wrp

54
SKENARIO 2 Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50 per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering kali pasien dating ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat pendarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goring terlebih dahulu kemudian membeli obat penurun panas di warung atau took obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas. Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, tersebut Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi KLB. Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskemas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 1

Upload: khalida-handayacita

Post on 17-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

SKENARIO 2Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan MasyarakatPada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar 50%5. - edukasi - penyuluhan6. -survey kedaerah- menentukan pokok permasalahan-Penyelesaian masalah7. Untuk membantu penyelidikan epidemiologi8. -Memakan makanan yang dihalalkan-memperbaiki sanitasiHipotesis

IR & CFR meningkat

KLB

Penyelidikan epidemiologi

Penanggulangan KLB

Sasaran belajar LI.1. Frekuensi morbilitas dan mortalitas. LI.2. Kejadian Luar BiasaLO.2.1. Definisi KLBLO.2.2. Penyelidikan epidemiologiLO.2.3. Penanggulangan KLBLO.2.4. Jenis-jenis KLBLO.2.5. Kriteria KLBLI.3. Cakupan dan mutu pelayanan kesehatan LI.4. Care seeking behaviorLI.5. Aspek social budaya dalam akses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatanLI.6. Hukum menjaga kesehatan dan berobat menurut agama islam

LI.1. Frekuensi morbilitas dan mortalitas. 1. UKURAN MORBIDITASUkuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap pelayanan kesehatan. Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan proporsi. Ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi disebut rate. Sebelumnya, perhatikan hal-hal berikut: Untuk penyususnan rate diperlukan 3 elemen yakni, jumlah orang yang terserang penyakit atau yang meninggal, jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference population), dan waktu atau periode dimana orang-orang terserang penyakit. Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan tertentu, maka penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama Jika penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at risk)

a) Incidence rateAdalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.

b) Attack rate

c) Prevalence rate

d) Period prevalence

Period prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah kasus-kasus baru (incidence) dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi.

e) Cause disease spesific death ratecontoh: kematian karena TBC

2. UKURAN MORTALITAS

Ukuran frekuensi mortalitas :Mortality rateMerupakan ukuran dari kejadian kematian pada populasi tertentu pada waktu tertentu. Ukuran mortalitas dan morbiditas relatif sama, hanya tergantung pada apa yang ingin diukur, kesakitan atau kematian. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

a. Case Fatality Rate (CFR) CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.Rumus:

P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentuT = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang samaPerhitungan ini dapat digunakan uutk mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat keamtia yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain

b. Crude Death Rate (CDR)Angka keamtian kasar adalah jumlah keamtian ang dicata selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena akngka ini dihitung secatra menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga tingkat kematian yang berbeda-beda.

Manfaat CDR: Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

c. Age Spesific Death Rate (ASDR)contoh: ASDR pada golongan umur 20-30 tahun

Manfaat ASDR sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di bebagai wilayah untuk menghitung rata-rata harapan hidup

d. Under Five Mortality Rate (UFMR)Angka kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selam satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama.Rumus:

M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahunR = Penduduk balita pada tahun yang samak = KonstantaAngka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus keseahtan bayi dan anak

e. Neonatal Mortality Rate (NMR)Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Rumus:

di = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hariB = Kelahiran hidup pada tahun yang samak = konstantaManfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut: untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal Untuk mengetahui program Imuninsasi Untuk pertolongan persalina untuk mengetahui penyakit infeksi

f. Perinatal Mortality Rate (PMR)Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.Rumus:

P = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 mingguM =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hariR = 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.

Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut: Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah Status gizi ibu dan bayi Keadaan sosial ekonomi Penyakit infeksi terutama ISPA Pertolongan persalinang. Infant Mortality Rate (IMR)Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Rumus:

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahunB = Jumlah lahir hidup pada thun yang samak = KonstantaManfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal Untuk mengetahui status gizi ibu hamil Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Keluaga berencana (KB) untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi

h. Maternal Mortality Rate (MMR) Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Rumus:

I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifasT = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.k = konstantaTinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada: Sosial ekonomi Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas Pelayanan terhadap ibu hamil Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifaswaktu singkat tetapi kurang sensitif untuk:-Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah-Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran.

LI.2. Kejadian Luar Biasa2.1. Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

2.2. Penyelidikan epidemiologiPenyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.Manfaat EpidemiologiManfaat Epidemiologi antara lain:1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatana. Epidemi (singkat dan tinggi)b. Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas)c. Endemi (frekuansi tetap dalam waktu yang lama)d. Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu) Tujuan Penyelidikan Epidemiologi (PE)Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu.Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Tahap Survei pendahuluan:a. Menegakan diagnosa b. Memastikan adanya KLBc. Buat hypotesa mengenai penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg mempengaruhinya Tahap pengumpulan data :a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid(orang, tempat, waktu )b. Tentukan agen penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg mempengaruhinya.c. Menentukan kelompok yang rentan/beresikoTahap pengolahan data :Lakukan pengolahan data menurut variabel epidemiologi, menurutukuran epid (Angka insiden, Angka prevalen, Case fatality), menurut nilai statistik (Mean, median mode,deviasi)Lakukan analisa data :1. Menurut variabel epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statistik. 2. Bandingkan nilai-nilai tsb dengan kejadian atau nilai-nilai yg sudah ada Buat intepretasi hasil analisa Buat laporan hasil PE

Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahannya1. Tindakan penanggulangan :a. Pengobatan penderita b. Isolasi kasus 2. Tindakan pencegahan :a. Surveilans yg ketat b. Perbaikan mutu lingkungan c. Proteksi diri d. Perbaikan status kes masyarakat 2.3. Penanggulangan KLBProsedur Penanggulangan KLB1. Masa pra KLBInformasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :a. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.b. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.c. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakatd. Memperbaiki kerja laboratoriume. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lainTim Gerak Cepat (TGC) Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :a. Pengamatan :Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluargaPengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.b. Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi penyebarannyaPencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan di lapangan.c. Penyuluhahn baik perorang maupun keluargad. Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap.2.Pembentukan Pusat RehidrasiUntuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.Tugas pusat rehidrasi :a. Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.b. Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.c. Memberikan data penderita ke Petugas TGCd. Mengatur logistike. Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.f. Penyuluhan bagi penderita dan keluargag. Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).h. Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb.

Sistem Rujukan Kesehatan MasyarakatSistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaSistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan yang berupa:1. Pelayanan kesehatan dasarPada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.2. Pelayanan kesehatan rujukanPada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.

Sistem Rujukan (Referal System)Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:1. Rujukan kesehatanRujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.2. Rujukan medisPada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan. Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.b. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.c. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.2. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)a. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.b. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health provider)a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.b. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin.c. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.2.4. Jenis-jenis KLBMenurut Penyebab:Toksin Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens. Endotoxin.Infeksi Virus. Bacteri. Protozoa. Cacing.Toksin Biologis Racun jamur. Alfatoxin. Plankton Racun ikan Racun tumbuh-tumbuhanToksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainyaMenurut Sumber KLB Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella. Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Menurut Penyakit wabahBeberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah: Kholera Pes Demam kuning Demam bolak-balik Tifus bercak wabah Demam Berdarah Dengue Campak Polio Difteri Pertusis Rabies Malaria Influensa Hepatitis Tipus perut Meningitis Encephalitis SARS Anthrax

2.5. Kriteria KLBUntuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan Kriteria kerja KLB yaitu : Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal Angka kejadian penyakit/kematian meningkat secara terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu) Angka kejadian penyakit/kematian meningkat menjadi dua kali lipat atau lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) Jumlah penderita baru dalam 1 bulan meningkat menjadi 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata rata/bulan dari tahun sebelumnya. Case Fatality Rate yang selanjutnya disingkat CFR menunjukan tingkat keganasan dari suatu penyakit. CFR dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. Propotional Rate yang selanjutnya disingkat (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS 1.Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). 2.Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita : 1.Keracunan makanan 2.Keracunan pestisidaLI.3. Cakupan dan mutu pelayanan kesehatan A. Pengertian Mutu Pelayanan KesehatanMutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996). Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman). Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen. Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.

B. Manfaat program penjaminan mutu Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. Adapun manfaat dari program jaminan mutu : Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan. Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan dapat di atasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kmajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar dan ataupun yang berlebihan. Biaya tambahan karena harus menangani efek samping atau komplikasi karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat dihindari. Demikian pula halnya mutu pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperanan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hokum Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat, maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan, antara lain karena ketidak puasan terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dari uraian ini, mudah dipahami bahwa terselenggaranya program menjaga mutu pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang amat besar dalam melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin mutunya.

C. Syarat pokok pelayanan kesehatanSyarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud (Azwar, 1996) adalah : Tersedia dan berkesinambungan Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat. Dapat diterima dan wajar Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar. Mudah dicapai Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. Mudah dijangkauSyarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Bermutu Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

DIMENSI MUTUMutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain: Dimensi Kompetensi TeknisDimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien. Dimensi Keterjangkauan atau AksesArtinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien. Dimensi EfektivitasLayanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembang/meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi. Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan kesehatan. Dimensi EfisiensiSumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling efisien. Dimensi KesinambunganDimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya. Dimensi KeamananDimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak. Dimensi KenyamananDimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan. Dimensi InformasiLayanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit. Dimensi Ketepatan WaktuAgar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien) Dimensi Hubungan AntarmanusiaHubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai porsi besar. Namun demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya pelayan kesehatan masyarakat tersebut. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam menggali dan membina potensi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyaraka. Menggalan potensi masyarakat disini mencakup tida gimensi, yakni :a. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakt RT, RW, kelurahan, dan sebagainya). Misalnya dengan adanya dana sehat, iuran untuk pengadaan PMT (pembinaan Makanan Tambahan) untuk balita, kader kesehatan, dan sebagainya adalah bentuk bentuk partisispasi dan penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat.b. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi organisasi masyarakat melalui organisasi- organisasi masyarakat atay sering disebut lembaga Swadaya MAsyarakat (LSM). Penyelenggara pelayanan- pelayanan kesehatan masyarakat ileh LSM-LSM pada hakikatnya juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system pelayanan kesehatan masyarakat.c. Menggalan potensi masyarakat melalui perusahaan-perusahaan swasta yang ikut membantu meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (puskesma, balkesmas, dan sebagainya), juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system palayanan kesehatan masyarakat.Pelayanan kesegatan masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintag maupun swasta perlu memperhatikan beberapa ketentuan, anatara lain :a) Penanggung jawabSuatu system pelayanan kesehatan masyarakat harus ada penanggung jawab baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun demikian, pemerintah 9dalam hal ini Kementrian Kesehatan) merupakan tanggung jawab yang paling tinggi. Artinya, pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya bagi pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (Puskesmas), maupun swasta (balkesmas) adalah di bawah koordinasi Kementrian Kesehatan.b) Standar PelayananSystem pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia, standar ini telah ditetapkan oleh Kementriasn Kesehatan, dengan adanya Buku Pedoman Puskesmas.c) Hubungan KerjaSystem pelayanan kesehatan masyarakat harus mempunyai pembagian kerja yang jelas Antara bagian satu dengan yang lain. Artinya, fasilitas kesehatan tersebut harus mempunya struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertical.d) Pengorganisasian Potensi MasyarakatCiri khas dari system pelayanan kesehatan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau pengorganisasuan masyarakat. Upaya ini penting (terutama di Indonesia), karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, perlu diikutsertakan masyarakat ini.

IMUNISASI Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suary penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

Kekebalan masyarakat (heard imunity)Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti disebut heard imunity. Apabila heard imunity di masyarakat rendah, masyarakat tersebut akan mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heardimunity tinggi, maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.

Masa inkubasiMasa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi di dalam diri orang yang sampai dengan munculnya gejal-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap tiap penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda beda, mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.

Macam kekebalanKekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua, yakni :a) Kekebalan tidak spesifik (non-spesific resistence)Yang dimaksud adalah factor-faktor nonkhusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya, kulit, air mata, cairan cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek reflek tertentu misalnya batuk, bersinm dan sebagainya.b) Kekebalan spesifik (specific resistence)Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber, yakni :a. GeneticKekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum , daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.b. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity)Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif maupun pasif.kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya, anak yang telah sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telag memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria, dan tetanus, maka nanakanya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum anti-body dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja)

Jenis jenis imunisasiPada dasarnya ada dua jenis imunisasi :a. Imunisasi pasif (passive immunization)Imunisasi pasif ini adalah immuno globulin jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles) pada anak anak.b. Imunisasi aktif (active immunization)Imunisasi yang diberikan pada anak adalah : BCG, untuk penyakit TBC DPT, untuk mencegah penyakit penyakt difteri, pertussis, dan tetanus Polio, untuk mencegah penyakit poliomitis Campak untuk mencegah penyakit campak (measles)Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toxoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan.

Tujuan Program Imunisasia) TujuanProgram imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini oenyakit penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertussis), campak (measles), polio, dan tuberculosis.b) Sasaran Bayi di bwah umur 1 tahun (0 11 bulan) Ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan) Wanita usia subur (calon mempelai wanita) Anak sekolah dasar kelas I dan IVc) Pokok pokok kegiatan1) Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap) Imunisasi BCG 1x Imunisasi DPT 3x Imunisasi Polio 3x Imunisasi campak 1x2) Pencegahan penyakit anak sekolah dasar Imunisasi DT Imunisasi TT3) Pencegahan lengkap teradap ibu hamil dan PUS / calaon mempelai wanita Imunisasi TT 2xd) Jadwal pemberian imunisasi sesuai jadwale) Petunjuk pemberian vaksinas difteri, terutama pada anak SD, seperti yang ditentukan.

PemantauanPemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor, dan petugas vaksinasi. Tujuan pemantauan untuk mengetahui :a) Sampai dimana keberhasilan program imunisasib) Mengetahui permasalahan yang adac) Hal hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki programd) Bantuan yang di harapkan oleh petugas tingkat bawahHal hal yang perlu dipantau :a) Coverage dan drop out (cakupan dan drop out imunisasi)b) Pengelolaan vaksin dan icold chainc) Pengamatan oenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiDilihat dari waktu, maka pemantauan dapat dilakukan dalam :a) Pemantaun ringanPemantauan ringan memantau hal-hal sebagai berikut : Apakah pelaksanaan memantau sesuai dengan jadwal Apakah vaksin cukup Pengecekan lemari es setiap hari dan docatat temperaturnya Melihat apakah sushu lemari es normal Hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang ditentukan Peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan steril Adakah diantara 6 penyakit yang daoat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam seminggub) Pemantauan bulanan Jumlah bati yang seharusnya diimunisasi setiap bulan

Presentasi bayi yang mendapat imunisasi setiap bualan, minimal DPT I

Dihitung presentasi bayi yang telah mendapatkan imunisasi lengkap (BCG 1x, DPT 3x, Campak 1x) Keadaan stok vaksin bulan lalu, apa sesuai dengan kebutuhan Adakah anak di wilayah kerja yang menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiCara menghitung target per bulan dari penduduk, missal jumlah kelahiran per tahun 3,1% dari jumlah oenduduk.

Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui beberapa cara Antara lain: Cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dnegan garis target, dapat digambarkan masing masing bulan atau dengan cara kumulatif Hasil cakupan pertrimulan untuk masing masing dewasaUntuk mengetahui keberhasilan program dapat dengan melihat hal hal sebagai berikut : Bila hari pencapaiand alam a tahun terlihat antara 75%-100% dari target , berarti program sangat berhasil. Bila hari pencapaiand alam a tahun terlihat antara 50%-75% dari target , berarti program cukup berhasil. Bila hari pencapaiand alam a tahun terlihat antara 25%-50% dari target , berarti program belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam setahun terlihat di bawah 25% dari target berarti, program sama sekali tidak berhasilUntuk tingkat kabupaten dan provinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan atau Dati II. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu memperhitungkan pula/monitoring efisiensi pemakaian vaksin.

LI.4. Care seeking behaviorPengertian PerilakuDari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:1. Perilaku tertutup (covert behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.2. Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.Perilaku Kesehatan IndividuPerilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.c. perilaku gizi (makanan & minuman).2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :a) Menu seimbangb) Olahraga teraturc) Tidak merokokd) Tidak minum-minuman keras dan narkobae) Istirahat yang cukupf) Pengendalian stresg) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatanb. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan).Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATPrinsip pendidikan kesehatan masyarakata. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikanb. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.Dimensi sasaran Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Dimensi tempat pelaksanaan Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajarPendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerjaDimensi tingkat pelayanan kesehhatan Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATa. Metode pendidikan individual ( perorangan) Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku) Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.b. Metode pendidikan kelompok Kelompok Besar : Ceramah, seminar kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi ( simulation game ).c. Metode pendidikan massa Ceramah umum ( public speaking) Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan posterd. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film, film strip Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara Alat bantu lihat dengar seperti : Televisie. Media Pendidikan KesehatanMedia pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATANKonsep perilakuSkinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ;a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon respons yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang.b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

PERILAKU KESEHATANYaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasib. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatanc. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnyad. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll. KLASIFIKASI PERILAKUa. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihanb. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKITa. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHIa. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dllb. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan peraturanc. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.

PERUBAHAN PERILAKUa. Teori Stimulus dan Transformasib. Teori teori belajar social ( social searching ) Tingkah laku sama ( same behavior ) Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior) Tingkah laku salinan ( copying behavior )c. Teori belajar social dari bandara dan walter Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.

LI.5. Aspek social budaya dalam akses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.Perilaku Kesehatan Masyarakat dan Pola pencarian pengobatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu: 1. perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah penyakit. 2. perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Contoh pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan. 3. perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat

Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut. 1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. 2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita. 3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang menunjang dalam bidang kesehatan.

Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut : 1. Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya2. Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan. 3. Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan, farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka. 4. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam. 5. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit. 6. Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan.

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor need. 1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu faktor demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan 2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat. 3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan

Komunikasi Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan. Karena komunikasi merupakan kegiatan untuk mengondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.

Pola Pikir Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.

Kebiasaan Aspek social dan budaya mempengaruhi kesehatan. Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit. Masing-masing suku memiliki cara yang beda-beda dalam pengobatan penyakitnya yang tidak berhubungan dengan ilmu kedokteran.

Penanggulangan Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.

Dampak Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu: 1. Environment atau lingkungan. 2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance. 3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya. 4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,promotif,kuratif,rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.LI.6. Hukum menjaga kesehatan dan berobat menurut agama islamAllah menghendaki sehat dan sakit, bukan karena kezaliman, tetapi karena kebijaksanaan-Nya. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha menjalani sebab- sebab yang mengantarkan kepada setiap kebaikan, dan itu merupakan kesempurnaan tawakkal seorang hamba.Tidak selamanya manusia merasakan kesehatan badan yang sempurna, Allah menimpakan rasa sakit yang berbeda-beda menurut perbedaan sebab dan kondisinya, dan tidak ada yang dapat menyembuhkannya kecuali Allah semata,

HUKUM BEROBATPara fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, -ed) menjadi beberapa pendapat yang masyhur:1) Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah, dan madzhab Hanabilah.2) Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bersabar[, dan ini adalah madzhab Syafiiyah.3) Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).4) Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu Darda radhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.5) Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafiiyah.

Kesimpulan dari berbagai macam pendapatSesungguhnya terdapat berbagai macam dalil dan keterangan yang berbeda- beda tentang berobat, oleh karena itu sebenarnya pendapat- pendapat di atas tidaklah bertentangan. Akan tetapi berobat hukumnya berbeda- berbeda menurut perbedaan kondis. Ada yang haram, makruh, mubah, sunnah, bahkan ada yang wajib.

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBATBerobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;1) Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)2) Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: : ( ) : : ( )Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA1) Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:0. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib.0. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.0. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.0. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.2) Berobat menjadi sunnah/ mustahabJika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.3) Berobat menjadi mubah/ bolehJika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.4) Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi0. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.0. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.0. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.0. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Allah mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya..5) Berobat menjadi haram Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnyaDAFTAR PUSTAKA

http://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/05/30/berobat-dalam-islam/ Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak Indonesia Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011. Bustan, 2002.Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chandra, Budiman. 2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Jakarta

37