web viewmakalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari ... jadi istilah “trait and...
TRANSCRIPT
TEORI KARIR TRAIT AND FACTOR
OLEH :
NAMA : WA ODE NURHALIMA
FENYATI
MUHAMMAD YASMIN
SEMESTER : IV
KELAS : B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Teori Karir Trait And Factor”.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Baubau, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................
3.1. Teori Trait and Factor......................................................................
a. Proses..........................................................................................
b. Hasil............................................................................................
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli
perkembangan karir seperti Frank Parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson, J.G.
Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota (Munandir,
1996).
Istilah “trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur
melaui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk
penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah “trait and factor” merujuk pada
penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok
pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus
konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara
intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan
klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and
Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif
(directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan
perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut
konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai
“clinical counseling”.
Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para
ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan
bahwa konseling ini benar-benar bersifat “directive”.
BAB II
LANDASAN TEORI
Asal-usul teori trait-and-factor dapat ditelusuri ke masa Frank Parsons. Teori
tersebut menegaskan bahwa karakter klienlah yang harus pertama kali dinilai, dan
kemudian dicocokkan secara sistematis dengan faktor-faktor yang terlibat di
dalam berbagai jabatan. Pengaruh teori ini terbesar sangat luas pada masa Depresi
Besar, ketika E. G. Williamson (1993) mempelopori penggunaannya. Pada tahun
1950-an dan 1960-an teori tersebut mulai ditinggalkan, tetapi muncul kembali
dalam bentuk yang lebih modern, yang dapat dikarakteristikkan sebagai
“struktural” dan tercemin dalam hasil kerja para peneliti seperti John Holland,
(1997). Teori ini selalu menegaskan keunikan setiap orang. Penganjur teori ini
berpendapat bahwa kemampuan dan karakter seseorang harus diukur secara
objektif dan kuantitatif. Motivasi pribadi dianggap relatif stabil. Jadi, kepuasan
dalam jabatan tertentu bergantung pada kecocokan antara kemampuan seseorang
dengan persyaratan suatu pekerjaan.
Sebagaimana terungkapkan dalam karya tulis Parson dan Williamson. Ciri khas
dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memiliki pola kemampuan dan
minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas-kualitas
apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Pandangan ini terutama
menyoroti bagaimana seseorang akan membuat pilih karier (vocational carir) yang
dapat dipertanggung jawabkan. Ditemukan beberapa kelemahan yang melekat
pada teori ini. Banyak ahli dalam bidang psikologi jabatan mempertanyakan
asumsi-asumsi yang melandasi pandangan ini, yaitu “ bagaimana setiap orang
hanya terdapat satu jabatan yang cocok baginya” dan “ pilihan jabatan (carier
choice) terutama didasarkan pada identifikasi kemampuan pertemuan individual
melalui testing”. Teori Trait and Factor dinilai tidak banyak sumbangan untuk
memperoleh konsepsi yang menyeluruh tentang proses perkembangan karier
seseorang.
Veron G. Zonker dalam bukunya (1986)mengutup karangan D.Brown (1984)
mengatakan bahwa kalangan pendukung Trait and Factor sebenarnya tidak
membela penggunaan testing secara berlebihan dalam konseling. Pandangan ini
mempunyai relevansi bagi bimbingan karier dan konseling di institusi pendidikan.
Data diri peserta didik (data psikologis) merupakan bahan pertimbangan penting
dalam merencanakan karier. Dengan demikian, pandangan Trait and Factor
diperluas sehingga dapat menghasilkan suatu pendekatan praktis dalam konseling
karier.
Manrihu (1985 : 64) menjelaskan bahwa teori trait an factor termasuk ke dalam
teori structural. Teori trait and factor memandang individu sebagai organisasi
kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan
persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang
perbedaan-perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan
karir dan kepuasan.
Dalam bentuk modernnya, teori ini menegaskan sifat interpersonal dari karier dan
gaya hidup yang terkait dengannya selain persyaratan kinerja dari posisi
pekerjaan. Holland (1997) menyebutkan enam kategori klasifikasi tipe
kepribadian dan lingkungan pekerjaan: realistis, investigatif, artistik, sosial,
enterprising (berani berusaha), dan konvensional (RIASEC). Dilihat dari
peringkat gengsinya, Investigatif (I) menduduki peringkat tertinggi, diikuti oleh
enterprising (E), artistik (A), dan sosial (S) yang kurang lebih mempunyai
peringkat gengsi yang sama. Peringkat gengsi terendah adalah realistis (R) dan
konvensional (C) (Gottfredson, 1981).
BAB III
PEMBAHASAN
Teori Trait and Factor berawal dari masa Frank Parsons, dalam teori ini hal yang
paling ditegaskan yaitu karakter klienlah yang harus pertama kali dinilai, dan
kemudian dicocokkan secara sistematis dengan faktor-faktor yang terlihat dalam
berbagai tingkatan atau jabatan. Teori Trait and Factor sempat ditinggalkan pada
tahun 1950 sampai 1960an. Tetapi muncul kembali dalam bentuk yang lebih
modern yang mempunyai karakteristik terstruktur.
Bentuk modern dari teori Trait and Factor ini menegaskan sifat interpersonal atau
hubungan antar perseorangan dengan karir dan gaya hidup yang terkait dengannya
selain persyaratan kinerja dari posisi pekerjaan.Holland menyebutkan enam
kategori klasifikasi tipe kepribadian dan lingkungan pekerjaan : realistis adalah
sesuatu hal yang sudah nyata atau suatu kejadian rill yang benar-benar terjadi.
Investigatif adalah merekam fakta dan melakukan peninjauaan, dengan melalui
percobaan. Artistik adalah penggambaran, bakat seni. Sosial adalah memiliki
tingkah laku berusaha ingin membantu orang lain dan tidak mempunyai gengsi,
untuk menolong orang lain. Enterprising adalah berani berusaha dan tidak
mengedepankan gengsi dalam suatu perbuatan yang dilakukannya.
3.1 Teori Trait and Factor
Asumsi
Dalam asesmen trait ini, parson (Sharf, 1992: 17) mengajukan bahwa untuk
memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki :
Pengertian yang jelas mengenai diri sendiri, sikap, minat, ambisi, batasan sumber
dan akibatnya
Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses, keuntungan dan kerugian,
kompensasi, kesempatan dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang
berbeda-beda, dan
Pemikiran yang nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau
fakta-fakta ini
Konsep Teori Trait and Factor
Pada dasarnya teori trait and factor menyatakan bahwa pemilihan karir individu
sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan (abilities), minat (interest), prestasi
(achievement), nilai-nilai (values) dan kepribadian (personality) dengan dunia
kerja (world of work).
Tahap 1 : Memperoleh Pemahaman Diri
Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut.
Bakat (Aptitudes)
Digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan
kemampuan individu untuk melaksanakan tugas.
Prestasi (Achievements)
Sharf (1992:22) mengemukakan bahwa “ achievements refer to a board range of
events that individuals participate in and accomplish during their lifetime”.
Prestasi dapat dibagi ke dalam tiga tipe, yaitu : pertama, prestasi akademik,
biasanya diukur dengan angka, tetapi dengan skor tes khusus. Kedua, prestasi
dalam kerja, seperti kesempurnaan tugas-tugas. Ketiga, yang sangat cocok dengan
teori trait and factor, yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk
memasuki dunia kerja. Prestasi dapat diukur secara kuantitatif melalui tes-tes yang
digunakan untuk memasuki salah satu profesi.
Minat (Interests)
Diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997 : 370). Minat
adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat
dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam
mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan
sesuatu menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock (1986 : 144)
mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
Nilai-nilai (Values)
Melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk
memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang sangat penting dalam
konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia keja. Adapun maksud
dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu
memutuskan arah karir yang jelas.
Kepribadian (Personality)
Pengukuran dari kepribadian telah menjadi area penting dari belajar dan berguna
untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal
terdapat tiga jenis instrument untuk mengukur kepribadian individu, yaitu
California Psychological Inventory (CPI), The Sixteen Personaity Factor
Questionaire (16 PF) dan the Edwards Personal Preference Schedule (EPPS).
Konselor dapat mencocokkan profil kepribadian konseli dengan karir yang cocok.
Tahap 2 : Memperoleh Pengetahuan tentang Dunia Kerja
Informasi pekerjaan ialah unsur penunjang kedua dari teori tarit and factor. Peran
konselor adalah membantu konseli untuk untuk mengumpulkan informasi
pekerjaan. Untuk mengumpulkan informasi tidak perlu tergantung hanya kepada
pengetahuan karir seorang konselor, tetapi menggunakan banyal sumber untuk
menambah pengetahuan ini. Terdapat tiga aspek penting terkait dengan informasi
pekerjaan, yaitu:
Menggambarkan pekerjaan, kondisi pekerjaan atau masalah gaji;
Peneglompokkan pekerjaan;
Membantu mengetahui karakteristik dan kebutuhan untuk masing-masing
pekerjaan.
Jenis-jenis informasi pekerjaan. Informasi pekerjaan dapat di eksplorasi dari
berbagai sumber yang berbeda, contohnya melalui brosur yang dibuat oleh
asosiasi pekerjaan propersional, famflet, yang bias didapatkan melalui penerbit
khusus yang mengenai tentang informasi pekerjaan. Tipe informasi yang paling
penting untuk konselor adalah mengetahui uraian tentang beberapa jenis uraian
tentang berbagai jenis pekerjaan.
System klasifikasi. Karena system klasifikasi ini dapat membingungkan dan
banyaknya informasi yang tersedia bagi konselordan konseli, system klasifikasi
ini perlu disusun untuk informasi pekerjaan. System kalsifikasi ini telah
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Tahap 3 : mengitegrasikan informasi tentang diri dan dunia kerja
Langakah ketiga ini adalah mengintegrasikan informasi tentang diri dan dunia
kerja. Informasi pekerjaan diindikasikan dengan bahan-bahan, penerimaan
ketertarikan atau minat, nilai, dan karakter pribadi yang dibutuhkan setiap
pekerjaan.
Peran Konselor
Peran konselor adalah memberikan berbagai informasi mengenai jenis-jenis
pekerjaan, syarat-syarat dan tuntutannya serta prospek bagi individu. Kemudian
konselor diharapkan harus mampu membantu konseli memilih pekerjaan atau
karir tertentu yang sesuai dengan kepribadian, minat, bakat serta kemampuannya.
Dari analisis data sensus dengan menggunakan kode Holland, Reardon, Bullock,
dan Meyer (2007) memastikan bahwa distribusi tipe Holland tidak simestris.
Mereka menemukan bahwa dari tahun 1960 sampai 2000 “area Realistis berisikan
jumlah individu pekerja paling banyak dan area Artistik mempunyai jumlah yang
terkecil” (p.266). kesenjangan antara jumlah individu yang dipekerjakan pada area
Realitis dan Enterprising menurun selama lima dekade dimana pada tahun 2000
jumlah individu yang bekerja di kedua area ini hampir setara. Yang menarik, area
Investigasi mengalami peningkatan dua kali lipat selama masa ini, sementara
keempat area lain relatif lebih stabil. Terlepas dari faktor usia, antara 75-85%
pekerja pria bekerja di area Realistis dan Enterprising; wanita lebih bervariasi dan
terkonsentrasi pada arae Konvensional, Realistis, Sosial, dan akhir-akhir ini, area
Enterprising.
Kepuasan pribadi dalam lingkungan pekerjaan bergantung pada sejumlah faktor,
tetapi yang paling penting adalah tingkat kecocokan antara tipe kepribadian,
lingkungan pekerjaan, dan kelas sosial (Gade, Fuqua, & Hurlburt, 1988; Holland
&Gottfredson, 1976; Savickas, 1989; Trusty, Robinson, Plata, & Ng, 2000).
Juga sebagai pedoman umum, dengan beberapa pengecualian, “wanita lebih
menghargai tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa, pria lebih
menghargI tugas yang berhubungan dengan matematika” (Trust et al., 2000, p.
470). Beberapa faktor non psikologis, seperti ekonomi atau pengaruh cultural,
berpengaruh pada mengapa pekerja professional dan nonprofessional menerima
dan mempertahankan pekerjaannya (Brown, 2007; Salomone & Sheehan, 1985).
Bagaimanapun juga, seperti ditekankan oleh Holland, penting bagi
individu untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang dirinya sendiri dan
lingkungan pekerjaannya, untuk bisa mengambil keputusan tentang karier dengan
bijaksana. Menurut Holland, ada kode tiga huruf yang mewakili kepribadian
seorang klien secara keseluruhan, yang dapat dicocokkan dengan tipe lingkungan
pekerjaan. Kode tiga huruf ini cenderung relative stabil sepanjang masa kehidupan
seseorang, dimulai sejak sekolah menengah atas (Miller, 2002). Berdasarkan
profil SAE, individu dibagi menjadi tipe sosial, artistic, dan enterprising. Adalah
interaksi dari kode huruf ini yang memengaruhi kecocokan seseorang dalam suatu
lingkungan pekerjaan. Miller (1998) menyarankan bahwa, daripada menggunakan
tiga skor tertinggi pada heksagon Holland untuk tujuan tersebut, dua skor
tertinggi, dua skor tengah, dan dua terendah harus dipasangkan dan disajikan
untuk memberikan kepada klien suatu gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh
mengenai profil kepribadiannya dan kemiripannya dengan orang lain dalam suatu
karier tertentu. Untuk criteria yang pertama, profil Donald Super akan menjadi
S/I/R sementara John Holland akan menjadi A/E/IR/SC (Weinrach, 1996).
Konseling trait-and-factor terkadang digambarkan secara keliru sebagai
“tiga wawancara dan sekumpulan omong kosong”. Sesi wawancara pertama
dilangsungkan untuk mengenal latar belakang klien dan memberikan tes. Klien
kemudian menjalani rangkaian pengetesan dan kembali untuk wawancara kedua
guna mengetahui hasil tes yang diterjemahkan oleh konselor. Pada sesi ketiga,
klien meninjau pilihan-pilihan karier sesuai data yang dipaparkan dan dikirimkan
oleh konselor untuk mencari informasi lebih jauh lagi mengenai karier yang
spesifik. Williamson, (1972) pada dasarnya menerapkan teori ini untuk membantu
klien mempelajari keahlian manajemen diri sendiri. Tetapi seperti yang dicatat
oleh Crites (1969, 1981), para konselor karier trait-and-factor terkadang
mengabaikan realitas psikologis dari pengambilan keputusan dan gagal
meningkatkan keahlian swabantu dalam diri klien mereka. Konselor semacam itu
kemungkinan terlalu menekankan pada informasi tes, yang akan dilupakan oleh
klien atau bahkan dibengkokkan.
Konseling karir ciri dan factor ( trait and factor career counseling ) dikenal
memiliki latar belakang sejarah pada bidang psikologi yang difokuskan pada
identifikasi dan pegukuran perbedaan individu dalam tingkah laku manusia
(Anastasi, 1958; Patterson, 1930; Tayler, 1965. Teori ciri dan factor
merupakansatu dari keseluruhan orientasi dalam proses psikologi vokasional
untuk menggambarkan dan menjelaskan pembuatan keputusan karir berdasarkan “
kesesuaian individu dengan pekerjaan“. Terbuat dari tiga asumsi atau prinsip:
Berdasararkan karakteristik khusus psikologisnya setiap pekerja disesuaikan
stepat mungkin pada suatu jenis pekerjaan khusus;
Kelompok pekerja yang berbeda pekerjaan mempunyai karakteristik psikologi
yang berbeda;
Berbagai penyesuaian kerja langsung dengan perjanjian antara karakteristik
pekerja dengan tuntutan kerja.
Iformasi pekerjaan
Informasi pekerjaan dalam konseling karir trait and factor dikemukakan
oleh Brayfield (1950) yang dibedakan dalam 3 fungsi:
Informasi (informational). Konselor memberikan informasi kepada konseli
seputar pekerjaan untuk memastikan suatu pilihan yang telah dibuat, untuk
memutuskan dua buah pilihan yang sama menarik dan cocok, atau hanya
meningkatkan pengetahuan konseli tentang pilihan yang realistis.
penyesuaian kembali (readjustive). Konselor memperkenalkan informasi
pekerjaan agar konseli memiliki suatu dasar nyata untuk menguji suatu pilihan
yang tidak sesuai, prosesnya sebagai berikut.
Konselor pertamakali memberikan pernyataan awal mengenai ciri dari pekerjaan
atau bidang yang telah dipilih oleh klien. Kemudian, konselor memberikan
informasi akurat yang membuat konseli memperoleh pandangan tentang cara
pandang ilusinya yang membuat pikiran atau pekerjaan dan bidang tersebut tidak
cocok dengan tujuan kenyataan. Pada saat ini biasanya konselor dapat mengubah
interview menjadi pertimbangan dari dasar yang realistis dimana pilihan pekerjaan
yang cocok dientukan (Brayfiled, 1950, p. 218).
Motivasi (motivational). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk
melibbatkan konseli secara aktiv dalam pengambilan keputusan. Untuk
mempertahankan kontak dengan konseli yang bebas hingga mereka bertanggung
jawab dengan piihan mereka, dan menjaga motivasi untuk pilihan apabila kegiatan
konseli pada saat ini tidak sesuai dengan tujuan jangka panjangnya.
Christensen (1949) dan Baer & Roeber (1951) mengembangkan teori
Brayfield dengan menambahkan:
1). Eksplorasi (exploration). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk
membantu konseli mengeksplorasi dunia kerja secara baik dari bidang
pekerjaan tersebut.
2). Keyakinan (Assurance). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk
meyakinkan konseli pilihan pekerjaannya cocok atau menghilangkan yang
tidak cocok.
3). Evaluasi (Evaluation). Konselor menggunakan informasi pekerjaan untuk
memeriksa keyakinan dan kesinambungan pengetahuan dari konseli tersebut
dan pemahamannya dari pekerjaan tersebut atau sejenisnya.
4). Mengejutkan (Startle). Konselor menggunakan informasipekerjaan
untukmemeriksa apakah konseli menunjukkan tanda-tanda yakin atau tidak
setelah melalui beberapa hal.
Baer dan Roeber (1951, p. 426) meneliti bahwa kategori-kategori tersebut
untuk tujuan dan penekanan berbeda dalam penggunaan informasi pekerjaan.
Namun kategori-kategori tersebuttidak selalu eksklusif. Mereka tumpang tindih
karena satu kategori biasanya mengarah ke yang lain.
Sama seperti dalam pemahaman tes, pelaksanaan konseling karir trait and factor
berbeda bagaimana mereka menggunakan informasi pekerjaan. Beberapa cukup
memiliki pengetahuan tentang dunia kerj hingga mereka dapat menyampaikannya
secara lisan dalam interaksi dengan konseli.mungkian menyampaikan informasi
ini lewat pamflet atau alat lainnya. Yang lain membawa materi tertulis yang
dibawa dalam interview bersama konseli mereka. Prosedur ini sering mengubah
sifat hubungan, konselor berubah peranan dari rekan kerja atau fasilitator menjadi
ahli atau guru dan konseli menjadi siswa. Keadaan ini dapat diatasi dengan
konseli membaca terlebih dahulu materi sebelum wawancara. Sayangnya, banyak
konselor melakukan hal ini hanya agar konseli pergi ke data pekerjaan, ageni
konseli atau ke perpustakaan. Membiarkannya tanpa dukungan hubungan
konseling dengan para konseli yang cenderung pasif dan reaktif, tidak
menggumpulkan informasi pekerjaan bagi mereka sendiri dan hasilnya tahap
pembuatan keputusan karir diabaikan. Kalaupun ada konseli yang memiliki
inisiatif untuk memperoleh informasi, namun konselor harus terlibat dalam
tahapan terakhir yang penting ini.
MATERI
Untuk menggambarkan model dan metode konseling karir trait and factor
dengan materi kasus yang aktual. Seorang perwakilan konseli dari universitas
konseling telah dipilih. Seorang pria berusia 18 tahun Mark. S melakukan 3
wawancara setiap minggunya dalam waktu sebelum libur natal semester
pertamanya. Sperti yang diterapkan dalam lembaga itu, dia dihadapkan dengan
interviwe untuk disposisi. Dia diterima sebagai konselor pekerjaan dan dikirim
kepada konselor senior (full time) yang dia temui berikutnya. Materi yang
dikumpulkan dalam kasus ini berupa kutipan wawancara, hasil tes, data biografi
dan demografi dan seterusnya yang telah diatur menurut model konseling karir
diri dan fakor yaitu: diagnosis, proses dan hasil. Metode wawancara , interpretasi
tes, konseling karir didiskusikan dalam hubungannya dengan model tersebut, yang
sebelumnya bermakna bagi penerapan selanjutnya.
DIAGNOSIS
Dalam diagnosis sebagai sebuah contoh konseling yang dikemukakan
adalah konseli yang masih ragu dalam pilihan karirnya. Seperti kita ketahui
konseli yang ragu membutuhkan dukungan data dalam hal ini dari hasil
wawancara dengan konselor dalam rangaka meyakinkan dengan keputusan
pemilihan karirnya untuk masadepan. Disini konselor dituntut untuk bisa
mengumpulkan data-data pendukung yang kuat sebagai dasar bagipemilihan
keputusan karir konseli. Adapun cara yang ditempuh dalam pengumpulan data
melalui wawancara dan disertai tes. Tes-tes tersebut misalnya Meirer Art
Judgment Test dan American Collage Test (ACT), yang berfungsi untuk melihat
bakatnya. Konselor harus bisa memperkirakan minat onseli dengan 2 alasan, yaitu
untuk penegasan pada minat utama konseli dan untuk mengidentifikasi
kemungkinan minat lain pada konseli yang tidak sama dengan minat utamanya.
Dalam wawancara konselor harus bisa menggali lebih jauh tentang diri
konseli sebagai usaha untuk melengkapi data konseli yang nantinya akan
dijadikan acuan dan pendukung dalam penentuan pemilihan keputusan karir.
Dengan tujuan akhir konseli mampu menyelesaikan permasalahan pemilihan
keputusan karir secara mandiri.
a. Proses
Dalam prosesnya konselor melakukan wawancara yang diawali dengan
tes. Penafsiran tes harus dilakukan oleh konselor untuk melihat kecenderungan
minat dan bakat konseli. Sekor tes harus dicatat dan dibandingkan dengan hasil
tes orang lain yang mempunyai bakat yamg sama, jadi disini akan terlihat
kemampuan konseli yang sebenarnya. Terkadang konseli bertanya pada konselor,
disini konselor harus bisa meyakinkan konseli pada jalur pilihan kariryang seesuai
dengan bakat dan minatnya. Dalam prosesnya juga konseli dianjurkan untuk
mewawancarai seorang figur akhli terkenal dalam bidang yang sesuai dengan
bakatnya, dalam rangka mendukung keyakinan pilihan karirnya. Konselor pun
bisa mengkombinasikan jalur-jalur karir yang terkait dengan bakatnya. Proses
konseling karir berakhir dengan konseli merasa lebih baik dalam arti konseli
mampu memeilih karir secaratepat sesuai minat dan bakatnya.
b. Hasil
Setelah melalui proses diatas, hasil yang diharapkan dari konseling karir Trait and
Factor ini adalah perwujudan hasil perencanaan karir konseli untuk masadepan
yang sesuai dengan minat dan didukung pula oleh bakatnya serta memenuhi
syarat-syarat dari pekerjaan yang diminatinya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah mengetahui pengertian, teori-teori, tahap-tahap dan bagaimana
peran konselor di dalam trait and factor. Dalam hal ini konselor sebaiknya
mengarahkan konseling pada pemahaman konseli mengenai dirinya atau self
concept, untuk memudahkan pengintegrasian dengan pekerjaan atau karir
tertentu.pada saat konseling berlangsung, konselor diharapkan mampu
menggambarkan pilihan karir yang diharapkan oleh konseli. Pada saat konseli
mengungkapkan perasaan mengenai suatu pekerjaan, konselor harus dapat
mengungkapkan alas an dibalik munculnya perasaan tersebut. Pilihan karir
sifatnya kontemporer yang dapat berubah bila konseli menemukan pendapat baru
mengenai pekerjaan yang dirasakan sesuai dengan bakat, prestasi, minat, nilai,
dan kepribadiannya.
4.2 Saran
Hendaknya setelah kita mempelajari makalah ini kita dapat menghindari
sifat angkuh dalam kehidupan sehari- hari karena dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain. Dampak dari sifat angkuh sangat tidak baik bagi orang tersebut.
1. Manfaat konselor :
Bermanfaat bagi konselor dalam membantu konseli, selain itu Menjadi
sebuah pengalaman yang baru bagi kami yang masih awam tentang bagaimana
cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya
mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan trait and factor
2. Manfaat konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang alami,
agar ia dapat mengendalikan dirinya.kemudian mendapatkan gambaran untuk bisa
mengambil keputusan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya di
kemudian hari.
3. Manfaat Orang Tua :
Agar Orang Tua dapat mengerti dan memahami anaknya yang sedang
mengalami masalah dan lebih peka terhadap kondisi yang di alami oleh anak dan
menjadi figur yang lebih perduli terhadap masalah yang dihadapi anak.
4. Manfaat Bagi pembaca pada umumnya :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar keluarga
maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Suherman, Uman. Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
W.S.Winkel dan Sri Hastuti. 2013. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.