pspdfkunlam.files.wordpress.com  · web viewmahasiswa fk. yang pada kelanjutannya, mereka harus...

7
Serba-Serbi Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Sudah bukan cerita umum bahwa ketika awal menjadi mahasiswa baru, kita akan mengalami sebuah proses pembiasaan. Karena memang, masa SMA dan perkuliahan adalah dua kutub yang sama sekali berbeda. Keduanya memiliki perbedaan signifikan yang harus mampu kita jembatani. Terlebih- lebih jika kita adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran. Maka proses adaptasi yang kita jalani akan terasa lebih hebat lagi. Di awal, semua yang terlanjur terjun bebas ke dalam lautan dunia kedokteran akan gelagapan. Pada hakikatnya ini wajar. Mereka harus ikhlas menutup indahnya cakrawala kebebasan lulus masa SMA dengan durjana menyandang status baru: mahasiswa baru alias maba di Fakultas Kedokteran. Fase awal inilah yang paling sulit. Sudah turun-temurun, mahasiswa FK selalu ditindih oleh timbunan tugas sebagai srayat mengikuti praktikum, tumpukan diktat dan textbook sebagai bahan pre-test, jadwal kuliah yang nyaris selalu maraton, dan rutinitas yang mengharuskan mereka untuk selalu menyentuh buku. Melelahkan memang. Kondisi ini memaksa jam tidur mereka mengalami perubahan secara drastis. Belum lagi tuntutan kepada maba untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial yang sama sekali baru. Mereka harus dengan segera mengenali sifat teman sekitar, melatih diri untuk menyegani kakak senior, dan memahami karakter dosen yang bervariasi. Untuk mampu melewati fase adaptasi ini, memiliki fisik yang prima dan mental yang dewasa mutlak sifatnya. Terdengar seperti kungkungan penjara yang pengap memang. Namun, bermodalkan niat yang kuat, aksi yang nyata, dan ikhlas menjalani, kehidupan durja maba keokteran bisa mereka petik sisi menyenangkannya. Dibalik semua cerita horror yang djalani, mereka akan diuji solidaritasnya sebagai sejawat satu angkatan. Selain itu, mereka juga akan belajar membangan semangat juang dan kedisiplinan pada fase awal ini. Proses ini akan menjadi momen tak terlupakan dan memberi banyak keuntungan. Salah satunya hal-hal

Upload: others

Post on 05-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pspdfkunlam.files.wordpress.com  · Web viewmahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah

Serba-Serbi Mahasiswa Baru

Fakultas Kedokteran

Sudah bukan cerita umum bahwa ketika awal menjadi mahasiswa baru, kita akan mengalami sebuah proses pembiasaan. Karena memang, masa SMA dan perkuliahan adalah dua kutub yang sama sekali berbeda. Keduanya memiliki perbedaan signifikan yang harus mampu kita jembatani. Terlebih-lebih jika kita adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran. Maka proses adaptasi yang kita jalani akan terasa lebih hebat lagi.

Di awal, semua yang terlanjur terjun bebas ke dalam lautan dunia kedokteran akan gelagapan. Pada hakikatnya ini wajar. Mereka harus ikhlas menutup indahnya cakrawala kebebasan lulus masa SMA dengan durjana menyandang status baru: mahasiswa baru alias maba di Fakultas Kedokteran. Fase awal inilah yang paling sulit. Sudah turun-temurun, mahasiswa FK selalu ditindih oleh timbunan tugas sebagai srayat mengikuti praktikum, tumpukan diktat dan textbook sebagai bahan pre-test, jadwal kuliah yang nyaris selalu maraton, dan rutinitas yang mengharuskan mereka untuk

selalu menyentuh buku. Melelahkan memang. Kondisi ini memaksa jam tidur mereka mengalami perubahan secara drastis. Belum lagi tuntutan kepada maba untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial yang sama sekali baru. Mereka harus dengan segera mengenali sifat teman sekitar, melatih diri untuk menyegani kakak senior, dan memahami karakter dosen yang bervariasi. Untuk mampu melewati fase adaptasi ini, memiliki fisik yang prima dan mental yang dewasa mutlak sifatnya.

Terdengar seperti kungkungan penjara yang pengap memang. Namun, bermodalkan niat yang kuat, aksi yang nyata, dan ikhlas menjalani, kehidupan durja maba keokteran bisa mereka petik sisi menyenangkannya. Dibalik semua cerita horror yang djalani, mereka akan diuji solidaritasnya sebagai sejawat satu angkatan. Selain itu, mereka juga akan belajar membangan semangat juang dan kedisiplinan pada fase awal ini. Proses ini akan menjadi momen tak terlupakan dan memberi banyak keuntungan. Salah satunya hal-hal tersebut merupakan modal penting untuk menjadi dokter yang baik ke depannya.

Pada akhirnya, melalui pembiasaan, para maba sudah mampu menerima penuh kewajiban mereka sebagai

mahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah mati melawan rasa gentar, dan menyikapi rasa optimis sekaligus pesimis yang kembang kempis bergantian menghantui. Ini adalah fenomena umum. Serangkaian perasaan ini bisa jadi terdengar mendramatisir, namun begitulah adanya. Setidaknya di mata saya. Namun, itu semua merupakan sepaket perjuangan yang wajib dibayar untuk mendedikasikan diri sebagai dokter yang layak di masa akan datang. Sudah konsekuensi, mahasiswa FK harus rela menggadaikan kurang lebih 6 tahun hidup mereka untuk suka duka menimba ilmu medis.

Untuk para maba, jangan menyerah dan harus tetap semangat. Jangan sungkan untuk bertanya kepada senior ketika kalian mengalami kendala. Percaya lah sensasi yang kalian rasakan sekarang, hanyalah segelintir pengalaman getir yang akan kalian dapatkan sepanjang menjadi mahasiswa FK. Cheers!

Penulis: Rasdita Nh

Page 2: pspdfkunlam.files.wordpress.com  · Web viewmahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah
Page 3: pspdfkunlam.files.wordpress.com  · Web viewmahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah

“Gue sekarang mahasiswa bro!” Mungkin kalimat ini yang sering tercetuskan ketika kita mulai masuk ke dalam dunia persilatan yang namanya “KAMPUS”. Wuih, sekarang bukan pergi ke sekolah lagi, tapi ke kampus, berasa keren jadi mahasiswa. Dalam pemikiran awal ketika baru lulus dari SMA, pasti terbersit bahwa jadi mahasiswa itu lebih bebas dibanding dengan anak sekolahan. Sudah bisa pakai baju sesuka hati tanpa seragam, sepatu nggak mesti warna hitam, nggak ada upacara tiap hari Senin, nggak ada yang nyuruh membersihkan toilet atau menyiram tanaman kalo terlambat masuk. Mau ngerjakan tugas atau nggak juga nggak ada yang peduli, kita mau belajar atau nggak ketika kuliah itu juga bukan masalah. Pokoknya satu kata yang ada, BEBAS!

Tapi apakah benar demikian? Terlebih sebagai mahasiswa kedokteran yang dianggap mahasiswa super yang menyandang gelar cadok alias calon dokter. Benarkah santai? Benarkah bebas? Jreeeeng. Dan ternyata?

“Ya ampun, tugasnya setumpuk.”

“Eh, besok pretest lagi? Jangan-jangan inhal lagi?”

“Wah, aku belum nyari bahan tutorial!!!”

“Mamaaaa, laporanku belum selesai...”

Seperti itulah suasana awal ketika memasuki dunia kampus FK, penuh perjuangan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cukup memukau. BEBAS? Yap, kita memang lebih bebas saat menjadi mahasiswa, tapi tetap saja kita dituntut untuk bertanggungjawab pada diri kita sendiri.

Tugas setumpuk belum dikerjain? Sebenarnya nggak ada yang marah kalo tugasnya nggak dikerjain, tapi rela nilai akhir ntar anjlok hanya gara-gara nggak ngerjain tugas? Terus dicap sebagai mahasiswa yang nggak bisa menjalankan tanggung jawab kecil? Nggak kan. Inhal? Problem? Tinggal bayar. Tapi sedih juga lihat temen-temen yang lain pada lulus. Mereka bisa, kok kita nggak? Nggak punya bahan tutorial juga bukan problem. Paling banter pas tutorial nggak bisa ngomong sama sekali, terus dapat nilai pas-pasan, ujung-ujungnya nyesal pas lihat nilai akhir.

Intinya mahasiswa itu dituntut untuk bertanggungjawab pada dirinya sendiri. Semua kembali ke individu masing-masing. Kita sendirilah yang menentukan mau jadi mahasiswa seperti apa nantinya. Bebas mau jadi mahasiswa yang seperti apa. Mahasiswa yang masa bodoh

sama kuliah? Mahasiswa yang berkutat setengah mati dengan akademiknya saja? Atau mahasiswa yang mampu menyeimbangkan akademiknya dengan pengalaman-pengalaman yang bisa dijadikan bekal untuk keprofesian nanti? Life is choice, guys. Sekarang masa depan ada di tangan kita masing-masing, tinggal bagaimana caranya kita mampu untuk survive dan membuktikan bahwa kita tidak sekadar menjadi mahasiswa biasa, tapi kita mampu menjadi mahasiswa yang luar biasa. Mahasiswa kedokteran yang memahami betul tentang perannya sebagai agent of health, agent of change, dan agent of development. Semangat gali ilmu, tapi jangan lupakan bahwa bukan hanya IP yang menjadi penentu utama kesuksesan kita kelak, tapi pengalaman-pengalaman organisasi, kemampuan komunikasi, serta soft skills lainnya pun memegang peranan sangat penting untuk masa depan. Dan jadilah mahasiswa kedokteran yang luar biasa! (Nisrina Naflah)

Penulis :

Nisrina Naflah

Page 4: pspdfkunlam.files.wordpress.com  · Web viewmahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah

Pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anaklelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjatpohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan ada kalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Waktu telah berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan kini telah menjadi seorang remaja. Kini dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut layaknya yang dia lakukan dimasa kecilnya dulu. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.“Aku bukan lagi seorang anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.“Aku ingin membeli sebuah mainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan.”Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ.Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Waktu telah berlalu. Pada suatu hari, remaja itu kembali lagi pada pohon apel tersebut. Kini dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.“Aku tidak punya waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membuat

rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahankuyang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Ucap pohon apel tersebut.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergidengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedihkarena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Waktu terus berlalu, sampai akhirnya pada suatu hari yang amat panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dan ternyata dia adalah anak lelaki yang dahulu pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Kini dia terlihat lebih matang dan dewasa.“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Akusudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyaiperahu. Dapatkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotongbatang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” katapohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudianpergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datangmenuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudahmemberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buatperahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengannada pilu.“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak maudahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu keranaaku tidak memiliki tenaga untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu dudukberistirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalahkedua ibu bapak kita. Saat kita masih muda dulu, kita suka sekali bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Lalu setelah keperluan kita terpenuhi kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.

Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup ini. Kamu mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi pikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka. Hargailah jasa kedua orang tua kita yang tak pernah lelah dan tak pernah meminta balasan atas kebaikan yang telah mereka lakukan kepada kalian. Berbuat baik lah kepada keduanya, dan bersyukurlah

Page 5: pspdfkunlam.files.wordpress.com  · Web viewmahasiswa FK. Yang pada kelanjutannya, mereka harus bisa mempertahankan spirit dan semangat juang yang sudah dibangun. Mereka harus setengah