wujud sifat hakikat manusia

2
Wujud Sifat Hakikat Manusia Wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu: a. Kemampuan Menyadari Diri Kaum Rasionalis menyatakan perbedaan manusia dengan hewan terletak pada kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.. b. Kemampuan Bereksistensi Manusia tidak terbelenggu oleh tempat atau ruang, tetapi manusia dapat menembus dua hal itu. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan di dalam kandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi (Drijarkara, 1962:61- 63). c. Kata Hati (Conscience of Man) Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Kata hati atau Conscience of Man sering disebut dengan hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dst. d. Moral Moral sering disebut sebagai etika. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Seseorang dikatakan bermoral tinggi saat ia dapat meyatukan diri dengan nilai-nilai tinggi yang perbuatannya itu merupakan realisasi dari nilai-nilai tinggi itu. e. Tanggung Jawab Tanggung jawab sering dikatakan sebuah keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, dan norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

Upload: nyoman-suarjana

Post on 19-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

wujud dan hakikat manusia

TRANSCRIPT

Wujud Sifat Hakikat Manusia

Wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

a. Kemampuan Menyadari Diri

Kaum Rasionalis menyatakan perbedaan manusia dengan hewan terletak pada kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri..

b. Kemampuan Bereksistensi

Manusia tidak terbelenggu oleh tempat atau ruang, tetapi manusia dapat menembus dua hal itu. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Adanya manusia bukan ber-ada seperti hewan di dalam kandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan meng-ada di muka bumi (Drijarkara, 1962:61-63).

c. Kata Hati (Conscience of Man)

Conscience ialah pengertian yang ikut serta atau pengertian yang mengikut perbuatan. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Kata hati atau Conscience of Man sering disebut dengan hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dst.

d. Moral

Moral sering disebut sebagai etika. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Seseorang dikatakan bermoral tinggi saat ia dapat meyatukan diri dengan nilai-nilai tinggi yang perbuatannya itu merupakan realisasi dari nilai-nilai tinggi itu.

e. Tanggung Jawab

Tanggung jawab sering dikatakan sebuah keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, dan norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

f. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Implikasi pedagogisnya adalah sama dengan pendidikan moral yang mengusahakan agar peserta didik dibiasakan menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga dirasakan sebagai miliknya.

g. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak merupakan indikator bahwa manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan hak dimaknai sebagai sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dimaknai sebagai beban. Tetapi menurut (Drijar Kara, 1978) kewajiban bukan beban, tetapi keniscayaan sebagai manusia, mengenal berarti mengingkari kemanusiaan, sebaliknya melaksanakan kewajiban berarti kebaikan.

h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan istilah yang sulit dijabarkan dengan kata-kata, tetapi tidak sulit dirasakan setiap orang pasti pernah mengalami rasa bahagia (senang, gembira, dan lain sebagainya). Kebahagiaan dapat dicapai apabila manusia dapat meningkatkan kualitas hubungannya sebagai makhluk dengan dirinya sendiri (memahami kelebihan dan kekurangannya); dengan alam (untuk eksploitasi dan dilestarikan); dan terhadap Tuhan Maha Pencipta. Peranan yang penting sebagai wahana untuk mengantar anak mencapai kebahagiaan