heliviaelvandari.files.wordpress.com  · web viewpraktikum iii. isoterm adsorp. si karbon aktif....

22
PRAKTIKUM III ISOTERM ADSORPSI KARBON AKTIF I. TUJUAN Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlinch bagi proses adsorpsi asam asetat oleh arang. II. LATAR BELAKANG TEORI Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990). Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia. Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia Helivia Elvandari/kelompok 3

Upload: others

Post on 22-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM III

ISOTERM ADSORPSI KARBON AKTIF

I. TUJUAN

Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlinch bagi proses adsorpsi asam asetat oleh arang.

II. LATAR BELAKANG TEORI

Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.

Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990).

Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.

Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia

Adsorpsi Fisik

Adsorpsi Kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh gaya van der Waals

Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia

Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai

-40 kJ/mol

Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai

-800 kJ/mol

Dapat membentuk lapisan multilayer

Membentuk lapisan monolayer

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di bawah titik didih adsorbat

Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi

Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan fungsi adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan karakteristik adsorben dan adsorbat

Tidak melibatkan energi aktifasi tertentu

Melibatkan energi aktifasi tertentu

Bersifat tidak spesifik

Bersifat sangat spesifik

Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a. Jenis adsorben

b. Jenis adsorbat

c. Luas permukaan adsorben

d. Konsentrasi zat terlarut

e. Temperatur (Atkins,  1990).

Penentuan Adsorpsi Isoterm

Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua diantara isoterm-isoterm adsorpsi yang dipelajari:

a. Isotherm Langmuir

Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate in Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :

(1) Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),

(2) Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan

(3) Semua situs dan permukaannya

Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :

C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1.

b. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben

bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan

sebagai berikut.

Log (x/m) = log k + 1/n log c.................................................................(2),

sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.

Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorpsi ini dinyatakan sebagai:

x/m = k. Cn.........................................................................................................(1)

dalam hal ini :

x = jumlah zat teradsorpsi (gram)

m = jumlah adsorben (gram)

C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi

k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :

log x/m = log k + n log c................................................................................(2)

persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorpsi menuruti isoterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Dosen Kimia Fisika, 2012).

Arang Aktif

Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya (Gambar 3). Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.

Gambar 3 Struktur grafit karbon aktif

Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur. yang mempunyai luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak (Baker 1997).

Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi.

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat-alat yang digunakan:

1. Labu erlenmeyer bertutup 250 ml 12 buah

2. Pipet volume 10 ml1 buah

3. Pipet volume 25 ml1 buah

4. Buret 50 ml1 buah

5. Corong1 buah

6. Pengaduk1 buah

7. Spatula 1 buah

8. Neraca analitik1 buah

9. Kertas saring6 buah

10. Statif1 buah

11. Stopwatch1 buah

12. Pembakar spirtus1 buah

13. Kasa asbes1 buah

14. Kaki tiga1 buah

15. Cawan porselin 1 buah

b. Bahan-bahan yang digunakan:

1. Asam asetat (CH3COOH) 0.5 N

2. Adsorben arang atau karbon

3. Natrium Hidroksida (NaOH) 0.1 N

4. Indikator Phenolptalin (pp)

IV. SKEMA KERJA

(Masukkan masing-masing 1 gram ke dalam 6 erlenmeyer)

(Dinginkan)

(Panaskan arang) (masukkan) (Menyiapkan masing-masing 125 mL larutan CH3COOH 0,500 N, 0,250 N , 0,125 N ,0,0625 N, 0,0313 N dan 0,0156 N) (Titrasi larutan tersebut dengan NaOH 0,1 M masing-masing 5 mL, 5mL, 10 mL, 25 L, 25 mL, 25 mL.) (CH3COOH) (NaOH) (CH3COOH) (NaOH) (Masing-masing sisa CH3COOH 25 mL dititrasi dengan NaOH 0,1 M) (Tutup dengan plastik. Biarkan 30 menit dan kocok 1 menit/10 menit)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

No

Massa

(gram)

Konsentrasi asam (N)

X

(gram)

X/m

Log x/m

Log C

Awal

Akhir

∆C

1

1,0031

0,477

0,430

0,047

0,282

0,2811

-0,551

-1,328

2

1,0026

0,242

0,224

0,018

0,108

0,1077

-0,967

-1,744

3

1,0011

0,121

0,103

0,018

0,108

0,1078

-0,967

-1,744

4

1,0022

0,061

0,052

0,009

0,054

0,0539

-1,269

-2,046

5

1,0014

0,030

0,0296

0,0004

0,0024

0,0024

-2,620

-3,398

6

1,0023

0,015

0,012

0,003

0,018

0,0179

-1,745

-2,523

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Percobaan ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung volume larutan asetat mula-mula sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan dengan volume larutan asetat setelah ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum di hasil percobaan dan direpresentasikan dalam bentuk kurva. Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah teradsorpsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.

Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar NaOH 0.1 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.

Dalam percobaan isoterm adsorpsi arang aktif digunakan larutan asam asetat dalam berbagai variasi konsentrasi. yaitu, 0.500 N, 0.250 N, 0.125 N, 0.0625 N, 0.0313 N, 0.0156 N. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan arang untuk mengabsorpi larutan asam asetat dalam berbagai konsentrasi pada suhu konstan.

Arang dalam percobaan sebagai absorben (zat yang mengapsorbsi) dimana dalam awal percobaan arang ini harus dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan dilakukan sampai keluar asap, jangan lakukan pemanasan sampai arang membara. Pemanasan arang sampai membara dapat menjadikan arang menjadi abu, dimana jika telah menjadi abu, arang tersebut tidak dapat lagi untuk menjadi absorben. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk membuka pori-pori permukaan dari arang agar mampu mengabsorpsi secara maksimal, dalam percobaan ini yaitu mengabsorpsi asam asetat.

Larutan asam asetat mendapat dua perlakuan yang berbeda. Pertama (awal) asam asetat yang murni, tidak mendapat perlakuan apa-apa, sedang yang kedua (akhir) ditambah dengan arang dan disaring. Kedua perlakuan ini dilakukan untuk membandingkan konsentrasi asam asetat yang dicampurkan arang dan asam asetat yang tidak diberikan perlakuan khusus yang nantinya akan sama-sama dititrasi dengan larutan baku NaOH 0.1 N dengan indikator phenolphtalein. Indikator PP sangat peka terhadap gugus OH- yang terdapat pada larutan NaOH.

Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorpsi isotherm Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0.1 N yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH yang teradsorpsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang teradsorpsi. Dengan cara X = C*Mr*100/1000.

Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai absis.

Grafik hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan antara log x/m dengan log C dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut.

Gambar 4. Grafik hubungan log x/m vs log c

Gambar 5. Grafik hubungan C vs x/m

Grafik 1 merupakan Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich. Dari persamaan grafik tersebut jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.

Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich adalah y = 1x - 0.776, sehingga didapat nilai Log k = -0.776 dan 1/n = 1. Maka nilai k adalah 0.1675 dan nilai n adalah 1.

Mengenai gambar grafik 1 yang dihasilkan sudah hampir sesuai dengan teori isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear sedangkan grafik 2 belum sesuai dengan teori isotherm adsobsi Langmuir karena seharusnya grafik seperti setengah trapezium mengalami kenaikan dan selanjutnya terjadi kekonstanan. Namun dari hasil percobaan ini grafik terus mengalami kenaikan. Hal ini mungkin terjadi dalam kesalahan pengenceran asam asetat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Arang dapat berfungsi sebagai adsorpsi.

2. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar pula jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.

3. Dari perhitungan regresi linear diperoleh nilai k adalah 0.1675 dan nilai n adalah 1.

Saran :

1. Mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum praktikum agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum.

2. Penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid membuat percobaan kurang efisien.

3. Berhati-hati dalam melakukan titrasi, karena satu tetes titrat sangat berpengaruh terhadap hasil akhir titrasi, sehingga bisa mejadikan data kurang valid.

4. Dalam pengeceran larutan yang dipakai adalah larutan induk yaitu larutan yang paling pekat atau konsentrasinya tinggi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Atkins PW. 1997. Kimia Fisika. Ed ke-4. Kartohadiprodjo II, penerjemah; Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.

Baker FS, Miller CE, Repik AJ, Tollens ED. 1997. Activated carbon. Di dalam:

Ruthven DM, editor. Encyclopedia of Separation Technology, Volume 1 (A kirk-Othmer Encyclopedia). New York: J Wiley.

Setyaningsih H. 1995. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi

karbon aktif [tesis]. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Sukardjo. 1990.  Kimia Anorganik.  Penerbit Rineka Cipta.  Jakarta.

Tim Dosen Kimia Fisika.2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang:

FMIPA UNNES.

Mengetahui,                                                          Semarang, 24 Oktober 2012

Dosen Pengampu                                                  Praktikan,

Ir. Sri Wahyuni, M.Si                                           Helivia Elvandari

NIP                                                                      NIM. 4301410013

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apakah percobaan ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau kimia ? Jelaskan!

Jawab:

pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan yang terlibat dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan van der waals dan melalui panas reaksi yang rendah.

2. Apakah perbedaan antara kedua jenis adsorbs ini ? berikan beberapa contoh dari kedua jenis adsorpsi ini !

Jawab :

Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :

a. Adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia.

· Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia.

· Mempunyai entalphi reaksi -40 sampai -500 kj/mol.

· Membentuk lapisan monolayer.

· Contoh : ion exchange.

b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika

· Molekul terikat pada adsorben oleh gaya vander waals.

· Mempunyai entalphi reaksi Melibatkan energy aktivasi -4 sampai -40 kJ/mol.

· Dapat membentuk lapisan multi player.

· Tidak melibatkan energy aktivasi.

· Contoh : adsorbs oleh karbon aktif.

3. Apakah perbedaanya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara pemanasan?

Pengaktifan arang dengan cara pemanasan :

a. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorpsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan pertukaran ion.

b. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorpsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorpsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorpsi kimia organik sehingga efektif mengadsorpsi ion logam berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.

4. Bagaimana isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat? Apa pembatasnya?

Isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik atau memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan campuran yang homogeny sehingga kurang cocok jika digunakan dalam isotherm Freundlich.

Batasannya : adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.

5. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir? Bagaimana bentuk isotherm adsorbs yang terakhir ini ?

Jawab :

Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan karena nilai Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar dan tidak sesuai untuk adsordat dengan konsentrsi yang sangat tinggi.Sedangkan pada isoterm Langmuir mengemukakan asumsi yang lebih baik. Isoterm Langmuir sangat sederhana didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat adsorbs adalah akivalen dan kemampuan partikel untuk terikat di tempat ini tidak bergantung pada tempati atau tidaknya tempat yang berdekatan.

LAMPIRAN

Table pengamatan 1

Konsentrasi

CH3COOH

Awal

Akhir

(dengan penambahan arang)

CH3COOH

(mL)

NaOH 0.1 N

(mL)

CH3COOH

(mL)

NaOH 0.1 N

(mL)

0.500 N

10

47.7

5

21.5

0.250 N

10

24.2

5

11.2

0.125 N

10

12.1

10

10.3

0.0625 N

10

6.1

25

13.0

0.0313 N

10

3.0

25

7.4

0.0156 N

10

1.5

25

3.0

Tabel pengamatan 2 :

No

Massa

(gram)

Konsentrasi asam (N)

X

(gram)

X/m

Log x/m

Log C

Awal

Akhir

∆C

1

1,0031

0,477

0,430

0,047

0,282

0,2811

-0,551

-1,328

2

1,0026

0,242

0,224

0,018

0,108

0,1077

-0,967

-1,744

3

1,0011

0,121

0,103

0,018

0,108

0,1078

-0,967

-1,744

4

1,0022

0,061

0,052

0,009

0,054

0,0539

-1,269

-2,046

5

1,0014

0,030

0,0296

0,0004

0,0024

0,0024

-2,620

-3,398

6

1,0023

0,015

0,012

0,003

0,018

0,0179

-1,745

-2,523

Sebelum absorpsi Sesudah adsorpsi

a. CH3COOH 0,5 N a. CH3COOH 0,5 N

V1 N1 = V2 N2 V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 47.7 mL. 0,1 N5 mL .N1 = 21.5 mL. 0,1 N

N1= 0.477 N N1= 0,43 N

b. CH3COOH 0,25 N b. CH3COOH 0,25 N

V1 N1 = V2 N2V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 24.2 mL. 0,1 N5 mL .N1 = 11.2 mL.0,1 N

N1= 0,242 NN1= 0,224 N

c. CH3COOH 0,125 N c. CH3COOH 0,125 NV1 N1 = V2 N2V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 12.1 mL. 0,1 N10 mL .N1 = 10.3 mL. 0,1 N N1= 0.121 NN1= 0.103 N

d. CH3COOH 0,0625 N d. CH3COOH 0,0625 NV1 N1 = V2 N2V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 6.1 mL. 0,1 N25 mL .N = 13.0 mL. 0,1 N

N1= 0,061 NN1= 0,052 N

e. CH3COOH 0,0313 N e. CH3COOH 0,0313 NV1 N1 = V2 N2V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 3.0 mL. 0,1 N25 mL .N1 = 7.4 mL. 0,1 N

N1= 0,030 NN1= 0,0296 N

f. CH3COOH 0,0156 N f. CH3COOH 0,0156 NV1 N1 = V2 N2V1 N1 = V2 N2

10 mL .N1= 1.5 mL. 0,1 N25 mL .N1 = 3.0 mL. 0,1 N

N1= 0,015 NN1= 0,012 N

Jumlah zat yang teradsorpsi (x)

1. x1= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.047 x 60 x 100 / 1000

= 0.282 gram

2. x2= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.018 x 60 x 100 / 1000

= 0.108 gram

3. x3= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.018 x 60 x 100 / 1000

= 0.108 gram

4. x4= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.009 x 60 x 100 / 1000

= 0.054 gram

5. x5= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.0004 x 60 x 100 / 1000

= 0.0024 gram

6. x6= (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000

= 0.003 x 60 x 100 / 1000

= 0.018 g

Helivia Elvandari/kelompok 3

-0.55109512209224021-0.9677039447900857-0.9670537058875055-1.2685606385834878-2.6203963453512946-1.745725225254481-1.3279021420642818-1.7447274948966942-1.744727494896694-2.0457574905606748-3.3979400086720402-2.5228787452803392

log c

log x/m

4.6999999999999986E-21.7999999999999988E-21.8000000000000023E-29.0000000000000028E-33.9999999999999812E-42.9999999999999992E-30.281128501644902440.107719928186714590.107881330536410095.3881460786270222E-22.3966446974235923E-31.7958695001496553E-2

x/m

C