wawasan kemaritiman

12
Jumat, 28 November 2014 MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN Diposkan oleh septian suhardiansyah di 07.35 A. Wawasan Nusantara 1. Hakekat Wawasan Nusantara Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara. 2. Pengertian Wawasan Nusantara Menurut Prof.Dr. Wan Usman. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air nya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Dari berbagai pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan. B. Asas Wawasan Nusantara Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari: Kepentingan/Tujuan yang sama Keadilan Kejujuran Solidaritas Kerjasama Kesetiaan terhadap kesepakatan C. Unsur dasar Wawasan Nusantara 1. Wadah (Contour) Wadah kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. 2. Isi (Content)

Upload: cindraalimran

Post on 14-Jul-2016

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas wawasan kemaritiman

TRANSCRIPT

Page 1: wawasan kemaritiman

Jumat, 28 November 2014 MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN Diposkan oleh septian suhardiansyah di 07.35

A. Wawasan Nusantara

1. Hakekat Wawasan Nusantara

Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang selalu

utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan

bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk

produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

2. Pengertian Wawasan Nusantara

Menurut Prof.Dr. Wan Usman. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa

Indonesia mengenai diri dan tanah air nya sebagai Negara kepulauan dengan semua

aspek kehidupan yang beragam.

Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999. Wawasan Nusantara adalah cara pandang

dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang beragam dan

bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan

kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa dan

bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN. Wawasan

Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan

lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa,

dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Dari berbagai pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Wawasan Nusantara

adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan

mengutamakan persatuan dan kesatuan.

B. Asas Wawasan Nusantara

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan

diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk

bangsa Indonesia(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas

Wawasan Nusantara terdiri dari:

Kepentingan/Tujuan yang sama

Keadilan

Kejujuran

Solidaritas

Kerjasama

Kesetiaan terhadap kesepakatan

C. Unsur dasar Wawasan Nusantara

1. Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara meliputi seluruh

wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan

penduduk serta aneka ragam budaya.

2. Isi (Content)

Page 2: wawasan kemaritiman

Merupakan aspirasi bagsa yag berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan

nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal yaitu:

a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian

cita-cita dan tujuan nasional persatuan.

b. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan

nasional.

3. Tata Laku ( Conduct)

Hasil interasi antara wadah dan isi wawasan nusantara yang terdiri dari:

o Tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari

bangsa Indonesia .

o Tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan perbuatan dan perilaku dari bangsa

Indonesia.

D. Kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara

1. Kedudukan Wawasan Nusantara

a. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang

di yakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan

penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara structural dan fungsional

mewujudkan keterkaitan hierarkis piramida dan secara instrumental mendasari kehidupan

nasional yang berdimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari hirarkhi paradigma

nasional sbb:

Pancasila (dasar negara) => Landasan Idiil

UUD 1945 (Konstitusi negara) => Landasan Konstitusional

Wasantara (Visi bangsa) => Landasan Visional

Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) => Landasan Konsepsional

GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) => Landasan Operasional

2. Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-

rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi

penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia

dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan

kewrganegaraan diperguruan tinggi menjelaskan bahwa fungsi wawasan nusantara:

a. Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia

b.Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakkan dan strategi pembangunan

nasional.

3. Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasioanalisme yang tinggi disegala

aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasioanal dari

pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah (kepentingan

individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak

bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak.

Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan

kewrganegaraan diperguruan tinggi menjelaskan bahwa tujuan wawasan nusantara yaitu:

a. Tujuan ke dalam mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan nasional yaitu

aspek alamiah dan aspek social

Page 3: wawasan kemaritiman

b. Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang mengelilingi Indonesia ialah ikut

serta mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan keadilan

sosial dan perdamaian abadi

E. Sejarah Kemaritiman Indonesia

1. Catatan Penting Dalam Sejarah Maritim Indonesia

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang

sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim besar di

bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Wilayah laut Indonesia yang

merupakan dua pertiga wilayah Nusantara mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara

diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam

bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan

mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.

Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya,

Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan penguasaan de

facto daripada penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum. Namun, sejarah

telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan

masyarakat bahari. Akan tetapi, oleh penjajah kolonial, bangsa Indonesia didesak ke

darat, yang mengakibatkan menurunnya jiwa bahari. Nenek moyang bangsa Indonesia

telah memahami dan menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana un tuk menjamin

berbagai kepentingan antarbangsa, seperti perdagangan dan komunikasi.

Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-15 terdapat lima jaringan

perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan Teluk Bengal, yang

meliputi pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Lanka, Burma (Myanmar), serta pesisir

utara dan barat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan

perdagangan yang meliputi pesisir timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan Vietnam

Selatan. Jaringan ini juga dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan.

Keempat, jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro,

Cebu, Mindanao, dan pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan Laut

Jawa, yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir barat

Kalimantan, Jawa, dan bagian selatan Sumatera. Jaringan perdagangan ini berada di

bawah hegemoni Kerajaan Majapahit. Selain itu, banyak bukti prasejarah di pulau Muna,

Seram dan Arguni yang diperkirakan merupakan hasil budaya manusia sekitar tahun

10.000 sebelum masehi.

Bukti sejarah tersebut berupa gua yang dipenuhi lukisan perahu layar. Ada pula

peninggalan sejarah sebelum masehi berupa bekas kerajaan Marina yang didirikan peranta

u dari Nusantara yang ditemukan di wilayah Madagaskar. Tentu pengaruh dan kekuasaan

tersebut dapat diperoleh bangsa Indonesia waktu itu karena kemampuan membangun

kapal dan armada yang layak laut, bahkan mampu berlayar sampai lebih dari 4.000 mil.

Selain Sriwijaya dan bahkan sebelum Majapahit, Kerajaan Singosari juga memiliki

armada laut yang kuat dan mengadakan hubungan dagang secara intensif dengan wilayah

sekitarnya. Kita mengetahui strategi besar Majapahit mempersatukan wilayah Indonesia

melalui Sumpah Amukti Palapa dari Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit telah

banyak mengilhami pengembangan dan perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan

Bangsa Indonesia sebagai manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar. Sayangnya, setelah

mencapai kejayaan budaya bahari, Indonesia terus mengalami kemunduran, terutama se

telah masuknya VOC dan kekuasaan kolonial Belanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti

pada tahun 1755 antara Belanda dengan Raja Surakarta dan Yogyakarta mengakibatkan

kedua raja tersebut harus menyerahkan perdagangan hasil wilayahnya kepada Belanda.

Sejak itu, terjadi penurunan semangat dan jiwa bahari bangsa Indonesia, dan pergeseran

nilai budaya, dari budaya bahari ke budaya daratan. Namun demikian, budaya bahari

Page 4: wawasan kemaritiman

Indonesia tidak boleh hilang karena alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan terus

menginduks i, membentuk budaya bahari bangsa Indonesia.

Catatan penting sejarah maritim ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan

negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan aspek

budaya bahari bentukan secara alamiah oleh aspek-aspek alamiah Indonesia. Berkurangnya

budaya bahari lebih disebabkan berkurangnya perhatian Pemerintah terhadap

pembangunan maritim.

2. Menumbuhkan Kembali Kesadaran Bahari

Sesungguhnya, secara pemikiran dan ko nsepsi, Bangsa Indonesia sudah lama ingin

kembali ke laut. Pada ta hun 1957, Bangsa Indonesia mendeklarasikan Wawasan

Nusantara, yang memandang bahwa wilayah laut di antara pulau-pulau Indonesia sebagai

satu-kesatuan wilayah nusantara, sehingga wilayah laut tersebut merupakan satu keutuhan

dengan wilayah darat, udara, dasar laut dan tanah yang ada di bawahnya serta selu ruh

kekayaan yang terkandung di dalamnya sebagai kekayaan nasional yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Bung Karno saat pembukaan Lemhanas tahun 1965 mengatakan bahwa

"Geopolitical Destiny" dari Indonesia adalah maritim.

Melalui suatu perjuangan panjang dan bersejarah di forum internasional, pada tahun

1982, gagasan Negara Nusantara yang dipelopori Indonesia berhasil mendapat pengakuan

Internasional dalam kovensi PBB tentang hukum laut. Pada 18 Desember 1996 di Makassar,

Sulawesi Selatan, BJ Habibie sebagai Menristek membacakan pidato Presiden RI yang

dikenal dengan pembangunan “Benua Maritim Indonesia”. Selanjutnya pada tahun 1998

Presiden BJ Habibie mendeklarasikan visi pembangunan kelautan Indonesia dalam

“Deklarasi Bunaken”. Inti dari deklarasi tersebut adalah laut merupakan peluang, tantangan

dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia.

Seja k tahun 1999 Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan komitmennya terhadap

pembangunan kelautan. Komitmen pembangunan pemerintah di bidang kelautan,

diwujudkan dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut pada tanggal 26 Oktober

1999 dan menempatkan Sarwono Kusumaatmadja sebagai menteri pertama. Pada bulan

Desember nama departemen ini berubah menjadi Depart emen Eksplorasi Laut dan

Perikanan, dan sejak awal tahun 2001 berubah lagi menjadi Departemen Kelautan dan

Perikanan (DKP) hingga sekarang.

Demi menggemakan semangat pemban gunan nasional yang berdasarkan kelautan,

Presiden KH Abdurrahman Wahid mencanangkan 13 Desember sebagai Hari Nusantara

dan memperinga tinya untuk pertama kali di Istana Negara, Jakarta tahun 1999. Visi

pembangunan kelautan Gus Dur kemudian diteruskan oleh Presiden Megawati

Soekarnoputri, dengan menetapkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara

berdasarkan Keppres No. 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, dan menjadikan

tanggal tersebut sebagai hari resmi perayaan nasional. Kebijakan yang sangat penting di

bidang maritim yang dibuat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001 yaitu

dalam Seruan Sunda Kelapa menyatakan penerapan asas cabotage sebagai suatu keharusan.

Penerapan asas cabotage adalah kebijakan fundamental bagi pembangunan industri

maritim nasional. Dengan pencetusan kebijakan penerapan asas cabotage dengan Seru an

Sunda Kelapa tersebut, Pemerintah kemudian segera memulai penyusunan aturan

pelaksanaannya. Aturan pelaksanaannya berupa Inpres tentang Pengembangan Industri

Pelayaran Nasional yang akhirnya ditandatangani oleh oleh Presiden berikutnya yaitu

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupa Inpres No. 5 tahun 2005.

Namun penerapan Inpres ini berjalan sangat lamban, terutama karena dukungan

Kementerian Keuangan dalam hal kebijakan keuangan dan perpajakan untuk pengadaan,

pengoperasian dan pemeliharaan kapal. Dalam tataran strategik operasional, budaya

bahari bangsa Indonesia masih memprihatinkan, apalagi bila kita sependapat bahwa

budaya adalah semua hasil olah pikir, sikap dan peri laku masyarakat yang diyakini dan

Page 5: wawasan kemaritiman

dikembangkan bersama untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi,

mengembangkan kehidupan yang lebih layak, dan beradaptasi terhadap situasi lingkungan

hidup. Budaya bahari ba ngsa Indonesia belum tumbuh kembali, bukan saja di tengah

masyarakat, tetapi juga pada tataran pembuat kebijaksanaan sehingga Indonesia belum

mampu memanfaatkan kelautan sebagai sumber kesejahteraannnya. Kita perlu

mengembangkan kesadaran bahari Bangsa Indonesia, terutama de ngan menerapkan

kebijakan pembangunan maritim nasional berdasarkan konsepsi yang jelas sesuai aspek-

aspek alamiah (Tri Gatra) Indonesia.

Mengalir dari uraian di atas, tampak jelas bahwa Indonesia membutuhkan segera

adanya kebijakan pembangunan maritim nasional yang dimulai dengan perumusan

persepsi bangsa Indonesia dalam melihat pengaruh laut terhadap kehidupan politik,

ekonomi, sosial budaya, dan sistem pertahanan dan keamanan nasional.

3. Menegakkan Martabat Bangsa

Estimasi yang dikeluarkan oleh Dewa n Kelautan Indonesia (Dekin) ketikamasih

bernama Dewan Maritim Indonesia (DMI), melalui majalah internal Maritim Indonesia

edisi Juli 2007 menyebutkan bahwa laut Indonesia menyimpan potensi kekayaan yang

dapat dieksploitasi senilai 156.578.651. 400 US dollar per tahun. Jika dirupiahkan dengan

kurs Rp 9.300 per 1 dollar AS, angka itu setara dengan Rp 1.456 triliun. Walaupun

demikian, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional dinilai masih rendah. Pada

tahun 1998 sektor kelautan hanya menyumbang 20,06 persen terhadap PDB, itupun

sebagian besarnya atau 49,78 persen disumbangkan oleh subsektor pertambangan minyak

dan gas bumi di laut. Ini menunjukkan bahwa kekayaan laut Indonesia yang sangat besar

itu masih disia-siakan. Berbeda dengan negara maritim lain seperti RRC, AS, dan

Norwegia, yang sudah memanfaatkan laut sedemikian rupa hingga memberikan kontribusi

di atas 30 persen terhadap PDRB nasional mereka.

Dengan melihat kenyataan seperti ini, sudah saatnya Bangsa Indonesia

membangkitkan kembali kesadaran bahwa laut harus dipandang sebagai kesatuan wilayah

dan sumber kehidupan, media perhubungan utama, wahana untuk merebut pengaruh

politik dan wilayah pertahanan penyanggah utama. Kedudukan Indonesia pada posisi

silang perdagangan dan memiliki 4 dari 9 Sea Lines of Communication dunia

mengakibatkan Indonesia mempunyai kewajiban yang sangat besar untuk menjamin

keselamatan dan keamanan pelayaran internasional di Selat Malaka / Singapura dan 3 Alur

Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia belum mempunyai kemampuan pertahanan

dan keamanan laut yang memadai untuk hal tersebut, apalagi untuk menjaga kedaulatan

di seluruh wila yah laut yurisdiksinya. Sepanjang berkaitan dengan kebijakan pertahanan

nasional, pada dasarnya Indonesia adalah negara yang cinta damai dan tidak memiliki

ambisi untuk menguasai negara atau wilayah ba ngsa lain. Akan tetapi, Indonesia memiliki

pulau-pulau yang jauh terutama di Laut Natuna dan Sulawesi, dan masih ada wilayah

perbatasan yang belum ditetapkan serta wilayah dengan potensi sengketa. Oleh karena itu,

Indonesia harus tetap mewaspadai adanya kemungkinan kontingensi. Indonesia harus

memiliki kesiagaan dan kemampuan untuk dapat mengendalikan lautnya dan

memproyeksikan kekuatannya melalui laut dalam rangka memelihara stabilita s dan

integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagi suatu Negara dengan kekuatan ekonomi yang terus berkembang, kelanjutan

kemajuan Indonesia akan makin bergantung pada perdagangan dan angkutan laut dan

ketersediaan energi, serta pada ekploitasi sumber daya laut dan bawah laut serta

membangun industri maritim yang tangguh. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa

Indonesia memiliki kepentingan nasional yang sangat besar di laut. Sebagai hal yang me

ndasari kepentingan Indonesia di laut, Indonesia harus memiliki kemerdekaan atau

Page 6: wawasan kemaritiman

kebebasan menggunakan laut wilayahnya untuk memperjuangkan tujuan nasionalnya,

serta mempunyai strategi untuk menjaga kepentingan maritimnya dalam segala situasi.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Indonesia sudah memiliki kemampuan

untuk memanfaatkan lautnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan kepentingan

masyarakat internasional? Rasanya masih jauh panggang dari api. Jangankan memiliki

kemampuan maritim yang memadai, usaha-usaha ke arah itupun belum tampak jelas.

Bahkan Indonesia belum secara tegas menyatakan kepentingan nasionalnya di laut dan

belum menetapkan National Ocean Policy. Pada dasarnya ada tiga kepentingan nasional

Indonesia di laut yaitu:

1. Memelihara keselamatan dan keamanan serta mempertahankan kepentingan Indonesia di

dan lewat laut.

2. Membangun dan mengembangkan Ekonomi Maritim untuk memperkuat pembangunan

ekonomi nasional.

3. Menjamin kelestarian marine mega biodiversity dan lingkungan laut.

Martabat bangsa memerlukan kekuatan ekonomi dan pertahanan. Industri maritim

mempunyai potensi yang sangat besar. Oleh karenanya apabila dikelola dengan baik dan

benar, potensi maritim dapat menjadi salah satu pilar ekonomi nasional yang kompetitif,

sedangkan pengelolaan yang baik dan benar sangat ditentukan oleh konsepsi

pembangunan maritim, mulai dari persepsi, misi, kebijakan dan strategi yang tepat.

4. Mempertahankan Kepentingan Nasional Di Laut

Dalam kepentingan menjaga keselamatan, keamanan dan pertahanan Negara di laut,

TNI AL sebagai tulang punggung upaya pertahanan dan keamanan di laut masih belum

memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan penguasaan laut di bawah

yurisdiksi nasional. Kasus Ambalat dan yang terakhir, penangkapan petugas Dina s

Perikanan dan Kelautan Propinsi Kepulauan Riau oleh Polisi Laut Diraja Malaysia hanyalah

beberapa contoh, bagaimana resiko yang harus diterima bila Indonesia tidak memiliki

armada perang yang kuat dan kemampuan pengamanan laut yang handal. Dari kebutuhan

sekitar 300 kapal kombatan, TNI AL hanya memiliki sekitar 130 kapal dengan komposisi

dan kemampuan yang dirasa belum memadai. Kekuatan TNI AL tertinggal dari negara-

negara tetangga, terutama dari sisi teknologi, karena masih mengandalkan kapal-kapal tua.

Thailand saja memiliki kapal induk, sedangkan kapal kombatan Indonesia masih terbatas

sampai jenis Korvet. Pembangunan TNI AL pun seharusnya lebih bersifat outward

looking, yaitu berdasarkan kebutuhan pengendalian laut nasional sampai ke batas wilayah

Zona Ekonomi Eksklusif, bukan hanya untuk mendukung pertahanan di darat. Kita perlu

mempertimbangkan strategi pertahanan yang bersifat deterrent dan denial. Kalau musuh

bisa ditangkal dan dicegah di laut, kita tidak perlu berperang di darat. Sebagai contoh,

Singapura menganut doktrin pertahanan forward defence, yang jelas bersifat offensive .

Selain itu, sesuai dengan UNCLOS 1982, kewenangan penegakan hukum di laut oleh kapal

pemerintah atau government ship masih lemah karena tersebar pada beberapa instansi.

Maritime security arrangement Indonesia perlu ditata kembali agar lebih efisien

dengan membentuk Indonesian Sea and Coast Guard, sebagai single agency dengan multi

task yang memiliki kemampuan penegakan hukum di laut yang mumpuni, serta

memperkuat kemampuan dan posisi TNI-AL yang memiliki fungsi diplomasi, polisional dan

militer. Kepentingan mengamankan kegiatan ekonomi dan kedaulatan di laut yurisdiksi

Indonesia yang sangat luas membutuhkan sistem yang profesional, efektif dan efisien.

Contohnya, kewenangan menegakkan hukum di laut tersebar di 13 instansi.

5. Membangun Ekonomi Maritim

Page 7: wawasan kemaritiman

Dari sisi pembangunan ekonomi maritim, Indonesia juga masih menghadapi banyak

kendala. Sektor perhubungan laut yang dapat menjadi multiplier effect karena

perkembangannya akan diikuti oleh pembangunan dan pengembangan industri dan jasa

maritim lainnya masih dikuasai oleh kapal niaga asing. Azas cabotage seperti yang

diamanatkan oleh UU RI No: 17/2008 tentang Pelayaran masih perlu diperjuangkan agar

dapat diterapkan dengan baik. Kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya kapasitas

kapal nasional, sedangkan pembangunan kapal baru diha dang oleh tidak adanya

keringanan pajak dan sulitnya kredit serta tingginya bunga kredit untuk usaha di bidang

maritim mengingat usaha jenis ini memiliki tingkat resiko tinggi dan slow yielding. Untuk

angkutan domestik, armada nasional baru mampu mengangkut sekitar 60 persen. Peranan

armada nasional dalam angkutan laut internasional baik ekspor maupun impor

menunjukkan kenyataan yang lebih memprihatinkan, karena pemberlakuan prinsip Freight

on Board (FoB), bukan Cost and Freight (CnF). Dari ekspor dan impor nasional, armada

Indonesia hanya kebagian jatah sekitar 10 persen, mengakibatkan kerugian devisa sebesar

40 miliar USD, Kita juga masih prihatin terhadap kondisi pelabuhan nasional yang belum

tertata secara konseptual tentang pelabuhan utama ekspor-impor dan pengumpan.

Selain itu, keamanan dan efisiensi pelabuhan Indonesia masih diragukan, terutama

bila dihadapkan pada pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety (ISPS)

Code. Kecelakaan laut yang menimpa angkutan antar pulau yang memakan korban jiwa

yang besar masih terus terjadi, mengingat kapal yang digunakan adalah kapal tua, tidak

dilengkapi peralatan keselamatan, bahkan tidak layak laut. Sisi lain dari laut yang

memberikan peluang kesejahteraan dan kemakmuran, sekaligus buah pertikaian pada masa

depan adalah sumber daya laut dan bawah laut. Indonesia mem iliki Zona Ekonomi

Eksklusif yang terbentang seluas 2,7 juta km persegi dan keberhasilan untuk

mengekploitasi wilayah ini dapat membantu mengangkat Indonesia keluar dari

keterbelakangan ekonomi.

Namun disadari bahwa Indonesia kekurangan kemampuan teknologi untuk

memanfaatkan kekayaan bawah lautnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya survey,

research dan sumber daya manusia di bidang maritim. Indonesia bahkan masih mengalami

kesulitan untuk memanfaatkan wilayah lautnya yang kaya dengan sumber daya perikanan.

Illegal, Unregulated and Unreported fishing masih terjadi secara luas, karena Indonesia

belum mampu memperkuat armada perikanan nasional dan belum mampu mengawasi

dan mengendalikan lautnya secara optimal.

6. Menjamin Kelestarian Lingkungan Laut

Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk menjaga kelestarian lingkungan laut

dan marine mega biodiversity nya. Indonesia memiliki lebih dari 80,000 km persegi

daerah terumbu karang at au sekitar 14 persen terumbu karang dunia. Bersama Phillipina

dan Papua New Guinea, wilayah Indonesia merupakan 35% wilayah terumbu karang

dunia, menjadikan wilayah ini sebagai wilayah prioritas untuk memelihara kelestarian

marine biodiversity di Asia-Pasifik yang dikenal sebagai “Coral Triangle”. Terdapat

hutan bakau seluas 2,5 juta hektar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Papua. Hutan bakau antara lain berfungsi sebagai daerah pembiakan, pembesaran dan

mencari makan bagi ikan, udang dan organisme laut lain, serta melindungi pantai dari

abrasi dan erosi. Rumput laut juga tumbuh di banyak pantai di Indonesia.

Dalam kenyataannya, Indonesia meng alami degradasi lingkungan laut yang sangat

serius, yang juga mengancam kelangsungan kehidupan mega biodiversity di Asia-Pasifik.

Dalam 50 tahu n terakhir, kerusakan terumbu karang meningkat dari sekitar 10% menjadi

50%. Hutan bakau di Indonesia juga berkurang dengan cepat karena pembanguna n

fasilitas pantai dan tambak liar. Tanpa upaya yang cepat dan serius maka seluruh terumbu

karang Indonesia akan lenyap dalam 20 sampai 40 tahun. Dapat dibayangkan apa yang

Page 8: wawasan kemaritiman

akan terjadi dengan industri perikanan dan kelautan serta wisata bahari di Indonesia.

Penyebab utama kerusakan karang dan lingkungan laut adalah penangkapan ikan yang

merusak, pengembangan wila yah pantai yang tidak terkendali dan sedimentasi serta

polusi.

Cukup jelas bahwa pembangunan kelautan harus dilaksanakan secara berkelanjutan

(sustainable). Perusakan dan pencemaran lingkungan laut dan pantai akan sangat

merugikan usaha perikanan dan pariwisata bahari yang memiliki potensi ekonomi yang

sangat besar.

F. ASPEK-ASPEK WAWASAN KEMARITIMAN

1. Aspek Sosial Budaya

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau

dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat).

Budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah

segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang

mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, moral, pengetahuan, hukum,

kepercayaan, adat istiadat, & ilmu.

Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan

budi nuraninya dalam kehidupan bermasyarakat Secara sederhana kebuadayaan dapat

diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari

buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin

Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan

hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan

belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang

dilakukan manusia memerlukan belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.

Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi kebudayaan sebagai

keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,

dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta

kebiasaankebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari

lingkungannya (culture is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu

yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan

merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun

sosial, maka bisa disebut budaya.

a. Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan

upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa,

kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh

unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.

b. Pengaruh Pada aspek Sosial Budaya

Istilah sosial budaya mencakup dua segi utama kehidupan bersama manusia yaitu segi

sosial dimana manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerjasama dengan

manusia lainnya. Sementara itu, segi budaya merupakan keseluruhan tata nilai dan cara

hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang

terlembagakan. Pengertian sosial pada hakekatnya adalah pergaulan hidup manusia dalam

bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan dan

solidaritas yang merupakan unsur pemersatu. Adapun hakekat budaya adalah sistem nilai

Page 9: wawasan kemaritiman

yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan

gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.

Dengan demikian, kebudayaan merupakan seluruh cara hidup suatu masyarakat yang

manifestasinya dalam tingkah laku dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari dari berbagai

sumber. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan alam,

lingkungan psikologis dan lingkungan sejarah.

c. Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya

Ketahanan di bidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi

keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan

nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan

tantangan baik yang datang dari d’alam maupun dari luar yang langsung maupun tidak

langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Wujud ketahanan sosial

budaya nasional tercermin dalam kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian

nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan membentuk dan

mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia. Esensi

pengaturan dan penyelenggaran kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia adalah

pengembangan kondisi sosial budaya dimana setiap warga masyarakat dapat

merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya yang dilandasi nilai-nilai

Pancasila.

2. Aspek Sosial Ekonomi

a. Sisi Rencana Pembangunan Nasional, Analisis manfaat proyek ditinjau dari sisi ini

dimaksudkan agar proyek dapat:

Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Menggunakan sumber daya lokal.

Menghasilkan dan menghemat devisa.

Menumbuhkan industri lain.

Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan.

Menambah pendapatan nasional.

b. Sisi Distribusi Nilai Tambah

Yaitu agar proyek yang akan dibangun memiliki nilai tambah. Nilai tambah hendaknya

dapat dihitung secara kuantitatif. Dalam perhitungan tersebut, agar lebih mudah dapat

diasumsikan bahwa proyek berproduksi dengan kapasitas normal. Setelah nilai tambah

tersebut diketahui besarnya, maka nilai ini selanjutnya dapat didistribusikan. Hendaknya

perhitungan-perhitungan tersebut dilakukan secara jelas.

c. Sisi Nilai Investasi Per Tenaga Kerja

Penilaian berikutnya adalah bahwa proyek mampu meningkatkan kesempatan kerja.

Salah satu cara mengukur proyek padat modal atau padat karya adalah dengan membagi

jumlah investasi (modal tetap + modal kerja) dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat

sehingga didapat nilai investasi per tenaga kerja. Untuk proyek perluasan, perhitungan nilai

investasi merupakan jumlah investasi sebelum dan sesudah investasi. Sayangnya, modal ini

berpatokan pada nilai rupiah tertentu, misalnya proyek bisnis dengan nilai lebih besar dari

X Rupiah adalah padat modal, dan selain itu berarti padat karya.

Adapun hambatan pembangunan yang terjadi di Bidang Ekonomi yaitu:

1. Iklim tropis

Iklim tropis menyebabkan terjadinya lingkungan kerja yang panas dan lembab

sehingga menurunkan usaha atau gairah kerja manusia, banyak muncul penyakit, serta

membuat pertanian kurang menguntungkan.

Page 10: wawasan kemaritiman

2. Produktivitas rendah

Produktivitas rendah ini disebabkan oleh kualitas manusia dan sumber alam yang

relatif kurang menguntungkan.

3. Kapital sedikit

Disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja yang berakibat kepada

rendahnya pendapatan negara, sehingga tabungan sebagai sumber kapital juga rendah.

4. Nilai perdagangan luar negeri

Ini disebabkan negara miskin mengandalkan ekspor bahan mentah yang mempunyai

elastisitas permintaan atas perubahan harga yang inelastis.

5. Besarnya pengangguran

Ini disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang pindah dari desa ke kota dan

kota tidak mampu menampung tenaga mereka karena kurangnya faktor produksi lain

untuk mengimbanginya sehingga terjadilah pengangguran itu.

6. Besarnya ketimpangan distribusi pendapatan

Misalnya keuntungan lebih banyak dimiliki oleh sebagian kecil golongan tertentu saja.

7. Tekanan penduduk yang berat

Hal ini disebabkan karena antara lain naiknya rata-rata umur manusia dibarengi

dengan masih besarnya persentase kenaikan jumlah penduduk yang makin lama makin

membebani sumber daya lain untuk memenuhi kebutuhan hidup.

8. Penggunaan tanah yang produktivitas rendah

Hal ini disebabkan karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama, di

samping itu juga, kualitas alat-alat produksi, pupuk, teknik pengolahan tanah juga masih

relatif rendah.

3. Aspek Sosial Politik

Politik berasal dari kata politics dan atau policy artinya berbicara politik akan

mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) atau juga kebijaksanaan. Pemahaman itu

berlaku di Indonesia dengan tidak memisahkan antara politics dan policy sehingga kita

menganut satu paham yaitu politik. Hubungan tersebut tercermin dalam fungsi

pemerintahan negara sebagai penentu kebijaksanaan serta aspirasi dan tuntutan masyarakat

sebagai tujuan yang ingin diwujudkan sehingga kebijaksanaan pemerintahan negara itu

haruslah serasi dan selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat.

Politics di Indonesia harus dapat dilihat dalam konteks Ketahanan Nasional ini yang

meliputi dua bagian utama yaitu politik dalam negeri dan politik luar negeri.

a. Politik Dalam Negeri

Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi

masyarakat dalam satu sistem, yang unsur-unsurnya terdiri dari :

Struktur Politik

Merupakan wadah penyaluran pengambilan berupa kepentingan masyarakat dan

sekaligus wadah dalam menjaring/pengkaderan pimpinan nasional.

Proses Politik

Merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai kepentingan

politik maupun kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan

kepemimpinan, yang puncaknya terselenggara dalam pemilu.

Budaya Politik

Merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara sadar dan rasional baik

Page 11: wawasan kemaritiman

melalui pendidikan politik maupun kegiatan-kegiatan politik yang sesuai dengan disiplin

nasional.

Komunikasi Politik

Merupakan suatu hubungan timbal balik antar berbagai kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara baik rakyat sebagai sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-

pimpinan nasional.

b. Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam

pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia berlandaskan pada Pembukaan UUD

1945 yakni melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial serta anti penjajahan karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan.

Politik luar negari merupakan proyeksi kepentingan nasional kedalam kehidupan antar

bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila sebagai tuntutan moral dan etika, politik luar

negeri Indonesia diabadikan kepada kepentingan nasional terutama untuk pembangunan

nasional. Dengan demikian politik luar negeri merupakan bagian intergral dari strategi

nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan nasional.

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas dalam pengertian bahwa

Indonesia tidak memeihak kepada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai

dengan kepribadian bangsa.

Aktif dalam pengertian tidak bersifat reaktif dan tidak menjadi objek percaturan

internasional, tetapi berperan serta atas dasar cita-cita bangsa yang tercermin dalam

Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. heterogenitas kepentingan bangsa-bangsa di dunia

maka politik luar negeri harus bersifat kenyal dalam arti bersikap moderat dalam hal yang

kurang prinsipil maupun tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar seperti yang

ditentukan dalam Pembukaan UUD 1945. Dinamika perubahan-perubahan hubungan antar

bangsa yang cepat dan tidak menentu di dunia maka dibutuhkan kelincahan dalam arti

kemampuan penyesuaian yang tinggi dan cepat untuk menanggapi dan menghadapinya

demi kepentingan nasional.

c. Ketahanan Pada Aspek Politik

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik

bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan,

gangguan, ancaman dan hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam negeri yang

langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan

negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

1. Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri

Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan yang bersifat

absolut, kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai

penjelmaan seluruh rakyat.

Mekanisme politik yang memungkikan adanya perbedaan pendapat, namun perbedaaan

itu tidak menyangkut nilai dasar sehingga tidak antagonistis yang dapat menjurus pada

konflik fisik. Disamping itu harus dicegah timbulnya diktator mayoritas dan tirani

minoritas.

Page 12: wawasan kemaritiman

Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam

masyarakat, dengan tetap dalam lingkup Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

Terjalin komunikasi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat dan antar

kelompok/golongan dalam masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasional dan

kepentingan nasional.

2. Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri

Hubungan luar negeri ditujukan untuk lebih meningkatkan kerjasama internasional di

berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan, meningkatkan citra positif Indonesia di

luar negeri, memantapkan persatuan bangsa dan keutuhan NKRI.

Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan

persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan atau dengan negara maju sesuai

dengan kemampuan dan demi kepentingan nasional. Peranan Indonesia dalam membina

dan mempererat persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang saling menguntungkan

perlu terus diperluas dan ditingkatkan.

Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain melalui promosi,

peningkatan diplomasi dan lobi internasional, pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa

serta kegiatan olah raga.

Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji denga seksama agar

secara dini dapat diperkirakan terjadinya dampak negatif yang dapat mempengaruhi

stabitlitas nasional serta menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan

nasional.

Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil ketimpangan dan ketidakadilan

dengan negara industri maju perlu ditingkatkan dengan melaksanakan perjanjian

perdagangan internasioal serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan

internasional.

Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui penggalangan dan

pemupukan solidaritas dan kesamaan sikap serta kerjasama internasional dengan

memanfaatkan berbagai forum regional dan global.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu dilaksanakan dengan pembenahan secara

menyeluruh terhadap sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan calon diplomat agar

dapat menjawab tantangan tugas yang dihada[inya. Disamping itu, perlu ditingkatkan

aspek-aspek kelembagaan dan sarana penunjang lainnya.

Perjuangan bangsa Indoesia di dunia yang menyangkut kepentingan nasionan seperti

melindung kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan hak-hak

warga negara Indonesi di luar negeri perlu ditingkakan.