word ujian

Upload: elfera-puri-nur-ilma

Post on 09-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GUGKHKNJKBHCGFXRFSTYFUGKJB

TRANSCRIPT

CASE UJIANStase Ilmu Telinga Hidung Tenggorokkan

SINUSITIS MAKSILARIS DEXTRA

Penguji :KRH.Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS.,M.Si, Audiologistdr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT KL

Diajukan Oleh :Elfera Puri Nur Ilma, S. Ked (J 500 090 051 )

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2014LEMBAR PENGESAHAN

CASE UJIANSINUSITIS MAKSILARIS DEXTRA

Diajukan Oleh :Elfera Puri Nur Ilma, S. Ked (J 500 090 051)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi persayaratn Program Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaPada Hari Rabu,

Pembimbing :dr. H. Iwan Setiawan Aji, Sp. THT-KL(.............................................)

Dipresentasikan dihadapan :KRH.Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS.,M.Si, Audiologist(.............................................)

Disahkan Ka Program Profesi :dr. D. Dewi Nirmalawati(.............................................)

BAB ILAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN Nama: Ny. T Umur: 29 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan: Pegawai swasta Alamat: Jaten Karanganyar Status perkawinan : Menikah Agama: Islam Suku : Jawa Tanggal pemeriksaan: 30 Mei 2014 No RM : 266XXX

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan utama : Nyeri pada pipi sebelah kanan Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke Poli RSUD Karanganyar dengan keluhan utama nyeri pada pipi sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Sifat sakit kepala dirasakan kambuh-kambuhan bertambah berat jika pasien sujud saat sholat. Nyeri di pipi kanan dirasakan sampai ke bagian belakang dari kepala. Keluhan sudah diberi obat namun tidak berkurang. Makin lama keluhan dirasakan semakin berat. Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluhkan hidung sebelah kanan bumpet kurang leluasa untuk bernapas. Keluhan tersebut muncul bersamaan dengan keluhan nyeri pada pipi sebelah kanan. Hidung kanan bumpet juga dirasakan tidak ada perbaikan setelah diberi obat, malah semakin berat. Pasien juga pernah mengeluhkan adanya ingus berbau, namun keluhan tersebut sudah tidak ada setelah diterapi dengan obat. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi seperi bersin-bersin saat pagi hari ataupun saat terkena debu, juga tidak ada alergi terhadap obat-obatan serta makanan. Pasien juga mempunyai riwayat sakit gigi pada gigi sebelah kanan atas, namun sembuh ketika diberi anti nyeri. Sampai sekarang pasien tidak pernah sakit gigi lagi.Keluhan pada telinga : penurunan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), telinga terasa penuh (-), telinga gembrubug (-).Keluhan pada tenggorokan : nyeri (-), sulit menelan (-), suara serak (-), kesulitan berbicara (-), batuk (-), tenggorokan gatal (-). Keluhan sistemik : demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), penglihatan menurun (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual muntah (-), nyeri perut (-) gatal-gatal (-), BAB dan BAK lancar.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat alergi obat : disangkalRiwayat asma : disangkalRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat diabetes mellitus : disangkalRiwayat sakit serupa: disangkalRiwayat pengobatan: diakui untuk keluhan tersebut

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat alergi obat : disangkalRiwayat asma : disangkalRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat diabetes mellitus : disangkal Riwayat sakit serupa : disangkal

E. PEMERIKSAAN FISIK1. Status GeneralisKeadaan Umum: Compos MentisVital Sign : - Tekanan darah : 120/80 mmHg Frekuensi Nafas : 84 x/ menit Frekuensi Nadi : 24 x/ menit Suhu : 36,7o C Kepala: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) Leher : Retraksi supra sterna (-) deviasi trachea (-)peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-)Abdomen: Simetris, distended (-), bekas operasi(-)Ekstremitas : Edema tungkai (-)2. Status Lokalisa. Telinga

Inspeksi-Telinga kanan: Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret(-)-Telinga kiri: Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret(-)PalpasiAD : Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit AS : Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit Test PendengaranTelinga kanan : Test Rinne : normal Test Weber : tidak ditemukan lateralisasi Test Schwabach : sama dengan pemeriksaKesimpulan : NormalTelinga kiri : Test Rinne : normal Test Weber : tidak ada lateralisasi Test Schwabach : sama dengan pemeriksaKesimpulan : Normal Otoskopi :Telinga kanan : CAE oedem (-), hiperemis (-), serumen (-), membran timpani utuh, discharge (-)Telinga kiri : CAE oedem (-), hiperemis (-), serumen (-), membran timpani utuh, discharge (-)b. Hidung

Inspeksi : Deformitas (-), bekas luka (-), sekret (-), oedem (-)Palpasi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-)-Rinoskopi anterior : ND: Mukosa hiperemis (+), concha hipertrofi (+), concha hiperemis (+), secret(-), septum nasi deviasi (+), oedem (-), massa dirongga hidung (-), cairan di meatus media (-).NS:Mukosa hiperemis (-), concha hipertrofi (-), concha hiperemis (-), secret (-), septum nasi deviasi (-), oedem (-), massa dirongga hidung (-), cairan di meatus media (-).c. . TenggorokanPemeriksaan orofaring:

Inspeksi : Mukosa faring hiperemis (-), granulasi (-), tonsil membesar (-), tonsil hiperemis (-), T1-T1, kripte melebar (-), detritus (-), uvula dbn, palatum mole dbn.Palpasi : limfadenopati (-), nyeri tekan (-)F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto Sinus Paranasal 3 posisi Foto panoramicG. DIAGNOSISSinusitis Maksilaris dextraH. DIAGNOSIS BANDINGRhinosinusitisI. RENCANA TERAPI Medikamentosa :Analgetik VasokonstriktorAntibiotikEdukasi untuk dilakukan tindakan operatif : CWL J. PROGNOSIS Dubia ad bonamBAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sinus ParanasalAda empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maxila, sinus frontalis, sinus etmoid, dan sinus etmoid kanan dan kiri. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung an perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maxila dan sinus etmoid tealah ada saat lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun (Soepardi., 2007).1. Sinus Maksila Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore. Saat lahir, sinus maksila bervolume 6-8 ml. Sinus ini kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa (Mehra dan Murad, 2004). Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fossa canina, dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita, dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatussemilunaris melalui infundibulum etmoid.Menurut Soepardi (2007) dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:a. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitupremolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), dan kadang-kadang juga gigitaring dan gigi M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi rahang atas mudah naik ke atas menyebabkansinusitis.b. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.c. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainasehanya tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melaluiinfundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapatmenghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.

2. Sinus FrontalSinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulumetmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih lima persen sinus frontalnya tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah mempunyai tinggi 2.8 cm , lebarnya 2.4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk.Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus.Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini (Soepardi.,2007).3. Sinus EtmoidDari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling penting karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cm dan lebarnya 0.5 cm di bagian anterior dan 1.5 cm di bagian posterior.Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara ke meatus media dan sinus etmoid posterior bermuara ke di meatus superior. Sel-sel etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral (lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan sedikit jumlahnya dan terletak di posterior dari lamina basalis.Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila (Mehra dan Murad, 2004).Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita Soepardi., 2007). Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.

4. Sinus Sfenoid Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2.3 cm dan lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus. Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa superior serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.B. Fisiologi sinus paranasalFungsi sinus paranasal antara lain adalah:a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tipa kali bernapas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. b. Sebagai penahan suhu (thermal insulator) Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungiorbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang dilindungi.c. Membantu keseimbangan kepalaSinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka, akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar satu persen dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.d. Membantu resonansi suaraSinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang efektif. Lagi pula tidak ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.e. Sebagai perendam perubahan tekanan udaraFungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.f. Membantu produksi mukusMukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi kerana mukus ini keluar dari meatus media, tempat yang paling strategis

C. Definisi SinusitisSinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila. Sinus maksila disebut juga sebagai antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus disenut sinusitis dentogen (Soepardi., 2007).D. Epidemiologi sinusitis dentogenKejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat.Menurut Wald (1990) di Amerika menjumpai insiden pada orang dewasa antara 10-15% dari seluruh kasus sinusitis yang berasal dari infeksi gigi. Ramalinggam (1990) di Madras, India mendapatkan bahwa rinosinusitis maksila tipe dentogen sebanyak sepuluh persen kasus yang disebabkan oleh abses gigi dan abses apikal. Menurut Becker et al. (1994) dari Bonn, Jerman menyatakan sepuluh persen infeksi pada sinus paranasal disebabkan oleh penyakit pada akar gigi. Granuloma dental, khususnya pada premolar kedua dan molar pertama sebagai penyebab rinosinusitis maksila dentogen. Hilger (1994) dari Minnesota, Amerika Serikat menyatakan terdapat sepuluh persen kasus rinosinusitis maksila yang terjadi setelah gangguan pada gigi. Menurut Farhat (2004) di Medan mendapatkan insiden rinosinusitis dentogen di Departemen THT-KL/RSUP Haji Adam Malik sebesar 13.67% dan yang terbanyak disebabkan oleh abses apikal (71.43%) (Paramasivan., 2012).

E. Etiologi sinusitis dentogenEtiologi sinusitis dentogen adalah:1. Penjalaran infeksi gigi, infeksi periapikal gigi maksila dari kaninus sampai gigi molar tiga atas. Biasanya infeksi lebih sering terjadi pada kasus-kasus akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis, walaupun kadang-kadang ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan oleh tulang yang tebal.1. Prosedur ekstraksi gigi, misalnya terdorong gigi ataupun akar gigi sewaktu akan diusahakan mencabutnya, atau terbukanya dasar sinus sewaktu dilakukan pencabutan gigi.1. Penjalaran penyakit periodontal yaitu adanya penjalaran infeksi dari membran periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus.1. Trauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus alveolaris dan sinus maksila.1. Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan tambalan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan.1. Osteomielitis akut dan kronis pada maksila.1. Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista radikuler dan folikuler.1. Deviasi septum kavum nasi, polip, serta neoplasma atau tumor dapat menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis.F. PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks osteomeatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial dan lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zatzat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi siliaini akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus. Kegagalan transpor mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama berkembangnya sinusitis. Sinusitis dentogen dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:1. Infeksi gigi yang kronis dapat menimbulkan jaringan granulasi di dalam mukosa sinus maksilaris, hal ini akan menghambat gerakan silia ke arah ostium dan berarti menghalangi drainase sinus. Gangguan drainase ini akan mengakibatkan sinus mudah mengalami infeksi. Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak. Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi. 1. Kuman dapat menyebar secara langsung, hematogen atau limfogen dari granuloma apikal atau kantong periodontal gigi ke sinus maksila.

G. Manifestasi klinisGejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non-produktif juga seringkali ada (Sobol,2011).Sinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus dapat dibedakan dengan rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat berlainan. Pada sinusitis maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi serta pengeluaran pus yang berbau busuk.Di samping itu, adanya kelainan apikal atau periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen.

H. Diagnosis dan Pemeriksaan PenunjangDiagnosis sinusitis dentogen adalah berdasarkan pemeriksaan lengkap pada gigi serta pemeriksaan fisik lainnya. Ini mencakup evaluasi gejala klinis pasien sesuai dengan kriteria American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-HNS), yang mana diagnosis sinusitis membutuhkan setidaknya 2 faktor mayor atau setidaknya 1 faktor mayor dan 2 faktor minor dari serangkaian gejala dan tanda klinis, riwayat penyakit gigi geligi, serta temuan radiologi sinus paranasal dan CT Scan. Selain itu, kadang diperlukan konsultasi dengan departemen kedokteran gigi untuk mendukung dan membuat diagnosis sinusitis dentogen serta penatalaksanaannya.AnamnesisRiwayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari 7 hari, merupakan keluhan yang paling sering dan paling menonjol pada sinusitis akut. Keluhan ini dapat disertai keluhan lain seperti sumbatan hidung, nyeri/rasa tekanan pada muka, nyeri kepala, demam, ingus belakang hidung, batuk, anosmia/hiposmia, nyeri periorbital, nyeri gigi, nyeri telinga dan serangan mengi (wheezing) yang meningkat pada penderita asma.Riwayat gejala sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor dari kumpulan gejala dan tanda menurut International Consensus on Sinus Disease, tahun 1993 dan 2004. Kriteria mayor terdiri dari: sumbatan atau kongesti hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah dan gangguan penghidu. Kriteria minornya adalah demam dan halitosis.

PenderitaGejala dan Tanda

Dewasa dan AnakMayorMinor

Kongesti hidung atau sumbatanSekret hidung/post nasal purulenRasa nyeri/tekanan/penuh di wajahGangguan penghidu (hiposmia, anosmia)DemamDemamSakit kepalaNafas berbauFatiqueBatukSakit gigiHidung berbauGejala telinga

Anak-AnakBatukIritabilitas/Rewel-

Dikutip dari: Kennedy DWPemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan transiluminaiPemeriksaan penunjang lain adalah transiluminasi. Hanya sinus frontal dan maksila yang dapat dilakukan transiluminasi. Pada sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena terbatas kegunaanya.2. Foto polos sinus paranasal Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa. 3.CT scanCT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya.Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.4.SinoskopiDapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila. Pemeriksaan ini menggunakan endoskop, yang dimasukkan melalui pungsi di meatus inferior atau fosa kanina. Dilihat apakah ada sekret, jaringan polip, atau jamur di dalam rongga sinus maksila, serta bagaimana keadaaan mukosanya apakah kemungkinan kelainannya masih reversibel atau sudah ireversibel.

I. TatalaksanaTujuan terapi sinusitis adalah 1)mempercepat penyembuhan 2)mencegah komplikasi 3) mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus pulih secara alami.Prinsip penatalaksanan sinusitis dentogen:1. Atasi masalah gigi1. Konservatif, diberikan obat-obatan: antibiotika, dekongestan,antihistamin, kortikosteroid dan irigasi sinus.1. Operatif. 0. MedikamentosaAntibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang digunakan yaitu yaitu golongan penicilin seperti amoksisilin. Jika kuman diperkirakan telah resisten atau memproduksi beta laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi 2.Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. 0. DiatermiDiatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi.1. Tindakan Pembedahana. Radikal Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc. Pengobatan ini dilakukan bila pengobatan koservatif gagal. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drenase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc. Pembedahan ini dilaksanakan dengan anestesi umum atau lokal. Jika dengan anestesi lokal, analgesi intranasal dicapai dengan menempatkan tampon kapas yang dibasahi kokain 4% atau tetrakain 2% dengan efedrin 1% diatas dan dibawah konka media. Prokain atau lidokain 2% dengan tambahan ephineprin disuntika di fosa kanina. Suntikan dilanjutkan ke superior untuk saraf intraorbital. Incisi horizontal dibuat di sulkus ginggivobukal, tepat diatas akar gigi. Incisi dilakukan di superior gigi taring dan molar kedua. Incisi menembus mukosa dan periosteum. Periosteum diatas fosa kanina dielevasi sampai kanalis infraorbitalis, tempat saraf orbita diidentifikasi dan secara hati-hati dilindungi.1,3,11

Pada dinding depan sinus dibuat fenestra, dengan pahat, osteatom atau alat bor. Lubang diperlebar dengan cunam pemotong tulang kerison, sampai jari kelingking dapat masuk. Isi antrum dapat dilihat dengan jelas. Dinding nasoantral meatus inferior selanjutnya ditembus dengan trokar atau hemostat bengkok. Antrostomi intranasal ini dapat diperlebar dengan cunam kerison dan cunam yang dapat memotong tulang kearah depan. Lubang nasoantral ini sekurang-kurangnya 1,5 cm dan yang dipotong adalah mukosa intra nasal, mukosa sinus dan dinding tulang. Telah diakui secara luas bahwa berbagai jendela nasoantral tidak diperlukan. Setelah antrum diinspeksi dengan teliti agar tidak ada tampon yang tertinggal, incisi ginggivobukal ditutup dengan benang plain cat gut 00. biasanya tidak diperlukan pemasangan tampon intranasal atau intra sinus. Jika terjadi perdarahan yang mengganggu, kateter balon yang dapat ditiup dimasukan kedalam antrum melalui lubang nasoantral. Kateter dapat diangkat pada akhir hari ke-1 atau ke 2. kompres es di pipi selama 24 jam pasca bedah penting untuk mencegah edema, hematoma dan perasaan tidak nyaman.

b. Non Radikal Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal,yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi,sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali,dengan demikian mukosa sinus dapat menjadi normal.

J. KomplikasiKomplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pipi sebelah kanan yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan tidak berkurang padahal sudah diberikan terapi obat-obatan. Keluhan bertambah berat dari hari ke hari. Selain itu pasien juga merasakan hidung tersumbat pada sebelah kanan. Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan adanya ingus yang berbau tapi setelah diobati keluhan tersebut tidak muncul lagi. Pasien juga mempunyai riwayat sakit gigi pada gigi kanan atas tapi setelah diberi anti nyeri pasien sudah tidak pernah merasakan sakit gigi lagi. Pada pemeriksaan status lokalis pada nasal dextra didapatkan mukosa hiperemis, oedem, hipertrofi concha media et inferior, concha hiperemis serta septum deviasi. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila. Sinus maksila disebut juga sebagai antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus disebut sinusitis dentogen. Riwayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari 7 hari, merupakan keluhan yang paling sering dan paling menonjol pada sinusitis akut. Keluhan ini dapat disertai keluhan lain seperti sumbatan hidung, nyeri/rasa tekanan pada muka, nyeri kepala, demam, ingus belakang hidung, batuk, anosmia/hiposmia, nyeri periorbital, nyeri gigi, nyeri telinga dan serangan mengi (wheezing) yang meningkat pada penderita asma. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang digunakan yaitu yaitu golongan penicilin seperti amoksisilin.Pada Ny. H pengobatan dengan terapi medikamentosa tidak menunjukkan adanya perbaikan, maka disarankan untuk dilakukan tidakan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bestary, Jaka Budiman. Rossy, Rosalinda. Bedah Endoskopi Fungsional Revisi Pada Rinosinusitis Kronis. Diambil dari Jurnal FK Universitas Andalas/RSUP Dr. M Djamil Padang, Bagian THT Bedah Kepala Leher. Tersedia dari URLhttp://repository.unand.ac.id/17210/1/Bedah_Sinus_Endoskopi_Fungsional_Revisi_pada_Rinosinusitis_Kronis.pdf

2. Mehra P, Murad H. Maxillary Sinus Disease of Odontogenic Origin. Otolaryngologic Clinic of North America. 2004. p. 347-64.

3. Paramasivan KM., 2012. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31193/4/Chapter%20II.pdf4. Ramalinggam KK. Anatomy and physiology of nose and paranasal sinuses. A Short Practice of Otolaryngology. All India Publishers; 214-315. Sobol E. Sinusitis, Acute, Medical Treatment. Available from:http://www.emedicine.com/ent/topic337.htm6. Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. 2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga,Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.6th ed. Jakarta :FKUI