white paper anak

46
WHITEPAPER CLINICAL PRIVILEGES DOKTER SPESIALIS ANAK RS .. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi mengakibatkan pola penanggulangan dan penanganan penyakit atau masalah kesehatan akan mengalami kemajuan sehingga menjadi lebih efektif, lebih beragam dan lebih canggih namun menjadi lebih mahal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk menyaring dan menapis penerapannya sesuai dengan budaya bangsa dan tahapan pembangunan. Untuk memenuhi tuntutan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dan berkualitas yaitu tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang kuat dan rasional. Selain itu dokter spesialis anak tidak hanya berfungsi sebagai tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan anak melainkan juga diharapkan mempunyai kemampuan akademik sebagai tenaga peneliti dan tenaga pendidik. Untuk menjaga dan menjamin kompetensi yang ditetapkan tersebut dapat tercapai maka diperlukan Standar pendidikan dokter spesialis anak yang bersifat nasional. Kompetensi dibidang profesi kedokteran harus dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur dan bersifat akademik dan professional. Tuntutan seperti ini dapat terpenuhi dengan mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang pada penerapannya memerlukan konsistensi, kedisplinan dan komitmen yang tinggi. Berdasarkan SK Mendiknas No 45/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimilki 1

Upload: lidyaoctaviahutapea

Post on 26-Dec-2015

208 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

akreditasi

TRANSCRIPT

Page 1: White Paper Anak

WHITEPAPER CLINICAL PRIVILEGESDOKTER SPESIALIS ANAK

RS ..

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi mengakibatkan pola penanggulangan dan penanganan penyakit atau masalah kesehatan akan mengalami kemajuan sehingga menjadi lebih efektif, lebih beragam dan lebih canggih namun menjadi lebih mahal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk menyaring dan menapis penerapannya sesuai dengan budaya bangsa dan tahapan pembangunan. Untuk memenuhi tuntutan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dan berkualitas yaitu tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang kuat dan rasional.

Selain itu dokter spesialis anak tidak hanya berfungsi sebagai tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan anak melainkan juga diharapkan mempunyai kemampuan akademik sebagai tenaga peneliti dan tenaga pendidik. Untuk menjaga dan menjamin kompetensi yang ditetapkan tersebut dapat tercapai maka diperlukan Standar pendidikan dokter spesialis anak yang bersifat nasional.

Kompetensi dibidang profesi kedokteran harus dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur dan bersifat akademik dan professional. Tuntutan seperti ini dapat terpenuhi dengan mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang pada penerapannya memerlukan konsistensi, kedisplinan dan komitmen yang tinggi.

Berdasarkan SK Mendiknas No 45/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimilki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang perkejaan tertentu.

Di bidang kedokteran, kompetensi dokter adalah penerapan pengetahuan melalui ketrampilan, kecakapan serta kemampuan professional dalam hal menjalin hubungan antar manusia, pengambilan keputusan, kemampuan psikomotor, serta moral dan etika dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna bagi masyarakat.

1.2. Dokter Spesialis Anak

Dokter Spesialis Anak adalah seorang dokter yang telah mencapai kompetensi tertentu secara profesional mengkhususkan diri melayani anak sehat dan anak sakit dalam keluarga maupun dalam masyarakat sejak konsepsi sampai akhir usia remaja serta mempunyai kemampuan untuk menyerap, mengembangkan dan menyebarluaskan Ilmu Kesehatan Anak.

Dokter Spesialis Anak adalah dokter yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

1

Page 2: White Paper Anak

1. Lulus pendidikan dokter yang diakui Pemerintah Indonesia2. Lulus pendidikan Spesialisasi Anak dari pusat Pendidikan Spesialis Anak yang telah diakui di

Indonesia

Dokter Spesialis Anak harus mempunyai kompetensi sbb :

1. Kompetensi akademik peringkat magister yang mampu menyerap, meneliti, mengembangkan dan menyebarkan ilmu kesehatan anak sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Kompetensi profesional peringkat dokter spesialis yang mampu memberikan pelayanan kesehatan anak secara paripurna dalam tingkat spesialistik bertaraf internasional sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.

Dokter Spesialis Paru & Pernafasan harus mempunyai pengetahuan teori pemahaman tentang teori, keterampilan dan profesional :

1. Mampu menerapkan prinsip- prinsip dan metode berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah kesehatan anak.

2. Mmpu mengenal, merumuskan pendekatan penyelesaian dan menyusun prioritas masalah kesehatan anak dengan cara penalaran ilmiah, melalui perencanaan, implementasi dan evaluasi terhadap upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

3. Menguasai pengetahuan serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan anak.

4. Mempunyai keterampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan memecahkan masalah kesehatan anak secara ilmiah dan dapat mengamalkannya kepada masyarakat secara optimal.

5. Mampu menangani setiap kasus pediatric spesialistik dengan kemampuan profesionalisme yang tinggi melalui pendekatan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine).

6. Mampu melakukan pelayanan kesehatan anak melalui komunikasi interpersonal, sehingga anank dapat tumbuh dan berkembang optimal secara fisik, mental dan sosial dengan upaya pencegahan, pengobatan, peningkatan kesehatan dan rehabilitasi.

7. Mampu meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan bidang Ilmu Kesehatan Anak.

8. Mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dasar, klinis dan lapangan serta mempunyai motivasi mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai tingkat akademik yang lebih tinggi.

9. Mampu mengorganisasi pelayanan kesehatan anak sehingga menjadi pemuka dalam pengembangan pelayanan kesehatan anak dengan profesionalisma tinggi.

10. Mampu berpartisipasi dalam kependidikan kesehatan umumnya, ilmu kesehatan anak khususnya.11. Bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi, ataupun masalah

yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan anak.12. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam melakukan profesi kedokteran dalam suatu sistem pelayanan

sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional dan berpegang teguh pada Etik Kedokteran Indonesia.

1.3. Perhimpunan & Pendidikan/Akademik :

1. Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia (IDAI) merupakan wadah profesi spesialisasi Anak.2. Kolegium Ilmu Kesehetan Anak (IKA) Indonesia

2

Page 3: White Paper Anak

BAB IISTANDAR PELAYANAN

2.1. Standar Kompetensi

1. Alergi Imunologi

a. Anafilaksisb. Urtikaria

3

Page 4: White Paper Anak

c. Edema angioneurotikd. Dermatitise. Rinitis alergikaf. Sinusitis paranasalisg. Asma bronkial dan batuk kronikh. Konjungtivitis vernalisi. Alergi obatj. Alergi makanank. Sindrom Steven-Johnsonl. Nekrolisis epidermal toksikm. Penyakit defisiensi imunn. Penyakit auto imuno. Artritis rheumatoid juvenilisp. Lupus eritematosis sistemikq. Purpura Henoch- Schonleinr. Acquired Immune Deficiency Syndromes. Sengatan serangga

2. Aspek Pediatri dalam Ilmu Bedah

a. Bedah efektif pada bayi dan anak dengan kelainan bawaa yang dapat diperbaiki

b. Bedah akut pada bayi dan anak dengan trauma, aspirasi benda asing, tertelan benda asing, akut abdomen, atau infeksi akut

c. Penyakit menahun yang perlu pembedahan

3. Dermatologi

a. Kelainan congenital dan perkembanganb. Kelainan kulit dengan manifestasi klinikc. Infeksi kulitd. Dermatitis

4. Endokrinologi

a. Pertumbuhan dan gangguan pertumbuhan- Perawakan pendek- Perawakan tinggi

b. Obesitas- Obesitas hormonal- Perbedaan obesitas hormonal dan obesitas nutrisional

c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit- Diabetes insipidus- SIADH

4

Page 5: White Paper Anak

d. Gangguan kelenjar tiroid- Hipotiroid- Hipertiroid- Struma- Tumor

e. Diabetes mellitus- Diabetes mellitus tipe 1- Diabetes mellitus tipe 2- Diabetik ketoasidosis- Bayi dari ibu DM- Neonatal diabetes

f. Hipoglikemia- Hipoglikemia pada bayi- Hipoglikemia pada anak

g. Hyperplasia adrenal congenitalh. Sindroma Cushing dan Penyakit Cushingi. Testis dan gangguannyaj. Ambigus genitalia- Disgenesis gonad- Mikropenis- Pseudohermaprodit

k. Kelenjar paratiroid dan gangguannya- Hipoparatiroid

5. Gastro Hepatologi

Gastroenterologi :a. Disfagiab. Anoreksiac. Muntah- Refluks gastroesofagus- Muntah menetap- Muntah bedah

d. Diare- Diare akut- Sindrom diare kronik- Malabsorbsi dan intoleransi kronik- Terapi nutrisi enteral- Alergi makanan- Perawatan pasca bedah intestinal

e. Perdarahan saluran cerna- Perdarahan saluran cerna sederhana- Perdarahan saluran cerna yang sulit

f. Kembung- Kembung non-bedah- Kembung bedah

5

Page 6: White Paper Anak

- Enterokolitis nekrotikansg. Konstipasi- Konstipasi akibat pengaruh makanan- Konstipasi akibat kelainan bawaan- Konstipasi akibat infeksi- Konstipasi akibat obat

h. Sakit perut- Sakit perut akut- Sakit perut berulang- Sakit perut bedah

i. Gangguan tumbuh kembang akibat penyakit saluran cerna- Masukan kalori yang tidak adekuat- Malabsorbsi dan kehilangan kalori terlalu banyak- Diare kronik- Gangguan fugsi limfatiksaluran cerna

j. Keracunan makanan oleh :- Bahan kimia- Bakteri beracun dalam bahan makanan- Bahan makan yang tercemar jamur beracun- Bahan makanan yang beracun- Bahan makanan yang mengandung atau tercemar logam berat

Hepatologi :a. Kolestasis- Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak

- Infeksi- Sepsis- Virus hepatotropik A-C- Virus non-hepatotropik : TORCH- Metabolik- Sindrom Alagille- Defisiensi alfa 1 antitripsin- Galaktosemia- Tirosinemia

- Kolestasis ekstrahepatik pada bayi dan anak- Atresia bilier- “Inspissated bile syndrome”- Kista duktus koledokus- Kolelitiasis- Kolesistitis

b. Hepatitis akut- Hepatitis virus hepatotropik A-C- Hepatitis virus non A-C- Hepatitis non virus ( karena obat, bakteri, parasit)

c. Hepatitis kronik- Hepatitis virus hepatotropik (B-C)- Hepatitis karena kelainan metabolic

6

Page 7: White Paper Anak

- “Glycogen storage disease”- Sindrom Alagille- Defisiensi alfa 1 – antitripsin- Galaktosemia- Penyakit Wilson- Hepatitis autoimun

d. Tumor hati- Hepatoblastoma- Karsinoma hepatoseluler

e. Kelainan hati akibt obat- Parasetamol- Sitostatika- Tuberkulostatik- Antikonvulsan

f. Penyakit hati metabolic- Gangguan metabolisma karbohidrat- Gangguan metabolisme protein- Gangguan metabolisme lemak- Gangguan metabolik lain- Defisiensi alfa 1 antitripsin- Penyakit Wilson

g. Sirosis hepatis dan hipertensi porta- Sirosis ahti- Hipertensi porta karena sirosis- Hipertensi porta karena kelainan ekstrahepatik- Asites refrakter karena sirosis hati

h. Gagal hati fulminanti. Penyakit sistemik yang berpengaruh pada hati- Gagal jantung kanan- Septikemia- Leukemia- Tumor yang bermetastasis ke hati- Tuberkulosis milier- Malnutrisi berat

j. Transplantasi hati

6. Gigi dan mulut

a. Odontologi- Pertumbuhan gigi normal- Kelainan gigi karena gangguan pertumbuhan gigi- Kelainan gigi pada penyakit sistemik- Karies dentis- Penyakit periodontal

b. Stomatologi- Penyakit jaringan lunak mulut yang sering ditemukan

7

Page 8: White Paper Anak

- Penyakit kelenjar saliva- Penyakit pada rahang- Kelainan pertumbuhan rahang- Trauma mulut

7. Gizi dan metabolik

a. Latar belakang teori gizi klinikb. Penilaian status gizic. Air susu ibud. Pengganti air susu ibue. Pensapihanf. Kesulitan makan pada anakg. Gizi salahh. Dukungan gizii. Gizi komunitas

8. Hematologi

a. Anemia- Anemia defisiensi besi- Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12- Anemia hemolitik autoimun- Anemia pasca perdarahan- Anemia aplastic

b. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahirc. Defisiensi G6PDd. Thalassemiae. Hemoglobinopati lainf. Idiopathic Thrombocytopenic Purpurag. Amegakaryocytic Thrombocytopenic Purpurah. Trombopatiai. Hemofiliaj. Penyakit Von Willebrandk. Defisiensi Vitamin Kl. Kelainan pembuluh darahm. Leukemian. Tumor ganas padat

9. Kardiologi

a. Penyakit jantung bawaan :- Defek septum atrium- Defek septum ventrikel- Duktus arteriosus persisten- Stenosis pulmonal- Hipoplasia jantung kiri

8

Page 9: White Paper Anak

- Stenosis aorta- Koarktasio aorta- Tetralogi Fallot- Atresia tricuspid- Transposisi arteria besar- Anomali drenase vena pulmonalis- Double outlet right ventricle- Dekstrokardia

b. Demam reumatik dan penyakit jantung reumatikc. Penyakit jantung didapat non-reumatik- Infeksi :

- Endokarditis- Miokarditis- Perikarditis dan efusi perikardium- Penyakit Kawasaki- Penyakit Takayasu

- Non- infeksi :Kelainan kardiovaskuler pada :- Glomerulonefritis- Hipertensi- Gangguan elektrolit dan asam basa- Kelainan hematologik- Penyakit metabolik dan endokrin- Kelainan gizi- Penyakit paru

d. Masalah khusus- Gagal jantung- Disritmia- Tromboemboli- Hipertensi pulmonal- Kardiomiopati- Henti jantung

10. Nefrologi

a. Kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih- Nefropati congenital

- Agenesis ginjal- Ginjal polikistik- Ginjal multikistik- Hipoplasia ginjal

- Uropati congenital- Obstruksi hubungan uroteropelvik- Obstruksi hubungan ureterovesiko- Duplikasi ureter- Refluks vesikoureter

9

Page 10: White Paper Anak

- Katup uretra posterior- Ureterocele- Sindrom prune belly

b. Glomerulopati- Sindrom nefrotik

- Sindrom nefrotik congenital- Sindrom nefrotik responsive steroid- Sindrom nefrotik non responsif steroid

- Glomerulonefritis- Glomerulonefritis akut- Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNA PS)- Glomerulonefritis akut lain ( GNA non PS )- Glomerulonefritis kronik- Glomerulonefritis progresif cepat

- Kelainan ginjal pada penyakit sistemik- Nefritis lupus- Sindrom hemolitik uremik- Henoch Schonlein purpura- Nefropati diabetikum

- Nefropati IgA- Sindrom Alport

c. Tubulopati- Asidosis tubular renal- Sindrom Fanconi- Rikets hiopofosfatemia ( Vitamin D resistant rickets )

d. Hipertensi- Hipertensi primer- Hipertensi sekunder

- Hipertensi renoparenkim- Hipertensi renovaskular- Hipertensi non-renal

- Hipertensi krisis- Hipertensi non-krisis

e. Infeksi saluran kemih- Bakteriuria asimtomatik- Infeksi saluran kemih simpleks- Infeksi saluran kemih kompleks

- Pielonefritis akut Refluks vesikoureter dan nefropati refluks- Uropati obstruktif

f. Batu saluran kemih- Batu vesika- Batu ginjal

g. Intoksikasi jengkolh. Nefritis interstisialis- Nefritis interstisialis akut- Nefritis interstisialis kronik

10

Page 11: White Paper Anak

i. Gagal ginjal- Gagal ginjal akut- Gagal ginjal kronik

j. Tumor ginjal- Tumor Wilms

k. Gangguan pola berkemih- Enuresis- Inkontinensia urin- Kandung kemih neurogenic

11. Neurologi

12. Oftalmologi

a. Infeksi mata (konjungtivitis)b. Pengenalan dini kelainan mata- Strabismus- Ambliopia (aka Lazy eyes)- Blocked tear ducts- Ptosis- Retinopathy of prematurity- Visual inattention- Pediatric cataracts- Pediatric glaucoma- Abnormal vision development- Eye problem due to genetic disorders- Congenital malformation of vision or tear drainage duct system- Orbital tumor- Refractive errors (myopia)- Accomodative insufficiency- Convergenceinsufficiency and asthenopia

11

a. Peninggian tekanan intracranialb. Gangguan perkembangan umumc. Kelemahand. Kejange. Malformasi congenitalf. Infeksi prenatalg. Penyakit metabolic dan degenerativeh. Penyakit neurokutani. Penyakit neuromuskulerj. Tumor susunan sarafk. Trauma lahir pada neonatesl. Infeksi susunan saraf dan komplikasinyam. Trauma kepala tulang belakangn. Penyakit cerebrovaskulero. Ensefalopatip. Gangguan perkembangan Khususq. Attention Deficit Disorder dan gangguan otonom

Page 12: White Paper Anak

- Evaluation of visual issues in education

13. Pediatri Gawat Darurat

a. Pertolongan pertama pada kecelakaanb. Resusitasi dasar dan lanjutanc. Pengangkutan penderita gawatd. Kedaruratan anake. Ilmu kesehatan anak intensiff. Rujukan, sistem komunikasi dan organisasi

14. Radiologi dan pencitraan

a. Radiologi dan pencitraan neonates- Rontgen toraks

- Penyakit hyaline membran- Sindrom aspirasi mekonium- Pneumothoraks- Pnumomediastinum- Hernia diafragmatika- Hipoplasia/agenesis paru- Emfisema lobaris congenital- Displasia bronkopulmoner

- USG toraks- Paralisis diafragma

- Rontgen abdomen- Enterokolitis nekrotikans- Morbus hirschsprung- Atresia Esophagus- Atresia Ani- Atresia duodeni- Atresia jejunum- Atresia ileum- Peritonitis mekonium- Stenosis pylorus hipertrofi

- USG dan CT scan abdomen- Ginjal dan saluran kemih- Hati dan sistem bilier- Massa intraabdomen- Stenosis pilorik hipertrofi

- Rontgen Kepala- Kraniostenosis- Displasia- Tumor- Infeksi

- USG dan CT scan kepala

12

Page 13: White Paper Anak

- Kelainan congenital- Hidrosefalus- Mikrosefali- Perdarahan otak

- Rontgen tulang- Displasia- Fraktur- Kelainan congenital: CTEV, dan lain-lain

- Babygram ( foto seluruh tubuh dalam 1 film )-

b. Radiologi dan pencitraan bayi dan anak- Rontgen toraks

- Tuberkulosis paru- Kelainan congenital- Edema paru- Efusi pleura- Asma bronchial- Pneumotoraks- Pneumomediastinum- Hernia diafragmatika- Paralisis diafragma- Aspirasi pneumonia- Pneumatokel- Bulla- Bronkopneumonia- Bronkiolotis- Bronkiektasis

- USG dan CT Scan Thoraks- Pleural efusi- Empiema- Paralisis diafragma- Tumor

- Rontgen abdomen- Morbus hirschsprung- Ileus- Peritonitis- Perforasi- Appendisitis kronik- Intususepsi- Pilorik hypertrophy stenosis- Batu ginjal-ureter- Massa tumor intra/retroperitoneal

Hati dan sistem bilier Cairan bebas intraperitoneal

- USG dan CT scan abdomen

13

Page 14: White Paper Anak

- Pilorus stenosis hypertrophy (hanya USG)- Massa tumor retro/intraperitoneal- Intususepsi- Appendisitis kronik- Batu ginjal-saluran kemih; empedu- Kelainan congenital- Genitalia interna- Testis-kriptokismus

- Rontgen kepala- TORCH- Trauma kapitis- Tumor- Displasia- Kelainan congenital- Infeksi

- USG dan CT Scan Kepala- Hidrocephalus- Mikrocephalus- Tumor- Fraktur

- Rontgen Tulang- Displasia- Fraktur- Tumor/keganasan- Bone survey (pada penyakit tertentu)- Bone age (umur tulang)- Metabolisme:

Osteoporosis Osteopenia Rickets, dan lain-lain

- Thalasemia- Kelainan congenital

15. Penyakit infeksi tropis

a. Infeksi parasit- Helminthiasis

- Ankilostomiasis- Askariasis- Oksiuriasis- Trikuriasis- Taeniasis solium- Taeniasis saginata

- Malaria- Amubiasis- Giardiasis

14

Page 15: White Paper Anak

- Toksoplasmosisb. Infeksi Jamur- Candidiasis- Histoplasmosis

c. Infeksi bakteri- Difteri- Disentri basil- Pertusis- Tetanus- Demam tifoid- Salmonelosis- Infeksi Streptokokkus grup A- Infeksi Stafilokokkus- Sepsis- Leptospirosis

d. Infeksi virus- Campak- Dengue- Poliomielitis- Rubella- Mumps- Varicella-zooster- Epstein Barr virus- Rabies- Chikungunya- Influenza- HIV- Japanese B ensefalitis- Sitomegalovirus

e. Lain-lain- Infeksi nosokomial- Sengatan/gigitan ular- Sengatan/gigitan serangga

16. Penyakit telinga hidung dan tenggorokan

a. Gangguan pendengaran pada bayi dan anakb. Otitis mediac. Mastoiditisd. Rhinitise. Sinusitisf. Epistaksisg. Corpus alienumh. Tonsilofaringitisi. Laringitisj. Gangguan pernafasan jalan nafas bagian atas

15

Page 16: White Paper Anak

k. Trakeostomi dan intubasi pada anak

17. Perinatologi

a. Pertumbuhan dan perkembangan janinb. Pengawasan antenatal dan perinatalc. Morbiditas dan mortalitas perinatald. Pemeriksan fisik dan neurologik neonatese. Fisiologi neonatesf. Penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada neonates- Asfiksia neonatorum- Infeksi pada neonatus- Trauma lahir- Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan kekurangan gizi

g. Gejala dan keadaan yang penting pada neonatus- Sindrom gagal nafas- Ikterus neonatorum- Anemia dan perdarahan- Kejang pada neonatus- Muntah, diare, hipotermia, letargi, tidak mau mengisap, berat badan tidak

mau naikh. Perawatan neonates

18. Psikologi-psikiatri anak

19. Respirologi

a. Kelainan pulmonologi pada usia muda- Kelainan paru dan saluran nafas yang sering ditemukan di usia muda

- Atresia koana- Paresis pita suara- Trakeomalasia- Emfisema lobaris congenital- Tumor paru- Kista paru dan bleb paru- Fistel trakeoesofagus- Fistel arteriovenosa pada paru- Limfangiektasis pada paru- Sekuestrasi paru

16

r. Depressions. Anxiety and affective disorderst. ADHDu. Antisocial conductv. Substance abuse and severe traumaw. Tourette’s disorders

Page 17: White Paper Anak

- Sindrom Wilson mikity- Displasia bronkopulmoner

- Tumor mediastinum- Hyperplasia kelenjar timus- Teratoma mediastinum- Higroma kistik

- Kelainan diafragma dan dinding dada- Hernia diafragmatika- Paralysis diafragma- Eventrasio diafragma- Asphyxiating Thorasic Distrophy- Osteogenesis imperfecta

- Penyakit membrane hialin- Sindroma aspirasi- Pneumomediastinum dan pneumotoraks- Perdarahan paru- Edema paru

b. Asma- Serangan asma

- Early asthmatic response- Late asthmatic response- Dual asthmatic response- Non specific bronchial responsiveness- Exercise induced asthma

- Status asmatikus- Asma episodic jarang- Asma episodic sering- Asma kronik dan persisten

c. Batuk Kronik dan Berulang (BKB)- BKB e.c bronchial hypereactivity- BKB e.c bukan bronchial hyperactivity

- Fibrosis kistik- Bronkiektasis- Abses paru- Refluks gastro esophagus- Benda asing di saluran nafas

d. Infeksi saluran nafas- Infeksi saluran nafas akut

- Infeksi saluran nafas akut bagian atas- Rhinitis- Rinofaringitis- Tonsillitis- Tonsilofaringitis- Rinotonsilofaringitis- Sinusitis

17

Page 18: White Paper Anak

- Otitits media akuta- Epiglotitis- Sindrom croup (laryngitis, trakeitis, laringotracheobronkhitis)

- Infeksi saluran nafas kronik- Bronkiektasis- Pneumonia kronik

e. Tuberkulosis- Tuberkulosis paru- Tuberkulosis ekstra paru

f. Kelainan/penyakit lain- Aspirasi hidrokarbon- Asbestosis, bibinosis, pneumoconiosis- Akibat keganasan pada saluran nafas- Akibat kelainan/penyakit organ lain pada saluran nafas

g. Near drowning

20. Tumbuh kembang-pediatri sosial

2.2. Standar Mempertahankan & Meningkatkan Kompetensi

Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) yang disusun oleh IDAI :

1. Mengikuti acara ilmiah dan CPD yang diselenggarakan oleh IDAI atau Perhimpunan Profesi lain2. Mampu menganalisis makalah ilmiah

18

a. Konsep umum pertumbuhan dan perkembanganb. Demografi dan statistic kesehatanc. Epidemiologi klinikd. Keluarga berencanae. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan normalf. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan :- Memantau pertumbuhan anak dengan growth chart- Memanatau perkembangan anak dengan Denver II- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan- Stimulasi

g. Gangguan pertumbuhan dan perkembanganh. Upaya peningkatan kualitas anaki. Behavioural dan psychological disordersj. Masalah- masalah social :- Adopsi- Foster care- Child care- Separation & death- Impact of violence

Page 19: White Paper Anak

3. Mampu melakukan penelitian ilmiah4. Mampu membuat tulisan ilmiah

2.3. Standar Etik Medikolegal

1. Memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan hukum secara umum dalam kegiatan sehari–hari.

2. Memahami kaitan Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia, UU Kesehatan, UU Praktik Kedokteran dan Peraturan Kementerian Kesehatan, KUHP, Informed Consent, dll

3. Beretika saat melakukan kegiatan anamnesis, kerjasama interpersonal, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan alat bantu diagnostik, konseling, terapi, memelihara rahasia jabatan, catatan medik dan memelihara kesehatan sendiri.

4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin lain dan sesama spesialis Anak.

BAB IIIKEWENANGAN KLINIS

Kategori Kewenangan Klinis :

DIMINTAKAN DISETUJUI DAFTAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS ANAK1. Tatalaksana spesialistik pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan anaka. konsep dasar tumbuh kembang anakb. pemantauan tumbuh kembang anakc. deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anakd. gangguan tumbuh kembang anake. masalah tumbuh kembang pada remaja (a.l. NAPZA,

kehamilan remaja, dst)2. Tatalaksana spesialistik pemantauan peningkatan kualitas

hidup anaka. Gangguan belajar pada anakb. Anak dengan kebutuhan khusus (al. CP, MR, ADHD,

autism, sindrom down)3. Tatalaksana spesialistik pemantauan dan penerapan pediatri

sosiala. Konvensi hak anakb. Kekerasan pada anakc. Adopsi

4. Tatalaksana spesialistik pemantauan nutrisi klinis pediatrica. Metabolisme nutrient (macro dan micro nutrient) serta

perannya dalam proses tumbuh kembangb. Kebutuhan nutrisi / nutrient pada neonatus, bayi, anak

dan remajac. Interksi nutrient- nutrient dan nutrient- obat

19

Page 20: White Paper Anak

d. Food additives dan food safetye. Nutritional genomicsf. Preventive nutritiong. Nutrisi komunitas

5. Tatalaksana spesialistik asuhan keterampilan makan bayi ( infant feeding practice)

a. Perkembangan fungsi saluran cernab. Penentuan status nutrisi pada bayic. Perkembangan ketrampilan makan bayid. Breast feedinge. Susu formula dan Codex Alimentariusf. Makanan pendamping ASIg. Pengaturan makan pada bayih. Mssalah makan pada neonatus dan bayi

6. Tatalaksana spesialistik asuhan nutrisi pada anak dan remajaa. Penilaian status nutrisib. Penentuan kebutuhan nutrisic. Penentuan cara pemberian nutrisid. Dukungan nutrisi enteral dan atau parenterale. Dukungan nutrisi perioperatiff. Dukungan nutrisi pada penyakit kritisg. Penentuan jenis nutrisi yang diberikanh. Pengenalan masalah makan pada anak dan remajai. Pemantauan pelaksanaan asuhan nutrisi

7. Asuhan tindakan imunisasia. Konsep dasar imunisasib. Pelayanan imunisasic. Jadwal imunisasid. Manajemen penyimpanan dan transport vaksine. Teknik imunisasif. Safety injectiong. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

8. Asuhan diet pada berbagai penyakita. Pada kelainan neurologisb. Pada kelainan sistem pernafasanc. Pada kelainan gastrointestinald. Pada kelainan hatie. Pada kelainan ginjalf. Pada kelainan jantung dan pembuluh darahg. Pada kelainan imunologish. Pada diabetes mellitusi. Pada keganasanj. Food adverse reactions

9. Asuhan medis genetika klinisa. Anamnesis (pedigree)b. Pemeriksaan fisis (dysmorphology)c. Pemeriksaan penunjang : cytogenetic, molecular

20

Page 21: White Paper Anak

genetic, biochemical geneticd. Genetic diagnosise. Genetic treatmentf. Genetic counseling

10. Asuhan medis anak sakit gawata. Resusitasi dan transportasi anak sakit gawatb. Dukungan nutrisi anak sakit gawat

11. Penerapan farmakologi klinis di bidang pediatrica. Farmakokinetikb. faktor yang mengubah responc. efek samping dan interaksi obatd. analisis manfaat, risiko dan ekonomi dalam

penggunaan12. Penerapan radiologi dan pencitraan di bidang pediatri

a. Radiology : kepala, abdomen, ekstremitas, jaringan lunak

b. Radiology toraksc. Ultrasonografi : kepala, toraks, abdomend. Ekokardiografie. CT-scan : kepala, toraks, abdomen, ekstremitas,

jaringan lunakf. MRI : kepala, toraks, abdomen, ekstremitas, jaringan

lunak13. Tatalaksana spesialistik gawat darurat susunan saraf pusat

(SSP)a. Kejangb. penurunan kesdaranc. paresis/ paralisisd. peningkatan tekanan intracranial/ edema serebrie. trauma kepala dan medulla spinalisf. perdarahan intracranialg. hipoksik iskemik ensefalopati

14. Tatalaksana spesialistik gawat darurat respirasia. Sesak napasb. Status asmatikusc. Gagal napasd. Sumbatan ( obstruksi ) jalan napas

- laringitis akut- epiglotitis- trakeitis bakterialis- abses retrofaringeal- abses parafaringeal- benda asing

e. pneumotoraksf. pneumomediastinumg. edema paruh. haemoptisis

21

Page 22: White Paper Anak

15. Tatalaksana spesialistik gawat darurat kardiovaskulera. Syokb. cyanotic spellc. SVT/ aritmiad. Gagall jantunge. Krisis tamponadef. Efusi pericardium

16. Tatalaksana spesialistik gawat darurat metabolik-gastro-renal-endokrin-alergi

a. Gangguan cairan – elektrolit, asam- basab. Inborn error of metabolismc. Diabetik ketoa sidosisd. Renal tubular acidosise. Hipoglikemia dan hiperglikemiaf. Gagal ginjalg. Sindrom uremik-hemolitikh. Sindrom lisis tumori. Perdarahan saluran cernaj. Pancreatitisk. gagal hati fulminanl. short gut syndromem. syok anafilaksis

17. Tatalaksana spesialistik gawat darurat infeksi-hematologia. SIRS, sepsis & MOFb. Koagulasi intravaskuler diseminata

18. Tatalaksana spesialistik gawat darurat keracunan (poisoning)19. Tatalaksana spesialistik gawat darurat hampir tenggelam20. Tatalaksana spesialistik gawat darurat trauma non SSP21. Tatalaksana spesialistik gawat darurat luka bakar22. Tatalaksana spesialistik gawat darurat hipotermi dan

hipertermi23. Tatalaksana spesialistik asfiksia neonatorum24. Tatalaksana spesialistik hiperbilirubinemia pada neonatus

a. G6PDb. Inkompatibilitas ABO/ rhesusc. Kern ikterus

25. Tatalaksana spesialistik prematuritas dan Intra Uterine Growth Retardation

a. Retinopathy of prematurityb. Apnu prematuritasc. Penyakit membran hialind. PVLe. IVH/ PVHf. Perawatan metode kangguru (Kanggaro Mother Care)

26. Tatalaksana spesialistik trauma lahira. Trauma jaringan lunakb. Trauma susunan saraf ekstra/ intracranial

22

Page 23: White Paper Anak

c. Trauma jaringan tulangd. Trauma organ intra abdomen

27. Tatalaksana spesialistik kelainan gastrointestinal neonatusa. Necrotizing enterocolitisb. Meconium plugs

28. Tatalaksana spesialistik perdarahan pada neonatus (+ vitamin K deficiency bleeding)

29. Tatalaksana spesialistik kejang dan jittery pada neonatusa. Hipoglikemia dan hiperglikemiab. Hipokalsemiac. Hipomagnesemiad. Hiperamonemiae. other metabolic disorders

30. Tatalaksana spesialistik syok pada neonatus31. Tatalaksana spesialistik sepsis neonatorum32. Tatalaksana spesialistik anemia pada neonatus33. Tatalaksana spesialistik kelainan respirasi pada neonatus

a. Meconium aspiration syndromeb. Pneumotorak/ pneumomediastinumc. PPHNd. TRDNe. Pneumonia

34. Tatalaksana spesialistik termoregulasi pada neonatus35. Tatalaksana spesialistik infeksi TORCH pada neonatus36. Tatalaksana spesialistik cacat lahir

a. Agenesis paru, aplasia paru, hipoplasia parub. Kista paruc. Emfisema kongenital lobarisd. Eventrasio diafragmatikae. Hernia diafragmatikaf. Displasia bronkopulmonalg. Laringotrakeomalasiah. undescended testes (kriptorkismus)i. uropati congenitalj. malformasi kongenital SSPk. hiperplasia timusl. cleft lip, cleft palatem. atresia esofagus, fistel trakeoesofagusn. hypertrophic pyloric stenosiso. duodenal atrasiap. Hirschsprung’s diseaseq. Atresia anir. Hidrokels. Omfalokelt. Gastroskisisu. hernia ( inguinalis, skrotalis, labialis, umbilikalis)v. pektus eksavatus

23

Page 24: White Paper Anak

w. hemangiomax. CTEVy. Spina bifidaz. Hidrosefalusaa. Phocomeliabb. kembar siamcc. kelainan jantung bawaan

37. Tatalaksana spesialistik ensefalitisa. Japanese ensefalitisb. Herpes simpleks ensefalitis

38. tatalaksana spesialistik meningitisa. meningitis bakterialis neonatus, bayi & anakb. meningitis virusc. meningitis oleh mikroorganisme lain

39. Tatalaksana spesialistik abses otak40. Tata laksana spesialistik ventrikulitis41. Tata laksana spesialistik empiema subdural42. Tata laksana spesialistik tetanus

a. Tetanus neonatorumb. Tetanus anak

43. Tata laksana spesialistik poliomyelitis44. Tata laksana spesialistik rabies45. Tata laksana spesialistik infeksi respiratorik akut

a. Selesma (common cold)b. Rinotonsilofaringitisc. otitis media akut

46. Tata laksana spesialistik difteri47. Tata laksana spesialistik bronchitis kronis48. Tata laksana spesialistik rinosinobronkitis49. Tata laksana spesialistik bronkiolitis50. Tata laksana spesialistik pneumonia51. Tata laksana spesialistik pneumonia atipik52. Tata laksana spesialistik efusi pleura53. Tata laksana spesialistik empiema54. Tata laksana spesialistik influenza55. Tata laksana spesialistik avian influenza56. Tata laksana spesialistik parotitis epidemika57. Tata laksana spesialistik pertusis58. Tata laksana spesialistik infeksi respiratorik kronik non TB

a. Bronkiektasisb. abses paru

59. Tata laksana spesialistik tuberkulosis parua. Miliary spreadb. Bronchogenic spreadc. Endobronchitis TBd. Atelektasise. Cavities

24

Page 25: White Paper Anak

f. others primary TB60. Tata laksana spesialistik tuberculosis ekstra paru

a. Limfadenitis TB superfisialisb. TB pleurac. TB pericardiumd. Skrofulodermae. TB tulang : spondilitis, koksitis, gonitis, daktilitisf. TB abdomen : peritonitis, usus, hepar, limpa, Tata

laksana spesialistik ginjalg. TB SSP : meningitis, tuberkuloma otak

61. Tata laksana spesialistik tuberkulosis diseminata62. Tata laksana spesialistik tuberkulosis perinatal63. Tata laksana spesialistik tuberkuloma64. Tata laksana spesialistik mikobakteriosis atipik65. Tata laksana spesialistik pneumotoraks66. Tata laksana spesialistik pneumomediastinum67. Tata laksana spesialistik endokarditid infektif68. Tata laksana spesialistik miokarditis69. Tata laksana spesialistik penyakit Kawasaki70. Tata laksana spesialistik kandidiasis71. Tata laksana spesialistikleptospirosis72. Tata laksana spesialistik soil helmintiasis73. Tata laksana spesialistik hepatitis

a. Hepatitis akutb. Hepatitis Ac. Hepatitis Bd. Hepatitis C

74. Tata laksana spesialistik amubiasis hati75. Tata laksana spesialistik kolesistitis akut76. Tata laksana spesialistik pankreatitis akut77. Tata laksana spesialistik infeksi saluran kemih78. Tata laksana spesialistik penyakit menular seksual79. Tata laksana spesialistik fever of unknown sources80. Tata laksana spesialistik sepsis81. Tata laksana spesialistik demam neutropenia82. Tata laksana spesialistik demam tifoid83. Tata laksana spesialistik infeksi arboviruses

a. Virus dengueb. Virus chikungunya

84. Tata laksana spesialistik infeksi virus HIVa. Transmisi HIV perinatalb. Infeksi opurtunistik respiratori pada HIVc. TB-HIVd. Pneumocystis jeroveci (carinii)e. Lymphoid interstitial pneumonia (LIP)f. Fungal infection

85. Tata laksana spesialistik eksantema akut/ demam dengan

25

Page 26: White Paper Anak

ruama. Morbilib. Rubellac. Varicellad. HFMD

86. Tata laksana spesialistik malaria87. Tata laksana spesialistikanthrax88. Tata laksana spesialistik lepra89. Tata laksana spesialistik filariasis90. Tata laksana spesialistik artritis septik91. Tata laksana spesialistik osteomielitis92. Tata laksana spesialistik infeksi kulit

a. Impetigo & piodermab. Selulitis

93. Tata laksana spesialistik infected bite/ sting (serangga, ular, hewan lain)

94. Tata laksana spesialistik infeksi konjungtiva akuta. Konjungtivitis akut GOb. Konjungtivitis akut non GO

95. Tata laksana spesialistik infeksi nosokomial96. Tata laksana spesialistik urtikaria

a. Urtikaria akutb. Urtikaria kronikc. Angioedema

97. Tata laksana spesialistik dermatitis atopik98. Tata laksana spesialistik rinitis alergika99. Tata laksana spesialistik konjungtivitis vernalis100. Tata laksana spesialistik alergi

a. Alergi obatb. Alergi makanan

101. Tata laksana spesialistik penyakit defisiensi imun102. Tata laksana spesialistik artritis reumatoid juvenilis.103. Tata laksana spesialistik lupus eritematosus sistemik104. Tata laksana spesialistik purpura Henoch-Schonlein105. Tata laksana spesialistik sindrom Steven Johnson106. Tata laksana spesialistik nekrolisis epidermal toksik107. Tata laksana spesialistik asma

a. Tatalaksana jangka panjang asma dan BKBb. Serangan asma

108. Tata laksana spesialistik gigitan/ sengatan (serangga, ular, hewan lain)

109. Tata laksana spesialistik demam reumatik110. Tata laksana spesialistik penyakit jantung rematik111. Tata laksana spesialistik gangguan tiroid112. Tata laksana spesialistik hipotiroid kongenital113. Tata laksana spesialistik hiperplasia adrenal kongenital114. Tata laksana spesialistik diabetes melitus

26

Page 27: White Paper Anak

115. Tata laksana spesialistik disorders of sexual development116. Tata laksana spesialistik diare

a. Diare akutb. Diare kronikc. Diare persisten

117. Tata laksana spesialistik gangguan motilitas saluran cernaa. Muntahb. refluks gastroesofagusc. konstipasid. nyeri parute. kembung

118. Tata laksana spesialistik kelainan hepatobiliera. Hepatitis akutb. Hepatitis kronisc. Kolestasisd. sirosis hepatis

119. Tata laksana spesialistik anemiaa. Anemia nutrisib. Hemoglobin abnormal (thalassemia)c. Anemia hemolitik autoimund. Anemia pada infeksi kronike. Anemia aplastik

120. Tata laksana spesialistik kelainan trombosita. Idiopathyc thrombocytopenic purpurab. Trombositosisc. Trombopati

121. Tata laksana spesialistik gangguan pembekuana. Herediter (hemofilia)b. Acquired (didapat)

122. Tata laksana spesialistik leukemiaa. Leukemia limfoblastik akutb. Leukemia mielositik akut

123. Tata laksana spesialistik tumor padata. Neuroblastomab. Wilm’s tumorc. Rabdomyosarcomad. limfoma malignum (Hodgkin disease)e. tumor hatif. teratomag. osteosarcomah. limfangiomai. orbital tumor (retinoblastoma)j. tumor susunan saraf

124. Tata laksana spesialistik penyakit jantung bawaana. Sianotikb. non sianotik

125. Tata laksana spesialistik hematuria

27

Page 28: White Paper Anak

126. Tata laksana spesialistik proteinuria127. Tata laksana spesialistik enuresis128. Tata laksana spesialistik inkontinensia urin129. Tata laksana spesialistik glomerulonefritis

a. Glomerulonefritis akutb. Glomerulonefritis kronik

130. Tata laksana spesialistik kelainan ginjal akibat penyakit sistemik

131. Tata laksana spesialistik sindrom nefrotik132. Tata laksana spesialistik hipertensi133. Tata laksana spesialistik uropati obstruktif

a. Uropati kongenitalb. Batu saluran kemihc. Intoksikasi jengkol

134. Tata laksana spesialistik tubulopati135. Tata laksana spesialistik nefritis intersisialis136. Tata laksana spesialistik floppy infant137. Tata laksana spesialistik gangguan gerak di luar kemauan138. Tata laksana spesialistik epilepsi pada neonatus, bayi,

dan anak139. Tata laksana spesialistik kejang demam140. Tata laksana spesialistik keadaan yang menyerupai

epilepsi141. Tata laksana spesialistik penyakit metabolik dan

degeneratif142. Tata laksana spesialistik penyakit neurokutan143. Tata laksana spesialistik penyakit neuromuskular144. Tata laksana spesialistik nyeri kepala145. Tata laksana spesialistik ensefalopati146. Tata laksana spesialistik trauma kepala147. Tata laksana spesialistik penyakit serebrovaskuler148. Tata laksana spesialistik gangguan perkembangan khusus149. Tata laksana spesialistik gangguan otonom150. Tata laksana spesialistik malnutrisi energi protein151. Tata laksana spesialistik failure to thrive152. Tata laksana spesialistik obesitas pada anak dan remaja153. Tata laksana spesialistik Obstructive S Tata laksana

spesialistikleep Apnea Syndrome (OSAS)154. Tata laksana spesialistik kelainan metabolisme bawaan155. Tata laksana spesialistik kelainan kulit pada anak156. Tata laksana spesialistik kelainan mata pada anak157. Tata laksana spesialistik kelainan/ gangguan psikologis-

psikiatris

DIMINTAKAN DISETUJUI KETERAMPILAN KLINIK PROSEDUR PEDIATRIK1. Melakukan tindakan mempertahankan jalan napas

28

Page 29: White Paper Anak

(endotracheal tube)2. Melakukan tindakan bag-mask ventilation3. Melakukan tindakan intubasi/ ekstubasi4. Melakukan tindakan trakeostomi **)5. Melakukan tindakan pungsi krikotiroid6. Melakukan tindakan perikardiosentesis **)7. Melakukan tindakan terapi oksigen8. Melakukan tindakan ventilator mekanik *)9. Melakukan tindakan pemasangan CPAP10. Melakukan tindakan pemantauan tanda vital dengan monitor11. Melakukan tindakan defibrilasi *)12. Melakukan tindakan pemasangan alat pacu jantung eksternal

**)13. Melakukan tindakan sedasi dan analgesi14. Melakukan tindakan terapi inhalasi15. Melakukan tindakan bronkoskopi **)16. Melakukan tindakan bronkografi **)17. Melakukan tindakan endoskopi **)18. Melakukan tindakan kateterisasi jantung **)19. Melakukan tindakan torakosintesis jarum (Insertion of chest

tube)20. Melakukan tindakan pemasangan WSD (+ countinuous

suction) *)21. Melakukan tindakan akses vaskuler sentral *)22. Melakukan tindakan akses vaskuler perifer23. Melakukan tindakan akses intraarterial (+ femoral central

lines?) *)24. Melakukan tindakan intraosseous lines *)25. Melakukan tindakan transfusi26. Melakukan tindakan transfusi tukar **)27. Melakukan tindakan pengambilan darah vena dan arteri28. Melakukan tindakan pemasangan kateter umbilikal ( umbilical

venous catheterization)29. Melakukan tindakan jugular artery cannulation **)30. Melakukan tindakan pemasangan kateter saluran kemih31. Melakukan tindakan pemasangan pipa lambung (+ bilasan

lambung)32. Melakukan tindakan dialisis peritoneal *)33. Melakukan tindakan hemodialisis **)34. Melakukan tindakan pungsi lumbal35. Melakukan tindakan pungsi asites*)36. Melakukan tindakan pungsi pleura *)37. Melakukan tindakan pungsi aspirasi suprapubik38. Melakukan tindakan pungsi aspirasi sumsum tulang39. Melakukan tindakan pungsi aspirasi paru40. Melakukan tindakan pungsi aspirasi kelenjar dengan jarum

halus

29

Page 30: White Paper Anak

41. Melakukan tindakan tap sub dural *)42. Melakukan tindakan bronchial lavage **)43. Melakukan tindakan pemasangan EEG *)44. Melakukan tindakan pemasangan BERA45. Melakukan tindakan pemasangan EMG *)46. Melakukan tindakan pemasangan EKG47. Melakukan tindakan ekokardiografi *)48. Melakukan tindakan polisomnografi *)49. Melakukan tindakan parasentesis50. Melakukan tindakan biopsi kulit *)51. Melakukan tindakan biopsi otot *)52. Melakukan tindakan biopsi hati *)53. Melakukan tindakan biopsi ginjal *)54. Melakukan tindakan biopsi pleura *)55. Melakukan tindakan uji kulit terhadap alergen56. Melakukan tindakan uji provokasi makanan57. Melakukan tindakan uji tuberculin58. Melakukan tindakan uji fungsi paru (+ provokasi bronkus)59. Melakukan tindakan uji kulit tipe lambat60. Melakukan tindakan uji aspirasi duodenum61. Melakukan tindakan uji aktivitas tripsin62. Melakukan tindakan uji hidrogen napas63. Melakukan tindakan uji PABA64. Melakukan tindakan uji pemantauan refluks gastro esofagus65. Melakukan tindakan uji xilosa66. Melakukan tindakan uji fungsi lambung67. Melakukan tindakan uji enteropati hilang protein68. Melakukan tindakan uji motilitas saluran cerna69. Melakukan tindakan uji keringat70. Melakukan tindakan NRP certified *)71. Melakukan tindakan PALS certified *)

Catatan : - Memerlukan tanda bukti sertifikat untuk yang ditandai *)- Memerlukan pendidikan sub-spesialisasi **)

30

Page 31: White Paper Anak

Nama & Jabatan Tanggal Tanda-tanganDibuat oleh

Ketua KSM AnakDisetujui oleh

Ketua Komite Medis

31