wujudkan indonesia maju dengan peningkatan ekspor...

44
design by cakra INDOLIVESTOCK: MOMENTUM PENINGKATAN EKSPOR PRODUK PETERNAKAN DITJEN PKH DORONG PENINGKATAN EKSPOR EKSPOR KAMBING DOMBA DAN SEMEN BEKU WUJUDKAN INDONESIA MAJU DENGAN PENINGKATAN EKSPOR BENIH DAN BIBIT TERNAK MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK ISSN 1979-7990 Volume XIII, No.2. Tahun 2019

Upload: others

Post on 15-May-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

desig

n by

cak

ra INDOLIVESTOCK: MOMENTUM PENINGKATAN EKSPOR PRODUK PETERNAKAN

DITJEN PKH DORONG PENINGKATAN EKSPOR

EKSPOR KAMBING DOMBA DAN SEMEN BEKU

WUJUDKAN INDONESIA MAJU DENGAN PENINGKATAN EKSPOR BENIH DAN BIBIT TERNAK

MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

ISSN 1979-7990

Volume XIII, No.2. Tahun 2019

44 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Alamat RedaksiDirektorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternanakan dan Kesehatan HewanKanpus Kementerian Pertanian Gd. C Lt. 8 Jl. RM. Harsono No.3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta 12550Telp. +62.21.7815781-Fax: +62.21.7811385 Alamat email : [email protected]

Redaksi menerima berbagai artikel berkaitan dengan aspek perbibitan dan produksi ternak yang dikirimkan ke alamat redaksi. Redaksi berhak menyunting artikel yang akan dimuat untuk disesuaikan dengan warna Majalah Bibit. Syarat artikel yang dimuat adalah karya asli, bukan salinan, dan belum dimuat oleh media massa lain. Artikel diketik dalam format *.doc (words file) maksimal 6.000 karakter disertai file foto format *.jpeg (image) yang relevan dengan keterangan fotonya.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur, Majalah Bibit edisi ke dua ditahun 2019 ini hadir sesuai target, menemani para pembaca. Kehadiran Majalah Bibit Volume Ketigabelas Nomor 2 di tahun 2019, kami optimis akan selalu mendapat tempat dihati para pembaca. Pergi memancing di pagi buta, Pulang sore membawa ikan, Siapa yang rajin membaca, Jadi orang sukses kemudian.

Pembaca yang sukses, pada edisi ini kami ingin menampilkan tema “Wujudkan Indonesia Maju dengan Ekspor Produk Benih dan Bibit Ternak”, melalui artikel dalam Laporan Utama. Selain itu, tentu artikel-artikel yang mendukung tema edisi kali ini dalam rubrik laporan yang berisi Ditjen PKH dorong peningkatan ekspor, Ekspor kambing, domba dan semen beku dan terutama Indolivestok momentum peningkatan ekspor produk peternakan. Artikel ini memberikan informasi terkait kegiatan Perbibitan dan Produksi Ternak di bulan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kebijakan yang harus dilaksanakan terkait dengan pengawalan mutu semen beku Siwab dan cutting HE

dalam penerapan Permentan 32 tahun 2017, kemudian untuk potensi dan pengembangan perbibitan terkait dengan bibit DOD itik alabio dan mojosari BPTU-HPT Pelaihari, Bibit sapi brahman Indonesia, kupersembahkan bibit sapi aceh di bumi rencong untuk Indonesia, untuk liputan terkait dengan BPTU-HPT Siborong-borong. Hal ini tentunya untuk memajukan dunia perbibitan.

Artikel yang menarik lainnya dapat ditemui dalam rubrik Sains dan Teknologi, Sapi Jaliteng, dan penanganan pedet baru lahir dan terkait dengan SDM, CAT, babak baru uji kompetensi pengawas bibit ternak. Masih ada rubrik lain yang tak kalah menarik di Bitopinia, serba serbit, dan renungan. Sementara informasi yang bersifat ringan berupa flash news dapat anda jumpai di sekilas info.

Marilah kita insan perbibitan dan produksi ternak khususnya penulis dan pembaca budiman, bersama sama bahu membahu, membangun perbibitan di Indonesia dengan menjadi seorang yang professional dibidangnya. Berlari cepat mengejar waktu, Terlambat absen rugilah kita, Profesional bekerja itu harus nomor satu, Bagi kemajuan bangsa kita.

Jayalah Perbibitan Indonesia

Susunan Redaksi

PelindungDirektur Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan

Penanggung JawabDirektur Perbibitan dan

Produksi Ternak

Pemimpin RedaksiIr. Cisilia Esti Sariasih

Redaktur PelaksanaDani Kusworo, S.Pt, M.Si

EditorFF. Bayu Ruikana, S.Pt, M.Sc

Ir. Marta Wirawan Jamarizal, S.Pt,MP

Iqbal Alim, S.Ptdrh. Novi Suprihatin, M.Si

Yude Maulana Y, S.PtGunawan Sitanggang, S.Pt, M.Si

ReporterIan Sopian, S.Pt, M.AgrTitien Widi R, S.Pt, MP

Sumiarti, S.Pt

Desain GrafisHarry Chakra M, S.Pt, M.Si

Fotografer/Dokumentasi Sutaryono, S.ST

Agus Pramono, ST

Sekretariat RedaksiIrma, S.Pt

Rini Endah Wahyuni, A.MdRetno Nugraheni W, S.Pt

Yunarto

KontributorPara KasubditKasubbag TU

WasbitnakWastukan

Manajer Puncak LSProUPT Perbibitan dan

Produksi Ternak

Konsultan MediaTristar Kreasi

Sapaan RedaksiVolume XIII. NO.2 Tahun 2019

Sampul Depan:Menteri Pertanian melepas ekspor

Sampul Belakang:Dirgahayu Republik

Indonesia ke 74

desig

n by

cak

ra INDOLIVESTOCK: MOMENTUM PENINGKATAN EKSPOR PRODUK PETERNAKAN

DITJEN PKH DORONG PENINGKATAN EKSPOR

EKSPOR KAMBING DOMBA DAN SEMEN BEKU

WUJUDKAN INDONESIA MAJU DENGAN PENINGKATAN EKSPOR BENIH DAN BIBIT TERNAK

MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

ISSN 1979-7990

Volume XIII, No.2. Tahun 2019

42 Vol XIII No. 2 Tahun 2019DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWANKEMENTERIAN PERTANIAN

Direktorat perbibitan dan Produksi TernakMengucapkan

DirgahayuRepublik Indonesia

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 1

TOPIK MAJALAH BIBIT

Produksi Benih dan Bibit Ternak Program Pemuliaan Ternak Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak Pengendalian Mutu Bibit Kelembagaan Perbibitan Ternak Peningkatan SDM Perbibitan Sertifikasi Benih dan Bibit Ternak

Fungsional Pengawas Bibit Ternak Fungsional Pengawas Mutu Pakan

COLOR

Laporan Utama

eksPor kaMBing, DoMBa Dan Benih seMen BekU Yang MenJanJikan Oleh:

Sinta Poetri dan Elma Rohliharni SPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak EKSPOR KAMBING DAN DOMBA

Saat ini kambing dan domba merupakan komoditas ternak yang mempunyai potensi dan peluang ekspor yang sangat menjanjikan. Sehingga peternak kambing dan domba diharapkan terus maju dan meningkatkan produksinya, serta dapat merambah ekspor ke mancanegara. Pada tahun 2018 Indonesia telah mulai melakukan ekspor ternak domba ekor tipis ke Malaysia, dengan permintaan sebanyak 5.000 ekor per bulan. Selain itu, baru-baru ini juga dilakukan ekspor domba Garut ke Uni Emirat Arab (UEA), dengan permintaan sebanyak 3.600 ekor per tahun.

Selain kedua negara tersebut, wilayah Asia, Afrika, dan Pasifik juga merupakan pasar ekspor yang sangat menjanjikan

untuk komoditas ternak domba dan kambing. Dengan mempertimbangkan aspek teknis, pemenuhan lokal dan

perkembangan isu perdagangan global, kita optimis Indonesia mampu untuk meningkatkan ekspor domba

dan kambing dari tahun ke tahun.

Untuk menggenjot ekspor tersebut, maka harus ada jaminan ketersediaan ternak secara

kontinyu dan berkelanjutan. Untuk itu, Kementan mendorong dilakukannya

kemitraan antara pelaku usaha (eksportir) dengan peternak domba/kambing yang melibatkan lembaga keuangan

(perbankan maupun non perbankan) dalam penyediaan permodalan.

Penyediaan permodalan bagi peternak dapat melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR)

maupun dengan pemanfaatan Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dalam

pemanfaatan Program Kemitraan tersebut, Ditjen PKH Kementan telah menawarkan pemanfaatan

pinjaman berbunga rendah dari PT. BTN kepada Ketua HPDKI.

Sampai dengan Oktober tahun 2018, realisasi KUR untuk bidang usaha pembibitan dan budidaya domba dan

kambing telah mencapai 387 Milyar rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 104,7% dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 189

Milyar rupiah. Begitu pula dengan jumlah debiturnya, pada tahun 2018 sebanyak 23.979 debitur atau meningkat 67,4% dibandingkan tahun 2017 yang hanya 15.515 debitur. Hal ini dapat menunjukkan bahwa peternak kambing domba saat ini

sudah berorientasi bisnis dan bankable. Dedikasi para pelaku usaha dan asosiasi untuk terus menggaungkan peternakan kambing dan domba di Indonesia perlu diapresiasi..

6 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Profil

Oleh : Ian Sopian dan Titien Widi RustantiWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Tantangan pimpinan BPTU- HPT Siborongborong di masa mendatang untuk mewujudkan Visi Balai dalam menyediakan bibit ternak berkualitas dan benih/bibit hijauan pakan dalam jumlah yang cukup serta terjamin kontinuitasnya. Dibutuhkan kerja keras, cerdas dan ikhlas dari segenap jajaran pejabat struktural dan fungsional serta hubungan yang baik dengan stakeholder.

MenUJU keJaYaan Balai

Lahir dari keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS), putra pertama dari tiga bersaudara Bapak I Gusti Kompiang Kaler, Sm.Hk (alm) dan Ibu I Gusti Ayu Adi Suniti. Memiliki nama lengkap drh. I Gusti Ngurah Agung Wisnu Adi

Saputra, M.Si dengan panggilan akrab ‘Wisnu’ lahir di Denpasar, 16 Juli 1975. Sosok yang memiliki perawakan tinggi ini memiliki cita-cita saat Sekolah Menengah Umum (SMU) menjadi seorang kriminolog, kemudian sempat berubah haluan untuk mencoba keberuntungan dengan mendaftar di APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri), namun harus gugur dikarenakan memiliki penglihatan (mata) minus. Akhirnya dengan mengalahkan ego pribadi dan mengikuti s a r a n orang tua untuk mendaftar ke Universitas Udayana Bali pada Fakultas

K e d o k t e r a n Hewan. Hal ini m e r u p a k a n k e b e r k a h a n hidup yang dapat dirasakan

sampai sekarang.

D a l a m perjalanan karir,

s e m a s a

mahasiswa aktif di organisasi hingga menduduki jabatan penting, mulai dari Ketua Senat, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), hingga aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Setelah menamatkan Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan (1999), kemudian mendedikasikan profesinya dengan bergabung di Yayasan Yudistira (Street Dog Foundation). Yayasan ini bertugas dalam membantu menyelamatkan anjing-anjing sakit yang berkeliaran di masyarakat untuk diobati, dikastrasi dan dipulihkan sebelum dilepaskan kembali ke habitatnya. Setelah 2 (dua) tahun di Yayasan, kemudian mencoba bergabung di PT. Sierad Produce, cabang Bali. Kemudian

mengajukan resign dan memilih untuk menjadi dokter hewan praktik. Perjalanan membuka usaha praktik dokter hewan ternyata tidak mulus yang hingga akhirnya harus mengalami kemunduran yang diakibatkan adanya tragedi bom Bali II. Klien mulai turun pasca tragedi tersebut dan di titik itulah mulai terbersit mengikuti jejak orang tuanya untuk menjadi PNS.

Tahun 2002, menjadi awal karir di pemerintahan (Kementerian Pertanian) sebagai CPNS dan ditugaskan di Balai Veteriner (BVet) Lampung. Berbekal ketekunan dan keuletan dibuktikannya dengan mendapat promosi jabatan eselon IV (Kepala Seksi Pelayanan Teknis). Setelah 9 tahun, alih tugas ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, kemudian tidak lama promosi eselon III (Kepala Bagian Umum). Kegigihan yang ditopang dengan kerja keras dan ikhlas prestasi kembali ketika dilantik sebagai Kepala BPTU HPT Siborongborong pada bulan Maret 2019 hingga sekarang.

BPTU HPT Siborongborong

Balai Perbibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Siborongborong merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 56/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTU HPT Siborongborong adalah UPT yang berada di bawah dan bertanggung-jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan secara teknis dibina oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

Kantor pusat balai berada di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera

Utara. Balai ini memiliki 3 (tiga) instalasi yaitu Silangit (ternak kerbau); Bahal Batu (ternak babi); dan Rondaman Palas

(ternak kerbau). Tugas pokok balai yaitu melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan,

penyebaran dan distribusi bibit ternak babi dan kerbau unggul, serta produksi dan distribusi

benih/bibit hijauan pakan ternak. Sumber daya Balai didukung oleh 78 pegawai

dengan komposisi

20 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

i gusti ngurah agung wisnu adi saPutra : kePala bPtu hPt siborongborong

Kilas Info

Laporan Utama

Kebijakan Perbibitan

SDM Perbibitan

Laporan

2

Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Dorong Peningkatan Ekspor

Mencetak Auditor Yang Kompeten Melalui Pelatihan ISO

Ekspor Kambing, Domba Dan Benih Semen Beku Yang Menjanjikan

CAT: Babak Baru Uji Kompetensi Pengawas Bibit Ternak

Progres Bekerja Tengah Tahun

Upaya Penyediaan Bibit Ternak Domba Garut Dengan MetodeKawin Silang

Pameran Indolivestock,Jawa Tengah Raih Penghargaan Adi Praja Satwa Sewaka Wilayah I

Kontes Ternak Dan Livestock Expo 2019 Sebagai Ajang Promosi Pembangunan Peternakan Dan Menuju Sukses Penas Tani XVI Sumatera Barat 2020

SLPRO Berhasil Mendapatkan Reakreditasi KAN

4

6

9

3

10

11

14

12

8

Liputan

Potensi Perbibitan

16

17

18

22

24

26

27

Pengurangan Hatching Egg (he) Ayam Ras Pedaging (broiler) Dalam Penerapan Permentan 32 Tahun 2017

Pengawalan Mutu Semen Beku Siwab

Indolivestock 2019: Momentum Peningkatan Ekspor Produk Peternakan

Bibit DOD Itik Alabio Dan Mojosari BPTU HPTU Pelaihari

Bibit Sapi Brahman Indonesia BPTU HPT Sembawa

Prospek Pengembangan Kambing Perah di Sumatera Utara

Rumpun Kerbau BPTU HPT Siborong-Borong

Menuju KeJayaan Balai

28

30

33

34

35

36

37

38

39

40

Ku Persembahkan Bibit Sapi Unggul Di Bumi Rencong Untuk Indonesia

Domba Awassi,Domba Perah Pertama Di Indonesia

Penanganan Pedet Baru Lahir

Modernisasi Kandang Untuk Efisiensi Usaha Ternak Ayam

Kebutuhan Pakan Terpenuhi,Sapi InduKan BX Berkembang Di Bangka Belitung

idea :TOT Program Kemitraan Persusuan Di Indonesia

Kemitraan Domba Untuk Swasembada Protein Hewani

Persiapkan Sapi Potong Untuk Kurban

Sapi Jaliteng,Bukti Nyata UPaya PeningkatanMutu Genetik Sapi Bali MelaluiIntroduksi Gen Banteng

Nilai Ilahiah Dan Nilai Insaniah Ibadah Qurban

Pengembangan Perbibitan

Manajemen Perbibitan

Sains Dan Teknologi

Renungan

Profil

20

2 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Kilas Info

PelePasan Purnabakti

‘kentalnya nuansa kebhinekaan di hut ri ke 74 kementerian Pertanian

Oleh : Rini Endah Wahyuni

Oleh : Retno Nugraheni

Perayaan HUT RI ke-74 di Kementerian Pertanian dimeriahkan dengan diadakannya kembali kegiatan senam dan berbagai perlombaan pada hari Jumat 16 Agustus 2019. Dalam nuansa merah putih seluruh karyawan Kementerian Pertanian di kantor pusat antusias mengikuti senam bersama dan berbagai perlombaan. Perlombaan yang diadakan antara lain lomba futsal, volly, tarik tambang, makan kerupuk, tangkap ayam dan lari balon yang mempertandingkan antar eselon 1 kementerian pertanian. Selain dalam rangka memperingati HUT RI ke-74, kegiatan ini juga untuk meningkatkan solidaritas dan kerjasama antar karyawan di Lingkup Kementerian Pertanian. Dari hasil perlombaan, Ditjen PKH berhasil menjuarai beberapa kategori lomba yaitu juara 2 lomba tarik tambang, juara 3 lomba makan kerupuk dan juara 3 lomba lari balon.

Perayaan HUT RI ke-74 di Kementerian Pertanian dilanjutkan dengan kegiatan puncak yaitu upacara bendera pada hari Sabtu, 17 Agustus 2019. Pelaksanaan upacara bendera peringatan HUT RI tahun ini terasa berbeda. Nuansa kebhinnekaan sangat kental dalam upacara, di mana para jajaran dan perwakilan pegawai menggunakan baju adat daerah Indonesia. Menteri Pertanian Amran Sulaiman selaku inspektur upacara tampil dengan baju adat Bugis.  Dalam kesempatan itu Menteri Amran menyampaikan rasa syukur atas capaian luar biasa Kementerian Pertanian selama 5 tahun ini. “Pegawai Kementan telah bekerja sangat keras dan membuahkan prestasi yang mengagumkan. Semua keberhasilan tersebut perlu perjuangan, dan ini berkat kerja keras seluruh pegawai Kementan se-Indonesia. Saya minta semua ini dirawat dan menjadi lebih bagus lagi,” tambahnya.

Acara perayaan dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng kemerdekaan olen Menteri Pertanian sebagai wujud rasa syukur atas capaian Kementan dan ditutup dengan penampilan Marching band dari Polbangtan Yogyakarta-Magelang, dan STPP Bogor. Penampilan dari mahasiswa mahasiswi Polbangtan Yogyakarta-Magelang dan STPP Bogor ini sangat atraktif dan menghibur peserta upacara dan tamu undangan. Jayalah Pertanianku, Jayalah Negeriku!! nMD

30 Juli 2019, pelepasan purnabakti (Ibu Parjiem Mulyo dan Bapak Teguh Prayitno) dilaksanakan. Acara dipimpin oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak dan dihadiri oleh hampir seluruh pegawai direktorat. ‘’Terima kasih kepada Bapak Direktur dan seluruh teman-teman yang hadir atas waktu dan kebaikannya, mohon maafkan atas kesalahan selama bekerja dengan bapak dan ibu sekalian’’ begitulah cuplikan ucapan yang ia ucapkan dengan penuh haru.

Selamat menempuh masa purnabakti, semoga semua kesalahan dari kami yang disengaja ataupun tidak dapat dimaafkan karna tidak ada seorangpun yang tidak terlepas dari kesalahan. Terima kasih telah mewariskan nilai keteladanan dan kerja keras bagi kami yang lebih muda. Semoga dalam menjalani hari-hari berikutnya diberikan kemudahan, keberkahan, dan kebahagiaan yang tak terhingga.. Aamiin

Masa pensiun bukan akhir dari perjalanan, masih ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk selalu berkontribusi kebaikan kepada orang lain. Masa pensiun bisa dihabiskan dengan bermain bersama cucu, jalan-jalan, atau buka usaha kecil-kecilan, meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME dan tentunya menjalani masa pensiun dengan sehat, sejahtera, dan bahagia.

Jika direncanakan dengan baik, masa pensiun dapat menjadi masa yang produktif dan membahagiakan. Rencanakan bagaimana dapat tetap menjalani gaya hidup sehat dengan standar yang sama atau bahkan lebih tinggi dari yang sekarang. Selain secara finansial, persiapan juga perlu dilakukan agar kita siap secara fisik dan emosional. InsyaAllah.. nMD

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 3

Laporan

Progres bekerJa tengah tahunOleh : Abdul Fatah dan Novia Dimar

Wasbitnak dan Calon Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Kegiatan BEKERJA (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) sudah memasuki tahun ke II dalam pelaksanaan

program yang digagas oleh Menteri pertanian pada tahun 2018. Salah satu program dalam rangka meningkatkan produksi komoditas pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan melalui kegiatan pertanian dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat miskin. Rumah tangga miskin yang menjadi sasaran penerima kegiatan adalah rumah tangga dengan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan dan memiliki pekerjaan di bidang pertanian (RTMP).

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) dalam program BEKERJA melalui kegiatan percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui intervensi: 1) kegiatan padat karya tunai di desa, 2) penanganan stunting, dan 3) pengentasan daerah rentan rawan pangan. Ditjen PKH melaksanakan kegiatan BEKERJA pada 12 Provinsi 57 Kabupaten/Kota, dengan menyalurkan bantuan ternak (ayam/itik), pakan, obat-obatan (raboransia dan desinfektan) dan bantuan biaya pembuatan kandang. Alokasi awal kegiatan BEKERJA dengan target 220.000 RTMP dengan jumlah ternak ayam/itik sebanyak 11.000.000 ekor dan anggaran yang di siapkan Rp. 666.811.760.000.

Namun, dengan adanya Permentan Nomor 31 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pedoman Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian Tahun Anggaran 2019, target RTMP berubah dari semula 220.000 RTMP menjadi 209.127 RTMP. Sehingga target distribusi ayam/itik menjadi 10.456.350 ekor, kandang 209.127 unit, pakan 31.369.050 kg, dan obat dan vitamin 209.127 paket dengan rincian masing-masing RTMP memperoleh 50 ekor ayam/itik, 1 unit kandang (bantuan biaya pembuatan kandang), 150 kg pakan, dan 1 paket obat dan vitamin. Berdasarkan Permentan tersebut, adanya pengurangan dan

penambahan lokasi kabupaten Bekerja yaitu Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau dihilangkan, dan penambahan Kabupaten Kepulauan Selayar di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga target pelaksanaan Bekerja Ditjen PKH tetap pada 12 Provinsi yang mencakup 57 Kabupaten/Kota.

Sampai dengan 31 Juli 2019, pengadaan bantuan ayam/itik, pakan, obat dan vitamin masih dalam tahap lelang konsolidasi. Untuk proses verifikasi dan penetapan RTMP sudah selesai dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan di Ditjen PKH dengan hasil verifikasi 209.127 RTMP dari target 209.127 RTMP (100,00%) dan kemudian dilanjutkan persiapan proses pendistribusian bantuan biaya pembuatan kandang.

Penyediaan kandang ayam/itik dilakukan oleh RTMP dengan bantuan biaya pembuatan kandang senilai Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per RTMP dengan mengikuti mekanisme padat karya. Kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan padat karya di desa dilaksanakan secara mandiri oleh desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan material, serta peralatan dan teknologi sederhana yang ada di desa, artinya RTMP membangun sendiri kandang menggunakan alat dan bahan lokal yang ada. Salah satu bagian dari kegiatan bantuan biaya pembuatan kandang adalah pembentukan UPKK (Unit Pengelola Keuangan dan Kegiatan) yang merupakan unit penerima pelaksanaan kegiatan biaya bantuan pembuatan kandang. Dalam pelaksanaan bantuan pembuatan kandang dari target 209.127 unit baru terealisasi 45.727 unit atau sebesar sebesar 21,87%.

Mekanisme pendistribusian ternak ayam/itik dilakukan setelah kandang tersedia dan siap digunakan. Distribusi pakan dapat dilakukan secara bertahap disesuaikan kebutuhan dengan memperhatikan lama waktu penyimpanan, pakan dan obat-obatan untuk tahap awal diberikan sebelum atau bersamaan pada saat distribusi ayam/itik.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan nomor 6217/Kpts/

PK.240/F/06/2019 tentang Petujuk Pelaksanaan Kegiatan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian (Bekerja) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2019, pada pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh semua unit organisasi pelaksana kegiatan BEKERJA Ditjen PKH sesuai dengan kewenangannya dan pelaporannya dapat dilakukan secara harian, bulanan, dan tahunan. Pelaporan kegiatan distribusi dan perkembangan kegiatan BEKERJA dilakukan secara online dan/atau manual.

Guna menunjang ketersediaan data realisasi perkembangan kegiatan BEKERJA maka Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak membuat aplikasi pelaporan online yang diharapkan dapat menunjang dan membantu petugas untuk dapat melaporkan kegiatan distribusi dan perkembangan populasi serta kondisi di RTMP setelah menerima bantuan kegiatan BEKERJA. Tujuan penyusunan sistem online Bekerja adalah: 1) mengetahui proses pendistribusian; 2) mengetahui perkembangan dan populasi ternak ayam/itik di RTMP, pemantauan pakan, kandang, lingkungan, kesehatan, dan produksi ternak; dan 3) mengetahui peta distribusi dan pemantauan RTMP Kegiatan Bekerja. Dengan menggunakan HP petugas dapat secara langsung melaporkan pelaksanaan kegiatan yang sudah terealisasi dilaksanakan melalui http://bekerja.ditjenpkh.pertanian.go.id . Dalam rangka mendukung sistem pelaporan online Kegiatan Bekerja Ditjen PKH tersebut, maka diadakan Bimtek/Training of Trainers (TOT) sistem pelaporan online Kegiatan Bekerja. Hingga tanggal 5 Agustus 2019, TOT Kegiatan Bekerja telah dilaksanakan di 11 UPT dari 14 UPT pelaksana, untuk petugas pendamping teknis akan dilanjutkan oleh TOT yang dilaksanakan UPT pelaksana kegiatan. Selain itu telah diadakan pula TOT untuk lingkup Ditjen PKH. Dengan adanya TOT sistem pelaporan online Bekerja lingkup Ditjen PKH diharapkan sekretariat dan direktorat teknis dapat ikut mengetahui dan memantau perkembangan Kegiatan Bekerja di masing-masing wilayah yang menjadi tanggungjawabnya dan berperan serta mendukung sistem pelaporan Bekerja berbasis online. nMD

Laporan Utama

Direktorat JenDeral Peternakan Dan kesehatan hewan Dorong Peningkatan eksPor

Oleh : Retno Nugraheni dan Beni HernawanCalon Wasbitnak dan Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan PKH telah menerapkan Aplikasi Rekomendasi/Perizinan Sistem On Line Paperless agar memperlancar iklim usaha dan ekspor. Pengguna Jasa Perizinan dapat menggunakan Aplikasi Pelayanan Perizinan Sistem On Line

Paperless pada Sistem Informasi Rekomendasi Peternakan dan Kesehatan Hewan (SIMREK PKH) Kementerian Pertanian.

Penerapan sistem pelayanan perizinan dalam era digital sebagai bentuk implementasi Peraturan Menteri Pertanian No.41/ Permentan/TU.120/11/2017 tentang Pelayanan Perizinan Pertanian secara Elektronik. Kementan berusaha memberikan pelayanan publik secara cepat, tepat, akurat, akuntabel dan aman. Dari 16 (enam belas) jenis layanan di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah seluruhnya diproses secara online melalui sistem yang dibangun di aplikasi SIMREK PKH melalui link http://simrek.ditjenpkh.pertanian.go.id/.

Penghargaan diberikan kepada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) bersama Tim Ditjen PKH yang terus berupaya meningkatkan transparansi dan kualitas pelayanan, sehingga penerapan sistem layanan Rekomendasi online dapat lebih lancar dan dengan hasil yang optimal. Penghargaan juga disampaikan kepada pelaku usaha yang telah berupaya memajukan usahanya, sehingga diharapkan jangan banyak yang impor saja permohonan perizinannya, tetapi ekspor yang harus di tingkatkan.

Berdasarkan data statistik peternakan ada peningkatan tajam pada produksi unggas nasional. Pada tahun 2018 sesuai dengan data BPS produksinya telah mencapai 3.565.495 ton atau 116,9% dari kebutuhan nasional sebesar 3.047.676 ton, sedangkan untuk produksi telur ayam tahun 2018 sebanyak 1.756.691 ton atau 101,5% dari kebutuhan nasional sebesar 1.730.550 ton. Kondisi surplus produksi ini sangat potensial untuk dilakukan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan untuk pasar domestik maupun ekspor. Pada saat ini tercatat produk ayam Indonesia telah di ekspor ke Jepang, Timor Leste, dan Myanmar.

Penerapan system jaminan mutu produk diterapkan dari mulai hulu hingga hilir, dari mulai Good Breeding Practices (GBP), Good Farming Practices (GFP), Good Manufacturing Practices (GMP), Good Handling Practices (GHP), hingga Good Distribution Practices (GDP) untuk menjamin suplai pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) yang bernilai tambah dan berdaya saing.

EKSPOR DOC dan TELUR HE

PT, Charon Pokhpan Jaya Farm (CPJF) melakukan ekspor produk anak ayam umur sehari (Day Old Chick) ke Negara Republik Demokrat Timor Leste sebanyak 10.000 ekor. DOC yang dikirim merupakan DOC yang telah di Sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Benih dan Bibit Ternak, Ditjen PKH.

Hal ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada tanggal 20 April 2018 bertempat di kantor pusat PT. Charoen Pokphand Indonesia, di Ancol, Jakarta Utara. Pada hari itu telah

4 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Laporan Utamadilakukan ekspor perdana ke Republik Demokratik Timor Leste, dengan  produk yang di ekspor pada saat itu adalah 1 kontainer produk olahan ayam, 6 kontainer makanan ayam, 3 kontainer minuman yang dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Amran Sulaiman.

Terkait dengan ekspor telur tetas, pengeskpor harus mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor terkait kualitas telur tetas ayam yang akan diekspor harus sesuai dengan yang menjadi persyaratan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Namun hal itu dapat dilewati dengan telah di luncurkannya ekspor perdana telur tetas ayam ULU 101 ke Myanmar pada hari Selasa 24 April 2018 di Cargo 510 Bandara Soekarno Hatta Banten.

PT. Charoen Pokphan Indonesia dan PT. Unggas Lestari Unggul (ULU) merupakan Unit Usaha yang telah menerapkan kompartemen bebas AI untuk Breeding Farm aktif, sehingga telah memperoleh sertifikat kompartemen bebas penyakit AI (Avian Influenza) dan Sertifikat Veteriner dari Pemerintah.

Sejumlah kebijakan Kementerian Pertanian lainnya yang dapat mendorong peningkatan kualitas produk peternakan yang akan diekspor selain sistem kompartemen, yaitu: penerapan Good Breeding Practices, Prinsip-Prinsip Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare), dan Sertifikasi Veteriner.

Sejak tahun 2015 Indonesia telah melakukan ekspor telur tetas ayam dengan jenis ayam ras ke Myanmar, dan hingga Maret 2018 jumlah komulatif yang sudah diekspor sebanyak 10.482.792 butir dengan nilai Rp. 109,60 Milyar. Berdasarkan data BPS tahun 2017, volume ekspor telur tetas ayam ras terus meningkat mencapai 27,39% dan nilai ekspor meningkat sebesar 26,76% dibanding tahun sebelumnya. Adapun negara tujuan ekspor meliputi Myanmar, Papua Nugini, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain.

EKSPOR AYAM KAMPUNG

Usaha peternakan ayam kampung secara perlahan tapi pasti mulai diperhitungkan dalam industri peternakan nasional. Walau sentuhan pemerintah belum sebesar komoditas ternak unggas lainnya, tapi dengan kemandirian dan kejelian melihat pasar dari para pelaku peternakan ayam lokal, khusus ayam kampung asli, terobosan demi terobosan dilakukan.

Setelah mengantongi SKLB (Surat Keterangan Layak Bibit), Sertifikat Kompartemen Bebas AI dan ISO 9001, PT. Sumber Unggas Indonesia (Anggota HIMPULI) sedang mengajukan Sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner) Level 1 sebagai syarat utama untuk ekspor. Selain itu, anggota Himpuli ini juga dalam proses audit untuk mendapat Sertifikat ISO 22000.

Ekspor ayam kampung oleh PT. Sumber Unggas Indonesia (salah satu anggota HIMPULI) tentunya tidak akan menyebabkan pengurasan sumber daya genetik lokal karena merupakan hasil seleksi ketat berdasarkan kriteria perdagingan dan pemanfaatan hasil persilangannya. Diharapkan 5-10 tahun ke depan Indonesia punya strain tersendiri untuk ayam pedaging yang diakui oleh dunia.

Jika rencana ekspor itu benar-benar terwujud, sudah sepantasnya pemerintah memberikan reward atau insentif, sebagaimana pemerintah memberikan reward kepada perusahaan ayam ras yang sudah melakukan ekspor.

Sesuai arahan Presiden Indonesia Joko Widodo, tahun ini adalah tahun diplomasi ekonomi sehingga harus meningkatkan ekspor. Myanmar negara yang berpotensi untuk ekspor ayam karena penduduk di sana sebagian besar tidak makan daging sapi. Menurutnya, ayam Indonesia akan sangat disukai oleh masyarakat Myanmar.

Ekspor inilah yang sesungguhnya dapat memberikan masukan/devisa bagi negara Republik Indonesia. Ekspor adalah salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan devisa negara. Selain itu juga agar bangsa kita banyak dihormati oleh negara lain. Pemerintah akan sepenuhnya mendorong dan berupaya memberikan prioritas kepada pelaku usaha di bidang ekspor untuk kemudahan dan kecepatan proses permohonan rekomendasinya. nMD

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 5

Laporan Utama

eksPor kaMBing, DoMBa Dan Benih seMen BekU Yang MenJanJikan Oleh:

Sinta Poetri dan Elma Rohliharni SPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak EKSPOR KAMBING DAN DOMBA

Saat ini kambing dan domba merupakan komoditas ternak yang mempunyai potensi dan peluang ekspor yang sangat menjanjikan. Sehingga peternak kambing dan domba diharapkan terus maju dan meningkatkan produksinya, serta dapat merambah ekspor ke mancanegara. Pada tahun 2018 Indonesia telah mulai melakukan ekspor ternak domba ekor tipis ke Malaysia, dengan permintaan sebanyak 5.000 ekor per bulan. Selain itu, baru-baru ini juga dilakukan ekspor domba Garut ke Uni Emirat Arab (UEA), dengan permintaan sebanyak 3.600 ekor per tahun.

Selain kedua negara tersebut, wilayah Asia, Afrika, dan Pasifik juga merupakan pasar ekspor yang sangat menjanjikan

untuk komoditas ternak domba dan kambing. Dengan mempertimbangkan aspek teknis, pemenuhan lokal dan

perkembangan isu perdagangan global, kita optimis Indonesia mampu untuk meningkatkan ekspor domba

dan kambing dari tahun ke tahun.

Untuk menggenjot ekspor tersebut, maka harus ada jaminan ketersediaan ternak secara

kontinyu dan berkelanjutan. Untuk itu, Kementan mendorong dilakukannya

kemitraan antara pelaku usaha (eksportir) dengan peternak domba/kambing yang melibatkan lembaga keuangan

(perbankan maupun non perbankan) dalam penyediaan permodalan.

Penyediaan permodalan bagi peternak dapat melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR)

maupun dengan pemanfaatan Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dalam

pemanfaatan Program Kemitraan tersebut, Ditjen PKH Kementan telah menawarkan pemanfaatan

pinjaman berbunga rendah dari PT. BTN kepada Ketua HPDKI.

Sampai dengan Oktober tahun 2018, realisasi KUR untuk bidang usaha pembibitan dan budidaya domba dan

kambing telah mencapai 387 Milyar rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 104,7% dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 189

Milyar rupiah. Begitu pula dengan jumlah debiturnya, pada tahun 2018 sebanyak 23.979 debitur atau meningkat 67,4% dibandingkan tahun 2017 yang hanya 15.515 debitur. Hal ini dapat menunjukkan bahwa peternak kambing domba saat ini

sudah berorientasi bisnis dan bankable. Dedikasi para pelaku usaha dan asosiasi untuk terus menggaungkan peternakan kambing dan domba di Indonesia perlu diapresiasi..

6 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

EKSPOR SEMEN BEKU

Saat ini teknologi inseminasi buatan telah berkembang dengan baik di Indonesia, penggunaan Inseminasi Buatan (IB) tidak hanya untuk mempromosikan ternak tetapi juga sebagai alat untuk konservasi genetik ternak.

Inseminasi Buatan merupakan ujung tombak untuk keberhasilan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB) yang merupakan fokus kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada 2017-2019 sebagaimana program tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016.

Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan Presiden Joko Widodo tercapai pada 2026 mendatang serta mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat.

Kementerian Pertanian memiliki 2 (Dua) Balai yang bertugas memproduksi semen beku yakni Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang dibawah koordinasi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Selain itu juga terdapat 10 Balai Inseminasi Buatan Daerah yang telah memperoleh sertifikat LSpro Benih dan Bibit Ternak. Untuk menunjang keberhasilan UPSUS SIWAB tersebut ke 12 balai yang telah memperoleh sertiifkat tersebut harus dapat memastikan ketersediaan semen beku yang diperlukan di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Keunggulan lain dari kedua Balai Inseminasi Buatan (BBIB Singosari dan BIB Lembang) tersebut yakni telah mempu memproduksi semen beku sexing. Artinya bahwa ternak-ternak kelahiran IB dapat diprediksi komposisi jantan dan betinanya. Sejak tahun 2007 telah mampu melakukan ekspor semen beku ke beberapa Negara seperti Malaysia, Kamboja, Myanmar, Timor Leste and Kyrgyzstan.

BBIB Singosari juga telah diakui dunia Internasional dan dipercaya dalam menyelenggarakan pelatihan IB ternak sapi melalui program kerja sama didukung dana bantuan dari Asian Development Bank, Kerja Sama Selatan-Selatan dan pelatihan di dalam negeri lainnya.

Delegasi dari Suriname dan Guyana melakukan “Business Trip Program” ke Indonesia (ke BBIB Singosari), salah satu tujuannya untuk pengetahui tentang perkembangan pembibitan ternak sapi, terutama aplikasi teknologi Inseminasi Buatan. nMD

Laporan Utama

Kementerian Pertanian memiliki 2 (Dua) Balai yang bertugas memproduksi semen beku yakni

Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang dibawah koordinasi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 7

8 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

SDM PERBIBITAN

mencetak auditor yang komPeten melalui Pelatihan iso

Oleh : Titien Widi R dan SutaryonoWasbitnak Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak pada tanggal 12-14 Agustus 2019 menyelenggarakan pelatihan terkait pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012 (Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Akreditasi Lembaga

Sertifikasi Produk); ISO/IEC 9001: 2015 (Sistem Manajemen Mutu) dan ISO/IEC 19011:2018 (Panduan Audit Sistem Manajemen). Pelatihan ini diikuti oleh pegawai baik struktural maupun fungsional Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak termasuk di dalamnya tim manajemen LSPro Benih dan Bibit Ternak. Pelatihan dibagi menjadi dua sesi yang dipandu oleh trainer pada masing-masing sesi. Trainer berasal dari TUV Reinland Indonesia yaitu Ibu Linda Saraswati Iskandar, ST, MM dan Bapak Mukhsin Safiq, ST, MM. Untuk mengetahui kemampuan atau tnigkat pemahaman peserta sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan pre test dan post test. Penyampaian materi dengan metode presentasi, diskusi dan praktek pelaksanaan audit secara berkelompok.

Sesi pertama dengan materi SNI ISO/IEC 17065:2012. Tujuan dari pelatihan SNI ISO/IEC 17065:2012 (Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk) yaitu 1) peserta paham akan filosofi dan prinsip-prinsip Sistem Manajemen Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa ISO/IEC 17065:2012; dan 2) peserta paham dan dapat mengimplementasikan elemen-elemen persyaratan Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa ISO/IEC 17065:2012.

Akreditasi yaitu rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh lembaga akreditasi (Komite Akreditasi Nasional), yang menyatakan bahwa suatu lembaga/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu. Sedangkan pengertian sertifikasi yaitu rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang atau jasa.

Sesi kedua dengan materi pelatihan Auditor Internal ISO 9001:2015 dan SNI ISO/IEC 17065:2012 berdasarkan ISO 19011:2018. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2015 merupakan tool bagi perusahaan/instansi dalam meningkatkan kinerja operasional secara signifikan. Sistem ISO 9001:2015 akan membantu perusahaan/instansi menjalankan bisnis/tugas fungsi  lebih terorganisasi dan sistematik sehingga produk dan kualitas layanan dapat memuaskan konsumen secara optimal. Apa manfaat ISO 9001: 2015? Penerapan ISO 9001: 2015 bermanfaaat bagi organisasi, konsumen dan karyawan. Manfaaat bagi organisasi antara lain peningkatan efisiensi tingkat operasional dan organisasi, peningkatan produktivitas, peningkatan kinerja proses secara terus menerus dan kepercayaan konsumen,  dan mempertinggi posisi organisasi dalam persaingan di pasar. Bagi konsumen mempunyai manfaat produk dan jasa bermutu sesuai dengan harapan konsumen, meningkatnya kepuasan pelanggan dan kepercayaan yang tinggi dengan risiko transaksi yang rendah. Sedangkan manfaat bagi karyawan yaitu meningkatnya kepuasan karyawan dalam bekerja, meningkatnya kebanggaan terhadap perusahaan dan timbulnya proses pembelajaran bagi keberhasilan dalam bekerja.

Materi terakhir ISO/IEC 19011:2018 tentang Panduan Audit Sistem Manajemen. Sistem manajemen dibuat untuk membantu

organisasi mencapai tujuan. Melaksanakan audit sistem manajemen merupakan suatu hal yang penting bagi organisasi. Standar internasional untuk audit sistem manajemen telah diterbitkan pada 2018, menggantikan standar sebelumnya  ISO 19011:2011. Standar ini memberikan lebih banyak panduan daripada versi sebelumnya. Perubahan dalam versi baru antara lain, pembaruan dalam terminologi, penambahan prinsip ketujuh audit, perubahan kecil dalam klausul 5 hingga 7, klausa dan sub-klausa yang baru ditambahkan, serta penambahan jumlah bagian dalam Lampiran B. Menurut versi baru dari standar, proses pengelolaan program audit adalah PDCA (Plan, Do, Check and Act), yaitu merencanakan, mengerjakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Di dalam ilmu manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapkan di tempat kerja kita yaitu menggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. P-D-C-A dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.

Terkait materi panduan/teknik audit ini, peserta dibagi dalam empat kelompok untuk simulasi pelaksanakan audit. Teknik audit sendiri dibagi menjadi 3 yatu, opening meeting, pelaksanaan audit dan closing meeting. Pelaksanaan audit dipimpin oleh seorang lead auditor. Dalam setiap ketidaksesuaian audit harus menerapkan prinsip PLOR, yaitu Problem (ada masalah), Location (tempat ketidaksesuaian), Objectif evident (ada bukti obyeknya ) dan Reference (ada bukti fisik ketidaksesuaian/klausal yang dilanggar). Untuk kategori temuan audit dibagi menjadi tiga. Kategori tersebut yaitu 1) Kesesuaian (conformance/telah melaksanakan proses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, 2) Ketidaksesuaian (non conformance/ belum melaksanakan proses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan) dan 3) Observasi (OFI-Opportunity For Improvement/saran auditor untuk meningkatkan efektivitas/mutu pelaksanaan kegiatan), hal ini biasanya organisasi sudah menerapkan hal yang sudah dittapkan namun ada hal yang kurang dan bisa lebih ditingkatkan ke tataran yang lebih baik lagi.

Disela-sela materi pelatihan ada games/kuis yang membuat peserta lebih antusias untuk mengikuti pelatihan. Output yang diharapkan dari pelatihan ini adalah muculnya auditor-auditor yang handal sebagai auditor di Lembaga Sertifikasi Benih dan Bibit Ternak.

Selamat bagi peserta yang lulus dan selamat bersiap untuk menjadi auditor yang kompeten. nCES

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 9

SDM PERBIBITAN

cat: babak baru uJi komPetensi Pengawas bibit ternakOleh : Bayu Ruikana Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Permenpan Nomor 42 Tahun 2018 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Melalui Penyesuaian/Inpassing, telah diterbitkan. Salah satu persyaratan dalam inpassing

adalah mengikuti uji kompetensi. Sesuai dengan namanya, uji kompetensi bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi seseorang sebelum menduduk jabatan fungsional tertentu (dalam hal ini Pengawas Bibit Ternak). Uji kompetensi dilakukan tidak hanya untuk peserta inpassing. Semua pejabat fungsional yang akan naik jenjang jabatan juga wajib menjalani uji kompetensi, termasuk untuk CPNS/PNS yang akan diangkat menjadi pejabat fungsional untuk pertama kali.sesuai dengan PP 11 Tahun 2011 tentang Manajemen PNS dan Permentan 28 tahun 2015 tentang Uji Kompetensi Pengawas Bibit Ternak

Pada tahun 2019 ini, pelaksanaan uji kompetensi menggunakan cara baru yaitu menggunakan Computer Assisted Test (CAT). Sebenarnya cara ini bukan merupakan hal yang benar-benar baru karena telah digunakan pada saat seleksi CPNS. Tetapi menjadi hal yang baru dalam uji kompetensi untuk jabatan fungsional di Kementerian Pertanian.

Gelombang pertama uji kompetensi berbasis CAT telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Lokasi tersebar di 6 tempat, yaitu Jakarta, Medan, Makassar, Yogyakarta, Banjarmasin, dan Surabaya. Kementerian Pertanian menggandeng Badan Kepegawaian Negara (BKN) di 6 kota tersebut untuk menyelenggarakan CAT. Mengapa Kementerian Pertanian perlu melibatkan BKN? Tidak lain karena BKN telah memiliki infrastruktur dan pengalaman dalam melaksanakan CAT, antara lain pada penerimaan CPNS yang jumlah persertanya ribuan orang. Tentu menangani ujian untuk pejabat fungsional yang pesertanya sekitar 700 orang, bukan hal yang sulit. Dalam hal ini, BKN menyediakan fasilitas uji. sedangkan materi ujian disediakan oleh Kementerian Pertanian.

Dengan pengggunaan CAT, maka diperlukan penyesuaian dalam penyediaan soal. Kementerian Pertanian telah menyediakan ribuan soal dalam bentuk multiple choice yang dibedakan untuk jenjang jabatan trampil dan ahli. Pemilihan bentuk soal tersebut sesuai dengan karakter CAT, yaitu

menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Selanjutnya komputer BKN akan mengacak soal tersebut sesuai dengan persentase tingkat kesulitan yang telah disepakati, yaitu mudah, sedang, dan sulit. Hal ini menyebabkan tidak ada ada seorangpun yang sama dalam urutan soal yang muncul di layar komputer, meskipun perbandingan persentase tingkat kesulitan soalnya sama.

Selain itu, perlu dilakukan semacam bimtek untuk menjelaskan tata cara ujian dan hal-hal prinsip terkait dengan materi uji. Hal ini dipandang perlu, mengingat bahwa dengan cara uji kompetensi melalui CAT, akan menggunakan passing grade tertentu sebagai satu-satunya parameter kelulusan. Peserta wajib memenuhi batas nilai yang telah ditetapkan agar lulus uji kompetensi. Dengan kata lain, komputer tidak mengenal toleransi. Khusus untuk tingkat madya dan utama, apabila perserta telah lulus CAT akan dilanjutkan dengan wawancara dengan materi teknis, manajerial, dan sosiokultural. Tentu cara ini berbeda dengan cara uji kompetensi terdahulu yang memasukkan unsur wawancara untuk menentukan kelulusan disemua jenjang. Dengan demikian, bimtek uji kompetensi menjadi sangat penting untuk memberikan pengertian baru kepada pejabat fungsional dan calon pejabat fungsional yang akan mengikuti uji kompetensi.

Kelebihan dan kekurangan tentu selalu ada dalam penerapan tatacara yang baru. Tetapi pada prinsipnya, CAT setidaknya mendorong para pejabat fungsional menjadi lebih aware terhadap tugas dan teknologi informasi. Sedangkan bagi calon pejabat fungsional melalui jalur inpassing, pengangkatan baru, ataupun alih jabatan, menjadi lebih memahami bahwa jabatan fungsional adalah sesuatu yang “harus diperjuangkan”. Dan ke depannya perlu dipertimbangkan pula untuk pelaksanaan CAT ini agar bisa merangkul dan masuk ke semua lini baik di tingkat provinsi ataupun Kabupaten/Kota seluruh Indonesia mengingat jarak dan biaya terutama untuk kabupaten/kota yang dirasa jauh dari lokasi pelaksanaan CAT tersebut. nYMY

10 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Laporan

uPaya Penyediaan bibit ternak domba garut dengan metode kawin silang Oleh : Yude Maulana

Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Garut – Malangbong 25 Juni 2019, Dalam upaya pemenuhan permintaan akan protein hewani, khususnya daging domba para petani peternak domba di Kabupaten Garut terus melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan meningkatkan populasi terutama dalam hal ketersediaan bibit dan percepatan pertumbuhan berat badan, upaya yang dilakukan dengan cara melakukan persilangan antara domba Garut dengan Domba Dorper dari Australia (cross breed) dengan tujuan untuk menghasilkan domba yang unggul dengan bobot yang lebih besar.

Keunggulan yang didapat dari hasil persilangan tersebut diantaranya menghasilkan bibit yang lebih produktif dan berat badan domba diatas rata-rata ukuran domba lokal, lebih lanjut ketua HPDKI Yudi Guntara menyampaikan bahwa saat ini kwalitas domba lokal yang ada sudah cukup bagus, namun berdasarkan hasil kajian masih dapat terus ditingkatkan dengan cara mengkawinsilangkan dengan domba yang lebih unggul lagi diantaranya domba dorper yang memiliki pertumbuhan berat badan lebih cepat terutama untuk produksi daging sebagai substitusi komplementer daging sapi yang mengalami deficit sebesar 275.554 ton (2018).

Saat ini persoalan kontinyuitas ketersediaan bibit masih tetap menjadi kendala dan tantangan yang selalu dikeluhkan oleh hampir setiap peternak, untuk itu PT. Agro Investama salah satu perusahaan yang bergerak di bidang peternakan khususnya domba terus berupaya untuk selalu menyediakan bibit domba unggul tersebut salah satu caranya dengan melakukan pembiakan dengan cross breed (kawin silang) dan saat ini permalahan tersebut dapat teratasi, namun muncul masalah lain yang krusial terutama untuk pembiayaan, karena untuk program pengembangbiakan/pembibitan masih

sedikit perusahaan atau perseorangan yang tertarik di sektor tersebut karena dianggap memerlukan permodalan yang besar dan waktu yang lama, selain itu masih sedikit pihak perbankan atau jasa keuangan lain yang tertarik untuk menyediakan permodalan tersebut karena dianggap masih memiliki resiko yang tinggi, untuk itu Yudi Guntara berupaya untuk menarik jasa keuangan guna membiayai kegiatan tersebut salah satunya dengan cara menarik dana CSR dari perusahaan karena jika menggunakan skema pembiayaan melalui kredit dirasa akan sulit.

Populasi domba tahun 2017 di Jawa Barat mencapai 11.425.575 meningkat menjadi 11.608.559 ekor tahun 2018 berdasarkan data dari Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2017, namun kondisi yang ada dirasa sangat sulit untuk mendapatkan domba tersebut karena harganya cukup mahal, hal tersebut yang mendorong PT. Agro Investama untuk melakukan Cross Breeding dengan tujuan dalam penyediaan bibit domba.

Pada kesempatan tersebut hadir Koordinator Staf Ahli Khusus Presiden

Teten Masduki yang merupakan salah satu dewan Pembina HPDKI menyatakan bahwa perkawinan silang merupakan salah satu upaya dalam penyelesaian masalah ketersediaan bibit, apalagi hasil persilangan tersebut bobot badan ternak bisa mencapai lebih dari 35 – 40 Kg pada umur tujuh bulan. Hal tersebut lebih bagus dari pada domba lokal yang sudah ada, meskipun berat domba garut bisa mencapai lebih dari 80 kg namun hal tersebut baru hanya di Domba Garut pejantan. Lebih lanjut Teten menyarankan agar bahwa sistem perkawinan silang tersebut harus menjadi bagian dari pembenahan penyediaan bibit di tingkat hulu dan pemerintah harus mencermati kegiatan tersebut sebelum akhirnya dapat disebarluaskan ke masyarakat. nMW

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 11

LaporanPameran indoliVestock, Jawa tengah raih Penghargaan adi PraJa satwa sewaka wilayah i

Oleh : Irma dan Sofwan HadiWasbitnak dan Wastukan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Ajang pameran peternakan terbesar, Indolivestock Expo dan Forum ke-14 kembali di gelar di Grand City Convex, Surabaya-Jawa Timur, bulan Juli 2019. Salah satu agenda di kegiatan tersebut yaitu

penganugrahan Adi Praja Satwa Sewaka, apresiasi bagi Dinas provinsi yang melaksanakan fungsi pelayanan peternakan dan kesehatan hewan. Tahun 2018 penghargaan diberikan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Tahun 2019 merupakan tahun perdana penganugrahan kepada pemerintah daerah tingkat provinsi. Selain kepada dinas, penganugrahan juga diberikan kepada kalangan industri.

Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian menjadi Tim Verifikasi dalam rangkaian penilaian tersebut. Penilaian dilakukan kepada seluruh Dinas Provinsi di Indonesia dengan kategori wilayah I, II, dan III berdasarkan satuan ternak dan kondisi infrastruktur. Penilaian berdasarkan desk review dari isian kuisioner dan dilanjutkan verifikasi lapangan. Aspek penilaian meliputi aspek kemandirian nomenklatur Dinas, aspek regulasi yang mendukung peternakan, aspek kemandirian menghasilkan devisa, aspek realisasi pelaksanaan UPSUS SIWAB, kinerja perbibitan dan produksi, aspek pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil ternak, kinerja pelayanan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, aspek pelaporan kinerja penggunaan APBN, aspek kemandirian penggunaan APBD untuk bidang peternakan, dan aspek produksi pakan.

Berdasarkan desk review, Provinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masuk jajaran mewakili Wilayah I. Provinsi Bali, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur menjadi nominasi Wilayah II. Sedangkan Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Gorontalo mewakili wilayah III. Berdasarkan hasil sidang pleno yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2019 di Kantor Kementeria Pertanian Jakarta, hasil penilaian penganugrahan Aji Praja Satwa Sewaka untuk masing-masing Wilayah I, II, dan III sebagai berikut:

Jawa Tengah sebagai Peringkat I Kategori Wilayah I memiliki gambaran kemandirian nomenklatur Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota telah didukung aspek regulasi yang baik. Dari 35 Kabupaten/Kota, sebanyak 27 Kabupaten/Kota telah memiliki tatanan regulasi yang mengatur sektor peternakan dan kesehatan hewan, sedangkan 8 Kabupaten/Kota dalam proses legalisasi. Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah terhadap pertanian di atas 10%, namun demikian dukungan APBD untuk sektor peternakan masih rendah yaitu dibawah 5%. Pada tahun 2019 ditengah gonjang ganjing harga ayam di tingkat peternak, Provinsi Jawa Tengah menorehkan prestasi dengan mendukung PT Samaco Karkasindo Utama, produsen karkas ayam asal Pati dengan mengekspor karkas ayam ke Republik Benin, Afrika Barat sebanyak 40 Ton atau setara 2.2 Milyar.

Di Provinsi Jawa Tengah, terdapat beberapa wilayah Sumber Bibit yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah diantaranya sapi Jabres di Kabupaten Brebes, kambing PE di Kabupaten Banyumas, Kambing PE dan domba batur di Banjarnegara, dan Sapi PO di Kabupaten Kebumen. Selain pewilayahan sumber bibit, di Jawa Tengah juga kaya akan sumber daya genetik hewan yang sudah ditetapkan rumpun/galurnya. Terdapat 11 jenis ternak lokal yang telah ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian yang tersebar di Jawa tengah yaitu Sapi PO, sapi PO Kebumen, sapi Jabres, Kambing PE Kaligesing, Kambing Kejobong, Kambing kaang, Domba wonosobo, domba batur, itik tegal, itik Magelang dan ayam kedu. Provinsi Jawa Tengah juga telah memiliki Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang memproduksi semen beku di daerah Ungaran, Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak, serta Balai Veteriner di Semarang dan Boyolali. Saat ini laboratorim pengujian mutu bahan pakan sedang dalam proses sertifikasi.

Berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2018, populasi sapi potong di Jawa Tengah berkisar 1.7 juta ekor. Populasi sapi potong terbesar masih berada di Jawa Timur dengan jumlah 4.6 Juta Ekor. Peningkatan populasi sapi potong sejak tahun 2014 yang mana populasinya saat itu sebesar 1,5 Juta ekor. Peningkatan populasi sapi potong di Provinsi Jawa Tengah tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) yang dilaksanakan pada tahun 2016 dengan inisiasi kegiatan-kegiatan serupa berupa Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB) dan Optimalisasi Reproduksi pada tahun-tahun sebelumnya. nMD

Tabel Penghanugrahan Aji Praja Satwa Sewaka Tahun 2019

PERINGKAT WILAYAH I WILAYAH II WILAYAH III

I Jawa Tengah Bali Kepulauan RiauII Jawa Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Barat

Harapan Sumatera Barat Kalimantan Timur Gorontalo

12 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Laporan

lembaga sertiFikasi Produk benih dan bibit ternak berhasil mendaPatkan reakreditasi

Oleh : SutaryonoPengawas Bibit Ternak-Deputi Teknis LSPro

Benih dan bibit ternak memiliki peran penting dan strategis dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sehingga perlu diusahakan agar bibit yang diproduksi dan diedarkan tetap terjamin

mutunya sesuai standar. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2011 tentang sumber daya genetik hewan dan perbibitan ternak, bibit didefinisikan sebagai ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Sedangkan benih adalah bahan reproduksi ternak yang berupa mani, sel telur, telur tertunas, dan embrio.

Undang Undang Nomor 41 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Bab V Pasal 13 ayat (6) dikatakan bahwa setiap benih atau bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat

layak benih atau bibit yang memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya dan selanjutnya di ayat (7) dikatakan sertifikat layak benih atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi benih atau bibit yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri. Bagaimana untuk memperoleh benih atau bibit yang memiliki mutu baik, maka hal ini harus dilakukan diprodusen yang menghasilkan produk tersebut. Produsen benih/bibit harus melaksanakan kaidah kaidah perbibitan seperti identifikasi, pencatatan (recording) maupun seleksi. Pelaksanaan dan penerapan Good Breeding Practices di produsen yang optimal serta didukung dengan sistem manajemen mutu yang berkelanjutan diharapkan akan memperoleh benih/bibit yang baik dan memiliki mutu yang bagus yang dibuktikan dengan jaminan secara tertulis dari lembaga sertifikasi produk.

Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) untuk benih dan bibit ternak saat ini di Indonesia baru ada satu, yaitu yang berkedudukan di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI. LSPro Benih dan Bibit Ternak dibentuk berdasarkan Permentan Nomor 75 tahun 2011 tentang lembaga sertifikasi produk bidang pertanian. Selanjutnya dalam perjalanan waktu, LSPro Benih dan Bibit Ternak dalam

menjalankan tugasnya, yaitu mensertifikasi dan mengeluarkan sertifikat produk penggunaan tanda SNI dilakukan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sertifikasi merupakan rangkaian kegiatan penilaian kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa barang (produk) telah memenuhi standar dan/atau regulasi. Akreditasi diperlukan oleh suatu lembaga sertifikasi produk, dalam hal ini LSPro Benih dan Bibit Ternak agar mendapat pengakuan secara formal oleh KAN yang menyatakan bahwa LSPro Benih dan Bibit Ternak memiliki kompetensi serta berhak melaksanakan sertifikasi. Tanggal 29 Juli 2015 LSPro Benih dan Bibit Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mendapatkan Akreditasi yang pertama kali dari KAN. Sehingga secara otomatis sudah mendapatkan pengakuan dalam menjalankan tugas sertifikasi terhadap produk untuk ruang lingkup benih dan bibit ternak. Apa saja yang menjadi

materi akreditasi LSPro Benih dan Bibit oleh KAN, yaitu tentang penerapan ISO 17065:2012 Penilaian Kesesuaian-Persyaratan untuk Lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa; dokumen terkait lembaga sertifikasi seperti skema sertifikasi dan dokumen terkait lainnya; dan proses sertifikasi. Secara garis besar agar bisa terakreditasi, lembaga sertifikasi harus memenuhi berbagai persyaratan yang meliputi persyaratan umum, persyaratan struktur, persyaratan sumberdaya, persyaratan proses, dan persyaratan sistem manajemen. Selain memenuhi persyaratan, lembaga sertifikasi juga harus kompeten, tidak berpihak, bertanggung jawab, terbuka, merespon terhadap keluhan, dan menjamin kerahasiaan.

Tahun 2019 merupakan batas akhir berlakunya akreditasi oleh KAN, sehingga sebelum masa waktu berakhirnya akreditasi tersebut maka dilakukan kembali Reakreditasi untuk LSPro Benih dan Bibit Ternak. Untuk pelaksanaan reakreditasi ini dilaksanakan di bulan Februari sesuai dengan kesepakatan antara KAN dan LSPro Benih dan Bibit Ternak dengan sasaran asesmen ulang dan ruang lingkup 36 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk dan penambahan ruang lingkup 3 SNI Produk. Pelaksanaan dilakukan secara tim yang terdiri Asesor Kepala (Suprapto/BSN), Asesor (Irya Triangga D/BSN) dan

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 13

Laporan

Tenaga Ahli (Widya Asmara/UGM).

Waktu pelaksanaan dibagi menjadi tiga hari dengan elemen-elemen yang diakses diantaranya validasi perbaikan atas ketidaksesuaian sebelumnya, elemen yang berkaitan dengan klausal (bidang yang diakses) diantaranya klausal 4 tentang hukum, manajemen ketidakberpihakan, tanggung gugat dan keuangan, kondisi non diskriminasi, kerahasiaan, dan ketersediaan informasi publik. Klausal 5 tentang struktur organisasi dan manajemen puncak serta mekanisme untuk menjaga ketidakberpihakan. Klausal 8 mengenai umum, dokumentasi sistem manajemen umum, pengendalian dokumen, pengendalian rekaman, tinjauan manajemen, audit internal, tindakan korektif, tindakan pencegahan. Selain elemen tersebut selanjutnya dilakukan pengaksesan ke elemen pada klausal 6 tentang

personel lembaga sertifikasi, sumber daya untuk evaluasi serta klausal 7 tentang keluhan dan banding, tinjauan permohonan, evaluasi, keputusan sertifikasi, dokumen sertifikasi, direktori produk yang disertifikasi, survelen, perubahan yang mempengaruhi sertifikasi, rekaman, penghentian, pengurangan, pembekuanatau pencabutan sertifikasi.

Pada pertemuan penutup disampaikan oleh tim asesmen

beberapa ketidaksesuaian yang harus diperbaiki serta selanjutnya akan dilakukan witness (penyaksian) pada saat dilakukan sertifikasi di lokasi pemohon yaitu di produsen benih (semen beku) untuk melengkapi tahapan reakreditasi. Dan pada akhirnya setelah melengkapi ketidaksesuaian yang ada, tanggal 6 Agustus 2019 Komite Akreditasi Nasional (KAN) memberikan surat keputusan kepada LSPro Benih dan Bibit Ternak bahwa dinyatakan Lulus Reakreditasi artinya LSPro Benih dan Bibit Ternak dinyatakan berhak untuk menggunakan simbol akreditasi atau pernyataan diakreditasi oleh KAN sesuai dengan acuan KAN-U-03. Beberapa keputusan dari KAN diantaranya diberikan reakreditasi dan diberikan penambahan ruang lingkup akreditasi pada SNI produk. Ruang lingkup tersebut adalah :

Kedepan semoga dengan hasil yang dicapai ini akan memberikan perbaikan dan kemajuan bagi dunia peternakan serta meningkatkan jumlah benih dan bibit ternak yang bersertifikat sehingga pendapatan peternakpun meningkat. nSTG

No Nomor SNI Judul SNI Produk

1 SNI 4869.1:2017 Semen beku sapi

2 SNI 4869.2:2017 Semen beku kerbau

3 SNI 7880.1:2013 Embrio ternak-Bagian 1: Sapi

4 SNI 7651-4:2017 Bibit sapi potong-Bagian 4: Bali

5 SNI 7651.1:2011 Bibit Sapi Potong-Bagian 1: Brahman Indonesia

6 SNI 7651.2:2013 Bibit Sapi Potong-Bagian2: Madura

7 SNI 7651.3:2013 Bibit Sapi Potong-Bagian 3 Aceh

8 SNI 2735:2014 Bibit sapi perah holstein Indonesia

9 SNI 7855.1:2013 Bibit babi-Bagian 1: Landrace

10 SNI 7855.2:2013 Bibit babi-Bagian 2: Yorkshire

11 SNI 7855.3:2013 Bibit babi-Bagian 3: Duroc

12 SNI 7855.4:2013 Bibit babi-Bagian 4: Hampshire

13 SNI 4868.1:2013 Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick)-Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

14 SNI 4868.2:2013 Bibit iaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick)-Bagian 1: Ayam ras tipe petelur

15 SNI 7353.1:2013 Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick)-Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

16 SNI 7353.2:2013 Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick)-Bagian 1: Ayam ras tipe petelur

17 SNI 7357:2008 Bibit Niaga (final stock) itik mojosari meri umur sehari

18 SNI 7358:2008 Bibit Niaga (final stock) itik alabio meri umur sehari

19 SNI 7359:2008 Bibit Niaga (final stock) itik mojosari dara

20 SNI 7360:2008 Bibit Niaga (final stock) itik Alabio dara

21 SNI 7556:2009 Bibit Induk (Parent Stock) Itik Alabio Meri

22 SNI 7557:2009 Bibit Induk (Parent Stock) Itik Alabio Muda

23 SNI 7558:2009 Bibit Induk (Parent Stock) Itik Mojosari Meri

24 SNI 7559:2009 Bibit Induk (Parent Stock) Itik Mojosari Muda

25 SNI 7651.5:2015 Bibit sapi potong-Bagian 5: Peranakan Ongole

26 SNI 8292.1:2016 Bibit kerbau-Bagian 1: Kalimantan

27 SNI 8292.2:2016 Bibit kerbau-Bagian 2: Pampangan

28 SNI 8292.3:2016 Bibit kerbau-Bagian 3: Sumbawa

29 SNI 8292.4:2016 Bibit kerbau-Bagian 4: Toraya

30 SNI 7352.1: 2015 Bibit kambing-Bagian 1: Peranakan Ettawah

31 SNI 7532.1:2015 Bibit domba-Bagian 1: Garut

32 SNI 4869.3:2014 Semen beku-Bagian-3 : Kambing dan Domba

33 SNI 8034:2014 Semen cair babi

34 SNI 7651.7:2016 Bibit sapi potong-Bagian 7: Sumba Ongole

35 SNI 8405-1:2017 Bibit ayam umur sehari/kuri-Bagian 1:KUB

36 SNI 7651.6:2015 Bibit sapi potong-Bagian 6: Pesisir

Penambahan Ruang Lingkup akreditasi

No Nomor SNI Judul SNI Produk

1 SNI 7352-3:2018 Bibit kambing-Bagian 3: Senduro

2 SNI 7532-2:2018 Bibit domba-Bagian2: Sapudi

3 SNI 7352-2:2018 Bibit kambing-Bagian 2 : Kacang

14 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Laporan

kontes ternak dan liVestock exPo 2019 sebagai aJang Promosi Pembangunan Peternakan dan menuJu sukses Penas tani xVi sumatera barat 2020 Oleh : HilmanPengawas Bibit Ternak di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Barat

Seiring dengan upaya pemerintah dalam mempercepat laju peningkatan populasi ternak untuk mencapai swasembada

daging nasional, dilakukan pula upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dalam perkembangan selanjutnya, performa ternak yang tersebar dimasyarakat mengalami perubahan, baik dari sifat kualitatif maupun kuantitatif. Perubahan tersebut ada yang menguntungkan namun juga tidak sedikit yang merugikan peternak. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya manajemen pemeliharaan ternak termasuk di dalamya pengaturan perkawinan/breeding pada ternak.

Dalam meningkatkan pemahaman manjemen pemeliharaan ternak, telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan Cara Pembibitan Ternak yang Baik (Good Breeding Practice/GBP) kepada peternak dan kelompok ternak, namun dirasa belum optimal.

Program dan kegiatan pembangunan peternakan di daerah ikut menentukan

keberhasilan upaya mempercepat laju peningkatan populasi, produksi dan produkstivitas ternak. Kegiatan Kontes Ternak dan Livestock Expo sebagai agenda rutin tahunan yang digagas oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat yang dilaksanakan pada kabupaten/kota

terpilih di Sumatera Barat secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi peternak untuk memproduksi bibit ternak unggul, evaluasi kegiatan bagi seluruh insan peternakan baik ditingkat provinsi dan kabupaten/kota dan sekaligus sebagai ajang promosi pembangunan peternakan. Tahun 2019 diadakan di Kota Padang, tepatnya di seputaran halaman /lingkungan Kantor Wali Padang, menjadi istimewa karena kagiatan ini sekaligus dijadikan sebagai langkah awal persiapan bagi Kota Padang menjadi Tuan Rumah Pekan Nasional Tani (PENAS TANI) XVI tahun 2020 yang akan datang.

Perhelatan Kontes Ternak dan Livestock Expo dilaksanakan tanggal 26 – 28 Juni 2019 dibuka secara resmi oleh Wali Kota Padang dengan tema “Melalui Kontes Ternak dan Livestock Expo 2019, Kita Tingkatkan Pemberdayaan Peternak sebagai mitra Pembangunan Peternakan”. Lomba ternak ruminansia meliputi Sapi, Kerbau dan Kambing dengan 13 kategori lomba dan lomba Ayam Kukuk Balenggek yang mempunyai suara khas

Gubernur Sumatera Barat dengan Keala Dinas Peternakan & keswan dan pimpinan instansi/stake holder terkait

Juara Umum Kontes Ternak 2019 dari Kabupaten Agam

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 15

Laporan

dan SDG ayam Sumatera Barat.

Sebagai ajang promosi dan memeriahkan acara diadakan Lomba Pameran Pembangunan serta berbagai macam lomba lainnya seperti lomba Asah Terampil yang diikuti oleh kelompok tani/ternak, Cerdas Tangkas antar petugas peternakan, serta lomba hiburan yaitu lomba seni suara dan senam masal yang diikuti oleh seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.

Pada kesempatan tersebut diselenggarakan pula seminar sehari dengan tema “Pemberdayaan Peternak Sebagai Mitra Dalam manajemen Bibit, Pakan dan Kesehatan Hewan Untuk Menunjang Pembangunan Peternakan”, dengan pemakalah utama Drh. Erinaldi, MM (Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat), Prof. DR. Ir. James Hellyward, MS (Dekan Fakultas Peternakan Univ. Andalas Padang), Ir. Irwandi, MP (Kepala BPTU HPT Padang Mengatas) dan Drh. Krisnandana (Kepala B-Vet Bukitinggi). Pemakalah lain berasal dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta dari Akademisi Peternakan di Sumatera Barat.

Kontes Ternak dan Livestock Expo berakhir pada tanggal 28 Juni 2019 dan ditutup secara resmi oleh Bapak Gubernur Sumatera Barat yang dihadiri oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, serta Bupati/Walikota se Sumatera Barat dan pejabat terkait lainnya. Pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa Kabupaten Agam sebagai juara umum, dengan memenangkan 5 (lima) kategori lomba yaitu : Sapi Simmental Jantan, Sapi PO Jantan, Kerbau Betina, Kambing PE Betina, dan Simmental Pedet Jantan dan berhak mendapat Piala Bergilir Gubernur Sumatera Barat dan Uang Pembinaan untuk peternak sebesar 3.000.000, untuk tiap pemenang dan satu ekor sapi Bali Induk seharga Rp. 17.000.000,- untuk Kabupaten Agam

Harapan penulis untuk pemenang kontes agar terus mempertahankan/meningkatkan prestasi yang sudah dicapai, dan mempertahankan ternak-ternak terbaiknya tetap di wilayahnya untuk dikembangkan lebih lanjut (di masyarakat/UPT) sehingga menghasilkan bibit bibit unggul yang bersertifikat atau Surat Keterangan

Layak Bibit (SKLB) yang tentunya akan mendukung peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Namun demikian perlu diatur regulasi yang jelas oleh Pemerintah Daerah tentang ternak yang telah memiliki SKLB sehingga diharapkan ternak tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dan menguntungkan bagi pemilik ternak.

Bagi Kota Padang, Kontes Ternak sebagai langkah awal persiapan pelaksanaan PENAS TANI XVI 2020, sehingga dapat dilakukan langkah antisipasi dan persiapan lebih matang bagi suksesnya penyelenggaraan PENAS TANI XVI 2020. Keberhasilan pelaksanaan PENAS TANI XVI 2020 akan memberikan dampak positif bagi promosi wisata, baik wisata alam maupun wisata kuliner yang dimiliki oleh Ranah Minang.

PENAS TANI 2020 Sumatera Barat mempunyai daya tarik tersendiri khususnya bagi pecinta kuliner terutama penikmat masakan minang dalam hidangan wisata kuliner HALAL, khusunya RENDANG sebagai makanan halal dan terlezat di dunia versi CNN. nCS

Kategori Lomba Pemenang Score

1. SAPI SIMENTAL JANTAN Kab. Agam 84,92. SAPI SIMENTAL BETINA Kota Padang 79,93. SAPI BALI JANTAN Kab. Sijunjung 82,84. SAPI BALI BETINA Kota Payakumbuh 74,65. SAPI PO JANTAN Kab. Agam 88,26. SAPI PO BETINA Kab. Lima Puluh Kota 79,47. KERBAU JANTAN Kab. Lima Puluh Kota 83,18. KERBAU BETINA Kab. Agam 76,99. KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) JANTAN Kab. Lima Puluh Kota 87,010. KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) BETINA Kab. Agam 74,611. SAPI SIMENTAL PEDET JANTAN Kab. Agam 86,912. SAPI SIMENTAL PEDET BETINA Kota Bukittinggi 77,913. TERNAK EKSIBISI Kab. Tanah Datar -

Kategori lomba ternak ruminansia dan pemenangnya adalah sebagai berikut:

Ternak peserta kontes Pengukuran dan penimbangan serta penentuan umur ternak peserta kontea oleh Tim Juri

16 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Kebijakan Perbibitan

Pengawalan mutu semen beku siwabOleh : Dani KusworoPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari tahun 2017 sampai dengan

sekarang, melaksanakan program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB), yang bertujuan meningkatkan populasi ternak melalui kawin suntik. Berdasarkan data evaluasi kinerja Upsus Siwab tahun 2018 di Pedoman UPSUS SIWAB tahun 2019, capaian kinerja IB mencapai 3.987.661 ekor akseptor atau 132.92% dari target 3 juta ekor akseptor, dengan jumlah pelayanan IB sebanyak 4.350.206 dosis. Kinerja kebuntingan 2.051.108 ekor atau 97.67% dari target 2.1 juta ekor, dan kinerja kelahiran 1.832.768 ekor atau 109.09% dari target 1.68 juta ekor.

Tahun 2019 pelaksanaan program Upsus Siwab ditargetkan sejumlah 3 juta akseptor IB yang diharapkan menghasilkan kebuntingan 2,1 juta ekor dan kelahiran 1,68 juta ekor dan untuk pelaporan kegiatan IB, kebuntingan, kelahiran dan kegiatan teknis pendukung lainnya dilakukan melalui sistem iSIKHNAS sehingga dapat dipantau secara cepat dan real time.

Dalam pelaksanaan Inseminas Buatan, ada beberpa hal yang mempengaruhi keberhasilan IB diantaranya mutu semen beku, reproduksi ternak betina, keterampilan petugas, ketepatan dan pelaporan deteksi berahi, serta pemeliharaan ternak betina. Dari penjelasan hal diatas salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan keberhasilan program SIWAB, adalah mutu semen beku, untuk itu mutu semen beku sapi yang memenuhi standar harus didukung

oleh penanganan yang baik dan benar agar selalu terjaga kwalitasnya.

Penyediaan semen beku upsus si-wab 2019 tetap diprioritaskan dari pro-dusen dalam negeri yang berasal dari produsen B/BIB/ Pusat dan BIBD yang sudah memenuhi persyaratan : a) telah mendapat sertifikat SNI dari Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) benih dan bi-bit ternak yang terakreditasi atau ditun-juk oleh Menteri Pertanian; atau b) Pro-dusen yang belum tersertifikasi tetapi telah menerapkan Sistem manajemen mutu dan produknya sesuai SNI yang dibuktikan dengan hasil uji dari labo-ratorium yang terakreditasi; c) Bila pro-dusen memiliki Laboratorium uji yang terakreditasi, pernyataan produk yang dihasilkan sesuai SNI dibuktikan dengan hasil uji dari laboratorium lain yang ter-akreditasi bukan dari milik sendiri.

Sebelum semen beku diedarkan, harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk itu telah ditunjuk petugas untuk melakukan pengawalan mutu semen beku Siwab yaitu : a) Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP) adalah pejabat administrasi/pejabatfungsional/ personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa semen beku; b) Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa semen beku dan c) Pengawas Bibit Ternak.

PjPHP dan PPHP bekerja dengan dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Permentan 10 tahun 2016 tentang Penyediaan dan Peredaran Semen Beku Ternak Ruminansia, Berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan nomor: 00363/Kpts/HK.160/F/01/2019 tentang Penetapan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Pengurus Barang Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Surat Perintah Kerja nomor 20002/PL.01/F2.1/02/2019 tentang

Paket Pengadaan Semen Beku dan Distribusi (SC:2).Sedangkan Pengawas Bibit Ternak bekerja berdasarkan Permentan 42 tahun 2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak.

PJPHP dan PPHP melaksanakan pengawalan mutu semen beku dengan cara, memeriksa administrasi semen beku berupa asal semen beku harus dari produsen dalam negeri, semen beku yang di gunakan untuk Siwab harus mendapat sertifikat SNI dari Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) benih dan bibit ternak yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri Pertanian; atau produk semen beku tersebut sesuai SNI yang dibuktikan dengan hasil uji dari laboratorium yang terakreditasi bukan dari milik sendiri.

Peran PjPHP, PPHP dan Pengawas Bibit Ternak

Merujuk uraian diatas maka peran PjPHP, PPHP dan Pengawas Bibit Ternak dalam program SIWAB sangatlah penting, yaitu menjaga agar jangan ada lagi semen beku yang tidak bermutu di masyarakat. Karena apabila masih ada semen beku yang tidak bersertifikat dan tidak bermutu, maka akan berpengaruh terhadap jumlah target indukan bunting program SIWAB.

Untuk menjaga agar semen beku yang diedarkan telah bersertifikat, maka PjPHP, PPHP dan Pengawas Bibit Ternak diharapkan: menyampaikan informasi kepada stakeholders terkait, seperti dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan dan inseminator; komunikasi yang intensif dengan petugas IB dan PKB; dan meningkatkan kemampuan dan keberanian dalam bertindak.

Akhirnya diharapkan agar petugas pengawalan mutu semen beku dapat mengetahui perannya dengan baik dan benar, memahami betul Peraturan Perundangan yang menjadi pijakannya bergerak, sehingga setiap kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh semangat, wallahualam. nYMY

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 17

Kebijakan PerbibitanPengurangan hatching egg (he) ayam ras Pedaging (broiler) dalam PeneraPan Permentan 32 tahun 2017

Oleh : Rosikin Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Penyediaan pangan asal ternak merupakan hal yang sangat penting, salah satunya kontribusi daging unggas yang menunjukan kontribusi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi daging unggas tersebut

bisa terlihat dari mulai tahun 1970-an populasi ayam ras yang hanya berjumlah ribuan ekor, namun pada tahun 2018 realisasi populasinya telah mencapai 3,13 Milyar ekor ayam ras broiler.

Dari sumbangannya terhadap produksi pangan hewan asal ternak, saat ini ayam ras broiler telah menyumbang sebesar 55% akan kebutuhan daging ayam. Selain itu industri peternakan ayam ras telah menimbulkan revolusi menu orang Indonesia dari red-meat (daging sapi) ke white-meat (daging ayam) yaitu dari 55% konsumsi daging sapi/kerbau turun menjadi 17% dan berubah mengkonsumsi daging unggas baik ayam ras maupun ayam buras sehingga menjadi 67% selama kurun waktu 5 tahun terakhir yang sebelumnya hanya 15% (Statistika Peternakan 2018).

Berkembangnya usaha ayam ras menjadi industri terus diikuti oleh tumbuhnya industri pendukung yaitu pakan, bibit, obat-obatan dan industri pendukung lainnya. Untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi ayam ras, para pelaku usaha telah melakukan upaya integrasi dari hulu sampai hilir.

Peningkatan pangsa pasar ayam ras pedaging bagi produksi daging unggas juga tercermin dari produksi Day Old Chick (DOC) Final Stock (FS) broiler. Sebagai gambaran produksi DOC-FS broiler pada tahun 2018 sebesar 3,13 milyar ekor setara dengan produksi daging ayam ras sebanyak 3,41 juta ton daging ayam ras, dan pada tahun 2019 potensi produksi mencapai 3,52 milyar ekor atau setara dengan produksi daging ayam ras broiler sebanyak 3,64 juta ton. Peningkatan potensi produksi tersebut dimungkinkan karena proses produksi ayam ras yang relatif singkat dibanding proses produksi jenis ternak lainnya. Selain itu sistem produksi ayam ras broiler berbasis industri dan bersifat massal. Faktor harga juga menjadi salah satu preferensi bagi konsumen untuk memilih mengkonsumsi daging ayam ras broiler.

Terkait dengan sistem industri perunggasan ini, setidaknya ada 3 (tiga) komponen penting yang saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung. Komponen tersebut adalah (1) usaha pembibitan; (2) usaha penyediaan pakan; dan (3) usaha budidaya. Beberapa permasalahan yang dihadapi industri perunggasan adalah : (1) bibit ayam ras Grand Parent Stock (GPS) sepenuhnya (100%) masih impor dan sebagian Parent Stock (PS) diimpor apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi; (2) bahan pakan yang sebagian besar masih tergantung impor, hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap harga produk. (3) fluktuasi harga yang tinggi untuk DOC dan ayam hidup (livebird), daging maupun telur yang sampai hari ini masih sulit menentukan penyebabnya, boleh jadi produksi sudah melebihi kebutuhan sehingga terjadi rebutan pasar.

Selain permasalahan yang dihadapi oleh industri perunggasan, permasalahan juga dihadapi oleh peternak saat ini ini juga antara lain (1) usaha peternakan ayam ras pedaging (broiler) sekitar 80% dikuasai perusahaan integrasi dan hanya 20% peternak mandiri, sedangkan usaha ayam ras petelur (layer) sebaliknya; (2) peternak mandiri ayam ras broiler sulit bersaing dengan perusahaan integrasi dilihat dari sisi penguasaan sarana produksi dan efisiensi

usaha sehingga harga menjadi relatif lebih tinggi; (3) hasil produksi ayam ras broiler dari perusahaan integrasi hanya sekitar 20% untuk industri pengolahan sedangkan sisanya 80% livebird dijual ke pasar tradisional sehingga market share peternak ayam mandiri di pasar tradisional menjadi turun; dan (4) perusahaan integrasi juga sebagai perusahaan inti dan dominan masih sedikit yang memiliki Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang memiliki cold storage dan rantai dingin, walau ada sebagian yang memiliki namun kapasitas cold storage hanya mampu menampung stock sebesar 15-20% dari total produksi.

Peran Pemerintah dalam menjaga keseimbangan supply demand bibit ayam ras dan telur konsumsi telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi sebagai payung hukum apabila kelebihan maupun kekurangan ayam ras dan telur konsumsi. Terhadap pengaturan supply demand ayam ras tersebut, maka pada bulan April – Juni 2019 terjadi fenomena turunnya harga livebird di tingkat peternak khususnya peternak di wilayah Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) yang merupakan daerah sentra produksi akibat adanya over supply produksi DOC FS broiler.

Sebelumnya pemerintah melalui BPS telah menetapkan angka kebutuhan daging ayam ras broiler pada tahun 2019 sebanyak 12,13 kg/kap/tahun dengan rata-rata kebutuhan perbulan sebanyak 271.035 ton (setara DOC sebanyak 298,85 juta ekor). Berdasarkan data kebutuhan daging ayam ras tersebut, maka kebutuhan pada bulan April - Juni 2019 sebanyak 831.326 ton setara dengan DOC ayam ras sebanyak 753,95 juta ekor, sedangkan berdasarkan data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan-Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa ketersediaan daging ayam ras telah mencapai 849.920 ton setara DOC ayam ras sebanyak 770,82 juta ekor. Berdasarkan angka kebutuhan dan ketersediaan tersebut terdapat kelebihan daging ayam ras sebanyak 18.594 ton setara DOC ayam ras sebanyak 16,86 juta ekor ayam ras.

Terhadap adanya kelebihan produksi daging ayam ras tersebut, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan upaya pengurangan produksi ayam ras pedaging (broiler) dengan cara pengurangan Hatching Egg (HE) guna mentsabilkan harga ditingkat peternak khususnya wilayah jawa sehingga harga livebird dapat mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Pengurangan HE fertil yang ada di Hatcery dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada bulan April sebanyak 10,81 juta butir HE (setara dengan 8,65 juta ekor DOC ayam ras) dan pada bulan Mei - Juni sebanyak 10,26 juta butir HE (setara dengan 8,21 juta ekor DOC ayam ras), sehingga total pengurangan selama April – Juni 2019 tersebut sebanyak 21,07 juta butir HE (setara dengan 16,86 juta ekor DOC ayam ras).

Akhirnya kita berharap kepada seluruh para pelaku usaha agar dapat menjaga stabilisasi produksi, distribusi penjualan dan harga livebird yang ada di pasaran saat ini sehingga dapat membantu menciptakan kondisi perunggasan yang kondusif. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian perlu mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan bagi perunggasan nasional. nSTG

bw

18 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Liputan

indoliVestock 2019: momentum Peningkatan eksPor Produk PeternakanOleh: Gunawan Sitanggang dan SintaPengawas Bibit Ternak di Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak

Pameran peternakan terbesar di Indonesia, Indo Livestock, kembali digelar tahun ini di Surabaya, tepatnya di Grand

City Convex pada tanggal 3-5 Juli 2019. Dipilihnya Surabaya bukan tanpa alasan. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan gateway untuk wilayah timur Indonesia yang menghubungkan provinsi-provinsi timur terisolasi secara ekonomi dengan jantung industri di Jawa.

Indo Livestock merupakan ajang promosi dan alih teknologi bagi para industri peternakan sekaligus wadah untuk memperkuat kapasitas industri peternakan dalam negeri dengan cara membangun kemitraan dengan industri peternakan asing. Indo Livestock hadir menjadi pilihan bagi peternak, industri, dan pemangku kepentingan untuk mendapatkan update teknologi terbaru dan tren industri.

Menurut Agung Wicaksono, Project Manager PT Napindo Media Ashatama, selaku penyelenggara, Indo Livestock ke-14 ini diikuti lebih dari 250 peserta pameran dari 25 negara termasuk 6 negara paviliun yaitu Indonesia, Tiongkok, Taiwan, Korea Selatan, Amerika dan Eropa dengan target 12.000 pengunjung.

Selain pameran, Indo Livestock menyuguhkan berbagai seminar dan forum dialog yang dibawakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Puslitbang Peternakan dan MIPI, ISPI, PDHI, ASOHI, FAO Indonesia, Infovet untuk memperdalam wawasan para pengunjung dan memberikan solusi permasalahan tentang dunia peternakan, serta menghadirkan sektor perbankan yang selama ini memberikan layanan kredit usaha rakyat bagi peternak/petani.

Ekspor Produk Peternakan

Pada acara pembukaan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita dalam sambutannya menekankan ekspor produk peternakan. Pertumbuhan subsektor peternakan memang cukup menggembirakan. Pada periode 2015-2018 pertumbuhan produksi daging sebesar 17,6% per tahun, susu 8,5% per tahun dan telur 17,5% per tahun. Akumulasi peningkatan investasi dalam negeri usaha peternakan pada periode yang sama meningkat Rp 541,04 miliar. Akumulasi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan pada periode yang sama sebesar Rp 18,2 triliun dengan peningkatan dari tahun 2017 ke tahun 2018 sebesar 13,3% menjadi Rp 155,15 triliun. Ekspor produk peternakan pada periode yang sama meningkat 44,5% per tahun. Menurutnya, capaian kinerja subsektor

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 19

Liputan

peternakan ini merupakan hasil dari kerja sama yang erat antara pelaku usaha peternakan, peternak dan instansi Pemerintah terkait.

Lebih lanjut, I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa di era globalisasi ini ekonomi dunia akan menjadi lebih terbuka dan Indonesia akan lebih terintegrasi di pasar dunia, dengan hasil yang lebih cepat dalam bidang distribusi produk, jasa dan modal. Peluang perluasan pasar untuk produk peternakan di pasar global masih sangat terbuka luas seperti permintaan dari negara di Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia. Keunggulan halal dari kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara muslim lainnya. “Indonesia bertekad untuk menjadi bagian dari dunia dalam pemenuhan pangan asal hewan, sehingga Pemerintah terus berupaya untuk mendorong ekspor,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Beliau juga menyerukan kepada seluruh pelaku usaha untuk terus menggenjot ekspor produk peternakan seperti semen beku, telur ayam tetas, day old chick (DOC), babi, daging sapi premium wagyu beef, daging ayam olahan, pakan ternak, dan obat hewan. Beberapa waktu yang lalu kita ekspor perdana ternak domba potong ke Malaysia, dan dalam waktu dekat kita juga akan ekspor unggas lokal ke Malaysia. “Keberhasilan pembangunan peternakan saat ini patut kita banggakan,” ucapnya.

Untuk meningkatkan ekspor, Beliau berharap kepada para pelaku industri

p e t e r n a k a n dapat bermitra d e n g a n pelaku usaha mikro kecil m e n e n g a h ( U M K M ) , seperti yang telah dilakukan oleh salah satu badan usaha di Jawa Timur yang telah berpartisipasi dalam upaya peningk atan ekspor domba dengan sistem kemitraan yang saling bersinergi bersama para peternak. Hal ini tentunya dapat menjadi contoh pelaku usaha lainnya. Menurutnya, ekspor yang dilakukan oleh gabungan kelompok peternak di Jawa Timur membuktikan bahwa jika peternak saling berkorporasi akan lebih mudah untuk membuka akses pasar global, sehingga dengan terbukanya pasar juga akan membuat peternak lebih bersemangat untuk beternak dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas ternak siap ekspor dan bersaing dengan negara lain.

Dalam rangka membangun awareness ekspor produk peternakan, ditampilkan paviliun ekspor, dan paviliun UMKM Unit Pengolahan Hasil (UPH) Peternakan binaan Kementerian Pertanian yang siap ekspor. Pelaku usaha yang bergabung dalam pavilliun ekspor berasal dari Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang yang telah melakukan ekspor semen beku

ke Malaysia, Kyrgyztan, Madagaskar, dan Timor Leste; Pusat Veteriner Farma Surabaya yang telah melakukan ekspor vaksin septivet (untuk penyakit SE) dan brucivet (untuk penyakit brucella) ke Timor Leste; PT. Santosa Agrindo yang telah melakukan ekspor daging wagyu ke Myanmar. Sementara itu, paviliun UMKM/UPH diisi 13 UPH Peternakan yang berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Riau yang mempromosikan berbagai aneka produk olahan pangan dan non pangan seperti rendang sapi, rendang domba, gulai domba, kornet sapi, kornet domba, bebek goreng, susu pasteurisasi, susu kambing bubuk, yoghurt, telur organik, telur asin, telur omega, tahu bakso, sabun susu, kerajinan tanduk, aksesoris sapi, dan pakan ternak. Tampilnya kedua paviliun tersebut sejalan dengan program pemerintah dalam upaya akselerasi peningkatan ekspor produk peternakan, dan daya saing produk UMKM baik di pasar domestik maupun internasional. nCES

Profil

Oleh : Ian Sopian dan Titien Widi RustantiWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Tantangan pimpinan BPTU- HPT Siborongborong di masa mendatang untuk mewujudkan Visi Balai dalam menyediakan bibit ternak berkualitas dan benih/bibit hijauan pakan dalam jumlah yang cukup serta terjamin kontinuitasnya. Dibutuhkan kerja keras, cerdas dan ikhlas dari segenap jajaran pejabat struktural dan fungsional serta hubungan yang baik dengan stakeholder.

MenUJU keJaYaan Balai

Lahir dari keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS), putra pertama dari tiga bersaudara Bapak I Gusti Kompiang Kaler, Sm.Hk (alm) dan Ibu I Gusti Ayu Adi Suniti. Memiliki nama lengkap drh. I Gusti Ngurah Agung Wisnu Adi

Saputra, M.Si dengan panggilan akrab ‘Wisnu’ lahir di Denpasar, 16 Juli 1975. Sosok yang memiliki perawakan tinggi ini memiliki cita-cita saat Sekolah Menengah Umum (SMU) menjadi seorang kriminolog, kemudian sempat berubah haluan untuk mencoba keberuntungan dengan mendaftar di APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri), namun harus gugur dikarenakan memiliki penglihatan (mata) minus. Akhirnya dengan mengalahkan ego pribadi dan mengikuti s a r a n orang tua untuk mendaftar ke Universitas Udayana Bali pada Fakultas

K e d o k t e r a n Hewan. Hal ini m e r u p a k a n k e b e r k a h a n hidup yang dapat dirasakan

sampai sekarang.

D a l a m perjalanan karir,

s e m a s a

mahasiswa aktif di organisasi hingga menduduki jabatan penting, mulai dari Ketua Senat, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), hingga aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Setelah menamatkan Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan (1999), kemudian mendedikasikan profesinya dengan bergabung di Yayasan Yudistira (Street Dog Foundation). Yayasan ini bertugas dalam membantu menyelamatkan anjing-anjing sakit yang berkeliaran di masyarakat untuk diobati, dikastrasi dan dipulihkan sebelum dilepaskan kembali ke habitatnya. Setelah 2 (dua) tahun di Yayasan, kemudian mencoba bergabung di PT. Sierad Produce, cabang Bali. Kemudian

mengajukan resign dan memilih untuk menjadi dokter hewan praktik. Perjalanan membuka usaha praktik dokter hewan ternyata tidak mulus yang hingga akhirnya harus mengalami kemunduran yang diakibatkan adanya tragedi bom Bali II. Klien mulai turun pasca tragedi tersebut dan di titik itulah mulai terbersit mengikuti jejak orang tuanya untuk menjadi PNS.

Tahun 2002, menjadi awal karir di pemerintahan (Kementerian Pertanian) sebagai CPNS dan ditugaskan di Balai Veteriner (BVet) Lampung. Berbekal ketekunan dan keuletan dibuktikannya dengan mendapat promosi jabatan eselon IV (Kepala Seksi Pelayanan Teknis). Setelah 9 tahun, alih tugas ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, kemudian tidak lama promosi eselon III (Kepala Bagian Umum). Kegigihan yang ditopang dengan kerja keras dan ikhlas prestasi kembali ketika dilantik sebagai Kepala BPTU HPT Siborongborong pada bulan Maret 2019 hingga sekarang.

BPTU HPT Siborongborong

Balai Perbibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Siborongborong merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 56/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTU HPT Siborongborong adalah UPT yang berada di bawah dan bertanggung-jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan secara teknis dibina oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

Kantor pusat balai berada di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera

Utara. Balai ini memiliki 3 (tiga) instalasi yaitu Silangit (ternak kerbau); Bahal Batu (ternak babi); dan Rondaman Palas

(ternak kerbau). Tugas pokok balai yaitu melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan,

penyebaran dan distribusi bibit ternak babi dan kerbau unggul, serta produksi dan distribusi

benih/bibit hijauan pakan ternak. Sumber daya Balai didukung oleh 78 pegawai

dengan komposisi

20 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

i gusti ngurah agung wisnu adi saPutra : kePala bPtu hPt siborongborong

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 21

Profil

Jabatan Struktural (5 orang), Fungsional Pengawas Bibit Ternak (16 orang), Fungsional Pengawas Mutu Pakan (11 orang), Fungsional Medik Veteriner (1 orang), Fungsional Paramedik (2 orang) dan Fungsional Umum (43 orang).

Wisnu menyampaikan bahwa rencana aksi di awal menjadi Kepala BPTU-HPT Siborongborong di antaranya adalah 1) Perbaikan Administrasi; 2) Penataan Manajemen; dan 3) Profesionalisme dalam rangka percepatan dan peningkatan program balai untuk mendukung penyedian benih/bibit secara kontinu. Saat ini yang sudah dilakukan oleh Kepala Balai, diantaranya : penataan manajemen pegawai, penataan lingkungan kantor (dokumen dan pembuatan taman di lingkungan kantor) dan menejemen di kandang.

Perbaikan Administrasi

Berbagai hal berkaitan administrasi akan mulai diperbaiki secara perlahan tahap demi tahap, tanpa melupakan teknis setiap administrasi balai dipelajari dan diteliti dengan seksama sehingga diharapkan dapat lebih meningkat dan berubah ke arah yang lebih baik dan sesuai prosedur.

Setiap aturan yang telah disusun dalam bentuk standar operasional prosedur (SOP) dijadikan dasar dalam melaksanakan kegiatan, pembenahan mulai dilakukan demi kesesuaian aturan yang telah dibuat sebagai pedoman dengan harapan setiap aktivitas dapat dilaksanakan dengan baik tanpa merugikan berbagai pihak.

Sebagai kepala balai ke-10, akan berupaya melakukan terobosan dalam tatanan administrasi yang baik, handal dan sesuai ketentuan, selain itu dalam waktu dekat akan merintis perpustakaan mini sebagai pusat informasi ternak babi dan kerbau Indonesia. Selain itu, akan berupaya kembali meletakkan pondasi nyata untuk kemajuan BPTU HPT Siborongborong. Untuk itu langkah awal yang dilakukan dalam upaya perbaikan administrasi antara lain koordinasi dengan pusat dalam kaitan kegiatan, masukan dan saran selain dukungan anggaran kemudian pendampingan teknis baik dari praktisi, pakar maupun akademisi.

Keberadaan administrasi di balai dirasa sudah baik, namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern balai akan terus berupaya meningkatkan kualitas dan meng update setiap teknologi. Langkah nyata yang dilakukan yaitu perbaikan perangkat komputer dan kursus dibidang Information and Technology (IT) pada beberapa pegawai yang bertugas pada informasi data dan administrasi

Penataan Manajemen

Langkah utama dan pertama adalah penataan manajemen, dimulai dari penempatan SDM sesuai kompetensinya. Dilakukan juga pembenahan SK Tim dan SOP. Misi tiga bulan awal dengan merombak/menata pegawai sesuai jabatan, yang sudah benar dilanjutkan, yang bengkok diluruskan. Pengaturan sistem dibangun dalam mendukung kejayaan balai seperti yang diharapkan, yaitu kejayaan dalam manajemen hingga kejayaan balai seperti 20 tahun yang lampau.

Berdasarkan data dan sejarah bahwa balai pernah mengalami masa kejayaan, yaitu secara beruntun selama 3 (tiga) tahun mendapat penghargaan di antaranya Plakat tahun 1999 Tanda Penghargaan Abdi Bakti Tani kategori Unit Kerja Pelayanan Berprestasi Utama atas upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Tahun 2000 mendapat plakat Tanda Penghargaan Abdi Bakti kategori unit kerja pelayanan berprestasi utama atas upaya meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat dengan baik. Tahun 2001 mendapat penghargaan Abdi Bakti Tani Penghargaan Menteri Pertanian RI Kategori Unit Kerja Pelayanan Terbaik. Kondisi inilah di mana akan diupayakan kembali, sebagai langkah konkrit tercapainya manajemen yang baik karena ditopang dengan rasa kepercayaan institusi lain menilai majunya balai.

Membangun kebersamaan dengan memberikan contoh merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam mendukung kejayaan balai, sesuai prinsip Ki Hajar Dewantara. Pertama ‘Tut Wuri Handayani’ mulai dilakoni dalam setiap aktivitas kerja dan memberikan contoh dengan terjun langsung ke lapangan sehingga semua pegawai dapat mengikutinya. Teladan seperti ini akan menjadi landasan awal yang berdampak positif kepada semua pegawai. Dengan dilanjutkan semboyan ‘Ing Ngarso Sung Tulodo’ (di depan memberi teladan atau contoh) dan ‘Ing Madyo Mbangun Karso’ (di tengah memberikan motivasi/semangat).

Profesionalisme

Produktivitas kerja menjadi hal yang terpenting dalam mewujudkan balai yang maju dan berkembang. Hal ini dbangun dengan koordinasi dan komunikasi yang baik antar pegawai. Profesionalisme dalam melaksanakan tugas sebagai kepala balai dibuktikan dengan hasil nyata ketika setiap data dan informasi dapat disajikan dengan tepat waktu. Dalam perkembangannya, setiap tugas akan dinilai baik ketika dilaksanakan sesuai prosedur. Diharapkan dengan kepemimpinan saat ini akan mampu mewujudkan kerja sama dan sinergi dengan baik.

Komoditi ternak yang ada di balai yaitu babi dan kerbau. Ternak yang dipelihara selain dimanfaatkan oleh masyarakat juga dilaporkan keberadaannya, sehingga data ternak dapat dipertanggungjawabkan. Saat ini ternak babi dan kerbau yang dipelihara, yaitu babi (Landrace, Yorkshire, Duroc, Berkshire) dan kerbau (kerbau lumpur, kerbau sungai), dengan populasi (Juni 2019) yaitu babi 399 ekor (164 jantan dan 235 betina) dan kerbau 288 ekor (79 jantan dan 209 betina). Selain ternak babi dan kerbau, balai mengembangkan produksi rumput di antaranya king grass, gajah gemini, bracharia humidicola, setaria, dan leguminosa.

Banyak hal yang perlu ditingkatkan, sehingga perlu kerja keras dan upaya menjaga kekompakan serta harmonisasi dengan berbagai elemen, di antaranya melalui koordinasi dan membangun komunikasi secara intensif dengan seluruh pegawai. Kondisi seperti ini diharapkan dapat memberikan semangat dan memacu pegawai untuk meningkatkan rasa memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan serta memajukan balai.

Tahun 2019 menjadi awal dirintisnya kembali rumpun kerbau, direncanakan akan digagas pelepasan rumpun kerbau perah, dengan harapan pada tahun 2020 kerbau yang ada di balai akan ditetapkan sebagai kerbau perah silangit. Selain itu, akan melakukan impor semen beku dan menjaring kerbau yang ada di berbagai daerah dengan harapan akan memperbaiki mutu genetik. Pada ternak babi terobosan yang dilakukan adalah manajemen pemeliharaan, di mana produksi babi akan selalu ditingkatkan melalui manajemen pemeliharaan, kesehatan dan peningkatan pengawasan rekording.

Pada akhir wawancara, Kepala Balai mengungkapkan harapan yaitu ke depan BPTU HPT Siborongborong akan menjadi acuan ternak babi dan kerbau di Indoneisa dan akan kembali meraih kejayaan dalam bentuk penghargaan seperti 20 tahun yang lalu. Dan sekaranglah waktu yang tepat untuk menuju cita-cita mulia itu. Semoga . nSTG

22 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Potensi Perbibitan

Keberhasilan pengembangan peternakan ditentukan oleh 5 bidang yang saling terkait yaitu Bidang Perbibitan Dan

Budidaya, Pakan, Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan. Untuk penyediaan benih dan bibit ternak, dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 18 Tahun 2009 jo nomor 41 tahun 2014, pasal 13 Ayat (2) yaitu Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih dan bibit dan ayat (3) dinyatakan bahwa dalam hal usaha pembenihan dan atau pembibitan oleh masyarakat belum berkembang maka pemerintah membentuk unit pembenihan dan/atau pembibitan.

Peran peternakan unggas dalam pembangunan nasional terbukti posisinya sangat strategis dan sangat penting. Hal ini terlihat dalam peningkatan pelaku usaha terkait dan meningkatnya pendapatan peternak, penyerapan tenaga kerja dan penggerak kegiatan sektor ekonomi lainnya. Salah satu hal yang amat penting adalah perannya yang tidak bisa tergantikan dalam membangun kesehatan dan

kecerdasan masyarakat. Hasil unggas, baik telur maupun daging merupakan protein hewani yang harganya mudah terjangkau oleh masyarakat luas dan mudah diperoleh.

Peternakan itik telah berkembang menjadi suatu industri yang terintegrasi secara vertikal dan sangat dinamis karena didukung oleh kelompok yang mandiri, terintegrasi dengan sistem manajemen yang modern. Itik alabio dan itik mojosari merupakan rumpun itik lokal Indonesia yang mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun itik lokal lainnya. Keunggulanya selain mempunyai produktifitas telur yang lebih tinggi, juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada keterbatasan lingkungan.

BPTU-HPT Pelaihari merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis bidang perbibitan dan produksi ternak yang tugasnya memproduksi dan mengedarkan bibit itik alabio dan itik mojosari. Mengingat hal tersebut, diperlukan upaya agar BPTU-HPT Pelaihari mampu melaksanakan fungsinya secara optimal, diantaranya melakukan sertifikasi produk nya kepada Lembaga Sertifikasi Produk Benih dan Bibit Ternak.

Lembaga Sertifikasi Produk Benih dan Bibit Ternak telah diamanahkan

didalam Undang-Undang nomor 41 tahun 2014 juncto UU nomor 18 tahun 2009 pasal 13 ayat (6) dan ayat (7). Ayat (6) Setiap benih atau bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat benih atau bibit yg memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya dan Ayat (7) Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi Produk (LSPro) yang terakreditasi atau yg ditunjuk oleh Menteri Pertanian.

Tugas LSPro Benih dan Bibit Ternak adalah melaksanakan sertifikasi dan menerbitkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) produk benih dan bibit ternak. LSPro Benih dan Bibit Ternak telah mendapatkan sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada bulan Juli 2015 dengan nomor Akreditasi LSP-045-IDN.

Sesuai dengan pengajuan sertifikasi produk bibit DOD PS Alabio, dan DOD PS Mojosari BPTU-HPT Pelaihari, untuk itu LSPro menurunkan tim auditor nya ke lokasi untuk melakukan audit kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan produksi DOD Itik PS Alabio dan PS Mojosari dengan Sistem Manajemen Produksi, SOP dan PSP BBT. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan melakukan audit manajemen secara administrasi dan audit lapangan secara inspeksi ke BPTU-HPT Pelaihari.

bibit dod itik alabio dan moJosari bPtu hPtu Pelaihari

Oleh : Retno Nugraheni dan Titien Widi RCalon Wasbitnak dan Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 23

Potensi Perbibitan

Audit Kesesuaian dilaksanakan secara adiministrasi meliputi kesesuaian sistem manajemen yang diterapkan di BPTU-HPT Pelaihari dengan PSP-BBT (Pedoman Sertifikasi Produk Benih dan Bibit ternak), meliputi: 1) Legalitas Hukum, 2) Sistem Manajemen Produksi, Sistem Manajemen Produksi yang dipakai 3) Tanggung Jawab manajemen, 4) Kebijakan Mutu dan sasaran mutu, 5) Pengelolaan Sumber Daya, 6) Prasarana, 7) Realisasi Produk, Produk, dan 8) Pengukuran Analisis Dan Perbaikan.

Pelaksanaan Inspeksi dengan menggunakan form cara pembibitan itik yang baik, dan juga kesesuaian dengan SNI. Untuk cara pembibitan yang baik, dilakukan kesesuaian terkait dengan: 1) Sarana Prasarana meliputi pemeriksaan lahan, bangunan, perkandangan dan peralatan; 2) Cara Pembibitan dilihat metode pemeliharaan dari menetas sampai

menjadi induk; 3) Kesehatan Hewan meliputi biosecurity, pencegahan penyakit dan penanganan penyakit; 4) Sumber Daya Manusia melihat kebutuhan SDM dan kompetensinya dan 5) Lingkungan melihat penanganan limbah.

Pemeriksaan kesesuaian SNI dengan melakukan inspeksi persyaratan umum dan persyaratan khusus, persyaratan umum terkait asal itik, kesehatan hewan, kondisi fisik dan kinerja produksi dari induk serta tingkat kematian. Untuk pemeriksaan persyaratan khusus itik meliputi pemeriksaan warna, suara, alat kelamin, berat telur, berat DOD, rataan produksi telur dan rataan daya tetas.

Masukan kepada produsen breeder itik agar memperhatikan dengan benar terkait biosecurity baik itu penanganan itik maupun penanganan barang/orang yang masuk area kendang dan penetasan. Hal yang sangat penting pula adalah, produksi

telur dan daya tetas harus selalu di jaga dan ditingkatkan diangka 60 % rata-ratanya.

Dengan demikian diharapkan dan seyogyanya itik lokal kita khususnya itik alabio dan itik mojosari harus segera dikembangkan baik dalam skala rumah tangga, bahkan sampai skala industri, sehingga suatu saat itik lokal kita semakin berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan unggas di negeri sendiri

Akhirnya, marilah kita insan perbibitan bersama sama bahu membahu, membangun peternakan di Indonesia dengan mempersiapkan bibit ternak yang sesuai SNI, menjaganya, melestarikannya dan mengembangkannya secara berkelanjutan, sehingga kedepan benih dan bibit yang diproduksi dan beredar sudah sesuai SNI dan swasembada ternak benar benar tercapai. Amiin nMD

Potensi Perbibitan

bibit saPi brahman indonesia bPtu-hPt sembawaOleh: Dani Kusworo dan Rini Endah WPengawas Bibit Ternak dan Arsiparis di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Pembibitan ternak di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Mengingat pangsa pasar dalam negeri saja sudah sangat

terbuka. Mengapa potensi tersebut belum mampu membangkitkan dunia pembibitan ternak di Indonesia? Beberapa hal diantaranya karena pembibitan merupakan usaha yang lama dan berkepanjangan, membutuhkan investasi yang tidak sedikit, pembibitan di tingkat peternak baru sebatas pengembangbiakan dan masih dikelola apa adanya, banyak peternak yang memelihara ternak dengan kualitas yang kurang baik serta manajemen pemeliharaan ala kadarnya, sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan masih rendah. Berdasarkan hasil Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS 2018) ada kecenderungan makin menurunnya jumlah pemeliharaan sapi potong dibandingkan dengan Survey

Pertanian (ST 2013) yaitu dari 5,08 juta menjadi 4,64 juta.

Bibit ternak sapi merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging terutama dalam mendukung swasembada daging sapi/kerbau. Upaya untuk meningkatkan keseimbangan penyediaan dan kebutuhan ternak sangat tergantung pada ketersediaan bibit yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan mutu dan penyediaan bibit sapi yang memenuhi standar dalam jumlah yang cukup dan tersedia secara terus menerus serta harga terjangkau harus diupayakan secara berkelanjutan.

Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 18 Tahun 2009 jo nomor 41 tahun 2014, pasal 13 Ayat (2) yaitu Pemerintah berkewajiban untuk

melakukan pengembangan usaha pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih dan bibit dan ayat (3) dinyatakan bahwa dalam hal usaha pembenihan dan atau pembibitan oleh masyarakat belum berkembang maka pemerintah membentuk unit pembenihan dan/atau pembibitan.

Salah satu Unit Pelaksana Teknis Pembibitan yang dibentuk adalah BPTU-HPT Sembawa. BPTU-HPT Sembawa dibentuk sesuai amanah Permentan 56 tahun 2013, dengan salah satu tupoksinya menjadikan BPTU-HPT Sembawa yang profesional dalam menghasilkan bibit sapi Brahman Indonesia. Bibit sapi Brahman terkenal sebagai sapi pedaging dan pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi

24 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 25

Potensi Perbibitan

lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah ber-anak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. 

Sapi Brahman termasuk spesies Bos Indicus yang berasal dari India. Kondisi wilayah India yang mengalami kekurang ketersediaan pakan, investasi ektoparasit, endoparasit dan iklim yang ekstrim menyebabkan sapi lokal India memiliki daya adaptasi yang luar biasa untuk dapat bertahan hidup.

Sapi Brahman Indonesia adalah sapi potong bangsa Brahman yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi ke lima atau lebih yang telah beradaptasi dengan lingkungan dan atau manajemen setempat. Bibit sapi Brahman Indonesia merupakan semua hasil pemuliabiakan sapi Brahman Indonesia yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

Sapi Brahman mempunyai penampilan luar yang mengesankan dengan ciri-ciri kuping lebar dan terkulai ke bawah, punuk dan gelambir yang besar, badan panjang dengan kedalaman sedang, mempunyai kaki agak panjang, muka agak panjang. Warna bervariasi dan putih atau merah sampai hitam, umumnya putih atau abu-abu, tetapi ada juga yang kemerahan atau hitam. Warna bulu putih menyeluruh tetapi ada juga yang berwarna campuran.

BPTU-HPT Sembawa melakukan pembibitan sapi brahman dengan

populasi 684 ekor terdiri dari 504 betina dan 180 ekor jantan. Dalam meningkatkan produktivitas ternak, misalnya perbaikan reproduksi ternak dan penambahan bobot harian, tidak akan lepas dari empat aspek: (1) bibit ternak, (2) pakan, dan (3) manajemen, (4) kesehatan. Keempat aspek tersebut sangat erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Ternak yang baik tanpa diberi pakan yang memadai ternak-ternak tidak akan berproduksi maksimal. Demikian juga kalau ternak jelek diberi pakan dan manajemen yang baik tidak akan efisien.

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai Brahman untuk menghasilkan bibit sapi Brahman Indonesia, yaitu: seleksi dan culling. Seleksi pada dasarnya memilih ternak-ternak yang secara genetik baik untuk dipakai tetua pada generasi berikutnya. Melakukan culling terhadap ternak-ternak yang tidak memenuhi syarat. Tujuan seleksi memperoleh keuntungan dari sifat-sifat yang dikehendaki.

Perkawinan yang dilakukan dengan mengawinkan sapi Brahman betina dengan sapi Brahman jantan yang terseleksi atau juga dengan cara kawin suntik/Inseminasi Buatan. Hasil anakan dari kawin suntik ini, harus dilakukan recording atau pencatatan, baik pencatatan nama induknya, nama semen bekunya, dan juga identitas anakan itu sendiri. Kemudian juga dilakukan pencatatan berat lahir, warna, jenis kelamin, dan juga setiap 4 bulan sekali dilakukan pengukuran berat

badan, tinggi pundak, lingkar dada dan juga lingkar scrotum (Good Breeding Practice)

Dari program pemeliharaan, perkawinan dan recording sapi brahman tersebut nantinya akan dihasilkan calon sapi bibit sapi Brahman Indonesia (sesuai Standar Nasional Indonesia), kemudian bisa dilakukan penyeleksian untuk dikeluarkan Surat Keterangan Layak Bibit dari Dinas Kabupatan/Provinsi atau juga dapat di ajukan sertifikasi ke Lembaga Sertifikasi Benih Dan Bibit Ternak ( LSPro).

Sampai dengan saat ini, sudah banyak bibit sapi Brahman Indonesia yang dihasilkan BPTU-HPT Sembawa. Setiap tahun, BPTU-HPT Sembawa berupaya untuk menghasilkan bibit brahman yang bersertifikat.

Akhirnya, BPTU-HPT Sembawa diharapkan melakukan perbaikan mutu dan penyediaan bibit yang bersertifikat dan tersedia secara berkelanjutan, aamiin. nMW

Potensi Perbibitan

ProsPek Pengembangan kambing Perah di sumatera utaraOleh : Elma Rohliharni SPengawas Bibit Ternak di Dit Perbibitan dan Produksi Ternak

Kambing adalah salah satu komoditas peternakan yang banyak dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi

tinggi baik sebagai kambing pedaging maupun perah. Di pedesaan, ternak kambing cukup populer sebagai usaha sampingan atau tabungan keluarga, karena cepat beranak, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, pakan relative lebih murah dibanding sapi, dan dapat dijual setiap saat, khususnya di tengah kebutuhan ekonomi yang mendesak.

Saat ini masyarakat lebih banyak yang memilih ternak kambing PE (persilangan antara kambing Ettawa dengan Kambing Lokal), karena jenis ternak kambing ini memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi dan perawatannya tidak terlalu sulit sehingga sangat mudah untuk di kembang biakan. Potensi produksi kambing Peranakan etawa (PE) cukup tinggi, kambing ini dapat beranak tiga kali dalam dua tahun dan masa kawinnya pun tidak tergantung musim. Selain itu dari faktor finansial, penjualan susu kambing lebih mahal harganya bila dibandingkan dengan susu sapi.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah ternak kambing PE terbesar ke dua di Pulau Sumatera setelah Provinsi Lampung. Menurut data statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ditjen. Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2018, populasi kambing di Sumatera Utara pada tahun 2018 sebanyak 908.880 ekor. Populasi ini tersebar di beberapa kabupaten kota, yang salah satunya adalah Kabupaten Binjai

Kota Binjai dikenal sebagai kota penghasil susu kambing di Sumatera Utara dengan jumlah populasi kambing tahun 2018 sebanyak 7.629 ekor (BPS Sumut, 2018). Menurut Dinas Pertanian

Kota Binjai, semenjak masyarakat mengetahui manfaat susu kambing, banyak permintaan susu kambing bermunculan mulai dari dalam kota hingga luar kota seperti Medan, Stabat, Langkat, hingga Aceh, sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Binjai sebagai sentra produksi susu kambing. Meskipun permintaan susu kambing sudah mulai bermunculan, namun bisnis susu kambing segar secara khusus belum banyak ditemui di Sumatera Utara. Penjualan susu kambing masih dilakukan secara tradisional (langsung perah di kandang) dan promosinya dilakukan dari mulut ke mulut.

Kelompok Sumber Rezeki yang berlokasi di Berngam, Binjai Kota merupakan salah satu contoh peternak yang sukses mengembangkan kambing PE. Awal usaha mengembangkan kambing perah dimulai pada tahun 2010. Populasi ternak kambing yang dipelihara sebanyak 70 ekor indukan dengan jumlah produksi susu kambing 14 liter/hari. Harga susu kambing cukup tinggi di daerah ini, harga 1 gelas (250 ml) susu kambing di kandang sebesar Rp 7.000,00 – Rp 8.000,00 atau Rp 28.000,00 – Rp 32.000/liter. Tingginya harga jual susu memang menjadi salah satu faktor penarik bagi peternak untuk mengembangkan usaha peternakan kambing perahnya. Namun dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional dan kecenderungan peternak hanya mampu menjual susu segar tanpa melakukan pengolahan susu maka keuntungan peternak kambing perah belum dapat tercapai secara optimal.

Meskipun usaha peternakan kambing PE di Kota Binjai cukup potensial, namun dalam pengembangannya masih terkendala akses modal usaha, kelembagaan kelompok dan ketersediaan (bibit yang masih kurang dan harga yang

cukup mahal. Kelembagaan (koperasi) untuk memasarkan produk daging dan susu pun belum ada, sehingga biasanya peternak menjual produk tersebut secara langsung di kandang atau membawanya ke pasar. Selain itu penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang budidaya kambing khususnya teknologi hasil ternak maupun teknologi pengolahan susu dan limbah ternak yang masih rendah menjadi faktor semakin tidak menariknya dunia peternakan bagi generasi millenial yang ada.

Oleh karena itu, untuk menciptakan peternakan yang tangguh dalam menghadapi era globalisasi maka perlu adanya penanganan peternakan kambing secara modern, terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir dan berorientasi pada profit dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun seluruh stakeholder terkait pun sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim usaha pengembangan kambing perah yang kondusif dan menumbuhkan semangat peternak untuk terus mengembangkan peternakan kambing perah PE di Sumatera Utara. Dengan demikian diharapkan ke depan peternak kambing dapat terus berkembang sehingga mampu memenuhi kebutuhan susu masyarakat sekitarnya nNS

26 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 27

Potensi Perbibitan

rumPun kerbau bPtu hPt siborong-borongOleh : Harry Chakra Mahendra dan Morina DormasiaWasbitnak di Direktorat Perbibitan dan Produksi TernakWasbitnak di BPTU HPT Siborongborong

Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Siborongborong bersiap melepas rumpun kerbau yang dipelihara. Usulan nama yang disepakati untuk kerbau perah adalah Kerbau Perah Silangit

sedangkan untuk kerbau potong adalah Kerbau Potong Sinur. Kedua rumpun kerbau tersebut telah dipelihara cukup lama oleh Balai. Lokasi pemeliharaan kedua rumpun kerbau terpisah. Kerbau perah di pelihara di Instalansi Silangit sedangkan untuk kerbau potong di instalansi Bahal Batu.

Kerbau perah yang ada tersebut merupakan hasil seleksi alam dari tiga karakteristik rumpun kerbau yaitu Nili-Ravi, Surti dan Murrah. Sedangkan kerbau potong merupakan hasil pemuliaan yang dilakukan oleh balai. Hal tersebut terungkap pada acara Orientasi Penetapan/Pelepasan Rumpun Kerbau di Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tanggal 27 – 29 Juni 2019. Penyusunan proposal pelepasan rumpun kerbau Perah Silangit dan kerbau potong Sinur dibantu secara akademis oleh salah satu dosen di Universitas Sumatera Utara, Fuad Hasan. “penyusunan proposal tersebut mengacu pada Permentan Nomor 117 tahun 2014, dengan dukungan data dari BPTU HPT Siborongborong”, kata Fuad Hasan. Asal usul kerbau

Kerbau lumpur di Tapanuli Utara berkembang menjadi kerbau potong dan memiliki derajat tinggi dalam kehidupan sosial budaya Batak. Kerbau menjadi komoditas penting pada pesta syukuran adat, seperti upacara kematian dan upacara perkawinan. Tanduk kerbau menjadi simbol keperkasaan dan penjaga keselamatan.

Kerbau BPTU HPT Siborongborong berasal dari pengadaan ternak kerbau perah pada tahun 1990 s.d 1993 sebanyak 22 ekor (2 ekor jantan dan 20 ekor betina) dengan karakteristik rumpun kerbau perah Murrah, Surti dan Nilli Ravi dari Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pengadaan kerbau potong dilakukan pada tahun 2005 sejumlah 110 ekor (10 jantan dan 100 betina). Pengadaan ternak kerbau tersebut berdasarkan Persyaratan Teknis Minimal (PTM), dari lima kabupaten seperti Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Dairi, Simalungun dan Labuhan Batu). Saat ini populasi kerbau sejumlah 288 ekor, Proses Pengumpulan Data

Balai membentuk tim pengumpul data untuk mendapatkan informasi mengenai: nilai strategis, Karakteristik (kualitatif dan kuantitatif), sifat genetik, aspek BUSS (Baru, Unik, Seragam dan Stabil), struktur populasi, foto dan standar kualitas. Data dan informasi nilai strategis yang digali terkait dengan budaya dan ekonomi. Aspek tersebut berkaitan dengan pentingnya kerbau dalam upacara adat di Sumatera utara, sehingga berdampak terhadap nilai jual kerbau yang lebih tinggi. Kerbau di sumatera utara dijual berdasarkan kebutuhan upacara adat diantaranya upacara pernikahan dan upacara kematian, bukan dijual per kilo daging.

Karekteristik kualitatif diantaranya berkaitan dengan pola warna kepala, badan dan ekor; bentuk tanduk, serta bentuk gelambir. Karakteristik kualitatif berkaitan dengan ukuran tubuh, diantaranya bobot lahir; bobot badan, tinggi pundak, panjang badan dan lebar dada di umur sapih, 1 tahun dan 2 tahun, serta

lingkar skrotum pada jantan dan produksi susu pada betina. Karakter kuantitatif yang lain diantaranya sifat produksi dan sifat reproduksi. Karakteristik ini diambil untuk kerbau perah dan kerbau potong. Sifat genetik yang perlu dicatat diantaranya berkaitan dengan informasi mengenai pola pewarisan warna, bentuk tanduk, bobot lahir, produksi susu, daya adaptasi dan ketahanan terhadap penyakit. Sifat ini penting untuk melihat kemiripan atau keseragaman antara tetua dengan anakannya. Umumnya sifat -sifat tersebut diturunkan dan menjadi suatu keunikan dari rumpun.

Aspek BUSS yang perlu diperhatikan, yaitu rumpun yang diajukan harus baru, artinya saat penerimaan permohonan pelepasan, rumpun atau galur belum pernah diperdagangkan/diedarkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan/diedarkan kurang dari 5 (lima) tahun. Unik, apabila rumpun atau galur dapat dibedakan secara jelas dengan rumpun atau galur yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan permohonan pelepasan rumpun atau galur. Seragam, apabila sifat utama atau sifat penting pada rumpun atau galur terbukti seragam; dan stabil, apabila sifat rumpun atau galur tidak mengalami perubahan setelah diperbanyak atau dikembangbiakkan.

Struktur populasi yang dicatat memuat estimasi jumlah seluruh populasi rumpun atau galur, dan struktur populasi jantan dewasa dan betina dewasa. Permentan no 117 tahun 2014 menerangkan bahwa jumlah minimal kerbau jantan dan betina dewasa yang dianggap layak untuk di tetapkan atau dilepaskan adalah 20 ekor jantan dan 40 ekor betina. Nilai efektif rasio jantan dan betina dalam suatu populasi dapat dicari dengan rumus:

Pengambilan foto pendukung perlu dilakukan agar memberikan gambaran mengenai rumpun yang diusulkan untuk di lepas. Foto yang diambil paling tidak memuat foto rumpun atau galur standar berwarna postur keseluruhan tubuh, depan, belakang, atas, samping kanan, samping kiri, dan bagian tubuh yang spesifik dari kiri ke kanan. Standar kualitas adalah resume dari data/informasi yang diperoleh dari pengamatan karakteristik kuantitatif dan hasil pengukuran kuantitatif. Standar kualitas disampaikan menggunakan surat pernyataan yang memuat pernyataan pemohon untuk menjaga standar kualitas rumpun atau galur. Kerbau Perah Silangit dan Kerbau Potong Sinur akan menjadi kebanggaan BPTU HPT Siborongborong. Pengajuan proposal pelepasan rumpun kerbau perah dan potong tersebut menjadi bukti komitmen balai dalam perbaikan manajemen perbibitan dan pemeliharaan. Komitmen dari pimpinan sampai pada pemelihara ternak perlu di jaga agar proses pemuliaan melalui kegiatan pencatatan hasil seleksi dan culling memberikan peningkatan mutu genetik yang berkelanjutan. nMD

28 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Potensi Perbibitan

kuPersembahkan bibit saPi unggul di bumi rencong untuk indonesia

Oleh: Muhtar Sp dan RizalsyahBPTU HPT Indrapuri

Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Indrapuri merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menghasilkan bibit Sapi

Aceh. Untuk menghasilkan ternak bibit harus dilakukan dengan prinsip-prinsip perbibitan (good breeding practice) dengan penerapan manajemen ISO 9001 : 2015, dan produknya harus sesuai dengan SNI Bibit Sapi Aceh.

Penerapan manajemen pembibitan BPTU-HPT Indrapuri dengan sistem pemeliharaan yang dilakukan secara intensif dengan 2 cara yaitu intensif dan semi intensif (dikandangkan dan digembalakan). Sapi Aceh yang dikandangkan diberikan pakan sesuai kebutuhan, untuk memenuhi nutrisi ternak yang berkecukupan sesuai dengan kebutuhan masa fisiologis. Air minum diberikan ad libitum dan pakan 4 % dari Berat Badan (BB) dalam bahan kering (BK) dengan perbandingan konsentrat dan hijauan 20:80 untuk sapi dewasa, 30:70 untuk pejantan, 40:60 untuk pedet lepas sapih. Konsentrat yang diberikan produk pabrikan dan ditambah pemberian mineral blok, sedangkan air minum bersumber dari pegunungan. Sapi Aceh yang dikandangkan diberikan hijauan yang terdiri dari jenis rumput gajah afrika, gajah Thailand Pennisetum purpureum, benggala Panicum maksimum, rumput odot Pennisetum purpureum cv.

Mott dan Indegofera Indigofera tinctoria.L.

Sapi Aceh yang digembalakan adalah Sapi Aceh bunting dengan perlakuan pagi hari digembalakan dan sore hari digiring kembali ke kandang. Sapi Aceh yang digembalakan di padang gembala diatur rotasinya sesuai dengan daya tampung dan luas plot. Jenis-jenis rumput di padang penggembalaan adalah Brachiaria humidicola (BH) , Brachiaria decumben (BD), Star grass Cynodon plectostachyus, Brachiaria mutica (BM), stylo Stylosanthes guianensis dan calopo Calopongonium mucunoides serta diberi pakan tambahan konsentrat. Dengan Manajemen pemeliharaan diatas maka BCS yang diperoleh mencapai 2,5–3.

Sapi Aceh dikandang dimulai dari rearing diisi dengan pedet lepas sapih sesuai dengan umur dan dipisahkan jantan dan betina. Setelah umur diatas 18 Bulan sapi betina dimasukkan ke kandang breeding dengan perbandingan 1:20 perkandang untuk kawin alam dan inseminasi buatan (IB) sebanyak 50 ekor perkandang dan dilakukan pengamatan birahi setiap hari untuk di IB. Pejantan umur 2 Tahun ke atas ditempatkan di kandang pejantan, sedangkan yang tidak sesuai SNI ditempatkan di kandang bakalan. Di kandang breeding (perkawinan) dilaksanakan selama 6 bulan, setiap 2 bulan dilakukan pemeriksaan kebuntingan, ternak yang bunting

Potensi Perbibitan

di lepas ke padang pengembalaan sedangkan yang belum bunting dilanjutkan perkawinannya selama 2 bulan kedepan. Ternak yang bunting 8 bulan di padang pengembalaan ditarik ke kandang melahirkan.

Pelaksanaan recording dimulai pada pedet yang baru lahir dengan kegiatan identifikasi, penimbangan, pengukuran dan pemasangan eartag. Seleksi ternak mulai dilakukan dikandang rearing dengan program Uji Performan, meliputi kegiatan pengukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, lebar pinggul, lingkar scrotum dan berat badan. Pada ternak betina dilakukan pada umur sapih (205 hari), 365 hari, 550 hari dan 720 hari dan dilakukan pemeriksaan reproduksi sedangkan pada ternak jantan dilanjutkan sampai umur 3 tahun dan dilakukan penampungan semen untuk uji libido dan kualitas semen.

Pelaksanaan recording, seleksi dan uji performan yang dilakukan mengacu pada SNI 7651.3:2013 Bibit sapi potong – Bagian 3 : Aceh. Ternak di BPTU HPT Indrapuri dapat dikategorikan ke dalam 3 grade yaitu grade 1, 2 dan 3. Penentuan hasil seleksi berdasarkan klasifikasi grade 1 (SNI kelas 1 dan 2), grade 2 (SNI klas 3) dan grade 3 (di bawah kriteria SNI).

Pencegahan penyakit dilakukan dengan biosecurity, pemeriksaan kesehatan secara laboratorium dilakukan 2 kali setahun terhadap 6 penyakit (Brucellosis, Septicemia Epizootica, Infectious Bovine Rhinotracheitis, Anaplasmosis, Babesiosis dan Theileriosis) dan untuk Bull (Agam Gruek) 12 penyakit (Brucellosis, Septicemia Epizootica, Infectious Bovine Rhinotracheitis, Anaplasmosis, Babesiosis, Theileriosis, Paratuberculosis, Enzootic Bovine Leucosis, Antraks, Leptospirosis, campylobacteriosis dan Trichomoniasis) dalam setahun dan pemberian obat cacing 4 kali dalam setahun. Apabila ada ternak sakit segera dilakukan penanganan.

Penerapan manajemen pembibitan di BPTU HPT Indrapuri berkomitmen sesuai dengan tupoksi masing-masing untuk menjadi acuan kerja bagi semua pegawai dalam melaksanakan tugasnya antara lain :

a. Pengawas Bibit Ternak melaksanakan kegiatan uta-ma meningkatkan dan menjaga kualitas mutu bibit, meningkatkan angka kelahiran dengan cara program breeding, pengaturan perkawinan baik melalui insem-

inasi buatan dan kawin alam, pengamatan berahi, pe-meriksaan kebuntingan, penanganan kelahiran, identifi-kasi ternak, uji performan, pengolahan dan analisa data serta seleksi ternak sesuai dengan klasifikasi.

b. Pengawas Mutu Pakan melaksanakan kegiatan uta-ma mempertahankan BCS 2,5-3 dengan cara menjaga ketersediaan pakan sepanjang tahun, perluasan lahan, pengolahan tanah, penanaman rumput, perawatan rumput, pemanfaatan pupuk kandang, pengoptimalan padang penggembalaan, prasarana dan sarana pada kebun rumput serta pemanenan rumput dengan me-kanisasi sehingga pemberian pakan pada ternak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan.

c. Medik dan Paramedik Veteriner melaksanakan kegiatan utama menjaga dan mempertahankan kesehatan ter-nak, menekan angka kematian dengan mengoptimal-kan pencegahan penyakit, melaksanakan biosecurity, sa-nitasi kandang dan lingkungan, observasi, pengamatan, pemeriksaan dan penanggulangan penyakit.

BPTU HPT Indrapuri terus melakukan pembenahan manajemen pemeliharaan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan (good breeding practice) sehingga pada pertengahan tahun 2018 mengusulkan sertifikasi produk (LSPro) Sapi Aceh sebanyak 42 (empat puluh dua) ekor ternak terdiri 8 ekor betina dan 34 ekor jantan.

Setelah dilakukan audit oleh LSPro, dinyatakan lulus sebanyak 40 (empat puluh) ekor terdiri 8 ekor betina dan 32 ekor jantan bersertifikat (sertifikat produk penggunaan tanda SNI No. 19004/LsPro/2-SNI-P/X/2018). Sapi Aceh jantan yang bersertifikat ini akan didistribusikan ke Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Balai Inseminasi Buatan Lembang dan Balai Inseminasi Buatan Daerah Saree. Sedangkan Sapi Aceh betina ke Balai Embrio Ternak Cipelang sebagai donor/resipien dan selebihnya digunakan untuk BPTU HPT Indrapuri. Hasil ini dicapai atas komitmen dan kerjasama seluruh pegawai dari fungsional umum dan fungsi teknis BPTU HPT Indrapuri. Tanpa henti untuk mencapai potensi sesungguhnya, tahun 2019 BPTU HPT Indrapuri kembali mengajukan sertifikasi bibit sapi aceh sejumlah 68 ekor yang diharapkan dapat memperoleh Sertifikat Bibit. Amiin. nFBR

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 29

30 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Potensi Perbibitan

Domba awassi, domba perah pertama di indonesia

Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat fundamental bagi keberlangsungan sebuah bangsa, Keberlangsungan tersebut haruslah didukung dengan mewujudkan kedaulatan pangan yang

kontinyu dan berkualitas.. Dalam pembukaan UUD 1945 pun mengamanahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga bangsa Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi.

Susu merupakan salah satu sumber pangan strategis yang penuh gizi, merupakan asupan relatif lengkap untuk membantu menyediakan segala kandungan yang dibutuhkan manusia setiap hari. Pengembangan persusuan nasional akan mempunyai multiplier effect bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi industri persusuan di tanah air menghadapi kondisi yang dilematis. Hal ini dikarenakan produksi susu dalam negeri baru mampu memenuhi 20% dari total kebutuhan nasional, sisanya sebanyak 80%, jumlah yang cukup besar ini masih dicukupi dari luar negeri (impor). Tantangan terbesar dalam industri persusuan Indonesia adalah bagaimana caranya meningkatkan produksi susu guna memenuhi jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat yang semakin tinggi, hal ini sejalan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi bahan pangan yang bergizi dan ditambah semakin tingginya kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu.

Salah satu upaya yang ditempuh guna dapat meningkatkan produksi susu di Indonesia adalah dengan cara mengoptimalkan ternak perah selain sapi. Selama ini perhatian utama kita untuk memproduksi susu terfokus hanya berasal dari sapi, oleh karena itu perlu digeser juga perhatian kita untuk melirik ternak perah lainnya yang dapat dioptimalkan sebagai ternak penghasil susu, seperti kerbau, kambing, kuda dan domba.

Di Indonesia kita tentunya sudah mengenal beberapa jenis ternak perah. Untuk jenis sapi perah telinga kita sudah familiar dengan sapi perah bangsa Frisien Holstein (FH) atau jersey (saat ini masih close breeding), untuk jenis kerbau kita sudah mengenal kerbau sungai atau biasa disebut kerbau Murrah yang berada di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, untuk jenis kambing kita juga sudah lazim dengan kambing Peranakan Etawah (jenis kambing dwi guna) dan kambing Saanen. Kalau untuk jenis domba perah apakah sudah ada di Indonesia? Ya, sejak akhir tahun 2018 sudah ada introducing bangsa baru ke Indonesia untuk jenis domba perah, yaitu domba Awassi. Apa itu domba Awassi??

Domba Awassi berasal dari Asia Barat atau Timur Tengah (Middle East), domba ini dikenal juga dengan nama lokal seperti Ivesi (Turkish), Baladi, Deiri, Gezirieh. Domba Awassi ini merupakan bangsa domba yang sudah familiar di Negara-negara Arab, seperti Saudi Arabia, Jordan, Irak, Syria, Lebanon,

Oleh Hari P. Ibnu SudarmawanPengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 31

Potensi Perbibitan

Palestina, Turki dan Mesir. Domba Awassi adalah domba yang kuat, dapat beradaptasi dengan baik selama berabad-abad di lingkungan yang ekstrem.

Domba Awassi merupakan domba tipe ekor gemuk dengan warna bulu bervariasi dari krem kecoklatan sampai putih di bagian badan dan dominan coklat di bagian kepala dan kaki (di beberapa individu juga dapat ditemukan warna hitam, putih, abu-abu atu berbintik pada bagian wajah). Bentuk telingan panjang dan bergelombang (long floppy ears), domba Awassi jantan bertanduk dan yang betina biasanya tidak bertanduk (polled), domba Awassi mempunyai temperamen yang tenang sehingga mudah untuk diperah (easily milked).

Domba Awassi mempunyai beberapa keunggulan diantaranya, resisten terhadap berbagai macam penyakit dan parasit, dapat menempuh perjalanan jauh untuk mencari makanan (sesuai dengan kebiasaan bangsa arab dulu yang sering berpindah-pindah tempat/nomaden saat menggembalakan ternaknya), toleran terhadap suhu yang ekstrem dan dapat bertahan dalam kondisi pakan yang buruk, domba Awassi dapat mengimbangi kondisi pakan yang kurang dengan cara menggunakan cadangan energi yang tersimpan di ekornya (lemak ekor), dan mempunyai sifat keibuan yang baik (good mothering ability). Karena potensi produksinya yang tinggi dalam kondisi yang ekstrem, rumpun domba Awassi dapat digunakan sebagai rumpun pejantan untuk meningkatkan produksi susu dari banyak rumpun domba asli Asia dan Afrika.

Jika dilihat dari komposisi nutrisi yang terdapat di susu domba Awassi dibandingkan dengan ternak perah lainnya seperti kambing atau sapi, maka susu domba Awassi mempunyai lemak dan protein susu yang lebih tinggi. Oleh karena itulah sebagian besar susu domba yang diproduksi di seluruh dunia diolah menjadi keju.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Susu dari Beberapa Ternak Perah

Rumpun Ternak Lemak (%)

Protein (%)

Sapi FH 3,0 2,8

Sapi Jersey 5,1 4,0

Kambing PE 3,3 4,3

Domba Awassi 6,7 6,0

Sumber: diambil dari beberapa jurnal dan artikel

Pengembangan domba Awassi di Indonesia saat ini masih dalam tahap evaluasi dengan sistem close breeding di salah satu perusahaan dan populasi sementara saat ini terdapat 75 ekor (60 ekor induk dan 15 ekor pejantan). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah domba Awassi dapat beradaptasi dengan baik dan cocok untuk dikembangkan di Indonesia, karena dari sisi lingkungan khususnya kelembaban udara (humidity) antara Indonesia dengan di timur tengah ada perbedaan cukup jauh. Jika di timur tengah dengan kelembaban udara yang rendah domba Awassi dapat beradaptasi dengan baik, lalu apakah begitu juga di Indonesia yang mempunyai kelembaban udara cenderung lebih tinggi? Untuk menjawab pertanyaan ini masih diperlukan data-data yang valid dan waktu untuk dilakukan evaluasi.

Upaya-upaya terobosan untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia terus dilakukan, hal ini untuk menjawab tantangan terus meningkatnya kebutuhan susu di Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk memingkatkan produksi susu adalah dengan cara introduksi ternak domba penghasil susu, yaitu domba Awassi. Semoga upaya ini dapat semakin melebarkan peluang harapan untuk majunya industri persusuan di Negara kita tercinta, Indonesia. Wallahu a’lam nCES

32 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Pengembangan Perbibitan

Penanganan PeDet BarU lahir

Oleh : Harry Chakra M., S.Pt, M.SiWasbitnak di Dit Perbibitan dan Produksi Ternak

Tujuan pemeliharaan pedet adalah untuk menghasilkan pedet yang kuat, sehat, dan tumbuh dengan baik dan akan terus berkembang dengan mantap setelah disapih. Periode pemeliharaan pedet mencakup periode sejak

lahir hingga umur 12 minggu. Ini termasuk pemberian makan (kolostrum, penggantian susu/susu, konsentrat, serat dan air), perkandangan, manajemen umum peternakan dan kesehatan pedet sejak dilahirkan hingga empat minggu setelah disapih. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.

Periode pemeliharaan pedet setelah lahir sampai umur 12 minggu sangat penting. Periode pemeliharaan pedet adalah periode paling penting bagi perusahaan penghasil daging sapi. Seperti halnya sistem dalam peternakan, keberhasilan pemeliharaan ternak jadi sangat ditentukan oleh kualitas dan manajemen penanganan pedet yang baru lahir. Banyak laporan menyatakan bahwa 50% kematian pedet dalam tahun pertama terjadi dalam enam minggu pertama kehidupannya, dan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas akan mengurangi profitabilitas usaha peternakan. Langkah dasar dalam manajemen pemeliharaan pedet baru lahir adalah mengerti apa yang harus dilakukan saat ‘Golden Hour’ dan melakukan penilaian vitalitas.

Golden Hour

Periode paling kritis dalam kehidupan pedet adalah jam pertama setelah kelahiran, disebut ‘Golden Hour’. Manajemen pedet yang benar dan praktik pemberian pakan selama periode ini akan memengaruhi kesehatan dan perkembangan pedet di selanjutnya dan performa kinerjanya sepanjang hidupnya.

Kegiatan yang perlu dilakukan selama Golden Hour secara detail sebagai berikut:

1. Memisahkan pedet dari induk.

Saat lahir, pedet cepat beresiko terkena infeksi melalui pusar, mulut dan lubang hidung dari lingkungan pedet,

sapi dan hewan lain di wilayah udara yang sama. Selain itu, jika pedet dibiarkan bersama induk, peternak tidak dapat memastikan berapa banyak kolostrum yang diterima pedet atau kapan mereka menerimanya. Karena itu, pedet harus dikeluarkan atau dipisahkan dari induk segera setelah lahir dan ditempatkan di daerah yang bersih dan baru saja diberi tempat alas tidur, untuk dapat diberi kolostrum dengan jumlah yang tepat menggunakan botol atau tabung hisap.

2. Perawatan pusar

Penyebaran infeksi dari lingkungan ke pedet melalui tali pusar menyebabkan sakitnya pusar atau sendi. Pada minggu pertama setelah kelahiran, pusar harus diperiksa untuk melihat ada/tidaknya perdarahan yang berlebihan, nyeri, pembengkakan yang tidak normal, adanya bau atau nanah, dan dirawat sesuai anjuran dokter hewan setempat. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk masalah kesehatan pusar, adalah sebagai berikut:a. Memastikan bahwa kandang bersalin yang baik

terjaga kebersihannya dan pedet dilahirkan pada alas tidur.

b. Minimalkan lamanya waktu yang dihabiskan pedet dalam kandang melahirkan.

c. Pastikan pedet mendapatkan asupan kolostrum awal yang berkualitas baik

d. Lakukan kebersihan pusar dengan pemberian antisepsis (chlorhexidine atau yodium)..

3. Resusitasi pedet

Secara umum, sebagian besar pedet tidak akan membutuhkan resusitasi. Namun, pedet yang mengalami kesulitan atau permasalahan pernapasan saat kelahiran dapat mengambil manfaat dari perawatan resusitasi selama dan/ atau segera pedet dilahirkan. Untuk mengidentifikasi pedet yang mem-butuhkan resusitasi, peternak harus hadir di saat induk melahirkan dan mencari tanda-tanda kesulitan melahirkan pedet. Cara kelakukan resusitasi pedet yang berhasil adalah:a. Tahan pedet secara terbalik untuk waktu yang singkat

(tidak lebih dari satu menit).b. Tuangkan air dingin di atas kepala pedet dan/atau

tempelkan sedotan atau jari ke lubang hidungnya.c. Dudukan pedet tegak di dadanya.d. Keringkan pedet yang lemah, dingin, basah,

menggigil dan letakkan di bawah lampu infra merah.e. Konsultasi dengan dokter hewan mengenai pilihan

resusitasi lain seperti produk stimulan.

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 33

Pengembangan PerbibitanPenilaian Vitalitas

Vitalitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk hidup dan tumbuh kekuatan secara fisik dan mental. Rendahnya vitalitas pedet baru lahir disebabkan oleh ketidakmampuan memelihara kondisi homeostasis, hipoksia dan asidosis. Penilaian vitalitas atau kekuatan fisik pedet harus dilakukan segera setelah dilahirkan. Indikator per individu harus dipantau menggunakan Skor Vigor. Vigor merupakan akronim dari visual appearance (Penampakan visual), initiation of movement (Inisiasi gerakan), general responsiveness (respon secara umum), oxygenation (Oksigenasi) and respiration (Pernapasan).

Penanganan pedet baru lahir penting untuk diketahui dan diterapkan oleh peternak karena akan berdampak pada kesehatan pedet dan mengurangi tingkat kematian pedet. Dengan menurunnya tingkat kematian tersebut berarti akan ada pedet baru yang dapat pelihara dan dikembangkan oleh peternak agar mendapatkan keuntungan yang lebih baik. nFBR

6. Reflex mata Secara aktif mengedip dan menutup mata

Lambat mengedip

Tidak merespon

2 1 0

Oksigenasi

7. Warna membran mukus

Pink Cerah Pink pudar Warna Bata Putih/Blue

3 2 1 0

Laju Jantung dan Pernafasan

8. Laju Jantung* < 80 bpm 80 – 100 bpm 100 bpm

0 1 2

9. Laju Pernafasan Lambat (-24 rpm) Normal (-24 -36 rpm)

Cepat (> 36 rpm)

1 2 0

Penampakan Visual

1. Bercak Meconium Tidak ada bercak

Sekitar daerah anal/

pangkal ekor

Menyebar di sebagian besar tubuh

Menutupi seluruh tubuh

3 2 1 0

2. Lidah / Kepala Tidak bengkak,

lidah tidak menjulur

Lidah menjulur

namun tidak bengkak

Lidah menjulur

dan bengkak

Kepala dan lidah mem-

bengkak, lidah

menjulur

3 2 1 0

Inisiasi Gerakan

3. Gerakan Pedet Dihitung dalam waktu

0 – 30 menit 30–90 menit 90-180 menit

> 180 menit

Berdiri / berjalan

Berusaha untuk berdiri

Kaki terselipdi bawah

tubuh

tidak berusaha

berdiri

3 2 1 0

Respon Umum

4. Reflek menghis-ap tangan

Kuat Medium Lemah Tidak merespon

3 2 1 0

5. Menjepit lidah Secara aktif menarik

lidah

Berusaha untuk

menarik lidah

Lidah hanya berkedut/

tidak dapat ditarik masuk

Tidak merespon

3 2 1 0

Sumber : http://static.canadiancattlemen.caCatatan: *Laju Jantung: tangan ditempatkan di dada pedet, hitung detak jantung selama 15b detik kemudian dikalikan 4.

Skor Vigor dapat dilihat pada tabel berikut:

34 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Manajemen Perbibitan

Industri ayam ras (khususnya ayam broiler) merupakan sektor industri peternakan yang paling berkembang di Indonesia. Hal ini dibarengi dengan semakin berkembangnya minat beternak pada komoditas ini  dan didukung pertumbuhan

ayam broiler relatif cepat sehingga cepat pula dapat diambil hasilnya.

Kondisi saat ini terjadi fenomena suhu bumi semakin tahun semakin meningkat. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi,

dan Geofisika (BMKG) suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat sampai dengan 6,4oC antara tahun 1900-2100. Tentu fenomena tersebut akan sangat berpengaruh pada produktivitas ayam broiler karena pemeliharaan pada ayam broiler sangat dipengaruhi oleh iklim dan suhu.

Dampak iklim dan suhu ekstrim dapat diantisipasi dengan modernisasi kandang. Peternak ayam di Indonesia mulai melakukan perubahan untuk menghasilkan ternak ayam yang baik melalui gerakan modernisasi kandang dalam menghadapi perubahan iklim dan suhu. Modernisasi kandang ayam, tetapi

Modernisasi kandang bukan berarti hanya ‘close house’ atau kandang tertutup, dan bukan berarti membongkar kandang lama, tetapi disesuaikan dengan kandang yang sudah ada, dan kekurangannya diperbaiki atau ditambah. Prinsip kandang modern adalah peternak memperbaiki kandangnya agar bisa memenuhi syarat untuk dapat memenuhi kebutuhan ayam tersebut melalui pengembangan teknologi. Kebutuhan yang dimaksud yakni sirkulasi udara dalam kandang yang bagus, pengaturan suhu ketika ayam masih kecil hingga besar, penghilang bau, pakan bisa diberikan secara serentak, pemberian minum tidak tercecer, dan lainnya. Performa yang optimal diperoleh jika ternak ayam mendapatkan suhu yang efektif (suhu ruangan, kelembapan dan kecepatan aliran udara dalam kandang).

Kandang yang modern dapat meningkatkan efisiensi usaha ternak di mana kesehatan ternak terjamin, kematian ayam berkurang, pertumbuhan cepat, feed conversion ratio (FCR) pakan berkurang, dan efisiensi tenaga kerja. Pelaku usaha yang telah menerapkan modernisasi kandang ini memperoleh

manfaat dalam tumbuh kembang ternak ayam. Sebelumnya untuk mencapai bobot badan ayam 2 kg butuh waktu 8 minggu, kini bisa dicapai dalam waktu 5-6 minggu dengan mutu sesuai standar. Manfaat lainnya, dengan ukuran kandang 40 x 5,5 meter kapasitas ternak bertambah dari 2.200 ekor menjadi 3.300 ekor. Hadirnya inovasi teknologi kandang dalam pemeliharaan ayam broiler mampu membuat proses produksi berjalan efektif, efisien, dan menghasilkan produk bermutu.

Pemerintah terus mendorong peternak ayam di seluruh Indonesia untuk melakukan modernisasi perbaikan, atau meningkatkan (upgrade) standar kandangnya dari yang semula ‘open house’ menjadi semi ‘close house’ atau semi tertutup. Permasalahan yang sering terjadi pada peternak adalah permodalan. Budidaya ayam broiler salah satu jenis usaha di bidang agribisnis peternakan yang sifatnya padat modal. Biaya investasi pembuatan kandang sendiri nilainya 58-76% dari keseluruhan biaya investasi di luar tanah. Dukungan Pemerintah yang ditawarkan untuk memodernisasi kandang melalui skim pembiayaan. Pemerintah telah memberikan program bunga bersubsidi dengan Kredit Usaha Rakyat. nIA

modernisasi kandang untuk eFisiensi usaha ternak ayam

Oleh: Gunawan Sitanggang dan Sinta Poetri AjoeningtyasPengawas Bibit Ternak di Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 35

Manajemen Perbibitan

Kebutuhan paKan terpenuhi, sapi induKan bX berKembang di bangKa belitungOleh : Sofwan HadiPengawas Mutu Pakan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Salah satu sasaran utama prioritas nasional di bidang pangan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 adalah penyediaan produksi daging sapi dalam negeri

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat nasional. Untuk mencapai sasaran hal tersebut sekaligus mewujudkan ketahanan pangan dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan protein hewani asal ternak. Perlu adanya jaminan ketersediaan Sapi Indukan. Pada saat ini jumlah Sapi Indukan dalam negeri masih kurang, sehingga diperlukan penambahan Sapi Indukan melalui impor.

Sub sektor peternakan dapat   memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan masyarakat, salah satunya untuk konsumsi sehari-hari yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani asal ternak. Kontribusi peternak juga membawa dampak pada sektor ekonomi, sosial yang  dapat meningkatkan pendapatan petani peternak,  memperluas lapangan kerja.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) pada Tahun 2018 mengalokasikan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui penambahan Sapi Indukan Impor. Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui penambahan Sapi Indukan Impor. Dalam proses budidaya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) provinsi, kabupaten/kota, dan kelompok Petani/Peternak. Pengadaan sapi indukan Brahman Cross pada tahun 2018 sebanyak 2.652 ekor dari target 6.000 ekor yang dilaksanakan oleh Satker BPTU HPT Sembawa, BBPTU HPT Baturraden dan BBVet Maros. Dalam pelaksanaan mengalami gagal lelang sebanyak 3.300 ekor yaitu di Satker BBVet Maros.

BPTU HPT Sembawa mendistribusikan sapi indukan Brahman Cross di Pulau Sumatera. Provinsi Bangka Belitung salah satu provinsi yang menerima bantuan sapi indukan Brahman Cross sebanyak 125 ekor yang disebarkan kepada UPTD Provinsi dan 4 kelompok di Kabupaten Bangka Tengah.

Bangka Belitung merupakan provinsi yang memiliki angka ketergantungan 80% ternak khususnya sapi. Saat ini pemenuhan kebutuhan lokal baru 20% dari total kebutuhan. Hal ini merupakan tantangan dan peluang untuk pengembangan peternakan. Tantangan pemenuhan kebutuhan sapi tersebut bukan hanya untuk pemenuhan daging tetapi juga kotorannya sebagai bahan pupuk organik yang sangat di butuhkan untuk pengembangan pertanian maupun reklamasi lahan ex tambang timah. Strategi pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung  dalam memenuhi tantangan dan peluang tersebut dengan menetapkan sapi sebagai salah satu program utama pengembangan agribisnis di Bangka Belitung dengan Program 3 S (Sahang, Sapi dan Sawah)

Implementasi   dari program 3 S (Sahang, Sapi dan Sawah) khususnya untuk sapi di tahun 2018, diantaranya dengan penambahan sapi jantan dengan jenis Peranakan Ongole (PO) sebanyak 112 ekor melalui APBD I dan ditambah dengan sapi

indukan Brahman Cross 125 ekor melaui kegiata Pengembangan Ternak Ruminansia Potong dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Penambahan sapi indukan impor bertujuan untuk (i) untuk meningkatkan ketersediaan Sapi Indukan di UPTD dan Kelompok Tani/Ternak dan (ii) untuk meningkatkan populasi di UPTD dan Kelompok Tani/Ternak.

Penambahan sapi indukan Brahman Cross sebanyak 125 ekor ini, di distribusikan sebanyak  65 ekor ke UPTD Balai Benih Dinas Pertanian Provinsi Kep. Bangka Belitung dan 60 ekor tersebar di 4 kelompok di Kabupaten Bangka Tengah, masing- masing kelompok menerima 15 ekor. Berdasarkan laporan yang diterima dari Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini sapi indukan Brahman Cross telah berkembang menjadi 130 ekor dengan kondisi induk bunting 15 ekor.

Hasil monitoring tanggal 25 Juni 2019, pada salah satu kelompok penerima sapi indukan Brahman Cross yaitu Kelompok Tunas Maju II yang beralamat di Desa Baskara Bakti Kecamatan Namang Kabupaten Bangka Tengah. Lasmono sebagi ketua kelompok menyatakan bahwa saat ini ternak kami sudah bertambah 17 ekor dari jumlah awal 15 ekor, dan ternak yang bunting 4 ekor. berkembangnya ternak sapi indukan Brahman Cross yang dipelihara tidak terlepas dari faktor pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan berupa pelepah sawit yang telah digiling dijadikan silase dan ditambah dengan pakan hijauan berupa Rumput Gajah. Masing-masing anggota memiliki kebun Hijauan Pakan Ternak seluas 0,5 Ha.

Selain memelihara sapi indukan Brahman Cross kelompok juga memiliki sapi Bali kurang lebih sebanyak 50 ekor, yang mana ini merupakan bantuan dari APBDI pada tahun 2016, semula mendapatkan hanya 8 ekor, namun saat ini berkembang pesat dengan sistem perguliran.

Program penambahan populasi ini diharapkan terus dapat dilaksanakan bukan hanya untuk peningkatan populasi ternak tetapi juga dapat dijadikan modal usaha bagi peternak dalam peningkatan pendapatan keluarga yang berasal dari penambahan aset ternak ternak,   penjualan limbah/kotoran ternak untuk bahan baku pupuk organik, juga untuk tabungan keluarga (sapi belambur,tanaman subur, masyarat makmur, Babel berkah). nMW

36 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Manajemen Perbibitan

idea : tot Program kemitraan Persusuan di indonesia

Oleh : Ian Sopian dan Lusi HerafitriWasbitnak dan Wastukan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Dalam upaya meningkatkan produktifitas sapi perah dan memacu produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN),

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian telah melakukan kerjasama dengan pemerintah New Zealand melalui proyek Indonesia Dairy Excellence Activity (IDEA), yang diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan bagi peternak sapi perah rakyat melalui keunggulan peternakan sapi perah.

Program yang dirancang sejak tahun 2016 memiliki harapan untuk membangun dan mengembangkan jaringan kelompok tani yangg berada di Provinsi Jawa Tengah, terpilihnya Jawa Tengah menjadi fokus kegiatan selain memiliki potensi pengembangan sapi perah juga dikarenakan lokasi yang perlu mendapat perhatian dan pembinaan kelompok dengan harapan dapat merubah prilaku, sikap dan pengetahuan peternak terhadap usaha sapi perah terutama untuk meningkatkan nilai ekonomi peternak secara berkelanjutan. Kegiatan diberikan berupa layanan dan fasilitasi pertemuan dengan kelompok tani, praktek ke kandang dan pengetahuan teknologi tentang kualitas susu.

Terdapat 10 lokasi focus farm (1. Kelompok Peternak Sapi Perah Susu Murni Alamat Ds. Kepencar Kec. Kertek Kab. Wonosobo; 2. Kelompok Sayuk Rukun Alamat Ds. Singosari Kec.

Mojosongo Kab. Boyolali; 3. Kelompok DTSM Ds. Sumbung Kec. Cepogo Kab. Boyolali; 4. Kelompok Susu Makmur Alamat Ds. Banyudono Kec. Banyubiru Kab. Semarang; 5. Kelompok Mersika Alamat Ds. Merapi Sari Kec. Ngablak Kab. Magelang; 6. Kelompok Sumber Makmur Alamat Ds. Pandean Kec. Ngablak Kab. Magelang; 7. Kelompok Lestari 1 Alamat Ds. Tumiyang Kec. Pekuncen Kab. Banyumas; 8. Kelompok KWT Tumiyang Ds. Tumiyang Kec. Pekuncen Kab. Banyumas; 9. Kelompok Margo Mulyo Ds. Mundu Kec. Tulung Kab. Klaten; 10. Kelompok Margo Raharjo IV Alamat Ds. Slumut Kec. Argomulyo Kab. Salatiga) di 7 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang diharapkan dapat menjadi percontohan dan menularkan ilmu dan konsep-konsep yang telah diperkenalkan oleh IDEA. Konsep IDEA yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan populasi dan produksi susu sapi perah, sehingga setiap peternak dapat merubah sikap dan keterampilan dalam beternak sehingga keberadaan pelatihan peternak sangat diharapkan.

TOT (Training of Trainer) IV

Dalam perjalanannya, IDEA telah melaksanakan TOT (training of Trainer) sebanyak 4 kali sejak tahun 2018 sampai awal 2019 kepada petugas, perwakilan kelompok dan dinas. TOT IV telah dilaksanakan pada tanggal 23–25 Januari 2019 di Salatiga yang dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Pakan,

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Counterpart Dinas Kabupaten, Dairy Advisor, Petugas Lapangan dari IPS, Petugas Lapangan dari KUD dan Focus Farm dari setiap Farmer Group. Topik Utama pada TOT IV– IDEA adalah management reproduksi dan calf rearing dengan pemateri pada TOT IV ini adalah tenaga ahli IDEA dan praktisi peternakan.

Tujuan TOT IV IDEA ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam reproduksi dan calf rearing peternakan sapi perah dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta dapat : (1) Memahami prinsip cara mendapatkan pedet setiap tahun; (2) Memahami cara pembesaran pedet yang benar dan model kandang pedet; (3) Mengetahui macam- macam gangguan metabolik pada pedet; (4) Memahami dan mengetahui cara penimbangan bobot badan pedet; (5) Mengetahui cara penyapihan pada pedet; (6) Memahami bagaimana mengidentifikasi waktu berahi dan waktu inseminasi yang tepat; dan (7) Mengetahui manajemen sapi yang baru saja melahirkan.

Harapan kedepan semoga peternak dapat melanjutkan aktiitas yang telah diberikan oleh IDEA, selain itu agar dinas kabupaten/kota serta Provinsi Jawa Tengah dapat membina mengawasi secara berkelanjutan sehingga peternak dapat tetap eksis menjalankan usaha peternakan sapi perah dengan kualitas yang lebih baik. nYMY

Indonesia Dairy Excellence Activity (IDEA) adalah program yang dirancang untuk mendukung peningkatan pendapatan dari sektor persususan. Melalui layanan latihan dan dukungan teknis beternak diharapkan mampu merubah Prilaku, Sikap dan Keterampilan (PSK) peternak kearah lebih baik demi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak secara berkelanjutan.

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 37

Manajemen Perbibitan

kemitraan domba untuk swasembada Protein hewani

Oleh : Maria Flora Butar-Butar dan Rini Gunawan Wasbitnak dan Wastukan di Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan

Populasi domba tahun 2018 berjumlah 17,4 Juta ekor dengan produksi daging yang dihasilkan sebesar 48,7 ribu ton. Berdasarkan Data SUTAS BPS tahun 2018 rumah tangga pemelihara kambing mencapai 3,1 Juta

Rumah Tangga Usaha Peternakan (RUTP). Angka itu merupakan peningkatan sebesar 15 persen dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 2,7 Juta RTUP. Sedangkan ternak domba dipelihara oleh 929 Ribu RTUP, meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 645 ribu RTUP. 

Pola usaha ternak domba dan kambing masih didominasi oleh peternak rumah tangga (peternak kecil) yang mencapai hampir 95 persen. Ini merupakan usaha sambilan dengan skala kepemilikan 4-6 ekor. Ada beberapa aspek yang menjadi keunggulan ternak domba dan kambing. Keunggulan tersebut diantaranya: (1) budidaya domba dan kambing sebagai kegiatan yang relevan dengan pemberdayaan dan penggerak ekonomi masyarakat pedesaan, (2) daging domba dan kambing sebagai alternatif sumber protein hewani dan alternatif pengganti selain daging ayam dan sapi, (3) pembangunan peternakan berbasis budaya masyarakat, (4) mewujudkan korporasi peternakan domba kambing guna meningkatkan populasi dan produktifitas untuk menjamin keberlanjutan usaha budidaya peternakan domba dan kambing, serta menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, (5) mengisi pasokan untuk pasar ekspor ke negara-negara regional ASEAN. 

Peternakan rakyat mulai menyadari potensi domba, sehingga diperlukan ide untuk mengembangkan domba. Salah satunya adalah Balai Ternak Baznas yang berada di Desa Cimande memiliki luas lahan 2.000 Ha. Lahan ini digunakan untuk mengembangbiakan domba oleh 30 orang peternak dan didampingi oleh seorang petugas teknis terkait domba. Balai ini memberikan peternak 5 ekor domba untuk penggemukan dan 4 ekor untuk pembibitan. Syarat peternak untuk mendapatkan domba dari balai ini adalah dari ekonomi yang kurang mampu, dan pernah beternak.

Jenis ternak domba yang dipelihara adalah domba garut dan domba ekor gemuk. Balai Ternak memiliki 2 kandang yang berukuran 30 x 12 m2. Jumlah populasi awal domba adalah 290 ekor untuk pembibitan 113 ekor, penggemukan 165 ekor, dan pejantan sebagai pemacek 12 ekor. Pengembangbiakan dilakukan pada awal November 2018 melalui kawin alam. Tahun 2018 populasi betina untuk pembibitan sebanyak 113 ekor dan pada bulan April 2019 telah beranak sebanyak 89 ekor dengan total populasi indukan dan anak 202 ekor.

Pemasaran domba yang telah digemukan dijual untuk memenuhi wilayah sekitarnya. Hasil dari penjualan domba yang digemukkan setelah dikurangi modal, dengan proposi

10% untuk kas kelompok dan 90% untuk keuntungan peternak.

Pakan yang diberikan adalah hijauan dan konsentrat. Diperlukan pembinaan untuk pengembangan kelompok seperti belum tersedianya tempat minum dikandang, belum adanya olahan limbah, peternak belum menanam rumput di lahan sekitar kandang, beberapa peternak masih kurang komitmen untuk memelihara dan menjaga kebersihan kandang, dan penggemukan sebagian menggunakan domba betina, manajemen kelompok dan kerjasama dalam bentuk kemitraan dalam menjalankan usahanya.

Selain itu, kelompok ternak Tawakkal yang berada di Kampung Lembur Situ RT 04/05 Desa Cimande Hilir Kec. Caringin Kabupaten Bogor diketuai oleh bapak Bunyamin. Kelompok ini bergerak dibidang penggemukan dan penjualan pejantan. Memiliki populasi sebanyak 2.000 ekor domba yang berjenis domba garut, domba priyangan, dan domba ekor gemuk dengan total populasi 900. Tersedia 5 kandang untuk pengemukan dengan kapasitas kandang terbesar adalah sejumlah 600 ekor bakalan. Kelompok Tawakkal dapat menjual lebih dari 65 ekor perhari dengan harga Rp. 65.000,-/kg untuk jantan dan Rp. 40.000,-/kg untuk betina. Pangsa pasar tersebar di daerah Bogor dan sekitarnya, sehingga untuk pemasaran ternak tidak ada hambatan. Kelompok juga memproduksi pakan domba untuk memenuhi kebutuhan kelompok dan permintaan dari beberapa peternak yang diluar kelompok. Produksi pakan yang dihasilkan adalah sebesar 1.000 ton perhari. Konsentrat terbuat dari campuran bungkil sawit, kulit kopi, dedak dan molases. Harga jual konsentrat adalah Rp. 3000,-/kg. Konsentrat yang diberikan ke ternak adalah sejumlah 4 ons perhari di sore hari. Kotoran yang dihasilkan akan dibuat pengolahan pupuk organik dan dipasarkan ke beberapa daerah.

Perlu dilakukan kemitraan usaha ternak domba, untuk meningkatkan populasi, pemasaran domba dan limbahnya serta ketersediaan pakan domba. Kelompok pernah melakukan kemitraan pada beberapa plasma tetapi tidak berjalan optimal dikarenakan tidak konsistennya para peternak plasma untuk menjalankan SOP kerjasama. Sehingga untuk menangani permasalahan tersebut harus dilakukan perjanjian kemitraan yang sesuai dengan Permentan 13 tahun 2017 tentang kemitraan usaha peternakan pada peternak dan mitra yang akan melakukan kemitraan memahami apa yang harus dilakukan selama kemitraan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip kemitraan yakni saling memerlukan, saling mempercayai, saling memperkuat dan saling menguntungkan diantara pelaku kemitraan. Untuk meningkatkan populasi domba dilakukan kemitraan dengan pembibit-pembibit domba dalam penyediaan bakalan domba secara kontinu. nIA

38 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Manajemen Perbibitan

PersiaPkan saPi Potong untuk kurbanOleh : Rani Istriani dan TriyantoWasbitnak dan Wastukan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Umat Islam dari tahun ke tahun selalu merayakan Hari Raya yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Perayaan

hari Raya Idul Adha (perayaan kurban) jatuh pada 10 Dzulhijah 440 atau tanggal 11 Agustus 2019. Untuk menyambut datangnya hari raya Idul Adha, penduduk Indonesia yang hampir 90% mayoritas Muslim mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan kurban. Menjelang 1 bulan pelaksanaan kurban dimana-mana terlihat ternak yang akan dijual untuk dijadikan hewan kurban. Para pedagang ternak musiman sudah menyediakan ternak sapi di sepanjang jalan untuk dijual bagi umat Muslim yang mampu berkurban.

Dalam pelaksanaan kurban banyak hal yang perlu diperhatikan dalam hal memilih hewan kurban. Jika dilihat dari persyaratan Syariat Islam, ternak harus memiliki kriteria sehat, tidak cacat, tidak kurus, berjenis kelamin jantan, tidak dikebiri, memiliki buah zakar lengkap 2 buah dengan bentuk dan letak yang simetris, serta ternak harus cukup umur yaitu di atas 2 tahun. Dalam pemotongan hewan kurban harus memenuhi Syariat Islam, kesrawan dan keswan. Selanjutnya bila dilihat dari segi teknis, maka hewan yang baik untuk dijadikan hewan kurban diharapkan memiliki bobot tubuh padat (tidak kurus), tinggi badan yang ideal, serta harga dapat diprediksi dengan menghitung baik secara performans (taksiran) ataupun hitungan per kilogram bobot hidup (hal ini tergantung dari kesepakatan penjual dan pembeli).

Jumlah orang yang kurban pada tahun 2019 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini membutuhkan kesiapan populasi secara nasional/ketersediaan populasi. Dari hasil data populasi ternak yang terkoreksi dengan parameter perubahan jumlah rumah tangga hasil Survei Pertanian Antar Sensus Tahun 2018 (SUTAS 2018) oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia jumlah populasi sapi potong sekitar 16,4 juta ekor, dan diperkirakan terdapat sekitar 2,1 juta sapi jantan dewasa. Untuk data pemotongan tahun 2018 berdasarkan data yang dilaporkan melalui Ishiknas

berjumlah 342.261 ekor dan untuk tahun 2019 diperkirakan ada penambahan 2%.

Momen Hari Raya Idhul Adha tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang mampu, bahkan Presiden menyambut Hari Raya Idul Adha1440 H dengan melakukan kurban di seluruh provinsi, pemberian hewan kurban oleh Presiden RI melalui Kementerian Sekretariat Negara, Presiden RI akan memberikan bantuan kemasyarakatan berupa hewan sapi kurban ke 34 provinsi yang akan dibagikan melalui Masjid Raya yang ditetapkan oleh Gubernur, dan 6 ekor secara khusus disiapkan untuk wilayah Propinsi DKI.

Dalam hal pelaksana kurban tahun ini Kemensetneg bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI cq. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan agar penyediaan sapi kurban dapat memenuhi memenuhi performance, sekaligus kriteria kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Spesifikasi ternak yang diharapakan untuk disediakan adalah (i) jenis sapi PO, Simental, Limosine atau jenis sapi sesuai dengan keunggulan daerah; (ii) bobot badan : 800 – 1000 kg; (iii) diperoleh dari peternak (bukan dari pedagang atau penyedia barang). Kriteria sapi Kurban harus berasal dari peternak sebagai bentuk apresiasi terhadap peternak di seluruh wilayah Indonesia yang telah berupaya memelihara sapinya mencapai bobot maksimal dengan masa pemeliharaan lebih dari 3 tahun. Tingginya harga sapi pada saat Kurban adalah moment bagi peternak untuk memperoleh margin keuntungan yang lebih besar dari pada bulan lainnya, yang dapat dikatakan sebagai bulan berkah untuk peternak rakyat.

Ketersediaan hewan kurban di setiap propinsi merupakan rekomendasi dinas yang membidangi fungsi peternakan dan keswan propinsi. Atas dasar rekomendasi tersebut Tim Kemensetneg, Tim Ditjen PKH dan Pemprov/Kab/Kota melakukan verifikasi bersama, utamanya untuk mengetahui Bobot Badan, performance dan kondisi kesehatan ternak. Berdasarkan hasil verifikasi atas ternak sapi yang sudah dibeli menunjukkan bahwa : (i) penentuan harga sapi umumnya didasarkan pada

performance daripada bobot badan; (iii) jenis sapi kurban sebagian besar sapi hasil silangan 8 limosin dan 4 ekor simental; (iv) bobot sapi kurban berkisar antara 800 kg s.d 1300 kg (sapi terbesar dari Propinsi Banten dan Kalimantan Barat); (iv) umur sapi berkisar antara 2,5 - 6 tahun; dan (v) harga sapi antara Rp. 60 juta s.d 100 juta.

Secara khusus kebutuhan sapi kurban untuk wilayah Propinsi DKI sebanyak 6 ekor (4 ekor sapi SO, 1 Ekor sapi Limosin, 1 ekor sapi Simental) yang akan didistribusikan Masjid Istiqlal 2 ekor (Presiden RI dan Wapres), 1 ekor Istana Jakarta, 1 ekor Istana Cianjur, 1 ekor Istana Bogor, dan 1 ekor Masjid Raya Prov DKI. Sapi kurban bantuan presiden di Prov DKI berasal dari peternak di Kab Subang, Kab. Tangerang Selatan dan Kab. Cianjur.

Untuk memastikan sapi tetap terjaga performance dan kesehatannya, Tim Kurban Ditjen PKH bersama Dinas Propinsi dan Kabupaten akan melakukan pengawalan dan pemantauan dalam hal penanganan kesehatan hewan dan pengobatan cacing sampai pelaksanaan kurban di masing masing masjid raya di setiap propinsi. nMW

Sapi milik salah satu peternak di Provinsi Banten dengan bobot 1.200 kg

Sapi milik salah satu peternak di Provinsi Kalbar dengan bobot 1.300 kg

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 39

saPi Jaliteng, bukti nyata uPaya Peningkatan mutu genetik saPi bali melalui introduksi gen bantengOleh : Chairul Arifin dan Novi Suprihatin

Sapi Bali…Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) Asli Indonesia, hasil domestikasi dari Banteng (Bos-bibos banteng) yang menjadi Primadona Peternakan Sapi Potong Nusantara. Sapi Bali dikenal memiliki

kemampuan reproduksi tinggi dengan persentase kelahiran dapat mencapai 80 persen, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang, persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, serta heterosis positif tinggi pada persilangan.

Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 menyebutkan bahwa sapi Bali itu dipelihara oleh hampir 30% Rumah Tangga Peternakan (RTP) pemelihara sapi di Indonesia. Data ini menunjukan bahwa sapi Bali sangat digemari oleh pemelihara sapi karena dari sisi penyediaan pakan sapi Bali itu sangat efisien dan daya reproduksinya sangat fertil. Sapi Bali mampu hidup dibawah cekaman kemarau dan panas iklim tropika yg tinggi dengan tingkat kematiannya rendah. Daerah sentra pengembangan Sapi Bali diantaranya adalah Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua dan Sumatera.

Semua peternak terutama peternak sapi potong pasti mengenal sapi Bali sehingga tidak heran jika permintaan terhadap ternak sapi ini cukup tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Saat ini Sapi Bali telah dikenal dan dikembangkan di Malaysia, Filipina dan Australia. Apabila permintaan terhadap sapi Bali ini terus meningkat setiap saat maka dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan populasi dan secara tidak sadar dapat berefek pada penurunan mutu genetik sapi Bali akibat over exploitasi dari the silent fenomena tersebut. Selain itu tingginya kejadian perkawinan silang dalam (inbreeding) pada sapi Bali membawa dampak menurunnya daya tahan, bobot lahir dan tingkat kesuburan ternak.

Hal ini menarik perhatian Prof. Dr. Drh. I Ketut Pudja M. Kes, salah satu dosen fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Menurut Prof Pudja sampai saat ini peningkatan mutu sapi Bali masih terbatas melalui program pemurnian

yaitu program pemuliabiakan dengan melakukan seleksi dalam bangsa atau within breed, oleh karena itu sangat diperlukan terobosan baru dalam upaya peningkatan bibit ternak sapi Bali. Salah satu upaya terobosan tersebut dapat dilakukan melalui introduksi gen Banteng Bibos ke induk sapi Bali yang ada. Banteng Bibos adalah banteng liar yang telah diduga merupakan tetua sapi Bali sehingga melalui upaya introduksi ini, diharapkan dapat meningkatkan keragaman genetik sapi Bali karena sapi hasil introduksi merupakan sapi bali unggul yang mengandung darah tetuanya.

Pemikiran yang sama ternyata menjadi perhatian Pemerintah Daerah Jawa Timur sebagai salah satu sentra peternakan sapi. Dalam rangka mewujudkan Jawa Timur sebagai penyangga daging nasional, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen melakukan upaya riset dan rekayasa genetik melalui penyilangan Sapi Bali F1 dengan Banteng Baluran. Hasil persilangan 2 spesies ini menghasilkan varietas sapi baru yang dikenal dengan nama sapi “JALITENG” yang merupakan singkatan dari Jawa, Bali dan Banteng. Sapi Jaliteng pertama lahir pada bulan April 2012 di TSI Prigen, dengan jenis kelamin jantan dan diberi nama ‘Sadewo”. Sapi “Sadewo” di-launching oleh Gubernur Jawa Timur “Soekarwo” pada tanggal 17 Juli 2012, bertepatan dengan puncak acara peringatan Hari Anak Nasional di TSI Prigen. Sapi ini merupakan sapi varietas baru yang memiliki banyak keunggulan, diantaranya bobot saat lahir bisa mencapai 20-22 kg dan bobot maksimal saat usia dewasa bisa mencapai 1 ton, sementara sapi bali umumnya hanya memiliki bobot lahir 14-16 kg dan bobot maksimal usia dewasa 300-350 kg. Selain itu Sapi Jaliteng juga tahan dari serangan penyakit yang sering menyerang sapi seperti penyakit antrax, penyakit mulut dan kuku serta mampu bertahan hidup di daerah tropis, terutama ketika musim kemarau tiba. Bahkan sapi jenis ini juga dapat memakan rumput yang kering.

Keanekaragaman ternak yang kita miliki merupakan salah satu kekayaan alam nasional yang perlu kita jaga, lestarikan dan ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Keberadaan Sapi Jaliteng telah membuktikan bahwa kita mampu melakukan upaya perbaikan performa dan genetik Sapi Bali sekaligus memberikan nilai tambah bagi para peternaknya. Meskipun keunggulan sapi jaliteng belum terbukti secara nyata dan masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut, namun keberadaannya membuktikan bahwa kita telah berupaya untuk menjaga dan melestarikan sapi Bali sebagai SDGH asli Indonesia. Pengembangan Sapi Jaliteng sebagaimana telah diinisiasi oleh provinsi Jawa Timur sedikit banyak telah memberikan harapan baru terkait pencapaian swasembada protein hewani khususnya melalui pengembangan dan peningkatan mutu genetik ternak lokal Indonesia. nYMY

Sains dan Teknologi

40 Vol XIII No. 2 Tahun 2019

Renungan

nilai ilahiah dan nilai insaniah ibadah QurbanOleh : ZuljismanWastukan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Pada tanggal 10 Zulhijjah 1440 H tepatnya 11 Agsutus 2019 muslimin merayakan hari raya idul adha yang disebut juga hari raya hewan qurban. Momen Idul Adha, umat muslim yang memiliki kemampuan

melaksanakan ibadah kurban menyerahkan hewan kurban (kambing, domba, dan lembu) kepada panitia atau takmir masjid agar hewan kurban itu disembelih dan dagingnya diberikan kepada kaum duafa. Penyembelihan hewan kurban ini dilakukan setelah selesai salat Idul Adha dan pada hari-hari tasyrik.  Ajaran kurban bermula dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail. Perintah Allah ini tertera dalam Alquran Surah Ash-Shaffat ayat 102 :”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, bagaimana pendapatmu? Ia menjawab: Hai ayahku, laksanakanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”  Perintah Allah ini merupakan ujian mahaberat terhadap keimanan, kepatuhan, dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Nabi Ibrahim dengan rasa keimanan dan ketaatan yang kuat benar-benar mematuhi perintah Allah, yang akhirnya sembelihan tersebut Allah ganti dengan kibas/domba. Perintah berkurban ini diteruskan oleh Nabi Muhammad sebagai syariat Islam. Ajaran kurban ini dipertegas dalam Alquran Surah Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka salatlah untuk Tuhanmu dan berkurbanlah.”

Nilai Ilahiah-Insaniah

Ajaran kurban mengandung nilai-nilai ilahiah dan insaniah. Pertama, ajaran kurban mendidik manusia untuk lebih mencintai Allah (dan Rasul-Nya) daripada yang lain sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, walaupun beliau harus menyembelih anaknya yang

sangat dicintainya. Ismail, sebagai seorang anak yang patuh kepada perintah Allah, juga rela untuk disembelih oleh ayahnya. Ini berarti urusan duniawi seperti anak, harta benda, kekayaan, bisnis, urusan keuangan jangan sampai menjadi penghalang untuk berbakti, mengabdi, dan beribadat secara maksimal dan total kepada Allah.  Kedua, ibadah kurban bermakna dan bertujuan agar manusia ”menyembelih” nafsu hewaniah dalam dirinya. Nafsu hewaniah seperti egoisme, ananiyah, keserakahan, ketamakan, dan nafsu-nafsu rendah dan jahat lainnya haruslah dikekang, dikendalikan, dan dilenyapkan dalam diri manusia.  Ketiga, ibadah kurban mendidik manusia bersifat ikhlas dan rela berkorban dengan memberikan sesuatu yang dicintai kepada orang lain. Logikanya, memberikan sesuatu yang tidak dicintai kepada orang lain adalah bukan esensi ajaran kurban.  Sesuatu yang tidak dicintai merupakan sesuatu yang tidak bernilai dan tidak berharga. Oleh karena itu, tidak etis dan tidak sepatutnya sesuatu yang tidak bernilai itu diberikan kepada orang lain. Sebaliknya, apabila yang diberikan kepada orang lain itu adalah sesuatu yang dicintai dan bernilai maka pemberian dan pengorbanan itu sangat bernilai bagi kepentingan manusia dan kemanusiaan. 

Ajaran dan ibadah kurban memiliki makna yang sangat fundamental dan tujuan sangat luhur dan mulia bagi kepentingan manusia dan kemanusiaan. Esensi, makna, tujuan, dan nilai-nilai hakiki ajaran kurban sebenarnya tidak terletak pada daging dan darah hewan kurban itu, juga bukan daging dan darah hewan kurban itu yang sampai pada keridaan Allah, tetapi terletak pada bobot dan kualitas takwa orang yang berkurban itu, dan kualitas takwa itulah yang pada hakikatnya sampai kepada keridaan Allah. Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya: “Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”(QS Al-Hajj: 37)

1

Bitpro in Action

1 & 2 Proses re-akreditasi LSPro Benih dan Bibit Ternak oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)3, 4 & 5 Kegiatan Perayaan HUT RI ke 746 In House Training 9001:2015 dan 19011:20187 Pemeriksaan pengadaan Semen Beku SIWAB di BIBD Ungaran8 Photo Bersama Pemenang Kontes Calon Pejantan Sapi Madura Se- JAwa Timur9 Sosialisasi Sertifikasi bibit doc kepada perusahaan breeder ayam ras10 Pembahasan Ruminansia Online (perkembangan ternak di UPT)

1 2

3

4

5

6

7

10

8

9

Vol XIII No. 2 Tahun 2019 45

42 Vol XIII No. 2 Tahun 2019direktorat perbibitan dan produksi ternak

direktorat jenderal peternakan dan kesehatan hewankementerian pertanian

Direktorat Perbibitan dan Produksi TernakMengucapkan

DirgahayuRepublik Indonesia