library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2013-2... · web viewkepemimpinan...

36
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Tariszka Semegine , Eva (2012) Organizational Internal Communication As A Means Of Improving Efficiency (Proquest) Tingkat komunikasi dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja yang baik dapat diperoleh apabila staff diberikan informasi dan kepuasan aliran informasi baik horizontal maupun vertikal. Muh.azis , Desy Hariyati (2012) The Role Of Leadership in Bureaucracy Reform (Universitas Indonesia Journal) Kepemimpinan daerah memiliki pengaruh yang signifikan untuk membangun tatanan birokrasi daerah agar semakin berkualitas. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa peran kepemimpinan Herry Zudianto berdasarkan teori Mintzberg sudah berjalan dengan baik dilihat dari dimensi interpersonal roles, informational roles, dan decisional roles. Shilpee, Dasgupta, Damodar, Seema Dampak Komunikasi Pimpinan kepada Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya komunikasi asertif memberikan dukungan yang maksimal kepada karyawan. Dukungan pimpinan di 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penulis Judul Penelitian Temuan

Tariszka

Semegine,

Eva

(2012)

Organizational

Internal

Communication

As A Means Of

Improving

Efficiency

(Proquest)

Tingkat komunikasi dalam organisasi menentukan

efisiensi organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa

kinerja yang baik dapat diperoleh apabila staff

diberikan informasi dan kepuasan aliran informasi

baik horizontal maupun vertikal.

Muh.azis,

Desy

Hariyati

(2012)

The Role Of

Leadership in

Bureaucracy

Reform

(Universitas

Indonesia

Journal)

Kepemimpinan daerah memiliki pengaruh yang

signifikan untuk membangun tatanan birokrasi daerah

agar semakin berkualitas. Hasil penelitian secara

umum menunjukkan bahwa peran kepemimpinan

Herry Zudianto berdasarkan teori Mintzberg sudah

berjalan dengan baik dilihat dari dimensi

interpersonal roles, informational roles, dan

decisional roles.

Shilpee,

Dasgupta,

Damodar,

Seema Singh

(2013)

Dampak

Komunikasi

Pimpinan kepada

perilaku bawahan

(Emerald insight

journal)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya

komunikasi asertif memberikan dukungan yang

maksimal kepada karyawan. Dukungan pimpinan di

tempat kerja meningkatkan kepuasan karyawan

dengan komunikasi pimpinan dan organisasi berbasis

self-esteem.

Stacey Frank

Kanihan,

Kathleen A

Hansen, Sara

Blair, Marta

Shore, Jun

Komunikasi

Pimpinan dalam

koalisi dominan:

Kekuasaan dan

praktek

komunikasi

(Emerald insight

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji jenis

kekuasaan formal dan informal oleh pimpinan, dan

mengidentifikasi karakteristik komunikasi pimpinan

perusahaan yang berada dalam koalisi dominan. hasil

penelitian menemukan bahwa empat atribut

kekuasaan informal membedakan komunikasi oleh

komunikasi yang berada di koalisi dominan dari

2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

8

Myers

(2013)

journal) mereka yang tidak: kepercayaan timbal balik,

pengambilan keputusan strategis, inklusi sosial dan

keahlian komunikasi. Penelitian didukung teori

organisasi tentang pentingnya kekuasaan informal

sebagai prasyarat untuk berada di koalisi dominan -

terutama persahabatan dan "being included".

Fitri Yanti

(2011)

Pola Komunikasi

Kepemimpinan

Nyai di Pindok

Pesantren

Modern Putri

Lampung (Jurnal

Universitas

Padjajaran)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Strategi

kepemimpinan Nyai terdiri dari perencanaan lintas

sektor jaringan atau kerja sama, hubungan baik,

sosialisasi pondok pesantren, dan kunjungan ke

pesantren lain. 2) Fungsi komunikasi Nyai termasuk

memberikan informasi, mendapatkan hubungan,

menyampaikan pesan, mendidik, mengubah

sikap/perilaku, membujuk melalui khotbah Islam.

3) teknik komunikasi kepemimpinan Nyai terdiri dari

persuasif, dialog, koersif , partisipatif dan transdental.

4) pola komunikasi yang dikembangkan oleh Nyai

adalah komunikasi lisan yang cenderung formal dan

norma-norma yang gigih untuk aturan dan

komunikasi kepemimpinan model Nyai di pesantren

adalah disiplin, otonomi, harmoni dan hubungan yang

didasarkan kepemimpinan model komunikasi serta

kepemimpinan conceptive dan kreatif Nyai.

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

9

Penelitian pertama oleh Tariszka Semegine dan Eva yang berjudul

“Organizational Internal Communication As A Means Of Improving Efficiency”,

direpresentasikan dari teori organisasi mengenai komunikasi organisasi. Saat ini,

prasyarat yang harus dimiliki setiap staff adalah keterampilan komunikasi. Tingkat

komunikasi dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Penelitian

menunjukan bahwa kinerja positif didukung oleh seberapa baik staff diberikan

informasi, dan tingkat kepuasan dengan arah aliran komunikasi (horizontal, vertikal).

Metode penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kinerja yang

baik dapat diperoleh apabila staff diberikan informasi vertikal dan horisontal.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa staff akan menunjukkan kinerja positif

apabila diberikan informasi. Sedangkan Perbandingan dengan penelitian “Analisis

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

10

Aliran Informasi Vertikal dan Horizontal dalam Komunikasi Internal Melalui Gaya

Kepemimpinan pada Divisi Humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan”,

melihat bagaimana aliran informasi vertikal dan horizontal didukung oleh gaya

kepemimpinan seorang kepala divisi humas. Jenis informasi apa saja yang

dikomunikasikan pimpinan dalam membantu tugas bawahan dan sebaliknya.

Penelitian kedua oleh Muhazis dan Desy Hariyati yang berjudul “The Role

Of Leadership in Bureaucracy Reform”. Kepemimpinan mengandung makna

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengubah perilaku pihak lain

seperti yang diinginkannya. Kepemimpinan daerah memiliki pengaruh yang

signifikan untuk membangun tatanan birokrasi daerah agar semakin berkualitas.

Reformasi birokrasi merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi dalam rangka

memperbaiki kualitas dan kinerja birokrasi yang selama ini seringkali memiliki

stigma negative di kalangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode

campuran kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan penelusuran

data statistik mengenai laporan kinerja pemerintah daerah dan Indeks Kepuasan

Masyarakat yang selama ini diperoleh Pemerintah Daerah, sedangkan metode

kualitatif dilakukan lewat wawancara mendalam dengan pihak pemerintah daerah,

DPRD, LSM, pengusaha, dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian secara umum

menunjukkan bahwa peran kepemimpinan Herry Zudianto Berdasarkan teori

Mintzberg sudah berjalan dengan baik dilihat dari tiga dimensi, diantaranya

interpersonal roles, informational roles dan decisional roles.

Penelitian di atas menunjukkan kepemimpinan membawa pengaruh pada

tatanan birokrasi daerah yang berkualitas dimana peran pemimpin tersebut

berdasarkan teori Mintzberg berjalan baik dilihat dari dimensi peran interpersonal,

informasi, dan peran pengambilan keputusan. Sedangkan perbandingan dengan

penelitian “Analisis Aliran Informasi Vertikal dan Horizontal dalam Komunikasi

Internal Melalui Gaya Kepemimpinan pada Divisi Humas Inspektorat Jenderal

Kementerian Keuangan”, menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mendukung

distribusi pesan secara vertikal dan horizontal. Distribusi pesan yang juga meliputi

peran pemimpin sebagai pemberi dan penerima informasi. Gaya kepemimpinan

kepala divisi humas yang dianalisis menggunakan teori empat gaya kepemimpinan

yang dikemukakan Likert, menunjukkan bahwa gaya pimpinan partisipatif yang

mendukung informasi berjalan ke segala arah, komunikasi terbuka secara formal dan

informal.

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

11

Penelitian Ketiga oleh Shilpee A. Dasgupta Damodar Suar, Seema Singh

yang berjudul “Dampak komunikasi pimpinan kepada perilaku bawahan”, melalui

dasar teori pertukaran sosial dan teori dukungan organisasi, tujuan dari penelitian ini

untuk melihat gaya pasif, agresif, dan tegas pimpinan yang mempengaruhi

dukungan pimpinan dan melihat apakah dukungan meningkatkan kepuasan karyawan

melalui komunikasi pimpinan dan organisasi berbasis self-esteem. Metode penelitian

kuantitatif,menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya

komunikasi asertif memberikan dukungan yang maksimal kepada karyawan.

Dukungan pimpinan di tempat kerja meningkatkan kepuasan karyawan dengan

komunikasi pimpinan dan organisasi berbasis self-esteem. Kepuasan komunikasi

menumbuhkan ikatan emosional yang kuat dengan organisasi.

Jika penelitian di atas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan asertif

memberi dukungan, meningkatkan kepuasan karyawan, ikatan emosional dan

komunikasi pimpinan serta organisasi berbasis self esteem. Perbandingan dengan

penelitian “Analisis Aliran Informasi Vertikal dan Horizontal dalam Komunikasi

Internal Melalui Gaya Kepemimpinan pada Divisi Humas Inspektorat Jenderal

Kementerian Keuangan”, menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang mendorong

karyawan untuk berkomunikasi secara terbuka, bebas dan terus terang baik kepada

pimpinan maupun dengan anggota tim adalah gaya kepemimpinan partisipatif.

Penelitian keempat oleh Stacey Frank Kanihan Kathleen A. Hansen, Sara

Blair, Marta Shore, dan Jun Myers yang berjudul “Komunikasi Pimpinan dalam

koalisi dominan: Kekuasaan dan praktek komunikasi”. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menguji jenis kekuasaan formal dan informal oleh pimpinan, dan

mengidentifikasi karakteristik komunikasi pimpinan perusahaan yang berada dalam

koalisi dominan. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian

menemukan empat atribut kekuasaan informal membedakan komunikasi oleh

komunikasi yang berada di koalisi dominan dari mereka yang tidak yaitu

kepercayaan timbal balik, pengambilan keputusan strategis, inklusi sosial dan

keahlian komunikasi. Menggunakan teori organisasi tentang pentingnya kekuasaan

informal sebagai syarat pada koalisi dominan,persahabatan dan “being included”.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut objek

penelitian adalah pemimpin pada koalisi dominan dan ditemukan bahwa terdapat

kepercayaan timbal balik, pengambilan keputusan strategis juga keahlian komunikasi

dalam kekuasaan informal. Perbandingan dengan penelitian “Analisis Aliran

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

12

Informasi Vertikal dan Horizontal dalam Komunikasi Internal Melalui Gaya

Kepemimpinan pada Divisi Humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan”,

menunjukkan pimpinan humas instansi pemerintahan Inspektorat Jenderal

Kementerian Keuangan memiliki kekuasaan formal. Dalam penelitian ini melihat

bagaimana gaya pemimpin humas dapat mendukung aliran informasi vertikal dan

horizontal, untuk mengetahui hal tersebut, aspek pengambilan keputusan,

kepercayaan dan komunikasi pemimpin diidentifikasi untuk melihat gaya

kepemimpinan kepala divisi humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Penelitian terakhir oleh Fitri Yanti yang berjudul “Pola Komunikasi

Kepemimpinan Nyai di Pindok Pesantren Modern Putri Lampung”. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif melalui studi kasus kepemimpinan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) Strategi kepemimpinan Nyai terdiri dari perencanaan lintas

sektor jaringan atau kerja sama, hubungan baik, sosialisasi pondok pesantren, dan

kunjungan ke pesantren lain. 2) Fungsi komunikasi Nyai termasuk memberikan

informasi, mendapatkan hubungan, menyampaikan pesan, mendidik, mengubah

sikap/perilaku, membujuk melalui khotbah Islam. 3) teknik komunikasi

kepemimpinan Nyai terdiri dari persuasif, dialog, koersif, partisipatif dan transdental.

4) pola komunikasi yang dikembangkan oleh Nyai adalah komunikasi lisan yang

cenderung formal dan norma-norma yang gigih untuk aturan dan komunikasi

kepemimpinan model Nyai di pesantren adalah disiplin, otonomi, harmoni dan

hubungan yang didasarkan kepemimpinan model komunikasi serta kepemimpinan

conceptive dan kreatif Nyai.

Dalam penelitian tersebut meneliti mengenai strategi, pola,fungsi, teknik,

dan komunikasi pimpinan, dimana fungsi komunikasi pemimpin salah satunya

adalah memberikan informasi. Dan teknik komunikasi salah satunya dengan

partisipatif. Sedangkan “Analisis Aliran Informasi Vertikal dan Horizontal dalam

Komunikasi Internal Melalui Gaya Kepemimpinan pada Divisi Humas Inspektorat

Jenderal Kementerian Keuangan”, melihat mengenai gaya kepemimpinan dalam

mendistribusikan informasi secara vertikal dan horisontal. Gaya partisipatif

merupakan suatu gaya kepemimpinan yang mendorong informasi berjalan ke segala

arah, dan komunikasi terbuka baik secara formal dan informal.

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

13

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Komunikasi Organisasi

Definisi komunikasi organisasi Pace dan Faules dalam

(Rohim, 2009:110) mengemukakan definisi komunikasi organisasi dari

dua perspektif yang berbeda. Pertama, perspektif tradisional (fungsional

dan objektif), mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan

dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan

bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua, perspektif interpretif

(subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan

makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Atau menurut perspektif

ini adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka

yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna atas apa

yang sedang terjadi. Jadi, dalam pengertian ini komunikasi organisasi

dapat dimaknai dari dua perspektif yang berbeda. Sebagai penafsiran pesan

di antara unit-unit dan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi.

Komunikasi organisasi menurut Deddy Mulyana, merupakan

komunikasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga

informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada

komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai

kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi sering

melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi. Komunikasi

formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi

ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan

komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti

komunikasi antarsejawat, juga termasuk selentingan dan gosip (Mulyana,

2007 : 83).

2.2.1.1 Konsep Komunikasi Organisasi

Goldhaber dalam (Romli, 2014:13) mengatakan bahwa

“organizational communications is the process of creating and exchanging

messages within a network of interdependent relationship to cope with

environmental uncertainty”. Jadi, berdasarkan definisi tersebut komunikasi

organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu

jaringan hubungan dan diberi batasan sebagai arus pesan yang sifat

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

14

hubungannya saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan

yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.

Ronald Adler dan George pada understanding human

communication dalam (Rohim, 2009:111) menguraikan masing-masing

fungsi dari dua arus komunikasi dalam organisasi. Pertama adalah

downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang

yang berada pada tatanan manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah diantaranya

pemberian atau penyampaian intruksi kerja, penjelasan dari pimpinan

tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan, penyampaian

informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan pemberian

motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan

(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi

dari bawah ke atas ini adalah penyampaian informasi tentang pekerjaan

ataupun tugas yang sudah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang

persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan

oleh bawahan, penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan,

penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

pekerjaanya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal

communication. Tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan

ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang sama. Fungsi arus

komunikasi horisontal diantaranya untuk memperbaiki koordinasi tugas,

sebagai upaya pemecahan masalah, saling berbagi informasi, sebagai upaya

memecahkan konflik, dan membina hubungan melalui kegiatan bersama.

2.2.1.2 Arah Aliran Informasi Organisasi

Arah Aliran Informasi dalam Organisasi sebagaimana dikemukakan

oleh Pace dan Faules (2010 : 184) sebagai berikut:

1. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang

berotoritas lebih rendah. Katz dan Kahn dalam ( Pace dan Faules, 2010:185)

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

15

mengemukakan ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan

dari atasan kepada bawahan:

(1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) Informasi

mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi

mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi (4) informasi mengenai

kinerja pegawai dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki

tugas (sense of mission).

2. Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih

tinggi (Pace dan Faules, 2010:189). Pentingnya komunikasi ke atas

sebagaimana diungkapkan karena beberapa alasan:

1) Sharma dalam (Pace dan Faules, 2010:190) mengemukakan aliran

informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan

keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi

kegiatan orang-orang lainnya.

2) Planty dan Machaver dalam (Pace dan Faules, 2010:190)

mengemukakan komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia

kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan

seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

3) Conboy dalam (Pace dan Faules, 2010:190), mengemukakan

komunikasi ke atas memungkinkan- bahkan mendorong omelan dan

keluh kesah ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang

mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi

sebenarnya.

4) Planty dan Machaver dalam (Pace dan Faules, 2010:190)

mengemukakan komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan

loyalitas ke pada organisasi dengan memberi kesempatan kepada

pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta

saran-saran mengenai operasi organisasi.

5) Planty dan Machaver dalam (Pace dan Faules, 2010:190),

mengemukakan komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk

menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari

aliran informasi ke bawah.

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

16

6) Harriman dalam (Pace dan Faules, 2010:190) mengemukakan

komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan

mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka

dan dengan organisasi tersebut.

3. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di

antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja

meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas

yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama (Pace

dan Faules, 2010:190). Tujuan Komunikasi Horizontal diantaranya

untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.

Para anggota saling bertemu untuk mengkoordinasikan

pembagian tugas, untuk berbagi informasi mengenai rencana dan

kegiatan. Bila gagasan dari beberapa orang menjanjikan hasil yang

lebih baik daripada gagasan satu orang, komunikasi horisontal

menjadi amat penting. Selain itu untuk memecahkan masalah, untuk

memperoleh pemahaman bersama.

Kemudian untuk mendamaikan, berunding dan menengahi

perbedaan dimana individu-individu sering mengembangkan pilihan

dan prioritas yang akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Maka,

komunikasi horisontal di antara para pegawai merupakan hal pokok

dalam mendamaikan perbedaan. Serta untuk menumbuhkan dukungan

antarpersonal dimana komunikasi horizontal bertujuan untuk

memperkuat ikatan dan hubungan antarpersonal, membina hubungan

antar pegawai dan menciptakan unit kerja yang padu (Pace dan

Faules, 2010 : 196).

Metode Komunikasi Horizontal

Komunikasi horisontal paling sering terjadi dalam rapat

komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon,

memo, dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran

kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi

wilayah tanggung jawab. Para anggota kelompok mengadakan

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

17

pertemuan setiap minggu untuk berdiskusi, menganalis, dan

mengemukakan gagasan untuk menyempurnakan pekerjaan mereka.

Hambatan-hambatan pada komunikasi horisontal banyak

persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke

atas dan komunikasi ke bawah. Ketiadaan kepercayaan di antara

rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan

persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi

pegawai yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya

(Pace dan Faules, 2010:197).

2.2.1.3 Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama (adanya saling ketergantungan), mengenal satu sama lainnya,

dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut, meskipun

misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok

diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah

berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian,

komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang

dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari

seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi

dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya (Mulyana, 2007:82).

Komunikasi kelompok adalah proses komunikasi yang berlangsung

antara tiga orang atau lebih secara tatap muka di mana anggota-anggotanya

saling berinteraksi satu sama lain. Komunikasi kelompok dengan sendirinya

melibatkan pula komunikasi antarpribadi. (Rohim, 2009:87) . Little John dalam

(Mulyana, 2007:82) menyatakan bahwa komunikasi kelompok dengan

sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan

teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

2.2.1.3 Komunikasi Informal

Informasi informal atau personal muncul dari interaksi di antara

orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat

diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapvine) (Pace

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

18

dan Faules 2010:199). Komunikasi informal, bagaimanapun juga, adalah

bagian penting dari aliran komunikasi organisasi, bentuk-bentuk komunikasi

ini timbul dengan berbagai maksud yang meliputi: pemuasan kebutuhan-

kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk berhubungan dengan orang

lain, perlawanan terhadap pengaruh-pengaruh yang monoton atau

membosankan, pemenuhan keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang

lain, serta pelayanan sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang

tidak disediakan saluran-saluran komunikasi formal.

Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah “grapevine”

yang cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang

terjadi penyebaran informasi yang tidak tepat atau menyimpang. Di sisi lain,

komunikasi grapevine mrmpunyai peranan fungsional sebagai alat

komunikasi tambahan bagi organisasi. Komunikasi grapevine lebih cepat,

lebih akurat dan efektif dalam menyalurkan informasi. Manajer harus

menyadari bahwa komunikasi informal dan grapevine tidak dapat

dihilangkan. Bahkan sebaliknya manajer perlu memahami dan menggunakan

grapevine sebagai pelengkap komunikasi formal (Romli, 2014:192-193).

2.2.2 Teori Sistem ( Teori Komunikasi Organisasi)

Scott dalam (Pace dan Faules) menyatakan bahwa “satu-satunya cara

yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu sistem”

(Pace dan Faules, 2010: 63). Ia mengemukakan bahwa bagian-bagian penting

organisasi sebagai sistem adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam

organisasi; struktur formal, pola interaksi, pola status dan peranan yang

menimbulkan pengharapan-pengharapan dan lingkungan fisik pekerjaan. Jadi,

dalam penelitian ini, gaya kepemimpinan yang termasuk dalam sebuah peranan

yang menimbulkan pengharapan-pengharapan dan merupakan bagian penting

dalam organisasi.

Proses penghubung utama dalam bagian-bagian tersebut adalah

komunikasi. Konsep sistem berfokus pada bagian-bagian dan dinamika

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

19

hubungan yang menumbuhkan kesatuan atau keseluruhan. Setiap pembahasan

mengenai sistem menyangkut interdependensi.

Interdependensi menunjukan bahwa terdapat kesalingbergantungan di

antara komponen-komponen suatu sistem. Suatu perubahan dalam suatu

komponen membawa perubahan pada setiap komponen lainnya. Pemahaman

atas konsep interdependensi ini merupakan bagian integral dari pendefinisian

sistem dan teori sistem (Pace dan Faules, 2010: 63). Penggunaan teori sistem

dalam penelitian ini didasarkan pada adanya kesalingtergantungan antara

pimpinan dan bawahan dan bawahan kepada pemimpin dalam divisi Humas

dalam hal penyelesain tugas, kerja sama dan sebagainya.

2.2.2.1 Teori Sistem Sosial Katz dan Kahn

Katz dan Kahn dalam (Pace dan Faules, 2010 : 66) menyatakan

bahwa “Hubungan-hubungan antara orang-orang, bukan orang-orang itu

sendiri, memungkinkan suatu organisasi bertahan jauh lebih lama daripada

orang-orang biologis yang menduduki jabatan-jabatan dalam organisasi”.

Maksud dari pernyataan ini adalah hubungan di antara orang-orang dalam

suatu organisasi penting dibandingkan dengan hubungan yang berdasarkan

jabatan-jabatan atau hubungan secara prosedur formal. Katz dan kahn

menerangkan bahwa kebanyakan interaksi dengan orang lain merupakan

tindakan komunikatif. Mereka menyatakan bahwa adalah mungkin untuk

menggolongkan bentuk-bentuk interaksi sosial seperti “Penggunaan kerja

sama, pengaruh, penularan sosial atau peniruan, dan kepemimpinan ke dalam

konsep komunikasi” (Pace dan Faules, 2010; 66).

Jadi, pada pandangan ini komunikasi dianggap sebagai proses

penghubung utama dalam organisasi. Dan dinyatakan bahwa salah satu

bentuk interaksi sosial yaitu kepemimpinan. Dalam penelitian mengenai

aliran informasi vertikal dan horizontal dalam divisi humas ini, tentunya

komunikasi merupakan proses penghubung yang juga penting dan di dukung

oleh salah satu bentuk interaksi sosial yaitu kepemimpinan.

Hawes dalam (Pace dan Faules, 2010: 67) mengatakan bahwa “Suatu

kolektivitas sosial adalah perilaku komunikatif yang terpolakan, perilaku

komunikatif tidak terjadi dalam suatu jaringan hubungan tetapi merupakan

jaringan itu sendiri”. Maksud pernyataan ini adalah perilaku komunikatif

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

20

berupa komunikasi adalah organisasi itu sendiri. Daniel Katz bersama-sama

dengan Herbert A. Simon, Robert L. Kahn dan James G.Miller merupakan

figur utama dalam aliran perilaku organisasi dengan pendekatan sistem.

Pendekatan sistem khususnya memusatkan perhatian pada sistem

terbuka (Open Sistem). Katz dan Khan dalam (Romli, 2014:51-52)

memaparkan bahwa suatu sistem terbuka memiliki batas-batas yang fleksibel

yang memungkinkan komunikasi mengalir dengan mudah ke dalam dan

keluar organisasi. Dalam pendekatan ini, komunikasi ditempatkan sebagai

sesuatu yang penting. Komunikasi dalam organisasi menghubungkan

beberapa subsistem. Ditemukannya peran penting komunikasi membawa

dukungan yang tinggi pada penampahan informasi sebagai jalan keluar untuk

banyak masalah organisasi. Komunikasi yang makin meningkat dan makin

baik, merupakan slogannya (Romli, 2014:51-52).

Penelitian ini menggunakan teori sistem sosial katz dan kahn karena

dalam teori ini disebutkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial seperti

“Penggunaan kerja sama, pengaruh, penularan sosial atau peniruan, dan

kepemimpinan ke dalam konsep komunikasi” (Pace dan Faules, 2010; 66).

Terdapat kepemimpinan sebagai salah satu bentuk interaksi sosial dalam

konsep komunikasi. Selain itu teori sistem yang memusatkan perhatian pada

sistem terbuka dengan slogan “komunikasi makin meningkat dan makin baik”

sesuai dengan peran pemimpin dalam pendistribusian pesan kepada bawahan

guna mendukung aliran informasi vertikal dan horisontal.

2.2.3 Public Relations

Definisi public relations menurut (British) Institute of Public

Relations “PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik

(goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap

khalayaknya” (Jefkins, 2004:9). Menurut Jefkins “PR adalah semua bentuk

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu

organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” (Frank Jefkins, 2004:10).

Oxley dalam (Iriantara, 2004:17) mengemukakan tujuan kegiatan PR adalah

“mengikhtiarkan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

21

publiknya”. Dimana menurut Lesly dalam ( Iriantara, 2004:17), tujuan PR

salah satunya adalah good will karyawan atau organisasi.

2.2.3.1 Khalayak Public Relations

“Khalayak (Public) adalah kelompok atau orang-orang yang

berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun

eksternal” (Jefkins, 2004:81).

Dalam penelitian ini, akan berfokus pada khalayak utama yaitu manajemen

atau pimpinan dan bawahan atau anggota suatu divisi

perusahaan/organisasi. Berdasarkan adanya dua jenis publik bagi suatu

badan atau perusahaan maka tujuan Public Relations pun diarahkan melalui

dua macam tugas, yaitu dikenal dengan sebutan Public Relations Internal

dan Public Relations Eksternal. Pada penelitian ini, akan berfokus pada

Public Relations Internal. PR Internal penting untuk memastikan

komunikasi antara pimpinan atau atasan dengan bawahan terjalin dengan

akrab dan tidak kaku serta meyakini rasa tanggung jawab akan

kewajibannya terhadap perusahaan.

2.2.3.2 Internal Public Relations J

Jefkins (2004 : 195) mengemukakan tingkat efektivitas PR internal

sangat dipengaruhi oleh hal pokok yaitu keterbukaan pihak manajemen serta

kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting

komunikasi dengan para pegawai (Jefkins, 2004 : 195). PR harus menyadari bahwa

sikap, sifat, tingkah laku dan perbuatan pimpinan dan bawahan dapat mempengaruhi

nama baik instansi atau perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan kesadaran

tersebut diharapkan muncul kegairahan kerja dari para pegawainya. Keadaan

demikian dapat diciptakan apabila perusahaan memperhatikan kepentingan

pegawainya baik secara ekonomi, sosial maupun secara psikologis (Suhandang,

2004:73-74). Keserasian hubungan di antara para anggota dalam divisi, baik vertikal

maupun horizontal diharapkan akan memperkuat tim kerja dalam perusahaan.

Adapun yang dapat dilakukan PR Internal perusahaan untuk menciptakan keadaan

tersebut salah satunya dengan penghargaan terhadap para pegawai yang

menunjukkan prestasi, baik dalam kerja sehari-hari maupun dalam kegiatan lainnya

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

22

yang menguntungkan perusahaan, seyogianya diberikan hadiah-hadiah atau

penghargaan-penghargaan. Hal demikian dapat merangsang para pegawai lainnya

(rekan sekerja) untuk berusaha meniru akan berbuat seperti pegawai yang terbaik itu

(Suhandang, 2004:73-74).

Suhandang (2004:191) menyatakan Public Relations harus berusaha

menciptakan iklim pergaulan kerja yang di dalamnya terdapat : pergaulan yang luwes

dan tidak kaku di antara mereka, penyampaian informasi yang jelas dan tepat,

kesadaran bahwa semua tugas sama pentingnya, saling percaya satu sama lain.

Adapun komunikasi ke atas sering mengalami hambatan antara lain karena adanya

perbedaan kedudukan/pangkat, pendidikan. Merupakan kewajiban Public Relations

untuk menembus hambatan-hambatan itu. Sebab, kurangnya komunikasi dari bawah

ke atas dapat mengakibatkan pimpinan akan kehilangan partisipasi bawahan, ide

bawahan yang bermanfaat tak dapat dikembangkan, pimpinan akan buta terhadap

permasalahan dan pendapat bawahan, serta kurangnya informasi yang dibutuhkan

untuk menilai dan menentukan suatu keputusan atau peraturan.

Sebaliknya, komunikasi yang diadakan pimpinan berpengaruh besar kepada

para karyawannya. Keharmonisan dari komunikasi dapat diusahakan PR melalu cara

yang formal dan informal seperti rapat-rapat, diskusi, pertandingan-pertandingan,

darmawisata, dan sebagainya (Suhandang, 2004:191). Keberhasilan departemen PR

akan didasarkan pada kerja sama tim yang dibentuk dan proses-proses yang

diletakkan untuk memastikan adanya tujuan, motivasi dan organisasi (Beard,

2004:100).

2.2.3.3 Hubungan Public Relations dengan Human Relations

Di dalam suatu perusahaan relasi humanis penting artinya untuk

menumbuhkan suatu group feeling di kalangan para pegawainya, dari tingkat

bawah sampai pada tingkat pimpinan. Dengan perasaan segolongan, atau

group loyalty, maka semua pegawai dari perusahaan itu akan selalu menjaga,

memelihara, dan memupuk nama baik perusahaannya. Suasana demikian

akan tercapai bila ada hubungan internal yang harmonis di antara mereka,

dengan kata lain, muncul hubungan yang manusiawi atau relasi antar menusia

di antara mereka, atau adanya hubungan kemanusiaan yang didasari oleh:

Harga menghargai satu sama lain, pergaulan yang tidak kaku, pekerjaan yang

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

23

sesuai dengan pendidikan , kecakapan dan kemampuan masing-masing serta

jaminan kesejahteraan yang wajar (Suhandang, 2004 : 186-187).

Mengenai relasi manusiawi dalam suatu lingkungan pekerjaan, Keith

Davis melalui Human Relations at Work dalam (Suhandang, 2004 : 187)

menyatakan bahwa “from the view point of a manager who has responsibility

for leading a group, human relations is the interactions of people into a work

situation that motivates them to work together productively, cooperatively,

and with economic, psychological, and social satisfactions”.

Dari pengertian tersebut maka ditinjau dari sudut pimpinan yang

bertanggung jawab dalam hal memimpin kelompoknya, human relations

merupakan interaksi antara orang-orang ke dalam suatu kerja yang

mendorong mereka untuk bekerja secara produktif, kooperatif, sehingga

memperoleh kepuasan secara ekonomi, psikologi, dan sosial.

2.2.4 Kepemimpinan

Beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli :

Stephen P. Robbins dalam (Fahmi, 2012 : 15) mengatakan, kepemimpinan

adalah “kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah

tercapainya tujuan”.

Ricky W. Griffin dalam (IFahmi, 2012 : 15) mengatakan, pemimpin adalah

“Individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus

mengandalkan kekerasan, pemimpin adalah individu yang diterima orang lain

sebagai pemimpin”.

Fahmi (2012:16) mengemukakan “pemimpin dan kepemimpinan dilihat

sebagai suatu kesatuan. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa

kepemimpinan” (Fahmi, 2012:16).

Lindgren dalam (Suhandang, 2004: 200) mengemukakan pemimpin

yang efektif adalah “ leadership which helps the members of a group or

organization to meet their individual needs and to achieve the purpose that

brought them together”.

Berdasarkan pengertian Lidgren di atas, disebutkan bahwa kepemimpinan

yang membantu anggota kelompok untu mencapai kebutuhan pribadi dan

meraih tujuan kelompok secara bersama-sama. Hersey dan Blanchard dalam

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

24

(Romli, 2014: 107-108) memformulasikan tugas pimpinan yang perlu

dijalankan adalah telling, selling, participating dan delegating.

Pertama, telling. Pemimpin perlu mendifinisikan secara mudah dan

menjelaskan peran atau tugas yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas

kepada bawahan. Dengan demikian karyawan tidak menemukan kebingungan

dan salah arah dalam menyelesaikan aktifitas organisasi.

Kedua, selling. Pemimpin disini perlu memberikan petunjuk yang

jelas bagaimana organisasi harus dijalankan serta memberikan dukungan

yang dapat memacu produktifitas. Ketiga, participating. Dalam kegiatan

organisasi antara pimpinan dan bawahan harus terjalin kerjasama baik.

Keduanya berbagi informasi, pandangan, pengalaman untuk memutuskan

langkah terbaik yang dapat ditempuh dalam rangka meraih kualitas yang

prima.

Keempat, delegating. Dalam prinsip ini pemimpin harus seminimal

mungkin mengambil peran dalam pengambilan keputusan teknis. Dalam

memutuskan operasioanl yang perlu dilakukan maka pimpinan perlu

memberikan arahan dan dukungan secara personal kepada bawahan untuk

dapat memutuskannya (Romli, 2014:107-108).

2.2.4.1 Gaya Kepemimpinan

Gaya merupakan sikap, gerakan, tingkah laku sikap yang elok, gerak

gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan

gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula

dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang

disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan

menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah keterampilan, sifat,

dan sikap yang mendasari perilaku seseorang (Rivai dan Mulyadi, 2012 : 42).

Kepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan

kepemimpinan yang baik (good leadership) adalah kunci keberhasilan suatu

perusahaan atau organisasi. Kepemimpinan yang baik juga memberi

kebebasan pada orang untuk mengemukakan pendapat, tidak melihat jabatan

atau posisi orang tersebut (Mulyana, 2004: 186).

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

25

2.2.5 Teori Empat-Sistem

Likert dalam (Pace dan Faules, 2010: 287-288) mengungkapkan salah

satu teori gaya kepemimpinan yang dikemukakan Likert (1967). Terdapat

empat gaya atau sistem manajerial. Likert membagi gaya manajerial tersebut

sebagai berikut :

1) Penguasa mutlak

Gaya ini berdasarkan pada asumsi Teori X McGregor. Manajer atau

pemimpin memberi bimbingan sepenuhnya dan pengawasan ketat pada

pegawai dengan anggapan bahwa cara yang terbaik untuk memotivasi

pegawai adalah dengan memberi rasa takut, ancaman dan hukuman. Interaksi

atasan-bawahan amat sedikit; semua keputusan berasal dari atas dan

komunikasi ke bawah semata-mata berisi instruksi dan perintah.

2) Penguasa semi-mutlak

Gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian, tetapi mendorong komunikasi ke

atas untuk ikut berpendapat maupun mengemukakan keluhan bawahan;

namun interaksi di antara tingkatan-tingkatan dalam organisasi dilakukan

melalui jalur resmi. Komunikasi yang terjadi jarang bersifat bebas dan terus

terang.

3) Penasihat

Gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai

tingkat moderat, antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Informasi

berjalan baik ke atas maupun ke bawah, tetapi dengan sedikit penekanan pada

gagasan-gagasan yang berasal dari atas. Manajer menaruh kepercayaan besar,

meskipun tidak mutlak dan keyakinan kepada bawahan.

4) Pengajak Serta

Gaya ini amat sportif, dengan tujuan agar organisasi berjalan baik melalui

partisipasi nyata pegawai. Informasi berjalan ke segala arah, dan

pengendalian dijalankan di setiap tingkatan. Orang berkomunikasi dengan

bebas, terbuka, dan berterus terang hampir tanpa rasa takut terhadap

hukuman. Secara umum, sistem komunikasi formal dan informal identik, dan

ini menjamin integrasi tujuan pribadi dan tujuan organisasi yang sebenarnya.

2.2.6 Teori Kepribadian Perilaku

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

26

Pada akhir tahun 1940-an, terdapat penelitian yang mulai

mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat

menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang. Dan ditemukan sifat-sifat,

dan pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.

Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada Pusat Riset University Of

Michigan, dengan sasaran: melokasikan karakteristik perilaku kepemimpinan

yang dikaitkan dengan keefektifan kinerja. Melalui penelitian

mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berbeda, disebut sebagai job-

centered yang berorientasi pada pekerjaan dan employee-centered yang

berorientasi pada karyawan. Pemimpin yang job-centered merupakan

pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat

sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang

telah ditentukan.

Pemimpin ini mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan, dan

hukuman untuk mempengaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya. Perhatian

pada orang dilihat sebagai suatu hal yang mewah yang tidak dapat selalu

dipenuhi pemimpin. Sedangkan pemimpin yang berpusat pada bawahan,

merupakan pemimpin yang mendelegasikan pengambilan keputusan pada

bawahan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhan dengan

cara menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Pemimpin yang

berpusat pada karyawan mempunyai perhatian terhadap kemajuan,

pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya. Tindakan-tindakan ini

diasumsikan dapat memajukan pembentukan dan perkembangan kelompok

(Rivai dan Mulyadi, 2012:8).

2.2.7 Teori Kontinum

Tannenbaum dan Schmidt (1957) dalam (Pace dan Faules,

2010:288-289) meneliti pengambilan keputusan sebagai konsep utama

dalam kontinum perilaku kepemimpinan mereka. Mereka mengemukakan

butir-butir perilaku pada suatu kontinum, dari kepemimpinan terpusat pada

atasan, kepada kepemimpinan yang terpusat pada bawahan. Ketujuh butir

ini menunjukkan sifat pemimpin mulai dari mereka yang mempertahankan

tingkat pengendalian ketat sampai mereka yang melepaskan kendali kepada

bawahan. Kontinum ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

27

1) Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya.

2) Manajer membuat keputusan dan menawarkannya.

3) Manajer mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk

mempertanyakannya.

4) Manajer mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat

diubah.

5) Manajer menentukan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk

membuat keputusan.

6) Manajer mengizinkan bawahan untuk membuat keputusan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran

Gaya Kepemimpinan Kepala Divisi

Humas (Penguasa Mutlak/Penguasa

Semi mutlak/Penasihat/ Pengajak

Serta)

Aliran informasi vertikal dalam

komunikasi internal

Aliran informasi horizontal dalam

komunikasi internal

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

28

Pada kerangka pemikiran diatas, yang pertama melihat bagaimana gaya

kepemimpinan kepala divisi humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

berdasarkan teori empat gaya kepemimpinan yang dikemukakan Likert, yakni gaya

penguasa mutlak, semi mutlak, penasihat atau pengajak serta. Kemudian, bagaimana

gaya kepemimpinan tersebut dapat mendukung aliran informasi vertikal dan

horizontal, dilihat melalui empat pertanyaan penelitian. Gaya Kepemimpinan

menunjukkan bagaimana aliran informasi secara horizontal meliputi fungsi

komunikasi horizontal dan metode komunikasi horizontal. Kemudian gaya

kepemimpinan menunjukkan aliran informasi vertikal diantaranya apa saja jenis

informasi vertikal (informasi dari pimpinan kepada bawahan dan informasi dari

bawahan kepada pimpinan) dan juga melihat bagaimana pimpinan mengendalikan,

mengarahkan, mendorong, melibatkan serta memberi ganjaran kepada bawahannya

untuk dapat mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala divisi humas Inspektorat

Jenderal Kementerian Keuangan.

Fungsi komunikasi

horizontal dalam

divisi humas

Metode komunikasi

horizontal dalam

divisi humas

Jenis Informasi yang

dikomunikasikan

pimpinan ke bawahan

dan sebaliknya

Kontrol, arahan,

dukungan

pimpinan kepada

bawahan

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewKepemimpinan yang baik adalah keinginan untuk mendengar, dan kepemimpinan yang baik (good leadership)

29