· web viewhal itu perlu dilakukan dan terus diarahkan agar badan-badan usaha milik negara dan...

153
BAB 30 APARATUR PEMERINTAH

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 30

BAB 30

APARATUR PEMERINTAH

I. PENDAHULUAN

Pendayagunaan aparatur pemerintah merupakan suatu usaha yang perlu dilaksanakan secara terus-menerus dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Dengan demikian maka kegiatan pendayagunaan aparatur pemerin-tah yang akan dilakukan dalam Repelita IV disamping merupakan kelanjutan dan peningkatan langkah-langkah usaha yang telah dilakukan pada Repelita-repelita sebelumnya, sekaligus juga ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang belum dapat ditangani sepenuhnya pada masa Repelita III. Kecuali itu akan dilakukan pula langkah-langkah pendayagunaan aparatur pemerintah guna mengatasi masalah-masalah baru yang muncul dan berkembang dalam masa Repelita IV.

Usaha pendayagunaan aparatur pemerintah tersebut pada hakekatnya adalah merupakan tugas dari segenap aparatur Pemerintah. Oleh karena usaha pendayagunaan tersebut bersifat menyeluruh maka pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, berencana dan terpadu sesuai dengan prioritas kebutuhan pembangunan. Usaha pendayagunaan aparatur pemerintah itu sendiri sekaligus mencakup kegiatan-kegiatan pembinaan, penyempurnaan dan penertiban, serta ditujukan terhadap seluruh aparatur pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Usaha-usaha tersebut selain ditujukan untuk lebih meningkat- kan kemampuan dan pengabdian aparatur pemerintah, juga untuk

535

menciptakan aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam rangka melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan, langkah tindakan aparatur pemerintah dibina kearah sikap pengabdian dan perilaku sebagai pelayan-pelayan masyarakat. Da-lam rangka pelaksanaan tugas-tugas pembangunan, maka aparatur pemerintah diusahakan agar lebih mendorong kegairahan masyarakat untuk berperanserta mendukung kebijaksanaan dan perencanaan serta pelaksanaan pembangunan. Tugas-tugas pembangunan tersebut mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan. Kesemuanya diselenggarakan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju pads terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Dalam Repelita IV akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha pendayagunaan aparatur pemerintahan untuk mewujudkan aparatur yang makin bersih dan berwibawa. Aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa akan dapat membina masyarakat secara teratur dan akan mendapat dukungan dari masyarakat. Aparatur pemerintah sebagai pemikir, perencana dan penggerak pembangunan harus dapat menjadi kekuatan pendorong bagi usaha pembangunan.

Pendayagunaan aparatur pemerintah dalam Repelita IV menjadi semakin panting, karena dalam Repelita IV harus sudah dapat dibangun kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus dalam membangun dengan kekuatan sendiri. Dalam Repelita IV, aparatur pemerintah harus dapat

meningkatkan kemampuannya guna memberikan pelayanan dan dorongan bagi terwujudnya keseimbangan dan keserasian pembangunan antar bidang, sektor, daerah, serta aspek lain dari kegiatan pembangunan. Kerangka landasan yang dimaksud harus didukung oleh aparatur pemerintah yang berdayaguna dan berhasilguna.

Ketetapan MPR NO.II/MPR/1983 telah menggariskan Pokokpokok kebijaksanaan dan arah penyempurnaan aparatur pemerintah sebagai berikut :

a. Aparatur Pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat makin ditingkatkan pengabdian dan kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara dan milik daerah sebagai aparatur perekonomian negara dilakukan secara terus menerus, agar dapat mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintah maupun untuk menggerakkan pembangunan secara lancar, dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat.

c. Perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah serta dalam menanggulangi masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pemungutan-pemungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lain‑

nya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Untuk itu perlu ditingkatkan pengawasan dan langkah-langkah penindakan.

d. Pemerintah perlu lebih meningkatkan hubungan fungsional yang makin mantap dengan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

e. Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan dalam rangka membina kesatuan bangsa, maka hubungan kerja yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terus dikembangkan atas dasar keutuhan negara kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi yang dapat mendorong kemajuan dan pembangunan daerah.

f. Untuk makin memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan menserasikan usaha-usaha pembangunan di daerah perlu ditingkatkan kemampuan dan kerjasama aparatur pemerintah yang ada di daerah, baik aparatur pusat maupun aparatur daerah.

g. Usaha memperkuat pemerintahan desa, agar makin mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan efektif, perlu dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.

Selanjutnya dalam GBHN juga telah digariskan bahwa dalam proses pembangunan yang didasarkan kepada Demokrasi Ekonomi, masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha. Sebaliknya dunia usaha diharapkan memberikan tanggapan yang

positip terhadap terciptanya iklim tersebut dengan kegiatankegiatan yang nyata.

Dalam hubungan ini sistem administrasi pemerintah dikembangkan agar mampu mendukung peningkatan kemampuan pengelolaan kegiatan pembangunan di sektor-sektor pembangunan, termasuk sektor koperasi dan sektor swasta. Dengan demikian maka perkembangan sektor pemerintah, koperasi dan swasta diharapkan akan berjalan dengan lebih serasi.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Usaha pendayagunaan aparatur pemerintah yang secara terus menerus telah dilakukan sejak tahun 1966, mencakup pendayagunaan aparatur Pemerintah tingkat Pusat, aparatur Pemerintah tingkat Daerah, hubungan aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah dan aparatur perekonomian Negara yang mencakup bidang-bidang kelembagaan kepegawaian, ketatalaksanaan serta sistem pembiayaan pembangunan yang meliputi penyusunan anggaran pembangunan, prosedur pelaksanaan anggaran pembangunan, pengendalian pelaksanaan proyek dan pengawasan keuangan negara. Kecuali itu dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih, telah diadakan langkah-langkah penertiban secara terus menerus di semua jajaran dan tingkatan aparatur pemerintahan, baik berupa pencegahan maupun penindakan, terhadap berbagai penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang.

Usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah tingkat Pusat dibidang kelembagaan antara lain telah dituangkan dalam Pokok-pokok Organisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen, masing-masing dalam Keppres No. 44 dan 45 tahun 1974 dan Keputusan-keputusan Menteri tentang organisasi Departemen masing-masing. Keputusan-keputusan Menteri tersebut merupakan

pengaturan mengenai tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tatakerja dari semua jenis unit-unit pelaksana teknis yang merupakan satuan organisasi yang melaksanakan sebagian tugas-tugas Departemen.

Dalam kurun waktu 9 tahun setelah berlakunya Keppres No. 44 dan No. 45 tahun 1974 berkali-kali telah diadakan langkah penyempurnaan. Tiap-tiap Departemen telah mengalami penyempurnaan, diantaranya terdapat perluasan organisasi dengan pembentukan Direktorat Jenderal, Direktorat, Badan serta Pusat. Penyempurnaan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Departemen agar dapat menghadapi bertambahnya be-ban kerja karena makin meningkatnya kegiatan pembangunan. Di antara penyempurnaan aparatur Pemerintah tingkat Pusat terda- pat restrukturisasi beberapa Departemen, yaitu pada tahun 1978 dan pada tahun 1983 untuk disesuaikan masing-masing dengan susunan Kabinet Pembangunan III dan susunan Kabinet Pembangunan IV. Demikian pula dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara dan agar penyelenggaraan pertahan- an dan keamanan negara dapat dilaksanakan secara lebih berdayaguna dan berhasilguna maka organisasi Departemen Pertahanan dan Keamanan telah disempurnakan dengan Keppres No. 46 tahun 1983 sesuai dengan pola dasar Organisasi Departemen lainnya.

Penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan tetap bertitik tolak dari sistem berdasar pembagian organisasi ke dalam un- sur Pembantu Pimpinan, unsur Pelaksana, dan unsur Pengawasan. Disamping itu untuk melaksanakan tugas-tugas yang belum termasuk dalam tugas dari unsur-unsur tersebut, telah dibentuk berbagai unit pelaksana teknis. Semua unsur dan unit tersebut dalam pelaksanaan tugasnya tidak lepas dari azas-azas koor‑

dinasi, integrasi, dan sinkronisasi serta asas pengawasan melekat.

Sebagai penyelenggara tugas dan fungsi Departemen di Daerah Tingkat I/Propinsi dibentuk Kantor Wilayah Departemen atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal sebagai instansi vertikal di Daerah sesuai dengan pembagian wilayah administratif yang dapat mencakup satu atau beberapa propinsi, tergantung dari tugas dan beban kerja yang menjadi tanggungjawabnya. Hal tersebut dimaksudkan agar instansi vertikal dapat lebih memperlancar pemberian pelayanan kepada masyarakat dan lebih serasi dalam melaksanakan hubungan kerja dengan perangkat Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Di samping itu dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas Kantor Wilayah di tingkat Kabupaten/ Kotamadya telah pula dibentuk beberapa Kantor Departemen.

Penyempurnaan organisasi perwakilan Republik Indonesia di luar negeri telah dilakukan dengan dikeluarkannya Keppres No. 51 tahun 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Dalam Keppres tersebut lebih ditegaskan lagi kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi serta tatakerja Perwakilan Republik Indonesia, yang terdiri dari Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler. Pembentukannya masing-masing diatur berdasarkan besar kecil- nya kepentingan Negara Republik Indonesia serta kepentingan timbal-balik antar negara. Dalam rangka meningkatkan pembina- an dan pengembangan hubungan dan kerjasama dengan Negara-ne-gara ASEAN, maka dengan Keppres No. 15 tahun 1982 Sekretariat Nasional ASEAN kemudian diintegrasikan kedalam Susunan Organisasi Departemen Luar Negeri.

541

Sejalan dengan penyempurnaan organisasi Departemen dan meningkatnya kegiatan pembangunan, telah dilakukan pula penyempurnaan organisasi lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen. Dalam rangka ini sejak tahun 1974 telah dilakukan penelitian secara mendalam mengenai organisasi lembaga-lembaga tersebut yang diharapkan dapat merumuskan pola tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasinya. Asas- asas yang dipergunakan dalam penyempurnaan organisasi Departemen sejauh mungkin diterapkan yaitu berorientasi pada peningkatan pelaksanaan fungsi lembaga yang bersangkutan, tanpa mengorbankan sifat-sifat khusus dan ruang lingkup tugas pokoknya. Usaha penyempurnaan memperhatikan adanya perbedaan dasar hukum pembentukan masing-masing lembaga, yaitu ada yang dengan Undang-undang, ada pula dengan Peraturan Pemerintah dan sebagian besar dengan Keputusan Presiden. Demikian pula dalam penyempurnaan diperhatikan pula sifat-sifat yang berbeda, ialah adanya kelompok Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menjalankan fungsi lini atau yang melaksanakan tugas eksekutif, kelompok lain mempunyai kedudukan staf atau sebagai badan staf tingkat Pusat, sedangkan ada pula yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi sehingga disebut badan koordinasi.

Walaupun pada dasarnya usaha-usaha penyempurnaan dilakukan dengan penelitian secara menyeluruh, namun perhatian khusus diberikan kepada masalah-masalah yang mendesak, yaitu perlunya penyempurnaan organisasi dari Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu untuk dapat melaksanakan peningkatan tugas yang sangat mendesak dari lembaga yang bersangkutan.

Untuk mengimbangi penyempurnaan segi kelembagaan yang te-

lah dikemukakan diatas maka secara terus menerus telah dilakukan penyempurnaan segi ketatalaksanaan, diantaranya dengan usaha peningkatan hubungan kerja lintas institusional maupun prosedural sebagai bentuk komunikasi untuk membantu tercapainya koordinasi. Penyempurnaan tata hubungan kerja antara berbagai Departemen/Lembaga dalam penyelenggaraan program-program pembangunan lintas sektoral bahkan telah dilembagakan dalam berbagai koordinasi dengan kejelasan rumusan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang terlibat.

Pemantapan pendayagunaan aparatur pemerintah pada tingkat Daerah secara mendasar telah dilakukan dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 18 tahun 1965. Undang-undang tersebut telah meletakkan dasar pelaksanaan sistem dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantu-an secara lebih serasi yang pada akhirnya diharapkan dapat menjamin tata kehidupan masyarakat dalam segala bidang secara teratur dan tertib. Dengan berbagai peraturan pelaksanaan secara terus menerus telah diusahakan penyempurnaan administrasi dan peningkatan kemampuan yang memperkuat organisasi pemerintahan di Daerah seperti koordinasi yang makin baik, kebijaksanaan yang konsisten antara satu unit dengan unit lainnya, proses pengambilan keputusan yang lancar, pengawasan yang lebih efektif dan lain-lain.

Usaha penyempurnaan administrasi pemerintahan di daerah juga terus dilakukan di tingkat desa. Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa telah lebih mendorong kegairahan swadaya dan swakarya masyarakat desa sendiri. Demikian pula Lembaga Musyawarah Desa dan

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa dimungkinkan berperan aktif dan nyata dalam pembangunan desa.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No. 5 tahun 1979 makin dimanfaatkan sistem Unit Kerja Pembangunan sebagai sistem perencanaan pembangunan terpadu di tingkat Kecamatan un-tuk pembangunan desa-desa menjadi Desa Swasembada.

Selanjutnya hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah yang dilakukan berdasarkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan menurut keserasian asas dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan telah makin dikembangkan. Usaha-usaha peningkatan hubungan tersebut antara lain dilakukan dengan menserasikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, baik sektoral maupun regional, serta koordinasi pengendalian dan pengawasan pembangunan. Melalui koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, demikian pula koordinasi pengendalian dan pengawasan pembangunan, dapat diketahui hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pembangunan di Daerah. Hal-hal tersebut diusahakan pemecahannya melalui penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Untuk lebih mengusahakan keserasian kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang dilaksanakan di Daerah, maka hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah telah ditingkatkan, antara lain melalui forum Konsultasi Nasional antara Biro-biro Perencanaan pada Departemen/Unit-unit perencanaan pada Lemba- ga Pemerintah Non Departemen, Bappenas dan Bappeda tingkat I. Demikian juga hubungan dan kerjasama antar Daerah dalam rang-ka pembangunan regional, secara terus-menerus ditingkatkan melalui Konsultasi Regional. Dalam rangka ini peranan Konsultasi-konsultasi Nasional dan Regional turut menentukan adanya

keserasian pembangunan pada tingkat wilayah.

Usaha-usaha penyempurnaan telah dilakukan pula terhadap pengelolaan program-program bantuan pembangunan kepada Daerah dalam bentuk proyek-proyek yang dikenal sebagai proyek-proyek Inpres. Penyempurnaan tersebut antara lain meliputi tatacara perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan untuk semua program bantuan yang dilakukan berdasarkan keseragaman dan kejelasan kriteria. Penyempurnaan penting lainnya ialah mengenai Pemimpin proyek yang ditunjuk dari instansi yang pa-ling berwenang, sedangkan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II adalah sebagai penanggung jawab.

Pendayagunaan aparatur juga telah dilakukan sejak tahun 1966 terhadap badan-badan usaha milik Negara. Penelitian dan inventarisasi perusahaan-perusahaan Negara telah menghasilkan arah penyempurnaan dalam tiga bentuk, yaitu yang dikenal sebagai Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan sesuai dengan Undang-undang No.9 tahun 1969. Penertib- an status hukum itu diikuti pula dengan penertiban penertiban struktur organisasi perusahaan negara, manajemennya dan yang penting pertanggungjawabannya. Kesemuanya itu ditujukan supa-ya perusahaan Negara dapat melaksanakan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang sehat dan efisien sehingga menguntungkan bagi penerimaan Negara, di samping dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta dapat menyelenggarakan kemanfaatan umum yang lebih baik dan nyata. Langkah-langkah penertiban dan penyehatan telah dilaksanakan terhadap beberapa perusahaan secara maksimal antara lain penyelesaian beban pembayaran hutang-hutang yang harus dipikul sehingga terlepas dari kondisi yang kritis. Selanjutnya untuk mening‑

katkan pembinaan dan pengawasan terhadap Perjan, Perum dan Persero dalam rangka mencapai maksud dan tujuan diadakannya badan usaha milik Negara maka dengan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1983 telah ditegaskan fungsi-fungsi pokok Badan Usaha Milik Negara sebagai aparatur perekonomian Negara.

Kecuali itu khusus bagi lembaga-lembaga keuangan, pembinaan ditujukan ke arah kemampuan menjadi pendorong kegiatan pembangunan terutama untuk sektor swasta dan koperasi, sebagai bagian kegiatan pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah.

Pengawasan dan penertiban operasional merupakan usaha penting yang dilakukan secara terus-menerus agar supaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan ber-jalan sesuai dengan kebijaksanaan dan program pembangunan, dan dapat mencapai sasarannya secara lebih berhasilguna dan berdayaguna. Mengingat pentingnya masalah pengawasan ter- sebut, Presiden menugaskan Wakil Presiden untuk menangani masalah ini, di samping adanya Menteri yang secara khusus melakukan pengawasan pembangunan, yaitu Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dalam Kabinet Pembangunan III dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan dalam Kabinet Pembangunan IV. Walaupun hasil-hasil dari Operasi Tertib berdasarkan Instruksi Presiden No. 9 tahun 1977 terhadap penyalahgunaan jabatan, komersialisasi jabatan, korupsi, pemboro-san, pungutan liar dan perbuatan tercela lainnya, belum mencapai hasil yang diharapkan akan tetapi paling sedikit telah dapat menciptakan iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan. Dalam hubungan ini pengawasan dan penertiban masih perlu terus dilaksanakan dengan sistem dan

langkah-langkah yang lebih konsepsional. Dalam rangka itu dengan Keppres No. 31 tahun 1983 telah dibentuk Badan Pengawa- san Keuangan dan Pembangunan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Diantara fungsi-fungsi pengawasan yang ditingkatkan ialah diberikannya kewenangan kepada Kepala BPKP untuk meminta keterangan kepada Menteri/Ketua Lembaga bersangkutan tentang tindak lanjut hasil pemeriksaan, baik hasil pemeriksaan oleh BPKP sendiri, maupun hasil pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional. Demikian pula apabila dari hasil pemeriksaan diperkirakan terdapat unsur tindak pidana korupsi, Kepala BPKP dapat melaporkannya kepada Jaksa Agung.

Penyempurnaan di bidang kepegawaian telah lebih dimantap- kan dengan ditetapkannya pokok-pokok kepegawaian dalam Un- dang-undang No. 8 tahun 1974 yang mengatur kedudukan, kewa- jiban dan hak pegawai negeri serta dasar-dasar pembinaannya. Selama masa Repelita II dan Repelita III telah banyak ditetapkan peraturan-peraturan pelaksanaannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah, ketentuan-ketentuan operasional dalam bentuk Keputusan Presiden dan selanjutnya petunjuk pelaksanaan teknis dituangkan dalam Keputusan atau Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Usaha pembinaan pegawai negeri yang dilaksanakan antara lain adalah perbaikan penghasilan pegawai negeri secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan Negara. Perbaikan penghasilan dititik beratkan pada gaji pokok, dan ini sangat menguntungkan bagi pegawai negeri kelak bila tiba waktunya menjalani masa pensiun karena pensiun pokok ditetapkan berdasarkan gaji pokok. Demikian pula telah diadakan perbaikan pensiun dan tabungan hari tua. Dilengkapi dengan berbagai ja‑

minan pengobatan, perawatan dan/atau rehabilitasi kesehatan serta cacad karena dinas atas biaya Negara serta penghargaan dalam bentuk tunjangan kepada pegawai negeri yang tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan negeri sebagai akibat cacad karena dinas, maka diharapkan setiap pegawai negeri melaksanakan tugasnya dengan bergairah dan dengan penuh rasa pengabdian.

Langkah-langkah selanjutnya yang telah diambil di bidang kepegawaian yang penting antara lain adalah penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi, pengadaan pegawai, peraturan gaji, pengangkatan, penilaian pelaksanaan pekerjaan dan pem- bentukan Badan Pertimbangan Kepegawaian. Selanjutnya usaha pembinaan pegawai negeri dilakukan pula melalui peraturan disiplin, penerapan kesederhanaan hidup, dan lain sebagainya.

Sejalan dengan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan maka secara terus menerus dilakukan usaha peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawai negeri melalui berbagai program pendidikan dan latihan. Hal ini penting dalam rangka mengisi aparatur Pemerintah dengan tenaga yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi disertai oleh disiplin dan dedikasi yang besar sehingga pelaksanaan tugas-tugas, baik tugas-tugas umum pemerintahan maupun pembangunan berjalan lancar. Program-program pendidikan dan latihan antara lain dilaksanakan melalui Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA) yang bertujuan untuk mempersiapkan pegawai yang potensiil guna menduduki jabatan eselon II pada instansi Pusat dan Daerah.

Program pendidikan dan latihan penjenjangan lainnya ialah program-program pendidikan dan latihan tingkat dasar, tingkat lanjutan dan tingkat madya yang secara terus menerus dikembangkan bagi pegawai negeri yang dipromosikan ke jenjang ja-

548

batan setingkat lebih tinggi dalam golongan jabatan pimpinan.

Selain itu pendidikan dan latihan dibidang teknis fungsional yang diselenggarakan oleh masing-masing Departemen/Lem- baga makin ditingkatkan menuju kepada profesionalisme dalam pembinaan kepegawaian. Hal itu dikaitkan dengan pengembangan gagasan ke arah pembentukan jabatan-jabatan fungsional.

Dalam pada itu agar segenap pegawai negeri mempunyai ketaatan penuh pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, serta bersatu, bermental baik, berwibawa, berdayaguna, bersih, bermutu tinggi serta sadar akan tanggungjawabnya, maka sejak tahun 1979/1980 telah dilaksanakan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) secara bertingkat.

Dalam rangka penyempurnaan dan penertiban administrasi, berbagai usaha lainnya telah pula dilanjutkan terutama yang bersangkutan dengan perbaikan ketatalaksanaan. Diantara bi- dang administrasi yang mengalami perbaikan ketatalaksanaan ialah bidang pengelolaan keuangan Negara, kekayaan fisik/perlengkapan Pemerintah, mobilisasi dana-dana masyarakat, penanaman modal, perijinan, impor-ekspor terutama ekspor komoditi non minyak dan gas bumi, perpajakan, bea dan cukai dan lain sebagainya.

Penyempurnaan telah pula dilakukan pada perencanaan operasional tahunan yang diintegrasikan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Untuk ini telah dikembangkan tata hubungan kerja dalam dan antar lembaga secara lebih baik. Kecuali itu secara terus-menerus dilakukan pemantapan kelembagaan serta pendidikan tenaga perencana agar lebih mam‑

pu memahami masalah pembangunan dan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya, serta merencanakan dan menyusun program pelaksanaan berbagai proyek pembangunan.

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, tetap dilakukan berdasarkan asas berimbang dan dinamis. Dalam hal penyusunan anggaran pendapatan, Pemerintah tetap menganut prinsip bekerja atas dasar kemampuan keuangan sendiri yang dapat dihimpun, sedangkan dalam anggaran belanja berpegang pada prinsip-prinsip, hemat, tidak mewah, efisien, terarah, terkendali dan terpadu sesuai dengan rencana, program kegia-tan serta fungsi masing-masing Departemen/Lembaga. Perencana-an proyek-proyek diserasikan dengan penganggarannya. Selanjutnya diusahakan adanya fleksibilitas tanpa mengorbankan keterarahan dalam pelaksanaan. Penyederhanaan DIP, pemberian wewenang merevisi DIP sampai tingkat tertentu, diberlakukan-nya SIAP dengan batas waktu tiga tahun berturut-turut, tanpa diujinya Surat Permintaan Pembayaran oleh Kantor Perbendaharaan Negara merupakan langkah-langkah dalam rangka lebih melancarkan pelaksanaan pembangunan. Pada segi lain telah diusahakan pemantapan berlakunya sistem pengendalian program program dan proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan pengambilan tindakan korektif/penyesuaian dalam rangka penanggulangan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan proyek.

Walaupun usaha pendayagunaan aparatur pemerintah selama Repelita I, Repelita II, dan Repelita III telah dilakukan dengan pelbagai hasil kemajuan sebagaimana dikemukakan diatas, namun masih banyak tantangan-tantangan perbaikan yang masih perlu dihadapi. Hal ini terutama untuk mendukung terwujudnya

amanat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara yang antara lain menegaskan bahwa dalam Repelita IV hares dilakukan percepatan pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang.

Oleh karena administrasi dan aparatur Pemerintah merupa- kan salah satu faktor strategis untuk menentukan derajat keberhasilan pembangunan, maka salah satu masalah yang dihada- pi dalam Repelita IV adalah bagaimana mengembangkan langkahlangkah untuk mewujudkan aparatur Pemerintah yang tangguh, terpercaya, berwibawa, jujur dan sehat. Masalah lainnya dalam Repelita IV adalah bagaimana meningkatkan sikap orientasi aparatur Pemerintah terhadap pembangunan, dalam arti mampu bertindak sebagai pemrakarsa pembaharuan dan sebagai penggerak pembangunan.

Masalah selanjutnya adalah bagaimana mewujudkan kemampuan aparatur Pemerintah agar mampu mempergunakan sumber-sumber yang tersedia dengan kapasitas dan produktivitas maksimum dalam penyelenggaraan administrasi pelaksanaan program-program pembangunan. Ini berarti bahwa aparatur Pemerintah harus memiliki kesadaran dan sikap mental yang tidak memboroskan se-gala macam sumber, apalagi melakukan penyalahgunaan kekuasaan atau perbuatan korup.

Berhubung dengan tekad untuk melanjutkan pembangunan secara lebih meningkat, maka masalah lain adalah bagaimana mengusahakan agar aparatur Pemerintah harus dapat meningkatkan mobilisasi dana pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam negeri yang terdiri dari tabungan Pemerintah dan tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan tabungan Pemerintah ma‑

551

ka di satu pihak perlu ditingkatkan penerimaan negara semaksimal mungkin, dan di lain pihak pengeluaran rutin dibatasi sampai pada tingkat yang tidak dapat dikurangi lagi. Dalam rangka usaha meningkatkan penerimaan Negara, harus diadakan penyempurnaan sistem perpajakan yang tujuan utamanya untuk menegakkan kemandirian dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan lagi segenap kemampuan apara- tur Pemerintah. Oleh karena pembiayaan pelaksanaan Repelita IV tidak dapat diandalkan kepada peningkatan penerimaan Nega- ra dari minyak bumi dan gas alam, maka peningkatan penerimaan Negara dari sumber-sumber di luar minyak bumi dan gas alam merupakan keharusan yang mutlak. Dengan penyempurnaan itu sistem perpajakan perlu disederhanakan yang mencakup penyederhanaan-penyederhanaan jenis pajak, tarif pajak dan cara pembayaran pajak. Selanjutnya kebutuhan pembaharuan perpajak- an meliputi pula pembenahan perpajakan, baik yang menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin maupun sikap mental.

Masalah lainnya dibidang pendayagunaan aparatur pemerintah dalam Repelita IV menyangkut penyerasian antara pembangunan sektoral dengan pembangunan daerah. Dengan kemajuan daerah-daerah yang lebih seimbang maka akan makin terbina Indonesia sebagai kesatuan politik, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan keamanan. Untuk meningkatkan pembangunan Daerah, ditingkatkan pula langkah-langkah yang dapat terus mendorong prakarsa dan partisipasi rakyat di Daerah, terutama masyarakat di pedesaan.

Penyempurnaan administrasi sebagai bagian dari usaha pendayagunaan aparatur pemerintah dalam Repelita IV perlu pula dikaitkan secara langsung dengan usaha pemecahan masalah ke‑

pendudukan yang antara lain meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk, pendidikan, masalah lapangan kerja dan sebagainya.

Masalah pendayagunaan aparatur dibidang ketatalaksanaan menyangkut langkah-langkah kegiatan administrasi pemerintahan yang diperlukan agar benar-benar mendukung usaha mensuk- seskan pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pembinaan koperasi, pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah, pengadaan dan peningkatan produksi pangan, penyelenggaraan transmigrasi, perbaikan gizi rakyat, pembudayaan keluarga kecil dan bahagia, pelestarian lingkungan hidup, dan la-in-lain. Khususnya dalam menggerakkan pembangunan maka fungsi pengarahan dan pemberian bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat bagi kegairahan pembangunan perlu ditingkatkan. Dalam rangka ini perlu diberikan perhatian kepada kepastian berlakunya hukum (rule of law), keamanan dan ketenteraman berusaha, penyederhanaan prosedur berbagai perijinan dan lain sebagainya.

Masalah pendayagunaan aparatur pemerintah lainnya dalam Repelita IV adalah perlunya peningkatan kemampuan perencana- an, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan pada aparatur Pemerintah di tingkat Daerah, terutama Daerah Ting-kat II dan Pemerintah Desa untuk melancarkan kegiatan pembangunan yang lebih serasi dan terpadu di tingkat Daerah.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, walaupun telah cukup banyak perbaikan yang telah dilakukan pada masa Repelita I, Repelita II maupun Repelita III, namun seperti usaha pemba‑

553

ngunan itu sendiri, pendayagunaan aparatur dan administrasi pemerintah merupakan proses yang panjang dan terus menerus perlu dilakukan secara berkesinambungan sekaligus disertai dengan peningkatan disiplin pembangunan.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, tergantung pada peran-serta aktif seluruh rakyat ser- ta pada sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disi- plin para penyelenggara negara serta seluruh rakyat Indone- sia. Hasil pembangunan hares dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin. Kesejahteraan yang berkeadilan sosial sekaligus akan menegakkan Ketahanan Nasional yang selanjutnya akan meratakan jalan bagi generasi penerus untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu dalam Repelita IV hares ditingkatkan usaha agar rakyat dapat lebih aktif berperan-serta dalam kegiatan pembangunan dengan cara antara lain menempuh usaha-usaha untuk makin meningkatkan kesadaran politik rakyat dan agar kekuatan sosial politik benarbenar mencerminkan aspirasi setiap warga Negara dan selalu berorientasi kepada program pembangunan.

Dalam rangka itu maka arah kebijaksanaan pendayagunaan aparatur Pemerintah pertama-tama ditujukan kepada peningkatan pengabdian dan kesetiaan segenap aparatur Pemerintah kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Aparatur Pemerintah sebagai Abdi Masyarakat harus memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, bermental baik dan mempunyai kemampuan

profesional yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya untuk mendukung kelancaran pembangunan. Sebagai Abdi Negara, aparatur pemerintah harus juga menjaga keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam rangka ini program pemahaman dan pengamalan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa), Undang-Undang Dasar 1945 serta GBHN akan terus dilanjutkan dan semakin ditingkatkan terhadap seluruh unsur aparatur Negara.

Pendayagunaan aparatur pemerintah yang merupakan tugas dan tanggungjawab segenap aparatur Pemerintah, mencakup usaha pembinaan, penyempurnaan dan penertiban. Kegiatannya bersifat menyeluruh, baik pada tingkat Pusat maupun Daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik Negara dan Daerah serta lembaga‑

lembaga keuangan, masing-masing sebagai Aparatur Perekonomian Negara. Kegiatan tersebut dilanjutkan dan semakin ditingkat- kan secara terus menerus, sehingga dapat menjadi alat yang berdayaguna dan berhasilguna, bersih dan berwibawa serta le- bih mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan menggerakkan pelaksanaan pembangunan dengan lebih lancar.

Hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat Pu-sat maupun di tingkat Daerah terus ditingkatkan. Hubungan fungsionil ini ditujukan terutama dalam rangka penyusunan rencana tahunan yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam rangka peningkatan hubungan fungsional tersebut di tingkat Desa akan terus ditingkatkan pula fungsi dan peranan Lembaga Musyawarah Desa dan Lembaga-lembaga pembangunan lain-nya dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan.

Untuk lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dalam rangka membina kesatuan Bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah akan ditingkatkan dan dikembangkan atas dasar keutuhan Negara Kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan Daerah dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi. Usaha ini antara lain diarahkan pada peningkatan kemampuan Wilayah/Daerah Tingkat II baik dalam proses perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya. Camat dan Aparatur pembangunan wilayah Kecamatan dalam rangka Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) ditingkatkan kemampuannya untuk mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan. Disamping itu koordinasi pada tingkat Daerah terutama antara instansi-instansi vertikal dengan Dinas-dinas Daerah, demiki-an pula antar instansi-instansi vertikal dan antar Dinas-di-nas Daerah akan terus ditingkatkan, sehingga lebih menjamin keserasian antara pembangunan sektoral dengan pembangunan Daerah.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, tentang Pemerintah Desa, maka Pemerintah Desa akan semakin diperkuat dan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat lebih berhasil da-lam menggerakkan peranserta masyarakat desa dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi desa yang makin kuat, melu-as dan meningkat secara lebih berdayaguna dan berhasilguna, menuju kearah terwujudnya desa swasembada dan meratakan jalan untuk menuju desa Pancasila.

Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan Wilayah/Daerah

Tingkat II, peningkatan kemampuan Aparatur di Kecamatan dan peningkatan serta penyempurnaan administrasi pemerintahan de- sa tersebut, dimaksudkan untuk lebih memperlancar pelaksanaan asas desentralisasi dengan titik berat otonomi pada Daerah Tingkat II.

Mengenai Badan-badan Usaha Milik Negara dan milik Daerah akan semakin ditingkatkan dan dimantapkan pembinaan, pengelolaan dan pengawasannya agar dapat bekerja sesuai dengan asas-asas ekonomi perusahaan yang sehat, efisien dan hemat sehingga dapat lebih membantu meningkatkan keuangan Negara serta meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka itu perlu ditingkatkan kesadaran pentingnya biaya, kesadaran pentingnya pertanggungjawaban dari setiap pengeluaran, orientasi pada tugas dan lain-lain.

Disamping itu akan diusahakan pula agar badan-badan usaha milik Negara dan Daerah bekerja atas dasar rencana anggaran yang ditetapkan, dan arus dana yang sehat serta pertanggungjawaban neraca laba rugi. Selanjutnya badan-badan usaha Negara dan Daerah sebagai unsur Aparatur Perekonomian Negara harus pula secara aktif turut menunjang pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di bidang pengembangan golongan ekonomi lemah serta dengan lebih mengutamakan pemanfaatan barang-barang produksi dalam negeri.

Disamping itu peranan badan usaha milik Negara perlu ditingkatkan untuk dapat mendorong peranserta aktif sektor swasta dan koperasi dalam tata ekonomi Indonesia dan dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pembangunan Nasional.

Sejalan dengan penyempurnaan kelembagaan Aparatur Peme‑

rintah Pusat dan Aparatur Pemerintah Daerah, serta peningkat-an hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah dan penyempurnaan Aparatur Perekonomian Negara, maka kebijaksanaan dan arah pendayagunaan aparatur pemerintah ditujukan pula terhadap bidang kepegawaian. Kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai Negeri telah mempunyai landasan yang kokoh dalam Un-dang-undang Nomor 8 Tahun 1974. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tersebut diatas, maka akan terus ditingkatkan dan dikembangkan program-program peningkatan kemampuan Aparatur Pemerintah, pemantapan kode etik dan jiwa korsa Pegawai Nege-ri yang lebih mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya.

Penyempurnaan ketatalaksanaan ditujukan untuk lebih memperlancar perumusan kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksana-an serta untuk mencegah pemborosan dan penyimpangan dalam penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan dan tugas Pembangunan. Dalam rangka itu perlu disusun buku-buku pedoman serta petunjuk tatacara pelaksanaan dalam berbagai bidang. Penyempurnaan ketatalaksanaan tersebut, mencakup semua bidang kegiatan, terutama yang menyangkut bidang pengawasan dan penertiban, pengelolaan kekayaan negara, perijinan serta aspek-aspek ketatalaksanaan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Selanjutnya usaha penyempurnaan administrasi pemerintah akan terus dikembangkan secara mantap dan lebih tertib untuk dituangkan dalam berbagai peraturan perundangan sehingga kebijaksanaan itu mempunyai landasan kekuatan hukum yang pasti dan jelas baik bagi para pelaksana maupun masyarakat. Dalam pada itu proses pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara akan mendapatkan perhatian utama.

Pendayagunaan aparatur pemerintah juga ditujukan ke arah

suatu tata penyelenggaraan pemerintahan yang lebih bersih dan bersifat pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka ini akan terus dilanjutkan dan makin ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungut- an-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pula penertiban dan penyempurnaan aparat dan mekanisme pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan. Disamping itu juga akan lebih ditingkatkan peranserta masyarakat dalam pengawasan, dalam rangka pemantapan sanksi sosial dan sanksi moral.

Kekayaan negara, baik yang berupa uang maupun barang harus diusahakan agar dapat dimanfaatkan secara berdayaguna dan berhasilguna bagi pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk itu maka pengelolaan kekayaan negara akan terus ditingkatkan, sehingga dapat berjalan lebih lancar dan tertib serta dapat dihindarkan timbulnya pemborosan dan penyimpangan dalam pengadaan, penyimpanan, pembagian, pemeliharaan dan pemakaian kekayaan negara tersebut. Untuk mencipta- kan iklim yang lebih menggairahkan peranserta masyarakat dan dunia usaha secara lebih kreatif dalam kiprahnya pelaksanaan pembangunan, maka akan terus ditingkatkan fungsi pelayanan oleh aparatur pemerintah yang antara lain tercermin dalam pelaksanaan fungsi perijinan. Dalam rangka ini maka penyempurnaan administrasi perijinan diarahkan untuk memperjelas, menyederhanakan dan memberikan kepastian yang lebih menjamin pelayanan yang cepat khususnya bagi kegiatan ekonomi dengan

tetap memberi pengarahan kepada pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan.

Agar supaya pembangunan lebih berhasil, maka pelaksanaannya harus menjadi tugas kewajiban bersama antara Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Tata penyelenggaraan pemerintahan mencerminkan peranan Pemerintah dalam pembangunan. Upa-ya pembangunan yang mempunyai prioritas di bidang ekonomi, penyelenggaraannya bersendikan Demokrasi Ekonomi. Pembangunan yang didasarkan pada Demokrasi Ekonomi menentukan bahwa masyarakatlah yang harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Dalam rangka ini Pemerintah berkewajiban dan mengutamakan keterlibatannya kepada pemberian pengarahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat bagi kegairahan masyarakat dalam dunia usaha. Dalam Demokrasi Ekonomi harus dihindarkan ciri-ciri negatif yaitu sistem free fight liberalism, sistem etatisme dan pemusatan kekuatan ekonomi pada sa-tu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Dalam rangka itu aparatur pemerintah berperan untuk mendorong dan mengembangkan kemampuan pengelolaan pembangunan di sektor swasta dan koperasi, terutama bagi golongan ekonomi lemah dan kemampuan pengelolaan di tingkat daerah, kota dan desa. Dalam hubungan ini para pengusaha yang kuat akan di dorong untuk turut serta dalam pembinaan golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu kegiatan pemerintahan harus lebih bersifat pelayanan kepada masyarakat, yang antara lain tercermin dalam fungsi pengaturan, pengarahan, pemberian kemudahan dan perlindungan terhadap masyarakat.

Aparatur pemerintah terus dikembangkan untuk memiliki kemampuan dan ketangguhan guna memberikan dorongan dan inspira‑

si kepada rakyat untuk berperanserta sehingga memperoleh dukungan masyarakat. Dalam rangka ini pula aparatur pemerintah harus lebih tanggap terhadap keinginan-keinginan dan masalahmasalah pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat.

Administrasi pemerintah akan terus disempurnakan dan didayagunakan untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Usaha ini antara lain meliputi kemampuan dalam penyusunan rencana dan program, perumusan kebijaksanaan, serta kemampuan dalam pelaksanaan dan kemampuan dalam mengendalikan serta menyelenggarakan pengawasan yang tepat dan efisien. Masalah peningkatan kemampuan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program-program pembangunan akan memperoleh perhatian yang lebih besar dalam Repelita IV. Dalam hubungan ini peningkatan koordinasi dan keterpaduan usaha pemerintah guna peningkatan secara optimal keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan serta pelaksanaan program-program pembangunan secara menyeluruh akan terus dilanjutkan. Oleh karena itu dalam Repelita IV sistem dan penanggungjawab setiap sektor pembangunan dan Aparatur Pemerintah yang menanganinya akan semakin disempurnakan dan dipertegas.

Dalam rangka mendukung usaha pendayagunaan aparatur pemerintah seperti dikemukakan di atas, maka usaha peningkatan dan pengembangan ilmu dan sistem administrasi pembangunan akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Tujuannya adalah untuk menemukan ciri-ciri serta corak khusus sistem administrasi negara sebagai upaya penjabaran Pancasila dan yang lebih sesuai dengan budaya bangsa Indonesia serta menemukan sumbersumber kekuatan yang mendasar dari budaya bangsa Indonesia

561

yang dapat dijadikan dasar dari corak dan wujud serta perilaku administrasi negara Indonesia. Usaha tersebut ditujukan pula untuk lebih mengarahkan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang administrasi negara.

IV. PROGRAM-PROGRAM

Dalam rangka pelaksanaan langkah-langkah pendayagunaan aparatur pemerintah dipergunakan pendekatan secara menyeluruh yang meliputi segala segi administrasi Pemerintah. Mengingat pendekatan secara menyeluruh itu akan mencakup ruang lingkup yang sangat luas, maka usaha pendayagunaan aparatur pemerin- tah dilakukan secara terus menerus, bertahap dan berencana di dasarkan atas prioritas yang disesuaikan dengan prioritas pelaksanaan pembangunan Nasional. Dalam rangka penyempurnaan secara menyeluruh itu, usaha-usaha penyempurnaan dilakukan dengan memperhatikan asas-asas administrasi yang bersifat dasar. Dalam penerapan selalu disesuaikan dengan keadaan-keada- an dan kebutuhan nyata administrasi di Indonesia sehingga diperoleh administrasi Pemerintah yang berdayaguna dan berhasilguna.

Dalam melaksanakan usaha pendayagunaan aparatur pemerintah diusahakan merumuskan masalahnya secara jelas, kemudian diadakan analisa untuk mendapatkan alternatif-alternatif pemecahannya. Dalam penyempurnaan administrasi dan aparatur pemerintah selalu diperhitungkan adanya pembatasan-pembatasan yang tidak dapat dilampaui, seperti kebijaksanaan yang tingkatnya lebih tinggi, keterbatasan anggaran, jumlah personil yang tersedia dan lain-lain.

Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut diatas, maka usaha pendayagunaan aparatur pemerintah meliputi bidangbidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan, yang sekaligus mencakup pula usaha pendayagunaan aparatur perekonomian Negara, pendayagunaan administrasi perencanaan dan ketatalaksanaan pembangunan. Disamping itu penelitian dan pengembangan sistem administrasi pembangunan merupakan daya dukung untuk ketepatan pendayagunaan itu sendiri.

1. Pendayagunaan Kelembagaan

a. Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Pusat

Kelembagaan Aparatur Pemerintah pusat meliputi Departe-men-departemen, Kantor-kantor Menteri Koordinator, Menteri Negara dan Menteri Muda, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara, termasuk pula organisasi instansi-instansi vertikal Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen di daerah serta Perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

Pendayagunaan kelembagaan Aparatur Pemerintah tersebut merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha-usaha yang telah dilakukan pada masa Repelita III yang ditujukan agar Aparatur Pemerintah makin mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan secara keseluruhan.

Hubungan fungsional yang makin mantap antara Pemerintah dan lembaga perwakilan Rakyat akan terus ditingkatkan untuk menciptakan hubungan yang serasi, terutama dalam penyusunan Undang-undang serta penyusunan rencana tahunan yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

563

Penyempurnaan terhadap organisasi Departemen-departemen, ditujukan untuk melakukan penataan satuan-satuan organisasi pada masing-masing unsur yang ada di lingkungan Departemen sehubungan dengan pembentukan Departemen-departemen baru da- lam Kabinet Pembangunan IV. Tujuannya adalah agar satuan-sa-tuan organisasi Departemen-departemen dapat lebih meningkat- kan kemampuan fungsional dalam menampung beban kerja dan tuntutan perkembangan kebutuhan masing-masing untuk pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan yang semakin meningkat.

Dalam pada itu dengan adanya penyempurnaan Lampiran-lam-piran Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974, tentang Susunan Organisasi Departemen-departemen selama hampir satu dasawarsa telah menunjukkan kecenderungan perlunya dilakukan pengkajian terhadap asas-asas dan ketentuan-ketentuan yang melandasi penyusunan pola organisasi Departemen sebagaimana digariskan dalam Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974, tentang Pokok-po-kok Organisasi Departemen.

Dalam rangka penyempurnaan kelembagaan Departemen, maka penyempurnaan unit-unit pelaksana teknis Departemen, baik di bidang penelitian dan pengembangan maupun di bidang pendidik- an dan latihan serta di bidang lainnya, masih terus dilanjut-kan untuk memecahkan masalah-masalah kelembagaan yang belum selesai ditangani dalam Repelita III.

Penyempurnaan organisasi instansi vertikal Departemen ju- ga terus dilanjutkan mengingat belum seluruhnya dapat diselesaikan secara tuntas. Usaha penyempurnaan tersebut lebih ditujukan untuk menjamin keserasian dalam pelaksanaan tugas Departemen di tingkat daerah dengan unsur-unsur yang telah

diserahkan kepada daerah yang dilaksanakan oleh perangkat Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentrali- sasi, dekonsentrasi serta asas tugas pembantuan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Pendayagunaan kelembagaan Aparatur Pemerintah pusat juga dilakukan terhadap organisasi-organisasi staf Menteri Koordinator, Menteri Negara dan staf Menteri Muda agar dapat lebih menunjang kelancaran proses perumusan kebijaksanaan, koordi- nasi pelaksanaan dan pengawasan serta pemecahan masalah-masa- lah yang timbul dalam bidang yang menjadi tugas dan tanggungjawab masing-masing Menteri Negara yang bersangkutan.

Kelembagaan Aparatur Pemerintah pusat lainnya yang perlu terus disempurnakan dan ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan tugasnya adalah Sekretariat-sekretariat Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara. Penyempurnaan Aparatur terse-but ditujukan agar Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Lembagalembaga Tinggi Negara dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam memberikan pelayanan dan bantuan bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga-lembaga Negara tersebut.

Sejalan dengan penyempurnaan organisasi Departemen dan Sekretariat-sekretariat Lembaga Tertinggi serta Lembaga-lem- baga Tinggi Negara, maka penyempurnaan organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen, termasuk pula organisasi instansi vertikalnya di daerah, akan terus dilanjutkan atas dasar kebijaksanaan bahwa Pola Organisasi Departemen sejauh mungkin akan diterapkan dalam penyempurnaan organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen, dengan penyesuaian terhadap sifat-si- fat khusus dan ruang lingkup tugas masing-masing.

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan hubungan dan kerjasama antara Pemerintah RI dengan Negara-negara sahabat di luar Negeri, maka penyempurnaan organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar Perwakilan Republik Indonesia tersebut dapat lebih mampu dalam pelaksanaan tugas termasuk penggalian dan pemanfaatan informasi dan potensi internasional dalam rangka mengemban politik luar negeri yang bebas dan aktif bagi kepentingan Nasional, terutama bagi kepentingan pembangunan di segala bidang.

b. Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Daerah

Usaha pendayagunaan Aparatur Pemerintah Daerah dalam Repelita IV merupakan kelanjutan dan peningkatan langkah-langkah usaha yang telah dilaksanakan dalam Repelita III.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Dalam pelaksanaan Undang-undang tersebut ma-ka dengan Keputusan Presiden dan berbagai Keputusan Menteri Dalam Negeri telah diatur organisasi perangkat daerah, seperti organisasi Sekretariat Wilayah Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Inspektorat Wilayah Propinsi, serta organisasi Badan-badan Staf lainnya. Dalam rangka lebih menyesuaikan organisasi Sekretariat Wilayah Daerah dengan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah yang bersangkutan, maka telah ditetapkan berbagai tipe organisasi Sekretariat Wilayah Daerah. Dalam rangka kegiatan ini akan diusahakan pembakuan tipe dasar berikut satuan organisasinya, sehingga dapat diketahui secara lebih pasti kebutuhan personil dan peralatan yang

wajar untuk dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

Dalam rangka peningkatan kemampuan penyelenggaraan uru- san-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah, maka Dinas-dinas otonom sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah akan terus ditingkatkan dan dikembangkan. Selanjutnya akan dilanjutkan usaha-usaha penyempurnaan organisasi yang meliputi antara lain menyempurnakan prosedur dan tata kerja, kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing aparatur, baik aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I maupun aparatur Pemerintah Daerah Tingkat II.

Oleh karena sebagian besar peraturan-peraturan pemerintah tentang penyerahan sebagian urusan pusat ke daerah diterbit- kan pada tahun lima puluhan sampai pertengahan enam puluhan, maka dalam Repelita IV akan diusahakan untuk meninjau kembali Peraturan-peraturan Pemerintah tersebut dan menyesuaikannya dengan kebijaksanaan pemerintah untuk tahun delapan puluhan dalam rangka meningkatkan hasilguna dan dayaguna penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Dalam rangka mewujudkan otonomi yang nyata dan bertang- gung jawab di Daerah Tingkat II, maka penyerahan urusan-uru- san pemerintahan dari pemerintah pusat kepada daerah atau da- ri Pemerintah Daerah tingkat atas kepada daerah bawahannya didasarkan atas potensi dan kemampuan yang nyata sehingga da-pat menyelenggarakan urusan itu secara berdayaguna dan berhasilguna.

Dalam menetapkan kebijaksanaan di tingkat daerah akan lebih dipelihara dan ditingkatkan usaha untuk membina dan melaksanakan kerjasama yang serasi antara Kepala Daerah beserta

perangkatnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sehingga akan lebih memantapkan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerin-tah maupun untuk menggerakkan pembangunan secara lancar, dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat. Peningkatan kemampuan untuk mobilisasi dana di ting- kat daerah sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku, pengalokasian berdasar prioritas dan keserasian antara program dan proyek akan terus dikembangkan.

Dalam pada itu untuk meningkatkan pemecahan masalah-masalah yang menyangkut dua daerah atau lebih, akan terus dikembangkan adanya kerjasama antar daerah, misalnya kerjasama an-tar daerah yang menyangkut pengembangan prasarana dan sarana perekonomian dari daerah-daerah yang bersangkutan.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I ditingkatkan peranannya dalam membina secara teknis kegiatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II agar mampu mengembangkan sistem perencanaan dari bawah pada tingkat desa. Da-lam hubungan ini pengembangan dan pembinaan sistem Unit Da-erah Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai pendekatan multi sektoral dalam pembangunan desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat Kecamatan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk dan memperbaiki tata lingkungan hidup, akan mendapatkan perhatian yang lebih besar.

Dengan ditetapkannya Undang-undang No.5 Tahun 1979 ten-tang Pemerintahan Desa, maka pengaturan penyelenggaraan pemerintahan desa yang meliputi pemerintah Desa dan pemerintah Kelurahan mendapatkan dasar pengaturan yang mantap, namun usaha penyempurnaan administrasi dan Aparatur Pemerintah Desa dan Pemerintah Kelurahan tersebut akan terus' dilakukan dan

ditingkatkan. Arah kebijaksanaan pembangunan pada tingkat desa, khususnya mengenai segi kelembagaan, ditujukan untuk le-bih meningkatkan keterpaduan dan keserasian usaha pada ting-kat desa, bersamaan dengan mendorong kegairahan swadaya dan swakarya masyarakat desa itu sendiri.

Dalam rangka peningkatan Aparatur Pemerintah Desa, akan lebih diberikan perhatian mengenai program bantuan pembangun-an prasarana fisik kantor desa, bantuan fasilitas kerja yang memadai dan standarisasi administrasi desa. Dalam hubungan ini perhatian juga ditujukan untuk lebih meningkatkan program penataran pamong desa untuk meningkatkan mutu para petugas/ aparat pemerintah desa, termasuk usaha untuk perbaikan hidup para Pamong Desa.

Peningkatan kemampuan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai wadah peranserta masyarakat desa dalam rangka pembangunan desa, akan terus dilakukan agar tidak saja mampu merencanakan dan melaksanakan pembangunan di desa, melainkan juga mampu mewujudkan ketahanan desa yang semakin mantap. Da-lam rangka pendayagunaan administrasi desa, akan diberikan perhatian terhadap penataan aparatur kelurahan dan desa sejalan dengan perkembangan daerah serta perkembangan kemampuan keuangan negara.

c. Pendayagunaan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok tanah air serta dalam rang-ka pembinaan kesatuan bangsa, maka hubungan kerja yang serasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah akan terus ditingkatkan dan makin dimantapkan atas dasar keutuhan Negara

569

kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab. Penyelenggaraan pemerin-tah di daerah yang dilaksanakan berdasarkan asas desentrali-sasi bersama-sama dengan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagai dasar hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah yang dapat mendorong kemajuan dan pembangunan di daerah akan terus ditingkatkan.

Kepala Daerah selaku Kepala Wilayah adalah wakil Pemerin- tah Pusat yang bertindak sebagai Administrator Pemerintahan, Administrator Kemasyarakatan dan Administrator Pembangunan mempunyai tanggungjawab yang besar dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerahnya. Dalam rangka pelaksanaan koordinasi tersebut, maka hubungan antara Gubernur selaku Kepala Wilayah dengan Instansi Vertikal di Daerah akan terus dipelihara dan dibina dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mewujudkan keserasian dan keharmonisan dalam pelaksana- an tugas masing-masing perangkat pemerintah di daerah. Dalam hubungan ini pembagian kerja dan batas kewenangan antara perangkat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga akan le- bih dipertegas dengan lebih menegaskan ruang lingkup kegiatannya dikaitkan dengan segi-segi pembiayaan, tenaga kerja, perlengkapan, serta sarana-sarana fisik lainnya, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada tingkat dae- rah dapat lebih terpadu.

Usaha-usaha yang penting lainnya untuk ditingkatkan ada- lah keserasian hubungan antara Pemerintah dengan Lembaga perwakilan di Daerah, sehingga kegiatan-kegiatan pembuatan Peraturan Daerah, perumusan kebijaksanaan serta pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik untuk terlaksananya pemba‑

ngunan sektoral, regional dan nasional secara lebih mantap dan lebih lancar.

Pembangunan sektoral dengan pembangunan daerah akan terus diselaraskan sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah benar-benar sesuai dengan potensi dan prioritas daerah. Dalam hubungan ini peningkatan koordinasi baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan dan pengawasannya di tingkat daerah akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam rangka penyempurnaan mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian pembangunan di Daerah, maka peranan Bappeda akan lebih ditingkatkan lagi dengan memelihara dan mengembangkan hubungan kerja konsultatif dan kordinatif antara Bappeda dengan instansi Vertikal dan dengan perangkat Pemerintah Daerah lainnya.

Mekanisme tersebut diarahkan untuk mewujudkan:

(1) Keserasian perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan pembangunan, baik sektoral maupun regional;

(2) Pemerataan dan peningkatan kemanfaatan serta hasil-hasil dari pelaksanaan pembangunan;

(3) Kelancaran pelaksanaan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan APBN;

(4) Keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan proyek-proyek INPRES.

Selanjutnya untuk memelihara keserasian dan keberhasilan pembangunan antar daerah dan pembangunan wilayah, maka akan lebih ditingkatkan pula konsultasi nasional dan regional an-tara Pemerintah Pusat dan Daerah agar koordinasi regional le- bih tercermin dalam perencanaan nasional.

Agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat terlak-sana secara lebih serasi, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah akan lebih dimasyarakatkan dikalangan pejabat Pemerintah. Untuk lebih meningkatkan hasilguna pelaksanaan Undang-undang tersebut ma- ka sebagai salah satu tindak lanjut, dalam Repelita IV akan diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Koordinasi Instansi Vertikal di Daerah.

Salah satu aspek yang turut mempengaruhi kelancaran hubu-ngan antara Aparatur Pemerintah Daerah dengan Aparatur Pemerintah Pusat di Daerah ialah masalah eselonering. Oleh karena itu akan diadakan penelitian untuk kemungkinan peninjauan kembali eselonering Aparatur Pemerintah secara menyeluruh.

2. Pendayagunaan Kepegawaian

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, antara lain ditegaskan bahwa Aparatur Pemerintah sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat ditingkatkan pengabdian dan kesetiaannya serta ketaatannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Dalam rangka usaha meningkatkan pengabdian dan kesetiaan Aparatur Pemerintah itu, akan dilaksanakan usaha-usaha secara berencana dan terarah agar segenap Pegawai Negeri mempunyai kesetiaan dan ketaatan yang penuh kepada Pancasila, Undangundang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta bersatu, ber-mental baik, bersih, berwibawa, berdayaguna, berhasilguna, berkualitas tinggi, serta sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Dalam rangka ini akan dilakukan usaha agar para Pegawai Negeri benar-benar memahami dan menghayati serta mengamalkan Ekaprasetya Pancakarsa yang merupakan pedoman dan penuntun serta pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud di atas, pembinaannya dilakukan berdasar atas sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Landasan pembinaan terhadap segenap Pegawai Negeri Sipil, dengan dasar-dasar seperti dikemukakan di atas, telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-po-kok Kepegawaian yang mengatur tentang kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh. Dalam hubungan ini maka pembinaan pegawai BUMN/Daerah akan diusahakan untuk diserasikan mengenai kedudukan, kewajiban dan haknya dengan Pegawai Negeri Sipil.

Berbagai peraturan perundangan akan dilanjutkan penyelesaiannya terutama untuk menyempurnakan cara-cara penetapan dan pemenuhan formasi serta pengembangan dan pengaturan jabatan. Begitu pula akan diteruskan langkah-langkah mengenai Peraturan tentang Perpindahan Jabatan dan Perpindahan Wilayah Kerja, sistem prestasi kerja, peningkatan disiplin kerja, pencegahan terjadinya pertentangan kepentingan kedinasan/jabatan dengan kepentingan pribadi, penyempurnaan Pendidikan dan Latihan, kode etik PNS dan lain-lain.

Salah satu segi lain di bidang kepegawaian yang akan dilakukan dalam Repelita IV antara lain berupa usaha untuk mengembangkan pelaksanaan landasan kode etik kepegawaian berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja dan jiwa korsa pegawai negeri. Pengembangan Jiwa Korsa juga dilakukan dalam

rangka pembinaan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Di samping itu diusahakan pula penerapan pola dan gaya hidup sederhana yaitu suatu pola dan gaya hidup yang suka bekerja keras, tekun dan produktif serta hidup hemat dan wajar. Untuk menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab dan kewajiban Pegawai Negeri kepada Negara dan Pemerintah akan ditingkatkan kesadaran mereka dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.

Dalam Repelita II telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1976 yang mengatur tentang dasar-dasar penyusunan formasi Pegawai Negeri Sipil yang sehat, yang bertujuan untuk menjamin adanya keseimbangan yang serasi antara jumlah dan mutu Pegawai Negeri Sipil di satu pihak dengan jenis, sifat dan beban kerja di pihak lain.

Dalam rangka usaha menetapkan formasi yang sehat sebagai dasar pengadaan pegawai, akan dilanjutkan inventarisasi jabatan, penyusunan uraian jabatan, analisa dan penilaian jabatan serta penentuan persyaratan jabatan.

Pengembangan penyesuaian formasi juga diarahkan kepada struktur kepegawaian yang lebih sehat dan mampu melaksanakan tugas, dalam arti adanya keseimbangan jumlah pegawai pada tingkat bawah, menengah dan tinggi.

Pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil akan ditingkatkan terus menerus antara la- in mengenai tatacara ujian seleksi untuk menjadi pegawai, kelancaran proses penerimaan dan lain-lain: Dalam rangka ini akan disempurnakan antara lain penelitian secara cermat persyaratan-persyaratan administratif penerimaan pegawai dan

proses pengujian kesehatan sebagai salah satu syarat bagi penerimaan pegawai. Demikian pula kelancaran proses adminis-trasi penerimaan calon pegawai, dan kemudian penetapan se- bagai pegawai apabila telah dipenuhi persyaratannya.

Perencanaan kebutuhan pegawai menggunakan pendekatan analisa kebutuhan setiap tahun yang dikaitkan secara langsung dengan perkembangan dan peningkatan volume pekerjaan serta beban tugas dan keadaan kemampuan keuangan negara. Pendekatan serupa ini yang dilakukan selama Repelita I, II dan III, dilaksanakan bersamaan dengan usaha peningkatan keterampilan dan pembinaan sikap aparatur Pemerintah untuk menjadi tenaga pendorong pembangunan. Dalam pada itu telah dirintis pula usaha untuk menganalisa kebutuhan pegawai untuk kurun waktu yang lebih panjang. Untuk itu sistem analisa dan standarstandar yang diperlukan bagi analisa kebutuhan pegawai akan makin dikembangkan dan disempurnakan dalam Repelita IV.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 ditegaskan, bahwa sistem pembinaan Pegawai Negeri merupakan perpaduan antara pembinaan karier dan prestasi kerja. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam menilai seseorang Pegawai Negeri Sipil, disamping pengabdian dan kesetiaan kepada tugas, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah dan Negara diperhatikan pula kecakapan dan prestasi kerjanya. Dengan dikaitkannya prestasi kerja sebagai salah satu dasar untuk menentukan promosi seorang Pegawai Negeri Sipil, maka dapat diharapkan timbulnya motivasi sebagai penunjang dedikasi yang memadai. Tujuan pokok dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain adalah untuk menempatkan Pegawai Negeri Sipil pada tempat yang tepat berdasarkan pendidikan, pengalaman, kecakapan,

prestasi kerja, pengabdian serta kesetiaannya kepada tugas, Pemerintah, Negara, Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil akan dilakukan kegiatan-kegiatan analisa dan evaluasi jabatan. Kegiatan ini pelaksanaannya dilakukan secara berta-hap sesuai dengan skala prioritas yang ditentukan. Hasil analisa dan evaluasi ini diharapkan akan membantu menentukan jenis dan tingkat jabatan.

Pengembangan dan pengaturan jabatan struktural dan jabat-an fungsional sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Menge-nai jabatan fungsional akan dilakukan penelitian tentang jabatan-jabatan fungsional yang diperlukan.

Penyempurnaan dalam sistem gaji yang telah dilakukan se-jak Repelita II akan terus dilakukan, karena kemudahan dan nilai gaji untuk Pegawai Negeri Sipil berkaitan dengan ting-kat kesejahteraan yang mempengaruhi motivasi, dedikasi dan produktifitas kerja. Penyempurnaan lebih lanjut akan dilaku-kan terhadap sistem gaji dengan mengingat kemampuan keuangan Negara.

Pendidikan dan latihan Pegawai Negeri Sipil akan terus ditingkatkan, serta akan mencakup semua tingkat Pegawai Nege-ri baik dalam bidang teknis, teknis fungsional maupun administrasi. Pendidikan dan latihan Pegawai Negeri Sipil ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dedikasi dan motivasinya, serta untuk memupuk profesionalisa-si Pegawai Negeri Sipil, dalam melaksanakan tugas dan jabatan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan

latihan juga diarahkan untuk mewujudkan adanya kesatuan baha- sa, sikap dan pandangan di antara Pegawai Negeri Sipil. Di samping itu pendidikan dan latihan juga dimaksudkan untuk da- pat mendukung pembinaan karier Pegawai Negeri. Berhubung dengan itu akan diadakan pengaturan yang lebih jelas tentang kaitan antara pendidikan dan latihan dengan jenjang karier Pegawai Negeri Sipil.

Penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan dan latihan Pegawai Negeri Sipil antara lain akan meliputi pola kewenangan pembinaan dan pelaksanaannya, pola kelembagaan unit pelaksananya, jenis, program dan kurikulumnya. Hal itu sangat pen-ting untuk menghindarkan adanya kesimpang-siuran, duplikasi dan pemborosan pemanfaatan sumber-sumber, serta agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan Pegawai Negeri Sipil dilakukan secara lebih terarah sesuai dengan tujuannya.

Pendidikan penjenjangan akan makin disempurnakan dan dalam Repelita IV akan diusahakan memulai penyelenggaraan satu SESPA Nasional. Pendidikan dan latihan administrasi bidangbidang pembangunan akan makin ditingkatkan, terutama sekali dalam lapangan penyelenggaraan pembangunan yang bersifat an-tar sektoral.

Penyelenggaraan latihan Pra Jabatan juga akan terus dimantapkan. Latihan Pra Jabatan sangat penting, karena latihan ini pada dasarnya merupakan upaya untuk pembentukan Pegawai Negeri Sipil yang berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.

Terpeliharanya tertib tata usaha kepegawaian dan data kepegawaian yang baik sangat diperlukan untuk penganalisaan gu‑

577

na perumusan kebijaksanaan penentuan kebutuhan formasi dan kebutuhan pendidikan dan latihan Pegawai Negeri Sipil yang tepat serta sebagai alat untuk memonitor pelaksanaan kebijaksanaan. Data kepegawaian yang baik juga diperlukan dalam rangka perencanaan kebutuhan tenaga kerja dan anggaran belan- ja Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangka ini maka data kepega- waian akan diikuti perkembangannya dan dipelihara secara te- rus menerus, sehingga dengan demikian dapat diketahui perkembangan kepegawaian yang lengkap, tepat dan terbaru.

Kesejahteraan Pegawai Negeri diusahakan perbaikannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan negara, sehingga pada akhirnya Pegawai Negeri Sipil dapat sepenuhnya memusatkan perhatian untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Usaha kesejahteraan meliputi aspek yang luas seperti jaminan hari tua, perumahan, bantuan perawatan kesehatan dan lain-lain.

Setiap usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil diatur dan dibina oleh Pemerintah, dan untuk ini akan diadakan pengaturan yang jelas dan terperinci sehingga dengan demikian setiap Pegawai Negeri Sipil dapat mengetahui dengan jelas hak dan kewajibannya.

Sistem pensiun akan terus mendapatkan perhatian, karena pensiun merupakan jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pengabdian Pegawai Negeri Sipil. Dalam hubungan itu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Janda /Duda Pegawai akan diusahakan penyempurnaannya. Demikian pula pemberian pelayanan kepada pensiunan Pegawai Negeri Sipil oleh PT. Taspen, akan terus ditingkatkan.

Semua biaya untuk penyantunan pensiun masih dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini, disamping tidak sesuai lagi dengan ketentuan Undang-Undang, juga makin lama akan makin sangat memberatkan keuangan Negara.

Atas dasar pemikiran sebagai tersebut di atas, maka dengan Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1974 jo Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977, sejak bulan Januari 1975, telah ditetapkan adanya iuran dana pensiun yang langsung dipungut dari penghasilan Pegawai Negeri Sipil. Berhubung dengan itu, maka akan dibentuk suatu badan yang mengelola dana pensiun.

Mengenai perawatan kesehatan, dengan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 telah dibentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan Pusat yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun beserta anggota keluarganya. Badan ini perlu ditingkatkan, untuk ini bentuk Badan Hukumnya akan diperjelas dan pelayanan kepada peserta akan ditingkatkan.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 ditegaskan bahwa pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur secara menyeluruh, ya- itu dengan pengaturan pembinaan yang seragam bagi segenap Pegawai Negeri Sipil. Dengan demikian di samping memudahkan penyelenggaraan pembinaan dapat pula diselenggarakan keseragam- an perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi segenap Pegawai Negeri Sipil. Untuk menjamin pelaksanaan ketentuan tersebut akan terus dikembangkan bimbingan teknis yang terarah, disamping peningkatan pengawasan dan langkah-langkah penindakan yang diperlukan.

579

3. Pendayagunaan Ketatalaksanaan

a. Administrasi Umum

Pendayagunaan administrasi umum ditujukan untuk lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan. Di samping itu juga ditujukan untuk mencegah pemborosan dan penyimpangan dalam penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan. Inti utama pendayagunaan administrasi umum adalah peningkatan efisiensi kegiatan usaha pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.

Untuk kepentingan analisa, perumusan dan penetapan kebijaksanaan, serta tindakan-tindakan Aparatur Pemerintah pada umumnya yang harus bersifat obyektif, tepat, konsisten dan bijaksana, perlu ditingkatkan pengembangan sistem informasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Setiap Departemen, LPND dan Daerah berfungsi sebagai pusat informasi mengenai segala permasalahan pemerintahan dan pembangunan yang bersangkutan dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Untuk pemanfaatannya akan diusahakan terwujudnya koordinasi di antara berbagai pusat informasi tersebut dalam rangka sistem infor- masi Nasional. Untuk mendukung sistem informasi tersebut, ma- ka sistem pengelolaan dokumentasi, pengelolaan kearsipan, pencatatan data dan perstatistikan kearsipan pada pokoknya ditujukan untuk pemeliharaan dan pengamanannya serta kemudah- an untuk dimanfaatkan; serta sekaligus untuk efisiensi pemanfaatan ruangan kantor. Untuk mendukung sistem informasi itu pula ditingkatkan sistem monitoring dan sistem-sistem pela-poran, sehingga informasi selalu benar-benar sesuai dengan perkembangan keadaan.

Dalam rangka pengembangan sistem informasi maupun untuk

efisiensi pengolahan data, maka pemanfaatan jasa komputer da- lam Repelita IV didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

(1) Pemanfaatan komputer harus terkait dalam sistem informasi pemerintah, dengan mempertimbangkan secara sungguh-sung- guh kapasitas yang diperlukan.

(2) Memperhatikan aspek-aspek teknologi dan alih teknologi.

(3) Memperhatikan pengembangan perangkat lunak, standarisasi program dan lain-lain.

(4) Memperhatikan program-program pendidikan dan latihan te- naga di bidang komputer.

Dalam pada itu koordinasi merupakan salah satu syarat keberhasilan penyelenggaraan tugas umum Pemerintah dan tugas- tugas pembangunan secara keseluruhan dan mencegah pemborosan sumber-sumber. Oleh karena itu sistem koordinasi penting se- kali untuk makin ditingkatkan. Hal itu lebih menjadi penting lagi, dengan makin meningkatnya tugas-tugas umum Pemerintah dan tugas pembangunan, berkembangnya Aparatur Pemerintah, meningkatnya tantangan-tantangan, serta di lain fihak terba- tasnya sumber-sumber. Koordinasi diperlukan pada setiap tahap penyelenggaraan tugas-tugas tersebut. Penyelenggaraan tugas umum Pemerintah dan pembangunan, langsung ataupun tidak langsung akan melibatkan berbagai aparatur lainnya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu sistem kor-dinasi fungsional akan terus ditingkatkan dan perlu diindah- kan oleh setiap aparatur. Penegasan dari perumusan tugas dan fungsi organisasi berlandaskan pada azas fungsionalisasi yang mantap. Di samping itu konsultasi dan komunikasi akan terus

ditingkatkan. Berkaitan dengan peningkatan sistem kordinasi dan sistem informasi, maka sistem komunikasi horizontal dan vertikal, baik intern maupun ekstern terus ditingkatkan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan atasan pada dasarnya perlu selalu dapat diketahui dan dimengerti oleh bawahan, termasuk pula masalah-masalah yang dihadapi pimpinan dalam rangka pelaksanaan tugas instansi.

Dalam hubungan itu, penyempurnaan tata persuratan menjadi sangat penting. Disamping penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan pula disempurnakan dan ditertibkan bentuk-bentuk dan teknik-teknik penyusunan surat-surat dinas dan penggunaannya. Untuk itu perlu adanya Pedoman Persuratan yang harus diterapkan di lingkungan Aparatur Pemerintah. Di samping itu di bidang kearsipan perlu dikembangkan dan disebarluaskan sistem kearsipan baru, yang dapat menunjang kegiatan administrasi sistem penyusutan dan disiplin penyimpanan secara bertahap sehari-hari dan menjamin keamanan penyimpanan arsip-arsip dan dokumen pemerintahan dan pembangunan yang akan menjadikan harta citra dan harta budaya nasional.

Sementara itu penyempurnaan yang terus menerus akan dilakukan dalam bidang ketatalaksanaan keuangan. Pada dasarnya penyempurnaan sistem pengelolaan keuangan ditujukan agar dana yang tersedia dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin untuk penyelenggaraan tugas umum Pemerintah dan tugas pembangunan, serta mencegah pemborosan dan penyelewengan. Hal ini meliputi keseluruhan aspek pengelolaan keuangan, peningkatan penertiban dan pendayagunaan kekayaan Negara.

b. Pendayagunaan Pengawasan dan Penertiban

Untuk mencegah pemborosan, penyimpangan dan kebocoran serta menjamin keberhasilan tugas-tugas umum Pemerintah dan pembangunan, maka sistem pengawasan dan penertiban akan terus ditingkatkan. Baik pengawasan melekat maupun pengawasan fungsional terus diusahakan peningkatan dan pemantapannya. Akan terus pula diusahakan peningkatan kesadaran, tanggung jawab dan kemampuan setiap pejabat pimpinan dalam pengawasan terha- dap pelaksanaan tugas-tugas instansi yang dipimpinnya. Hal itu antara lain diusahakan melalui pendidikan dan latihan. Bagi setiap instansi Pemerintah, pengawasan fungsional dapat berupa pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan fungsional intern dan aparatur pengawasan fungsional ekstern. Penyempurnaan aparatur pengawasan fungsional intern terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya secara mantap. Untuk itu telah ditegaskan kedudukan dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai aparatur pengawasan fungsional intern Departemen. Dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 telah dibentuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagai aparat pengawasan intern Pemerintah yang diharapkan dapat melaksanakan pengawasan keuangan dan kegiat-an Pemerintah baik di Pusat maupun di seluruh wilayah, di dalam dan di luar negeri. Di samping itu dengan dikeluarkannya Inpres No. 15 tahun 1983 mengenai pedoman pelaksanaan pengawasan maka fungsi pengawasan tiap aparat pengawasan telah dipertegas dan diperjelas.

Penyempurnaan kemampuan tenaga pengawas akan ditingkatkan terus melalui program pendidikan, latihan dan penataran. Di samping itu akan diusahakan program pengembangan norma dan

teknik pengawasan serta penyempurnaan sistem prosedur, dan tata cara pelaksanaan pengawasan, terutama pengawasan fungsional di Departemen.

Dalam pelaksanaan pengawasan intern Departemen/instansi Pemerintah oleh aparat pengawasan fungsional Departemen/instansi Pemerintah dan pengawasan ekstern terhadap Departemen/ instansi Pemerintah oleh aparatur pengawasan fungsional in- tern Pemerintah maupun oleh aparatur pengawasan fungsional ekstern Pemerintah akan dikembangkan dan dibina adanya suatu pola pelaksanaan pengawasan yang terpadu dan serasi. Dalam hubungan ini akan dikembangkan pula ukuran-ukuran obyektif dalam pelaksanaan pengawasan, antara lain dengan menyempurna-kan tolok ukur pengawasan, yang mencakup sistem indeks harga satuan, kualitas, kuantitas, jadwal pelaksanaan proyek, penggunaan tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Peningkatan pengawasan meliputi ruang lingkup keseluruhan bidang tugas umum pemerintahan dan pembangunan, kegiatan ru- tin dan proyek baik di Pusat maupun Daerah, baik yang dilaku-kan oleh badan usaha milik Negara maupun milik Daerah. Di samping itu pengawasan juga dilakukan terhadap berbagai kegiataan yang ada hubungannya langsung atau tidak langsung terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan, perijinan, pelaksanaan tender dan lain-lain. Mengingat makin pesatnya kegiatan pembangunan di Daerah Tingkat II, kota dan desa, maka kemam-puan aparatur pengawasan fungsional intern di Daerah akan semakin ditingkatkan dan dikembangkan.

Dalam Repelita IV pelaksanaan pengawasan akan diusahakan lebih terpadu dan terarah agar pelaksanaan program-program itu benar-benar sesuai dengan yang direncanakan. Di samping

itu bobot pengawasan akan lebih ditekankan pada pengawasan sebagai tindakan preventif. Dalam hal ini, hubungan dalam dan antar instansi yang makin mantap akan terus dibina dan dikembangkan sehingga mempermudah bagi setiap pejabat pengawasan memperoleh bahan-bahan keterangan dan lain-lain untuk melaksanakan pengawasan itu.

Hasil-hasil pengawasan itu akan sangat bermanfaat, bukan saja bagi proyeknya sendiri, tetapi juga dapat digunakan un- tuk menyempurnakan pelaksanaan tugas, serta untuk penertiban dan penyempurnaan aparat dan lembaga yang bersangkutan. Kemudian dapat merupakan titik-tolak untuk perencanaan pembangun- an pada tahun dan atau tahap berikutnya.

Dalam Repelita IV juga akan dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban Aparatur Pemerintah serta dalam menanggu-langi masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungan itu, maka pelaksanaan Operasi Tertib di lingkungan departemen/instansi pemerintah di Pusat dan di Daerah akan dilanjutkan disertai langkah-langkah penindakan.

Langkah-langkah penertiban ditujukan untuk mendinamisir fungsi Aparatur Pengawasan Pemerintah, dengan melakukan tindakan korektif terhadap pejabat pemerintah yang melakukan penyimpangan terhadap pelaksanaan tugas sesuai dengan keten-tuan yang berlaku. Dengan tindakan penertiban tersebut diharapkan dapat diciptakan suatu iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan, bahkan selanjutnya

585

dapat meningkatkan kesadaran untuk tidak menyimpang di dalam melaksanakan tugas. Langkah-langkah penindakan oleh pihak Kejaksaan terhadap pelaku tindak pidana penyelewengan, korup-si dan sebagainya akan terus ditingkatkan. Dengan langkahlangkah tersebut diharapkan makin berkembang pula sanksi sosial dan sanksi moral terhadap pelaku-pelaku tindak pidana tersebut.

Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan salah satu program pembangunan. Oleh karena itu keberhasilannya antara lain juga tergantung kepada peranserta yang aktif dan positif dari seluruh masyarakat. Dalam hubungan itu kontrol sosial sangat penting, dan oleh karenanya akan makin ditingkatkan dan dikembangkan. Peningkatan keserasian hubung-an antara Pemerintah dengan lembaga perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat maupun di daerah, juga diarahkan dalam rang- ka peningkatan dan pengembangan kontrol sosial. Di samping itu himpunan-himpunan profesi terus pula dikembangkan agar mampu melakukan kontrol sosial yang sehat dan positif. Kemudian media masa sebagai penyalur pendapat masyarakat juga akan terus dikembangkan peranannya sebagai penyalur kontrol sosial tersebut. Pengembangan kontrol sosial seperti itu akan makin dapat menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam pelaksanaan tugas umum pemerin- tah dan pembangunan.

c. Pendayagunaan Pengelolaan Kekayaan Negara

Landasan bagi pengelolaan kekayaan negara sampai sekarang adalah masih berupa peraturan perundang-undangan dari zaman Pemerintah Hindia Belanda, yaitu Undang-Undang Perbendaharaan

Indonesia (ICW) sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dan ditambah. Oleh karena itu akan diusahakan Undang-Undang Perbendaharaan Negara yang baru, yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan perkembangan keadaan terutama bagi pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan pembangunan.

Di samping ICW, maka Keputusan Presiden yang mengatur tentang pelaksanaan APBN adalah juga merupakan pedoman yang harus diikuti dalam pengelolaan uang dan barang yang menjadi kekayaan negara. Selain itu masih terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang juga memuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan kekayaan Negara.

Pelaksanaan ketentuan-ketentuan tentang pembelanjaan uang negara masih belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu penyempurna- an dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan itu akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Selanjutnya sebagai kelanjutan dari proses pembelanjaan uang negara untuk pengadaan barang yang diperlukan, maka akan diperhatikan pula aspek pengelolaannya, agar barang-barang tersebut dapat tersedia dalam jumlah, mutu, ditempat dan pada waktu yang diperlukan. Untuk itu pengelolaan barang-barang dan perlengkapan pemerintah akan terus ditingkatkan penyempurnaannya.

Dalam Repelita IV akan diusahakan menyusun peraturan-peraturan yang mengatur tentang berbagai aspek dari pengelolaan barang dan perlengkapan pemerintah, misalnya mengenai penyelenggaraan pengadaan, pengelolaan dan administrasi perleng-kapan pemerintah serta instansi mana yang bertanggungjawab mengenai hal tersebut.

Di samping itu kegiatan inventarisasi, kekayaan Negara akan terus ditingkatkan pelaksanaannya serta terus disempurnanakan sistem dan tatacaranya sehingga dapat terlaksana secara berdayaguna dan berhasilguna. Dengan makin tertibnya pelaksanaan inventarisasi kekayaan Negara yang dikelola oleh setiap instansi Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, maka setiap waktu dapat diketahui secara je- las jumlah dan jenis serta mutu kekayaan Negara tersebut serta keadaan dan tempat dimana kekayaan itu berada. Hal ini akan membantu pula peningkatan pengelolaan dan pengadministrasian barang-barang kekayaan Negara.

Dalam rangka penyempurnaan pengelolaan kekayaan Negara, baik pengelolaan keuangan Negara maupun peralatan Pemerintah diusahakan pula agar mendukung kebijaksanaan pembangunan lainnya seperti penggunaan produksi dalam negeri, pemerataan pembangunan di daerah-daerah, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan peranan golongan ekonomi lemah.

d. Pendayagunaan Perijinan

GBHN telah menggariskan bahwa untuk meningkatkan peran- serta masyarakat dalam pembangunan, maka peranan dunia usaha nasional akan lebih ditingkatkan. Kerjasama yang serasi anta- ra usaha besar, menengah dan kecil serta koperasi perlu dikembangkan berdasarkan semangat saling menunjang dan saling menguntungkan. Dalam rangka ini perlu diciptakan iklim yang sehat untuk mendorong kelancaran usaha dan terlaksananya kerjasama tersebut.

Untuk menciptakan iklim seperti tersebut masih dihadapi berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang perlu mendapat

perhatian adalah masalah perijinan. Lembaga perijinan merupa-kan salah satu bentuk realisasi pelaksanaan fungsi pengaturan yang bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah. Perijinan tersebut dapat berbentuk berbagai macam, misalnya : Ijin pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota, dan ijin untuk melakukan sesuatu yang perlu dimiliki atau diperoleh suatu perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.

Masalah-masalah pokok di bidang perijinan tersebut antara lain :

(1) Adanya berbagai jenis ijin yang harus dimiliki oleh seseorang/pengusaha sebelum atau untuk dapat melakukan ke-giatan usahanya.

(2) Untuk mendapat sesuatu ijin dihadapi berbagai kesulitan karena :

(a) Prosedur yang panjang dan berbelit-belit untuk memperoleh ijin;

(b) Tidak cukup adanya informasi yang pasti dan jelas mengenai ijin-ijin yang harus dimiliki untuk dapat berusaha dalam bidang-bidang tertentu;

(c) Ketidakpastian mengenai status dari suatu ijin, sehingga ada kekhawatiran akan dicabut atau dibatalkan setiap waktu;

(d) Keharusan membuat laporan yang terlalu banyak dari pemohon ijin, yang kadang-kadang tidak ada kaitannya dengan ijin yang bersangkutan serta