wasbang kelompok hits

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari Tugas ini adalah: 1. Bagaimana peran fungsi palang pintu otomatis perlintasan kereta api? 2. Bagaimana kelayakan palang pintu otomatis perlintasan kereta api yang dibangun resmi PT.KAI? 3. Peran fungsi penjaga perlintasan kereta api yang tidak memiliki palang pintu otomatis. 1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa pentingnya kelayakan palang pintu otomatis perlintasan kereta api sesuai dengan undang- undang no.23 tahun 2007. 2. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat umum tentang bagaimana tugas yang arus dikerjakan oleh penjaga palang pintu rel manual. 1.4 Metode Metode yang kami gunakan untuk menyusun makalah ini dengan: 1. Observasi lapangan secara langsung dengan mendatangi beberapa palang pintu otomatis yang resmi maupun tidak resmi. 2. Studi pustaka melalui berbagai sumber. 1

Upload: rizka-masruuro

Post on 26-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Wasbang Kelompok Hits

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dari Tugas ini adalah:1. Bagaimana peran fungsi palang pintu otomatis perlintasan kereta api?2. Bagaimana kelayakan palang pintu otomatis perlintasan kereta api yang dibangun resmi PT.KAI?3. Peran fungsi penjaga perlintasan kereta api yang tidak memiliki palang pintu otomatis.

1.3 TujuanTujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:1. Untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa pentingnya kelayakan palang pintu otomatis perlintasan kereta api sesuai dengan undang-undang no.23 tahun 2007.2. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat umum tentang bagaimana tugas yang arus dikerjakan oleh penjaga palang pintu rel manual.

1.4 MetodeMetode yang kami gunakan untuk menyusun makalah ini dengan:1. Observasi lapangan secara langsung dengan mendatangi beberapa palang pintu otomatis yang resmi maupun tidak resmi. 2. Studi pustaka melalui berbagai sumber.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Cara Kerja dan Pengertian Palang Pintu Otomatis Rel Kereta ApiPintu rel kereta api otomatis merupakan suatu otomatisasi yang diterapkan pada jalur transportasi Kereta Api guna menutup pintu jalan yang membatasi atau menghentikan jalur lalu lintas agar kendaraan berhenti sementara untuk mendahulukan kereta api yang akan lewat.Aplikasi ini hanyalah sebuah prototype kecil yang menggambarkan sebuah aplikasi untuk palang pintu rel kereta api yang dapat berjalan secara otomatis, dibandingkan penerapan sesungguhnya aplikasi ini mungkin masih jauh sekali dari kejadian sebenarnya, akan tetapi aplikasi ini mungkin dapat sebagai dasar dari palang pintu rel kereta api yang dapat berjalan secara otomatisOtak dari aplikasi pintu rel kereta api otomatis adalah mikrokontroller AT89S51, Mikrokontroler ini yang akan mengendalikan semua jalannya system yang terdapat pada pintu rel kereta api otomatis. Yaitu mengendalikan masukan system yang berupa sensor-sensor, mengendalikan pergerakan motor stepper sebagai penggerak pintu dan pembangkit pulsa 300 Hz, 500 Hz yang dimanfaatkan sebagai Sirine.

System kerja dari Pintu Rel Kereta Api Otomatis mempunyai empat buah mode system kerja yang tersusun berdasarkan keadaan atau situasi jalan pada saat itu:1. Proses Mendeteksi Kereta ApiJalanya penutupan pintu kereta api. Cara kerjanya adalah pada kondisi system normal yaitu kondisi dimana sensor 1 dan sensor 2 (bertugas untuk mendeteksi kereta api yang lewat), tidak mendeteksi keberadaan kereta atau objek yang menutupi sensor.pada saat normal sensor dengan terus menerus melihat/mendeteksi keberadaan objek yang melewatinya, sehingga sensor yang lainnya tidak diaktifkan.Apabila salah satu sensor mendeteksi suatu objek. Maka system akan mencatatnya sebagai data masukan dengan prioritas-prioritas, system akan langsung memilih keberadaan dari obyek tersebut dengan cara mengaktifkan timer, apabila suatu obyek tersebut menutupi sensor selama kurang dari 3 detik maka dianggap oleh system tersebut tidak berguna atau dianggap obyek tersebut bukan kereta api. Tapi apabila obyek tersebut menutupi sensor selama lebih dari 3 detik maka system akan mendeteksi bahwa obyek tersebut adalah kereta api.Cara kerja dari sensor 1 dan sensor 2 mempunyai cara kerja yang sama hanya perbedaannya adalah apabila sensor 1 yang mendeteksi maka menandakan bahwa kereta api berasal dari arah kanan menuju kekiri. Begitu juga sebaliknya pada sensor 2 .

2. Proses Penutupan Palang PintuSetelah sensor 1 atau sensor 2 mendeteksi keberadaan kereta api, maka system akan langsung mengaktifkan sensor 4 dan sensor 5 yang berfungsi untuk mendeteksi kendaraan yang ada pada jalur lalulintas. Sistem kerja dari sensor 4 dan sensor 5 hampir mirip dengan sensor yang untuk mendeteksi keberadaan kereta api, yaitu dengan syarat-syarat waktu yang harus dilaluinya.Apabila salah satu sensor mendeteksi keberadaan suatu obyek, yang berarti terdapatnya mobil/sepeda motor/kendaraan lainya, maka system selanjutnya akan menutup pintu rel kereta api hanya pada sudut 45 derajat, dan selanjutnya system akan melihat sensor 4 dan sensor 5 kembali, untuk memastikan mobil tersebut berasal atau dari arah mana (atas atau bawah).Apabila yang mendeteksi suatu obyek kendaraan adalah sensor 4 maka hal ini menunjukkan bahwa kendaraan bergerak dari arah atas menuju ke bawah. Begitu pula sebaliknya pada sensor 5.Setelah pergerakan obyek kendaraan diketahui, maka system akan mengerjakan penutupan secara satu persatu. Misalkan yang mendeteksi obyek adalah sensor 4, hal ini berarti kendaraan lewat dari atas menuju kebawah, maka system akan menutup secara keseluruhan pintu hanya pada pintu 2 dengan pergerakan pintu ditambah dengan 45 derajat lagi, sementra pintu 2 akan diam sampai pada sensor 4 tidak mendeteksi lagi keberadaan suatu obyek. Setelah sensor 4 tidak lagi mendeteksi suatu kendaraan, maka pintu 2 akan langsung ditutup lebih lanjut dengan menggerakkan pintu sebanyak 45 derajat.Setelah semua pintu rel kereta api sudah sepenuhnya menutup. Tugas system selanjutnya adalah mengeluarkan kendaraan yang masuk tadi dengan jalan mengaktifkan sensor 3. apabila sensor 3 sudah mendeteksi keberadaan kendaraan tersebut maka pintu 1 akan membuka 45 derajat agar kendaraan bisa keluar. Selanjutnya sensor 5 diaktifkan kembali untuk mendeteksi kendaraan tersebut sudah melewati sensor tersebut apa belum. Apabila sensor 5 sudah mendeteksi dan sudah dianggap melewatinya. Maka pintu 1 yang tadi dibuka 45 derajat ditutup kembali sebanyak 45 derajat lagi. Hal ini system sudah menganggap bahwa didalam jalur kereta api yang berseberangan dengan jalur lalu lintas sudah tidak ada lagi kendaraan yang ada didalamnya.3. Proses Pembukaan Palang PintuPenjelasan cara kerja sistem Palang Pintu Rel Kereta Api Otomatis diatas adalah proses pendeteksi keberadaan kereta api dan proses penutupan pintu rel kereta api dengan melihat kondisi sekitarnya.Untuk proses pembukaan pintu rel kereta api adalah sistem mengaktifkan sensor tiga yang diletakkan melintang antara jalur lalu lintas dengan jalur kereta. Sensor menunggu adanya obyek kereta yang melewatinya, setelah sensor mendeteksi keberadaan kereta dengan syarat-syarat seperti diatas, maka pintu belum langsung dibuka. Sensor 3 akan menunggu sampai tidak adanya suatu obyek yang mengahalanginya. Setelah sensor tidak terhalang lagi oleh suatu obyek/kereta maka system akan menunggu waktu dengan mengaktifkan timer sampai lima detik.Disamping menunggu waktu lima detik, system juga melihat kembali sensor 3, apabila sensor tiga mendapatkan suatu obyek kembali atau mendapatkan persambungan kereta antar gerbong, maka sensor akan menunggu lagi sampai tidak terhalang kembali dan timer penunda waktu lima detik diaktifkan kembali dari awal. Sampai seterusnya apabila sensor 3 mendeteksi lagi.Apabila sensor tiga sudah tidak mendeteksi suatu obyek/kereta pada waktu lebih dari lima detik, maka pintu rel kereta api secara serempak dibuka sepenuhnya sampai pintu dalam keadaan normal.4. Proses Kembali Normal SistemProses kembali normalnya system adalah proses dimana keseluruhan urutan perintah-perintah sistem kembali ke mode awal yaitu mode dimana system hanya mengaktifkan sensor 1 dan sensor 2 guna mendeteksi keberadaan kereta api.Urutan proses-proses diatas merupakan proses berjalanya system Pintu Rel Kereta Api Otomatis dari proses penutupan sampai proses pembukaan kembali pintu rel kereta. Namun setelah proses-proses tersebut, sistem belumlah kembali ke kondisi normal.Untuk memulihkan kondisi system pada kondisi awal. System mengaktifkan sensor 1 dan sensor 2 kembali. Hal ini berfungsi agar system mengetahui apakah kereta yang baru melewati pintu rel kereta api sudah keluar dari daerah pendeteksian system apa belum. Jadi cara kerja sensor1 dan sensor 2 menunggu kereta melewatinya . apabila sensor mendeteksi dengan syarat-syarat seperti pada sensor 3 yaitu mendeteksi dengan menunggu obyek tidak menutupi sensor lagi dan mengaktifkan timer selam 5 detik.Setelah obyek tidak menutupi lagi dan waktu 5 detik sudah dipenuhimaka system akan mereset ke kondisi awal atau kondisi normal dengan menandakan bunti alaram dua kali.Setelah proses ini maka system secara keseluruhan akan normal kembali, dan terjadi pengulangan kejadian-kejadian yang tersebut diatas secara terus menerus.Kemungkinan-kemungkinan lain yang dihadapi oleh system akan dikembangkan lebih lanjut lagi, seperti menghitung kecepatan kereta dan penutupan yang harus dilakukan berdasarkan waktu yang ditentukan dan lain-lain.

2.2 Undang-Undang yang Mengatur PerkeretaapianUndang-undang no.23 tahun 2007 pasal 91:(1) Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang. (2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.Undang-undang no.23 tahun 2007 pasal 94: (1) Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan, perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin harus ditutup. (2) Penutupan perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah

BAB IIIPEMBAHASAN DAN ANALISA

3.1 Palang Otomatis Resmi Perlintasan kereta api (KA) menjadi titik rawan kecelakaan lalu lintas. Pada perpotongan antara jalan rel dengan jalan KA terjadi pertemuan antara kendaraan jalan raya dengan KA yang sama-sama berkepentingan untuk melintas dengan selamat. Pada titik rawan itu terjadi konflik kepentingan, siapa dulu yang melintas, KA atau kendaraan jalan raya. Untuk menghindari konflik itu maka diterbitkan Undang undang Nomor. 23 Tahun 2007 tengang perkeretaapian, salah satu pasalnya mengatur perlintasan KA.

Dalam undang-undang Nomor. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 124 diatur, pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api. Pertimbangan memberikan prioritas kepada KA karena berat dan panjangnya rangkaian KA, sehingga tidak mudah diberhentikan. Sedangkan kendaraann jalan raya lebih ringan dan mudah diberhentikan diatur melintas setelah KA lewat. KA mendapat prioritas melintas terhadap semua kendaraan, meskipun mobil presiden, ambulance kalau KA akan melintas, sopir tidak boleh melintas, mobil harus berhenti.

Saat ini perlintasan KA di Jawa dan Sumatera berjumlah sekitar 12.500. Perlintasan ada yang dilengkapi palang pintu dijaga petugas maupun tanpa palang pintu dan tanpa penjaga. Sedangkan jumlah perlintasan KA di wilayah Banten dan Jabodetabek yang dijaga 177 tidak dijaga 160 perlintasan. Dari 177 perlintasan yang dijaga 162 dijaga PT. KAI dan 15 dijaga pihak ketiga, oleh Pemda dan swasta. (Direktorat Keselamatan Kemenhub-2014).

Idealnya, sesuai Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, seperti tercantum dalam pasal 91, setiap perpotongan antara jalur KA dengan kendaraan jalan raya harus dibuat tidak sebidang. Jalan raya naik dibuat flyover atau turun dengan dibuat terowonga atau underpass. Ketentuan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena membangun fleyover dan underpass memerlukan tanah yang luas dan biaya besar.

Meskipun biayanya besar namun kemanfaatanya abadi sepanjang ada KA di bumi. Meskipun pembangunanya mahal, namun bila dihitung secara matematis lebih murah karena perlintasan sebidang selain dilengkapi perangkat pengamanan perlintasan, harus pula dijaga 4 orang petugas selama 24 jam. Dalam jangka panjang pembangunan flyover dan underpass lebih murah dan terbebas dari kecelakaan lalunlintas di perlintasan. Sedangkan pada perlintasan sebidang, kecelakaan masih sangat mungkin.Karena upaya pembangunan flyover dan underpass lebih lambat dibanding perkembangan jumlah kendaraan, maka perlintasan KA semakin padat. Perkembangan jumlah mobil dan sepeda motor tidak terbendung karena produsen prosktif dengan model-model terbaru dan kemudahan kredit kendaraan. Selain membebani jalan raya, banyaknya kendaraan bermotor juga membebani perlintasan sebidang yang berarti juga membebani petugas penjaga perlintasan.Frekuensi perjalanan KA terus bertambah seiring meningkatnya peran KA dalam kancah transportasi nasional. Pembangunan jalur ganda di Jawa berpotensi menambah frekuensi KA. Makin tingginya frekuensi KA dan frekuensi kendaraan menjadikan buka tutup palang pintu lebih sering, lebih rumit dan lebih tidak tertib.Kondisi ini telah mengakibatkan kecelakaan lalu lintas di perlintasan KA jauh lebih sering dibanding sebelumnya.

3.2 Palang Otomatis Tidak ResmiPerlintasan otomatis tidak resmi berupa perlintasan liar tanpa palang pintu, tanpa penjaga resmi dari PT. KAI, Pemda maupun swasta yang secara finansial bertanggung jawab untuk menggaji para penjaga pintu namun sebagian besar perlintasan ini dibiarkan dikelola masyarakat sendiri. Mereka umumnya membuat jalan tembus sebagai alternatif melintas dari pada memutar jauh. Penjaga perlintasan ini Pak Ogah Pinggir Rel (POPR).Meskipun ada sebutan Pak Ogah pinggir rel, Ibu-ibu juga ada yang bergantian menjaga perlintasan liar ini. Mereka pahlawan tanpa pengakuan, tanpa pamrih kecuali untuk keselamatan. Sedangkan penghasilan darikenclengumumnya menanti bekas kasian dan sukarela para pelintas sepeda motor atau mobil. Perlintsan KA yang resmi gardu-gardunya memprihatinkan, tidak manusiawi. Bangunannya rapuh, debu dan tidak representatif untuk petugas petugas penjaga. Sedangkan perlintasan liarnya mengkhawatirkan, karena tanpa alat pengaman, tanpa pendidikan khusus lalu lintas KA tapi menjaga perlintasan. Kendala lain, seperti tidak adanya sinyal peringatan sehingga kewaspadaan sangat dibutuhkan mereka menyiasati hal tersebut dengan cara melihat gerakan kabel listrik yang terpasang yang menjadi sumber tenaga kereta listrik. Namun itu hanya ada untuk wilayah jabodetabek karena yang ada kereta listrik ada di jabodetabek saja. namun dengan melihat gerakan kabel istrik saja kadang penjaga masih lengah jika angin bertiup kencang, karena dikira ada kereta yang akan lewat,namun setelah palang ditutup kereta tak kunjung datang yang tentu saja menguras tenaga sang penjaga. Dan bila malam tiba mereka menggunakan alternatif atau cara lain karena tentu saja untuk melihat gerakan kabel listrik akan tidak terlihat jelas. Mereka menggunakan sinar yang dipancarkan oleh lampu dari kereta tersebut sehingga mereka akan buru-buru menutup palang pintunya. namun diantara sekian banyak kendala yang ada ,yang merupakan kendala terbesar adalah kesabaran menghadapi kedisiplinan para pengguna jalan tersebut. misalkan ketika pintu sudah ditutup masih ada saja kendaraan yang melintas, baik itu sepeda motor, mobil ataupun bis-bis seperti metro mini ataupun kopaja. dan yang sering mengalami kecelakaan adalah mereka yang tidak disiplin ini. Sudah menaun masalah ini belum terselesaikan. Sudah ratusan nyawa melayang. Sudah ratusan mobil hancur diterjang KA. Menurut undang-undang pasal 23 no.94, (1) Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan, perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin harus ditutup. (2) Penutupan perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah DaerahTapi kenyataan yang ada, tidak adanya penertiban yang keras dilakukan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam masalah ini.

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan4.1SaranPalang pintu yang dibuat, bukan merupakan suatu alat keselamatan bagi pengguna jalan. Tetapi sebagai sarana untuk melancarkan perjalanan kereta api. Tetapi di masyarakat pemahaman ini tidaklah dipahami. Palang pintu hanya sebagai alat untuk melindungi pengguna jalan. Walaupun fungsi itu memang benar secara kenyataannya, tetapi yang seharusnya dipahami adalah ketika melintas perlintasan kereta api yang ada palang pintu seharusnya kita tidak menerobos masuk. Tetapi menunggu sampai kereta api lewat sesuai petunjuk palang pintu kereta api. Bagi perlintasan kereta api yang tidak terdapat palang pintunya, maka kesadaran untuk berhati-hati harus diutamakan agar keselamatan diri sendiri dan orang lain tetap terjaga.Mau tidak mau suka tidak suka kalau negeri ini mau tertib, mestinya ada tindakan tegas, perlintasan liar harus ditutup, warga dididik melintas perlintasan resmi meskipun harus memutar jauh

DAFTAR PUSTAKAhttp://bahasa.kompasiana.com/2012/08/27/eksistensi-bahasa-indonesia-dipertanyakan-488295.html https://abdulkhamid12.wordpress.com/bahasa-indonesia/materi/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/ http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia http://www.academia.edu/4962611/SEJARAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_INDONESIA http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/24/eksistensi-peran-bahasa-indonesia-dalam-kompleksitas-bahasa-bangsa-dan-kita-489840.html http://destian46.blogspot.com/2012/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html https://fitrianalaela.wordpress.com/2012/12/28/hubungan-bahasa-indonesia-dengan-bahasa-daerah-dan-bahasa-asing/https://wakuadratn.wordpress.com/2011/08/05/hubungan-fungsi-bahasa-daerah-dengan-bahasa-indonesia/ http://agusriantoblogger.blogspot.com/2011/10/hubungan-antara-bahasa-daerah-dan.html

4