web viewduduk, dan bersabda, “ketahuilah (setelah itu ialah berkata bohong, dan kesaksian...

5
Etika Terhadap Orang Tua Orang Muslim meyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya, kewajiban berbakti, taat, dan berbuat baik kepada keduanya. Tidak karena keduanya penyebab keberadaannya atau karena keduanya memberikan banyak hal kepadanya hingga ia harus berbalas budi kepada keduanya. Tetapi, karena Allah Azza wa Jalla mewajibkan taat, menyuruh berbakti, dan berbuat baik kepada keduanya. Bahkan, Allah Ta‘ala mengaitkan hak orang tua tersebut dengan hak-Nya yang berupa penyembahan kepada Diri-Nya dan tidak kepada yang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23). Allah SWT berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada- Kulah kembalimu.” (Luqman: 14). Seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Siapakah orang yang berhak mendapatkan pergaulanku yang baik?” Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya lagi, “Siapa lagi?” Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya lagi, “Siapa lagi?”

Upload: trinhdien

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewduduk, dan bersabda, “Ketahuilah (setelah itu ialah berkata bohong, dan kesaksian palsu). Ketahuilah, berkata bohong, dan kesaksiaan palsu.” Rasulullah

Etika Terhadap Orang Tua

Orang Muslim meyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya, kewajiban berbakti, taat, dan

berbuat baik kepada keduanya. Tidak karena keduanya penyebab keberadaannya atau karena

keduanya memberikan banyak hal kepadanya hingga ia harus berbalas budi kepada keduanya.

Tetapi, karena Allah Azza wa Jalla mewajibkan taat, menyuruh berbakti, dan berbuat baik

kepada keduanya.

Bahkan, Allah Ta‘ala mengaitkan hak orang tua tersebut dengan hak-Nya yang berupa

penyembahan kepada Diri-Nya dan tidak kepada yang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Dan

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah

kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara

keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali

janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).

Allah SWT berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,

dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14).

Seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Siapakah orang yang berhak mendapatkan

pergaulanku yang baik?” Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya lagi,

“Siapa lagi?” Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya lagi, “Siapa lagi?”

Rasuluilah saw., “Ibumu.” Orang tersebut berlanya lagi, “Siapa lagi?” Rasulullah saw. bersabda,

“Ayahmu.”

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada

kedua orang tua, menahan hak, dan mengubur hidup anak perempuan. Allah membenci untuk

kalian gosip, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Muttafaq Alaih).

Rasulullah saw. bersabda, “Maukah kalian aku jelaskan tentang dosa yang paling besar?” Para

sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Menyekutukan Allah,

dan durhaka kepada kedua orang tua.” Ketika itu, Rasulullah saw. bersandar, kemudian beliau

Page 2: Web viewduduk, dan bersabda, “Ketahuilah (setelah itu ialah berkata bohong, dan kesaksian palsu). Ketahuilah, berkata bohong, dan kesaksiaan palsu.” Rasulullah

duduk, dan bersabda, “Ketahuilah (setelah itu ialah berkata bohong, dan kesaksian palsu).

Ketahuilah, berkata bohong, dan kesaksiaan palsu.” Rasulullah saw. terus-menerus

mengatakan kalimat terakhir, hingga Abu Bakar berkata, “Ah, seandainya Rasulullah saw. diam

tidak mengatakan secara terus-menerus kalimat terakhir.” (Muttafaq Alaih).

Rasulullah saw. bersabda, “Seorang anak tidak bisa membalas ayahnya, kecuali ia menemukan

ayahnya menjadi budak, kemudian ia membelinya, dan memerdekakannya.” (Muttafaq Alaih).

Abdullah bin Mas’ud ra berkata, Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Amal apakah

yang paling dicintai Allah Ta‘ala?’ Rasulullah saw. bersabda, “Shalat di awal waktu.” Aku

bertanya, ‘Kemudian amalan apa lagi?’ Rasulullah saw. bersabda, “Berbakti kepada kedua

orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Kemudian amalan apa lagi?’ Rasulullah saw. bersabda, “Jihad di

jalan Allah.” (HR Muslim).

Salah seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw. untuk meminta izin berjihad, kemudian

beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Sahabat tersebut menjawab, “Ya,

keduanya masih hidup.” Rasulullah saw. bersabda, “Mintalah izin kepada keduanya, kemudian

berjihadlah.” (Muttafaq Alaih).

Salah seorang dan kaum Anshar datang kepada Rasulullah saw., kemudian berkata, “Wahai

Rasulullah, apakah aku masih mempunyai kewajiban bakti kepada orang tua yang harus aku

kerjakan setelah kematian keduanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Ya ada, yaitu empat hal:

mendoakan keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya,

memuliakan teman-teman keduanya, dan menyambung sanak famili di mana engkau tidak

mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur keduanya. Itulah bentuk bakti engkau

kepada keduanya setelah kematian keduanya.” (HR Abu Daud).

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya bakti terbaik ialah hendaknya seorang anak tetap

menyambung hubungan keluarga ayahnya setelah ayahnya menyambungnya.” (HR Muslim).

Setelah orang Muslim mengetahui hak kedua orang tua atas dirinya, dan menunaikannya

dengan sempurna karena mentaati Allah Ta’ala, dan merealisir wasiat-Nya, maka juga menjaga

etika-etika berikut ini terhadap kedua orang tuanya:

Page 3: Web viewduduk, dan bersabda, “Ketahuilah (setelah itu ialah berkata bohong, dan kesaksian palsu). Ketahuilah, berkata bohong, dan kesaksiaan palsu.” Rasulullah

1. Taat kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di

dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada Allah dan pelanggaran terhadap syariat-Nya.

Karena, manusia tidak berkewajiban taat kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat

kepada Allah, berdasarkan dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,

dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15).

Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya ketaatan itu hanya ada dalam kebaikan.” (Muttafaq

‘Alaih).

Sabda Rasulullah saw., “Tidak ada kewajiban ketaatan bagi manusia dalam maksiat kepada

Allah.”

2. Hormat dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya

dengan perkataan dan perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di

atas suara keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak atas

keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil keduanya dengan

panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak bepergian kecuali dengan izin dan kerelaan keduanya.

3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan

kemampuannya, seperti memberi makan pakaian kepada keduanya, mengobati penyakit

keduanya, menghilangkan madzarat dari keduanya, dan mengalah untuk kebaikan keduanya.

4. Menyambung hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunyai hubungan kekerabatan

kecuali dan jalur kedua orang tuanya, mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya,

melaksanakan janji (wasiat), dan memuliakan teman keduanya.