shintahappyyustiari.lecture.ub.ac.idshintahappyyustiari.lecture.ub.ac.id/.../11/kelompok-5.docx ·...
TRANSCRIPT
MAKALAH
Tentang
PERBANDINGAN PEMERINTAHAN DAERAH
DI NEGARA FEDERAL DAN NEGARA KESATUAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia
Dosen Pengampu : 1. Dr.M.R. Khairul Muluk, Msi
2. Shinta Happy Yustiari SAP.MAP.
Disusun oleh :
Kelompok 5 Kelas AAnggota kelompok :
1. Yanuar Afadan (115030100111041)2. Dinartika Arneda Nurristi (115030100111059)3. Ilmi Uswatun (115030100111053)4. Lerin Diarwati (115030101111052)5. Rochmatun (115030107111049)6. Siti Sri Astutik (115030107111063)
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
OKTOBER 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintahan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari mengenai cara
agar dapat menjalankan wewenang kekuasaannya supaya bisa mengatur sistem
yang ada di dalam sebuah institusi agar dapat diatur serta dijalankan dengan baik
sehingga kesemuanya itu bisa berjalan dengan selaras. Seperti kita ketahui di
setiap negara pastilah memiliki sebuah sistem pemerintahan agar segala sektor
penghidupan bagi rakyatnya bisa digunakan dan dapat dijalankan dengan baik.
Ada berbagai macam pemerintahan di dunia, sepintas banyak negara
menggunakan sistem pemerintahan yang sama, akan tetapi akan berbeda hasilnya
bila dianalisa. Ada ciri khas yang tidak dimiliki oleh pemerintahan lain karena
sistem pemerintahan atau bentuk pemerintahan atau tipe pemerintahan akan
disesuaikan dengan sistem-sistem budaya yang telah ada. Keunikan-keunikan
setiap pemerintahan merupakan khazanah besar bagi perbandingan pemerintahan.
Misalnya bagaimana Amerika Serikat yang presidensiil memiliki perbedaan
dengan Indonesia yang sama-sama presidensiil, dan banyak lagi negara-negara
yang menganut sistem yang sama tetapi memiliki keunikan pemerintahannya
masing-masing.
Mengetahui dan mempelajari sejarah pemerintahan dan jenis-jenis
pemerintahan merupakan hal fundamental yang harus dikuasai baik bagi praktisi 2
pemerintahan maupun bagi para akademisi bahkan bagi para masyarakat pada
umumnya. Bagaimana suatu sistem pemerintahan mempunyai signifikansi yang
cukup besar terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, maka diharuskan pada
khalayak banyak untuk mengetahui sejarah dan jenis-jenis pemerintahan guna
mencapai dinamisme kehidupan bernegara. Banyak orang baik dari kalangan ahli
maupun masyarakat awam berpendapat mengapa negara-negara miskin tidak
meniru saja pemerintahan negara maju agar sama-sama bisa menjadi negara maju.
Salah satau upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis dalam
perbandingan pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH AMERIKA SERIKAT
A. LATAR PEMERINTAHAN DAERAH
Amerika Serikat merupakan negeri yang memiliki tingkat keragaman tinggi dalam hal
geografis , industry dan budaya . Negara bagiannya pun beragam antar wilayah karena
pengaruh tersebut . Namun demikian , identitas nasionalnya kuat dan mencerminkan
kontinuitas dan stabilitas sejarah.
Semua tingkatan pemerintahan merupakan bagian dari competitive milieu yang
menjebatani kepentingan social , lingkungan , pemilikan pribadi , bisnis , buruh dan lainnya.
Di satu sisi , pemerintah berjuang untuk meningkatkan lingkungan social dan fisik , sekaligus
memenuhi kebutuhan swasta yang sering kali bertentangan pada sisi yang lain. Kunci utama
keberhasilan mengorganisasikan kepentingan ini terletak pada lebih yang mampu
mengungkapkan kebutuhan dan tuntutan sekaligus mengarahkan kepada perundingan politik.
Di tahun 1960 an dan 1970an kekuasaan partai politik local cenderung merosot tajam
karena hilangnya kuasa atas nominasi yang disebabkan oleh referenda, regulasi yang
meningkat atas keuangan partai, dan merosotnya jumlah warga yang menidentifikasi dirinya
dengan kebijakan partai. Pemerintah daerah masih menjalankan tanggung jawab yang besar
dan hidup dengan inisiatif yang mencerminkan orientasi sebaliknya.
Garis besar sejarah pemerintahan daerah di Amerika Serikat menunjukan bahwa ia di
dominasi area pedesaan. Pada awal abad 18, 95% penduduk tinggal di wilayah yang tidak
kategori sebagai kota. Pemukiman kecil tersebardi seluruh penjuru dengan struktur
administrasi yang tidak berubah hingga kini meski sudah tidak sesuai lagi dengan pola
pemukiman modern. Kemandirian merupakan esensi dari pemukiman awal tersebut.
Keragaman budaya dan perekonomian yang berbeda mengarah pada besarnya keragaman
struktur dan gaya pemerintahan. The town government of new England berasal dari bourogh
government Eropa. Pemerintah daerah di wilayah perkebunan di wilayah selatan merupakan
perkembangan dari lembaga shire country di Inggris. The middle atlantic states mempunyai
perpaduan antara lembaga town dan country ini.
Para pemukim sering kali tidak mempercayai pemerinthan yang lebih tinggi. Revolusi
Amerika merupakan perang untuk mempertahankan otonomi, industry dan perdagangan
melawan pengelolaan disentralisasi. Semula para anggota dewan dilibatkan dalam urusan
administrasi secara rinci seperti halnya bourogh dan country di Inggris. Mereka atau
gubernur Negara bagian dapat menunjukan para pejabatnya. Pertumbuhan ukuran pemerintah
mengarah pada kemandirian pejabat yang lebih meningkat. Mulai sekitar tahun 1820 di
adopsi pemilihan langsung populer terhadap pengawasan keuangan, jaksa, pengawas
pendidikan, kepala departemen, hakim, sheriff dan lainnya. Mesin-mesin partai di kota juga
diciptakan dengan melakukan patronase melalui kendali pekerja public dan pemberian
kontrak. Banyak pejabat pemerintah berperilaku buruk dengan melakukan manipulasi dan
korupsi politik.
Di tahun 1870 an, reaksi atas hal ini mengarah pada pembatasan oleh Negara bagian dan
kebijakan pendidikan pegawai baru yangdi dasarkan atas kemampuan partai. Lalu di buat
upaya untuk memisahkan administrasi dari politik dengan menuyusun badan dan komisi
yang memiliki kuasa luas dari pada administrator tunggal, khususnya yang menyangkut
fungsi regulasi. Pengembangan ini mengarah pada frakmentasi yang tajam atas tanggung
jawab dan akuntabilitas. Dengan demikian warga di harapkan dalam badan local dan daftar
panjang jabatan yang harus di pilih sehingga kendali menyeluruh melakukan eksekutif yang
kuat yakni walikota atau eksekutif kepala di puncak piramida administrasi. Eksekutif kepala
ini membutuhkan asisten staff untuk membantunya dalam merencanakan , mengendalikan
dan mengelola hubungan selama masa jabatan 4 tahunan yang dilembagakan. Pada tahun
1960 an proses perencanaan dan pengangguran terintegrasi telah dikembangkan. Dalam
pemerintah daerah yang lebih besar , majelis atau dewan diharapkan memusatkan perhatian
pada legislasi, regulasi,dan keputusan penting yang mencakup persetujuan anggaran dan
menyerahkan penyelenggaraannya kepada eksekutif. Perkembangan ini menjadi ciri dari
pemerintah kpota besar , sementara pemerintah daerah kecil masih menjadi campur tangan
yang kuat dari anggota dewan.
Dari tahun 1960 an literature pemerintah daerah mencerminkan adanya krisis politik atau
pemenuhan kebutuhan keuangan karena sumber daya yang berkurang. Hal ini disebabkan
oleh hilangnya sumber internal secara drastic karena perpindahan penduduk ke kota yang
lebih maju daerah ini akhirnya bergantung pada bantuan pemerintah negra bagian dan
federal.
B. STATUS PEMERINTAHAN DAERAH
Bentuk Negara Amerika Serikat adalah federal atau serikat. Dalam hal ini pemrintahan
daerah merupakan bentukan dari Negara bagiannya dan bergantung pada undnag-undang dan
konstitusi Negara bagian mengenai status, hak dan keistimewaannya. Jadi, ada 50 sistem
pemrintahan daerah yang berbeda. Secara teoritis Negara bagian dpat menghapus dan
mengganti pemerintah daerah tetapi pada prakteknya ada undnag –undang dan politik yang
membatasi kemungkinan tersebut. Melalui haknya untuk menentukan konstitusi Negara
bagian berdasarkan referendum. Para pemilih dapat membatasi kekuasaan legislative ats
pemrintah daerah. Konstitusi federal juga dapat menjadi instrument untuk memeriksa
maksud tersebut. Legislasi harus ditetapkan pada sekelompok pemerintah daerah bukannya
satu per satu.
Fungsi pemerintah daerah pada umumnya diperinci secara khusus dan bila diminta
pemerintah daerah harus dapat menujukan bukti tersebut di pengadilan bahwa mereka
mempunyai otoritas legal ats aktivitasnya. Prinsip ini disebut ultra vires doctrine yang
merupakan rumusan klasik dalam judge dillon’s rule di tahun 1870an bahwa pemerintahan
daerah hanya dapat menjalankan the power granted in express words atau necessarily or
fairly implied in orincident to the powers expressly granted atau those essential to the
accomplishment of the declared objectives and purposes of the corporation-not simply
convenient but indispensable. Any fair, reasonable, substantial, doubt concering the
exixtence of power is resolved by the courts against the corporation and the power is denied.
Dalam beberapa hal dampak peraturan dilon ini diperlunak oleh keputusan berikutnya
dan oleh ketetapan konstitusi Negara bagian dan yang lebih penting oleh cara legislasi yang
memperluas diskresi pemerintah daerah. Selain piagam khusus yang diberikan kepada
pemerintah daerah secara individual ada pula piagam umum yang dapat diterapkan pad
asemua daerah dalam suatu Negara bagian dan piagam rumah tangga konstitusional yang
mempunyai otoritas yang sederajad atau bahkan lebih tinngi dari legistasi Negara bagian
yang berkenaan dengan urusan internal daerah. Peraturan kerumah tanggan memberikan
kebebasan bagi daerah untuk menyusun piagamnya sendiri sepanjang dalam garis besar
haluan Negara bagian dan mengakui otoritas diskresi yang lebih luas. Pada umumnya hal ini
menyangkut hak untuk menentukan bagaimana sesuatu dilaksanakan dalam koridor hokum.
Posisi politi pemerintah daerah cukup kuat di Amerika Serikat.
Para pemimpin pemerintahan daerah paham benar bahwa anggota kongres atau
legislative Negara Negara bagian harus mendengarkan mereka jika ingin mempertahankan
popularitasnya. Adanya pemenang dan pecundang merupakan esensi dari budaya politik. Jika
satu saluran pengaruh dihalangi maka aka nada sluran lain untuk menyalurkannya baik di
eksekutif, legislativ, yudikatif pada puncaknya di dalam masyarakat melalui referendum atau
inisiatif public. Meskipun system politik merupakan tangga menuju jabatan puncak di
Negara bagian atau kongres, namun pemerintah daerah memilki konstituante kekuatanya
sendiri baik dalam legistalif Negara bagian maupun nasional untuk memerangi gangguan
terhadap kebebsan lokalnya.
C. STRUKTUR NASIONAL PEMERINTAHAN DAERAH
Struktur nasional pemerintahan daerah masih seragam kecuali struktur pemerintahan
internal setiap daerah yang dapat disusun berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masing-masing.
Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999, pembagian daerah otonom dilakukan dalam dua
tingkatan, yakni daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota. Daerah provinsi selain
berkedudukan sebagai daerah otonom juga sebagai wilayah administrasi. Kedudukan ganda ini
dilakukan dengan pertimbangan untuk memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyelenggarakan otonomi
daerah yang bersifat lintas daerah kabupaten dan kota, melaksana kan kewenangan otonomi
daerah yang belum dapat dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota, dan untuk
melaksanakan tugastugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan dalam rangka pe-
laksanaan asas dekonsentrasi.
Daerah provinsi bukan merupakan pemerintah atasan dari daerah kabupaten dan kota
sehingga tidak ada hubungan hierarki. Daerah kabupaten dan daerah kota mencerminkan
pelaksanaan asas desentralisasi secara bulat dalam wujud otonomi yang lugs, nyata, dan
bertanggung jawab.
Meskipun berada pada jenjang yang sama, pembedaan status daerah kabupaten dan kota
dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada kondisi masyarakat atau kawasan setempat.
Daerah kabupaten dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan pedesaan (rural area). Daerah
kota dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan perkotaan (urban area). Dengan demikian,
diharapkan terjadi perbedaan ragam pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
setempat.
Pembentukan daerah otonom dilakukan berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, lugs daerah dan pertimbangan
lainnya. Pembentukan daerah, nama batas, dan ibu kota ditetapkan dengan undang-undang
(created by law bukan acknowledged by law). perubahan batas yang tidak mengakibatkan
penghapusan suatu daerah, perubahan nama daerah, serta perubahan nama dan pemindahan ibu
kota daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Daerah yang mampu menyelenggarakan
otonomi daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Selain itu, daerah dapat di-
mekarkan menjadi lebih dari satu daerah. Kriteria penghapusan, penggabungan, dan pemekaran
daerah ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah, sementara pelaksanaannya ditetapkan
dengan undang-undang. Ini berarti keberadaan daerah diperoleh melalui cara pendelegasian
dari pemerintah pusat, bukan melalui constitutional provision seperti yang terjadi di AS.
County merupakan bentukan Negara bagian berbeda dari municipality sehingga kurang memiliki basis masyarakat tertentu dan dapat dihapus atau diubah kekuasaannya berdasarkana legislasi Negara bagian dan merupakan unit pemerintahan daerah yang diorganisasikan atas dasar kewilayahan.Town dan township merupakan subsidi dari county yang memiliki batas-batas yang semula ditandai di atas peta oleh para surveyor county guna pembangunan dan pemeliharaan jalan. Kini pemerintah town dan township melayani pula perpustakaan, air bersih, dan pengolahan sampah.
JENIS & JUMLAH PEMERINTAHAN DAERAH DI USA
Counties 3.043Municipal-City 19.372Municipal-Town 16.629School District 13.726Special District 34.683
Total 87.453Sumber: Miller (2002), kondisi 1997
Municipality merupakan komunitas yang digabungkan berdasarkan piagam atas dasar permintaan para anggotanya. Special district dirancang oleh undang-undang Negara bagian, atau oleh pemerintah daerah, atau oleh hasil petisi dan pertemuan privat untuk menyediakan satu atau dua layanan dengan batas yurisdiksi masing-masing telah disetujui oleh pihak berwenang. Ada dua jenis district yakni school district (jumlah yang terbanyak) dan special district.
D. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Pada umumnya, fungsi atau urusan yang dijalankan oleh pemerintah daerah di AS didesentralisasi dari Negara bagian melalui ultra vires doctrine, meskipun penerapan prinsip ini tidak kaku karena dapat menyesuaikan dengan aspirasi masyarakat melalui home rule charter. Tidak ada penyelenggaraan fungsi yang seragam antarpemerintah daerah, setiap otoritas wilayah memiliki fungsinya masing-masing sesuai dengan kebutuhan keadaan dan tuntutan masyarakat akan layanan publiknya.
E. PEMERINTAH DAERAH
Kompleksitas pemerintahan daerah di AS juga berkelanjutan dalam ragam bentuk pemerintah daerah (local authority).
Setiap jenis pemerintahan daerah memiliki karakter yang khas dalam menyusun bentuk pemerintah daerahnya (Norton, 1994). County governanment memiliki pola tradisional berupa board atau commission. Anggota elected board antar-County juga berbeda-beda jumlahnya. Ia memiliki kekuasaan legislative dan bertanggungjawab atas enggaran, kekuasaan administrative, dan pengawasan atas dinas-dinas yang ada dan kuasa untuk menunjuk staf administrasi. Commission memiliki pola yang berbeda lagi. Ia dipimpin oleh elected judge yang menjalankan tugas administrative komisi. Tugasnya meliputi pengambilan keputusan secara consensus atau voting dan memilih pengawas town dan townships. Dewasa ini, county government juga mengembangkan bentuk chief executives baik yang elected maupun appointed untuk menjamin kompetisi yang bersifat netral dalam menjalankan administrasi pemerintahan. Bentuk dari chief executives ini ada tiga, yakni county-manager (menyiapkan anggaran menunjuk kepala dinas (head of departments) yang menjalankan fungsi administrasi dan bertanggung jawab untuk menyajikan proposal program dan kebijakan), county-administrator (tidak memiliki wewenang menunjuk kepala dinas), dan county-elected executive.
F. KEUANGAN DAERAH
Pada dasarnya, pembiayaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di AS dapat dibedakan dalam tiga jenis (Norton, 1994), yakni local taxes (pajak daerah), grants-in-aid (bantuan pemerintahan atasan), dan borrowing (pinjaman). Sementara itu, Saffel dan Basehart (2001) mengungkapkan adanya sumber lain yang berasal dari sumber nonpajak, yakni user change (ongkos) dan gambling (perjudian). Pajak daerah yang diperoleh oleh pemerintah daerah dapat dibedakan menjadi property tax, local sales tax, local income tax, dan local business tax.
Property tax merupakan pajak daerah yang berasal dari pajak Negara bagian secara bertahap ditransfer kepada pemerintah daerah. Local sales tax merupakan pajak daerah yang umumnya ditarik pada penjualan eceran, kecuali di Hawaii, Lousiana dan Mississippi. Local income tax dapat ditarik oleh pemerintah daerah di tiga belas Negara bagian. Local business tax mempunyai tiga jenis, yakni pajak atas hak monopoli atas public utilities, ongkos dan pembayaran lainnya untuk memenuhi kebutuhan biaya aktivitasi regulasi dan utnuk pemberlakuan prinsip the polluter pays, dan pajak yang diterpkan secara selektif terhadap aktivitas perdagangan ketika balik modal bisa terjadi karena didukung oleh biaya administrasi.
Grants-in-aid merupakan intergovernmental yang sumbernya bisa berasal dari transfer pemerintah Negara bagian dan transfer dari pemerintah federal. Pinjaman merupakan sesuatu yang tidak sering digunakan karena pemerintah daerah berharap akan mempergunakannya kelak di kemudian hari. User charge didefinisikan sebagai pembayaran kepada pemerintah atas barang, layanan, atau perlakuan tertentu. Pendapatan dari perjudian dibagi dua, yakni baik dari kasino maupun dari lotere (Safell dan Basehart: 2001).
G. KEPEGAWAIAN DAERAH
Banyak literature pemerintahan daerah AS yang ternyata tidak memasukkan bahasan
mengenai kepegawaian daerah. Petunjuk yang berharga justru diberikan oleh United Nations
(1966) tentang local government personnel system. Ada tiga jenis system pegawaian daerah
yang diterapkan erbagai Negara dunia ini. Pertama separate personel system for each local
authority yang berarti bahwa setiap pemerintah daerah memiliki kekuasaan untuk
menunjukan dan memberhentiakn pegawainya sendiri serta pegawai tidak dapat berpindah
atau dipindah ke yurisdiksi lain oleh badan pusat. Kedua unified local government personnel
system yang bearati bahwa semua atau sebagian kategori pegawai penerintah daerah
memebentuk single career service di seluruh negeri yang ter pisah dari nation civil service.
Ketiga, integrated national and local personnel system yang berarti bahwa pegawai dari
pemerintah pusat Negara bagian dan daerah merupakan bagian tugas yang sama pemerintah
daerah negar tidak hanya perpindahan antar daerah yang dimunkinkan tetapi juga antara
pemerintah daerah, Negara bagian maupun pusat.
Mengacu pada pembagian jenis tersebut berarti system kepegawaian yang diterapkan di
Amerika Serikat adalah jenis yang pertama, separate system. Setiap pemrintah daerah
mempunyai tanggung jawab utama administrasi kepegawaian termasuk kekuasaan tunggal
untuk menunjuk dan memberhentikan pegawainya. Para pegawai juga tidak dapat berpindah
baik atas prakarsa sendiri maupun birokrasi yang lebih tinggi dari daerah yang satu ke daerah
yang lain, kepemerintahan Negara bagiana tau pemerintah pusat.
Pada dasarnya jika mengacu pada bahasan tipe pemerintahan daerah di AS yang beraneka
ragam maka pejabat pemerintah dapat dibagi menjadi elected dan appointed officer (Burns,
Peltason, & Cronin : 1978). Anggota council dan commissioner jelas merupakan elected
officer sementara untuk mayor, city manager or administrator dan head of departments ada
yang berupa elected officer dan ada pula yang appointed officer yang memiliki kariet AS
sebagai pegawai daerah. Menurut Ammons dan Glass (1989) pejabat yang bertindak sebagai
appointed executive dalam pemerintahan daerah di AS tersebut mempunyai tanggung jawab
untuk mengimplementasikan kebijakan legislative mengarahkan penyampaian layanan public
daerah . Seleksi yang harus mereka jalani biasanya bersifat kompetitif ,misterius dan
paradoksal. Kompetitif karena ada banyak pesaing berbakat yang dapat mengisi posisi –
posisi eksekutif daerah. Misterius karena ada banyak factor yang masuk dalam penilaian
sehingga sulit ditebak nilai mana yang hendak didahulukan daripada nilai lainnya. Paradoks
karena seleksi tersebut tidak hanya melibatkan persoalan pribadi tetapi juga persoalan public.
Pada umumnya, pegawai daerah diangkat melalui meried system
(Burns,Peltason,Cronin :1978). Patronage system tidak sepenuhnya hilang bahkan dalam
yuridiksi tertentu ia membantu mengenali orang yang tepat dan berada di pihak yang benar .
Namun praktik ini tidak lazim lagi. Mahkamah Agung telah menyatakan bahwa system
patronase sudah tidak konstitusional lagi bagi pegawai negeri untuk dipecat atas alas an
politik . Kini banyak daerah yang lebih menerima merit system juga memperoleh pegawai
yang berkualitas dan kompetitif.
H. PARTISIPASI PUBLIK
Partisispasi diterima dengan baik sebagai suatu prinsip dan secara aktif disebar luaskan di
AS bahkan kini AS menyebut dirinya sebagai pelopor dan penjaga prinsip demokrasi dunia
dan secara aktif memaksakan prinsip ini dilakukan pula berbagai belahan dunia lainnya.
Terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
di AS. (Norton,1994).
Pertama adalah partisipasi dalam bentuk pemungutan suara atau voting dalam pemilihan
umum. Pemilihan dilakukan untuk memilih anggota dewan (council) dan pada jenis
pemerintah daerah tertentu juga memilih wali kota (mayor),komisioner atau bahkan kepala
dinas. Meskipun Demikian sinisme dilaporkan meluas mengenai cara ini karena adanya
keraguan dalam mempengaruhi jalannya pemerintahaan.. Hal ini merupakan penjelasan
tentang mengapa jumlah pemilih dalam pemilu makin berkurang. Selain itu ada pula tekanan
untuk melakukan cara – cara bisnis dan profesionalisme untuk mendukung kompetensi netral
dalam pemerintahan daerah guna menggantikan prinsip pilihan politik dan akuntabilitas
terhadap para pemilih dalam hal pilihan kebijakan . Alasan lainnya adalah tingkat migrasi
local yang tinggi, pemilihan yang mengejutkan , membingungkannya kertas suara dan
kurangnya organisasi partai.
Kedua, dikembangkan pula bentuk partisipasi lain yang berupa demokrasi langsung
(direct democracy). Bentuk ini disusun dalam tiga aktifitas yakni the iniative the referendum
and the recall . Hak inisi tif (the iniative) dapat dilakukan dengan dua cara . (1). Kelompok
aksi bisa mengorganisasikan suatu petisi yang ditanda tangani oleh jumlah persentase
minimal tertentu sesuai dengan undang – undang Negara bagian atau piagam kota. Peraturan
yang diusulkan harus tercantum dalam kertas suara dan bisa menjadi peraturan bila mayoritas
warga memilihnya. Cara ini dapat melangkahi kewenangan dewan karena kehendak dewan
belum tentu sejalan dengan kehendak warga. (2). Pemerintah dapat diberi petisi untuk
mengambil tindakan tertentu dan rincinya diserahkan kepada dewan untuk diuraikan .
Referendum dapat berlangsung dalam 3 bentuk , yakni (1) Compulsory or mandatory
referendum yang diamanatkan oleh konstitusi atau undang – undang Negara bagian atau
piagam kota untuk mengambil keputusan dalam hal tertentu. (2) Advisory or optional
referendum yang diusulkan oleh dewan untuk menentukan perimbangan opini public dan (3)
Petion Referendum yang menjadi syarat bagi suatu kebijakan yang hendak diloloskan oleh
dewan harus disertai dengan popular vote dalam jangka waktu tertentu. Recall merupakan
suatu cara untuk mengganti pejabat yang dipilih (elected official) dari jabatannya melalui
pemilihan khusus yang dipicu oleh suatu petisi yang memenuhi presentase suara pada waktu
menunjukkannya dalam pemilih sebelumnya.
Bentuk ketiga dari paretisipasi public adalah adanya kelompok kepentingan yang banyak
terdapat di setiap daerah di AS . Kekepetingan inimerupakan jaringan partisipasi yang
mempunyai tindakan berpengaruh yang dapat dimobilisasi kapan saja dikehendaki. Kamar
dagang dan asosiasi sector swasta lainnya sering kali terlibat dalam progam reformasi dan
sering bekerja sama dengan pemerintah kota yang berorientasi bisnis.Kesadaran social dan
analisis mengenai dampak social, lingkungan telah ditingkatkan menjadi gerakan oleh dan
dalam korporasi bisnis. Bentuk kekempat dari partisipasi public di Amerika Serikat adalah
disentralisasi within cities yang diwujudkan dalam bentuk pemerintahan ketetanggaan dan
balai kota mimi. Pemerintahan ketetanggaan ini di praktekan di ribuan wilayah administrasi
yang berpenduduk rendah. Pemerintah federal mendukung keberadaannya untuk merangsang
swadaya masyarakat di kota-kota besar sejak tahun 1961. Dengan membiayai swadaya ini
dan mendukung partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh penduduk ketetanggaan yang
tidak di untungkan seperti yang miskin atau etnis minoritas. Progam anti kemiskinan
mendukung partisipasi maksimal dari kaum miskin. Balai kota kecil dan pusat pelayanan
ketetanggaan di buka dengan harapan membangun korporasi masyarakat yang dipilih dari
kelompok aksi sukarela guna member saran kepada pejabat pemerintah daerah dengan
memprakasai swadaya. Fungsi yang dilakukannya bisa mencakup monitoring layanan dan
penyiapan program pembangunan wilayahnya atas prioritas anggaran modal dan pendapatan,
partisipasi dalam perencanaan dan pembahsan proyek, pembahsan aplikasi rencana, bantuan
dalam penyiapan laporan layanan oleh badan-badan pemerintah daerah, pengolahan keluhan
dan tuntutan warga, diseminasi informasi mengenai layanan program pemerintah daerah.
Batas-batas layanan diupayakan sejauh mungkin dapat diterapkan dan tidak tumpang tindih
dengan district kecuali school district namun hasilnya seringkali mengecewakan karena
memerlukan prioritas untuk mencapai koordinasi administrasi antar layanan yang terkotak-
kotak.
Selain partisipasi yang berasal dari bawah ada pula partisipasi yang di prakarsai dari atas
berupa upaya pemerintah untuk meningkatkan partisipasi. Program bantuan pemerintah
federal dalam semua sector selalu mensyaratkan adanya inisiatif parisipatif. Bebrpa bentuk
inisiatif pemerintah guna meningkatkan perisipatif, yakni (1) kewargaan : kelompok
kepentingan khusus, kelompok pelanggan khusus, dan komite warga resmi. (2) bentuk
individual: pekerjaan, dalam proyek public, lobby, seruan, aksi pengadialn dan demonstrasi.
(3) desiminasi informasi : pemerintahan yang terbuka, pertemuan, konferensi, publikasi,
penggunaan media masa, tayangan, iklan, hot line, drop in center, korespondensi dan
tuturtinular. (4) pengumpulan informasi : dengar pendapat, lokarkarya, pertemuan dan
referensi, konsultasi, catatan pemerintah pengamat berperan serta dan survey. Keterbukaan
dalam setiap urusan merupakan nilai yang ditekankan di pengadilan dan merupakan prinsip
administrasi public pad aumumnya. Dalam hal ini pers dilihat sebagai hal yang alamiah. Ada
penekanan khusus terhadap keterbukaan pembuatan proses anggaran kepada public. Apa pun
hak yang ada, umunya partisipasi public yang sebenarnya tetap rendah. Untuk itu, komite
penasihat atau konsultasi warga merupakan sosok yang seringkali ada pada akhirnya.
Kebanyakan municipality dan county telah memiliki komite ini.
Fase pertama dikeluarkannya Decentralisatie Wet 1903 (Desentralisasi Lama) masa penjajahan Belanda. Ciri utama kebijakan ini adalah terbukanya kemungkinan bentukan daerah dengan keuangan sendiri untuk membiayai kebutuhan yang diurus oleh raad (lihat Gie, 1967 ; Niessen,1999). Daerah ini disebut locale resort sementara dewanya Locale raad. Jabatan ketua raad dipegang pejabat pusat yang menjadi kepala daerah administrasi.Fase kedua setelah Perang Dunia I karena muncul ketidak puasan atas penyelenggaraan “Desentralisasi Lama” karena dianggap terlalu sedikit dan terbatas keuangan dan kewenangan diserahkan kepada daerah. Wet op de bestuureshervorming (1922) menandai fase baru pemerintahan daerah ,masa Belanda yang disebut Niessen sebagai “desentralisasi baru”. Ciri kebijakan baru ialah pemberian hak otonomi dan medebewind yang lebih tegas dan luas kepada daerah otonom dan kemungkinan pembentukan daerah otonom yang lebih luas dari Gewest lama (keresidenan) dengan nama provincie (provonsi) dan dapat dibentuk daerah otonom yang tingkatnya lebih rendah regentschaps (kabupaten) dan stadsgemeente (kotapraja).
Fase ketiga 1942-1945 setelah terusirnya Belanda dari Hindia Belanda dan Jepang berkuasa. Pada umumnya Jepang meneruskan politik desentralisasi Hindia Belanda hanya ganti istilah dalam bahasa Jepang. Hanya Jakarta yang berstatus Tokubeto Si (setingkat keresidenan),
raad (dewan) dan college (menjalankan pemerintahan sehari-hari) di regentschaps dan stadsgemeente dihapuskan dan wewenangnya kini sekaligus dijalankan oleh kepala daerah (Kentyoo dan Sityoo) sehingga membentuk pemerintahan tunggal. Pengawasan daerah otonom yang dulunya dilakukan Gouverneur-Generaal kini dilaksanakan Gunseikan (Pembesar Pemerintah Militer Jepang) bawahan Gunsireikan (Panglima Besar Militer Jepang).
Fase keempat masa kemerdekaan dikeluarkan UU no. 1 tahun 1945 sebagai pelaksanan Pasal 18 UUD 45. Yang bermaksud mengubah sifat Komite Nasional Daerah menjadi Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Yang tujuannya mengadakan keseragamn pemerintahan daerah (Prov, kab, kota), penghapusan dualisme pemerintahan daerah yang seperti masa Belanda dan mengembalikan kedaulatan pada rakyat, serta memberikan hak otonom dan medebewind kepada badan pemerintahan daerah yang disusun secara demokrasi. Namun hingga 27 Desember 1949 (saat pengakuan kedaulatan Negara Indonesia) belum dapat dilaksanakan.
Fase kelima berlakunya UU no 22 tahun 1948 yang dianggap peraturan pelaksana pasal 18 UUD 1945 yang bisa berlaku efektif. Ada tiga tingkatan daerah otonom Provinsi, Kabupaten atau kota besar, dan desa atau kota kecil. Pemerintah daerah terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah. Maksud dari UU ini adalah mengadakan penyeragaman pemerintahan daerah di seluruh Indonesia, penghapusan sistem “sluitpost”(menutup kekurangan anggaran pemerintah yang dibebankan pada pemerintah pusat). Dan kepala daerah berhak mengawasi pekerjaan dan menangguhkan keputusan DPRD dan DPD.
Fase keenam terjadi setelah diberlakukannya UU no 1 tahun 1957 yang merupakn pelaksana pasal 131 dan 132 UUDS 50. Ada tiga tingkatan daerah otonom yakni Daerah tingkat 1(Provinsi termasuk kotapraja Jakarta Raya), Daerah tingkat II (Kabupaten/kota besar, termasuk kotapraja), dan Daerah Tingkat III (Desa/kota kecil). Pmerintah Daerah terdiri dari DPRD dan DPD. Urusan-urusan yang diserahkan kepada daerah adalah hal-hal yang tidak masuk kepentingan umum yang diurus oleh pmerintah pusat Karena telah diatur dalam peraturannya sendiri. Dengan pengawasan preventiif dan represif (Soemitro, 1983). Fase ketujuh diberlakukannya UU no 18 tahun 1965 karena lemahnya posisi Kepala Daerah dan UU no 1/1957 terutama berlakunya kembali UUD 1945 melalui dekrit Presiden 1959. UU18/1965 ini merupakan pelaksanaan pasal 18 UUD 1945. Yakni Kepala Daerah sekaligus menjadi alat pemerintah pusat dan daerah dengan masa jabatan 5 tahun dan tidak bisa diberhentikan DPRD. Pengawasannya dibagi tiga yakni pengawasan umum , preeventif dan reprsif (Soemitro, 1983).
Fase kedelapan runtuhnya orde lama yang diganti orde baru. Penggantian rezim ini terjadi setelah UU no 18/1965 relatif baru diberlakukan. Alasan Orde Baru mengeluarkan UU no 5/1974 yakni strategi untuk menciptakan keamanan, ketertiban, ketenangan dan stabilitas politik. UU 5/1974 ini mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan medebewind untuk mencapai prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab bukan otonomi yang seluas-luasnya sepeerti UU sbelumnya. Lalu Daerah otonom disederhanakan menjadi Daerah tingkat I(setingkat provinsi) dan tingkat II (setingkat
kabupaten/kota madya). Kepala Daerah selanjutnya menjadi perangkat pemerintah pusat sekaligus pemerintah daerah yang bertanggungjawab pada presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Ternyata cenderung sentralisasi.
3.2 SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH INDONESIA
SEJARAH PERTUMBUHAN PEMERINTAH DAERAH
Bahasa mengenai sejarah pertumbuhan daerah di Indonesia kini dapat dilacak berbagai
sumber seperti Gie(1967), Soemitro (1983), Kuncoro, (1995) , Niessn (1999) dan Hoissein
(1995,2001,2002).pada masa penjajahan, secara umum dapat dikategorikan dalam 3 fase,
yakni : masa penjajahan Belanda dengan 2 fase dan 1 fase sisanya dalam masa penjajahan
Jepang. 7 fase lainnya berada dalam masa pasca kemerdekaan, yang terbagi dlam 4 fase
dalam masa orde lama, 1 fase masa orde baru, dan 2 fase terakhir dalam masa reformasi.
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Terjadi perubahan dalam cara penentuan urusan daerah otonom di Indonesia seperti yang
dianut oleh UU Nomor 22 Tahun 1999. Kewenangan daerah kini mencakup seluruh urusan
pemerintahan, kecuali urusan yang telah ditetapkan menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Urusan pemerintah pusat kini meliputi politik luar negeri, pertahanan keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, agama.
Kini setiap daerah otonom memiliki hak dan kewajiban masing masing serta memiliki urusan
yang dapat dibagi dua, yakni urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pilihan merupakan urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Urusan tersebut antara lain meliputi pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan,
dan pariwisata yang secara nyata ada dan benar-benar merupakan potensi daerah. Hal ini berarti
setiap daerah bisa berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Urusan wajib merupakan
urusan yang harus dijalankan oleh daerah otonom sebagai bentuk kewajibannya untuk
memberikan pelayanan dasar dan menciptakan standardisasi pelayanan publik di seluruh
Indonesia.
PEMERINTAH DAERAH
Indonesia memiliki bentuk pemerintah daerah yg seragam cenderung demikian sepanjang sejarah
pertumbuhannya.. perubahan pemerintah daerah terjadi krn fase pemerintahan daerahnya bukan
karena kemajemukan dalam fase yang sama. Dalam UU sebelum UU 22/1999 pemerintah
daerah sebagai organ pelaksana pemerintahan di daerah. Tetapi dalam UU tersebut istilah
pemerintah daerah hanya diperuntukkan bagi kepala daerah beserta perangkat daerah dan tidak
mencakup DPRD yang disebut sebagai badan legislatif daerah.
Organ pemerintah untuk daerah provinsi adalah DPRD dan gubernur. Gubernur memiliki dua
status yaitu sebagai kepala daerah provinsi dan wakil pemerintah pusat.
Organ pemerintah daerah kab/kota terdiri atas DPRD kab/kota dan kepala daerah beserta
perangkat daerah lainnya. Organ pemerintah daerah kab/kota ini berdiri sendiri dan terpisah dari
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah pusat sebagai wujud prinsip otonomi nyata. Pola
organ pemerintah daerah (DPRD dan kepala daerah) ini relatif sama walau memiliki istilah yang
berbeda- beda sepanjang sejarah perkembangan UU pemerintahan daerah di indonesia setelah
masa kemerdekaan.
KEUANGAN DAERAH
pengelolaan keuangan daerah di Indonesia dapat ditelusuri dari skema keuangan pemerintahan
daerah yang tertuang secara resmi dalam undang-undang nomor 25 tahun 1999 dan dilengkapi
dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000. Kini peraturan tersebut telah disempurnakan
sehingga penerimaan pemerintahan daerah dapat disimak dalam UU nomor 32 dan 33 tahun
2004. Disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa sumber penerimaan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah
bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah,dana
cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan asli daerah
mencakup berbagai sumber seperti hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perubahan
milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.