warta yanmed xxiii (27112010)

62

Upload: yuni-widiyaningsih

Post on 26-Nov-2015

72 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

Page 1: Warta Yanmed XXIII (27112010)
Page 2: Warta Yanmed XXIII (27112010)

Dan Kepada

KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

MENYAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADA :

Bapak dr. Farid W. Husein, Sp.B

ATAS PENGABDIAN SELAMA LIMA TAHUN MENJABAT SEBAGAI DIREKTUR JENDERAL

BINA PELAYANAN MEDIK PERIODE 2005 – 2010

Bapak dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

KAMI MENGUCAPKAN SELAMAT DATANGUNTUK MENGEMBAN TUGAS UMUM

PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 3: Warta Yanmed XXIII (27112010)

KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

salamredaksi

Alamat RedaksiBagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 No. 4-9 Lt. III/R. 316 Blok BKuningan - Jakarta Selatan 12920

Telp/Fax. 021-5277734, 021-5201590 (hunting) ext 1300 & 1302

Email. [email protected]

1Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXI Tahun 2010

Susunan Redaksi

PembinaDirektur Jenderal Bina Pelayanan Medik

Penanggung JawabSekretaris Ditjen Bina Pelayanan MedikDr. dr. Sutoto, M.Kes

Pimpinan RedaksiKepala Bagian Hukum, Organisasi dan HumasV.A. Binus Manik, SH,MH

Sekretaris RedakturKepala Sub Bagian HumasImin Suryaman, S.Sos

Tim Redaktur 1. Kabag. Program dan Informasi2. Kabag. Keuangan3. Kabag. Umum & Kepegawaian4. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Dasar5. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Spesialistik6. Kasubag TU Dit Bina Yan Keperawatan7. Kasubag TU Dit Bina Yan Kesehatan Jiwa8. Kasubag TU Dit Bina Yan Penunjang Medik9. Kasubag Hukum Bagian Hukormas10. Kasubag Organisasi Bagian Hukormas11. Kasubag Perbendaharaan Bagian Keuangan12. Kasubag Data dan Informasi Bagian Program dan

Informasi13. Kasubag Rumah Tangga Bagian Umum dan

Kepegawaian

Penyunting/Editor1. Sufermi Sofyan 2. Eti Ekawati.SH.MH3. Ani Mindo Ch.SE4. Auliyana Zahrawani. SKM 5. Pelita Apriany, SKM 6. Desi Syetiani, S.Sos Sekretariat 1. Drs. Ahmad Haryanto2. Denny Sugarna3. Benny Bremer4. Rita Desmawati

Selamat Datang Dirjen Bina Pelayanan Medik, Akhirnya pada tanggal 5 Juli 2010 terjawab sudah

penantian selama ini. Menteri Kesehatan RI melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Suasana pelantikan yang khidmat, saat dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS membacakan sumpah jabatan yang dituntun Menteri Kesehatan. Dengan penuh ketegasan dan keyakinan Dirjen membacakan kata demi kata kontrak sosial kepada masyarakat terlebih dengan tuhan yang maha esa.

Dalam sambutan Dirjen saat pisah sambut menyatakan jabatan ini merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dalam menghadapi permasalahan serta meningkatkan pelayanan dunia perumahsakitan. Tantangan inilah yang kita akan hadapi bersama, dibantu dengan sumbang saran mantan Dirjen, dr. Farid W. Husain, Sp.B.

Dengan arah dan landasan yang sama, kita yakin pak Dirjen akan meneruskan apa yang sudah dirintis mantan Dirjen, program yang baik untuk ditingkatkan dan disempurnakan untuk mendapatkan tangga-tangga keberhasilan pelayanan medik.

Tangga-tangga keberhasilan dilihat dari program terencana yang telah diliput oleh kami, antara lain pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, penataan organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, peningkatan kemampuan tenaga kehumasan, konsolidasi dalam penerapan standar dan pedoman asuhan kebidanan.

Redaksi berharap kepada Pembaca Setia untuk mengisi rubrik-rubrik yang akan berguna bagi pembaca lainnya. Naskah/artikel hendaknya ditulis dalam bahasa popular, padat maksimal 4 halaman. Redaksi berhak menyunting/memperbaiki naskah/artikel yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Naskah yang telah dikirim sepenuhnya menjadi hak redaksi.

Semoga semua informasi ini dapat bermanfaat bagi Pembaca Setia. Redaksi berharap Pembaca Setia dapat memberikan saran dan informasi yang dapat membantu meningkatkan mutu materi majalah Warta Yanmed. Terima Kasih.

Page 4: Warta Yanmed XXIII (27112010)

daft

aris

i

2 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

04Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai

DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

06Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon II

08Pusat Jantung Nasional – Rumah Sakit Jantung

dan Pembuluh Darah Harapan KitaMenuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

liputan

12RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi

Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia

04

12

19Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GAS

20Pekan ASI Sedunia Tahun 2010 Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

22Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010

24Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat

26Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda

27Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis

13Workshop Penerapan Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit

15Pengembangan Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia

17Penataan Organisasi Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan

22

Page 5: Warta Yanmed XXIII (27112010)

3Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

54

28Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik

30Peningkatan Kemampuan Bendahara di Lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

32Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011

ragam

35Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar Nama

36Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010Ditjen Bina Pelayanan Medik

38Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?

40Penyakit Buerger’s Disease

42Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik

43Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat

44Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebuah Tuntutandan TantanganProfesionalisme Bagi ARSIPARIS

48Penanggulangan Varises Dengan Laser

50Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?

resensibuku

53Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

42

lensayanmed

54Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Bersama Menteri Kesehatan

58 Serah Terima Jabatan Eselon II

Page 6: Warta Yanmed XXIII (27112010)

4 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagaiDIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

KEMENKES – Pelantikan Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik telah

berlangsung hari, Senin 5 Juli 2010

di Gedung Leimena Kementerian

Kesehatan. Menteri Kesehatan, dr.

Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,

Dr. PH melantik dr. Supriyantoro, Sp.P,

MARS sebagai Direktur Jenderal Bina

Upaya Kesehatan menggantikan dr.

Farid. W. Husain, Sp.B yang telah purna

bakti.

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

yang sebelumnya sebagai Direktur

Kesehatan TNI-AD di lingkungan

Kementerian Pertahanan mengucapkan

sumpah jabatan di depan Menteri

Kesehatan, Para Eselon I dan II di lingkungan Kementerian

Kesehatan.

Dalam Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010

tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian

Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi

Eselon I Kementerian Negara, organisasi Kemenkes

mengalami perubahan nomenklatur jabatan yaitu

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik berubah

menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat menjadi

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan

Anak.

Menurut Menkes, penataan kelembagaan akan diikuti

dengan penataan SDM aparatur melalui pengisian

jabatan struktural. Selain itu, akan dilakukan penataan

ketatalaksanaan yang dinamis, pemantapan sistem

pengawasan dan akuntabilitas, peningkatan kualitas

pelayanan publik serta pembangunan kultur birokrasi

yang sesuai dengan dinamika tuntutan masyarakat.

Hal ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

merata, bermutu dan berkeadilan, serta mengutamakan

upaya promotif dan preventif.

Kementerian Kesehatan merupakan salah satu

proyek pilot instansi pemerintah yang melaksanakan

Reformasi Birokrasi melalui Good Governance. Untuk

itu Kemenkes sedang melakukan persiapan guna

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance) sebagai langkah strategis untuk

membangun profesionalisme aparatur negara agar lebih

berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban

tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional,

tegas Menkes.

Bergulirnya Reformasi Birokrasi dan restrukturisasi

Kemenkes membawa konsekuensi logis terhadap

perubahan bentuk struktur organisasi yang lebih tepat

tujuan, responsif, efisien dan efektif untuk mendukung

program-programnya, jelas Menkes

Menkes berharap, dengan struktur organisasi yang

baru Kemenkes dapat lebih fokus dalam melaksanakan

pembangunan bidang kesehatan guna mendukung

pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan

Minimal (SPM), serta percepatan pencapaian sasaran

Suasana khidmad pelantikan Dirjen Bina Pelayanan Medik

Page 7: Warta Yanmed XXIII (27112010)

5Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Millenium Development Goals

(MDGs).

Diakhir pelantikan Menkes

berpesan kepada pejabat

baru untuk tidak ragu-ragu

melaksanakan reformasi dan

inovasi guna meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, namun tetap

dalam koridor hukum. Menjaga

suasana kerja yang kondusif serta

membangun team work yang

solid. Dalam melaksanakan tugas

mengacu pada tagline Kemenkes,

yaitu pro rakyat, inklusif, responsif,

efektif dan bersih. Di samping itu

juga perlu menjalin kerja sama dan

bersinergi dangan stake holders

terkait dalam melaksanakan

program-program bidang

kesehatan.

R I W A Y A T H I D U PNama : dr. Supriyantoro, Sp.P, MARSPangkat : Brigadir Jenderal TNITempat/Tanggal Lahir : Pringsewu, Lampung/ 11 Agustus 1954Status : Nikah, 3 AnakAgama : Islam

PendidikanSekolah Dasar Xaverius – Pringsewu Lampung (1966)Sekolah Menengah Pertama Xaverius – Pringsewu Lampung (1969)Sekolah Menengah Atas Negeri III, Yogyakarta (1972)Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1979)Spesialis Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (1989)Pasca Sarjana KARS Universitas Indonesia, Jakarta (1988) Peserta Program Pendidikan S 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (2010)

PenghargaanSatya Lencana Kesetiaan 8 tahunSatya Lencana Kesetiaan 16 tahunSatya Lencana Kesetiaan 24 tahunSatya Lencana Dwija SistaBintang Kartika Eka Paksi Nararya

Page 8: Warta Yanmed XXIII (27112010)

6 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

KEMENKES – Pada tanggal 26 Juli 2010 sebanyak 20

pejabat baru Eselon II dilantik Menteri Kesehatan dr.

Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Mereka

terdiri dari pejabat pusat dan para direksi Rumah Sakit

Umum Pusat (UPT) Kemenkes di daerah.

Menkes mengatakan mengatakan, rumah sakit

merupakan salah satu ujung tombak Kemenkes dalam

memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada

masyarakat. Pada era globalisasi ini, Rumah Sakit harus

mampu menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan

kepada masyarakat agar dapat berkompetisi dengan

Rumah Sakit lain secara sehat, serta mengembangkan

rumah sakit berbasis pelayanan kesehatan kelas dunia

(World Class Hospital).

Menkes, minta para pejabat yang baru dilantik dapat

menjadi panutan dalam menerapkan nilai-nilai dasar

budaya kerja aparatur yang meliputi : komitmen yang

tinggi pada tugas, konsisten, berintegritas, profesional,

Menkes Melantik20 Pejabat Eselon II

disiplin, sistematis dalam

bekerja, adil, transparan,

bekerjakeras dalam

melaksanakan tugas, penuh

tanggung jawab, senantiasa

berpedoman pada prosedur,

standar, dan peraturan yang

berlaku, sehingga hasil

kerja dapat dipertanggung

jawabkan dan

dipertanggung gugatkan.

“setiap pejabat dapat

menjadi agen perubahan

yang memiliki semangat

pionir untuk melakukan

inovasi guna meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan,

antisipatif, proaktif dan

responsif serta peka

terhadap dinamika tuntutan masyarakat berdasarkan

nilai-nilai sesuai dengan visi dan misi Kementerian

Kesehatan dan tetap dalam koridor hukum.”

Selain itu, melakukan konsolidasi dengan stake

holders terkait, sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing, sehingga terjalin kemitraan

yang sinergis lintas program dan lintas sektor dalam

pelaksanaan tugas serta mampu menyiapkan kader

penggantinya.

Menkes menyatakan pelaksanaan rotasi, mutasi,

dan promosi jabatan merupakan bagian dari Reformasi

Birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

kinerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. “dengan

diangkat dan dilantik pejabat baru, diharapkan prestasi

dan kinerja Kementerian Kesehatan dapat meningkat

lebih baik lagi. Sehingga dapat mengikuti dinamika

tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan

publik yang lebih bermutu.

Mengikrarkan diri untuk melaksanakan tugas, dan bertanggungjawab pada Pemerintah, Bangsa dan Negara.

Page 9: Warta Yanmed XXIII (27112010)

7Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Ucapan Selamat Kepada Para Pejabat Eselon II

Page 10: Warta Yanmed XXIII (27112010)

8 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

PENDAHULUAN :

Memasuki abad ke kedua puluh satu, bangsa

Indonesia menghadapi banyak tantangan yang tidak

dapat dielakkan yaitu pada tataran nasional meneruskan

pembangunan nasional dengan segala implikasinya

serta pada tataran regional dan global. Pembangunan

kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan

maju kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setip orang agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-traningnya. Dalam rangka mencapai

tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan

secara sistematis dan berkesinambungan.

Tantangan dan permasalahan pembangunan

kesehatan akan bertambah berat dan kompleks,

terutama pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit.

Tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

akan makin banyak dan meningkat juga ada sebagian

masyarakat Indonesia yang mencari pelayanan

kesehatan ke luar negeri sehingga menguras devisa

Negara. Hal ini membawa dampak pola pelayanan

yang harus lebih terbuka, ramah dan akuntabel,

sejalan dengan amanat pasal 28 Ha ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Rebuplik Indonesia tahun

1945 sudah ditegaskan bahwa setiap orang berhak

memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian pasal

34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak dan bermutu.

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan merupakan bagian dari sumber daya

kesehatan yang amat diperlukan dalam mendukung

penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai

karakteristik dan organisasi yang amat kompleks.

Pusat Jantung Nasional – Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas DuniaOleh : Anwar Santoso, Anna Ulfah Rahayu

Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat

keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama

lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/

kesehatan berkembang amat pesat yang harus diikuti

oleh tenag kesehatan dalam rangka pemberian

pelayanan yang berkualitas membuat semakin

kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.

Tantangan global dibidang perumah sakitan

akan semakin terasa pada era globalisasi, yang telah

membuat kabur batas-batas antar negara, kemudahan

komunikasi dan transportasi telah mendorong cepatnya

mobilitas pasien dari satu negara ke negara lainnya.

Faktor lain, yaitu mahalnya biaya berobat di negara

maju seperti Amerika dan Eropah mengakibatkan

warga benua dan perusahaan asuransi mencari

pengobatan yang berkualitas baik serta lebih murah di

negara berkembang. Kira-kira 500.000 warga Amerika

yang berobat keluar negeri setiap tahunnya.

Hal ini yang mendorong pemerintah Indonesia

untuk memacu peningkatan kualitas pelayanan rumah

sakit dan mengadakan konsep “World Class Hospital”

di Indonesia atau Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

(RSIKD). Pemerintah tidak ingin terlalu banyak devisa

negara melayang ke luar negeri, sebaliknya pemerintah

berharap “medical tourism” justru akan berkembng

dan menambah devisa negara.

Pusat Jantung Nasional – RS Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita sudah tentu menyambut baik

keinginan pemerintah tersebut. Dengan jam terbang

selama 25 tahun sebagai pusat rujukan nasional

dibidang pelayanan kesehatan Kardiovskuler tentu

banyak aspek-aspek tertentu yang dimilikinya.

Pendidikan-Pelatihan, Pelayanan Kesehatan dan

Penelitian Kardiovskuler telah lama dikembangkan.

Page 11: Warta Yanmed XXIII (27112010)

9Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Pengelolaan rumah sakit dalam perspektif BLU dan

korporasi telah diterapkan. Pusat Jantung Nasional

merupakan satu-satunya rumah sakit yang secara legal

telah menerapkan dan menjalankan sistem remunerasi

dan mono loyalitas. Sudah cukup besar anggaran yang

dikucurkan untuk mengembangkan sistem tersebut

dan unutk pengembangan sumber daya manusia serta

penelitian. Hal ini merupakan “ Modal Dasar” yang kuat

untuk kesiapan sebagai RSIKD.

PENGERTIAN :

Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) adalah

rumah sakit dengan komponen struktur dan proses

yang tersertifikasi lengkap memenuhi standar kelas

dunia oleh lembaga yang diakui pemerintah berwenang

untuk itu serta “outcome” yang memberi penekanan

pada “keselamatan pasien” mutu asuhan yang tinggi

serta kepuasan pasien dan staf sesuai indikator kelas

dunia atau internasional.

AZAS-AZAS :

1. Rumah Sakit masa depan adalah rumah sakit yang

didirikan atas :

Azas-azas ketahanan ekonomia. Petunjuk untuk adaptasi teknologi termasuk b. teknologi informasi

Petunjuk untuk penerapan asuhan berfokus c. pasien (patient centered care) dengan

perioritas keselamatan pasien, kepuasaan

pasien dan kepuasaan staf

Petunjuk untuk mengatasi tantangan yang d. terkait dengan tenaga staf (staff challenges)

2. Azas-azas sebagai petunjuk desain RS masa

depan

Penerapan azas-azas untuk meningkatkan a. keselamatan pasien, termasuk kamar sendiri

“single room”, desentralisasi nursing stations

dan bahan bangunan yang meredam suara

Desain dan konstruksi RS yang memberikan b. prioritas tinggi misalnya pengendalian

infeksi dan kesiapan mengahdapi masalah

kedaruratan.

Mengikut sertakan klinisi, staf lain, pasien dan c. keluarga pada proses perancangan, agar

memaksimalkan peluang meningkatkan arus

kerja, keselamatan pasien dan menciptakan

lingkungan yang memudahkan asuhan yang

berfokus pasien.

Rancangkan fleksbilitas pada konstruksi d. bangunan untuk memudahkan adaptasi pada

siklus perubahan yang cepat dan inovatif

dalam ilmu kedokteran dan teknologi.

Menerapkan konsep “green hospital” pada e. desain dan kontruksi RS.

KRITERIA PELAYANAN EKSELEN :

Ada 7 kriteria suatu RS untuk memenuhi persyaratan

“pelayanan ekselen” diperlukan adanya :

Kepimpinan1. Rencana strategik2. Fokus pada pelanggan 3. Manajemen pengukuran, analisis dan 4. manajemen berbasis pengetahuan

Fokus pada tenaga kerja5. Manajemen proses6. Hasil dan output7.

STANDAR dan KRITERIA RSIKD

Standar RSIKD ini mengacu pada berbagai standar

dunia yaitu : PATH (Performance Assesment Tool for

Quality Improvement in Hospital), JCI (Joint Commision

International) atau Malcom Baldrige. Hal tersebut

mengutamakan dimensi utama pelayanan kesehatan

(safety, patient centeredness, clinical effectiveness,

efficiency, staff orientation dan responsive governance,

timeliness and equity)

Kemudian standar dan kriteria RSIKD terdiri dari 8

standar, yaitu :

1. Standar 1 : legalitas rumah sakit

2. Standar 2 : adanya visi, misi, tujuan dan nilai rumah

sakit

3. Standar 3 : administrasi dan manajemen rumah

sakit

4. Standar 4 : program rumah sakit

Page 12: Warta Yanmed XXIII (27112010)

10 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

5. Standar 5 : sumber daya manusia rumah sakit

6. Standar 6 : sarana dan prasarana rumah sakit

7. Standar 7 : program monitoring dan evaluasi rumah

sakit

8. Standar 8 : penilaian kinerja rumah sakit

PUSAT JANTUNG NASIONAL MENUJU RSIKD :

1. Manajemen Administrasi – Operasional

Desain RS berstandar internasional, area a. lahan yang tidak begitu luas hanya sekitar

22.000 m2dengan arsitektur bangunan yang

fungsional.

Seluruh karyawan yang secara langsung b. melayani pasien diberikan secara regular

kursus bahasa Inggris

Karyawan mempunyai komitmen yang amat c. tinggi

Adanya sistem “reward and punishment” bagi d. seluruh karyawan

Setiap staf medis dan paramedis diberikan e. kesempatan untuk mendapatkan pelatihan-

pelatihan di luar negeri (Australia, Singapura,

Jepang, Korea dan Jerman)

Memiliki “jejaring internasional” yang luas dan f. afiliasi dengan “pusat pelayanan Kardiovaskuler

tingkat dunia” seperti : Cleveland Clinics,

NCVC Osaka – Jepang, Royal Children Hospital

– Melbourne dll.

Memenuhi standar akreditasi manajemne g. internasional antara lain :

Kepimpinan - Rencana strategik - Fokus pada pelanggan - Manajemen pengukuran, analisis dan - pengetahuan

Fokus tenaga kerja - Manajemen proses- Hasil (outcome) berupa : kepuasan - pelangan, tampilan organisasi, tanggung

jawab sosial dan aspek finansial yang

baik

2. Manajemen Pelayanan Medik Kardiovaskuler

Pusat Jantung Nasional mempunyai manajemen

pelayanan medik yang terstruktur selaras dengan

standar pelayanan medis kardiovaskuler tingkat

dunia. Proses asuhan pasien dan standar prosedur

yang terstandar serta clinical pathway yang selalu

diperbarui sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi Kardiovaskuler. Luaran (outcome) yang

dihasilkan berfokus pada pasien serta menitik beratkan

pada acuan (benchmark) yang telah ditetapkan.

Pelayanannya ditujukan pada kasus-kasus dengan

tingkat severitas tinggi, yang tak dapat ditangani oleh

rumah sakit lainnya.

Standar Struktur :a. Tenaga spesialis yang komprehensif yaitu - dokter spesialis jantung dan pembuluh

darah dengan berbagai bidang sub spesialis

berkualitas internasional

Keseimbangan rasio perawat dengan jumlah - tempat tidur yang tersedia yaitu 2 :1

Kelengkapan teknologi muktahir- Kelengkapan pelayanan penderita untuk - mengatasi berbagai kasus penyakit

kardivaskuler yang multikompleks

Adanya pusat penelitian kardivaskuler- Jumlah pasien yang dilayani tidak melampaui - “Bed OccpancyRate”

Standar Proses :b. Guna memenuhi standard dan kepuasan pasien

maka proses pelayanan yang diberikan oleh Pusat

Jantung Nasional hendaknya bersifat komprehensip

mulai dari pendidikan kesehatan untuk pencegahan

penyakit kardiovaskular kepada pasien dan keluarganya.

Diagnosis dan terapi yang dilaksanakan melalui proses

pemeriksaan dengan metode keilmuan dan peralatan

medik paling mutakhir serta menjunjung tinggi aspek

kenyamanan pelanggan.

Terbentuknya jejaring nasional pelayanan jantung

yang berpedoman pada sistem rujukan yang

dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Perlu adanya

dukungan kuat pemerintah melalui terbentuknya

Page 13: Warta Yanmed XXIII (27112010)

11Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

satu kesatuan manajemen (holding company) yang

terdiri dari rumah-rumah sakit tersier pendidikan milik

pemerintah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, guna terwujudnya

proses tersebut adalah :

Ada holding company corporation rumah sakit - vertical pemerintah

Pengelolaan rumah sakit sebagai korporasi yang - menganut azas “good corporate govermance”,

tidak birokratis. Hanya ada President Director,

Medical Director dan CEO

Disusunnya rencana jangka pendek, jangka - menengah dan jangka panjang

MOU kerjasama dengan Cleaveland Clinic John - Hopkins International, NCVC Osaka

Dilaksanakannya akreditasi JCI dengan dukungan - Kementerian Kesehatan untuk Pusat Jantung

Nasional dan semua rumah sakit pendidikan

vertical.

Dibentuknya jaringan informasi teknologi Pusat - Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan

vertical atas biaya Kementerian Kesehatan.

Standar Keluaran (outcome) :c. Keluaran yang diharapkan pada pelayanan Pusat

Jantung Nasional ialah :

Kepusan pelanggan - Angka kematian dan kecacatan pasien menyamai - Cleveland Clinic

Indikator patient safety menyamai standar USA- Tarif pelayanan setara Tahiland dan Malaysia- Pasien asing mencapai 30 % melalui program - medical tourism

Angka pasien berobat untuk penyakit kardiovaskular - ke luar negeri turun 70 %

LVED, RVED, ECMO dijalankan dengan keberhasilan - tinggi

Transplantasi jantung, paru dan ginjal dijalankan- Berkembangnya center – center sub spesialistik - : Neuroscience center, Cardiometabolic center,

Woman center, Children center, GUCH center, Heart

Failure center, Arithmic center, ardiac rehabilitation

center, Vascular center

Kamar operasi jantung dan pembuluh darah 15 - bulan dengan “open heart surgery” 6.000 kasus

per tahun dimana CHD mencapai 30 %.

Ada 10 laboratorium katerisasi dengan aktifitas - 15.000 layanan pertahun, satu diantaranya Hybrid

Primary PCL door to ballon < 60 menit- Ada jembatan penghubung dengan RSKD- Ada central laundry dan cathering untuk rumah - sakit vertical pemerintah yang berlokasi di DKI dan

dikelolah sebagai bisnis unit

Lebih fokus pada pendidikan spesialistik dan - subspesilistik

PENUTUP :

Diharapkan dalam waktu 5 (lima) tahun Pusat

Jantung Nasional sudah mencapai kualifikasi World

Class Cardiovasculer Center yang terkemuka di wilayah

Asia Pasific, namun semuanya hanya bisa terjadi bila

ada komitmen pemerintah, Karena banyak hal yang

sifatnya lintas sektoral dan lintas internasional yang

tentunya memerlukan biaya besar.

Disajikan dalam Semiloka Sistem Jejaring Pelayanan •Kegawat Daruratan Kardiovaskular di Wilayah

DKI Jakarta dan Sekitarnya, di Auditorium RSJPD

Harapan Kita Jakarta, 22 Juli 2010

Page 14: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

12 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia

MEDAN – Masalah kesehatan yang kita

hadapi saat ini semakin bertambah

kompleks. Untuk mengatasi permasalahan

diperlukan salah satu aspek yang

juga tidak boleh dilupakan adalah

aspek pengembangan pelayanan,

dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, khususnya

di bidang kesehatan telah mendorong

kita sebagai tenaga kesehatan untuk terus-menerus

meningkatkan kualitas pelayanan kita agar sesuai dengan

perkembangan ilmu teknologi kedokteran. Hal inilah yang

disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto,

M.Kes saat memperingati HUT RSUP H. Adam Malik ke 17

pada 21 Juli 2010.

Setiap Rumah Sakit harus memiliki langkah-langkah

yang inovatif serta dukungan dari berbagai pihak dengan

memanfaatkan segala sumber daya secara optimal dan

berkesinambungan tanpa akhir (Never Ending Proccess).

Hal yang sangat penting dalam pemanfaatan teknologi

kesehatan yaitu memperhatikan aspek keselamatan pasien

(patient safety). Untuk itu perlu dibenahi dalam mencapai

Patient Safety Goals, antara lain Identifikasi dengan cermat

seluruh pasien (Identify Patient Correctly); Tingkatkan

komunikasi yang efektif kepada pasien (Improve Effective

Communication); Tingkatkan keamanan pasien dengan

sedini mungkin mengenali tanda-tanda untuk keberhasilan

atau kegagalan dalam pengobatan (Improve the Safety

of High Alert Medications); Hindari salah tempat, salah

pasien dan salah tindakan pembedahan yang tidak sesuai

dengan prosedur (Eliminate wrong site, wrong patient,

wrong procedure

surgery); Kurangi

risiko infeksi

n o s o k o m i a l

(Reduce the

risk of health

care associated

i n f e c t i o n s ) ;

Kurangi kerugian pada pasien yang diakibatkan oleh

kesalahan petugas medis dan perawatan (Reduce the risk

of patient harm resulting from false).

RSUP H. Adam Malik sesuai dengan fungsinya sebagai

RS Pendidikan, dihimbau kepada semua pihak terutama

Sumber Daya Manusia di rumah sakit untuk bersama-sama

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan

etika dan standar profesi masing-masing.

Sebagai Rumah Sakit Umum Pusat yang berada di

ujung Barat dari Indonesia, diharapkan RSUP H. Adam

Malik dapat sebagai filter agar pasien–pasien tidak keluar

berobat ke negara tetangga tentunya ini akan merugikan

kita. ”masyarakat semakin kritis dan mulai cenderung

menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih

baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang

harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan

kesehatan, termasuk peningkatan mutu pelayanan rumah

sakit yang menjadi prioritas utama.” tegas Sesditjen.

Acara peringatan HUT RSUP H. Adam Malik, Sesditjen

mengajak kepada seluruh unsur pemberi pelayanan

di rumah sakit ini untuk saling bekerja sama dan bahu

membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik

pada seluruh lapisan masyarakat. Selalu berada di garis

terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada

seluruh lapisan masyarakat. Selain itu saya juga turut

mengucapkan selamat dan sukses atas pengembangan

pelayanan Instalasi Patologi Anatomi, agar memberikan

kontribusi kepada masyarakat luas dan dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat di

Indonesia. IMIN SURYAMANSekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes

Foto bersama jajaran kesehatan dengan Gubernur Sumatera Utara

Page 15: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

13Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit

BANDUNg – Penyelenggaraan Workshop Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah

Sakit bertujuan untuk memperoleh masukan dan

penyatuan persepsi tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit serta penerapan

pedoman tersebut pada seluruh rumah sakit di

Indonesia.

Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di

rumah sakit sangat diperlukan karena:

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan 1. kesehatan RS, perkembangan IPTEK di bidang

kesehatan dan UU No. 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit.

Pelayanan keperawatan RS merupakan bagian 2. penting yang menentukan kualitas pelayanan

kesehatan RS

Hasil bimbingan teknis dan monitoring-evaluasi 3. tentang implementasi Sistem Pemberian Pelayanan

Keperawatan Profesional (SP2KP) di 22 propinsi

diperoleh gambaran bahwa penyelenggaraan

pelayanan keperawatan RS masih sangat bervariasi,

belum memiliki rencana strategis bidang

keperawatan, manajemen

dan administrasi

pelayanan keperawatan

masih belum berorientasi

pada mutu pelayanan

serta belum kuatnya

peran bidang dan komite

keperawatan

Sebelumnya, pedoman

ini telah melalui berbagai

proses yaitu penyusunan

draft pedoman, ujicoba

dan evaluasi pedoman di

lima rumah sakit dan hasil

ujicoba menjadi masukan

dalam penyempurnaan pedoman, demikianlah laporan

Direktur Bina Pelayanan Keperawatan (Suhartati, SKp,

M.Kes) pada acara pembukaan Workshop di Bandung

pada tanggal 26 Juli 2010.

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna (promotif,

prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,

Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan

standar dan pedoman yang berlaku. Dalam pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit yang memiliki peran yang

amat penting adalah pelayanan keperawatan untuk

mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan.

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

menyampaikan dalam pembukaan Workshop

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di

Direktur Jenderal Pelayanan Medik sedang memberikan sambutan.

Page 16: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

14 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Rumah Sakit bahwa Keperawatan

sebagai profesi dan tenaga

profesional bertanggung jawab

untuk memberikan pelayanan

keperawatan sesuai kompetensi dan

kewenangan yang dimiliki secara

mandiri maupun bekerjasama

dengan anggota tim kesehatan lain.

Di era pasar bebas dan liberalisasi,

profesionalisme merupakan suatau

instrumen yang unggul untuk

memenangkan kompetensi, untuk

itu tenaga keperawatan harus

lebih kompeten dan memiliki daya

saing yang tinggi secara regional

maupun global, dengan demikian

maka pelayanan keperawatan yang

bermutu perlu didukung dengan

tersedianya kebijakan, standart dan

pedoman.

Prof. DR. Ma’arifin Husein

menyampaikan dengan

judul ”Perkembangan Profesi

Keperawatan Terkini dan

Tantangannya bagi Pelayanan

Kesehatan di RS” bahwa telah

terjadi pergeseran mendasar

dari keperawatan dari

perawat vokasional menjadi

profesional dikarenakan tekanan

perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi keperawatan,

tekanan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat akan pelayanan-asuhan

keperawatan yang bermutu dan

terjangkau, tekanan perkembangan

Sistem Pemberian Pelayanan

Kesehatan kepada masyarakat.

Foto bersama peserta dengan Direktur Bina Pelayanan Medik (Dr. Supriyanto, Sp.P, MARS).Keperawatan di Indonesia dalam

memenuhi tuntutan dan kebutuhan

masyarakat harus berubah karena

merupakan tanggungjawab

moral memberi pelayanan asuhan

yang baik dan benar. Perubahan

tersebut dimulai dari pendidikan

keperawatan dan peran serta

organisasi keperawatan guna

mencapai pelayanan keperawatan

yang baik dan benar.

Pelayanan keperawatan di

Indonesia telah mendapatkan

kesejajaran mutu dalam pelayanan

keperawatan dengan negara-

negara ASEAN lainnya. Hal ini

dapat dinyatakan dengan ditanda

tanganinya Mutual Recognition

Arrangement (MRA) on Nursing

Services Busan di Philipina pada

tahun 2006.

Melalui Workshop ini,

diakhir sambutannya Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik

mengharapkan dengan adanya

pedoman ini, merupakan kunci

untuk lebih meningkatkan

pelayanan keperawatan di Rumah

Sakit . PElITA

Page 17: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

15Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pengembangan Rumah SakitIndonesia Kelas Dunia

BOgOR – Pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas

Dunia saat ini sedang mendapatkan perhatian besar

baik dari pemerintah maupun masyarakat luas.

Berawal dari keprihatinan Bapak Presiden Republik

Indonesia terhadap banyaknya pasien-pasien

dari negara Indonesia yang pergi ke luar negeri

(Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Cina) hanya

untuk berobat atau memelihara kesehatan dirinya.

Memperhatikan hal ini, berapa besar devisa negara

yang ikut terbelanjakan ke luar negeri. Sebagai

bentuk ungkapan keprihatinan ini, Bapak Presiden

RI secara khusus telah meminta kepada Menteri

Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

agar Kementerian Kesehatan segera mengupayakan

dan memfasilitasi percepatan terwujudnya “WORLD

CLASS HOSPITAL” di Indonesia.

Selain itu meningkatnya tuntutan masyarakat akhir-

akhir ini terhadap pelayanan rumah sakit, terutama

rumah sakit yang menyandang nama ‘Internasional’,

‘Global’ atau yang sejenis, maka Kementerian

Kesehatan RI merespon tuntutan masyarakat dengan

menggulirkan kebijakan mengenai Peraturan Menteri

Kesehatan dan Rancangan Pedoman Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknisnya.

Pertemuan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia

Kelas Dunia (RSIKD) dilaksanakan pada 19 – 21 Juli 2010,

di Bogor Jawa Barat. Pertemuan ini mensinergikan

pendapat-pendapat dari pakar perumahsakitan agar

dijadikan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia

Kelas Dunia.

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes menyampaikan tujuan

pertemuan ini guna meningkatkan kualitas dan kinerja

pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan agar setara

dengan kualitas pelayanan Rumah Sakit Berkelas Dunia.

Upaya pencapaian tujuan tersebut, telah ditetapkan

Pertemuan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS; Sesditjen, Dr. dr. Sutoto, M.Kes; Direktur RS Vertikal dan para pakar perumahsakitan

Page 18: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

16 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Tim Pembina RSIKD yang akan

bertugas melakukan pemantauan

pelaksanaan Pengembangan

Rumah Sakit Indonesia Kelas

Dunia sekaligus dengan instrumen

pembinaan dan penilaiannya.

Tim Pembina RSIKD terdiri

dari para pakar perumahsakitan,

akademisi dan klinisi yang

mempunyai perhatian besar di

bidang peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan di Indonesia.

Terbentuk berdasarkan SK

Direktur Jenderal Bina Pelayanan

Medik Nomor HK.03.05/

III/2459/08 tentang Kelompok

Kerja Pengembangan World Class

Hospital di Indonesia.

Direktur Jenderal Bina Pelayanan

Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

menyatakan apresiasi yang sangat

besar kepada seluruh Tim Kelompok

Kerja agar segera terwujud suatu

Pedoman Rumah Sakit Kelas Dunia

di Indonesia. Sehingga pedoman ini

dapat dijadikan rujukan oleh Rumah

Sakit dalam mengembangkan

dirinya menuju Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia yang dapat

dipertanggungjawabkan baik

nasional maupun Internasional.”.

Pertemuan ini dijadikan forum

untuk pengkayaan substansi

Peraturan Menteri Kesehatan dan

Pedoman Rumah Sakit Indonesia

Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknis

untuk Penetapan, Pemantauan dan

Pembinaan Rumah Sakit Indonesia

Kelas Dunia,” tegas Dirjen.

Pengembangan Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia, khususnya

untuk mendapatkan kesepakatan

antara POKJA World Class Hospital

dengan POKJA penyempurnaan

Akreditasi Rumah Sakit dalam

penyusunan pedoman RSIKD

dan instrumen akreditasi dengan

standar internasional. AUlIANA/DESI

Pola Makan Sehat Untuk Dewasa

Pola makan yang

sehat ialah makan

makananaik yang

mengandung semua

unsur gizi seimbang

sesuai dengan kebutuhan tubuh

baik karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral. Bahan

makanannya pun dipilih sealami

mungkin.

Anjuran pola makan sehat :

1. Mengkonsumsi makanan yang

rendah lemak dan rendah

kolesterol misalnya susu

kedelai, ayam yang dibuang

kulitnya, konsumsi buah, sayur,

ikan, daging tanpa lemak.

2. Mengurangi konsumsi makanan

yang digoreng, kuning telur,

usus, paru, limpa, hati dan

makanan yang dimasak dengan

santan kental.

3. Mengkonsumsi buah, sayur

selain tinggi serat, vitamin,

mineral yang merupakan

sumber antioksidan

4. Mengkosumsi makanan yang

kaya kalsium seperti yogurt,

sayuran hijau, ikan laut, susu

dan kacang-kacangan

5. Hindari bahan makanan yang

mengandung pengawet dan

bumbu penyedap rasa secara

berlebihan

6. Kurangi garam dan gula secara

berlebihan

7. Mengkonsumsi makanan

berserat seperti gandum, sayur,

buah dan kacang-kacangan.

8. Perbanyak minum air putih

(kurang lebih 8 gelas sehari)

9. Hindari minuman yang

berakohol, kafein yang tinggi

dan minuman bersoda.

10. Teknik pengolahan makanan

dianjurkan dengan cara

mengukus, merebus, menumis

dan memanggang.

(DARI BERBAgAI SUMBER)

Page 19: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

17Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

sekaligus sinkronisasi

program antara

Rencana Strategis

K e m e n t e r i a n

Kesehatan dengan

pelaksanaan program

sesuai dengan

struktur organisasi

Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan

adalah merupakan

tujuan terlaksananya

kegiatan pertemuan

tersebut.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan

inventarisasi dan pemetaan program dan

kegiatan sesuai tupoksi untuk mengetahui

tugas yang telah dan belum dilakukan sehingga

mengurangi tumpang tindih tugas serta

memperjelas koordinasi dengan unit kerja

lainnya, demikian laporan Kepala Bagian Hukum

Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH,

MH saat pembukaan acara Pertemuan Penataan

Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan di Bandung.

Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Dr.

Irwansyah, Sp.Kj yang mewakili Direktur Bina

Pelayanan Medik saat membuka acara Pertemuan

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan di Bandung menyampaikan

bahwa Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik dan unit utama telah berproses dalam

penyusunan perubahan organisasi dan tata

kerja dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan

yang menjadikan beban kerja dan tupoksi

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

BANDUNg – Sebagai tindak lanjut dari Peraturan

Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan,

tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Negara

serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I

Kementerian Negara, maka telah dilakukan penataan

organisasi di tingkat Kementerian Kesehatan.

Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik yang didalam Perpres 24 tahun 2010 menjadi

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan telah

dilakukan penyesuaian tugas pokok dan fungsi dengan

menyatukan semua komponen Upaya Kesehatan

Perorangan baik konvensional maupun non konvesional

dari Upaya Kesehatan Dasar hingga Rujukan termasuk

fungsi penunjang baik medik maupun sarana dan

prasarana.

Usulan final penambahan struktur organisasi dan

tata kerja Kementerian Kesehatan tinggal menunggu

persetujuan tertulis dari Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Untuk menyambut perubahan organisasi Direktorat

Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat

Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan pertemuan

dalam rangka Penataan Organsasi Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan di Bandung pada tanggal

1 – 2 Juli 2010. Sosialisasi struktur organisasi dan

tata kerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH sedang menyampaikan laporan ketua panitia.

Page 20: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

18 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

semakin besar sementara

besaran organisasi tidak boleh

bertambah.

Struktur Organisasi Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan

terdiri dari:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal

2. Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

3. Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan

4. Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan dan Keteknisian

Medik

5. Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana

Kesehatan

6. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa

Pelaksanaan Pertemuan

Penataan Organisasi Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan

dihadiri narasumber dari Biro

Hukum dan Organisasi yang

mensosialisasikan Rancangan Akhir

Struktur Organisasi Kementerian

Kesehatan secara lengkap dan

Biro Perencanaan dan Anggaran

Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan RI yang mensosialisasikan

Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan.

Beliau berharap dengan

terlaksananya kegiatan pertemuan

ini dapat memberikan pemahaman

dan pandangan terhadap tugas

pokok dan fungsi Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

PElITA

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Sekretariat Direktorat Jenderal

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknesian Medik

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Direktorat BinaKesehatan Jiwa

Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa sedang memberikan sambutan pembukaan.

Page 21: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

19Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho KorbanLedakan Tabung GAS

JAKARTA – Ridho Januar (4 tahun) korban ledakan

tabung gas di Bojonegoro, Jawa Timur telah

mendapatkan perawatan Unit Pelayanan Khusus Luka

Bakar Prof Dr Munadjat Wiratmadja Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menteri Kesehatan

didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

segera menjenguk Ridho pada Selasa tanggal 20Juli

2010.

Menkes menyampaikan seluruh tubuh Ridho

dipenuhi luka bakar, mulai dari wajah hingga kakinya,

Dokter RSCM akan melakukan pemulihan secara

teknis, bisa lewat operasi atau tidak. “Tapi kami akan

mengupayakan wajahnya dikembalikan seperti semula

agar tidak ada beban psikis. Kalau sudah besar kan dia

bisa malu seandainya bertemu teman-temannya.”

Menkes menjenguk Ridho, korban ledakan tabung gas (kanan) di RSCM Jakarta Pemulihan secara teknis terus dilakukan dokter RSCM

Dokter Aditya Wardhana yang menangani Ridho

mengatakan dokter akan memulihkan kondisi Ridho

dengan metode sillicon gel. Proses pemulihan ini akan

memakan waktu sekitar enam bulan. Tujuannya untuk

memulihkan luka bakar supaya kembali pulih dan

normal. “Kemungkinan operasi plastik, akan lihat kondisi

Ridho nanti, seadainya dimungkinkan operasi plastik,

kemungkinan akan dilakukan, tetapi tergantung situasi,

selama perawatan Ridho diwajibkan kontrol minimal

satu bulan sekali agar memantaunya bisa mudah.”

Menkes menegaskan bahwa biaya perawatan Ridho

dan korban tabung gas lainnya akan digratiskan, karena

akan ditanggung Pemerintah dan Pertamina.

ETI/DSY

Page 22: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

20 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pekan ASI Sedunia Tahun 2010

Sukseskan 10 Langkah MenujuKeberhasilan Menyusui

JAKARTA – Dewasa ini pemberian ASI ekslusif di

Indonesia, masih harus terus ditingkatkan. Berdasarkan

data Susenas Tahun 2004 - 2008, cakupan pemberian

ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan

meningkat dari 58,9% tahun 2004 menjadi 62,2%

tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit

menurun menjadi 56,2% tahun 2008. Menurunnya

angka pemberian ASI eksklusif membawa kepedulian

bersama untuk menyelenggarakan pekan ASI Sedunia

yang akan dilaksanakan setiap minggu pertama bulan

Agustus.

Hadir dalam Perayaan Puncak Acara Pekan ASI

Sedunia Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono,

Menko Kesra, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Sosial,

Gubernur DKI Jakarta, dan beberapa pejabat tinggi

lainnya.

Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia dimaksudkan

agar setiap Negara, secara terus menerus bersama-

sama melaksanakan upaya-upaya yang nyata untuk

membantu ibu agar berhasil menyusui.

Dengan mengangkat tema “Menyusui : Sepuluh

Langkah Menuju Sayang Bayi” dan slogan Sayang Bayi,

Beri ASI, adalah suatu komitmen nyata dari fasilitas

kesehatan untuk mendukung keberhasilan menyusui,

melalui pemberian perlindungan dan memberikan

informasi serta dukungan kepada ibu agar dapat

menyusui bayinya secara eksklusif

“Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih

harus terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang

selama ini telah dirintis akan terus ditingkatkan, yaitu

1) meningkatkan pemahaman masyarakat tentang

pentingnya memberikan Air Susu Ibu kepada bayinya, 2)

meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui,

Page 23: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

21Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

serta 3) mengembangkan regulasi

untuk mendukung keberhasilan

menyusui,” inilah yang disampaikan

Menteri Kesehatan, dr. Endang

Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH

pada hari Minggu 8 Agustus 2010.

Melalui Ibu Hj. Ani Susilo

Bambang Yudhoyono, Presiden

berpesan mendukung penuh

peringatan pekan ASI Sedunia,

karena kegiatan ini terkait dengan

masa depan generasi bangsa dan

negara.

Menkes mengamanatkan

kepada seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan di Indonesia, baik

Pemerintah maupun Swasta

diminta menerapkan 10 Langkah

Menuju Keberhasilan Menyusui,

antara lain :

1. Menetapkan Kebijakan

Peningkatan Pemberian Air

Susu Ibu yang secara rutin

dikomunikasikan kepada semua

petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi

petugas untuk menerapkan

kebijakan tersebut.

3. Memberikan penjelasan kepada

ibu hamil tentang manfaat

menyusui dan talaksananya

dimulai sejak masa kehamilan,

masa bayi lahir, sampai umur 2

tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui

bayinya dalam 60 menit setelah

melahirkan di ruang bersalin.

5. Membantu ibu untuk memahami

cara menyusui yang benar

dan cara mempertahankan

menyusui meski ibu dipisah

dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan

atau minuman apapun selain

ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung

dengan mengupayakan ibu

bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui

semau bayi semau ibu, tanpa

pembatasan terhadap lama

dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau

Menteri Kesehatan menyampaikan pemerintah berusaha terus menerus meningkatkan cakupan ibu yang menyusui secara eksklusif

Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono meminta untuk terus dilakukan pemantauan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

kempeng kepada bayi yang

diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya

Kelompok Pendukung ASI di

masyarakat dan merujuk ibu

kepada kelompok tersebut

ketika pulang dari Rumah

Sakit/Rumah Bersalin/Sarana

Pelayanan Kesehatan.

Menkes berharap, dengan

diterapkannya pelaksanaan 10

Langkah Menuju Keberhasilan

Menyusui tersebut ada peningkatan

jumlah bayi usia 0 sampai 6 bulan

yang disusui secara eksklusif di

Indonesia, yang pada gilirannya

akan mewujudkan peningkatan

kualitas sumber daya manusia di

masa mendatang.

Pada kesempatan tersebut

Menkes, menyampaikan terima

kasih dan penghargaan kepada Ibu

Ani Susilo Bambang Yudhoyono

yang telah memberikan dukungan

dan komitmen yang besar pada

upaya peningkatan menyusui di

Indonesia.DSY

Page 24: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

22 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Kementerian Kesehatan mempunyai Visi yang tertuang

dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

”Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”

dengan 4 Misinya, antara lain :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

melalui pemberdayaan masyarakat termasuk

swasta dan masyarakat madani.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan

menjamin tersedianya upaya kesehatan yang

paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber

daya kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Pencapaian pembangunan kesehatan pada tahun

2009 berdasarkan hasil SDKI 2007, adalah :

1. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 68.6

tahun menjadi 70.5 tahun.

2. Menurunnya angka kematian bayi ( AKB ) dari 35

menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan ( AKI )

dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup .

4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari

25.8 % menjadi 21,9%.

Upaya dalam mencapai sasaran pembangunan

kesehatan terutama AKI dan AKB sudah banyak

dilakukan antara lain, Program Safe Motherhood yang

berfokus pada Persalinan oleh tenaga kesehatan,

Penanggulangan Komplikasi, mencegah kehamilan

yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

Dalam pelaksanaan Safe Motherhood di fokuskan

pada penurunan AKI dan AKB dengan strategi Making

Pregnancy Saver ( MPS ) antara lain :

1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010

kesehatan Ibu dan Anak di tingkat Dasar dan

Rujukan.

2. Membangun kemitraan yang efektif.

3. Mendorong pemberdayaan perempuan keluarga

dan masyarakat.

4. Meningkatkan Sistem surveilans, Monitoring dan

informasi KIA dan Pembiayaan.

Upaya penurunan AKI dan AKB dengan Program

MPS dilakukan melalui pelayanan Obstetri dan Neonatal

Essensial, Pelayanan persalinan yang berkualitas dan

Deteksi dini kasus risiko tinggi.

Penanganan kegawatdaruratan dan komplikasi,

antara lain :

Pertolongan Pertama ke Gawat Daruratan Obstetri •Neonatal (PPGDON) di tingkat Polindes, Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obstetri

Emergensi Komprehensif (PONEK) di tingkat

Rumah Sakit.

Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di •

Pembukaan acara (kiri ke kanan) Kandinkes Propinsi Kepulauan Riau dr.Achmad Budi Anto,MM ., Sesditjen Bina Yanmedik DR. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan Keperawatan Kebidanan Dra. Nurjasmi, M.Kes

Page 25: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

23Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

setiap Kabupaten/Kota dan

menyediakan 1 Pelayanan

PONEK 24 jam di Rumah Sakit

Kabupaten/Kota.

Melalui Pengelolaan pelayanan

rujukan Obstetri & Neonatal Dasar

dan Konprehensif (PONED &

PONEK) Rumah Sakit dan Puskesmas

diharapkan bisa menjadi lembaga

dimana kasus rujukan diharapkan

dapat di atasi dengan cepat dan

tepat.

Salah satu upaya Akselerasi

penurunan AKI dan AKB dalam

mendukung program MDGs yang

dilakukan Direktorat Jenderal Bina

Pelayanan Medik, melalui Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan adalah

menyusun standar dan pedoman

asuhan kebidanan . Pada tanggal

23 Agustus 2010 di Batam diadakan

Rapat Konsolidasi Penerapan

Standar dan Pedoman Asuhan

Kebidanan yang dihadiri oleh Bidan

Supervisor / Koordinator Rumah

Sakit Vertikal Dirjen Bina Pelayanan

Medik dan Bidan Koordinator

Dinas Kesehatan Propinsi, untuk

mendengarkan pemaparan

pengalaman dari Propinsi yang

sudah menerapkan, menjadikannya

sebagai pelajaran dan

merencanakan untuk

mengaplikasikannya

di daerah masing-

masing.

Standar dan

Pedoman Asuhan

Kebidanan telah

di ujicoba dan

diterapkan di

Rumah Sakit yang

menyelenggarakan

PONEK di 16 Propinsi.

Pembukaan acara (kiri ke

kanan) Kandinkes Propinsi

Kepulauan Riau dr. Achmad Budi

Anto,MM., Sesditjen Bina Yanmedik

Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina

Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.

Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan

Keperawatan Kebidanan Dra.

Nurjasmi, M.Kes.

Pelayanan kebidanan adalah

bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh bidan, dilakukan secara

mandiri, kolaborasi, konsultasi

dan rujukan yang mencakup

pelayanan kesehatan reproduksi,

remaja, pra nikah,hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, balita sehat,

pelayanan KB, psimonopause pada

kasus normal dan

kegawatdaruratan

maternal dan

neonatal di semua

fasilitas kesehatan.

Bidan sebagai

salah satu tenaga

kesehatan yang

memiliki posisi

penting dan

strategis dalam

penurunan AKI dan

Para peserta rapat konsolidasi penerapan standard an pedoman asuhan kebidanan tahun2010

AKB, memberikan pelayanan yang

berkesinambungan dan paripurna,

berfokus pada aspek pencegahan

melalui pendidikan kesehatan dan

konseling, promosi kesehatan,

pertolongan persalinan normal

dengan berlandaskan kemitraan

dan pemberdayaan perempuan,

serta melakukan deteksi dini pada

kasus – kasus rujukan.

Pelayanan kebidanan

dilaksanakan pada berbagai jenjang

tatanan pelayanan sesuai dengan

sistem pelayanan kesehatan yang

ada, mulai dari tingkat primer,

sekunder, dan tersier yang tersusun

dalam suatu mekanisme rujukan

timbal balik.

Pelayan kebidanan yang

bermutu memerlukan ketersediaan

bidan dalam jumlah dan kualitas

yang memadai, terdistribusi secara

merata, serta dimanfaatkan secara

berhasil guna dan berdaya guna,

sehingga dapat diselenggarakan

pelayanan kebidanan sesuai

dengan kebutuhan seluruh tatanan

pelayanan kesehatan.

SUFERMI SOFYAN

Foto bersama Sesditjen Bina Yanmedik

Page 26: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

24 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat

BANTEN - Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setingginya. Akses terhadap

pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-bedakan

masyarakat atas tingkat sosial ekonominya. Penduduk

yang tidak mampu atau miskin harus mempunyai

kesempatan yang sama dengan penduduk yang

mampu dalam mengakses pelayanan kesehatan yang

berkualitas, demikian sambutan Direktur Jenderal Bina

Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada

acara pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat di Jl. Anyer,

Serang Banten tanggal 7 Agustus 2010. Hadir dalam

acara tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo,

beberapa anggota Komisi IX DPR-RI, dr. Budihardja

Singgih, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, drg.

Naydial Roesdal, Inspektur Jenderal, dr. Chalik Masulili,

M.Sc., Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan

Pemberdayaan Masyarakat, dr. Krishnajaya, Staf Ahli

Menkes Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

dan Desentralisasi.

Menurut Dirjen Bina Yanmed, pada dasarnya

pemerintah menginginkan semua orang dapat

menjangkau pelayanan kesehatan bahkan dengan

pelayanan prima. Namun karena terbatasnya anggaran

yang dimiliki pemerintah, masih ada masyarakat yang

belum terlayani oleh Puskesmas apalagi rumah sakit.

Karena itu, Kemenkes menyampaikan penghargaan

dan terima kasih atas upaya yang dilakukan kader-kader

PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning,

Ketua Komisi IX DPR-RI mendirikan rumah sakit Pelita

Rakyat.

“Inisiasi dari fraksi PDI Perjuangan yang dimotori dr.

Ribka Tjiptaning mendirikan rumah sakit yang ditujukan

kepada orang-orang tidak mampu dan masyarakat

lapisan bawah, merupakan inisiasi yang perlu dicontoh

oleh kelompok masyarakat lainnya.

Harapan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

bahwa fasilitas kesehatan berupa klinik, apalagi

rumah sakit akan bertambah jumlahnya sehingga

meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan di

Indonesia.

Pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses,

karenanya perlu ditindaklanjuti dengan pemenuhan

prosedur dan persyaratan sampai rumah sakit dapat

beroperasi. Rumah Sakit Pelita Rakyat pasti didukung

Pemda dengan mengalokasikan anggarannya, karena

secara langsung membantu pemerintah dalam

menyediakan pelayanan kesehatan bagi warganya

sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

Pelayanan rumah sakit Pelita Rakyat didesign

tidak ada perbedaan kelas, setara dengan kelas 3 RS

Pemerintah/peserta Jamkesmas. Konsekuensi rumah

sakit yang tarifnya rendah (billing cost = biayanya

dibawah yang seharusnya) pasti memerlukan subsidi.

Karena itu, pengelola rumah sakit tentunya sudah

memikirkan hal ini sehingga rumah sakit tetap berdiri

dan dapat beroperasi secara berkesinambungan.Peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah sakit oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

Page 27: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

25Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Penggagas dan pendiri RS

Pelita Rakyat dr. Ribka Tjiptaning,

menjelaskan bahwa rumah sakit

tanpa kelas memang sangat

dibutuhkan di Indonesia. Indonesia

masih membutuhkan sekitar 300

rumah sakit, mengingat masih

banyaknya pasien yang ditolak

berobat di rumah sakit karena alasan

biaya, bahkan pemegang kartu

Jamkesmas/Jamkesda maupun

SKTM. Sering terjadi

diskriminasi layanan di

rumah sakit karena sistem

kelas yang membedakan

status ekonomi pasien,

kaya dan miskin. Pasien

miskin atau pemegang

kartu Jamkesmas/

Jamkesda/SKTM selalu

menempati kelas 3,

yang layanannya pun

terbilang seadanya. “Rumah sakit

swasta pun seharusnya mempunyai

peran sosial, namun telah bergeser

sepenuhnya kepada profit oriented

atau mengejar keuntungan saja”,

tegasnya.

Ketua Komisi IX DPR, menyatakan

masuknya neoliberalisme di bidang

kesehatan, menyebabkan rumah

sakit yang tadinya berorientasi

sosial, kemudian beralih menjadi

komersial. Bahkan sebagian besar

RSUD juga sudah komersial dengan

adanya kelas-kelas perawatan.

Bila berorientasi kepada profit,

sebaiknya Pemda membuat rumah

sakit swasta, karena RSUD dibiayai

oleh APBN dan APBD, maka dalam

meningkatkan kelas RSUD uang

rakyat jangan dikorbankan.

Awalnya rumah sakit ini adalah

klinik pelayanan kesehatan tetapi

jalannya agak tersendat-sendat.

Di daerah ini tidak ada rumah

sakit sehingga perlu membangun

sebuah Rumah Sakit supaya

masyarakat disini jika berobat tidak

usah jauh-jauh ke Cilegon. Dari

semangat itulah dibangun rumah

sakit tanpa kelas. Langkah pertama

lebih baik dari pada seribu langkah

berikutnya karena langkah pertama

itu menentukan tujuan. DENNY

Sepatu wanita memang kini menajdi pelengkap kita dalam berbusana. Tak lengkap rasanya bila pakaian yang kita kenakan

tidak matching dengan sepatu yang kita pakai.Bagi wanita, sepatu ada dua jenis yang sering kita kenakan. Sepatu high heels dan sepatu flat. Buat anda yang pekerja kantoran, pastinya sangat membutuhkan sepatu high heels setiap harinya. Namun, anda harus lebih berhati-hati atas dampak yang ditimbulkan bila anda keseringan menggunakan sepatu high heels. Berikut dampak positif dan negatif saat anda menganakan sepatu high heels: Dampak positif:1. Sepatu wanita bertumit tinggi ini

membuat bentuk kaki terlihat lebih elegan dan seksi;

2. Menunjang penampilan busana Anda;

Resiko Memakai Sepatu High Heels3. Meningkatkan gairah seks

pemakainya. Menurut tim peneliti dari Italia, perempuan yang mengenakan high heels dengan tinggi tumit sekitar 1-2 inchi lebih menyenangkan saat diranjang dibandingkan dengan mereka yang suka mengenakan flat shoes;

4. Mampu mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan postur tubuh;

5. Menutupi kekurangan Anda terutama dalam hal tinggi badan;

6. Dapat menghilangkan tonjolan-tonjolan urat lutut yang tampak menjengkelkan;

7. Dapat Memperbaiki otot panggul

Dampak buruk :

1. Rentan mengalami patah tulang kaki

2. Dapat menyebabkan peradangan pada jantung kaki

3. Bengkak pada ibu jari kaki yang bisa menimbulkan peradangan

4. Nyeri lutut5. Nyeri punggung6. Berisiko menyebabkan patah pada

tungkai kaki akibat terjatuh dari high heel yang super tinggi .

(BERBAgAI SUMBER)

Page 28: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

26 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda

AMBON – Kementerian Kesehatan mendukung Sail Banda melalui kegiatan Bakti Sosial (Baksos) yang ber-langsung tanggal 12 Juli – 3 Agustus 2010 di Provinsi Maluku. Baksos kesehatan Surya Baskara Jaya merupa-kan kerjasama TNI-AL dengan Kemenkes dalam mem-berikan pelayanan kesehatan bagi penduduk di pulau-pulau kecil, terluar dan terpencil mencakup 10 lokasi di 5 Kabupaten/Kota.

Bakti Sosial Operasi Surya Baskara Jaya kegiatan utamanya adalah pelayanan dan penyuluhan keseha-tan. Dalam Baksos Sail Banda juga melibatkan beber-apa sector bahkan beberapa Negara tetangga di Asia Tenggara, Australia, didukung pula oleh Angkatan Laut Amerika, Singapura, Malaysia dan Australia.

Tanggal 4 Juli 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melepas keberang-katan Kapal KRI Suharso di Kolinlamil Tanjung Priok. Kapal ini membawa alat transportasi, peralatan keseha-tan dan obat-obatan yang akan digunakan dalam bakti sosial kesehatan disamping bahan kontak baksos lain-nya.

Dukungan Kemenkes dalam kegiatan baksos Sail Banda berupa 1 unit ambulans transportasi, 3 unit Puskesmas Keliling (Pusling) Roda 4 untuk Maluku Utara, 1 unit Pusling Roda 4 untuk Maluku, 5 buah emergency set perorangan, 2 emergency set tim, 2 tim unit defi-brillator, 2 unit examination lamp, 5 unit minor surgery, dan 2 ventilator dari PPK Regional Makassar.

Bantuan lainnya berupa asistensi gawat darurat, pengiriman dokter ahli serta perawat mahir, simulasi kegawat daruratan, sosialisasi masalah kesehatan, keg-iatan survey vector dan penyuluhan pengendalian pe-nyakit menular dan penyehatan lingkungan, pember-dayaan masyarakat (Desa Siaga), pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) di wilayah Maluku yaitu Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Aru, Seram Bagian Barat, Buru Selatan, dan lain-lain.

Selain itu, Kemenkes juga memberikan bantuan 10 ton makanan pendampingan air susu ibu (MP-ASI), 1.900 kg obat pelayanan dasar, 200 obat TBC, 500 obat

malaria, 200 buah kelambu, dan 40 buah sound timer. Selain Kapal KRI Suharso sebagai tempat pelayanan

kesehatan, kapal USNS Mercy dari Amerika juga men-gadakan baksos di Provinsi Maluku Utara terkait den-gan Pasific Partnership 2010. Pelayanan Kesehatan di daerah yang tidak dapat dilalui kedua kapal tersebut seperti Buru Selatan, Seram Barat, Aru, Maluku Teng-gara Barat dan Maluku Barat Daya akan dilaksanakan dengan tim mobile bantuan Pemda dan Bantuan Sosial Kemenkes Program Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) tahun 2010.

Dalam baksos ini juga dilakukan penguatan pem-berdayaan masyarakat, rehabilitasi sarana umum, pe-nyuluhan/pelatihan, dan bantuan sosial. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan umum dengan pola pelayanan KB, kesehatan gizi antara lain pelayanan kesehatan gizi bayi, balita dan ibu hamil, per-tolongan persalinan, dan pelayanan penyakit menular. Pelayanan kesehatan spesialistik/operasi seperti opera-si katarak, operasi bibir sumbing, dan sunatan massal.

Acara puncak Sail Banda dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2010 yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut sampai Hari Ke-merdekaan Republik Indonesia ke 55 di Pulau Kisar, pulau terluar Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. AHMAD HARYANTO

Page 29: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

27Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis

JAKARTA - Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengunjungi sejumlah korban ledakan tabung gas elpiji yang dirawat di ruang Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan, Selasa. Tanggal 24 Agustus 2010. Menkes didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS tiba di rumah sakit pukul 08.00 WIB, dan segera meluncur ke empat pasien. Seluruh korban menjalani perawatan luka bakar di gedung F lantai 2, Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan.

M e n k e s m e n y a m p a i k a n , seluruh korban telah menjalani operasi penanaman kulit. Kebanyakan korban mengalami luka bakar 19 persen. Maksmial 3 minggu sehat kembali. semua korban dijamin bisa dirawat di seluruh RS di seluruh Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Muhammad Harun selaku Vice Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina menjanjikan akan menanggung seluruh pengobatan dan biaya rawat jalan bagi seluruh korban. Berdasarkan data, dari pengaduan dua bulan terakhir, ada 130 kasus kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Meski tidak semua lokasi ada korban. Biaya rumah sakit secara gratis yang dilakukan PT Pertamina berlaku di seluruh

Indonesia. sedangkan untuk mengurangi trauma, RSPP memperbantukan psikiater dalam perawatan korban tabung gas. Ini bagian dari pengobatan, diperbantukan psikiater dan psikolog.

Saat ini korban akibat ledakan tabung gas yang

masih menjalani perawatan adalah Lia Agustina (1 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 17,5 persen di kaki, lengan, punggung. Leni Harlina (25 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 20 persen di kaki, lengan dan punggung. Korban lainnya Agit Ghifar Gufroni (22 tahun), warga Tambora, luka bakar 19 persen di tungkai kaki kiri kanan, dam Syamsul Hadi, 53 tahun, kayu manis 19 persen di tubuh. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 78 kejadian ledakan tabung gas yang terjadi di Jakarta. IMIN/DSY

Page 30: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

28 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik

BANDUNg – Sebagai pembentuk

citra institusi, penyebar informasi

dan menjalin hubungan yang

harmonis dengan semua

stakeholder, diharapkan kepada

petugas kehumasan di Rumah

Sakit dan UPT agar selalu berpihak

kepada rakyat, bertindak cepat

dan tepat serta mengutamakan

kerjasama tim yang berintegrasi

tinggi, transparasi dan akutabilitas,

hal inilah yang disampaikan

Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan

Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes

saat pembukaan peningkatan

kemampuan tenaga kehumasan

pada tanggal 26 Agustus 2010 di

Bandung.

Tenaga Kehumasan dalam menjalankan tugas perlu

selalu mengingat Visi Kementerian Kesehatan yaitu

”Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”

bagi setiap penduduk agar terwujud suatu pelayanan

kesehatan yang bermutu, efisien, adil dan merata

di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya di

lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Dengan

salah satu Misi Kementerian Kesehatan ”Melindungi

kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

berkeadilan dan membuat rakyat sehat”. Sehingga akan

terpenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dengan mengangkat tema Profesionalisme Humas

dalam menghadapi era Keterbukaan Informasi Publik

(KIP), dituntut untuk kesiapan petugas humas dalam

mengimplementasikan KIP.

Keterbukaan Informasi Publik membawa kearah

Reformasi Pelayanan Informasi Publik yang lebih

transparan, akuntabel, partisipatif, efektif, dan efisien

serta sesuai dengan aturan hukum yang ada dan

kebijakan pemerintah yang makin mudah diakses dan

diawasi publik.

Setiap orang baik itu Warga Negara Indonesia

maupun Warga Negara Asing dapat mengakses

informasi berdasarkan klarifikasi informasi yang wajib

diumumkan secara serta merta, informasi yang wajib

Page 31: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

29Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

tersedia setiap saat. Informasi

yang disediakan dan diumumkan

secara berkala, serta informasi yang

diperoleh berdasarkan permintaan.

Bahwasanya, setiap orang berhak

untuk tahu dan kewajiban untuk

memberitahu, sehingga implikasi

keterbukaan informasi dapat

berjalan dengan lancar.

Keterbukaan Informasi Publik

semua informasi tidak boleh lagi

ditutup-tutupi. masyarakat sudah

semakin cerdas. Karenanya, humas

harus dapat memposisikan diri

Penyerahan sertifikat kepada Peserta dari Rumah Sakit Ratatotok dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Foto Bersama: Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Dilingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

sebagai penyambung lidah antara

masyarakat dan pemerintah, mampu

mengemas informasi dengan baik

sehingga menimbulkan citra yang

baik pula terhadap pimpinan dan

instansinya. Seluruh staf kehumasan

khususnya jajaran pemerintah

daerah jangan hanya menjadi

‘corong’ pemerintah namun staf

humas harus berdiri pada posisi

tengah, di mana selain menjadi juru

penerang pemerintah, sekaligus

menjadi juru penerang masyarakat.

Posisi humas sangat strategis untuk

membentuk citra pimpinan dan

instansi yang dinaunginya. Untuk

membentuk citra yang positif, humas

diharuskan membangun komunikasi

secara sinergis terhadap berbagai

lembaga dan elemen masyarakat

termasuk dengan jajaran pers.

Seluruh tenaga kehumasan harus

memiliki kompetensi, melakukan

penguatan dalam bidang

kelembagaan. Selain itu juga

harus pro aktif, tidak ‘menunggu

bola’ melainkan menjemputnya

dan menguasai semua teknologi

komunikasi. Sebagai implementasi

Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik, Rumah Sakit dan

BBLK diharuskan memiliki Unit

Pengaduan.

Diharapkan dari pertemuan ini

dapat tercipta tenaga kehumasan

yang profesional, terbentuknya

sistem manajemen humas dan iklim

yang kondusif dan dinamis untuk

kelancaran pelaksanaan tugas

kehumasan. HUMAS

Page 32: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

30 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

BANDUNg – Pada tanggal 31 Agustus s/d 2 September

2010 telah dilaksanakan Peningkatan Kemampuan

Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik di

Bandung. Pelatihan ini merupakan upaya meningkatkan

kualitas sumber daya manusia agar lebih mampu dan

terampil dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan

di rumah sakit. Pengelolaan keuangan di rumah sakit

dan satuan kerja saat ini menjadi ukuran keberhasilan

kinerja pengelolaan keuangan di masing-masing unit

kerja, demikian uraian dari Direktur Jenderal Bina

Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur

Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat

Pembukaan Peningkatan Kemampuan Bendahara di

lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik (dr. Ahmad

Soebagyo. T, MARS).

Bendahara adalah orang yang ditunjuk

untuk menerima, menyimpan, membayarkan,

menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang

pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN

pada Kantor/Satuan Kerja. Dalam rangka mendukung

terwujudnya good government dalam penyelenggaraan

Negara, maka pengelolaan keuangan negara perlu

diselenggarakan secara profesional, terbuka dan

bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Untuk terwujudnya

Laporan Keuangan yang baik dan transparan serta tidak

disclaimer, maka dalam pembuatan Laporan Keuangan

baik SAI maupun SIMAK-BMN harus sesuai serta dapat

mempertanggungjawabkan semua kegiatan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai upaya

mewujudkan pengelolaan keuangan salah satunya

adalah melalui reformasi pengelolaan keuangan yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum, dalam pengelolaan keuangannya dituntut

lebih profesioanal mulai dari perencanaan sampai

pelaksanaannya.

Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bendahara di

lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik antara lain:

1. Kebijakan Pemerintah dalam menetapkan Rumah

Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkunganDitjen Bina Pelayanan Medik

Page 33: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

31Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Sakit yang mandiri menuju

Indonesia Sehat 2011

2. Pengawasan oleh aparat

fungsional

3. Tata cara pembukuan

bendahara dan penyusunan

LPJ Bendahara

4. Prosedur dan Permintaan uang

persediaan & tambahan uang

persediaan

5. Prosedur dalam penerbitan

SP2D

6. Pelaporan realisasi anggaran

(SAI, Pelaporan)

7. Penyelesaian tuntutan

perbendaharaan/tuntutan ganti

rugi.

Harapan dari Direktur Jenderal

Bina Pelayanan Medik yang saat

itu diwakili oleh Direktur Keuangan

RSUP Hasan Sadikin Bandung

pada saat Pembukaan Peningkatan

Para Peserta Peningkatan kemampuan petugas bendahara rumah sakit/satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

Kemampuan Bendahara di

lingkungan Ditjen Bina Pelayanan

Medik agar kewenangan yang

diberikan dalam hal pengaturan

keuangan salah satunya adalah

untuk pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa harus lebih

sungguh-sungguh, bertanggung

jawab serta bekerja secara

profesional dan jujur.

PElITA APRIANY

Teh hijau mengandung bahan aktif e p i g a l l o c a t h e c h i n gallate yang multi fungsi. “Minum air

jeruk saja biar lemaknya hancur,” mungkin Anda sering mendengar saran tersebut untuk mengurangi rasa berdosa setelah menyantap makanan enak, tapi penuh lemak. Padahal, penghancur lemak alami yang paling baik adalah teh hijau.

Menurut dr. Phaidon Toruan, dalam bukunya Fat-Loss Not Weight-Loss, ada dua keuntungan mengonsumsi teh hijau, yakni sebagai fat burner yang optimal dan kaya akan antioksidan.

Teh hijau akan membantu meningkatkan pembakaran lemak, dalam arti membantu

Penghancur Lemak Alamimeningkatkan metabolisme trigliserida (misalnya lemak yang tebal di bawah kulit) untuk diubah menjadi asam lemak. “Tapi ingat, lemak di bawah kulit hanya bisa dibakar bila bentuknya sudah diubah menjadi asam lemak. Proses pembakarannya adalah dengan

olahraga,” kata Phaidon.Agar fungsi teh hijau sebagai

fat burner lebih optimal, Phaidon menyarankan agar teh hijau diminum sebelum latihan. Kapasitas antioksidan teh hijau sangatlah kuat sehingga bisa memberi efek proteksi terhadap dinding sel otot. Selain itu, lanjut Phaidon, jika diminum sebelum menyantap makanan, teh hijau akan membantu menahan asupan lemak.

Bagi Anda yang ingin praktis kini telah banyak tersedia ekstrak teh hijau yang sudah diolah secara modern dalam bentuk kapsul sehingga bisa dibawa ke mana pun dan mempermudah Anda mempersiapkan diri bila ingin berolahraga dan menggunakan ekstrak teh hijau.

Page 34: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

32 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011

BANDUNg – Menteri Keuangan R.I telah menetapkan

besaran angka Pagu Sementara Kementerian/Lembaga

Tahun Anggaran 2011. Berdasarkan Pagu Sementara

Anggaran Belanja Tahun 2011 tersebut, maka

kepada masing-masing Satuan Kerja agar menyusun

rencana kerja dan Anggaran Tahun 2011 dengan

mengacu pada Rencana kerja Pemerintah, Rencana

kerja KementerianLembaga, Peraturan Pemerintah

tentang petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL

serta Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar

Biaya Tahun 2011. Untuk itulah diadakan pertemuan

Penyusunan Pagu Sementara UPT Ditjen Bina Yanmed

Tahun Anggaran 2011, pada 9 Juli 2010.

Tahun Anggaran 2011 dihadapkan kepada

perubahan paradigma baru mengenai Reformasi

Anggaran; Pertama hasil restrukturisasi program dan

kegiatan akan digunakan dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-

2014 dan Rencana strategis Kementerian/Lembaga

tahun 2010-2014 serta mulai diimplementasikan

dalam penyusunan Rencana

Pembukaan Penyusunan Pagu Sementara Tahun Anggaran 2011 oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

Page 35: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

33Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Kerja Pemerintah, Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (RKAKL),

dan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran tahun 2011. Hal ini

berarti bahwa alokasi anggaran

Kementerian/Lembaga harus

ditetapkan berdasarkan Program

sesuai hasil restrukturisasi.

Restrukturisasi program dan

kegiatan ini terjadi pada hampir

seluruh kementerian/lembaga.

Kedua, perubahan Undang-undang

Legislatif juga telah mengubah

hubungan kelembagaan antara

Pemerintah dan DPR berkaitan

dengan penetapan APBN, termasuk

didalamnya jadwal pembahasan

APBN pada masing-masing

kementerian/lembaga.

Penganggaran Tahun

2011 menganut pendekatan

Penganggaran Terpadu (unified

budget) yaitu pendekatan

penganggaran yang dilakukan

dengan mengintegrasikan

seluruh proses perencanaan dan

penganggaran di lingkungan

Kementerian/Lembaga untuk

menghasilkan dokumen RKA-KL

sesuai dengan dengan klasifikasi

anggaran menurut organisasi,

fungsi, dan jenis belanja.

Pengintegrasian seluruh proses

perencanaan dan penganggaran

tersebut dimaksudkan agar tidak

terjadi duplikasi dalam penyediaan

dana untuk Kementerian/Lembaga

baik yang bersifat investasi maupun

untuk keperluan biaya operasional.

Penganggaran 2011

juga menganut pendekatan

Penganggaran Berbasis Kinerja

(performance based budgeting)

yaitu pendekatan penganggaran

yang dilakukan dengan

memperhatikan keterkaitan antara

pendanaan dengan keluaran dan

hasil yang diharapkan, termasuk

efisiensi dalam pencapaian hasil

dan keluaran tersebut. Penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja

pada dasarnya mengubah pola

pengalokasian anggaran dari

semula berbasis input menjadi

berbasis output sehingga fokus

pengukuran kinerja terhadap

program/kegiatan juga akan

bergeser dari semula didasarkan

atas besarnya jumlah alokasi

sumber daya menjadi hasil yang

dicapai dari penggunaan sumber

daya.

Dalam pengalokasian anggaran

untuk sebuah output kegiatan harus

tergambar secara jelas asumsi

yang digunakan baik kuantitas

dan kualitas komponen input yang

digunakan serta relevansi masing-

masing komponen input sebagai

tahapan dalam rangka pencapaian

output kegiatan. Untuk mengetahui

tingkat capaian kinerja sebuah

Program atau Kegiatan, maka perlu

dilakukan evaluasi kinerja dengan

mengacu pada indikator kinerja

yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja dapat berupa indikator

input, indikator output atau

indikator outcome.

Pendekatan lain dalam

penganggaran Tahun 2011

adalah digunakannnya Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah

(medium term expenditure

framework) yaitu suatu pendekatan

penganggaran berdasarkan

kebijakan, dengan pengambilan

keputusan yang menimbulkan

implikasi anggaran dalam jangka

waktu lebih dari satu tahun

anggaran. Penyusunan Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah

yang komprehensif memerlukan

suatu tahapan proses penyusunan

perencanaan jangka menengah

meliputi: penyusunan kerangka

asumsi makro, penetapan target-

target fiskal, total resource

envelopes, pendistribusian

total pagu belanja masing-

masing Kementerian/Lembaga,

dan penjabaran pengeluaran

Kementerian/Lembaga ke masing-

masing Progran dan Kegiatan.

Dalam rangka penerapan

Kerangka Pengeluaran Jangka

Menengah, maka Kementerian/

Lembaga harus memperhatikan

kebutuhan anggaran untuk setiap

output yang dihasilkan serta tetap

menjaga keselarasan dengan target

dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional dan

Rencana strategi Kementerian/

Lembaga dan budget contraint

untuk setiap tahun.

Disisi lain Sistem Penganggaran

dan RKAKL 2011 juga mengalami

perubahan sesuai dengan

perubahan sistem panganggaran

yang baru yang terdiri dari

program, kegiatan dan keluaran

(output). Output terdiri dari

beberapa komponen masukan

yang merupakan komponen-

komponen pembentuk keluaran,

Page 36: Warta Yanmed XXIII (27112010)

liputan

34 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

dimana ; Program : berada pada

level eselon I yang merupakan

nomenklatur refleksi dari tugas dan

fungsi Eselon I dan mempunyai

outcome dan bersifat mengikat.

Kegiatan : berada pada level

eselon II/Satker yang merupakan

nomenklatur refleksi dari tugas dan

fungsi eselon II dan mempunyai

output dan bersifat mengikat.

Output : berada pada level eselon II/

Satker dan merupakan output atau

keluaran yang harus dicapai oleh

Eselon II/Satker dan diukur dengan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK),

bersifat mengikat. Komponen Input

: merupakan pembentuk output

dan strukturnya tergantung pada

masing-masing unit kerja, bersifat

tidak mengikat. Semoga dengan

berbagai perubahan paradigma

tersebut tidak mengurangi

semangat dalam penganggaran

guna pemberian pelayanan kepada

masyarakat

Direktur Jenderal Bina Pelayanan

Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P,

MARS menyampaikan saat ini Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat

Jenderal Bina Pelayanan Medik

sebagaimana disebutkan dalam

Laporan Penyelenggaraan Kegiatan

oleh Sesditjen Bina Yanmed adalah

sebanyak 35 Unit terdiri dari 34

Satuan Kerja Badan Layanan Umum

dan 1 Unit Kerja Rumah Sakit Vertikal

yang baru saja bergabung dengan

Ditjen Bina Yanmed sejak tanggal

01 April 2010.

Beberapa hal yang harus

diingatkan kepada Satker-Satker

Badan Layanan Umum, antara lain :

1. Penyusunan RKA-KL harus

mengacu pada Peraturan

Menteri Keuangan No. 44/

PMK.05/ 2009 tentang Rencana

Bisnis dan Anggaran (RBA) serta

Peraturan Menteri Kesehatan

R.I Nomor 550/Menkes/SK/

VII/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Bisnis

dan Anggaran Badan Layanan

Umum Rumah Sakit.

2. Rencana Bisnis Anggaran

tahunan disusun dengan

mengacu kepada strategi

bisnis, memuat seluruh

program, kegiatan, anggaran

penerimaan/ pendapatan,

anggaran pengeluaran/

belanja, estimasi saldo awal dan

estimasi saldo akhir kas BLU;

3. Rencana Bisnis dan Anggaran

juga harus disusun berdasarkan

basis kinerja dan perhitungan

akuntansi biaya menurut jenis

layanannya, dan kebutuhan dan

kemampuan pendapatan yang

diperkirakan akan diterima dari

layanannya.

4. Kepada Satker BLU yang

telah mampu menyusun

standar biaya menurut jenis

layanannya berdasarkan

perhitungan akuntansi biaya

maka penyusunan RBA-nya

mengunakan standar biaya

tersebut, sedangkan untuk

satker BLU yang belum mampu

menyusun standar biaya, RBA

disusun berdasarkan Standar

Biaya Umum (SBU);

5. Kepada Satuan Kerja Baru,

Rumah Sakit Umum Ratatotok

Buyat, karena Tahun Anggaran

2011 merupakan tahun awal

RS ini membuat perencanaan

berbasis Kinerja.

Hasil yang diharapkan adalah

tersusunnya Rincian Pagu Anggaran

Sementara Rumah Sakit dan Unit

Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

Bina Pelayanan Medik Tahun

Anggaran 2011, yang selanjutnya

akan diusulkan ke Kementerian

Keuangan c/q Direktorat Jenderal

Anggaran, melalui Biro Perencanaan

dan Anggaran Setjen Kementerian

Kesehatan R.I untuk ditetapkan

sebagai Pagu Definitif Tahun

Anggaran 2011. IMIN/DSY

Page 37: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

35Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Rumah Sakit InternasionalBukan Sekedar Nama

KEMENKES – Sejumlah Rumah Sakit di Indonesia

yang menggunakan label internasional/dunia/global

pada penamaan Rumah Sakit wajib melepaskan nama

tersebut, dengan tenggang waktu mulai Agustus

mendatang. Selain itu, Rumah Sakit wajib prioritaskan

pelayanan internasional bukan nama Internasional. Hal

ini ditegaskan saat jumpa pers Kementerian Kesehatan,

pada 9 Juli 2010.

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr.

Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan Peraturan

Menteri Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang

Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, pelepasan label

tersebut paling lambat dalam jangka waktu satu tahun

sejak peraturan ini ditetapkan.

Rumah Sakit Kelas Dunia bukan sekedar penggunaan

nama internasional/ global/dunia untuk label rumah

sakit; pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter

asing; pelayanan kesehatan yang sebagian besar

pasiennya adalah orang asing; pelayanan kesehatan

menggunakan teknologi canggih; pelayanan kesehatan

yang diberikan secara eksklusif dengan biaya mahal. Jika

hanya sekedar pengertian di atas, dikhawatirkan akan

mengelabui pengertian masyarakat tentang rumah sakit

yang bermutu dan akan berakibat menurunnya akses

masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia semestinya rumah

sakit yang menjalankan pelayanannya berstandar global

baik dari aspek pemenuhan fasilitas yang aman dan

nyaman, manajemen rumah sakit maupun manajemen

kliniknya. Penerapan manajemen terbaik inilah yang

diharapkan mendapatkan pengakuan dari “luar” yaitu

suatu badan/lembaga akreditasi yang fokus dengan

penjaminan mutu pelayanan di rumah sakit bertaraf

internasional seperti “Joint Commission Internasional,

ossas, malcolm baldridge atau lainnya”.

Diketahui sebanyak 12 Rumah Sakit yang memakai

nama internasional, antara lain RS Bintaro Internasional,

RS Mitra Internasional Jatinegara, RS Surabaya

Internasional, RS Yogya Internasional, RS Royal Progress

Internasional, RS M.H Thamrin Internasional, RS Gleni

Internasional Hospital, RS Bedah Bali Internasional

Medical Center, RS Santosa Bandung Internasional, RS

Omni Internasional Alam Sutra, RS Global Awal Bros,

dan RS Aceh Internasional Hospital.

Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dr.

Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An mengutarakan dari

delapan Rumah Sakit, sudah ada lima Rumah Sakit yang

melaporkan penggantian nama kepada Kementerian

Kesehatan, yaitu Santosa Bandung Internasional menjadi

Santosa Bandung Hospital; RS Surabaya Internasional

menjadi RS Premier Surabaya; RS Internasional Bintaro

menjadi RS Premier Bintaro; RS Mitra Internasional

menjadi RS Premier Jatinegara; dan Global Awal Bros

Hospital menjadi Rumah Sakit Awal Bros.

Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, drg. S.R.

Mustikowati, M.Kes menambahkan Rumah Sakit harus

tetap menjalankan fungsi sosial dengan tetap melayani

pasien miskin yang masuk ke Rumah Sakit Indonesia

Kelas Dunia.

Pada akhirnya, suatu predikat Rumah Sakit

Internasional bukan untuk memperjuangkan sebuah

label, namun predikat tersebut untuk memperjuangkan

pelayanan kesehatan secara terstandar, aman, nyaman

dan memenuhi harapan masyarakat. IMIN/DSY

Suasana Jumpa Pers Kementerian Kesehatan, dihadiri sejumlah wartawan Media Cetak dan Media Elektronik

Page 38: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

36 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

BANDUNg – Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,

dr. Supriyantoro, SpP, MARS, pada tanggal 19 Agustus

2011 lalu berkesempatan menyerahkan secara

langsung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

kepada Satuan Kerja (Satker) penerima anggaran Tugas

Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2010 di lingkungan

Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Penyerahan DIPA adalah hal yang ditunggu-tunggu

oleh Satker penerima anggaran TP mengingat dengan

telah terbitnya DIPA tersebut maka satker dapat mulai

menggunakan anggarannya untuk kepentingan

Rumah Sakit, baik untuk fisik bangunan maupun untuk

peralatan kesehatan.

Proses panjang harus dilalui oleh para satker

penerima anggaran TP sampai terbitnya DIPA ini.

Diawali dari penentuan satker yang memperoleh

TP TA. 2010 berdasarkan SK Menkes (bulan April

2010), pembahasan dan penelaahan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan

pemeriksaan kelengkapan data dukung di Ditjen

Anggaran Kementerian Keuangan (bulan Mei 2010),

kemudian diterbitkan Satuan Anggaran Per Satuan

Kerja (SAPSK) (bulan Juni 2010), dilanjutkan dengan

penerbitan konsep DIPA (bulan Juli 2010) dan terakhir

pembagian DIPA kepada seluruh satker penerima

anggaran TP TA. 2010 ini.

Mengingat terbitnya DIPA ini sudah menjelang

penghujung tahun anggaran, Bapak Direktur Jenderal

Bina Pelayanan Medik mengingatkan kepada seluruh

satker agar dapat menggunakan anggaran TP ini

dengan sebaik-baiknya. “Sedapat mungkin jangan

mengajukan revisi DIPA mengingat waktu kegiatan

sudah sangat sempit. Jika terpaksa revisi, cukup di

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) saja sehingga

dapat menghemat waktu revisi dan anggaran dapat

terserap dengan baik,” pesan dr. Supriyantoro, SpP,

MARS. Hal lain yang tidak kalah penting disampaikan

dalam arahan beliau adalah jangan sampai terjadi

duplikasi sumber anggaran untuk satu kegiatan yang

sama. Untuk pengadaan peralatan kesehatan, hindari

celah-celah yang mengarah kepada kemungkinan

mark up harga atau pun sedari awal sudah mengarah

pada satu merk alat tertentu.

Dalam acara pembagian DIPA TP ini, Dirjen Bina

Pelayanan Medik hadir bersama Inspektur Jenderal

Kementerian Kesehatan – drg. Naydial Roesdal,

MSc, FICD. Pada kesempatan ini, Inspektur Jenderal

menyampaikan makalah dengan tema “Kebijakan

Pengawasan Nasional dan Kebijakan Pengawasan

Kementerian Kesehatan RI”. Dalam makalahnya,

beliau menyampaikan hasil audit yang dilakukan oleh

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, BPKP

maupun BPK di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan

Medik. Hasil pengawasan BPK menyebutkan bahwa

dari 1,2 triliun anggaran yang disclaimer sebagian

besar berasal dari kantor daerah. Ada 4(empat) kriteria

terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPK,

yaitu :

1. Wajar tanpa pengecualian

2. Wajar dengan pengecualian

3. Tidak memberikan pendapat → disclaimer

4. Tidak wajar

Sumber disclaimer yang cukup besar salah

satunya berasal dari anggaran TP di mana yang

menggunakannya adalah RSUD maupun BLK/Labkesda

milik provinsi/kabupaten/kota. Khusus untuk alat

Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010Ditjen Bina Pelayanan Medik

Page 39: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

37Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

kesehatan yang dibeli dari sumber anggaran TP akan

dihibahkan dari Kementerian Kesehatan menjadi aset

daerah. Untuk proses hibah tersebut diperlukan laporan

Barang Milik Negara (BMN) dari satker penerima

anggaran TP. Seringkali proses administrasi ini tidak

diperhatikan dengan baik sehingga sering menjadi

temuan pemeriksa dan akhirnya menjadi disclaimer.

Sumber disclaimer lainnya adalah pembelian alat-alat

kesehatan yang kecil dan mobile, seperti thermometer,

timbangan, tensimeter, stetoskop; dimana ketika akan

dihibahkan barangnya sudah tidak ada lagi.

Pemanfaatan anggaran Tugas Pembantuan dapat

digunakan untuk mencapai sasaran Program Upaya

Kesehatan Perorangan dengan memperhatikan menu

untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat dalam

rangka :

1. Peningkatan mutu pelayanan 4 spesialis dasar

(Penyakit Dalam, Kandungan & Kebidanan,

Bedah, Anak) dan 3 spesialis penunjang (Anestesi,

Radiologi, Patologi Klinik) serta penunjang Non

Medis (Kitchen, Laundry, IPAL, CSSD, dll) dalam

rangka mendukung program Dokter Spesialis

Berbasis Kompetensi (PDSBK)

2. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk

peningkatan mutu pelayanan di kelas III RS

3. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk

pelayanan Gawat Darurat

4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk

pelayanan PONEK termasuk pelayanan Darah dan

Laboratorium

5. Akreditasi RS/Labkes

6. Pemenuhan kebutuhan dana pendamping sesuai

perjanjian Pemerintah dengan negara donor.

Dalam pelaksanaan anggaran Tugas Pembantuan

harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pembangunan hanya untuk gedung pelayanan

(seperti gedung poliklinik/ rawat jalan, gedung

rawat inap, gedung Unit/ Instalasi Gawat Darurat,

Kamar Operasi (OK), Gedung Radiologi, gedung

ICU, dll)

2. Pengadaan peralatan non medik (meubelair, lift, AC,

nurse call, dll) hanya untuk kelengkapan gedung

baru

3. Biaya operasional pemeliharaan untuk gedung dan

peralatan rumah sakit disesuaikan dengan status

kepemilikan rumah sakit

4. Tidak diperbolehkan untuk gedung kantor,

gedung asrama, rumah dokter, rumah direktur,

garasi, workshop, aula, masjid, jalan lingkungan/

kompleks, parkir, pagar atau taman.

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

menggarisbawahi hal penting yang sering dilupakan,

yakni tentang peran Dinas Kesehatan Provinsi. Seringkali

usulan/proposal kegiatan disampaikan RSUD/BLK/

Labkesda langsung kepada Kementerian Kesehatan

cq. Ditjen Bina Pelayanan Medik tanpa melalui Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. “Ini harus diluruskan,”

kata Dirjen Bina Yanmed. Beliau melanjutkan, “ Dinas

Kesehatan Provinsi adalah kepanjangan tangan dari

Kementerian Kesehatan yang ada di daerah. Mereka

lebih mengetahui keadaan RSUD di wilayahnya. Jadi

semua usulan yang masuk baru akan kami proses

ketika ada rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi

setempat. Ini menguntungkan bagi kami, karena cukup

memonitor 33 provinsi yang ada di Indonesia, bukan

700-an satker yang ada yang pasti sangat memusingkan.”

Sehingga untuk sekarang dan masa yang akan datang,

semua usulan yang masuk ke Kementerian Kesehatan RI

harus melalui Dinas Kesehatan Provinsi dulu baru dapat

diproses di Ditjen Bina Pelayanan Medik. Tentunya hal

ini menjadi catatan penting dan sentilan bagi RSUD

yang mengajukan usulannya langsung tanpa melalui

Dinkes Provinsi setempat.

(OcKTI, PROgRAM & INFORMASI SETDITJEN BINA YANMED)

Page 40: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

38 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?

Catatan kecil dari Seminar dan Forum Alumni & Mahasiswa MMR Fakultas Kedokteran UGM, Juli 2010

Satu potret sebuah RSUD di Jawa, agak pelosok untuk ukuran Pulau Jawa, dengan susah payah menggeliat untuk bertahan, meskipun dengan peralatan kesehatan seadanya serta dokter spesialis yang terbatas

jumlahnya. Sementara di Jakarta, rumah sakit tumbuh bak jamur di musim hujan, berkembang dan berkompetisi begitu tajam. Adu kecanggihan teknologi alat kesehatan, dokter sub spesialis yang bertebaran,

serta bangunan gedung yang sedemikian menawan.

Ya, inilah Indonesia. Kesenjangan yang terjadi

demikian besarnya. Contoh di atas baru yang

terjadi di pulau Jawa, sementara kita semua

tahu bahwa Indonesia adalah Sabang sampai

Merauke. Dapat dibayangkan keberagaman yang ada di

dalamnya serta berbagai masalah yang menyertainya.

Sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi

pengambil kebijakan untuk menata keadaan ini dan

berusaha untuk memperkecil kesenjangan yang

terjadi.

Reformasi rumah sakit adalah proses perubahan yang

berlangsung terus menerus secara berkesinambungan

mengikuti kebutuhan penggunanya. Rumah sakit

dituntut terus berkembang dan berevolusi layaknya

makhluk hidup yang harus menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Undang-Undang nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang nomor

44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ‘memaksa’ rumah

sakit untuk berubah. Tekanan perubahan yang tak kalah

kuatnya muncul dari tuntutan masyarakat terhadap

peningkatan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit,

di samping pengaruh politik dari dalam maupun luar

negeri.

Bentuk nyata dari amanat UU tentang Rumah Sakit

adalah perubahan kelembagaan rumah sakit menjadi

Badan Layanan Umum. Alex Prekker dan April Harding

dari World Bank menggambarkan skenario hospital

reform sebagai perubahan bentuk manajemen rumah

sakit dari budgetary unit ke otonomi pengelolaan.

Asumsi mendasar dalam model reformasi ini adalah

bahwa lingkungan bisnis rumah sakit yang sangat

dinamis akan mendorong rumah sakit hidup dalam

‘suasana pasar’. Konsep manajemen yang dipergunakan

harus direformasi. Rumah sakit harus memiliki metode

dan strategi pemasaran yang tepat agar memiliki

daya saing yang tinggi, mampu bertahan dan mampu

melayani kebutuhan pasien dengan memuaskan.

Demikian dinamisnya perubahan rumah sakit di

kota-kota besar di Indonesia, namun masih banyak

juga pasien yang pergi ke luar negeri untuk mencari

pengobatan. Di sisi lain, pernahkah terbayangkan

bagaimana kondisi rumah sakit di pelosok negeri ini,

terpaparkan mereka dengan perubahan-perubahan

ini? Bukankah seluruh manusia Indonesia berhak akan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan memadai?

Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 3 dinyatakan

bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan

umum yang layak. Negara, dalam hal ini Kementerian

Kesehatan, mempunyai tanggung jawab besar dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil,

merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Kementerian Kesehatan dituntut dapat membuat

kebijakan, regulasi maupun program-program kerja

yang tepat dan ‘membumi’, yang artinya dapat

diterjemahkan dan dipergunakan oleh seluruh fasilitas

Page 41: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

39Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

kesehatan yang ada.

Kementerian Kesehatan telah

membuat road map rumah sakit,

yakni garis-garis besar kebijakan,

program dan kegiatan prioritas

dalam bidang perumahsakitan

yang akan menjadi landasan

bersama antar institusi pemerintah

dan swasta dalam mewujudkan

terjaminnya pelayanan kesehatan

yang lebih merata, terjangkau dan

berkeadilan. Ada 7 (tujuh) road map

perumahsakitan di Indonesia :

1. Rumah sakit berstandar

internasional di lima kota

selama lima tahun

2. Meningkatkan kemampuan

dan jumlah rumah sakit dalam

mengantisipasi pencapaian

universal coverage, di antaranya

dengan RS tanpa kelas

3. Akreditasi seluruh rumah sakit

di Indonesia selama lima tahun

4. Program keselamatan pasien

dilaksanakan seluruh rumah

sakit di Indonesia

5. Peningkatan mutu pelayanan

kesehatan di daerah tertinggal,

terpencil, perbatasan dan

kepulauan (DTPK), program

pengembangan RS bergerak

dan Flying health care

6. Menghidupkan sistem rujukan

nasional

7. Meningkatkan pendukung

atau penunjang pelayanan

kesehatan, antara lain

dengan membentuk jaringan

laboratorium referensi, jaringan

penunjang medik, dll

Rumah sakit berstandar

internasional adalah jawaban

Pemerintah terhadap makin

banyaknya WNI yang berobat ke

luar negeri. Isu mutu pelayanan

yang kurang memuaskan serta

mahalnya biaya pengobatan di

dalam negeri menjadi alasan

utama WNI berobat ke luar negeri.

Selain itu adanya perjanjian WTO

tentang perdagangan jasa (GATS

= General Agreement on Trade

in Services) dan Liberalisasi Jasa

Bidang Kesehatan di lingkungan

negara-negara ASEAN membuat

pelayanan kesehatan dituntut agar

berstandar internasional. Reformasi

rumah sakit di Indonesia menjadi

wajib hukumnya agar mampu

berkompetisi dengan rumah sakit

di negara-negara tetangga baik dari

segi kualitas pelayanan maupun

biaya pengobatan. Tentunya

standar internasional yang melekat

pada rumah sakit harus disertai

dengan kesiapan rumah sakit untuk

diakreditasi oleh badan akreditasi

internasional.

Universal coverage adalah

implementasi dari UUD 1945 pasal

28H ayat 1 dan Undang-undang

Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Program Jamkesmas adalah

salah satu program Pemerintah

dalam upaya mencapai universal

coverage. Jika universal coverage

tercapai, cakupan rawat jalan dan

rawat inap di rumah sakit pastilah

meningkat secara signifikan.

Antisipasi Pemerintah terhadap

kondisi yang akan terjadi ini adalah

dengan meningkatkan jumlah

tempat tidur untuk perawatan kelas

III di rumah sakit, mendirikan rumah

sakit tanpa kelas, memperbaiki

dan meningkatkan sarana dan

prasarana kesehatan yang ada di

seluruh RSUD provinsi/kabupaten/

kota.

Amanat UU Rumah Sakit Tahun

2009 mengharuskan seluruh rumah

sakit untuk diakreditasi. Dengan

akreditasi rumah sakit maka standar

pelayanan, standar keselamatan

dan standar mutu rumah sakit

dapat dipertanggungjawabkan.

Dari sisi pasien, mendapatkan

pelayanan yang memenuhi

standar keselamatan dan standar

mutu jelas merupakan hak

mereka. Hanya saja rumah sakit

mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda dalam merespon

dan mengantisipasi hal ini. Untuk

itulah akreditasi yang dilakukan

oleh lembaga independen menjadi

jawaban untuk quality control yang

menilai secara berkala (minimal

3 tahun sekali) standar kelayakan

sebuah rumah sakit.

Page 42: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

40 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Penyakit Buerger adalah kelainan yang

disebabkan oleh trombo-oklusi segmental dari

arteri-arteri sedang-kecil. Biasanya mengenai

ekstremitas bawah, dan pada pasien usia

muda dengan riwayat merokok. Buerger’s Disease ini

ditemukan sejak tahun 1897 oleh Felix von Winiwater,

ahli bedah asal Austria. Winiwater menemukan

terjadinya perubahan sel-sel intima pembuluh darah

atau proliferasi yang merupakan proses awal terjadinya

penyakit.

Namun, 30 tahun kemudian, penyakit ini berubah

nama menjadi von Winiwater- Buerger’s Disease setelah

Leo Burger, Dokter di New York, AS menemukan proses

proliferasi itu ternyata bisa mengakibatkan terjadinya

gangren (pembusukan). Disimpulkan, penyakit ini

menyangkut pembuluh darah arteri sedang atau kecil

yang mengalami infeksi. Infeksi ini membuat pembuluh

darah mengecil dan membuntu sehingga timbul

trombosis (gumpalan darah).

Trombosit adalah reaksi peradangan di sekitar

pembuluh darah (vaskuler) yang menimbulkan

penggumpalan darah. Namun, reaksi yang ditimbulkan

penyakit ini berbeda dengan reaksi akibat arteriosis

(penyempitan pembuluh darah karena timbunan lemak).

Pembuluh darah yang membuntu itu mengakibatkan

aliran darah yang membawa makanan dan oksigen tidak

bisa masuk ke organ tubuh di bawahnya. “ Biasanya,

pembuluh darah yang mengecil bermula dari organ

tubuh paling distal (jauh). Seperti ujung tangan dan

kaki.”

Sayangnya, sampai saat ini, belum ditemukan sebab

pasti Buerger’s Disease ini. Namun, dari bukti-bukti yang

ada, biasanya penyakit mulai menyerang antara usia 30-

40 tahun. Dan, dari penelitian didapatkan lelaki lebih

banyak mengidap penyakit ini daripada perempuan.

Penyakit ini juga berkaitan erat dengan ras, keturunan,

jenis pekerjaan, dn kebiasaan merokok. Selain itu, secara

patologi, mereka yang mengalami panvasculitis atau

peradangan pembuluh darah secara menyeluruh juga

beresiko mendapatkan Buerger’s Disease.

BUERGER’S DISEASE SERANG PEROKOK MUDA

Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui secara

jelas, tetapi penyakit buerger banyak ditemukan pada

perokok berat atau mereka yang merokok pada usia

yang masih terlalu muda. Penyakit ini jarang ditemukan

pada mereka yang tidak merokok

KLASIFIKASI STADIUM 1, 2, 3, 4 BUERGER’S DISEASE

?

Buerger’s Disease ini dikalsifikasiakn dalam empat

stadium :

GEJALA STADIUM PERTAMA (1) : •Umumnya tidak khas. Hanya ditandai dengan

seringgnya kesemutan, kram, dan rasa tidak nyaman

pada kaki.

STADIUM KEDUA (2) :•Terjadi nyeri yang hilang timbul pada kaki saat jalan

yang biasa disebut claudicatio intermitten. Akibatnya,

kemampuan berjalan si penderita berkurang. ” Bila

sehari-hari penderita bisa berjalan 10 km, pada stadium

dua akan merasa nyeri setelah berjalan 3 km. Tapi,

setelah beristirahat nyerinya akan hilang”.

STADIUM TIGA (3) : •Terjadi rest pain. Yakni nyeri menetap meski penderita

sudah istirahat.

Penyakit Buerger’s DiseaseOleh : Dr. Tangkas Sibarani, Sp.OT FICS

Page 43: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

41Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

PUNCAKNYA PADA STADIUM EMPAT, (4) •Terjadi pembusukan jaringan atau gangren pada

organ tubuh yang paling distal. Biasanya ditandai jari-

jari membiru bahkan menghitam, seperti membusuk.

Untuk ini, jalan satu-satunya terpaksa diamputasi. Untuk

itu, mereka yang menunjukkan tanda-tanda stadium

satu (1) seharusnya memeriksakan diri ke dokter untuk

mencari penyebab masalah tersebut.

APA PENYEBAB BUERgER’S DISEASE ?Penyebab penyakit ini belum diketahui secara jelas.

Penyakit ini sering di derita pria dewasa muda hingga

usia pertengahan (20-40 tahun) terutama perokok berat.

Penyakit ini jarang ditemukan pada bukan perokok,

oleh sebab itu merokok merupakan faktor penyebab

timbulnya penyakit ini. Kira-kira 40% penderita memiliki

riwayat peradangan pembuluh pena ( blebistis) yang

berperan penting dalam perkembangan penyakit

buerger . penyakit ini terutama terjadi pada tungkai,

tetapi dapat terjadi pada lengan. Gejala awal berupa

menurunnya aliran darah ( iskemia pada arteri) serta

peradangan pembuluh darah supervisiar ( dibawah

permukaan kulit).

BAgAIMANA gEJAlA BUERgER’S DISEASE ?Gejala klinis penyakit bueger adalah gejala-gejala

iskemia pada ekstremitas ( terutama tungkai ) , seperti

: pucat, nyeri, hilangnya pulsasi, dan INFARK. Jarang

ditemukan claudi clasio , dan bila ditemukan biasanya

hanya terasa ditungkai. Pemeriksaan arteriografi

umumnya menunjukkan pembuluh yang normal di atas

poplitea.

Gejala utama adalah rasa sakit pada daerah yang

dipengaruhinya. Timbulnya penyakit ini secara perlahan-

lahan dan pertama kali timbul pada tungkai dan lengan.

Peradangan terjadi pada arteri dan vena berukuran

sedang dan kecil dipermukaan tubuh. Pada kasus yang

lebih lanjut pembuluh darah pada bagian lain tubuh

dapat juga dipengaruhi . Terjadi penurunan aliran darah

secara progresif pada daerah yang dipengaruhi. Denyut

nadi pada tungkai sangat lemah atau tidak teraba. Aliran

darah yang sangat berkurang dapat menyebabkan

gangren yaitu matinya jaringan tubuh akibat aliran

darah yang sangat terbatas. Penderita mengeluh rasa

dingin pada ujung-ujung lengan yang mirip dengan

gejala penyakit raynaud. Pada keadaan ini, warna kulit

lengan berubah warna menjadi putih, biru dan merah

jika terpapar dengan udara dingin.

FAKTOR RESIKO BUERgER’S DISEASE Merokok diyakini meningkatkan resiko terjadinya

buerger’s disease. Ini belum jelas bagaimana tembakau

meningkatkan resiko terjadi buerger’s disease tetapi data

klinis menunjukkan setiap terdiagnosa buerger’s disease

perokok. Mungkin bahan kimia yang terkandung di

tembakau mengiritasi indotel sehingga terjadi inflamasi.

Peningkatan jumlah wanita perokok menyebabkan

peningkatan insiden pasien wanita di Negara-Negara

Barat.

DIAgNOSIS BUERgER’S DISEASE Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis,

penderita sering mengeluh mati rasa, rasa gatal, atau

rasa panas pada daerah yang dipengaruhi sebelum

peradangan pada pembuluh darah jelas terlihat. Pada

pemeriksaan tambahan bisa dengan arteriografi

TERAPI BUERGER’S DISEASE

Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif

untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok

untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan. Obat-

obat vasedilator yang melebarkan diamater pembuluh

darah dapat diberikan pada penderita, tetapi tidak

efektif.. Hindarilah daerah tubuh yang terkena terhadap

paparan panas dan dingin hindarilah daerah yang

dipengaruhi penyakit ini terhadap trauma dan jika

terjadi infeksi harus segera diobati, tindakan operasi

bisa dengan simpatectomy.

PROgNOSIS BUERgER’S DISEASEPenyakit ini semakin memburuk pada penderita

yang tetap merokok . Daerah tubuh yang mengalami

kematian jaringan ( gangren) harus segera diangkat /

dibuang dengan tindakan pembedahan.

PENcEgAHAN BUERgER’S DISEASEMerokok merupakan satu-satunya penyebab yang

diketahui dan harus dihindari.

Page 44: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

42 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik

INSTAlASI Radiologi RSUP H. Adam Malik kini mengalami perubahan yang pesat baik dari segi pelayanan, sarana prasarana maupun peralatan karena telah didukung sepenuhnya dari jajaran manajemen RSUP H. Adam Malik.

Saat ini telah dilakukan pembenahan di Instalasi Radiologi dari segi pelayanan dengan tujuan memberi kepuasan kepada pelanggan atau pasien.

Motto Radiologi Kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.

Instalasi Radiologi di bagi menjadi 2 bagian yaitu :1. Bagian Radiotherapi.2. Bagian Radiodiagnostik

Apa Keunggulan di bagian Radiotherapi?

Bagian Radiotherapi saat ini menjadi satu-satunya •unggulan di Sumatera Bagian Utara. Bagian

Gb. Alat CT Simaulator yang HiTech.

Gb. Pasien di atur untuk disinar dengan Linac .

Gb. Alat Brachytherapi.

Radiotherapi saat ini melayani penyinaran berbagai macam penyakit kanker dengan menggunakan alat teknologi terbaru yaitu Linear Accelerator biasa disebut dengan Linac digunakan untuk penyinaran dari luar. Kapasitas maksimal penggunaan Linac 60 orang/hari.Untuk penyinaran dari dalam (Internal Therapy •bagian Radioteraphi) dengan menggunakan alat Brachytherapi.CT Simulator suatu alat pendukung Linac yang •digunakan sebelum penyinaran ( Planning Pasien yang akan di Radiotherapi )

Apa keunggulan di Bagian Radiodiagnostik ?Bagian Radiodiagnostik melayani jenis pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan Radiografi2. Pemeriksaan Fluoroskopi3. Pemeriksaan USG 3/ 4 Dimensi4. Pemeriksaan ST Scan.5. Pemeriksaan Mammografi (payudara)6. Pemeriksaan Panoramik (gigi)

Dengan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Jenis Pasien yang dilayani :

Pasien Jamkesmas, Askes •Sosial, Umum, Jamsostek, •Medan Sehat, Jamkesda. •

Page 45: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

43Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Dalam rangka mendukung upaya

pemerataan akses pelayanan kesehatan

melalui penyediaan tenaga kesehatan

dalam jumlah, jenis dan kualitas tenaga

yang memadai di daerah perbatasan

dengan Negara lain, tertinggal dan kepuluan terluar

(DTPK). Program ini menjadi prioritas sesuai dengan

amanat Instruksi Presiden nomor : 1 tahun 2010 tentang

Prioritas Pembangunan Nasional.

Sarana pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas

di DTPK adalah sebanyak 101 Puskesmas dan RSUD

di 35 Kabupaten/Kota yang memenuhi criteria

DTPK di 12 Propinsi yaitu Sumatera Utara, Bengkulu,

Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,

Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat.

Beberapa sarana pelayanan kesehatan terpencil dan

sangat terpencil lainnya merupakan prioritas untuk

penempatan tenaga kesehatan.

Mekanisme penempatan tenga Kesehatan di DTPK

yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan adalah :

1. Pegawai Tidak Tetap (PTT) dokter, dokter gigi

dan bidan di Puskesmas

2. Penugasan khusus residen senior di RSUD

Kabupaten/Kota

3. Penugasan khusus tenaga kesehatan Diploma

3 antara lain perawat, sanitarian, gizi, analis

kesehatan, farmasi dan kesehatan gigi

Program ini dilaksanakan berupa penugasan khusus

tenaga kesehatan D3 tahun 2009 pada 1-2 Puskesmas

DTPK di 35 Kabupaten/Kota di 12 Propinsi prioritas

dengan jumlah tenaga kesehatan yang direkrut dan

ditempatkan sebanyak 135 tenaga kesehatan. Pada

tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan penugasan

khusus meningkat menjadi sebanyak 303 tenaga

kesehatan. Penugasan residen senior dimulai tahun

2006, jumlah penugasan khusus residen senior yang

ditempatkan tahun 2009 sebanyak 83 orang untuk

tahun 2010 sampai bulan April telah ditempatkan

sebanyak 50 orang. Jumlah target yang diharapkan

dapat ditempatkan selama tahun 2010 adalah 700

residen. Lokasi penugasan pada RSUD Kabupaten/

Kota di 6 Propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,

Sumatera Utara, Gorontolo, Nusa Tenggara Timur,

Nusa Tenggara Barat dan Papua sedangkan penugasan

PTT juga diprioritaskan untuk daerah terpencil dan

sangat terpencil, program ini sejak tahun 1990 sampai

sekarang.

Pada periode Januari – April 2010, pembukaan

peluang kerja bagi pegawai tidak tetap (PTT) dokter

dan dokter gigi sepi dari peminat karena dari formasi

685 dokter umum yang tersedia hanya terisi 618 dokter

sedangkan 444 formasi dokter gigi yang tersedia hanya

151 yang terisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat

untuk bertugas di daerah DTPK sangat kecil. Fenomena

ini sangat ironis karena ada disparitas yang tinggi antar

daerah di Indonesia.

Faktor-faktor yang menyebabkan formasi kesehatan

tidak terisi penuh adalah :

a. Banyaknya pelamar memilih daerah yang

terpencil tapi makmur dan akses transportasi

yang tidak terlalu sulit.

b. Pelamar yang tidak lolos pada pilihan pertama

diberi penawaran ditempatkan pada opsi kedua,

ternyata banyak yang pilih mengundurkan diri,

karena daerah tersebut akses sulit

c. Pelamar lebih baik ikut pembukaan PTT

selanjutnya karena Kemenkes membukan

lowongan PTT tiga kali.

d. Dokter atau Dokter Gigi banyak yang patah

semangat melihat kondisi daerah dan akses

transportasi yang sulit.

Program DTPK akan berlanjut untuk tahun 2011

dengan penambahan target sebanyak 1.245 tenaga

kesehatan dengan peningkatan jumlah Puskesmas

yang akan dicakup. Pelaksanaannya akan berkoordinasi

dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/

Kota setempat serta koordinasi dengann lintas sektor

lainnya agar mendukung sarana, prasarana di lokasi

penempatan.AUlIYANA/PElITA/DESI

Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat

Page 46: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

44 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pemanfaatan Teknologi InformasiSebuah Tuntutan dan

TantanganProfesionalismeBagi ARSIPARIS

Oleh: Susi Haryanti

A. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi ini yang ditandai oleh iklim

yang sangat kompetitif, ketersediaan informasi yang

tepat waktu dan akurat sangat dibutuhkan oleh

organisasi manapun dalam menunjang usahanya.

Akhir-akhir ini manajemen informasi mendapat

perhatian yang sangat besar, baik oleh instansi

pemerintah maupun swasta. Ada dua faktor utama

yang mendorong hal tersebut yakni (1) kegiatan

usaha yang cenderung semakin kompleks dan (2)

kemampuan komputer yang cenderung meningkat

(McLeod,1995). Kompleksitas kegiatan usaha ini

didorong oleh beberapa hal, diantaranya pengaruh

perekonomian internasional, kompetisi yang bersifat

global, teknologi yang digunakan semakin kompleks

serta tuntutan masyarakat akan pelayanan yang

cepat. Dapat dikatakan, di era kejagatan ini, informasi

merupakan suatu kekuatan atau yang dikenal dengan

istilah ”information si power”.

Perkembangan teknologi informasi bukanlah suatu

mukjizat, dimana teknologi tersebut datang secara

tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses yang panjang

dan bertahap. Diawali dari revolusi industri dimana

laju pertumbuhan ekonomi tidak lagi dapat dihindari,

maka terjadilah apa yang disebut beniger dalam Putu

Laxman Pendit (1994) sebagai krisis pengendalian

dan pengawasan, yang juga berdampak pada

pembengkakan birokrasi yang menimbulkan masalah-

masalah baru, pada saat inilah timbul dorongan-

dorongan yang kuat untuk menciptakan teknologi baru

yang dapat mengatasi kelambanan manusia dalam

mengolah informasi dalam rangka pengawasan dan

pengendalian tersebut. Pada akhirnya lahirlah teknologi

informasi dengan anak emasnya yaitu komputer.

Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat

luar biasa, dan ini mungkin perkembangan teknologi

yang paling pesat dibandingkan dengan perkembangan

teknologi lainnya. Dampak perkembangan teknologi

ini telah merambah semua lapisan kehidupan manusia.

Hampir semua kantor baik pemerintah apalagi swasta

telah memanfaatkan teknologi dalam menjalankan

kegiatannya, karena tak dapat dipungkiri bahwa

pengelolaan informasi berbasis teknologi akan semakin

mudah dilakukan dalam jumlah besar dan dengan

kecepatan yang luar biasa. Apalagi dengan adanya

jaringan yang mendunia sehingga komunikasi atar

manusia akan lebih mudah dibelahan dunia manapun

akan semakin meningkat dan aksesibilitas informasi

telah berubah menjadi diluar dugaan sebelumnya.

B. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP

KEARSIPAN

Dengan boomingnya teknologi informasi seperti

yang diuraikan diatas tadi, dan pemanfaatannya dalam

melakukan kegiatan organisasi bukan suatu fenomena

yang baru lagi saat ini. Pemanfaatan komputer secara

universal untuk berkomunikasi dan berkorespondensi

yang merupakan darah kehidupan suatu organisasi

tampaknya tidak lagi dapat terelakkan, demikian pula

halnya dalam pengelolaan arsip secara keseluruhan, ini

merupakan tantangan tersediri bagi pekerja informasi

atau arsiparis.

Page 47: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

45Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

C. BERUBAHKAH PERAN ARSIP SEHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI ?

Lundgren and Lundgren dalam Record Management

in the Computer Age menjelaskan, bahwa arsip

merupakan suatu bukti dari suatu kejadian atau

kegiatan yang direkam yang bersifat tangible sehingga

memungkinkan untuk diketemukan kembali (1989:4).

Dalam arti ini, maka :

1. Arsip harus merupakan evidence (bukti) dari

suatu kejadian, tetapi bukti tersebut memiliki

arti sosial;

2. Arsip harus disimpan dalam bentuk yang nyata

misalnya dalam media kertas, film dan media

magnetik;

3. Arsip harus dapat diketemukan kembali secara

fisik maupun informasinya.

Pendapat lain yang disampaikan oleh Smith, yang

membagi media arsip ke dalam beberapa kategori

yaitu :

1. Arsip-arsip dengan media elektronik yang meliputi

cakram magnet, disket, pita magnet dan cakram

optik. Umumnya media elektronik digunakan

untuk menyimpan informasi arsip dalam kapasitas

yang besar.

2. Media mikrofotografik yang meliputi mikrofilm atau

microfiche dan bentuk miro lain yagn dihasilkan

oleh komputer. Media ini digunakan untuk

menyimpan informasi yang membutuhkan akses

cepat atau penyimpanan yang sangat lama.

3. Arsip-arsip bermedia kertas. Arsip ini umumnya

berbentuk hardcopy seperti memo, surat, kontrak-

kontrak dan sebagainya. Keuntungan bentuk

ini adalah dapat menyediakan informasi untuk

referensi jangka pendek dan sering kali digunakan

untuk arsip vital.

4. Media penyimpana terakhir menurut Smith adalah

video dan suara atau biasa dikenal dengan media

audio visual. Media ini digunakan untuk menyimpan

arsip-arsip gamber bergerak serta suara seperti

kaset audio dan kaset video. Kecenderungan

terakhir mengarah kepada media digital seperti

laserdisc, video compact disc yang menyimpan

arsip-arsip multimedia, teks, gambar, grafik dan

suara.

Bila dikaitkan dengan pengertian arsip yang

termuat dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1971,

secara eksplisit mengatakan bahwa arsip juga termuat

dalam berbagai media, termasuk arsip elektronik.

Dengan demikian pengertian arsip tidak berubah

sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi

dalam menunjang kegiatan organisasi.

Arsip merupakan bukti adanya pelaksanaan

kegiatan administrasi atau bukti berjalannya suatu

fungsi organisasi. Sehingga terciptanya arsip mustahil

untuk dihindarkan. Arsip sebagai sumber informasi

terekam dibutuhkan dan dipertahankan oleh lembaga

untuk kepentingan informasi, pembuktian dan

akuntabilitas. Arsip dipertahankan karena informasi

yang dikandungnya yang diperlukan untuk mendukung

kegiatan bisnis terutama dalam prosespengambilan

keputusan dan kebijakan pada level pimpinan. Arsip

juga merupakan alat bukti dalam melindungi suatu

organisasi dalam kasus-kasus hukum atau tuntutan

lainnya yang memungkinkan untuk memberikan

pembuktian bahwa organisasi tersebut telah bertindak

dengan benar dan telah memenuhi kewajibannya.

Untuk kepentingan tersebutlah maka arsip perlu dikeloa

secara profesional. Dari pernyataan tersebut dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa arsip tidak hanya

endapan kegiatan organisasi tetapi arsip sebagai suatu

sumber informasi merupakan aset penting sekaligus

juga merupakan bahan bukti dan akuntabilitas sehingga

organisasi dapat mencapai tujuannya.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang

pelaksanaan kegiatan organisasi tidak merubah arti

dan peranan arsip itu sendiri. Hanya saja yang berbeda

adalah media dan cara pengelolaanya, umumnya arsip

yang tercipta dari pemanfaatan teknologi informasi atau

komputer disebut dengan arsip elektronik. Menurut

ISO resources management standard pengertian arsip

elektronik adalah arsip dalam media penyimpanan

elektronik yang dibuat, dikomunikasikan, disimpan dan

diakses menggunakan perangkat elektronik. Dalam

mengelola arsip elektronik, hal yang harus dipahami

dan dipertahankan adalah elemen maya (virtual) yang

dimiliki arsip yang mencakup isi (content), struktur

(structure), konteks (context) sekaligus maknanya

(menaing).

Page 48: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

46 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Dari apa yang di uraikan di atas dapat diketahui

bahwa tidak terjadi pergeseran makna dan peran arsip

itu sendiri sebagai salah satu sumber informasi.

D. APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA ARSIP

MANUAL DAN ARSIP ELEKTRONIK ?

Cara-cara penanganan arsip elektronik boleh

dikatakan secara konseptual sama saja dengan

penanganan arsip pada umumnya. Media komputer

yang dipakai dalam penanganan arsip elektronik tidak

lebih hanyalah merupakan suatu alat (tools). Kegiatan

pengelolaan arsip elektronik meliputi : penciptaan;

deskripsi; filing dan rujukan.

Menurut Rick dan Gow (1984) ada tiga pendekatan

untuk menangani manajemen arsip yaitu : internal

tak terstruktur; pendekatan internal terstruktur

dan pendekatan eksternal. Pendekatan internal

tak berstruktur dilakukan oleh seseorang untuk

menentukan arasip mana yang bernilai dan harus

disimpan, dan mana arsip yang tak bernilai guna.

Pendekatan internal berstruktur mempercayakan pada

suatu sistem untuk mengumpul dan memaintain arsip-

arsipnya. Sedangkan pendekatan eksternal adalah

mempercayakan pihak ketiga untuk mengelol arsip

yang ada. Arsip elektronik tidak terlalu tergantung

kepada ketiga pendekatan tersebut.

E. PERMASALAHAN KEARSIPAN SEHUBUNGAN

PAMANFAATAN TI

Begitu hebatnya perkembangan teknologi

informasi, sampai-sampai seringkali dilupakan bahwa

pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan

kegiatan organisasi hanyalah alat penunjang

pelaksanaan kegiatan. Anggapan yang ada bahwa

teknologi informasi adalah segala-galanya. Anggapan

ini juga berpengaruh pada arsip. Kita memang setuju

bahwa tak ada yang kebal dengan perkembangan

teknologi informasi ini, tapi bukan berarti teknnologi

adalah segala-galanya. Ada beberapa permasalahan

yang timbul dalam bidang kearsipan sehubungan

dengan pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan

kegiatan, yaitu :

1. Kecepatan perkembangan teknologi menyebabkan

arsip yang tercipta dari generasi sebelumnya sulit

terbaca, sehingga informasi yang terkandung

dalam arsip tersebut tidak dapat dimanfaatkan;

2. Kebocoran informasi karena kemudahan akses

3. Kebebasan individu untuk memperoleh informasi

antara free dan fee

F. TANTANGAN BAGI ARSIPARIS

Seperti yang telah di uraikan di atas, bahwa

perkembangan teknologi tidak mungki dapat terelakkan.

Imbasnya juga pada bidang kearsipan. Sebagai

pengelola kearsipan, tentunya arsiparis harus merespon

perkembangan dan kemajuan tersebut. Belum lagi

dapat membuktikan apakah arsiparis ”pemulung” atau

profesional informasi, lagi-lagi mau tidak mau dan suka

atau tidak suka arsiparis dihadapkan kembali dengan

permasalahan baru yaitu pemanfaatan teknologi

informasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Dampak lain dari perkembangan teknologi informasi

ini yang tidak kalah pentingnya adalah adanya ’jurang

digital’ (digital divide). Jurang ini semakin kompleks

bukan lagi mengenai persoalan kepemilikan dan akses

ke komputer yang berbeda antara kaum berpunya dan

kaum tak berpunya. Dan jurang ini semakin bertingkat

sesuai dengan ekonomi, pendidikan, usia dan bahkan

sampai dengan latar belakang etnik. Jurang ini juga

bersifat dinais mengikuti perkembangan teknologi itu

sendiri. Ini merupakan tantangan besar bagi arsiparis

sebagai profesional informasi.

G. PENUTUP

Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya untuk

menunjang kegiatan organisasi tampaknya bukan lagi

fenomena baru saat ini. Pemanfaatan teknolgi tersebut

dengan segala kelebihan dan kekurangannya tentu

merupakan tantangan tersendiri bagi arsiparis sebagai

profesional informasi. Berbagai persoalan kearsipan

yang muncul harus dicarikan jalan keluarnya. Realitas

suatu arsip ternyata tidak hanya pada informasi yang

terdapat dalam tiap lembaran arsip tetapi juga pada

fisiknya. Hal ini berhubungan dengan keotentikan

suatu arsip. Ini juga merupakan bagian dari masalah

yang dihadapi sehubungan dengan pemanfaatan

teknologi infomasi di organisasi.

Page 49: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

47Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Akhir dari tulisan ini adalah seberapa mampukah

arsiparis menjawab tantangan ini ? maju dengan

berani atau mundur dengan segala konsekuensinya

? Mampukah kita arsiparis bangkit dari zero menjadi

menjadi hero ? Ini merupakan tantangan tersebesar

bagi arsiparis kita saat ini.

Daftar Pustaka :

Amsyah Zulkifli. 1995. Manajemen Kearsipan. PT Gramedia, Jakarta.

McLeod, R. Management Information Systems, 6th edition. Prentice-Hall, New Jersey.

Laxman Pendit, Putu : ”Seba Open di Jagat Informasi”. Buletin Perpustakaan ”Serat” Universitas Indonesia, Vol 1

No. 2, Desember 2007.

Lundgren and Lundgren. 1989. Record Management in the Computer Age.

Parker, Elizabeth. 1999. Managing Your Organization’s Record. Library Association Publishing, London.

Undang-undang No. 7 Tahun 1971 ” Ketentuan Pokok Kearsipan”

Sungguh mengejutkan, namun itulah kenyataannya. Papan ketik atau keyboard komputer Anda ternyata dapat menjadi sumber penyakit. Sebuah penelitian di Inggris belum lama ini melaporkan bahwa beberapa keyboard di sebuah perkantoran

ternyata menyimpan lima kali lebih banyak jumlah kuman, dibandingkan sebuah kloset di kamar mandi Anda. Penelitian ini diungkapkan oleh seorang ahli yang disewa oleh Majalah Which?Computing untuk membersihkan lebih dari 30 keyboard pada sebuah perkantoran di London.

Dari kain-kain dan sepon pembersih yang dikumpulkan berhasil ditemukan beragam jenis bakteri berbahaya seperti Escherichia coli serta bakteri coliform yang dapat menyebabkan diare atau keracunan. Para ahli juga mendeteksi staphylococcus aureus, sejenis bakteri biasa yang menyebabkan beragam infeksi mulai dari masalah kulit hingga radang paru-paru atau pneumonia. Tiga jenis kuman yang paling sering ditemukan di rumah sakit, yaitu vancomycin-resistant Enterococcus faecium (VRE), methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and Pseudomonas Aeruginosa (PSAE). VRE dan MRSA, merupakan kuman-kuman yang telah kebal terhadap antibiotika yang umum dipakai seperti vancomycin dan methicillin.

Ahli Mikrobiologi Professor Hugh Pennington mengatakan besar kemungkinan kuman Staphylococcus yang ditemukan dalam keybord tersebut adalah strain MSAA yang sensitif yang telah melumpuhkan salah satu artis film terkenal Inggris, Leslie Ash.

Riset terhadap banyak rumah sakit juga menunjukkan satu di antara lima keyboard dalam ruang perawatan pasien

terinfeksi dengan MRSA. Namun begitu, menghadapi ancaman ini Prof Pennington menawarkan sebuah solusi yang cukup mudah. “Jemur keyboard di bawah sinar matahari. Bakteri tidak tahan radiasi ultraviolet atau kondisi kering yang akan membunuh mereka dengan sangat cepat,” ungkapnya

Sementara itu James Francis, ahli mikrobiologi dari Kingmoor Technical Services, yang terjun langsung dalam penelitian ini, menyatakan dirinya menemukan empat jenis bakteri berbeda. Dari temuannya, ia menyarankan agar keyboard selalu dibersihkan secara rutin supaya tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Temuan ini merupakan tindak lanjut dari sebuah survey yang dilakukan majalah Which? Computing yang menunjukkan bahwa satu dari 10 orang tidak pernah membersihkan

komputer. Hanya satu dari empat orang membersihkan keyboard komputer atau laptop sekali dalam sebulan.

Bakteri memang dapat dengan mudah menghuni sela-sela keyboard komputer Anda. Salah satu faktor yang mempermudah masuknya bakteri adalah kebiasaan makan di meja kerja Anda. Remah dan cipratan makanan

yang menempel pada keyboard akan memicu pertumbuhan bakteri. Debu juga bisa menjadi masalah ketika terjebak dalam kelembaban. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kuman untuk berkembang biak.

Untuk menghindarinya dilakukan rutinitas mencuci tangan setelah menggunakan komputer, membersihkan tombol secara berkala, melakukan pembasmian hama, serta jangan menggunakan komputer orang berpenyakit menular.

(berbagai sumber)

Papan Ketik Jadi Sarana Kuman

Page 50: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

48 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Penanggulangan Varises Dengan laser

JAKARTA – Bagi setiap orang Varises (varices) adalah

suatu kelainan dinding pembuluh darah yang sifatnya

melebar di permukaan kulit. Varises yang ringan

bukan merupakan masalah karena tanpa keluhan dan

gangguan sama sekali tetapi untuk yang stadium lanjut

dapat mengakibatkan komplikasi seperti : perdarahan,

luka infeksi dan gangguan sirkulasi darah balik dari

paru – paru ke jantung akibatnya bisa meninggal

mendadak.

Varises adalah pembuluh darah balik yang venanya

melebar dan berkelok-kelok akibat gangguan

(hambatan) aliran darah, ini terjadi akibat ketidak

mampuan katub (klep) vena dalam mengatur

aliran darah. Akibatnya aliran darah yang

seharusnya mengalir lancar ke arah

jantung mengalami hambatan dan

terjadi arus balik sebagian aliran

darah dalam pembuluh darah vena

sehingga menjadi melebar dan

berkelok-kelok dan terdapat di kaki.

Angka kejadian wanita sekitar 50 – 55

% sedangkan pria 40 – 50 %, wanita

faktor resikonya lebih besar dari

pada pria, hal ini disebabkan faktor

hormonal dan sering terjadi pada

usia produktif. Pemicunya bisa

disebabkan oleh faktor kegemukan,

berdiri lama (terutama pekerja yang

harus berdiri lama), hamil, obat-obat

kontrasepsi, keturunan dan hormonal.

Pengobatan untuk varises bisa operasi atau

tanpa operasi. Biasanya yang tanpa operasi adalah

stadium ringan yaitu memakai krim, obat-obatan,

suntikan, kaos kaki kompresi, sepatu bertumit tinggi,

bebat elastik, sedangan untuk stadium lanjut bisa

operasi yaitu menghilangkan bagian dengan irisan

kecil atau memakai Endovenous Laser Therapy.

Endovenous Laser Therapy telah ada di RS Jantung

dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, untuk itu

pada tanggal 4 Oktober 2010 diadakan konprensi

pers di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Page 51: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

49Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Jakarta yang dibuka oleh Direktur

Umum dan Sumber Daya Manusia

RS Jantung dan Pembuluh Darah

Harapan Kita, dr. Iwan Dakota MD,

FIHA dengan didampingi oleh dr.

Hananto Andriantoro, Sp.JP(K)

FICA dan dr. Ismoyo Sunu, MD

dihadiri oleh Wartawan dan Humas

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik.

Endovenous Laser Therapy,

biasanya dipergunakan untuk

pengobatan varises stadium lanjut.

Kelebihan dari alat ini pasien di RS

hanya one day care , dibius lokal,

rasa sakit dan efek samping bersifat

minimal, periode pemulihan lebih

cepat dan kemungkinan varises

Tips Pencegahan Varises:Makan makanan yang bergizi •Olah raga teratur•Hindari berdiri terlalu lama, sedapat mungkin relaksasi (yaitu •meluruskan kaki secara berkala dan memijit tungkai sehabis berpegianHindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang•Hindari memakai rok bawahan yang terlalu ketat•Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada •tungkaiBagi yang suka sepatu hak tinggi dapat menggunakannya •agar otot sekitar varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah

akan muncul kembali setelah dilaser

sekitar 4 %.

Di RS Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita biayanya sekitar

10 s/d 20 juta untuk general dan

tergantung lebarnya varises, tetapi

pembiayaan belum bisa memakai

Askes, Jamkesmas dan Jamkesda.

Sedangkan varises yang ringan,

lasernya seperti mesin foto kopi

dengan biaya sekitar 3 s/d 5 juta

dan biasanya untuk kosmetik agar

kaki kelihatan indah tanpa varises.

AUlIYANA & SUFERMI

Page 52: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

50 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?

Oleh : Heri Djuwanto dan Auliyana

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk

juga dalam masalah kesehatan yang

dibahas pada pasien-pasien Geriatri

dan Psikogeriatri yang merupakan

bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu

yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia,

meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural,

ekonomi dll.

Proses menua (aging) adalah proses alami yang

disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan

masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan

jiwa secara khusus pada lansia.

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang

mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang

menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan

rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan

lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu

kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan

jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof,

preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang

menyertai kehidupan lansia.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kesehatan jiwa lansia yaitu :

1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya

mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat

patologis berganda (multiple pathology) : misalnya

tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin

keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,

penurunan fungsi dan potensi seksual, gangguan

jantung, diabetes mellitus, vaginitis, kekurangan

gizi, perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya : cemas, depresi, pikun dsb.

Page 53: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

51Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

2. Perubahan Aspek Psikososial

Umumnya setelah orang

memasuki lansia maka ia

mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor,

sehingga menyebabkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi

makin lambat dan kurang

cekatan.

3. Perubahan yang Berkaitan

Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini

diawali ketika masa pensiun.

4. Perubahan Dalam Peran Sosial

di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi

indera pendengaran,

penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul

gangguan fungsional atau

bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi

bungkuk, pendengaran sangat

berkurang, penglihatan kabur

sehingga sering menimbulkan

keterasingan/ kesepian.

Para Lansia mempunyai tipe

kepribadian dalam menghadapi

kehidupan dimasa tuanya :

a. Tipe Kepribadian Konstruktif

(Construction personalitiy),

biasanya tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan

mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri

(Independent personality),

pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami

post power sindrome, apalagi

jika pada masa lansia tidak diisi

dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada

dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung

(Dependent personalitiy),

pada tipe ini biasanya sangat

dipengaruhi kehidupan

keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis

maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan

hidup meninggal maka

pasangan yang ditinggalkan

akan menjadi merana, apalagi

jika tidak segera bangkit dari

kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan

(Hostility personality), pada

tipe ini setelah memasuki

lansia tetap merasa tidak puas

dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-

kadang tidak diperhitungkan

secara seksama sehingga

menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-

marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri

(Self Hate personalitiy), pada

lansia tipe ini umumnya terlihat

sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang

lain atau cenderung membuat

susah dirinya.

Lanjut usia secara psikososial

yang dinyatakan krisis bila :

Ketergantungan pada orang lain

(sangat memerlukan pelayanan

orang lain) dan Mengisolasi diri

atau menarik diri dari kegiatan

kemasyarakatan karena berbagai

sebab, diantaranya setelah

menajalani masa pensiun, setelah

Para Lansia sedang membuat kerajinan tangan dan menyulam.

Page 54: Warta Yanmed XXIII (27112010)

ragam

52 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

sakit cukup berat serta lama dan

kematian pasangan hidup dan lain-

lain.

Untuk itu para lanjut usia

diharapkan lebih mandiri dalam

mengatasi masalah kehidupan dan

membiasakan gaya hidup sehat

sejak dini yaitu dengan :

1. Teratur melakukan olah raga

ringan yaitu jalan kaki, senam

otak, senam pernafasan, senam

osteoporosis dll.

2. Mengkonsumsi makanan sehat

3. Menghindari rokok, minumam

keras

4. Menjaga kesehatan serta

memeriksakan kondisi

kesehatan secara teratur

termasuk kesehatan gigi

5. Melakukan aktifitas yang

menyenangkan (baca Koran,

nonton TV, main game, musik,

menyanyi, main tebak – tebakan,

mengisi TTS, berlibur)

6. Lebih rajin mendekatkan diri

pada Allah sang Pencipta (

berdoa, dan lebih mengasah

spiritual )

7. Selalu berpikir positif tanpa

menyalakan siapapun juga

8. Menjalin relasi soaial seluas

mungkin (ikut arisan, aktif

menjadi anggota organisasi,

pengajian, dll)

9. Bila memungkinkan mempunyai

binatang peliharaan atau rajin

berkebun

10. Sering bersilahturami dengan

keluarga atau sahabat.

Untuk masyarakat Indonesia

yang berbudaya ketimuran maka

lansia yang memiliki keluarga

masih sangat beruntung karena

anggota keluarga seperti anak,

cucu, cicit, sanak saudara bahkan

kerabat umumnya ikut membantu

memelihara (care) dengan penuh

kesabaran. Namun bagi mereka

yang tidak punya keluarga atau

sanak saudara karena hidup

membujang, pasangan hidup yang

tidak punya anak dan pasangannya

sudah meninggal, seringkali

menjadi terlantar. Disinilah

pentingnya adanya Panti Werdha

sebagai tempat untuk pemeliharaan

dan perawatan bagi lansia. Disisi

lain perlu dilakukan sosialisasi

kepada masyarakat bahwa hidup

dan kehidupan dalam lingkungan

sosial Panti Werdha adalah lebih

baik dari pada hidup sendirian

dalam masyarakat sebagai seorang

lansia

RS Jiwa Dr. Radjiman

Wediodingrat Lawang Jawa Timur

yang mempunyai Visi : “ Menjadi

pusat pelayanan kesehatan

jiwa yang unggul, mandiri dan

terpecaya dalam rangka membuat

rakyat sehat “. RS ini sangat peduli

dengan masalah Psikogeriatri

dan menjadikannya Instalasi

Psikogeriatri sebagai unggulan

yaitu pelayanan kesehatan lansia

terpadu. Dengan Motto “ Melayani

dengan Terampil dan Menyentuh

Hati”.

Beberapa pelayanan Instalasi

Psikogeriatri adalah :

a. Palliative care and hospice

service

Perawatan suportif yang

mempunyai bertujuan

meningkatkan kualitas hidup

klien yang menglami penyakit

stadium Terminal

b. Pet therapy

Mempergunakan kedekatan

klien dengan binatang

peliharaan untuk membangan

emosi positif

c. Multisensory stimulation

Memperbaiki fungsi panca

indera

d. Reality orientation training

Terapi yang dirancang unik

untuk mempertahankan

orientasi klien terhadap diri

dan lingkungannya

e. Reminisceence therapy

Terapi yang mempergunakan

berbagai benda, kisah, maupun

lagu dari masa lalu klien untuk

merangsang kembali memori

jangka panjangnya

f. Modifiled occupational therapy

Terapi okupasi yang disesuaikan

dengan latar belakang sosial

ekonomi, pendidikan dan

budaya klien

g. Respite care

Pengasuhan sementara bagi

lansia pabila pengasuh tetap

atau keluarganya berhalangan

mengasuh selama beberapa

saat dalam menerima stimulus

dari sekitar.

(DIKUTIP DARI BERBAgAI SUMBER)

Page 55: Warta Yanmed XXIII (27112010)

resensibuku

53Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja, serta tertib administrasi. Ruang lingkup administrasi

umum meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan serta tata ruang perkantoran.

Dengan melaksanakan petunjuk teknis tata naskah dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik ini, diharapkan dapat tercipta efisiensi dan efektifitas serta kelancaran komunikasi tulis yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung tertib administrasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Buku ini terdiri dari 5 bab dengan daftar isi antara lain Pendahuluan; Jenis dan format naskah dinas; tata surat dinas; penggunaan lambang negara, logo, dan cap dinas; dan penutup.

Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

Pemrakarsa : Bagian Umum dan Kepegawaian Ditjen Bina Yan Medik

Tebal : 73 Halaman

Terbit Tahun : 2010

Page 56: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

54 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Pelayanan MedikBersama Menteri Kesehatan

54

lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD menyampaikan dengan perpisahan

ini tetap terjalin hubungan emosional, terima kasih atas

kerjasamanya selama ini dan mohon maaf atas kesalahan saya selama

menjabat sebagai Direktur Jenderal.

Page 57: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

55Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 55

lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

“Saya yakin kita mampu menyelesaikan tugas kedepan untuk mendukung Menteri Kesehatan mewujudkan misi dan visi Kementerian Kesehatan,” tegas dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang menggantikan Farid W. Husain.

Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Farid W. Husain, “selama 9 bulan saya menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Pak Farid adalah salah satu orang yang sangat membantu saya diawal pekerjaan. Atas nama pribadi, saya mengucapkan terima kasih” bukan hanya itu saja, “Beliau sangat professional, disamping itu beliau telah menunjukkan keberhasilan dalam menjalankan tugasnya. Atas nama Kementerian Kesehatan, saya mengucapkan terima kasih dengan semua bakti terhadap waktu dan pikiran untuk Negara Indonesia”

Menkes berpesan kepada Bpk. Supriyantoro pengganti Bpk. Farid W. Husain sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. “Bpk. Supriyantoro untuk meneruskan apa yang sudah dirintis Bpk. Farid, program yang baik untuk ditingkatkan. Kepada seluruh jajaran teknis, dimohon untuk dapat bekerjasama dengan baik, sehingga akan tercapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.”

Page 58: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

56 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201056 57

lensayanmed lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Pemberian Cenderamata

Pemberian Cenderamata diberikan juga kepada para pejabat Purna Bakti lainnya, antara lain mantan Sesditjen, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, dan mantan Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa.

Page 59: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

57Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201056 57

lensayanmed lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Page 60: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

58 Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 201058

lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Penyerahan Memori Jabatan Direktur SDM & Pendidikan RSCM, Dr. dr. Melianda Zailani, MARS kepada dr. Sumariyono, Sp.PD (16/08)

Direktur Keuangan RS Jantung & Pembuluh Darah Kita di Jakarta

Serah Terima Jabatan Eselon II

Page 61: Warta Yanmed XXIII (27112010)

lensayanmed

59Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010 59

lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik • Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

Serah Terima Jabatan Direktur Umum, SDM dan Pendidikan diberikan oleh dr. Lia Gardenia Partakusuma, Sp.PK (K), MM

kepada drg. Marliana Poerba, MM

Serah terima jabatan Direktur Umum dan Operasional RSAB, dari dr. Osrizal Oesman, SpA kepada dr. Embry Netty, M.Kes

Serah Terima Jabatan Direktur Utama RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

diberikan oleh dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ kepada dr. Bella Patriajaya, Sp.KJ.

Page 62: Warta Yanmed XXIII (27112010)

PELAYANAN PSIKOGERIATRI RSJ DR.RADJIMAN WEDIODININGRAT - LAWANG

Rehabilitatif

Medical Student

Terapi Reminiscence