web viewsetiap hari mereka bekerja sebagai pemulung bersama istrinya yang sedang hamil ... kembar...
TRANSCRIPT
1
SINOPSIS
JUDUL : DIBALIK BENINGNYA AIR MATA IBU
TOKOH : MAMAD : PEKERJA KERAS, RAJIN, BAIK HATI, BERTANGGUNG JAWAB,
DERMAWAN.
PAK PARJO : BERTANGGUNG JAWAB
BU DARMI : SABAR, TABAH, BERTANGGUNG JAWAB
PAK DIRMAN : BAIK HATI, SUKA MENOLONG, DERMAWAN
SETTING: DI DESA SAWOJAJAR MALANG
Di desa Sawojajar tinggalah sebuah keluarga yang terdiri dari Pak Parjo, Bu
Darmi, Mamad dan kedua adiknya yang masih kecil. Mereka tinggal disebuah rumah
yang kecil , pengap dan tidak layak disebut sebuah rumah tapi mereka hidup rukun dan
saling menolong. Pak parjo sebagai tulang punggung harus bekerja siang dan malam
tanpa mengenal lelah. Hingga pada suatu hari pak Parjo terserang penyakit yang
akhirnya meninggal.
Sepeninggal pak Parjo, bu Darmi bersama anaknya yang bernama Mamad
bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Mereka bekerja sebagai pemulung
mengumpulkan botol bekas dan menjualnya ke pengepul. Meskipun ia bekerja keras ia
tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar yang rajin. Setiap malam ibu Darmi selalu
meneteskan air mata ia tidak tega melihat penderitaan anak-anaknya seraya berdoa
kepada Tuhan semoga keluarganya tabah menjalani kehidupan yang begitu keras.
Berkat keikhlasan dan keuletannya, terusiklah hati pak Dirman sebagai juragan
Mamad. Dia berniat membantu biaya sekolah Mamad hingga perguruan tinggi.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
2
Meskipun biaya kuliahnya dibantu oleh Pak Dirman, namun Mamad tetap
bersemangat dalam bekerja dan belajar. Berkat ketekunannya dalam menuntut ilmu ia
dapat menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan mendapatkan nilai yang terbaik.
Setelah menyelesaikan pendidikannya ia bekerja di salah satu usaha milik pak
Dirman. Sebagian penghasilannya ia sisihkan untuk ditabung. Dengan modal tabungan
Mamad mendirikan usaha bengkel yang terus berkembang dengan pesat. Sebagai
pengusaha yang sukses ia selalu menyisihkan uangnya untuk membantu orang yang
membutuhkan. Ibu Darmi bangga mempunyai anak yang bernama Mamad. Ditengah
himpitan ekonomi anaknya bisa tegar menghadapinya dan sukses menjadi pengusaha.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
3
CERITA FIKSIDI BALIK BENINGNYA AIR MATA IBU
DI PRESENTASIKAN DALAM :WORKSHOP PENGEMBANGAN PENULISAN BUKU
SEKOLAH DASARTINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR TAHAP II
TAHUN 2011
Oleh :1. Titik Yuliati, S.Pd Kab. Blitar2. Kuntari N. R Kab. Malang3. Mei Yunani, S.Pd.SD Kab. Nganjuk4. Sujinab, S.Pd Kab. Kediri5. Siti Aminah, S.Pd Kab. Kediri6. Sukesi, S.Pd Kab. Trenggalek7. Juhari, S.Pd.SD Kab. Sumenep8. Indah Setyorini, S.Pd, M.Si Kab. Nganjuk9. Esti Sukasih, S.P Kab. Nganjuk
10. Vita Dewi Susanti, S.Pd Kab. Nganjuk
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
4
1. Masa Kecil Mamad
Senja telah tiba, malam itu suara jangkrik bersautan, nyamuk-nyamuk nakal
beterbangan mengerumuni warga desa Sawojajar, Malang. Di desa itu ada sebuah
keluarga kecil yang hidupnya penuh dengan kesengsaraan. Sebut saja keluarga
Pak Parjo dan istrinya Bu Darmi dengan seorang anak laki-lakinya bernama
Mamad. Kehidupan Pak Parjo sangat memprihatinkan. Setiap hari mereka bekerja
sebagai pemulung bersama istrinya yang sedang hamil tua. Hasil yang di dapat
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada hari itu juga.
Suatu hari, istri Pak Parjo sudah saatnya untuk melahirkan. Mereka pun
membawanya ke bidang desa terdekat. Pada saat itu Bu Darmi istri Pak Parjo
melahirkan bayi kembar laki-laki. Ucapan syukur dari Pak Parjo terucap tak henti-
hentinya dari bibirnya, karena baru saja mereka dikarunia dua orang anak laki-laki
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
5
lagi. Namun, mulai saat itu Pak Parjo harus bekerja lebih keras lagi untuk
membiayai kebutuhan istri dan tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil itu.
Pak Parjo bekerja siang dan malam. Tidak kenal lelah demi keluarganya.
Anaknya yang masih kecil-kecil itu perlu biaya hidup, makan, pakaian dan
kebutuhan hidup lainnya yang dapat menyenangkan buah hatinya. Namun dari
hari ke hari penghasilannya sebagai pemulung tidaklah cukup, sehingga Pak Parjo
harus mencari pekerjaan tambahan dengan membantu para sopir truk untuk
mencucikan mobilnya.
Setahun pekerjaan itu Pak parjo lakukan, kondisinya semakin
memprihatinkan seiring usianya yang sudah menjelang senja. Suatu malam,
karena kondisi Pak Parjo kelelahan dia pingsan. Pak Parjo kemudian dibawa ke
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
6
puskesman setempat untuk diadakan pemeriksaan. Baru satu malam Pak Parjo
dirawat di puskesmas tersebut, kemudian ajal menjemputnya. Betapa terkejutnya
Bu Darmi dengan kepergian suaminya, yang selama ini telah menjadi tulang
punggung keluarganya. Tangisan pilu dan deraian air mata mengiringi kepergian
suaminya tercinta. Pak Parjo meninggalkan tiga orang anak laki-laki yang masih
kecil.
Setelah satu minggu berlalu, kini Bu Darmi kebingungan bagaimana
caranya untuk menghidupi keluarga dan tiga orang anaknya. Bu Darmi sejenak
berpikir, apa yang harus dia lakukan untuk bisa menyambung hidup ketiga anak-
anaknya. Dia tidak mungkin mencari pekerjaan yang lain, “Apa yang harus aku
kerjakan? Aku tak mungkin mencari pekerjaan lain”, kata Bu Darmi. Akhirnya dia
putuskan untuk melanjutkan pekerjaan suaminya sebagai pemulung.
Hari itu, Bu Darmi dan ketiga orang anaknya pergi mencari barang-barang
rongsokan. Dia pungut satu persatu botol-botol bekas yang sudah tidak terpakai
lagi sambil menggandeng anak-anaknya. Sedangkan Mamad, sebagai anak tertua
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
7
juga menggendong keranjang tempat hasil pungutannya. Dengan tubuh yang
mungil Mamad berusaha sekuat tenaga untuk membantu memulung botol- botol
bekas.
Meski terbilang masih anak-anak, Mamad ikut berpikir bagaimana
caranya agar dia selalu bisa untuk membantu ibu dan adik-adiknya. Bu Darmi
selalu mengajak anak-anaknya pergi ke tempat pembuangan sampah, dimana
barang-barang bekas itu bisa di dapatkannya. Sementara Mamad dan adik-adiknya
duduk beristirahat di bawah pohon.
Hari demi hari hidup sebagai seorang pemulung mereka lalui, hingga
saatnya hari raya tiba. Bu Darmi sangat bersedih karena tidak bisa membelikan
pakaian untuk anak-anaknya. Tapi, Bu Darmi tidak patah semangat. Bu Darmi
tetap membelikan anak-anaknya pakaian bekas di pasar dari hasil kerjanya
sebagai pemulung.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
8
2. Kegiatan Mamad
Pagi itu terdengar ayam berkokok bersaut-sautan, suara adzan
berkumandang, Mamad menggeliat di tempat tidur yang hanya beralaskan tikar
yang sudah usang. Berat rasanya untuk membuka mata, tubuhnya terasa penat, ltih
dan lelah setelah seharian bekerja keras tak kenal lelah.
Mamad duduk di pinggir tempat tidur, matanya memandang karung –
karung yang berisi botol bekas. “Aku harus memilah-milah barang yang aku
kumpulkan kemarin”, katanya dalam hati. “Tetapi aku tetap harus ke sekolah”
lanjutnya sambil menguap. Mamad berjalan menuju ke kamar mandi dengan
langkah yang gontai. Sebenarnya belum layak bila dikatakan kamar mandi, karena
dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu yang sudah hampir rusak dan
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
9
sebuah bak mandi dari plastik.Mamad pun mengisi bak mandi sampai penuh dan
ia pun kemudian mandi.
Mamad adalah anak yang rajin beribadah. Setiap hari ia melaksanakan
sholat berjamaah di surau dekat rumahnya. Setelah melaksanakan sholat ia pun
memisahkan botol yang dia kumpulkan agar sepulang sekolah nanti ia langsung
dapat menjualnya. Mamad adalah anak yang rajin dan ikhlas menjalani kehidupan
walaupun ia masih anak sekolah dasar. Tanpa sarapan pagi iapun pergi ke sekolah
yang jaraknya hampir 2 kilometer dari rumahnya dengan berjalan kaki.
Di sekolah Mamad dikenal sebagai anak yang rajin, pandai dan sopan
sehingga ia disenangi guru-guru dan teman-temannya. Walaupun dengan keadaan
yang serba kekurangan Mamad tetap menjadi juara kelas, ia pun menjadi teladan
bagi teman-temannya.
Sepulang dari sekolah Mamad harus menjual botol bekas yang ia
kumpulkan kemarin dan mengumpulkan lagi untuk dijual keesokan harinya.
Waktu demi waktu ia habiskan untuk bersekolah dan mencari uang untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun Mamad adalah anak yang masih duduk
di bangku sekolah dasar tetapi ia tidak mempunyai kesempatan bermain seperti
teman-temannya.
Suatu hari ketika bangun tidur ia teringat belum mengerjakan PR karena
malam harisangat lelah setelah seharian bekerja. Bergegas Mamad mengambil
bukunya. Betapa bingungnya ia tidak menemukan buku yang dicarinya. Mamad
segera menghampiri ibunya yang memasak didapur.” Bu......apakah ibu tahu buku
PR saya?” tanya Mamad penuh harap. “Ibu tidak tahu Mad, coba cari ditempat
lain”. Jawab ibunya sambil membetulkan kayu bakar pada tungku. Mamad
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
10
terkejut saat melihat bukunya berserakan di lantai. Diambilnya sobekan kertas
yang sudah kusut setelah dibuat mainan oleh adiknya. Dengan sabar mamad
segera mengerjakan PR agar tidak diberi sanksi oleh gurunya. Sampai disekolah ia
terlambat. Mamad menjelaskan sebab keterlambatannya masuk sekolah dengan
jujur. Pak guru menasihatinya Mamad dengan sabar, ia diperbolehkan duduk. Hati
Mamad merasa lega, pak guru memahami alasan Mamad. Ia pun berjanji tidak
akan mengulanginya lagi. “Anak-anak, Mamad adalah anak yang jujur dan
bertanggung jawab, keterlambatannya bukanlah hal yang disengaja, kalian harus
berhati-hati menyimpan peralatan sekolah kalian agar tidak dibuat mainan
adikmu”,kata pak guru.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
11
3. Pertolongan Pak Dirman
Pagi buta dihari Minggu Mamad telah bangun dari tidurnya.Kemudian
Mamad membasuh muka dan menghadap Tuhannya.Tak lama kemudian
dikenakan lagi baju lusuh dan sandal jepit yang tak terlihat lagi warna
aslinya,sambil membawa kantong plastik.Mamad berpamitan pada
ibunya,”Ibu,Aku berangkat ya,Nasi dan lauk sisa kemarin masih ada di
meja.”’Makanlah bersama adik-adik Bu!””Ya Nak ,hati-hati!,dan jangan sampai
kamu mencuri barang orang lain!””Ya,Bu,aku ingat nasihat ibu.”Dengan tatapan
penuh harapan mamad melangkahkan kaki jalan raya.Setiap tong-tong sampah di
depan rumah dibuka dan dikaisnya.Ia mencari benda-benda yang dapat
dijualnya.Satu demi satu dimasukkan ke dalam kantong plastik,sambil matanya
jelalatan menatap jalan disekitarnya mungkin ada benda yang dapat dipungutnya.
Sejak pagi hingga siang hari jalan jalan di kota itu telah ditelusurinya dan
apa yang dicarinya telah memenuhi kantong plastiknya.Tak lama kemudian
mamad duduk beristirahat di pos penjangaan dekat perempatan jalan.Mamad
bergumam sambil tersenyum,”Wah…sudah penuh kantong-kantong
plastikku.””Hari ini aku akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan
membeli sebutir telur dan sepotong tempe untuk ibu dan adik-adikku.”aku ingin
tabung sisanya”Ah….aku masih ingin sekolah lagi,terus dan terus agar aku dapat
membahagiakan ibuku”Iapun tersenyum lagi,matanya menerawang jauh ke depan
seakan-akan dia telah berlari menggapai asanya”
Mamadpun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan penuh semangat
menuju pengepul barang rongsokan.Dengan riang gembira mamad
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
12
berkata,”Pak ,ini hasil saya tolong ditimbang ya!”Aku dapat uang berapa pak
Dirman?Hari ini aku ingin membelikan telur dan tempe untuk adik-adikku
Pak”Sisanya nanti aku tabung.Mendengar ucapan mamad dan melihat ekspresinya
hati pak dirman trenyuh dan tergugah untuk ikut meringankan
bebannya.”Mad……kesinilah!””Ada apa pak dirman?”jawab mamad.”Mad
apakah kamu mau sekolah ke SMP? “Sekolah Pak?” “Horee ….aku pasti mau!
sorak mamad dengan mata berbinar-binar.”Tapi pak aku tak punya uang “,jawab
mamad dengan wajah lesu dan sikap pasrah” “Mad ….tak usah kawatir,Bapak
akan membiayai sekolah kamu sampai setinggi mungkin ,tapi kamu harus berjanji
pada dirimu sendiri bahwa kamu akan tetap bersemangat dan rajin
belajar.””Benarkah pak….?”Tanya mamad dengan mata terbeliak seakan tidak
percaya apa yang didengarnya.”Benar mamad,Bapak akan membiayai
sekolahmu,sekarang pulanglah dan cepat belikan telur dan tempe untuk ibu dan
adik-adikmu!””Besuk kita berangkat ke SMP “”Ya Pak !jawab mamad sambil
memeluk pak dirman dan jatuhlah mutiara bening dari kedua bola matanya.
Secepatnya mamad berlari pulang dengan perasaan gembira yang meluap-luap.
Tiba di depan rumahnya yang kumuh mamad berteriak,”Ibu-ibu aku
pulang.””Ada apa mamad?,ucap ibunya dengan terbata-bata sambil menahan rasa
sakit di dadanya.Mamad lalu menceritakan apa saja yangbtelah dikatakan pak
dirman kepadanya.Bu darmi mendengarkan cerita mamad dengan seksama dan
tak terasa air mata ibu darmi pun membasahi pipinya.Mereka sekeluarga
bersyukur atas pertolongan pak dirman.Bagi mamad malam itu terasa lama untuk
menjemput pagi.Sulit sekali ia memejamkan mata .Memgingat esok akan kembali
sekolah.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
13
Ketika kokok ayam terdengar Mamad terbangun dari tidurnya.segera
bersiap berangkat ke rumah pak dirman. Tak lupa ia berpamitan pada
ibunya.Dengan baju seadanya tapi bersih dan rapi mamad melangkahkan kaki
dengan pasti dan perasaan riang gembira.Sampai di depan rumah pak dirman ia
menyambut mamad dengan penuh kasih saying.”Sudah makan pagi Mad?” Tanya
pak dirman.”Belum pak “,jawab mamad dengan jujur.”Ayo …..makan dulu!”kata
pak dirman.Lalu mereka menuju ruang makan dan makan bersama-sama dengan
keluarga pak dirma. Tak lupa mereka berdoa sebelum memulai makan.Selesai
makan pak dirman mengantarkan mamad ke SMP yang dituju dengan
mengendarai mobil berwarna merah.Hati mamad semakin senang karena
sebelumnya semua itu tak pernah dibayangkannya.
Akhirnya mamad bisa bersekolah di SMP yang diharapkan.Disekolah
itupun mamad diterima oleh semua teman-temannya karena ia rendah
hati,rajin ,cerdas dan periang,Sekolahnyapun berjalan dengan lancer hingga ia
selesai SMA dan selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
14
4. Masa Kuliah Mamad
Berkat kegigihan Mamad dalam bekerja sedikit demi sedikit dapat
mengumpulkan uang untuk melanjutkan sekolah.Awal tahun pelajaran telah
tiba.Si mamad bersama teman perkuliahannya.Joko ,Siti dan Aminah mengikuti
seleksi penerimaan mahasiswa baru.mereka mengambil jurusan ekonomi.pada
saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru ternyata hanya mamad yang
tertera di situ.rasa bahagia dan haru terpancar di sorot matanya.Iapun bergegas
pulang memberitahu ibunya”Assalamuallaikum…”Suara mamad terdengar ketika
memasuki rumah.”Waalaikum sallam.” Terdengar suara lirih ibunya.Mamad
langsung menuju kamar ibunya.Iapun segera menyalami tangan ibunya lalu
menciumnya.Setelahmelepas tangan ibunya mamadpun berkata,”Bu mamad
diterima jadi mahasiswa baru di Universitas Brawijaya
malang.”AlhamdulillahNak, Ibu ikut senang mendengarnya,tapi….?”jawab ibu
Darmi tidak melanjutkan kalimatnya.”Tapi apa,bu?”tanya Mamad.ibu diam
sejenak lalu menghela nafas panjang.tapi,apa bu apa yang membebani pikiran
ibu?”,desak mamad.Ibunya memandang tajam wajah mamad dengan penuh
makna.“Begini Nak!”, jawab ibunya terbata-bata.“Kalau kamu kuliah di
universitas sebesar itu, dari mana kamu memperoleh biaya?”, kata ibu.
“Sudahlah,Ibu tidak perlu kawatir, karena saat ini tabungan Mamad sudah cukup
untuk biaya kuliah, yang penting ibu cepat sembuh dan selalu berdoa untuk
keberhasilan Mamad”, lanjut Mamad.Ibunya tersenyum mendengar perkataan
Mamad.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
15
Pagi itu matahari bersinar cerah mengiringi langkah kaki Mamad menuju
kampus megah Universitas Brawijaya Malang, di tempat inilah Mamad akan
digembleng jadi seorang sarjana ekonomi yang handal. Mamad segera masuk ke
ruang perkuliahan dengan mata kuliah ekonomi dan bisnis.Tak lama kemudian
dengan senyum ramah pak Budi dosen muda itu masuk.”Selamat pagi
saudaraku.”sapa pak budi dengan ramah.”selamat pagi pak!”jawab para
mahasiswa serempak.ruangan menjadi henbing sejenak.Apa tujuan kalian kuliah
disini dengan mengambil jurusan ekonomi bisnis?”Tanya pak budi memecah
keheningan .Apa yang kalian harapkan setelah lulus kuliah dari sini/”Tanya pak
budi selanjutnya dengan serempak para mahasiswa menjawab.”ingin menjadi
seorang ahli ekonomi.ada lagi yang menjawab menjadi PNS .Saya ingin menjadi
pengusaha yang dapat membuka lapangan kerja baru.”kata mamad dengan
lantang.”Bagus!”Itulah para generasi yang diharapkan oleh bangsa dan Negara ini
karena mempunyai cita-cita yang luhur.”kata pak budi menggaris bawahi
perkataan mamad.””Seorang sarjana tidak harus menjadi PNS .Dengan usaha
keras banyak orang yang berhasil jadi pengusaha sukses.”kata pak budi
selanjutnya.Tidak terasa seratus duapuluh menit berlalu perkuliahan pagi itu
berakir.Mamad keluar ruangan dengan langkah pasti untuk mewujudkan cita-cita
yang telah digenggamnya.
Seiring waktu berjalan semester satu dilalui mamad dengan prestasi yang
gemilang.Demikian juga semester dua,tiga dan seterusnya mamad selalu
memeroleh IPK tidak kurang dari 3,5. Tak terasa semester akhir tiba.Kelulusan
telah diumumkan yang mana mamad memperoleh IPK tertinggi . Tibasaatnya
wisuda yang ditunggu oleh Mamad. Dalam hatinya bergetar saat namanya
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
16
dipanggil sebagai wisudawan terbaik. Dalam benaknya terbesit rasa bangga, haru
serta bahagia sampai dia menitikkan air mata dan ia teringat sosok perempuan
yang lemah tak berdaya akibat penyakit yang dideritanya. Setelah acara wisuda
berakhir ia bergegas pulang. “ibuuuu.............., ibuuuu.....................,Mamad jadi
sarjana...............................!” dengan tergesa-gesa ia kemudian menghampiri dan
memeluk ibunya. Sambil memeluk pundak anaknya Bu Darmi tersenyum penuh
kebanggaan dan kebahagian. “ Selamat anakku.................berkat usaha yang keras,
akhirnya kamu dapat menyelesaikan kuliahmu nak”, kata Bu Darmi.
Keesokan harinya atas saran Bu Darmi, maka pergilah Mamad ke rumah
pak Dirman. Pak Dirman pun menyambut kedatangan Mamad dengan penuh suka
cita. Mamad bercerita kepada pak Dirman bahwa ia telah berhasil menyelesaikan
kuliahnya dan sudah diwisuda dengan hasil yang memuaskan. Mendengar cerita
Mamad pak Dirman ikut merasa bahagia, beliaupun menanyakan apa yang akan
Mamad lakukan setelah ini.” Apa rencanamu selanjutnya, Mad?”, kata pak
Dirman. “Saya ingin mencari pekerjaan Pak”, kata Mamad. Pak Dirman pun
menawarkan pekerjaan pada Mamad agar dia membantu menjalankan usahanya.
Mamad pun menerima tawaran pak dirman, karena ia ingin membalas budi dan
ingin bisa membawa ibunya ke dokter.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
17
5. Keberhasilan Mamad
Hari demi hari Mamad menghabiskan waktunya bekerja ditempat pak
Dirman. Setiap bulan ia mendapatkan penghasilan yang lebih dari cukup, dari
penghasilan itu ia menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung dan yang
lainnya untuk membiayai sekolah adiknya serta membeli obat untuk ibunya.
Berkat kerja keras dan keuletan Mamad usaha pak Dirman semakin
berkembang pesat, Pak Dirmanpun merasa bahagia serta puas dengan pekerjaan
yang dilakukan Mamad. Suatu ketika disaatpulang dari bekerja, ia melihat
disepanjang jalan banyak anak kecil yang meminta- minta. Seketika itu ia teringat
akan masa kecilnya yang nasibnya hampir sama dengan anak tersebut. Dalam hati
Mamad terbesit keinginan menjadi pengusaha yang sukses dan membantu anak-
anak tersebut. Setibanya dirumah Mamadpun kembali berfikir ia ingin
mempunyai usaha sendiri.
Keesokan harinya Mamad mengutarakan keinginan tersebut kepada pak
Dirman, ia pun mendukung niat baik Mamad tersebut. Dengan modal dari
tabungannya Mamad membuka usaha sebuah bengkel. Berkat keuletan dan usaha
yang keras dari Mamad usaha yang didirikannya pun berkembang dengan pesat
dan membuka cabang di beberapa tempat.
Dari hasil usaha tersebut Mamad Dapat membiaya pengobatan ibunya
sampai sembuh, adik-adiknya pun dapat melanjutkan pendidikan hingga lulus
kuliah, ia pun tidak lupa dengan keinginannya untuk dapat membantu anak-anak
jalanan. Untuk menampung anak-anak jalanan tersebut ia mendirikan rumah
singgah dan membiayai sekolah mereka. Atas kebaikannya Mamad mendapat
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu
18
sebutan “ Mamad pengusaha dermawan”.Mamad tidak lupa akan kewajibannya
sebagai muslim yang selalu menyisihkan sebagian harta untuk fakir miskin.
Di Balik Beningnya Air Mata Ibu