wbc-edisi-maret-2015

Upload: hermaz-wibisono

Post on 07-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    1/64

    1Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    7 7 D1 2 6 2 4 8D D69

    Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    ISSN 0126-2

    Laporan Utama5 46 Travel Notes18 OpiniEva Maulina Aritonang

    Tapal Batas ProfesionalismeTarget cukai yang setiap tahun pasti naik,selalu dapat dipenuhi Direktorat JenderalBea dan Cukai (DJBC).

    Menggapai Sunrisedi Puncak Ungaran

    Tantangan Terbesar DJBC Saat Ini,Kenaikan Target Cukai 20 Persen

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    2/64

    2 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    IKLAN IMLEKIKLAN IMLEKNyepi

    20152015201520152015201520152015TAHUN BARU

    SAKA 1937

    SELAMAT HARI RAYA

    NYEPI

    KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL

    BEA DAN CUKAI MENGUCAPKAN 

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    3/64

    3Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Kepercayaan pemerintah kepada DJBC

    untuk terus meningkatkan penerimaan

    negara dari cukai hasil tembakau, bukan

    hanya menjadikan penerimaan cukai

    sebagai penerimaan negara terbesar ketiga setelah

    pajak dan migas, namun juga mengharuskan DJBC

    untuk mengoptimalkan kinerja dengan bekerja

    keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas dalam memenuhi target cukai yang ditentukan.

    Sebelumnya, untuk tahun 2015 target cukai ditetapkan Rp120 triliun, namun setelah

    adanya perubahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBNP), target

    cukai dinaikan signifikan menjadi Rp145 triliun atau naik sebesar 20 persen. Untuk

    memenuhi target penerimaan tersebut, DJBC telah membuat beberapa usulan

    terkait dengan pokok-pokok kebijakan cukai. Apa sajakah usulan tersebut? Lalu,

    apakah upaya dan program kebijakan yang akan dijalankan DJBC terkait dengan

    peningkatan target penerimaan cukai? Jawaban atas pertanyaan di atas dapat kita

    gali di rubrik Laporan Utama Majalah Warta Bea Cukai edisi Maret ini yang mengupas

    capaian penerimaan kepabeanan dan cukai tahun 2014 serta target penerimaan

    tahun 2015.Selain bahasan mengenai penerimaan DJBC di rubrik Laporan Utama, beragam

    informasi kepabeanan lainnya kami bagikan kepada Anda melalui rubrik Berbagi

    Pengetahuan yang membahas tentang incoterms yaitu kumpulan istilah yang dibuat

    untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan

    internasional, di mana dijelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang

    berhubungan dengan pengiriman barang. Juga ulasan profil KPPBC TMP C Entikong,

    yang merupakan salah satu kantor pelayanan di bawah wilayah kerja Kantor Wilayah

    DJBC Kalimantan Bagian Barat dan berada di Perbatasan Indonesia-Malaysia, yang

    bisa Anda baca di rubric Profil Kantor. Ulasan kantor ini menjadi menarik karena

    mengangkat kisah perubahan-perubahan yang terus dilakukan KPPBC TMP C

    Entikong dalam melakukan pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat di

    tengah sulitnya kondisi yang ada.Tak melulu bicarakan hal kepabeanan dan cukai, Majalah WBC juga hadirkan

    liputan akan eksotisme tempat wisata alam di Indonesia yang akan membuat Anda

    berdecak kagum. Terangkum dalam sebuah catatan pendakian Gunung Ungaran

    yang merupakan salah satu gunung berapi di Jawa Tengah, yang terkenal dengan

    pemandangannya yang istimewa. Ikuti kisah pendakian gunung setinggi 2.050 meter

    di atas permukaan laut yang memiliki tiga puncak ini di rubrik Travel Notes.

    Perbaikan demi perbaikan akan selalu kami tingkatkan, namun kritik yang

    membangun, saran, dan kontribusi nyata para pembaca adalah hal yang tetap kami

    butuhkan.

    Selamat membaca!

    Pemimpin RedaksiHaryo Limanseto

     Dari Redaksi 

    Majalah Warta Bea dan Cukai diterbitkan oleh Subdirektorat Humas dan Penyuluhan, DirektoratPenerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – KementarianKeuangan Republik Indonesia

    Redaksi menerima kiriman foto, artikel dan surat untuk keperluan konten majalah ini.Setiap pengiriman dialamatkan melalui surat elektronik ke [email protected] [email protected] dengan disertai identitas lengkap pengirim dan nomor teleponyang dapat dihubungi. Agar menuliskan nama kolom dalam subyek surat elektronik.

    ALAMAT REDAKSIKantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

    Jl. Jend. Ahmad Yani (By Pass) Jakarta Timur Telp: (021) 478 60504, (021) 478 65608, (021) 489 0308 ext. 820-821-822

    Fax: (021) 489 2353e-Mail : [email protected] dan [email protected]

    PELINDUNGDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIIr. Agung Kuswandono, MA

    PENASEHATSEKRETARIS DITJEND BEA DAN CUKAIIr. Rubiyanto, MA

    DIREKTUR TEKNIS KEPABEANANDrs. Kushari Suprianto, MM,MC

    DIREKTUR CUKAIIr. Muhammad Purwantoro, MA

    DIREKTUR FASILITAS KEPABEANANHeru Pambudi, SE, LLM

    DIREKTUR AUDIT-

    DIREKTUR P2Muhammad Sigit, Ak,MBA

    DIREKTUR IKCKukuh Sumardonol Basuki, SE,MSC

    DIREKTUR KEPABEANANINTERNASIONALIr. Decy Arifinsjah,MA

    KEPALA PUSKIIr. Oentarto Wibowo,MPA

    KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAIIr. Agus Hermawan, MA

    TENAGA PENGKAJI BIDANG

    PELAYANAN DAN PENERIMAAN KCOza Olavia SSi,Apt,MSi

    TENAGA PENGKAJI BIDANGPENGEMBANGAN KAPASITAS DANKINERJAORGANISASI KCNirwala Dwi Heryanto, SE, MSi

    PENGARAH

    DIREKTUR PPKC-

    PEMIMPIN REDAKSIKasubdit Humas dan PenyuluhanHaryo Limanseto, S.Sos, MSi

    WAKIL PEMIMPIN REDAKSIArief Rahman Hakim, Rinto SetiawanRicky M. Hanafie

    REDAKTUROkke Ferdiansyah, Putu Gian Aryanti,Isro’ah laeli Rahmawati, Intania RizaFebrianti, Wahyudin, Yella Meisha Indika,Muparrih

    FOTOGRAFERAbdur Razaq Aghni, Fardhani HamiputriWahyu Valti Raja Monang

    SEKRETARIATFirsti Masdiani, Indah Widaryanti

    Terbit Sejak 25 April 1968Izin DEPPEN No. 1331/SK/Dirjen-G/STI/&@ Tanggal 20 Juni 1972

    ISSN 0126-2483

    3Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    4/64

    4 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Opini

    18  TAPAL BATASPROFESIONALISME

    Laporan Utama Direktorat/ Pusat

    5  Tantangan Terbesar DJBC SaatIni, Kenaikan Target Cukai 20Persen

    9 Tarif Cukai Naik Bukan BerartiPenerimaan Cukai Ikut Naik

    Profil Kantor

    13  AADC (Ada Apa Dengan bCentikong)...

    20  Courtesy Visit Pengurus WPBCke Redaksi WBC

    21  DEFISIT ANGGARAN JADI 1,9PERSEN PADA APBN-P 2015

    22  MOU DJBC & DITJENKEPENDUDUKAN DANPENCATATAN SIPIL

    24  Pembukaan Diklat Kesamaptaandan Diklat Perwira Kapal Negara

    16 Warna-Warni Dokumen

    Galeri Foto Sisi Pegawai

    26  MURSIDAH  Bekerja Dengan Hati Nurani

    50 Bea Cukai Menjawab

    46 Travel Notes

    48 Event

    51 Berbagi Pengetahuan

    52 Hobi dan Komunitas

    54 Ruang Kesehatan

    55 Feature

    62 Sejarah

    31  PRESS CONFERENCE  KANTOR PELAYANAN UTAMA

    BEA DAN CUKAI TIPE B BATAM

    32  KPPBC Tipe Pratama MaduraTerapkan CK.1 Online

    34  KPPBC TMP C Bengkulu

      Memantapkan Eksistensidan Sinergi

    37  SHIA Customs CustomerAwards 2015

    38  Cofee Morning KPU TanjungPriok dengan Instansi Terkaitdan Komunitas Pers

    40  KNOWLEDGE SHARINGSINERGI KPPBC TMP A BEKASIDENGAN KPU BC TG PRIOK

    41  SOSIALISASI TUPOKSI DJBCSERTA PERATURAN KEPABEAN-AN DAN CUKAI DI SELURUHINDONESIA

    Seputar Bea Cukai

    27  PENEGAHAN BARANGLARANGAN PEMBATASAN

      OLEH BEA DAN CUKAI

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    5/64

    5Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Tantangan Terbesar DJBC Saat Ini,Kenaikan Target Cukai 20 Persen

    Laporan Utama

    Target cukai yang setiap

    tahun pasti naik, selalu

    dapat dipenuhi Direktorat

    Jenderal Bea dan Cukai

    (DJBC). Upaya pemenuhan target

    ini tentunya akan dilakukan

    dengan banyak cara, mulai dari

    melakukan pengawasan yang

    ketat, operasi pasar yang gencar

    dilakukan, hingga kenaikan

    tarif cukai, baik hasil tembakau

    maupun minuman mengandungetil alhokol.

    Dengan upaya tersebut,

    target cukai yang dibebankan

    kepada DJBC tidak saja terpenuhi,

    tetapi surplus hingga beberapa

    miliar rupiah. Ini suatu prestasi

    yang sangat menggembirakan

    karena kinerja seluruh jajaran

    DJBC dalam mengoptimalkan

    penerimaan negara dapat

    terwujud dengan baik.

    Kepercayaan pemerintah kepada

    DJBC untuk terus meningkatkan

    penerimaan negara dari cukai

    hasil tembakau menjadikan

    penerimaan cukai sebagai

    penerimaan negara terbesar

    ketiga setelah pajak dan migas.

    Tanggung jawab penerimaan

    cukai kali ini rupanya di luar

    perkiraan dari DJBC, jika

    sebelumnya untuk tahun 2015

    target cukai ditetapkan Rp120triliun, namun setelah adanya

    perubahan pada Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara

    (APBNP), target cukai dinaikan

    sangat signifikan, menjadi Rp145

    triliun atau naik sebesar 20

    persen. Suatu angka yang sangat

    fantastis pastinya karena selama

    ini belum pernah ada kenaikan

    sebesar itu, dan waktu yang

    dimiliki DJBC tinggal sepuluh

    Target cukai yang setiap tahun pasti naik, selalu dapat dipenuhiDirektorat Jenderal Bea

    dan Cukai (DJBC). Upayapemenuhan target initentunya akan dilakukandengan banyak cara,mulai dari melakukan

    pengawasan yang ketat,operasi pasar yanggencar dilakukan, hinggakenaikan tarif cukai, baikhasil tembakau maupun

    minuman mengandung etilalhokol.

    5

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    6/64

    6 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Laporan Utama

    bulan lagi untuk dapat memenuhi

    target tersebut. Lalu apa yang akan

    dilakukan DJBC dengan target

    tersebut?

    Untuk memenuhi target

    penerimaan yang cukup tinggi,

    DJBC telah membuat beberapa

    usulan terkait dengan pokok-

    pokok kebijakan cukai. Antara lain

    melakukan optimalisasi penerimaan

    negara di bidang cukai, mengingat

    rata-rata kenaikan tarif cukai selama

    lima tahun terakhir sebesar 11,7

    persen. Dengan perincian tahun

    2010 naik 16,0 persen, tahun 2011

    naik 6,0 persen, tahun 2012 naik

    16,3 persen, tahun 2013 naik 8,5

    persen, dan tahun 2014 tidak ada

    kenaikan tarif. Tidak adanya kenaikantarif cukai lebih dikarenakan mulai

    diberlakukannya pajak rokok sebesar

    10 persen dari cukai hasil tembakau.

    Usulan lainya adalah

    menyederhanakan struktur

    tarif cukai hasil tembakau yaitu

    penggabungan layer 2 dengan layer

    1 pada SKM golongan I, dengan

    pertimbangan masing-masing layer

    mempunyai tingkat elastisitas harga

    yang hampir sama (inelastis positif)

    dan layer tersebut diisi oleh pabrikanyang sama. Selain itu juga dilakukan

    penggabungan layer 3 dengan layer

    2 pada SKT golongan II, dengan

    pertimbangan masing-masing layer

    mempunyai tingkat elastisitas harga

    yang relatif sama dan rata-rata

    harga jual eceran yang hampir sama

    (selisihnya tidak berbeda secara

    signifikan) serta didominasi oleh

    pabrik yang sama. Dalam usulan

    penyederhanaan tarif cukai ini juga

    disebutkan kalau struktur tarif cukai

    dibagi menjadi dua belas layer untukjenis SKM, SKT, dan SPM.

    Sementara itu, dalam usulan

    kebijakan cukai juga mencakup

    masalah perlindungan terhadap

    pengusaha pabrik kecil, berupa

    memecah strata produksi golongan

    III menjadi SKT golongan IIIA dan

    IIIB, dimana mayoritas pabrik SKT

    golongan III (kurang lebih 430

    pabrik) jumlah produksinya tidak

    lebih dari 25 juta batang.

    Postur APBN tahun 2015

    membutuhkan biaya yang

    tinggi sehingga semua target

    penerimaan pun mengalami

    kenaikan yang cukup signifkan.

    Susiwijono

    Staf Ahli Bidang Organisasi,Birokrasi, dan Teknologi Informasi

    Kementerian Keuangan

    Postur APBN yang Besar

    Usulan tersebut merupakan

    upaya DJBC untuk menjalankan

    kebijakan cukai yang telah

    ditetapkan pemerintah, khususnya

    dengan adanya kenaikan target yang

    cukup signifikan. Mungkin upaya ini

    masih belum optimal namun segala

    opsi akan dilakukan DJBC agar target

    cukai dapat terpenuhi walaupun

    pada akhirnya opsi kenaikan cukai

    kembali akan diterapkan.

    Sementara itu menurut Staf Ahli

    Bidang Organisasi, Birokrasi, dan

    Teknologi Informasi Kementerian

    Keuangan, Susiwijono, yang saat

    diwawancarai masih menjabat

    sebagai Direktur Penerimaan danPeraturan Kepabeanan dan Cukai

    (PPKC) DJBC, kenaikan target cukai

    pada APBNP tahun 2015 sangat

    signifikan dan baru terjadi pada kali

    ini. Jika sebelumnya kenaikan hanya

    beberapa pesen saja, kini mencapai

    20 persen dan ini membutuhkan

    kerja keras dari seluruh jajaran

    DJBC untuk dapat memenuhi target

    penerimaan cukai tersebut.

    “Untuk tahun 2015 ini target

    cukai pada APBNP ditetapkansebesar Rp145.739.900.000.000 yang

    perinciannya untuk hasil tembakau

    sebesar Rp138.550.772.000.000

    untuk Etil Alkohol (EA) sebesar

    Rp165.482.800.000 dan Minuman

    Mengandung Etil Alkohol (MMEA)

    sebesar Rp7.023.645.200. Kenaikan

    ini sangat tinggi dibanding tahun

    2014 yang hanya Rp117 triliun dan

    dapat terealisasi sebesar Rp118

    triliun. Perlu upaya yang lebih untuk

    dapat memenuhi target tersebut,”

    ujar Susiwijono.Masih menurut Susiwijono,

    memang jumlah hasil tembakau

    selalu meningkat setiap tahunnya

    hingga mencapai 354,93 miliar

    batang di tahun 2014. Namun

    demikian, dari sisi pertumbuhan

    cenderung mengalami penurunan,

    terakhir pertumbuhannya hanya 3,8

    persen lebih rendah dari rata-rata

    pertumbuhan lima tahun terakhir

    (5,8 persen). Hal yang sama juga

    Rapat Paripurna: DPR telah mensahkan APBN sehingga

    terjadi pada tingkat pemesanan pita

    cukai yang mengalami penurunan di

    tahun 2014 sebesar 0,4 persen atau

    turun sekitar 1,37 miliar batang dari

    tahun sebelumnya.

    6 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    7/64

    7Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    “Ada beberapa faktor yang

    menyebabkan terjadinya penurunan

    produksi hasil tembakau, antara lain

    penurunan produksi SKT sebagai

    dampak pergeseran pola konsumsi

    rokok dari SKT ke SKM. Semakin

    maraknya peredaran rokok ilegal

    (data dari PSEKP UGM). Beban

    perpajakan yang harus dibayar oleh

    pengusaha bertambah dengan

    adanya pajak rokok sebesar

    10 persen dari nilai cukai yang

    dibayarkan. Ditambah lagi dengan

    adanya kebijakan pengendalian

    konsumsi rokok oleh pemerintah,”

    tutur Susiwijono.

    Kini pertanyaannya dengan

    kondisi demikian target penerimaan

    cukai justru dinaikan, bagaimanapemerintah melihat beban

    yang cukup berat untuk industri

    rokok dan memutuskan untuk

    menaikan pajak cukainya. Menurut

    Susiwijono, postur APBN tahun 2015

    membutuhkan anggaran yang sangat

    tinggi sehingga membutuhkan

    pemasukan yang juga tinggi bukan

    hanya dari kepabeanan dan cukai

    saja tapi juga dari semua sektor

    pajak. Sehingga pembebanan target

    menjadi cukup tinggi.

    Diungkapkan oleh Susiwijono,

    diperlukan upaya yang ekstra keras

    untuk memenuhi target cukai, karena

    dalam sepuluh bulan kedepan masih

    akan terdapat beberapa kendala.

    Di awal tahun, tarif cukai baru naik

    sebesar 8,72 persen, namun dari

    angka ini secara proposional dibagi

    untuk golongan I tentu kenaikannya

    sangat tinggi atau sebesar 10,44

    persen. Golongan II dan III sebesar

    7,77 persen. Melihat hal tersebut

    DJBC dinilai sudah profesional baik

    dari sisi keadilan dan perlindungan

    untuk industri kecil. Kenaikan yang

    cukup berjenjang pun sudah adil,

    namun dengan upaya yang telah baik

    tersebut, kemungkinan pencapaian

    target hanya sebesar Rp139 triliundan masih terdapat jenjang sekitar

    tujuh triliun.

    Dengan masih adanya selisih

    tersebut tentunya pilihan yang

    dapat diambil adalah kenaikan tarif

    cukai lagi, padahal awal tahun tarif

    cukai baru saja dinaikan. Begitu

    juga dengan MMEA di mana siklus

    kenaikan tarifnya dilakukan empat

    tahun sekali dan tahun ini baru

    dinaikan, pastinya akan dinaikan

    kembali untuk dapat memenuhi

    target cukai tersebut. “Kenaikan

    tarif cukai sesuai dengan amanat

    Undang-Undang Cukai pada pasal 5

    harus memenuhi beberapa aspek, di

    antaranya sudah memenuhi aspirasi

    pengusaha, sudah memenuhi aspek

    pertumbuhan industri, dan disahkan

    oleh DPR. Hal yang perlu diperhatikan

    adalah industri tembakau ini

    merupakan industri yang potensial,

    baik dari sisi penerimaan pajak

    maupun dari sisi tenaga kerja,”

    tambahnya.

    Begitu juga dengan kebijakan

    penundaan yang selama ini

    diberikan kepada pengusaha yang

    dapat dilakukan selama dua bulan,

    kini pengusaha tembakau hanya

    dibatasi untuk penundaan hingga31 Desember. Sehingga penundaan

    yang dilakukan mulai Januari akan

    ditutup pada akhir tahun saja, tidak

    bisa dibayar pada tahun berikutnya

    seperti yang selama ini dijalani oleh

    pengusaha barang kena cukai.

    Pelanggaran Cukai

    Dalam upaya pencapaian target

    penerimaan cukai, di samping opsi

    kenaikan tarif cukai, DJBC akan

    Laporan Utama

    Banyak pelanggaran

    cukai yang menyebabkan

    target tidak terpenuhi.

    Elan Satriawan

    Wakil Ketua Pusat Studi Ekonomidan Kebijakan Publik Universitas

    Gajah Mada (PSEKP UGM)

    rimaan cukai naik sebesar 20 persen

    7Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    8/64

    8 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    tetap harus diatasi agar pelanggaran

    dapat ditekan dan kebocoran

    penerimaan negara bisa didapat

    dengan penuh, termasuk memberikan

    insentif untuk pengusaha yang taat

    akan aturan” tuturnya.

    Terkait dengan tarif cukai,

    Elan mengatakan cukai adalah

    instrumen untuk mengendalikan

    konsumsi rokok, untuk itu hasil

    dari penerimaan cukai harus

    dikembalikan untuk mengatasi efek

    dari konsumsi rokok. “Semakin

    tinggi tarif cukai maka perbandingan

    harga produksi dan harga jual

    semakin tinggi, bagi pelanggar cukai

    keuntungan ini tentunya semakin

    tinggi, hal ini juga tidak lain karena

    rokok adalah produk inelastisnaiknya berapa saja permintaannya

    tetap tinggi.”

    Namun demikian, tidak serta

    merta kenaikan tarif cukai menjadi

    penyebab kenaikan pelanggaran

    cukai. Banyak unsur yang

    menyebabkan terjadinya pelanggaran

    cukai. Untuk itu pihak Bea Cukai

    pun harus sigap untuk melakukan

    pencegahan agar tidak timbul

    pelanggaran yang lebih marak lagi.

    “Ada event-event tertentuyang harus dipahami oleh petugas

    Bea Cukai di mana pelanggaran

    cukai menjadi tinggi, yaitu saat

    panen, pemilu, dan pilkada. Pada

    event-event itu biasanya orang

    banyak membutuhkan rokok

    untuk membayar atau membagi-

    bagikan kepada orang lain. Kondisi

    inilah yang sering dimanfaatkan

    oleh pabrikan rokok nakal dengan

    memproduksi rokok tanpa pita cukai

    atau rokok polos,” ungkap Elan.

    Ditanya soal kemungkinanpencapaian target penerimaan

    cukai, Elan mengaku sulit untuk

    terpenuhi dengan target yang cukup

    tinggi tersebut. Namun demikian

    masih banyak cara yang perlu

    dilakukan secara fokus dan konsisten

    agar pelanggaran cukai dapat

    diminimalisir, sehingga pemenuhan

    target dapat terbantu. Untuk

    itu, pentingnya langkah konkret

    dari pihak DJBC untuk melakukan

    tetap melakukan beberapa upaya

    di bidang pengawasan dan audit

    untuk pencegahan peredaran rokok

    ilegal. Mengenai peredaran rokok

    ilegal ini, Wakil Ketua Pusat Studi

    Ekonomi dan Kebijakan Publik

    Universitas Gajah Mada (PSEKP

    UGM), Elan Satriawan menengarai

    masih banyak pelanggaran yang

    menyebabkan pemenuhan target

    cukai sulit tercapai. Banyaknya

    pelanggaran ini dipaparkan melalui

    hasil penelitiannya selama 3 kali

    yaitu tahun 2010, 2012, dan 2014.

    Dari data itu diketahui kalau jumlah

    pelanggaran cukai tidak surut

    melainkan bertambah banyak.

    Selama tiga kali penelitian yang

    dilakukannya, kenaikan pelanggarancukai selalu naik 2 persen, dan

    data terakhir tahun 2014 mencapai

    11 persen. Adapun kategori

    pelanggaran yang paling utama dari

    cukai ini adalah masalah personalisasi

    atau jual beli pita cukai yang bukan

    peruntukannya.

    “Pelanggaran yang banyak kami

    temui adalah personalisasi dimana pita

    cukai untuk pabrik A digunakan oleh

    pabrik B, ini memang menguntungkan

    perusahaan namun merugikan negaradari sektor penerimaan. Selama ini

    kami sudah memberikan masukan

    yang sekiranya dapat menekan

    angka pelanggaran tersebut, dan jika

    pihak yang berwenang fokus pada

    masukkan yang kami berikan tentunya

    akan menekan angka pelanggran dan

    menambah pemasukan negara,” ujar

    Elan.

    Masih menurut Elan, selama ini

    sebenarnya DJBC sudah menjalankan

    tugas dan fungsinya dengan baik,

    namun demikian ada keterbatasanyang dimiliki DJBC untuk melakukan

    itu semua. Selain itu, para pembuat

    kebijakan juga harus memberikan

    insentif kepada pihak pabrikan yang

    sudah menjalankan aturan dengan

    baik. “Fungsi intelijen Bea Cukai telah

    efektif memetakan pabrikan yang

    berpotensi melakukan pelanggaran.

    Tapi karena kompleksitas di lapangan

    yang begitu sulit sehingga petugas

    pun kadang kewalahan, namun ini

    pencegahan dan penindakan

    terhadap pelangaran cukai agar

    target yang dibebankan cukup tingi

    ini dapat terpenuhi.

    Dengan beban target yang tinggi

    tersebut, tentunya masyarakat

    berharap kinerja DJBC terus

    meningkat, di samping pemerintah

    membuat beberapa kebijakan

    yang saling menguntungkan agar

    pemenuhan target tercapai dan

    industri dapat berjalan lancar.

    Karena, tanpa kebijakan yang saling

    memihak pastinya beban target tidak

    akan terpenuhi.

    Waktu sepuluh bulan bukanlah

    waktu yang lama untuk mewujudkan

    target Rp145 triliun, harus banyak

    opsi yang dibuat DJBC untukmencapai angka tersebut. Kendati

    opsi kenaikan tarif cukai masih

    dipertimbangkan dan membutuhkan

    perhitungan yang sangat matang

    untuk mengeluarkan angka

    prosentase kenaikan tersebut.

    Karena, untuk menyesuaikan

    kenaikan tarif pihak industri rokok

    pun harus membutuhkan waktu

    enam bulan untuk menyesuaikannya.

    Jadi jangan sampai kenaikan tarif

    yang baru dilakukan awal tahundan ditambah di akhir tahun justru

    membuat industri hasil tembakau

    kolaps dan pemerintah akan sulit

    menggantikan industri yang mampu

    memenuhi angka Rp145 triliun

    tersebut.

    Seperti yang diungkapkan oleh

    Susiwijono, industri hasil tembakau

    terlepas dari kontroversi kesehatan,

    ibarat cerita ayam bertelur emas,

    untuk dapat terus bertelur emas

    pastinya ayam tersebut harus dirawat

    dengan baik, bukan sebaliknyamemaksa ayam untuk terus bertelur

    dengan berbagai cara yang pada

    akhirnya justru akan membuat mati

    ayam tersebut. Artinya, kita tidak

    ingin industri yang cukup potensial

    di negeri ini hilang begitu saja

    hanya gara-gara ingin mendapatkan

    setoran pajak yang tinggi namun

    mengesampingkan kelangsungan

    hidup industri tersebut.

    (Supriyadi)

    Laporan Utama

    8 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    9/64

    9Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Laporan Utama

    Tarif Cukai Naik 

    Cukai Ikut Naik 

    Tahun ini Direktorat Jenderal

    Bea dan Cukai (DJBC)

    dibebani penerimaan negara

    dari sektor cukai dalam

    Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Negara Perubahan (APBNP) sebesar

    Rp145 triliun, atau naik 20 persen dari

    target sebelumnya Rp126 triliun.

    Kenaikan yang cukup signifikan

    ini tentunya membutuhkan

    kerja keras dari seluruh jajaran

    DJBC agar target penerimaan itu

    dapat tercapai. Selain itu, upaya

    peningkatan pencegahan dan

    penindakan pelanggaran di bidang

    cukai perlu menjadi prioritas utama

    agar kebocoran penerimaan negara

    tidak terjadi dan industri barang kena

    cukai dapat tumbuh dengan baik.

    Lalu upaya dan program

    kebijakan apa saja yang akan

    dijalankan DJBC terkait dengan

    Bukan Berarti Penerimaan

    peningkatan target penerimaan

    yang besar ini? Menurut Direktur

    Cukai, Muhammad Purwantoro,

    ada beberapa hal yang menjadi

    perhatian penting untuk pencapaiantarget cukai tersebut, di antaranya

    menjaga ketaatan terhadap

    peraturan atas semua kegiatan

    yang berkaitan dengan barang

    kena cukai (BKC), baik itu kegiatan

    pengusaha pabrik, importasi,

    tempat penyimpanan, tempat

    penjualan eceran, serta peredaran

    barang kena cukai. Termasuk variasi

    kegiatan di berbagai tempat yang

    dapat mengancam kebocoran

    Target penerimaan cukai tahun 2015 merupakan

    target yang paling berat dibandingkan tahun-tahun

     sebelumnya

    9Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Laporan Utama

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    10/64

    10 Volume 47, Nomor 3, Maret 201510

    Laporan UtamaLaporan Utama

    penerimaan cukai juga perlu

    diawasi.

    “Jadi selain mencegah masuknya

    BKC ilegal ke pasar, kegiatan

    pemberantasan BKC ilegal juga

    harus dilakukan lebih serius dan

    terus menerus. Kedua, monitoring

    kepatuhan pengusaha barang

    kena cukai terkait pencatatan

    dan pembukuan dan monitoring

    peredaran barang kena cukai

    ditempat eceran. Ketiga, kebijakan

    di bidang cukai yang lebih baik

    di antaranya penyempurnaan

    ketentuan penundaan pembayaran

    cukai, evaluasi pelaksanaan

    penyempurnaan ketentuan

    mengenai peredaran BKC di

    kawasan bebas, dan evaluasikebijakan tarif cukai,” ungkap

    Purwantoro.

    Lebih lanjut Purwantoro

    menambahkan, untuk pencapaian

    target penerimaan cukai tahun

    2015 dari sisi kebijakan di bidang

    cukai tidak cukup hanya dengan

    mengandalkan kenaikan tarif cukai

    hasil tembakau sebesar rata-rata 8,7

    persen, harus ada kebijakan lain yang

    mendukung.

    “Yang menjadi perhatian kamisaat ini adalah tingkat penyelesaian

    piutang cukai hasil tembakau. Pada

    2014, rata-rata tingkat penyelesaian

    piutang cukai masih di bawah 90

    persen. Pada 2015, angkanya harus

    diupayakan di atas 97 persen.

    Untuk itu, selain diperlukan

    penyempurnaan kebijakan

    penundaan pembayaran cukai,

    kehati-hatian dalam pemberian

    kemudahan penundaan pembayaran

    cukai dan tindak lanjut atas piutang

    cukai perlu mendapat perhatiankhusus,” paparnya.

    Target yang besar tersebut

    pastinya membutuhkan kerja

    keras untuk memenuhinya, karena

    kendala yang akan dihadapi pun

    pastinya akan banyak. Seperti pada

    tahun 2014 lalu, jumlah produksi

    hasil tembakau memang masih

    meningkat. Namun, sejak lima tahun

    terakhir tingkat pertumbuhannya

    cenderung menurun. Situasi produksi

    hasil tembakau di 2015 diperkirakan

    hampir sama dengan 2014.

    Penurunan produksi hasil

    tembakau ini disebabkan oleh

    banyak faktor, di antaranya

    adalah keberhasilan pemerintah

    dalam mengedukasi masyarakat

    terhadap bahaya merokok sehingga

    konsumsinya berkurang. Tentu

    ini sesuatu yang positif. Faktor

    lainnya adalah semakin maraknya

    barang hasil tembakau ilegal di

    pasaran, situasi ini tentu akan sangat

    berpengaruh pada pemenuhan

    target penerimaan cukai.

    Sementara itu, untuk Minuman

    Mengandung Etil Alkohol (MMEA),

    pada 2014 yang lalu produksinyabahkan sudah mengalami

    penurunan. Pemberlakukan

    peraturan Menteri Perdagangan

    baru-baru ini yang melarang

    penjualan minuman keras di

    minimarket diperkirakan akan

    semakin mempengaruhi tingkat

    konsumsi MMEA di 2015, dan tentu

    saja sangat berpengaruh terhadap

    penerimaan cukai.

    Masih terkait dengan MMEA,

    pada 2014 tarif MMEA dan Etil

    Alkohol (EA) mengalami kenaikan

    rata-rata sebesar 11,66 persen.

    Data yang ada menunjukan bahwa

    pertumbuhan produksi bayar MMEA

    di tahun 2014 dibanding 2013 turun

    sebesar 2,43 persen atau 7,66 juta

    liter. Oleh karena itu, rencana untuk

    kembali menaikan tarif cukai MMEA

    tahun ini masih perlu dikaji.

    “Kebijakan yang diambil dalam

    rangka pencapaian target cukai dari

    EA dan MMEA di tahun ini adalah

    peningkatan pengawasan, baik

    pengawasan produksi, peredaran,

    dan penjualan EA dan MMEA.

    Dengan demikian, diharapkan jumlah

    produksi MMEA dapat lebih baik dari

    tahun sebelumnya, yang artinya akanmeningkatkan potensi penerimaan

    cukai,” tutur Purwantoro.

    Lalu bagaimana dengan para

    pengusaha, apakah mereka mampu

    untuk memenuhi target penerimaan

    ini? Menurut Purwantoro, posisi

    pelaku industri bukan bagaimana

    memenuhi target penerimaan

    cukai, karena jumlah produksi dan

    pelunasan cukai sangat bergantung

    pada permintaan pasar. Jika

    permintaan pasar meningkat, makaproduksi dan pelunasan pita cukai

    juga akan meningkat. Sebaliknya, jika

    permintaan pasar cenderung stagnan

    atau bahkan menurun, maka produksi

    dan pelunasan cukai juga kondisinya

    sama. “Para pelaku industri tentunya

    mengharapkan agar pemerintah

    dalam menentukan besaran tarif

    cukai masih memberikan ruang untuk

    tumbuh,” katanya.

    Untuk dapat memenuhi target

    penerimaan yang besar tentunya

    harus diimbangi dengan kerja kerasyang besar pula, karena sebenarnya

    menaikan tarif cukai bukanlah

    jaminan bahwa penerimaan akan

    serta merta ikut naik sebesar tingkat

    kenaikan tarif cukainya. Pada

    keadaan tertentu, situasinya boleh

    jadi malah sebaliknya. Ada banyak

    faktor yang mesti dipertimbangkan.

    Dengan tarif cukai yang tinggi,

    maka pertumbuhan konsumsi BKC

    tentu cenderung akan lebih rendah.

    Dari sisi kebijakan cukai,pencapaian target cukai

     2015 tidak cukup dengan

    mengandalkan kenaikan tarif.

    Muhammad Purwantoro

    Direktur Cukai

    10 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    11/64

    11Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Laporan Utama

    Jadi dalam memutuskan perlu

    tidaknya tarif cukai dinaikan dan

    berapa tingkat kenaikannya harus

    memperhitungkan seberapa besar

    pengaruhnya terhadap permintaan

    atas BKC tersebut di pasar. Lebih

    jauh dengan kenaikan tarif cukai,

    DJBC juga harus mengatisipasi

    kemungkinan lebih maraknya

    BKC ilegal karena harganya yang

    lebih murah. Jadi opsi menaikan

    tarif cukai bukanlah sesuatu yang

    sederhana.

    “Khusus untuk hasil tembakau,

    dalam menyusun kebijakan tarif

    cukai hasil tembakau sangat penting

    untuk memperhatikan pertimbangan

    dari kementerian teknis terkait

    seperti perindustrian, tenaga kerja,pertanian, dan tentu saja kesehatan,

    serta kelompok masyarakat, baik

    yang anti tembakau maupun yang

    sebaliknya,” kata Purwantoro.

    Lebih lanjut Purwantoro

    menjelaskan, sebelum memutuskan

    perlu tidaknya kenaikan tarif cukai

    lagi untuk tahun 2015, pihaknya

    masih melakukan evaluasi terlebih

    dahulu, dan diharapkan sebelum

    semester I hasilnya sudah lebih jelas

    arahnya. “Sementara itu, untuk

    kesiapan di tahun 2016 sebelum

    target penerimaan cukai ditetapkan,

    tentu lebih dahulu akan dikaji secara

    matang. Target cukai yang akan

    ditetapkan tentu akan didasarkan

    pada pertimbangan-pertimbangan

    yang objektif sehingga tetap menarik

    untuk diperjuangkan oleh DJBC”.

    Upaya pengambilan kebijakan

    yang tepat masih harus dibarengi

    dengan optimalisasi pengawasan.

    Menyikapi hal tersebut, Direktur

    Penindakan dan Penyidikan (P2),

    Muhammad Sigit mengatakan

    hasil tembakau merupakan unsur

    penyumbang penerimaan cukai

    terbesar. Untuk itu pengawasan

    hasil tembakau juga harus diperketatkarena kebocoran penerimaan cukai

    dari sektor ini dapat berdampak

    serius bagi kinerja pencapaian

    penerimaan cukai. Rencana

    kegiatan pengawasan terhadap

    hasil tembakau akan dilakukan dari

    alur produksinya, distribusi sampai

    dengan peredarannya.

    Secara garis besar kegiatan

    pengawasan yang akan dilakukan

    antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Optimalisasi perekaman dan

    updating  data aplikasi profiling  

    PPIHT (Pengusaha Pabrik dan

    Importir Hasil Tembakau);

    2. Peningkatan pengawasan

    Hasil tembakau merupakan

    penyumbang penerimaan

    cukai terbesar untuk itu

    pengawasannya harus

    diperketat.

    Muhammad Sigit

    Direktur Penindakandan Penyidikan (P2)

    11Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    12/64

    12 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Laporan Utama

    pabrik hasil tembakau yang

    tidak memiliki ijin produksi atau

    melakukan produksi BKC tidak

    sesuai ketentuan;

    3. Peningkatan pengawasan jalur

    distribusi hasil tembakau illegal,

    baik pada pelabuhan antar

    pulau/penyeberangan maupun

    pengusaha jasa titipan/ ekspedisi;

    4. Pengawasan peredaran hasil

    tembakau khusus kawasan bebas;

    dan

    5. Peningkatan pengawasan dan

    operasi pasar pada daerah

    peredaran hasil tembakau ilegal.

    “Upaya antisipasi yang dilakukan

    Direktorat P2 adalah dengan terus

    melakukan pengawasan secaraefektif dan berkesinambungan

    dengan memaksimalkan fungsi

    intelijen, penindakan, dan

    penyidikan mulai dari produksi,

    importasi, distribusi, sampai dengan

    peredaran,” ujar Sigit.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa

    karateristik pengawasan cukai

    yang berbeda dari pengawasan

    kepabeanan terkait dengan lokasi

    kegiatan di bidang cukai yang berada

    di tengah masyarakat, bukan beradadi kawasan pabean yang sepenuhnya

    berada dalam pengawasan bea cukai

    menjadi kesulitan sendiri. Terlebih

    dengan fakta bahwa jumlah pegawai

    di kantor pelayanan di daerah belum

    memadai, dengan stakeholder

    puluhan pabrik rokok yang berada

    dalam wilayah pengawasannya.

    Belum lagi pihak DJBC

    menghadapi tantangan berupa

    kurangnya peran serta masyarakat

    dalam penegakan aturan. “Untuk

    dapat melakukan penindakanterhadap pabrik rokok diperlukan

    effort yang kuat, mengingat warga

    setempat akan berusaha menutupi

    informasi tersebut, karena apabila

    pabrik rokok tersebut ditindak dan

    dicabut maka mata pencaharian

    mereka juga hilang,” kata Sigit.

    Untuk itu dalam setiap

    melakukan penindakan, Direktorat

    P2 selalu bekerja sama dengan

    unit pengawasan pada instansi

    vertikal DJBC, dalam mengawasi

    peredaran barang kena cukai. Selain

    itu, Direktorat P2 juga melakukan

    kerja sama dengan instansi terkait,

    misalnya TNI/Polri karena operasi

    penindakan di bidang cukai lebihsering terjadi di peredaran bebas

    atau di luar kawasan pabean, dan

    kerja sama dengan BP Batam dalam

    hal penindakan dilakukan di wilayah

    FTZ.

    Dengan koordinasi dan sinergi

    yang baik tentunya semua kendala di

    lapangan secara terori dapat diatasi

    dengan baik. Untuk itu, dengan

    pengawasan yang semakin ketat dan

    kebijakan yang memberikan ruang

    untuk industri tumbuh, maka target

    yang ditetapkan sebesar Rp145 triliun

    dapat terpenuhi dengan baik bahkan

    dapat surplus seperti tahun-tahun

    sebelumnya.

    Kini tinggal bagaimana DJBCmelakukan terobosan dan kerjasama

    yang baik tersebut agar beban target

    yang dirasa sangat berat ini dapat

    dilalui dengan baik. Kerja keras dan

    semangat dari seluruh jajaran DJBC

    kini kembali diuji dengan target

    penerimaan, semoga apa yang sudah

    dikerjakan akan membuahkan hasil

    yang maksimal khususnya pada

    pemenuhan target penerimaan cukai.

    (Supriyadi)

    12 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    13/64

    13Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Profl Kantor

    Kantor Pengawasan dan

    Pelayanan Bea dan Cukai

    Tipe Madya Pabean CEntikong (KPPBC TMP

    C Entikong) merupakan salah

    satu kantor pelayanan di bawah

    wilayah kerja Kantor Wilayah DJBC

    Kalimantan Bagian Barat yang

    berada di Perbatasan Indonesia –

    Malaysia. KPPBC TMP C Entikong

    memiliki tupoksi yaitu melakukan

    pengawasan serta memberikan

    pelayanan terhadap masyarakat di

    Kecematan Entikong dan Kecamatan

    Sekayam yang merupakan wilayahkerja dari KPPBC TMP C Entikong.

    KPPBC TMP C Entikong

    memiliki Visi – Misi dan Moto dalam

    menjalankan tugasnya di perbatasan.

    Visi, yaitu Unggul dalam Pelayanan

    dan Pengawasan di Perbatasan. Misi,

    yaitu Memberikan Pelayanan dan

    Perlindungan Kepada masyarakat di

    Perbatasan. Adapun Moto kami yaitu

    BATAS yang merupakan singkatan

    dari Better Attitude and Service.

    Seiring waktu berjalan, dan sesuai

    dengan amanah yang diberikankepada kami maka penataan

    kegiatan di Pos Pemeriksaan Lintas

    Batas (PPLB) Entikong/Border

    Entikong dan kantor mulai kami

    lakukan agar sesuai aturan/ketentuan

    yang berlaku. Penataan kami lakukan

    dengan mengambil falsafah jawa

    yang mengatakan “Alon – Alon, Asal

    Kelakon”, dimana makna yang kami

    dapat dari pepatah tersebut adalah

    semua hasil akhir, tujuan, maupun

    itu, pada sekitar bulan Juli 2014

    bertepatan dengan Ramadhan

    1435 H, telah dilaksanakan kegiatan

    pemberian materi motivasi yang

    dilakukan Kepala KPPBC TMP C

    Entikong. Alhamdulillah.. pemberian

    materi motivasi kepada seluruh

    pegawai dapat membakar semangat

    dan motivasi pegawai dalam

    memberikan pelayanan sesuai aturankepada masyarakat di perbatasan.

     Selain masalah motivasi kerja,

    hal lainnya yang juga sangat penting

    adalah terkait jumlah SDM yang

    dimiliki KPPBC TMP C Entikong dalam

    menjalankan tugas kesehariannya.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah

    SDM saat itu yaitu sekitar 40 orang

    pegawai menjadikan KPPBC TMP C

    Entikong belum bisa memberikan

    pelayanan dan pengawasan yang

     Ada yang tahu tentang “Bea Cukai Entikong” ?

     Mungkin kebanyakan orang masih samar – samar mendengar kata “Entikong”.

    Penasaran ? mau tahu cerita sekilas tentang Bea Cukai Entikong.

    Let me tell you the story...

    Foto bersama dengan instansi penegak hukum lainnya di Pos Pemeriksaan Lintas BatasEntikong-Sarawak

    AADC(Ada Apa Dengan bC entikong)...

    cita – cita membutuhkan proses atau

    tahapan untuk dilaksanakan. Jadi,

    tidak perlu tugas yang kita emban

    dilaksanakan dengan terburu –

    buru karena semua hal mempunyai

    tahapan masing – masing.

    Kami memahami bahwa

    penataan yang akan dilakukan di

    PPLB/Border Entikong tidak akan

    berarti jika penataan SDM/parapelaku di lapangan yaitu dalam hal

    ini adalah para pegawai KPPBC TMP

    C Entikong tidak terlebih dahulu

    dilakukan pembinaan. Pembinaan

    dirasakan sangat perlu dilakukan

    dikarenakan kondisi mentalitas dan

    semangat pegawai KPPBC TMP

    C Entikong saat itu dalam kondisi

    yang memprihatinkan dikarenakan

    banyaknya masalah hukum yang

    dialami pegawai. Oleh karena

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    14/64

    14 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    ini, pembuatan KILB selain wajib

    memenuhi persyaratan administrasi

    sebagaimana diatur dalam Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 188/

    PMK.04/2010, maka kehadiran sang

    pemilik KILB saat pembuatan dan

    pengambilan KILB menjadi salah

    satu yang wajib untuk dipenuhi oleh

    para pengguna jasa. KILB, sebagaisalah satu fasilitas yang khusus

    ada di perbatasan, memiliki nilai

    yang strategis untuk diperhatikan.

    Oleh karena itu, tidak jarang kami

    memberikan sosialisasi dengan

    cara jemput bola yaitu dengan

    mendatangi beberapa desa di

    wilayah Kecamatan Entikong seperti

    Desa Engkahan, Desa Balai Karangan,

    dan Desa Kenaman bahkan ke desa

    yang secara geografis sangat sulit

    untuk dijangkau karena letaknya di

    pedalaman yaitu seperti Desa PalaPasang dan Desa Suruh Tembawang.

    Tidak lupa juga kami mengundang

    instansi lain seperti Imigrasi

    dan Kepolisian untuk ikut serta

    melakukan sosialisasi di beberapa

    desa tersebut.

    Dalam hal pengawasan atas

    kegiatan di PPLB Entikong juga telah

    dilakukan penataan. Pengawasan

    atas pelayanan pemasukan barang

    dengan KILB, pengawasan pada

    arus kendaraan mobil wisata dan

    bus antar negara terus dilakukan

    pembenahan. Sering kami

    melakukan penindakan berupa

    penangkapan atas barang yang

    dimasukkan tidak sesuai dengan

    ketentuan/aturan yang ada. Alhasil,

    penerobosan paksa oleh kendaraan-

    kendaraan yang membawa barangtidak sesuai ketentuan merupakan

    hal yang beberapa kali kami alami.

    Bahkan, beberapa kali kantor kami

    didemo disertai teriakan – teriakan

    dan ancaman oleh masyarakat yang

    memasukkan barang tidak sesuai

    ketentuan. Namun, hal seperti ini

    tidak akan membuat kami menyerah

    begitu saja, malah semakin

    membakar semangat dan totalitas

    kami dalam bekerja dan mengabdi.

    Kejadian – kejadian seperti

    penerobosan paksa di PPLB/BorderEntikong maupun demonstrasi

    yang menjurus pada anarkisme,

    tidak dipungkiri dapat memberikan

    dampak pada kami berupa rasa

    jenuh dan lelah. Tapi, hal ini tentu

    saja tidaklah pernah menyurutkan

    semangat yang berkobar di hati

    kami. Dalam menghadapi rasa

    jenuh dan lelah setelah usai bekerja,

    kami biasa meluangkan waktu

    untuk hiburan berupa kegiatan

    Profl Kantor

    maksimal kepada pengguna jasa.

    Oleh karena itu, pada tanggal 29

    September 2014 KPPBC TMP C

    Entikong menerima tambahan

    pegawai sekitar 30 orang. Tambahan

    jumlah pegawai ini sekaligus

    menjadi bukti nyata akan dukungan

    dari Kantor Pusat DJBC dalam

    penataan yang dilakukan KPPBC

    TMP C Entikong pada PPLB/Border

    Entikong yang tentu saja menambah

    semangat seluruh jajaran di KPPBC

    TMP C Entikong dalam mewujudkan

    cita-cita Bea Cukai Entikong yang

    lebih baik.

    Seiring pembinaan kepada

    pegawai yang terus dilakukan,

    koordinasi dan komunikasi dengan

    cara mendekatkan diri denganmasyarakat maupun instansi lain juga

    dilakukan karena kami memahami

    bahwa kami tidak bekerja sendiri

    dalam melayani masyarakat/

    pengguna jasa di Border Entikong.

    Kepada masyarakat, telah terjalin

    hubungan yang baik antara KPPBC

    TMP C Entikong dengan Dewan

    Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat

    Budaya Melayu (MABM) Kecamatan

    Entikong. Kepada instansi lain,

    hubungan dan koordinasi yang baikjuga terjalin dengan rekan-rekan

    di CIQ yaitu Imigrasi dan Karantina

    serta tentu saja aparat penegak

    hukum meliputi Polres Sanggau,

    Polsek Entikong, Kejaksaan Negeri

    Sanggau Cabang Entikong dan

    Satgas Pamtas Yonif Linud 501/BY.

    Dalam hal pelayanan atas

    kegiatan ekspor dan impor kepada

    pengguna jasa, telah dilakukan

    penataan di lapangan. Saat ini,

    kegiatan ekspor telah dilakukan

    sesuai ketentuan PerdirjenNomor PER-32/BC/2014, yaitu

    diantaranya bahwa eksportir yang

    akan melakukan kegiatan ekspor

    diwajibkan memiliki NIK. Selain itu,

    atas barang yang akan diekspor pun

    dilakukan pengawasan atas kegiatan

    pemuatan ke sarana pengangkut.

    Dalam kegiatan importasi dengan

    KILB (Kartu Identitas Lintas Batas),

    penataan dalam pembuatan

    KILB juga sudah dilakukan. Saat

    Kepala KPPBC TMP C Entikong sedang memberikan penjelasan kepada Presiden Republik Indonesia pada saat kunjungan ke TemPemeriksaan Layanan KILB.

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    15/64

    15Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Profl Kantor

    olahraga yang membutuhkan

    sebuah kebersamaan seperti futsal,

    bulutangkis, dan tenis meja. Dalam

    acara olahraga ini, kami dapat saling

    berbagi pengalaman, cerita, dan

    canda – tawa dimana semua ini dapat

    memupuk jiwa korsa dan sinergi

    antar pegawai.

    Dalam upaya memenuhi

    kebutuhan spiritual pegawai

    yang sebagian besar muslim,

    KPPBC TMP C Entikong juga telah

    membentuk sebuah organisasi yang

    bersifat keagamaan, yaitu Dewan

    Kemakmuran Musholla (DKM)

    Baitul Taslim. Beberapa kegiatan

    yang sudah berjalan diantaranya

    adalah Sholat Fardhu Berjama’ah,

    Kegiatan Pembacaan Hadits TiapHari, Yasinan tiap Malam Jum’at, dan

    Mading Musholla adalah beberapa

    kegiatan yang sudah terlaksana

    secara rutin. Satu kegiatan yang rutin

    berjalan setiap bulannya merupakan

    kerjasama antara DKM Baitul Taslim

    dengan Unit Kepatuhan Internal dan

    Penyuluhan KPPBC TMP C Entikong

    yaitu berupa Program Bintal/Kajian

    Bulanan sebagai sebuah program

    yang bertujuan menjaga integritas

    dan moralitas pegawai KPPBC TMP CEntikong. Dengan aktifnya kegiatan

    di musholla, diharapkan kejenuhan

    dan kelelahan dalam bertugas

    akan terobati selain melalui wadah

    olahraga.

    Pada Januari 2015, dalam

    rangka memperingati Hari Pabean

    Internasional ke-63, KPPBC TMP C

    Entikong mengadakan turnamen

    futsal antar instansi yang berada di

    Kecamatan Entikong. Turnamen ini

    diikuti oleh beberapa instansi seperti

    Kepolisian Sektor Entikong, SatgasPamtas Yonif Linud 501/BY, Kantor

    Imigrasi Kelas II Entikong, Kejaksaan

    Negeri Sanggau Cabang Entikong,

    Stasiun Karantina Pertanian Kelas

    I Entikong, Stasiun Karantina Ikan

    Kelas II Entikong, Koramil Entikong,

    Tim BAIS, BIN Kabupaten Sanggau,

    dan UP3LB Entikong. Dalam laga

    final yang mempertemukan Tim Bea

    Cukai Entikong dan Tim Kepolisian

    Sektor Entikong dan setelah melalui

    pertandingan yang sengit, Tim

    Bea Cukai Entikong hanya mampu

    meraih juara ke-2. Meskipun tidak

    bisa menjuarai turnamen, kami tetap

    bangga atas kerja keras Tim Bea

    Cukai Entikong yang gigih dan solid

    dalam upaya meraih gelar  juara.

    Sebagai bagian dari Peringatan

    Hari Pabean Internasional ke-63,

    KPPBC TMP C Entikong mengadakan

    Malam Puncak Peringatan Hari

    Pabean Internasional ke-63. Pada

    Malam Puncak ini, selain kami

    memberikan hadiah kepada para

    juara atas berbagai pertandingan

    yang telah diadakan, kami menggelar

    pula “Entikong Customs Award”.

    Pada acara “Entikong Customs

    Award” ini disampaikan beberapapenganugerahan meliputi The Best

    Stakeholder Of The Year 2014, The

    Honored One Of The Year 2014, dan

    Favorite Employee. Acara ini dihadiri

    oleh seluruh pegawai Bea Cukai

    Entikong dan pimpinan/perwakilan

    dari instansi-instansi di lingkungan

    Kecamatan Entikong.

    Beberapa hari setelah

    memperingati Hari Pabean

    Internasional ke-63, KPPBC TMP C

    Entikong membentuk sebuah TimEkspedisi yang akan menuju sebuah

    lokasi alam Air Terjun 7 Tingkat

    yang oleh warga sekitar sering

    disebut sebagai Pal 28. Nama Tim

    Ekspedisi tersebut adalah Water

    Seven Expedition Team. Dengan

    mengendarai 2 mobil Ford Ranger

    dan 5 sepeda motor, kami siap

    menaklukkan medan berat menuju

    lokasi alam Air Terjun 7 Tingkat.

    Dalam perjalanan menuju lokasi

    alam Air Terjun 7 Tingkat, terjadi

    beberapa kali hambatan dikarenakanmedan jalan yang dilalui sedang

    tidak bersahabat akibat hujan pada

    hari sebelumnya. Akibatnya, salah

    satu anggota Tim Ekspedisi terjatuh

    di tengah perjalanan sehingga

    tidak mampu untuk melanjutkan

    perjalanan dengan mengendarai

    sepeda motor.

    Sesampainya di lokasi alam Air

    Terjun 7 Tingkat, kami semua merasa

    takjub akan Kebesaran Tuhan Yang

    Maha Esa. Begitu indah alam ciptaan-

    Nya.. sehingga mampu membuat

    pandangan ini terpana dan lidah ini

    berucap ‘Masya Allah’.. Sungguh

    luar biasa indah lokasi alam Air

    Terjun 7 Tingkat sehingga terbayar

    sudah setiap keringat dan tenaga

    yang tercurah serta rasa lelah yang

    menopang tubuh selama perjalanan

    menuju Air Terjun 7 Tingkat.

    Dalam perkembangannya,

    sebagai bagian dari kesadaran kami

    bahwa penataan di PPLB/Border

    Entikong ke arah yang semakin baik

    membutuhkan kerjasama banyak

    pihak, maka dengan dukungan

    Kantor Pusat DJBC dan Kanwil DJBC

    Kalbagbar, kami terus melakukan

    upaya agar penataan di BorderEntikong menjadi perhatian banyak

    pihak terkait. Artinya, semua instansi/

    pihak terkait harus bersinergi

    mewujudkan Border Entikong yang

    modern . Akhirnya, upaya itupun

    membuahkan hasil ketika penataan

    di Perbatasan Entikong saat ini telah

    menjadi perhatian banyak pihak.

    Hal ini dibuktikan dengan adanya

    kunjungan dari Pimpinan MPR,

    Gubernur Kalbar, hingga Menteri

    Pekerjaan Umum. Puncaknya, padatanggal 21 Januari 2015, Presiden

    Joko Widodo beserta rombongan

    pun telah meninjau PPLB Entikong/

    Border Entikong.

    Pada akhirnya, segala puja

    dan puji hanya kami haturkan

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

    rahmat dan hidayah-Nya. Pada

    tanggal 26 Januari 2015, dalam

    rangka Hari Pabean Internasional

    yang Ke-63, bertempat di Kantor

    Pusat DJBC, Kepala KPPBC TMP

    C Entikong menerima PiagamPenghargaan dari WCO (World

    Custom Organization) yang diberikan

    langsung oleh Menteri Keuangan

    Republik Indonesia. Sungguh sebuah

    kebanggaan atas segala upaya yang

    telah kami lakukan selama ini, dan

    kami akan terus berusaha mengabdi

    dan melayani bangsa di Perbatasan

    Indonesia – Malaysia Entikong untuk

    menjadi yang lebih baik. Semangat

    BATAS.....!!!!!!

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    16/64

    16 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    FOTOGRAFER: ARDO HADYAN

    16 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    17/64

    17Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Galeri Foto

    Black and White Consult FOTORAFER: ARDO HADYAN

    FOTOGRAFER: DENI JULIANSYAH, BALIKPAPAN

    17Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    18/64

    18 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Opini

    TAPAL BATASPROFESIONALISME

    Oleh : EVA MAULINA ARITONANG

    “Kita semua berdiri di Tapal

    batas, di Garda terdepan

    lalu lintas ekspor dan

    impor! Kita memiliki tugas

    dan fungsi yang vital! Nyawa

    taruhannya! Don’t ever think, that

    you’ll be safe in here! Kita bukan

    PNS kebanyakan, kita Bea Cukai!”.

    Kalimat tersebut masih terngiangjelas ketika seorang perwakilan dari

    Direktorat Kepabeanan Internasional

    memberikan materi pada kegiatan

    On The Job Training CCPNS tahun

    2013. Saat itu, semua CCPNS terlihat

    bersemangat, khas anak muda yang

    masih idealis.

    Hingga kabar mengenai mutasi

    ke daerah terpencil, tindakan

    penyelewengan dengan alasan

    perekonomian keluarga yang sering

    sekali dikemukan, mulai mematahkan

    semangat para calon bea cukai ini.Berangkat dari harapan orangtua

    yang mulai renta dan bermimpi

    anaknya menjadi PNS jujur yang

    menjadi tulang punggung keluarga,

    seakan musnah. Ditambah kabar

    mengenai gaji yang akan dirapel

    setelah enam bulan mengabdi sebagai

    CCPNS menambah kemelut “apakah

    pilihan untuk bergabung dengan bea

    dan cukai adalah jalan yang benar dan

    sudah digariskan TUHAN?”.

    hidup di Jakarta, masih membuahkan

    hutang dimana-mana.

    Satu demi satu para sahabat yang

    berjuang bersama, mulai menghilang

    bermutasi ke daerah-daerah

    yang tidak pernah dibayangkan.

    Semangat makin menurun justru

    pada tahap yang hampir mendekati

    pengurangan huruf “C” yanghanya tinggal sendiri didepan

    huruf P-N-S. Semua perasaan yang

    bercampur, mengaduk-ngaduk tapal

    batas pertahanan. Hingga hari itu

    pertemuan dengan seorang pegawai

    di Bandara Husein Sastranegara

    merubah semuanya.

    “Saya mah kerja baru dua

    tahun” jelasnya malu-malu.

    Semua yang duduk dihadapannya

    tak percaya. Perawakan bu Ami

    memang masih terlihat seperti

    seorang gadis. Jika melihat posturtubuhnya yang langsing dan ideal,

    memang tidak akan ada yang

    percaya bahwa ibu dari dua orang

    anak ini telah berumur 56 tahun.

    “Maksudnya 2 tahun lagi saya

    pensiun” tambahnya malu-malu

    disela perbincangan.

    Pertemuan yang terjadi di

    kala itu adalah untuk melakukan

    sosialisasi sistem Billing-Online 

    dalam membantu pembayaran

    Keagungan Bea dan Cukai

    mulai dinaungkan kembali, fungsi

    utamanya mulai dibeberkan.

    “Sebagai Bea Cukai, kita siap

    mengembangkan tugas sebagai

    Trade facilitator, Industrial Assistance,

    Revenue Collector dan Community

    Protector ” tambah perwakilan

    Kepabeanan Internasionaltersebut. Penjelasan itu, terdengar

    begitu “keren” ditelinga dengan

    penggunaan bahasa inggris

    didalamnya. Semangat para CCPNS

    kembali membara, “sepertinya takdir

    TUHAN kali ini tidak meleset, saya

    berada ditempat yang membawa saya

    ke kasta yang lebih elegan”.

    Bekerja beberapa bulan di

    kantor pusat Direktorat Jenderal

    Bea dan Cukai dibawah Kementrian

    Keuangan, menjadi kabar yang

    menjanjikan bagi keluarga dikampung halaman. Banyak saudara

    yang tadinya menghilang, tiba-

    tiba datang mendekatkan anak

    perempuannya untuk dijadikan

    calon istri dengan bayangan tinggal

    di Jakarta dengan gaji suami yang

    tinggi. Kasta benar-benar meningkat.

    Namun, dari hati kecil terdalam

    kewajiban membuat orangtua

    bahagia belumlah teratasi. Gaji yang

    tak seberapa sebagai uang tunggu

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    19/64

    19Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    barang impor berdasarkan Custom

    Declaration. Ibu Ami dengan cekatan

    mengambil posisi didepan monitor

    CRT (Cathode Ray Tube) gendut

    dengan model “jadul” yang cuma

    satu-satunya di ruang kantor seluas

    kurang lebih 3x3m itu. Jauh dari

    monitor jaman terbaru dengan

    model LCD (Liquid Crystal Display)

    yang banyak beredar di kantor pusat

    bahkan didepan meja kerja kita

    sekarang.

    Ibu Ami yang bertugas sebagai

    pemeriksa barang, dengan cepat

    menghidupkan komputer, membuka

    link ceisa.customs.go.id/SSOService,

    login dan langsung memilih menu

    BillingOnline. Beliau cukup kristis

    dan banyak bertanya dibandingkandengan pegawai lainnya yang bahkan

    masih agak takut menggunakan

    komputer.

    “Saya mah kan gak ngerti

    teknologi, jadi mumpung ada yang

    ngajarin...boleh yah bantuin saya

    sekalian belajar” pinta bu Ami

    setelah sebelumnya mengantarkan

    kami melakukan survey mesin ATM

    yang terkoneksi dengan sistem MPN

    (Modul Penerimaan Negara).

    Ibu Ami yang berdandan sangatsederhana ini mengikuti setiap

    instruksi dan menghapalkannya

    dengan baik. Tak peduli internet

    yang hanya ditopang dengan sebuah

    modem pinjaman, mouse yang sudah

    tidak terlalu sinkron dan loading

    komputer yang mulai “lemot”, bu

    Ami tetap tersenyum dan terus

    mendesak minta diajarkan lagi-dan-

    lagi. Untuk sebuah keterbatasan

    tersebut, mungkin kita semua

    tidak akan kuat dan segera rehat

    diruang makan untuk sekedarminum kopi menenangkan diri,

    tapi bu Ami dengan profesionalnya

    tetap teguh belajar diumurnya yang

    sudah hampir renta ini. Seakan

    menunjukkan bahwa tidak ada kata

    terlambat untuk belajar bahkan

    sampai ke liang lahat.

    Kisah bu Ami, tidak sampai

    disitu. Disela-sela training  terdapat

    pesawat yang landing dari Malaysia.

    Bu Ami langsung sigap berdiri

    didepan mesin pemeriksa barang

    bawaan penumpang (x-ray) bersiap

    melakukan pembongkaran koper.

    Travel Bag berjenis Polo Classic besar

    yang terisi penuh tiba-tiba diangkat

    dan dibongkarnya hanya dengan

    menggunakan kedua tangannya

    yang mungil. Mungkin kita yang

    berumur lebih muda dibanding bu

    Ami, belum tentu bisa melakukan

    hal yang sama dengan beliau. Tak

    terbayang bagaimana bu Ami bekerja

    sehari-hari dengan jumlah jadwal

    pesawat setiap harinya.

    Disela-sela training , bu Ami

    sempat berkisah mengenai

    keluarganya. Bu Ami adalah tulang

    punggung keluarga dengan anak-

    anak yang sedang berkuliah dan

    suami yang sudah pensiun. Suamibu Ami adalah pensiunan dari PT

    Dirgantara Indonesia yang letak

    kantornya hanya berjarak beberapa

    puluh meter dari bilik kecil di Bandara

    tempat bu Ami bekerja. Bu Ami

    tidak menjelaskan posisi pekerjaan

    suaminya di perusahaan industri

    pesawat terbang yang pertama dan

    satu-satunya di Indonesia itu.

    Tapi dari kisah hidupnya,

    kita dapat menebak bagaimana

    perjuangan bu Ami dalam

    membesarkan anak-anak dan tetap

    teguh berdiri sebagai istri serta

    sebagai bea cukai sejatinya. Dengan

    gaji berdasarkan golongan 3b-nya

    ditambah hasil pensiun suaminya,

    entah bagaimana bu Ami mengelola

    sistem keuangannya.

    Dari sana, semua yang hadir

    menyadari sesuatu bahwa bekerja

    bukanlah melulu soal mencari uang,

    tapi soal passion, soal profesionalitas.

    Semua pegawai bea cukai memiliki

    masalahnya dengan tingkat kesulitan

    yang berbeda-beda. Tapi bu Ami

    mengajarkan sesuatu yang lain.

    Bu Ami mengajarkan bagaimana

    bekerja dengan ikhlas, bekerja

    dengan profesional, bekerja denganhati. Beliau mengajarkan kita satu

    hal bahwa “Dalam Profesionalisme

    tidak pernah ada Tapal Batas”

    dengan senyumnya yang tidak

    pernah berhenti mengembang

    dalam melayani masyarakat dan

    negara. Disaat usia yang memintanya

    menikmati masa tua bersama suami,

    anak, cucu dan rumah yang nyaman

    baginya.

    Dari sana, kalimat dari perwakilan

    Direktorat Kepabeanan Internasionalhampir setahun yang lalu terdengar

    jelas kembali. “Kita semua berdiri

    di Tapal batas, di Garda terdepan

    lalu lintas ekspor dan impor! Kita

    memiliki tugas dan fungsi yang

    vital! Nyawa taruhannya! Don’t ever

    think, that you’ll be safe in here!  Kita

    bukan PNS kebanyakan, kita Bea

    Cukai!”. Safe disana bukan berarti

    aman dari segala resiko kerja tapi

    juga mengingatkan kita bahwa

    menjadi Bea dan Cukai butuh sebuah

    perjuangan yang jauh dari rasanyaman.

    Kalimat beliau tersebut bukan

    hanya menjadi doktrin dan kenangan

    on the job training . Sudah saatnya

    kalimat itu kita tanamkan dalam hati,

    bahwa peran kita tidaklah ringan

    namun apakah itu akan menjadi

    senjata kita untuk mundur, melarikan

    diri dari profesionalitas diri yang

    setiap saat akan diuji?atau kita akan

    menauladani bu Ami?

    Opini

     Kita semua berdiri di

     Tapal batas, di Garda

     terdepan lalu lintas

     ekspor dan impor! Kita memiliki tugas

     dan fungsi yang vital!

     Nyawa taruhannya!

     Don’t ever think,

     that you’ll be safe in

     here! Kita bukan PNS

     kebanyakan, kita Bea

    Cukai!

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    20/64

    20 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Bertempat di ruang rapat

    Subdit Humas dan

    Penyuluhan, pada 18

    Februari 2015 berlangsung

    pertemuan silaturahim antara

    Pimpinan Redaksi Majalah WartaPurnawirawan Bea Cukai (WPBC)

    beserta jajarannya dengan Pimpinan

    Redaksi Majalah WBC. Acara yang

    sekaligus forum silaturahim antara

    para pegawai Bea dan Cukai yang

    telah pensiun dengan pegawai

    Bea dan Cukai yang masih aktif

    berlangsung secara kekeluargaan.

    Dalam courtesy visit (kunjungan

    resmi) ke Redaksi WBC, rombongan

    WPBC diterima oleh Pimred WBC

    sekaligus Kasubdit Humas danPenyuluhan DJBC, Haryo Limanseto

    didampingi Kepala Seksi Publikasi

    dan Dokumentasi, Arief Rahman

    Hakim, dan Redaktur WBC, Muparrih,

    dan Yella M.

    Dalam acara tersebut, Pimred

    WPBC, Suwito Marsam yang

    didampingi beberapa mantan

    pejabat Bea dan Cukai antara lain

    Eddy Setyo dan Wirawan Sahli

    (Wakil Pimred WPBC), Rochmadi

    (Bendahara), serta Enny Yunainah

    (staf redaksi) menyampaikantujuan kedatangan WPBC untuk

    bersilaturahim menjalin komunikasi

    melalui WPBC dan WBC juga saling

    mengenalkan diri. Kesempatan

    ini juga digunakan untuk

    mensosialisasikan keberadaan WPBC

    dan organisasi-organisasi pensiunan

    Bea Cukai, antara lain Persatuan

    Pensiunan Bea dan Cukai (PPBC),

    Yayasan Kesejahteraan Bhakti Tugas

    (YKBT) dan PT Buana Tirta, yang

    masing-masing profilnya akan diulas

    dalam edisi WBC mendatang.

    WPBC yang terbit pertama

    kali pada 1 Oktober 2007

    awalnya berupa buletin (Buletin

    Purnawirawan Bea Cukai).Kemudian sejak tahun 2007, dibantu

    konsultan dari salah satu personil

    WBC, Ariessuryantini, WPBC yang

    dikomandani Suwito Marsam,

    meningkatkan buletin menjadi

    majalah Warta Purnawirawan Bea

    Cukai. WPBC pun terbit secara

    periodik dua bulan sekali.

    “Kebetulan misi WPBC sebagai

    alat komunikasi dan informasi antar

    para pensiunan DJBC sekaligus

    komunikasi dan informasi antarapara pensiunan dengan rekan-

    rekan yang masih aktif. Hal itulah

    yang akan kami coba untuk digali

    pada kesempatan ini, karena para

    pensiunan bea cukai notabene

    awalnya juga sebagai pegawai bea

    cukai,” papar Suwito Marsam yang

    menyatakan untuk menyambung

    informasi tentang kebeacukaian

    kepada para pensiunan, WPBC

    menyajikan Rubrik BC Terkini

    berisi perkembangan terkini

    Bea Cukai, sehingga pensiunantidak ketinggalan berita instansi

    tempatnya dulu mengabdi.

    Sedangkan Pimred WBC, Haryo

    Limanseto yang juga menjabat

    sebagai Kasubdit Humas dan

    Penyuluhan menyatakan rasa

    terima kasihnya atas kedatangan

    dan masukan-masukan yang telah

    disampaikan sebelumnya oleh para

    pengurus WPBC. Di kesempatan

    itu juga disampaikan bahwa WBC

    akan memberikan ruang mengenai

    kegiatan-kegiatan organisasi

    pensiunan Bea Cukai yang ada dan

    akan mengupas organisasi yang ada

    di lingkungan pensiunan Bea Cukai.

    Haryo juga menjelaskanmengenai posisi WBC saat ini yang

    ada di bawah Subdit Humas dan

    secara ex officio Kasubdit Humas dan

    Penyuluhan adalah Pimpinan Redaksi

    WBC. Dikemukakan juga bahwa

    pembiayaan WBC saat ini tidak

    lagi memungut biaya dari pegawai

    melainkan menggunakan dana DIPA

    Kementerian Keuangan.

    “Komunikasi ini harus terjalin,

    intinya kami senang dengan kegiatan

    ini dan untuk ke depan, karenaini menjadi sarana kami untuk

    mengetahui informasi mengenai

    pensiunan. Ini awal yang baik,

    kekompakan di Bea Cukai dari yang

    aktif sampai yang pensiun masih

    terjalin dengan baik,” tutur Haryo.

    Seksi Publikasi dan Dokumentasi,

    Arif Rahman Hakim yang juga

    salah satu Wakil Pimred WBC juga

    menyampaikan terima kasihnya dan

    merasa suatu kehormatan telah

    dikunjungi para seniornya. “Antara

    senior dan junior tidak terputushubungan. Untuk kerjasama rubrik

    kebetulan ada rubrik hobi dan

    komunitas bisa mengupas komunitas

    yang dimiliki para pensiunan Bea

    Cukai.” Kegiatan courtesy visit 

    diakhiri dengan berfoto bersama

    untuk selanjutnya mengunjungi

    museum DJBC dan melihat-lihat

    benda-benda bersejarah yang

    tersimpan di dalam museum.

    (Ariessuryantini)

    Courtesy VisitPengurus WPBC ke Redaksi WBC

    Direktorat & Pusat

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    21/64

    21Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    M

    enteri Keuangan

    (Menkeu) Bambang

    Brodjonegoro

    menyelenggarakankonferensi pers mengenai pokok-

    pokok perubahan APBN tahun

    anggaran 2015 di Aula Djuanda,

    Gedung Kementerian Keuangan,

    Jakarta, Selasa (17/2/2015).

    Dalam Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Negara Perubahan

    (APBN-P) yang telah disahkan oleh

    Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

    pada Jumat (13/2) lalu, pemerintah

    menargetkan dapat menekan defisit

    anggaran hingga 1,9 persen dari

    Produk Domestik Bruto (PDB), atausebesar Rp222,5 triliun. Angka tersebut

    mengalami penurunan sebesar Rp23,4

    triliun jika dibandingkan target defisit

    anggaran dalam APBN 2015 yang

    sebesar Rp245,9 triliun, atau 2,21

    persen dari PDB. Pemerintah berharap,

    penurunan target defisit anggaran

    tersebut dapat memberikan efek

    positif bagi perekonomian Indonesia

    Penurun target defisit anggaran

    tersebut tidak lepas dari postur

    pendapatan dan belanja negara

    yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.

    “Postur APBN-P dimana pendapatan

    negara dan hibah sebesar Rp1.761,6triliun, belanja negara Rp1.984,1

    triliun,” ungkap Menkeu. Ia merinci,

    anggaran belanja tersebut terdiri atas

    belanja pemerintah pusat sebesar

    Rp1.319,5 triliun dan transfer ke

    daerah, termasuk dana desa sebesar

    Rp664,6 triliun.

    Selain itu penurunan tersebut

    terutama disebabkan oleh turunnya

    Penerimaan Negara Bukan Pajak

    (PNBP). Pendapatan negara total itu

    turun dibandingkan APBN 2015, turun

    sebesar hampir Rp32 triliun, yangterutama berasal dari penurunan

    PNBP yang hampir mencapai Rp141,3

    triliun.

     “Yang baru dalam APBN-P 2015

    adalah komitmen pemerintah baru

    untuk melaksanakan pertumbuhan

    yang berkualitas, mengurangi

    kesenjangan antar tingkat

    pendapatan di dalam masyarakat,

    dan juga untuk memperbaiki

    kualitas manusia Indonesia, sehingga

    bersama DPR kita sepakat untuk

    memasukkan target pembangunan,”

    jelas Menteri Keuangan Bambang

    Brodjonegoro.Sementara itu, terjadi peningkatan

    pada target penerimaan negara dari

    sektor perpajakan, yang meliputi

    pajak, bea, dan cukai. Dalam APBN-P

    2015, penerimaan perpajakan

    ditargetkan sebesar Rp1.489,3

    triliun. Angka tersebut meningkat

    Rp109,3 triliun dibanding target

    penerimaan perpajakan dalam APBN

    2015 yang sebesar Rp1.380 triliun.

    “Peningkatan perpajakan itu Rp109,3

    triliun, sehingga total penerimaan

    perpajakan dari pajak, bea, dan cukaiadalah Rp1.489,3 triliun,” katanya.

    Komitmen lain pemerintah baru

    yakni mengurangi kesenjangan

    antar tingkat pendapatan, dan

    memperbaiki kualitas manusia

    Indonesia. Pemerintah juga

    menetapkan target pertumbuhan

    ekonomi yang terukur. Target tersebut

    antara lain, kemiskinan ditetapkan di

    10,3%, pengangguran 5.6%, ini ratio

    0,4 Index Pembangunan Manusia

    DEFISIT ANGGARAN JADI

    1,9 PERSEN PADA APBN-P 2015

    Direktorat & Pusat

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    22/64

    22 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Direktorat & Pusat

    Pada hari Rabu, 25 Februari

    2015 dilaksanakan acara

    penandatanganan

    Perjanjian Kerja Sama atau

    Memorandum of Understanding

    (MoU) antara Direktorat Bea dan

    Cukai dan Direktorat Jenderal

    Kependudukan dan Catatan Sipiltentang Pemanfaatan Nomor Induk

    Kependudukan Kependudukan

    (NIK), data kependudukan, dan

    Kartu Tanda Penduduk Elektronik

    (e-KTP) dalam Layanan Lingkup

    Direktorat Jenderal Bea dan

    Cukai. Hal tersebut dilakukan

    sebagai upaya mengefektifkan

    fungsi dan peran DJBC dan Ditjen

    Kependudukan dan Pencatatan

    Sipil dengan mewujudkan

    MOU DJBC & DITJEN KEPENDUDUKANDAN PENCATATAN SIPIL

    69,4. Hal baru lainnya adalah subsidi

    BBM (Bahan Bakar Minyak) tidak lagimendominasi alokasi subsidi dalam

    APBN-P 2015.

    Tidak hanya menkeu, konferensi

    pers ini juga dihadiri seluruh pejabat

    eselon I ruang lingkup Kementerian

    Keuangan, antara lain Sekretrais

    Jenderal Kiagus Ahmad Badaruddin,

    Dirjen Anggaran

    Askolani, Kepala BadanKebijakan Fiskal (BKF)

    Suahasil Nazara, Dirjen

    Perbendaharaan

    Marwanto

    Harjowiryono, Dirjen

    Kekayaan Negara

    Hadiyanto, Kepala

    BPPK Sumiyati, dan Inspektur

    Jenderal Vicentius Sony Loho.

    Lebih lanjut Menkeu menegaskan

    bahwa bukan kepada perubahan

    asumsinya. “Ini adalah pemerintahan

    baru yang tidak ikut menyusun APBN

    2015 sehingga diperlukan APBN

    perubahan di mana kita memasukkan

    visi misi prioritas pemerintahan

    baru,” kata Bambang.

    22 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    23/64

    23Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Direktorat & Pusat

    c. Repersif/penegakan hukum

    1. DJBC berharap dapat

    melakukan validasi dan

    verifikasi pelaku pelanggaran

    di bidang kepabeanan dan

    cukai dengan berbasiskan data

    kependudukan.“Dengan pemanfaatan data NIK,

    data kependudukan, dan e-KTP,

    diharapkan kedua belah pihak

    dapat mengefektifkan registrasi

    pelaku kepabenanan dan sistem

    registrasi pengusaha kena cukai

    dengan menggunakan NIK dan/

    atau e-KTP, validasi dan verifikasi

    dalam rangka penegakan hukum

    di bidang kepabeanan dan cukai

    dengan menggunakan NIK dan/atau

    e-KTP, pembaharuan data demografi

    pelaku kegiatan kepabeanan danpengusaha kena cukai dalam

    sistem registrasi kepabeanan dan

    cukai dengan menggunakan data

    kependudukan yang berbasikan

    NIK, dan perencanaan program

    pengembangan profiling  dan

    targeting pelawat lintas batas

    dengan menggunakan data agregat

    kependudukan,” ujar Agung.

    Gagasan kerja sama

    mamanfaatkan data kependudukan

    23Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    iklim usaha dan investasi yang

    kondusif melalui penyerdehanaan

    prosedur kepabeanan sehingga

    dapat mendukung peningkatan

    pertumbuhan industri.

    Dalam sambutannya Dirjen Bea

    dan Cukai, Agung Kuswandono,menjelaskan dengan adanya

    Perjanjian Kerja Sama ini, DJBC akan

    memanfaatkan data kependudukan

    untuk mengoptimalkan fungsi

    pengawasan di bidang kepabeanan

    dan cukai, dengan tahapan:

    a. Preemtif

      DJBC akan memanfaatkan data

    kependudukan dalam tahapan

    registerasi pelaku kegiatan

    di bidang kepabeanan dan

    registerasi Barang Kena Cukai

    (BKC)

    b. Preventif

    1. Cleansing  data serta pemetaan

    pelaku kegiatan kepabeanan

    dan pengusaha BKC

    - Data pelaku di bidang

    kepabeanan saat ini

    berjumlah sekitar 39.000

    entitas (baik sebagai

    personal maupun badan

    usaha), sedangkan data

    pelaku di bidang cukai saat

    ini berjumlah sekitar 8.977

    entitas.

    - Pada beberapa kasus,

    berdasarkan hasil

    penyelidikan (penelitian)

    dan penyidikan diketahuibahwa penanggungjawab

    perusahaan eksportir dan

    importir adalah fiktif, baik

    berupa nama seseorang

    itu yang fiktif atau bahkan

    penyidik DJBC alamat

    seseorang dalam KTP

    adalah fiktif.

    - Dengan data kependudukan,

    DJBC akan melakukan

    cleansing  atau pembaharuan

    data demografi pelaku

    kegiatan kepabeanan danpengusaha BKC sebagai

    upaya untuk memvalidasi

    dan sekaligus memfilter

    dalam rangka menekan

    pelanggaran di bidang

    kepabeanan dan cukai.

    2. Pengembangan sistem

    profiling  dan targeting

    pelawat lintas batas dengan

    menggunakan data agregat

    kependudukan

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    24/64

    24 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    sebenarnya berawal dari

    pembahasan pada Rapat Koordinasi

    Tim Pelaksana Pencegahan dan

    Pemberantasan Tindak Pidana

    Pencucian Uang (PP TPPU) yang

    berdasar Undang-undang Nomor

    8 tahun 2010 tentang PP TPPU,

    dan Nota Kesepahaman antara

    Kementerian Dalam Negeri dengan

    Kementerian Keuangan bulan Januari

    2011 tentang Kerjasama Kemanfaatan

    Nomor Induk Kependudukan dan

    KTP Elektronik dalam Lingkup

    Kementerian Keuangan. Berdasarkan

    Undang Undang tersebut DJBC

    diberikan tanggung jawab

    untuk melakukan pengawasan

    pembawaan uang tunai lintas batas

    dan melakukan penyidikan TPPU.DJBC memandang arti penting

    kerjasama pemanfaatan data

    kependudukan tidak hanya sekedar

    untuk mendukung pelaksanaan tugas

    dalam rezim Anti Money Laundry 

    (AML), tetapi juga bermanfaat dalam

    pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC

    di bidang pelayanan dan pengawasan

    kepabeanan dan cukai.

    Selama perjanjian berlaku, DJBC

    akan mendapatkan bimbingan

    teknis dan pendampingan teknis

    dalam pemanfaatan data-data

    dari Ditjen Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil. DJBC dapat pula

    mengakses data-data terbatas,

    serta menggunakan perangkat

    tertentu dalam pendampingan

    Ditjen Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil.

    (Desi A Prawitasari)

    Direktorat & Pusat

    Pusdiklat Bea dan Cukai

    menyelenggarakan dua

    diklat secara bersamaan

    yaitu Diklat Teknis Umum

    Kesamaptaan Angkatan II dan Diklat

    Perwira Kapal Negara Bea dan CukaiTingkat I. Upacara pembukaan kedua

    diklat tersebut langsung dipimpin

    oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai,

    Agung Kuswandono, dilaksanakan

    pada 16 Februari 2015 bertempat

    di lapangan upacara Pusdiklat Bea

    dan Cukai. Hadir dalam upacara

    pembukaan diklat tersebut, Kepala

    Pusdiklat Bea dan Cukai, Agus

    Hermawan, Kepala Kanwil DJBC

    Khusus Kepri, Hary Budi Wicaksono

    Pembukaan Diklat Kesamaptaandan Diklat Perwira Kapal Negara

    dan Kabid P2, Evy Suhartantyo,

    Kepala Pangsarop Bea Cukai

    Tanjung Balai Karimun, Bier Budy

    Kismulyanto dan Seksi Nautika, Asep

    Ridwan Ruswandi, Kepala Bagian

    Kepegawaian DJBC, Efrizal danbeberapa pejabat dari Kementerian

    Perhubungan dan para pengajar dari

    Pusdiklat.

    DTU Kesamaptaan II T.A. 2015

    menjadi diklat yang sangat krusial

    untuk kepegawaian DJBC yang

    sangat membutuhkan pegawai-

    pegawai yang memiliki kondisi

    fisik dan mental yang kuat serta

    tangguh untuk dapat menjaga

    keamanan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia di bidang keuangan

    negara khususnya kepabeanan dan

    cukai. Dalam diklat ini, fisik dan

    mental peserta menjadi sasaran

    utama. Selama diklat peserta

    akan mendapat materi pelajaranperaturan baris-berbaris, peraturan

    penghormatan, tata upacara militer,

    navigasi darat, santiaji, integritas dan

    gratifikasi, dan materi lainnya. Diklat

    ini bertujuan untuk membentuk

    watak, integritas, loyalitas,

    kepribadian, tutur kata, sikap

    tingkah laku, kerjasama, kedisiplinan,

    ketahanan mental dan fisik yang

    baik, serta jiwa korsa pegawai

    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    25/64

    25Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Direktorat & Pusat

    Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

    Cukai, juga dalam rangka pendidikan

    dasar sumber daya manusia DJBC

    yang menjadi armada patroli laut

    DJBC.

    Mengenai pelaksanaan kegiatan,

    DTU Kesamaptaan diselenggarakanmulai tanggal 16 Februari-20 Maret

    2015 dengan jumlah keseluruhan

    276 jam latihan dan seluruh peserta

    diasramakan di Pusdiklat Bea dan

    Cukai. Diklat ini diikuti oleh 120

    orang pegawai DJBC yang ditunjuk

    melalui Surat Sekretaris Direktorat

    Jenderal Bea dan Cukai Nomor

    S.302/BC.1/ UP.6/2015, tanggal 29

    Januari 2015. Sedangkan untuk

    Diklat Perwira Kapal Negara Bea dan

    Cukai Tk. I diselenggarakan mulai

    tanggal 16 Februari-28 November

    2015 dengan jumlah keseluruhan

    1.478 jam latihan, diklat ini diikuti

    oleh enam puluh orang pegawai

    DJBC, sesuai dengan penunjukan

    Surat Sekretaris Direktorat Jenderal

    Bea dan Cukai Nomor S.360/BC.1/

    UP.6/ 2015, tanggal 04 Februari2015. Proses pembelajaran kedua

    diklat tersebut mengambil tempat

    di Pusdiklat Bea dan Cukai, Balai

    Pendidikan dan Pelatihan Ilmu

    Pelayaran di Tangerang dan Tanjung

    Balai Karimun.

    Tenaga pengajar pada diklat ini

    adalah pejabat atau pegawai DJBC,

    pejabat dari Direktorat Jenderal

    Pengelolaan, Pembiayaan, dan

    Resiko Kementerian Keuangan,

    pengajar dari BP2IP Tangerang,

    serta pelatih dari Kopassus TNIAngkatan Darat. Bagi para siswa

    Diklat Kesamaptaan yang lulus

    akan mendapatkan sertifikat dari

    Badan Pendidikan dan Pelatihan

    Keuangan. Sedangkan lulusan diklat

    Perwira Kapal Negara Bea dan Cukai

    Tk. I sertifikat akan diberikan oleh

    Direktorat Jenderal Perhubungan

    Laut , Kementerian Perhubungan

    Republik Indonesia.

    (Ariessuryantini)

    guna menunjang pelaksanaan tugas.

    Sedangkan untuk memenuhi

    kebutuhan awak kapal yang mampu

    memelihara, mengendalikan, dan

    mengoperasikan kapal patroli

    dengan baik dan benar, maka

    dilaksanakanlah Diklat Perwira KapalNegara Tingkat I yang merupakan

    diklat kerja sama langsung antara

    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

    dan Kementerian Perhubungan,

    yang secara khusus dimintakan

    bantuan dalam mengisi materi diklat

    ini. Diklat Perwira Kapal ini selain

    bertujuan untuk melahirkan pegawai

    DJBC yang memiliki kemampuan

    memelihara, mengendalikan, dan

    mengoperasikan Kapal Patroli di

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    26/64

    26 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Sisi Pegawai

    Bahkan Tatang Yuliono

    sebagai Kepala Kantor

    yang baru beberapa bulan

    bertugas di kantor ini tidak

    sungkan-sungkan memberikan

    pujian atas semangat dan integri-tas Mursidah dalam melaksanakan

    tugas. ”Kadang kita merasa malu,

    kita pulang ibu Mursidah masih di

    kantor, dan pagi-pagi kita belum

    datang dia juga sudah ada dikan-

    tor,” kata Tatang memberikan

    apresiasi kepada bawahannya

    yang ramah dan murah senyum itu.

    Ibu dari satu putra yang juga

    menjadi pegawai Bea Cukai itu me-

    rasa kantor adalah rumahnya yang

    kedua, karena memang tempattinggalnya tidak jauh dari kantor.

    Walaupun dia bertugas di Bea

    Cukai Bontang sejak tahun 1987

    sampai sekarang, pada waktu itu

    pindah dari Bea Cukai Samarinda

    ikut almarhum suaminya yang juga

    pegawai Bea Cukai, dia tetap me-

    rasa senang dan tidak terbebani.

    Pegawai muda silih berganti, tetapi

    Mursidah tetap bisa menyesuai-

    kan diri dan bekerja sama dengan

    pegawai maupun atasan baru.

    ”Yang penting kita bekerja denganhati nurani dan jangan neko-neko,”

    tuturnya.

    Hajah yang santun dan bersa-

    haja ini membandingkan pegawai

    dulu dan sekarang jauh berbeda.

    ”Dulu kita hanya mengandalkan

    mesin ketik, tetapi sekarang semua

    surat menyurat dan alat komuni-

    kasi pakai teknologi tinggi, seperti

    internet dan HP (handphone),”

    ujarnya.

    Untuk itulah Mursidah tidak

    mau ketinggalan dengan yang

    muda-muda, dia belajar terus men-

    gikuti perkembangan pekerjaan

    sesuai zaman dan masanya. Dalam

    hal mengoperasikan komputer,internet, website dan media sosial

    lainnya, Mursidah sudah mahir

    dan tidak gaptek, malah dia sering

    mengajari pegawai maupun

    stakeholder dalam hal pekerjaan.

    Padahal di tempat lain sering kita

    jumpai pegawai seusia Mursidah

    merasa enggan dan sulit untuk

    memperlajari komputer dan dunia

    maya lainnya. Tetapi tidak demikian

    untuk Mursidah, sekarang dia ma-

    lah mengajari pegawai yang lebihmuda untuk transfer regenerasi.

    Selain sebagai pejabat manifes

    yang menangani masalah manifest,

    Mursidah juga memberikan eduka-

    si kepada pegawai lainnya karena

    dia cukup sabar. Kalau ada yang

    salah dia ajari pelan-pelan. Karena

    sikap, perilaku, dan tindakan dalam

    pelaksanaan tugas yang pada

    umumnya menunjukkan kerajinan,

    ketaatan, kedisiplinan, kejujuran,

    sikap responsif terhadap segala pe-

    nugasan, dan bertanggung jawabatas penyelesaian tugas dengan

    baik dan tepat waktu, maka tidak

    salah jika Mursidah yang sudah me-

    nyandang Penata Muda Tk.I / IIIb

    itu mendapat penghargaan sebagai

    pegawai kategori pengabdian kerja

    terbaik di Bontang pada 4 Februari

    2014 yang diberikan Kepala Kantor

    R.M. Agus Ekawidjaja pada waktu

    itu.

    Piter

    Ibu berusia 50 tahun ini memiliki semangat dan tanggung jawab kerja yang boleh

    diacungi jempol, tidak mau kalah dengan pegawai yang muda, ia bekerja diatas rata-

    rata. Mursidah tidak merasa terbebani jika harus masuk kantor pagi sebelum jam kerja

    atau sampai tengah malam kalau memang ada pekerjaan yang perlu diselesaikan,

    pokoknya siap 24 jam. Dia diterima sebagai pegawai Bea Cukai golongan satu pada

    tahun 1983 dari lulusan SMP, sekarang menjabat sebagai Kepala Subseksi Administrasi

    Manifest Penerimaan dan Jaminan di KPPBC TMP C Bontang.

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    27/64

    27Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    MINUMAN MENGANDUNG ETILALKOHOL

    Sinergi dan koordinasi antara

    KPPBC TMP C Tarakan dan Satuan

    Polisi Air (Satpolair) Polres Tarakan

    berhasil menggagalkan upaya

    pemasukan Minuman Mengandung

    Etil Alkohol (MMEA) ilegal berbagaimerek asal Malaysia ke dalam daerah

    pabean Indonesia. Penegahan

    tersebut dilakukan terhadap KM

    RENTAL di perairan Temanga,

    Bulungan Provinsi Kalimantan Utara

    pada hari Kamis, 22 Januari 2015

    sekitar pukul 10.00 WITA. Kapal

    tersebut mengangkut muatan

    barang impor berupa MMEA

    sebanyak 215 dus asal Tawau,

    Malaysia yang dimuat di perahu

    kecil dari perairan Sungai Bajau,Kabupaten Nunukan menuju Tanjung

    Selor tanpa dilengkapi daftar

    muatan kapal (manifest) dengan

    modus overshipment. Sampai

    dengan selesainya pemeriksaan oleh

    penyidik, nahkoda kapal tidak dapat

    menunjukan dokumen kepabeanan

    maupun dokumen yang sah dari

    institusi yang berwenang.

    Barang bukti berupa MMEA

    jenis Whisky berbagai merk itu

    rata-rata berkadar alkohol 30 hingga

    43 persen dengan total sebanyak3.360 botol. Terdiri dari merek Red

    Bull sebanyak 65 dus yang isinya

    keseluruhan berjumlah 780 botol

    @700ml dan 780 botol @175ml,

    merek Mountain Chevas sebanyak

    50 dus yang isi totalnya 600 botol

    @600ml, dan merek Labour 100

    dus yang total isinya mencapai

    1200 botol @500ml. Barang bukti

    tersebut sudah diamankan dan

    proses perkara sampai dengan

    PENEGAHAN BARANG

    LARANGAN PEMBATASAN OLEH

    BEA DAN CUKAI

    sekarang dalam tahap penyidikan

    oleh penyidik KPPBC TMP C Tarakan,

    sedangkan terhadap tersangka saatini dititipkan ke Lapas Kota Tarakan.

    Atas kegiatan dan kejadian

    tersebut, pelaku yang berinisial K

    dianggap melakukan pelanggaran

    tindak pidana penyelundupan di

    bidang impor yang diatur dalam

    pasal 102 huruf a UU Nomor 17 Tahun

    2006 tentang Perubahan UU No.10

    Tahun 1995 tentang kepabeanan

    dan diancam dengan penjara paling

    singkat 1 (satu) tahun dan pidana

    penjara paling lama 10 (sepuluh)

    tahun, dan pidana denda palingsedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh

    juta rupiah) dan paling banyak Rp

    5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

    Selain itu, pelaku juga melanggar

    Keputusan Menteri Perdagangan RI

    No. 20/M-DAG/per/4/2014 tentang

    Pengendalian dan Pengawasan

    Terhadap Pengadaan, Peredaran,

    dan Penjualan Minuman Beralkohol

    sebagaimana diubah dengan

    Keputusan Menteri Perdagangan RI

    nomor 72/M-DAG/PER/10/2014 Pasal

    5 ayat (1) yang mengatur bahwa

    “Pengadaan Minuman Beralkoholasal impor dilakukan oleh perusahaan

    yang telah memiliki penetapan

    sebagai IT-MB dari Menteri

    yang menyelenggarakan urusan

    pemerintah di bidang perdagangan”

    dan pasal 8 ayat (1) yang menyatakan

    “Alokasi Impor Minuman Beralkohol

    sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat

    (6) diberikan oleh Menteri IT-MB

    dalam bentuk persetujuan impor”.

    Dalam pasal 1 angka 4 Peraturan

    Menteri tersebut, disebutkan

    bahwa Importir Terdaftar MinumanBeralkohol adalah perusahaan yang

    mendapatkan penetapan untuk

    melakukan kegiatan Impor Minuman

    Beralkohol.

    BALPRESS

    Selasa, 24 Februari 2015

    Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

    Cukai Tipe B Pantoloan mengadakan

    press release terhadap tangkapan

    Seputar Bea Cukai

    27Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

  • 8/19/2019 wbc-edisi-maret-2015

    28/64

    28 Volume 47, Nomor 3, Maret 2015

    Seputar Bea Cukai

    balpress yang berhasil digagalkan

    pada awal tahun ini. Press release

    yang dibuka Kakanwil DJBC Sulawesi,

    Robert Leonard Marbun ini dihadiri

    oleh perwakilan dari Depperindag

    Sulawesi Tenggara, Kepolisian Palu,

    Kejaksaan Negeri Palu, dan Kasubdit

    Penindakan Direktorat P2 dari kantor

    pusat serta jajarannya.

    Operasi patroli laut Kanwil

    DJBC Sulawesi dengan Kapal

    Patroli BC 9005 berhasil melakukan

    penegahan di sekitar perairan

    laut Sulawesi terhadap KLM Putri

    Tanjung bebendera Indonesia yan