· web viewuntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun...

68
PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP II/1

Upload: others

Post on 18-Mar-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN

LINGKUNGAN HIDUP

II/1

Page 2:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan
Page 3:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

BAB II

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

A. PENDAHULUAN

Pembinaan kelestarian sumber alam dan kualitas lingkungan hidup akan tetap merupakan masalah bagi bangsa dan negara ki-ts baik di masa kini maupun di masa-masa yang akan datang. Dalam rangka menghadapi masalah tersebut di atas, di dalam Repelita III telah dipersiapkan program-program pembinaan dan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup.

Kelestarian produktivitas sumber alam seperti tanah, hu-tan, air dan lautan serta penanggulangan kemerosotan kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu tujuan utama program-program pembangunan dalam Repelita III. Sesuai dengan program-program itu maka telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan penga-wetan tanah dan air terutama di wilayah-wilayah produksi per-tanian, reklamasi tanah kritis, pencegahan perusakan wilayah pesisir, pencegahan perusakan hutan serta pencegahan dan pe-nanggulangan pencemaran lingkungan.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas merupakan bagian inte-gral dari pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Oleh se-bab itu, disamping hal-hal yang bersifat tehnis dan ekonomis, juga ditangani masalah-masalah yang bersifat sosial budaya yang ada kaitannya.

Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan itu produktivi-tas tanah dan air dapat ditingkatkan terutama di daerah-daerah kritis, sehingga berbagai kemanfaatan dapat diperoleh seperti peningkatan pendapatan petani dan nelayan, perluasan wilayah yang bebas banjir dan pelumpuran di musim hujan dan terhindar dari kekeringan di musim kemarau, dan daya dukung lingkungan perairan meningkat sehingga kemampuan untuk mendukung usaha pembangunan di segala bidang akan bertambah besar.

Pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup dapat dilak-sanakan dengan berhasil-guna bila didukung oleh peraturan perundangan dan aparatur pengelolaan yang memadai. Dalam hu-bungan dengan UU Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-keten-tuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup akan dikembangkan peraturan perundangan lain yang ada kaitannya dengan undang-undang tersebut serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

II/3

Page 4:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Dalam Repelita III prioritas utama di bidang Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup diberikan kepada tiga pro-gram yang meliputi :

(1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air;(2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup; dan(3) Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika.

Perkembangan pelaksanaan program-program tersebut sejak tahun terakhir Repelita II (1978/79) sampai dengan tahun ke empat Repelita III (1982/83) dapat diikuti dari uraian-uraian di bawah ini.

B. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka program penyelamatan hutan, tanah dan air terutama dimaksudkan untuk secara langsung menjaga agar daerah produksi pertanian, dae-rah pemukiman penduduk yang padat dan jalur-jalur pengangkut-an dapat terhindar dari bencana banjir dan agar sungai yang menjadi sumber air untuk irigasi dan air minum dapat terjamin kelestariannya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan penghijauan, reboisasi, pengendalian dan pengamanan sungai, pengembangan wilayah dan penanggulangan bencana alam.

Yang dimaksud dengan penghijauan ialah kegiatan penanaman tanaman tahunan, pembuatan teras, pembangunan bendung penang-kal erosi, dam pengendali atau "check dam" dan sebagainya yang bertujuan untuk mencegah kemerosotan produktivitas tanah dan air di areal lahan yang bukan kawasan hutan negara. Se-dangkan reboisasi juga merupakan kegiatan penanaman tanaman tahunan yang tujuannya sama dengan tujuan penghijauan tetapi dilaksanakan di areal kawasan hutan negara.

Kegiatan penghijauan dan reboisasi sejak akhir Repelita II makin meningkat. Secara kuantitatif rencana tahunan kegi-atan penghijauan dan reboisasi serta pelaksanaannya sejak tahun 1980/81 dikurangi, tetapi secara kualitatif kegiatan penghijauan dan reboisasi ditingkatkan terus. Sejak tahun tersebut peningkatan kegiatan, khususnya dalam penghijauan, diwujudkan dengan penambahan kegiatan pembuatan hutan rakyat, pembangunan dam pengendali, pembangunan petak percontohan atau 'demonstration plot' usaha tani pelestarian sumber alam dan pembangunan saluran pembuangan air. Di samping itu,

II/4

Page 5:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

untuk menanggulangi bahaya kebakaran yang sering timbul, se-jak tahun 1978/79 di daerah-daerah yang berpenduduk jarang, berlahan alang-alang luas dan sering mengalami kebakaran, se-perti yang terdapat di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat, dibangun pula sistem jalur penyekat.

Kelompok kegiatan lainnya yang termasuk dalam program Pe-nyelamatan Hutan, Tanah dan Air ialah kelompok kegiatan pe-ngaturan dan pengamanan aliran sungai. Kelompok kegiatan ter-sebut mencakup kegiatan pengaturan, perbaikan dan pengamanan sungai yang seluruhnya dimaksudkan untuk mendukung usaha pe-ngendalian banjir, pengembangan wilayah dan pengamanan terha-dap bencana alam serta penanggulangannya. Pengaturan sungai terutama meliputi kegiatan pengerukan untuk meniadakan ham-batan yang terdapat di sungai, pelurusan aliran, sudetan, perlindungan dan perkuatan tebing serta pembangunan tanggul, pembangunan bendungan untuk pencegahan banjir beserta salur-an-saluran dan pintu-pintu banjirnya.

2. Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup ini meliputi kegiatan-kegiatan pemetaan dasar, inventarisasi dan evaluasi sumber-sumber alam, pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, penanggulangan pencemaran lingkungan serta pengkajian dan penanganan masalah lingkungan hidup.

Peta dasar merupakan sarana pokok yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam rangka pembinaan sumber alam dan lingkungan hidup. Peta dasar diperlukan untuk pelak-sanaan inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan untuk pe-rencanaan pemanfaatannya. Di samping itu peta dasar juga me-rupakan kerangka referensi untuk penyusunan peta sumberdaya nasional. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan setepat-tepatnya maka peta dasar yang ada harus selalu meru-pakan peta dasar yang telah mencakup informasi data terakhir.

Kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber alam dimaksud-kan untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan bagi pengem-bangan pola pemanfaatan dan pelestariannya. Dalam rangka ke-giatan tersebut di atas selama Repelita III dilaksanakan ke-giatan-kegiatan seperti :a. pemadatan jaring kontrol horizontal dan vertikal;b. penyelenggaraan sistem informasi topografi dan geografi,

termasuk vulkanologi;c. penyelenggaraan sistem informasi dan dokumentasi potret

dan peta;

II/5

Page 6:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

d. perencanaan dan penyelenggaraan penyediaan saran dan analisa citra penginderaan jauh;

e. penyelenggaraan sistem informasi sumberdaya alam, terma-suk air dan potensi panas bumi.

Selain kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber alam secara langsung dilaksanakan pula kegiatan yang menunjang studi masalah gempa, kegiatan yang menunjang usaha penatagu-naan tanah serta identifikasi dan inventarisasi penutupan ve-getasi.

Sehubungan dengan usaha pelestariannya, sumber alam dapat digolongkan kedalam sumber alam dapat pulih ('renewable natu-ral resources') dan sumber alam tak dapat pulih ('unrenewable natural resources'). Sumber alam dapat pulih dikonservasikan dengan jalan pelestarian, yaitu usaha untuk menjamin agar ke-mampuan pemulihan sumber alam yang bersangkutan tetap terjaga dengan jalan memilih cara-cara pemanfaatan yang disesuaikan dengan daur hidup sumber alam bersangkutan. Sumber alam tak dapat pulih dikonservasikan dengan cara penggunaan yang sehe-mat mungkin dan dengan mengarahkan hasil pemanfaatannya untuk pengembangan sumber-sumber alam lain yang dapat memenuhi ke-butuhan di masa datang. Inventarisasi dan evaluasi sumber alam tak dapat pulih dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan-nya, potensinya yang ada dan untuk mengetahui penggunaannya yang optimal agar sumber alam tersebut dapat memberikan man-faat yang setinggi-tingginya selama mungkin.

Hutan merupakan salah satu sumber alam daratan dapat pu-lih yang besar yang merupakan sumber pendapatan baik bagi ma-syarakat maupun bagi negara, di samping mempunyai peranan yang sangat besar bagi kelestarian lingkungan hidup manusia.

Dalam rangka pelestarian hutan, pengukuhan hutan mempunyai arti yang sangat penting dalam arti secara resmi memperoleh status hukum sebagai kawasan hutan beserta penataan batas-ba-tasnya. Selanjutnya, suatu kawasan hutan dapat ditunjuk seba-gai hutan lindung, hutan lindung/produksi, hutan produksi, dan hutan yang dikelola untuk perlindungan dan pelestarian alam.

Hutan produksi, yang luasnya lebih dari 60% dari luas se-luruh hutan yang ditunjuk sebagai kawasan hutan, diandalkan untuk menjadi sumber penghasilan bangsa baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Mengingat pentingnya pe-ranan itu maka pengelolaan hutan produksi harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan azas kelestarian.

II/6

Page 7:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Dengan pengelolaan yang sesuai dengan azas kelestarian, atau lebih tepat sesuai dengan azas kelestarian yang dinamis, di masa mendatang hutan bukan saja tetap akan ada melainkan akan berkembang dan kemampuan pelayanannya meningkat.

Pola pengelolaan yang sesuai dengan azas kelestarian dina-mis tersebut telah dituangkan dalam bentuk perangkat peraturan yang harus ditaati oleh semua pihak yang secara langsung me-laksanakan pengusahaan hutan produksi, baik pihak perusahaan negara maupun pihak perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) swasta.

Perangkat peraturan tersebut mencakup ketentuan-ketentuan mengenai inventarisasi kualita dan kuantita kawasan dan tegakan hutan, mengenai penebangan, peruntukan dan pemasaran produksi serta mengenai penanaman kembali areal bekas tebangan.

Inventarisasi hutan merupakan kegiatan dasar dalam penge-lolaan hutan. Pengaturannya menghasilkan ketentuan tentang jumlah dan komposisi pohon yang boleh ditebang, seperti yang diatur dalam ketetapan tentang pedoman Tebang Pilih Indonesia (TPI). Pengaturan mengenai peruntukan dan pemasaran produksi menentukan komposisi hasil tebangan untuk industri dan untuk pemasaran langsung. Diadakannya pengaturan itu dimaksudkan agar secara bertahap seluruh hasil tebangan dari hutan produk-si akan diolah oleh industri-industri di dalam negeri.

Kawasan hutan yang berdasarkan kondisi ekologisnya patut dipertahankan bagi pelestarian sumberdaya genetis flora dan fauna, serta bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudaya-an, ditunjuk sebagai kawasan untuk perlindungan dan pelesta-rian alam. Sejak masa Repelita II penunjukan kawasan perlin-dungan dan pelestarian alam telah dilaksanakan dengan pende-katan ekosistem. Dalam Repelita III penunjukan dengan pende-katan ekosistem tersebut dimantapkan dengan mewujudkannya da-lam bentuk pengembangan sistem taman nasional yaitu wilayah-wilayah yang masing-masing dikembangkan sebagai areal suaka alam dan wisata alam.

Dalam rangka mencegah kemungkinan adanya kegiatan pemba-ngunan yang merusak lingkungan, maka pengembangan kemampuan dan daya dukung lingkungan harus selalu menjadi salah satu tujuan dari setiap kegiatan pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan di berbagai bidang seperti pertanian, perikanan dan pemanfaatan sumber alam perairan lainnya, ke-giatan dalam penyediaan energi, pemukiman, industri, perhu-bungan, pertambangan dan pembangunan infrastruktur, seperti

II/7

Page 8:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

pembangunan bendungan dan jaringan jalan dan lain sebagainya, harus memperhitungkan potensi dampaknya terhadap mutu ling-kungan hidup. Untuk itu maka faktor dampak sesuatu kegiatan pembangunan terhadap lingkungan hidup perlu dimasukkan ke dalam kelompok kriteria yang menjadi dasar pemilihan sesuatu proyek, baik dalam pembangunan sektoral maupun, pembangunan regional. Demikian pula faktor itu perlu dijadikan salah satu pertimbangan dalam pemilihan tehnologi yang akan dipergunakan dalam pengembangan dunia usaha-

Keadaan dan ketersediaan air menentukan kelestarian ke-hidupan manusia, dan menentukan tingkat keberhasilan pengelo-laan sumber alam dan kelestariannya. Oleh sebab itu maka pe-ngelolaan sumber air harus selalu memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh.

Pengelolaan air, baik perencanaannya maupun pelaksanaan-nya, harus dilaksanakan secara terpadu, dalam hal ini langkah pertama yang perlu ditempuh ialah inventarisasi dan evaluasi sumber-sumber air.

Sumber air terbesar bagi kehidupan manusia adalah air permukaan. Dengan demikian penanganannya harus mendapat prioritas utama dan pengelolaannya dilaksanakan dalam satuan daerah aliran sungai (DAS). Suatu daerah aliran sungai (DAS) merupakan satuan fisik yang sangat ideal untuk pengelolaan sumber alam yang sangat dipengaruhi oleh kondisi air, karak-teristik serta pengaturan penggunaannya.

Sumber alam air lainnya yang juga menjadi tumpuan kehidu-pan manusia ialah perairan pantai dan laut. Peranan perairan pantai dan laut dalam kehidupan manusia terutama berkaitan dengan peranannya sebagai sumber hasil perikanan dan lainnya, dan sebagai prasarana perhubungan. Untuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan ta-hun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanogra-fi, studi oceanologi dan penelitian-penelitian lainnya.

Sebagai akibat meningkatnya kegiatan yang menggunakan perairan darat, pantai dan laut, sejak beberapa tahun yang lampau muncul masalah pencemaran perairan sungai dan laut. Penyebab utama pencemaran tersebut adalah bahan buangan in-dustri, bahan buangan pertanian, limbah rumah tangga serta minyak dan bahan bakar mesin lain dalam kegiatan transporta-si. Di sungai-sungai pencemaran tersebut ditambah lagi dengan adanya erosi dan terjadinya sedimentasi di sepanjang sungai.

II/8

Page 9:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Air minum pemukiman kota sebagian bersumber di sungai-sungai. Dengan demikian pencemaran yang terjadi di sungai, di samping berakibat luas terhadap biota perairan sungai dan perairan darat, juga berakibat luas terhadap kehidupan masya-rakat yang memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan rumah tangga.

Untuk menangani masalah-masalah tersebut di atas secara mendasar dan menyeluruh dalam Repelita III telah disusun per-angkat peraturan tentang pengelolaan berbagai segi lingkungan hidup, khususnya peraturan tentang langkah dan tindakan yang diperlukan dalam rangka penanganan dan penanggulangan pence-maran lingkungan hidup. Dalam hubungan itu antara lain telah dikembangkan kriteria mengenai baku mutu lingkungan hidup, khususnya mengenai kriteria kualitas air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan.

Dalam rangka memudahkan penanganan masalah lingkungan hi-dup di seluruh wilayah Indonesia maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dikembangkan suatu jaringan penanganan masalah lingkungan hidup. Dengan adanya jaringan itu diharapkan penanganan masalah lingkungan dapat dilaksana-kan secara konsepsional dan apabila ada masalah-masalah yang timbul dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

3. Meteorologi dan Geofisika

Pembangunan di bidang Meteorologi dan Geofisika bertujuan untuk meningkatkan jasa baik dalam arti mutu, kuantita maupun ragamnya, bagi kepentingan sektor-sektor yang memerlukannya. Jasa Meteorologi dan Geofisika diperlukan antara lain untuk meningkatkan keselamatan kegiatan penerbangan dan pelayaran, dalam rangka meningkatkan produksi di sektor pertanian, teru-tama pangan, sektor perindustrian dan sektor pertambangan. Di samping itu jasa Meteorologi dan Geofisika juga diperlukan untuk memperlancar kegiatan-kegiatan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan akibat bencana alam dan mengatasi masalah pencemaran udara.

Pembangunan Meteorologi dan Geofisika diarahkan kepada peningkatan jaringan pengamatan, peningkatan jumlah dan ke-mampuan petugas, pengembangan pusat pengelolaan data serta pengembangan jaringan data dan informasi.

C. HASIL-HASIL KEBIJAKSANAAN YANG TELAH DICAPAI

Sebagaimana telah disebutkan di atas, 3 program utama

II/9

Page 10:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

yang telah dilaksanakan dalam usaha Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup adalah:

1. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air;2. Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup; dan3. Pengembangan Meteorologi dan Geofisika.

Hasil-hasil pelaksanaan program-program tersebut selama 5 tahun terakhir adalah seperti diuraikan di bawah ini:

1. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Dalam pelaksanaannya program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air terutama meliputi kegiatan-kegiatan penghijauan, re-boisasi serta pengaturan dan pengamanan sungai.

a. Penghijauan

Dalam tahun 1977/78 penghijauan dilaksanakan di 18 pro-pinsi, yang meliputi 32 DAS, dan mencakup areal seluas ± 549.961 ha atau 87 % dari areal yang direncanakan untuk tahun tersebut, dengan keberhasilan sekitar 46 %. Semua keberhasil-an penghijauan diperhitungkan terhadap realisasinya.

Dalam tahun 1978/79 penghijauan dilaksanakan di 19 pro-pinsi yang meliputi 33 DAS, 143 kabupaten dan 1.001 kecamat-an. Sejak tahun itu dalam rangka penghijauan dilaksanakan juga satu Janis kegiatan baru, yaitu pembangunan dam pengendali atau 'check dam' yang diperlukan dalam rangka pengawetan ta-nah, untuk penampungan lumpur dan penampungan air pada musim hujan. Dalam tahun tersebut telah dibangun 10 buah dam pengen-dali.

Selain pembangunan dam pengendali, sejak tahun 1978/79 tersebut juga dilaksanakan pembuatan sistem jalur penyekat di areal alang-alang. Sebagai telah disebutkan terdahulu pembu-atan sistem itu dimaksudkan untuk menanggulangi bahaya keba-karan yang sering timbul dan mengakibatkan kerusakan tanah serta meniadakan hasil usaha penghijauan dan reboisasi yang telah dilaksanakan. Sistem itu dilakukan dalam rangka reboi-sasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Realisasi penghijauan dalam tahun 1978/79 tersebut men-capai 86,5 % dari rencana, meliputi areal seluas + 596.549 ha dan keberhasilannya baru mencapai sekitar 48 %.

II/10

Page 11:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Kegiatan penghijauan dalam tahun 1979/80 dilaksanakan di 20 propinsi, meliputi 35 DAS, 145 kabupaten dan 1.099 keca-matan. Realisasinya diperkirakan mencapai sekitar 84% atau sekitar 575.686 ha dan keberhasilannya mencapai sekitar 46,3%. Dalam tahun itu dam pengendali yang dibangun berjum-lah 37 buah.

Kegiatan penghijauan dalam tahun 1980/81 dilaksanakan di 21 propinsi, meliputi 35 DAS, 158 kabupaten dan 1.178 keca-matan. Realisasinya diperkirakan mencapai sekitar 82,2% atau sekitar 558.077 ha dan keberhasilannya sekitar 62%. Kegiatan dalam tahun itu lebih dititik beratkan pada pembangunan dam pengendali, pembangunan petak percontohan (demplot), pem-buatan hutan rakyat dan pembangunan saluran pembuangan air (SPA) yang manfaatnya diharapkan lebih cepat dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.

Pembangunan dam pengendali dalam tahun 1980/81 diting-katkan menjadi 238 buah. Tambahan pula dalam tahun itu mulai dilaksanakan kegiatan baru, yaitu pembangunan petak percon-tohan, yang meliputi 198 unit dengan luas tiap unit antara 10 - 20 ha.

Kegiatan penghijauan dalam tahun 1981/82 dilaksanakan di 21 propinsi, meliputi 35 DAS, 161 kabupaten dan sekitar 1.220 kecamatan. Dalam tahun itu telah dilaksanakan pembangunan dam pengendali sebanyak 422 buah, pembangunan petak percontohan sebanyak 501 unit dan pembuatan hutan rakyat seluas 69.700 ha. Angka sementara yang tersedia menunjukkan bahwa penghi-jauan dalam tahun 1981/82 mencapai sekitar 66,4% atau seluas 444.441 ha dan keberhasilannya mencapai sekitar 71,8%.

Usaha penghijauan dalam tahun 1982/83 dilaksanakan di 21 propinsi, meliputi 35 DAS, 164 kabupaten dan 1.350 kecamatan. Pembangunan dam pengendali dan petak percontohan dalam ta-hun 1982/83 ditingkatkan masing-masing menjadi 722 buah dan 790 unit. Realisasi penghijauan dalam tahun itu belum dapat dilaporkan.

Agar kegiatan penghijauan dapat dilaksanakan dengan ber-hasil, maka sangat diperlukan adanya tenaga-tenaga yang te-rampil dan berdedikasi dalam jumlah yang memadai. Untuk me-menuhi kebutuhan itu sejak tahun pertama dimulainya kegiatan penghijauan setiap tahun diselenggarakan latihan bagi petugas-petugas lapangan dalam bidang-bidang pembibitan, penanaman dan pengawetan tanah. Pada tahun 1982/83 petugas lapangan

II/11

Page 12:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

penghijauan (PLP) berjumlah 5.529 orang dan petugas khusus penghijauan (PKP) 164 orang.

Penghijauan yang telah dilaksanakan sejak Repelita I sampai sekarang telah meliputi kurang lebih 1.804.176 ha. Sekitar 224.200 ha merupakan hasil penghijauan dari tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1975/76. Sedangkan selebihnya, sekitar 1.579.976 ha, adalah hasil penghijauan dari tahun 1976/77 sampai dengan tahun 1981/82.

Sejak tahun 1976/77 penghijauan dilakukan atas dasar In-pres Penghijauan dan Reboisasi. Sebelum dikeluarkannya Inpres tersebut pelaksanaan penghijauan setiap tahunnya mencakup lu-as areal yang masih kecil dan pelaksanaannya terbatas di be-berapa propinsi saja. Dewasa ini kegiatan penghijauan dilaku-kan di 21 propinsi, meliputi 35 DAS dan targetnya rata-rata mencakup areal seluas sekitar 800.000 ha setiap tahun.

Pada tahun ini masih terdapat areal tanah kritis yang lu-asnya kurang lebih 6,0 juta ha dan lokasinya terpencar di 21 propinsi dan 35 DAS. Dari seluruh tanah kritis tersebut se-luas 3,4 juta ha terdapat di luar kawasan hutan.

b. Reboisasi

Kegiatan reboisasi dalam tahun 1977/78 dilaksanakan di 18 propinsi dan meliputi 95 Kesatuan Pemangkuan Hutan, atau KPH, dan 32 DAS. Realisasinya di setiap propinsi rata-rata menca-pai 97,5 % dari rencana sehingga seluruhnya mencapai kurang lebih 198.069 ha.

Dalam tahun 1978/79 kegiatan reboisasi dilakukan di 18 propinsi yang meliputi 89 KPH dan 26 DAS. Realisasinya menca-pai sekitar 237.315 ha atau sekitar 82,4 % dari rencana.

Dalam tahun 1979/80 reboisasi dilakukan di 19 propinsi yang meliputi 90 KPH dan 27 DAS. Realisasinya di setiap pro-pinsi rata-rata mencapai sekitar 70,7% sehingga seluruhnya mencapai sekitar 212.990 ha.

Dalam tahun 1980/81 reboisasi juga dilakukan di 19 pro-pinsi dan meliputi 90 KPH dan 27 DAS juga. Realisasinya men-capai sekitar 78,0% atau sekitar 186.622 ha.

Dalam tahun 1981/82 dilaksanakan di propinsi, KPH dan DAS yang sama. Demikian juga tahun 1982/83. Berdasarkan data yang

II/12

Page 13:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 1HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1977/78 - 1982/83(luas areal dalam ha)

Ho Daerah Tingkat I/ 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81¹) 1981/82 ²) 1982/833)

Propinsi

1. DI Aceh - - - - - 4.0002. Sumatera Utara 33.330 24.525 57.964 37.265 18.381 51.9283. Sumatera Barat 7.300 20.000 23.550 21.357 8.524 12.580

4. Riau - - 588 282 2.760 7.8505. Jambi - 622 4.414 4.850 1.8806. Sumatera Selatan 7.352 32.849 24.054 ¹) 9.488 1.491 14:9207. Bengkulu 190 1.980 3.360 4.823 1.144 4.0808. Lampung 10.874 4.989 7.350 ¹) 6.520 11.980 11.2679. Jawa Barat 120.065 119.252 63.842 ¹) 86.450 69.922 60.034

10. Jawa Tengah 96.621 91.999 102.838 92.130 72.778 107.62711. DI Yogyakarta 18.486 24.300 11.770 11.867 26.870 22.71012. Jawa Timur 117.962 93.934 89.130 ¹) 84.484 88.653 103.59513. Kalimantan Barat 1.381 13.756 23.425 8.762 12.786 10.660

14. Kalimantan Selatan 4.025 2.660 4.896 ¹) 6.080 4.917 8.78015. Sulawesi Utara 17.880 15.270 19.500 26.230 9.290 19.51516. Sulawesi Tengah 8.982 10.205 11.720 9.130 5.780 10.26017. Sulawesi Selatan 56.005 73.712 73.086 68.978 27.829 88.05818. Sulawesi Tenggara 6.285 11.859 18.200 20.067 18.580 22.39019. Bali 27.923 25.617 11.376 10.827 11.225 9.20320: Nusa Tenggara Barat 11.600 13.900 10.748 27.987 21.284 36.70321. Nusa Tenggara Timur 3.700 15.120 13.875 20.500 30.247 37.190

Jumlah 549.961 596.549 575.6861) 558.077 444.441 645.230(87%) (86,5%) (84,0%) (82,2%) (66,4%)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka rencana

II/13

Page 14:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

GRAFIK II – 1HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN

1977/78 – 1982/83

II/14

Page 15:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I – 2PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL PEMBANGUNAN

1977/78 – 1981/82 ¹)(ha)

No Daerah Tingkat I / 1977/78 1978/79 1979/802) 1980/812) 1981/82Propinsi

1. DI Aceh 6.840 6.840 6.840 6.840 6.8402. Sumatera Utara 28.303 45.377 88.500 115.651 131.884

3. Sumatera Barat 6.172 9.449 16.700 27.179 35.683

4. Riau 930 930 1.505 1.645 4.005

5. Jambi 616 616 3.711 7.287 7.287

6. Sumatera Selatan 23.308 26.551 45.129 48.701 48.701

7. Bengkulu 945 1.135 1.281 2.416 3.560

8 . Lampung 6.468 9.254 14.362 18.379 26.068

9. Jawa Barat 230.140 287.119 326.397 379.371 426.952

10. Jawa Tengah 128.692 194.886 219.256 280.427 334.459

11. DI Yogyakarta 15.356 21.641 30.376 39.973 65.023

12. Jawa Timur 79.194 137.049 186.920 230.243 288.943

13. Kalimantan Barat 8.126 9.036 13.043 20.321 26.924

14. Kalimantan Selatan 2.897 2.897 4.561 6.554 8.264

15. Sulawesi Utara 15.350 23.879 27.977 35.380 40.430

16. Sulawesi Tengah 6.882 7.686 10.836 17.326 22.847

17. Sulawesi Selatan 46.190 67.881 96.713 154.393 154.393

18. Sulawesi Tenggara 4.721 7.846 15.446 25.252 40.355

19. Bali 14.684 17.609 24.145 33.945 44.259

20. Nusa Tenggara Beret 599 599 4.277 19.508 28.400

21. Nusa Tenggara Timur 11.050 14.309 21.214 34.149 58.899

Jumlah : 637.463 892.589 1.159.189 1.504.940 1.804.176

1)Angka kumulatif, sejak tahun 1969/70 sampai

2)dengan akhir tahun fiskal yang bersangkutanAngka diparbaiki

II/15

Page 16:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

GRAFIK II – 2PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL PENGHIJAUAN,

1977/78 – 1981/82

Page 17:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan
Page 18:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

II/16

Page 19:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL II - 3

PEMBUATAN CHEK DAM ¹) MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1978/79 - 1982/83(buah)

No.Daerah Tingkat I/

Propinsi 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/832)

1. DI Aceh - - 1 1 42. Sumatera Utara - - 10 15 503. Sumatera Barat - - 3 3 64. Riau - - - - 35. Jambi - - - 2 -7. Sumatera Selatan - - 1 11 218. Bengkulu - - 1 1 58. Lampung - - 2 10 389. Jawa Barat 2 10 47 84 104

10. Jawa Tengah 2 9 42 81 11011. DI Yogyakarta - 2 10 20 2512. Jawa Timur 2 11 53 85 14313. Sulawesi Utara - - 4 4 1714. Sulawesi Tengah - - 2 4 815. Sulawesi Selatan 1 2 25 40 9916. Sulawesi Tenggara - - 2 8 1017. Bali - 1 5 13 -18. Nusa Tenggara Barat 2 - 20 24 4519. Nusa Tenggara Timur 1 2 10 16 34

Jumlah : 10 37 238 422 722

Page 20:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

1) Sebuah check dam rata-rata setara

2)dengan 250 ha (catchment area)Angka rencana

II/17

Page 21:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 4

PEMBUATAN PETAK PERCONTOHAN/DEMPLOT ¹) PENGAWETAN TANAH

DAN USAHA PERTANIAN MENETAP MENURUT DAERAH TINGKAT I,1980/81 - 1982/83

(unit)

Daerah Tingkat I /No. Propinsi 1980/81 1981/82 1982/832)

1. Sumatera Utara 5 21 412. Sumatera Barat 4 8 143. Riau 4 12 254. Jambi 3 10 95. Sumatera Selatan 22 29 366. Bengkulu 3 3 57. Lampung 3 13 208. Jawa Barat 24 65 889. Jawa Tengah 42 80 140

10. Daerah I . Yogyakarta 4 18 3611. Jawa Timur 26 81 12412. Kalimantan Barat 8 41 2813. Kalimantan Selatan 4 8 1414. Sulawesi Utara 1 24 2015. Sulawesi Tengah 2 4 2616. Sulawesi Selatan 13 28 5417. Sulawesi Tenggara 3 20 2018. B a 1 i 5 12 2619. Nusa Tenggara Barat 10 12 4020. Nusa Tenggara Timur 12 12 24

Jumlah : 198 501 790

1) Luas I unit demplot pengawetan tanah = 10 ha

2)Luas I unit demplot usaha pertanian menetap = 20 haAngka rencana

II/18

Page 22:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL II – 5

JUMLAH PETUGAS LAPANGAN PENGHIJAUAN (PLP) DAN PETUGASLAPANGAN REBOISASI (PLR) MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1977/78 – 1982/83(orang)

*) Hanya terdiri dari petugas lapanganpengadaan bibit reboisasi

II/19

Page 23:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

tersedia, kegiatan-kegiatan tersebut dalam tahun 1981/82 men-capai sekitar 60,5% atau kurang lebih 146.846 ha. Sedangkan realisasinya dalam tahun 1982/83 belum dapat dilaporkan.

Angka-angka realisasi pelaksanaan reboisasi selama tahun-tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat pada Tabel II - 6.

Keberhasilan yang dicapai dalam kegiatan reboisasi se-ringkali mendapat gangguan, terutama dari bahaya kebakaran yang terjadi di beberapa daerah. Untuk menanggulangi bahaya tersebut telah dibuatkan ilaran api. Pada tahun-tahun ter-akhir ini pembuatan ilaran api diperluas. Pengamanan hasil reboisasi setelah tanamannya berumur 3 tahun sepenuhnya men-jadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Seperti dalam kegiatan penghijauan, maka dalam kegiatan reboisasi juga disediakan petugas lapangan. Petugas lapangan reboisasi (PLR) pada tahun 1981/82 berjumlah 1.017 orang.

Dalam Tabel II - 7 dapat diikuti perkembangan hasil re-boisasi sejak Repelita I sampai dengan tahun 1981/82. Hasil reboisasi sampai dengan tahun 1975/76, sebelum ada Inpres Penghijauan dan Reboisasi, adalah sekitar 188.240 ha. Sampai dengan tahun 1981/82 luas areal hasil reboisasi berjumlah se-kitar 961.282 ha.

Kegiatan rehabilitasi dan reboisasi di areal pengusahaan hutan selama ini jauh tidak seimbang jika dibanding dengan laju penurunan sumberdaya hutan akibat eksploitasi. Usaha re-boisasi yang telah dilakukan oleh para pengusaha pemegang HPH dalam tahun 1978/79 menurut laporan yang ada mencapai kurang lebih 1.480 ha dan tahun 1979/80 sekitar 800 ha. Realisasi penanaman hutan perkayuan areal bekas tebangan HPH sampai de-ngan tahun 1981/82 adalah seluas 19.320 ha. Rencana reboisasi dan permudaan hutan areal HPH dalam tahun 1982/83 adalah se-luas 99.242 ha.

Kelambatan seperti yang ditunjukkan oleh angka-angka di atas disebabkan oleh adanya berbagai kesulitan dalam penga-daan benih dan bibit serta oleh penguasaan tehnik reboisasi dan pengadaan tenaga terampil di kalangan pemegang Hak Peng-usahaan Hutan yang belum memadai. Masalah-masalah di atas ini mengakibatkan tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang HPH dalam bidang reboisasi/rehabilitasi. Usaha-usaha mena-ngani masalah tersebut terus dilaksanakan sejalan dengan usa-ha penanganan masalah HPH secara menyeluruh. Adanya masalah-

II/20

Page 24:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 6

HASIL PELAKSANAAN USAHA REBOISASI MENURUTDAERAH TINGKAT I,

1977/78 - 1982/83(luas areal dalam ha)

No. Daerah Tingkat I / 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/822) 1982/833)

Propinsi

1. DI Aceh 1.767 283 1.347 2.2491) 2.236 5.0002. Sumatera Utara 19.076 24.063 16,957 1) 17.283 13.910 19.8553. Sumatera Barat 6.356 2.899 2.500 3.220 3.420 4.2004. Riau - 615 1.342 2.0001) 04) -5. Jambi - 2.000 719 719 150 -6. Sumatera Selatan 6.980 25.113 38.185 13.9581) 0 12.2627. Bengkulu - - 482 4001) 350 2.0008 . Lampung 5.900 6.100 2.800 9.800 11.199 18.000

9. Jawa Barat 41.035 44.479 42.8691) 45.2161) 39.005 38.43810. Jawa Tengah 33.707 - - - - -11. DI Yogyakarta 1.006 1.102 914 1.000 500 1.00012. Jawa Timur 18.514 - - - - -

13. Kalimantan Barat 300 23.765 13.200 11.9471) 16.364 18.53314. Kalimantan Selatan 3.300 15.160 18.664 5.0471) - -15. Sulawesi Utara 9.360 19.800 20.425 18.5001) 8.779 16.00016. Sulawesi Tengah 8.400 17.635 10.800 15.1991) 6.575 16.50017. Sulawesi Selatan 22.161 25.904 22.5201) 9.5491) 15.575 30.70618. Sulawesi Tenggara 12.303 14.844 9.523 15.199 10.410 13.50019. Bali 2.904 5.000 1.458 5811) 567 74820. Nusa Tenggara Barat 2.500 5.340 2.905 7.400 4.910 8.30021. Nusa Tenggara Timur 2.500 3.213 5.380 7.355 12.896 13.325

Jumlah 198.069 237.315 212.9901) 186.6221) 146.846 218.367(97,5%) (82,4%) (70,7%) (78,0%) (60,5%)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka rencana4) Masih dalam pelaksanaan

II/21

Page 25:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

GRAFIK II - 3HASIL PELAKSANAAN USAHA REBOISASI,

1977/78 - 1982/83

II/22

Page 26:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I – 7PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL REBOISASI,

1977/78

No. Daerah Tingkat I /Propinsi

1977/78 1978/79 1979/80 2) 1980/812) 1981/82

1. DI Aceh 7.586 9.227 9.302 10.144 10.1442. Sumatera Utara 42.151 59.614 75.862 88.841 101.2913. Sumatera Barat 5.286 10.336 11.522 12.990 14.3294. Riau 1.830 1.830 1.870 2.470 2.4705. Jambi 1.200 1.200 1.225 1.225 1.3756. Sumatera Selatan 22.423 26.003 57.403 65.960 65.9607 . Bengkulu 592 592 999 1.349 1.6998 . Lampung 10.309 15.809 17.850 27.064 38.2639. Jawa Barat 180.368 216.648 255.283 297.804 332.262

10. Jawa Tengah 31.399 63.298 63.298 63.298 63.29811. DI Yogyakarta 2.803 3.517 4.309 5.251 5.697

12. Jawa Timur 17.913 35.698 35.698 35.698 35.698

13. Kalimantan Barat 10.940 11.222 15.627 24.899 39.56614. Kalimantan Selatan 4.717 5.467 . 5.467 10.514 10.51415. Sulawesi Utara 8.400 15.286 27.163 32.488 34.620

16. Sulawesi Tengah 15.554 22.424 28.093 30.943 35.90317. Sulawesi Selatan 27.484 40.115 53.168 59.635 69.25018. Sulawesi Tenggara 12.508 24.053 30.201 40.492 50.241

19. Bali 5.432 6.939 8.026 8.366 8.80020. Nusa Tenggara Barat 2.045 2.045 3.108 9.853 11.66321. Nusa Tenggara Timur 6.480 8.655 12.792 18.489 28.238

J u m l a h : 417.420 579.978 718.266 847.773 961.281

1) Angka-angka kumulatif sejak tahun 1969/70 sampai dengan akhir tahun f i sk a l yang bersangkutan

2) Angka diperbaiki

II/23

Page 27:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

GRAFIK I I - 4PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL REBOISASI,

1977/78 - 1981/82

II/24

Page 28:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

masalah tersebut antara lain telah mendorong dikeluarkannya Keputusan Presiden No.35 Tahun 1980 tentang simpanan wajib reboisasi/rehabilitasi areal HPH, yang menentukan pemungutan dana 4 untuk setiap m3 kayu yang diproduksi sebagai dana cadangan pelaksanaan reboisasi di areal HPH yang bersangkutan.

Dari Tabel II - 1 dan Tabel II - 6 dapat dilihat bahwa hasil penghijauan dan reboisasi apabila diukur atas dasar luas areal yang berhasil ditangani sejak tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1981/82 terus menurun. Secara garis besarnya hambatan dan masalah pokok dalam pelaksanaan penghijauan dan reboisasi dapat dirumuskan sebagai di bawah ini.

a. Tenaga perencana yang ada belum memadai, baik jumlah mau-pun kwalifikasinya;

b. Mekanisme perencanaan belum sepenuhnya mencerminkan kese-rasian program dengan keinginan petani/masyarakat pada umumnya, dengan kondisi/situasi wilayah setempat dan dengan kemampuan pelaksanaan yang ada;

c. DAS/Sub-DAS sebagai satuan wilayah penanganan rehabilita-si lahan belum dipolakan secara terpadu berdasarkan pola tata guna lahan dan kemampuan lahannya;

d. Organisasi penyelenggaraan dan personalia belum memadai, antara lain karena:

(1) Belum adanya keserasian antara organisasi-organisa-si penyelenggara penghijauan masing-masing baik yang ada di Pusat, di Propinsi maupun yang di Kabupaten dan di desa,

(2) Kurangnya keserasian antara kegiatan-kegiatan penga- daan bibit, penanaman dan pemeliharaan tanaman,

(3) Rendahnya dayaguna cara kerja proyek, sehingga pe- laksanaan kegiatan operasionalnya lamban,

(4) Belum memadainya peranan desa dalam kegiatan penghi-jauan pada umumnya; penyelenggaraan kegiatan-kegiat-an penghijauan masih terpusat di Pemerintah Daerah Tingkat II/proyek yang bersangkutan,

(5) Petugas Khusus Penghijauan (PKP) di daerah tingkat II belum berfungsi sebagaimana mestinya,

(6) Petugas Lapangan Penghijauan (PLP) masih merangkap sebagai petugas tehnis proyek dan sebagai penyuluh lapangan,

(7) Jumlah dan mutu Petugas Lapangan Reboisasi (PLR) dan Mandor Tanaman belum memadai.

e. Belum terpenuhinya kebutuhan akan bibit, baik dalam arti jumlahnya maupun kwalitasnya, dan kurang terpenuhinya

II/25

Page 29:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

kebutuhan akan ketepatan waktu pengadaannya;f. Pelaksanaan kegiatannya kurang memperhatikan rencana dan

rancangan yang telah ditetapkan;g. Pembuatan percontohan usaha pertanian menetap dalam rang-

ka pengendalian perladangan berpindah belum mencapai sa-saran yang diharapkan;

h. Penggunaan biaya penghijauan dan reboisasi masih kurang efektip dan kurang efisien, sehingga jumlah bantuan yang tersedia di beberapa daerah dirasakan terlalu kecil;

i. Proses administrasi proyek menyebabkan keterlambatan da-lam penyaluran dana dan pengurangan terhadap jumlah yang seharusnya diterima petani;

j. Pengendalian oleh Team Pembinaan Program Bantuan Tingkat Propinsi pada umumnya belum berjalan sebagaimana mesti-nya, demikian pula pengendalian terhadap pelaksanaan ke-giatan intern proyek;

k. Partisipasi aktip masyarakat/petani peserta penghijauan masih kurang memadai;

l. Pengikut sertaan lembaga-lembaga masyarakat di daerah pe-desaan, seperti LKMD, dalam kegiatan penghijauan belum dilaksanakan.

c. Pengaturan dan Pengamanan Sungai

Sebagai telah disebutkan terdahulu kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai terdiri atas pengerukan hambatan, pe-lurusan aliran, sudetan, perlindungan dan perkuatan tebing serta pembangunan tanggul, pembangunan bendungan untuk pen-cegahan banjir beserta saluran-saluran dan pintu-pintu ban-jirnya. Bendungan untuk pencegahan banjir pada umumnya juga dapat dimanfaatkan sebagai irigasi, sumber persediaan air minuet, pembangkit tenaga listrik dan lain-lainnya.

Dalam rangka pelaksanaannya dalam bagian program penga-turan, perbaikan dan pengamanan sungai tercakup proyek-proyek yang dikelola secara khusus, seperti proyek sungai-sungai Ci-tanduy, Cimanuk, Bengawan Solo, Pemali Comal, Cisanggarung, Arakundo, Wampu, Ular dan Bah Bolon. Di samping itu dikelola pula proyek-proyek pengendalian banjir Jakarta, Serbaguna Kali Brantas dan penanggulangan akibat meletusnya gunung-gunung berapi.

Dalam Repelita III program ini diperkirakan akan meliputi areal manfaat seluas ± 770.000 ha. Daerah yang dapat diamankan pada tahun 1977/78 meliputi 103.238 ha dan dalam tahun 1978/79 meliputi 65.663 ha. Sebagai hasil pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun-tahun berikutnya maka

II/26

Page 30:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

luas daerah yang dapat dan diharapkan dapat diamankan meli-puti 78.953 ha dalam tahun 1979/80, 120.375 ha dalam tahun 1980/81 dan 75.473 ha dalam tahun 1981/82. Dalam tahun 1982/83 luas daerah yang diharapkan dapat diamankan meli-puti 37.195 ha. Perincian lugs areal tersebut untuk setiap tahun dapat dilihat pada Tabel II - 8 dan Tabel II - 9.

2. Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Program ini terutama mencakup kegiatan-kegiatan Pemetaan Dasar, Inventarisasi dan Evaluasi Sumber-sumber Alam, Peles-tarian Sumber Alam dan Lingkungan Hidup, Pengkajian dan Pe-nanganan Masalah Lingkungan Hidup serta Pengembangan Sumber-daya Air dan Penanggulangan Pencemaran Air.

a. Pemetaan Dasar

Sebagai kegiatan lanjutan dan pelengkap terhadap survei yang telah dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan survei geodesi di wilayah-wilayah Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali dan Musa Tenggara. Di samping itu dalam bidang fotogrammetri dan kartografi di wilayah-wilayah Sumatera, Kalimantan, Sula-wesi dan Irian Jaya dalam tahun-tahun tersebut telah dibuat peta topografi dengan Skala 1 : 50.000. Selanjutnya di wila-yah-wilayah tersebut dalam tahun-tahun tersebut juga telah dilaksanakan pengukuran sifat datar teliti serta pemotretan udara yang berskala 1 : 100.000 dengan panchromatic superwide angle dan yang berskala 1 : 50.000 atau 1 : 60.000 dengan in-fra merah berwarna semu wide angle.

Untuk memungkinkan tercapainya hasilguna yang tinggi da-lam pemetaan antara lain telah diterapkan metode survei tahap berganda (multi-stage survey) dengan melakukan pemotretan panchromatic dan infra merah berwarna semu. Dengan diterap-kannya tehnologi itu maka sebagian gangguan iklim dan cuaca terhadap kegiatan pemotretan dapat ditanggulangi.

Perkembangan hasil kegiatan pemetaan dasar untuk sumber-daya alam daratan dapat dilihat dalam Tabel II - 10.

Sementara pemetaan dasar dilakukan, seperti dalam tahun-tahun sebelum tahun 1978/79, telah dilaksanakan pula setelah tahun 1978/79 pemetaan tematik yang diperlukan antara lain untuk menunjang program transmigrasi. Dalam pada itu, selama tahun-tahun tersebut dilaksanakan juga penelitian pasang surut bumi di stasiun-stasiun Bandung, Manado, Ujung Pandang,

II/27

Page 31:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 8

PERKEMBANGAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAI, PENGEMBANGANWILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1977/78 - 1982/83

(luas areal yang diamankan dalam ha)

No. Daerah Tingkat I /Propinsi

1977/78 ¹) 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/833)

1. DI Aceh 2.300 1.800 1.600 2.1002) 1.5002. Sumatera Utara 30.000 16.900 12.500 10.2002) 4753. Sumatera Barat 125 125 1.500 8402) 250

4. Riau - 100 300 290 -5. Jambi - 1.500 2.000 1.500 1506. Sumatera Selatan - 2.700 5.000 3.1002) -7. Bengkulu 650 400 500 500 5008. Lampung 2.950 500 600 500 -9. Kalimantan Barat - 2.000 4.000 700 -

10. Kalimantan Selatan - 750 500 1.500 7511. Kalimantan Timur - 1.250 900 900 -12. DKI Jakarta 35 2.000 4.750 2.0062) -13. Jawa Barat 20.400 14.957 13.050 13.3252) 8.90514. Jawa Tengah 5.200 18.000 29.5602) 19.7502) 43515. DI Yogyakarta - 1.921 2.2002) 2.185 77716. Jawa Timur - 7.853 31.8402) 9.8272) 21.19017. Sulawesi Utara - 500 1.000 1.000 70218. Sulawesi Tengah - 1.897 3.175 2.650 1.80019. Sulawesi Selatan - 1.000 3.100 7002) -20. Sulawesi Tenggara - 400 400 400 -21. Bali - 900 900 1.000 43622. Nusa Tenggara Barat 4.000 400 400 400 -23. Maluku 3 100 200 - -24. Nusa Tenggara Timur - 100 2002) 1002) -25. Timor Timur - 900 - - -

Jumlah : 103.238 65.663 78.953 120.3752) 75.4732) 37.195

1) Angka tidak diper inci2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

II/28

Page 32:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 9

PERKEMBANGAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAI, PENGEMBANGANWILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

MENURUT JENIS KEGIATAN,1977/78 - 1982/83

(luar areal yang diamankan dalam ha)

1) Angka tidak diperinci2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

II/29

Page 33:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 10HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN DASAR UNTUK SUMBER DATA DARATAN,

1978/79 - 1981/82

No. Uraian kegiatan Satuan 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 * )1. Pemasangan stasiun survei geodesi stasiun - - 370 442. Pemasangan titik kontrol t i t ik 25 - - -3. Pengukuran sifat datar te l i t i km - 270 90 5004. Pelaksanaan Fotogrametri dam kartografi km2 22.500 37.500 37.500 5755. Pembuatan induk peta topografi

skala 1 : 50.000 km2 - 45.000 37.500 975

*) Angka sementara

II/30

Page 34:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Banjarmasin, Jayapura dan Kepahiang. Dalam pelaksanaan pene-litian pasang surut bumi itu Pemerintah bekerjasama dengan International Centre for Earth Tides (ICET) di Brussels.

b. Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam

Dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah di-laksanakan survei sumberdaya regional untuk memperoleh infor-masi mengenai sumberdaya geologi, tanah, hutan, iklim dan kependudukan di lima propinsi di pulau Sumatera bagian Sela-tan. Di samping itu telah dilaksanakan pula inventarisasi dan kompilasi data mengenai sumberdaya yang telah ada yang berasal dari inventarisasi yang sifatnya partial.

Kegiatan survei tersebut di atas ini ditunjang dan disem-purnakan dengan penelitian yang menggunakan tehnologi citra satelit sumberdaya dan citra SLAR (side looking airborne ra-dar) serta potret udara panchromatic dan infra merah.

Dengan dilaksanakannya survei tersebut maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 jaringan informasi menge-nai sumberdaya alam telah lebih berkembang.

Guna menunjang pengembangan industri pertambangan dan energi, selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan pula inventarisasi potensi sumberdaya mineral dan energi yang terdapat di lima wilayah pusat pertumbuhan industri. Tujuan kegiatan tersebut adalah menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengembangkan industri yang sesuai dengan potensi wilayah yang bersangkutan, khususnya ditinjau dari kemungkinan dukungan yang dapat diharapkan dari sumberdaya mineral dan energi yang tersedia. Kelima wilayah pusat pertumbuhan industri yang ditelaah potensinya adalah Sumatera Utara dan Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Banten, Jawa, Kalimantan Timur serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Jenis-jenis mineral yang disurvei meliputi besi, bauksit, timah, tembaga, mangan, emas, silikat dan ka-pur. Sedangkan sumberdaya energi yang disurvei meliputi batu bara, minyak dan gas bumi, tenaga air dan panas bumi.

Selanjutnya, selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan pemetaan tataguna tanah pedusunan yang meliputi areal seluas 393.000 km2 dengan skala 1 : 200.000 sampai 1 : 25.000, pemetaan kemampuan tanah seluas 118.000 km2 dengan skala 1 : 50.000 dan 1 : 100.000, pengu-kuran dan pemetaan wilayah kota kecamatan sebanyak 251 buah, pemetaan 44 kota kabupaten dan pemetaan 31 kotamadya.

II/31

Page 35:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Kegiatan pemetaan data tata guna tanah seperti tersebut di atas dilaksanakan secara berkesinambungan di berbagai wi-layah di Indonesia. Dalam pelaksanaannya didahulukan pemetaan yang diperlukan untuk program/proyek transmigrasi yang meli-puti areal seluas 1.209.000 ha, proyek resettlemen seluas 11.000 ha dan proyek perkebunan seluas 335.000 ha.

Sumber alam hutan yang dinyatakan sebagai kawasan hutan, yaitu areal yang secara pasti ditunjuk untuk hutan tetap, luasnya 113.076,45 ribu ha atau 58,42 % dari luas areal selu-ruh daratan. Areal tersebut berada pada berbagai tingkat pe-nyelesaian status hukum. Seluas 94.086 ribu ha dari areal tersebut telah disurvei untuk diketahui peruntukan dan poten-sinya dengan setepat mungkin.

Di samping hal-hal di atas selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 juga telah dapat disusun dan ditetapkan tata guna hutan kesepakatan untuk 16 propinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur dan Irian Jaya.

Pengukuran dan pemancangan batas hutan, baik di atas ker-tas maupun di lapangan, perlu dilaksanakan untuk seluruh ka-wasan hutan. Tetapi sebagai akibat banyaknya faktor pembatas, seperti biaya dan tenaga terampil untuk pengukuran dan pera-latan, kegiatan itu berjalan lambat dan belum bisa mengikuti laju kegiatan pengelolaan hutan secara keseluruhan. Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 penataan batas ter-sebut mencapai 21.811,88 km, di antaranya penataan batas se-panjang 5.311,88 km dilaksanakan dalam tahun 1981/82.

Penelaahan sistem tebangan dan sistem pengelolaan pengu-sahaan hutan juga dilaksanakan setiap tahun. Penelaahan yang terakhir, yang dilaksanakan dalam tahun 1982/83 merupakan pe-nelaahan mengenai kemungkinan diterapkannya sistem tebang ha-bis di areal yang dibebani Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang disertai dengan pengurangan luas tebangan dan pemberian te-kanan pada penanganan reboisasi areal bekas tebangan. Pene-laahan serupa itu merupakan upaya evaluasi yang mendasar da-lam rangka pembinaan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan evaluasi mengenai potensi sumber alam tanah yang

II/32

Page 36:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

meliputi areal seluas 167 juta ha yang lokasinya tersebar di seluruh tanah air dan meliputi 85 lokasi wilayah calon pene-rima transmigran seluas 1,18 juta ha. Di samping itu telah dilaksanakan pula survei dan pemetaan tanah untuk menunjang transmigrasi pertanian di atas tanah tadah hujan, untuk me-nunjang pembangunan pabrik gula, pendayagunaan daerah rawa/ pasang surut serta untuk menunjang pengembangan daerah aliran sungai dan reklamasi tanah kritis.

c. Pelestarian Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Undang-undang No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok di Bidang Kehutanan menyatakan bahwa kawasan perlin-dungan dan pelestarian alam terdiri atas suaka margasatwa, cagar alam, taman buru dan taman wisata. Sejak Repelita II dalam rangka pengembangan perlindungan dan pelestarian alam telah dikembangkan konsepsi pewakil ekosistem dan perlindung-an biosfir. Berdasarkan konsep tersebut beberapa areal perlin-dungan dan pelestarian alam telah dikembangkan menjadi taman nasional. Atas dasar konsep tersebut penentuan suatu wilayah menjadi kawasan perlindungan dan pelestarian alam sejak semula didasarkan atas baik pertimbangan ekologi, sosial budaya mau-pun ekonomi. Pengelolaan taman nasional merangkum baik kegiat-an pencagaran maupun kegiatan pengembangan sumberdaya alam hayati.

Sejak akhir Repelita II telah diadakan studi persiapan untuk pembangunan 23 taman nasional yang meliputi areal se-luas 5.359.206 ha. Pada tahun 1980/81 telah diresmikan lima buah taman nasional, yaitu Gunung Leuser, Ujung Kulon, Gunung Gede Pangrango (Cibodas), Baluran dan Pulau Komodo, masing-masing meliputi areal seluas 1.094,87 ribu ha, 136,66 ribu ha, 15,00 ribu ha, 27,87 ribu ha dan 171,30 ribu ha. Dan pada tahun 1981/82 telah disusun rencana karya pengelolaan untuk kelima taman nasional tersebut.

Pada tahun 1982/83 telah diresmikan lagi sebelas taman nasional yang meliputi Kerinci Seblat, Barisan Selatan, Pu-lau Seribu, Bromo Tengger Semeru, Meru Betiri, Bali Barat, Tanjung Puting, Kutai, Lore Lindu, Dumoga Bone serta Manu-sela, dan luas seluruhnya 3.392.177 ha.

Pada tahun 1978/79 jumlah kawasan perlindungan dan peles-tarian alam yang telah ditunjuk seluruhnya meliputi 239 unit dan luasnya 6.847.981 ha. Sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 kawasan perlindungan dan pelestarian alam yang sudah ditunjuk seluruhnya mencapai 320 unit dengan areal se-

II/33

Page 37:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

luas 15.772.606 ha. Dari angka-angka itu ternyata bahwa luas kawasan perlindungan dan pelestarian alam selama tahun 1978/ 79 sampai dengan tahun 1982/83 bertambah dengan 8.924.625 ha. Dengan perkataan lain selama lima tahun yang lalu luas kawas-an itu setiap tahun rata-rata meningkat sebesar kurang lebih 23 %. Perkembangan jumlah dan luas kawasan perlindungan dan pelestarian alam selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat pada Tabel II - 11.

Meskipun konsepsi taman nasional sudah berkembang cukup jauh, landasan hukum untuk pengembangannya masih ketinggalan. Untuk mengejar ketinggalan itu maka dewasa ini sedang diper-siapkan suatu Rancangan Undang-undang (RUU) Konservasi Sumber-daya Alam Hayati dan Tata Lingkungannya, yang akan menjadi landasan hukum untuk pengembangan taman nasional selanjutnya. RUU tersebut antara lain mengatur status hukum kawasan taman nasional serta arah peruntukan dan pengembangannya.

Selanjutnya dewasa ini sedang dipersiapkan pula berbagai pedoman untuk pengelolaan taman nasional, yang terdiri atas pedoman penetapan dan pengelolaan daerah penyangga taman nasional, pedoman pengusahaan taman nasional dan pedoman pe-ngaturan pengunjung taman nasional.

Pada tanggal 11 - 22 Oktober 1982 telah diadakan Kongres Taman Nasional Sedunia di Denpasar, Bali. Kongres tersebut membahas masalah perkembangan dan pengembangan taman nasional serta tindak lanjut yang perlu diambil. Pelaksanaan Kongres tersebut di Indonesia merupakan salah satu indikator yang me-nunjukkan kemajuan yang telah dicapai dalam rangka pengem-bangan taman nasional di Indonesia.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 perlin-dungan dan pelestarian alam tidak hanya dilaksanakan di da-lam kawasan perlindungan dan pelestarian alam. Selama tahun-tahun tersebut usaha itu juga dilakukan melalui berbagai kegiatan di luar kawasan perlindungan dan pelestarian alam. Kegiatan tersebut meliputi :a. pengawasan lalu lintas satwa dan flora;b. pengaturan perburuan satwa;c. pengembangan satwa dan habitatnya di luar kawasan

perlindungan dan pelestarian alam;d. pengembangan taman botani di luar kawasan perlindungan

dan pelestarian alam;e. penetapan status satwa dan flora langka;f. pembinaan wisata alam, khususnya di kalangan remaja; dan

II/34

Page 38:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 11PERKEMBANGAN KEADAAN KAWASAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN ALAM,1978/79 - 1981/82

Jenis 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83No. Kawasan Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Unit (luas (ha) Unit Luas (ha) Unit Luas (ha)

*)1 . Cagar Alan 151 2.707.773 157 2.808.686 162 3.364.253 157 3.518.598 172 6.080.766 175 6.123.7432. Suaka *) *)

Margasatwa 43 3.574.650 45 3.580.050 53 4.135.767 51 5.182.215 78 4.676.668 71 4.676.088

3. Taman Baru 9 327.471 9 327.471 10 279.671 12 374.671 11 325.921*)

11 326.2914. Taman Wisata 22 35.635 28 131.774 32 133.672 37 134.622 48 164.985 47 165.265

5. Taman Nasional - - - - 5 994.320 5 994.320 16 4.481.219

Jumlah : 225 6.645.529 239 6.847.981 257 7.913.363 262 10.204.426 314 12.242.660 320 15.772.606

* ) Sebagian/seluruhnya digabungkan/diubah statusnya menjadi Taman Nasional dan atau Taman Wisata

II/35

Page 39:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

GRAFIK II - SPERKEMBANGAN KEADAAN KAWASAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN

ALAM (PPA), 1977/78 - 1982/83

Unit kawasan314 320

1978/79 .1979/80 .1980/81 1981/821982/83

1977/7

15.772.606

12.000.000

— 8.000.000

--4.000.000 —

1977/7

Page 40:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan
Page 41:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

II/36

Page 42:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

g. monitoring dampak lingkungan, terutama yang erat kaitan-nya dengan upaya konservasi sumber alam dan lingkungan hidup.

Selain pengembangan taman nasional yang telah dilaksana-kan sejak Repelita II, akhir-akhir ini telah diusahakan pula pengembangan taman laut untuk melindungi dan melestarikan ekosistem laut. Dalam hubungan itu sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 sebanyak 18 lokasi telah dipersiapkan untuk dijadikan taman laut. Pada tahun 1981/82 sebanyak 3 da-ri 18 lokasi tersebut sudah dikukuhkan sebagai taman laut.

d. Pengkajian dan Penanganan Masalah Lingkungan Hidup

Dalam tahun 1981/82 sudah dapat diselesaikan penyusunan, pembahasan dan penerbitan Undang-undang No.4 Tahun 1982 ten-tang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut selanjutnya akan menjadi landasan un-tuk berbagai ketentuan dan peraturan dalam penanganan masalah pengelolaan lingkungan hidup, seperti perlindungan dan peles-tarian alam, analisis dampak lingkungan, pengendalian dan/ atau penanggulangan pencemaran, baku mutu lingkungan hidup dan lain-lain.

Dalam rangka usaha melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dengan setepat-tepatnya, sejak akhir Repelita II telah dikembangkan berbagai jalur kegiatan. Pembentukan Pusat Studi Lingkungan yang dikaitkan dengan pembinaan universitas di da-erah merupakan salah satu jalur peningkatan kemampuan terse-but. Setiap Pusat Studi Lingkungan mendapat tugas khusus yang sesuai dengan kekhususan yang dimiliki dan dominan di daerah tempat Pusat Studi yang bersangkutan berada. Pembinaan dan pendayagunaan Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan di ling-kungan Sekretariat Wilayah Daerah Tingkat I dan Bappeda meru-pakan jalur kegiatan yang lain. Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup merupakan aparat Pemerintah Daerah yang me-nangani masalah koordinasi pengelolaan lingkungan. Sedangkan Bappeda adalah unsur Pemerintah Daerah yang mengkoordinasikan segenap perencanaan pembangunan di tingkat propinsi.

Selain ketiga jalur tersebut sejak tahun 1982/83 juga telah dikembangkan peningkatan peranserta lembaga swadaya masyarakat yang berminat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Suatu lembaga swadaya masyarakat dapat didayagunakan sebagai motivator masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup. Di samping itu dalam lingkup terbatas suatu lembaga swadaya

II/37

Page 43:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

masyarakat juga dapat berfungsi sebagai sarana mekanisme kontrol sosial terhadap segenap kegiatan yang ada dalam ma-syarakat.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah terbentuk Pusat Studi Lingkungan di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Malang, Surabaya, Jember, Samarinda, Pontianak, Banjar baru, Denpasar, Ujung Pandang, Ambon, Kupang dan Jayapura. Pusat-pusat Studi Lingkungan di Medan, Bogor, Bandung dan Ujung Pandang dikembangkan sebagai pembina untuk membantu pemba-ngunan Pusat Studi Lingkungan lainnya.

Setiap Pusat Studi Lingkungan berfungsi sebagai pusat pe-nelaahan, pendidikan dan pemasyarakatan lingkungan hidup dalam masalah perairan, lautan, tanah/wilayah kritis, daerah aliran sungai, toksikologi lingkungan, pemukiman dan industri serta pengembangan analisis dampak lingkungan.

Sebagai akibat pembangunan yang pesat maka dikuatirkan lingkungan hidup di daerah-daerah tertentu akan menurun mu-tunya dan keadaannya semakin membahayakan baik bagi kesehatan, kelestarian kehidupan maupun bagi kelangsungan pembangunan di masa depan. Dalam rangka menghadapi kemungkinan itu di kemudian hari, maka dalam tahun 1982/83 telah diusahakan langkah-langkah untuk penilaian terhadap mutu lingkungan di wilayah-wilayah Jabotabek, Gerbangkertasusila, Bandung Raya, Cirebon, Yogyakarta, Medan Raya, Denpasar, Ujung Pandang, Pontianak, Palembang dan di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti Ciliwung - Cisadane, Citarum, Cimanuk, Solo, Brantas, Musi, Kapuas, dan di beberapa wilayah lautan, seperti Teluk Jakarta, Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bangka, Teluk Ambon dan Selat Malaka.

Di samping itu dalam tahun 1980/81 dan 1981/82 telah di-persiapkan dan diterapkan Analisis Dampak Lingkungan (Andal) dalam rangka pelaksanaan beberapa kegiatan pembangunan, se-perti pembangunan kawasan Marunda, pembangunan bendung Sagu-ling, perluasan beberapa industri besar dan penambangan per-mukaan.

Untuk menyebar-luaskan pengertian dan pemahaman serta me-ningkatkan kemampuan pelaksanaan analisis dampak lingkungan tersebut sejak tahun 1979/80 telah dilaksanakan kursus-kursus tentang Andal di Pusat Studi Lingkungan di Jakarta, Bogor, Bandung dan Medan. Selanjutnya dalam tahun 1982/83 dilaksana-kan analisis mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

II/38

Page 44:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

pelaksanaan proyek transmigrasi pasang surut Kalimantan Sela-tan, proyek pabrik hydrocracker Dumai, pabrik semen Cibinong, bendungan serbaguna Jatiluhur, bendungan serbaguna Bakaru di Sulawesi Selatan, kompleks pabrik pupuk dan nitrat Cikampek, pabrik semen Indarung, pabrik elpiji Pabelokan dan pengem-bangan Brantas. Di samping itu dewasa ini sedang disusun ren-cana Andal untuk 8 proyek minyak dan gas bumi di Cilacap, Ba-likpapan, Arun, Natuna, Dieng, Jakarta dan Riau.

Sejak awal Repelita III telah mulai dilaksanakan dan di-lembagakan usaha-usaha untuk menanggulangi kerusakan ling-kungan yang terjadi sebagai akibat sampingan dari kegiatan pembangunan. Usaha-usaha itu misalnya dilaksanakan dalam ben-tuk rehabilitasi kawasan bekas pertambangan terbuka, pendaur-ulangan bahan buangan industri, pengembangan penanggulangan sampah industri dan rumahan dan dalam bentuk pemanfaatan limbah.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 usaha pencegahan pencemaran industri telah dilaksanakan di bidang industri tekstil, industri minyak dan gas, industri semen, industri pertambangan dan lain-lain. Dalam tahun-tahun itu pengendalian penggunaan pestisida juga lebih ditingkatkan.

Dalam rangka pengembangan usaha pencegahan dan penanggu-langan pencemaran industri dalam tahun 1981/82 telah dapat disusun sembilan buku panduan pencegahan dan penanggulangan pencemaran industri. Tujuh dari delapan buku tersebut berisi petunjuk-petunjuk mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran dalam industri-industri pulp dan kertas, soda kostik, kulit, lapis listrik, kapro laktum, pupuk petro serta asam sulfat dan aluminium sulfat. Sedang yang ke delapan merupakan buku panduan umum yang berisi pengkajian mengenai aspek lingkungan untuk proyek industri yang tidak memerlukan analisis dampak lingkungan.

Sejak tahun 1979/80, dalam rangka pencegahan dan penang-gulangan pencemaran industri, dilaksanakan pula inventarisasi dan monitoring mengenai mutu lingkungan perairan di Surabaya, Gresik dan Waru di Jawa Timur, Semarang dan Cilacap di Jawa Tengah, Medan dan Kuala Tanjung di Sumatera Utara serta Pa-lembang di Sumatera Selatan.

Usaha untuk menyusun peraturan perundangan yang mengatur penanggulangan pencemaran lingkungan telah mulai dilaksana-kan dalam tahun 1981/82 dan dewasa ini telah mulai menghasil-kan bentuk-bentuk hukum yang jelas.

II/39

Page 45:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

Oleh karena penanggulangan pencemaran lingkungan merupakan kewajiban Pemerintah dan masyarakat, maka penyertaan ma-syarakat ke dalam usaha penanggulangan pencemaran lingkungan mempunyai arti sangat penting. Peningkatan kesadaran masyara-kat dalam penanggulangan pencemaran lingkungan dilaksanakan melalui ceramah, percontohan, pendidikan, penerangan dan pe-nyuluhan terhadap generasi muda, pramuka, organisasi pemuda pencinta alam, pemuda mesjid, pesantren, wanita, para pengu-saha serta dengan penyertaan tokoh masyarakat dan alim ulama secara lebih intensip.

Di samping kegiatan-kegiatan di atas selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan usaha-usaha untuk memperkenalkan perorangan dan kelompok yang telah aktip membina lingkungan hidup. Di samping itu, kepada perorangan dan kelompok itu telah diberikan penghargaan dalam berbagai bentuk.

Jelaslah dari uraian di atas bahwa selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 kegiatan swadaya pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup sudah berjalan, baik dalam ska-la kecil maupun dalam skala besar.

e. Pengembangan Sumberdaya Air dan Penanggulangan Pen-cemaran Air

Dalam rangka pengembangan sumberdaya air telah dilaksana-kan studi pengembangan sumber-sumber air. Dalam tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah selesai dibahas laporan studi antara lain mengenai pengembangan sumberdaya air di daerah aliran sungai Cibeet, DKI Jakarta dan pulau Timor ba-gian barat.

Tiga ukuran pokok yang diperlukan dalam penggunaan air permukaan, khususnya dari sungai-sungai, adalah debit, kuali-ta dan maksud penggunaan. Ketiga ukuran tersebut menjadi lan-dasan pertimbangan pokok dalam setiap pembangunan yang me-nyangkut sumber alam air.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan berbagai studi untuk menelaah masalah pencemaran perairan. Studi itu dimaksudkan untuk menentukan pola tindak-an dalam mencegah dan menanggulangi masalah pencemaran per-airan dan untuk menentukan kriteria kualita air yang diperlu-kan agar memenuhi syarat untuk berbagai keperluan penggunaan. Studi kasus telah dilaksanakan di berbagai sungai di berba-gai kota besar. Dalam menentukan lokasi studi dipergunakan

II/40

Page 46:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

kriteria kepadatan penduduk, tingkat dampak yang diduga besar dan besarnya kegiatan yang berpengaruh terhadap kualita air sungai di wilayah yang bersangkutan. Studi khusus masalah pencemaran yang telah dilaksanakan selama tahun 1978/79 sam-pai dengan tahun 1982/83 antara lain ialah studi mengenai cara dan pola penanggulangan buangan industri di perairan sungai, studi tentang pengaruh pestisida yang digunakan dalam bidang pertanian terhadap kualita air sungai dan studi ten-tang pengaruh pencemaran air terhadap lingkungan biota air.

Banyaknya kegiatan pengangkutan barang melalui laut yang menggunakan bahan bakar minyak secara sengaja atau tidak me-nimbulkan masalah pencemaran laut. Kasus kandasnya kapal tanker Showa Maru di Selat Malaka memberikan pelajaran yang berharga bagi Indonesia. Sejak saat itu secara bertahap dan sistematis dilaksanakan berbagai studi untuk menelaah segi tehnik, ekonomi, keuangan dan segi hukum yang menyangkut ma-salah pemanfaatan sumber alam laut dan pencemaran laut yang diakibatkannya. Dalam rangka pengembangan usaha penanganan masalah pencemaran laut dewasa ini sedang disusun perangkat peraturan yang akan diberlakukan secara nasional dan untuk selanjutnya akan diajukan kedalam Konvensi Hukum Laut.

Selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan berbagai studi dan kegiatan untuk melestarikan eksistensi dan manfaat somber alam perairan pantai, antara lain melalui penelitian ekologi dan pengelolaan lingkungan hutan payau, penelitian perikanan pantai dan lain-lain. Dari penelitian tersebut telah dapat dihasilkan pedoman pengelola-an lingkungan pantai.

Penelitian mengenai segi tehnis pencemaran perairan pan-tai dan laut selama tahun 1978/79 sampai tahun 1982/83 telah dilaksanakan di Teluk Jakarta, pantai utara Jawa, Selat Bang-ka, Selat Malaka, pantai selatan Kalimantan dan perairan Ci-lacap. Bahan pencemar yang dimonitor di wilayah-wilayah ter-sebut meliputi logam-logam berat hidrargirum, cuprum, cad-mium, plumbum dan nikkel, hidrokarbon terklorinasi, hidrokar-bon dan bakteri. Seluruh bahan-bahan tersebut, baik yang ter-dapat bebas di perairan umum, yang terdapat dalam jaringan kerang-kerangan dan binatang laut lainnya maupun yang terda-pat dalam sedimen, telah dimonitor dan ditelaah.

3. Pengembangan Meteorologi dan Geofisika

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan bidang Meteoro-

II/41

I

Page 47:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL I I - 12

PERKEMBANGAN JUMLAH STASIUN DAN BALAI METEOROLOGI DANGEOFISIKA, SERTA STASIUN KLIMATOLOGI

YANG TELAH BERFUNGSI,1978/79 - 1982/83

(stasiun)

II/42

Page 48:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

TABEL II - 13

PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA STASIUN METEOROLOGI,KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,

1978/79 - 1982/83(dalam frekwensi x 1 unit)

1) Uraian diperbaiki2) Data pada bulan Desember 1982

II/43

Page 49:  · Web viewUntuk mengetahui potensi yang dimilikinya maka selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dilaksanakan survei hidrografi, studi oceanografi, studi oceanologi dan

logi dan Geofisika untuk menyediakan jasa bagi kepentingan peningkatan keselamatan penerbangan dan pelayaran, usaha pe-ningkatan produksi pertanian khususnya pangan, perindustrian, pertambangan, transmigrasi, pembangunan prasarana dan sarana, pencegahan dan penanggulangan akibat bencana alam, pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara, dan lain-lain. Pembangunan yang dilaksanakan dalam bidang ini meliputi pengembangan kualita, kuantita dan ragam jasa melalui pengembangan prasarana, sarana, dan peningkatan jumlah dan kemampuan tenaga.

Jasa yang diberikan bidang ini adalah data ramalan cuaca untuk keperluan penerbangan, pelayaran dan pertanian, data pasang surut lautan, gempa bumi dan pencemaran udara di ko-ta-kota besar di Indonesia. Pelayanan tersebut diberikan se-cara langsung melalui siaran TVRI dan RRI, atau melalui pe-nerbitan mengenai ramalan musim, data cuaca, data gempa bumi, kondisi atmosfir dan pencemaran udara, oleh debu/aerosol dan gas-gas berbahaya seperti S02, NH3, NOx, dan melalui peneli-tian-penelitian dalam menunjang proyek pembangunan infra struktur antara lain dam, pelabuhan dan waduk besar.

Hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika dapat dilihat pada Tabel II - 12 dan Tabel II - 13.

II/44