dalam dunia kesehatan kita sering mendengar kata

36
Dalam dunia kesehatan kita sering mendengar kata Transisi Epidemiologi , atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya. Ya..mungkin seperti itulah pengertian Transisi Epidemiologi yang saya ketahui. Teori transisi epidemiologi sendiri pertama kali dikeluarkan oleh seorang pakar Demografi Abdoel Omran pada tahun 1971. Pada saat itu ia mengamati perkembangan kesehatan di negara industri sejak abad 18. Dia kemudian menuliskan sebuah teori bahwa ada 3 fase transisi epidemiologis yaitu 1) The age of pestilence and famine , yang ditandai dengan tingginya mortalitas dan berfluktuasi serta angka harapan hidup kurang dari 30 tahun, 2) The age of receding pandemics , era di mana angka harapan hidup mulai meningkat antara 30-50 dan 3) The age of degenerative and man-made disease , fase dimana penyakit infeksi mulai turun namun penyakit degeneratif mulai meningkat. gambaran itu memang untuk negara Barat. Teori ini kemudian banyak di kritik. Kritikan dari beberapa tokoh seperti Rogers dan Hackenberg (1987) dan Olshansky and Ault (1986) membuat Omran melakukan sedikit revisi. Bagi negara Barat, ketiga model tersebut ditambah 2 lagi yaitu: 4) The age of declining CVD mortality, ageing, lifestyle modification, emerging and resurgent diseases ditandai dengan angka harapan hidup mencapai 80-85, angka fertilitas sangat rendah, serta penyakit kardiovakular dan kanker, serta 5) The age of aspired quality of life with paradoxical longevity and persistent inequalities yang menggambarkan harapan masa depan, dengan angka harapan hidup mencapai 90 tahun tetapi dengan karakteristik kronik morbiditas, sehingga mendorong upaya peningkatan quality of life. Selain itu, Omran juga membuat revisi model transisi epidemiologis untuk negara berkembang dengan mengganti fase ketiganya menjadi “The age of triple health burden” yang ditandai dengan 3 hal yaitu: a) masalah kesehatan klasik yang belum terselesaikan (infeksi penyakit menular), b)munculnya problem kesehatan baru dan c)pelayanan kesehatan yang tertinggal (Lagging), Namun ketika itu dikaitkan dengan jenis penyakit beberapa pakar menggati beban ketiga itu dengan “New Emerging

Upload: yipz-yipz-keresek

Post on 07-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Dalam dunia kesehatan kita sering mendengar kataTransisi Epidemiologi, atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya. Ya..mungkin seperti itulah pengertian Transisi Epidemiologi yang saya ketahui.

Teori transisi epidemiologi sendiri pertama kali dikeluarkan oleh seorang pakar DemografiAbdoel Omranpada tahun 1971. Pada saat itu ia mengamati perkembangan kesehatan di negara industri sejak abad 18. Dia kemudian menuliskan sebuah teori bahwa ada 3 fase transisi epidemiologis yaitu 1)The age of pestilence and famine, yang ditandai dengan tingginya mortalitas dan berfluktuasi serta angka harapan hidup kurang dari 30 tahun, 2)The age of receding pandemics, era di mana angka harapan hidup mulai meningkat antara 30-50 dan 3)The age of degenerative and man-made disease, fase dimana penyakit infeksi mulai turun namun penyakit degeneratif mulai meningkat. gambaran itu memang untuk negara Barat.

Teori ini kemudian banyak di kritik. Kritikan dari beberapa tokoh sepertiRogers dan Hackenberg(1987) danOlshansky and Ault(1986) membuat Omran melakukan sedikit revisi. Bagi negara Barat, ketiga model tersebut ditambah 2 lagi yaitu: 4)The age of declining CVDmortality, ageing, lifestyle modification, emerging and resurgentdiseases ditandai dengan angka harapan hidup mencapai 80-85, angka fertilitas sangat rendah, serta penyakit kardiovakular dan kanker, serta 5)The age of aspired quality of life with paradoxical longevity and persistent inequalitiesyang menggambarkan harapan masa depan, dengan angka harapan hidup mencapai 90 tahun tetapi dengan karakteristik kronik morbiditas, sehingga mendorong upaya peningkatanquality of life.

Selain itu, Omran juga membuat revisi model transisi epidemiologis untuk negara berkembang dengan mengganti fase ketiganya menjadiThe age of triple health burdenyang ditandai dengan 3 hal yaitu:a) masalah kesehatan klasik yang belum terselesaikan (infeksi penyakit menular), b)munculnya problem kesehatan baru dan c)pelayanan kesehatan yang tertinggal (Lagging), Namun ketika itu dikaitkan dengan jenis penyakit beberapa pakar menggati beban ketiga itu dengan New Emerging Infectious Disease Penyakit menular baru/penyakit lama muncul kembali.

Indonesia sebagai negara berkembang dekade saat ini dan kedepan diperkirakan akan berada pada fase ketiga ini yaitu The age of triple health burden. Tiga beban ganda kesehatan. Kita akan membahas beban ini satu-persatu.

Beban pertama yang dihadapi Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan penyakit menular klasik. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua Negara berkembang apalagi negara tersebut berada pada daerah tropis dan sub-tropis. Angka kesakitan dan kematian relatif cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat menjadi masalahnya. Sebut saja Tuberkulosis (TB), Kusta, Diare, DBD, Filarisisi, Malaria, Leptospirosis dan masih banyak lagi teman-temannya. Seolah Indonesia sudah menjadi rumah yang nyaman buat mereka tinggal (baca:endemis). Sudah berpuluh-puluh tahun pemerintah kita mencoba membuat program memberantas bahkan mengeliminasi penyakit ini namun penyakit ini belum juga mau pergi dari Indonesia, Sudah Trilyunan Rupiah dikeluarkan agar mereka mau meninggalkan Indonesia, Malah trend kasusnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Penyakit menular ini merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Secara garis besar, biasa kita sebut Segitiga Epidemiologi (Epidemiological Triangle) yaitu lingkungan, Agent penyebab penyakit, dan pejamu. Ketidakseimbangan ketiga faktor inilah yang bisa menimbulkan penyakit tersebut. Kita tidak akan membahasnya satu persatu disini. Informasi lebih jelsnya anda bisa membaca buku tentang Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular secara konsep sebenarnya bisa kita lakukan dengan memutus mata rantai penularan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghentikan kontak agen penyebabpenyakit dengan pejamu. Mengintervensi faktor risiko utama yaitu Modifikasi lingkungan (menciptakan lingkungan yang sehat) dan mengubah perilaku menjadi hidup bersih dan sehat. Namun kedua faktor utama inilah yang sampai sekarang tidak mampu dimodifikasi. Masalahnya cukup kompleks, bisa disebabkan karena kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada upaya preventif (pencegahan), Sektor kesehatan merasa bekerja sendiri menyelesaikan masalah kesehatan, Keadaan politik,sosial dan ekonomi menjadi akar masalah kita.

Beban Kedua yang dihadapi Indonesia adalah tingginya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular (Non-Communicable Disease). Sebut saja Hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit Cardiovaskuler (CVD), Ischemic Heart Disese, PPOK, Kanker dan teman-temannya. Masalah utamanya adalah angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia sudah lebih tinggidaripada kematian akibat penyakit menular. pada tahun 1995 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 41,7 persen dan tahun 2007 meningkat menjadi 59,5 persen, ini yang tercatat di pelayanan kesehatan bagaimana dengan yang tidak tercatat ? Ini juga menjadi salah satu masalah PTM sekarang ini, pencatatan yang hampir tidak ada sama sekali di pelayanan kesehatan, sehingga sulit menentukan besaran masalahnya dan menentukan kebijakan di daerah maupun pusat.

PTM dikenal dengan sebutanSilent Killer, bisa membunuh secara diam-diam, dan ketika terdeteksi oleh penderita, sudah pada tingkat keparahan yang tinggi dan sudah sulit disembuhkan, dan biasanya akan berakhir dengan kecacatan atau kematian. Tidak ada Faktor yang spesifik dan dominan penyebab PTM ini. Faktor risiko penyakit ini cukup banyak dan saling berinteraksi. Berbagai penelitian menyebutkan faktor risiko yang sering ditemukan adalah pada perilaku yaitu merokok, minum beralkohol, makanan (Fastfood dengan kolestrol tinggi), dan kurangnya aktivitas fisik. Pencegahan yang bisa kita lakukan ya..dengan mengubah perilaku kita menjadi perilaku yang sehat,menjaga pola makan yang baik dan sehat, sering berolahraga dan hindari rokok dan minum alkohol.

Beban ketiga yang dihadapi Indonesia adalah munculnya penyakit baru(new emerging Infectious Disease). Sebut saja HIV (1983), SARS (2003), Avian Influenza (2004), H1N1 (2009). Penyakit ini rata-rata disebabkan oleh virus lama yang berganti baju (baca:bermutasi) itulah yang menyebabkan tubuh manusia sering tidak mengenalnya dengan cepat. Akibatnya angka kesakitan dan kematian pada penyakit ini sangat tinggi dan berlangsung sangat cepat.

Adanya penyakit infeksi yang baru ataupun penyakit infeksi lama yang muncul kembali merupakan konskuensi logis dari sebuah proses evolusi alam, selain itu kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah dirinya, manusia dengan perubahan teknologi dan perilakunya juga memberikan peluang kepada mikroba untuk secara alamiah merekayasa dirinya secara genetik, perubahan iklim global juga turut campur dalam timbul dan berkembangnya penyakit baru ini.

Pengendalian penyakit infeksi baru bermacam-macam pendekatan namun diperlukan pemahaman teradap 2 hal yakni epidemiologi global penyakit atau dinamika penyebaran penyakit secara global dan pemahaman terhadap cara-cara penularan lokal. (Achmadi,2009)

Dengan melihat gambaran di atas, Indonesia 10-20 tahun kedepan belum mampu mewujudkan Indonesia Sehat. Kami hanya mampu menyarankan kepada anda untuk membantu pemerintah mempercepat terwujudnya Indonesia sehat dengan Berpikir Sehat, Berperilaku bersih dan Sehat, dan Mengajak orang-orang untuk hidup Sehat. Karena dengan bergerak bersama-sama Kita bisa mewujudkan MIMPI ITU, melihat INDONESIA SEHAT.

Transisi Epidemiologi

Salam blogger, lagi bosen searching tugas nih, dari tadi gak ketemu2,, heheDemi mengisi kekosongan statistik modem berjalan, mending ngepost "sesuatu" dulu :DOke, "sesuatu" itu adalah transisi epidemiologi, berikut penjelasannya, semoga bermanfaat :)

Transisi EpidemiologiTransisi epidemiologi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru. keadaan transisi epidemiologi ini ditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit.Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain.

makala epidemiologi penyakit menular dan tidak menular

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangPerhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua di antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular. Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular. Karena itu, epidemiologi hampir selalu dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar belakang penyakit menular. Sejarah epidemiologi memang bermula dengan penanganan masalah penyakit menular dan tidak menular yang merajalela dan banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian menurut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan masyarakat.Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan pola strukturmasyarakat , khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada giliran nya dapat memacu semakin meningkat nya PTM. Di Indonesia keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi.

1.2.Rumusan MasalahApa pengertian penyakit menular?Apa saja faktor penyebab penyakit menular?Bagaimana mekanisme penyakit menular?Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?Apa pengertian penyakit tidak menular?Apa pengertian dan jenis faktor resiko penyakit tidak menular?Bagaimana upaya pencegahan penyakit tidak menular?

1.3.Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dan kelompok dalam mata kuliah pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Dan juga kami sebagai penulis ingin memberikan informasi kepada rekan-rekan yang lain tentang epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.

1.4.Metode PenulisanAdapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study pustaka sebagai karena dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi buku-buku teks yang kami pakai adalah epidemiologi penyakit menular dan buku epidemiologi penyakit tidak menular.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.Pengertian Penyakit MenularDewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan biologis.Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama.Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.

2.2.Faktor Penyebab Penyakit MenularPada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent) yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources), adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme multi selular yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain-lain.Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.Kelompok protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikro-organisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu lainnya yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khususnya pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainya.

2.3.Mekanisme Penyakit MenularAspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain:Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia .Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu.Unsur penyebab yang akan meninggalkan penjamu di mana ia berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara.Cara penularan(mode of transmission)Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni:Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.auPenularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).

2.4.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menulara.Pencegahan Penyakit MenularPengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasilpengamatan penelitian epidemiologis.Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni:Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan penjamu.Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya.Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan kehidupan sosial masyarakat.Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga kesehatan.Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi.Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

b.Penanggulangan penyakit menular.Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.Seperti halnya pada upaya pencegahan penyakit, maka upaya penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran langsung melawan sumber penularan atau reservoir, sasran ditujukan pada cara penularan penyakit, sasaran yang ditujukan terhadap penjamu dengan menurunkan kepekaan penjamu.

c.Sasaran langsung pada sumber penularan penjamu.Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan demikian keberadaan sumbar penularan tersebut memegang peranan yang cukup penting serta menentukan cara penanggulangan yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya yang cukup tinggi.-Sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka upaya mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)-Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme) atau menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber.d.Sasaran ditujukan pada cara penularanUpaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan usaha lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan tampaknya lebih bermanfaat.e.Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa faktor yang berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan (imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi, keadaan umum serta faktor genetika.-Berbagai penyakit dewasaini dapat dicegah melalui usaha imunitas yakni peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi. Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan penyakit (DPT) merupakan pemberian imunisasi dasar kepada anak-anak sebagai bagian terpenting dalam program kegiatan kesehatan masyarakat.-Peningkatan kekebalan umum.Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan penjamu terhadap penyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan keluarga, peningkatan gizi balita melalui program kartu menuju sehat (KMS), peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui posyandu. Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum dalam usaha menangkal berbagai ancaman penyakit infeksi.

f.Pengertian penyakit menularKesamaan penyebutan tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu dengan yang lainnya. Penyakit kronik biasanya dapat di pakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang kelangsungan mendadak/akut , misalnya keracunan.Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena PTM biasanya bukan oleh mikro-organisme. Disebut juga sebagai penyakit degeratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut.g.Pengertian dan jenis faktor resiko.1)Pengertian penyakit faktor resiko.Risk factors are characteristics, signs, symptoms, in disease free individual which are statistically associated with an increased incidence of subsequent disease (simborg DW)2)Macam- macam faktor resiko.Dikenal beberapa macam faktor resiko menurut segi dari mana faktor resiko yang diamati:Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah:-Unchangeable risk factors: faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik.-Changeable risk factors: faktor risiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok atau latihan olahraga.Menurut kestabilan peranan faktor resiko dikenal:-Suspected risk factors: faktor resiko yang di curigai, yakni faktor-faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil; hasil penelitian sebagai faktor resiko. Misalnya rokok sebagai penyebab kanker rahim.-Established risk factors: faktor resiko yang telah ditegakkan, yakni faktor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranan sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok, sebagai faktor resiko kanker paru-paru.Ada juga yang membagi faktor resiko atas faktor risiko yang well document dan less well documented.Ataupun pembagian atas resiko yang strong dan weak;, faktor risiko yang kuat dan lemah.

h.Upaya pencegahan penyakit tidak menular.1)Tingkat-tingkat pencegahan.Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM. Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut:a)Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup yang dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptkan prakondisi sehingga masyarakat meras bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok.b)Pencegahan tingkat pertama meliputi:Promosi kesehatan masyarakat, misalnya:Kampanye kesadaran kesehatan.Promosi kesehatan.Pendidikan kesehatan masyarakat.Pencegahan khusus, meliputi:Pencegahan keterpaparan.Pemberian kemopreventif.Pencegahan tingkat kedua:Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.Pengobatan,misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.Pencegahan tingkat ketiga:Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.

Contoh UpayaPencegahan PTMUpaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasikan. Misalnya pada penderita stoke, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan hipertensi.Sebagai itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan. (a) gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam, lemak dan kalori.(b) lingkungan dengan menyadari stres kerja. (c) biologi dengan memberikan perhatian terhadap faktor resiko biologis(jenis kelamin, riwayat keluarga). (d) pelayanan kesehatan, dengan memberikan health education dan pemeriksaan tensi.

BAB IIIPENUTUP3.1.KesimpulanPerbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari penyebabnya sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada rantai penularan, diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal.

3.2.Kritik dan SaranSebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurna nya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bustan,Mn.1997.Epidemiologi penyakit tidak menular. PT RINEKA CIPTA.Nor,nasry.2000.epedimiologi penyakit menular. PT RINEKA CIPTA.

MAKALAHEPIDEMIOLOGI

PENYAKIT MENULAR DANTIDAK MENURLAR

Disusun Oleh Kelompok III:ATIKA ANGGRIYANIWEKHA SELVA PRATIWIYETRI DESTALINALILI PUTRIANIFERDIANSYAHANDRIMARTINAREDA ILAHIFERONIKADONITA PRAYUDATITIN LESTARI

FAKULTAS KESEHATANPRODI KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS RATU SAMBANARGA MAKMUR BENGKULU UTARA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga sampai saat ini penulis selalu dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik.Dalam pembuatan Makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan iniPenulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk menambah wawasan penulis dan demi perbaikan tugas-tugas yang akan datang.Harapan penulis semoga Makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Arga Makmur,2011

ii

Ii

20DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................iKATA PENGANTAR..........................................................................................iiDAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar Belakang.............................................................................11.2.Rumusan Masalah........................................................................21.3.Tujuan Penulisan..........................................................................31.4.Metode Penulisan.........................................................................3

BAB IIPEMBAHASAN2.1.Pengertian Penyakit Menular........................................................42.2.Faktor Penyebab penyakit menular...............................................52.3.Mekanisme Penyakit Menular.......................................................62.4.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.......................8

BAB IIIPENUTUP3.1.Kesimpulan.................................................................................183.2.Kritik dan Saran..........................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULARPerhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. WHO membagi 3 penyebab utama kematian yaitu:- Penyakit jantung koroner- Diare- Stroke Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Terjadinya perubahan pola penyakit ini dapat berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: Perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke industri Perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan KB. Perbaikan dalam sanitasi lingkungan untuk menurunkan penyebaran penyakit menular Peningkatan tenaga kerja wanita karena emansipasi Peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberantas penyakit infeksi dan meningkatkan life expectancy (umur harapan hidup) Penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan : Penyakit kronik Penyakit non-infeksi New communicable disease Penyakit degeneratif Penyakit kronik karena PTM biasanya bersifat kronik, tapi ada juga yang kelangsungannya mendadak misal : keracunan Penyakit Non-Infeksi karena penyebab PTM bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya PTM. Penyakit degeneratif berhububungan dengan proses degenerasi/ketuaan. New comminicable disease dianggap dpt menular mlalui gaya hidup, gaya hidup dpt menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Karakteristik penyakit tidak menular : Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu Masa inkubasi yang panjang Perlangsungan penyakit kronik Banyak menghadapi kesulitan diagnosis Mempunyai Variasi yang luas Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya. Faktor penyebabnya multikausal, bahkan tidak jelas. Contoh penyakit tidak menular penyakit jantung.Penyakit tidak menular makin meningkat di Indonesia, bahkan penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menularPentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) di latarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat ,khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu Negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industry membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat ,khususnya masyarakat Indonesia . bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu Negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industry membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industry banyak member andil terhadap perubahan pola fertilitas ,gaya hidup,social ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya PTM. Di Indonesia keadaanperubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi.Pembahasan epidemiologi PTM tidak dapat melepaskan diri dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah penyakit .akan dibicarakan konsep PTM sebagai penyakit dari segi epidemiologi.frekuensi sebagai masalah dalam masyarakat,pengetahuan tentang factor penyebab/factor resikonya dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait.Mengenal penyakit tidak menular-Istilah PTMIstilah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan :a.Penyakit kronikb.Penyakit non-infeksic.New communicable diseased.Penyakit degenerativeKesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya member kesamaan penuh anatra satu dengan yang lainnya. Penyakit kronik dapat di pakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik (menahun/ lama). Namun ada juga penyakit menular yang kelangsungannya mendadak dan/akut ,misalnya keracunan. Sebutan penyakit non-infeksi di p[akai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikro-organisme namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya PTM. Disebut juga sebagai penyekit degenerative karena kejadiaanya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak di temukan pada usia lanjut,dank arena perlangsungannya yang lama itu pula lah yang menyebabkan PTM berkaitan dengan proses degenerative yang berlangsung sesuai waktu dan / umur.Sementara itu ada yang secara populer ingin menyebutnya sebagai communicable disease karena penyakit ini di anggap dapat menular, yakni melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan tertentu. Gaya hidup di dalamnya dapat menyaklngkut pola makan , kehidupan seksual, dan komunikasi nglobal. Perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan berlebih atau berkolesterol tinggi-Karakteristik penyakit tidak menularBerbeda denga penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti :a.Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu.b.Masa inkubasi yang panjangc.Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik)d.Banyak menghadapi kesulitan diagnosise.Mempunyai variasi yang luasf.Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya.g.Factor penyebabnya multi kausal, bahkan tidak jelasPenyakit menularPenyakit tidak menular

1.Banyak di temui di Negara berkembang2.Rantai penularan yang jelas3.Perlangsungan akut4.Etiologi mikroorganisme jelas5.Bersifat single-kausa6.Diagnosisi mudah7.Agak mudah mencari penyebabnya8.Biaya relative murah9.Jelas muncul di permukaan10.Morbiditas dan mortalitasnya cenderung menurun1.Di temui di Negara industry2.Tidak ada rantai penuilaran3.Perlangsungan kronik4.Etiologi tidak jelas5.Biasanya multiple causa6.Diagnosis sulit7.Sulit mencari penyebabnya8.Biaya mahal9.Ada iceberg phenomen10.Morbiditas dan mortalitasnya cenderung meningkat

Sekedar membandingkan PTM dengan penyakit menular, dapat di lihat sebagai berikut:Perbedaan PTM ini dengan penyakit menular memerlukan pendekatan epidemiologi tersendiri , mulai dari penentuannya sebagau masalah kesehatan masyarakat sampai pada usaha pencegahan dan penanggulangannya. Sebagai contoh observasi PTM di lapangan . mempelajari PTM yang berlangsungnya kronik, masa laten yang panjang, mempunyai beberapa kesulitan dengan hanya melakukan pengamatan . observasional yang berdasarkan pengalaman pribadi dari anggota masyrakat saja ,jika observasiitu dintujukan untuk menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya penyakit maka beberapa kesulitan dapat di hadapi. Situasi-situasi dimana pengamatan perorangan di anggap kurang ccukup untuk menetapkan hubungan antar papapran dengan penyakit dapat di sebabkan oleh factor-faktor brikut (Fletcher 129)1.Masa laten yang panjang antara eksposure dengan penyakit.2.Frekuensi paparan fakor resiko yang tidak teratur.3.Insiden penyakit yang rendah4.Resiko paparan yang kecil5.Penyebab penyakit yang multikompleks

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara negara maju. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.B. TujuanTujuan Umum : Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan memahami perawat sebagai peran dan fungsi perawat profesional. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:1. Mengetahui dan memahami pengertian dari perawat sebagai profesi.2. Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional.3. Mengetahui dan memahami peran perawat profesional.4. Mengetahui dan memahami fungsi perawat professional.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PengertianPerawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. ( PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek perawat)Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. ( Seminar Nasional Keperawatan 1983 )Perawat profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).

B. Peran perawat profesionalPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. 1. Pemberi Asuhan Keperawatan Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.2. Pembuat Keputusan Klinis Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).3. Pelindung dan Advokat Klien Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.4. Manager KasusDalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.5. Rehabilitator Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.6. Pemberi Kenyamanan Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.7. Komunikator Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.8. Penyuluh Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.9. Kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.10. EdukatorPeran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.11. KonsultanPeran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.12. PembaharuPeran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

C. Fungsi perawatDefinisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:

1. Fungsi IndependenMerupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.2. Fungsi DependenMerupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.3. Fungsi InterdependenFungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

D. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi).E. Solusi Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat1. Pengembangan pendidikan keperawatanSistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.

2. Memantapkan system pelayanan perawatan professionalDepertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.3. Penyempurnaan organisasi keperawatanOrganisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :1. Nilai intelektualNilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri daria. Body of Knowledgeb. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.2. Nilai komitmen moralPelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :a. Beneficienceselalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)b. FairTidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.c. FidelityBerperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.3. Otonomi, Kendali dan Tanggung GugatOtonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat kiat itu adalah : Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur unsur karatif yaitu : nilai nilai humanistic altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien. Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya. Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994) Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya Believing in Others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya. Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya. Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya. Listening, artinya mau mendengar keluhan kliennya Felling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien. Accepting, artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanKeperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi, memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.

Peran perawat profesional adalah pemberi asuhan keperawatan, pembuat keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manager khusus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, kolaborator, educator dan konsultan pembaharu.Adapun fungsi perawat profesional adalah sebagai fungsi independen, dependen dan interdependen.Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat kiat yang lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien

SaranKami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Untuk terakhir kalinya kami berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat profesional dibidangnya.