word
DESCRIPTION
wordTRANSCRIPT
2.5 Pembahasan
1. Anatomi dan Fisiologi mata
Anatomi mata
a. Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:
Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan
dan membasahi mata.
Konjungtiva adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola mata
bagian luar.
Sistem saluran air mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air mata, dimana
terletak pada pinggir luar dari alis mata.
Rongga orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-
tulang yang kokoh.
Otot-otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot
yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat
melirik.
Mata adalah indera penglihatan.
Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas
cahaya pada retina, lalu dengan
perantaraan serabut-serabut
nervus optikus, mengalihkan
rangsangan inike pusat
penglihatan pada otak, untuk
ditafsirkan. Adapun anatomi
organ penglihatan dapat
dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
b. Bola Mata
Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, bola mata terdiri
dari :
Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan
sangatmengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai jendela bening yang
melindungistruktur halus yang berada dibelakangnya, serta membantu
memfokuskanbayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah.
Sklera yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan
bagiandengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata
Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan yang memudahkan
iris untuk bergerak.
Uvea terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan
yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
mata. Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata,
sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah
untuk memberi nutrisi pada bagian mata.
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana
lebarnya diatur oleh gerakan iris. Bila cahaya lemah iris akanberkontraksi dan
pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih banyak.Sedangkan bila
cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil mengecil sehingga cahaya yang masuk
tidak berlebihan.
Lensa mata adalah suatu struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan
cekung, dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ
fokus utama, yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-
benda yang dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam
sebuah kapsul elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum
suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa
dapat lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda
dekat atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual.
Badan Kaca (Vitreus) bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga
sebagai badan kaca karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat
meneruskan cahaya yang masuksampai ke retina.
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah
mekanismepersyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus
optikus. Bilasebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka berkas-
berkas cahayabenda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa dan
badan vitreusguna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang
diterimaretina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam otak,
untukditafsirkan. Kedua daerah visual menerima berita dari kedua mata, sehingga
menimbulkan lukisan dan bentuk.
Papil saraf optik berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang diterima dari
retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian belakang kepala (korteks
oksipital).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada
retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu
terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah
stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini
penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam
tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel
penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang
terdapat diantaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-
kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler
dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis
kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini
merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini
bergerak kebelakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-
badankhusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil khusus dalam
lobusoksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan.
Fisiologi Mata
Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa mata dan oleh lensa mata cahaya
difokuskan ke bagian retina melalui vitreus humour. Cahaya ataupun objek yang telah
difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk bekerja dan hasil
kerja ini diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan kemudian otak bekerja untuk
memberikan tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan. Sel saraf batang bekerja
untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya pada malam hari. Sedangkan
sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan dalam suasana terang, misalnya pada siang
hari.
Proses dimana masuknya cahaya adalah sebagai berikut:
Cahaya memasuki mata melalui kornea yang transparan.
Kemudian menjalar melalui lensa yang membalikkan cahaya tersebut.
Kemudian membentuk gambaran balik pada retina.
Retina mengubah cahaya ke dalam impuls saraf. Impuls tersebut melewati
sepanjang saraf optikus dan traktus ke otak, disampaikan ke korteks oksipitalis dan
disana diinterpretasikan sebagai gambar.
Proses kerja mata manusia
diawali dengan masuknya
cahaya melalui bagian kornea,
yang kemudian dibiaskan oleh
aquerus humour ke arah pupil.
Pada bagian pupil, jumlah
cahaya yang masuk ke dalam
mata dikontrol secara otomatis,
dimana untuk jumlah cahaya
yang banyak, bukaan pupil akan
mengecil sedangkan untuk
jumlah cahaya yang sedikit
bukaan pupil akan membesar.
Jumlah cahaya yang memasuki mata diatur oleh ukuran dari pupil. Iris berfungsi
sebagai diafragma, ukuran pupil dikontrol oleh serat-serat otot sirkuler dan radial. Otot-
otot dari iris dikontrol oleh:
Serat simpatis yang berasal dari ganglion servikalis superior pada rantai simpatis
di leher. Impul;s yang menjalar sepanjang serat tersebut mendilatasi pupil dengan
cara relaksasi serat sirkular.
Serat parasimpatis yang menjalar dengan sarar cranial ke-3 (okulomotorius):
impuls sepanjang serat tersebut menyebabkan konstriksi pupil dengan cara
relaksasi serat radial.
Kelainan Refraksi Mata
Kelainan refraksi adalah kelianan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri
dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata sehingga bayangan
benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini
disebut ametropia yang dapat berupa: miopia, hipermetropia atau astigmatisma.
Sebaliknya emetropia adalah keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiasakan
atau difokuskan oleh system optic mata tepat pada daerah macula lutea tanpa mata
melakukan akomodasi.
Miopia
Miopia atau sering disebut
sebagai rabun jauh merupakan
jenis kerusakan mata yang
disebabkan pertumbuhan bola
mata yang terlalu panjang atau
kelengkungan kornea yang
terlalu cekung dimana cahaya
atau benda yang jauh letaknya
jatuh atau difokuskan di depan
retina.
Hipermetropia
Astigmatisma
dimana berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan
tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea.
Hipermetropia atau rabun dekat
adalah kelainan refraksi mata
dimana bayangan dari sinar yang
masuk ke mata jatuh di belakang
retina. Hal ini dapat disebabkan
karena bola mata yang terlalu
pendek atau kelengkungan kornea
yang kurang.
Astigmatisma adalah kelainan
refraksi yang mencegah berkas
cahay jatuh sebagai suatu focus
titik di retina karena perbedaan
derajat refraksi di berbagai
meridian kornea atau lensa
kristalina. Pada astigmatisma, mata
menghasilkan suatu bayangan
dengan titik atau garis focus
multiple,
2. Histologi mata
Bola mata di bungkus oleh 3 jaringan, yaitu :
Sclera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memeberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian depan sclera
disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam
bola mata. Kelengkungan kornea lebih lengkung dari sclera.
Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sclera dan uvea dibatasi oleh
ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri dari iris,
badan siliar, dan koroid.
Retina adalah lapisan ketiga bola mata yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis.
SKLERA
Jaringan Episkleralis : lapisan paling luar, merupakan jaringan fibroelastik jarang,
yang melanjutkan diri ke jaringan fibrosa padat kapsula Tenon, dengan dibatasi
oleh jaringan longgar (ruang Tenon).
Lamina fuska (lapis gelap) : suatu lapisan tipis antara sklera dengan koroid,
dengan berkas kolagen kecil, sejumlah besar serat elastik dan melanosit.
KORNEA
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, lapis jaringannya
menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas :
Epitel : terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih,
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Membran bowman( lamina elastika anterior) : Homogen, tidak mengandung sel,
dibentuk oleh perpadatan substasi antar sel dengan serabut kolagen halus yang
tersebar tak beraturan.
Stroma( substansia propria) : 90% menyusun ketebalan kornea terdiri atas Lamel
yang merupakan susunan kolagen, dan Keratosit yang merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas yang terletak di antara serat kolagen stroma.
Membran descement (lamina elastika posterior) : Homogen, serabut kolagen
halus, sel edotel, berupa selapis kuboid.
Endotel : berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal , besar 20 –
40 μm.
UVEA
Lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas :
Koroid : memiliki 4 lapisan yaitu Epikoroid (stratum perichindrium ),Lapisan
pembuluh (lamina vasculosa), Koriokapiler ( lamina capillarum),Lamina elastika
(Membran Bruch).
Badan Siliar : Struktrur jaringan terdiri atas jaringan Ikat longgar, Jarigan Ikat
polos dalam 3 berkas yang disebut M. Cilliaris, berkas meridional, berkas radier,
dan berkas sirkuler.
Iris : Permukaan depan (dari tunika vasculosa) kasar karena adanya lipatan dan
cekungan, di tutupi oleh epitel selapis gepeng lanjutan dari endotel kornea.
Permukaan belakang ( dari tunika vasculosa) halus dan terdapat M. dilatator pupil
dan M. spincter pupil. Margo Pupilaris iridis -> tepi yang membatasi iris. Fungsi
pigmen -> mengurangi intensitas cahaya
LENSA MATA
Lensa bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada
anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutup anterior dan
kutup posterior. Garis yang menghubungkan keduanya adalah aksis, dan batas
kelilingnya adalah ekuator. Lapisan lensa :
Kapsul Lensa
Endotel Subkapsularis
Substansi Lensa
RETINA
Retina merupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari bagian anterior
yang tak peka (retina iridial dan siliar) dan bagian posterior yaitu bagian yang
merupakan organ fotoreseptor.
Retina optikal atau nerural melapisi koroid mulai dari papila saraf optik di bagian
posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan yang
dangkal, yang disebut fovea sentralis.
Fovea sentralis terletak sekitar 2,5 mm ke arah temporal papila optik. Sekitar
fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik kuning atau makula lutea.
Fovea merupakan daerah untuk penglihatan terjelas.
10 lapisan Retina :
Stratum pigmentum retina
Lapisan batang dan kerucut
Membran limitans eksterna -> Zonula adherens dari sel batang dan sel
cones, anyaman akhiran tonjolan sel muller.
Stratum nuclear eksterna
Stratum pleksiform eksterna
Stratum nuclear interna
Stratum pleksiform interna
Stratum ganglionare
Stratum neurofibroma
Membran limitans interna
3. Penyakit yang berhubungan dengan mata (AZIZ)
4. Patomekanisme gejala pada scenario
Suatu peradangan atau inflamasi mata yang secara klinis disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah di konjungtiva atau injeksi konjungtiva. Mata merah bias
disebabkan karena infeksi dan non infeksi. Pertama karena infeksi bias disebabkan oleh
kuman, virus, bakteri,jamur dan lain-lain, sehingga menyebabkan jejas dan terjadilah
reaksi radang seperti rubor, kalor, tumor,dolor, lalu fungsi yang tidak bisa kembali
seperti awalnya. Atau bisa juga merangsang pelepasan kalikrein yang merangsang
bradikinin sehingga terangsanglah histamine. Ini semua bisa ,enyebabkan vasodilatasi
dan gatal untuk histamine. Sedangkan untuk pelepasan reaksi radang merangsang
pelebaran pembuluh darah sehingga peningkatan tekanan intraocular meningkat. Lalu
menekan saraf dan menimbulkan nyeri. Dari pelebaran pembuluh darah sendiri bisa
menyebabkan mata merah. Kedua non ifeksi bisa di sebabkan oleh kimia, alergi, dan
banyak lagi, sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan tertimbun dibawah
jaringan konjungtivita lalu menyebabkan mata merah.
Mata merah sendiri terbagi menjadi beberapa macan pertama mata merah visus
normal ini terjadi karena Mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau sklera)
yang tidak menghalangi media refraksi. Jika lakrimasi ada fotofobia ada dan gatal tidak
ada itu contoh penyakitnya konjungtivitis. Lakrimasi ada fotofobia tidak ada gatal ada ini
contohnya blefaris dan keratitis. Lakrimasi tidak ada fotofobia ada gatal tidak ini
contonya episkleritis, lakrimasi ada fotofobia tidak ada gatal tidak ada skleritis.
Mata merah nyeri visus tidak normal yaitu Mengenai struktur yang bervaskuler
(kornea, uvea, atau seluruh mata) yang menghalangi media refraksi. Lakrimasi ada
fotofobia ada tapi gatal tidak ada contohnya Uveitis Anterior dan Ulkus Kornea.
Lakrimasi tidak ada fotofobia ada gatal ada contohnya Iritis. Lakrimasi tidak ada
fotofobia ada gatal tidak ada contonya glaucoma akut. Lakrimasi tidak ada fotofobia
tidak ada gatal tidak ada Endoftalmitis. Ada juga penurunan tajam penglihatan akut
pertama disertai nyeri lama contohnya Glaukoma sudut tertutup akut ,Neuritis optic,
Selulitis orbita, endosftalmitis. Tidak nyeri tapi sementara emboli, migren, dan
peningkatan intracranial. Tidak nyeri tapi lama contohnya Neuropai optik Iskemik,
Oklusi arteri Retina, Oklusi vena Retina,Perdarahan, Vitreous, Ablasio retina.
5. Factor resiko mata merah dan jenis-jenis nyeri pada mata
Rasa sakit di permukaan mata adalah kondisi dimana rasa sakit berasal dari luar struktur
permukaan mata, beberapa penyebabnya adalah :
Konjungtivitis adalah salah satu masalah mata yang paling umum. Konjungtivitis
biasanya disebabkan oleh alergi, bakteri, kimia, atau peradangan virus dari
konjungtiva (membran yang lembut melapisi kelopak mata dan menutupi bola
mata).
ciri-ciri sakit mata yang disebabkan oleh konjungtivitis ini adalah: mata berubah
warna menjadi merah muda. rasa sakit biasanya ringan, atau tidak ada rasa sakit
sama sekali. Gatal, kemerahan.
Lecet kornea juga penyebab umum sakit mata kornea adalah salah satu bagian
pada mata paling transparan, sensitif dan lembut. Lecet biasanya terjadi
dikarenakan goresan ke permukaan kornea, seperti dari benda asing atau terlalu
sering menggunakan lensa kontak.
Efek Kimia dan luka bakar merupakan penyebab signifikan pada sakit mata. Efek
Kimia yang dimaksud berupa asam atau zat basa, seperti pembersih rumah tangga
atau pemutih.
Adapun luka bakar biasanya berasal dari sumber cahaya yang kuat, seperti
percikan las api atau juga berasal dari matahari dan alat-alat penerangan yang
memiliki intensitas cahaya cukup tinggi.
Radang kelopak mata biasanya terjadi dikarenakan kelenjar minyak terpasang di
tepi kelopak mata.
penyebab lainnya adalah adanya iritasi mata. ditandai dengan adanya benjolan kecil pada
mata Anda, benjolan mata ini dibentuk oleh kelenjar minyak mata yang tidak normal.
sehingga menyebabkan iritasi pada mata, rasa sakitnya cukup menyakitkan
6. Alur diagnosis
Untuk menegakkan sebuah diagnosis harus melakuka tiga hal untuk memastikan
diagnosis, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik mata, dan pemeriksaan penunjang.
Secara garis besar keluhan mata terbagi menjadi 3 kategori :
1) Kelainan Penglihatan
a. Penurunan tajam penglihatan
b. Aberasi penglihatan
Bayangan hallo, pada glukoma gejala prodromal
Kilatan cahaya, gangguan badan kaca dan glukoma
Flater
Diplopia =double, (gangguan otot gerak mata atau perbrdaan refraksi kedua
mata yang terlalu besar), baik monokuler atau binokuler
2) Kelainan Penampilan Mata
Mata merah, perubahan local dari mata seperti ptosis, bolo mata meninjol,
pertumbuhan tidak normal.
3) Kelainan Sensasi Mata (nyeri, gatal, panas, berair,megganjal)
Sakit
Mata lelah
Iritasi mata
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Harus digali dari keluhan yaitu lama, frekuensi, sifat keluhan, lokasi dan beratnya
keluhan.
Kondisi lingkungan saat timbul keluhan (alergi)
Gejala lain yang menyertai seperti penglihatan kabur, penurunan penglihatan,
mata merah, nyeri, gatal (variasi musiman) , mata berair, sekret yang keluar
(lengket/tidak) , rasa tidak nyaman, fotofobia.
Apakah ada tanda sistemik ( demam, malaise, muntah, artalgia, ruam)
Riwayat penyakit dahulu
Semua gangguan mata yang pernah dialami
Penyakit lain yang pernah dialami
Penyakit sistemik
Diabetes dan hipertensi perlu digali lebih dalam ( gangguan vaskular pada mata )
Riwayat Penyakit Keluarga
Digali apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit mata yang mungkin
diturunkan ; strabismus, ambliopia, glaukoma atau katarak, degenerasi makula.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes dan hipertensi
PEMERIKSAAN FISIK MATA
Pemeriksaan Luar
Pada adneksa mata yaitu palpebra dan daerah periokuler, apakah ada lesi kulit,
tanda radang dan nyeri tekan yg dievaluasi melalui inspeksi dan palpasi.
Letak kemerahan, kedua mata/tidak, lokal/menyeluruh.
Ada sekret atau tidak, lengket/tidak, warna
Pada pupil harus diamati ukuran, simetris/tidak, bentuk bulat/tidak teratur, reaksi
terhadap cahaya (dengan uji senter berayun)
Penglihatan
Pemeriksaan dengan kartu snellen
Pemeriksaan refraksi, membedakan pandangan kabur akibat kelainan refraksi atau
kelainan medis. Dengan phoropter.
Motilitas Mata
Menguji gerak ektraokuler
Kedua mata pasien diminta untuk mengikuti objek benda saat digerakkan.
Diperhatikan kecepatan, kelancaran, rentang jarak dan simetri gerakan.
Pemeriksaan Slit Lamp
Dengan slit lamp, segmen anterior mata dapat diamati dengan detil; tepi palpebra
dan bulu mata, permukaan konjungtiva palpebra dan bulbaris, lapisan air mata dan
kornea, iris, dan aqueus.
Pemeriksaan Tonometri
Pengukuran tekanan cairan intraokular dengan alat yang terkalibrasi ( n=10-
21mmHg)
Oftalmoskopi Indirect Dan Direct
Memperlihatkan gambaran monokular fundus, menghasilkan gambaran diskus
dan struktur vaskular retina yang detil. Oftalmoskopi indirect melengkapi pemeriksaan
oftalmoskopi direct yang dapat memperlihatkan lapangan pandang lebih luas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perimetri
Memeriksa lapangan pandang sentral dan perifer. Mengukur fungsi retina, nervus
opticus dan jaras visual intrakranial, untuk mendeteksi hilangnya lapangan pandang
akibat penyakit di tempat tersebut.
Fotografi Fundus
Biasanya digunakan untuk mengevaluasi glaukoma, menilai progresivitas
kerusakan nervus optikus.
Angiografi Fluoresein
Pewarnaan ini menonjolkan detil vaskularisasi dan anatomi fundus, dapat
memetakan keadaan abnormal dengan teliti.
Optical Coherence Tomography (Oct)
Prinsip analog dengan ultrasonografi, tidak memerlukan kontak dengan jaringan
yang diperiksa, peralatan serupa kamera fundeu dilakukan dalam ruang kerja.
7. Konjungtivitis
Definisi
Penderita dengan radang konjungtiva akan datang dengan keadaan mata merah.
Perlu diidentiikasi apakah merahnya disebabkan : perdarahan subkonjungtiva atau
pelebaran pembuluh darah. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronis.
Epidemiologi
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita
oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang
secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah
ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995
dalam Rapuano et al, 2005).
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan
dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.
Pembagian Konjungtivitis
Konjungtivitis dibagi berdasarkan kausanya yaitu :
a) Konjungtivitis bakteri
b) Konjungtivitis virus
c) Konjungtivitis alergi
d) Konjungtivitis klamidia
Gejala Klinis
Gejala – gejala yang sering dijumpai pada konjungtivitis adalah
Injeksi Konjungtiva
Gejala ini adalah pelebaran arteri konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
pembuluh darah yang berkelok – kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva
bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
Folikel
Gejala ini adalah kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya
kira – kira 1 mm. Tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai,
licin abu abu kemerahan karena adanya pembuluh darah dari pingir folikel yang
naik ke arah puncak folikel. Di bawah folikel terdapat cairan keruh yang terdiri
atas sebukan sel limfoid.
Konjungtiva terutama forniks yang kaya akan jaringan limfoid mudah memberi
reaksi pembentukan folikel. Karena itu iritasi biasa, seperti kena angin debu dapat
menyebabkan terbentuknya folikel forniks. Adanya beberapa folikel saja pada
forniks tidaklah berarti suatu kelainan yang aktif.
Papil Raksasa
Terminologi ini adalah kata berasal dari bahasa inggris yang berarti batu kerikil,
yang biasanya tampak pada bagian tarsus superior. Cobble-stone berbentuk
poligonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada cobble-stone
pembuluh darah berasal dari bawah sentral.
Flikten
Adalah tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva
atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami
nekrosis. Warna flikten keputih-putihan, padat dengan permukaan yang tidak rata.
Di sekitarnya diikuti pembuluh – pembuluh darah. Flikten umumnya kecil, tetapi
sering pula lebih besar dari 1 mm. di atas flikten tidak terdapat pembuluh darah,
flikten paling sering didapatkan di limbus.
Membran
Merupakan massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar atau
seluruh konjungtiva tarsal. Massa putih ini dapat berupa endapan sekret, sehingga
mudah diangkat, dan ini sering disebut pseudomembran.
Gejala lain yang mungkin dijumpai adalah eksudat dengan secret yang nyata di pagi
hari, kemosis, lakrimasi, adenopati preaurikular.
Etiologi
Penyebab dari konjungtivitis yaitu bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan
dengan penyakit sistemik.
Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi
antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis
purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram negative, dugaan
neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat,
ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscular biasanya merupakan terapi
sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone parental, 1-2g perhari
selama 5 hari.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas
dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan hygiene perorangan
secara khusus.
Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya merupakan self limited disease artinya dapat
sembuh dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam 10-14 hari. Bila
diobati sembuh dalam waktu 1-3 hari. Konjungtivitis karena stafilokokus sering kali
menjadi kronis.
Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva
Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata
ke dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus
8. Skeleritis
Definisi
Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen,
sebukan sel, dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.
Epidemiologi
Di Indonesia belum ada penelitian mengenai penyakit ini.
Wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 1,6 : 1.
Insiden skleritis terutama terjadi antara 11-87 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun.
Etiologi
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh proses imunologi
yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III (kompleks imun)
dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi invasi mikroba
langsung dan pada sejumlah kasus proses imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh
proses-proses lokal, misalnya bedah katarak.
Gejala klinis
Nyeri à menyebar ke dahi, alis dan dagu sehingga mereka mengeluh sulit tidur.
Ketajaman penglihatan sedikit berkurang à penurunan ketajaman yang lebih
mencolok terjadi apabila terjadi peradangan kamera anterior, skleritis anterior
akibat invasi mikroba langsung dan pada skleritis posterior.
Mata merah berair
Bola mata sering terasa nyeri.
Bola mata berwarna ungu gelap akibat dilatasi pleksus vascular dalam di sclera
dan episklera.
Sclera membengkak.
Edema episklera.
Pemeriksaan penunjang
Slitlamp
membantu menilai kedalaman proses dan mengidentifikasi penyakit kornea
terkait. Pemakaian filter hijau pada slitlamp menjelaskan kelainan vascular,
adanya daerah-daerah avascular mengisyaratkan terjadinya vaskulitis oklusif dan
prognosis yang buruk.
Daylight
Jika ada inflamasi sklera yang berat, akan terjadi penipisan sklera dan translusen
dan juga terlihat uvea yang gelap.
Jika ada nekrotik, maka sklera akan tampak hitam, abu-abu dan coklat yang
dikelilingi oleh inflamasi yang aktif. Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada
sklera bisa menjadi avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang
dikelilingi lingkaran coklat kehitaman.
Pemeriksaan lab
Hitung darah lengkap dan laju endap darah
Kadar komplemen serum (C3)
Kompleks imun serum
Faktor rematoid serum
Antibodi antinukleus serum
FTA-ABS, VDRL serum
Kadar asam urat serum
Urinalisis
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan sinar x orbita untuk menyingkirkan benda asing, terutama pada
pasien skleritis nodular.
Pemeriksaan sinar x sinus
PPD, sinar-x dada
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Anti inflamasi non-steroid sistemik : indometasin 100 mg perhari atau
ibuprofen 300 mg perhari.
- Steroid : Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu atau
segera setelah tampak penyumbatan. Prednison 80 mg perhari yang
diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis
pemeliharaan sekitar 10 mg perhari.
Non- medikamentosa
Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera
atau kornea. Dan jika terjadi kerusakan hebat akibat invasi langsung mikroba,
atau pada granulomatosis Wegener atau poliarteritis nodosa yang disertai
penyulit perforasi kornea.
Komplikasi
Keratitis
Galukoma
Granuloma subretina
Ablasio retina eksudatif
Proptosis
Katarak
Uveitis adalah tanda buruk karena sering tidak berespon terhadap terapi.
Kelainan ini sering disertai oleh penurunan penglihatan akibat edema makula.
Dapat terjadi galukoma sudut terbuka dan tertutup. Juga dapat terjadi glaukom
akibat steroid.
9. Episkleritis
Definisi
Reaksi radang jaringan vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.
Klasifikasi
Episkleritis simple. Ini adalah kenis paling umum dari episkleritis. Peradangan
biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama sekitar tujuh
sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga minggu.
Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap satu
sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.
Episkleritis nodular. Hal ini lebih sering menyakitkan daripada episkleritis simple
dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata
saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada permukaan
mata.
Epidemiologi
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia
pertengahan dengan penyakit bawaan reumatik dan paling sering terjadi antara usia 40-50
tahun
Etiologi/Presdisposisi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti dari episkleritis. Namun,
ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu berhubungan dengan terjadinya
episkleritis.
Rheumatid arthritis
Ankylosing spondylitis
SLE
IBD : crohn’s disease
Colitis ulseratif
Bacterial atau viral infection ,seperti sifilis , herpes zoster
Manifestasi Klinis
Sakit mata dengan rasa nyeri atau terbakar
Mata merah pada bagian sklera
Peka terhadap cahaya
Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu atau
lebih benjolan kecil atau benjolan pada daerah sklera
tidak mempengaruhi visus
Penatalaksanaan
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar 10 hari dan biasanya
tidak memerlukan pengobatan apapun.
Air mata buatan (hypromellose) dapat berguna dalam menghilangkan gejala mata kering.
Jika semakin parah atau bertahan lama dokter akan meresepkan beberapa obat sebagai
berikut :
Kortikosteroid tetes mata, sistemik, atau salisilat
NSAID , seperti flurbiprofen. Obat ini akan membantu meredakan nyeri dan
bengkak dan mengurangi peradangan.
Steroid eye drops, seperti dexamethasone. Obat ini akan membantu untuk
mengurangi peradangan dan mempercepat pemulihan pasien. Namun ada
beberapa risiko terkait dengan penggunaan tetes mata steroid, sehingga pasien
perlu di pantau oleh dokter.
Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
1-2 minggu, dan tidak akan mempengaruhi visus.
Quadvitam : bonam
Quadfunctionam : bonam
Quadsanactionam : bonam
Komplikasi
Skleritis
Iritis
10. Penatalaksanaan
Skleritis
Terapi awal skleritis adalah obat anti-inflamasi non-steroid sistemik. Obat pilihan
iniadalah indometasin 100 mg per hari, atau ibuprofen 300 mg per hari. Pada sebagian
besarkasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan.Apabila tidak timbul
respon dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak penyumbatanvaskular harus segera
dimulai teraoi steroid sistemik dosis tinggi. Steroid ini biasanyadiberikan per oral yaitu
prednisone 80 mg per hari yang akan diturunkan dengan cepat dalam2 minggu sampai dosis
pemeliharaan sekitar 10 mg per hari.Kadangkala, penyakit yang berat mengharuskan terapi
intravena berdenyut dengan metal-prednisolon, I g setiap minggu. Obat-obat imunosupresif lain
juga dapat digunakan.Siklosfamid sangat bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks
immune dalam darah.Terapi steroid topical saja tidak bermanfaat tetapi dapat digunakan.
Apabila dapatdiidentifikasi adanya infeksi, harus diberikan terapi spesifik. Peran terapi steroid
sistemik kemudian akan ditentukan oleh sifat proses penyakitnya, yakni apakah
penyakitnyamerupakan suatu respons hipersensitif atau efek dari invasi langsung
mikroba.Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera
ataukornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi kerusakan
hebatakibatinvasi langsung mikroba atau pada granulomatosis Wegener atau poliarteritis
nodosayang disertai penyulit perforasi kornea. Penipisan sklera pada skleritis yang semata-
mataakibat peradangan jarang menimbulkan perforasi kecuali apabila juga terdapat glaucoma
atauterjadi trauma langsung, terutama pada usaha mengambil sediaan biopsy.
Konjungtivitis
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologinya. S ambi l menunggu ha s i l l a bo ra to r ium , dok te r
dapa t mem ula i t e r ap i dengan an t imi k roba topikal spektrum luas
(polymyxin-trimetrhopin). Pada konjungtivitis purulen yang
pulasangram-nya menunjukan diplokokus gram negatif, sugestif
neisseria, harus segera dimulai t e r a p i t op i ka l dan s i s t e mik . J i ka
ko rnea t i da k t e r l i ba t , c e f t r i axone 1 g r am dos i s
t ungga l perintramuskular yang biasanya terapi sistemik yang adekuat. Jika
kornea terkena,dibutuhkan certriaxone parenteral, 1-2 gram per hari selama 5
hari.Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus
conjunctivalis harus di bilas denganlarutan saline agar dapat
menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan higiene
perorangan secara khusus.
Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll. selama 3-5
hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu
hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung,
diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata
untuk tidur atau salep mata 4–5 kali sehari.
Konjungtivitis alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa Kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat Antihistamin atau
bahan vasokonstriktor dan pemberian Astringen, sodium kromolin, steroid topikal
dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin(garam fisiologis).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan
memberikan lingkungan yang baik bagimikroorganisme.
Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian.
Antihistamin / dekongestan topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres hangat
atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
Episkleritis
Biasanya dalam waktu 1-2 minggu penyakit ini akan menghilang dengan
sendirinya. Untuk mempercepat penyembuhan bisa diberikan tetes mata
corticosteroid yang diberikan 4 kali sehari.
11. Pencegahan mata merah
Mata merah yang disebabkan oleh alergen tidak menular , namun mata merah akibat
virus dan bakteri dapat dengan mudah menyebar dari orang ke orang dan dapat
menyebabkan epidemi .
Berikut langkah-langkah untuk pencegahan pada mata merah :
mencuci tangan dengan sering menggunakan sabun dan air hangat . Jika sabun
dan air tidak tersedia , gunakan pembersih tangan antiseptik berbasis alkohol .
Hindari menyentuh atau menggosok mata Anda .
Tangan harus dicuci terlebih dahulu dan kemudian kain lap yang bersih atau
kapas segar atau jaringan dapat digunakan untuk membersihkan daerah mata .
Membuang bola kapas atau jaringan setelah digunakan , kain lap yang digunakan
harus dicuci dengan air panas dan deterjen.
Cuci tangan setelah menerapkan obat tetes mata atau salep .
Cuci sarung bantal , seprai , kain lap , dan handuk dalam air panas dan deterjen ,
tangan harus dicuci setelah memegang barang tersebut.
Hindari berbagi barang seperti handuk , selimut , dan sarung bantal .
Jangan berbagi riasan mata , make-up wajah , kuas make-up , lensa kontak dan
kontainer , atau kacamata .
Jangan mandi di kolam renang .