eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/81347/1/skripsi_full_teks.docx · web viewperan masyarakat...
TRANSCRIPT
PERAN BENGKEL KRIYA PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KABUPATEN BATANG DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Humaniora
Oleh:
Erni Listianah
13040112140165
PROGRAM STUDI S-1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
i
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Erni Listianah
NIM : 13040112130165
Jurusan : Ilmu Perpustakaan
Peminatan : Perpustakaan
Menyatakan bahwa skripsi yang sama saya susun ini adalah benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain baik sebagian atau
seluruhnya. Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar berdasarkan tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.
Semarang, 22 Desember 2016
Yang menyatakan,
Erni Listianah
NIM 13040112130165
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga”
(HR,Tirmidzi)
Persembahan
Dengan ridho Allah SWT, saya persembahkan
karya ini kepada:
1.Kedua orang tuaku tercinta,
2.Sahabat dan teman-teman se-Almamater,
3.Dan semua yang membaca karya ini.
iii
iv
v
PRAKATA
Alhamdulillah hirobil alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Peran Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang
dalam Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Batang”. Dalam penelitian skripsi
ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Redyanto Noor, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro;
2. Dra. Rukiyah, M.Hum., selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan
yang telah memberikan saran serta petunjuk dalam penulisan skripsi ini;
3. Yanuar Yoga P., S.Hum., M.Hum selaku Wali Dosen yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sejak awal perkuliahan;
4. Drs. Ary Setyadi, M.S., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
nasihat, petunjuk, bimbingan, serta arahan yang sangat berarti dalam
penyusunan skripsi;
5. Yuli Rohmniyati, S.Sos., dan Rizki Nurislaminingsih, M.A., selaku Penguji
Ujian Skripsi dan Komprehensif yang telah memberikan masukan;
6. Seluruh dosen Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis selama perkuliahan;
vi
7. Ir. Tri Haryadi Sudaryanto selaku Kepala Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian;
8. Sulistianto, S.H., dan seluruh pengurus Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan selama
peneliti melakukan penelitian;
9. Kedua orang tua tercinta, serta keluarga besar yang tidak pernah lelah
mendidik, memotivasi, dan memberikan dukungan serta doa kepada penulis;
10. Ahadea Kautzarea Yuwono, Unzilla Astari, Lona Windiana, Cucuk Senja,
Ema Efiyati Latifah, Martha Riadityas, Lutfatul Llatifah, dan sahabat-
sahabatku lainnya yang selalu memberi semangat dan dukungan;
11. Teman-teman seperjuangan S-1 Ilmu Perpustakaan yang selalu membantu,
memberi semangat dan mendoakan penulis;
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih untuk semua
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, 24 Desember 2016
Penulis,
Erni Listianah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..i
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………………..ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..iii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..v
PRAKATA ………………………………………………………………………vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….xiv
ABSTRAK ……………………………………………………………………..xv
ABSTRACT ……………………………………………………………………xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………...…...1
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah …………………………………….......4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….…...5
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ………….………………………………..……6
1.6 Kerangka Pikir ………………………………………………………..………7
viii
1.7 Batasan Istilah ………………………………………………………..……….9
1.8 Sistematika Penulisan ………………………………………………….….....10
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
2.1Pendahuluan…………………………….…....……….....................................12
2.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat..................................................................12
2.2.1 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat.............................................................16
2.2.2 Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Sektor Usaha Kecil….................20
2.3 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perpustakaan ………….…….....…........22
2.4 Penelitian Sebelumnya ....................................................................................26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendahuluan.....................................................................................................29
3.2 Desain Penelitian..............................................................................................29
3.3 Jenis Penelitian.................................................................................................30
3.4 Subjek dan Objek Penelitian............................................................................31
3.5 Pemilihan Informan.........................................................................................32
3.6 Jenis dan Sumber Data....................................................................................35
3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data..........................................................36
3.8 Metode dan Teknik Analisis Data...................................................................39
3.9 Uji Keabsahan Data………………………………………………………….40
ix
BAB 4 GAMBARAN UMUM KEGIATAN BENGKEL KRIYA DI
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KABUPATEN BATANG
4.1 Gambaran Umum Objek Kajian.....................................................................43
4.1.1 Sejarah Kegiatan Bengkel Kriya..................................................................44
4.1.2 Visi Misi dan Tujuan Kegiatan Bengkel Kriya............................................45
4.1.3 Manfaat Kegiatan Bengkel Kriya.................................................................46
4.1.4 Struktur Organisasi Kegiatan Bengkel Kriya...............................................47
4.1.5 Peserta Kegiatan Bengkel Kriya...................................................................50
4.1.6 Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya...........................................................51
4.1.7 Kerjasama Kegiatan Bengkel Kriya.............................................................52
4.1.8 Prestasi Kegiatan Bengkel Kriya..................................................................53
BAB 5 ANALISIS PERAN BENGKEL KRIYA PERPUSTAKAAN DAN
ARSIP KABUPATEN BATANG DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KABUPATEN BATANG
5.1 Pendahuluan …………………………………………………………………55
5.2 Data Informan ………………………………………………………….…....57
5.3 Pemberdayaan Masyarakat di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang... 59
5.3.1 Perpustakaan sebagai Media Pemberdayaan Masyarakat ……………........60
5.3.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat………………… …..……………….63
5.4 Kemampuan Peserta sebelum Dilakukan Program Pemberdayaan
Masyarakat...................................................................................................76
x
5.4.1 Pengetahuan Peserta mengenai Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang...........................................................................................................76
5.4.2 Kemampuan Peserta dalam Memenuhi Kabutuhan Informasi …........…….82
5.5 Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat...........................................85
5.5.1 Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan Marketing Online..................................85
5.5.2 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Soto Koya..............................................90
5.6 Setelah Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat……………..........94
5.6.1 Pemahaman Peserta terhadap Materi Pelatihan Pengenalan Marketing
Online………………………………………………………………....…...94
5.6.2 Pemahaman Peserta terhadap Materi Pelatihan Pembuatan Soto Koya.......97
5.7 Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat…………...........99
5.7.1 Evaluasi Pelatihan Pengenalan Marketing Online……………………......100
5.7.2 Evaluasi Pelatihan Pembuatan Soto Koya …………………………….....101
5.7.3 Manfaat dari Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat ………...102
5.8 Kendala …………………………………………………………………..109
5.8.1 Kendala Internal ……………………………………………………….....109
5.8.2 Kendala Eksternal ……………………………………………………..…111
BAB 6 PENUTUP
6.1 Simpulan ……………………………………………………………….......114
6.2 Saran ……………………………………………………………………….115
xi
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...116
LAMPIRAN………………………………………………………………………1
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Peserta sebagai Informan ……………………………….58
Tabel 2 : Daftar Koordinator dan Mentor sebagai Informan Tambahan …59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian ...............……….1
Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan ……………………………………………….2
Lampiran 3 : Reduksi Data …………………………………………….……...5
Lampiran 4 : Daftar Peserta Bengkel Kriya ……………………………..…...27
Lampiran 5 : Biodata Penulis ………………………………………………...30
Lampiran 6 : Matrik Pembimbingan ……………………………………….....31
xiv
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang dalam Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Batang”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya dalam memberikan pelatihan dengan tema pelatihan pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Adapun subjek penelitian sebanyak tujuh informan. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yng sudah ada sebagai bahan referensi berupa buku, jurnal, dan skripsi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yairu observasi, wawancara, dan dokumen. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Bengkel Kriya dengan memberikan pelatihan dibidang keterampilan dan tata boga yang disampaikan oleh mentor sebagai fasilitator menjadikan peserta memperoleh ilmu pengetahuan mengenai materi pelatihan yang diajarkan dan menjadikan peserta berani untuk membuka suatu peluang usaha sehingga dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian keluarga.
Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Bengkel Kriya, Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang.
xv
ABSTRACT
This study entitled “The Role of Bengkel Kriya in Batang Libraries and Archives in Batang Community Empowerment”. The purpose of this study is to determine the impact of the implementation of Bengkel Kriya on the training of online marketing introduction and Soto Koya’s production. This type of research is qualitative. The research involves seven informants. This study uses two sources of data: primary data and secondary data. The primary data was obtained through observation and interviews, while the secondary data was obtained from the documents that already existed as reference material in the form of books, journals, and thesis. Data collection techniques are observation, interviews, and documents accumulation. The results of the study shows that the form of community empowerment through Bengkel Kriya activities by providing training in skills and culinary delivered by a mentor as a facilitator makes the participants gain the knowledge from the training’s materials that have been taught to them and makes the participants have the courage to open a business opportunity that can help in improving the economy of the family.
Keywords: Community Empowerment, Bengkel Kriya, Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kegiatan yang mengacu
pada keberpihakan dan kepedulian dalam memerangi kekurangan dan
keterbelakangan masyarakat dengan cara membuat mereka berdaya, dan
mempunyai semangat bekerja untuk membangun diri mereka sendiri. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini dijadikan sebagai hal yang penting dalam
mewujudkan kemandirian masyarakat, seperti yang terdapat dalam Permendagri
RI Nomor 7 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat (8) tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu srategi
yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pemberdayaaan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses yang
menyangkut hubungan kekuatan yang berubah antara individu, kelompok, dan
lembaga-lembaga sosial. Dalam praktiknya kegiatan pemberdayaan masyarakat
ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, budaya,
maupun hukum. Namun akan lebih tepat program pemberdayaan masyarakat yang
diterapkan dalam bidang pendidikan karena
1
2
pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan
masyarakat dapat lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam diri mereka
yang kemudian melalui pendidikan pula dapat digunakan sebagai proses
pengembangan diri yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan pada
setiap individu, seperti yang dikemukakan oleh Glickman dalam Prijono (1996:
72) “Internal control and individually divergent practices, solving problems
independently”. Semakin baik pendidikan yang diberikan maka akan semakin
baik pula ilmu yang akan diterima oleh masyarakat. Sehingga kedepannya
masyarakat dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan status sosial dan ekonomi yang
akan dicapai.
Pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan proses pembelajaran yang
berkelanjutan (on going) yang menjadi fokus dari pemberdayaan. Pemberdayaan
dalam bidang pendidikan banyak memainkan peran untuk pemberdayaan pada
masyarakat, yang pada hakikatnya memiliki prioritas pada individu yang kurang
beruntung dalam hal ekonomi, geografis maupun sosial budaya. Artinya sasaran
utama dalam pendidikan masyarakat adalah mereka yang kurang beruntung
karena belum adanya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan, sikap dasar, dan potensi diri yang dimilikinya. Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam menjalankan pemberdayaan masyarakat dibutuhkan
adanya agen untuk dapat dilakukan pembaharuan, yang dalam hal ini adalah
perpustakaan.
3
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui perpustakaan. Namun,
di Indonesia sendiri kegiatan pemberdayaan melalui program yang diadakan oleh
perpustakaan belum begitu terlihat jelas. Hal ini karena pada kenyataaanya
keberadaan perpustakaan di masyarakat seperti perpustakaan umum, belum
ditempatkan sebagai kebutuhan utama akan tetapi masih sebagai kebutuhan
pelengkap. Sedangkan jika diartikan perpustakaan umum merupakan lembaga
pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya sebagai sumber belajar untuk memperoleh
dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat (Sutarno,
2006: 43). Oleh sebab itu keberadaan perpustakaan umum dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sangat strategis. Jika dikaji lebih dalam, melalui perpustakaan
masyarakat dapat memberdayakan diri mereka sendiri dengan mendapatkan
berbagai informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesi dan bidang tugas
masing-masing yang akhirnya berlanjut pada tumbuhnya warga masyarakat yang
terinformasi dengan baik (well informed), berkualitas, dan demokratis.
Sebagai usaha pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui
perpustakaan, perpustakaan dituntut untuk dapat mengadakan inovasi salah
satunya dengan pengadaan kegiatan yang menarik guna meningkatkan potensi
yang ada pada diri masyarakat. Hal ini yang kemudian mendorong Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang untuk mengadakan kegiatan Bengkel Kriya yang
dijadikan sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki potensi
yang lebih baik. Bengkel Kriya tersebut merupakan realisasi dari kegiatan
pacsabaca bahan pustaka yang disediakan oleh perpustakaan bersangkutan untuk
4
kemudian dilanjutkan kedalam kegiatan praktik dengan menghadirkan mentor
sebagai tenaga pengajar untuk memberikan pelatihan terkait dengan tema tertentu
yang diberikan pada setiap kegiatannya. Sehingga pemberdayaan yang dilakukan
tidak hanya berupa penyediaan bahan bacaan sebagai sumber ilmu, akan tetapi
juga menyediakan kegiatan kreativitas untuk masyarakatnya. Dimana Bengkel
Kriya tersebut diselenggarakan secara terbuka bagi seluruh masyarakat di
Kabupaten Batang.
Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai kegiatan Bengkel
Kriya yang terdapat di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang dalam upaya
pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Batang. Pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian ini karena perpustakaan tersebut memiliki peranan yang lebih dengan
diadakannya kegiatan pelatihan sebagai penunjang dalam pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan yang disebut dengan Bengkel Kriya.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran Bengkel Kriya Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di
Kabupaten Batang”.
5
1.3 Tujuan Penalitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan
kegiatan Bengkel Kriya dalam memberikan pelatihan dengan tema pelatihan
pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai upaya menambah khasanah penelitian dalam bidang ilmu perpustakaan
dan informasi, khususnya dalam kajian mengenai peran perpustakaan sebagai
agen pembaharuan dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Bengkel
Kriya yang diadakan oleh Perpustakaan dan Arsip Kabupeten Batang.
2. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini manfaat praktis yang dapat diperoleh antara lain :
1. Bagi Perpustakaan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak perpustakaan untuk tetap
mengembangkan Bengkel Kriya sebagai agen pembaharuan yang dilakukan oleh
perpustakaan dalam pemberdayaan masyarakat. Dan untuk kedepannya tidak
menutup kemungkinan bagi pihak perpustakaan untuk mengadakan kegiatan
lainnya yang dapat menunjang pemberdayaan masyarakat.
6
2. Bagi Koordinator Kegiatan Bengkel Kriya
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengetahui apakah kegiatan
Bengkel Kriya dalam pemberdayaan masyarakat telah terlaksana dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Selain itu sebagai masukan untuk
kedepannya dapat mengembangkan kegiatan tersebut.
3. Bagi Peserta Kegiatan Bengkel Kriya
Dengan dibekali ilmu mengenai pelatihan yang diajarkan dalam kegiatan Bengkel
Kriya, diharapkan mampu membentuk peserta yang mandiri dengan menerapkan
ilmu yang telah didapatkan secara maksimal, salah satunya dengan membuka
usaha baru yang dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Perpustakaan dan Arsip Kabupeten Batang yang beralamat
di Jalan Dr. Wahidin No. 54 Batang. Pada perputakaan tersebut terdapat kegiatan
Bengkel Kriya yang memiliki peran dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun
waktu yang diperlukan dalam melakukan penelitian adalah sekitar empat bulan
yaitu pada 06 April 2016 sampai dengan 03 Agustus 2016.
7
1.6 Kerangka Pikir
Bagan 1 Skema Kerangka Pemikiran
Kegiatan Bengkel KriyaPemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Batang
Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat:
1. Mengembangkan Kemandirian Masyarakat
2. Koordinasi antara Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta
3. Membentuk Lembaga Kemandirian4. Pelibatan Masyarakat5. Bantuan Tenaga Pendampingan
(Adisasmita, 2006)
Kemampuan Peserta dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Sebelum Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya
Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya
Kemampuan Peserta dalam Menerima Materi Setelah
Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya
Hasil Kegiatan Bengkel Kriya
8
Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa adanya kegiatan Bengkel Kriya
yang dilakukan oleh Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang merupakan suatu
bentuk kegiatan yang diadakan sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat di
Kabupeten Batang. Program pemberdayaan masyarakat tersebut dapat
dilaksanakan dengan memperhatikan strategi dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat yang disampaikan oleh Adisasmita (2006: 112) yang meliputi:
1. Mengembangkan keswadayaan dan kemandirian masyarakat
2. Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta
3. Pembentukan lembaga keswadayaan dan kemandirian
4. Pelibatan masyarakat
5. Bantuan tenaga pendampingan
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui
kegiatan Bengkel Kriya terlihat bahwa peneliti terlebih dahulu ingin mengetahui
kemampuan peserta dalam memenuhi kebutuhan informasinya sebelum
dilaksanakan kegiatan Bengkel Kriya. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan Bengkel Kriya yang memberikan pelatihan dengan tema pengenalan
marketing online dan pembuatan soto koya. Setelah kedua kegiatan pelatihan
tersebut dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap pemahaman
peserta mengenai materi pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya yang disampaikan
oleh mentor untuk selanjutnya akan didapatkan hasil akhir dari kegiatan pelatihan
yang telah dilakukan. Apakah peserta mampu menerima materi pelatihan yang
diajarkan dan dilanjutkan dengan menerapkan materi tersebut dengan membentuk
suatu usaha, atau peserta mampu menerima materi yang disampaikan namun tidak
9
mampu menerapkan materi tersebut dalam kehidupannya, atau bahkan peserta
tidak mampu menerima materi yang telah diberikan selama kegiatan Bengkel
Kriya berlangsung.
1.7 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup dengan cara membatasi
istilah yang terdapat dalam penelitian dengan tujuan agar pengertian istilah dalam
penelitian ini tidak terjadi terlalu luas. Beberapa pengertian istilah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Batang, dimana perpustakaan dikelola oleh Kabupaten dan
berfungsi sebagai pusat belajar, penyedia jasa referens dan informatika, penelitian,
dan referensi bagi seluruh lapisan masyarakat.
2. Bengkel Kriya
Bengkel Kriya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realisasi dari kegiatan
pascabaca koleksi yang di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang maupun
yang didapatkan dari internet yang kemudian dituangkan dalam bentuk praktik
melalui kegiatan pelatihan dengan menghadirkan mentor sebagai penyampai
materi yang kegiatannya dilaksanakan selama dua kali pada setiap bulannya.
10
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
untuk mengembangkan potensi mayarakat yang diadakan oleh pihak Perpustakaan
dan Arsip Kabupeten Batang melalui kegiatan Bengkel Kriya yang merupakan
realisasi dari membaca bahan pustaka yang ada di perpustakaan setempat yang
kemudian dituangkan dalam bentuk praktik melalui pelatihan-pelatihan.
1.8 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran materi secara garis besar dalam penelitian ini,
disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisi paparan yang mengantarkan pada pokok bahasan skripsi, terdiri dari
beberapa sub-bab, yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tempat dan waktu penelitian, batasan istilah dan
sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari penelitian ini dan digunakan
untuk memahami dan menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini,
baik yang bersumber dari buku, jurnal maupun penelitian sebelumnya.
11
Bab 3 Metodologi Penelitian
Bab ini memaparkan tentang jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam
desain dan jenis penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data,
metode pengolahan data, dan metode analisis data.
Bab 4 Gambaran Umum Kegiatan Bengkel Kriya di Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang
Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai kegiatan Bengkel Kriya yang
meliputi: Sejarah kegiatan Bengkel Kriya, visi misi dan tujuan, manfaat, struktur
organisasi, pelaksanaan kegiatan, peserta dalam kegiatan, kerjasama, dan
penghargaan yang telah diraih.
Bab 5 Analisis Hasil Penelitian Peran Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Batang
Bab ini berisi analisis peran kegiatan Bengkel Kriya sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat. Data-data yang diperoleh dari penelitian akan diolah untuk nantinya
dapat dirumuskan kesimpulan.
Bab 6 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari data yang telah diolah pada bab sebelumnya serta disajikan saran atau rekomendasi dari hasil yang ada kepada pihak-pihak terkait.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka adalah suatu proses
pencarian data-data sekunder yang bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah
ada sebagai bahan referensi. Dokumen ini dapat berupa buku, jurnal, skripsi
maupun laporan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka
dalam penelitian sangat diperlukan untuk menjelaskan berbagai sumber yang
digunakan oleh peneliti sebagai sumber referensi yang berkaiatan dengan
penelitian. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini akan diuraikan
lebih lanjut sebagai berikut.
2.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Kata pemberdayaan dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari bahasa Inggris yaitu
empowerment. Sedangkan dalam bahasa Inggris sendiri empowerment berasal dari
kata power yang memiliki daya atau kekuatan. Menurut Webster seperti yang
dikutip oleh Prijono (1996: 3) kata empowerment mengandung dua arti. Pertama
adalah to give power or authorithy to dan kedua berarti to give to or enable.
Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, menghasilkan
kekuatan, atau mendelegasikan otoritas kedalam pihak lain. Sedangkan dalam
12
13
pengertian kedua diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau
keberdayaan.
Menurut Pranaka dan Vihyandika dalam Prijono (1996: 3) konsep
empowerment merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat dan mulai nampak
sekitar dekade 70-an dan terus berkembang sekitar dekade 80-an hingga akhir
abad ke-20. Istilah pemberdayaan semakin popular dalam konteks pembangunan
dan pengentasan kemiskinan. Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realisasi
individu atau masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah (powerless).
Kelemahan tersebut berhubungan dengan aspek pengetahuan, pengalaman, sikap,
keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja keras, ketekunan, dan
aspek lainnya.
Konsep pemberdayan masyarakat juga disampaikan oleh Anwas dalam
bukunya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Pengertian
pemberdayaan dapat dijumpai dalam beberapa sumber bacaan. Menurut Djohani
dalam Anwas (2014: 49) dikatakan secara tegas bahwa pemberdayaan yang
dimaksud adalah sebagai berikut,
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya atau kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga terjadi keseimbangan. (Anwas, 2014: 49).
Begitu pula menurut Rappaport, pemberdayaan diartikan sebagai “Suatu
cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu
menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.” (Anwas, 2014: 49). Dari kedua
14
pengertian pemberdayaan tersebut menekankan pada aspek pendelegasian
kekuasaan, memberi wewenang, atau penggalian kekuasaan kepada individu atau
masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannya sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Pada perkembangannya pemberdayaan tidak sekedar memberikan
kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja tetapi terkandung
makna proses pendidikan yang meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mampu berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup
mandiri. Parsons dalam Anwas (2014: 49) mengartikan pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya. Secara lebih rinci Slamet dalam Anwas menekankan bahwa
hakikat pemberdayaan adalah sebagai berikut,
Bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu di sini mengandung makna: berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat, dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengembil risiko, mampu bertindak sesuai inisiatif. (Anwas, 2014: 50).
Pemberdayaan tidak hanya semata-mata untuk memperoleh hasil, tetapi
juga menekankan pada proses dari pemberdayaan tersebut. Oleh karena itu ukuran
keberhasilan pemberdayaan adalah seberapa besar partisipasi atau keberdayaan
yang dilakukan oleh individu atau masyarakat. Sehingga semakin banyak
15
masyarakat yang terlibat dalam proses, berarti semakin berhasil kegiatan
pemberdayaan tersebut.
Pemberdayaan seringkali dipandang sebagai program dalam meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Karena melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat, semua potensi yang dimiliki masyarakat didorong dan
ditingkatkan sebagai upaya dalam melawan faktor-faktor yang menyebabkan
kemiskinan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan yang dapat mendorong kemampuan dan keterampilan yang sesuai
dengan potensi dan kebutuhan masyarakat, menciptakan berbagai kesempatan
kerja, menghidupkan kembali berbagai budaya dan kearifan lokal sebagai modal
sosial, serta mengubah pola berfikir masyarakat untuk berdaya dan mandiri.
Dengan demikian pada akhirnya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
memandirikan masyarakat, membangun kemampuan, serta meningkatkan potensi
masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi
seluruh warga masyarakat secara berkesinambungan melalui kegiatan-kegiatan
swadaya.
Kegiatan swadaya sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat
dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan dan persiapan agar tujuan dari
kegiatan tersebut dapat berjalan dan tercapai dengan maksimal. Pada sub-bab
selanjutnya akan dijelaskan mengenai tahapan dalam proses pemberdayaan
masyarakat serta implementasi pemberdayaan masyarakat tersebut.
16
2.2.1 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan dari program pemberdayaan masyarakat merupakan suatu siklus
pengubahan yang berusaha mencapai ke taraf yang lebih baik. Menurut Adi
(2013: 179) menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam pemberdayaan
masyarakat meliputi:
1. Tahapan persiapan (Engagement)
Pada tahap ini dilakukan melalui penyiapan petugas dan penyiapan lapangan.
a. Penyiapan petugas, merupakan penyiapan tenaga pemberdayaan
masyarakat yang dapat dilakukan oleh community worker. Pada tahap ini
yang diperlukan adalah dalam hal penyamaan persepsi antar anggota tim
agen pengubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih
dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penyamaan persepsi ini akan
semakin penting apabila dalam pemberdayaan masyarakat yang akan
dilakukan ternyata setiap tenaga petugasnya memiliki latar belakang yang
berbeda.
b. Penyiapan lapangan, dalam hal ini community worker pada awalnya
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,
yang dilakukan secara formal maupun informal. Dalam jalur informal para
community worker harus menjalin hubungan baik dengan tokoh informal
(informal leader) agar hubungan dengan masyarakat terjalin dengan baik.
Komunikasi yang baik pada tahap awal akan berpengaruh pada tahap
berikutnya.
17
2. Tahapan pengkajian (Assesment)
Pada tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah berhubungan
dengan kebutuhan yang dirasakan ataupun kebutuhan yang diekspresikan dan juga
sumber daya yang dimiliki klien (masyarakat). Pada tahap ini ada baiknya
masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa
permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar
dari pandangan mereka sendiri. Selain itu, pada tahap ini pelaku pengubahan juga
memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan
ditindaklanjuti pada tahap berikutnya. Ada kalanya juga dibutuhkan peran
edukasional dari petugas, misalnya dengan melakukan penyadaran maupun
memberikan informasi kepada masyarakat agar mereka dapat berdiskusi dan
mempertimbangkan keadaan lingkungan mereka secara lebih rasional sehingga
dapat menentukan fell needs secara lebih bijak. Hal ini diperlukan dalam rangka
menjebatani perbedaan cara pandang yang mungkin terjadi antara komunitas
sasaran dengan agen pengubah dalam menentukan kebutuhan.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini diperlukan petugas sebagai agen pengubah dengan mencoba
melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Masyarakat diharapkan dapat memikirkan
beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan dalam upaya
mengatasi permasalahan yang ada. Dalam proses ini petugas bertindak sebagai
fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan
kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu. Hal ini dilakukan agar
18
program dan kegiatan yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan pemberian
bantuan. Sehingga tidak muncul program-program yang bersifat charity (amal)
yang kurang dapat dilihat manfaatnya dalam jangka panjang.
4. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini agen pengubah membantu masyarakat untuk merumuskan dan
menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada serta membantu dalam memformulasikan
gagasan mereka dalam bentuk tertulis tertutama bila ada kaitannya dengan
pembuatan proposal. Melalui tahap ini pemformulasian rencana aksi ini
diharapkan petugas dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan
tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai
tujuan tersebut.
5. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)
Tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang telah direncanakan dengan baik
akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama
antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar warga masyarakat
itu sendiri. Peran masyarakat sebagai kader dalam pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program
yang telah dikembangkan.
6. Tahapan Evaluasi
Tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan
19
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan
akan terbentuk suatu sistem dalam komunikasi untuk melakukan pengawasan
secara internal, sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih “mandiri” dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Akan tetapi kadangkala dari hasil
penentuan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat
memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun
kegiatan, sehingga bila diperlukan maka dapat dilakukan kembali assessment
terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun terhadap sumber
daya yang tersedia. Selain itu agen pengubah juga menyadari tolak ukur
(benchmark) suatu masyarakat juga dapat berkembang sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan yang sudah terjadi. Evaluasi sendiri dapat dilakukan pada input,
proses (yang juga dikenal sebagai pemantauan atau monitoring) dan juga pada
hasil.
7. Tahapan Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat
tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap “mandiri”,
tetapi lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka
waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak
ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan. Meskipun demikian,
petugas tetap harus keluar dari komunitas sasaran secara perlahan-lahan dan
20
bukan secara mendadak. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa
ditinggalkan secara sepihak dan tanpa disiapkan oleh petugas. Oleh karena itu,
bila petugas merasa tugasnya belum diselesaikan dengan baik tidak jarang petugas
tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin, dan kemudian secara
perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran.
2.2.2 Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Sektor Usaha
Kecil
Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan fokus
kegiatan atau potensi yang perlu dikembangkan pada masyarakat. Berdasarkan
fokus ini maka pemberdayaan masyarakat dapat diimplementasikan dalam
berbagai sektor misalnya, sektor pendidikan, sektor usaha kecil, sektor kesehatan,
sektor pertanian, pemberdayaan potensi wilayah, pemberdayaan di daerah
bencana, pemberdayaan kaum disabilitas, pemberdayaan model Corporate Social
Responsibility (SCR), pemberdayaan perempuan, dan lain-lainnya (Anwas, 2014:
115).
Pemberdayaan sektor usaha kecil tidak hanya dilakukan terhadap
masyarakat yang telah memiliki usaha. Pemberdayaan dalam aspek ini justru yang
utama adalah bagaimana masyarakat didorong untuk mampu mengembangkan
berbagai usahanya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Menurut Freire dalam
Anwas (2014: 125) dengan teori penyadaran menjelaskan bahwa pada setiap
individu sesungguhnya terdapat potensi untuk berkembang. Dengan demikian
21
dapat disimpulkan bahwa dalam setiap anggota masyarakat memiliki potensi
untuk melakukan usaha dalam meningkatkan pendapatannya.
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada sektor usaha kecil difokuskan
pada proses membangun SDM yang tangguh. Masyarakat perlu dibina mulai dari
proses produksi hingga pasca produksi yang benar dan efisien. Selain itu
diperlukan adanya dorongan kepada masyarakat untuk menciptakan berbagai
inovasi produknya sehingga memiliki daya saing. Untuk itu diperlukan adanya
kegiatan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan. Dalam hal ini tenaga
pengajar dapat melibatkan instansi terkait di pemerintahan, dunia usaha, atau
masyarakat di wilayah tersebut yang memiliki pengalaman relevan dengan usaha
kecil tersebut.
Permasalahan lain yang timbul dalam pemberdayaan sektor usaha kecil
yaitu terkait dengan pemasaran produk, tidak sedikit usaha kecil atau UKM yang
memiliki produk bagus dan bernilai tinggi tetapi kesulitan dalam memasarkan
produknya. Oleh karena itu, agen pemberdayaan dituntut untuk mampu
mendorong pelaku usaha kecil untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
dalam memasarkan produknya.
Pemberdayaan sektor usaha kecil diarahkan agar menjadikan pelaku usaha
mampu meningkatkan wawasan dan kemampuannya dalam menciptakan peluang
usaha. Upaya menciptakan peluang usaha tersebut dibutuhkan adanya proses.
Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan pelatihan dan pendampingan yang
dilakukan secara berkelanjutan. Agen pemberdayaan perlu memiliki kompetisi
dalam melakukan pendampingan, merintis kerjasama dengan pihak terkait, serta
22
menanamkan jiwa kewirausahaan. Dengan demikian diharapkan pelaku usaha
kecil memiliki kemampuan yang kompetitif, mampu bersaing, dan mandiri,
sehingga pendapatanya bisa meningkat dan kesejahteraan secara bertahap dapat
meningkat.
2.3 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perpustakaan
Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk menjadikan masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuatan, dan tidak tertinggal. Untuk mengatasi ketertinggalan
tersebut maka diperlukan upaya dalam bidang meningkatkan kecerdasan
masyarakat agar dapat tercipta manusia yang bersumber daya unggul. Pendidikan
merupakan jalur yang tepat bagi masyarakat untuk mendapat bekal berupa ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupan dan dunia kerja.
Melalui pendidikan inilah masyarakat akan menyadari bahwa mereka memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas sosial ekonomi,
sosiopolitik, serta sosial budaya (Prijono, 1996: 74).
Perpustakaan sebagai salah satu institusi yang berperan penting dalam
dunia pendidikan, maka usaha pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
perpustakaan. Melalui perpustakaan masyarakat dapat mengembangkan bakat dan
potensi yang mereka miliki dengan memanfaatkan fasilitas dan layanan yang ada
di perpustakaan. Misalnya dengan memperoleh pengetahuan baru lewat koleksi
buku yang ada di perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan menyediakan bahan
pustaka yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
informasi mereka. Seperti yang diungkapkan Unesco dalam Sulistyo-Basuki
23
(1993: 46) salah satu tujuan utama perpustakaan umum adalah memberikan
kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu
meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik.
Keberadaan perpustakaan umum di masyarakat memiliki peranan yang
cukup besar, melalui perpustakaan masyarakat dapat memperoleh berbagai
informasi yang mereka butuhkan. Inilah saatnya perpustakaan untuk dapat
mengambil peranan yang lebih besar dalam memberdayakan masyarakat dengan
menyediakan berbagai informasi yang masyarakat butuhkan. Menurut Sutarno
mengungkapkan bahwa,
Keberadaan perpustakaan umum juga sangat diharapkan oleh masyarakat, dimana masyarakat yang menaruh perhatian dan kepedulian terhadap perpustakaan adalah mereka yang menyadari dan menghayati bahwa perpustakaan bukan saja penting, tetapi sangat diperlukan oleh masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut perlu terus dibina dan dikembangkan kearah terbentuknya masyarakat informasi atau masyarakat yang cerdas. (Sutarno, 2006 : 19).
Pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan juga dapat ditunjang
dengan adanya kegiatan-kegiatan yang disediakan perpustakaan guna menambah
pengetahuan dan potensi yang ada pada diri masyarakat. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang akan dilakukan harus mampu mengembangkan teknik-teknik
pendidikan tertentu yang imajinatif untuk dapat membangkitkan kesadaran
masyarakat. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut harusnya
dilakukan dengan menggunakan strategi agar tujuan dari adanya kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini dapat dicapai secara maksimal. Menurut Adisasmita
24
(2006: 112) terdapat strategi kebijaksanaan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1. Mengembangkan keswadayaan dan kemandirian masyarakat
2. Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta
3. Pembentukan lembaga keswadayaan dan kemandirian
4. Pelibatan masyarakat
5. Bantuan tenaga pendampingan
Sebagaimana yang diungkapkan di atas, salah satu strategi dalam
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah adanya bantuan dari tenaga
pendamping yang bertugas sebagai pengajar atau penyalur dalam menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Dengan demikian dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi, 2007: 137), sebagai
berikut :
1. Belajar dari Masyarakat
Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti
dibangun pada pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi pengetahuan
tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-
masalah sendiri.
2. Pendampingan sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku
25
Konsekuensi yang terdapat pada prinsip pertama adalah perlunya
pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku
atau guru. Untuk itu perlu adanya sikap rendah hati serta kesediaan belajar dari
masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama
dalam memahami keadaan masyarakat itu sendiri, dan bahkan dalam
penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Meskipun pada
awalnya peran pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap
peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan pada
warga masyarakat itu sendiri.
3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman
Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah
pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat. Hal ini bukanlah
berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah.
Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan
pengalaman dan pengetahuan lokal (bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat
mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan
masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa
pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar
tidak juga dapat memecahkan masalah mereka. Bahkan dalam banyak hal,
pengetahuan modern dan inovasi dari luar malah menciptakan masalah yang lebih
besar lagi. Karenanya pengetahuan lokal masyarakat dan pengetahuan dari luar
atau inovasi, harus dipilih secara arif dan atau saling melengkapi satu sama
lainnya.
26
Dengan demikian dalam melakukan pemberdayaan masyarakat pertama
perlu dipahami terlebih dahulu karakteristik masyarakat yang akan diberdayakan,
dengan mengetahui kebutuhan dan kemampuan yang masyarakat miliki.
Selanjutnya salah satu jenis pemberdayaan yang dapat dilakukan dengan adanya
pendampingan terhadap masyarakat, seperti halnya pendampingan yang dilakukan
oleh perpustakaan dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dengan
berfungsi sebagai fasilitator. Hal lain yang tidak kalah penting dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat juga diperlukan adanya sikap saling belajar dan saling
berbagi pengalaman antara pendamping sebagai fasilitator dan masyarakat yang
diberdayakan.
2.4 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan sudah cukup
banyak dilakukan. Berikut ini beberapa contoh penelitian tersebut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Arif Wahyuni. Mahasiswa Ilmu
Perpustakaan Universitas Diponegoro, tahun 2012 yang berjudul “Peran
Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus pada
Pondok Maos Gayub Desa Bebegan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.
Penelitian ini membahas mengenai kegiatan-kegiatan pelatihan dan program
pemberdayaan masyarakat, mulai dari program untuk orang dewasa sampai
dengan program untuk anak-anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program pelatihan membuat
batik, sablon kaos, detergen dan pewangi pakaian yang dilakukan oleh Pondok
27
Maos Gayub telah memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan ketrampilan
tersebut masyarakat dapat menjual hasilnya ataupun dipakai sendiri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Diona Septia. Mahasiswa Ilmu
Perpustakaan Universitas Indonesia, tahun 2010 yang berjudul “Peran
Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus
Rumah Pintar Bhara Cendikia 1”. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode studi kasus. Tujuan dari penelitian untuk
mengetahui tentang program rumah pintar sebagai bentuk dari perpustakaan
komunitas dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rumah pintar Bhara Cendikia 1 telah berhasil membuat
beberapa pengunjung menjadi mandiri lewat pelatihan di sentra kriya.
Meskipun belum mencapai hasil yang besar, tetapi setidaknya masyarakat
sudah bisa menikmati hasil dari kerja mereka sendiri.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Bahri. Mahasiswa Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Tahun 2013 yang berjudul “Peran TBM Cakruk Pintar dalam
Pemberdayaan Masyarakat Notogaten Caturtunggal Sleman Yogyakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran apa saja yang dimiliki
TBM Cakruk Pintar dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, kemudian
perubahan apa saja yang dirasakan oleh masyarakat Nologaten setelah
mengikuti program pemberdayaan yang dilakukan oleh TBM Cakruk Pintar.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa TBM Cakruk Pintar
memiliki tiga peran pemberdayaan masyarakat yaitu peran pendidikan, peran
28
SDM (sumber daya manusia) dan peran ekonomi. Sedangkan perubahan yang
dirasakan oleh warga dusun Nologaten dalam mengikuti program
pemberdayaan masyarakat pada bidang pendidikan yaitu adanya peningkatan
prestasi belajar anak, bidang SDM yaitu adanya kemandirian dalam berusaha
dan tingkat solidaritas warga semakin meningkat, dan pada bidang ekonomi
mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang pembuatan NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak), pembuatan kue. Peningkatan penghasilan terasa dengan
menjual hasil yang mereka produksi.
Tinjauan pustaka berbentuk skripsi di atas membahas mengenai peran
perpustakaan sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
dengan mengadakan berbagai program pelatihan. Kemudian akan dilihat hasil
yang diperoleh dari program pelatihan tersebut bagi masyarakat.
Berdasarkan uraian tinjaun pustaka dari berbagai sumber tersebut dapat
disimpulkan bahwa skripsi ini pada dasarnya bersifat melengkapi pembahasan
tentang peran perpustakaan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan mengadakan berbagai kegiatan pelatihan. Penelitian mengenai peran
Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang dalam
pemberdayaan masyarakat belum pernah diteliti. Pengambilan contoh
penelitian yang sejenis dengan skripsi ini dilakukan karena memiliki tema
yang hampir sama yaitu mengenai program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan melalui perpustakaan komunitas, rumah pintar, maupun taman baca
masyarakat. Meskipun memiliki tema yang kurang lebih sama, akan tetapi
terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
29
Perbedaan tersebut terletak pada subjek penelitian yaitu masyarakat di
Kabupaten Batang dan lokasi penelitian yang digunakan yaitu Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Bab ini dibahas secara menyeluruh mengenai metode dan teknik yang
dipergunakan dalam penyusunan skripsi, baik pada saat pengumpulan data
maupun analisis data. Dalam menyusun metode penelitian dalam penelitian ini,
peneliti mengacu pada sumber buku yang digunakan sebagai acuan untuk
memperoleh gambaran mengenai metode dan teknik penelitian kualitatif. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Sulistyo-Basuki adalah, “Rencana dan struktrur
kerangka kerja” (Sulistyo-Basuki, 2006: 37). Sedangkan menurut Arikunto,
desain penelitian adalah, “Rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti
sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan” (Arikunto, 2010: 90).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah sebuah rencana yang
disusun oleh peneliti sebagai pedoman dalam melakukan perencanaan sebuah
penelitian.
29
30
Desain penelitian dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data
sejak awal penelitian, diikuti dengan proses pengumpulan data yang bersifat
terbuka, fleksibel, dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ditemukan dilapangan. Dalam penelitian ini, kasus yang dibahas adalah
menganalisis peran kegiatan Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang dalam pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Batang.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini bersifat deskriptif kualitatif.
Dengan penelitian kualitatif, peneliti mendapatkan data mendalam mengenai
objek yang diteliti, sehingga dapat membantu menjelaskan bagaimana peran
kegiatan Bengkel Kriya dalam pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Batang.
Bodgan dan Taylor dalam Basrowi (2008: 21) mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati. Oleh
karena itu metode penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dari sudut
pandang subjek dan untuk menggambarkan berbagai kondisi, situasi, dan berbagai
fenomena yang menjadi objek penelitian. Menurut Kirk dan Miller dalam Basrowi
(2008: 21) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristiwanya.
31
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berangkat dari deskripsi keadaan objek yang
diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta yang aktual yang temuan-
temuannya tidak diperoleh dari prosedur perhitungan secara statistik. Data yang
diperoleh dalam penelitian merupakan data deskriptif yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penyajian data dari awal penelitian
hingga akhir penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif, yang disusun secara
sistematis.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
Dalam sebuah penelitian tidak terlepas dari adanya subjek dan objek penelitian.
Subjek merupakan orang yang melakukan sesuatu, sedangkan objek merupakan
hal yang menjadi fokus dalam penelitian. Pada penelitian ini perpustakaan
memiliki kegiatan Bengkel Kriya yang merupakan realisasi dari kegiatan
pascabaca koleksi dan dilanjutkan dengan kegiatan praktik dari hasil pascabaca
koleksi tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatannya dibantu oleh mentor yang
bertugas untuk menyampaikan materi agar dapat dipahami oleh peserta.
Kemudian dari kegiatan Bengkel Kriya ini akan dilihat apakah terdapat nilai
manfaat dari pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya bagi peserta yang dijadikan
sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian subjek dan
objek dalam penelitian adalah sebagai berikut.
32
1. Subjek
Subjek penelitian menurut Mukhtar (2013: 88-89) adalah orang yang berada
dalam situasi sosial yang ditetapkan sebagai pemberi informasi dalam sebuah
penelitian atau dikenal dengan informan. Berdasarkan pada pengertian tersebut,
maka subjek menjadi salah satu hal penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kabupaten Batang yang
merupakan peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya di Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang.
2. Objek
Objek penelitian menurut Mukhtar (2013: 88-89) adalah situasi sosial yang
ditetapkan untuk melakukan penelitian. Objek yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah nilai manfaat dari pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya bagi peserta yang
dijadikan sebagai upaya dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat di
Kabupaten Batang.
3.5 Pemilihan Informan
Jumlah peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya di Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang tidak bisa ditentukan secara pasti pada setiap pelaksanaanya.
Namun pada setiap pelaksanaan kegiatan peserta diwajibkan untuk mengisi daftar
hadir. Berdasarkan daftar hadir tersebut didapatkan jumlah peserta yang
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dengan tema pelatihan pengenalan marketing
33
online sejumlah 36 peserta, sementara peserta yang mengikuti pelatihan
pembuatan soto koya berkurang jumlahnya menjadi 27 peserta. Kemudian peneliti
melakukan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pemilihan informan yang berdasarkan pada
kriteria tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sulistyo-
Basuki, 2006: 202). Dalam memilih informan yang menuhi kriteria suatu
penelitian, peneliti harus menerapkan kriteria informan terlebih dahulu. Moleong
dalam Prastowo (2014: 196) menyebutkan bahwa ada lima persyaratan yang harus
dimiliki oleh seorang agar layak dijadikan informan adalah sebagai berikut:
1. Orang tersebut harus jujur dan harus bisa dipercaya
2. Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan
3. Orang tersebut suka berbicara, bukan orang yang sukar berbicara apalagi
pendiam
4. Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai
dalam latar penelitian
5. Orang tersebut memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi
Berdasarkan lima kriteria tersebut, peneliti menetapkan kriteria informan
sebagai berikut:
1. Tercatat sebagai anggota dari Bengkel Kriya
2. Aktif mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan Bengkel Kriya
3. Telah mengikuti pelatihan pengenalan marketing online dan pelatihan
pembuatan soto koya
34
4. Bersedia untuk menjadi informan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah keseluruhan 63 peserta
yang telah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dengan tema pelatihan pengenalan
marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya. Pada pelatihan pembuatan
soto koya terdapat 16 peserta baru dan 11 peserta yang sebelumnya ikut dalam
pelatihan pengenalan marketing online. Sehingga didapatkan 52 peserta dari
jumlah keseluruhan kedua pelatihan tersebut. Peneliti memilih empat peserta yang
memenuhi kriteria tersebut untuk menjadi informan. Sementara untuk
memperoleh data yang lebih mendalam peneliti memilih informan tambahan.
Informan tambahan diambil dari pihak yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan
Bengkel Kriya. Pihak – pihak tersebut meliputi koordinator, ketua, sekertaris,
bendahara, seksi kegiatan, mentor pelatihan pengenalan marketing online, dan
mentor pelatihan pembuatan soto koya. Sehingga pihak yang berperan dalam
pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya tersebut berjumlah 7 orang yang kemudian
diambil 3 orang untuk dijadikan sebagai informan tambahan, yaitu koordinator
Bengkel Kriya sebagai pihak yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap
pelaksanaan kegiatan, dan mentor sebagai pihak yang memberikan pelatihan
kepada peserta, sehingga mengetahui secara pasti bagaimana kondisi peserta
selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya.
35
3.6 Jenis dan Sumber Data
Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2010: 22) sumber data dalam penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tulisan yang dicermati
oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat
ditangkap makna yang tersisa dalam dokumen bendanya. Dalam penelitian ini
mengacu pada sumber data primer maupun sekunder yang akan dijelaskan lebih
lanjut pada sub-bab berikut.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui
wawancara dan observasi secara langsung (Mukhtar, 2013: 110). Data primer
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan koordinator
Bengkel Kriya mengenai persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan Bengkel
Kriya. Wawancara juga dilakukan terhadap mentor mengenai pemberian materi
dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya. Kemudian wawancara dilakukan pada
peserta Bengkel Kriya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta
terhadap perpustakaan dan kemampuan peserta dalam memenuhi kebutuhan
informasinya selama ini.
Dari wawancara ini menunjukkan adanya masalah yang dialami peserta
dalam memenuhi kebutuhan informasinya, adapun penyebabnya akibat
terbatasnya media yang digunakan peserta untuk mengakses informasi.
36
Peneliti juga melakukan wawancara setelah dilaksanakannya kegiatan
Bengkel Kriya untuk mengetahui nilai manfaat yang dialami peserta melalui
kegiatan Bengkel Kriya tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui data-data
atau dokumen yang sudah ada (Mukhtar, 2013: 110). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dokumen-dokumen yang sudah ada sebagai bahan referensi, yang
berupa buku, jurnal, dan skripsi.
Peneliti menggunakan berbagai buku yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dan lainnya yang sesuai dengan penelitian ini.
3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam proses
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Metode dan Teknik Observasi
Observasi adalah suatu proses mengamati dan merekam suatu peristiwa atau
situasi tertentu (Sulistyo-Basuki, 2006: 148). Tujuan dari observasi ini adalah
menggambarkan program secara menyeluruh, termasuk juga menggambarkan
kegiatan yang berlangsung dalam program, orang yang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut serta makna bagi orang-orang mengenai apa yang telah diamati.
37
Penerapan metode observasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan data
mengenai peran kegiatan Bengkel Kriya yang diikuti oleh peserta. Peneliti
menggunakan observasi non-partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap suatu peristiwa, namun peneliti tidak terlibat secara langsung
dalam peristiwa tersebut. Peneliti hanya mengamati dan mencatat apa yang terjadi
(Sulistyo-Basuki, 2006: 150-151). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik observasi non-partisipan karena peneliti tidak terlibat langsung dalam
kegiatan. Peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap kegiatan Bengkel Kriya
yang diikuti oleh peserta.
2. Metode dan Teknik Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu
(Basrowi, 2008: 127). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka,
menggunakan telepon seluler baik itu dengan chating atau video call. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti, yang disusun secara
terstruktur (Sulistyo-Basuki, 2006: 171). Dalam pengumpulan data terstruktur,
peneliti terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang telah diarahkan pada
suatu tujuan.
38
Wawancara tersebut dilakukan dengan koordinator Bengkel Kriya sebagai
informan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya,
mentor yang memberikan materi dalam kegiatan, serta peserta yang terlibat
langsung dalam kegiatan Bengkel Kriya. Dalam wawancara ini, peneliti
menggunakan buku catatan untuk mencatat hasil wawancara, dan menggunakan
alat perekam untuk membantu peneliti dalam melakukan pengolahan data. Hasil
rekaman tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan teknik mencatat.
3. Metode dan Teknik Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau oleh orang lain tentang subjek (Herdinansyah, 2012: 143). Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media dan
dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan. Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumen berupa catatan daftar
hadir peserta Bengkel Kriya. Peneliti juga melakukan teknik dokumentasi dengan
cara mengambil gambar yang berupa foto, video, maupun rekaman suara yang
dilakukan pada saat wawancara dengan informan.
39
3.8 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2014: 280) merupakan proses
mengukur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Analisis data dilakukan untuk mengorganisasikan data. Data
yang telah terkumpul dari lapangan dengan jumlah yang banyak kemudian
diurutkan dan dikelompokkan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman dalam Basrowi (2008: 209) yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Metode dan Teknik Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pengabstraksian dan
pentransformasian data kasar dari lapangan (Basrowi, 2008: 209). Dalam reduksi
data ini peneliti mengumpulkan seluruh data yang diperoleh di lapangan. Setelah
proses pengumpulan data selesai dilanjutkan dengan mereduksi hasil catatan
lapangan yang telah diperoleh untuk selanjutnya diperoleh data yang penting, dan
relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Setelah dilakukan reduksi, data
akan mengerucut dan semakin sedikit sehingga mengarah ke inti permasalahan
dan mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian.
Kemudian tahap diselanjutnya dilakukan penyajian data.
2. Metode dan Teknik Penyajian Data
40
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tertentu tersusun yang memberikan
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan (Basworo,
2008: 209). Dalam proses ini data yang telah direduksi diklasifikasi kedalam
beberapa kelompok. Bentuk penyajian data dapat berupa teks naratif, matriks,
grafik, jaringan, dan bagan.
Bentuk penyajian data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyajian
data dalam menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam bentuk teks
yang bersifat naratif. Peneliti melakukan penyajian data dari hasil wawancara
terhadap peserta sebagai informan kunci, juga terhadap koordinator dan mentor
kegiatan Bengkel Kriya sebagai informan tambahan serta dilampirkan gambar
untuk memperjelas proses yang terjadi dalam penelitian ini.
3. Metode dan Teknik Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah penarikan simpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah disajikan
dengan tujuan mendapatkan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti yang berkaitan dengan peran Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang dalam pemberdayaan masyarakat Kabupaten Batang. Simpulan
yang terkait harus terlebih dahulu diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan yang diperoleh di
lapangan sehingga makna yang muncul dari data dapat teruji kebenaran dan
kecocokannya.
41
3.9 Uji Keabsahan Data
Sebuah penelitian harus memiliki data yang valid dan dapat dibuktikan
kebenarannya, sehingga seseorang juga harus mengecek kevalidan dan keabsahan
data melalui teknik triangulasi. Triangulasi menurut Moleong (2014: 330) adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
sumber data yang digunakan untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
Adapun terdapat tiga metode dalam triangulasi yang disampaikan oleh Sugiyono
dalam Prastowo (2014: 269), yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber atau
informan yang berbeda dengan teknik yang sama. Data yang telah
dianalisis kemudian disimpulkan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan beberapa sumber atau informan tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dari wawancara kemudian dilakukan
pengecekan dengan observasi dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
42
Triangulasi waktu yaitu menguji keabsahan data yang dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan melalui wawancara atau observasi dalam
waktu dan situasi yang berbeda sampai ditemukan kepastian data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi
sumber. Triangulasi sumber ini digunakan oleh peneliti untuk mengecek
data yang diperoleh dari peserta sebagai informan kunci dan koordinator
serta mentor kegiatan Bengkel Kriya sebagai informan tambahan. Peneliti
melakukan wawancara dengan peserta Bengkel Kriya mengenai peran
kegiatan Bengkel Kriya dalam pemberdayaan masyarakat, kemudian
melakukan wawancara kepada koordinator dan mentor kegiatan Bengkel
Kriya untuk melakukan kredibilitas.
BAB 4
GAMBARAN UMUM KEGIATAN BENGKEL KRIYA
DI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KABUPATEN BATANG
4.1 Gambaran Umum Objek Kegiatan
Penelitian ini membahas mengenai peran adanya Bengkel Kriya sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat, sehingga akan diketahui manfaat dari adanya kegiatan
Bengkel Kriya tersebut. Bengkel Kriya merupakan salah satu bentuk kegiatan
pendidikan pemakai yang diadakan oleh Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan pascabaca koleksi baik
berupa koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan maupun koleksi non buku
yang didapatkan dari internet. Kegiatan pascabaca yang dimaksud disini adalah
kegiatan membaca koleksi bahan pustaka yang terdapat di ruang baca
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang maupun dari internet yang dilakukan
oleh pemustaka, pemustaka yang dimaksud adalah peserta dari kegiatan Bengkel
Kriya.
Kegiatan pascabaca tersebut ditindak lanjuti dengan diadakannya kegiatan
praktik dengan menghadirkan mentor pada setiap kegiatannya. Kegiatan Bengkel
Kriya yang telah berjalan selama ini meliputi pelatihan dalam bidang
keterampilan dan tata boga. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap dua kali
43
44
dalam sebulan. Selanjutnya penjelasan mengenai kegiatan Bengkel Kriya akan
dijelaskan pada sub-bab berikut.
4.1.1 Sejarah Kegiatan Bengkel Kriya
Kegiatan Bengkel Kriya yang diadakan di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang ini terbentuk karena adanya keprihatinan yang dirasakan oleh pihak
perpustakaan terhadap masyarakat Batang yang sering berkunjung ke
perpustakaan dan ternyata masih banyak masyarakatnya yang belum mempunyai
pekerjaan. Kemudian pihak perpustakaan memikirkan cara agar kedepannya
masyarakat yang sering berkunjung ke perpustakaan ini bisa memiliki ketrampilan
khusus yang nantinya dapat dijadikan sebagai bekal untuk membuka suatu usaha.
Kegiatan Bengkel Kriya resmi didirikan pada tahun 2011 setelah melalui
diskusi antara pengelola perpustakaan. Pihak perpustakaan mendirikan
kelembagaan pascabaca bagi para pemustaka dalam satu wadah kegiatan yang
sekarang lebih terkenal dengan nama Bengkel Kriya. Dalam menjalankan
kegiatannya agar lebih terarah maka dibentuklah kepengurusan dalam kegiatan
Bengkel Kriya dengan struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dan seksi kegiatan. Kepengurusan Bengkel Kriya ini lama kelamaan
menjadi sebuah komunitas dimana mereka juga mengadakan pertemuan pada
setiap bulannya untuk sekedar sharing dan membicarakan perkembangan untuk
kegiatan Bengkel Kriya kedepannya. Meskipun pada kenyataannya keberadaan
kepengurusan tersebut tidak menjalankan fungsinya secara maksimal.
45
Kegiatan Bengkel Kriya ini sengaja dibentuk sebagai wadah bagi para
pemustaka untuk mempraktikkan apa yang telah dibacanya. Dengan demikian
maka diharapkan pemustaka akan lebih memahami apa yang telah dibaca dan juga
kedepannya dapat menjadikan pemustaka lebih termotivasi untuk membuka suatu
usaha sehingga menjadikan mereka mandiri dan dapat menambah perekonomian
keluarga. Kegiatan Bengkel Kriya pertama kali diperkenalkan pada bulan Oktober
2011, pada awal kemunculannya kegiatan Bengkel Kriya ini lebih sering bergerak
pada bidang ketrampilan. Meliputi keterampilan pembuatan tempat minuman,
keterampilan membuat tempat sandal, keterampilan membuat hantaran pengantin,
dan lain sebagainya.
Pada tahun 2014 keberadaan Bengkel Kriya semakin berkembang dan
semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Kegiatan Bengkel Kriya ini juga telah mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Kedepannya pihak keordinator Bengkel Kriya ingin mengembangkan lagi
kegiatan yang sudah ada dengan mengajak dan membekali para pemuda
masyarakat Kabupaten Batang dengan ketrampilan kerja seperti pemberian materi
mengenai cara menperbaiki listrik maupun cara memperbaiki handphone yang
nantinya dapat dijadikan sebagai bekal untuk menciptakan usaha.
4.1.2 Visi Misi dan Tujuan Kegiatan Bengkel Kriya
Dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat maka Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Batang mengadakan kegiatan Bengkel Kriya yang merupakan
46
realisasi dari kegiatan pascabaca yang dilakukan oleh pemustaka. Dalam
menjalankan kegiatannya agar dapat berjalan dengan maksimal, maka kegiatan
Bengkel Kriya memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan Bengkel Kriya yang terdiri dari sebagai berikut.
Visi kegiatan Bengkel Kriya adalah meningkatkan ekonomi keluarga dengan
melatih masyarakat dalam bidang keterampilan dan tata boga.
Misi kegiatan Bengkel Kriya adalah :
1. Melaksanakan kegiatan pelatihan kepada masyarakat di bidang keterampilan
dan tata boga.
2. Meningkatkan taraf hidup keluarga melalui pelatihan keterampilan.
Tujuan utama dari kegiatan Bengkel Kriya tersebut adalah untuk
menciptakan masyarakat yang tidak hanya gemar membaca tetapi juga dapat
meningkatkan taraf hidup melalui kegiatan berwirausaha yang merupakan hasil
dari mengikuti kegiatan Bengkel Kriya. Melalui kegiatan Bengkel Kriya
diharapkan dapat membentuk kemandirian pada setiap peserta dengan
memberikan mereka berbagai ilmu pengetahuan bermanfaat yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk memulai suatu usaha,sehingga melalui kegiatan Bengkel
Kriya ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga.
4.1.3 Manfaat Kegiatan Bengkel Kriya
Kegiatan Bengkel Kriya yang diadakan oleh Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Batang dengan memberikan pelatihan, baik berupa pelatihan di bidang
47
keterampilan maupun pelatihan di bidang tata boga telah memberikan dampak
positif bagi peserta yang mendapatkan program pelatihan secara langsung maupun
bagi pihak perpustakaan sebagai lembaga yang menyediakan kegiatan Bengkel
Kriya. Manfaat yang diperoleh dari adanya kegiatan Bengkel Kriya tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi peserta terkait dengan
pelatihan yang dilaksanakan pada setiap pertemuannya.
2. Menciptakan peserta yang mandiri. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya
usaha baru oleh peserta, sehingga melalui usaha baru tersebut peserta mampu
meningkatkan perekonomian keluarga.
3. Membentuk relasi antar peserta yang tergabung dalam kegiatan Bengkel Kriya,
sehingga dengan relasi yang semakin luas membuat peserta mendapatkan
kemudahan dalam menjalankan usaha.
4. Kegiatan Bengkel Kriya telah memberikan banyak penghargaan dari berbagai
pihak yang diberikan kepada Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang.
5. Kegiatan Bengkel Kriya berhasil membawa nama Perpustakaan dan Arsip
Kabupeten Batang menjadi lebih dikenal karena prestasi yang telah diraihnya.
4.1.4 Struktur Organisasi KegiatanBengkel Kriya
Adapun struktur organisasi yang terdapat dalam kegiatan Bengkel Kriya sebagai
berikut.
48
Sumber : Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang, 2016.
Berdasarkan pada struktur organisasi di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan
Bengkel Kriya diketuai oleh Ir. Arif Lelono yang dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh sekertaris, bendahara, dan seksi kegiatan. Sebelum ditetapkan
sebagai ketua Bengkel Kriya, beliau adalah anggota dari kegiatan Bengkel Kriya.
Awalnya Arif juga mengikuti Bengkel Kriya yang diadakan oleh Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang, karena memiliki keahlian serta ketertarikan dalam
bidang memasak menjadikan Arif sering diminta untuk mengisi kegiatan Bengkel
Kriya dengan mengajarkan pesertanya dalam bidang tata boga sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya. Selain itu dari kegiatan Bengkel Kriya membawa
pengaruh positif bagi Arif dengan membuka usaha cathering makanan.
Keberadaan kegiatan Bengkel Kriya dengan berjalannya waktu semakin
diminati oleh masyarakat dan pihak koordinator merasa perlu membentuk struktur
kepengurusan kegiatan Bengkel Kriya agar dapat mempermudah kinerja pihak
perpustakaan dalam mengawasi serta mengajak masyarakat untuk mengikuti
kegiatan tersebut. Pada akhirnya dibuatlah struktur organisasi untuk kepengurusan
kegiatan Bengkel Kriya yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi
Seksi KegiatanAmbar
Sekretaris Ana Maria
Ketua Ir. Arif Lelono
BendaharaKuswardani
49
kegiatan. Peran Ana Maria sebagai sekertaris dalam Bengkel Kriya adalah
membantu pihak koordinator dalam mempersiapkan surat-surat undangan
kegiatan yang akan disebarkan dan mencatat segala sesuatu yang sekiranya
penting dalam kegiatan Bengkel Kriya. Kuswardani sebagai bendahara Bengkel
Kriya memiliki tugas untuk mengelola uang yang diberikan oleh pihak
perpustakan demi keberlangsungan kegiatan. Lalu peran Ambar sebagai seksi
kegiatan adalah menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan bengkel kriya seperti membantu pihak koordinator dalam
menyiapkan perlengkapan kegiatan, makanan ringan, serta pendistribusian
undangan.
Secara umum kepengurusan kegiatan Bengkel Kriya ini ikut berperan
dalam mewujudkan peserta agar mampu mengembangkan diri, khususnya dalam
hal peningkatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini ketua Bengkel Kriya beberapa
kali mengadakan pertemuan singkat dengan mengajak sekertaris, bendahara, dan
seksi kegiatan serta beberapa peserta Bengkel Kriya untuk berkumpul diluar
jadwal kegiatan Bengkel Kriya untuk membicarakan perkembangan kegiatan
Bengkel Kriya serta memotivasi pesertanya agar berani dalam membuka suatu
usaha baru. Pertemuan ini juga dijadikan sebagai sarana untuk mempererat
komunikasi antara peserta sehingga terjalin hubungan kekeluargaan antar peserta
satu sama lain. Dengan adanya komunikasi yang baik antar peserta menjadikan
peserta saling membantu memberikan arahan dalam memutuskan untuk membuka
suatu usaha setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya.
50
4.1.5 Peserta Kegiatan Bengkel Kriya
Peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya tidak bisa ditentukan secara pasti
jumlahnya. Karena kegiatan Bengkel Kriya ini terbuka untuk semua kalangan
masyarakat yang berada di Kabupaten Batang. Untuk itu peserta yang mengikuti
kegiatan Bengkel Kriya dalam setiap pelaksanaannya dapat berubah-ubah serta
dapat bertambah maupun berkurang jumlahnya. Dalam melakukan pemberitahuan
kepada peserta terkait dengan akan diadakannya kegiatan Bengkel Kriya, pihak
perpustakaan membuatkan undangan mengenai pelaksanaan kegiatan dengan tema
tertentu yang kemudian diserahkan kepada setiap Kelurahan di Kabupaten Batang
untuk dapat disebarkan informasinya kepada masyarakat di Kelurahan tersebut.
Selain itu pemberitahuan juga dapat dilakukan oleh ketua Bengkel Kriya dengan
mengirimkan pesen singkat kepada beberapa peserta yang telah lama tergabung
dalam kegiatan Bengkel Kriya untuk selanjutnya pemberitahuan akan adanya
kegiatan tersebut dapat diteruskan melalui pembicaraan dari mulut ke mulut.
Bertambahnya jumlah peserta dalam setiap pelaksanaan kegiatan dijadikan
sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan terselenggaranya kegiatan Bengkel
Kriya. Dimana semakin bertambah peserta yang mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya, dapat dikatakan bahwa kegiatan Bengkel Kriya tersebut semakin berhasil
karena semakin banyak peserta yang mendapatkan manfaat dari kegiatan Bengkel
Kriya tersebut. Meskipun pada kenyataanya belum bisa dipastikan secara pasti
apakah peserta yang telah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya benar-benar
mendapatkan manfaat atau sekedar untuk mengisi waktu saja. Pada dasarnya
peserta yang mengikuti kegiatan Bengkel Kriya memiliki motivasi yang berbeda,
51
ada yang benar-benar mengikuti kegiatan untuk menambah pengetahuan, untuk
sekedar menambah pengalaman, dan terdapat juga peserta yang mengikuti
kegiatan hanya sekedar mengikuti ajakan teman.
4.1.6 Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya
Pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya pada awal berdirinya hanya dilaksanakan
satu kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan keterbatasan biaya yang dimiliki oleh
pihak perpustakaan dalam menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan. Hingga pada tahun 2014 keberadaan kegiatan Bengkel
Kriya semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat. Untuk itu kegiatan Bengkel
Kriya ditambah lagi intensitasnya dengan mengadakan pelatihan selama dua kali
dalam sebulan yaitu setiap hari Rabu di minggu pertama dan minggu ketiga.
Pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya dilaksanakan di Aula Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang dan sempat beberapa kali pelaksanaan kegiatannya
juga dilaksanakan di perpustakaan desa yang terdapat di Kabupaten Batang.
Dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya ini didukung dengan menghadirkan
mentor sebagai pemberi materi pelatihan yang berbeda-beda pada setiap
pelaksanaanya, disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
awalnya materi yang diberikan berupa pelatihan dalam bidang keterampilan
seperti keterampilan membuat hantaran pengantin, keterampilan membuat tempat
makan dan minum, serta dilanjutkan dengan pelatihan di bidang tata boga seperti
pelatihan membuat kue apem, pelatihan membuat pizza, pelatihan membuat ice
52
cream, dan lain sebagainya. Secara umum tema kegiatan yang diajarkan dalam
kegiatan Bengkel Kriya telah disesuaikan dengan kebutuhan informasi para
pesertanya.
4.1.7 Kerjasama Kegiatan Bengkel Kriya
Kegiatan Bengkel Kriya pada awalnya merupakan kegiatan yang didanai oleh
dana pribadi dari pihak perpustakaan. Dengan berjalannya waktu keberadaan
kegiatan ini semakin dikenal, kemudian sampai pada tahun 2012 keberadaan
Bengkel Kriya tersebut diketahui oleh Bupati Kabupaten Batang. Sehingga Bupati
tersebut mendukung sepenuhnya kegiatan Bengkel Kriya dan mulai memberikan
dana untuk kegiatan Bengkel Kriya kedepannya.
Sebagai upaya dalam menjalankan kegiatannya untuk mencapai hasil yang
maksimal. Kegiatan Bengkel Kriya juga mengadakan kerjasama dengan berbagai
pihak. Salah satu kerjasama yang dilakukan yaitu dengan Coca Cola Faundation
Indonesia (CCFI) melalui kegiatanya Perpuserunya. Pada perkembangannya
kerjasama juga dilakukan dengan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), melalui
program Corporate Social Responsibility (CSR). Kerjasama ini dilakukan dengan
pemberian bantuan berupa seperangkat komputer, bantuan buku bacaan tentang
berbagai macam ilmu pengetahuan, pembinaan dan pengawasan dari Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang kepada masyarakat. Kegiatan kerjasama ini
diteruskan dengan memfasilitasi masyarakat dalam bentuk penyelenggaraan
kegiatan pelatihan dasar komputer, memasarkan produk secara online, mengakses
53
informasi kesehatan, keterampilan yang pelaksanannya dilakukan melalui
kegiatan Bengkel Kriya. Sehingga program ini merupakan kemitraan dengan
tujuan utama menyediakan akses yang lebih mudah pada masyarakat untuk
mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat
memberikan manfaat yang berkelanjutan.
Kerjasama juga dilakukan dengan pihak PT Telekomunikasi Indonesia
(Telkom) melalui kegiatan UKM Digital. Kegiatan kerjasama dilakukan oleh
Telkom dengan mendukung kegiatan Bengkel Kriya melalui penyediaan
perangkat komputer, penyediaan akses Wi-Fi menggunakan jaringan fiber opitic
dengan bandwidth akses hingga 10 Mbps, pemberian pelatihan mengenai
marketing online, dan menawarkan adanya pendampingan secara berkala.
4.1.8 Prestasi Kegiatan Bengkel Kriya
Kegiatan Bengkel Kriya sebagai program pemberdayaan masyarakat yang
diwujudkan dengan memberikan berbagai pelatihan dengan berbagai tema baik itu
berupa keterampilan maupun bidang tata boga telah berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan sampai tingkat nasional. Seperti penghargaan yang
diberikan oleh Coca Cola Faundation Indonesia (CCFI) kepada Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Batang dengan program Perpuseru. Penghargaan tersebut
diberikan karena pihak perpustakaan dinilai telah sukses menyebarkan kegiatan
penyimpangan positif di perpustakaan, kegiatan penyimpangan positif yang
dimaksud adalah kegiatan Bengkel Kriya. Bahkan belum lama ini perpustakaan
54
kembali mendapatkan penghargaan pada acara Peer Learning Meeting Perpuseru
Tingkat Nasional di Bali yang diadakan oleh Coca Cola Faundation Indonesia.
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang bersama dengan tiga
perpustakaan desa binaannya yaitu Perpustakaan Desa Rejosari Barat Kecamatan
Tersono, Perpustakaan Desa Mentosari Kecamatan Gringsing, dan Perpustakaan
Desa Sodong Kecamatan Wonotunggal. Dalam penghargaan tersebut
perpustakaan mampu meraih delapan kategori (total 11 penghargaan yang diraih)
dari total keseluruhan 13 kategori yang ada. Hal ini tentunya saja sangat
membanggakan dan bisa menambah motivasi bagi Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang dalam memajukan perpustakaan melalui berbagai kegiatan
yang diselenggarakan.
Penghargaan lain yang diperoleh melalui kegiatan Bengkel Kriya adalah
adanya apresiasi dari PT Telekomunikasi Indonesia dengan menunjuk peserta
yang tergabung dalam kegiatan Bengkel Kriya untuk ikut serta dalam program
nasional Kampung UKM Digital. Kegiatan Bengkel Kriya mendapatkan perhatian
lebih dari PT Telekomunikasi Indonesia karena dianggap berhasil menjadi
komunitas yang kreatif dan inovatif yang berisi banyak pelaku UKM (Usaha
Kecil Menengah) yang telah berlangsung kurang lebih selama lima tahun dan
tetap mempertahankan kegiatannya sampai sekarang.
BAB 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN
PERAN BENGKEL KRIYA PERPUSTAKAAN DAN ARSIP
KABUPATEN BATANG DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KABUPATEN BATANG
5.1 Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan
kemampuan atau memberdayakan masyarakat dalam bentuk penggalian
kemampuan pribadi, kreatifitas, kompetensi dan daya pikir serta tindakan yang
lebih baik dari waktu sebelumnya. Dengan adanya pemberdayaan ini bertujuan
untuk memandirikan masyarakat, membangun kemampuan, serta meningkatkan
potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
bagi seluruh warga masyarakat secara berkesinambungan melalui berbagai
kegiatan swadaya.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah cara mengadakan
program-program pelatihan melalui kegiatan Bengkel Kriya yang bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi keluarga. Program pemberdayaan dalam penelitian ini
dimulai dengan penentuan tema kegiatan yang akan diadakan pada kegiatan
Bengkel Kriya, tema yang dipilih akan berbada pada setiap pertemuannya.
55
56
Dilanjut dengan pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya yang dibantu oleh mentor
yang bertugas sebagai pemateri. Setelah kegiatan pelatihan selesai, maka
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya untuk
mengetahui pemahaman peserta terhadap program pemberdayaan yang telah
diberikan, perubahan yang dialami peserta setelah diadakan program
pemberdayaan, serta untuk mengetahui kendala yang dihadapi selama pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat.
5.2 Data Informan
Menurut Moleong dalam Prastowo (2014 : 195) informan diartikan sebagai orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
(lokasi tempat) penelitian. Karena itu informan harus mempunyai banyak
pengalaman tentang lokasi penelitian.
Informan dalam penelitian ini merupakan orang yang terlibat langsung dalam
kegiatan Bengkel Kriya, yaitu peserta yang secara langsung diberikan pelatihan
dalam setiap pelaksanaan kegiatan Bengkel kriya. Jumlah peserta yang tergabung
dalam kegiatan Bengkel Kriya tidak bisa dipastikan karena kegiatan ini terbuka
untuk seluruh masyarakat di Kabupaten Batang. Adapun pemilihan informan
dilakukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pemilihan
informan berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Sulistyo-
Basuki, 2006: 202).
Peneliti menetapkan kriteria informan dalam penelitian ini yaitu:
57
1. Tercatat sebagai anggota dari Bengkel Kriya
2. Aktif mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan Bengkel Kriya
3. Telah mengikuti pelatihan pengenalan marketing online dan pelatihan
pembuatan soto koya
4. Bersedia untuk menjadi informan
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka peneliti memilih empat peserta
Bengkel Kriya yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai informan.
Sementara untuk memperoleh data yang lebih mendalam mengenai permasalahan
yang dibahas, maka peneliti memilih informan tambahan yang terdiri dari
koordinator Bengkel Kriya dan mentor kegiatan Bengkel Kriya. Pemilihan
informan tambahan tersebut dengan alasan karena koordinator mengetahui segala
kegiatan yang akan dilaksanakan pada Bengkel Kriya sedangkan mentor sebagai
orang yang mengetahui perilaku dan perkembangan peserta selama mengikuti
kegiatan Bengkel Kriya. Berikut akan disajikan tabel peserta sebagai informan
kunci dan koordinator serta mentor sebagai informan tambahan.
Tabel 1. Daftar Peserta sebagai Informan
Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1. Maria Triviana Peserta SMA
2. Siti Nur Fajar Peserta SMK
3. Sri Lestari Peserta SMA
4. Zakiyah Peserta SD
58
Tabel 2. Daftar Koordinator dan Mentor sebagai Informan Tambahan
Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1. Sulistianto Koordinator Bengkel
Kriya
Sarjana Hukum
2. Achmad Budianto Mentor Bengkel
Kriya
Sarjana Teknik
Telekomunikasi
3. Kuswardani Mentor Bengkel
Kriya
Sarjana Ekonomi
Informan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan informan yang telah setuju
untuk melakukan wawancara sebagai salah satu kriteria pemilihan informan.
Informan yang dipilih menggunakan nama sesuai dengan nama aslinya.
5.3 Pemberdayaan Masyarakat di Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang
Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang
berdaya pada prinsipnya merupakan upaya penguatan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi
masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat mengelola faktor-faktor
produksi, serta sebagai penguat masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa
depannya. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat ini maka dapat membantu
masyarakat untuk mengetahui potensi yang terdapat dalam diri mereka, sehingga
59
dapat tercipta masyarakat yang mandiri. Pada perkembangannya kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini juga bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga, tak
terkecuali oleh perpustakaan. Dengan memanfaatkan fungsi perpustakaan sebagai
fungsi pendidikan maka tidak menutup kemungkinan program pemberdayaan
masyarakat ini dapat terselenggara di perpustakaan. Untuk itu pada sub-bab ini
akan dibahas mengenai program pemberdayaan masyarakat yang diadakan
melalui perpustakaan, serta tahapan yang dilakukan dalam menjalankan program
pemberdayaan masyarakat tersebut.
5.3.1 Perpustakaan sebagai Media Pemberdayaan Masyarakat
Perpustakaan dikenal sebagai tempat penyimpanan buku, jurnal, maupun sumber
referensi cetak. Pada perkembangannya, perpustakaan bukan hanya berisi
referensi ilmiah dan sumber cetak lainnya saja, namun digunakan juga untuk
menyimpan hasil karya lain yang diciptakan masyarakat. Keberadaan
perpustakaan dalam masyarakat tetap dipertahankan karena perpustakaan
mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Menurut
Sulistyo Basuki (1991), fungsi perpustakaan terdiri dari :
a. Fungsi simpan karya
b. Fungsi informasi
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi rekreasi
e. Fungsi kultural
60
Berdasarkan fungsi di atas, salah satu fungsi perpustakaan di masyarakat
yaitu sebagai fungsi pendidikan yang bertujuan membantu masyarakat untuk
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat
dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka (Sulistyo-Basuki, 1991:46).
Dengan demikian perpustakaan dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan
nonformal bagi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, maka Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Batang menjalankan fungsi dibidang pendidikan dengan
memberikan program pemberdayaan kepada masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat yang diberikan berupa kegiatan
pelatihan-pelatihan dengan menggunakan bantuan mentor sebagai fasilitator.
Program tersebut tergabung dalam suatu bentuk kegiatan yang diberi nama
Bengkel Kriya. Dalam hal ini mentor memanfaatkan fungsi perpustakaan sebagai
fungsi pendidikan dengan memberikan pelatihan mengenai tema tertentu sesuai
dengan kebutuhan peserta. Program pemberdayaan dilakukan selama dua kali
dalam sebulan dengan menghadirkan mentor yang berbeda pada setiap pertemuan
sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Peserta yang mengikuti program pelatihan
di Bengkel Kriya didominasi oleh kalangan perempuan. Program pemberdayaan
yang dilakukan selama ini lebih fokus pada kalangan perempuan, khususnya ibu-
ibu rumah tangga agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
sebagai sarana meningkatkan perekonomian keluarga.
Pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya sebagai usaha dalam meningkatkan
perekonomian keluarga, dibutuhkan strategi kebijaksanaan yang sesuai dalam
61
memberikan pemberdayaan bagi masyarakat. Menurut Adisasmita (2006: 112)
strategi kebijaksanaan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tersebut
meliputi:
1. Mengembangkan keswadayaan dan kemandirian masyarakat
2. Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta
3. Pembentukan lembaga keswadayaan dan kemandirian
4. Pelibatan masyarakat
5. Bantuan tenaga pendamping
Terkait dengan hal tersebut maka berikut ini penuturan Sulis selaku koordinator
Bengkel Kriya saat ditanya menganai strategi kebijaksanaan yang diambil dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat. Berikut jawaban Sulis mengenai strategi
kebijaksanaan yang digunakan dalam menjalankan kegiatan Bengkel Kriya.
(1) Bagaimana strategi yang Anda gunakan dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
(1a) Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan strategi mengembangkan kemandirian masyarakat dengan diadakannya kegiatan Bengkel Kriya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri, dengan melibatkan masyarakat secara langsung yang tergabung sebagai peserta Bengkel Kriya, dan adanya bantuan tenaga pendamping berupa mentor yang memberikan pendampingan berupa pelatihan pada setiap kegiatannya. Selain itu diadakan pula kerjasama dengan beberapa pihak seperti Telkom dan Coca-Cola Faundation dalam menunjang kegiatan Bengkel Kriya. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Berdasarkan dari strategi kebijaksanaan di atas, maka dapat dikatakan
bahwa dalam menjalankan kegiatan Bengkel Kriya sebagai upaya dalam
pemberdayaan masyarakat, pihak perpustakaan telah melaksanakan kegiatan
62
tersebut sesuai dengan strategi kebijaksanaan yang disampaikan oleh Adisasmita
(2006), yaitu adanya usaha mengembangkan kemandirian masyarakat dengan
memberdayakan mereka melalui kegiatan pelatihan-pelatihan dalam bidang
keterampilan dan tata boga yang diberikan melalui kegiatan Bengkel Kriya,
terdapat koordinasi antara pemerintah dalam hal ini adalah pihak Perpustakaan
dan Arsip Kabupaten Batang, masyarakat, dan swasta yaitu pihak PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom), Coca Cola Faundation Indonesia (CCFI),
dan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) dalam melakukan kerjasama untuk
menunjang kegiatan Bengkel Kriya, adanya pembentukan lembaga keswadayaan
dan kemandirian yaitu dengan membentuk kegiatan Bengkel Kriya, adanya
pelibatan masyarakat yang terlibat sebagai peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya,
serta adanya bantuan tenaga pendamping yaitu mentor yang bertugas sebagai
fasilitator pada setiap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya.
5.3.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam penyusunan program pemberdayaan yang diadakan melalui kegiatan
Bengkel Kriya, maka terdapat beberapa tahapan yang disusun oleh pihak
koordinator Bengkel Kriya dengan bantuan mentor agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan baik. Berdasarkan tahapan pemberdayaan yang
dikemukakan oleh Adi (2013), proses pemberdayaan dalam kegiatan Bengkel
Kriya tidak secara mutlak sama dan sesuai. Melalui hasil observasi dan
wawancara dengan informan diketahui tahapan tersebut meliputi :
1. Tahapan Persiapan (Engagement)
63
Tahap persiapan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan terselenggara.
Pada tahap ini dilakukan persiapan awal mengenai persiapan lapangan dan
pemilihan mentor. Tahap persiapan dimulai sejak pihak koordinator Bengkel
Kriya menentukan tema apa yang akan dipilih untuk diadakan pada kegiatan
Bengkel Kriya. Dalam melakukan penentuan tema pihak koordinator juga
memberikan kesempatan kepada peserta untuk memilih tema yang akan diadakan
pada kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan penuturan Sulis selaku
koordinator Bengkel Kriya saat ditanya mengenai penentuan tema kegiatan.
(2) Bagaimana pihak perpustakaan menentukan tema kegiatan yang akan diadakan dalam kegiatan Bengkel Kriya?
(2a) Tema yang dipilih untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini juga disesuaikan atas usulan dari peserta, biasanya peserta yang mengikuti kegiatan juga sering berkunjung ke perpustakaan mbak, jadi peserta mengusulkan tema yang berasal dari kegiatan pascabaca koleksi perpustakaan ataupun hasil baca dari internet, biasanya tema yang akan digunakan didiskusikan terlebih dahulu sebulan sebelumnya untuk kemudian ditindaklanjuti untuk dicarikan mentor yang sesuai dengan tema yang telah dipilih. (Wawancara dengan Sulis 24 Juni 2016).
Berdasarkan penuturan Sulis tersebut, tema yang akan digunakan dalam
kegiatan juga berdasarkan dari usulan peserta, pihak perpustakaan memberikan
kesempatan bagi peserta sekaligus pemustakanya untuk mengusulkan tema yang
menarik dari hasil pascabaca. Sehingga peserta akan lebih aktif dan tidak selalu
bergantung pada berbagai program pemberian yang ada. Hal ini sejalan dengan
penuturan salah satu peserta saat diwawancara mengenai pemilihan tema kegiatan.
64
(3) Apakah Anda pernah mengusulkan tema yang akan diadakan pada kegiatan Bengkel Kriya?.
(3a) Saya dulu pernah mengusulkan tema mengenai tata rias pengantin setelah membaca koleksi di perpustakaan menganai tata rias pengantin, dan tak lama usulan tersebut direalisasi dengan adanya kegiatan pelatihan hantaran pengantin..(Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Sementara itu, Nur juga pernah mengusulkan beberapa tema untuk
kegiatan Bengkel Kriya. Bahkan dia sempat beberapa kali ditunjuk untuk menjadi
mentor dibeberapa kegiatan Bengkel Kriya yaitu memberikan pelatihan membuat
kue apem dan membuat ice cream. Sebagaimana pernyataan Nur berikut ini.
(3b) Pernah mbak, bahkan saya juga sempat beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mentor dibeberapa kegiatan Bengkel Kriya. Waktu itu saya memberikan pelatihan membuat kue apem dan ice cream. (Wawancara dengan Nur Fajar, 3 Agustus 2016).
Dari jawaban kedua informan di atas, secara tidak langsung telah
membuktikan bahwa pihak koordinator melibatkan peserta secara langsung untuk
ikut serta dalam penentuan tema yang akan diadakan dalam kegiatan Bengkel
Kriya dan tidak menutup kemungkinan bagi peserta yang telah memiliki keahlian
dibidang tertentu untuk dapat berpartisipasi menjadi mentor dalam kegiatan
Bengkel Kriya sebagai proses pemberdayaan masyarakat. Seperti yang terdapat
dalam Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2009),
pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya merupakan upaya penguatan
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang
mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh
dan mengelola faktor-faktor produksi, serta penguatan masyarakat untuk dapat
65
menentukan pilihan masa depannya. Dengan demikian, keterlibatan langsung
masyarakat dalam seluruh proses pembangunan baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi dari hasil kegiatan sangat dibutuhkan. Oleh sebab
itu peserta harus mengetahui secara pasti bentuk kegiatan pemberdayaan seperti
apa yang mereka butuhkan.
Dari hasil pengamatan peneliti, pada tahap ini pihak koordinator
mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan Bengkel
Kriya dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menunjang kegiatan tersebut. Pihak koordinator juga mempersiapkan dan
mencarikan mentor yang sesuai dengan tema yang bersangkutan. Dalam
pemilihan mentor tidak terdapat persyaratan khusus yang dibutuhkan, hanya saja
mentor yang dipilih haruslah berpengalaman dan bersedia memberikan pelatihan
yang dibutuhkan oleh peserta. Berikut ini jawaban Sulis mengenai sistem
pemilihan mentor Bengkel Kriya.
(4) Bagaimana sistem pemilihan mentor dalam kegiatan Bengkel Kriya? (4a) Dalam pemilihan mentor dipilih yang berpengalaman dan memiliki
keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan, pihak perpustakaan sudah memiliki orang-orang tertentu yang ahli dalam bidangnya. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Dari jawaban Sulis tersebut dapat diperjelas bahwa mentor yang dipilih
untuk memberikan pelatihan pada kegiatan Bengkel Kriya harus memiliki
keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pihak
perpustakaan sendiri tidak terlalu mempermasalahkan riwayat pendidikan yang
dimiliki oleh mentor.
66
Kemudian setelah ditentukan mentor yang akan memberikan pelatihan,
mentor tersebut dihubungi secara langsung untuk memperoleh kejelasan tentang
kesediannya menjadi mentor pelatihan yang akan dilaksanakan. Dalam tahap
persiapan ini dibutuhkan waktu kurang lebih sekitar satu bulan dari penentuan
tema sampai dengan pemilihan mentor. Setelah semua selesai barulah dibuatkan
undangan untuk masyarakat yang ada di Kabupaten Batang. Seperti yang telah
disampaikan oleh koordinator Bengkel Kriya berikut ini.
(5) Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam melakukan pemberitahuan kepada masyarakat akan adanya kegiatan Bengkel Kriya?
(5a) Setelah tema dipilih, selanjutnya akan dibuatkan undangan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat yang akan disebarkan kepada beberapa kelurahan di Kabupaten Batang, selain itu biasanya peserta juga mendapatkan informasi dari mulut ke mulut, undangan biasanya diserahkan seminggu sebelum kegiatan dilaksanakan. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Dari jawaban di atas bahwa pemberitahuan kepada masyarakat akan
diadakannya kegiatan Bengkel Kriya dilakukan dengan penyebaran undangan
kepada beberapa kelurahan di Kabupaten Batang dengan menitipkannya
dibeberapa kelurahan yang kemudian informasi tersebut juga dapat tersebar dari
mulut ke mulut. Setelah undangan tersebar selanjutnya dilanjutkan dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya.
2. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)
67
Tahap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya sebagai program pemberdayaan
masyarakat di Kabupaten Batang dilaksanakan sesuai dengan tema yang telah
diusulkan peserta dari kegiatan pascabaca dan atas kesepatakatan dari pihak
perpustakaan. Dalam setiap kegiatannya dibutuhkan waktu selama dua jam untuk
sekali pelaksanaan kegiatan. Setiap peserta yang mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya diwajibkan untuk mengisi daftar hadir terlebih dahulu. Materi disampaikan
dengan bantuan mentor dan dilengkapi peralatan yang telah disediakan oleh pihak
perpustakaan sebagai penunjang dalam kegiatan Bengkel Kriya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya
berjalan dengan lancar. Bahkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
mengalami peningkatan dari minggu ke minggu. Dalam beberapa kali kegiatan
Bengkel Kriya peserta juga ikut terlibat dalam kegiatan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang disampaikan mentor. Hal ini
sesuai dengan pernyataan koordinator Bengkel Kriya sebagai berikut,
(6) Apakah peserta aktif selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?(6a) Peserta aktif dalam mengikuti kegiatan, terbukti dengan adanya
kegiatan tanya jawab yang dilakukan antara peserta dan mentor. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Dari jawaban Sulis di atas, diketahui bahwa peserta cenderung aktif dalam
mengikuti kegiatan karena mereka memiliki rasa penasaran akan apa yang
disampaikan oleh mentor dan rasa penasaran tersebut diikuti dengan pertanyaan
yang disampaikan oleh peserta selama kegiatan berlangsung.
68
Pada tahap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya ini merujuk pada hasil
diskusi yang telah disepakati pada sebulan sebelumnya. Jumlah peserta yang
mengkuti kegiatan dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan dari
kegiatan Bengkel Kriya, semakin banyak peserta yang datang maka semakin besar
pula tingkat keberhasilan kegiatan tersebut. Untuk itu peneliti memberikan
pertanyaan kepada beberapa peserta mengenai kehadiran mereka dalam setiap
kegiatan Bengkel Kriya. Berikut jawaban Maria saat ditanya mengenai
kehadirannya pada setiap kegiatan Bengkel Kriya.
(7) Apakah Anda selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
(7a) Selama ini saya mengusahakan untuk selalu mengikuti kegiatan Bengkel Kriya, namun terkadang misal ada halangan atau kesibukan lain ya saya tidak ikut kegiatan. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Hampir sama dengan Maria, Nur juga mengungkapkan bahwa dia selalu
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya. Selain itu, Nur juga mengungkapkan bahwa
dia seringkali menanyakan kepada pihak koordinator apabila kegiatan Bengkel
Kriya libur. Berikut jawaban Nur mengenai keikutsertaannya dalam kegiatan
Bengkel Kriya.
(7b) Selama ini saya selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di Bengkel Kriya, malah kalau terkadang kegiatannya tidak jalan saya sering menanyakan kepada pihak perpustakaan kapan kegiatannya diadakan lagi. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
69
Dari jawaban Nur tersebut diketahui bahwa dia lebih aktif dan
mengharapkan kegiatan Bengkel Kriya ini berjalan terus pada setiap minggunya
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Serupa dengan Nur, saat ditanya
mengenai keikutsertaannya dalam kegiatan Bengkel Kriya Sri mengatakan bahwa
dia selalu mengikuti kegiatan Bengkel Kriya, bahkan Sri menginginkan agar
kegiatan ini diadakan dalam seminggu sekali. Berikut penuturan Sri.
(7c) Saya selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya mbak, malah saya kepengennya kegiatan ini nggak hanya diadakan dua kali dalam sebulan tapi kalo bisa ya seminggu sekali. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ketiga jawaban peserta tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa peserta selalu hadir pada setiap kegiatan Bengkel Kriya kecuali jika
terdapat halangan tertentu. Bahkan peserta menginginkan agar kegiatan ini dapat
berjalan lancar pada setiap bulannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
partisipasi peserta dalam kegiatan berjalan sangat baik terbukti dengan kehadiran
peserta pada setiap kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya.
Secara umum, partisipasi masyarakat dalam setiap pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan. Seperti yang terdapat dalam
Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2009), bahwa terdapat
prinsip dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan desa yang meliputi :
1. Participatory
2. Democratic
3. Capable
4. Responsible
70
5. Accountable dan transparent
6. Sustainable
7. Integrated
Berdasarkan prinsip di atas, dalam melakukan program pemberdayaan
masyarakat dapat dikatakan pihak perpustakaan telah mengacu pada prinsip-
prinsip pelaksanaan tersebut. Dimana partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program pemberdayaan
diutamakan. Democratic, diutamakannya musyawarah dalam mencapai keputusan
terkait dengan penentuan tema kegiatan yang akan diberikan. Capable,
kemampuan masyarakat dalam melakukan identifikasi berbagai masalah yang
dihadapi dan potensi yang dimiliki. Responsible, adanya tanggungjawab dari
seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan terhadap pengelolaan program
pemberdayaan masyarakat. Accountable dan transparent, pengelolaan program
pemberdayaan masyarakat yang dapat dipertanggungjawabkan. Sustainable,
adanya pemanfaatan potensi sumber daya masyarakat dalam hal ini mentor yang
dimanfaatkan dalam pengelolaan program pemberdayaan masyarakat. Integrated,
berjalannya interaksi antar elemen pembangunan dalam hal ini adanya interaksi
antara peserta, mentor, dan pihak perpustakaan dalam melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat. Setelah tahap pelaksaan selesai, maka dilanjutkan
dengan diadakannya tahap evaluasi terkait dengan hasil dari pelaksanaan kegiatan
Bengkel Kriya.
3. Tahapan Evaluasi
71
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan Bengkel Kriya yang
telah dilaksanakan. Bagi pihak perpustakaan evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kekurangan apa saja yang ditemukan selama kegiatan Bengkel
Kriya berlangsung yang tidak sesuai dengan tujuan awal dari diadakannya
program pemberdayaan masyarakat. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan sekali.
Seperti yang disampaikan oleh koordinator Bengkel Kriya yaitu,
(8) Bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan Bengkel Kriya berjalan?
(8a) Evaluasi dilakukan setiap enam bulan sekali, pihak perpustakaan dan ketua Bengkel Kriya akan mendiskusikan apakah peserta sudah memiliki perkembangan atau belum, apabila belum berkembang maka akan ditindaklanjuti berupa pemberian motivasi agar peserta berani untuk mandiri dengan menciptakan peluang usaha. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Dari pernyataan di atas diungkapkan bahwa adanya diskusi yang
dilakukan antara pihak koordinator dan ketua Bengkel Kriya mengenai
perkembangan peserta setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya tersebut.
Kemudian akan dilakukan pemberian motivasi kepada peserta sebagai tindakan
untuk menjadikan peserta berani dalam membuka suatu usaha sehingga dapat
menambah perekonomian keluarga sesuai dengan tujuan dari diadakannya
kegiatan Bengkel Kriya sebagai program pemberdayaan masyarakat.
Pihak perpustakaan akan mengelompokkan siapa saja peserta yang
sekiranya belum memiliki keberanian untuk memandirikan dirinya kedalam satu
kelompok yang kemudian akan diberikan motivasi serta solusi untuk mengatasi
masalah yang dialami peserta, pemberian solusi ini akan dilakukan pada kegiatan
72
Bengkel Kriya selanjutnya. Selain dari pihak koordinator Bengkel Kriya, pihak
mentor juga selalu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
berjalan. Berbeda dengan pihak koordinator, evaluasi yang dilakukan mentor
langsung diadakan setelah kegiatan pelatihan selasai. Seperti yang diungkapkan
Achmad mentor pelatihan pengenalan marketing online,
(9) Apakah dilakukan evaluasi setelah kegiatan pelatihan selesai?(9a) Evaluasi yang diadakan terkait dengan kegiatan pelatihan yang telah
diberikan. Evaluasi yang diberikan berupa tawaran kepada peserta untuk belajar tentang marketing online secara mendalam. (Wawancara dengan Achmad, 28 Juni 2016).
Berdasarkan ungkapan Achmad tersebut, dapat diketahui bahwa mentor
mengadakan evaluasi dengan cara memberikan tawaran kepada peserta untuk
belajar lebih lanjut mengenai materi yang telah diberikan pada kegiatan Bengkel
Kriya. Dengan adanya evaluasi ini dapat dijadikan sebagai koreksi agar program
pemberdayaan dapat berjalan lebih baik lagi dan berkembang dengan baik lagi
kedepannya karena dengan adanya evaluasi dapat digunakan sebagai tolak ukur
apakah peserta benar-benar telah mendapatkan manfaat dari kegiatan Bengkel
Kriya selama ini.
4. Tahapan Pendampingan
Tahap pendampingan ini diberikan sebagai sarana untuk mengawasi dan
melakukan penilaian dari hasil program pelatihan yang sudah diberikan. Pada
73
tahap ini pelaksanaannya tidak terlihat secara langsung, mentor yang telah
memberikan pelatihan menawarkan pendampingan kepada peserta yang masih
kurang paham dan membutuhkan bantuan lebih dalam mengenai materi yang telah
diajarkan. Seperti pernyataan beberapa mentor sebagai berikut,
(10) Apakah terdapat pendampingan dari mentor setelah kegiatan Bengkel Kriya selasai?
(10a) Pendampingan ada salah satunya dengan cara memberikan tawaran kepada peserta untuk belajar lebih dalam mengenai marketing online secara gratis. Pendampingan juga dilakukan dengan membuatkan grup WhatsApp bagi peserta yang ingin tanya-tanya lebih mendalam. (Wawancara dengan Achmad, 28 Juni 2016).
Dari pernyataan Achmad, diketahui bahwa pemberian pendampingan
kepada peserta dilakukan dengan adanya tawaran untuk belajar lebih dalam lagi
terkait dengan materi pelatihan yang telah disampaikan yang akan diberikan diluar
kegiatan Bengkel Kriya, peserta juga dibuatkan grup WhatsApp sebagai media
untuk melakukan sharing antar peserta. Sementara itu, Kuswardani
mengungkapkan bahwa dia juga memberikan pendampingan kepada peserta yang
telah mengikuti kegiatan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya lebih lanjut terkait dengan materi yang telah disampaikan melalui pesan
singkat. Berikut ungkapan dari Kuswardani.
(10b) Pendampingan dilakukan setelah kegiatan pelatihan selesai, saya memberikan kesempatan kepada peserta yang ingin menanyakan lebih lanjut terkait dengan materi yang telah disampaikan, peserta dapat bertanya secara langsung maupun melalui sms. (Wawancara dengan Kuswardani, 20 Juli 2016).
74
Dari kedua pernyataan di atas, menjelaskan bahwa tahap pendampingan
memang dilakukan oleh para mentor, namun dalam pelaksanaannya tidak
dijadwalkan secara khusus dan dapat dilakukan kapan saja diluar kegiatan
Bengkel Kriya. Mengingat tahapan ini tidak dijadwalkan secara khusus, maka
untuk memanfaatkan pendampingan tersebut dikembalikan lagi pada kebutuhan
dari masing-masing peserta. Bagi peserta yang merasa membutuhkan
pendampingan dapat menghubungi mentor yang bersangkutan. Sesuai dengan
pernyataan dari salah satu peserta yang telah memanfaatkan pendampingan
tersebut yaitu,
(11) Apakah Anda memanfaatkan pendampingan yang diberikan oleh mentor?
(11a) Pemberian pendampingan setelah kegiatan memang ada, kemarin kebetulan waktu kegiatan pelatihan pengenalan marketing online saya juga ikut bergabung pada grup WhatsApp yang digunakan sebagai sarana untuk komunikasi antara peserta dan mentor terkait dengan perkembangan dari pelatihan yang telah diberikan. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Dari data di atas, diketahui bahwa Maria telah memanfaatkan
pendampingan yang diberikan oleh mentor, bahkan dia juga sempat bergabung
dengan grup WhatsApp yang sengaja dibuat oleh mentor untuk para peserta yang
ingin belajar lebih lanjut mengenai pelatihan pengenalan marketing online.
Setiap mentor memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
mengenai kesulitan yang dialami setelah mempraktikan ilmu yang telah didapat,
selain itu pada tahap ini peserta juga dapat menyampaikan saran dan masukan
untuk perkembangan kegiatan Bengkel Kriya selanjutnya. Dari tahap
75
pendampingan yang dilakukan oleh mentor menggambarkan bahwa mentor ikut
peduli dengan perkembangan peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan,
sehingga peserta merasa diperdulikan dan tidak merasa ditinggal begitu saja.
5.4 Kemampuan Peserta sebelum dilakukan Program
Pemberdayaan Masyarakat
Secara umum peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya didominasi oleh kalangan
perempuan yang tinggal di Kabupaten Batang dan sebagian besar merupakan ibu
rumah tangga yang belum mengetahui secara pasti mengenai perpustakaan,
khususnya Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Batang. Pada sub-bab
berikut ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan peserta mengenai perpustakaan
serta kemampuan peserta dalam memenuhi kebutuhan informasinya.
5.4.1 Pengetahuan Peserta Mengenai Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang
Pada dasarnya peserta belum mengetahui secara pasti mengenai Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Batang. Sebelumnya yang peserta ketahui hanya beberapa hal
mendasar mengenai perpustakaan. Bahkan sebelum mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya yang diadakan oleh Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang, peserta
jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah berkunjung ke perpustakaan. Berikut
jawaban dari peserta saat ditanya mengenai perpustakaan.
76
(12) Apa yang Anda ketahui tentang perpustakaan?(12a) Perpustakaan itu tempat menyimpan koleksi buku mbak, disana
banyak terdapat buku yang bisa dibaca dan dipinjam oleh masyarakat. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Nur mengungkapkan bahwa perpustakaan merupakan tempat untuk
menyimpan berbagai koleksi, dimana koleksi tersebut juga dapat dipinjam oleh
para pengunjung. Lain halnya dengan Nur, Maria mengungkapkan
pengetahuannya tentang perpustakaan. Berikut ungkapan Maria.
(12b) Perpustakaan itu banyak menyimpan koleksi mbak, mulai dari koleksi untuk anak, remaja, bahkan untuk orangtua. Disana pengunjung bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ungkapan Maria tersebut, dapat diketahui bahwa
perpustakaan menyediakan koleksi untuk semua kalangan, mulai dari anak,
remaja, bahkan sampai orangtua. Dengan berkunjung ke perpustakaan sangat
membantu kita untuk memperoleh informasi yang kita butuhkan. Sementara itu,
menurut Sri, perpustakaan menyediakan berbagai koleksi yang bisa dimanfaatkan
oleh pengunjung untuk dibaca ditempat maupun dipinjam untuk dibawa pulang.
Seperti yang diungkapkan Sri berikut ini.
(12c) Di perpustakaan menyimpan banyak buku mbak, kita bisa mamanfaatkan buku tersebut dan juga bisa meminjamnya untuk dibawa pulang kerumah. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
77
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa secara umum peserta mengetahui
mengenai perpustakaan, seperti manfaat perpustakaan sebagai tempat untuk
menyimpan berbagai koleksi yang dibutuhkan oleh pengunjung. Hal ini
menunjukkan bahwa setidaknya peserta telah mengetahui arti dari keberadaan
perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) perpustakaan adalah sebuah
ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
Kemudian untuk memperkuat data, peneliti juga menanyakan kepada
peserta terkait dengan kunjungannya ke perpustakaan dan mamanfaatkan
keberadaan perpustakaan tersebut. Berikut jawaban peserta saat ditanya mengenai
kunjungannya ke perpustakaan.
(13) Apakah Anda pernah berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi yang ada?
(13a) Kalau untuk berkunjung ke perpustakaan waktu itu saya pernah tetapi kalau untuk meminjam koleksi saya belum pernah. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Maria mengungkapkan bahwa dia pernah mengunjungi perpustakaan
tetapi belum sempat untuk meminjam koleksi yang terdapat di perpustakaan.
Sementara itu, Zakiyah mengungkapkan bahwa dirinya belum pernah berkunjung
ke perpustakaan sebelumnya, meskipun sebenarnya dia mengetahui lokasi dari
perpustakaan tersebut. Berikut ungkapan Zakiyah.
78
(13b) Sebenarnya saya tahu mbak dimana lokasi keberadaan perpustakaan, tetapi kalau untuk berkunjung dan meminjam buku yang ada di perpustakaan saya belum pernah. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Dalam hal ini Sri juga memberikan jawaban sebagai berikut.
(13c) Saya dulu pernah berkunjung ke perpustakaan mbak, tapi tidak sering. Selanjutnya saya tidak kesana lagi karena saya merasa belum begitu butuh. Tetapi sekarang setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya saya jadi sering berkunjung ke perpustakaan, biasanya saya membaca buku mengenai resep-resep membuat kue terus saya fotokopi. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ungkapan Sri tersebut, dikatakan bahwa Sri pernah
berkunjung ke perpustakaan, bahkan sekarang setelah mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya dia lebih sering berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku
mengenai resep yang dia butuhkan. Dengan demikian peneliti dapat
menyimpulkan bahwa informan mengetahui secara pasti lokasi keberadaan
perpustakaan dan pernah sesekali berkunjung ke perpustakaan, bahkan setelah
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya intensitas kunjungan mereka ke perpustakaan
menjadi meningkat.
Selain membahas pengetahuan serta intensitas kunjungan peserta ke
perpustakaan, peneliti juga menanyakan kepada peserta terkait dengan
pengetahuan mereka mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Bengkel Kriya.
Berikut ungkapan informan saat ditanya mengenai keberadaan Bengkel Kriya.
(14) Bagaimana Anda bisa tergabung dalam kegiatan Bengkel Kriya?
79
(14a) Awalnya saya ikut kegiatan Bengkel Kriya ini karena pemberitahuan berupa undangan dari perpustakaan terkait dengan adanya kegiatan Bengkel Kriya. Kemudian saya penasaran dan mencoba untuk datang dalam kegiatan tersebut, lalu semakin kesini setiap kali ada kegiatan saya selalu mendapatkan pemberitahuan melalui sms langsung dari ketua Bengkel Kriya untuk kemudian disampaikan pada ibu-ibu yang lain. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Maria mengungkapkan bahwa awal mula dirinya tergabung dalam
kegiatan Bengkel Kriya karena dia mendapat pemberitahuan melalui undangan
akan adanya kegiatan Bengkel Kriya. Maria merasa penasaran dengan adanya
kegiatan tersebut dan memutuskan untuk mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini.
Lain halnya dengan Maria, Nur juga mengungkapkan bahwa awal mula tergabung
dalam kegiatan Bengkel Kriya karena mendapat ajakan langsung dari ketua
Bengkel Kriya. Berikut ungkapan yang disampaikan oleh Nur.
(14b) Awalnya saya mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini atas ajakan dari pak Arif selaku ketua Bengkel Kriya. Saya mendapatkan informasi adanya kegiatan ini melalui beliau. Karena saya merasa penasaran dengan kegiatan ini, lalu saya memutuskan untuk hadir. Kemudian lama kelamaan saya tertarik dan mulai mengajak teman-teman untuk datang dan mengikuti kegiatan tersebut. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Hampir sama dengan Nur, Sri juga mengungkapkan bahwa dia merasa
penasaran dengan kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya. Berikut ungkapan
dari Sri.
(14c) Saya mengikuti kegiatan ini karena diajak oleh teman mbak, awalnya saya penasaran sama kegiatan Bengkel Kriya ini, dan
80
setelah saya mengikuti ternyata banyak manfaat yang saya dapatkan. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa informan merasa
penasaran akan kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya, dan setelah
mengikuti kegiatan tersebut ternyata banyak manfaat yang mereka dapatkan.
Setelah mengikuti kegiatan tersebut, kemudian peneliti juga menanyakan kepada
informan tentang pengetahuan mereka akan kegiatan Bengkel Kriya. Berikut
ungkapan informan.
(15) Apa yang anda ketahui mengenai kegiatan Bengkel Kriya?
(15a) Bengkel Kriya ini merupakan suatu kegiatan yang mengajarkan kita akan pengetahuan baru mbak, disana kita diajarkan mengenai berbagai hal, mulai dari pelatihan pembuatan kerajinan, pelatihan pengenalan marketing online, sampai pelatihan mengenai tataboga yang lebih sering diadakan. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Menurut Nur dalam kegiatan Bengkel Kriya mengajarkan banyak hal yang
dapat menambah pengetahuannya. Dalam kegiatan ini diajarkan mengenai
berbagai macam pelatihan. Selain itu, Zakiyah juga mengungkapkan bahwa
kegiatan Bengkel Kriya memberikan banyak ilmu, pengalaman, dan menambah
teman. Berikut pernyataan Zakiyah.
(15b) Bengkel Kriya itu kegiatan yang banyak memberikan ilmu, pengalaman, dan tentunya menambah teman mbak. Disana kita diajarkan berbagai hal yang dibutuhkan oleh para peserta. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
81
Secara umum, peserta mampu menjelaskan mengenai kegiatan Bengkel
Kriya. Peserta memahami bahwa adanya kegiatan Bengkel Kriya ini membantu
peserta untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dengan diberikannya
berbagai pelatihan pada setiap pertemuan.
5.4.2 Kemampuan Peserta dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi
Secara umum kemampuan peserta dalam memenuhi kebutuhan informasi sangat
terbatas, selama ini mereka hanya memperoleh informasi melalui media
elektronik seperti televisi, radio maupun informasi dari orang-orang sekitar.
Informasi yang peserta dapatkan juga terbatas mengenai kehidupan mereka sehari-
hari. Berikut ini respon informan ketika ditanya tentang cara mereka memenuhi
kebutuhan informasinya.
(16) Bagaimana cara Anda memperoleh informasi yang Anda butuhkan selama ini?
(16a) Saya biasanya menonton televisi mbak untuk memperoleh informasi. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Zakiyah mengungkapkan bahwa selama ini dia memenuhi kebutuhan
informasinya dengan menonton acara televisi. Hampir sama dengan Zakiyah, Nur
juga mengungkapkan bahwa selama ini dia memenuhi kebutuhan informasi
82
melalui berita di televisi maupun dengan membaca tabloid. Berikut ungkapan
Nur.
(16b) Kalau saya biasanya sehari-hari paling menonton televisi mbak, terkadang juga baca-baca tabloid kalo tidak ada kerjaan. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016)
Sedangkan menurut Maria, selain mendapatkan informasi melalui media
televisi dia biasanya mendapatkan informasi dari orang-orang disekitarnya yang
tergabung dalam kegiatan PKK (Pembinaan Kesejahterahan Keluarga). Berikut
ungkapan Maria.
(16c) Berhubung saya hanya ibu rumah tangga biasa mbak, ya untuk mendapatkan informasi biasanya saya ngobrol sama tetangga atau menonton televisi, selain itu kan saya ikut PKK juga jadi biasanya kita sering bertukar informasi disana. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui dalam memenuhi kebutuhan
informasinya peserta masih sangat terbatas karena media yang digunakan untuk
memperoleh informasi dapat dikatakan kurang luas. Selanjutnya peneliti juga
menanyakan mengenai informasi yang berhasil mereka dapatkan. Berikut jawaban
yang didapatkan dari peserta.
(17) Informasi apa yang Anda dapatkan ?
(17a) Paling ya infomasi seputar kehidupan sehari-hari saja mbak, kalau saya baca tabloid biasanya yang saya cari mengenai resep masakan mbak. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
83
Dalam wawancaranya Nur menjelaskan bahwa informasi yang dia
dapatkan selama ini seputar berita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, selain
itu dia juga mendapatkan informasi mengenai resep masakan melalui tabloid yang
dibacanya. Sementara Maria mengungkapkan sebagai berikut.
(17b) Informasi yang saya dapat ya tidak jauh dari berita yang terjadi sehari-hari mbak, misalnya gosip. Tetapi kalau saya ikut kegiatan PKK ya saya mendapat ilmu baru dari kegiatan tersebut, karena disana ibu-ibu biasanya bertukar informasi mbak. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Secara umum, dari kedua jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa selama
ini informasi yang peserta dapatkan kurang luas. Hal ini terjadi karena media
mereka untuk mendapatkan informasipun kurang luas. Sehingga peserta
memerlukan sarana untuk dapat mengakses informasi yang disertai dengan
bimbingan untuk dapat memanfaatkan informasi yang telah didapatkannya
tersebut, seperti dengan lebih banyak membaca dan disertai dengan mempraktikan
apa yang telah didapatkannya dari kegiatan membaca tersebut. Dalam hal ini
peserta dirasa perlu untuk mengikuti kegiatan Bengkel Kriya untuk meningkatkan
pengetahuannya.
5.5 Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua kegiatan pelatihan
yaitu berupa pelatihan pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto
84
koya. Kegiatan pelatihan sengaja dipilih yang memiliki nilai dalam meningkatkan
ekonomi masyarakat. Menurut PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan PP
Nomor 73 tahun 2005 tentang kelurahan, Ditjen PMD Depdagri menetapkan salah
satu kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat dan desa diarahkan pada
pengembangan usaha ekonomi masyarakat dengan salah satu aspek utama yaitu
pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, difokuskan pada peningkatan
kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat, yang tercermin dari peningkatan
pendapatan dan kesejahterahan masyarakat. Kegiatan pelatihan yang diberikan
disini berupa sosialisasi mengenai materi yang bersangkutan, sosialisasi ini
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada peserta yang datang
mengenai tema tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan praktik terkait
dengan materi yang telah disampaikan sebelumnya untuk mengetahui pemahaman
peserta terhadap materi yang telah disampaikan. Kegiatan tersebut juga dapat
berlanjut apabila diperlukan penjelasan yang lebih dalam oleh para peserta
Bengkel Kriya.
5.5.1 Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan Marketing Online
Pelatihan dengan tema pengenalan marketing online dilaksanakan pada hari Rabu,
6 April 2016. Pelatihan ini dihadiri oleh peserta Bengkel Kriya dengan jumlah 36
peserta dan seorang pemateri dari Telkom yang menyampaikan materinya
mengenai marketing online, serta dihadiri juga oleh koordinator dan ketua
Bengkel Kriya yang bertugas sebagai pengawas palaksanaan kegiatan. Hal ini
85
dilakukan agar pihak koordinator serta ketua Bengkel Kriya dapat mengetahui
dengan pasti apa yang disampaikan oleh mentor serta mengetahui sejauhmana
pemahaman peserta selama mengikuti kegiatan untuk selanjutnya dapat diambil
tindakan dalam melakukan evaluasi kegiatan.
Pelaksanaan pelatihan berlangsung selama kurang lebih dua jam untuk
menyampaikan materi dengan cara berdiskusi mengenai cara melakukan
marketing online dan diikuti dengan praktik membuat akun email sebagai langkah
awal dalam melakukan marketing online. Dalam menyampaikan materinya
mentor menyampaikan dengan cara berdiskusi yaitu dengan memisahkan peserta
menjadi dua kelompok dimana satu kelompok telah memiliki akun email dan satu
kelompok lainnya belum memiliki akun email. Hasil dokumentasi dari observasi
sebagai berikut:
Gambar 5.1 : Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan Marketing Online
Sumber: Hasil dokumentasi peneliti, 2016
86
Berdasarkan pengamatan peneliti pada pelatihan pengenalan marketing
online, peserta diajarkan mengenai cara menjual produk dagangan mereka secara
online melalui media sosial. Dimana media sosial yang dipilih disini adalah
facebook. Pada tahapan pertama, peserta diarahkan untuk membuat akun email
sebagai syarat dalam melakukan transaksi jual beli. Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan akun facebook sebagai media untuk memasarkan produk yang akan
dijual. Sebagaimana penuturan mentor mengenai strategi dalam memberikan
pelatihannya yaitu,
(18) Bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam memberikan pelatihan?
(18a) Pertama saya membagi peserta menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang belum memiliki akun email dan yang sudah memiliki akun email. Sehingga akan memudahkan dalam penyampaian materi yang saya berikan karena peserta sudah terbagi kedalam kelompok sesuai dengan bagiannya masing-masing. (Wawancara dengan Achmad, 28 Juni 2016).
Dari uraian di atas terlihat bahwa mentor yang memberikan pelatihan
memiliki strategi tersendiri dalam membantu peserta agar dapat dengan mudah
memahami materi yang disampaikan. Kegiatan pelatihan ini juga didukung
dengan antusias peserta yang cukup tinggi selama mengikuti kegiatan.
Dalam palaksanaan pelatihan ini mentor menuntut adanya keaktifan
peserta dalam menerima materi dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan
pancingan kepada peserta yang hadir sehingga peserta tidak hanya mendengarkan,
tetapi juga dapat bertanya dan memberikan pendapatnya terhadap materi yang
disampaikan oleh mentor. Ketika dilaksanakan pelatihan oleh mentor, peserta
87
terlihat antusias dalam menerima materi yang diberikan, meskipun pada awalnya
masih terlihat beberapa peserta yang bingung dengan materi yang disampaikan.
Berikut tanggapan peserta mengenai palaksanaan pelatihan pengenalan marketing
online.
(19) Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan pelatihan pengenalan marketing online?
(19a) Saya merasa senang mbak dengan adanya pelatihan dengan tema marketing online ini, saya jadi mendapatkan ilmu baru mengenai cara memasarkan produk jualan kita. Ternyata ada strategi yang perlu dilakukan untuk memulai berjualan secara online, dalam pelatihan itu juga dijelaskan bagaimana cara mengemas produk kedalam bentuk gambar agar dapat menarik pembeli. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan penuturan Maria di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan
pelatihan ini memberikan pengetahuan baru baginya mengenai cara berjualan
produk secara online. Berbeda dengan Maria, Nur memiliki pendapat lain terkait
dengan pelaksanaan pelatihan tersebut.
(19b) Pelatihannya menarik sih mbak, materinya disampaikan dengan cara diskusi ringan dan diselingi beberapa candaan, jadi kita merasa tidak bosan dan lebih gampang menerima materi yang disampaikan. Selain itu pelatihan ini sangat membantu sekali bagi kita yang ingin membuka usaha tetapi tidak memiliki tempat untuk berjualan. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Nur menyatakan ketertarikannya terhadap pelatihan tersebut karena
mentor menyampaikan materinya dengan cara berdiskusi ringan dengan diselingi
beberapa candaan yang membuat peserta merasa nyaman. Selain itu, Nur
menjelaskan bahwa pelatihan ini sangat membantu peserta yang ingin membuka
88
usaha tetapi mengalami keterbatasan biaya untuk menyewa tempat sebagai lokasi
berjualannya. Lain halnya dengan Nur, berikut ini pendapat Zakiyah mengenai
pelatihan pengenalan marketing online.
(19c) Sebenarnya sih awalnya saya merasa bingung dengan materi yang disampaikan mbak, karena saya merasa asing dengan hal-hal yang berbau online, tapi setelah diikuti ternyata menarik juga, kita bisa tahu bagaimana cara dalam berjualan online, apa saja yang dibutuhkan untuk dapat berjualan online, dan tidak hanya berhenti disitu kita juga diajari bagaimana cara mengemas produk jualan kita agar dapat menarik pembeli nantinya. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Zakiyah mengungkapkan bahwa dia memperoleh pengetahuan mengenai
bagaimana cara berjualan online, hal yang dibutuhkan dalam berjualan online, dan
cara mengemas produk agar menarik pembeli. Meskipun pada awal pelatihan dia
merasa kebingungan dengan materi yang disampaikan oleh mentor,
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa peserta memperhatikan
materi yang disampaikan oleh mentor, bahkan peserta dapat menyebutkan hal-hal
detail dalam materi, misalnya strategi yang diperlukan untuk memulai berjualan
online, apasaja yang dibutuhkan, dan bagaimana cara mengemas produk agar
dapat menarik konsumen. Selain itu peserta juga secara aktif bertanya mengenai
materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut.
5.5.2 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Soto Koya
89
Pada pertemuan berikutnya Bengkel Kriya mengadakan kegiatan pelatihan dengan
tema pembuatan soto koya. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Mei
2016 setelah dua pertemuan sebelumnya kosong dikarenakan kesibukan yang
dialami oleh pihak perpustakaan. Berbeda dengan pelatihan sebelumnya, pelatihan
ini hanya dihadiri oleh 27 peserta, jumlah peserta yang hadir berkurang dari
peserta sebelumnya karena pemberitahuan akan adanya kegiatan yang diberikan
oleh pihak perpustakaan kurang maksimal. Hal tersebut juga dikarenakan kegiatan
Bengkel Kriya sebelumnya yang sempat ditidakan sehingga menjadikan peserta
tidak mengetahui secara pasti adanya kegiatan pelatihan pembuatan soto koya.
Pada pelatihan kali ini menekankan pada bidang tata boga dimana peserta diajak
untuk mempraktikkan secara langsung menu masakan yang akan dibuat oleh
mentor. Memang tidak bisa dipungkiri peserta lebih tertarik untuk mengikuti
kegiatan dibidang tata boga.
Gambar 5.2 : Pelaksanaan pelatihan pembuatan soto koya
Sumber: Hasil dokumentasi peneliti, 2016
90
Pelatihan pembuatan soto koya yang berlangsung selama dua jam ini dimulai
dengan mentor yang membagikan kertas berisi catatan resep kepada para peserta.
Mentor menjelaskan sedikit mengenai materi yang akan disampaikan dan peserta
diajak untuk menyimak langkah-langkah mengenai cara pembuatan soto koya
yang tercantum dalam kertas tersebut. Selanjutnya setelah semua bahan siap,
mentor memulai untuk memasak dan diselingi dengan memberikan penjelasan
kepada peserta mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan. Selama kegiatan
pelatihan ini berlangsung peserta juga diajak untuk ikut serta membantu mentor
dalam memasak. Seperti yang diungkapkan oleh Kuswardani saat ditanya
mengenai strategi dalam memberikan pelatihan sebagai berikut.
(20) Bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam memberikan pelatihan agar peserta dapat memahami materi yang Anda sampaikan?
(20a) Strategi yang saya lakukan dengan mengajak peserta untuk ikut membantu dalam kegiatan pelatihan yang saya ajarkan, misalnya kemarin waktu pelatihan mengenai pembuatan soto koya, saya mengundang peserta untuk maju kedepan ikut serta memasak tidak hanya sebagai penonton saja. (Wawancara dengan Kuswardani, 20 Juli 2016).
Berdasarkan jawaban Kuswardani di atas, diketahui salah satu strategi
yang dilakukan mentor dalam memberikan pelatihan yaitu dengan mengajak
peserta untuk ikut serta dalam kegiatan memasak secara langsung dengan
mengundang peserta untuk maju kedepan secara bergantian. Kemudian setelah
kegiatan memasak selesai dilanjutkan dengan makan bersama masakan yang telah
dimasak dalam pelatihan tersebut. Berikut ini tanggapan peserta mengenai
pelatihan pembuatan soto koya yang telah dilaksanakan.
91
(21) Bagaimana pendapat Anda mengenai pelatihan pembuatan soto koya yang telah anda ikuti?
(21a) Pelatihan membuat soto koya ini cukup menarik, saya jadi bisa menambah menu masakan dirumah mbak. Selain itu kalau enak ya tidak ada salahnya untuk mencoba membuka usaha dengan berjualan soto koya. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Sri mengungkapkan bahwa pelatihan membuat soto koya cukup menarik,
dengan begitu Sri bisa menambah pilihan menu untuk dimasak saat dirumah,
selain itu juga tidak ada salahnya untuk membuka usaha dengan berjualan soto
koya. Hampir sama dengan Sri, Nur menyatakan bahwa pelatihan mengenai
pembuatan soto koya cukup menarik, meskipun waktu yang diberikan untuk
pelatihan tadi dirasa kurang. Berikut ungkapan Nur mengenai pelaksanaan
pelatihan.
(21b) Pelatihan yang diberikan cukup menarik, peserta terlihat antusias dalam mengikuti arahan mentor mbak. Tapi kalo bisa sih waktunya diperpanjang lagi. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Lain halnya dengan Nur, Zakiyah mengungkapkan bahwa dia memang
tertarik pada pelatihan yang berhubungan dengan tata boga. Berikut ungkapan
Zakiyah mengenai pelaksanaan pelatihan pembuatan soto koya.
(21c) Saya tertarik mbak dengan pelatihan yang berhubungan dengan masak-memasak, selain hobi saya memasak, saya juga bisa menambah pengetahuan saya mengenai resep-resep baru. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
92
Dari ketiga jawaban di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta menikmati
pelatihan yang diberikan, peserta merasa tertarik dengan pelatihan yang
berhubungan dengan masak-memasak. Terlebih lagi pelatihan ini dapat
menambah pengetahuan peserta tentang adanya menu baru yang dapat digunakan
sebagai peluang untuk membuka usaha.
Dari semua pelatihan yang diadakan melalui kegiatan Bengkel Kriya yang
ada di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang, merupakan berbagai bentuk
pemberdayaan dari potensi masyarakat yang ada. Secara garis besar bentuk
pelatihan yang diberikan lebih ditekankan pada proses pengembangan masyarakat.
Dengan demikian dikatakan bahwa kegiatan Bengkel Kriya berusaha
memberdayakan potensi yang ada pada sumber daya manusia melalui program
pelatihan nonformal dengan dilengkapi fasilitas pendukung bagi masyarakat
secara gratis. Kemudian, agar didapatkan data lebih mendalam mengenai
pelaksanaan pelatihan sebagai program pemberdayaan masyarakat, maka peneliti
mengungkapkan pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan
dalam kegiatan pelatihan, yang selanjutnya akan dibahas lebih mendalam pada
sub-sub bab berikut.
5.6 Setelah Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Dalam suatu kegiatan tertentu, keberhasilan dari suatu materi yang disampaikan
tergantung dari pemahaman dan daya tangkap dari masing-masing peserta yang
93
disertai dengan adanya perubahan pola pikir setelah memperoleh pengetahuan
baru. Oleh karena itu, peneliti perlu mengetahui pemahaman peserta terkait
dengan pelatihan yang telah disampaikan oleh mentor dalam kegiatan Bengkel
Kriya.
5.6.1 Pemahaman Peserta terhadap Materi Pelatihan Pengenalan
Marketing Online
Pemahaman peserta terkait dengan materi yang telah disampaikan dalam kegiatan
pelatihan sangatlah penting mengingat keberhasilan dalam penyampaian materi
merupakan salah satu keberhasilan terlaksananya program pemberdayaan
masyarakat. Apabila peserta dapat memahami materi yang diberikan saat
pelatihan maka dapat dipastikan program pemberdayaan masyarakat ini dapat
tercapai dengan baik.
Maria mengatakan bahwa inti dari pelatihan pengenalan marketing online
tersebut adalah mengajarkan kepada peserta dasar-dasar yang diperlukan dalam
melakukan penjualan secara online, mulai dari penentuan media sosial yang
digunakan untuk berjualan, pembuatan akun email untuk memudahkan transaksi,
serta bagaimana cara pengemasan produk agar terlihat menarik. Sebagaimana
pernyataan Maria berikut ini.
(22) Apa yang Anda pahami dari materi pelatihan pengenalan marketing online tersebut?
94
(22a) Awalnya peserta diajarkan mengenai dasar-dasar yang diperlukan dalam penjualan secara online mbak, mulai dari penentuan media sosial yang digunakan untuk berjualan, pembuatan akun email untuk memudahkan transaksi, hingga cara pengemasan produk agar terlihat menarik. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berbeda dengan Maria, Zakiyah memberikan jawaban sebagai berikut.
(22b) Sebenarnya saya tidak memahami mengenai materi yang disampaikan karena saya kurang begitu paham mengenai materi yang diajarkan, saya juga belum memiliki akun email sebelumnya, namun setelah saya perhatikan, saya mulai memahami inti dari pelatihan tersebut yang mengajarkan tentang langkah-langkah dalam berjualan online. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Berbeda dengan dua informan sebelumnya, Sri mengungkapkan mengenai
pemahamannya terkait dengan materi yang telah disampaikan. Berikut
jawaban dari Sri.
(22c) Pada pelatihan pengenalan marketing online kemarin, diajarkan mengenai cara memasarkan produk secara online, namun materi yang diberikan masih berupa dasarnya saja. Jadi menurut saya perlu diadakan tahap berikutnya dalam pelatihan pengenalan marketing online tersebut. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan beberapa data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peserta
mampu memahami materi yang disampaikan selama pelatihan berlangsung.
Penarikan kesimpulan dari peserta juga dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh
peneliti. Apabila peserta mampu memberikan kesimpulan mengenai pelatihan
yang diikutinya, maka dapat dikatakan bahwa materi yang disampaikan dalam
95
pelatihan mampu memberikan pengetahuan baru bagi para peserta. Berikut ini
kesimpulan dari kegiatan pelatihan pengenalan marketing online yang
disampaikan oleh beberapa informan.
(23) Dari kegiatan pelatihan pengenalan marketing online yang telah Anda ikuti, apa yang dapat Anda simpulkan?
(23a) Dari pelatihan mengenai marketing online, dapat saya simpulkan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan marketing online adalah membuat akun media sosial yang akan kita gunakan dalam berjualan, misalnya facebook. Kemudian kita harus menentukan nama brand yang tepat untuk produk yang akan kita jual mbak. Dan yang tidak kalah penting diperlukan adanya jaringan yang luas agar produk kita dapat dikenal oleh banyak orang. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Maria menyimpulkan bahwa untuk melakukan marketing online
diperlukan adanya media sosial yang akan kita gunakan untuk memasarkan
produk, kita perlu menentukan nama brand yang akan kita gunakan untuk produk
jualan kita. Dan yang terpenting perlu adanya jaringan yang luas agar produk yang
akan kita jual dapat diketahui banyak pihak. Berbeda dengan Maria, Nur memiliki
kesimpulan sendiri, seperti yang diungkapkan berikut.
(23b) Kesimpulnnya kegiatan marketing online ini perlu adanya persiapan yang matang mbak, setelah kita menentukan produk yang akan kita jual, kita juga perlu adanya pihak sebagai saksi yang dapat membantu kita untuk meyakinkan calon pembeli bahwa produk yang akan kita jual tersebut aman dan tidak ada kecurangan mbak. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
96
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta mampu
membuat kesimpulan dari materi pelatihan pengenalan marketing online yang
telah mereka ikuti. peserta juga mampu menjelaskan secara rinci terkait dengan
materi pelatihan yang diberikan oleh mentor.
5.6.2 Pemahaman Peserta terhadap Materi Pelatihan Pembuatan
Soto Koya
Pemahaman peserta mengenai materi yang disampaikan dalam pelatihan dapat
dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan dalam program
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta terkait dengan materi yang disampaikan oleh
mentor dalam kegiatan pelatihan pembuatan soto koya. Pemahaman peserta
setelah mengikuti pelatihan dapat diperoleh melalui kemampuan peserta dalam
menjelaskan kesimpulan yang mereka peroleh dari pelatihan yang telah mereka
ikuti. Berikut ini beberapa kesimpulan yang disampaikan oleh peserta setelah
mengikuti pelatihan pembuatan soto koya.
(24) Menurut Anda apa kesimpulan yang didapatkan dari pelatihan pembuatan soto koya yang telah Anda ikuti?
(24a) Pada pelatihan pembuatan soto koya ini kita diajarkan bagaimana langkah-langkah dalam membuat soto koya, dimana koya tersebut didapatkan dari remukan (rontokan) krupuk udang yang telah digoreng sebelumnya, selain itu pelatihan ini juga dapat dijadikan sebagai pilihan dalam membuka peluang usaha dibidang kuliner. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
97
Berdasarkan ungkapan Nur di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
tersebut membuatnya mendapat pengetahuan baru mengenai cara membuat soto
koya yang nantinya bisa dijadikan sebagai pilihan untuk membuka usaha
tambahan. Lain halnya dengan Nur, Maria mengungkapkan bahwa pelatihan
membuat soto koya ini membuat dirinya senang karena bisa memasak menu baru
yang sebelumnya belum pernah dicoba. Berikut pernyataan Maria.
(24b) Dalam pelatihan ini diajarkan cara mengolah menu baru yang sebelumnya belum pernah saya coba, ternyata mudah dan menyenangkan mbak. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berbeda dari kedua informan sebelumnya, Sri mengungkapkan bahwa
pelatihan membuat soto koya tidak jauh berbeda dengan membuat soto pada
umumnya, hanya saja kali ini ditambah dengan bubuk koya yang didapatkan dari
kerupuk udang yang telah dihancurkan. Berikut ungkapan Sri.
(24c) Kalo saya perhatikan sebenarnya proses pembuatan soto koya tidak jauh berbeda dengan pembuatan soto pada umumnya mbak, hanya saja dalam soto koya diberikan tambahan bubuk koya yang didapatkan dari remukan kerupuk udang. Pemberian kata koya ini sengaja ditambahkan agar terdengar menarik. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Secara umum, peserta dapat memahami dan memberikan penjelasan atas apa
yang telah diperolehnya dari pelatihan pembuatan soto koya. Kesimpulan yang
diperoleh peserta yaitu pembuatan soto koya tidak jauh berbeda dengan
pembuatan soto pada umumnya, hanya saja dalam pembuatannya ditambahi
dengan bubuk udang yang didapatkan dari remukan kerupuk udang.
98
Dari beberapa jawaban di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta mampu
membuat kesimpulan dari kegiatan pelatihan yang telah mereka ikuti. Peserta juga
mampu menjelaskan pemahamannya terhadap pelatihan yang telah diikuti, baik
itu pelatihan pengenalan marketing online maupun pelatihan pembuatan soto
koya.
5.7 Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan pengenalan marketing online dan
pelatihan pembuatan soto koya selesai, maka dilaksanakan pula evaluasi terhadap
pelaksanaan kedua pelatihan tersebut. Evaluasi ini dilakukan peneliti untuk
mengukur apakah terdapat perubahan pengetahuan maupun perubahan dalam
kehidupan peserta setelah mengikuti pelatihan yang diadakan melalui kegiatan
Bengkel Kriya sebagai program pemberdayaan masyarakat. Evaluasi dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada peserta mengenai manfaat serta
perubahan yang didapatkan setelah mengikuti pelatihan tersebut. Berikut ini
merupakan pertanyaan dan jawaban dari peserta mengenai kegiatan Bengkel
Kriya yang telah dikuti.
5.7.1 Evaluasi Pelatihan Pengenalan Marketing Online
Pada dasarnya peserta mampu menangkap materi yang disampaikan oleh mentor
dalam pelatihan tersebut.
99
(25) Apa yang Anda tangkap dari materi yang disampaikan oleh mentor?(25a) Dalam pelatihan pengenalan marketing online, dijelaskan mengenai
istilah-istilah yang digunakan dalam marketing online, seperti apa itu yang dimaksud brand, perlunya menciptakan brand dalam melakukan pemasaran produk, apa itu network dan kegunaannya serta teknik fotografi yang dibutuhkan dalam melakukan pemasaran produk. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Maria mengungkapkan bahwa yang dia pahami dari materi pelatihan
adalah adanya istilah-istilah yang digunakan dalam malakukan marketing online,
yaitu apa yang dimaksud dengan brand, network, serta teknik fotografi yang
dibutuhkan dalam mengemas produk. Hampir sama dengan Maria, Nur juga
mengungkapkan bahwa materi pelatihan yang disampaikan dalam marketing
online yaitu mengenai istilah-istilah yang dibutuhkan dalam berjualan online,
tidak hanya sampai disitu bahkan dijelaskan juga mengenai langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam memulai berjualan secara online. Berikut ungkapan Nur
terkait dengan materi pelatihan.
(25b) Materi yang disampaikan dalam pelatihan mengenai langkah-langkah dalam melakukan marketing online, dijelaskan juga istilah yang digunakan dalam melakukan marketing online mbak, seperti brand, email, network, dan masih banyak lagi. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Dari jawaban kedua informan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
peserta mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik, terbukti dengan kemampuan
peserta dalam menangkap materi yang disampaikan oleh mentor.
100
5.7.2 Evaluasi Pelatihan Pembuatan Soto Koya
Evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan soto koya juga dilakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan kemampuan peserta menangkap
materi yang disampaikan oleh mentor selama pelatihan berlangsung. Berikut
jawaban dari Sri saat ditanya mengenai apa yang dia tangkap dalam pelatihan
pembuatan soto koya.
(26) Apa yang bisa Anda tangkap dari pelatihan soto koya? (26a) Ya itu tadi mbak kita belajar mengenai cara pembuatan soto koya,
ternyata mudah dalam membuatnya karena kita dibantu oleh resep, jadi bisa mempraktekkannya dirumah. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Dari jawaban di atas, Sri mengungkapkan langkah yang dilakukan dalam
membuat soto koya menurutnya tidak begitu sulit. Karena peserta dibantu dengan
adanya resep yang telah dibagikan oleh mentor dan resep tersebut dapat dibawa
pulang sehingga peserta dapat mencobanya dirumah. Lain halnya dengan Sri,
Zakiyah mengungkapkan dalam pelatihan pembuatan soto koya mentor
memberikan arahan dengan baik, sehingga peserta mudah menangkap apa yang
dibicarakan oleh mentor. Selain itu bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan juga mudah untuk didapatkan sehingga peserta dapat dengan mudah
mencobanya kapan saja. Berikut ungkapan dari Zakiyah
.
(26b) Saat pelaksanaan pelatihan mentor memberikan penjelasan dengan jelas mbak, jadi peserta dapat dengan mudah menangkap materi yang disampaikan. Selain itu ternyata bahan yang dibutuhkan untuk
101
membuat soto koya mudah untuk didapatkan, jadi peserta bisa mencoba resep tersebut kapan saja. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan pernyataaan kedua informan di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa peserta mampu menangkap dengan baik apa yang
disampaikan oleh mentor dalam pelatihan tersebut. Selain itu, untuk memperkuat
data yang telah didapat, evaluasi juga dilakukan dengan memberikan pertanyaan
kepada peserta mengenai manfaat serta perubahan yang mereka dapatkan setelah
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya.
5.7.3 Manfaat dari Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat
Selain beberapa hal di atas, yang menjadi bahan evaluasi pelaksanaan pelatihan
pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya adalah manfaat
yang dirasakan peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Berikut ini
pendapat peserta mengenai manfaat yang mereka dapatkan setelah mengikuti
kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Bengkel Kriya.
(27) Manfaat apa yang Anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
(27a) Manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini tentunya selain dapat menambah pengetahuan, dengan mengikuti kegiatan ini saya bisa mengembangkan usaha jualan baju yang saya miliki sebelumnya, jadi setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dengan tema marketing online saya jadi tahu bagaimana cara memasarkan produk lewat internet, bagaimana cara menarik orang agar membeli produk kita, dan akhirnya berbekal pengetahuan
102
tersebut saya memutuskan untuk berjualan online melalui media facebook maupun blackberry messenger (bbm), dan ternyata produk saya laku dipasaran, jangkauan jualan saya menjadi lebih luas, selain itu dari kegiatan ini teman kita semakin bertambah, jadi selain mendapatkan pengetahuan dan memperbanyak saudara, saya juga mendapatkan manfaat berupa ekonomi yang bertambah. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ungkapan Maria di atas, dapat diketahui bahwa dengan
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dirinya memiliki keberanian untuk membuka
usaha dengan berjualan baju secara online dengan memanfaatkan media sosial
facebook dan bbm, selain itu melalui kegiatan ini juga dapat menambah banyak
teman. Berbeda dengan Maria, manfaat lain juga dirasakan oleh peserta lainnya
dengan mengikuti kegiatan Bengkel Kriya peserta ini kemudian memanfaatkan
ilmu yang telah diperoleh dari berbagai pelatihan dibidang tata boga mengenai
pembuatan kue. Beberapa peserta lebih tertarik untuk membuka usaha dengan
menerima jasa pemesanan aneka kue. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa
peserta berikut ini.
(27b) Manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini tentunya selain dapat menambah pengetahuan, menambah saudara, menambah pengalaman, saya juga sekarang bisa termotivasi untuk membuka usaha sendiri dengan menerima pesanan pembuatan kue, bahkan saya juga sempat beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mentor di kegiatan Bengkel Kriya. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa Nur mendapatkan manfaat
dengan pengetahuannya yang bertambah, menambah pengalaman baru, serta
sekarang dirinya telah membuka usaha dengan menerima pesanan pembuatan kue
103
setalah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya. Hampir serupa
dengan Nur, Sri juga mengungkapkan bahwa dirinya tertarik membuka usaha
dengan menerima pemesanan kue karena sejak awal dirinya memang lebih tertarik
dibidang tata boga. Berikut ungkapan dari Sri.
(27c) Dari kegiatan Bengkel Kriya yang saya ikuti ini kemudian saya tertarik untuk membuka usaha dengan menerima pemesanan kue, saya memang lebih tertarik dibidang tata boga, dan terkadang saya juga bekerjasama dengan ibu Nur Fajar kalau semisal pesanan yang saya dapat dalam jumlah banyak terus kita bagi-bagi pesanan gitu mbak sistemnya. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Manfaat lain juga dirasakan oleh Zakiyah, dirinya merasakan dengan
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya pengetahuannya semakin bertambah, dan kini
Zakiyah juga telah termotivasi dari kedua temannya untuk membuka usaha kecil-
kecilan dengan menerima pesanan kue dirumah. Berikut penuturan Zakiyah.
(27d) Manfaat yang saya dapatkan selain tadi menambah pengetahuan, menambah teman, saya juga jadi termotivasi untuk membuka usaha menerima pesanan kue dirumah, jadi selain ibu rumah tangga sekarang saya punya sampingan pekerjaan lain mbak yang tentunya dapat menghasilkan uang, dan sampai sekarang saya sudah memiliki beberapa pelanggan tetap. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Dari beberapa pernyataan di atas terlihat bahwa beberapa peserta telah
mencoba mengembangkan ilmu yang didapatkan selama mengikuti kegiatan
dengan membuka usaha sendiri sesuai dengan kemampuan dan minat dari masing-
masing peserta. Akan tetapi jika dilihat banyak peserta yang lebih tertarik untuk
104
membuka usaha dibidang tata boga. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh koordinator Bengkel Kriya,
(28) Menurut Anda kegiatan pelatihan seperti apa yang diminati oleh peserta?
(28a) Kegiatan yang diadakan di Bengkel Kriya belakangan ini lebih sering pada bidang tata boga, karena setelah diamati peserta lebih banyak tertarik pada bidang tersebut, ya mungkin karena mayoritas peserta Bengkel Kriya adalah ibu-ibu jadi lebih suka memasak. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Berdasarkan penuturan Sulis di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan
Bengkel Kriya yang diadakan lebih sering merujuk pada bidang tata boga karena
diketahui peserta lebih banyak tertarik pada bidang tersebut.
Adanya program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Bengkel
Kriya ini juga telah memberikan dampak positif kepada para peserta, selain itu
peserta juga diberikan kesempatan untuk menjadi mentor dengan tujuan untuk
berbagi ilmu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai, dalam hal ini biasanya
lebih sering mengenai materi dibidang tata boga. Perubahan positif juga telah
dirasakan oleh Maria. Berikut ungkapan Maria.
(29) Adakah perubahan dalam diri Anda setelah mengikuti pelatihan yang diadakan melalui kegiatan Bengkel Kriya?
(29a)Perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini saya menjadi lebih bangga terhadap diri saya sendiri, dimana saya yang dulunya hanya ibu rumah tangga biasa sekarang bisa mempunyai penghasilan sendiri tanpa harus terus bergantung kepada suami, selain itu saya yang tadinya tidak begitu paham mengenai teknologi sekarang sedikit demi
105
sedikit menjadi tahu. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Seperti yang diungkapkan Maria di atas, bahwa kegiatan Bengkel Kriya
ini membawa pengaruh positif bagi kehidupan Maria. Sekarang dia merasa lebih
bangga terhadap dirinya sendiri karena dapat membantu meningkatkan
perekonomian keluarga dengan membuka usaha yang didapatkannya dari kegiatan
Bengkel Kriya tersebut. Perubahan lain setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya
juga dirasakan oleh Nur setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dia
mendapatkan inspirasi untuk membuka usaha dengan menerima pemesaran
pembuatan roti, Nur juga sempat beberapa kali diminta untuk menjadi mentor
dalam beberapa kesempatan kegiatan Bengkel Kriya. Berikut ungkapan Nur.
(29b) Banyak perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini mbak, saya mendapatkan inspirasi untuk memulai usaha secara mandiri dan kebetulan saya ada bakat dibidang pembuatan roti mbak. Selain itu saya juga sempat beberapa kali diminta untuk ikut mengisi materi dalam berbagai kesempatan kegiatan Bengkel Kriya. (Wawancara dengan Nur, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan dari beberapa jawaban di atas, berikut ini hasil evaluasi
peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya mengenai pelatihan
pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya.
1. Peserta dapat memahami apa yang disampaikan oleh mentor mengenai materi
pelatihan pengenalan marketing online dan pelatihan pembuatan soto koya.
2. Peserta mampu mempraktikkan kembali meteri yang telah didapat dalam
pelatihan.
106
3. Peserta mampu menjelaskan. langkah-langkah pertama yang perlu dilakukan
dalam melakukan marketing online.
4. Peserta mampu menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam marketing online.
5. Peserta mampu membuat akun media sosial yang dibutuhkan dalam berjualan
online.
6. Peserta mampu menyimpulkan kegiatan pelatihan yang telah diikuti.
7. Secara umum peserta mampu menjelaskan apa yang telah disampaikan oleh
mentor dalam pelatihan yang telah diikuti.
8. Peserta mampu membuka usaha dibidang tata boga setelah mendapatkan
inspirasi dari kegiatan Bengkel Kriya yang bertemakan tata boga.
9. Peserta mampu membuka usaha dengan berjualan produk secara online
setelah mengikuti kegiatan pelatihan pengenalan marketing online.
10. Peserta mampu mengisi kegiatan Bengkel Kriya dengan menjadi pemateri atau
mentor.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
peserta telah memperoleh banyak pengetahuan baru serta manfaat dari kegiatan
Bengkel Kriya tersebut. Dimana peserta mampu memandirikan dirinya dengan
membuka usaha yang dapat meningkatkan perekonomian keluarga, sehingga
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Batang melalui kegiatan Bengkel Kriya telah
berhasil membuat beberapa peserta yang tergabung dalam program pemberdayaan
ini menjadi mandiri dengan berbagai kegiatan pelatihan yang telah diberikan.
Walaupun belum mencapai hasil yang maksimal, tetapi setidaknya mayoritas
peserta telah berani untuk mencoba memandirikan dirinya. Sehingga dapat
107
disimpulkan bahwa terdapat pengetahuan baru serta perubahan positif dalam
kehidupan peserta yang diperoleh setelah mendapatkan materi dari pelatihan yang
diadakan dalam kegiatan Bengkel Kriya.
Gambar 5.3 : Hasil pelatihan Bengkel Kriya berupa penjualan online
Sumber: Hasil dokumentasi peneliti, 2016
Gambar 5.4 : Hasil pelatihan Bengkel Kriya berupa usaha pembuatan kue
Sumber: Hasil dokumentasi peneliti, 2016
108
5.8 Kendala
Kendala yang dihadapi dalam menjalankan suatu kegiatan bermacam-macam.
Dalam kegiatan Bengkel Kriya, terdapat dua jenis kendala yang terjadi yaitu
kendala internal dan kendala eksternal. Penjelasannya sebagai berikut :
5.8.1 Kendala Internal
Kendala internal yang dimaksud adalah kendala yang terdapat dari dalam baik itu
dari pihak perpustakaan sebagai pelaksana kegiatan maupun mentor sebagai
pemateri dalam pelaksanaan kegiatan. Kendala tersebut meliputi:
1. Jadwal Pelaksanaan dan Sulitnya Memotivasi Peserta dalam Memulai Usaha
Kendala jadwal pelaksanaan yang dimaksud adalah waktu yang terbatas
bagi pihak perpustakaan dikarenakan adanya kegiatan lain yang mengharuskan
kegiatan Bengkel Kriya ditunda pelaksanaannya. Selain itu masih terdapat
beberapa peserta yang tidak memiliki keberanian untuk memandirikan dirinya
dengan membuka peluang usaha setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya,
beberapa peserta masih saja terus bergantung dengan program pemberdayaan
yang diberikan tanpa mencoba untuk memanfatkannya dengan memulai suatu
usaha. Sebagaimana pernyataan Sulis selaku koordinator Bengkel Kriya saat
ditanya mengenai kendala yang dialami dalam kegiatan Bengkel Kriya berikut ini.
(30) Kendala apa yang Anda alami dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
109
(30b) Kalau dari segi persiapan sih tidak ada kendala khusus mbak, hanya saja kendala lebih kepada masih kurangnya keberanian peserta untuk mencoba berwirausaha. Selain itu kendala waktu pelaksanaan juga menjadi masalah besar karena kesibukan pihak perpustakaan yang mengharuskan beberapa kali menunda pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya. (Wawancara dengan Sulis, 24 Juni 2016).
Dari pernyataan Sulis diketahui bahwa dalam melakukan persiapan
kegiatan tidak ditemukan kendala karena semuanya sudah dipersiapkan dengan
baik. Kendala yang ditemukan yaitu terdapat beberapa peserta yang belum
memiliki keberanian dalam memandirikan dirinya dengan mengembangkan ilmu
yang telah didapatkan melalui kegiatan Bengkel Kriya kedalam sebuah usaha
yang dapat membantu peserta dalam meningkatkan perekonomian keluarga.
Selain itu kesibukan dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pihak
perpustakaan juga mengakibatkan mengakibatkan pelaksanaan kegiatan Bengkel
Kriya harus ditunda.
2. Fasilitas Penunjang Kegiatan Bengkel Kriya
Kendala dari segi fasilitas yang dimaksud adalah kurangnya fasilitas yang
digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya. Sebagaimana
pernyataan mentor sebagai berikut.
(30b) Kendala dalam pelaksanaan terdapat pada fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan seperti laptop yang digunakan dalam pelatihan pengenalan marketing online, selebihnya saya rasa tidak ada. (Wawancara dengan Achmad, 28 Juni 2016).
Dari pernyataan di atas Achmad mengatakan terdapat kendala pada
fasilitas yang digunakan dalam menunjang kegiatan pelatihan, kendala fasilitas
110
yang dimaksud adalah fasilitas berupa laptop yang dibutuhkan oleh peserta
sebagai sarana yang menunjang dalam kegiatan pelatihan pengenalan marketing
online. Dimana dalam pelatihan tersebut setiap peserta diharuskan untuk
membawa laptop, sedangkan untuk pihak perpustakaan sendiri belum dilengkapi
dengan fasilitas tersebut.
5.8.2 Kendala Eksternal
Kendala eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kendala yang
dihadapi oleh peserta selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya. Kendala tersebut
meliputi :
1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Bengkel Kriya
Kendala yang dirasakan oleh beberapa peserta yang terkait dengan waktu
dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya. Beberapa peserta merasa kesulitan
untuk mengikuti kegiatan karena memiliki kesibukan lain pada saat kegiatan
Bengkel Kriya diadakan. Mengingat kegiatan Bengkel Kriya diadakan pada siang
hari, sedangkan beberapa peserta mengaku memiliki waktu luang pada sore hari.
Kendala waktu inilah yang terkadang menjadi salah satu penyebab sedikitnya
peserta yang datang pada kegiatan Bengkel Kriya. Seperti pernyataan peserta
sebagai berikut,
(31) Kendala apa yang Anda rasakan selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
(31a) Kalau saya kendala waktu, karena jujur saja terkadang saya ada kegiatan lain kalau siang hari. Waktu saya lebih longgar kalau sore
111
hari, tetapi kegiatan Bengkel Kriya ini kan dimulainya siang hari. (Wawancara dengan Sri, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ungkapan Sri di atas, diketahui bahwa kendala waktu dalam
pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya masih dirasakan oleh peserta. Dimana
peserta mengatakan lebih memilih agar kegiatan Bengkel Kriya diadakan pada
sore hari karena waktu mereka lebih longgar pada sore hari, sedangkan selama ini
kegiatan Bengkel Kriya dilaksanakan pada siang hari.
2. Terbatasnya Biaya dalam Memulai Usaha
Kendala biaya yang dimaksud adalah masih terbatasnya biaya yang
dimiliki peserta untuk memulai suatu usaha, hal ini juga yang mengakibatkan
masih terdapat beberapa peserta yang belum memulai untuk membuka usaha baru
setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya. Sebagaimana penuturan Zakiyah
berikut ini.
(31b) Kendala yang saya rasakan adalah kurangnya biaya untuk mengembangkan usaha yang saya miliki mbak, saya sebenarnya kepengen bisa membuka toko sendiri. Saya berharap kedepannya kegiatan Bengkel Kriya juga bisa memberikan bantuan modal kepada pesertanya yang benar-benar serius untuk membuka usaha tetapi masih memiliki modal yang terbatas seperti saya ini mbak. Jadi kan kalau ada bantuan modal pasti akan semakin banyak peserta yang membuka usaha mbak. (Wawancara dengan Zakiyah, 3 Agustus 2016).
Menurut Zakiyah kendala yang dialami dari segi biaya untuk dapat
mengembangkan usahanya. Dia berharap kegiatan Bengkel Kriya kedepannya
112
akan memperhatikan pesertanya yang serius untuk memulai membuka usaha
dengan membantu memberikan pinjaman modal.
3. Fasilitas yang Terbatas
Berbeda dengan kedua peserta sebelumnya, Maria mengungkapkan
kendala yang dia alami dari segi fasilitas yang digunakan dalam kegiatan Bengkel
Kriya. Seperti ungkapan Maria berikut ini.
(31c) Kalau saya sih kendala fasilitas mbak, jadi kan waktu pelatihan pengenalan marketing online peserta disuruh membawa laptop sendiri tapi kebetulan waktu itu laptop saya rusak. Sedangkan pihak perpustakaan tidak memberikan fasilitas laptop untuk pesertanya. (Wawancara dengan Maria, 3 Agustus 2016).
Berdasarkan ungkapan Maria di atas, diketahui bahwa fasilitas yang terbatas juga
menjadi kendala yang dialami oleh peserta. Dalam hal ini maka pihak
perpustakaan harus memperhatikan lebih dalam lagi mengenai fasilitas yang
dibutuhkan peserta agar kegiatan Bengkel Kriya dapat berjalan dengan maksimal.
BAB 6
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Bengkel Kriya Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Batang dalam pemberdayaan masyarakat Kabupaten Batang, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan Bengkel Kriya sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat dibidang keterampilan dan tata boga telah
berhasil membuat peserta yang tergabung dalam kegiatan tersebut menjadi mandiri dan dapat
meningkatkan perekonomian keluarga sesuai dengan tujuan awal dibentuknya kegiatan
Bengkel Kriya.
Kegiatan Bengkel Kriya ini juga telah memberikan banyak pengetahuan baru kepada
peserta sehingga peserta termotivasi untuk membuka suatu usaha setelah mengikuti kegiatan
tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya peserta yang membuka usaha berjualan baju
secara online setelah mengikuti pelatihan pengenalan marketing online dan peserta yang
membuka usaha menerima pemesanan kue setelah mendapatkan inspirasi dalam kegiatan
Bengkel Kriya dibidang tata boga. Sehingga dengan munculnya motivasi peserta dalam
membuka suatu usaha menjadikan kegiatan Bengkel Kriya telah berhasil membuat peserta
yang tergabung didalamnya untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
6.2 Saran
Saran yang diberikan untuk pihak perpustakaan dalam menjalankan kegiatan Bengkel Kriya
kedepannya yaitu :
113
114
1. Kegiatan Bengkel Kriya diharapkan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan. Sehingga peserta dapat terus mendapatkan pengetahuan baru pada
setiap minggunya dan tidak merasa kecewa karena kegiatan yang terkadang diundur
pelaksanaannya. Selain itu pihak perpustakaan perlu memperhatikan fasilitas penunjang
Bengkel Kriya agar kegiatan pelatihan dapat berjalan dengan maksimal.
2. Agar kedepannya diharapkan baik pihak koordinator maupun ketua Bengkel Kriya
membuatkan kurikulum mengenai tahapan materi yang akan diajarkan kepada peserta.
Sehingga tujuan dari kegiatan Bengkel Kriya tersebut dapat tercapai secara maksimal
karena tema pelatihan yang akan disampaikan pada setiap pertemuannya telah diatur
susunannya dengan baik dan jelas, dengan kata lain tema kegiatan dari minggu ke
minggu memiliki keterkaitan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat
sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anwas, Oos M. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:
Alfabeta.
Arif, Mohammad Wahyuni. 2012. “Peran Perpustakaan Komunitas dalam
Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus pada Pondok Maos Gayub Desa
Bebegan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Skripsi, Universitas
Diponegoro Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri, Syamsul. 2013. “Peran TBM Cakruk Pintar dalam Pemberdayaan
Masyarakat Notogaten Caturtunggal Sleman Yogyakarta”. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2009. Pedoman Umum
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
115
116
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta Selatan:
GP Press Group.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Nomer 07 Tahun 2007
Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Prijono, Onny S. dan AMW Pranarka. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Ravik, Karsidi. 2007. “Pemberdayaan Masyarakat untuk Usaha Kecil dan Mikro:
Pengalaman Empiris di Wilayah Surakarta Jawa Tengah”. Sumber
<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43069/Ravik
%20Karsidi.pdf;>. Diunduh [10 September 2016].
Retno, Sitaresmi Suryani., et al. 2015. “Pemberdayaan Masyarakat melalui
Perpustakaan: Studi Kasus di Rumah Pintar “Sasana Ngundi Kawruh”
Kelurahan Bandarharjo”. Sumber <http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=365932>. Diunduh [10 September
2016].
Septia, Dwi Diona. 2010. “Peran Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan
Masyarakat: Studi Kasus Rumah Pintar Bhara Cendikia 1”. Skripsi,
Universitas Indonesia Jakarta.
Setyaningsih, Santi., et al. 2012. “Women Empowerment Through Creative
Industry: A Case Study”. Sumber
<http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S221256711200336X.>.
Diunduh [19 Agustus 2016].
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
_______. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
117
Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
2
LAMPIRAN 2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS DIPONEGOROFAKULTAS ILMU BUDAYA
Jln. Prof. Soedharto, S.H, Tembalang Semarang 50275Tlp. Faksimil (024) 7648019 Website://www.fib.undip.ac.id
DATA INFORMAN
Nama Informan :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN
A. Peserta Bengkel Kriya
1. Apa yang Anda ketahui tentang perpustakaan?
2. Apakah Anda pernah berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan
koleksi yang ada?
3. Bagaimana Anda memperoleh informasi yang Anda butuhkan selama ini?
4. Informasi apa yang anda dapatkan?
3
5. Bagaimana Anda bisa tergabung dalam kegiatan Bengkel Kriya?
6. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan Bengkel Kriya?
7. Apakah Anda pernah mengusulkan tema yang diadakan pada kegiatan
Bengkel Kriya?
8. Apakah Anda selalu hadir dalam setiap kegiatan Bengkel Kriya?
9. Apakah Anda memanfaatkan pendampingan yang diberikan oleh mentor?
10. Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan pelatihan marketing online?
11. Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan pelatihan pembuatan soto
koya?
12. Apa yang anda pahami dari materi pelatihan marketing online?
13. Dari kegiatan pelatihan marketing online yang telah Anda ikuti, apa yang
dapat Anda simpulkan?
14. Dari kegiatan pelatihan membuat soto koya, apa yang dapat Anda
simpulkan?
15. Manfaat apa yang Anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya?
16. Adakah perubahan dalam diri Anda setelah mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya?
17. Kendala apa yang Anda rasakan selama mengikuti kegiatan Bengkel
Kriya?
4
B. Koordinator Bengkel Kriya
1. Bagaimana pihak perpustakaan menentukan tema kegiatan yang akan
diadakan dalam kegiatan Bengkel Kriya?
2. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam melakukan pemberitahuan
akan adanya kegiatan Bengkel Kriya kepada masyarakat?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mempersiapkan kegiatan
Bengkel Kriya?
4. Bagaimana strategi yang Anda gunakan dalam pelaksanaan kegitan
Bengkel Kriya?
5. Bagaimana sistem pemilihan mentor Bengkel Kriya?
6. Apakah peserta aktif selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
7. Bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan Bengkel Kriya
berjalan?
8. Menurut Anda kegiatan pelatihan seperti apa yang diminati oleh peserta?
9. Kendala apa yang Anda alami dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel
Kriya?
C. Mentor Bengkel Kriya
1. Bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam memberikan pelatihan?
2. Apakah terdapat pendampingan dari mentor setelah kegiatan Bengkel
Kriya selasai?
3. Apakah dilakukan evaluasi setelah kegiatan pelatihan selesai?
4. Kendala apa yang muncul selama pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
5
LAMPIRAN 3
REDUKSI DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN
A. Peserta Bengkel Kriya
No. Pertanyaan Informan HasilMaria Nur Sri Zakiyah
1. Apa yang Anda ketahui tentang perpustakaan?
Perpustakaan itu banyak menyimpan koleksi mbak, mulai dari koleksi untuk anak, remaja, bahkan untuk orangtua, disana pengunjung bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Perpustakaan itu tempat menyimpan koleksi buku mbak, disana banyak terdapat buku yang biasa dibaca dan disimpan oleh masyarakat.
Perpustakaan menyimpan banyak buku, kita memanfaatkan buku tersebut dan juga bisa meminjamnya untuk dibawa pulang kerumah.
Perpustakaan banyak menyimpan buku mbak, terus pengunjung bisa meminjam untuk dibawa pulang.
Secara umum peserta mengetahui mengenai perpustakaan, seperti manfaat perpustakaan sebagai tempat untuk menyimpan berbagai koleksi yang dibutuhkan pengunjung.
2. Apakah Anda pernah berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan
Kalau untuk berkunjung ke perpustakaan waktu itu saya pernah tetapi
Kalau dulu sebelum ikut kegiatan Bengkel Kriya saya nggak
Saya dulu pernah berkunjung ke perpustakaan
Sebenarnya saya tahu mbak dimana lokasi keberadaan perpustakaan,
Peserta mengetahui secara pasti lokasi keberadaan perpustakaan dan pernah sesekali berkunjung ke perpustakaan, bahkan
6
koleksi yang ada? kalau untuk meminjam koleksi saya belum pernah
pernah ke Perpustakaan mbak, kalau sekarang ya pernahlah beberapa kali sekedar baca-baca koleksi.
mbak, tapi tidak sering. Selanjutnya saya tidak kesana lagi karena saya merasa belum begitu butuh. Tetapi sekarang setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya saya jadi sering berkunjung ke perpustakaan, biasanya saya membaca buku mengenai resep-resep membuat kue terus saya fotokopi
tetapi kalo untuk berkunjung dan meminjam buku yang ada di perpustakaan saya belum pernah.
setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya intensitas kunjungan mereka ke perpustakaan menjadi meningkat.
3. Bagaimana Anda Awalnya saya Awalnya saya Saya Awalnya saya Peserta merasa penasaran
7
bisa tergabung dalam kegiatan Bengkel Kriya?
ikut kegiatan Bengkel Kriya ini karena pemberitahuan berupa undangan dari perpustakaan terkait dengan adanya kegiatan Bengkel Kriya. Kemudian saya penasaran dan mencoba untuk datang dalam kegiatan tersebut, lalu semakin kesini setiap kali ada kegiatan saya selalu mendapatkan pemberitahuan melalui sms langsung dari ketua Bengkel Kriya untuk kemudian disampaikan pada ibu-ibu yang lain
mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini atas ajakan dari pak Arif selaku ketua Bengkel Kriya. Saya mendapatkan informasi adanya kegiatan ini melalui beliau. Karena saya merasa penasaran dengan kegiatan ini, lalu saya memutuskan untuk hadir. Kemudian lama kelamaan saya tertarik dan mulai mengajak teman-teman untuk datang dan mengikuti
mengikuti kegiatan ini karena diajak oleh teman mbak, awalnya saya penasaran sama kegiatan Bengkel Kriya ini, dan setelah saya mengikuti ternyata banyak manfaat yang saya dapatkan.
ikut kegiatan Bengkel Kriya buat mengisi waktu luang mbak, karena kebetulan ada ajakan dari teman juga. Terus lama kelamaan malah sering ikut kalo ada kegiatan lagi.
akan kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya, dan setelah mengikuti kegiatan tersebut ternyata banyak manfaat yang mereka dapatkan. Setelah mengikuti kegiatan tersebut
8
kegiatan tersebut
4. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan Bengkel Kriya?
Bengkel Kriya banyak mengajarkan banyak hal mbak, tentang pengetahuan baru. Banyak pelatihan-pelatihan yang diberikan disana.
Bengkel Kriya ini merupakan suatu kegiatan yang mengajarkan kita akan pengetahuan baru mbak, disana kita diajarkan mengenai berbagai hal, mulai dari pelatihan pembuatan kerajinan, pelatihan marketing online, sampai pelatihan mengenai tataboga yang lebih sering diadakan
Bengkel Kriya itu kegiatan yang mengajarkan kita banyak hal baru. Terus dalam kegiatannya didatangkan pengajar mbak buat ngajarin peserta yang datang.
Bengkel Kriya itu kegiatan yang banyak memberikan ilmu, pengalaman, dan tentunya menambah teman mbak. Disana kita diajarkan berbagai hal yang dibutuhkan oleh para peserta.
Secara umum, peserta mampu menjelaskan mengenai kegiatan Bengkel Kriya. Peserta memahami bahwa adanya kegiatan Bengkel Kriya ini membantu peserta untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dengan diberikannya berbagai pelatihan pada setiap pertemuan.
5. Bagaimana Anda memperoleh informasi yang
Berhubung saya hanya ibu rumah tangga biasa
Kalau saya biasanya sehari-hari
Saya biasanya mendapatkan
Saya biasanya menonton televisi mbak
Dalam memenuhi kebutuhan informasinya peserta masih sangat
9
Anda butuhkan selama ini?
mbak, ya untuk mendapatkan informasi biasanya saya ngobrol sama tetangga atau menonton televisi, selain itu kan saya ikut PKK juga jadi biasanya kita sering bertukar informasi disana
paling menonton televisi mbak, terkadang juga baca-baca tabloid kalo tidak ada kerjaan
informasi dari orang-orang disekitar saya mbak, terus juga menonton televisi.
untuk memperoleh informasi.
terbatas karena media yang digunakan untuk memperoleh informasi dapat dikatakan kurang luas.
6. Informasi apa yang Anda dapatkan?
Informasi yang saya dapat ya tidak jauh dari berita yang terjadi sehari-hari mbak, misalnya gosip. Tetapi kalau saya ikut kegiatan PKK ya saya mendapat ilmu baru dari kegiatan tersebut, karena disana ibu-ibu biasanya bertukar informasi mbak.
Paling ya infomasi seputar kehidupan sehari-hari saja mbak, kalau saya baca tabloid biasanya yang saya cari mengenai resep masakan mbak.
Biasanya sih informasi tentang kehidupan sehari-hari mbak, misalnya pembicaraan tentang resep masakan baru, soalnya saya juga suka masak.
Sama seperti yang lain mbak, kalau misal berkumpul dengan ibu-ibu yang lain ya membahas apa yang terjadi sehari-hari aja mbak.
Secara umum bahwa selama ini informasi yang peserta dapatkan kurang luas. Hal ini terjadi karena media mereka untuk mendapatkan informasipun kurang luas.
7. Apakah Anda Saya dulu pernah Pernah mbak, Kalo untuk Saya belum Peserta secara langsung
10
pernah mengusulkan tema yang diadakan pada kegiatan Bengkel Kriya?
mengusulkan tema mengenai tata rias pengantin setelah membaca koleksi di perpustakaan menganai tata rias pengantin, dan tak lama usulan tersebut direalisasi dengan adanya kegiatan pelatihan hantaran pengantin
bahkan saya juga sempat beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mentor dibeberapa kegiatan Bengkel Kriya. Waktu itu saya memberikan pelatihan membuat kue apem dan ice cream.
mengusulkan tema saya belum pernah mbak, tapi saya suka kalau tema pelatihannya tentang masak-memasak.
pernah mengusulkan tema mbak, kalau saya sih ikut aja tema kegiatan yang akan diadakan tentang apa.
untuk ikut serta dalam penentuan tema yang akan diadakan dalam kegiatan Bengkel Kriya dan tidak menutup kemungkinan bagi peserta yang telah memiliki keahlian dibidang tertentu untuk dapat berpartisipasi menjadi mentor dalam kegiatan Bengkel Kriya sebagai proses pemberdayaan masyarakat
8. Apakah Anda selalu hadir dalam setiap kegiatan Bengkel Kriya?
Selama ini saya mengusahakan untuk selalu mengikuti kegiatan Bengkel Kriya, namun terkadang misal ada halangan atau kesibukan lain ya saya tidak ikut kegiatan.
Selama ini saya selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di Bengkel Kriya, malah kalau terkadang kegiatannya tidak jalan saya sering menanyakan kepada pihak
Saya selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh Bengkel Kriya mbak, malah saya kepengennya kegiatan ini nggak hanya diadakan dua kali dalam
Saya selama ini selalu mengusahakan untuk ikut mbak, tapi ya kalau terkadang ada halangan terkadang saya tidak ikut dulu.
Secara umum peserta selalu hadir pada setiap kegiatan Bengkel Kriya kecuali jika terdapat halangan tertentu. Bahkan peserta menginginkan agar kegiatan ini dapat berjalan lancar pada setiap bulannya.
11
perpustakaan kapan kegiatannya diadakan lagi
sebulan tapi kalo bisa ya seminggu sekali.
9. Apakah Anda memanfaatkan pendampingan yang diberikan oleh mentor?
Pemberian pendampingan setelah kegiatan memang ada, kemaren kebetulan waktu kegiatan pelatihan marketing online saya juga ikut bergabung pada grup WhatsApp yang digunakan sebagai sarana untuk komunikasi antara peserta dan mentor terkait dengan perkembangan dari pelatihan yang telah diberikan.
Sempat beberapa kali saya menanyakan kembali terkait dengan materi yang belum begitu saya mengerti kepada mentor.
Iya waktu itu saya pernah menanyakan kepada salah satu mentor mengenai materi yang telah disampaikan.
Pernah, jadi setelah kegiatan Bengkel Kriya selesai kan saya ingin mempraktekannya dirumah, tetapi saya sempat lupa mengenai meteri yang telah disampaikan, terus ya saya sms mentornya mbak buat tanya-tanya lagi.
Secara umum peserta memanfaatkan pendampingan yang diberikan oleh mentor setelah kegiatan pelatihan di Bengkel Kriya selesai.
10. Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan pelatihan
Saya merasa senang mbak dengan adanya pelatihan dengan
Pelatihannya menarik sih mbak, materinya
Menurut saya menarik mbak pelatihannya,
Sebenarnya sih awalnya saya merasa bingung
Peserta memperhatikan materi yang disampaikan oleh mentor, bahkan peserta dapat menyebutkan hal-hal
12
pengenalan marketing online?
tema marketing online ini, saya jadi mendapatkan ilmu baru mengenai cara memasarkan produk jualan kita. Ternyata ada strategi yang perlu dilakukan untuk memulai berjualan secara online, dalam pelatihan itu juga dijelaskan bagaimana cara mengemas produk kedalam bentuk gambar agar dapat menarik pembeli.
disampaikan dengan cara diskusi ringan dan diselingi beberapa candaan, jadi kita merasa tidak bosan dan lebih gampang menerima materi yang disampaikan. Selain itu pelatihan ini sangat membantu sekali bagi kita yang ingin membuka usaha tetapi tidak memiliki tempat untuk berjualan.
tetapi saya sedikin kesulitan kalau masalah internet. Tetapi sedikit banyak sih saya bisa menangkap apa yang disampaikan mentor Cuma kalo untuk mempraktekkannya kok sepertinya agak susah.
dengan materi yang disampaikan mbak, karena saya merasa asing dengan hal-hal yang berbau online, tapi setelah diikuti ternyata menarik juga, kita bisa tahu bagaimana cara dalam berjualan online, apa saja yang dibutuhkan untuk dapat berjualan online, dan tidak hanya berhenti disitu kita juga diajari bagaimana cara mengemas produk jualan kita agar dapat
detail dalam materi, misalnya strategi yang diperlukan untuk memulai berjualan online, apasaja yang dibutuhkan, dan bagaimana cara mengemas produk agar dapat menarik konsumen. Selain itu peserta juga secara aktif bertanya mengenai materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut
13
menarik pembeli nantinya
11. Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan pelatihan pembuatan soto koya?
Pelatihannya menarik mbak, kita diajarkan membuat soto koya dan ternyata cara membuatnya tidak jauh beda dengan membuat soto pada umumnya.
Pelatihan yang diberikan cukup menarik, peserta terlihat antusias dalam mengikuti arahan mentor mbak. Tapi kalo bisa sih waktunya diperpanjang lagi.
Pelatihan membuat soto koya ini cukup menarik, saya jadi bisa menambah menu masakan dirumah mbak. Selain itu kalau enak ya tidak ada salahnya untuk mencoba membuka usaha dengan berjualan soto koya.
Saya tertarik mbak dengan pelatihan yang berhubungan dengan masak-memasak, selain hobi saya memasak, saya juga bisa menambah pengetahuan saya mengenai resep-resep baru.
Peserta menikmati pelatihan yang diberikan, peserta merasa tertarik dengan pelatihan yang berhubungan dengan masak-memasak. Terlebih lagi pelatihan ini dapat menambah pengetahuan peserta tentang adanya menu baru yang dapat digunakan sebagai peluang untuk membuka usaha.
12. Apa yang anda pahami dari materi pelatihan pengenalan marketing online?
Awalnya peserta diajarkan mengenai dasar-dasar yang diperlukan dalam penjualan secara
Pelatihan ini mengajarkan peserta untuk bisa berjualan produk dagangan
Pada pelatihan pengenalan marketing online kemarin,
Sebenarnya saya tidak memahami mengenai materi yang disampaikan
Secara umum peserta mampu memahami materi yang disampaikan selama pelatihan berlangsung.
14
online mbak, mulai dari penentuan media sosial yang digunakan untuk berjualan, pembuatan akun email untuk memudahkan transaksi, hingga cara pengemasan produk agar terlihat menarik.
mereka secara online. Jadi kita dikenalkan bagaimana cara berjualan online itu, terus bagaimana cara mengemas produk dagangan kita biar menarik pembeli gitu mbak.
diajarkan mengenai cara memasarkan produk secara online, namun materi yang diberikan masih berupa dasarnya saja. Jadi menurut saya perlu diadakan tahap berikutnya dalam pelatihan marketing online tersebut.
karena saya kurang begitu paham mengenai materi yang diajarkan, saya juga belum memiliki akun email sebelumnya, namun setelah saya perhatikan, saya mulai memahami inti dari pelatihan tersebut yang mengajarkan tentang langkah-langkah dalam berjualan online.
13. Dari kegiatan pelatihan pengenalan marketing online yang telah Anda ikuti, apa yang
Dari pelatihan mengenai marketing online, dapat saya simpulkan bahwa hal pertama yang
Kesimpulnnya kegiatan marketing online ini perlu adanya persiapan yang
Kesimpulan dari pelatihan ini ya yang paling penting kalau kita mau
Dalam pelatihan ini peserta dikenalkan bagaimana caranya
Secara umum peserta mampu membuat kesimpulan dari materi pelatihan marketing online yang telah mereka ikuti. peserta juga mampu
15
dapat Anda simpulkan?
perlu dilakukan dalam melakukan marketing online adalah membuat akun media sosial yang akan kita gunakan dalam berjualan, misalnya facebook. Kemudian kita harus menentukan nama brand yang tepat untuk produk yang akan kita jual mbak. Dan yang tidak kalah penting diperlukan adanya jaringan yang luas agar produk kita dapat dikenal oleh banyak orang.
matang mbak, setelah kita menentukan produk yang akan kita jual, kita juga perlu adanya pihak sebagai saksi yang dapat membantu kita untuk meyakinkan calon pembeli bahwa produk yang akan kita jual tersebut aman dan tidak ada kecurangan mbak.
berjualan secara online pastinya kita harus punya fasilitas seperti handphone, terus kita juga harus mengerti teknologi.
berjualan online mbak, jadi kalo mau berjualan online pertama kita harus punya email sendiri, punya media buat berjualan misalnya facebook, intinya kita harus tahu teknologi mbak.
menjelaskan secara rinci terkait dengan materi pelatihan yang diberikan oleh mentor.
14. Dari kegiatan pelatihan membuat soto koya, apa yang dapat Anda
Dalam pelatihan ini diajarkan cara mengolah menu baru yang sebelumnya
Pada pelatihan pembuatan soto koya ini kita diajarkan bagaimana
Kalo saya perhatikan sebenarnya proses pembuatan
Peserta diajarkan cara membuat soto koya, terus kalau soto
Secara umum peserta dapat memahami dan memberikan penjelasan atas apa yang telah diperolehnya dari pelatihan pembuatan soto
16
simpulkan? belum pernah saya coba, ternyata mudah dan menyenangkan mbak.
langkah-langkah dalam membuat soto koya, dimana koya tersebut didapatkan dari remukan (rontokan) krupuk udang yang telah digoreng sebelumnya, selain itu pelatihan ini juga dapat dijadikan sebagai pilihan dalam membuka peluang usaha dibidang kuliner.
soto koya tidak jauh berbeda dengan pembuatan soto pada umumnya mbak, hanya saja dalam soto koya diberikan tambahan bubuk koya yang didapatkan dari remukan kerupuk udang. Pemberian kata koya ini sengaja ditambahkan agar terdengar menarik.
koya itu agak berbeda dari soto biasanya. Karena ditambahkan kerupuk udang yang sudah dihancurkan mbak buat dijadikan koya.
koya. Kesimpulan yang diperoleh peserta yaitu pembuatan soto koya tidak jauh berbeda dengan pembuatan soto pada umumnya, hanya saja dalam pembuatannya ditambahai dengan bubuk udang yang didapatkan dari remukan kerupuk udang.
15. Manfaat apa yang Anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan Bengkel
Manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel
Manfaat yang dirasakan setelah mengikuti
Dari kegiatan Bengkel Kriya yang saya ikuti ini
Manfaat yang saya dapatkan selain tadi menambah
Beberapa peserta telah mencoba mengembangkan ilmu yang didapatkan selama mengikuti kegiatan
17
Kriya? Kriya ini tentunya selain dapat menambah pengetahuan, dengan mengikuti kegiatan ini saya bisa mengembangkan usaha jualan baju yang saya miliki sebelumnya, jadi setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya dengan tema pengenalan marketing online saya jadi tahu bagaimana cara memasarkan produk lewat internet, bagaimana cara menarik orang agar membeli produk kita, dan akhirnya berbekal pengetahuan tersebut saya memutuskan
kegiatan Bengkel Kriya ini tentunya selain dapat menambah pengetahuan, menambah saudara, menambah pengalaman, saya juga sekarang bisa termotivasi untuk membuka usaha sendiri dengan menerima pesanan pembuatan kue, bahkan saya juga sempat beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mentor di kegiatan Bengkel Kriya.
kemudian saya tertarik untuk membuka usaha dengan menerima pemesanan kue, saya memang lebih tertarik dibidang tata boga, dan terkadang saya juga bekerjasama dengan ibu Nur Fajar kalau semisal pesanan yang saya dapat dalam jumlah banyak terus kita bagi-bagi orderan gitu mbak sistemnya.
pengetahuan, menambah teman, saya juga jadi termotivasi untuk membuka usaha menerima pesanan kue dirumah, jadi selain ibu rumah tangga sekarang saya punya sampingan pekerjaan lain mbak yang tentunya dapat menghasilkan uang, dan sampai sekarang saya sudah memiliki beberapa pelanggan tetap.
dengan membuka usaha sendiri sesuai dengan kemampuan dan minat dari masing-masing peserta. Akan tetapi jika dilihat banyak peserta yang lebih tertarik untuk membuka usaha dibidang tata boga.
18
untuk berjualan online melalui media facebook maupun bbm, dan ternyata produk saya laku dipasaran, jangkauan jualan saya menjadi lebih luas, selain itu dari kegiatan ini teman kita semakin bertambah, jadi selain mendapatkan pengetahuan dan memperbanyak saudara, saya juga mendapatkan manfaat berupa ekonomi yang bertambah
16. Adakah perubahan dalam diri Anda setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
Perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya ini saya menjadi lebih
Banyak perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan
Saya merasa bisa menjadi orang yang mandiri dan dapat membantu
Setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya, saya menjadi punya
Secara umum banyak perubahan positif yang dirasakan peserta setelah mengikuti kegiatan Bengkel Kriya.
19
bangga terhadap diri saya sendiri, dimana saya yang dulunya hanya ibu rumah tangga biasa sekarang bisa mempunyai penghasilan sendiri tanpa harus terus bergantung kepada suami, selain itu saya yang tadinya tidak begitu paham mengenai teknologi sekarang sedikit demi sedikit menjadi tahu.
Bengkel Kriya ini mbak, saya mendapatkan inspirasi untuk memulai usaha secara mandiri dan kebetulan saya ada bakat dibidang pembuatan roti mbak. Selain itu saya juga sempat beberapa kali diminta untuk ikut mengisi materi dalam berbagai kesempatan kegiatan Bengkel Kriya.
suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga melalui ilmu yang saya dapatkan dari kegiatan ini.
kesibukan lain mbak yang tentunya bis menghasilkan, sebelumnya saya kan hanya ibu rumah tangga biasa yang sering dirumah tetapi sekarang saya bisa mempunyai penghasilan sendiri dari usaha kue tersebut.
17. Kendala apa yang Anda rasakan selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
Kalau saya sih kendala fasilitas mbak, jadi kan waktu pelatihan marketing online peserta disuruh membawa laptop sendiri tapi
Kendala selama mengikuti kegiatan yaitu fasilitas yang kurang lengkap.
Kalau saya kendala waktu, karena jujur saja terkadang saya ada kegiatan lain
Kendala yang saya rasakan adalah kurangnya biaya untuk mengembangkan usaha yang saya miliki
Kendala yang dirasakan peserta dalam kegiatan Bengkel Kriya bermacam-macam, mulai dari fasilitas yang kurang lengkap, kendala waktu dalam mengikuti kegiatan, dan kendala kurangnya biaya
20
kebetulan waktu itu laptop saya rusak. Sedangkan pihak perpustakaan tidak memberikan fasilitas laptop untuk pesertanya.
kalau siang hari. Waktu saya lebih longgar kalau sore hari, tetapi kegiatan Bengkel Kriya ini kan dimulainya siang hari.
mbak, saya sebenarnya kepengen bisa membuka toko sendiri. Saya berharap kedepannya kegiatan Bengkel Kriya juga bisa memberikan bantuan modal kepada pesertanya yang serius untuk membuka usaha tetapi masih memiliki modal yang terbatas seperti saya ini mbak. Jadi kan kalau ada bantuan modal pasti akan semakin banyak peserta yang membuka
untuk mengembangkan usaha peserta.
21
usaha mbak.
B. Koordinator Bengkel Kriya
No.
Pertanyaan Informan HasilSulis
1. Bagaimana pihak perpustakaan menentukan tema kegiatan yang akan diadakan dalam kegiatan Bengkel Kriya?
Tema yang dipilih untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini juga disesuaikan atas usulan dari peserta, biasanya peserta yang mengikuti kegiatan juga sering berkunjung ke perpustakaan mbak, jadi peserta mengusulkan tema yang berasal dari kegiatan pascabaca koleksi perpustakaan ataupun hasil baca dari internet, biasanya tema yang akan digunakan didiskusikan terlebih dahulu sebulan sebelumnya untuk kemudian ditindaklanjuti untuk dicarikan mentor yang sesuai dengan tema yang telah dipilih.
Tema yang dipilih untuk kegiatan Bengkel Kriya disesuaikan atas usulan dari peserta yang berasal dari kegiatan pascabaca.
2. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam melakukan pemberitahuan akan adanya kegiatan Bengkel Kriya kepada masyarakat?
Setelah tema dipilih, selanjutnya akan dibuatkan undangan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat yang akan disebarkan kepada beberapa kelurahan di Kabupaten Batang, selain itu biasanya peserta juga mendapatkan informasi dari mulut ke mulut, undangan biasanya diserahkan seminggu sebelum kegiatan dilaksanakan.
Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kegiatan Bengkel Kriya disampaikan melalui undangan yang disebarkan kepada beberapa kelurahan di Kabupaten Batang seminggu sebelum kegiatan dilakukan.
3. Berapa lama waktu yang Kurang lebih satu bulan dimulai dari Waktu yang dibutuhkan untuk
22
dibutuhkan dalam mempersiapkan kegiatan Bengkel Kriya?
penentuan tema, pemilihan mentor, persiapan sarana dan prasarana sampai dengan pembuatan undangan.
mempersiapkan kegiatan kurang lebih satu bulan. Mulai dari penentuan tema, pemilihan mentor, persiapan sarana dan prasarana sampai dengan pembuatan undangan.
4. Bagaimana strategi yang Anda gunakan dalam pelaksanaan kegitan Bengkel Kriya?
Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan strategi mengembangkan kemandirian masyarakat dengan diadakannya kegiatan Bengkel Kriya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri, dengan melibatkan masyarakat secara langsung yang tergabung sebagai peserta Bengkel Kriya, dan adanya bantuan tenaga pendamping berupa mentor yang memberikan pendampingan berupa pelatihan pada setiap kegiatannya.
Pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya dilaksanakan dengan melibatkan peserta secara langsung dan dilengkapi dengan bantuan mentor yang memberikan pendampingan pada pelatihan setiap kegiatannya.
5. Bagaimana sistem pemilihan mentor Bengkel Kriya?
Dalam pemilihan mentor dipilih yang berpengalaman dan memiliki keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan, pihak perpustakaan sudah memiliki orang-orang tertentu yang ahli dalam bidangnya.
Mentor dalam kegiatan Bengkel Kriya dipilih berdasarkan pengalaman dan keahlian sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
6. Apakah peserta aktif selama mengikuti kegiatan Bengkel Kriya?
Peserta aktif dalam mengikuti kegiatan, terbukti dengan adanya kegiatan tanyajawab yang dilakukan antara peserta dan mentor.
Peserta kegiatan Bengkel Kriya aktif dalam sesi tanyajawab antara mentor dan peserta.
7. Bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan Bengkel Kriya berjalan?
Evaluasi dilakukan setiap enam bulan sekali, pihak perpustakaan dan ketua Bengkel Kriya akan mendiskusikan apakah peserta sudah memiliki perkembangan atau
Evaluasi kegiatan Bengkel Kriya dilakukan setiap enam bulan sekali. Pihak perpustakaan dan ketua Bengkel Kriya akan mendiskusikan
23
belum, apabila belum berkembang maka akan ditindaklanjuti berupa pemberian motivasi agar peserta berani untuk mandiri dengan menciptakan peluang usaha.
perkembangan peserta. Apabila peserta belum berkembang maka akan ditindaklanjuti dengan pemberian motivasi.
8. Menurut Anda kegiatan pelatihan seperti apa yang diminati oleh peserta?
Kegiatan yang diadakan di Bengkel Kriya belakangan ini lebih sering pada bidang tata boga, karena setelah diamati peserta lebih banyak tertarik pada bidang tersebut, ya mungkin karena mayoritas peserta Bengkel Kriya adalah ibu-ibu jadi lebih suka memasak.
Secara umum peserta lebih tertarik pada kegiatan pelatihan dibidang tata boga.
9. Kendala apa yang Anda alami dalam pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
Kalau dari segi persiapan sih tidak ada kendala khusus mbak, hanya saja kendala lebih kepada masih kurangnya keberanian peserta untuk mencoba berwirausaha. Selain itu kendala waktu pelaksanaan juga menjadi masalah besar karena kesibukan pihak perpustakaan yang mengharuskan beberapa kali menunda pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya.
Kendala yang dirasakan yaitu kurangnya keberanian peserta untuk mencoba berwirausaha. Selain itu kesibukan pihak perpustakaan yang mengharuskan beberapa kali menunda pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya.
24
C. Mentor Bengkel Kriya
No.
Pertanyaan Informan HasilAchmad Kuswardani
1. Bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam memberikan pelatihan?
Pertama saya membagi peserta menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang belum memiliki akun email dan yang sudah memiliki akun email. Sehingga akan memudahkan dalam penyampaian materi yang saya berikan karena peserta sudah terbagi kedalam kelompok sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Strategi yang saya lakukan dengan mengajak peserta untuk ikut membantu dalam kegiatan pelatihan yang saya ajarkan, misalnya kemarin waktu pelatihan mengenai pembuatan soto koya, saya mengundang peserta untuk maju kedepan ikut serta memasak tidak hanya sebagai penonton saja.
Mentor memiliki strategi tersendiri dalam memberikan pelatihan kepada peserta agar peserta dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh mentor.
2. Apakah terdapat pendampingan dari mentor setelah kegiatan Bengkel Kriya selasai?
Pendampingan ada salah satunya dengan cara memberikan tawaran kepada peserta untuk belajar lebih dalam mengenai marketing online secara gratis. Pendampingan juga dilakukan dengan
Pendampingan dilakukan setelah kegiatan pelatihan selesai, saya memberikan kesempatan kepada peserta yang ingin menanyakan lebih lanjut terkait dengan materi yang telah disampaikan, peserta
Tahap pendampingan memang dilakukan oleh para mentor, namun dalam pelaksanaannya tidak dijadwalkan secara khusus dan dapat dilakukan kapan saja diluar kegiatan Bengkel Kriya.
25
membuatkan grup WhatsApp bagi peserta yang ingin tanya-tanya lebih mendalam.
dapat bertanya secara langsung maupun melalui sms.
3. Apakah dilakukan evaluasi setelah kegiatan pelatihan selesai?
Evaluasi yang diadakan terkait dengan kegiatan pelatihan yang telah diberikan. Evaluasi yang diberikan berupa tawaran kepada peserta untuk belajar tentang marketing online secara mendalam.
Evaluasi dilakukan dengan mengamati perkembangan peserta dan dibantu dengan memberikan motivasi kepada peserta untuk memulai dalam membuka usaha.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tawaran kepada peserta untuk belajar tentang marketing online dan dilakukan dengan memberikan motivasi kepada peserta untuk memulai dalam membuka usaha.
4. Kendala apa yang muncul selama pelaksanaan kegiatan Bengkel Kriya?
Kendala dalam pelaksanaan terdapat pada fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan seperti laptop yang digunakan dalam pelatihan marketing online, selebihnya saya rasa tidak ada.
Kendala yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan saya rasa tidak ada, karena saya merasa tidak sendiri dalam memberikan pelatihan, peserta ikut serta dan membantu dalam proses pelatihan.
Kendala yang muncul terletak pada fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan kurang lengkap.
26
LAMPIRAN 5
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Erni Listianah
Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 19 Mei 1994
Alamat : Desa Tosaran RT 01/RW 03, Kec. Kedungwuni, Kab.
Pekalongan, Prov. Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan :
- TK Pertiwi Tosaran 1998-2000
- SD Negeri Tosaran Pekalongan 2000-2006
- MTs Negeri Buaran Pekalongan 2006-2009
- SMA Negeri 1 Kedungwuni 2009-2012
- S-1 Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro tahun 2012 – sekarang
27
LAMPIRAN 6
PEMBIMBINGAN DAN KONSULTASI PENULISAN SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
A. IDENTITAS MAHASISWA
1. Nama : Erni Listianah
2. NIM : 13040112140165
3. Peminatan : Ilmu Perpustakaan
4. Alamat : Desa Tosaran RT 01/RW 03, Kec. Kedungwuni,
Kab. Pekalongan, Prov. Jawa Tengah
5. No.HP : 08361893583
6. Alamat email : [email protected]
B. IDENTITAS DOSEN WALI
1. Nama : Yanuar Yoga P, S.Hum., M.Hum.
2. NIP : 198801262015041001
3. Alamat : -
4. No. Telepon : 085643454477
5. Alamat email : -
C. IDENTITAS DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
1. Nama : Drs. Ary Setyadi, M.S
2. NIK : 1958090919840031002
3. Alamat : -
4. No. Telepon : 085642564058
5. Alamat email : -
28
MATRIK PEMBIBINGAN DAN KONSULTASI PENULISAN SKRIPSI
29
30