library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2011-2... · web viewpendekatan...

52
BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Terhadap Sekolah Tinggi Seni Tari 2.1.1 Pengertian Sekolah Tinggi Seni Tari Sekolah Tinggi Tari adalah lembaga Pendidikan Tinggi negeri yang di selenggarakan oleh Department Pendidikan dan Kebudayaan, yang tersususn atas dasar Seni Tari dan Ilmu pengetahuan, yang menyelenggarakan program non gelar 2.1.2 Program Akademis a. Tujuan program akademis sekolah tinggi tari ini di tinjau dari: bidang pendidikan, bidang penelitian, bidang pengabdian masyarakat, bidang pembinaan semasa perguruan tinggi 1. Bidang Pendidikan: Dalam bidang pendidikan, program akademis sekolah tinggi tari bertujuan: menghasilkan lulusan yang merupakan penggerak kemajuan dalam kebudayaan Indonesia, yang memiliki kreatifitas, keahlian, dan karakter yang baik 2. Bidang Penelitian: 8

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Terhadap Sekolah Tinggi Seni Tari

2.1.1 Pengertian Sekolah Tinggi Seni Tari

Sekolah Tinggi Tari adalah lembaga Pendidikan Tinggi negeri yang di

selenggarakan oleh Department Pendidikan dan Kebudayaan, yang tersususn

atas dasar Seni Tari dan Ilmu pengetahuan, yang menyelenggarakan program

non gelar

2.1.2 Program Akademis

a. Tujuan program akademis sekolah tinggi tari ini di tinjau dari: bidang

pendidikan, bidang penelitian, bidang pengabdian masyarakat, bidang

pembinaan semasa perguruan tinggi

1. Bidang Pendidikan:

Dalam bidang pendidikan, program akademis sekolah tinggi tari

bertujuan: menghasilkan lulusan yang merupakan penggerak kemajuan

dalam kebudayaan Indonesia, yang memiliki kreatifitas, keahlian, dan

karakter yang baik

2. Bidang Penelitian:

Dalam bidang penelitian, tujuannya: menggalakan kegiatan penelitian

yang menunjang pelaksanaan pendidikan

3. Bidang pengabdian masyarakat:

Membina dan mengarahkan masyarakat untuk menciptakan

kehidupan masyarakat yang berbudaya, dalam bidang seni tari

Mengadakan forum tempat bertukar pengalaman di masyarakat

Mengisi acara pementasan tari pada fasilitas pertunjukan kesenian

yang ada

8

Membina duta duta kesenian yang baik, untuk luar negeri

4. Bidang pembinaan sesama Perguruan Tinggi:

Mempertinggi dan mempertahankan suatu pendidikan tinggi seni tari

di Indonesia

Kerja sama di berbagai bidang, antar perguruan tinggi sejenis

b. Sasaran dan Lama Pendidikan

Sekolah Tinggi Tari ini mempunyai program jangka pendek dan jangka

panjang dalam mencapai sasaran pendidikannya, yaitu: (Keputusan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan, 26 Juni 2002)

1. Program Jangka Pendek:

Menghasilkan lulusan Diploma II (D III, disebut juga Penyaji),

dengan paket kurikulum enam semester, dan lama studi tiga tahun.

Menghasilkan lulusan Diploma IV (D IV, disebut juga Penata),

dengan paket kurikulum delapan semester, dan lama studi empat

tahun

2. Program Jangka Panjang:

Dalam jangka panjang direncanakan jenjang yang lebih tinggi,

sebagai lanjutan dari jenjang D IV, yaitu:

Spesialis I (Sp I), dengan paket kruikulum sebanyak empat semester,

dan lama pendidikan dua tahun seterlah D IV

Spesialis II (Sp II), dengan paket kurikulum sebanyak empat

semester, dan lama pendidikan dua tahun setelah Sp I

2.1.3 Materi Pendidikan

Materi Pendidikan dalam sekolah tinggi tari ini diambil dari materi yang

akan diberikan dalam Institut Kesenian Indonesia. Pertimbangannya adalah,

bahwa kurikulum Institiut Kesenian Indonesia dapat dikatakan sudah sempurna,

9

karena diolah dari materi pendidikan di institut institut Seni Tari yang ada.

Selain itu materi pendidikan Institut Kesenian Indonesia ini nantinya akan

menjadi standar bagi pendidikan tinggi kesenian lainnya di seluruh Indonesia. Materi pendidikan yang diajarkan tersebut, terdiri dari:

Semester Mata KuliahSemester SKS

T-P1 2 3 4 5 6 7 8

Mata

Kuliah

Dasar

Umum

(MKDU)

Agama 2 2T

Pancasila 2 2T

Kewiraan 2 2T

Ilmu Budaya

Dasar2 2T

Ilmu Sosial

Dasar2 2T

Ilmu Alamiah

Dasar2 2T

Mata

Kuliah

Dasar

Keahlian

(MKDK)

Filsafat/ Estetika 2 2T

Apresiasi Seni 2 2 4T

Tinjauan Seni 2 2T

Sejarah

Kebudayaan/

Seni

Pertunjukan

2 2 4T

Dramaturgi 2 2 4T

Pengetahuan

Gerak2 2 4T

Bahasa 2 2 4T

Seminar 2 2 4T

Tata Teknik

Pentas2 2 4T

Produksi/

Manajemen2 2 4T

10

Mata

Kuliah

Keahlian

(MKK)

Kurikulum Tari 2 2 2 2 8P

Koreografi 3 3 3 3 12P

Olah Tubuh 2 2 2 2 8P

Teknik Tari 2 2 2 2 3 3 3 3 20P

Iringan/ Musik

tari2 2 4P

Koreologi 2 2 4T

Filsafat Tari 2 2 4T

Karya akhir 6 814T

P

Tata rias &

Busana2 2 4P

Teknik Tari

(pilihan)2 2 2 2 2 2 2 2 16P

Vokal 2 2 4P

Apresiasi Seni

Khusus2 2T

Iringan Tari

Khusus2 2 4P

Seni Karawitan 2 22T

2P

Olah raga/

Kesehatan2 2T

Bahasa/ Sastra

Daerah2 2 4T

Jumlah SKS Program D III =

120/ 56 =

18

9

18

9

18

9

20

10

22

10

24

9

Jumlah SKS Program D IV =

44/17=

18

9

24

8

Jumlah keseluruhannya162

73

Tabel 1. Perician Materi Pendidikan

11

2.1.4 Pola Pendidikan

Pendidikan dalam Sekolah Tinggi Tari ini mengikuti pola sebagai berikut:

a. Sistim satu arah:

Dilaksanakan dalam kegiatan kuliah teori, dan dalam kegiatan demonstrasi

secara langsung, atau melalui media audio-visual.

b. Sistim dua arah:

Pelaksanaan dari kegiatan pendidikan yang bersifat diskusi, seminar,

konsultasi, wawancara, kuliah klasikal bersama/ teori

c. “Self Education”

Mahasiswa dapat juga belajar sendiri, untuk memperdalam pengetahuan

teoritis dengan menggunakan fasilitas perpustakaan.

2.1.5 Faktor Faktor Penunjang Pendidikan

Faktor faktor yang menunjang kelangsungan pendidikan dalam Sekolah

Tinggi Tari ini adalah:

a. Mahasiswa

Mahasiswa yang berhak menjalankan program pendidikan dalam Sekolah

Tinggi Tari ini adalah mahasiswa biasa, luar biasa, dan mahasiswa tugas

belajar

b. Tenaga Pengajar

Lebih diutamakan seorang professional atau seorang seniman yang

berkemampuan setaraf dengan sarjana, dibantu oleh beberapa orang asisten,

yang berpendidikan seniman muda. Tenaga pengajar merupakan dosen tetap

atau tidak tetap (merupakan kerja sama dengan perguruan tinggi atau instansi

lain)

c. Tenaga Non- Edukatif

12

Merupakan pelaksana pengelolaan lembaga, baik segi administatif maupun

pemeliharaan fisik

d. Sarana Pendidikan

Fasilitas yang perlu diperhatikan:

Wadah bagi terlaksananya program pendidikan

Peralatan pakaian dan atribut

Peralatan gamelan

Perlengkapan pendidikan lainnya sebagai penunjang

2.1.6 Struktur Organisasi

Dapat dilihat pada halaman 14

2.1.7 Macam kegiatan dan pengelompokan kegiatan

2.1.7.1 Macam Kegiatan

Seperti lembaga lembaga pendidikan pada umumnya, kegiatan dalam

sekolah tinggi tari juga terdiri dari kegiatan edukatif dan kegiatan non edukatif.

a. Kegiatan Edukatif

Merupakan kegiatan utama dalam lembaga pendidikan, meliputi kegiatan

kegiatan:

13

Kegiatan Rutin Kegiatan Insidential

14

Pelajaran teori

Latihan praktek

Penelitian

Diskusi, ceramah

Seminar

Rekaman/ pendokumentasian

Baca/dengar

Perbaikan alat

Pementasan tari

Acara acara perayaan dan

kegiatan sosial

b. Kegiatan Non edukatif

Merupakan kegiatan dalam bidang pengelolaan pendidikan, yaitu:

1. Administatif

Kegiatan administratif, baik yang bersifat ke dalam (intern), maupun

keluar (ekstern)

2. Penyediaan sarana

Penyediaan sarana penunjang kegiatan dari:

Kejasmanian, diperuntukan bagi pembentukan mahasiswa sehat

Kesejahteraan, dengan menyediakan pemondokan bagi tenang

pengajar, mahasiswa dan pengunjung tertentu

Pemeliharaan sarana, yaitu menyelenggarakan pemeliharaan kegiatan

pendidikan maupun prasarana bangunan

2.1.7.2 Pengelompokan kegiatan

Pengelompokan kegiatan berdasarkan sifatnya, dapat dilihat pada halaman

berikut

15Hunian

2.1.8 Pendekatan Studi Pembahasan

Sekolah Tinggi Tari ini bersifat nasional, dan tidak menonjolkan kesenian

suatu daerah tertentu. Meskipun demikian unsur unsur tradisional Indonesia

tetap diperhatikan dalam desain. Selain itu, bentuk dan pola bangunan juga harus

memperhatikan fungsi bangunan dan kegiatan didalamnya. Sekolah Tinggi Tari

merupakan bangunan yang belum mempunyai standar perhitungan yang khusus.

Oleh karenanya, dalam pendekatan terhadap kebutuhan ruang ruangnya,

digunakan dasar pembahasan dari:

Neufert-Architects’ Data dan Time Saver Standard, untuk standard ruang

yang bersifat umum

Pendekatan dari hasil pengamatan dan pengukuran pemakaian ruang yang

ada di gedung Sekolah Menengah Umum dan studi litelatur Institut Seni

Indonesia (ASTI) di Surakarta

16

PRIVATE

SEMI PRIVATE

UMUM

Penelitian

Pelajaran Teori

Pelajaran Praktek

Ujian

Diskusi

Rapat Pimpinan/ Dosen

Perbaikan AlatAdministasi

Perpustakaan

Seminar

Makan/minum

Sembahyang

Kesehatan

Pementasan

Studi pola gerak yang dibutuhkan oleh penari

Studi litelatur hasil wawancara dengan staf pengajar dan pengelola Institut

Kesenian Jakarta dan ISI Surakarta.

2.1.9 Unsur unsur yang mendasari perancangan fisik

1. Perhitungan Jumlah Kapasitas Pelayanan

a. Mahasiswa

Untuk menghitung kapasitas mahasiswa setiap tahunnya, digunakan

perbandingan jumlah mahasiswa dari ISI Surakarta yang di jadikan

pendekatan dan pertimbangan.Pendekatan pada ISI Surakarta ini

dilakukan berdasarkan pertimbangan:

Sistim pendidkan dan pola kurikulum yang ditetapkan, pada

umumnya sama bagi setiap pendidikan tari

Perkembangan ISI dalam empat tahun terakhir ini, memberikan data

yang cukup baik

Berikut tabel jumlah mahasiswa dari ISI Surakarta periode

2010/2011:

SM

T

Fakultas Seni PertunjukanJumlah

KAR ETNO PED TAR

L P T L P T L P T L P T L P T

I 451

6

6

1

4

35

4

815 2 17

1

2

5

2

6

4

11

575

19

0

III 381

9

5

7

2

72

2

95 5 6

1

7

2

376 38

11

4

V 211

1

3

2

1

85

2

37 2 9 5

3

0

3

551 48 99

VII 25 73

2

1

54

1

98 8 4

2

2

2

652 33 85

17

SM 1 1 1 1 2 2

IX+ 271

1

3

8

4

07

4

716 16 8

2

6

3

491 44

13

5

T15

7

6

4

2

2

1

1

4

4

2

3

1

6

7

51 4 553

5

1

4

7

1

8

2

38

7

23

8

62

5

Tabel 3. Jumlah Mahasiswa ISI Surakarta 2010/2011

b. Tenaga Pengajar

Jumlah tenaga pengajar diperhitungkan dengan dasar pertimbangan:

Tidak semua pelajaran dipegang oleh seorang dosen mengingat

kurangnya tenaga pengajar ahli, disamping adanya mata kuliah yang

hampir sama

Kemungkinan tenaga pelatih dalam praktek juga mengajar teori

Perbandingan antara pengajar dan mahasiswa yang ideal, agar

pelajaran yang diberikan dapat diterima dengan baik:

- Untuk Teori 1 : 22 Sampai dengan 1 : 60

- Untuk Praktek 1 : 8 Sampai dengan 1 : 20

Maka, tenaga pengajar diperhitungkan berdasarkan rasio 1 : 40 untuk

teori, dan 1 : 15 untuk praktek, sehingga diperoleh jumlah ( 1/ 40 x 600)

+ (1/15 x 600 ) = 55 orang

c. Tenaga Non Edukatif

Merupakan tenaga pelaksana pengelolaan Sekolah Tinggi Tari, yang

terdiri dari:

Ketua 1 orang

Pembantu Ketua 1 orang

Sekretaris 1 orang

18

Bidang Pendidikan & Penelitian:

- urusan edukatif 2 orang

- urusan penelitian/ pengembangan 2 orang

Bidang Administrasi:

- urusan organisasi & humas 2 orang

- urusan tata usaha 1 orang

- sub urusan personalia 2 orang

- sub urusan keuangan 3 orang

- sub urusan umum/ rumah tangga 2 orang

agenda / arsip 1 orang

juru tik 2 orang

pembantu 2 orang

Bidang Kemahasiswaan:

- urusan kegiatan mahsasiswa 1 orang

- urusan konsultasi mahasiswa 1 orang

Jumlah 24 orang

2. Sarana Pendidikan

Sarana untuk menunjang pelaksanaan pendidikan terdiri dari:

Sarana Edukatif Sarana non edukatif:

- Ruang kuliah teori

- Ruang latihan/ praktek terutup

dan terbuka

- Perpustakaan

- Hunian

- Kantin

- Ruang terbuka/ taman

untuk istirahat, untuk

19

- Alat alat audio visual

- Pakaian dan atribut tari

- Beberapa perangkat gamelan

Jawa

- Atribut dan peralatan

pertunjukan wayang

- Buku buku kepustakaan/litelatur

- Alat alat olah raga/ kesehatan

komunikasi dan interaksi

antar mahasiwa

- Transportasi

2.1.10 Penentuan Kapasitas dan Ruang yang dibutuhkan

Berikut Jenis Tari Jawa yang dibahas dalam Sekolah Tinggi Seni Tari di

Jakarta Barat:

- Tari Eka Prawiro - Tari Rama

- Tari Wanoro - Tari Lesmana

- Tari Gambir Anom - Tari Hanoman

- Tari Tandingan Alus - Tari Subali

- Tari Tandingan Putri - Tari Sugriwo

- Tari Lawung - Tari Dewi Tara

- Tari Pamungkas Manggolo - Tari Raksasa

Dibyo ( Fragmen) - Tari Cakil

- Tarii Bondan - Tari Bambangan

- Tari Suko reno - Tari Topeng Klono

- Tari Gambyong Alit - Tari Sumbung Langu

- Tari Gambyong Ageng - Tari Serimpi

20

Jenis tari yang dijadikan studi pembahasan adalah tari ekoprawiro, lawung,

bondan, gambyong, sugriwo dan yang dijadikan patokan dalam mendesain

adalah tari ekoprawiro karena jenis tari ini membutuhkan ruang atau space yang

paling besar sehingga untuk jenis tari lain yang kebutuhan ruang atau spacenya

lebih kecil dari tari ekoprawiro bisa menggunakannya. Besar kebutuhan ruang

yang diperlukan tergantung pada jenis kegiatan, jumlah pemakai, sarana

penunjang pendidikan, dan waktu penggunaannya. Dari kurikulum yang

ditentukan, jumlah pengajaran rata rata ± 38 jam / minggu. Kegiatan sekolah

dimulai dari jam 07.00 sampai jam 19.00, dengan istirahat 3 jam, kecuali hari

sabtu, jam 07.00 sampai dengan 13.00 akan tetapi tidak menutup kemungkinan

mereka berlatih hingga dini hari. Ruang ruang yang dibutuhkan ini

dikelompokan atas: kelompok edukatif, kelompok semi edukatif, kelompok

administatif, dan kelompok pelengkap

Dasar kebutuhan ruang:

Dasar jenis gerak:

Gerak mengikuti arah gerak jari jari lingkaran:

Jenis gerak

demikian

membutuhkan ruang

gerak minimum :

22/7 x (1/2 x

1.65)2= 2.14 m2

21

Gerak mengikuti arah busur lingkaran

Jenis gerak

demikian

membutuhkan

ruang gerak

minimum : 22/7

x 1.652 =

8.55 m2

Jadi dapat disimpulkan, ruang gerak minimum untuk latihan gerak dasar

= 2.14 m2, dan untuk latihan bersama = 8.55 m2

2.2 Tinjauan Umum Terhadap Asrama

Berdasarkan, Situs Wikipedia.OrgAsrama adalah suatu tempat penginapan

yang di tunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murdi

sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar

yang dapat di tempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para

penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama dari pada

hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa

tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya

yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya

apartemen.Selain untuk menampung murid-murid asrama juga sering ditempati

peserta suatu pesta olahraga.

Ada beberapa kelebihan memasukkan anak di asrama. Pertama, anak

terjamin dalam hal makanan, karena biasanya asrama tersebut menyediakan

makanan, daripada anak yang kos di luar asrama harus mencari makan sendiri.

Dengan demikian kesehatan anak lebih terjamin dengan asupan makan yang

22

teratur dan bergizi, sehingga anak menjadi lebih konsentrasi dalam belajar.

Kedua, ada pendampingan dari pihak sekolah, seperti di Sang Timur, asramanya

didampingi oleh seorang Suster. Dengan adanya pendamping, siswa lebih

terkontrol kegiatannya maupun pergaulannya. Sehingga kekawatiran orang tua

bisa jauh berkurang. Pengaruh buruk dari pergaulan pun dapat dikurangi.

Ada beberapa keunggulan boarding school (sekolah dengan asrama) jika

dibandingkan dengan sekolah regular yaitu:

Program Pendidikan Paripurna

Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan

akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini

terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program

pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat

merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program

pendidikan keagamaan, academic development, life skill(soft skill dan hard

skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak

hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam

konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.   

Fasilitas Lengkap

Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari

fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik dan fasilitas kamar asramanya

yang berkualitas dan menunjang kegiatan siswa dan siswi yang tinggal di

sana 

Guru yang Berkualitas

Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas

guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Masih

terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan

kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan

pengasuhan dilakukan oleh guru asrama. 

Lingkungan yang Kondusif

Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek

sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau

bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang

23

dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa melihat langsung

praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di

dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. 

Jaminan Keamanan

Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan

siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola

pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. 

Jaminan Kualitas

Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas

yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan

terkontrol,  dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan

sekolah konvensional. 

2.2.1 Studi Banding Asrama

2.2.1.1 Asrama Bina Nusantara

Gambar 1. Asrama Bina Nusantara

Nama : Binus Square

Luas Lahan : 1,4 hektar

Jumlah Tower : 4 Tower ( 2 putra, 2 putri )

Ketinggian Lantai : 17 Lantai

Jumlah Kamar : 1544 unit (single room, twin sharing room, 138 family

guest’ rooms)

Konsep Bangunan : Green Building

- Menciptakan cross ventilation = dua teras terbuka saling bersilangan

- Menggunakan system recycling

- Mengefisiensikan penggunaan listrik

24

Fasilitas : - Meeting Room

- Lounge and Coffee shop

- Cafetaria

- Reading room

- Gym, Swimming pool, Outdoor sport area

- Games room

- 24 hours minimart

- Beauty salon

- ATM center

- Shuttle service

2.2.1.2 Asrama Universitas Pelita Harapan

-Terdiri dari 2 gedung asrama yang

terpisah 1 untuk putra, 1 untuk putri

- Setiap Mahasiswa diwajibkan

mengikuti kegiatan Belajar

masing-masing maupun

kelompok atau menggunakan

ruang musik

- Tiap gedung memiliki dapur untuk

masak bersama

-Lapangan olahraga yang merupakan

fasilitas universitas pelita harapan

sendiri Cth : kolam renang, lapangan sepakbola, lapangan basket, dll

-Memiliki perpustakaan (fasilitas

universitas)

Asrama Putra

- Setiap Kamar dihuni oleh 6 anak

- Memiliki dua perbedaan, yaitu AC (untuk mahasiswa biasa) dan NON

AC (untuk mahasiswa beasiswa)

- Memiliki Ruang untuk menonton TV bersama

- Kamar Mandi bersama (diluar dari kamar)

- Memiliki tempat untuk mencuci dan menyetrika baju sendiri

25

Gambar 2. Asrama UPH

- Terdapat ruang isolasi (untuk murid yang sakit)

- Akses lantai 1-2 menggunakan tangga, 3 ke atas menggunakan LIFT

Asrama Putri

- Setiap Kamar dihuni oleh 2-3 anak

- Kamar mandi terletak di dalam kamar masing-masing

- Letaknya di atas kantin dan perpustakaan Universitas Pelita Harapan

- Memiliki Ruang Rekreasi yang terdiri dari

1. Ruang TV

2. Dapur (lebih besar dibandingkan dapur untuk asrama putra)

3. Pantry

4. Ruang Makan

5. Meja Belajar

- Akses menggunakan tangga

2.3 Tinjauan Umum Terhadap Sustainable Architecture

2.3.1 Pengertian Sustainable Architecture

Sustainable / Berkelanjutan : How biological systems remain diverse and

productive over time/ Bagaimana sistem

biologis tetap beragam dan produktif dari

waktu ke waktu.

Architecture / Arsitektur : art of building/ seni membangun.

Sehingga Sustainable Architecture/ Arsitektur berkelanjutan adalah

pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih

lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang

dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis

manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian.

Gejala terjadinya pemanasan global dapat diamati dan dirasakan dengan

adanya:

- Pergantian musim yang tidak bisa diprediksi

- Hujan badai sering terjadi di mana-mana

- Sering terjadi angin puting beliung

26

- Banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan

- Penyakit mewabah di banyak tempat

- Terumbu karang memutih

Banyak ahli berpendapat bahwa penyebab utama pemanasan bumi adalah

aktivitas manusia walau ada penyebab lainnya yang bersifat alami. Penyebab

pemanasan bumi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia ini antara lain:

- Pembakaran bahan bakar batu bara, misalnya untuk pembangkit listrik

- Pembakaran minyak bumi, misalnya untuk kendaraan bermotor

- Pembakaran gas alam, misalnya untuk keperluan memasak

Akibat dari proses pembakaran itu, karbon dioksida dan gas lainnya terlepas

ke atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca. Jika gas rumah

kaca yang memenuhi atmosfer semakin banyak maka akan semakin kuat juga

menjadi isulator yang menyekat panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke

permukaan bumi. Diperkirakan proses menghangat dan mendinginnya bumi ini

telah saling berganti-ganti dan kurang lebih terjadi selama 4 milyar

tahun(Akankah Indonesia tenggelam akibat pemanasan global?, Gatut

Susanta,Hari Sutjahjo).

Adanya fakta lingkungan seperti yang terjadi diatas, secara tidak langsung

menjadi sebuah tuntutan kepada generasi saat ini untuk dapat bijak dan tanggap

dalam merespon permasalahan yang ada tersebut. Dan sebagai mahasiswa

arsitektur, penyusun merasa memiliki andil dalam usaha merespon kondisi

tersebut dengan mendesain sebuah bangunan yang tanggap terhadap perubahan

iklim yang terjadi melalui pendekatan-pendekatan terhadap sebuah rancangan

arsitektur hijau atau arsitektur berkelanjutan.

Six Principles are proposed that together could build into a green

architecture(Brenda and Robert Vale, 1991, p158):

Principle 1: Conserving Energy

A building should be constructed so as to minimize the

needs of fossil fuels to run it

Principle 2 : Working with climate

27

Building should be designed to work with climate and

natural energy sources

Principle 3 : Minimizing new resources

A building should be designed so as to minimize the use of

new resources and, at the end of its useful life, to form the

resources for other architecture

Principle 4 : Respect for users

A green architecture recognizes the importance of all the

people involved with it

Principle 5 : Respect for site

A building will “touch this earth lightly”

Principle 6 : Holism

All the green principles need to be embodied in a holistic

approach to the build environment

Arsitektur hijau atau arsitektur berkelanjutan adalah suatu pendekatan pada

bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada

kesehatan manusia dan lingkungan. (Sumber: http://lifestyle.okezone.com -

Hemat Energi Dengan Arsitektur Hijau - Rabu, 15 Juni 2008). Dengan tidak

hanya memiliki fokus utama pada sebuah bangunan sebagai objek, arsitektur

berkelanjutan juga dituntut untuk memiliki fokus terhadap lingkungan dimana

bangunan itu berada.

Hingga saat ini, pembangunan sebuah bangunan masih berfokus pada

peruntukan dan kenyamanan ruang dalam pemakaiannya, tanpa memperhatikan

respon apa yg dimiliki bangunan tersebut terhadap tantangan perubahan iklim

dari waktu ke waktu. Dalam desain Sekolah Tinggi Seni Tari, respon Sekolah

Tinggi Seni Tari dalam menjawab tantangan perubahan iklim dari waktu ke

waktu berkaitan dengan isu Global warming akan menjadi perhatian penyusun,

untuk mendesain bangunan ini menjadi sebuah bangunan ramah lingkungan

yang tentunya sustainable.

28

Sesusai dengan topik Sustainable Architecture, maka penyusun akan

menggunakan elemen utama yaitu pencahayaan alami dalam mendesain Sekolah

Tinggi Seni Tari kali ini. Dengan dilengkapi pengetahuan dan perkembangan

terhadap usaha penghijauan, bangunan ini diharapkan dapat menjadi sebuah

bangunan sehat yang dapat dengan cerdas meminimalkan pemakaian energi

yang tidak terbarukan dengan konsep Sustainable Design tersebut.

2.4 Tinjauan Khusus Permasalahan Arsitektural

Secara klasik iklim tropis dibagi dua: tropis basah dan tropis kering. De Wall

membagi iklim tropis menjadi 10 klasifikasi berdasarkan suhu harian rata-rata

dan perbedaan antara suhu siang dan malam. Dalam pengelompokan ini, hanya

kota atau wilayah yang memiliki suhu udara harian rata-rata 28°C atau lebih

dimasukan dalam katagori iklim tropis. Jakarta disebutkan masuk dalam kategori

pertama, dengan suhu rata-rata 28°C serta deviasi sekitar 7°. (Sumber: Wujud

Kota Tropis Di Indonesia: Suatu Pendekatan Iklim, Lingkungan Dan Energi/Tri

Harso Karyono).

Adapun teori mengenai ciri-ciri dan masalah bangunan pada iklim tropis

adalah sebagai berikut:

Ciri-ciri iklim daerah tropis basah adalah presipitasi dan kelembaban tinggi

dengan temperatur. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat.

Pertukaran panas sedikit karena tingginya kelembaban.

Masalah bangunan daerah iklim tropis basah adalah panas yang tidak

menyenangkan. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat. Perlu

perlindungan terhadap matahari, hujan dan angin.

Hal penting yang harus diperhatikan pada daerah iklim tropis basah adalah

bangunan terbuka dengan jarak yang nyaman untuk sirkulasi udara. Orientasi

utara-selatan, dengan lebar bangunan untuk ventilasi silang, serta diberi

penenduh disekitar bangunan. Bangunan ringan dengan daya serap panas

yang rendah.(Sumber: Bangunan Tropis,p18/Georg Lippsmeier).

Berkaitan dengan teori mengenai temperatur udara pada bangunan,

penyinaran langsung dari sebuah dinding bergantung pada orientasinya terhadap

matahari, dimana pada iklim tropis fasade timur merupakan sisi yang paling

29

banyak terkena radiasi matahari, sehingga dapat disolusikan dengan penggunaan

beberapa bahan yang mampu meyerap 50%-95% radiasi matahari. (Sumber:

Bangunan Tropis,p32-34/Georg Lippsmeier).

Melalui teori-teori tersebut, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kenyamanan dalam ruangan tertutup adalah temperatur udara,

kelembaban udara, temperatur radiasi rata-rata dari dinding dan atap, kecepatan

gerakan udara, tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya pada dinding

pandangan. Menurut hasil penyelidikan terhadap batas-batas kenyamanan yang

dinyatakan dalam Temperatur Efektif (TE), untuk daerah Jakarta adalah sebagai

berkut:

Tabel 4. Temperatur Efektif Jakarta

(Sumber: Bangunan Tropis,p36-37/Georg Lippsmeier).

2.5 Tinjauan Khusus Pencahayaan

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat

pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang

sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan

pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :

a. Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

b. Ukuran dan posisi lubang cahaya.

c. Distribusi terang langit.

d. Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

Bangunan sekolah tinggi tari sebagai wadah suatu kegiatan yang sifatnya

berkelanjutan, sangat menuntut adanya sistim penerangan yang baik dan teratur.

Penerangan terhadap pencahayaan terbagi menjadi 2 yaitu pencahayaan alami

dan pencahayaan buatan. Kedua sistem penerangan ini memiliki penilaian

sendiri sendiri.

Kerugian Keuntungan

30

Pencahayaan buatan -Biaya cukup tinggi

-Perlu pemeliharaan

-Menimbulkan suara,

khususnya yang

menggunakan generator

Pencahayaan tetap dan

dapat diatur menurut

kebutuhan

-Memiliki banyak unsur

unsur dekoratif

-Kemampuan penyinaran

cukup tinggi

Pencahayaan alami -Pencahayaan sangat

tergantung kepada cuaca,

tidak baik bagi ruang

ruang yang menuntut

pencahayaan tetap

-Penerangan yang

diberikan kadangkala

dibarengi penghawaan

yang cukup panas

-Lebih ekonomis

-Memberi efek

psikologis pada pemakai

untuk mengarah

kehidupan yang bersifat

alamiah

-Mendekati sifat

kehidupan tradisionak

-Lebih menyehatkan

Tabel 5. Perbandingan pencahayaan alami dan buatan

2.6 Tinjauan Khusus Pengaruh Kaca Terhadap Pencahayaan

Kemampuan bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami akan mengurangi

besar energi pencahayaan. Cahaya alami diperhitungan dengan kedalaman

efektif dua kali tinggi ambang atas jendela dan intensitas cahaya 350 lux. Total

energi pencahayaan elektrikal dan pencahayaan alami pada empat bangunan

obyek kasus adalah antara 41.13 – 41.16 kWh/m2

Pemanfaatan cahaya alami yang besar terdapat pada bangunan Gedung

Ekonomi dan Graha Pena dengan 18.28 kWh/m2 dan 17.96 kWh/m2 atau

44.44% dan 43.66% dari total kebutuhan pencahayaan. Pada Graha Pangeran

dan Wisma Dharmala pemanfaatan cahaya alami bernilai kecil, hanya 2.30

kWh/m2 dan 8.20 kWh/m2 atau 5.59 % dan 19.93%.

Secara umum perbedaan pemanfaatan cahaya alami tersebut disebabkan

oleh perbedaan WWR, jenis kaca yang digunakan, serta penggunaan elemen

pembayangan. Dan juga luasan lantai yang terlayani oleh pencahayaan alami

akibat perletakan bidang kaca.

31

Gambar 3. Besar Cahaya Alami yang Didapat Melalui Bidang Kaca dan Kebutuhan

Energi Pencahayaan

Gedung Ekonomi dan Graha Pena mendapat cahaya alami yang besar karena

kedua bangunan mempunyai selubung bangunan dengan WWR total 39 – 42 %,

sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh bidang kaca juga banyak. Jenis kaca

yang digunakan mempunyai kemampuan meneruskan cahaya hingga 0.43.

Tanpa adanya pembayangan, maka cahaya yang diperoleh hampir

seluruhnya berasal dari komponen langit. Perletakan kaca yang menerus

mengelilingi sisi bangunan menyebabkan luas lantai yang terlayani oleh cahaya

alami cukup besar. Graha Pangeran hanya sedikit sekali mendapat cahaya alami

karena WWR hanya 25 %, sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh bidang

kaca pun sedikit. Walaupun tidak mempunyai elemen pembayang yang

memungkinkan komponen langit dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai

sumber cahaya, kemampuan kaca untuk meneruskan cahaya hanya 0.20

sehingga hanya seperlima jumlah cahaya yang dapat masuk dan diterima di

dalam ruang. Sedang perletakan bidang kaca hanya pada bagian tengah masing-

masing sisi bangunan menyebabkan luas lantai yang terlayani cahaya alami juga

tidak besar.

Dibandingkan dengan Graha Pangeran, Wisma Dharmala mendapat cahaya

alami yang relatif lebih besar, walaupun cahaya yang didapat lebih banyak

berupa cahaya dari komponen refleksi eksternal karena elemen pembayangan

yang ada hampir menutup keseluruhan komponen langit. Jenis kaca yang

mempunyai kemampuan meneruskan cahaya 0.27 berpengaruh pada

peningkatan penerimaan cahaya alami, walaupun WWR total hanya 22 %.

Bentuk bangunan yang memanjang utara selatan dengan perbandingan lebar

dan panjang bangunan 1:2 –1:4 menyebabkan sisi barat dan timur menjadi

32

dominan. Bidang kaca yang cukup luas, yang diletakkan di sepanjang sisi barat

dan timur bangunan, ditambahkan dengan sebagian kaca dengan luasan yang

lebih kecil di sisi utara dan selatan, telah memberikan pencahayaan alami untuk

lantai yang cukup luas. Beban Pendinginan dan Kebutuhan Energi Pendinginan

Beban pendinginan digolongkan menjadi beban internal dan beban eksternal.

Pada penelitian ini yang menjadi fokus diskusi adalah beban eksternal

sedangkan beban internal tidak dibahas. Besar beban internal, beban eksternal

dan total beban pada empat kasus adalah seperti pada gambar 2.

Gambar 4. Beban Pendinginan

Internal dan eksternal

Total beban pendinginan pada Gedung Ekonomi dan Graha Pena cukup

besar berkisar 242,76-302.41 kWh/m2, sedang pada Graha Pangeran dan Wisma

Dharmala hanya 132.67 kWh/m2 dan 142.29 kWh/m. Perbedaan beban eksternal

pada masing-masing bangunan ternyata membedakan nilai beban

pendinginannya. Adapun beban eksternal merupakan beban yang dipengaruhi

oleh elemen selubung bangunan, terdiri atas perolehan panas secara konduksi

melalui atap, dinding dan kaca, perolehan panas radiasi melalui kaca, dan

perolehan panas secara konveksi akibat ventilasi/infiltrasi

Gambar 5. Grafik Rincian Beban Ekternal

33

Perolehan panas ventilasi/infiltrasi, yaitu rembesan udara luar yang lebih

panas melalui celah jendela kaca. Pada Graha Pangeran dan Wisma Dharmala

merupakan bagian terbesar yaitu 49.69 % dan 39.74 %. Sedangkan pada Gedung

Ekonomi dan Graha Pena nilainya berkisar antara 22.48 - 26.69 %.

Pada kedua gedung yang disebut terakhir, presentase tersebut merupakan

perolehan panas terbesar kedua setelah perolehan panas radiasi pada kaca. Nilai

peningkatan perolehan panas infiltrasi/ventilasi terkait dengan besarnya WWR.

Semakin besar WWR akan semakin panjang perimeter bidang kaca sehingga

semakin besar pula volume rembesan udara yang terjadi melalui celah tersebut.

Perolehan panas radiasi melalui kaca pada Gedung Ekonomi dan Graha Pena

merupakan bagian beban ekternal terbesar dan nilainya juga sangat besar,

mencapai 64.99 - 115 kWh/m2 atau 50.36 - 57.25 %. Sedang pada Graha

Pangeran dan Wisma Dharmala perolehan panas radiasi hanya merupakan

bagian kecil, nilainya hanya 3.18 - 6.00 kWh/m2 atau 7.36 % -14.01 %.

Perolehan panas radiasi ini menunjukkan bahwa pada Gedung Ekonomi dan

Graha Pena pengaruh luas bidang kaca (WWR) sangat dominan dalam perolehan

panas bangunan. Perbedaan nilai panas radiasi yang sangat mencolok dan nilai

perolehan panas ventilasi/ infiltrasi inilah yang menyebabkan perbedaan besar

pada nilai total beban panas eksternal.

Nilai ini akan berpengaruh pada nilai beban pendinginan sebagaimana

terlihat pada tabel 1. Total beban pendinginan Gedung Ekonomi Graha Pena

lebih besar 70% dari Wisma Dharmala dan lebih besar 83% dari Graha

Pangeran. Dari perbedaan beban pendinginan yang cukup besar tersebut

menimbulkan kebutuhan energi pendinginan yang besar juga. Pada gilirannya

hal ini yang akan menambah kebutuhan total energi operasional bangunan.

34

Tabel 6. Empat Bangunan Obyek Kasus

Penggunaan kaca sebagai elemen arsitektur sangat menonjol belakang ini

terutama pada bangunan-bangunan tinggi di Indonesia serta tempat lain di dunia.

Selain untuk memasukan cahaya matahari bagi penerangan alami bangunan,

kaca juga berfungsi memasukkan nuansa alam luar kedalam bangunan, dalam

pengertian manusia yang ada dalam bangunan dapat menjangkau alam luar

secara visual.

35

6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43

6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43

6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43

6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43

Hal ini cukup penting dalam kaitannya dengan kebutuhan psikologis manusia

agar tidak merasa terkurung dalam ruang yang terbatas dalam bangunannya.

Dilain pihak kaca juga memegang peran penting pada bangunan dalam

kaitannya dengan aspek estetika. Bahan kaca sebagai fasade bangunan masih

dianggap mampu memberikan kesan tertentu yang dapat memberikan daya tarik

komersil tersendiri.

Pengaruh material kaca terhadap penggunaan energi pada bangunan

disebabkan karena selubung bangunan yang berasal dari bahan kaca yang dapat

menimbulkan efek rumah kaca, maka dimanfaatkan fenomena ini secara positif.

Di daerah yang beriklim sedang atau dingin, umumnya efek rumah kaca ini

mereka manfaatkan sedemikian rupa pada musim dingin untuk menaikan suhu

ruang, sehingga energi untuk pemanas ruang dapat dikurangi. Sejumlah rumah-

rumah di iklim tropis menggunakan kacanya tepat pada sisi selatan ruangan

rumah. Untuk memperoleh penerangan alami bangunan dan menghindari efek

rumah kaca pada Indonesia, maka cara yang dapat dilakukan adalah

menempatkan bagian bangunan yang berselubung pada sisi utara dan selatan

atau memberikan perlindungan berupa penghalang sinar matahari pada bagian

sisi bangunan timur dan barat.

Perbandingan antara kuat terang disuatu titik pada suatu bidang dalam

ruangan dengan kekuatan terang pada saat yang sama di lapangan terbuka pada

bidang yang sama, perbandingan kekuatan pencahayaan alami berbeda-beda

disetiap tempatnya. Berbedaan kekuatan pencahayaan alami adalah sebagai

berikut:

1. Bright sunshine : 100.000 LUX

2. Internasional : 3.000 – 5.000 LUX

3. Indonesia : 10.000 LUX

4. Full moonlight moon : 0.1 LUX

Untuk Indonesia, dalam SNI 03-2396-2001 ditetapkan langit perancangan

berupa langit merata dengan iluminansi pada bidang datar di lapangan terbuka

sebesar 10000 lux.

36

Gambar 6. Pengaruh Material Kaca Gambar 7. Pengaruh Pencahayaan

Gambar 6 Pengaruh Material Kaca

2.7 Tinjauan Khusus Penggunaan Bahan

Material Keuntungan Kerugian

Baja - Cepat dalam pelaksaan

- Konstruksi ringan untuk

bentangan lebar

- Dimensi relative kecil

- Kwalitas homogen

- Bahan masih harus di-

import

- Tidak tahan api

- Pemeliharaan sukar, tidak

tahan terhadap cuaca ya ng

selalu berubah

- Kurang tahan terhadap air

- Bentuk profil kurang

bebas

Beton - Kekakuan tinggi

- Mudah pemeliharaannya

- Dapat menahan beban

- Dimensi besar

- Kualitas tidak homogeny

- Pekerjaan ditempat

37

luar cukup besar tanpa

perubahan bentuk

- Bentuk plastis dan bebas

- Tahan terhadap cuaca dan

api

- Bahan mudah diperoleh

membutuhkan waktu

- Sistim konstruksi

konvisional, bentangannya

terbatas bila di bandingkan

dengan konstruksi beton

pracetak

Kayu - Harga lebih murah

- Mudah di ganti atau

dirubah

- Berat sendirinya ringan

- Mudah didapat

- Isolator yang baik

terhadap listrik dan panah

- Tidak tahan panas

- Tidak tahan terhadap

cuaca

- Mudah terbakar

- Dimensi relative besar

untuk suatu bentangan

- Memiliki perlemahan

pada mata kayu

Tabel 7. List Material Struktur

2.8 Tinjauan Khusus Lokasi Tapak

2.8.1 Alternatif I ( Cengkareng )

- Tapak proyek ini terletak di Deretan Kompleks Mutiara Taman Palem, Jl.

Lingkar Luar Kamal Raya

- Utara : Kawasan Komercial( Apartment City Resort)

- Selatan : Kawasan Komersial

- Timur : Kampus Satyaguma

- Barat : Jalan Tol

- Tapak proyek ini memiliki luas 14896 m2.

- Potensi Lahan:

- Terletak di pusat kota

- Berada pada kawasan komersil dan pendidikan

- Transportasi lancar dan baik

- Memiliki jalur ulititas yang baik

- Perluasan dari Universitas Satyaguma

38

Gambar 8. Peta Lokasi Alternatif Site I

2.8.2 Alternatif II

- Tapak proyek ini terletak di Jln. Puri Kembangan Barat Raya Blok M

- Utara : Pemukiman warga

- Selatan : Pemukiman warga

- Timur : SMA Nortedame, sport center

- Barat : Kawasan Komersial

- Tapak proyek ini memiliki luas 14287 m2.

- Potensi Lahan:

- Terletak di pusat kota dekat dengan kantor walikota

- Berada pada kawasan komersil dan pendidikan

- Transportasi lancar dan baik

- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk Jakarta Barat

39

Gambar 9 Peta Lokasi Alternatif Site II

KRITERIA ALTERNATIF

1 2

Luas Lahan (3)

± 1.5 Ha

(3)

± 1.5 Ha

Pencapaian ke

Lokasi

(3)

Mudah karena dapat diakses

dari segala penjuru Jakarta

baik dengan kendaraan

pribadi maupun angkutan

umum terlebih lagi dekat

dengan jalan tol

(1)

Mudah di akses dari segala

penjuru Jakarta akan tetapi

menggunakan kendaraan

pribadi karena tidak ada

jalur kendaraan umum

serta dekat dengan jalan tol

Jangkauan

Terhadap Struktur

Kota

(3)

Berada di pusat kota

merupakan daerah

pengembangan pendidikan,

kesehatan, pemukiman, dan

perkantoran

(3)

Berada di pusat kota

merupakan daerah

pengembangan pendidikan,

kesehatan, pemukiman,

dan perkantoran

Fungsi

Pendukung

Sekitar Lokasi

(3)

Pertokoan, Kantor, Plaza,

Apartment, Pendidikan,

Sarana Pariwisata lainnya.

(3)

Perkantoran, Kantor,

Apartment, Pendidikan,

sarana pariwisata lainnya,

pemukiman mewah

RUTRK

(Pengembangan

Perdagangan dan

Rekreasi)

(3)

Sesuai

(3)

Sesuai

Fungsi Eksisting (2)

Lahan Universitas

Satyagama yang luas

(3)

Lahan Kosong dan

perumahan

Pengenalan

Entrance

(3)

Baik sekali, Berada di

(2)

Baik, Berada di pinggir

40

pinggir jalan jalan tertutup pemukiman

warga

Kontur Relatif Datar Relatif Datar

Total 20 18

Tabel 8. Tabel Perbandingan Potensi Kawasan

Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas

dasar kriteria pemilihan lokasi proyek maka lokasi tapak di Deretan Kompleks

Mutiara Taman Palem, Jl. Lingkar Luar Kamal Raya dipilih menjadi lokasi

proyek.

2.8.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek

- Lokasi Proyek : Deretan Kompleks Mutiara Taman Palem, Jl. Lingkar

Luar Kamal Raya

- - Batas batas site

- Utara : Kawasan Komercial( Apartment City Resort)

- Selatan : Kawasan Komersial

- Timur : Kampus Satyaguma

- Barat : Jalan Tol

- Luas Lahan :14896 m2.

- Kontur : Datar

- GSB : Berdasarkan lokasi

- KDB : 40%

- Luas lantai dasar : 40% x 14896 = 5958.4 m2.

- Maksimum lapis : 8 lapis.

- KLB : 3

- Luas total bangunan : 3 x 14896 = 44688 m2

- Bangunan Existing : Universitas Satyaguma

41

Gambar 10. Peta Lokasi Proyek

Gambar.

Gambar 11. Kondisi Sekitar Proyek

2.11 Data Studi Banding

Merupakan data tentang proyek serupa yang dapat dijadikan sebagai acuan

dalam mendesain untuk dapat menghasilkan sebuah produk desain yang lebih

matang dalam menjawab fungsi secara tepat dan merespon lingkungan

42

Sarana Pendidikanan

Kondisi Eksisting

Darerah Komersil

Jalan Tol

Jalan Tol

Daerah komersial dan Kesehatan

keberdaannya secara tepat terbagi menjadi 2 yaitu studi literatur dan studi

banding. Dapat dilihat pada halaman 44

2.11.1 Studi Literatur

Berupa kumpulan data terkait yang bersifat kepustakaan, bersumber dari karya

tertulis oleh orang lain untuk dijadikan referensi dalam mendesain.

2.11.2 Studi Lapangan

Berupa kumpulan data yang diperoleh dari kegiatan langsung yang dilakukan

pada lokasi terkait sehubungan dengan informasi yang diperlukan. Data dari

studi lapangan dapat berupa foto, hasil wawancara atau penilaian pribadi yang

dirasakan secara langsung oleh pengamat pada lokasi tempat studinya.

43

44

45

46