panjinugrahablogs.files.wordpress.com · web view, menilai apakah sistem yang akan dibangun dapat...
TRANSCRIPT
BAB II
KEADAAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
1.1 Keadaan Umum Das Schonte CellularKonter pulsa Das Schonte Cellular berdiri sekitar bulan Mei 2006. Das Schonte Cell berorientasi pada penjualan voucher baik fisik maupun elektronik.Das Schonte Cellular merupakan konter milik keluarga, pemiliknya bernama Andi yang berada di Komplek Bumi Panyileukan blok G 13 No 16.Sistem transaksi serta pengolahan data mulai dari arsip pembelanjaan, penjualan, stok saldo sampai keuangan yang ada di Das Schonte Cellular masih menggunakan cara manual meskipun sudah menggunakan computer sebagai alat bantu. Sehingga ditemukan selisih keuangan atau stok saldo yang ada di pembukuan dengan uang atau saldo yang ada.
1.2 Landasan Teori
2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi
2.1.1. Definisi Sistem
Dalam mendefinisikan sistem, terdapat dua kelompok pendekatan, yaitu pendekatan sistem
yang menekankan pada prosedur yang digunakan dalam sistem. Pendekatan ini, mendefinisikan sistem
sebagai berikut:
“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur–prosedur yang berhubungan, berkumpul
bersama–sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaika suatu sasaran
tertentu”, [Jogianto, 1999].
Pendekatan yang kedua lebih menekankan pada elemen atau komponen penyusun sistem.
Pendekatan ini mendefinisikan sistem sebagai berkut:
“Sistem adalah kumpulan dari elemen–elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai satu
tujuan tertentu”, [Jogianto, 1999].
2.1.1.1. Definisi Informasi
Informasi didefinisikan sebagai berikut:
“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya
dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada saat ini ataupun saat mendatang”, [Davis,
1995].
2.1.1.2. Definisi Sistem informasi
Berdasarkan definisi sistem dan definisi informasi yang telah disebutkan di atas, maka sistem
informasi dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan–laporan
yang diperlukan”, [Jogianto, 1999].
Sistem informasi memiliki komponen–komponen sebagai pendukungnya, komponen–komponen
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manusia, misalnya operator.
2. Hardware, misalnya komputer, periferal dan jaringan.
3. Software, berisi perintah-perintah yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memrintahkan
komputer dalam melaksanakan tugas tertentu.
4. Data, merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan informasi.
5. Prosedur, misalnya proses sistem dan teknis.
Selain komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi, juga sistem informasi
memiliki beberapa kegiatan.
Gambar 2.1 Kegiatan-Kegiatan Sistem Informasi, [ Davis, 1993].
a) Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang akan diproses.
b) Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu
informasi yang bernilai tambah.
c) Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan.
d) Kontrol, suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
2.2. Siklus Hidup Pengembangan Sistem
2.2.1. Perencanaan Sistem
Perencanaan sistem informasi memiliki tujuan untuk mengidentifikasi sistem informasi yang
akan dikembangkan, sasaran yang ingin dicapai, waktu pelaksanaan, juga mempertimbangkan dana yang
tersedia. Perencanaan sistem ini juga mencakup perkiraan dari kebutuhan–kebutuhan fisik, tenaga kerja
serta dana yang dibutuhkan.
Sebelum mambangun sebuah sistem, sebaiknya perlu dilakukan analisa kelayakan dari sistem
tersebut. Kelayakan yang ditinjau menyangkut kelayakan operasional, kelayakan teknis, kelayakan
ekonomis kelayakan jadwal serta kelayakan hukum.
a) Kelayakan Operasional, menilai apakah sistem yang akan dibangun dapat dijalankan jika
dikaitkan dengan sumberdaya manusia yang ada, metode pelatihan, pelayanan, perawatan serta
efisiensi dan efektivitas dari sistem tersebut.
Input Proses Output
Kontrol
b) Kelayakan Teknis, menilai apakah perangkat keras dan perangkat lunak yang akan
dikembangkan tersebut tersedia serta menyangkut hal–hal teknis yamg lainnya.
c) Kelayakan Ekonomis, menyangkut analisa biaya pembuatan atau pengembangan sistem yang
baru serta biaya untuk menjalankan sistem tersebut, juga menyangkut keuntungan materil dari
sistem tersebut.
d) Kelayakan Jadwal, menyangkut waktu yang diperlukan untuk membangun atau
mengembangkan sistem yang baru.
e) Kelayakan Hukum, menyangkut apakah sistem yang baru tidak bertentangan dengan hukum
dan undang – undang serta peraturan – peraturan yang berlaku di wilayah hukum indonesia.
2.2.2. Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan suatu sistem berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan
sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Pengembangan sistem
ini terdiri atas sederetan kegiatan yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahapan yaitu antara
lain survei, analisis sistem, desain sistem, pemograman, testing dan pemeliharaan,
[Jogiyanto, 1999].
2.2.2.1. Survei
Survei memiliki tujuan untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan. Dan pada tahap ini dilakukan
identifikasi terhadap kebutuhan sistem yang baru. Identifikasi tidak hanya didasarkan oleh kebutuhan-
kebutuhan baru yang dikehendaki oleh manajemen, tetapi juga memperhatikan kebutuhan pada sistem
yang sudah ada, baik sistem manualistik maupun komputerisasi, [Jogiyanto, 1999].
2.2.2.2. Analisis Sistem
“Analisis Sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian–
bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan–
permasalahan, kesemptan–kesempatan, hambatan–hambatan yang terjadi dan kebutuhan–
kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan – perbaikannya”, [Jogiyanto,
1999].
Alasan yang melatarbelakangi dilakukannya analisis sistem:
1. Dikarenakan sistem yang lama sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan, sehingga diperlukan
pengembangan sistem yang baru. Hal ini memerlukan analisis sistem agar sistem yang baru
dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan.
2. Adanya kebutuhan baru dalam lingkungan atau organisasi di tempat sistem berjalan yang
memerlukan modifikasi untuk mendukung organisasi.
3. Meningkatkan kemampuan atau performansi sistem.
Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan dalam analisis sistem adalah sebagai berikut:
1. Manganalisis klasifikasi data, proses dan fungsi kebutuhan informasi seluruh bagian
organisasi yang merupakan kebutuhan informasi untuk masa yang akan datang.
2. Menganalisis dokumen–dokumen yang bisa dijadikan pedoman bagi tahap pengembangan
berikutnya.
3. melakukan evaluasi terhadap sistem yang sedang berjalan.
2.2.2.3. Desain Sistem
Pengertian desain sistem menurut, [Robert J. Verzello,John Reuter III dalam Jogiyanto, 1999]:
“Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem: pendefinisian dari kebutuhan-
kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi; menggambarkan
bagaimana suatu sistem dibentuk”.
Adapun pengertian menurut, [John Burch & Grundnitski dalam Jogiyanto, 1999]:
“Desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan
pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu
kesatuan yang utuh dan berfungsi“.
Pengertian menurut, [George M. Scott dalam Jogiyanto, 1999]:
“Desain sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang mesti
diselesaikan; tahap ini menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen perangkat
lunak dan perangkat keras dari suatu sistem sehingga setelah instalasi dari sistem akan benar-
benar memuaskan rancang bangun yang telah ditetapkan pada akhir tahap analisis sistem”.
Dengan demikian desain sistem dapat diartikan sebagai berikut suatu proses untuk mndesain
sistem yang baru yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi organisasi.
Desain sistem mempunyai maksud dan tujuan yang utama yaitu sebagai berikut:, [Jogiyanto,
1999].
1. Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem.
2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada program
komputer dan ahli-ahli teknik lainnya.
2.3. Flow Map (Bagan Alir)
Flowmap atau bagan alir adalah bagan yang menunjukan aliran di dalam program atau
prosedur sistem secara logika. Flowmap ini berfungsi untuk memodelkan masukan, keluaran,
proses maupun transaksi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Pembuatan flowmap ini
harus dapat memudahkan bagi pemakai dalam memahami alur dari sistem atau transaksi.
Adapun pedoman-pedoman dalam pembuatan flowmap adalah sebagai berikut:
1. Flowmap sebaiknya digambarkan dari atas ke bawah dan mulai dari bagian kiri dari suatu
halaman.
2. Kegiatan di dalam flowmap harus ditunjukan dengan jelas.
3. Harus ditunjukan dari mana kegiatan akan dimulai dan dimana akan berakhir.
4. Masing-masing kegiatan didalam flowmap sebaiknya digunakan suatu kata yang
mewakili suatu pekerjaan.
5. Masing-masing kegiatan didalam flow map harus didalam urutan yang semestinya.
6. Kegiatan yang terpotong dan akan disambung ditempat lain harus ditunjukan dengan
jelas menggunakan simbol penghubung.
7. Gunakan simbol simbol flowmap yang standar.
Adapun simbol-simbol yang sering digunakan dalam flowmap dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut ini:
Tabel 2.1 Simbol dan Keterangan Flowmap
Simbol Deskripsi
Simbol yang digunakan untuk
menunjukkan awal atau akhir dari suatu
proses
Menunjukkan dokumen input dan output
baik untuk proses manual mekanik atau
komputer
Menunjukkan pekerjaan manual
Menunjukkan multi dokumen
Pengarsipan Data
Menunjukkan Proses
Simbol input/output digunakan untuk
mewakili data input/output
Sumber: [Jogiyanto, 2001].
2.4. Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) atau diagram alir data adalah sebuah teknik grafis yang
menggambarkan aliran informasi dan tranformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input
menjadi output, [ Pressman, 2002]. DFD dapat digunakan untuk menyajikan sebuah sistem atau
perangkat lunak pada setiap tingkat abstraksi.
Notasi yang digunakan untuk membuat suatu DFD diilustrasikan pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2: Simbol dan keterangan Data Flow Diagram
Simbol Deskripsi
Menggambarkan proses yang dilakukan
oleh sistem
Proses
Entitas External
Menunjukkan entitas yang berhubungan
dengan sistem
Objek Data
Menunjukkan arah aliran data
Penyimpanan Data
Menunjukkan tempat penyimpanan data
Sumber: [Andri, 2003]
2.4.1. Levelisasi DFD
DFD dapat dipartisi ke dalam tingkat–tingkat yang merepresentasikan aliran informasi yang
bertambah dan fungsi ideal. Tingkatan–tingkatan yang ada pada DFD, yaitu:
1. Diagram Konteks
Diagram konteks menggambarkan ruang lingkup sistem untuk memberikan pandangan
umum sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD.
2. Diagram Zero
Tingkat yang lebih vawah dari diagram konteks adalah diagram zero atau DFD level 0.
diagram zero menggambarkan proses–proses utama dari sistem.
3. Diagram Level n
Diagram level n adalah hasil dekomposisi dari diagram zero. Diagram level n menjelaskan
prosese secara lebih terperinci. Diagram level 1 merupakan turunan langsung dari diagram
zero, artinya diagram level 1 berada satu tingkat lebih rendah dari diagram zero. Apabila
diagram level 1 ini diuraikan lagi, maka akan terbentuk diagram level 2, dan seterusnya.
2.5. Entity Relationalship Diagram
Entity Relationship Diagram (E-R Diagram) adalah suatu model relasi yang
menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. Diagram E-R
merupakan model E-R yang berisi komponen-komponen himpunan entitas dan himpunan relasi
yang masing-masing dilengkapi atribut-atribut yang mempersentasikan seluruh fakta dari dunia
nyata yang kita tinjau, dan dapat digambarkan dengan lebih sistematis.
Notasi-notasi dalam E-R Diagram yang dapat digambarkan pada tabel 2.3. berikut ini:
Tabel 2.3: Simbol dan keterangan E-R Diagram
Simbol Deskripsi
Entitas
Menunjukkan entitas yang
terhubungan dengan sistem
Atribut
Menunjukkan atribut yang dimiliki
oleh entitas
Relasi
Menunjukkan relasi antar entitas
Link
Menunjukkan link
Sumber: [Fatansyah, 1999].
2.5.1. Kardinalitas / Derajat Relasi
Kardinalitas relasi menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan
entitas pada himpunan entitas yang lain.
Bentuk kardinalitas yang terjadi antara dua himpunan entitas:
1. Relasi satu menuju satu (One to One)
Setiap anggota entitas pertama hanya bisa dipetakan kesatu elemen dari entitas kedua dan
sebaliknya.
Contoh satu Mahasiswa mempunyai satu Nim
Gambar 2.2: Contoh Relasi one to one
2. Relasi satu menuju banyak (One to Many)
Setiap anggota entitas pertama boleh dipetakan pada beberapa elemen dari entitas kedua.
Contoh: Satu jurusan mempunyai banyak mahasiswa
Gambar 2.3: Contoh Relasi one to Many
3. Relasi banyak ke satu (Many to One)
Beberapa anggota entitas pertama boleh dipetakan ke satu elemen yang sama dari entitas
kedua.
Contoh: Dalam perundang-undangan Indonesia setiap penduduk hanya boleh memeluk satu
agama.
Gambar 2.4: Contoh Relasi Many to one
4. Relasi banyak ke banyak (Many to Many)
Beberapa anggota entitas pertama boleh dipetakan lebih dari satu pada elemen entitas kedua
dan sebaliknya.
Contoh: Pada sistem pengajaran di Perguruan Tinggi setiap mahasiswa dapat mengambil mata
kuliah lebih dari satu dan setiap mata kuliah dapat diambil oleh lebih dari satu mahasiswa.
Gambar 2.5: Contoh Relasi Many to many
2.5.2. Normalisasi
Normalisasi adalah sebuah teknik untuk mengoptimasi rancangan database relasional dan
membebaskan rancangan tersebut dari keganjilan dan persoalan yang potensial.secara sederhana,
normalisasi dapat melibatkan pemecahan data dalam tabel ke dalam tabel yang lebih kecil sampai tiap
atribut dalam tiap tabel hanya bergantung pada (beberapa) kunci dalam tabel tersebut.
Dalam normalisasi, sebuah basis data dikatakan baik apabila setiap tabel yang menjadi
unsur pembentuk basis data juga telah berada dalam keadan baik atau normal. Tabel dapat
dikategorikan baik ataupun normal, jika telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Jika ada penguraian (dekomposisi) tabel, maka dekomposisinya harus dijamin aman.
2. Terpelihanya ketergantungan fungsional pada saat perubahan data.
3. Tidak melanggar Boyce–Code Normal Form (BCNF).
Kriteria–kriteria di atas merupakan kriteria minimal untuk mendapatkan prediksi
efisien/normal bagi sebuah tabel.
Adapun bentuk–bentuk normal pada database adalah sebagai berikut:
Kriteria tersebut diantaranya:
1. Bentuk Normal Tahap Pertama (1NF)
Bentuk 1NF terpenuhi jika, sebuah table tidak memiliki atribut bernilai banyak atau
lebih dari satu atribut dengan domain nilai yang sama.
2. Bentuk Normal Tahap Kedua (2NF)
Bentuk 2NF terpenuhi jika pada sebuah table, semua atribut yang tidak termasuk key
primer memiliki ketergantungan fungsional pada key primer secara utuh.
3. Bentuk Normal Tahap Ketiga (3NF)
Bentuk 3NF terpenuhi jika, untuk setiap KF dengan notasi X A, dimana A
mewakili semua atribut tunggal didalam table yang tidak ada dalam dalam X. maka X
haruslah superkey pada table tersebut atau A merupakan bagian dari key primer dari
table tersebut.
4. Boyce-Code Normal Form (BCNF)
BCNF terpenuhi jika, pada normalisasi sudah menghasilkan table–table yang berkualitas
baik.
2.6. Basis Data
2.6.1. Definisi Basis Data
Menurut Fatansyah, basisdata dapat didefinisikan sebagai berikut:
Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian
rupa agar kelak dapat dimanfaatkan dengan mudah, efektif dan efisien.
Kumpulan data yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa yang disimpan
secara bersama sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan.
Kumpulan file, atau tabel, atau arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media
penyimpanan elektronis,[Fatansyah,1999].
2.6.2. Perancangan Basis Data
Perancangan basis data untuk sistem informasi pendaftaran pasien rawat jalan ini
menggunakan pemodelan database relasional. Perancangan basis data ini dimaksudkan untuk
menjelaskan hubungan antar entity yang ada didalam sistem. Entity relasional berisi komponen-
komponen himpunan entity dan himpunan relasi yang masing–masing dilengkapi dengan
atribut–atribut yang merepresentasikan seluruh fakta yang ditinjau.
Perancangan basis data diperlukan agar kita bisa memiliki basis data yang kompak dan
efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan, cepat dalam pengaksesan dan mudah dalam
pemanipulasian ( tambah, ubah, hapus ) data. Dalam merancang basis data kita dapat
melakukannya dengan:
1. Menerapkan normalisasi terhadap struktur tabel yang telah diketahui
2. Membuat model entity relasionalship
Perancangan basis data seringkali diasosiasikan dengan pembuatan model Entity
Relasionalship dimana kelompok-kelompok data dan relasi antar kelompok data tersebut
diwujudkan dalam bentuk diagram. Hal itu tidaklah salah karena model memang merupakan
representasi nyata dari sebuah perancangan, [Fathansyah, 1999].
2.6.3. Perancangan Model Data
Model data bisa berbasis objek, record atau lainnya. Perancangan model data ini sudah
didukung oleh paket-paket program yang ada dalam Database Management Sistem ( DBMS ).
Dukungan yang diberikan adalah Data Definition Language ( DDL ) untuk mendefinisikan
struktur data, dan Data Manipulation Language ( DML ) untuk pengelolaan data (operator),
[Fathansyah, 1999].
2.6.4. Structured Query Language (SQL)
SQL merupakan kependekan dari Structured Query Language. SQL merupakan bahasa
standar yang digunakan untuk melakukan manipulasi data seperti penyimpanan data ke suatu
tabel lalu kemudian mengubahnya atau menghapusnya atau hanya sekedar menampilkannya
kembali.
Sebuah sistem basis data dalam proses manajemennya perlu adanya interaksi dengan
pemakai baik tingkat administrator sampai ke tingkat operator. Hal ini biasanya disediakan oleh
user-interface yang mana perintah-perintah dari pemakai diterjemahkan langsung menjadi
bahasa mesin dan langsung mengakses pada level fisiknya.
Konsep ini masih dipakai pada database konvensional seperti DBASE dan Foxpro
namun sejak ditemukannya konsep basis data berrelasi mulailah era basis data dengan relasi
yang ditandai dengan munculya RDBMS karena fleksibilitas dan kemampuannya yang tangguh
muncul sebagai sistem database kelas server.
Basis data relasional ini mempunyai cara kerja dengan menterjemahkan sebuah
perintah yang berbentuk kalimat dalam bahasa tertentu yang kemudian dirubah menjadi bahasa
mesin dan digunakan mengakses data pada level fisik. Kalimat tersebut secara umum disebut
sebagai bahasa database dalam perkembangannya beberapa bahasa database dikembangkan
seperti QBE dan SQL namun dalam beberapa tahun terakhir SQL menjadi bahasa standar
sebagai bahasa database, [Fathansyah, 1999].
2.6.4.1. Struktur SQL
Bahasa basis data ini terdiri dari perintah-perintah yang berupa kata-kata yang
mempunyai arti dalam bahasa inggris yang tiap katanya mempuyai arti dan fungsi khusus. Secara
umum perintah-perintah tersebut memiliki fungsi manajemen masing-masing yaitu:,
[Fathansyah, 1999].
- DDL ( Data Definition Language )
Kelompok perintah yang khusus untuk membentuk struktur database seperti membuat tabel,
index , menambah field dan sebagainya.
- DML ( Data Manipulation Language )
Kelompok perintah yang khusus untuk melakukan proses manipulasi data record yang
secara prinsp tidak merubah struktur database
2.6.4.1.1. Perintah DDL
a. CREATE TABLE
Perintah ini untuk membuat tabel baru dengan mendefinisikan nama field, ukuran field,
batasan null value (nilai kosong) dan nilai default dari field kunci., [S. Kusumo, 2002].
Contoh sintak programnya adalah sebgai berikut:
CREATE TABLE [Nama Table]
( [nama field] [ [tipe field] [ukuran field] ] [null value] [opsi field kunci],…)
CREATE TABLE MAHASISWA
( MAHASISWA_ID CHAR(5) NOT NULL PRIMARY KEY, NAMA_MAHASISWA
VARCHAR (25) )
b. DROP TABLE
Perintah ini untuk menghilangkan atau menghapus tabel dari database. Jika perintah ini
dieksekusi maka kondisi yang terjadi: [Fathansyah, 1999]
- Eksistensi tabel dihapuskan dari relasi dan beberapa RDBMS akan memberikan dialog
peringatan sebelum perintah dieksekusi hal ini bertujuan untuk menjamin integritas
relasi antar tabel lainnya.
- Semua data ikut terhapus.
Sintaksnya sebagai berikut:
[DROP COLUMN] [ Nama Field ]
DROP TABLE MAHASISWA
2.6.4.1.2. Perintah DML
a. DELETE
Perintah ini berfungsi untuk menghapus suatu data record pada table Sintaknya adalah:
DELETE FROM [Nama Table] WHERE [Nama_Field] […]
DELETE FROM MAHASISWA WHERE NAMA_MAHASISWA =”ASRUL”
b. INSERT
Perintah untuk menyisipkan data atau record baru pada table sintaknya adalah:
INSERT INTO [ Nama Tabel ] VALUES ([Data Baru] …)
Data baru yang di masukan tersebut akan mengurut menempati field yang kita sebutkan
pada saat mendefinisikan fieldnya, jika memasukan data baru dengan data yang berbeda
tipenya, maka SQL akan memberikan pesan Error.
Contoh Penggunaan INSERT ;
INSERT INTO MAHASISWA VALUES ( ‘0106009’,’ASRUL’)
c. SELECT
Select menerapkan perintah yang sangat penting di SQL karena dengan select kita bisa
membuat tabel virtual dari berbagai macam tabel. Select dapat mengimplementasikan
konsep relasi untuk memanipulasi data record Sintaknya adalah:
SELECT [Opsi Lain] [Nama Field], …FROM [Nama Tabel],… where [ opsi lain ][Nama
Field][Kondisi], …
SELECT NAMA FROM MAHASISWA WHERE NAMA=’ASRUL’
d. UPDATE
Melakukan perubahan data record atau field pada suatu tabel sintak programnya adalah:
UPDATE [ Nama Table ]
SET [NAMA Field] = [Data Baru],…
WHERE [Nama Field][Kondisi][Data Lama]
Contoh:
UPDATE MAHASISWA
SET NAMA_MAHASISWA = ‘ASRUL‘
WHERE NRP = ‘0106009‘
[Fatansyah, 1999]
2.7. Konsep Perangkat Lunak
perangkat lunak lebih merupakan elemen logika dan bukan merupakan elemen fisik. Ciri yang
membedakan perangkat lunak denganperangkat keras, yaitu: perangkat lunak dibangun dan
dikembangkan tidak dalam bentuk klasik, perangkat lunak tidak pernah Rusak, dan sebagian besar
perangkatlunak dibuat secara custom-built serta tidak dapat dirakit dari komponen yang sudah ada
sebelumnya.
Sebuah komponen perangkat lunak harus didesain dan diimplementasikan sehingga dapat
dipakai lagi pada berbagai program yang berbeda. Komponen perangkat lunak dibangun dengan bahasa
pemrograman yang memiliki kosakata yang terbatas, sebuah tata bahasa yang dibatasi secara ekspisit,
serta aturan-aturan sintaks dan semantic yang dibentuk secara baik
Perangkat lunak dapat diaplikasikan keberbagai situasi dimana serangkaian langkah prosedural
(seperti algoritma) telah didefinisikan. Kandungan informasi dan determinasi merupakan faktor penting
dalam menentukan sifat aplikasi perangkat lunak.
Perangkat lunak komputer personal telah berkembang selama decade terakhir. Pengolahan
data, multimedia, jaringan atau akses basis data hanya merupakan beberapa saja dari ratusan aplikasi
yang ada, [Ian Sommerville, 1989].
2.7.1 . Rekayasa Perangkat Lunak
Rekayasa merupakan analisis, desain, konstruksi, verifikasi, dan manajemen kesatuan teknik
(atau sosial).
Perangkat lunak adalah: (1) perintah (program computer) yang bila dieksekusi memberikan
fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, (2) struktur data yang memungkinkan program
memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen yang menggambarkan operasi dan
kegunaan program, [ Haryanto, 2004 ].
Dengan kata lain perangkat lunak merupakan program komputer, struktur data, dan dokumen
yang berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi metode logis, prosedur, dan kontrol yang
dibutuhkan.
Rekayasa perangkat lunak adalah sebuah disiplin yang mengintegrasikan proses, metode, dan
alat-alat Bantu bagi pengembangan proses perangkat lunak komputer.
Untuk menyelesaikan suatu program perangkat lunak dibutuhkan suatu gabungan yang
melingkupi lapisan proses, metode, dan alat-alat Bantu. Strategi ini sering diacuhkan sebagai model
proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak. Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih
berdasarkan sifat aplikasi dan proyeknya, metode dan alat-alat Bantu dipakai, control, serta
penyampaian yang dibutuhkan.
Model proses untuk perangkat lunak itu sendiri terdiri dari beberapa model, oleh karena itulah
sebagaimana yang disebutkan diatas bahwa model harus dipilih atau disesuaikan dengan perangkat
lunak yang akan dibangun.
Paradigma yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak (Software) adalah paradigma
waterfall yang terdiri dari tahapan analisis, design, coding, testing, maintenance.
Gambar 2.6 Metode Water Fall, [Jogianto, 2001].
Keterangan:
1) Requirement Sistem
merupakan tahap pengumpulan kebutuhan sistem yang akan dikembangkan atau dibangun.
2) Analisis
Analisis yaitu menganalisis data apa saja yang akan dipakai dan dipergunakan dalam pembuatan
program aplikasi tersebut.
3) Design (Desain)
Design yaitu perancangan aplikasi yang akan dibuat, maksudnya sebelum membuat suatu
aplikasi maka seorang programmer terlebih dahulu harus membuat rancangan aplikasi.
4) Coding (Pengkodean)
Coding dilakukan untuk memberikan perintah kepada objek sesuai yang diperlukan.
5) Testing (Pencobaan)
Testing dilakukan untuk pengujian program aplikasi yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan prosedur yang ada (Studi kelayakan).
6) Maintenance
Maintenance Dilakukan untuk memelihara produk yang telah jadi sehingga tetap dapat
berfungsi dengan baik.
2.7.2. Pandangan Umum Tentang Rekayasa Perangkat Lunak
Usaha yang berhubungan dengan RPL (Rkayasa Perangkat Lunak) dapat dikategorikan ke dalam
3 fase umum dengan tanpa mempedulikan area aplikasi, ukuran proyek, atau kompleksitasnya. Fase-
fase tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fase definisi (Definition phase), berfokus pada “apa” (What) dimana: pada definisi ini
pengembang perangkat lunak harus mendefinisikan informasi apa yang akan diproses, fungsi
dan unjuk kerja apa yang dibutuhkan, tingkah laku system seperti apa yang diharapkan,
interface apa yang akan dibangun, batasan desain apa yang ada, dan criteria validasi apa yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan system yang sukses, kebutuhan kunci dari system dan
perangkat lunak yang didefinisikan.
2. Fase pengembangan (Development phase), berfokus pada “bagaimana” (how), yaitu dimana
selama masa pembangunan perangkat lunak, teknisi harus mendefinisikan bagaimana data
dikontruksikan, bagaimana fungsi-fungsi diimplemantasikan sebuah arsitektur perangkat lunak,
bagaimana detail prosedur akan di implementasikan, bagaimana interface ditandai
(dikarakterisasi), bagaimana rancangan akan diterjemaahkan kedalam bahasa pemrograman
(atau bahasa non procedural), serta bagaimana pengujian akan dilakukan.
3. Fase pemeliharaan (Maintenance phase), berfokus pada perubahan (change), yang dihubungkan
dengankoreksi kesalahan, penyesuaian yang
dibutuhkan ketika lingkungan perangkat lunak berkenbang, serta perubahan sehubungan dengan
perkembangan yang disebabkan kebutuhan pelanggan. Ada 4 tipe perubahan yang terjadi selama
masa fase pengembangan, yaitu koreksi, adaptasi, pengembangan, dan pencegahan.
2.8. Pemograman
Pemograman merupakan tahapan pembangunan (pembuatan) sistem yang berfungsi
membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing
secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan
perangkat lunak, [Jogiyanto, 1999].
2.8.1. Visual Basic 6.0
Adapun perangkat lunak yang digunakan dalam tahapan pemrograman ini yakni bahasa
pemrograman Visual Basic 6.0. Visual Basic merupakan bahasa pemrograman tercepat dan
termudah untuk membuat suatu aplikasi dalam Microsoft Windows. Dengan menggunakan
metoda Graphikal User Interface (GUI), Visual Basic memudahkan pemrogram untuk
berinteraksi langsung dengan elemen-elemen untuk setiap bentuk pemrograman.
Visual Basic dibuat sebagai langkah pemrograman untuk menyesuaikan BASIC
(Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code) yang berbasis DOS yang tidak mempunyai
kemampuan menggunakan metode GUI dalam basis Windows.
Sebagai program yang berbasis Windows, Visual Basic mempunyai kemampuan untuk
berinteraksi dengan seluruh aplikasi Windows, seperti Microsoft Word, Microsoft excel,
Microsoft Acces, dan sebagainya.
Dengan kemampuan yang hampir tidak terbatas, Visual Basic dapat digunakan untuk
semua jenis aplikasi pemrograman. Dengan Visual Basic , kita dapat membuat aplikasi program
seperti Word, Excel ataupun game, multimedia dan sebagainya.[Alam, J.M Agus,2001].
Visual Basic memiliki beberapa keunggulan diantaranya, yakni:
1. Mengunakan platform pembuatan program yang diberi nama Developer Studio, yang
memiliki tampilan dan sarana yang sama dengan Visual C++ dan Visual J ++. Dengan
begitu kita dapat bermigrasi atau belajar bahasa pemrograman lainnya dengan mudah dan
cepat, tanpa harus belajar dari nol lagi.
2. Memiliki compiler handal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan
lebih efisien dari sebelumnya.
3. Memiliki beberapa tambahan sarana Wizard yang baru. Wizard adalah sarana yang
mempermudah dalam pembuatan aplikasi dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu.
4. Tambahan kontrol-kontrol baru yang lebih canggih serta peningkatan kaidah struktur
bahasa Visual Basic.
5. Kemampuan membuat ActiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak.
6. Serta adanya sarana akses data yang lebih cepat dan handal untuk membuat aplikasi basis
data yang berkemampuan tinggi.
2.8.2. Pemograman Microsoft Access 2003
Microsoft Access 2003 merupakan salah satu program pengolah database yang canggih, yang
digunakan untuk mengolah berbagai jenis data dengan pengoperasian yang mudah. Diantaranya, dapat
melakukan proses penyortiran, pengaturan data, pembuatan label data serta pembuatan laporan
kegiatan sehari-hari, [Madcoms, 2003].
Microsoft Access 2003 memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1. Database window toolbar untuk mempercepat proses pembuatan, pendataan dan pengolahan
objek database.
2. Fasilitas grup untuk mengelompokkan objek di dalam database.
3. Menampilkan sub data pada objek label, query dan form.
Microsoft access 2003 bisa menyimpan informasi dalam banyak tabel yang saling berhubungan,
sehingga disebut dengan database relasional. Jika informasi dalam sebuah database relasional dapat
diorganisir dengan cepat kita bisa menganggap tabel tersebut sebagai sebuah area penyimpanan
tunggal, dan dapat menarik informasi secara elektronik dari tabel berbeda dalam urutan yang akan
diinginkan.
Kelebihan-kelebihan dari Microsoft Access 2003:
1. Bisa membuat database yang terstruktur.
2. Bisa membuat suatu database relasional dengan menggunakan aplikasi pemrograman Visual
tertentu.
3. Bisa untuk menjalankan quary sesuai dengan tabel-tabel yang telah ditentukan.
4. Bisa untuk membuat report (Laporan) sesuai dengan informasi yang diinginkan.
5. Bisa untuk memacu dalam merancang sebuah form sesuai dengan bahasa pemrograman
tertentu.