ws. rendra puisi
DESCRIPTION
puisiTRANSCRIPT
W.S. Rendra Sajak Rajawali
sebuah sangkar besitidak bisa mengubah rajawalimenjadi seekor burung nuri
rajawali adalah pacar langitdan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pastibahwa langit akan selalu menanti
langit tanpa rajawaliadalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawalitujuh cakrawala, tujuh pengembara
rajawali terbang tinggi memasuki sepimemandang dunia
rajawali di sangkar besiduduk bertapa
mengolah hidupnya
hidup adalah merjan-merjan kemungkinanyang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawalimata kita hanya melihat matamorgana
rajawali terbang tinggimembela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamuwahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
W.S. Rendra Sajak Orang Lapar
kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitam
o Allah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
o Allah !kelaparan adalah tangan-tangan hitamyang memasukkan segenggam tawaske dalam perut para miskin
o Allah !kami berlututmata kami adalah mata Muini juga mulut Muini juga hati Mudan ini juga perut Muperut Mu lapar, ya Allahperut Mu menggenggam tawasdan pecahan-pecahan gelas kaca
o Allah !betapa indahnya sepiring nasi panassemangkuk sop dan segelas kopi hitam
o Allah !kelaparan adalah burung gagakjutaan burung gagakbagai awan yang hitammenghalang pandangkuke sorga Mu
W.S. Rendra Gugur
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegakTelah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnyaKe dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tualuka-luka di badannya
Bagai harimau tuasusah payah maut menjeratnya
Matanya bagai sagamenatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itulima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknyaIa menolak
dan tetap merangkakmenuju kota kesayangannya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindakmautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :” Yang berasal dari tanahkembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanahtanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadahKerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kitadengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.Ia adalah bumi waris yang akan datang.”
Hari pun berangkat malamBumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota AmbarawaOrang tua itu kembali berkata :
“Lihatlah, hari telah fajar !Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !Nanti sekali waktu
seorang cucukuakan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkuburkemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!”Hari pun lengkap malamketika menutup matanya
W.S Rendra Bahwa Kita Ditatang Seratus Dewa
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimu
Sementara engkau kenangkan encokmukenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita yang hampir rampungdan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiridan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.Suka duka kita bukanlah istimewakerana setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduhHidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanahmemasuki rahsia langit dan samodraserta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.tetapi demi kehormatan seorang manusia.kerana sesungguhnya kita bukanlah debu
meski kita telah reyot,tua renta dan kelabu.Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorang pun berkuasa menghapusnya.Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak peranda.Dan kenangkanlah pula
bagaimana dahulu kita tersenyum senantiasamenghadapi langit dan bumi,dan juga nasib kita.Kita tersenyum bukanlah kerana bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan,manusia sesama,nasib dan kehidupan.Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahawa kita telah selalu menolak menjadi koma.Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dr kitatetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmukenangkanlah pula
bahwa hidup kita ditatang seratus dewa.
~ W.S Rendra ~1972
W.S Rendra Kelelawar
Silau oleh sinar lampu lalulintasAku menunduk memandang sepatuku.
Aku gentayangan bagai kelelawar.Tidak gembira, tidak sedih.
Terapung dalam waktu.Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan.
Sungguh tidak menyangkaBegitu penuh kamu mengisi buku alamat batinku.
Sekarang aku kembali berjalan.
Apakah aku akan menelefon teman?Apakah aku akan makan udang gapit di restoran?
Aku sebel terhadap cendikiawan yang menolak menjadi saksi.Masalah sosial dipoles gincu menjadi fizika.
Sikap jiwa dianggap maya dibanding mobil berlapis baja.Hanya kamu yang enak diajak bicara.
Kakiku melangkah melewati sampah-sampah.
Akan menulis sajak-sajak lagi.Rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja.
Ke sini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku.Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan.
~ W.S. Rendra ~
Sajak Pertemuan Mahasiswa
Sajak Pertemuan Mahasiswa
matahari terbit pagi inimencium bau kencing orok di kaki langitmelihat kali coklat menjalar ke lautandan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginyadan ia menjadi saksi kita berkumpul disinimemeriksa keadaan
kita bertanya :kenapa maksud baik tidak selalu bergunakenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlagaorang berkata : "kami ada maksud baik"dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"
ya !ada yang jaya, ada yang terhinaada yang bersenjata, ada yang terlukaada yang duduk, ada yang didudukiada yang berlimpah, ada yang terkurasdan kita disini bertanya :"maksud baik saudara untuk siapa ?saudara berdiri di pihak yang mana ?"
kenapa maksud baik dilakukantetapi makin banyak petani kehilangan tanahnyatanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kotaperkebunan yang luashanya menguntungkan segolongan kecil sajaalat - alat kemajuan yang diimportidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"sekarang matahari semakin tinggilalu akan bertahta juga di atas puncak kepaladan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :kita ini dididik untuk memihak yang mana ?ilmu - ilmu diajarkan disiniakan menjadi alat pembebasanataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tibacicak - cicak berbunyi di tembokdan rembulan berlayartetapi pertanyaan kita tidak akan meredaakan hidup di dalam mimpiakan tumbuh di kebon belakang
dan esok harimatahari akan terbit kembalisementara hari baru menjelmapertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutanatau masuk ke sungaimenjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :ada yang menangis, ada yang menderaada yang habis, ada yang mengikisdan maksud baik kitaberdiri di pihak yang mana !
RENDRA( jakarta, 1 desember 1977 )