perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · web...

68
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY TAHUN 2009-2029 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY terdiri dari rencana struktur ruang dan pola ruang. Rencana pengembangan struktur ruang meliputi rencana pengembangan sistem perkotaan, pengembangan infrastruktur wilayah dan pengembangan kawasan strategis sedangkan rencana pola ruang meliputi rencana pola ruang kawasan lindung, kawasan budidaya, dan rencana daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 6.1 6.1 Rencana Struktur Ruang Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara Hirarkis memiliki hibungan fungsional. Dengan demikian, rencana struktur ruang di Provinsi DIY meliputi rencana sistem pengembangan sistem jaringan perkotaan dan perwilayahan serta rencana sistem jaringan prasarana. 6.1.1 6.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Provinsi DIY Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Provinsi DIY Secara alamiah, dalam suatu wilayah akan terdapat banyak kota yang masing-masing memiliki ukuran tersendiri, baik dari jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas, aktifitas ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, tiap-tiap kota dalam wilayah tersebut akan memiliki peranan masing-masing sehingga perlu adanya suatu arahan pembangunan dari suatu wilayah agar tiap-tiap kota yang ada dapat berfungsi sesuai dengan peranannya masing-masing. Salah satu metode penataan fungsi perkotaan dalam suatu wilayah adalah model Hirarki perkotaan. Penataan hirarki perkotaan dimaksudkan agar perkembangan antar satu kota dengan kota lain RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 1

Upload: buiphuc

Post on 03-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY TAHUN 2009-2029

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY terdiri dari rencana struktur ruang dan pola

ruang. Rencana pengembangan struktur ruang meliputi rencana pengembangan sistem

perkotaan, pengembangan infrastruktur wilayah dan pengembangan kawasan strategis

sedangkan rencana pola ruang meliputi rencana pola ruang kawasan lindung, kawasan

budidaya, dan rencana daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

6.16.1 Rencana Struktur Ruang Rencana Struktur Ruang

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana

dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang

secara Hirarkis memiliki hibungan fungsional. Dengan demikian, rencana struktur ruang di

Provinsi DIY meliputi rencana sistem pengembangan sistem jaringan perkotaan dan

perwilayahan serta rencana sistem jaringan prasarana.

6.1.16.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Provinsi DIYRencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Provinsi DIY

Secara alamiah, dalam suatu wilayah akan terdapat banyak kota yang masing-masing

memiliki ukuran tersendiri, baik dari jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas, aktifitas

ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, tiap-tiap kota dalam wilayah tersebut akan memiliki

peranan masing-masing sehingga perlu adanya suatu arahan pembangunan dari suatu

wilayah agar tiap-tiap kota yang ada dapat berfungsi sesuai dengan peranannya masing-

masing.

Salah satu metode penataan fungsi perkotaan dalam suatu wilayah adalah model Hirarki

perkotaan. Penataan hirarki perkotaan dimaksudkan agar perkembangan antar satu kota

dengan kota lain dapat berjalan dengan sinergis. Dalam suatu wilayah, perlu ditentukan

kota-kota mana yang menjadi pusat kegiatan dalam lingkup regional dan kota-kota mana

yang menjadi pusat kegiatan dalam lingkup lokal. Implikasi dari penentuan fungsi kota ini

adalah adanya perbedaan akan kebutuhan sarana, prasarana, maupun infrastruktur yang

diperlukan oleh masing-masing kota berdasarkan hirarkinya.

Pada dasarnya rencana konsep pengembangan sistem perkotaan di Provinsi DIY 2007-

2027 akan memaduserasikan dengan konsep point development pada RTRW Provinsi DIY

2002-2007. Hal ini dikarenakan Hirarki kota disusun dengan kriteria formal seperti

penjelasan di atas yang berdasarkan kriteria formal (pemerintahan, kesehatan, pendidikan

dan sebagainya) dan kriteria fungsional. Sistem kota-kota di daerah meliputi satu kota

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 1

Page 2: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Yogyakarta, empat Ibukota Kabupaten (Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari) dan 54

Ibukota Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul.

Sistem kota-kota di daerah terlihat dalam konteks wilayah serta keterkaitannya satu sama

lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari :

Kota Hirarki I

Kota Hirarki I memiliki fasilitas yang paling lengkap pada suatu wilayah, dan memiliki

kegiatan perindustrian yang besar, jasa perdagangan dan perbankan skala

internasional, serta pelayanan-pelayanan lain dalam skala nasional, seperti universitas

dan rumah sakit. Dengan demikian, hampir semua kebutuhan Kota Hirarki I dapat

dipenuhi sendiri, misalnya untuk bahan pangan, dapat mengolah bahan baku hasil

produksi daerah hinterland menjadi bahan jadi dan selanjutnya memasarkan bahkan

mengeksport bahan jadi tersebut. Di lain pihak, daerah hinterland di sekitar Kota Hirarki

I membutuhkan faktor-faktor produksi yang dihasilkan Kota Hirarki I, seperti modal,

mesin, dan lain-lain. Kota yang memiliki fungsi seperti ini disebut juga Growth Pole atau

pusat perkembangan dari suatu wilayah.

Kota Hirarki I yaitu : Kota Yogyakarta.

Kota Hirarki II

Kota Hirarki kedua adalah kota yang berorientasi ke Kota Hirarki Pertama mempunyai

fasilitas yang kurang lengkap dibandingkan dengan Hirarki Pertama, pada umumnya

terletak pada jalan nasional atau jalan Provinsi dan memiliki terminal penumpang.

Industri yang ada pada Kota Hirarki Kedua umumnya berbentuk agro industri. Fungsi

lain Kota Hirarki Kedua adalah sebagai penyedia tenaga kerja, lokasi fasilitas jasa

regional seperti rumah sakit, sekolah menengah dan perguruan tinggi, perbankan, dan

pusat distribusi hasil-hasil pertanian.

Kota Hirarki II yaitu : Ibu Kota Kabupaten (IKB) Sleman, Ibu Kota Kecamatan (IKK) Godean, IKK Gamping, IKK Depok, IKK Pakem, IKK Prambanan, IKB Bantul, IKK Piyungan, IKK Imogiri, IKK Srandakan, IKK Kasihan, IKK Sewon, IKK Banguntapan, IKB Wonosari, IKB Wates.

Kota Hirarki III

Kota Hirarki Ketiga pada umumnya terletak pada jalan provinsi atau jalan kabupaten

dan pada hakikatnya adalah sebagai penghubung antara daerah perkotaan dengan

daerah perdesaan. Kota ini berfungsi sebagai pusat suatu wilayah perdesaan yang

besar, dan memiliki beberapa pelayanan yang sering dilakukan maupun tidak setiap

hari, seperti pasar, penyimpanan produksi, penyortiran produksi pertanian, pelayanan

jasa keuangan, perdagangan, pertukaran barang, dan jasa pengangkutan. Jasa lain

yang tersedia pada Kota Hirarki Ketiga adalah pendidikan, kesehatan, sosial, dan

administrasi. Lapangan pekerjaan yang tersedia pada Kota Hirarki Ketiga umumnya

berkaitan dengan kegiatan pertanian untuk menampung tenaga kerja yang berlebihan

pada daerah pedesaan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 2

Page 3: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Kota Hirarki III yaitu : IKK Temon, IKK Nanggulan, IKK Sentolo, Satuan Permukiman (SP) Dekso, IKK Galur, IKK Kretek, IKK Sedayu, IKK Minggir, IKK Moyudan, IKK Tempel, IKK Kalasan, IKK Berbah, IKK Playen, IKK Semanu, IKK Karangmojo, IKK Nglipar, IKK Semin, IKK Rongkop, IKK Mlati, IKK Ngaglik.

Kota Hirarki IV

Kota Hirarki Keempat berorientasi ke kota orde ketiga dan umumnya terletak pada jalan

kabupaten. Kota ini berfungsi sebagai pelayanan langsung jasa distribusi barang

barang kebutuhan perdesaan yang diperolehnya dari kota orde yang diatasnya, dan

pada saat yang bersamaan mengumpulkan hasil-hasil yang berasal dari daerah

perdesaan dan membawanya ke kota dengan orde di atasnya. Kota kecil ini

menyediakan pelayanan dasar seperti faktor produksi untuk pertanian dan barang

barang rumah tangga perdesaan untuk keperluan sehari-hari. Pada kota kecil ini

tersedia pasar kecil dan fasilitas penyimpanan sementara hasil-hasil pertanian. Di

samping itu, terdapat fasilitas pendidikan informal maupun formal.

Kota Hirarki IV yaitu : IKK Kokap, IKK Girimulyo, IKK Samigaluh, IKK Kalibawang, IKK Panjatan, IKK Lendah, IKK Pajangan, IKK Pandak, IKK Bambanglipuro, IKK Sanden, IKK Pundong, IKK Jetis, IKK Pleret, IKK Dlingo, IKK Seyegan, IKK Turi, IKK Cangkringan, IKK Ngemplak, IKK Patuk, SP Sambipitu, IKK Panggang, IKK Paliyan, IKK Ngawen, IKK Tepus, IKK Ponjong, SP Jepitu, IKK Girisubo, IKK Gedangsari, IKK Tanjungsari, IKK Saptosari, IKK Purwosari.

Pengembangan sistem kota-kota bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan dan

keselarasan pembangunan antar wilayah sesuai dengan fungsinya, daya dukung dan daya

tampung, lingkungan hidup guna mendukung struktur ruang yang telah direncanakan.

Adapun pengembangan sistem perkotaan di Provinsi DIY diarahkan sebagai berikut :

Kota Besar : Perkotaan Yogyakarta

Kota Sedang : IKB Bantul, IKB Sleman, IKB Wates, IKB Wonosari, IKK Depok

Kota Kecil : IKK Kasihan, IKK Sewon, IKK Banguntapan, IKK Srandakan, IKK

Kretek, IKK Piyungan IKK Pajangan, IKK Pandak,IKK Imogiri, IKK

Pleret, IKK Sentolo, IKK Nanggulan, IKK Samigaluh, IKK

Kalibawang, IKK Temon, IKK Galur, IKK Panjatan, IKK Lendah,

IKK Kokap, IKK Girimulyo; IKK Tempel, IKK Turi, IKK Pakem, IKK

Godean, IKK Gamping, IKK Seyegan, IKK Prambanan, IKK

Kalasan, IKK Mlati, IKK Ngaglik, IKK Patuk, IKK Playen, IKK

Semanu IKK Karangmojo, IKK Panggang, IKK Paliyan, IKK

Ngawen, IKK Ponjong, IKK Semin.

6.1.26.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan PKN, PKW dan PKL di Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan PKN, PKW dan PKL di

Provinsi DIYProvinsi DIY

Rencana perkotaan berdasarkan hirarkinya berguna untuk mendelineasi wilayah menjadi

Pusat Pengembangan Wilayah, karena SWP terdiri dari kotakota dengan hirarki tertinggi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 3

Page 4: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

sampai dengan hirarki terendah. Dalam menyusun rencana pembangunan daerah, SWP

bermanfaat untuk menentukan dimana saja lokasi suatu kegiatan yang diperlukan untuk

melayani SWP tersebut harus berada agar pelayanannya dapat optimal. Jika dikaitkan

dengan pengembangan wilayah, maka Kota Hirarki I dapat menjadi Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) ataupun Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Kota Hirarki II dapat menjadi

PKW, sedangkan Kota-kota Hirarki di bawahnya dapat menjadi Pusat Kegiatan Lokal

(PKL). Adapun keterkaitan antara hirarki kota, fungsi perkotaan, dan fasilitas yang ada,

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel VI.1Hirarki dan Kedudukan Kota dalam PKN, PKW dan PKL

HIERARKI KOTA KEDUDUKAN FASILITAS PELAYANAN INFRASTUKTUR

I Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Universitas/Akademi Rumah Sakit Type A Pusat Ekspor dan Impor Gedung Pusat Perbelanjaan Pusat Perbankan Kantor Pemerintahan Tingkat

Provinsi

Pelabuhan Udara (Primer),

Pelabuhan Laut (Utama)

Terminal Tipe A. Jalan Nasional

II Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Perguruan Tinggi Rumah Sakit Type B Pusat Ekspor dan Impor Pasar Induk Regional Pusat Bank Perkreditan Rakyat

Pelabuhan udara (sekunder),

Pelabuhan laut (pengumpan),

Terminal tipe B. Jalan Nasional Jalan Provinsi

III & IV Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

SMA Rumah Sakit Type C Puskesmas Pasar

Jalan Provinsi Jalan

Kabupaten Jalan KA Terminal Bis

Sumber: Hasil Rencana

Dengan memperhatikan sistem pelayanan dan prinsip pengembangan wilayah di Provinsi

DIY, maka sasaran pengembangan sistem kedudukan perwilayahan Provinsi DIY pada

masa mendatang ini adalah:

1. PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai

PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional. Kota yang diarahkan untuk

berfungsi sebagai pusat perkembangan wilayah yang mempunyai skala pelayanan

nasional di Provinsi DIY adalah wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

2. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai

PKW pada hirarki perkotaan berfungsi sebagai pusat pelayanan dalam lingkup wilayah

Provinsi DIY, meliputi Kawasan Perkotaan Sleman, Bantul, Wates (PKWp), Wonosari

(PKWp). Selain itu, daerah yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW adalah

daerah-daerah yang potensial atau daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

relatif tinggi, yaitu Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari.

3. PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL

berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu pada lingkup satu atau

lebih kabupaten. Terdiri dari Kawasan Perkotaan Kokap, Girimulyo, Samigaluh,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 4

Page 5: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Kalibawang, Panjatan, Lendah, Pajangan, Pandak, Bambanglipuro, Sanden, Pundong,

Jetis, Pleret, Seyegan, Turi, Cangkringan, Patuk, Dlingo, Panggang, Paliyan, Ngawen,

Tepus, Ponjong, Mlati, Ngaglik, Prambanan, Piyungan, Srandakan, Godean. Kota yang

tidak termasuk dalam kategori 1 dan 2 diharapkan dapat berkembang sesuai dengan

potensi wilayah masing-masing.

Mempertimbangkan pola perkembangan perkotaan dan keterkaitan antar wilayah yang

direncanakan maupun akibat dari kebijakan yang diberikan di masing-masing wilayah yang

ada di Provinsi DIY dimasa mendatang, Kebesaran Kota Yogyakarta pada akhirnya

menjadi magnet yang sangat besar dalam menarik distribusi barang dan jasa, urbanisasi,

investasi. Kecenderungan arah pergerakan yang monosentris ke arah Yogyakarta

mendorong kebutuhan pengembangan transportasi yang mengarah ke Yogyakarta terus

meningkat sehingga menjadikan kebijakan infrastruktur cenderung menumpuk memusat

dan memudahkan serta melayani pergerakan ke arah Surabaya.

Implikasi lebih jauh, Yogyakarta dan sekitamya (Kawasan Perkotaan Yogyakarta) semakin

dominan dan konsentrasi kegiatan perekonomian perkotaan cenderung akan berorientasi

ke wilayah ini. Keterbatasan luas lahan dan mahalnya harga tanah, mendorong investasi

khususnya industri dan permukiman mengarah keluar dari Kota Yogyakara, meskipun

cenderung masih tetap berorientasi ke Kota Yogyakarta dan jaraknya tidak jauh dari Kota

Yogyakarta. Sasarannya adalah lokasi atau wilayah-wilayah yang memiliki akses yang

sangat baik ke Yogyakarta dan cenderungnya adalah di sepanjang jalan arteri yang menuju

ke Yogyakarta. Wilayah-wilayah tersebut adalah:

Wilayah utara, barat dan timur Kota Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman yaitu

wilayah Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Sariharjo, Mlati, Godean dan Kalasan.

Wilayah selatan Kota Yogyakarta, di kabupaten Bantul yaitu wilayah Pleret, Piyungan,

Timbulharjo, Pendowoharjo, Dawen/Sedayu.

Akibatnya adalah terjadi interaksi yang intensif pada jalur-jalur tersebut. Kebutuhan

transportasi meningkat dan selanjutnya ádalah Koridor yang semakin dekat dengan

Yogyakarta adalah yang paling berkembang, munculnya potensi ketidak efisienan

pelayanan, penumpukkan transportasi, dan menunjukkan perkembangan Aglomerasi

Perkotaan Yogyakarta dan perkembangan Yogyakarta-Sleman-Bantul (Kartamantul) yang

konsentris/monosentris yaitu dengan pusat Kota Yogyakarta yang akhirnya akan

mendorong semakin dominan Kota Yogyakarta dan ketidak merataan pembangunan di

Provinsi DIY secara umum.

Dengan melihat kondisi di atas, ketimpangan antar wilayah kabupaten/kota telah terjadi di

wilayah Provinsi DIY, terutama untuk Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul.

Oleh sebab itu, maka pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi DIY diarahkan

dengan menciptakan pengembangan sentra-sentra kawasan khusus di setiap wilayah

Provinsi DIY sebagai upaya pola pemerataan. Pembagian strukur pengembangan wilayah

Provinsi DIY adalah sebagai berikut :

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 5

Page 6: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

1. Mengembangkan Pusat dan Sub Pusat Pengembangan Wilayah yang ditujukan

untuk mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar wilayah di

Provinsi DIY. Selain itu, Pusat Pengembangan Wilayah ini berperan dan berfungsi

sebagai kegiatan penunjang utama dalam lingkup lokal, regional, maupun Nasional.

Adapun pembagiannya yakni, sebagai berikut:

Pusat Pengembangan Wilayah Provinsi DIY adalah kota besar seperti Bantul,

Sleman, Wates (PKWp), dan Wonosari (PKWp).

Sub Pusat Pengembangan Wilayah adalah sebagian kota hierarki III dan IV dengan

kategori kota mengengah seperti Temon, Nanggulan, Sentolo, Satuan Permukiman

(SP) Dekso, Galur, Kretek, Sedayu, Minggir, Moyudan, Tempel, Kalasan, Berbah,

Playen, Semanu, Karangmojo, Nglipar, Semin, Rongkop, Mlati, Ngaglik.

Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Panjatan, Lendah, Pajangan, Pandak,

Bambanglipuro, Sanden, Pundong, Jetis, Pleret, Dlingo, Seyegan, Turi,

Cangkringan, Ngemplak, Patuk, SP Sambipitu, Panggang, Paliyan, Ngawen,

Tepus, Ponjong, SP Jepitu, Girisubo, Gedangsari, Tanjungsari, Saptosari,

Purwosari.

2. Mengembangkan Kota Satelit yang merupakan kota kecil sebagai daerah penunjang

bagi pusat pengembangan wilayah dan 'jembatan' masuk/akses untuk menuju ke pusat

dan sub pusat pengembangan wilayah lainnya di Provinsi DIY. Kota-kota yang menjadi

Kota Satelit yakni kota-kota kecil seperti: Turi, Godean, Seyegan, Pajangan, Patuk,

Pajangan, Dlingo, Cangkringan.

3. Mengembangkan Kawasan Sentra-sentra Kegiatan di Provinsi DIY sebagai

penunjang kegiatan perekonomian wilayah-wilayah di Provinsi DIY seperti sentra

produksi pertanian, wisata pantai dan kegiatan pesisir dan kelautan, lokasinya tersebar

di seluruh Provinsi DIY.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 6

Page 7: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.1 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi DIY

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 7

Page 8: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

6.1.36.1.3 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Provinsi DIYRencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Provinsi DIY

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan infrastruktur

transportasi darat, laut, udara, prasarana sumber daya air dan irigasi, energi,

telekomunikasi serta prasarana perumahan dan permukiman.

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah bertujuan:

1. Meningkatkan dan mempertahankan tingkat pelayanan infrastruktur transportasi

yang ada untuk mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan.

2. Mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau.

3. Meningkatkan dan mempertahankan jaringan irigasi yang ada dalam rangka

swasembada pangan.

4. Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi.

5. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur permukiman seperti: prasarana

pengolahan air bersih, IPLT/IPAL dan TPA sampah regional.

6.1.3.16.1.3.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi Darat, Laut danRencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi Darat, Laut dan

UdaraUdara

Tujuan utama pengembangan tata ruang wilayah Provinsi DIY dapat dibagi kedalam tujuan

peningkatan pertumbuhan wilayah Provinsi DIY secara serasi dengan wilayah-wilayah

lainnya di Indonesia dan tujuan pemerataan pembangunan intra wilayah di Provinsi DIY.

Jika dikaitkan dengan tujuan pengembangan tata ruang wilayah tersebut di atas, maka

tujuan pengembanganan sistem prasarana transoprtasi wilayah di Provinsi DIY adalah:

1. Mendukung peningkatan pertumbuhan wilayah Provinsi DIY secara serasi dengan

wilayah-wilayah lainnya yang meliputi:

a. Meningkatkan eksternalitas DIY dengan mengantisipasi adanya Joglosemar,

globalisasi dan jalan tol antar kabupaten kota.

b. Menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Provinsi DIY yaitu sektor

pertanian, agroindustri, pariwisata, kehutanan dan kelautan.

2. Mendukung pemerataan pembangunan yang meliputi:

a. Memperlancar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta meningkatkan

mobilitas penduduk Provinsi DIY ke dan dari luar wilayah Provinsi DIY.

b. Mengembangkan sistem jaringan arteri primer sebagai penghubung antar PKN dan

antara PKN dan PKW.

c. Mengembangkan jalan kolektor primer sebagai penghubung antar PKW antara

PKW dengan PKL.

d. Mengembangkan jaringan jalan tol sebagai penghubung PKN.

e. Mengembangkan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antara

pusat-pusat pertumbuhan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 8

Page 9: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

f. Mengembangkan transportasi terpadu dalam rangka mendukung pengembangan

PKN.

g. Mengembangkan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung PKN dan PKW.

Agar tujuan rencana pengembangan infrastruktur transportasi wilayah tersebut di atas

dapat mencapai tujuannya, diperlukan suatu pola pengembangan sistem infrastruktur

transportasi yang terpadu dalam satu kesatuan sistem transportasi darat, laut dan udara

serta integrasi dengan struktur tata ruang wilayah Provinsi DIY. Berikut ini akan diuraikan

masing-masing rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat, udara dan laut di

Provinsi DIY. Rencana pengembangan masing-masing sistem transportasi wilayah

meliputi pengingkatan fungsi dan tingkat pelayanan dari masing-masing sistem prasarana

transportasi yang ada di Provinsi DIY.

A. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat

Pengembangan jaringan sistem transportasi darat adalah penyesuaian atau

peningkatan fungsi dan tingkat pelayanan atau kapasitas jalan dan angkutan di

atasnya. Pengembangan sistem prasarana transportasi darat memiliki kriteria sebagai

berikut:

Tabel VI.2Kriteria Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Jalan

Jaringan Jalan Upaya Pengembangan Kriteria

Jaringan jalan arteri primer

dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar PKN, antar PKW dan antarkota yang melayani kawasan berskala besar dan/atau cepat berkembang dan/atau pelabuhan-pelabuhan utama

a) Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.

b) Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer;c) Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan

rencana paling rendah 60 Km/jam.d) Lebar perkerasan jalan arteri primer tidak kurang dari 8

meter.e) Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah

lalu-lintas regional, untuk itu lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas ulang alik dan lalulintas lokal yang bersumber dari kegiatan lokal.

f) Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

g) Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.

h) Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.

i) Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata.

j) Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain.

k) Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.

l) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti : rambu, marka, lampu pengatur lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan lain lain.

m) Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

n) Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.

Jaringan jalan kolektor primer

dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan wilayah dan/atau kawasan-kawasan berskala kecil dan/atau pelabuhan

a) Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.

b) Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

c) Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 Km/jam.

d) Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 m.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 9

Page 10: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Jaringan Jalan Upaya Pengembangan Kriteria

pengumpan regional serta pelabuhan pengumpan lokal.

e) Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.

f) Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

g) Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.

h) Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata.

i) Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

j) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti : rambu, marka, lampu pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.

k) Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.

l) Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lainnya.

Dengan melihat kriteria di atas maka rencana pengembangan infrastruktur transportasi

darat pada jaringan jalan bebas hambatan di Provinsi DIY yaitu :

Yogyakarta – Bawen

Yogyakarta – Solo

Yogyakarta - Cilacap

Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat pada jaringan jalan arteri

primer di Provinsi DIY yaitu:

Ruas jalan Yogyakarta-Semarang,

Jalan Lingkar Kota Yogyakarta,

Yogyakarta-Surakarta,

Yogyakarta-Cilacap,

Dengan melihat kriteria di atas maka rencana pengembangan infrastruktur transportasi

darat pada jaringan jalan kolektor primer di Provinsi DIY yaitu:

Ruas jalan Yogyakarta, Wonosari, Ngeposari, Pacucak, Bedoyo, Duwet.

Prambanan–Piyungan, Prambanan-Piyungan, Prambanan–Pakem, Pakem-Tempel,

Klangon–Tempel, Sedayu–Pandak, Palbapang–Barongan, Sampakan–Singosaren,

Ruas jalan Pantai Selatan (PANSELA), jalan Yogyakarta– Kaliurang, jalan

Yogyakarta–Parangtritis, Yogyakarta–Nanggulan (Kenteng),Sentolo–Nanggulan-

Kalibawang, Dekso–Samigaluh, Dekso–Minggir–Jombor, Bantul–Srandakan-Toyan,

Wonosari-Semin-Bulu, Wonosari-Nglipar, Semin-Blimbing, Pandanan-Candirejo,

Sambipitu– Nglipar-Semin- Nglipar-Gedangsari, Wonosari–Baron–Tepus–Baran-

Duwet, Sentolo–Pengasih-Sermo, Kembang–Tegalsari-Temon, Galur-Congot,

Sentolo-Galur, Milir–Dayakan-Wates, Prambanan-Piyungan, Prambanan–Pakem–

Tempel-Klangon, Palbapang-Samas, Sampakan-Singosaren, Sedayu-Pandak,

Palbapang-Barongan, Srandakan-Kretek, Yogyakarta-Pulowatu, Yogyakarta–

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 10

Page 11: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Imogiri-Panggang, Panggang-Parangtritis, Playen–Paliyan-Panggang, Pandean-

Playen, Gading-Gledak, Sumur–Tunggul–Sumuluh–Bedoyo.

Arahan pengembangan pada sistem jaringan jalan primer ditetapkan terminal

penumpang sebagai berikut :

Terminal tipe A di Kota Yogyakarta.

Terminal tipe B di Kabupaten Sleman.

Terminal tipe A di Kabupaten Gunungkidul.

Terminal tipe A di Kabupaten Kulon Progo.

Terminal tipe B di Kabupaten Bantul.

Arahan pengembangan pada sistem jaringan jalan primer ditetapkan terminal barang

sebagai berikut :

Terminal Barang Sedayu di Kabupaten Bantul untuk jangka pendek Sedayu di di di

Kabupaten Bantul dan Sentolo Kabupaten Kulon Progo untuk jangka panjang.

Sub Terminal Barang sebagai hub di Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Arahan pengembangan pada jalan arteri primer ditetapkan rest area di Tempel dan

Kalasan Kabupaten Sleman, Temon Kabupaten Kulon Progo, dan Bunder Kabupaten

Gunungkidul.

Untuk transportasi kereta api, arahan pengembangan yang dapat dikemukakan adalah

mengoptimalkan jalur double track dan pembangunan jalur utara selatan yaitu :

Jaringan Jalan Kereta Api Jakarta– Yogyakarta- Surabaya.

Jalur ganda Kutoarjo–Yogyakarta–Surakarta.

Jaringan Jalan Kereta Api Metropolitan Yogyakarta–Surakarta.

Jaringan Jalan Kereta Api Parangtritis–Yogyakarta–Borobudur.

Pada Sistem Jaringan Jalan Kereta Api ditetapkan:

Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan sebagai stasiun angkutan penumpang.

Balai Yasa Pengok sebagai bengkel kereta api.

Stasiun Maguwo sebagai pendukung terminal angkutan udara di bandara

Adisucipto.

Stasiun Sedayun dan Sentolo sebagai terminal bongkar muat dan pergudangan.

Stasiun Rewulu sebagai terminal khusus Bahan Bakar Minyak.

B. Pengembangan Sistem Transportasi Laut

Kriteria untuk pengembangan sistem Transportasi laut yakni Pelabuhan utama tersier

diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional

dalam jumlah menengah dan jangkauan pelayanan menengah. Adapun kriteria pelabuhan

utama tersier adalah :

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 11

Page 12: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

1. Menghubungkan pelabuhan tersier ke dan dari pelabuhan di luar negeri.

2. Menghubungkan antar pelabuhan utama sekunder tersier atau antar pelabuhan utama

tersier-tersier.

Melihat kondisi alamnya, sampai saat ini rencana pengembangan transportasi laut tidak

dikembangkan seperti pelabuhan utama tersier, sehingga pengembangannya diarahkan

terbatas pada pembangunan pelabuhan ikan seperti Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Sadeng di Kabupaten Gunungkidul, mengembangkan Pelabuhan Perikanan (PP) Glagah di

Kabupaten Kulon Progo serta PP Pandansimo di Kabupaten Bantul sebagai pelabuhan

perikanan dan pendukung wisata pantai yang melayani pasar ikan di Yogyakarta, Surakarta

dan kota-kota sekitarnya. Akan tetapi, akan lebih baik jika dikembangkan pelabuhan utama

tersier pada beberapa pelabuhan yang sudah ada, dimana pelabuhan tersebut dapat

dikembangkan menjadi pelabuhan utama di Provinisi DIY, tetapi dengan melakukan kajian-

kajian kondisi alami terlebih dahulu terutama dengan bantuan teknologi terkini.

C. Pengembangan Sistem Transportasi Udara

Bandara dengan klasifikasi pusat penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani

penumpang dalam jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu Provinsi dan

terhubungkan dengan pusat penyebaran primer. Dengan demikian kriteria bandara kelas II

ialah :

1. Melayani penumpang dengan jumlah sedang.

2. Lingkup pelayanan antara bandara Pusat Penyebaran Sekunder .

3. Mempunyai panjang landasan pacu minimal 2.300 m.

4. Pelayanan pesawat maksimal sejenis B - 737.

Pengembangan bandara udara Adisutjipto dilakukan dengan memperkuat simpul bandara

udara melalui keterpaduan fungsi terminal angkutan bus antar wilayah, kereta api dan

angkutan perkotaan.

Dengan adanya kenyataan bahwa meskipun ada penetapan arahan pengembangan

infrastruktur transportasi udara khususnya Bandara Adisucipto hanya melayani

penerbangan nasional, tetap ada tuntutan pengembangan pelayanan jalur internasional.

Pada aspirasi para praktisi untuk ditingkatkannya fungsi pelayanan Bandara Adisucipto.

Dengan demikian, jalur-jalur penerbangannya perlu diperluas dan ditingkatkan frekuensi

penerbangannya dari yang ada saat ini, yakni selain ke dan dari Jakarta, Denpasar,

Bandung, Surabaya, Bajarmasin, Makassar dan pusat-pusat distribusi wisatawan dalam

negeri lainnya, juga diperlukan pembukaan jalur langsung ke Singapura dan Kuala Lumpur.

Untuk itu perlu ada peningkatan fungsi pelayanan keimigrasiaannya.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 12

Page 13: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

6.1.3.26.1.3.2 Rencana Pengembangan prasarana TelematikaRencana Pengembangan prasarana Telematika

Rencana pengembangan prasarana telematika adalah :

Arahan pengembangan prasarana telematika di Provinsi DIY sebagai berikut :

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi sesuai dengan rencana

pengembangan sistem jaringan nasional.

Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai bagian sistem jaringan nasional di

setiap permukiman perdesaan.

Merencanakan pusat pelayanan dan teknologi informasi Daerah di kota

Yogyakarta.

Pengembangan jaringan telekomunikasi pada setiap fasilitas pendidikan, fasilitas

kebudayaan, dan di setiap obyek wisata.

Berkaitan dengan peningkatan fungsi Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sebagai

pusat pengembangan bisnis dan pendidikan, direncanakan Kota Yogyakarta dan Sleman

sebagai pusat pengembangan teknologi informasi dan pengembangan jaringan

telekomunikasi “cyber city”.

Adapun kriteria pengembangan fasilitas telekomunikasi yakni bahwa Prioritas

pengembangan fasilitas telekomunikasi dilakukan pada :

1. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau sinyal telepon

genggam/handphone (daerah blank spot).

2. Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel telepon dan kondisi topografi

alamnya sulit untuk dilalui jaringan terestrial telekomunikasi.

3. Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel telepon atau sinyal handphone

tetapi desa tersebut tergolong miskin.

6.1.3.36.1.3.3 Rencana Pengembangan Sumberdaya AirRencana Pengembangan Sumberdaya Air

Tujuan Rencana pengembangan prasarana sumber daya air adalah :

1. Mengembangkan waduk/bendungan, situ, dan embung dalam rangka penyediaan

air baku serta konservasi sumber air.

2. Mengembangkan jaringan irigasi yang diprioritaskan di wilayah barat dan selatan

DIY.

3. Meningkakan produtivitas tanah dan pola tanam. Semaikn besar tersedia air maka

luas pengusahaan tanah semakin besar, sehingga hasil produksi bertambah.

Adapun kriteria pengembangan sumberdaya air adalah :

A. Pembangunan waduk/bendungan :

1. Dibangun pada DAS dengan aliran mantap < 50%.

2. Dalam rangka mendukung pengembangan PKW dan PKN.

B. Rehabilitasi jaringan irigasi :

1. Dilaksanakan pada DAS dengan aliran mantap <50%.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 13

Page 14: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

2. Diprioritaskan pada daerah irigasi di wilayah barat dan Selatan , karena mempunyai

nilai produktivitas yang tinggi.

Rencana pengembangan irigasi di Provinsi DIY adalah dengan meningkatkan

pemanfaatan, pengembangan dan pengendalian irigasi, khusunya Daerah Aliran Sungai

(DAS) Progo-Opak-Serang dan sumber air bawah tanah untuk maksud pelestarian

kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan produktivitas

tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Luas DAS Progo-

Opak-Serang sampai saat ini adalah 406.055 Ha yang sebagian besar berada di wilayah

Provinsi DIY dan sebagian kecil (195.414 Ha) berada di wilayah Jawa Tengah perlu

dikendalikan dari gangguan pemanfaatan ruang di sekitar DAS yang akan menimbulkan

masalah atau konflik dengan fungsi DAS itu sendiri. Pemanfaatan dan pengembangan

DAS ini sebagai penyangga upaya produksi pangan wilayah, penopang kehidupan dan

memberi manfaat sebesar-besanya bagi kesejahteraan masyarakat.

Fungsi jaringan irigasi yang telah berjalan baik harus dijaga kelestariannya dengan

pemeliharaan, pengopersian dan pengendaliannya yang lebih baik. Hal ini mengingat

fungsi pengairan dikaitkan dengan perubahan pemanfaatan ruang masih menunjukkan

peningkatan penggunaan lahan sawah teknis maupun setengah teknis dari tahun ke tahun.

Untuk jenis penggunaan lahan sawah teknis diharapkan pada akhir tahun perencanaan

mampu mencapai 25.000 Ha, dan untuk lahan sawah irigasi setengah teknis

dipertahankan seperti keadaan saat ini.

Arahan pengembangan prasarana sumber daya air di Provinsi DIY yaitu dengan mengembangkan :

Waduk Tinalah di Kabupaten Kulon Progo.

Embung-embung di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman.

Tandon air dan kolam tampungan di semua Kabupaten dan Kota di Daerah

Sumber air sungai bawah tanah Bribin, Seropan, Ngobaran, dan Baron di

Kabupaten Gunungkidul.

Daerah Irigasi Sistem Kalibawang di Kabupaten Kulon Progo, Sistem Mataram

Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan jaringan irigasi

lainnya di Kabupaten/Kota.

Waduk Sermo, bendung Sapon di Kabupaten Kulon Progo, embung Tambakboyo

Kabupaten Sleman, bendung Tegal Kabupaten Bantul dan prasarana lainnya.

Sumur resapan dan biopori di semua wilayah Daerah.

Air tanah di wilayah cekungan air tanah Yogyakarta-Sleman, Wates dan Wonosari.

6.1.3.46.1.3.4 Rencana Pengembangan Prasarana Energi Rencana Pengembangan Prasarana Energi

Rencana pengembangan prasarana energi adalah :

1. Mendukung terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal melalui Peningkatan

jangkauan pelayanan, Pemerataan pelayanan, Mutu pelayanan, Efesiensi

pelayanannya.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 14

Page 15: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

2. Mengembangkan instalasi listrik untuk meningkatkan pasokan daya dan kapasitas

terpasang pada setiap kabupaten/kota yang memiliki jumlah pertumbuhan penduduk

tinggi.

3. Mengembangkan energi alternatif.

4. Mengembangkan fasilitas listrik ke perdesaan.

Adapun rencana pengembangan prasarana energi di Provinsi DIY adalah sebagai berikut :

a. Berkaitan dengan zone pemusatan kegiatan industri di Kawasan Senotolo, Kulon Progo

dan Kawasan Pajangan Bantul maka perlu ditingkatkan kapasitas terpasang listrik bagi

kegiatan tersebut.

b. Pengembangan alternatif tenaga listrik dari air Waduk Sermo sbesar 0,5 MW dan .

Selain itu, alternatif pemanfaatan energi listrik yang berasal dari tenaga angin laut

kiranya perlu dipertimbangkan.

6.1.3.56.1.3.5 Rencana Pengembangan Prasarana Lingkungan.Rencana Pengembangan Prasarana Lingkungan.

Rencana pengembangan prasarana Lingkungan adalah dengan menyediakan prasarana

yang memiliki skala pelayanan lintas wilayah Kab/Kota. Prasarana Lingkungan meliputi

instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan TPA regional.

Arahan pengembangan prasarana lingkungan di Provinsi DIY dilaksanakan pembangunan dan/atau pengembangan sebagai berikut :

Unit Pengelolaan Air Minum di seluruh kabupaten/kota.

Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat untuk area pelayanan Kawasan

Perkotaan Yogyakarta di Kabupaten Bantul.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu untuk area pelayanan Kawasan Perkotaan

Yogyakarta di Kabupaten Bantul.

Sistem jaringan drainase Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

Jalan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota

Beberapa kriteria untuk pengembangan prasarana pengolahan air bersih adalah:

1. Pengolahan air bertujuan untuk menghasilkan air minum yang aman bagi masyarakat.

Sistem pengolahannya tergantung dari mutu air baku semula. Namun ada tiga proses

dasar dalam pengolahan air, yaitu koagulasi dan pengendapan, penyaringan, serta

disinfeksi.

3. Pemanfaatan sumber air permukaan mempertimbangkan pemakaian air di sebelah hilir,

sedangkan pemanfaatan sumber air tanah harus memperhitungkan kapasitas yield

aquifer (air tanah).

4. Pembangunan pipa transmisi diupayakan di atas lahan negara atau lahan yang tidak

produktif dan melayani permukiman yang dilalui minimal melalui hidran umum.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 15

Page 16: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

5. Pembangunan dan pengoperasian instalasi harus mampu menangani limbah lumpur

sampai tidak membahayakan/mengganggu lingkungan dan menjadi landfill.

6. Ditempatkan tidak terlalu dekat dengan permukiman penduduk.

Beberapa Kriteria dalam pengembangan IPLT/IPAL:

1. Untuk melayani 10.000 orang, pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT),

termasuk fasilitas penunjangnya harus dilakukan pada lahan seluas lebih besar atau

sama dengan 2 Ha. Sementara itu untuk kebutuhan yang sama pembangunan instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya harus

dibangun di atas lahan seluas lebih besar dan sama dengan 3 Ha.

2. Sistem pengolahan air limbah terpusat perlu dibangun untuk kawasan dengan beban

pencemaran air yang berat. Instalasinya dianjurkan satu lokasi dengan TPA dengan

jarak lebih dari 5 km dari daerah permukiman.

3. Pembangunan dan pengoperasian instalasi sedapat mungkin menghindari dampak

berupa bau, timbunan sedimen/lumpur, kebisingan, sampah terapung, busa dan

pencemaran air tanah.

4. Instalasi harus dirancang untuk dapat menurunkan BOD sampai di bawah 50 mg/l.

5. Kompleks instalasi dirancang agar mempunyai nilai estetika lebih baik dari sekitarnya.

6. Lumpur yang diproduksi sebagai hasil samping proses pengolahan dan mengandung

bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke sungai atau badan air.

Kriteria penentuan lokasi TPA sampah menyangkut aspek teknis, ekonomis, lingkungan,

serta sosial, yaitu meliputi kriteria regional, kriteria penyisih, dan kriteria penetapan.

Adapun kriteria regional meliputi :

1. Kondisi Geologi

Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan dengan daerah

yang mempunyai sifat bahaya geologi yang dapat merusak fasilitas TPA. Daerah yang

dianggap tidak layak adalah daerah formasi batu pasir, batu gamping, atau dolomit

berongga dan batuan berkekar lainnya (jointed rocks).

2. Kondisi Hidrogeologi

Lokasi TPA tidak boleh terletak di tempat yang mempunyai muka air kurang dari 3

meter, tidak boleh mempunyai kelulusan tanah lebih besar dari 10 cm/det serta harus

berjarak lebih dari 100 meter terhadap sumber air minum di hilir aliran.

3. Lereng

Lokasi TPA tidak boleh terletak pada bukit dengan lereng tidak stabil dan akan dinilai

layak apabila terletak di daerah landai yang agak tinggi, bekas tambang terbuka

dengan kemiringan 0-20%. Tidak layak di daerah dengan depresi yang berair, lembah

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 16

Page 17: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

rendah dan tempat yang berdekatan dengan air permukaan dengan kemiringan alami

lebih besar dari 20%.

4. Tata Guna Tanah

TPA yang digunakan untuk sampah organik tidak boleh terletak di radius 3.000 meter

dari landasan lapangan terbang untuk pesawat turbo jet dan 1.500 meter untuk

landasan pesawat lain, karena akan menarik kehadiran burung. Selain itu, tidak boleh

terletak di wilayah peruntukan bagi lokasi sarana dan daerah lindung perikanan, satwa

liar, dan pelestarian tanaman.

5. Daerah Banjir

Lokasi TPA sebaiknya berada di daerah banjir dengan daur 25 tahun.

Kriteria penyisih dilakukan dengan mengikuti Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA (SNI T-11-

1991-03), yang melakukan pembobotan berdasarkan kesesuaian iklim, utilitas yang

tersedia, lingkungan biologis, kondisi tanah, hidrogeologis, dan tata guna lahan. Kriteria

penetapan merupakan kriteria berkaitan dengan kewenangan instansi terkait untuk

menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan dan ketentuan setempat yang berlaku.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 17

Page 18: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.2 Peta Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Provinsi DIY

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 18

Page 19: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.3 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Utama Wilayah Provinsi DIY

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 19

Page 20: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

6.26.2 Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya yang

ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pola ruang akan lebih berdaya guna dan berhasil

guna dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan provinsi apabila dikelola oleh

pemerintah daerah provinsi dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang yang telah

ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

6.2.16.2.1 Rencana Pengembangan Kawasan LindungRencana Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan lindung provinsi adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu

ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah kabupaten/kota, kawasan lindung yang

memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah

kabupaten/kota lain, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah

provinsi.

Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi

lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan

ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di DIY.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung adalah :

1. Menetapkan kawasan lindung sebesar min. 30 % dari luas seluruh wilayah DIY

yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar

kawasan hutan.

2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi

hidrlogis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air.

3. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi

lindung.

Sasaran pengembangan kawasan lindung adalah :

1. Tercapainya proporsi luas kawasan lindung DIY sebesar 30 % dari luas DIY atas

dasar kriteria kawasan-kawasan yang berfungsi lindung.

2. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.

3. Terjaganya kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi

hidroorologis.

4. Terjaminnya ketersediaan sumber daya air.

5. Berkurangnya lahan kritis.

6. Terbentuknya kawasan penyangga di sekitar kawasan hutan lindung dan konservasi.

7. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya pada kawasan lindung.

Luas pemanfaatan ruang sebesar 147.560 Ha dari luas Provinsi DIY perlu ditetapkan

sebagai kawasan lindung seperti Kawasan Lindung Bawahan, Kawasan Lindung Setempat,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 20

Page 21: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Kawasan Suaka Alam, Kawasan Rawan Bencana. Hal ini didasari oleh perhitungan pada

peta kerja skala 1:100.000, dimana luasan kawasan lindung ini secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel VI.3Perkiraan Luas Rencana Kawasan Lindung di Provinsi DIY

Sumber: Hasil perhitungan dengan alat Sistim Informasi Geografis (GIS) pada peta skala 1:25.000

Tim Penyusun RTRWP DIY 2007

Untuk memperjelas status lindung Provinsi DIY, dilakukan prioritas dalam penetapan fungsi

lindungnya serta lokasi-lokasinya di, yaitu:

A. Kawasan Lindung Bawahan

1. Hutan Lindung

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagian

besar merupakan hutan lindung berkisar 2.312,800 Ha dari luas wilayah Provinsi DIY.

Kawasan Hutan lindung terletak di:

Kabupaten Sleman, di lereng bagian selatan Gunung Merapi seluas (1161,11 Ha),

perkecamatan yakni Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan.

Kabupaten Bantul, terdiri atas hutan di Kecamatan Dlingo, Kecamatan Imogiri,

seluas 1.041,200 ha

Kabupaten Kulon Progo, terletak di Kecamatan Kokap seluas 254,900 ha.

Kabupaten Gunungkidul, terletak di Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Panggang

dan Kecamatan Playen seluas 1.016,700 ha.

2. Kawasan Resapan Air

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 21

Page 22: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Kawasan Resapan air merupakan kawasan lindung setempat. Kebijakan pemanfaatan

ruang ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya, yaitu untuk mencegah terjadinya

bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijaksanaan tersebut meliputi:

1. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No. 32/1990 dan melalui

pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya

2. Kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah serta kegiatan lain yang

berkaitan dengan pencegahan bencana alam, dapat dilakukan di kawasan hutan

lindung dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. Kegiatan budidaya

pertambangan dimungkinkan untuk tetap berlokasi di kawasan hutan lindung, jika

pada kawasan tersebut terdapat indikasi adanya deposit mineral yang dinilai sangat

berharga (vital dan strategis). Tetapi pengelolaan kawasan yang bersifat “enclave”

tersebut harus dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung, dengan

melaksanakan rehabilitasi pada kawasan bekas penambangan;

3. Kegiatan budidaya perlu dicegah, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi

lindung, seperti kegiatan pariwisata;

4. Pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yang masih diperbolehkan untuk berlokasi

di hutan lindung, agar tetap dijaga untuk tidak mengganggu fungsi lindungnya.

5. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah

berlangsung lama)

6. Pengembangan fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan (rehabilitasi dan konservasi)

7. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung,

(misalnya : penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam)

agar tidak mengganggu fungsi lindung

Arahan Penetapan Kawasan Resapan Air di semua wilayah Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul.

B. Kawasan Lindung Setempat

1. Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai terletak di sepanjang Pantai selatan Provinsi DIY sebesar

(2.264,99 Ha) dari luas Provinsi. Penetapan Kawasan Sempadan Pantai di sepanjang

dataran Pantai Selatan dengan daerah selebar minimum 100 meter dari titik pasang

tertinggi ke arah darat.

2. Sempadan Sungai

Kawasan yang merupakan sempadan sungai terdapat di sepanjang sungai, terutama

untuk sungai-sungai besar, yaitu Sungai Opak dan Sungai Progo.

Penetapan Kawasan Sempadan Sungai adalah :

Sungai di luar Kawasan Perkotaan :

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 22

Page 23: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

a) Sungai tak bertanggul pada Sungai Bogowonto, Progo dan Opak selebar 100 meter diukur dari tepi badan sungai, untuk sungai lainya 50 meter diukur dari tepi badan sungai.

b) Sungai bertanggul 5 meter diukur dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Sungai di dalam kawasan perkotaan bertanggul dan tak bertanggul diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Gubernur.

3. Kawasan Sekitar danau/waduk, Embung, Telaga dan Laguna.

Kawasan danau/waduk, telaga dan laguna terletak di Kabupaten Bantul seluas

(379,2 Ha). Penetapan Kawasan Sempadan Waduk, Embung, Telaga dan Laguna

yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, Sleman dan Gunungkidul meliputi

dataran sepanjang tepiannya yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

fisiknya minimum 50 meter dan maksimum 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah

darat.

4. Kawasan Sempadan Mata Air.

Penetapan Kawasan Sempadan Mata Air yang terdapat di Kabupaten Sleman, Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul meliputi dataran di

sekitarnya dengan radius minimum 200 meter.

C. Kawasan Suaka Alam

Kawasan Suaka Alam di Provinsi DIY mencakup tiga jenis kawasan, yaitu :

Cagar Alam geologi seluas (11,4150 Ha) dan Hutan Penelitian seluas (815,22 Ha)

yang terletak di Kabupaten Gunungkidul bagian selatan

Taman Hutan Raya, Kawasan ini termasuk di dalam kawasan hutan lindung terletak

di Kecamatan Patuk dan Kecamatan Playen di Kabupaten Gunungkidul seluas 617

ha..

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan yang terletak di seluruh

Kabupaten/Kota .

D. Kawasan Suaka Margasatwa

Arahan penetapan Kawasan Suaka Margasatwa di Provinsi DIY terdapat di Kecamatan

Kokap Kabupaten Kulon Progo seluas 181 ha dan di Kecamatan Paliyan Kabupaten

Gunungkidul seluas 434,600 ha

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Berdasarkan bentuk lahan maka dapat diidentifikasi jenis bahaya alami dan sebarannya

secara keruangan di Provinsi DIY, sebagai berikut :

1. Daerah bahaya gunungapi aktifTerdapat di kerucut Gunungapi Merapi yang ditandai adanya akumulasi langsung

dari material hasil aktivitas gunungapi secara periodik. Daerah ini merupakan

daerah yang sangat terlarang untuk aktivitas manusia.

2. Daerah bahaya gunungapi utama

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 23

Page 24: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Berada di bawah kerucut gunung api yaitu pada lereng gunungapi dan lembah.

Daerah ini merupakan daerah yang terlarang karena kemungkinan besar hasil

aktivitas gunungapi pada waktu tertentu dapat menjangkau daerah tersebut,

sehingga dapat menimbulkan bencana bagi kehidupan.

3. Daerah bahaya gunungapi pertamaTerdapat di lereng gunungapi dan sebagian lereng kaki gunungapi. Daerah ini

merupakan wilayah yang masih dipengaruhi oleh aktivitas gunungapi secara merata

dan intensitasnya kecil untuk terjadinya bencana yang merugikan.

4. Daerah bahaya gunungapi keduaTerdapat di sepanjang sungai utama sebagai media aliran lahar yang melintasi

lereng kaki gunungapi hingga dataran gunungapi seperrti Sungai Code, Opak.

5. Daerah longsor lahan dan erosi linearTerdapat di sebagian besar pegunungan jalur Baturagung dan pegunungan Kulon

Progo. Proses tersebut terjadi karena kemiringan lereng yang curam dan material

buatan yang tidak kompak. Oleh karena itu masalah konservasi tanah menjadi hal

yang amat diperhatikan.

6. Daerah erosi beratTerjadi di pegunungan kapur (Gunung Sewu) di zona selatan. Daerah tersebut

tanahnya tipis dan tinggal singkapan batuan yang dominan dengan vegetasi yang

jarang.

7. Daerah erosi sedangTerdapat di perbukitan monoklinal (pada formasi Sentolo) yaitu di bagian tengah

DIY.

8. Daerah erosi ringanTerdapat di ledok Wonosari dan daerah dataran alluvial karst pada zona selatan di

daerah Gunung Kidul.

9. Daerah erosi angin dan bergaramMenempati sepanjang gumuk pasir di pantai selatan. Daerah ini sangat labil oleh

erosi dan deposisi dari material pasir yang berasal dari Gunungapi Merapi.

10. Daerah yang tanpa atau sedikit bahaya alamiTerdapat di daerah dataran alluvial, dataran alluvial gunungapi, lereng kaki

gunungapi. Daerah ini merupakan daerah yang potensial untuk berbagai kegiatan

manusia dengan sedikit atau tanpa kendala yang berarti.

Selain pengelompokkan secara fisiografis, terdapat kawasan-kawasan yang

mempunyai potensi bencana alam. Secara umum, jenis-jenis bencana alam yang

mengancam Propinsi DIY dapat diidentifikasi, sebagai berikut :

a. Letusan Gunung Api berlokasi di sebagian lereng Gunungapi Merapi hingga lereng

kaki gunung seperti Sungai Code dan Opak, mengancam wilayah Sleman bagian utara

dan wilayah-wilayah sungai yang berhulu di puncak Merapi.

b. Bencana longsor dan erosi, terutama mengancam wilayah Kulon Progo bagian utara

dan barat serta dataran tinggi Gunung Kidul bagian utara. Bencana alam Longsoran

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 24

Page 25: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

sebagai daerah dengan topografi berbukit yang relatif kritis akibat usaha bertani yang

kurang terkontrol dan penggundulan hutan mempunyai daerah rawan longsor relatif

merata di seluruh wilayah. Bencana longsoran ini sebagian besar berada pada

Pegunungan Baturagung dan Pegunungan Kulon Progo. Erosi terjadi di pegunungan

kapur, bagian tengah DIY, Ledok wonosari dan dataran aluvial pada zone selatan di

Gunung Kidul.

c. Rawan Gempa Bumi berada di sekitar arah/jalur patahan Opak, di Kabupaten Bantul

dan sebagian wilayah Kota Yogyakarta

d. Banjir dan Air Pasang di pesisir pantai selatan Kulon Progo dan Bantul

e. Rawan kekeringan, biasa terjadi di wilayah Gunung Kidul bagian selatan.

f. Rawan Tsunami, daerahpesisir terutama daerah pesisir dengan laut terbuka berada di

seluruh pantai selatan Provinsi DIY terutama di daerah pantai Kulon Progo dan Bantul.

g. Bencana alam akibat angin, biasa terdapat di wilayah pantai selatan Kulon Progo dan

Bantul serta daerah-daerah Kabupaten Sleman bagian utara.

Tabel VI.4Perkiraan Luas Rawan Bencana di Provinsi DIY

BENCANA ALAM BANTUL GUNUNGKIDUL KOTA

YOGYAKARTAKULON PROGO SLEMAN JUMLAH

Bahaya Gunung Api I

        4.275,48 4.275,48

Bahaya Gunung Api II

775,09   438,93   5.383,81 6.597,83

Bahaya Gunung Api Utama

        5.092,46 5.092,46

Banjir 1.799,95     4.196,14   5.996,09Gempa Bumi 17.938,27   786,59 1,41 611,10 19.337,37

Gunung Api Aktif         1.598,10 1.598,10

Kekeringan 484,98 75.264,10       75.749,08Longsor dan Erosi 9.689,64 24.146,56   17.989,20 2.722,98 54.548,38

Tsunami 880,75     2.678,90   3.559,65Tidak Rawan Bencana

20.036,70 48.242,54 1.900,05 32.914,62 37.705,77 282.130,98

Total 51.605,38 147.653,20 3.125,57 57.780,27 57.389,70 318.085,74

Sumber : Hasil Perhitungan Tim Pelaksana RTRWP DIY,dengan alat GIS, 2007

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 25

Page 26: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

TABEL VI.5KEBIJAKSANAAN UNTUK PEMANTAPAN KAWASAN LINDUNG DI PROVINSI DIY

JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

I KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA1. Kawasan hutan lindung Mencegah terjadinya erosi, bencana banjir,

sedimentasi dan menjaga fungsi hidro-orologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukiman

1. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No. 32/1990 melalui pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya

2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada ( penggunaan lahan yang telah berlangsung lama)3. Pengembangan fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang telah

mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi)4. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali kegiatan

yang tidak mengganggu fungsi lindung5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di

hutan lindung, (misalnya : penelitian, eksplorasi mineral dan aiur tanah, pencegahan bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung

II KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

1. Sempadan Pantai Melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai2. Pengendalian kegiatan disekitar sempadan sungai3. Pengembalian fungsi lindung pantai yang telah mengalami

kerusakan

2. Sempadan Sungai Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya

2. Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar sungai3. Pengamanan daerah aliran sungai

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 26

Page 27: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

3. Kawasan sekitar danau/waduk, telaga lagun

Melindungi danau/waduk, telaga lagun dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disekitar danau/waduk, telaga dan lagun yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya (terutama sebagai sumber air)

2. Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar danau/waduk, telaga dan lagun

3. Pengamanan daerah hulu

4. Kawasan sekitar mata air Melindungi dan melestarikan potensi air dari berbagai kegiatan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air.

1. Pencegahan dilakukannya kegiatn budidaya disekitar mata aiur yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya

2. Pengendalian pemanfaatan mataair agar kuantitas dan kualitas airnya tidak menurun

III KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

1. Kawasan Suaka Alam Melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan lm bagi kepentingan plasma nutfah ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

1. Pengelolaan kawasan suaka alam (cagar alam) sesuai dengan tujuan perlindungannya

2. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentng alam, kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.

2. Kawasan Hutan Raya Melindungi dan melestarikan flora dan fauna dari berbagai kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas dan kuantitasnya

1. Pengelolaan taman hutan raya (didalamnya termasuk cagar alam dan suaka margasatwa) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata rekreasi dan pendidikan

2. Pengelolaan taman hutan raya yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/rekreasi alam

3. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 27

Page 28: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

3. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran

1. Pengelolaan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (didalamnya termasuk peninggalan benda-benda purbakala dan budaya-budaya leluhur) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata rekreasi dan pendidikan

2. Pengelolaan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang menemukan kepentingan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dan pariwisata/rekreasi budaya

3. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah kondisi fisik, nilai-nilai yang terkandung didalamnya, penggunaan lahan serta kelestarian budaya bangsa tersebut

IV KAWASAN RAWAN BENCANA Melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbutan manusia

1. Pemantauan terhadap gunung berapi aktif2. Penetapan kawasan rawan, kawasan waspada dan kawasan berpotensi

bencana gunung api3. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan rawan bencana

tanah longsor dan erosi4. Pengendalian kegiatan disekitar kawasan kritis atau rawan bencana

tanah longsor5. Penetapan kawasan rawan, kawasan waspada “warning area” pada

kawasan berpotensi gempa bumi dan tsunami

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009-2029 6 - 28

Page 29: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

6.2.26.2.2 Rencana Pengembangan Kawasan BudidayaRencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan budi daya yang mempunyai nilai strategis provinsi merupakan kawasan budi daya

yang dipandang sangat penting bagi upaya pencapaian pembangunan provinsi dan/atau

menurut peraturan perundang-undangan perizinan dan/atau pengelolaannya merupakan

kewenangan pemerintah daerah provinsi.

Sasaran pengembangan kawasan budidaya secara umum adalah :

Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan

mendukung pembangunan berkelanjutan;

Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang anatara kegiatan

budidaya yang berbeda;

Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan

budidaya tertentu ke jenis lainnya.

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi dapat berupa:

a. Kawasan peruntukan hutan produksi;

b. Kawasan peruntukan pertanian;

c. Kawasan peruntukan pertambangan;

d. Kawasan peruntukan industri;

e. Kawasan peruntukan pariwisata;

f. Kawasan peruntukan permukiman;

g. Kawasan pendidikan tinggi;

h. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil ; dan

i. Kawasan militer dan kepolisian.

Kriteria untuk beberapa sub kawasan di atas ternyata masih ada yang bersifat umum dan

perlu dijabarkan lagi untuk dapat diterapkan pada peta dengan skala memadai. Dilihat dari

klasifikasi kawasan budidaya, jelas terlihat bahwa pembagian tersebut lebih sektoral,

sehingga dalam penetapan kemudian perlu disesuaikan dengan rencana-rencana

pengembangan sektoral yang telah ada di samping mempertimbangkan kondisi fisik

wilayah.

Kriteria untuk mendeliniasikan kawasan/sub kawasan budidaya secara umum lebih

didasarkan pada faktor keseuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat

wilayah yang dapat memenuhi kriteria pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya

(misalnya hutan produksi tetap dan terbatas, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering

dan pertanian tanaman tahunan/ perkebunan lahan kering serta perikanan/kelautan).

Keadaan yang demikian pengalokasian ruangnya disamping didasarkan pada kesesuaian

lahan juga mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijaksanaan baik nasional atau

daerah sebagai dasar prioritasnya.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 29 6 - 29

Page 30: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk kegiatan yang

bersifat budidaya, maka RTRW Provinsi DIY ini perlu dilakukan pembuatan prioritas

didalam memberikan arahan perkembangan wilayah. Prioritas di dalam mengarahkan jenis

kegiatan budidaya yang akan dikembangkan menurut intensitas pemanfaatan ruang-ruang

dengan urutan sebagai berikut :

a. Kawasan peruntukan hutan produksi

Hutan produksi tetap

Hutan produksi terbatas

b. Kawasan peruntukan pertanian

Tanaman pangan lahan basah

Tanaman pangan lahan kering

Tanaman lahan kering tahunan/perkebunan

c. Kawasan peruntukan Pertambangan

d. Kawasan peruntukan Industri

e. Kawasan peruntukan Pariwisata

f. Kawasan peruntuka permukiman (kota dan desa)

g. Kawasan Pendidikan Tinggi

h. Kawasan Sabuk Hutan Kota

i. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau kecil

j. Kawasan Militer dan Kepolisian

Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi permasalahan tumpang

tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan kegiatan budidaya lain yang ada.

Secara umum masalah tumpang tindih ini berkaitan dengan penggunaan lahan yang telah

berlangsung lama, proyek sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk mengarahkan

perkembangan wilayah secara menyeluruh diperlukan adanya arahan pengendalian.

Pengembangan kawasan budidaya di Provinsi DIY dasarnya perlu ditunjang oleh

pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya agar nantinya sesuai dengan

kawasan tersebut dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan optimal.

Arahan kebijaksanaan dalam pengembangan kawasan budidaya di Provinsi DIY pada

dasarnya ditujukan pada upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya wilayah sesuai

dengan daya lingkungan. Sasaran pengembangannya adalah:

a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan

mendukung pembangunan berkelanjutan.

b. Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang antar kegiatan

budidaya yang berbeda

c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan

budidaya tertentu ke jenis lainnya.

Berdasarkan hal diatas, maka kebijaksanaan pengembangan kawasan budidaya

menyangkut :

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 30 6 - 30

Page 31: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

a. Pengembangan kegiatan utama serta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada tiap

kawasan budidaya

b. Pengembangan prasarana pendukung pengembangan tiap kawasan budidaya

c. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi

lindung.

d. Penanganan masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya

Tabel VI.6Luasan Rencana Kawasan Budidaya Provinsi DIY

Sumber: Hasil perhitungan dengan alat Sistim Informasi Geografis (GIS) pada peta skala 1:25.000

A. Kawasan peruntukan hutan produksiPengembangan kawasan hutan produksi diarahkan untuk budi daya hutan produksi

tetap tanaman kayu dan non kayu terutama untuk Kelas perusahaan hutan jati dan

kayu putih di kabupaten Gunungkidul, pada Kabupaten Kulon Progo di arahkan untuk

budi daya hutan produksi tidak tetap.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan ini meliputi :

a. Pengembangan tanaman kayu dan non kayu disesuaikan dengan Rencana

Pelestarian Kawasan Hutan dan Rencana Karya/Teknik Tahunan;

b. Pada hutan produksi tetap berisikan tanaman pokok dan tanaman sela,

tanaman pengisi, tanaman pagar;

c. Pada hutan produksi tidak tetap, struktur dan fungsi hutan dapat terbentuk.

Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Gunungkidul seluas 12.810,100 ha dan

Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Kulon Progo seluas 601,600 ha.

B. Kawasan peruntukan pertanian

Pengembangan kawasan peruntukan pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk

budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering,

perkebunan/tanaman tahunan, peternakan dan perikanan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 31 6 - 31

Page 32: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Tanaman pangan lahan basah

Pengembangan kawasan ini terutama diarahkan di Kabupaten Bantul, Kabupaten

sleman, dan Kabupaten Kulon Progo. Pertanian tanaman pangan lahan basah di

Provinsi DIY menempati dataran aluvial, dataran aluvial gunungapi dan lereng

gunung api. Di Kabupaten Kulon Progo kawasan pertanian lahan basah terdapat di

sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur serta Kabupaten

Gunungkidul.

Tanaman pangan lahan kering

Kawasan tanaman pangan lahan kering di Provinsi DIY meliputi dataran tinggi Karst

di Kabupaten Gunungkidul, perbukitan rendah monoklinal dan lereng koluvial dan

formasi Sentolo yang terletak di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo serta terdapat

di lereng kaki Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

Tanaman lahan kering tahunan/perkebunan

Pembagian kawasan ini ditujukan untuk mengembangakan areal produksi

perkebunan, terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan

potensi/kesesuaian lahan. Sedang kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan ini

meliputi:

a. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.

b. Pengembangan sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal.

c. Pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara kelestarian

lingkungan.

C. Kawasan peruntukan pertambangan

Keberadaan kawasan peruntukan pertambangan ini muncul setelah ada informasi baru

mengenai potensi dan usaha penambangan di Provinsi DIY. Di dalam kawasan

lindung, baik yang berada di lereng Merapi maupun di Kawasan Karst Gunung Kidul

masih mungkin untuk diusahakan pertambangan bahan galian. Kawasan peruntukan

pertambangan tersebut di daerah karst atas (Ponjong) untuk kepentingan penataan

kawasan budidaya wilayah perlu ditetapkan adanya kawasan peruntukan

pertambangan.

Tujuan dan kebijakan dari pengusahaan kawasan peruntukan pertambangan ini adalah

sebagai berikut:

1. Membatasi jenis dan area yang diperbolehkan untuk ditambang.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya mineral atau bahan galian.

3. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan kegiatan penambangan.

4. Menciptakan lapangan kerja dan lapangan usaha baru di pedesaan.

5. Meningkatkan pendapatan, baik masyarakat sekitar maupun daerah

D. Kawasan peruntukan industri

Keberadaan Kawasan ini merupakan kebijakan pemerintah daerah setempat, yang

telah menglokasikan lahan untuk fungsi kegiatan perindustrian tersebut. Kawasan ini

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 32 6 - 32

Page 33: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

berada di wilayah Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, seluas 700 Ha. Kawasan ini

sebelumnya merupakan tanah kering (tegalan), yang nilai gunanya amat rendah, baik

dari segi produktivitas maupun pajaknya. Didukung letaknya yang berada di tepi

Sungai Progo, maka masalah air dan limbah bagi suatu kegiatan industri sudah banyak

dikurangi bebannya. Selain itu, di Kecamatan Pajangan juga telah berkembang

kegiatan perindustrian.

Kebijakan bagi penetapan kawasan perindustrian ini adalah sebagai berikut :

a. Penggunaan air untuk industri tidak boleh mengurangi pasokan air yang sudah

digunakan oleh masyarakat di sekitarnya, bahkan mungkin harus dapat membantu

meningkatkan pasokan air bersih

b. Pembuangan limbah industri harus memenuhi syarat-syarat seperti yang disebutkan

dalam dokumen AMDAL.

c. Tenaga kerja industri sedapat mungkin memanfaatkan tenaga lokal

Arahan penetapan Kawasan Peruntukan Industri di Provinsi DIY adalah kawasan sentra industri dan kawasan peruntukan industri yang terletak di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul.

E. Kawasan peruntukan pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata di Provinsi DIY ditujukan untuk:

1. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa

2. Melestarikan lingkungan alam yang indah dan berguna untuk pengembangan ilmu

pengetahuan

3. Memperkenalkan budaya dan keindahan alam di Provinsi DIY kepada wisatawan

nusantara atau mancanegara.

4. Mempererat hubungan antar suku dan bangsa

5. Menciptakan lapangan kerja.

Sedangkan kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan ini meliputi:

1. Penataan ruang kawasan peruntukan pariwisata

2. Pengembangan obyek dan fasilitas pariwisata

3. Pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa

Arahan penetapan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi :

1. Kawasan peruntukan Pariwisata Budaya terletak di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta.

2. Kawasan peruntukan Pariwisata Alam berupa kawasan alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata alam yang terletak di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Sleman.

F. Kawasan peruntukan permukiman (kota dan desa)

Permukiman Kota

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 33 6 - 33

Page 34: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Kawasan peruntukan permukiman kota mencakup wilayah administrasi kota (untuk

yang berstatus kota) dan wilayah pengembangan kot/perkotaan (untuk ibukota

kabupaten dan IKK baik yang telah mempunyai RUTRK maupun belum serta

wilayah sekita Yogyakarta yang merupakan bagian dari daerah perkotaan Yogya

yang telah ditetapkan sebagai kawasan peruntukan permukiman.

Kebijakan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan

kawasan peruntukan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk,

beserta pengembangan sarana-prasarana penunjangnya yang meliputi penataan

ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang

kota.

Khusus untuk wilayah perkotaan, baik yang tercakup dalam koridor maupun

perkotaan Yogya, pengembangan kawasan peruntukan permukiman masih harus

dibatasi pada lahan-lahan pertanian yang kurang subur. Oleh karena itu, usaha

pengembangan bagi kawasan perkotaan yang dapat dilakukan adalah :

1. Intensifikasi lahan pekarangan, untuk wilayah Gamping, Godean, Mlati dan

Depok, pembangunan permukiman terbatas pada pola intensifikasi lahan

pekarangan

2. Jika terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian, maka dipersyaratkan

penggunaan teknologi yang menjamin kestabilan neraca air setempat. Untuk

itu, perubahan coverage area tidak boleh merubah volume air yang diresapkan.

Permukiman Pedesaan

Kawasan ini mencakup perkampungan desa-desa yang ada dan kemungkinan bagi

perluasannya. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan

untuk mengembangkan kawasan peruntukan permukiman perdesaan yang terkait

dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa pusat

pertumbuhan, pengembangan desa sentra produksi pertanian, dan pengembangan

pusat pelayanan permukiman perdesaan.

Arahan penetapan Kawasan peruntukan permukiman di Provinsi DIY sebagai berikut :

Penetapan Kawasan peruntukan permukiman Kota di dalam kota-kota seperti

Kota Yogyakarta, IKB Bantul, IKB Sleman, IKB Wates, IKB Wonosari, IKK Depok,

IKK Kasihan, IKK Sewon, IKK Banguntapan, IKK Srandakan, IKK Kretek, IKK

Piyungan IKK Pajangan, IKK Pandak,IKK Imogiri, IKK Pleret, IKK Sentolo, IKK

Nanggulan, IKK Samigaluh, IKK Kalibawang, IKK Temon, IKK Galur, IKK Panjatan,

IKK Lendah, IKK Kokap, IKK Girimulyo; IKK Tempel, IKK Turi, IKK Pakem, IKK

Godean, IKK Gamping, IKK Seyegan, IKK Prambanan, IKK Kalasan, IKK Mlati, IKK

Ngaglik, IKK Patuk, IKK Playen, IKK Semanu IKK Karangmojo, IKK Panggang, IKK

Paliyan, IKK Ngawen, IKK Ponjong, IKK Semin.

Penetapan Kawasan peruntukan permukiman Desa di luar kota-kota seperti

tersebut di atas.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 34 6 - 34

Page 35: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

G. Kawasan Pendidikan TinggiSektor tersier dalam pembentukan pendapatan daerah Provinsi DIY cukup berperan,

hal ini tidak terlepas dari predikat DIY sebagai kota wisata, budaya, dan pusat

pendidikan. Kawasan Pendidikan Tinggi berada di Kota Yogyakarta dan Sleman.

Kota Yogyakarta merupakan daerah yang dijuluki kota perjuangan, penuh peninggalan

sejarah dan budaya, menyandang predikat kota pelajar dan pusat pendidikan.

Kampus Perguruan Tinggi yang terkenal yakni Universitas Gadjah Mada terletak

diantara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Selain itu, Kabupaten Sleman

daerah tetangga Kota Yogyakarta juga merupakan pusat pendidikan, saat ini telah

menjadi tempat tujuan belajar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Layak

menjadi daerah penyanggah perkembangan bidang pendidikan melihat daerah tersebut

tengah berkembang dengan adanya beberapa perguruan tinggi di DIY yang beroperasi

di wilayah ini.

Kebijaksanaan yang dilakukan dalam pengembangan kawasan pendidikan tinggi ini

adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan wilayah-wilayah tempat pendidikan tinggi (kampus) yang berdayaguna

untuk memenuhi kebutuhan sarana-prasarana kampus berkualitas unggul,

kompetitif, mandiri serta terpadu.

2. Menciptakan keserasian dan keseimbangan lingkungan serta terciptanya efisiensi

dalam pengelolaan kampus.

Arahan penetapan Kawasan Pendidikan Tinggi baru di Provinsi DIY terletak di Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul.

H. Kawasan Sabuk Hutan Kota

Pembentukan kawasan sabuk hutan kota merupakan upaya penghijauan yang

ditujukan untuk pengendalian polusi udara akibat pengembangan jalan di sekitar jalan

tol lingkar dalam kota di sekitar Kota Yogyakarta. Pengembangan kawasan sabuk

hutan kota dipandang sebagai bagian dari governance lingkungan perkotaan. Selain

itu, upaya pengembangan sabuk hutan kota ini diujukan untuk pengendalian

pemanfaatan lahan kawasan budidaya.

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kawasan sabuk hutan kota ini

diarahkan untuk:

1. Mendukung pengendalian lingkungan sebagai dampak dari pengembangan jalur

jalan tol dalam kota yang akan dikembangkan

2. Sebagai program aksi pengendalian penghijauan kota di wilayah

I. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau kecil

Kawasan ini pengembangannya ditujukan untuk menjaga kelestarian berfungsinya

pesisir/pantai dan wilayah kelautan. Pada bagian pesisir/pantai diutamakan untuk

upaya perlindungan kawasan dari pemanfaatan ruang yang merusak lingkungan,

disamping untuk pelestarian berfungsinya alam pesisr/pantai dan makhluk

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 35 6 - 35

Page 36: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

penghuninya. Sementara itu, pada bagian kelautan pengembangannya dimaksudkan

untuk mempertahankan batas teritorial dan pemilikan benda dan sebagai kekayaan

negara kesatuan RI, serta mempertahankan berfungsinya alam laut dengan segala

makhluk isinya dan benda-benda hidup yang merupakan kekayaan alam laut.

Kebijakan pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah sebagai

berikut:

1. Pengembangan kawasan agar tetap lestari

2. Penyediaan sarana-prasarana Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

3. Pengendalian pemanfaatannya dari pengaruh budaya lain

4. Pengamanan dari invasi kegiatan bangsa lain

Arahan penetapan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Provinsi DIY sebagai

berikut :

1. Kawasan Pesisir meliputi pantai di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul.

2. Kawasan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Gunungkidul.

J. Kawasan Militer dan Kepolisian

Kawasan ini pengembangannya ditujukan untuk menjaga pertahanan dan keamanan

wilayah Provinsi DIY sebagai bagian dari wilayah negara kesatuan RI, sedangkan

kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya sepenuhnya diatur oleh instansi/lembaga yang

berwenang dibidang pertahanan dan keamanan.

Kebijakan pemanfaaatan ruang dari Kawasan Militer dan Kepolisian pada prinsipnya

adalah:

1. Penyediaan fasiltas pertahanan dan perlindungan masyarakat

2. Pengamanan kawasan khusus militer dari pengaruh budidaya lain

3. Pengawasan/pengendalian pemanfaatan ruang yang mengganggu lingkungan

masyarakat sekitar

Arahan penetapan lokasi Kawasan Militer dan Kepolisian di Provinsi DIY sebagai

berikut:

1. AAU dan Sekolah Penerbangan TNI Angkatan Udara di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

2. Lapangan Terbang TNI Angkatan Udara di Kabupaten Gunungkidul.

3. Komplek Batalyon 403 TNI Angkatan Darat di Kabupaten Sleman.

4. Sekolah Polisi Negara di Kabupaten Bantul.

5. Satuan Radar di Kabupaten Kulon Progo.

6. Kompi Brimob Polda DIY Sentolo di Kabupaten Kulon Progo.

7. Kompi Brimob Polda DIY Gondowulung di Kabupaten Bantul.

8. Kompi Kavaleri dan Kompi Senapan C Yonif 403 Demak Ijo di Kabupaten Sleman.RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 36 6 - 36

Page 37: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

9. Kawasan latihan militer Paliyan di Kabupaten Gunungkidul.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 37 6 - 37

Page 38: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

TABEL VI.7RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA DI PROVINSI DIY

NO JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANFAATAN KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

1.

KAWASAN PERUNTUKANHUTAN PRODUKSI

a. Hutan produksi tetap

Mengembangkan kelas perusahaan hutan kayu dan non kayu

1. Intensifikasi budi daya kehutanan2. Pengembangan prasarana dan sarana produksi 3. Pengendalian dan penyelesaian masalah pemanfaatan kawasan

hutan untuk keperluan non kehutanan4. Diversifikasi produk hasil hutan kayu dan non kayu

b. Hutan produksi tidak tetap Mengembangkan kawasan hutan produksi kayu dan non kayu dengan ekosistem terjamin

1. Restorasi ekosistem hutan2. Pengembangan prasarana dan sarana produksi3. Peningkatan struktur dan fungsi kawasan hutan

KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIANKawasan Tanaman Pangan Lahan Basah

Mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis

1. Intensifikasi pertanian2. Pengembangan prasarana pertanian3. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian

yang subur4. Penyelesaian masalah yang tumpang tindih dengan kegiatan

budidaya lainnya.

2. a. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering

Mengembangkan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering

1. Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk pertanian lahan kering

2. Penyelesaian masalah yang tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lainnya

b. Kawasan Tanaman

Tahunan/Perkebunan Lahan Kering

Mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan

1. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan2. Pengembangan wilayah-wilayah tanaman perkebunan sesuai

dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal3. Pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara

kelestarian lingkungan

3. KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

Mengusahakan secara optimal potensi sumber daya mineral sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan

1. Pembatasan area penambangan dan jenis mineral yang diusahakan.2. Pengoptimalan pengambilan sumber daya mineral.3. Penjaringan investasi usaha pertambangan.4. Pengendalian kerusakan lahan pasca tambang.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 38 6 - 38

Page 39: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

NO JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANFAATAN KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

4. KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

Mengembangkan kawasan prioritas yang memiliki prioritas, yang memiliki objek wisata terutama untuk wisatawan mncanegara yang pengembangannya diharapkan akan berdampak positif bagi kawasan-kawasan lainnya

1. Penataan Ruang Kawasan peruntukan pariwisata2. Pengembangan objek dan fasilitas pariwisata

5.

KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN

a. Permukiman Kota

Mengembangkan kawasan peruntukan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk yang ditunjang oleh penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan hirarki dan fungsinya.

Penataan ruang kota :- Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota- Peninjauan kembali (evaluasi revisi) Rencana Tata Ruang Kota

b. Permukiman PedesaanMengembangkan kawasan peruntukan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang tersebar sesuai dengan potensi pertanian

Pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan dengan sentra produksi dan pusat pelayanan permukiman pedesaan

6. KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI

Menjadikan wilayah-wilayah tempat pendidikan tinggi (kampus) yang berdayaguna untuk memenuhi kebutuhan sarana-prasarana kampus berkualitas unggul, kompetitif, mandiri serta terpadu. Serta Menciptakan keserasian dan keseimbangan lingkungan serta terciptanya efisiensi dalam pengelolaan kampus.

1. Optimalisasi prasarana untuk kegiatan pendidikan tinggi2. Penataan ruang kawasan pendidikan3. Penjaringan investasi/pembiayaan pendidikan tinggi4. Pembatasan kawasan pendidikan tinggi pada kawasan lindung

7. KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Menjaga kelestarian berfungsinya pantai/pesisir dan kelautan, disamping upaya pengamanan dari kegiatan budidaya lainnya.

1. Pengembangan kawasan agar tetap lestari2. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan3. Pengendalian dari pemanfaatan yang mengganggu4. Pengamanan dari invasi kegiatan bangsa lain

8. KAWASAN HUTAN SABUK KOTA

Mengusahakan pengendalian polusi udara akibat pengembangan jalan di sekitar jalan tol lingkar dalam kota di sekitar Kota Yogyakarta. Selain itu, upaya pengembangan sabuk hutan kota ini diujukan untuk pengendalian pemanfaatan lahan kawasan budidaya.

1. Pengendali lingkungan sebagai dampak dari pengembangan jalur jalan tol dalam kota yang akan dikembangkan

2. Pengendalian penghijauan kota di wilayah

9. KAWASAN MILITER DAN KEPOLISIAN

Menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pengembangan kawasan khusus militer diatur secara khusus dengan penyediaan fasilitas, pengamanan kawasan dan pengendalian pemanfaatannya

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 6 - 39 6 - 39

Page 40: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

6.36.3 Rencana Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai Strategis NasionalRencana Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai Strategis Nasional

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan

andalan, Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan

perkembangan wilayah.

Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut, Provinsi

DIY tidak mempunyai kawasan andalan laut.

Kawasan andalan darat terdiri atas kawasan andalan berkembang dan kawasan andalan

prospektif berkembang.

Rencana penetapan kawasan andalan prospektif berkembang di Provinsi DIY adalah di

Kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, sektor unggulannya adalah pariwisata, pertanian,

industri dan perikanan, meliputi sebagian wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo,

Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta.

6.46.4 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis ProvinsiRencana Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena

mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,

budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya

berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

Tata ruang di wilayah sekitarnya;

Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau

Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan

pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup. Untuk lebih jelasnya mengenai penjelasan jenis kawasan strategis dapat dilihat di

bawah ini, sebagai berikut :

a. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,

antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan

kawasan latihan militer.

b. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,

antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan

pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan

dan pelabuhan bebas.

c. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara

lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk

warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia, seperti Kompleks Candi

Borobudur dan Kompleks Candi Prambanan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 40

Page 41: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

d. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber

daya alam dan/atau teknologi tinggi, antara lain, adalah kawasan pertambangan

minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai,

serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.

e. Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan pelindungan dan pelestarian

lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti

Taman Nasional Lorentz, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional

Komodo.

6.4.16.4.1 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kepentingan PertahananRencana Pengembangan Kawasan Strategis Kepentingan Pertahanan

dan Keamanandan Keamanan

Kawasan pertahanan keamanan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari kawasan latihan

militer, kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut,

dan kawasan militer lainnya. Provinsi DIY tidak mempunyai Rencana PengembanganRencana Pengembangan

Kawasan Strategis Kepentingan Pertahanan dan Keamanan.Kawasan Strategis Kepentingan Pertahanan dan Keamanan.

6.4.26.4.2 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Pertumbuhan EkonomiRencana Pengembangan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Rencana pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagai kawasan strategis Nasional yaitu Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

Sedangkan Rencana pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagai

kawasan strategis provinsi, yakni:

a. Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

b. Kawasan Koridor yang menghubungkan Yogyakarta, Piyungan, Wonosari, Rongkop, dan Sadeng.

c. Kawasan Koridor yang menghubungkan Temon, Wates, Yogyakarta, dan Prambanan.

d. IKK Sewon, Kasihan, Sedayu, Srandakan, Imogiri, dan Piyungan di Kabupaten Bantul.

e. IKK Godean, dan Pakem di Kabupaten Sleman.

f. Kawasan Peruntukan Industri Sentolo di Kabupaten Kulon Progo.

g. Kawasan koridor yang menghubungkan Tempel dan Parangtritis.

6.4.36.4.3 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Pelestarian Sosial BudayaRencana Pengembangan Kawasan Strategis Pelestarian Sosial Budaya

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pelestarian Sosial Budaya terdiri atas :

a. Kawasan Strategis Nasional Kawasan Taman Wisata Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko di Kabupaten Sleman.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 41

Page 42: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

b. Kawasan Strategis Provinsi meliputi: Kraton Yogyakarta, Kotalama Kotagede, makam Imogiri, Puro Pakualaman, dan kawasan Malioboro, dan candi-candi yang terdapat di Kabupaten Sleman dan Bantul.

6.4.46.4.4 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis PendayagunaanRencana Pengembangan Kawasan Strategis Pendayagunaan

Sumberdaya Alam dan/atau Teknologi TinggiSumberdaya Alam dan/atau Teknologi Tinggi

Rencana pengembangan kawasan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi

yang ditentukan sebagai kawasan strategi Provinsi, antara lain:

Kawasan Pantai Selatan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Gelombang Laut di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul.

Kawasan Teknologi Tinggi di wilayah gunung Merapi Kabupaten Sleman.

6.4.56.4.5 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis sebagai Kawasan lindungRencana Pengembangan Kawasan Strategis sebagai Kawasan lindung

dan Budidayadan Budidaya

Rencana pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan strategi nasional, diantaranya:

Taman Nasional Gunung Merapi seluas 1.743,2500 ha di Kecamatan Turi, Cangkringan

dan Pakem di Kabupaten Sleman.

Rencana pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan strategis provinsi,

diantaranya:

Kawasan Ekogeowisata Karst di Kabupaten Gunungkidul.

Kawasan Parangtritis dan gumuk pasir di Kabupaten Bantul.

Kawasan Pantai Wedi Ombo di Kabupaten Gunungkidul

6.4.66.4.6 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Pusat Pengelolaan HasilRencana Pengembangan Kawasan Strategis Pusat Pengelolaan Hasil

Laut dan Pengembangan Kawasan PesisirLaut dan Pengembangan Kawasan Pesisir

Secara genetik, pantai-pantai di Provinsi DIY dapat dibedakan menjadi:

1. Pantai deposisional yang meliputi Pantai Congot hingga Samas

2. Pantai kompleks, yang meliputi Pantai Parangtritis

3. Pantai patahan, yang meliputi Pantai Ngobaran, Ngungap dan Sadeng

4. Pantai karst, yang meliputi Pantai Ngrenehan hingga Sundak

5. Pantai gunungapi, yang meliputi Pantai Siung dan Wediombo.

Berdasarkan tingkat perkembangannya, pantai-pantai di Provinsi DIY dapat dibedakan

menjadi 3 kelas yaitu:

1. Pantai yang sudah berkembang, meliputi Pantai

Glagah, Samas, Parangtritis, baron, Kukup, Krakal, dan Sadeng.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 42

Page 43: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

2. Pantai sedang berkembang, meliputi Pantai

Congot, Trisik, Pandansimo, Ngrenean, Drini, Sundak, Wediombo, dan Ngungap.

3. Pantai belum berkembang, meliputi Pantai Bugel,

Ngobaran, dan Siung.

Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir sebagai kawasan strategis nasional,

diantaranya:

Kabupaten Kulon Progo, yaitu di Pantai Congot, Pantai Glagah.

Kabupaten Gunungkidul, yaitu Pantai Sadeng.

Kabupaten Bantul, yaitu Pantai Parangtritis.

Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir sebagai kawasan strategis provinsi,

diantaranya:

Kabupaten Kulon Progo, yaitu di Pantai Congot, Pantai Glagah, Pantai Trisik dan

Pantai Karangwuni.

Kabupaten Bantul, yaitu di Pantai Depok, Pantai Pandansimo, Pantai Samas dan

Pantai Kuwaru.

Kabupaten Gunungkidul, yaitu Pantai Sadeng, Pantai Sundak, Pantai Baron, Pantai

Ngrenehan dan Pantai Gesing.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 43

Page 44: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Tabel VI.8Rencana Kawasan Strategis Provinsi dan Nasional Di Provinsi DIY

NO JENIS KAWASAN STRATEGISLOKASI

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

1. Kawasan strategis yang dilihat dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan

Provinsi DIY tidak mempunyai Rencana Pengembangan KawasanRencana Pengembangan Kawasan Strategis Kepentingan Pertahanan dan KeamananStrategis Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi

Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Kawasan Koridor yang menghubungkan Yogyakarta, Piyungan,

Wonosari, Rongkop, dan Sadeng. Kawasan Koridor yang menghubungkan Temon, Wates,

Yogyakarta, dan Prambanan. IKK Sewon, Kasihan, Sedayu, Srandakan, Imogiri, dan Piyungan

di Kabupaten Bantul. IKK Godean, dan Pakem di Kabupaten Sleman. Kawasan Industri Sentolo di Kabupaten Kulon Progo. Kawasan koridor yang menghubungkan Tempel dan Parangtritis.

3.Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

Kawasan Pantai Selatan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Gelombang Laut di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul.

Kawasan Teknologi Tinggi di wilayah gunung Merapi Kabupaten Sleman.

4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya

Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Taman Wisata Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko di Kabupaten Sleman.

Kraton Yogyakarta, Kotalama Kotagede, makam Imogiri, Puro Pakualaman, dan kawasan Malioboro, dan candi-candi yang terdapat di Kabupaten Sleman dan Bantul.

5.Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Taman Nasional Gunungapi Merapi Kawasan Ekogeowisata Karst di Kabupaten Gunungkidul.

Kawasan Parangtritis dan gumuk pasir di Kabupaten Bantul. Kawasan Pantai Wedi Ombo di Kabupaten Gunungkidul

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 44

Page 45: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

TABEL VI.9RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG PADA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DIY

NO KAWASAN STRATEGIS KARAKTERISTIK (POTENSI DAN MASALAH) RENCANA PENGEMBANGAN

1.

Kawasan prioritas yang Tumbuh Cepat:Kawasan Kaki Merapi dan Dataran Yogya Bantul.Kawasan pertanian lahan basah, pariwisata dan permukiman.

Aglomerasi objek dan fasilitas wisata utama di DIY Aglomerasi penduduk dan kegiatan di Jawa Tengah

bagian Selatan Pertumbuhan dan pergerakan penduduk yang tinggi,

sejalan dengan perkembangan sektor sekunder dan tertier yang

memerlukan ruang Kesuburan tanah tinggi dengan ketersedian air dan

sarana pertanian yang mencukupi, yang dipadukan dengan kapasiutas sumber daya manusia yang tinggi merupakan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah yang mempunyai produktifitas tinggi

Bagian atas dari kawasan ini merupakan wilayah resapan air, yang merupakan kunci utama tata air di kawasan kaki Merapi dan Dataran Yogya Bantul

Konflik pemanfaatan ruang yang cenderung mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan terjadinya negasi antar bentuk penggunaan, diskordansi keruangan serta dampak pencemaran.

Pelestarian fungsi lindung pada kawasan resapan ir untuk menjaga tatanan hydro-orologi di kawasan ini.

Pengembangan budidaya pertanian lahan basah, perikanan, peternakan, industri pariwisata, dan permukiman yang mempunyai resiko minimum terhadap penurunan kuantitas dan kualitas lingkungan

Pengembalian fungsi lindung pada kawasan resapan yang telah mengalami penurunan fungsi, baik sebagai proses budidaya manusia mupun alam

Pengarahan aglomerasi penduduk dan kegiatannya serta penyesuaian rasio pengusahaan tanah pertanian per KK

Pelestarian objek/benda cagar budaya dan pemenfaatannya secara bijaksana

2.

Kawasan Prioritas Kritis :Kawasan kritis yyang bersifat di lereng Merapi Kabupaten Sleman, Pegunungan Menoreh Kabupaten Kulon Progo, Pegunungan Sewu dan Baturagung Gunung Kidul dan Bantul

Tidak aman untuk lahan pertanian semusim, seperti yang sebagian besar dilakukan saat ini (mis use)

Kepadatan penduduk dan latar belakang sosial ekonominya menyebabkan sulitnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan lahan (over use)

Terbatasnya sumber daya alternatif dan pengetahuan Tekanan penduduk terhadap sumber daya yang tersedia

cenderung semakin meningkat.

Penetapan sebagai kawasan lindung Pengembalian fungsi hidro-orologis kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan Penataan kawasan agriforestry untuk lokasi potensial Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan di dalam kawasan

lindung untuk menjaga fungsi lindung kawasan Pengurangan kepadatan penduduk dan peningkatan pengetahuan untuk

mengembangkan sumber daya alternatif Pengembangan kegiatan ekonomi terbatas, untuk pengembangan sumber

daya alternatif, sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 45

Page 46: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

NO KAWASAN STRATEGIS KARAKTERISTIK (POTENSI DAN MASALAH) RENCANA PENGEMBANGAN

3.

Kawasan Prioritas Penunjang Perkembangan Sektor Strategis.Kawasan perkotaan Yogyakarta kota-kota pusat pertumbuhan (Wates, Nanggulan, Srandakan, Piyungan, Prambanan, Bantul, Godean, Imogiri dan Wonosari).

Pusat pelayanan bagi daerah belakangnya Peluang berkembang besar Aglomerasi penduduk sektor sekunder dan tersier Potensial terjadinya konflik pemanfaatan ruang dan

pemanfaatan yang melampaui batas daya dukung lingkungannya Sumber pencemaran lingkungan (fisik dan sosial)

Pemanfaatan area Yogyakarta sebagai pusat pelayanan dan pengembangan Jawa Tengah bagian selatan

Pemantapan mekanisme pengelolaan pembangunan area perkotaan Yogyakarta sebagai persiapan terbentuknya Yogykarta Raya

Perluasan penyediaan fasilitas dasar untuk pengembangan sektor-sektor prioritas seperti, Pariwisata, Pendidikan dan Perdagangan

Pemerataan Penyebaran penduduk dn kegiatannya, sesuai dengan tata jenjang pelayanan pusat-pusat pelayanannya

Penggunaan ruang untuk bangunan pada blok-blok komersial, fasilitas umum dan perumahan, dengan perkembangan vertikal pada lokasi yang dimungkinkan

Pengembangan kebijaksanaan pertanahan perkotaan (Urban Land Policy dengan perangkat informasinya, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembangunan area perkotaan Yogyakarta

Penegasan perlindungan dan pelestarian terhadap kawasan konservasi budaya dan konservasi ekologi

Pengembangan sistem transportasi terpadu, baik antar noda maupun antar jaringan pelayanan

Pemantauan dan pengendalian kegiatan yang berpotensi besar untuk menghasilkan pencemaran air udara, tanah dan estetika

Pengembangan pertanian pertamanan kota (market gardening)

4.

Kawasan Prioritas Perbatasan:Kawasan Gelang Man Ten (Magelang-Sleman-Klaten), Pa Won Sari (Pacitan-Wonogiri-Wonosari), Projo Gelang (Kulon Progo-Purworejo-Magelang)

Kawasan perbatasan umumnya merupakan kawasan lindung, baik hutan lindung maupun rawan bencana. Kawasan tersebut berada di perbatasan Sleman dengan Magelang Kulon Progo dengan Purworejo maupun Wonosari dengan Wonogiri. Disamping kawasan lindung ada beberapa bagian yang merupakan kawasan budidaya, terutama budidaya pariwisata, yang berada di Sleman-Magelang-Klaten dan Kulon Progo-Purworejo.

Perbedan prioritas penanganan dan kepentingan merupakan hambatan pengembangan kawasan perbatasan.

Pemantapan koordinasi wilayah dan sektoral dan pengembangan mekanisme pembangunan kawasan perbatasan

Kesesuain penetapan fungsi kawasan Intregrasi penyediaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan Pengurangan penduduk pada kwasan rawan bencana Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfatan ruang

5.

Kawasan Tandus:Kawasan pasir pantai selatan, dari muara Sungai Opak sampai Sungai Bogowonto.

Mempunyai kandungan mineral bijih besi. Merupakan penyimpan air tawar dan penahan intrusi air laut. Potensial sebagai kawasan wisata, tetpi saat ini sebagian congot dipakai untuk kepentingan militer, tanahnya merupakan tanah yang miskin hara.

Penetapn kawasan lindung setempat, untuk melestarikan fungsi air tawar dan intrusi air laut

Pengendalian dan pengarahan kegiatn yang ada dan berkembang di kawasan tersebut, untuk menjaga fungsi kawasan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 46

Page 47: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

NO KAWASAN STRATEGIS KARAKTERISTIK (POTENSI DAN MASALAH) RENCANA PENGEMBANGAN

6.

Kawasan pantai.Glagah, Samas, Parangtritis Baron, Kukup, Krakal dan Sadeng.

Klasifikasi perkembangan : telah berkembang Potensi yang ada antara lain : pemandangan alam yang

indah, perikanan laut yang sudah berkembang, tambak udang, adanya variasi vegetasi alami, pertanian lahan kering terbats serta fasilitas transportasi dan akomodasi yang memadai.

Di pantai Glagah akan dibangun TPI Masalah yang menghambat adalah kondisi fisik pantai

(iklim yang kurang menunjang, arus balik yang kuat)

Penertiban jasa penginapan Mengurangi pencemaran air tanah Menertibkan jasa usaha wisata yang dapat mengganggu kelestarian

lingkungan serta kenyaman pengunjung kawasan pantai

Congot, Trisik, Pandansimo, Ngrenean, Drini, Sundak, Wediombo, dan Ngungap.

Klasifikasi perkembangan : sedang berkembang Mempunyai pelabuhan nelayan (pantai Drini), kondisi

alam yang indah (Pasir Putih), Pantai Sundak bias dikembangkan sebagai pantai wisata bahari serta bumi perkemahan

Kendala dalam pengembangan adalah iklim yang kurang nyaman, terjadi abrasi, arus balik yang kuat.

Pemantauan terhadap kegiatn yng dpt menimbulkan dampak negative pada lingkungn serta kemungkinan unsur pencemar di kawasan pantai, baik pencemaran yang terjadi pada perairan, pada permukaan tanah, maupun dibawh permukaan tanah

Pantai Bugel, Ngobaran, dan Siung.

Klasifikasi perkembangan : belum berkembang Mempunyai potensi alam yang bias dikembngkn (Pasir

putih), potensi lainnya adalah luasnya lahan pertanian yang bisa ditanami tanaman semusim

Pantai Ngobaran potensial untuk dikembangkan pantai wisata spiritual

Kendala dalam pengembangan antara lain fasilitas akomodasi dan transportasi yang belum memadai, serta iklim yang kurang nyaman.

Antisipasi terhadap kemungkinan berkembangnya jasa wisata termasuk dampak yang akan muncul akibat jasa wisata tersebut

Peningkatan terhadap kawasan-kawasan khusus (misalnya kwasan lindung untuk satwa liar) untuk tetap mempertahankan keaslian kawasan pantai tersebut.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 47

Page 48: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.4 Peta Rencana Pola Ruang

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 48

Page 49: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Peta Kehutanan Provinsi DIY

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 49

Page 50: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.5 Peta Rencana Kawasan Strategis

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 50

Page 51: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital... · Web viewKondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan

Gambar 6.6 Peta Rencana Penanganan Kawasan Bencana

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DIY 2009 - 2029 6- 51