1994. Zakat. Jakarta:Ichtiar Baru Van Houve,
jilid 5.
Djuanda, Gustian, dkk. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan,
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Doa,M. Djamal, 2002. Manfaat zakat dikelola negara, Jakarta: Nuansa Madani
Fachruddin, Fuad.1999.zakat, Kaherah :sekertaris umum majis,tth.
Ghozali, Imam.2005.Aplikasi Analisis Miltivariate Dengan Program SPSS.
Penerbit:Universitas Diponegoro.
Globalindo management, pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi).
Artikel diakses tanggal 24 oktober 2010, dari http://globalindo managemen.
wordpress.com/2008/08/31/ pengembalian kelebihan pembayaran pajak
restitusi
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam perekonomial Modern, Jakarta: Gema
insani, cet 1.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002.Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama.Yogyakarta:BPFE.
76
Khotimah, Husnul.2008. Analisis Komparatif Tentang Kesadaran Membayar
Zakat dengan Kesadaran Membayar Pajak. Skripsi.UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Lubis dan djuanda. 2010. Review Pajak Orang Pribadi dan Orang Asing. Jakarta:
Salemba empat.
Masjanto. Pajak dan Zakat Manifestasi Kegotoroyongan Nasional untuk
Pemerataan Pendapatan. Artikel diakses tanggal 23 Oktober 2010, dari
file:///D:/Pajak%20dan%20Zakat%20Manifestasi%20Kegotoroyongan%2
0Nasional%20untuk%20Pemerataan%20Pendapatan.htm.
Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 tentang Bantuan
atau Sumbanagn Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang
Sifatnya Wajib Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan.
Poernomo, Hadi. Zakat dan Pajak. Artikel diakses tanggal 26 April 2011, dari
http://www.pnm.co.id/content.asp?id=247&mid=null&Language=2.
Powell, Rusell.2009. zakat : drawing insights for legal theory and economic
policy from islamic jurisprudence. Seattle university school of law legal
paper series # 10-17.
Sabiq, Sayid.1987.Fiqh Sunnah 3, Bandung: al-Ma’arif, cet.1
Saechu, Ahmad. 2008. Analisis Penerimaan Zakat Sebelum dan Sesudah
Penerapan Undang-Undang pajak penghasilan No.17 Tahun 2000.
Skripsi.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Santosa, Purbayu Bidi dan Ashari.2005.Analisis Statistik dengan Microsoft Excel
& SPSS.Semarang:Andi Yogyakarta.
Santoso, Singgih.2004.Mengolah Data Statistik Secara Profesional SPSS.
Jakarta:Elek Media Komputindo.
Suhardiman, Iwan.2010. Pengaruh Per-16/PJ./2007 dan Per-116/PJ./2007
terhadap Perubahan Wajib Pajak Orang Pribadi.Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Siddiqy, Hasbi,Ash.1999. Pedoman Zakat, semarang, PT. Pustaka Rizki Putra.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Zakir, Chaeruddin.2008. Analisis terhadap peraturan Perpajakan mengenai Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan dalam perhitungan
Zuhaily, wahbah. 1949. Fiqh islami, Damsyik: Darul Fikr, Cetakan ke-3.
-I
&EgffigBEtrffiEE
Lampiran 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP BANTEN
Jalan Jend. Sudirman Nomor 34 S€rang 421 12 Kotak Pos 146Homepage DJP:hltp://www.pajak.g o.U
T€leponFaksimili
(0254) 200603(02s4) 200744
Nomor
SifatLampiran
Hal
s- 29{ ArvFJ.oBl2o11
Segera
Pemberian ljin Penelitian
14 Pebruari 2011
Yth. Kepala KPF Fratama Serpong
Jl. Raya Serpong Sektor Vll BloK405 nomoi 4--' -
Bumi Serpong Damai- Tangerang 15310
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor: S-33A//PJ.08/KP.0301/2011 tanggal 8 Pebruari2011 hal Permohonan ljin Melakukan Riset Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Mahasiswa, atas:
Dengan ini Kanwil DJp Bantqn memberikan ijin r,rntuk pelaksanaan penelitian/riseUmagangte:'sebut Cengan penlelasan sebagai berikut:
1. Bahan-bahan/keterangan yang digunakan hanya uniuk keilei"iuarr akic;e,i',is clan iidcl<ciipublikasikan
2. Agar tetap berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 34 KUP.
Demikian UntUk dikeial'r r.ri d an c{inernr rnak43 sebagalmana rnestinya.
ramudito
78
No. Nama Universitas TopikaI. Wulan PUspitasari lslam NegeriSarif
HidayatullahAnalisis Komperatif Jumlah Wajib Pajak danPenerimaan Pajak Sebelum dan SesudahPenerapan UU No. 36 Tahun 2008 TentangPaial., Penghasilan
2. Wna Kurniawati lslam Negeri SarifHidayatullah
Analisis Perbandingan Sebelum dan SesudahPenerapan Undang-undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 mengenai Zakai sebagaiPengurang Penghasilan Kena Pajak danlmplikasinya Terhadap Perubahan - JumlahWajib Pajak Orang Pribadi
1 71 987091 001
Lampiran 2
WI:'R E SIDE N
REPUELii( INDONISIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBIIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2OO9
TENTANG
BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGAN
KEAGAMAAN Y'ANG SIF'ATNYA WAJIB YANG DIKECUALIKAN DARI
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
Menimbang :
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat {3} hurufa angka 1 Ulidang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO8 tentangPerubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkanPeraturan Peinerintah tentang Bantuan atau Sumbangantermasuk Zakat atau Sumban$an Keagamaan yang SifatnyaWajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan;
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3263j sebagaimana telah beberapa kalidiUbah terakhir dengall Undang-Undang Nomor 36 Tahun20OB tentang Perubahan Keempat atai Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
{Lembaran Negara Republik Ipdonesia Tahun 2008 Nomor133, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia
. Nomor a893);
Mengingat
MEMUTUSKA}J:
79
WI''RESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJEI,ASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR i8 TAHUN 2OA9
TENTANG
BANTUAN ATA.U SUMBAT{GAN TER}{ASUK Z{KAT ATAU SUIUBANGAN
KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK
PAJAK PENGHASILAN
I. UMUM
Berdasarkan ketentuan Pasal a ayat (3) huruf a angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak PengLrasilan,
bantuan aiau sumbangan, termasuk zakat atau sumbangankeagamaan, dikecualikan sebagai objek Pqiak Penghasilan yang diaturdengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah'
pengaturan mengenai hal-hal yang tidak termasuk sebagai objek Pajak
Penghasilan ini bertujuan untuk meiiingkatkan iman dan takwa parap.rrr.lut agarna dan perlakuan yang sama (eqtal treatrnentl bagi setiappemeluk agarna di Indonesia.
iI, PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, ataup.ng...l4ar di aRtara pihak-pihak yang bersangkutan dapattdaai karena ketergilntungan atau keterikatan antara satu pihakdan pihak lain baik iangsung maupun tidak langsung'
Pasal 2
CukuP jelas.
Pasal 3
CukuP jelas.
Pasal4 ...
on
| |l\'[-.i-ll.-\ENREPUEi'LlK tNDONESIA
-2-MEMUTUSKAN:
MenetapKan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BANTUAN ATAUSUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGANKEAGAMAAN YANG SIFATI{YA WAJIB YANG DIKECUALIKANDARI OBJEK PAJAK PENGHASiLAN.
Pasai 1
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakatdan sumbangankeagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yangdiakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek PajakPenghasilan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 2
Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
yang diterima oleh:a. badan amil zakat atau lg1_nbaga amil zakat
atau disahkan oleh Pemerintah; danb. penerima zakatyang berhak.
adalah zakat
yang dibentuk
Pasal 3
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi p9m9!q!agama yang diakuj di Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1 adalah sumbangan keagamaan yang diterimaoleh:a. lembaga keagamaan
Pemerintah; danb. penerirna sumbangan
yang dibentuk atau disahkan oleh
yang berhak.
. Pasal 4
Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud d.alamPasal 1 adalah pemberian dalam bentuk uang atau barangkepada orang Pribadi atau badan.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal IJanuari 2OO9.
81
'qwTJFESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-3-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempetannya dalam Lembaran Negara Republik indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Febmari 2QO9
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
ttdDR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakartapada tanggal 9 Februari 2OOg
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSTA
REPUBLIK INDONESIA,
ttdANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDQNESIA TAHUN 2OO9 NOMOR 35
Salinan sesuai dengan aslinYaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
wI'I}.JESIDEN
REPUf.Ji- iK INDONESIA
-2-
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasai 5
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4984
lampiran 3
5fl$$HESfr$FffSF*-- dN idd6
NHNsfNdmdddto
E6ESff f; iE8FSE8EBS3Rfr 5bbF3R8$sNHots ddo No 6n c) 66€ ra.++6t/i-t -i\it+ +dNHddgrdNN 6ddd |adi - iN - --iiiititd
4 q t4 ts I gt Q e9* !-r n oq € !t !! !i cr! o rO d Oo 6 rf d N 6* <tdmdOrdmd NNUidNom FiFa - N-<;i;ri{dd fl -ai
rti\rOc|c'ltrOON€ar6dn@@6H6iF@dOtt<tsedddod
ES8HS85frE8SBR144OrfN6sttto(ts66g--dNdddd€
€<tmdd<t€Nd<tndd
{) Aa ei.+ s F ri q o c) cf F <t osl r! 0o ts r,o r d @NqnoatN E| (o rDt Om mo r,r F oOo N h inc)-aao rN 6 n O Orno c'OrN(O d t ort6d rf (O- rOcOHddd H ooH dddddF NN 6Hd-
606F<6d6rdN<6+odrqrfoo<f{olDdN dddd!td
OOddmN€tlNNmddsNm
N
I OO r m NOt 6 md ef\ d dfl l'. lO F r F NorClO 6qg@nsdr{ aro €hNoooorF.\|odmdncto Na @N @ o o o o6 o)@ N6 d 9@o m drtrod@cott 6 adddd d Q|d ddddtD flN mddd nddd
OslOddFdOO $6sfrdFN4O Gc|Odn€CtnHNN9dddOO d@dmdedfl <tdddNhNNqdH
dnOsf6<fsiO€nN€og)c)omoloiosiod66 (.ordmrll$n€G
6Hd
d60N6|ltdomdsn@osltlo(odstFor0dHc|mNstndF<tS<t--FdrOdO!6tOmNm
E* -= EE F=E
E, o E E i?-== l,4,.rEEaEa EE ?EErCgEi
i=EE****$EEEEEg*HE===FssECXFHFFEEBFFoFzgG
xoo=oA
E.o2ar l:z<<-{ot6>z<oCA
EoFetEsl-ZF{<t
"==<(JC
OE=)E>FFFFFF
BAUIJ
F<F>sgi
F<iddoiar| mN66<t
mFdo6 o dN
.E nq9e'oNold.! QQ|onurdc'rFrNhrDodI ol !Eeed6Q !j! m rn <6m1oan Fmis i{i'iit'; iriii-O Fl cq q cq (o i e € 6 cI .i m a d O O t' m-- r in ;i 6 anF HHdd digOfr dNdFdOlda\aN air-d--_6{toR
H-orro6m@v No6{nz
=gA
Aoa Nom<toottshroI NONodH-u?.fii=
o6
HdF3Iz3=ge
N66CO(O.oaoo4stN@S@i
N€6H
o6N6rtd
40
Go€ca3
|'=3Eu4
co6oRz
oao
6oFoo
6 c' O6 n6S F 6 NO rO c'c)N€ qr 6F n@ N Od6d6dd d dF o n r m6 0N sf rrm m€ do c < N ('r66N6N€r€6moNroi66(ooN66 cld @ts [email protected]
6(nr\t6Otnrtdood666dmddtsqro<o6cr< N
oddHdts
<ic)oosod66tcr6 N
OONOO6nl{O tsn6d(OFt6OO <td<tdNHNdHiTN$€MdFddNMNNdd
s6o6tsmdd€roHd@4hddEdNdddNdNNN6dd
BooRz
o€
oo(8i(fm€|'rNCtdnFo d4ro
odgrH ad
odo6(onH6\ts\lHNOdCnmHtmNmF.(oNtOtldHN@F\hOU)OdtOOOOOd66FFFfrFHFN6
e| € I rt <t d o < r o6r gt sf 6 o q 6 cr d tllooot66NqNo{ttc'oo Ntsod66O\trO<tNdonot(o16dm6 dfi 6Nd drl,d dddi q, d6
@
6N4hgtogrdrd$!t@$6 dh@fl 6€@dql*tsNOO<lit\ddsfgrF
6.t|9
; NdfsrOn6OrONdnmO<tiGhttdOn NOOdEiJ ostq.@hd o66ctmots€@mNm€@o H4ro6o s€s@hn aoaa{FootsNNtst3 N<t NE)mF fri Fd d H ro dl!€ltcC)
didddddaldFF:)(,z5Eae
m6m60don<tfttrt6*F o€oFdndo F h o o tt 6 ? od a F. (o6 d <f .atl rnotororgrrNoNNNr6 Nm Noadrf'ddH06e| g
{o N cr Ft <f N 6 gr N $ d r9ro N a d d d orQoo ddtsdNomdQ 6€6mNg
{od6dFddFdtt
60NR
dd66N
o600€sd€do6tts@o@mon6stNdN6N6d{ofl6066ttdslso6N6d
o6
ooF
ocnl
@o6didH<lt\€ dn dd
orhflloni dF
rOdFrmlnFod)n6$(onn*m
<tortlNdQ NdN$-*d6o6H€d
aoFglc,o
oFnoo€st<t6mmrtsfro<tnllm
Aogt m(0H40dI dNd(oN<txz
o@
ostasro€6ddddmrD<iro<t€nt
4o6 .OF\(o@<tOloddhdscr-
oCO
F=Iz==EA
Ff(92f
=gc
in6€m€oor4Nr0HHdfld€
omoo6r oosf 6roNdQood<t gNo000Nnd oo€Fl ilrotooNeFioNiiNd6 Nm660 00ahNd d6m
Bot\ alrNd(oFrOo ddNdtRz
oao
:)-
=?2a t { ,ESeh- = 'e 44
E- ZUEE==t, riri=33 =rEE=-=tHG.999*;tse;6ssg= siE aE"==XFF "R=3"t9=E
-Eg6.sFFEfcF!EH6
F0FI
F5ttzos3Cl-6q'
{-e,ESP59c'zzoo4aacgu,66
Et9>ziRHff-o
droroarocooNmoroql Nmrom $--mNN--F
E
ao
dEilor
h
F4itCraNtsC6€
Nt6Fa
ItHSatdHFitg!
d €tli
<ld66strtoaldo6mr6rdd <f o {tt d N d rt o rt n 6 ro o NFm6A6d<t<td6fltlo dddGl
+il
8EFE3CF,g
6oF
E
FtI2a3z>Eg6S,
EFF599z2ooEE404EB6A
=
5c
<N6Cr
E ltrsf t\do@66odcrtsoddNooGm66Ho6r no rooNFcto ts6d€rcrtsoorDQad@Go oiomoF NOOO6<tO mO@d60dm@rt(nON6N mddE dHdHHd 6Nmd* mmoo-s! d d(lGEl!,
= hNslNoo omrottct@o€@ehrto+6dd@NdE rommNo NdNnNo6@90rDNd* m€dEo NNdoNd &<tomroN<t<to6N9 dN o6FAno€td
ilNF3t,23=l|re
OCt-frOOmu|rDNuod,NNNNdd
f
-
=Xr-{ * *E
g*sEEEgE:tEigis;F3*iEsE=*
EdN6
tn o ca ro o trr N N gr I} r0 o (o ro 6 qr1o 6ao io dNm hN4 dtsddnEqsrgdE dNdrtdl
&oC}
Rzoo
a6
---
oos
tsrlnra
droodooodNhd@\FNrtrOddms€dN6sc
o(o6<to6rooNo€r0rooFOO66€N
mdddd
mrnomrrom€dootsom€rogrmNr$Nil<l<fdG
<loan(0doron6rt(tNn6rao6tsNdF
ro gr60rto<t@
€NR8
no(oct ro ro6Nmro or
FS460oh
I* EX E= EE.NFq = erll*iE 3$
=E *385gg93
$EgE*t=r $EE fi1Ec *ea*=t338 sgEEaasFassooFzucvoozoc
ii-ozFgragz<<!:JOfa>z<oCE
EoFe3EeFZF<fs"=af
E*=FF
kkFF3=&4L' C'
2ts<FES6?u=
g il6Noaodrllt{dHrod c'rds qs 6o od@dfl6d6d €d€64FQ6F do6d6drao Non6dEF4! o6ondo-fio moo<fmstfl6att= o o <t ro ro r <f tD 6 d ao6 ro.o C' ts ro FE g(o@<lNd<tdd (oNr@s@hts16 6F(o€O6n+dts hO666rl<tOF!tq-oQ
d N dd6 <t d6 \f flo6ddm
eoO rO rt <t r0 Cr N q|r rD Or d ts r+ c| {t < Q O S O r* 6| d S !f I Q rO h O F rO4rA e !q ! qr- Nrim$ dN(hm mrtdo-Fl NmN €N6-*RoNNdod@Nd6n6Rz .{ R R o
oIB
F=I=,fEEc
v+ooF+66t dodd4do6rslForo\oto Nonooo6oostsNNmOdOdHts m4rnNdnmm@ g)rnsQfloomsqdshmonF6 S rO F. O 6 st Or (O n O n @ 6 Q \t O O S (O (n F <l E 6 € N H 10gt NO tO (o {O A.allltdddior0
27
___
Larnpiran 4
Ilasil Uji Statistik DeskriPtif
Sebelum
Sesudah
Valid N {isiwise}
Lampiran 5
NPar Tests
Hasil Uji Wilcoxon
a- Based on negative ranks-
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a. sesudah < sebelum
b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum
89
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
sesudah- Negative Ranks
sebelum Posiiive Ranks
Ties
Total
3u
11!
0'
't4
5.0(
at.'lt
15.0(
w.ut
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
z
{symp. Sig. (2-tailed)
.Z.JCC
.01!
Lampiran 6
Ilasit Uii Marginal HomogenitY
lllarginal HomogeneitY Test
sebelum &
sesudah
Drs{lstv- ?fues
Ofi-Diagonal Case$
Observed MH S:tatistic
Mean MH Statistic
s$. Devietion df MH statistic
Std. MH Statistic
Asymp. Sig. {Z-tailed)
2e
14
82414.00C
s6512.00(
18l,6.127
-2.22{
.02t
Lampiran ?
Kuesioner
SAG|AN l: PROFIL SCSPOND€f{
s€fitih Tefiald €h€ckliit { i, } s€sitti d€fg5ii ii*eFaii ytri€ Aiid:i $ililij
status
Apakah Anda tercatat sebagai Waiib Paiak di KPP Pratama Serpong? I tu I fiO"*
lenis Ketamin : f, t n r.n fl l"."*ou"n :
usia , [.to,"nun n 2o-3otahun f]rr*or"nun f]or-ror"nu*
flrro."tun
Tingkat Pendidikan , n o,o"*ah SMA,/sederajat il sue/seoeraiat fJo,
f tt X t, I s3 [ r"innvu
r f, Belum Menikah I nnenikah
pekerjaan , I rNl/Polri f| ,.*.*"iNegeri
X Karyawan swasta fJ wiraswasta
9rtr
I Lainnya.--.-........
EAGlAtf ll: MOTIVASI RESFOT{DE$I
Berilah tanda {r'} pada pertanyaan dari jawaban yang Anda berikrn di bawah ini
fiawaban boleh lebih dari 1):
Berikut ini adalah hal-hal yang mendorong Anda untuk aktif dalam membuat laporan
dan atau membayar pajak
tr Diberlakukannya peraturan Zakat sebagai pengurang paiak
n Mengikuti peraturan
D Bertambahnyapenghasilanpribadi
tr Kemudahan sistem pelayanan perpajakan :
u Ekstensifikasi pajak
tr SeIf asessmentsystem
tl Profesionalitas petugas pajak
D Kesadaransendiri
C Faktor lain; sebutkan: ............
Terima kasih atas kesediaan Bapak/lbu/Sdr/Sdri yang telah berkenan untuk
berpartisiapasi dalam menglsi kuesioner ini.
91
r
Lrmpiran 8
Tabel4.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel4.9
Karakteristik Responden Berd*sarkan Usia
Tabel4.10
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
KelompokResponden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Wajib Pajak KPPPratama Semong
Pria 34 34Yo
Wanita 66 66Yo
Jumlah 100 100%
KelompokResponden
Usia Jumlah Presentase
Wajib Pajak KPPPratama Serpong
<20 Tahun 0 00/o
2A4A Tahun 75 75%3l4A Tahun t6 l60/0
41-50 Tahun 9 gV',o
>50 Tahun 0 0%Jumlah 100 r00%
KelompokResponden
TingkatPendidikan
Jumlah Persentasi
Wajib Pajak KPPPratama Serpong
Di bawahSMA/sederaiat
0 $Ya
SMA/Sederaiat 1l llo/oD3 T4 l4Vosl 67 67o/q
S2 8 8%
S3 0 0%lainnva 0 AYa
Jurnlah 100 100%
7B
Trbel4.1l
Karakteristik Responden Berdasarkan Stafus
Tabel4.12
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
KelompokResnonden
Status Jumlah Peruentase
Wajib Pajak KPPPratama Semong
Belum Menikah 62 62aAMenikah 38 38%
Jrrmlah 100 rca%
KelompokResponden
Pekerjaan Jumlah Persentase
Wajib Pajak KPPPratama Serpong
TNI/Polri 0 0%Pegawai Negeri 26 26Yo
Karvawan Swasta AA+U 4A%Wkaswasta 22 220
Lainnya l2 lLa/o
Jumlah r00 n0%
/itrl
l
i
Lampiran g
Hglil Pcnyebamn Kuicioner
Na J*waban Jnmlah Pesentase
I Diberlakukannya peraturanZakat sebagai pengurang padak
5 2,91%
2 Mengikuti peraturtm 85 49,42yo
J Bertambahnya penghasilanpibadi
10 5,91%
4 Ken udahan sistern pelayalanperpajakan
? t ,l0-/o
5 Ekstensifikasi Pajak 6 3,49o/o
6 SeifAsessment SysteG 5 2,glola
7 Profesionalitas petugas pajak a 2,328,/o
I Kesadaran se*diri 55 3l,98o/o
r'I
Lampiran 10
Gra{ik llasil Kuisioner
an,49.42%
95