warta cendana edisi viii no.2 2015 · pertumbuhan tinggi secara luas tidak dipengaruhi permanen...
TRANSCRIPT
Forestry Research Institute of Kupang (Forist)
WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VIII No.2
November 2015
FOKUSPotensi Kayu Putih Jenis Ungguluntuk Mendukung Rehabilitasidan Peningkatan Kesejahteraan
Foto Latar: Kayu Putih, Ida Rachmawati
PENENTUANSITE INDEX
Mengenal Anggrek TerestrialCalanthe Sp. di Pulau Timor
ww
w.herbalveda.co.uk
Berdasarkan Tinggi Rata-rata (Mean Height) Tegakan
POTENSI ULES (Helicteres Isora) dan TARUM (Indigofera) SEBAGAI HHBK DI DESA BOSEN KAB. TIMOR TENGAH SELATAN
KAWASAN TANJUNG TORONG PADANG DI PULAU FLORES sebagai Habitat Berbagai Jenis Satwa Liar
Pendahuluan Metode penentuan kualitas tapak pada Kualitas tapak (site quality) merupakan dasarnya adalah menggunakan suatu indikator yang
indikator atau sarana yang penting dalam paling logis dan bisa menggambarkan kondisi pengelolaan suatu tegakan, dalam hubungannya tegakan secara langsung. Oleh karenanya, volume dengan penguasaan pengetahuan terhadap tegakan menjadi suatu indikator utama langsung dinamika tegakan. Penguasaan pengetahuan yang dapat digunakan dalam menilai kualitas tapak. dinamika tegakan senantiasa diperlukan untuk Namun, ternyata metode volume tegakan tidak dapatmenentukan tindakan yang paling tepat selamanya bisa diterapkan pada setiap tegakan. berkaitan dengan silviculture prescription dan Pengaruh sejarah pada tegakan menjadi sesuatu management prescription. yang sangat dipertimbangkan sehingga metode
1Edisi VIII No.2 November 2015
| FO
KUS
|
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG
Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana
PENERBIT
Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang
Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected]
REDAKSI
merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi
hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum
kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain. www.foristkupang.org
Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mngubah isi materi tulisan, Tulisan dapa dikirim melalui email ke [email protected]
DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIHPembaca setia warta cendana, kali ini warta cendana edisi VIII No. 2 hadir dengan berbagai artikel menarik
di antaranya memberikan informasi tentang cara menentukan site index berdasarkan tinggi rata-rata
tegakan, potensi dan peluang kayu putih dalam mendukung rehabilitasi hutan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan kita di ajak untuk mengetahui kehidupan satwa liar di kawasan tanjung
torong padang di Pulau Flores selain itu redaksi juga mengajak pembaca untuk lebih mengenal jenis HHBK
petensial seperti Ules, Tarum dan Anggrek.
Semoga sajian informasi kali ini dapat menambah wawasan pembaca sekalian. Bila ingin berpartisipasi
dalam media ini, dapat mengirimkan artikelnya ke dewan reaksi Warta Cendana.
| FOKUS | | GALERI PERISTIWA |
h.1oleh: Hery Kurniawan
Potensi Kayu Putih Jenis Ungguluntuk Mendukung Rehabilitasidan Peningkatan Kesehateraan
h.6
Oleh : Sumardi
h.21
h.24
Cover Photo : Kayu Putih
oleh Ida Rachmawati
Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang
Imam Budiman, S.Hut, M.A .Hery Kurniawan, S.Hut, M.Sc.Eko Pujiono, S.Hut, M.Sc.Muhamad Hidayatullah, S.Hut, M.Si. Merry Mars Dethan, S.P.
Feri A. Widhayanto,S.T.
Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Anggota
Kawasan Tanjung TorongPadang di Pulau Floressebagai Habitat Berbagai Jenis Satwa Liar
h.11Oleh : Kayat
Potensi Ules (Helicteres isora)dan Tarum (Indigofera)sebagai HHBK di Desa BosenKab. Timor Tengah Selatan
h.17Oleh : Dani Pamungkas
Mengenal Anggrek Terestrial(Calanthe Sp.) di Pulau Timor
Penentuan Site IndexBerdasarkan Tinggi Rata-rata(Mean Height) Tegakan Oleh : Oskar K. Oematan
oleh: Hery Kurniawan
PENENTUAN SITE INDEX Berdasarkan Tinggi Rata-rata (Mean Height) Tegakan
| KILAS BERITA |h.27
ww
w.w
ikipedia.org
32
volume tegakan ini jarang digunakan. Adanya ekspresi numerik bagi site quality (misal, SI 20) serangan penyakit, hama, kebakaran dan daripada deskripsi kualitatif (misal, SQ III). sebagainya yang dapat mengurangi volume tegakan Namun, tinggi pohon mana yang digunakan membuat metode volume tegakan menjadi tidak sebagai indikator penentuan site quality yang paling dapat menggambarkan kualitas tapak yang baik? Mengingat tinggi pohon tegakan dapat sesungguhnya. didekati melalui rerata tinggi dominan (peninggi)
Sehingga, berdasarkan kendala yang ada, dan tinggi rerata. Kapan kita harus menggunakan muncul ide untuk menyusun site quality yang bisa tinggi dominan? Dan kapan harus menggunakan diukur dengan suatu indikator yang relatif bebas tinggi rerata?dari pengaruh masa lalu. Metode yang selanjutnya Site index merupakan indeks kualitas tapak ini dikenal dengan metode tak langsung (indirect yang dinyatakan dengan tinggi pada umur dasar method). Menurut Jones (1969), tiga pendekatan tertentu, atau klas index (I, II, III,….,dst.). Tinggi tak langsung untuk mengestimasi site quality pohon dianggap dapat mewakili indikator kualitas adalah : tapak site index (indeks kualitas tapak), tapak, karena tinggi pohon yang bebas dari vege ta t i on ( tumbuhan) , env i ronment persaingan (dominan) adalah sangat sensitif (lingkungan). terhadap kondisi tapaknya. Pemilihan pohon yang
digunakan sebagai site trees, juga sangat Site Index menentukan keakuratan prediksi kualitas tapaknya.
Penggunaan volume tegakan untuk Pada dasarnya, yang digunakan sebagai indikator menentukan kualitas tempat tumbuh hanya adalah rerata tinggi dominan dalam satu unit luasan mungkin apabila penjarangannya adalah ringan tertentu (100 pohon yang tersebar merata dalam 1 (sekitar 30%) (Assman, 1961). Sehingga dengan ha).munculnya konsep penjarangan keras, volume Namun, tidak selamanya pula tinggi dominan menjadi tidak mampu memberikan taksiran site (peninggi) ini dapat digunakan dalam pembuatan quality yang akurat. Dari semua metode site index mengingat karakteristik tegakan yang pengukuran tak langsung yang telah diteliti, tingkat tidak selalu sama. Peninggi akan cocok digunakan pertumbuhan tinggi pohon muncul sebagai pada tegakan yang relatif mudah dalam parameter atau indikator yang paling praktis dan membedakan pohon dominan, kodominan, dan bermanfaat untuk penentuan kualitas tapak hutan strata yang lebih rendah lagi. Namun untuk tegakan (timber site quality). Tinggi pohon ini bukan alam yang relatif lebat atau untuk tegakan seumur merupakan sarana yang paling sempurna, namun yang seragam dalam strata tajuknya, maka konsep merupakan yang standar dibandingkan metode peninggi menjadi sulit diterapkan dan tidak praktis lainnya (Davis dan Johnson, 1987). lagi. Konsep tinggi rerata muncul sebagai pengganti
Menurut Brack dan Wood (1997) Hubungan konsep peninggi , dengan pert imbangan tinggi pohon dengan umur disebut site index, site kepraktisan dan kelogisan. Beberapa hal yang dapat index digunakan secara luas dalam mengevaluasi dijadikan pertimbangan kenapa dalam pembuatan tapak tegakan seumur (even-aged stands) atau site index digunakan tinggi rerata tegakan adalah:tegakan yang komposisinya mendekati murni (Brack dan Wood,1997). Popularitas dari hubungan 1. Sumber data adalah temporary sample plottinggi-umur sebagai indikator dari tapak adalah Data yang berasal dari temporary sample plot akan karena Tinggi dan umur mudah ditentukan dimaknai berbeda dengan data yang berasal dari Pertumbuhan tinggi secara luas tidak dipengaruhi permanen sample plot. Data yang berasal dari oleh kerapatan tegakan. Site indeks memberikan temporary sample plot biasanya lebih menekankan
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
pada nilai parameter tegakan secara keseluruhan 5. Kelangkaan data (basal area, volume)daripada permanen sample plot, karena biasanya Beberapa negara telah melakukan pencatatan yang jumlah plotnya adalah banyak dan tersebar merata. baik dalam penelitian growth and yield suatu atau Namun, temporary sampel plot kurang mampu beberapa pohon. Namun, tidak sedikit pula negara memberikan catatan detil masa lalu individu yang tidak memiliki catatan yang baik. Negara yang pohonnya. Pada permanen sample plot, data memiliki catatan yang baik umumnya adalah negara pertumbuhan setiap individu pohon tercatat secara di daerah temperate dan bekas jajahan. Sedangkan periodik dan umumnya tidak untuk ditebang. yang memiliki catatan kurang baik umumnya
adalah negara-negara berkembang dan 2. Strukturnya Relatif Seragam terbelakang. Sehingga pendekatan yang digunakan Seringkali dijumpai tegakan yang memiliki kondisi dalam mempelajari growth and yield bagi negara-tajuk seragam dan t idak mudah untuk negara berkembang dan terbelakang adalah selalu membedakan mana tajuk dominan, kodominan m e m p e r t i m b a n g k a n k e p r a k t i s a n d a n maupun strata bawah. Semakin sulit lagi bila kesederhanaan.kondisi tegakannya rapat atau sangat rapat. Sehingga pembedaan strata menjadi kurang efektif. Penyusunan Model Site IndexPada kondisi demikian, konsep tinggi rata-rata Model site index pada dasarnya merupakan dapat digunakan sebagai indikator penentu kualitas persamaan matematis yang menghubungkan tempat tumbuh, karena akan memiliki korelasi yang indikator yang digunakan sebagai penentu kualitas kuat dengan crop yield-nya. tapak dengan umur tertentu. Sehingga, dengan
umur yang diketahui dan suatu besaran dari 3. Tinggi rerata memiliki korelasi yang kuat indikator berdasar sampel, maka dapat ditentukan dengan umur dan volume tegakan site index dari petak atau tegakan tersebut.Pada tegakan-tegakan yang baru dibangun, atau Data yang digunakan merupakan sampling masih muda, maka seringkali dijumpai grafik dari keragaman umur dan kondisi lapangan pertumbuhan yang masih menaik. Artinya grafik tegakan. Dengan demikian pada tiap umur tertentu riap belum bisa digunakan sebagai penentu kualitas akan didapatkan sebaran titik yang menyatakan tapak. Sifat tegakan yang masih muda juga belum variasi keadaan lapangannya. Secara umum pada menunjukkan hubungan diameter dan tinggi yang umur muda belum begitu terlihat perbedaan antar signifikan. Sehingga apabila digunakan peninggi site quality, namun semakin tua tegakan maka atau riap sebagai penentu kualitas tapak, maka akan sebaran tersebut akan semakin melebar. Semakin terjadi bias. lebar sebarannya, maka akan semakin banyak pula
dalam penentuan site index-nya.4. Metode Penjarangan tegakannya adalah Metode penentuan site index melalui grafik
yang paling sederhana mungkin adalah yang dibuat sistematisoleh Frans von Baur (1881), yang dikenal dengan Pada tegakan yang dilakukan metode penjarangan metode five bands, yakni dengan membuat batas sistematis, maka desainnya adalah tidak untuk atas dan bawah dari sebaran titik-titik tinggi rata-mendapatkan kondisi tegakan tertentu menurut rata tegakan untuk tiap umur dengan menarik garis status individu pohon dalam tegakan. Artinya, yang merupakan batas atas dan bawah, selanjutnya semua pohon dianggap memiliki karakteristik yang dari daerah kurva yang dibuat tadi dibagi menjadi 5 relatif sama. Sehingga pada tegakan demikian akan bagian yang memiliki lebar sama. Tengah-tengah tidak match apabila digunakan konsep peninggi dari masing-masing bagian pita tadi kemudian dalam penentuan kualitas tapaknya.
54 Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
ditarik garis yang ini merupakan kurva site index- Penerapan Metode Site Index dari Tinggi site index yang dipublikasikan telah diturunkan Rerata pada Cryptomeria japonica D. Don.menggunakan prosedur statistical curve-fitting Cryptomaria japonica merupakan fast (penyusunan kurva secara statistik). Sebagian growing species yang termasuk dalam family : besarnya merupakan tiga metode umum dalam Taxodiaceae. Merupakan tanaman conifer penyusunan persamaan sebagaimana dibahas oleh berukuran besar yang banyak terdapat di Jepang. Clutter et al. (1983) dalam Brack dan Wood (1997). Secara umum tumbuh pada ketinggian di atas 1000 Model-model yang umum digunakan dalam meter dengan cuarah hujan tahunan lebih dari 3000 metode mm. Tanaman ini mampu mencapai tinggi 30-35m
dan diameter 40-45m pada kondisi lahan rata-rata The Chapman-Richards function pada umur 50 tahun (Pandey, 1983).
(1 / (1 - m)) Di daerah tropis tanaman ini telah berhasil H = n x [1 - EXP(-pA)]dikembangkan terutama di negara India dan Brazil yang mampu mencapai luasan hingga 40.000 ha. Untuk daerah Brazil tinggi rata-rata maksimum The von Bertalanffy model
(1 / (1 - m)) tegakannya pada umur 30 tahun dapat dilihat pada H = [n / p x (1 - EXP(-p x (1 - m) x A) )]Tabel 1 di bawah.Sedangkan grafik site index-nya Dimana, H = tinggi (m)dapat dilihat pada gambar 1. A = age/umur (tahun)
n, p, m = koefisien yang diestimasi oleh regresi nonlinear.
Kedua persamaan ini dapat dibatasi sehingga tinggi predominannya harus menyamai nilai site index pada suatu umur tertentu. Sebagai contoh, membatasi model von Bertalanffy pada umur 20 tahun, menghasilkan :
Dengan mentranspose persamaan ini dapat Untuk contoh persamaannya, dapat dilihat di diprediksi site index secara langsung dari tinggi dan bawah ini, yang merupakan persamaan site index umur setelah koefisien p dan m diketahui : dari tanaman Acacia mearnsii di Kenya (Pandey,
1983).
Log SI = log Hm + 1,2325 x Ferguson (1979), menggunakan batasan
model von Bertalanffy untuk menghasilkan kurva- dimana :kurva site index bagi Pinus radiata. Solusi model A = umur tegakanolehnya menggunakan data dari plot permanen Hm = tinggi rerata 200 batang/haadalah : SI = site index
1.792H = 1.736 x S x (1-EXP-0.066 x A )
PENUTUPSite index menjadi penting dalam sebuah
sistem manajemen pengusahaan hutan agar setiap
Gambar 1. Kurva site index Cryptomeria japonica di Brazil
1 - EXP - p(1-m) AS = H x
(1 / (1 - m))
1 - EXP - p(1-m) 20
1 - EXP - p(1-m) AH = S x
(1 / (1 - m))
1 - EXP - p(1-m) 20
kegiatan perencanaan, prediksi hasil, dan segala Brack, C.. 1996. Stand Growth. www.anu.edu.au. tindakan manajemen yang ditujukan untuk di-download pada tanggal 10 Mei 2007. kepentingan pengusahaan maupun lingkungan Brack, C. dan Wood. 1997. Quantifying Site. dapat dilakukan dengan tepat. Pemaksimalan hasil www.anu.edu.au. di-download pada tanggal dapat diusahakan dari awal apabila perencanaan 10 Mei 2007. usahanya baik, dan salah satu teknik yang dapat Davis, L.S., dan K.N. Johnson. 1987. Forest membantu dalam membuat perencanaan yang baik Management. McGraw-Hill, Inc. New York.adalah menggunakan sarana berupa site index. Pandey, D.. 1983. Growth and Yield of Plantation
Species in The Tropics. Food and Agriculture Daftar Pustaka Organization of The United Nations. Roma.Assman, E., 1961. Waldertragskunde. Translated Santoso, H.B.. 2006. Studi Pembuatan Site Index
by Sabine H. Gardiner with title The (Kelas Bonita) Pada Tegakan Acacia Principles of Forest Yield Study, 1970. mangium WILLD. di PT. Musi Hutan Pergamon Press. English Persada. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta.
Kelas Produksi/Site Index
I 27,2
II 23,0
III 18,8
IV 14,6
Tinggi reratamaksimum (m)
Tabel 1. Tinggi maksimum rata-rata untuk tiap site index
76
Pendahuluan kebutuhan kayu bakar, pembakaran lahan untuk Kerusakan hutan dan lahan di wilayah NTT p e n y i a p a n l a h a n g a r a p a n p e r t a n i a n ,
salah satunya disebabkan oleh aktifitas di atas lahan penggembalaan liar dan pertanian berpindah pada skala besar maupun kecil. Aktifitas skala besar, merupakan aktifitas yang dapat mempercepat bisa berupa kegiatan perusahaan atau pemerintah penurunan kualitas lahan. Penurunan kualitas untuk tujuan kepentingan tertentu, sementara pada lahan juga sangat dipengaruhi oleh peningkatan skala kecil bisa berbentuk aktifitas masyarakat. jumlah penduduk yang berkorelasi positif dengan Aktifitas skala kecil jika dilakukan secara berulang- kebutuhan lahan, hal ini juga merupakan salah satu ulang tanpa memperhatikan aspek kelestarian akan penyebab peningkatan lahan kritis di NTT. Luas berpengaruh besar dalam proses penurunan lahan kritis di NTT menurut Laporan penyusunan kualitas lahan. Kebiasaan aktifitas sebagian data spasial lahan kritis BPDAS Benain-Noelmina masyarakat NTT di dalam maupun di luar kawasan Propinsi NTT tahun 2004 adalah seluas 3.242.591 hutan seperti penebangan liar untuk memenuhi ha, yang terdiri atas 966.680 ha berada pada
kawasan hutan lindung, 1.083.703 pada kawasan dalam tanah. budidaya dan 1.192.208 pada kawasan lindung. Total luas lahan kritis tersebut menunjukkan luasan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat NTTyang relatif besar jika dibandingkan dengan total Jumlah penduduk di NTT menurut statistik luas daratan NTT seluas 4.735.000 ha (Anonimous, sosial dan kependudukan NTT sampai dengan 2005). tahun 2004 (BPS, 2005) adalah sebanyak 4.133.268
Bencana banjir dan tanah longsor yang jiwa, dengan komposisi berjenis kelamin laki-laki semakin sering terjadi di NTT akhir-akhir ini, sebanyak 20.049.933 jiwa dan perempuan sebanyak merupakan salah satu indikasi peningkatan 2.089.273 jiwa, sehingga kepadatan penduduk di
2kerusakan kawasan hutan dan lahan. Upaya wilayah NTT adalah sebesar 87 jiwa per km . rehabilitasi hutan dan lahan yang pernah dan Kepadatan jumlah penduduk terbesar terjadi di sedang dilakukan di wilayah NTT belum banyak Kota Kupang dengan kepadatan jumlah penduduk
2menunjukkan keberhasilan, yang disebabkan oleh sebesar 1.452 jiwa per km . beberapa faktor lingkungan, kondisi sosial budaya Tingkat pendidikan penduduk di NTT masyarakat dan minimnya daya dukung informasi menurut data Badan Pusat Statistik Propinsi NTT dan teknologi rehabilitasi hutan dan lahan. sampai dengan tahun 2004 (BPS, 2005) adalah tidak
atau belum pernah sekolah sebanyak 350.479 jiwa, Kondisi Biofisik Nusa Tenggara Timur tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (SD)
Wilayah NTT memiliki iklim semiarid, sebanyak 924.449 jiwa, tamat SD sebanyak dengan curah hujan yang relatif rendah, dan tipe 1.029.500 jiwa, tamat Sekolah Menengah Lanjutan curah hujan bervariasi dari mulai B sampai F Pertama (SLTP) sebanyak 361.043 jiwa, tamat (Schmidt & Ferguson, 1951). Secara umum wilayah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak
0NTT memiliki suhu maksimum rata-rata 31,6 C 350.588 jiwa dan tamat Perguruan Tinggi (PT) 0dan suhu minimum 21,5 C dengan intensitas curah sebanyak 74.428 jiwa.
hujan tinggi namun berlangsung dalam waktu Dalam kehidupan sehari-hari sebagian singkat dan tidak merata. Berdasarkan data dari besar masyarakat memiliki mata pencaharian Departemen Pekerjaan Umum rata-rata curah sebagai petani. Untuk menjaga ketahanan pangan hujan tertinggi antara tahun 1994 sampai dengan masyarakat mengenal sistem tumpangsari, yakni 2003 pada Kabupaten Manggarai Barat sebesar memanfaatkan lahan untuk menanam tanaman 2155 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan pangan bersama-sama dengan tanaman sebanyak 115 hari per tahun. Sedangkan rata-rata perkebunan dan atau tanaman keras lainnya. curah hujan terendah di Kabupaten Lembata yaitu Dengan demikian, masyarakat mendapatkan hasil sebesar 906 mm per tahun dengan rata-rata hari tanaman pangan sebagai hasil jangka pendek, hujan sebanyak 76 hari (Anonimous, 2005). sedangkan tanaman perkebunanan dan atau
Wilayah NTT terdiri dari 9 (sembilan) jenis tanaman keras lainnya sebagai hasil jangka tanah. Jenis tanah di wilayah NTT terdiri dari 9 jenis menengah dan panjang.antara lain adalah jenis tanah aluvial, regosol, renzina, podsolik kambisol, andosol, grumusol, Permasalahan di Nusa Tenggara Timurlatosol dan mediteran, didominasi oleh jenis tanah Wilayah NTT dikenal sebagai daerah kambisol dan renzina (Anonimous, 2005). Kedua semiarid tropik, yang disebabkan oleh angin musim jenis tanah tersebut memiliki tekstur lempung liat basah dan kering yang menentukan permulaan dan berpasir, strukturnya gumpal, dengan daya infiltrasi waktu musim hujan pendek dan musim kemarau agak besar sehingga air lebih mudah meresap ke yang panjang. Ketebalan solum yang tipis, miskin
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
| FO
KUS
|
POTENSI KAYU PUTIH JENIS UNGGUL
Oleh : Sumardi
untuk Mendukung Rehabilitasi dan Peningkatan Kesejahteraan
ww
w.alltheplants4.blogspot.com
98
hara dan tanah berbatu termasuk dalam dan disisi lain masyarakat dapat memanfaatkan karakteristik kondisi alam di NTT. Kondisi tersebut daunnya untuk meningkatkan kesejahtraan sebenarnya bukan merupakan satu-satunya faktor mereka.penghambat keberhasilan rehabilitasi yang telah Pemilihan kayu putih sebagai salah satu dan sedang dilaksanakan. Aspek masyarakat sebagai alternatif jenis tanaman rehabilitasi di NTT, karena aset penting sebagai penunjang keberhasilan daerah NTT merupakan salah satu tempat tumbuh rehabilitasi hutan dan lahan belum dimanfaatkan asli kayu putih. Ditinjau dari jenis tanah, iklim dan secara optimal, disamping itu permasalahan teknis lingkungan lainnya tentunya jenis tanaman ini di lapangan seringkali masih terjadi dalam usaha sesuai dikembangkan di NTT. Berdasarkan hasil rehabilitasi di NTT. Permasalahan teknis yang studi telah dilaporkan bahwa sebaran alami M.
odimaksud, dibatasi pada pengertian kemampuan Cajuputi subsp. cajuputi berkisar 12 Lintang Utara odan keahlian teknis rehabilitasi dan pemeliharaan sampai dengan 18 Lintang Selatan dengan sebaran
tanaman rehabilitasi yang diusahakan. alami di Kepulauan Maluku, Pulau Timor dan Masyarakat sebagai aset penting dalam Australia bagian utara dan barat daya (Doran, et al,
menunjang keberhasilan rehabilitasi hutan dan 1998). Jenis tersebut tumbuh pada ketinggian 5 – lahan belum dilibatkan secara optimal. Hal ini 400 m dari permukaan laut, tetapi berdasarkan hasil terindikasi dengan belum optimalnya usaha eksplorasi oleh Susanto, et al. (1998) jenis tersebut menumbuhkan kesadaran untuk melakukan juga tumbuh pada daerah-daerah pegunungan r e h a b i l i t a s i . O l e h k a r e n a i t u , u n t u k maupun dataran rendah yang berbatasan dengan mengoptimalkan peranan masyarakat dalam pantai. Jenis ini tumbuh pada zona iklim hot humid, rehabilitasi perlu diciptakan enbaling condition rata-rata suhu maksimum pada bulan kering antara
osehingga kemauan dan kesadaran akan tumbuh 30 -37 C dan rata-rata suhu Minimum pada bulan odengan sendirinya dari masyarakat. Usaha tersebut basah 25 – 28 C, rata-rata curah hujan setiap tahun
dilakukan karena rehabilitasi hutan dan lahan kritis antara 1300 – 3400 mm namun sebagian kecil tidak dapat dilakukan hanya mengandalkan dana tumbuh pada curah hujan setiap tahun antara 540 – anggaran pemerintah. 4000 mm (Doran, et al, 1998).
Untuk mendukung terciptanya enbaling Tanaman kayu putih tidak memerlukan condition bagi masyarakat harus disiapkan kondisi tanah yang khusus, jenis ini mampu tumbuh beberapa alternatif pengelolaan dan usaha pada tanah liat, berpasir bahkan pada tanah rehabilitasi yang tepat pada daerah tertentu dengan berkapur. Pada tanah yang sering tergenang air mempertimbangkan kondisi alam masing-masing jenis ini mampu bertahan hidup, namun demikian daerah jenis ini tidak tahan terhadap tanah yang berkadar
asam tinggi (Sunanto, 2003). Sehingga untuk Kayu Putih Sebagai Alternatif Rehabilitasi memberikan kondisi lingkungan tanah yang
Usaha penanaman dan budidaya kayu putih optimal untuk pertumbuhan M. cajuputi, dilakukan (Melaleuca cajuputi) sepertinya merupakan salah dengan pemilihan lokasi tanah dengan pH dengan satu alternatif untuk menunjang keberhasilan kadar asam yang tidak tinggi. Namun demikian di rehabilitasi di NTT. Hal ini karena kayu putih selain Mekong Delta Vietnam, M. cajuputi mampu dapat dijadikan sebagai salah satu jenis tanaman bertahan pada pH tanah dan air 2,5 – 4,5 selama rehabilitasi, daunnya dapat dimanfaatkan untuk bulan Mei sampai dengan Juli (Doran, et al, 1998). industri penyulingan minyak kayu putih. Tujuan Berdasarkan hasil penelitian di lokasi
pemerintah untuk melakukan rehabilitasi penelitian kayu putih jenis unggul di Kefamenanu dengan menggunakan jenis tertentu dapat tercapai, persen hidup tanaman kayu putih sampai dengan
umur 1 tahun 11 bulan di lapangan sebesar 92,8 Pemanenan daun kayu putih jadikan sebagai hasil persen (Gambar 1). Tanaman tersebut di tanam jangka menengah dan jangka panjang. Pemanenan pada jenis tanah renzina, berdasarkan hasil analisa kacang tanah, jagung dan ketela pohon Laboratorium Tanah Universitas Nusa Cendana dimanfaatkan masyarakat sebagai hasil antara Tahun 2005 memiliki pH tanah (H O) 8,2 pada untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat 2
sebelum masyarakat dapat memanen daun kayu lapisan atas dan 7,1 pada lapisan bawah, sedangkan putih.pH tanah (KCl) sebesar 8,0 pada lapisan atas dan
Pemilihan jenis tanaman tumpangsari 7,0 pada lapisan bawah (lapisan bawah diambil pada dengan kacang-kacangan dan jagung dilakukan kedalaman 60 cm).dengan mempertimbangkan, bahwa tanaman ketela pohon dan jagung yang ditanam selang-Alternatif Model Pengelolaan Kayu Putih seling dengan kacang-kacangan akan meningkat Jenis Unggulhasilnya, karena terjadinya peningkatan N tersedia Dengan menciptakan enbaling condition di dalam tanah. Selain itu ditinjau dari persyaratan bagi masyarakat untuk menunjang keberhasilan tempat tumbuh dari segi pH tanah, ketiga jenis rehabilitasi, maka masyarakat dengan sendirinya tanaman pangan yang digunakan sebagai tanaman akan berusaha untuk melakukan atau memelihara tumpangsari tersebut memiliki persyaratan jenis tanaman rehabilitasi. Hal ini dilakukan oleh tumbuh yang dapat digunakan sebagai lahan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab pengembangan dan penanaman kayu putih. Jagung pentingnya program rehabilitasi oleh pemerintah, dan ketela pohon akan tumbuh optimal pada pH 5,5 selain kepentingan masyarakat untuk mendapatkan – 7,5 dan kacang tanah pada pH 5,0 – 7,5.tambahan penghasilan dari pemanfaatan jenis
Data tersebut di atas menunjukasn adanya tanaman rehabilitasi. Untuk mempertahankan kesesuaian antara lokasi tempat tumbuh di wilayah enbaling condition tersebut, selain jenis tanaman NTT untuk penanaman kayu putih. Dengan kayu putih pada lahan yang sama dilakukan mengakomodasi beberapa persyaratan tempat penanaman jenis tanaman tumpangsari berupa tumbuh jenis tanaman tersebut maka hendaknya tanaman pangan untuk menjaga ketahanan pangan jenis tanaman kayu putih dijadikan sebagai salah bagi masyarakat. satu alternatif jenis tanaman untuk tujuan Model rehabilitasi yang coba ditawarkan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di wilayah NTT disini adalah rehabil itasi lahan dengan disamping untuk tujuan ekonomis.menggunakan jenis tanaman kayu putih (M.
cajuputi subsp. cajuputi) dengan menggunakan Penutuptanaman campuran tumpangsari berupa tanaman
Berdasarkan kondisi alam di NTT yang p a n g a n . Ta n a m a n p a n g a n y a n g d a p a t didasarkan pada faktor iklim yang meliputi data ditumpangsarikan berupa tanaman kacang-curah hujan sepuluh tahun terakhir yaitu antara kacangan, jagung dan ketela pohon. Penanaman tahun 1994 sampai dengan 2003, jenis tanah dan jenis kayu putih dilakukan dengan jarak tanam 3 x 1 kelerengan, hampir seluruh wilayah di NTT sesuai meter, hal ini dimaksudkan untuk memberikan untuk penanaman jenis tanaman kayu putih, ruang yang cukup bagi penanaman jenis tanaman dengan berbagai persyaratan tempat tumbuhnya.tumpang sari seperti kacang tanah, jagung dan Dengan demikian jenis tanaman kayu putih dapat ketela pohon. Kayu putih sebagai tanaman utama dijadikan sebagai salah satu jenis tanaman untuk untuk tujuan rehabilitasi, daunnya dapat tujuan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di wilayah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan baku NTT, karena disamping fungsinya sebagai tanaman industri penyulingan minyak kayu putih.
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
1110
Pendahuluan mengendalikan kehidupan satwa liar terbagi dalam Satwa liar menempati habitat sesuai 4 hal sebagai berikut : (1) Pakan (food), Pakan
dengan lingkungan yang diperlukan untuk merupakan komponen habitat yang paling nyata. mendukung kehidupannya. Oleh karena itu, habitat Ketersediaan pakan berhubungan erat dengan suatu jenis satwa liar belum tentu sesuai untuk jenis perubahan musim. Tiap jenis satwa mempunyai lain. Habitat suatu jenis satwa liar mengandung kesukaan untuk memilih pakannya yang suatu sistem yang terbentuk dari interaksi antar berhubungan dengan palatabilitas dan selera; (2) komponen fisik dan biotik. Sistem tersebut dapat Air (water), Air dibutuhkan dalam proses mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di metabolisme tubuh satwa. Kebutuhan satwa akan dalamnya (Alikodra, 2002). air bervariasi sesuai dengan jenis satwa itu sendiri;
Habitat satwa liar harus memiliki beberapa (3) Pelindung (cover), Pelindung diartikan sebagai komponen yang diperlukan oleh satwa liar, yaitu : segala tempat dalam habitat yang mampu pakan, air, pelindung, dan ruang. Shaw (1985) memberikan perlindungan dari cuaca, predator menjelaskan bahwa komponen habitat yang atau kondisi yang lebih baik dan menguntungkan;
KAWASAN TANJUNG TORONG
PADANG DI PULAU FLORES
sebagai Habitat Berbagai Jenis Satwa LiarOleh : Kayat
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
rehabilitasi, daunnya dapat dimanfaatkan Forest Tree Improvement Research and masyarakat sebagai bahan baku penyulingan Development Institute, Indonesia.minyak kayu putih sebagai sumber tambahan Hardjowigeno, S.. 1993. Klasifikasi Tanah dan penghasilan untuk peningkatan kesejahteraan Pedogenesis. Akademika Pressindo. masyarakat. Jakarta.
BPS. 2005. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Kupang.Anonimous. 2004. Laporan Penyusunan Data Schmidt, F.H. & J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall
Spasial Lahan Kritis Wilayah BPDAS types based on wet and dry period ratio for Benain Noelmina Propinsi Nusa Tenggara Indonesia ith Western New Guinea. Timur Tahun 2004. Kerjasama BPDAS Ve r h a n d . N o . 4 2 . K e m e n t r i a n Benain Noelmina & Lembaga Penelitian Perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Universitas Cendana. Kupang. Geofisika, Jakarta.
Anonimous. 2005. Data Base dan Informasi DAS di Sunanto, H. 2003. Budidaya dan Penyulingan Kayu Wilayah BPDAS Benain Noelmina Putih. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Susanto M., Tambunan P., Mulyanto. 1998. 2005. Kerjasama BPDAS Benain Noelmina Laporan Ekplorasi Benih Melaleuca & Pusat Penelitian Lingkungan Hidup cajuputi subsp. cajuputi di Kepulauan Universitas Cendana. Kupang. Maluku. Balai Litbang Pemuliaan Benih
Doran, J.C., Rimbawanto, A., Gunn B.V. and Tanaman Hutan Yogyakarta kerjasama Nirsatmanto, A. 1998. Breeding Plan for dengan CSIRO Forestry and Forest Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi in Products.Indonesia. CSIRO Forestry and Forest Wibowo, S. 2006. Rehabilitasi Lahan Pasca Products, Australian Tree Seed Centre and Operasi Illegal Logging. Wana Aksara. Banten.
| FO
KUS
|
Gambar 1. Uji coba kayu putih di Kefamenanu dengan keberhasilan tumbuh 92,8%. ww
w.k
ids.
natio
nalg
eogr
aphi
c.co
m
1312 Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
(4) Ruang (space), Individu-individu satwa Pada periode pertama camera trap membutuhkan variasi ruang untuk mendapatkan dipasang selama satu minggu, setelah satu minggu cukup pakan, pelindung, air, dan tempat untuk camera trap dicek apakah ada satwa liar yang kawin. terekam atau tidak. Kemudian camera trap
Kawasan Tanjung Torong Padang bisa dipasang kembali selama satu minggu untuk menjadi habitat berbagai jenis satwa liar jika periode kedua. Setelah satu minggu periode menyediakan beberapa komponen tersebut di atas kedua, camera trap dicek lagi. Hasil penelitian yaitu pakan, air, pelindung, dan ruang. ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Lokasi dan Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASANLokasi penelitian h di kawasan Tanjung Hasil observasi habitat satwa liar di
Torong Padang yang secara administrasi berada di kawasan Tanjung Torong Padang menunjukkan wilayah Desa Sambinasi Kecamatan Riung kawasan ini terdiri dari dua tipe vegetasi yaitu Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur vegetasi hutan musim yang berada di lembah-(Gambar 1). Secara pengelolaan berdasarkan versi lembah dan tipe hutan savana yang berada di BBKSDA NTT sebagian berada pada kawasan perbukitan. Namun secara keseluruhan habitat Cagar Alam Riung (bagian tengah ke arah timur), satwa liar di kawasan Tanjung Torong Padang sedangkan berdasarkan pengakuan masyarakat d igolongkan sebagai ekos is tem savana. merupakan wilayah tanah ulayat Suku Baar. Sebagaimana menurut Ewusie (1980), ekosistem
M e t o d e y a n g d i g u n a k a n u n t u k savana dicirikan dengan pepohonan yang jarang, melihatkawasan Tanjung Torong Padang sebagai daerah tertutup hanya ditemukan pada daerah yang habitat satwa liar dan melihat keragaman jenis kandungan air tanahnya cukup tinggi seperti di satwa liar yang ada di dalam kawasan tersebut dekat batang air atau lekukan atau lembah. adalah metode observasi dan konsentrasi dengan Morrison et al (2006) mengatakan bahwa bantuan camera trap (O'Connell et all., 2011). semua satwa dapat hidup di suatu area jika
Camera trap dipasang dan ditempatkan kebutuhan dasar seperti makanan, air dan cover pada lokasi yang diduga sebagai tempat tersedia dan satwa tersebut telah beradaptasi berkumpulnya semua jenis satwa liar yang ada di dengan cara yang memungkinkan mereka kawasan Tanjung Torong Padang, yaitu sumber mengatasi iklim ekstrim dan pesaing serta predator mata air Wae Nepong. Mata air Wae Nepong yang mereka hadapi. Hasil observasi di kawasan merupakan satu-satunya sumber air minum yang Tanjung Torong Padang, menunjukkan bahwa ada di kawasan Tanjung Torong Padang dan beberapa satwa liar seperti rusa timor dan landak dimanfaatkan oleh semua jenis satwa liar yang ada memanfaatkan kawasan savana di perbukitan di kawasan tersebut. sebagai tempat mencari pakan. Hal ini ditunjukkan
Vcamera trap dipasang pada batang pohon dengan adanya jejak makan, seperti rusa timor bisa yang berdekatan dengan sumber mata air, kira-kira dilihat dari adanya bekas pagutan di rumput atau setinggi 50 cm di atas permukaan tanah. Ada dua semak dan bekas makan landak bisa dilihat pada buah camera trap yang dipasang, hal ini untuk akar dari semak-semak yang ada di savana. menjaga kemungkinan salah satu camera trap Sedangkan jenis satwa liar lain memanfaatkan kehabisan baterai. Kedua camera trap diarahkan kawasan lembah sebagai tempat mencari pakan. menghadap ke sumber mata air, sehingga satwa liar Satwa liar yang ada di kawasan Tanjung jenis apapun yang melintas atau beraktivitas di Torong Padang memenuhi kebutuhan air sekitar mata air akan terekam atau terpotret. minumnya dari sumber mata air yang ada di salah
satu lembah yaitu mata air Wae Nepong. Kawasan rutin setiap hari terjadi pergantian waktu minum lembah Wae Nepong ini akan terendam air pada antara berbagai jenis satwa liar yang datang ke saat musim hujan sekitar bulan Januari sampai sumber mata air Wae Nepong. Walaupun semua dengan Juni, dan akan mulai berkurang debitnya satwa liar memanfaatkan tempat minum yang sama, sekitar bulan Juli sampai dengan Desember. tapi tidak ada persaingan dalam memperoleh air Selama musim kemarau mata air Wae Nepong tidak minum. Setiap jenis satwa liar memberikan ruang pernah mengalami kekeringan dan merupakan dan waktu kepada jenis satwa lainnya.satu-satunya sumber air minum untuk semua jenis Masing-masing jenis satwa liar baraktivitas satwa liar yang ada di kawasan Tanjung Torong pada waktu yang berbeda. Rusa timor lebih banyak Padang. Menurut Shaw (1985), air dibutuhkan beraktivitas pada malam hari (noc turnal), begitu dalam proses metabolisme tubuh satwa. pula dengan babi hutan, dan landak. Sedangkan Kebutuhan satwa akan air bervariasi, ada yang satwa liar yang beraktivitas pada siang hari (diurnal) tergantung air dan ada yang tidak. Ketersediaan air adalah hampir semua jenis burung, komodo, babi akan mengubah kondisi habitat sehingga langsung hutan, dan monyet ekor panjang. Beberapa jenis atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan burung seperti merpati hutan, tekukur dan ayam satwa. hutan mulai minum sekitar pukul 06 pagi. Monyet
Hasil rekaman yang terdapat pada camera ekor panjang mulai melakukan aktivitas minum trap, ada beberapa jenis satwa liar yang terlihat sejak pukul 11 siang, dan mulai datang secara (Tabel 1 dan Lampiran 1). Berbagai jenis satwa liar bergerombol pada pukul 14 sampai dengan pukul di kawasan Tanjung Torong Padang memiliki 15, setelah itu jumlahnya mulai berkurang. keunikan dalam pembagian waktu minum. Secara Kalau waktu sudah memasuki malam maka
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Tanjung Torong Padang
Mata Air Wae Neppong
1514 Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
Tabel 1. Berbagai Jenis Satwa Liar yang Tertangkap Camera Trap di Wae Nepong dan yang Dijumpai di Kawasan Tanjung Torong PadangKeterangan :Banyak: Diperkirakan Populasi > 100 ekorSedang : Diperkirakan 50 ekor < Populasi < 100 ekorSedikit : Diperkirakan Populasi < 50 ekor
No
Nama Daerah/Indonesia
Nama Latin
Lokasi Perjumpaan
Kelimpa-han
Waktu Aktivitas
1 Mbau/Komodo
Varanus komodoensis
Lembah/Camera trap
Sedikit Siang hari
2
Rusa timor
Rusa timorensis Blainville 1822
Lembah dan Bukit/Savana/Camera trap
Sedang Malam dan Siang hari
3
Wean/Monyet ekor pan-jang
Macaca fascicularis
Lembah dan Bukit/Savana/Camera trap
Banyak Siang hari
4
Babi hutan
Sus scrofa
Lembah dan Bukit/Savana/Camera trap
Banyak Malam dan Siang hari
5
Rutung/Landak Jawa
Hystrix javanica (F. Cuvier, 1823)
Lembah dan Bukit/Savana/Camera trap
Sedang Malam hari
6
Musang
Paradoxurus hermaphrodi-tus
Lembah/Camera trap
Sedikit Malam hari
7
Ayam hutan hijau
Gallus varius
Lembah/Camera trap
Sedikit Siang hari
8
Burung Srigunting walla-cea
Dicrurus densus
Lembah/Camera trap
Sedang Siang hari
9
Burung Merpati Hutan
Columba vitiensis
Lembah/Camera trap
Sedang Siang hari
10
Burung Perkutut
Geopelia striata
Lembah/Camera trap
Banyak Siang hari
11
Elang Bondol
Haliastur indus
Bukit/Savana
Sedikit Siang hari
12 Burung Elang laut Haliaeetus leucogaster Bukit/Savana Sedikit Siang hari
13 Burung Branjangan Mirafra javanica Bukit/Savana Banyak Siang hari
14 Burung Apung Tanah Anthus novaeseelandiae Bukit/Savana Banyak Siang hari
15 Burung Raja Udang biru Alcedo coerulescens Lembah dan Bukut/Savana Banyak Siang hari
16 Burung Gosong Kaki Merah
Megapodius reinwardt Lembah/Camera trap Sedikit Siang hari
17 Perkutut Loreng Geopelia maugei Lembah/Camera trap Sedang Siang hari
18 Tekukur Streptopelia chinensis Lembah/Camera trap Sedang Siang hari
Gambar F dan G : Ayam hutan hijau (Gallus varius) ,Srigunting wallacea (Dicrurus densus) ,Merpati hutan (Columba vitiensis) ,Gosong kaki merah (Megapodius reinwardt)
Gambar A,B,C,D E secara berurutan : Komodo (Varanus komodoensis) ,Babi hutan (Sus scrofa) ,Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) , Rusa timor (Rusa timorensis) , Tekukur (Streptopelia chinensis)
A B
C D
E
F.2
G.2
F.1
G.1
1716
Pendahuluan tanaman yang terdapat disekitar masyarakat yang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) termasuk berfokus pada jenis Ules dan Tarum.
buah-buahan, karet dan getah, rotan dan tanaman obat memiliki nilai kegunaan produktif yang besar. Deskripsi JenisProduk bukan kayu ini, yang secara salah disebut a. Ules (Helicteres isora)sebagai hasil hutan minor,kenyataannya memiliki Ules (Helicteres isora) atau usak ne'o dalam nilai ekonomi yang tinggi dan bahkan dapat bahasa lokal Desa Bosen Kab Timor Tengah menandingi nilai kayu (Indrawan, 2007). Selatan NTT merupakan tumbuhan yang banyak
Ules (Helicteres isora) dan tarum tumbuh di perkebunan masyarakat. Berdasarkan (Indigofera) merupakan salah satu HHBK yang penuturan beberapa masyarakat, tanaman ini dapat dijumpai di Desa Bosen, Kab. Timor Tengah sangat mudah tumbuh dan meskipun dilakukan Selatan (TTS). Ules dapat dimanfaatkan sebagai pembersihan tanaman ini tidak mudah mati. bahan baku obat tradisional, sedangkan tarum oleh Secara botanis tanaman ini dapat masyarakat sekitar dimanfaatkan sebagai bahan diklasifikasikan pada Angiospermae (divisio), baku pewarnaan alami dalam pembuatan kain E u d i c o t s ( c l a s s ) , M a l v a l e s ( o r d e r ) , tenun ikat tradisional. Apabila dikelola dengan Malvaceae/Sterculiaceae (family), Helicteroidae baik, kedua jenis ini memiliki peluang untuk (subfamily), Helicteres (genus) dan Helicteres isora memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. (species) (Wikipedia).
Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK Di Desa Bosen, tumbuhan ini banyak Kupang) bersama dengan ICRAF melakukan dijumpai didaerah pegunungan yang memiliki kerjasama untuk peningkatan produktivitas ketinggian tempat ± 691 m diatas permukaan laut
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
| FO
KUS
|
POTENSI ULES (Helicteres Isora) dan TARUM (Indigofera)
SEBAGAI HHBK DI DESA BOSEN KAB. TIMOR TENGAH SELATAN
Oleh : Dani Pamungkas
yang mulai melakukan aktivitas minum adalah babi Untuk melindungi berbagai jenis satwa liar hutan. Aktivitas minum babi hutan pada saat mulai yang ada dikawasan Tanjung Torong Padang, pihak gelap sampai pagi pukul 05.30an. Rusa timor mulai pemerintah bekerjasama dengan masyarakat melakukan aktivitas minum pada pukul 19.40an setempat untuk berpartisipasi menjaga dan semakin malam beberapa individu rusa timor saling melestarian kawasan Tanjung Torong Padang. bergantian minum, sampai pukul 3 dini hari. Penetapan aturan adat oleh masyarakat Suku Baar Landak mulai datang ke tempat air minum pada di kawasan Tanjung Torong Padang sebagai “tana pukul 20.30an sampai pukul 23an. Hasil pantauan pirong” atau tanah larangan merupakan langkah dari rekaman kamera trap menunjukkan bahwa positif dalam melindungi kawasan Tanjung Torong jenis satwa liar yang memiliki populasi paling Padang dan flora-fauna yang ada di dalamnya.melimpah adalah babi hutan dan kera ekor panjang.
Menurut Shaw (1985), besarnya ruang tergantung ukuran populasi. Ukuran populasi DAFTAR PUSTAKAtergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas, dan keragaman habitat. Kawasan Alikodra, S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Tanjung Torong Padang memiliki ruang yang cukup D e p a r t e m e n P e n d i d i k a n d a n luas. Hasil pengukuran menunjukkan kawasan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tanjung Torong Padang secara keseluruhan Pendid ikan Tingg i Pusat Antar memiliki luas 849,6 hektar. Kawasan Tanjung Universitas Ilmu Hayat, Institut Torong Padang yang merupakan sebaran feeding Pertanian Bogor.ground bagi satwa herbivora seperti rusa timor Ewusie, J.Y. 1980. Pengantar : Ekologi Tropika; memiliki luas bukit savana seluruhnya 549,6 ha; dan terjemahan Usman Tanuwidjaja. Penerbit luas lembah keseluruhan 300,0 ha yang berpotensi ITB. Bandung.sebagai habitat berbagai satwa liar yang menyukai Morrison, M.L., B.G. Marcot, and R.W. Mannan. kawasan lembah. 2006. Wildlife-Habitat Relationships,
Concepts and Applications. Third PENUTUP Edition. Island Press. Washington.
Kawasan Tanjung Torong Padang Covelo. London.merupakan habitat berbagai jenis satwa liar yang O'Connell, A.F., J.D. Nichols, and K.U. Karanth. cukup ideal karena semua komponen habitat 2011. Camera Traps in Animal Ecology. seperti pakan, air, pelindung (cover) dan ruang Methods and Analyses. Springer.cukup tersedia sepanjang tahun. Keanekaragaman Shaw, J. 1985. Introduction to Wildlife jenis satwa liar yang ada membuktikan bahwa Management. Chicago : R.R. Donnelley kawasan Tanjung Torong Padang cocok sebagai and Sons.habitat satwa liar.
ww
w.w
ikipedia.org
1918 Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
yang memiliki lokasi lahan miring yang cukup curam di lokasi tersebut, ules dapat dijumpai b. Tarum (Indigofera)dengan sangat mudah dan menyebar merata serta Tarum (indigofera) atau ta'um dalam tidak terputus. Secara umum, pertumbuhan ules bahasa lokal, merupakan salah satu tumbuhan yang mengikuti kontur lahan yang miring seperti mudah dijumpai di Desa Bosen. Secara botanis nampak pada gambar 1a. Ules terdiri dari banyak tumbuhan in i d ik las i f ikas ikan kedalam batang yang menggerombol menjadi satu individu Magnoliophyta (divisio), Magnoliopsida (class), tanaman, jumlah batang dalam satu rumpun Rosidae (subclass), Fabales (order), Fabaceae memiliki variasi jumlah batang yang cukup besar (family), Indigofera (genus) (Plantamor). yaitu antara 2-14 batang. Sedangkan panjang Tumbuhan tarum yang tersebar di Desa batang dapat mencapai 3-5 meter. Bosen dapat dijumpai pada ketinggian ± 709 m
Daun ules termasuk berdaun tunggal diatas permukaan laut dengan kondisi tapak tempat dengan duduk daun berseling dengan tepi daun tumbuh yang datar. Jenis tarus yang dijumpai bergerigi kecil, jika daun diraba akan memberikan memiliki dua jenis jika diperhatikan dari buah yang kesan memiliki bulu yang halus. Buah yang masih dihasilkan, salah satunya memiliki buah dengan muda berwarna hijau sedangkan jika telah matang bentuk lurus sedangkan lainnya meiliki bentuk berwarna coklat tua. Bentuk buah spiral, bila diurai yang melengkung, namun demikian kedua jenis akan diperoleh 4 untaian buah yang tergabung t arum ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai dalam satu tandan buah. Selain itu buah ules b ahan baku pewarna alami.memiliki ukuran yang sangat kecil, diperkirakan Secara umum, tarum tumbuh secara memiliki ukuran yang hampir sama dengan biji bergerombol dengan luasan tertentu, kemudian wijen. dijumpai lagi gerombolan lainnya yang terpisah.
Tarum merupakan tumbuhan berdaun majemuk pada ekstrak buah ules (Basniwal et al, 2009) dan dengan duduk daun berhadapan dengan jumlah kulit batang (Kumar, 2008) yang memiliki aktivitas daun 11 – 15 helaian daun, dengan tinggi tanaman antioksidan yang kuat. yang dijumpai dilokasi berkisar antara 56 – 300 cm. Menurut Lemmens (1999) indigofera memiliki B. Tarum perawakan perdu besar dengan tinggi antara 2,5 – 3 Jenis-jenis indigofera dimanfaatkan secara m dengan bunga panjangnya 5 mm dan buah l ua s sebagai sumber pewarna biru, tarum, di polong dengan panjang 2 – 2,5 cm dengan isi biji 4 – seluruh wilayah tropika. Jenis – jenis ini juga 8 biji. dianjurkan untuk ditanam sebagai tanaman
penutup tanah dan sebagai pupuk hijau, khususnya Potensi Pemanfaatan di perkebunan – perkebunan teh, kopi, dan karet. A. Ules Daun digunakan dalam pengobatan tradisional
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari untuk menyembuhkan penyakit ayan dan gangguan berbagai sumber menunjukkan bahwa tumbuhan syaraf, juga untuk luka dan borok (Lemmens, ules memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan 1999). sebagai tanaman obat. Bagian – bagian tumbuhan Proses terbentuknya warna biru setelah yang dimanfaatkan berupa organ generatif seperti tanaman ini direndam didalam air, proses hidrolisis buah dan organ vegetatif seperti kulit batang dan oleh enzim akan mengubah indikan menjadi akar. indoksil (tarum-putih) dan glukosa. Indoksil dapat
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dioksidasi menjadi tarum-biru (Lemmens, 1999). menunjukkan bahwa kandungan fitokimia tanaman Lemmens (1999) menambahkan bahwa daun ules yang memiliki potensi obat herbal terletak tumbuhan indigifera memiliki kandungan N
Gambar 2. A. Kenampakan tumbuhan tarum. B. Kenampakan buah tarum. C. Kenampakan bunga tarum (Sumber gambar c : http://oyinayashi.blogspot.com/).
Gambar 1. A. Kenampakan batang tumbuhan ules. B. Kenampakan bunga dan daun ules. C. Kenampakan buah dan biji ules.
A
B
C
A B
C
2120
DI PULAU TIMOROleh : Oskar K. Oematan
| FO
KUS
|
MengenalAnggrek Terestrial
Calanthe Sp.
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
5,11%; P2O2 0,78%; K2O 1,67%; CaO 5,35% yang Indrawan, M., Primack, R. B. dan Supriatna, J. menurut bobot keringnya. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor
Indonesia, Conservation International Penutup Indonesia, Pusat Informasi Lingkungan
Hingga saat ini, jenis tumbuhan ules belum Indonesia (PILI), Yayasan WWF Indonesia, banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, Uni Eropa dan Yayasan Bina Sains Hayati bahkan banyak yang tidak mengetahui manfaatnya. Indonesia. Jakarta.Tumbuhan ini memiliki potensi sebagai HHBK Kumar, G., Banu, G. S. and Murugesan, A. G. 2008. karena keberadaannya cukup melimpah di Desa Effect of Helicteres isora bark extracts on Bosen. Apabila jenis tersebut dapat dikelola dengan heart antioxidant status and l ipid baik dan benar, bukan tidak mungkin akan peroxidation in streptozotocin diabetic rats. memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Journal of Applied Biomedicine. 6: 89-95. sekitar. ISSN 1214-0287.
Lemmens, R. H. M. J. dan Soetjipto, N. W. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, PT.
Daftar Pustaka Balai Pustaka (Persero), Jakarta bekerjasama Basniwal, P.K., Suthar, M., Rathore, G. S., dengan PROSEA Indonesia Bogor.
Gupta,R., Kumar, V., Pareek, A. and Jain, D. P lantamor. h t tp : / /www.p lantamor.com/-2009. In-vitro antioxidant activity of hot index.php?plant=706. [akses : 7-05-2015]aqueos extract of Helicteres isora Linn. Wikipedia. http://en.wikipedia.org/wiki/-Fruits. Natural Product Radiance. Vol. 8(5), Helicteres_isora. [akses : 7-05-2015]2009, pp.438-487.
Galingging, R. Y. 2006. Potensi Plasma Nutfah Tanaman Obat Sebagai Sumber Biofarmaka Di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 10 No. 1, Juni 2006 : 76-83.
Hutan merupakan kumpulan pepohonan anggrek menaruh perhatian pada jenis-jenis epifit, yang tumbuh rapat beserta tumbuhan pemanjat sedangkan anggrek terestrial kurang diminati. Hal dengan bunga yang beraneka warna yang berperan ini karena anggrek epifit memiliki daya tarik pada sangat penting bagi kehidupan manusia. Ahli bunga yang indah dan berukuran besar, sedangkan ekologi mengungkapkan bahwa hutan sebagai anggrek terestrial umumnya berbunga kecil dengan suatu masyarakat tumbuhan yang dikuasai oleh warna kurang menarik. Data mengenai jenis pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan anggrek terestrial dan persebarannya di Pulau berbeda dengan keadaan di luarnya. Fungsi hutan Timor sampai saat ini belum ada.untuk menjaga mutu dan keseimbangan Menurut Petocz (1987) anggrek dapat lingkungan hidup terutama untuk kepentingan dijumpai hampir di semua habitat mulai dari pantai umat manusia (Arifin, 2001). sampai pegunungan, tetapi paling banyak dijumpai
Kebanyakan penggemar dan pemerhati pada hutan dataran rendah dan berawa, perawakan
ww
w.youtube.com
2322 Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
anggrek sangat bervariasi baik bentuk, tipe, yang dalam nama lokal Dawan Timor disebut maupun ukuran sehingga menarik perhatian dan Haemese adalah sebagai berikut:banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan lain-lain bahkan masuk bursa perdagangan nasional Perawakan: herba, berumpun, diameter 0.5-0.6 maupun internasional. cm, tinggi 25 cm, batang silindris dan beruas
Anggrek adalah nama umum untuk dengan ukuran 3.6-5.2 cm, tiap batang memiliki 1 menyebut semua famili Orchidaceae (keluarga umbi semu, bentuk bulat berwarna putih mirip anggrek-anggrekan) dan suku ini merupakan salah bawang dan akar panjang 2.1-5.5 cm, lebar 0,4 cmsatu grup terbanyak di antara tumbuh-tumbuhan bunga lainnya (Agromedia, 2006). Daun: tunggal, kedudukan melingkar, bentuk
Penggolongan anggrek menurut Darmono linear, berwarna hijau mengkilap, berukuran (2007) berdasarkan tempat tumbuhnya di alam di panjang 16.1-18.5 cm, lebar 2.7-3.1 cm, ujung golongkan menjadi 5 bagian yaitu: meruncing, tepi rata, pangkal runcing, memiliki
Anggrek epifit upih daun berukuran panjang 4.3-5.3 cm, lebar 0.6 Anggrek teresterial cm, daun terpuntir.Anggrek SaprofitAnggrek litofit Bunga: bulir, muncul dari samping buah semu, Anggrek Aquatik tangkai bentuk bulat, berwarna hijau, panjang
1. Anggrek teresterial yaitu anggrek yang hidup di tangkai bunga 21 cm, lebar 0.6 cm, panjang bunga tanah, umumnya memiliki daun yang relatif tipis 4.7 cm, lebar bunga 3.3 cm, memiliki daun dan daunnya berwarna hijau. Memiliki kemampuan pelindung pada tangkai.mengambil CO dari udara dan mengambil zat-zat Buah: tidak ditemukan 2
organik dari dalam tanah. Biji: tidak ditemukan2. Anggrek terestrial mempunyai rambut akar yang panjang dan rapat sehingga memungkinkan Ke m ir ipan: marga Nervilia yang memiliki umbi tanaman mengambil air dan zat anorganik dari semu sehingga kadang orang mengelompokkan tanah. sebagai anggota famili Araceae dan kadang pula 3. Contoh marga yang tergolong anggrek terestrial disebut dengan nama bawang. Jenis ini untuk adalah: Calanthe, Arachnis, Renanthera, daerah seperti Nusa Tenggara Timur dapat C y m b i d i u m , C o e l o g i n e , C o r y m b o r k i s , dijumpai pada musim hujan dan saat musim panas Vr y d a g z y n e a , H a b e n a r i a , P e r y s t y l l u s , atau kemarau umbi bersemi dan menguncup Spathoglottis, Plantanthera, dan Nervilea. sampai musim hujan, sedangkan untuk Papua New Sebagai Salah Satu Anggrek teresterial, anggrek Guinea anggrek ini akan nampak sepanjang tahun Calanthe di klasifikasikan kedalam : (Millar (1978) karena musim hujan dan kemarau tidak jelas atau ) selalu hujan, sehingga mudah untuk diamati atau
Dunia : Plantae dibutuhkan kapan saja. Divisi : SpermatophytaSub Divisi : Angiospermae Ekologi : Jenis Calanthe sp. tumbuh pada Kelas : Monocotiledonae pekarangan atau kebun, dan di kawasan hutan baik Bangsa : Orchidales primer maupun sekunder, sangat cocok pada tanah Suku : Orchidaceae aluvial, berkapur, berbatu dan berkarang, terdapat Marga : Calanthe pada hutan dataran rendah mulai dari pantai sampai Deskripsi jenis anggrek terestrial Calanthe sp ketinggian 100 m dpl.
Penyebaran jenis anggrek Calanthe sp. : kepyar (Ricinus gossipifolia), dan rumput-berdasarkan pengamatan jenis anggrek ini rumputan (famili Poaceae) lain.tumbuh luas di kampung Muke, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Malaka, bahkan
Daftar Pustakaditemukan di Kepulauan Papua New Guinei, Agromedia. 2006. Cara Tepat Merawat Anggrek. Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.Arobaya, A,Y,S., J.D. Niugroho, 2004. Records Of Kegunaan: sebagai tanaman hias dan tanaman
Orchidaceae From Waigeo island Of Raja obat di kampung Muke, Kabupaten Timor Tengah Ampat Archipelago Of Papua: Notes On Selatan, untuk mengobati bayi yang belum Distribution & Morphological Characters. merangkak atau jalan, bagian yang diambil adalah Beccariana 6 (2) : 48-64.umbi semu sebanyak 1-2 buah kemudian
Darmono, D.W. 2007. Permasalahan Anggrek Dan dihaluskan lalu di tempelkan pada lutut dan di urut Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.berulang-ulang sampai bayi dapat berjalan
Millar, A. 1978. Orchid Of Papua New Guinea an sempurna.Introduction. Australia National University Press. CanberaAsosiasi: jenis ini di pekarangan berasosiasi dengan
Petocz, R.G. 1987. Konservasi Alam dan suf muti/ bunga putih (Ageratum conyzoides), Pembangunan di Papua. PT. Temprint nilam (Pogostemon) sp., jotang kuda (Synedrella Jakarta. Jakarta.sp.), alang-alang (Imperata cylindrical), jarak
Gambar Calanthe sp. A,B Perawakan Calanthe sp. di Kampung Muke, Kabupaten Timor Tengah Selatan, C. Bunga, D. Umbi semu.
A B
C D
2524
Gelar Teknologi HHBK di Kabupaten Malaka— 3 September 2015
Gelar Teknologi HHBK di Kabupaten Malaka— 3 September 2015
| |
GALE
RI P
ERIS
TIW
A
Gelar Teknologi HHBK di Kabupaten Malaka— 3 September 2015
Gelar Teknologi HHBK di Kabupaten Malaka— 3 September 2015
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
2726
Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2015
Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2015
Edisi VIII No. 2 November 2015Edisi VIII No. 2 November 2015
| KI
LAS
BERI
TA |
Selamat pada peneliti muda berprestasi Bapak Oki Hidayat yang dalam kegiatan INAFOR di Bogor , pada tanggal 22—23 Oktober 2015 mendapat penghargaan antara lain ?Peneliti LHK terbaik?Penerima Alison sudrajat 3 dari 450 orang,?Penerima beasiswa Australia award
dengan nilai grand penelitian 25.000 dolar Australia
Terus berkarya sebagai peneliti terbaik terutama untuk Balai Penelitian Kehutanan Kupang
SEMINAR NASIONAL 2015Balai Penelitian Kehutanan Kupang akan menyelenggarakan Seminar Nasional Pada Tanggal 24 Nopember 2015 bertempat di Hotel Swiss Bellin Hotel—Kupang NTT .Thema : Biodiversitas Savana Nusa Tenggara
Tanggal 18—23 Oktober 2015, Balai Penelitian Kehutanan Kupang bergabung dalam berbagai even yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan , antara lain gelar teknologi , pameran pekan wisata ilmiah dan pameran INAFOR
28
BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.
FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.
JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.
FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.
GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :
Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.
PETUNJUK BAGI
PENULIS
Keta
pang B
each s
unset, T
imor Is
land, N
usa Te
nggara
Tim
ur
sourc
e : a
mets
ignjo
urn
ey.w
ord
pre
ss.c
om
Edisi VIII No. 2 November 2015