warta bea cukai edisi 389

81
APRIL 2007 TAHUN XXXVIII EDISI 389 PROFIL OZA OLAVIA “BEKERJA DENGAN PERATURAN DAN JALUR YANG ADA SESUAI KEINGINAN HATI NURANI” “SAAT INI SEDANG DIKEMBANGKAN POLA PENGAWASAN BERBASIS IT” WAWANCARA IBRAHIM A. KARIM Kawasan Berikat Kawasan Berikat FASILITAS YANG PERLU PENYEMPURNAAN

Upload: bcperak

Post on 07-Jun-2015

2.485 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Warta Bea Cukai Edisi 389

APRIL 2007TAHUN XXXVIII EDISI 389

MENUNGGU IMPLEMENTASIPROFILOZA OLAVIA“BEKERJA DENGAN PERATURAN DAN JALURYANG ADA SESUAI KEINGINAN HATI NURANI”

“SAAT INI SEDANG DIKEMBANGKAN POLAPENGAWASAN BERBASIS IT”

WAWANCARAIBRAHIM A. KARIM

Kawasan BerikatKawasan BerikatFASILITAS YANG PERLU PENYEMPURNAAN

Page 2: Warta Bea Cukai Edisi 389

1WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

DARI REDAKSI

IZIN DEPPEN: NO. 1331/SK/DIRJEN-G/SIT/72TANGGAL, 20 JUNI 1972 ISSN.0216-2483

PELINDUNGDirektur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Drs. Anwar Suprijadi, MSc

PENASEHATDirektur Penerimaan & PeraturanKepabeanan dan Cukai:Drs. M. Wahyu Purnomo, MScDirektur Teknis KepabeananDrs. Teguh Indrayana, MADirektur Fasilitas KepabeananDrs. Ibrahim A. KarimDirektur CukaiDrs. Frans RupangDirektur Pencegahan & PenyidikanDrs. Erlangga Mantik, MADirektur Verifikasi & AuditDrs. Thomas Sugijata, Ak. MMDirektur Kepabeanan InternasionalDrs. Kamil Sjoeib, M.A.Direktur Informasi Kepabeanan & CukaiDr. Heri Kristiono, SH, MAKepala Pusat Pendidikan danPelatihan Bea dan CukaiDrs. Endang TataInspektur Bea dan CukaiEdy Setyo

KETUA DEWAN PENGARAHSekretaris Direktorat JenderalBea dan Cukai:Dr. Djunaedy Djusan

WAKIL KETUA DEWAN PENGARAH/PENANGGUNG JAWAB

Kepala Bagian Umum:Sonny Subagyo, S.Sos

DEWAN PENGARAHDrs. Nofrial, M.A., Drs. Patarai Pabottinggi,Dra. Cantyastuti Rahayu,Ariohadi, SH, MA.Marisi Zainuddin Sihotang, SH.,M.M.Drs. Martediansyah M.P.M,J. Didit Krisnady, SHIr. Sucipto, M.M, Ir. Azis Syamsu Arifin

PEMIMPIN REDAKSILucky R. Tangkulung

REDAKTURAris Suryantini,Supriyadi Widjaya,Ifah Margaretta Siahaan,Zulfril Adha Putra

FOTOGRAFERAndy Tria Saputra

KORESPONDEN DAERAHDonny Eriyanto (Balikpapan),Bendito Menezes (Denpasar),Bambang Wicaksono (Surabaya)Ari Widodo (Medan)

KOORDINATOR PRACETAKAsbial Nurdin

SEKRETARIS REDAKSIKitty Hutabarat

PIMPINAN USAHA/IKLANPiter Pasaribu

TATA USAHAMira Puspita Dewi S.Pt., M.S.M.,Untung Sugiarto

IKLANWirda Renata Pardede

SIRKULASIH. Hasyim, Amung Suryana

BAGIAN UMUMRony Wijaya

PERCETAKANPT. BDL Jakarta

ALAMAT REDAKSI/TATA USAHAKantor Pusat Direktorat JenderalBea dan Cukai,Jl. Jenderal A. Yani (By Pass) Jakarta TimurTelp. (021) 47865608, 47860504,4890308 Psw. 154 - Fax. (021) 4892353E-Mail : - [email protected]

- [email protected] GIRO WARTA BEA CUKAI

BANK BNI CABANG JATINEGARA JAKARTANomor Rekening : 8910841

Pengganti Ongkos Cetak Rp. 10.000,-

TERBIT SEJAK 25 APRIL 1968MISI:MISI:MISI:MISI:MISI:Membimbing dan meningkatkan kecerdasan sertaMembimbing dan meningkatkan kecerdasan sertaMembimbing dan meningkatkan kecerdasan sertaMembimbing dan meningkatkan kecerdasan sertaMembimbing dan meningkatkan kecerdasan sertakesadaran karyawan Direktorat Jendkesadaran karyawan Direktorat Jendkesadaran karyawan Direktorat Jendkesadaran karyawan Direktorat Jendkesadaran karyawan Direktorat Jendeeeeeral Bea danral Bea danral Bea danral Bea danral Bea danCukai terhadap tugas negaraCukai terhadap tugas negaraCukai terhadap tugas negaraCukai terhadap tugas negaraCukai terhadap tugas negaraMendekatkan Hubungan antara atasan danMendekatkan Hubungan antara atasan danMendekatkan Hubungan antara atasan danMendekatkan Hubungan antara atasan danMendekatkan Hubungan antara atasan danbawahan serta antara karyawan Direktorat Jendbawahan serta antara karyawan Direktorat Jendbawahan serta antara karyawan Direktorat Jendbawahan serta antara karyawan Direktorat Jendbawahan serta antara karyawan Direktorat JendeeeeeralralralralralBea dan Cukai dengan masyarakatBea dan Cukai dengan masyarakatBea dan Cukai dengan masyarakatBea dan Cukai dengan masyarakatBea dan Cukai dengan masyarakat

BC 1 di WBCumat 16 Maret 2007, Warta Bea Cukai (WBC) kedatangan tamuistimewa. Hari itu, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Suprijadibertandang untuk pertama kalinya ke dapur WBC. Kunjungan ini sangatmendadak, tidak ada pemberitahuan sebelumnya, bahkan Dirjen hanyaditemani oleh seorang PKD. Sambil melihat-lihat, selama kurang lebih 20

menit Dirjen berbincang-bincang dengan kru yang ada. Perbincangan yangmengalir berlangsung dengan santai dan rileks, jauh dari kesan formal.

Sekalipun singkat, kunjungan Dirjen Bea Cukai Anwar Suprijadi terasamendalam dan sangat bermakna buat seluruh kru WBC. Karena tidak hanyaDirjen bisa mengenal lebih banyak kru yang ada, mengetahui lebih baik tentangbagaimana operasional WBC, namun WBC juga berkesempatanmenyampaikan beberapa hal penting kepada Dirjen dalam rangka mendukungkinerja majalah ini.

Satu hal sebagai contoh yang kami harap dapat terealisasi adalah,kesempatan WBC untuk ikut serta dalam kunjungan Dirjen ke kantor-kantor beacukai terutama yang berada di wilayah jauh ataupun terpencil. Sejak lama kamiselalu menyuarakan keinginan untuk bisa meliput kantor atau pos bea cukaiyang ada di sudut-sudut peta wilayah, entah itu di Tual, Nunukan, Atapupu, Biak,Merauke ataupun di Natuna. Sayangnya, keterbatasan dana sering menjadikendala untuk kami bisa menjangkau daerah-daerah dimaksud.

Buat jurnalis seperti kami, merupakan tantangan untuk bisa memperlihatkanke masyarakat luas bahwa bea cukai tersebar di pelosok nusantara, dan didalamnya ada banyak petugas yang setia dengan tugasnya, bekerja di wilayahyang jauh dari Mal, 21, apalagi padang golf.

Kunjungan Dirjen juga terasa bermakna terlebih di bulan April ini tepatnyatanggal 25, WBC merayakan hari jadinya yang ke-39. Artinya 39 tahun sudahWBC hadir di tengah-tengah pembaca yang mayoritas adalah pegawai DJBC.Terima kasih kami sampaikan atas dukungan yang diberikan selama ini,sebagai pembaca setia, nara sumber, penulis, koresponden, kolumnis,kontributor, dan atas begitu banyak bantuan, saran, serta kritik demi kemajuanWBC. Dengan segala keterbatasan yang ada kami akan berusaha tampil lebihbaik lagi dari waktu ke waktu.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dirjen Bea Cukai, Anwar Suprijadiatas kunjungannya ke WBC dan atas saran-saran demi perbaikan kualitasmajalah ini. Satu usulan menarik dalam hal pemberitaan sempat dilontarkan olehDirjen, semoga hal tersebut bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Kami tetapmenantikan saran dan kritik sehingga WBC bisa membantu mendukung tugas-tugas Dirjen dalam mengelola institusi ini.

Dan seperti pesan Dirjen kepada seluruh kru di akhir perbincangan untuktetap semangat, maka WBC akan tetap semangat dalam bekerja menjadi mediakomunikasi dan informasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, di tahun demitahun yang Tuhan ijinkan untuk berkarya.

Lucky R. Tangkulung

J

1WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Page 3: Warta Bea Cukai Edisi 389

2 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Laporan Utama5-18

Wawancara19-21

Daerah ke Daerah28-38

Pengawasan22-27

DAFTAR ISI

Untuk meningkatkan kinerja aparatDJBC dalam pelaksanaan tugas-tu-gasnya, salah satunya adalah denganmelakukan pemeriksaan mendadak(spot check), Belum lama ini Inspek-torat Jenderal Departemen Keuang-an dan DJBC melakukan penanda-tangan Peraturan Bersama menge-nai pemeriksaan mendadak. Disam-ping juga berita mengenai penegah-an yang dilakukan aparat DJBC.

Dia bukanlah tipe orang yangmembeda-bedakan kemampu-an dibidang pekerjaan antaralaki-laki dan perempuan.Karena menurutnya jika oranglain terutama laki-laki bisamelakukan suatu pekerjaan,ia harus mencoba untuk bisamelakukannya juga.Sepanjang hal itu normal danbisa bersaing.

76-79Profil

Peristiwa39Sebagai salah satu elemenwarga dan pemerintah, DJBCikut peduli terhadap korbanbencana alam melalui suatulembaga penanggulanganbencana alam yang bernamaPos Peduli Umat (P2U). Salahsatu kegiatan yang telahdilakukan adalah penyaluranbantuan terhadap korbantsunami di Pangandaran.

Berbagai kegiatan di daerahmewarnai isi rubrik ini, antaralain; KPBC Bojonegoro, KPBCJuanda Surabaya serta acaraserah terima jabatan dan pisahsambut pejabat eselon III diKanwil II DJBC SumateraUtara. Ada juga kabar-kabaridari PPLB Skow Wutung, per-batasan Indonesia dan PNG.

Untuk menarik investor asingdan mensiasati daya saingindustri dalam negeri,Pemerintah Indonesiamemberikan beberapa insentifkepada para investor agartertarik menanamkaninvestasinya. Salah satunyadengan memberikan fasilitaskawasan berikat.

Aturan yang terkait denganfasilitas kawasan berikat terus-menerus mengalamiperubahan, seiring denganperkembangan dan kemajuanindustri yang terkait denganfasilitas ini. Lebih jauhmengenai hal tersebut, WBCmelakukan wawancara denganDirektur Fasilitas KepabeananDJBC, Ibrahim A Karim.

Page 4: Warta Bea Cukai Edisi 389

3WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

1 DARI REDAKSI3 SURAT PEMBACA4 KARIKATUR40 SEPUTAR BEACUKAI44 SIAPA MENGAPA

- Andar Manalu- Toupik Kurohman- M. Solafudin

46 KEPABEANANINTERNASIONALLangkah Strategis DJBC DalamMemberantas Pembajakan

51 KEPABEANANBC Bentuk Komite PenyusunanProfil

53 INFORMASI KEPABEANAN& CUKAICyber Law ?

54 KONSULTASIKEPABEANAN & CUKAIImportir Sebenarnya Pada MBL

55 KOLOM- Jerat UU Pemberantasan

Tindak Pidana KorupsiTerhadap Tindak PidanaKepabeanan

- Mengawal Perubahan PadaDJBC

60 OPINI- Jalur Prioritas : Jalur atau

Predikat Importir ?- Fasilitas Kawasan Berikat

Antara Kemudahan danKendalanya di Lapangan

66 INFO PEGAWAI- Sosialisasi Kantor Pelayanan

Utama Bea dan Cukai- Kantor Pelayanan Utama Bea

dan Cukai, Langkah StrategisMemperbaiki Citra dan KinerjaInstitusi

- Tim Peduli Bencana DJBCSalurkan Bantuan UntukKorban Banjir Jakarta

- Pegawai Pensiun Per 1 April2007

73 INFO PERATURAN74 RUANG INTERAKSI

Panik dan Gempa Bumi80 APA KATA MEREKA

- Dave Hendrick- Lembu, Club Eighties

Surat PembacaKirimkan surat anda ke Redaksi WBC melalui alamatsurat, fax atau e-mail. Surat hendaknya dilengkapidengan identitas diri yang benar dan masih berlaku.

HARAPAN ITU BERNAMA KPUKantor Pelayanan Utama atau yang disingkat menjadi KPU (tapi bukan

komisi pemilihan umum lho), sekarang ini menjadi tumpuan harapan sekaligusprimadona Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Bagi para “penentu”kebijakan atau think tank DJBC, pembentukan KPU merupakan “jawaban” atastuntutan masyarakat maupun pemerintah untuk peningkatan kinerja danperbaikan citra Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sebaliknya bagi sebagianbesar pegawai DJBC, KPU adalah “tumpuan” untuk perbaikan nasib mereka dimasa yang akan datang.

Sehingga tidaklah mengherankan ketika dibuka lowongan untuk menjadipegawai di Kantor Pelayanan Utama maka hampir semua pegawai yangmemenuhi persyaratan “berbondong-bondong” mendaftarkan diri untuk mencoba“keberuntungan mereka” dengan mengikuti ujian seleksi sebagai persyaratanuntuk menjadi pegawai di Kantor Pelayanan Utama.

Pertanyaannya sekarang adalah, “Apakah semua pegawai yang mengikutiseleksi mengetahui “misi besar” sebagai dasar pembentukan KPU”?

Menurut Dirjen Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi yang membedakanantara KPU dengan Kantor Pelayanan lainnya dari sisi pegawai, KPUbased-nya pada performance (kinerja) dan rencananya sistemremunerasi (penghargaan) dan sistem kenaikan pangkat ditetapkanberdasarkan kinerjanya. Sementara seperti yang dikatakan oleh Nofrial,bahwa KPU, adalah suatu terobosan baru dibidang organisasi yangdiharapkan menjadi primadona bagi pelayanan Bea dan Cukai.

“Kita harapkan tidak ada permasalahan, jadi pelayanan dan jugapengawasannya bagus. Kenapa bisa bagus ? Karena sistem dangajinya cukup bagus. Ini sesuatu yang kita harapkan ke depan”. (WBCedisi 386 Januari 2007, hal. 14)

Dari apa yang disampaikan oleh Dirjen Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi,maupun Nofrial maka bila kita cermati, disamping adanya iming-iming gaji yanglebih baik, maka pegawai pada KPU juga dituntut untuk mempunyai kinerja yangsangat baik atau setidak-tidaknya di atas pegawai Bea dan Cukai padaumumnya. Apakah konsekuensi tersebut sudah dipahami oleh para pegawaiyang mengikuti tes seleksi KPU ? Bila kita cermati nampaknya masih banyakpara pegawai yang belum memahami hal tersebut. Hal ini bisa dilihat dariberagamnya latar belakang atau alasan para pegawai mengikuti tes seleksi KPU.

Dari “penelitian” kecil-kecilan yang penulis lakukan ada cukup banyak alasandibalik keikutsertaan para pegawai mengikuti tes seleksi untuk menduduki posisidi KPU. Alasan tersebut diantaranya adalah :1. Adanya “iming-iming” gaji yang besar yang jumlahnya lebih besar dari yang

biasa diterima saat ini (merupakan alasan terbesar pegawai mengikuti tesseleksi KPU).

2. Agar dapat berperan serta dalam program perbaikan citra Bea dan Cukai(alasan pegawai yang tinggi idealismenya).

3. Takut dicap anti reformasi (alasan sebagian pegawai yang saat ini menempatiposisi yang “strategis”).

4. Agar bisa pindah dari tempat tugas kantor sekarang (alasan sebagian besarpegawai yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil dan kantor-kantor yangtidak “strategis”).

Dengan melihat beragamnya latar belakang (alasan) keikutsertaan pegawaidalam mengikuti seleksi KPU tersebut, maka sebenarnya kita patut agak pesimiskalau “misi” dibentuknya KPU dapat tercapai sesuai harapan. Akan tetapi denganadanya seleksi yang sangat ketat yang melibatkan pihak luar maka diharapkanpara pegawai yang lulus seleksi dan nantinya ditempatkan di KPU adalah parapegawai yang benar-benar memahami “misi” KPU sehingga apa yangdiharapkan dari pembentukan KPU yaitu tercapainya target penerimaan, waktupelayanan yang cepat, kecepatan waktu untuk penetapan jalur merah, jalur hijaudan jalur prioritas, keandalan dari audit dan nota hasil intelijen serta berkurangnyakeluhan dari klien dapat terwujud. Semoga.

Abl AzFaNama dan alamat ada pada Redaksi

Page 5: Warta Bea Cukai Edisi 389

4 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

JUARA IIILOMBA KARIKATURDALAM RANGKA HARI PABEAN SEDUNIAKE-55 TAHUN 2007KARYA : BENEDICTUS JACKSONNIP : 060089780UNIT KERJA : KPBC TIPE A1 SOEKARNO HATTA

KARIKATUR

Page 6: Warta Bea Cukai Edisi 389

5WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

ilai lebih suatu negara, sering dilihat oleh banyaknyainvestasi yang masuk kenegara tersebut. Semakinbanyak investor yang menanamkan modalnya dinegara tersebut, maka semakin menguntungkannyanegara tersebut bagi kalangan industri dan pasar dari

industri tersebut.Indonesia sebagai negara berkembang, sejak dulu telah gen-

car mempromosikan negerinya kepada investor asing agar maumenanamkan modalnya disini. Dengan kiat promosi lokasi yangstrategis dan pangsa pasar yang menjanjikan, Indonesia jugamemberikan beberapa insensif kepada para investor agar tertarik.

Salah satu insentif yang diberikan pemerintah Indonesia untukmenarik investor tersebut, yaitu dengan memberikan fasilitaspenangguhan bea masuk untuk barang impor dan pajak dalamrangka impor (PDRI) bagi perusahaan yang mendapatkan fasili-tas kawasan berikat. Apakah menguntungkan fasilitas kawasanberikat ini dan bagaimana cara investor untuk mendapatkan fasi-litas kawasan berikat ?

MANFAAT FASILITAS KAWASAN BERIKATSebelum menjabarkan hal tersebut, ada baiknya untuk me-

ngetahui dulu apa yang dimaksud dengan fasilitas kawasanberikat tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indo-nesia Nomor 22 tahun 1986 tentang kawasan berikat, dijelaskanpada pasal 1, bahwa kawasan berikat (Bonded Zone) ialah suatukawasan dengan batas-batas tententu di wilayah pabeanIndonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khususdi bidang pabean, yaitu terhadap barang yang dimasukandari luar daerah pabean atau dari dalam pabean Indonesialainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea, cukaidan/atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebutdikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau re-ekspor.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui, bahwa kawasanberikat memiliki perlakuan khusus untuk bidang perpajakan,seperti bea masuk dan PDRI, dan segala perijinannya diserahkankepada Presiden melalui Menteri Keuangan, yang dalam hal inidijalankan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yangselain akan memberikan pelayanan terhadap kawasan berikatjuga melakukan pengawasan penuh kepada kawasan berikattersebut.

Menurut Kepala Seksi Tempat Penimbunan I Subdit TampatPenimbunan dan Kemudahan Ekspor Direktorat FasilitasKepabeanan, Putut Tedjo Ismojo Djati, untuk tatacara pendiriankawasan berikat saat ini sebenarnya telah diatur dengan jelaspada pasal 10-15 Kep. Dirjen Bea Cukai nomor 63/BC/1997 ten-tang tatacara pendirian dan tatalaksana pemasukan dan penge-luaran barang ke dan dari kawasan berikat.

Selain hal tersebut, sesuai dengan keputusan MenteriKeuangan nomor 32/KMK.01/2007 tentang pelimpahanwewenang dari Menteri keuangan kepada Direktur JenderalBea dan Cukai, saat ini wewenang untuk mengeluarkan ijinpenetapan kawasan berikat berada pada Direktur JenderalBea dan Cukai untuk dan atas nama Menteri Keuangan, danberdasarkan P 22/BC/2007, kewenangan tersebut telahdidelegasikan kepada Direktorat Fasilitas Kepabeanan untukmenandatangani ijin penetapan kawasan berikat.

Tetapi Kantor Pusat DJBC tidak dapat memutuskansendiri dalam memberikan ijin penetapan kawasan berikattersebut, mengingat terdapat beberapa persyaratan tertentuyang melibatkan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)yang berfungsi sebagai kantor pengawas yaitu dalam halpemeriksaan lokasi yang dituangkan dalam bentuk beritaacara pemeriksaan lokasi. Berita acara pemeriksaan tersebutharus disertai dengan rekomendasi dari Kepala KPBC yangmenyatakan lokasi calon kawasan berikat telah memenuhisyarat sesuai ketentuan yang berlaku serta dapatdipertimbangkan untuk diberikan persetujuan sebagaikawasan berikat.

“Saat ini jumlah seluruh pengusaha kawasan berikat(PKB) dan pengusaha di kawasan berikat (PDKB) yang adadi Indonesia adalah kurang lebih 1.254 perusahaan, dan darijumlah tersebut sebanyak 810 PKB/PDKB berada di wilayahIX DJBC Jawa Barat,” jelas Putut.

KawasanBerikat

Satu Insentif Yang Diberikan PemerintahSalah satu upaya pemerintah dalam mensiasati

daya saing industri dalam negeri sertauntuk menarik investor asing agar berlomba

melakukan investasi di Indonesia, adalahdengan mendirikan suatu kawasan yang

disebut dengan kawasan berikat.

N

LAPORAN UTAMA

Page 7: Warta Bea Cukai Edisi 389

6 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

MASIH BISA DIJUALKE DPIL

Dengan jumlahtersebut dapatdigambarkan kalaupara investormemang sangatterbantu dengan fa-silitas kawasan be-rikat tersebut, kare-na selain penang-guhan pajak yangakan dikenakan, pa-ra investor juga da-pat mengamankankondisi keuangan-nya. Selain itu padakeputusan Menkeunomor 101/PMK.04/2005 tentang peru-bahan ketujuh ataskeputusan MenteriKeuangan nomor291/KMK.05/1997tentang kawasanberikat, pada pasal10 ayat 7, memberi-

kan keuntungan lain bagi penerima fasilitas ini dimana untuk pe-ngeluaran barang dari kawasan berikat ke daerah pabean Indone-sia lainnya (DPIL) diberikan dalam bentuk beberapa prosentase.

Seperti, sebanyak-banyaknya 50 persen dari nilai hasilproduksi tahun berjalan, untuk barang yang tidak memerlukanproses lebih lanjut dan dapat berfungsi sendiri tanpa bantuanbarang lainnya serta digunakan oleh konsumen akhir, dan 60persen untuk barang selain yang dimaksud tersebut. Sementaraitu 75 persen dapat dikeluarkan ke DPIL oleh PDKB yang hasilproduksinya digunakan untuk mensuplai perusahaanpertambangan, minyak dan gas, serta PDKB yang bergerakdibidang industri perminyakan dan gas, perkapalan di dalamnegeri dan industri oleochemical.

Terkait kebijakan tersebut, Putut menyatakan dengan peratur-an tersebut DJBC tidak mengalami kesulitan dalam melaksana-kan fungsi pengawasannya, sepanjang kawasan berikat sesuaifungsi merupakan tempat untuk mengolah bahan baku menjadibarang jadi lalu mengekspor yang memang merupakan kegiatanutamanya. Selain itu perpindahan barang ke kawasan berikat lain

juga dimungkinkankarena tempat tuju-an barangnya ada-lah kawasan berikatjuga yang dalam halini masih berada dibawah pengawasanDJBC (undercustoms control)

“Sementara ituuntuk yang dijual keDPIL masih dapatdilakukan oleh pe-ngusaha kawasanberikat sepanjangmemenuhi ketentu-an keputusan Men-teri Keuangannomor 101/PMK.04/2005, yang artinyadisamping harus di-lakukan pemeriksa-an fisik oleh petugasbea dan cukai, jugaharus dibayarpungutan BM dan

PDRI yang melekat terhadap barang tersebut, karena barang-ba-rang tersebut pada saat masuk kawasan berikat belum dipungutBM dan PDRI-nya,” kata Putut.

PERLAKUAN DI PULAU BATAM BEDAJika demikian samakah perlakukan kawasan berikat yang ada

di seluruh daerah pabean Indonesia? Menurut Putut, pemberlaku-kan kawasan berikat juga ada yang lebih dikhususkan, yaitu un-tuk di Pulau Batam pemberlakuan kebijakannya berlainan denganyang ada di luar pulau Batam. Ada empat perbedaan yang cukupkrusial mengenai perlakuan kawasan berikat di pulau Batam danluar pulau Batam, yaitu perijinan, prosedur, fasilitas perpajakandan kepabeanan, dan fasilitas perdagangan.

Untuk perijinan ada empat poin yang membedakan, dianta-ranya, untuk luar Batam, perijinan kawasan berikat diberikan olehMenteri Keuangan dan perijinan gudang berikat (GB), toko bebasbea (TBB) dan entrepot untuk tujuan pameran (ETP) diberikanoleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan. Sementarauntuk di Batam semua itu cukup dengan persetujuan KepalaKPBC atas nama Menteri Keuangan.

Untuk Prosedur ada delapan poin yang membedakan,diantaranya pemasukan barang dari luar daerah pabean (LDP) ketempat penimbunan berikat (TPB) dilakukan penyegelan oleh beadan cukai bagi yang di luar pulau Batam, di pulau Batam tidakdilakukan penyegelan. Pengeluaran barang dari TPB ke DPILmenggunakan dokumen pabean, di pulau Batam tidak.Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari TPBmenggunakan dokumen BC 2.3 kecuali pengeluaran barang dariTPB ke DPIL menggunakan dokumen BC 2.0 (PIB). Untuk pulauBatam, pemasukan barang dari LDP ke TPB menggunakandokumen pemberitahuan pabean single administration documen(PPSAD) Batam, Bintan, Karimun (BBK) dan pengeluaran barangdari TPB menggunakan dokumen BC 2.5 BBK. Dokumen PPSADdan BC 2.5 BBK lebih sederhana.

Untuk luar pulau Batam, pengeluaran hasil produksi kawasanberikat ke DPIL dapat dilakukan setelah ada realisasi ekspordengen ketentuan sebesar 50 persen dari nilai realisasi ekspor(untuk barang yang dapat berfungsi sendiri) atau sebesar 60persen dari nilai realisasi ekspor (untuk barang yang masih perluproses lebih lanjut). Untuk di Pulau Batam, pengeluaran hasilproduksi kawasan berikat ke DPIL tidak dipersyaratkan untukdilakukan ekspor lebih dahulu, tidak dikaitkan dengan nilairealisasi ekspor (semua hasil olahan PDKB dapat dijual ke DPIL).Satu hal lagi, untuk di luar pulau Batam pengawasan kepabeanandi TPB dilakukan dengan menempatkan pegawai bea cukai,sedangkan di pulau Batam, di TPB tidak dilakukan pengawasankepabeanan.

Pada fasilitasperpajakan dan ke-pabeanan, di luarpulau Batam penge-luaran hasil olahandari PDKB ke DPILdipungut BM danPDRI, untuk pulauBatam juga tidak di-pungut kecuali em-pat komoditi, yaitukendaraan bermo-tor, hasil tembakau,minuman mengan-dung alkohol, danproduk elektronik.

Dan untuk fasili-tas perdagangan, diluar pulau Batamimportasi barangmodal bukan baru(termasuk relokasipabrik) perlu ijinDeperdag dan Cer-tificate of inspection

JODY KOESMENDRO. Kanwil IX DJBC Jawa Barattelah membuat mapping dan lebih memberdaya-kan fungsi intelijen untuk memudahkan sistempengawasan yang saat ini kurang optimal.

I GUSTI PUTU SURYAWIRAWAN. Perlurevitalisasi dan koordinasi yang baik untukkwasan berikat, sehingga implementasinyadapat berjalan lebih baik lagi.

PUTUT TEDJO ISMOJO DJATI. Pada dasarnyasetiap petugas bea dan cukai yang bertugas danmelayani kawasan berikat harus paham akanseluruh peraturan tentang kawasan berikat.

LAPORAN UTAMAWBC/ATS

WBC/ATS WBC/ATS

Page 8: Warta Bea Cukai Edisi 389

7WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

dari surveyor, sedangkan di pulau Batam tidak memerlu-kannya. Diluar pulau Batam pengeluaran barang modalbukan baru dari TPB ke DPIL perlu ijin Deperdag,sedangkan di Pulau Batam ijin cukup diberikan oleh dinasperdagangan pemerintah kabupaten/kota.

Mengapa kawasan berikat di pulau Batam mendapatkanperlakuan khusus sementara di luar Pulau Batam tidak, halini sebenarnya juga telah dijelaskan pada keputusanMenteri Keuangan nomor 291/KMK.05/1997 tentangkawasan berikat yang mana pada pasal 27 dijelaskan kalausegala peraturan yang ada tersebut tidak berlaku untukkawasan berikat di Batam. Namun demikian keputusantersebut telah diubah beberapa kali dan kini kawasanberikat di Batam tetap dijadikan pilot project baik untukkebijakan yang bersifat nasional maupun kebijakan yangbersifat internasional.

Dengan berbagai kemudahan yang diperolehpengusaha kawasan berikat saat ini, maka tak heran kalaujumlah permohonan untuk mendapatkan fasilitas tersebutjuga meningkat tiap tahunnya, namun demikian seiringbertambahnya jumlah penerima fasilitas kawasan berikat,ternyata tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah pegawaiDJBC baik untuk melayani maupun untuk melakukanpengawasannya.

PERLU ADANYA SISTEM BARU UNTUK PENGAWASANSeperti halnya untuk wilayah IX DJBC Jawa Barat, saat

ini jumlah penerima fasilitas kawasan berikat yang ada diwilayah tersebut telah mencapai 810 perusahaan yangtersebar di beberapa KPBC. Memang untuk wilayah ini adabeberapa KPBC yang memiliki kawasan industri sehinggauntuk pelayanan dan pengawasannya tidak sulit, namundemikian kendala masih tetap ada, yaitu jumlah petugasyang melakukan pelayanan dan pengawasan sudah tidaksepadan lagi.

Menurut Kepala Kantor Wilayah IX DJBC Jawa Barat,Jody Koesmendro, walaupun wilayah ini akan dipecahdengan Banten, namun penerima fasilitas kawasan berikatjumlahnya tetap banyak, untuk yang berada di KPBCBekasi dan Purwakarta memang hampir 70 persen beradadi kawasan industri, namun untuk wilayah Bandung yangtidak memiliki kawasan industri, penerima fasilitas kawasanberikatnya terpencar dimana-mana sementara itu jumlahmereka juga tidak sedikit.

“Dengan kondisi ini kami mencoba untuk membuatmapping, artinya kami akan memetakan mana-manaperusahaan yang baik dan mana-mana perusahaan yangberindikasi nakal. Hal ini kami lakukan karena dari jumlahpetugas kami sudah tidak memungkinkan lagi untuk mela-kukan pengawasannya, padahal industri disini didominasioleh produk tekstil dan garmen yang saat ini mendapatatensi karena sering melakukan penyimpangan dan produkini jika beredar di DPIL kan sangat merugikan negarakhususnya terhadap produksi dalam negeri,” tutur Jody.

Lebih lanjut Jody menambahkan, selain membuatmapping, Kanwil IX juga sedang berusaha untuk membuatsistem baru khusus untuk pengawasan kawasan berikatyang lebih efisien yang nantinya akan disampaikan kepadakantor pusat. Sistem tersebut bisa berbentuk elektronikonline seperti TPS online, karena idealnya yang akandatang itu kawasan berikat tidak bisa di “tongkrongi”, yangbekerja adalah sistem yang tentunya ada laporannya baikpertiga bulan yang dapat di lihat secara manual, danditambah hasil dari analis-analis yang memberikanperingatan apakah ada indikasi penyimpangan atau tidak.

“Fasilitas ini sebenarnya ada di seluruh negara danyang benar itu seperti yang ada di kawasan berikatnusantara yang ada di Cakung, karena disitu one gate jadiada PDKB ada kawasan berikatnya semua perijinannyatelah diatur disana, namun pada perkembangannya jumlahpenerima fasilitas ini terus bertambah dan tersebar dimana-mana sementara pengawasannya kita tidak mungkin punya

PULAU BATAM. Kawasanberikat yang ada di pulauBatam dibedakanperlakuannya dengan yangada di luar pulau Batam.

7WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Page 9: Warta Bea Cukai Edisi 389

8 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

petugas sebanyak itu. Seperti saat ini satu kawasan berikatmemerlukan tiga petugas kalau dikalikan jumlah kawasan berikatyang ada, berapa banyak jumlah petugas yang diperlukan,”ungkap Jody.

Sistem baru lain yang berusaha diupayakan saat ini olehKanwil IX Jawa Barat beserta seluruh kepala kantor-nya , yaitu dikawasan-kawasan industri sedang mempersiapkan untukpenyelesaian barang ekspornya yang akan dikirim ke pelabuhanTanjung Priok, di kawasan industri masing-masing. Dengan cara,membuat fasilitas TPS atau dry port (pelabuhan kering) yangsemua kewajiban dan persyaratan ekspornya, termasukkewajiban pabean, untuk memenuhi persyaratan ekspor, sepertidengan kartu ekspor disatu tempat. Kegiatan pelayanan ini dapatberjalan, apabila semua TPS di kawasan industri dan dry portdapat diberlakukan on truck on board atau on train on board jikamenggunakan kereta api. Sehingga dapat mencegah terjadinyakemacetan pada jam-jam sibuk di pelabuhan Tanjung Priok.

“Dengan dapat di-online-kannya antara pelabuhan muat, pe-labuhan bongkar (Tanjung Priok) dan kantor Bea Cukai penga-was (KPBC Purwakarta, Bekasi, dan lain-lain). Maka prosesrekonsiliasi akan lebih cepat dan aman, karena kita memiliki database yang dipakai oleh kantor-kantor pengawas, dan sebenarnyadi kantor-kantor pengawasan tersebut sudah kita pasangi kompu-ter besar hanya saat ini pemakaiannya belum optimal, karenatransaksi dengan kawasan berikat masih bersifat manual,” imbuhJody.

Dengan demikian maka Kanwil IX DJBC Jawa Barat akanlebih aktif dalam pemecahan masalah pengawasan di kawasanberikat, terlebih lagi adanya single administration dokumen (SAD),karena menurut Jody, SAD paling bermanfaat jika diberlakukanuntuk kawasan berikat, karena pada kawasan berikat telahlengkap segala dokumen yang diperlukan, seperti BC 2.3, PIBdan PEB yang dapat disatukan menjadi satu dokumen.

KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAINSementara itu, terkait sistem pengawasan dan pelayanan

yang ada pada kawasan berikat saat ini, menurut Direktur IndustriLogam Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin Tekstil danAneka, Departemen Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan,yang juga beberapa kali mendampingi DJBC dalampengembangan kawasan berikat di pulau Batam, untuk kawasanberikat saat ini memang idealnya harus berada di dalam kawasanindustri, karena dengan berada di kawasan industri justru akanmemudahkan petugas Bea dan Cukai dalam melayani danmengawasi, terlebih lagi juga menjadi daya tarik investor karenasegala sesuatunya telah tersedia.

“Saya melihat sejak dilahirkannya ide kawasan berikat sampaisaat ini, kelihatan kalau kawasan berikat itu seolah-olah hanyamilik DJBC, padahal kawasan berikat itu milik rakyat Indonesiayang dioperasikan oleh DJBC, jadi pihak lain menganggappersoalan kawasan berikat adalah urusan DJBC. Padahal, DJBC

tidak bisa bekerja sendiri karena tugasnya hanya memberikan ijin,mengawasi dan memungut pajaknya,” ujar Putu.

Lebih lanjut diterangkan oleh Putu, apa yang terjadi dalamkeseharian di kawasan berikat, tentunya bukan hanya DJBC sajayang terlibat, ada Departemen Perhubungan, DepartemenPerdagangan, Perindustrian, Energi dan Sumber Daya Mineral,Pekerjaan Umum, dan banyak pihak lain yang terlibat.

Sehingga kawasan berikat yang sifatnya pemberian insentiffiskal, akan benar-benar dibedakan dengan perusahaan yangtidak mendapatkan fasilitas tersebut. Untuk itu Putu juga meyakinikalau para perusahaan penerima kawasan berikat harus beradadi dalam suatau kawasan industri, maka investor akan lebihtertarik lagi. Karena, dalam sejarah dilahirkannya kawasan berikatitu agar Indonesia dapat memberdayakan lokasi yang dimilikinyayang secara geografis memiliki beberapa keuntungan, salahsatunya yaitu berada di kawasan Asean yang memiliki 660 jutapenduduk yang tentunya juga menjadi market yang cukup besar.

“Saat ini yang perlu dilakukan adalah revitalisasi kawasanberikat, karena DJBC tidak bisa bekerja sendiri harus adakoordinasi yang lebih intensif antar departemen maupun denganKadin. Selain itu kawasan berikat saat ini juga perlu diberikaninsentif kalau dia telah memenuhi segala kriteria yang telahditetapkan, jadi bisa dibuat seperti penjaluran ada kawasanberikat tingkat I, tingkat II, tingkat III dan seterusnya, sehingga jikadia menjadi kawasan berikat tingkat I maka segala bentukdokumen dapat dirampingkan hingga akhirnya tidak memerlukandokumen lagi, nah ini yang harus dilakukan saat ini bukannya kitalantas mencari modus-modus baru untuk membuat kawasankhusus,” kata Putu.

Segala perijinan di negara ini memang masih perlu diramping-kan dan disempurnakan, seperti halnya dengan kawasan berikat,adanya ketentuan kawasan berikat harus berada di kawasanindustri tentunya juga bukan bermaksud menambah birokrasiyang ada. Dengan berada di kawasan industri DJBC akan lebihmudah dalam melakukan pelayanan dan pengawasan karenamereka telah “dikandangi” sehingga memudahkan untuk melaku-kan kontrolnya.

Akan hal tersebut Putu menilai DJBC telah tepat dalam me-nempuh kebijakan, karena selain dapat pemberdayakan pengem-bang kawasan industri yang ada saat ini, juga dapat memberikankepastian kepada investor untuk marketnya. Namun jika adadaerah yang memang tidak memiliki kawasan industri, Putumengharapkan agar DJBC juga aktif dalam berkoordinasi denganpemerintah daerah setempat, artinya DJBC jangan hanyamelemparkan suatu kebijakan namun tidak ada tindak lanjutnya.

“Jadi dalam implementasinya harus ada koordinasi yang lebihbaik dari saat ini, atau di Direktorat Fasilitas perlu dibentuk suatutim koordinasi yang permanen khusus menangani kawasan beri-kat yang mengkoordinasikan dengan instansi-instansi terkait lain-nya guna menumbuhkan kawasan berikat itu sendiri,” jelas Putu.

Persoalan kawasan berikat memang tidak sebatas padaperijinan dan koordinasi saja, kurang optimalnya sistempengawasan yang ada saat ini terkadang juga dijadikan celaholeh oknum kawasan berikat untuk melakukan penyimpangan.

Dan kalau saat ini Kanwil IX DJBC Jawa Barat lebihmemberdayakan intelijen di kawasan-kawasan berikat, haltersebut memang menjadi satu solusi yang baik terhadap kendalapengawasan saat ini. Dan hal tersebut sebenarnya juga dapatdilakukan oleh wilayah lain yang memiliki kendala tersebut, baikterhadap penerima fasilitas kawasan berikat atau dibidanglainnya, seperti cukai ataupun kepabeanan.

Untuk itulah maka sejalan dengan re-organisasi di tubuhDJBC, dan untuk memperluas fungsi kawasan berikat, pelayanankawasan berikat yang selama ini dijalankan oleh Direktorat TeknisKepabeanan, kini dilimpahkan kepada Direktorat FasilitasKepabeanan. Hal ini tidak lain karena, hasil analisa danpembahasan oleh tim khusus, sampai pada kesimpulan bahwatugas pokok dan fungsi Subdit Tempat Penimbunan lebihmenitikberatkan pada pemberiaan fasilitas kepabeanan, sepertikawasan berikat, gudang berikat, TBB, dan ETP serta lainnya,dan diputuskan bahwa Subdit Tempat Tenimbunan dirasa lebihtepat berada di bawah Direktorat Fasilitas Kepabeanan.

BERADA DI KAWASAN INDUSTRI. Idealnya seluruh penerima fasilitaskawasan berikat berada di kawasan ini.

LAPORAN UTAMADOK.WBC

adi

Page 10: Warta Bea Cukai Edisi 389

9WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

paya penyelundupan memang selalu dilakukanoleh oknum-oknum yang ingin mencari keuntungandengan jalan yang tidak halal atau menyalahisegala aturan yang ditentukan. Segala celah yangada tentunya akan dilihat dan dicermati dengan

baik agar penyelundup dapat memasukan barangnya kewilayah pabean Indonesia.

Indonesia memang negara yang me-miliki pangsa pasar yang begitu besaruntuk segala macam produk, hal ini tidaklain karena jumlah penduduknya yangcukup banyak disamping letak geografis-nya yang terdiri dari pulau-pulau yangmenyebabkan niatan pemasukan barangke Indonesia juga dengan berbagaimodus.

DJBC sebagai penjaga pintu gerbangbangsa, tentu sudah bekerja ekstrakeras agar upaya-upaya penyelundupanini dapat ditekan seminimal mungkin.Salah satu modus yang dilakukan oknumpenyelundup adalah dengan mengguna-kan fasilitas yang telah diberikan negara,yaitu dengan fasilitas kawasan berikat.

Pada fasilitas ini segala bea masukdan pajak dalam rangka impor (PDRI)ditangguhkan sejauh bahan baku yangdiimpornya diolah untuk kemudian di-ekspor kembali. Namun apa yang terjadipada kenyataan saat ini, banyakpengguna fasilitas kawasan berikat tidakmengolah bahan baku tersebut ataupunjika diolah tidak untuk diekspor kembali

namun di jual ke daerah pabean Indonesia lainnya (DPIL).Kegiatan ini tentunya sangat merugikan negara, baik daripajak yang seharusnya dikenakan juga berdampat burukpada produk dalam negeri sendiri.

TEKSTIL KOMODITI HIGH RISKSalah satu primadona produk yang kerap disalahgunakan

peruntukannya adalah tekstil dan produk tekstil yang menurutAsosiasi Pertekstilan Indonesia (API) telah mematikanbanyak industri-industri tekstil dalam negeri. Memang dariseluruh jumlah penerima fasilitas kawasan berikat hampir 70persen umumnya mengolah tekstil dan produk tekstil, makatak heran jika komoditi ini menjadi primadona untuk selaludisalahgunakan.

Menurut Kepala Subdirektorat Penindakan DirektoratPenindakan dan Penyidikan, Marisi Zainuddin Sihotang,

untuk mekanisme pengawasan terhadapkawasan berikat, hal utama yang dilihatadalah relevansi pasar saat ini, dimanatekstil dan produk tekstil yang banyakterserap oleh pasar. Setelah itu dilaku-kan mapping tentang kondisi kawasanberikat yang ada, juga dibantu oleh infor-masi-informasi lain yang kemungkinanterlewatkan pada mapping ini. “Karenauntuk kawasan berikat juga banyak‘pemain-pemain hebatnya’, sehingga kitatidak bisa hanya mengandalkan map-ping, dan ini dapat dilakukan denganmenghidupkan jaringan intelijen.”

“Kalau melihat kawasan berikat,mungkin masalahnya antara jumlah ka-wasan berikat dengan jumlah petugasyang mengawasi sangat jauh berbeda,itu pertama. Kedua, yang menjadimasalah karena ada pegawai disana lalubarang BC 2.3 yang dari pelabuhan tidakdiperiksa kemudian dibawa ke pabrik,sehingga disitu dapat terjadi segalakemungkinan, bisa barang tidak sampaitujuan atau juga diganti, artinya BC 2.3nya bisa sampai namun barangnya tidak,lalu bisa saja ditukar,” kata Marisi.

Kawasan Berikat,

Skala PrioritasPengawasanTahun 2007Kendati pelabuhan sudah diperketat

pengawasannya, Direktorat Jenderal Bea danCukai (DJBC) tetap tidak bisa lengah,

karena para “pencari keuntungan” akanmencari celah melalui perusahaan penerima

fasilitas seperti kawasan berikat untuktetap memasukan barangnya.

KANWILHARUS

MENJEMPUTBOLA DALAM

MENGGALANGSEGALA

INFORMASIYANG ADA

MARISI ZAINUDDIN SIHOTANG. Perlupenyempurnaan segel dan ketentuan alat angkutuntuk masalah kawasan berikat.

UWBC/ATS

Page 11: Warta Bea Cukai Edisi 389

10 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

PERLU PENYEMPURNAAN SEGELLebih lanjut dijelaskan oleh Marisi, yang harus dilakukan

saat ini adalah mekanisme mulai dari pembongkaran terlebihdahulu, karena selama ini BC 2.3 sering kali barangdibongkar kemudian masuk ke dalam kontainer dan disegel,faktanya terkadang penempelan segel dilakukan secara asal.Lalu, alat angkutnya yang harus diperhatikan, kalauberbentuk kontainer akan lebih aman dalam penyegelan, tapikalau dalam bentuk bak terbuka yang hanya tertutup terpalpenyegelan akan silit, karena yang disegel juga tidak jelas.

Terkait hal tersebut, Marisi juga menyatakan yang harusdicermati saat ini oleh DJBC agar mekanisme pengawasanterhadap kawasan berikat dapat menjadi efektif adalah,pertama soal segel yang saat ini mudah rusak, selain itu saatini pelekatannya juga agak sulit, jika dilekatkan agakrenggang dia mudah rusak, namun jika terlalu rekat makaketika dibuka segel itu tidak rusak namun utuh dan itu dapatdigunakan kembali oleh oknum.

“Skala prioritas pengawasan tahun 2007 ini adalahkawasan berikat, bukan artinya tahun sebelumnya tidakmendapat prioritas, dan saya juga sudah mencobamengusulkan agar khusus untuk alat angkut BC 2.3 harusmenggunakan kontainer tidak lagi dengan bak terbuka, selainitu untuk segel tidak menggunakan segel stiker sepertisekarang tapi menggunakan segel botol dan hanya dapatdibuka oleh petugas bea cukai saja. Untuk segel ini memang

terkait dengan dana, namun hal tersebut akan jauh lebihefektif dalam pengawasannya ketimbang dengan segelstiker,” ujar Marisi.

Dari skala prioritas ini memang sudah dapat dibuktikan,kalau di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yangmemiliki pengawasan kawasan berikat, sudah menunjukanhal yang cukup memuaskan. Seperti di KPBC Bogor yangbelum lama menegah puluhan kontainer berisikan tekstil darikawasan berikat yang akan dijual ke DPIL. Ini menunjukankalau unit pengawasan saat ini sudah benar-benar bergerakwalaupun dari banyak sisi juga menghadapi kendala teknisdan non-teknis.

Sementara itu Menurut Kepala Bidang Penindakan danPenyidikan (P2) Kantor Wilayah (Kanwil) VII DJBC Jakarta I,Rahmat Subagio, ada dua mekanisme pengawasan yangdilakukan oleh Kanwil VII DJBC Jakarta I untuk penggunakawasan berikat, pertama, pengawasan secara fisik denganmelakukan pemantauan pemasukan dan pengeluaran barangke dan dari kawasan berikat. Kedua, pengawasan secaradokumen dengan melakukan audit dibidang kepabeanan.

“Saat ini pengawasan lebih difokuskan terhadap pengusa-ha di kawasan berikat (PDKB) yang melakukan pemasukanbarang impor yang sifatnya strategis seperti produk tekstilnamun dengan tidak melupakan pengawasan produk-produklainnya. Risk manajemen yang dijalankan saat ini juga sudahberjalan cukup baik walaupun belum maksimal dan efisien

DITEGAH. Dari skala prioritas yang diterapkan saat ini, banyak penerima fasilitas kawasan berikat yang menyimpang dan berhasil ditegah.

LAPORAN UTAMAWBC/ATS

Page 12: Warta Bea Cukai Edisi 389

11WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

mengingat pema-sukan barang kekawasan berikatmenggunakan sis-tem manual. Untukitu kami melakukanpemetaan danprofiling terhadapPDKB yang beradadi bawah penga-wasan kami,” kataRahmat.

Namun demiki-an, Rahmat jugamengakui kalausarana dan prasa-rana yang ada ma-sih dirasakankurang, sehinggasaat ini prosedurpemasukan barangke PDKB menggu-nakan BC 2.3 yangmasih dilakukansecara manual be-lum terintegrasi se-cara jaringan. Se-lain itu keberadaan

kawasan berikat yang tersebar membutuhkan SDM yangcukup untuk melakukan pengawasan.

Kendala lain yang juga saat ini dihadapi Kanwil VII DJBCJakarta I, adalah pemahaman perusahaan yang memperolehfasilitas kawasan berikat terhadap peraturan-peraturankawasan berikat masih sangat kurang, seperti aturan bahwauntuk pengerjaan sub kontrak harus mendapat ijin dari kepalakantor pelayanan. Selain itu untuk pengawasan pengeluaranbarang hasil olahan PDKB ke kawasan berikat di lain tempatjuga kurang dipahami.

“Upaya-upaya yang kami lakukan agar tidak terjadipenyimpangan adalah, dengan melakukan audit kepabeananterhadap PDKB, melakukan rolling petugas yang berada diPDKB secara rutin, dan melakukan pembinaan kepadapengusaha kawasan berikat dan petugas. Ini kami lakukandengan harapan kedepan tidak terjadi penyimpangan baikyang dilakukan oleh pengusahakawasan berikat maupun keterlibatanpetugas dengan kawasan berikat. Untukitu kedepan juga agar dikembangkansistem komputerisasi yang terhubungantara pihak bea cukai dengan PDKBsehingga pengawasan lebih efektif,termasuk didalamnya komputerisasi BC2.3,” ungkap Rahmat.

OPERASI CITRA KANWIL IX DJBC JAWABARAT

Dalam hal pemetaan dan profiling,hal yang sama juga telah dilaksanakanolek Kanwil IX DJBC Jawa Barat.Menurut Kepala Bidang Penindakan danPenyidikan Kanwil IX DJBC Jawa Barat,Gatot Hariyo Sutejo, karena jumlahpenerima fasilitas kawasan berikat yangada di wilayahnya terbanyak dari seluruhwilayah yang ada, maka selain mappingunit pengawasan juga telah membuatrencana operasi untuk melakukanpengawasan terhadap fasilitas kawasanberikat.

“Operasi ini kami sebut denganoperasi citra, yang dimulai sejak Januari2007, dengan cara meningkatkan jaring-

an dengan konsoli-dasi kepada selu-ruh seksi P2 dise-luruh KPBC yangberada dibawahKanwil IX Jawa Ba-rat, dengan meng-evaluasi mulai darikebutuhan SDMmaupun rencanaoperasi masing-masing KPBC, se-hingga KPBC mem-punyai rencanaoperasi yang samadengan Kanwil, po-lanya dengan sur-veillance, under-cover, dan pengga-langan informasi,”ujar Tejo.

Lebih jauh dije-laskan oleh Tejo,dengan hal terse-but maka Kanwilharus menjemputbola dalam meng-galang segalainformasi yang ada, dan lebih meningkatkan kinerja unitpengawasan di lapangan masing-masing. Hasil operasi inijuga telah ditunjukan dengan beberapa hasil tegahan danpenyidikan yang dilakukan oleh Kanwil IX Jawa Baratterhadap pelanggaran yang dilakukan oleh kawasan berikat.

Seperti halnya di Kanwil VII Jakarta I, Kanwill IX JawaBarat juga memiliki kendala yang sampai saat ini belumdapat teratasi. Kendala tersebut adalah terbatasnya jumlahSDM di unit pengawasan sehingga perlu ekstra kerja kerasagar pengawasan yang dilakukan memang benar-benarefektif dan optimal.

Menurut Tejo, jumlah petugas di unit pengawasan saat initidak sebanding dengan jumlah kawasan berikat, dari satupetugas ternyata harus mengawasi tiga hingga empat kawas-an berikat, padahal di wilayahnya terdapat kurang lebih 800hingga 1000 kawasan berikat. Untuk itulah unit pengawasan

harus mensinergikan baik yang ada diwilayah maupun yang ada di KPBC.

“Industri garmen adalah industri yanghigh risk, untuk itu jaringan intelijenharus dapat menjemput bola terhadapinformasi yang ada, tidak semata-matakita tongkrongi terus, kita juga telahmembuka akses baru yang sifatnyatertutup, lalu mengevaluasi setiapinformasi yang masuk, yang ternyatahasilnya cukup banyak kita lakukanpenegahan,” tutur Tejo.

AUDIT KUNCI UTAMA PENGGUNAANFASILITAS

Sementara itu menurut KepalaBidang Audit Kanwil IX DJBC JawaBarat, Pardamean Sudabutar, peranKanwil IX Jawa Barat dalam melakukanaudit kepabeanan sebagai salah satuinstrumen pengawasan menjadi sangatsignifikan, karena harus berurusandengan perusahaan penerima fasilitas.Disatu sisi, audit adalah konsekusnsilogis dari berlakunya sistem selfassesment dalam undang-undang, di sisilainnya kita menghendaki agar semuapengguna fasilitas kepabeanan

RAHMAT SUBAGIO. Modus yang seringdigunakan oleh penerima fasilitas kawasanberikat saat ini adalah, pemberitahuan tidakbenar, sub kontrak, dan antar pulau.

GATOT HARIYO SUTEJO. Kanwil IX DJBCJawa Barat saat ini tengah melaksanakanoperasi citra khusus untuk pengawasankawasan berikat.

PARDAMEAN SUDABUTAR. Sebagai konsekuensidari fasilitas yang mereka terima, perusahaanharus benar-benar menggunakan fasilitas sesuaidengan tujuan yang diberikannya.

WBC/ATS WBC/ATS

WBC/ATS

Page 13: Warta Bea Cukai Edisi 389

12 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Kanwil IX DJBC Jawa BaratUngkap Jaringan

Penyalahgunaan FasilitasKawasan Berikat

ermula dari laporan Kepala KPBC Bogortentang adanya pelanggaran di bidangkepabeanan oleh perusahaan PT. PRG yangditindaklanjuti dengan audit oleh KantorWilayah (Kanwil) IX DJBC Jawa Barat,

terhadap perusahaan penerima fasilitas kawasanberikat ini, akhirnya diketahui kalau perusahaantersebut telah menyalahgunakan fasilitas kepabeananyang mengarah pada pelanggaran pidana.

Pelanggaran yang melibatkan banyak pihak ini,akhirnya dapat diungkap secara tuntas oleh Kanwil IXDJBC bahkan jaringan yang ada pun dapat terungkap,baik pemilik maupun penadah barang, setelahdilakukan penyidikan selama kurang lebih sembilanbulan. Menurut Kepala Kanwil IX DJBC Jawa Barat,Jody Kuesmendro, PT. PRG adalah perusahaanpenerima fasilitas kawasan berikat sejak awal tahun2006, dan produksi yang dihasilkannya adalah tekstildan produk tekstil.

“PT. PRG sejak awal berdirinya memangmempunyai niatan lain dari fasilitas yang diterimanya,hal ini diketahui dari modus yang dilakukannyadengan mengimpor tekstil yang bukan miliknya atauuntuk kepentingan usahanya, dengan maksud untukdikeluarkan ke pemilik barang yang sebenarnya, tanpamelalui proses pengolahan lebih lanjut di perusahaan.Tekstil tersebut dikeluarkan dengan modus untukpengerjaan lebih lanjut melalui sub kontrak keperusahaan lain diperedaran bebas,” ungkap Jody.

Lebih lanjut diungkapkan Jody, terbongkarnyajaringan tekstil ini juga atas dorongan dari AsosiasiPertekstilan Indonesia (API) yang menilai kasuspenyelundupan tekstil telah mematikan industri tektil didalam negeri. Untuk itu Jody juga meminta API untukturut memantau hasil persidangan yang akan digelar,karena saat ini sanksi yang ada belum terlalu beratdan tidak menimbulkan efek jera bagi pelakuknya.

Hasil tegahan yang digelar pada acara press releasedi halaman Kantor Pusat DJBC pada 8 Maret 2007, jugadihadiri oleh Ketua API, Benni Sutrisno, Kadin, danasosiasi pengusaha kawasan berikat yang ada di JawaBarat. Pada acara tersebut disebutkan, dari 13 kontaineryang ditegah tersebut merupakan sisa bahan baku yangberhasil diamankan, sementara itu sisa dari barangtersebut masih dalam proses penyitaan.

Dengan terungkapnya jaringan penyalagunaanfasilitas kawasan berikat untuk komoditi tekstil ini,maka dari PT. PRG berhasil diamankan Sdr, SNJwarga negara Korea, dan dikenakan sanksi berupapidana penjara paling lama lima tahun dan/atau dendapaling banyak Rp. 250.000.000. Sementara itu untukpotensi kerugian negara atas kegiatan PT.PRG inimasih dalam tahap perhitungan.

melaksanakan se-mua ketentuanyang telah diatur.

“Sejalan dengankomitmen DJBCuntuk mendorongterciptanya iklimperekonomianyang kondusif, ma-ka pemeriksaansecara post arrivalinspection adalahsolusi yang kita ja-lankan terhadapmereka. Intinya da-lam praktek kegiat-an audit dilakukanuntuk periode-periode transaksitertentu sehinggatidak mengganggukegiatan produksipihak yang diaudit.Dari sisi pelayan-an, kita sudahmengutamakan

proses clearance di pelabuhan masuk, tinggal kita lihatbagaimana tanggung jawab perusahaan,” kata Pardamean.

Dengan audit yang dilakukan terhadap perusahaan penerimafasilitas kawasan berikat, hal ini adalah kunci utama bagi DJBCdalam melihat apakah kawasan berikat tersebut telahmenjalankan bisnisnya dengan baik atau menyimpang dari bisnisyang sesungguhnya. Dengan audit ini Kanwil IX Jawa Barat jugamendapatkan informasi selain informasi yang diterima dari unitpengawasan, kalau kawasan berikat yang berhasil ditegah jugakedapat menyimpang dari mean bisnis mereka.

“Apabila mengacu pada hasil pelaksanaan audit dalambentuk tagihan berupa bea masuk, PDRI, serta dendaadministrasi, maka selama tiga tahun ini hasil yang kita perolehadalah, tahun 2004 terdapat 266 laporan hasil audit (LHA)dengan tagihan Rp. 38.592.146.554. Tahun 2005 terdapat 239LHA dengan tagihan Rp. 25.218.290.927. Tahun 2006 terdapat242 LHA dengan tagihan Rp. 117.491.528.957,” ujar Pardamean.

Dengan hasil tersebut Pardamean menyatakan, angkatambah bayar tersebut tidak berarti tingkat kepatuhan auditeedi Kanwil IX Jawa Barat tidak bagus, namun lebih dikarenakanvolume transaksi yang banyak dan periode pemeriksaan yangcukup lama. Sementara itu untuk mencapai tingkat kepatuhan100 persen adalah hal yang sulit mengingat jumlah danberagamnya jenis perusahaan yang harus diawasi. Untuk ituyang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan secaraberkelanjutan dengan melakukan audit secara periodik sertamenerapkan sanksi secara tegas untuk setiap penyalagunaanfasilitas yang ditemukan.

Lalu bagaimana dengan wilayah yang memiliki jumlahkawasan berikatnya tidak terlalu banyak, apakah jugamembuat mapping seperti halnya di Jakarta dan Jawa Barat?Menurut Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan KanwilXI Jawa Timur I, Supri Ady, diwilayahnya sekalipun penerimafasilitas kawasan berikatnya tidak sebanyak di Jawa Barat,namun tetap melakukan mapping.

“Walaupun sepanjang tahun 2006 hingga awal 2007 ini belumditemukan penyalahgunaan oleh penerima fasilitas kawasan be-rikat, namun tetap menjadi perioritas pengawasan, dan mekanis-me yang kami lakukan juga sudah sesuai dengan ketentuan yangtelah ada dan berjalan dengan baik,” kata Supri Ady.

Terkait soal kendala SDM, Supri Ady mengatakan hal inimemang juga dialami, namun dengan lebih meningkatkanjaringan intelijen yang ada maka pengawasan yang dilakukanpun dapat berjalan dengan efektif dan optimal.”Umumya kawasanberikat yang ada disini patuh dan jumlahnya juga tidak banyak,jadi pengawasan kami tidak terlalu rumit,” tandas Supri Ady.

SUPRI ADY. Mekanisme pengawasan yangdilakukan sudah sesuai dengan aturan yang ada.

Fasilitas kawasan berikat memang kerap dijadikan carauntuk melakukan penyelundupan. Untuk itu DJBC melaluiunit pengawasan diharapkan dapat lebih meningkatkan lagidari apa yang sudah dilaksanakan saat ini. Bila jaringanintelijen telah dikerahkan semua dan upaya mencari infomasisebanyak-banyaknya juga telah dilaksanakan, kini tinggalwaktu saja yang berbicara, apakah kawasan berikat tersebutmelakukan penyimpangan atau tidak.

B

LAPORAN UTAMA

adi

adi

DOK. PRIBADI

Page 14: Warta Bea Cukai Edisi 389

13WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

ebagai instansi yang mengeluarkan perijinan fasilitaskawasan berikat, DJBC memang tidak dapat menolakjika ada permohonan yang masuk, karena fasilitas iniadalah fasilitas yang diberikan negara sebagai salahsatu bentuk insentif dibidang fiskal untuk industri yangada di Indonesia. Namun dari perijinan yang telah

dikeluarkan saat ini, jumlah penerima fasilitas kawasan berikatsudah tidak sebanding lagi dengan jumlah pegawai DJBC. Akankelemahan ini terkadang dimanfaatkan oleh penerima fasilitaskawasan berikat untuk melakukan penyimpangan, dan ini terbuktidari beberapa hasil tegahan DJBC yang didapat dari penerimafasilitas kawasan berikat.

Seperti halnya yang ada di wilayah kerja KPBC Tipe A2Bogor, di KPBC ini satu petugas melayani 3 hingga 4 kawasanberikat dimana jumlah kawasan berikat di Bogor saat ini telah

mencapai 105. Padahal jumlahkeseluruhan pegawai di KPBCTipe A2 Bogor sebanyak 114pegawai. Tentu saja sudahtidak ideal lagi jika keseluruhanpegawai KPBC Bogordiperuntukan untuk mengawasikawasan berikat, maka hanyaakan tinggal sembilan pegawaiyang melayani administrasinya.

Menurut Kepala KPBC TipeA2 Bogor, Karlan SjuaibunLubis, dengan kondisi iniKPBC Bogor mensiasastinyadengan melakukan mappingdan lebih memberdayakan unitpengawasan yang ada, sehing-ga dari sisi administrasi menjadilebih jelas dan penerimafasilitas kawasan berikat punmenjadi lebih baik dalammenjalankan aturan karenamereka diawasi secara ketat.

“Ini terbukti dari beberapahasil tegahan kami belum lamaini, yang mana dari hasiltersebut dapat dilihat kalau unit

pengawasan kami benar-benar bergerak dan sekaligus sebagaitanda bagi penerima fasilitas yang ada di wilayah Bogor kalaukami tidak tidur. Jadi kalau pun ada niatan untuk melakukanpenyimpangan itu hanya tinggal waktu saja,” kata Karlan.

KPBC Tipe A2 Bogor yang memiliki wilayah kerja yang cukupluas mulai dari Depok hingga ke Sukabumi, secara garis besarmemang hampir sama dengan KPBC Tipe A3 Bandung yangtidak memiliki kawasan industri. Sehingga pengawasan menjadilebih rumit, terlebih lagi lokasi penerima fasilitas kawasan berikatyang ada terpencar dimana-mana. Akan hal tersebut, Karlanmenilai rencana kebijakan kawasan berikat harus berada dikawasan industri akan lebih memudahkan KPBC baik dalammelakukan pelayanan maupun pengawasannya.

“Kebijakan itu harus didukung dan sangat baik kalau sudahditerapkan, selain itu perijinan kawasan berikat juga harusdiperketat, maksudnya agar DJBC dapat mendeteksi secara diniapa maksud pendiriannya. Memang kemampuan industri saat inisudah berkembang begitu pesat dan perlu dukungan kebijakanyang lebih efektif lagi, makanya DJBC saat ini juga terusmelakukan perbaikan baik dari sisi peraturan maupun dari sisisistemnya,” ujar Karlan.

KAWASAN BERIKAT HARUS BERADA DI KAWASAN INDUSTRIKebijakan penerima fasilitas kawasan berikat harus berada di

kawasan industri, memang menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengusaha. Terkait hal tersebut, menurut Kepala KPBCTipe A2 Bekasi,Istyastuti WuwuhAsri, sangat setujudengan kebijakantersebut, karenadengan berlokasi dikawasan industri,maka lokasi mudahdijangkau danmonitoring terhadapeksistensi danaktifitas perusahaanrelatif lebih mudah.Sehingga lebihmemudahkan dalamproses pelayanandan pengawasan.

“Saya yakininvestasi tidak akanterhambat hanyakarena pemusatanpengusaha kawas-an berikat di suatulokasi kawasan in-dustri, yang pentingpelayanan yang di-berikan tetap prima.

Jumlah SDMMenjadi Persoalan Pokok

Tidak sebandingnya jumlah sumber dayamanusia (SDM) yang harus melayani dan

mengawasi kawasan berikat, terkadang harusdisiasasti dengan bantuan pegawai dari KantorWilayah, namun kenyataannya tetap saja satu

petugas harus melayani tiga hingga empatkawasan berikat.

BEGITU MEREKA RUGI,MEREKA LANGSUNGPERGI BEGITU SAJA,

ASET YANG ADA JUGATERKADANG LEASING

“”

KARLAN SJUAIBUN LUBIS.Penertiban administrasimenjadikan pengawasan kawasanberikat jauh lebih baik.

S

ISTYASTUTI WUWUH ASRI. Harus Dipikirkansegera bagaimana EDI/PDE diterapkan untukkawasan berikat

WBC/ATS WBC/ATS

Page 15: Warta Bea Cukai Edisi 389

14 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Dan di pemerintahdaerah tingkat ma-napun pasti telahmenata wilayahnyasesuai peruntukan-nya,” jelas Isty.

Dari seluruhKPBC yang mena-ngani kawasanberikat, KPBC TipeA2 Bekasi adalahyang paling banyakmelayani fasilitas ini,yaitu 343 kawasanberikat. Namun de-mikian dari seluruh-nya itu hampir 80persen berada dikawasan industriyang lebih mudahdalam melayani danmengawasi.

Namun, tidakserta merta KPBCTipe A2 Bekasi

bebas dari masalah SDM, justru di KPBC inilah jumlah SDM men-jadi kendala yang utama. Dengan jumlah kawasan berikat yangmelebihi jumlah pegawai, tentunya KPBC Tipe A2 Bekasi harusmensiasastinya dengan cermat. Menurut Isty, salah satu carapengawasan pergerakan barang ke dan dari kawasan berikat,yaitu ditempatkan pegawai di perusahaan penerima fasilitaskawasan berikat, maka pada ketentuan diatur bahwa pengusahakawasan berikat harus menyediakan tempat.

“Di KPBC Bekasi terdapat 343 kawasan berikat, jika masing-masing ditempatkan pegawai satu orang itu membutuhkanpegawai yang banyak. Pelayanan 24 jam per hari, 7 hari perminggu, kalau dengan pergantian 8 jam berarti butuh tiga kali itu,dan saat ini jumlah pegawai 254 orang saja. Saya tahu tidakmungkin kebutuhan pegawai sebanyak itu dapat terpenuhi. Untukitu harus dipikirkan segera bagaimana EDI/PDE diterapkansegera. Pengusaha yang memiliki syarat untuk memohon fasilitaskawasan berikat tidak mungkin ditolak, artinya jumlah kawasanberikat akan meningkat terus sedangkan pegawai tidakbertambah,” ungkap Isty.

Lebih lanjut Isty menambahkan, dengan kondisi demikiankemampuan pegawai pun juga perlu mendapat perhatian yangserius, karena pada KPBC Bekasi hampir seluruh pengguna jasaadalah pengusaha tempat penimbunan berikat (TPB), jadi tidakada importir umum. Memang dilihat dari kuantitas kurang, dilihatdari kualitas/kompetensi sedang, dilihat dari usia jugamenyedihkan. Jika usia produktif adalah 30-40 tahun, jumlahnyahanya 40 orang, usia muda dan belum berpengalaman terdapat20 orang tetapi masih bisa dibina. Selebihnya sudah tidakproduktif lagi, artinya tidak inovatif untuk pemikiran terobosan halyang lebih baik.

“Diperlukan pemimpin yang rajin melakukan chek and rechek,setelah diinstruksikan satu hari kemudian harus dicek apakahsudah dilaksanakan dan di cek lagi sampai instruksidilaksanakan. Penanganan SDM itu perlu kemampuan senikarena manusia itu unik tidak ada yang sama, ada yang cukupdiberitahu secara halus, ada yang harus dikerasi bahkan perludiancam sanksi baru menjalankan dengan baik,” jelas Isty.

PROSES PENCABUTAN MASIH RUMITLalu, bagaimana dengan KPBC Tipe A3 Jakarta yang juga

melayani fasilitas kawasan berikat cukup banyak. Menurut KepalaKPBC Tipe A3 Jakarta, Sudi Rahardjo, wilayah kerjanya memba-wahi 134 kawasan berikat atau 50,56 persen dari seluruh fasilitasyang ada, yang tersebar kawasan industri, seperti KawasanBerikat Nusantara (KBN) yang berada di Cakung, dan sebagianlagi ada juga yang berada diluar kawasan industri. Disampingkawasan berikat, KPBC Tipe A3 Jakarta juga membawahi tiga

ETP, sembilan TBB,dan 119 gudangberikat.

“Untuk kemam-puan pegawai da-lam menguasai se-gala peraturan yangterkait dengan ka-wasan berikat, me-mang ada sebagiankecil yang kurangmemahami, untukitu kami tidak pernahabsen dalam mela-kukan P2KP dansosialisasi peraturankawasan berikat ba-ik internal maupunkepada para peng-usaha, karena parapengusaha juga ter-kadang tidak mema-hami peraturan pa-dahal peraturan itusudah lama. Selainitu jika kami menga-dakan sosialisasi yang datang bukan pimpinannya, tapi pegawai bia-sa yang hasilnya tidak disampaikan kepada pimpinan,” kata Sudi.

KPBC Tipe A3 Jakarta memang cukup terbantu dalam halpelayanan dan pengawasan, karena kawasan berikat yang adahampir 90 persen berada di KBN. Namun kendala tetap masihada, khususnya dalam hal pencabutan fasilitas kawasan berikat.Menurut Sudi, banyak kawasan berikat yang berada di wilayahkerjanya sudah tutup namun masih tetap diawasi karenamenunggu hasil audit yang dilakukan kantor pusat, padahal parapengusaha itu sudah banyak juga yang pergi meninggalkan per-usahaannya, sehingga jika ada tagihan sangat sulit untuk mena-gihnya berdampak pada proses pencabutannya berlarut-larut.

“Ini benar-benar kendala bagi kita, karena begitu mereka rugi,mereka langsung pergi begitu saja, aset yang ada juga terkadangleasing, bahkan tidak ada sama sekali. Selain itu mereka jugamasih meninggalkan hutang atau tagihan kepada beberapapihak, seperti gaji karyawan, sewa bangunan, bank , pajak, beamasuk, dan lain-lain. Makanya banyak penerima fasilitaskawasan berikat yang melakukan penyimpangan, itu karenamereka ingin mendapatkan keuntungan secara cepat, sedangkansanksinya saat ini belum berat,” kata Sudi.

Sudi menambahkan, untuk menutupi kerugian negara dapatmencairkan jaminan, tapi kadang-kadang jaminan itu jugadimanipulasi oleh mereka, artinya jaminan tersebut tidak sebesarnilai real barang yang di sub kontrakan itu.

Selain hal tersebut, Sudi juga menyatakan kalau kendalayang dihadapi kawasan berikat di wilayah kerjanya adalahsemakin menurunnya order dari buyer di luar negeri yangmengakibatkan pengusaha kawasan berikat ini menjadi subkontrak dari pengusaha di DPIL untuk diproduksi yang kemudiandikembalikan lagi ke pengusaha tersebut.”Secara aturan inimemang tidak menjadi masalah, sepanjang ada dokumennya,yaitu BC 4.0. Keluhan lainnya adalah terkait dengan pengeluaransisa barang dari produksi, hal ini sebenarnya dikarenakanketidaktahuan pengusahanya saja, karena secara aturan jugasudah dijelaskan agar dibuatkan dokumen dengan PIBT atau PIBdan membayar bea-bea nya atau ya dimusnahkan,” tutur Sudi.

Terkait soal pencabutan, KPBC Bekasi juga mengalamikendala yang sama, untuk itu KPBC Bekasi mengusulkan, karenamengingat tindak lanjut terhadap usulan pencabutan kawasanberikat memakan waktu lama, untuk mengantisipasi usaha-usahapelarian hak-hak negara, diusulkan terhadap perusahaan yangsudah pernah dilakukan audit dan untuk priode maksimal satutahun terakhir boleh dilakukan langkah-langkan pengaman olehKPBC, diantaranya Stock opname, verifikasi dokumen pabeandan dokumen terkait, penetapan nilai pabean, menentukan bea

SUDI RAHARJO. Masalah pencabutan yangberlarut-larut perlu diitindaklanjuti dengan cepatdan cermat.

AZHAR RASYIDI. Tuntutan pegawai yang bertugasdi kawasan berikat, harus menunjukankemampuan, dedikasi, loyalitas, dan integritasyang tinggi untuk melaksanakan rangkap jabatan.

LAPORAN UTAMAWBC/ATS WBC/ATS

Page 16: Warta Bea Cukai Edisi 389

15WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Jumlah KPBC Yang Melayani Dan MengawasiPerusahaan Penerima Fasilitas

Per 1 Februari 2007No.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

KantorWilayah

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

XI

XII

XIII

KPBC

BelawanKuala TanjungPematang SiantarTeluk Bayur

Kuala EnokTanjung PinangDumaiTanjung UbanPekan BaruBatam

Bandar LampungBengkuluPalembangJambi

JakartaTanjung Priok

Soekarno-HattaBekasiPurwakartaBogforBandungCirebonMerak

Tanjung EmasSemarangSurakartaYogyakartaCilacapTegalKudus

PasuruanJuandaTanjung PerakMalangProbolingguGresik

Ngurah Rai

…………….

SamarindaKota BaruBalikpapan

Ujung PandangBitung

Biak

Lhok Seumawe

PKB/PDKB

45621

68

123

121

11121

14711

149343138106474

23

572

126311

32343326

3

11—

33

1

1

PGB/PPGB

1—5—

—1——11

———1

212—

48166478——27

7——11

2

4153——5

5

6

——

1

PETP

————

1————

————

5—

————3——

———————

—1————

1

———

——

TBB

1———

————.5

————

7—

7——————

———————

——————

5

——3

——

Keterangan :PKB : Pengusaha Kawasan BerikatPDKB : Pengusaha Di Kawasan

BerikatPGB : Pengusaha Gudang BerikatPPGB : Pengusaha Pada Gudang

Berikat

TBB : Toko Bebas BeaPETP : Pengusaha Enterpot Untuk

Tujuan Pameran

Sumber : Direktorat FasilitasKepabeanan.

masuk dan PDRI yang terhutang, melakukan pembekuan, danmelaporkan ke Direktorat Audit.

“Ketika KPBC melaporkan ada perusahaan kawasan berikatyang sudah tidak aktif selama 12 bulan diusulkan untuk diauditdan dicabut, ternyata harus mengikuti antrian panjang, artinyadimasukan rencana audit dulu padahal ada banyak faktor yangdapat mempengaruhi waktu pelaksanaan audit, sepertibanyaknya objek audit, skala prioritas perusahaan, lamanyaproses audit dan pembuatan LHA,” kata Isty.

PEMENUHAN PEGAWAI BELUM DAPAT DILAKSANAKANMelihat apa yang menjadi kendala tersebut, baik KPBC

Bogor, Bekasi, dan Jakarta, mengakui kalau pengawasan yangdilakukan memang kurang optimal kendati banyak kawasanberikat yang ada di wilayah kerja KPBC ini berada di kawasanindustri. Untuk itu peraturan yang ada sekarang tentunya jugaperlu adanya penyempurnaan. Menurut Isty, karena usia undang-undang yang ada sudah 10 tahun lebih, tentunya ini tidak bisalagi menampung pola perdagangan, kemajuan informasi danperubahan lingkungan dunia usaha saat ini, dan ini memangsedang dalam proses penyempurnaan.

“Dari sisi kepentingan, pengusaha berorientasi padakeuntungan yang sebesar-besarnya, sedangkan aparat fiskalbertugas untuk mencapai target penerimaan yang sudahditetapkan undang-undang APBN. Hal ini dapat mendorongoknum-oknum tertentu untuk sengaja mencari celah-celahperaturan dan kelemahan pegawai untuk dimanfaatkan mencarikeuntungan besar, meskipun sesungguhnya melanggarketentuan yang berlaku,” ungkap Isty.

Terkait dengan kurangnya jumlah SDM yang ada saat ini baikuntuk melakukan pelayanan maupun untuk melakukanpengawasan terhadap fasilitas kawasan berikat, menurut KepalaBagian Kepegawaian DJBC, Azhar Rasyidi, kondisi ini memangsangat dilematis, disatu sisi perkembangan jumlah kawasanberikat tidak berbanding lurus dengan penambahan jumlahpegawai. Disisi lain dalam rangka meminimalisasi contact person,seharusnya sistem dan prosedur yang ada diciptakan untukmendukung minimalisasi contac person tersebut.

“Misalnya dengan menggunakan pertukaran data elektronik(PDE), apabila sistem yang digunakan sudah elektronik, sangatdiyakini akan membuat sistem pelayanan dan pengawasanmenjadi lebih efisien, sehingga penambahan pegawai di masamendatang bukan lagi menjadi suatu masalah,” kata Azhar.

Memang untuk penempatan pegawai saat ini, DJBC padaprinsipnya sesuai dengan tour of area atau tour of duty, sertadengan memperhitungkan beban kerja tiap-tiap unit kerja, baik diKantor Pusat, Kanwil, maupun KPBC. Namun Azhar mengakui,proses penempatan dan mutasi pegawai pada tiap-tiap KPBCbelum menggunakan pola yang ideal, artinya penempatan dan

PAHAM PERATURAN. Selain harus paham akan peraturan tentang kawasanberikat, petugas juga diharapkan mempunyai integritas tinggi.

WBC/ATS

Page 17: Warta Bea Cukai Edisi 389

16 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

mutasi pegawai masih dilakukansecara “tambal sulam”.

“Kondisi tersebut terjadi antara lainkomposisi pegawai DJBC sangatheterogen ditinjau dari pendidikanformal dan syarat diklat teknis yangharus dimiliki, sehinga muncul dikotomipegawai pelaksana administrasi danpelaksana pemeriksa. Namundemikian, kami dari KP DJBC selaluberusaha memenuhi SDM yangdibutuhkan kantor-kantor vertikal.Untuk itu peran kepala kantor vertikaljuga sangat besar, terutama pada saatpenempatan dan rotasi pegawai yangdibawahinya,” jelas Azhar.

Prioritas memang akan tetapdilakukan oleh KP DJBC terkaitdengan kurangnya jumlah SDM untukmelayani dan mengawasi kawasanberikat, dan banyaknya pelanggaranyang terjadi di kawasan berikat. Akantetapi bidang tugas lain bukan berartitidak diprioritaskan, kesemuanya inidiarahkan pada kondisi ideal denganmengoptimalkan segala SDM yangdimiliki. Untuk itu, benang merahnyaadalah tuntutan terhadap pegawaidalam menunjukan kemampuan,dedikasi, loyalitas, dan integritas yangtinggi yang diutamakan.

Jika hal tersebut telah dijalankan,maka tidak akan ada lagi keluhantentang kurangnya SDM danlemahnya petugas dalam menjalankantugas di kawasan berikat. Karenakurikulum yang disusun dalam rangkapenyelenggaraan diklat teknis tidakdisusun secara khusus hanya untukpegawai yang akan ditempatkan dikawasan berikat. Kurikulum yangdisusun, dirancang secara umumuntuk diberikan kepada peserta didik diPusdiklat Bea Cukai, sehinggadiharapkan lulusan Pusdiklat BeaCukai dapat melaksanakan seluruhtugas-tugas teknis di bidangkepabeanan dan cukai.

Selain itu, pemenuhan jumlahpegawai di KPBC yang mempunyaijumlah kawasan berikat yang tidaksebanding, sebenarnya hanya tinggalmenunggu waktu saja, karena saat iniKP DJBC sedang konsentrasi padaKantor Pelayanan Utama (KPU) yangtentunya juga kantor-kantor lainnyaakan menerima pegawai dari kantoryang akan dijadikan KPU.

Jalan keluar yang cukup bijakdari kendala ini, mungkin DJBCharus cepat memikirkan sistem baruyang berbasis teknologi informasiagar proses pelayanan danpengawasan untuk kawasan berikatdapat lebih efektif dan optimal. Jikakawasan berikat atau tempat penim-bunan berikat (TPB) seluruhnyasudah dielektronikan, tentunyaDJBC akan lebih mudah dalammelakukan monitoring sehinggapenyalahgunaan fasilitas ini dapatdengan cepat terdeteksi.

ebagai investor yang telah banyak menyumbangkan devisa maupun penye-rapan tenaga kerja di Indonesia, tentunya tidak berlebihan jika merekamenuntut agar diberikan kemudahan maupun fasilitas yang dapat mendukungindustrinya sehingga cita-cita luhur mereka untuk tetap dapat eksis di Indone-sia berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Pemerintah selaku regulator dalam melayani sekaligus mengawasi industri tersebut,tentunya juga tidak menginginkan investasi yang ada menjadi hancur ataupun hengkangdari negeri ini. Salah satu kemudahan atau fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah ke-pada industri tersebut adalah dengan memberikan penangguhan bea masuk dan pajakdalam rangka impor (PDRI) atau yang lebih dikenal dengan fasilitas kawasan berikat.

Sejak dilahirkannya ide kawasan berikat, hingga kini jumlah perusahaan penerimafasilitas tersebut kian tahun kian bertambah jumlahnya, hal ini tidak lain karena parapengusaha merasa sangat terbantu dengan fasilitas yang diberikan tersebut. Selainmereka dapat penangguhan bea masuk, mereka juga dapat melakukan ekspor denganlancar, bahkan sebagian dari produksi mereka atau sebanyak 25 persen dapat dijual kedaerah pabean Indonesia lainnya (DPIL).

Bukti tersebut menunjukan kalau pemerintah memang sangat menginginkanterciptanya iklim investasi yang kondusif, sehingga negara juga mendapatkanpemasukan yang jumlahnya cukup besar. Bukti lain dari peran pemerintah pada fasilitaskawasan berikat ini adalah dengan selalu mengikuti perkembangan trend bisnis yangada serta selalu mengikuti pola perdagangan dunia yang setiap saat mengalamiperubahan yang signifikan.

Untuk itulah maka pemerintah melalui Menteri Keuangan yang kemudiandidelegasikan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, membuat peraturan yang

ManfaatKawasan Berikat

Bagi IndustriFasilitas kawasan berikat ternyata sangat membantu industriyang ada di Indonesia, kendati banyak persoalan yang kerapdihadapi, namun semua itu dapat terselesaikan dengan baik

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

KAWASAN BERIKAT. Perlu persyaratan yangketat dan selektif.....

POS BEA CUKAI. Ditintut pelayanan yang lebihprima dan pengawasan yang ekstra ketat.

S

LAPORAN UTAMA

WBC/ATS WBC/ATS

adi

Page 18: Warta Bea Cukai Edisi 389

17WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

sebisa mungkin tidak memberatkan parainvestor dan juga memudahkan DJBC baikdalam melayani maupun dalam melakukanpengawasannya. Jika peraturan awalkawasan berikat dimulai dengan peraturanMenteri Keuangan nomor 291/KMK.05/1997, hingga kini peraturan tersebut telahmengalami perubahan sebanyak tujuh kali,dengan perubahan terakhir nomor 101/PMK.04/2005.

Sedangkan peraturan pendukungnyalainnya dari DJBC melalui keputusanDirektur Jenderal Bea dan Cukai, terdapat 1kali perubahan, sedangkan untuk suratedaran Direktur Jenderal Bea dan Cukaitentang kawasan berikat, hingga kini telahmencapai 39 surat edaran.

PENGURUSAN DOKUMEN MENJADI LEBIHCEPAT

Melihat antusias pemerintah dalammengatur fasilitas kawasan berikat agarindustri dapat menjalankan bisnisnyadengan baik, tentunya juga harus dibarengidengan upaya para pengusaha kawasanberikat dalam aktifitas sehari-hari. Karenatidak jarang dari pengusaha tersebut yang mengajukan fasilitaskawasan berikat namun mempunyai niatan yang tidak baik, danini sudah terbukti dari beberapa hasil tegahan DJBC terhadappengusaha kawasan berikat.

Menurut Exim Dept. PT. Mahesa Niaga Jaya, D. Supriyanto,dengan fasilitas kawasan berikat yang diberikan pemerintah,perusahaannya merasa sangat terbantu sekali, karena selaindapat mengamankan keuangan perusahaan, juga dari segiekspor impor mereka dapat dengan cepat melakukannya tanpaharus mengantri dokumen ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai(KPBC).

“Dengan adanya fasilitas kawasan berikat ini, kami merasasangat terbantu karena dalam pengurusan dokumen dapat lebihcepat. Sementara sebelum mendapatkan fasilitas kawasanberikat kami harus jalan ke Tanjung Priok dulu untuk urusdokumen, sekarang untuk urus dokumen cukup disini saja danpengawasan yang dilakukan di pabrik dapat menjadi lebih efektifdan efisien,” kata Supriyanto.

Untuk peraturan yang terkait dengan kawasan berikat,Supriyanto pun merasa sudah cukup baik, dan pihaknya tidakpernah mengalami masalah dengan per-aturan yang ada. Namun demikian, Sup-riyanto juga mengharapkan agar petugasbea cukai yang ditempatkan di kawasanberikat mempunyai pengetahuan yangcukup. Hal ini tidak lain karena dirinya ju-ga pernah mengalami hambatan ketikaterjadi pergantian petugas yang ternyatatidak memahami peraturan kawasanberikat.

“Itu pernah kami alami, dan kami men-coba untuk mendiskusikannya denganmelihat peraturan yang ada. Tapi kendalalain untuk petugas di hanggar ini jugaterkadang masih ada yang tidak menguasaipenggunaan komputer sehingga kami me-rasa terganggu juga. Untuk itu kami harap-kan kedepan kendala tersebut tidak terjadilagi dan petugas yang ditempatkan di ka-wasan berikat memang petugas yang siapdengan peraturan dan sarana yang ada,”harap Supriyanto.

KAWASAN INDUSTRISementara itu menurut Direktur PT.

Panarub Industry, Edi Susilo Widjaja,

walaupun perusahannya baru tiga tahunmendapatkan fasilitas kawasan berikat,namun manfaat yang dirasakannyasudah sangat banyak sekali.”Untukmendapatkan fasilitas kawasan berikatmemang tidak mudah, dari tahapan-tahapan yang ada terlihat kalaupersyaratan yang ada cukup ketat sekali.Sementara dari pihak DJBC juga tidakmelepas begitu saja, pengawasannyatetap ada, baik dari KPBC maupun dariunit penindakan dan penyidikan (P2),”ujar Edi.

Dari hal tersebut, Edi juga melihat kalaupihak pengusaha sudah semakin sadarbahwa dengan diberikannya fasilitas kawa-san berikat, manfaat yang mereka terimabanyak sekali, dibandingkan sebelummendapatkan fasilitas kawasan berikat,sehingga mereka tidak ingin main-main.

“Waktu kami ingin mengajukan fasilitaskawasan berikat, sebenarnya didasari olehstimulis di tahun 2004 dimana kami sedangbanyak mengalami masalah terutamadalam inklaring barang, yang harusdikenakan jalur merah, dan ini sangat

mengganggu kondisi keuangan kami. Untuk itulah setelah kamipelajari fasilitas kawasan berikat ternyata manfaatnya banyaksekali, selain kami mendapatkan penangguhan bea masuk danPDRI, ekspor kami pun menjadi lebih lancar,” tutur Edi.

Terkait masalah peraturan, Edi menyatakan kalau hal tersebutdapat dilihat dari planning-nya, jika planning sudah baik makaperaturan-peraturan yang ada juga tidak menjadi masalah. Jadiperusahaan harus merencanakan segala sesuatunya denganbaik, kalau itu sudah dilaksanakan, peraturan yang bagaimanapun tentunya tidak akan menjadi hambatan.

Satu hal yang kini menjadi hambatan bagi PT. PanarubIndustry adalah dengan adanya rencana kebijakan fasilitaskawasan berikat harus berada di dalam kawasan industri.Menurut Edi, kebijakan tersebut akan menghambat investasiyang ada, karena khusus untuk wilayahnya di Tanggerangtidak tersedia kawasan industri, dan jika perusahannya inginmenambah fasilitas kawasan berikat untuk dua industrinya dilokasi yang sama, hal ini tentunya menjadi hambatan yangcukup berarti.

“Kami sebagai produsen sepatu Adidas kecenderungannyainline, dalam artian tidak mau supporting-nya berasal dari luar kami. Katakanlah yangtadinya kami sub kontrakan bordir di luar,sekarang kami harus satu perusahaan, jadisegala sesuatu yang terkait dengan sepatuAdidas harus berada pada satuperusahaan,” kata Edi.

Lebih lanjut Edi menyatakan, denganrencana kebijakan tersebut sangat sulit bagiperusahaannya. Disatu pihak tidak boleh disub kontrakan, dan pihak lain harus beradadi kawasan industri. Kalau pun harusrelokasi itu adalah hal yang tidak mungkin,dan untuk mensiasati ini pihaknya terpaksaharus membuka divisi baru yang ternyatajuga sangat merepotkan.

“Kami mengharapkan kebijakan untukberada di kawasan industri tidak dilaksana-kan, atau mungkin dipermudah untuk DPILatau dimudahkan PDKB. Dengan begitukami tinggal mengundang sub kontrak diluar untuk masuk kesini mendapatkanPDKB, bukan kami harus invest sendiri. Ituyang sangat kami harapkan, sehinggadapat mempercepat produksi yang otomatisekspor juga semakin cepat. Dan satu hal

D. SUPRIYANTO. Hendaknya seluruh petugaspaham akan peraturan kawasan berikat sehinggaDJBC dapat setara dengan bea cukai negara lain.

EDI SUSILO WIDJAJA. Kebijakan kawasanberikat harus berada di kawasan industri,sangat menghambat investasi kami.

WBC/ADI

WBC/ATS

Page 19: Warta Bea Cukai Edisi 389

18 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

yang juga perlumendapat perhati-an, hendaknyaDJBC juga janganmenilai semua yangingin mendirikankawasan berikat itunakal sehinggapenilaianya menjadijelek, apalagi saatini kita mengharap-kan semua order ti-dak pindah ke nega-ra lain,” harap Edi.

JADILAHPERUSAHAANWHITE LIST

Kawasan berikatharus berada di ka-wasan industri me-mang masih menja-di pro dan kontra di

kalangan pengusaha itu sendiri, seperti diungkapkan olehAssistant Manager PT. LG Electronics Indonesia, Jhonny HMSiregar. Menurut Jhonny, pengusaha kawasan berikat memangidealnya harus berada di kawasan industri, sehingga dalampengawasan dan pengontrolannya mudah.

“Investasi di dalam kawasan industri memang jauh lebih ma-hal ketimbang di luar kawasan industri, namun kawasan berikatadalah fasilitas yang mendapatkan penangguhan bea masuk danPDRI, sehingga ada baiknya berada di kawasan industri yangtentunya memudahkan dalam melakukan pengawasannya,” kataJhonny.

Selain itu Jhonny menambahkan, untuk dikatakan mengham-bat investasi, dirinya merasa kurang yakin, karena untuk investasidi dalam kawasan industri memiliki nilai plus dan minus-nya.Namun hal itu dikembalikan lagi kepada pengusahanya, menurut-nya mana yang terbaik bagi kelangsungan industrinya.

PT. LG Electronic Indonesia memang telah mendapatkan whi-te list dari DJBC sehingga segala permasalahan yang dihadapi-nya dapat dengan cepat terselesaikan. Akan hal tersebut, Jhonnymenghimbau agar perusahaan penerima fasilitas kawasan beri-kat, harus jujur dalam menjalankan bisnisnya, jika mereka sudahjujur dan patuh dengan segala peraturan yang ada, tentunyapemerintah pun akan dengan senang hati memberikan perhatianyang lebih seperti dengan dimasukannya kedalam white list.

Dengan white list tersebut bukan berartikami tidak mengalami kendala, ada satukendala namun kita telah mendapatkan ke-bijakan dari Direktur Fasilitas, yaitu masalahijin BC 2.3 parsial. Kami ini banyak sekalimemiliki vendor, sehingga banyak memerlu-kan dokumen, untuk itu kami mengajukancukup satu dokumen master list saja, dan ke-luarnya memakai fotocopy dari master dankeluarnya parsial. Ini sudah berjalan dan ham-batan kami telah teratasi,” ungkap Jhonny.

Dari solusi yang diberikan tersebut,maka Jhonny menilai segala peraturanyang ada tentang kawasan berikat sudahberjalan dengan baik, namun jika saat inimasih banyak pengusaha kawasanberikat yang nakal, Jhonny mengatakan,harus dilihat dari perusahaan itu sendiri,apa tujuan mereka mendirikan kawasanberikat. Sementara itu untuk pengawas-an yang dilakukan DJBC, Jhonny melihatsudah cukup baik, bahkan dari persyarat-an untuk mengajukan kawasan berikatjuga sudah cukup ketat sehingga yangmendapatkan fasilitas kawasan berikat

adalah perusahaan-perusahaan yang benar-benar qualified.“Kalau kita melihat dari daftar tujuan kawasan berikat, adalah

kepercayaan. Karena kita mendirikan kawasan berikat melaluisyarat yang cukup ketat, sehingga pada akhirnya pun kita akantetap diaudit. Jadi buat apa kita tidak benar, kalau diaudit nanti kitajuga bakal ketahuan, untuk itu dengan berbuat jujur saja dalamusaha kita sudah mendapat kemudahan, jadi gak usalah lah buatcurang toh nantinya akan menyusahkan dirinya juga,” kata Jhonny.

PERLU SELEKSI LEBIH KETATTerhadap ketatnya seleksi untuk mendapatkan fasilitas

kawasan berikat, diamini juga oleh Impex Manager PT. Dewhirst,Ade R. Sudrajat, yang juga merupakan sekretaris dari AsosiasiPengusaha Kawasan Berikat (APKB),. Menurutnya, niatan peng-usaha untuk mendapatkan fasilitas kawasan berikat memang adayang baik dan tidak, untuk itulah DJBC harus benar-benar selektifdan jika perlu dapat mendeteksi lebih dini apa niatan pengusahatersebut mengajukan fasilitas kawasan berikat.

“Kami selaku asosiasi pengusaha kawasan berikat juga selaluselektif dalam menerima anggota baru, karena kami tidak mauasal masuk namun perusahaan tersebut tidak baik dalam menja-lankan segala aturan. Walaupun dari wilayah Jawa Barat danJawa Timur anggota kami baru sekitar 100 perusahaan, namunmereka cukup baik dan memang benar-benar menjalankan ama-nah dari fasilitas yang diberikan,” tutur Ade.

Terkait peraturan yang ada, pihaknya juga selalu melakukankomunikasi baik dengan Kantor Wilayah maupun dengan KantorPusat, hal ini tidak lain agar setiap peraturan yang ada dapatcepat diketahui dan dapat dengan cepat disosialisasikan kepadaseluruh anggota asosiasi. Namun demikian, Ade juga menya-yangkan kalau masih ada beberapa kebijakan yang sifatnyasentralistik, padahal pihaknya sudah meminta untuk dapatdidelegasikan ke Kantor Wilayah atau KPBC, namun hingga kinibelum dapat terlaksana.

“Kami hampir tiga bulan sekali mengadakan pertemuandengan DJBC melalui Kantor Wilayah, dan dari pertemuan itukami selalu mengutarakan apa keluhan dan persoalan yangsedang kami hadapi saat ini. Ya Alhamdulillah, dipertemuan itujuga masalah kami dapat terselesaikan, baik soal peraturanmaupun soal kebijakan lainnya,” ujar Ade.

Untuk masalah pengawasan, Ade menilai, DJBC sudah baikdalam menjalankan tugasnya, karena bagaimanapun fasilitaskawasan berikat adalah fasilitas yang mendapat penangguhanbea masuk dan PDRI, sehingga pengawasan juga harus ketat.Dan dari hasil tegahan DJBC juga sudah merupakan bukti kalaupengawasan yang dilakukan tidak hanya ucapan saja.

“Makanya kami mengharapkan jangan ada dusta diantarakita, artinya DJBC dengan kebijakan yangada dapat benar-benar memberikankemudahan, sementara kami juga harusjujur dalam menjalankan bisnis. Jika inisudah tercipta dengan baik, maka fasilitaskawasan berikat adalah fasilitas yangbenar-benar sangat membantu dan dapatmenciptakan iklim investasi yang kondusif,”kata Ade.

Agar terciptanya kondisi inilah, Ademenyarankan agar DJBC dapat dengancepat memikirkan solusi yang lebih efektifdan efisien baik dalam pelayanan maupundalam pengawasan kawasan berikat,karena saat ini jumlah penerima fasilitaskawasan berikat sudah sedemikianbanyaknya dan DJBC tidak mungkinmempunyai pegawai yang cukup untuk itu.

“Saat ini perlu sistem yang terintegrasidi kawasan berikat, karena dengan sistemyang sudah terintegrasi pelayanan danpengawasan akan menjadi lebih efektif danefisien. Dan DJBC pun tidak akan lagipunya kendala dengan SDM seperti yangselama ini dikeluhkan,” tandas Ade.

JHONNY HM SIREGAR. Jika ingin mendapatkanperlakukan yang lebih baik, jadilah pengusaha yangmasuk dalam daftar white list.

ADE R. SUDRAJAT. Perlu komunikasi yang intensiantara DJBC dengan pengusaha kawasan berikat.

LAPORAN UTAMAWBC/ATS

WBC/ATS

adi

Page 20: Warta Bea Cukai Edisi 389

19WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Sebagai negara ber-kembang Indonesia meng-inginkan agar investasidapat banyak yang masuksehingga dapat menyeraptenaga kerja dan tentunyajuga pendapatan devisanegara menjadi bertam-bah. Salah satu daya tarikyang diberikan oleh peme-rintah kepada industri-industri yang ada, adalahdengan memberikanfasilitas penangguhan beamasuk dan pajak dalamrangka impor (PDRI) sela-ma barang yang diimpor-nya kemudian diolah laludiekspor kembali. Danfasilitas tersebut disebutdengan fasilitas kawasanberikat (KB).

Dari sejarah dilahirkan-nya kawasan berikathingga kini, perkembanganindustri terus berubahsehingga segala peraturanyang terkait denganfasilitas kawasan berikatjuga harus menyesuaikandengan kondisi yang ada.Untuk mengetahui kondisikawasan berikat saat inidan kendala yang dihadapioleh para pengusahakawasan berikat, reporterWBC Supriyadi. WSupriyadi. WSupriyadi. WSupriyadi. WSupriyadi. Wmewawancarai DirekturFasilitas Kepabeanan,Ibrahim A Karim.Ibrahim A Karim.Ibrahim A Karim.Ibrahim A Karim.Ibrahim A Karim. Berikutpetikan wawancaranya :

Ibrahim A. KarimDirektur Fasilitas Kepabeanan

“PelanggaranYang TerjadiKarenaAturannyaTidakDijalankan”

19WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

WAWANCARA

Page 21: Warta Bea Cukai Edisi 389

20 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Bagaimana kondisi kawasan berikat saat ini, apakahfasilitas yang pengusaha dapatkan sudah sesuaidengan yang diharapkan oleh DJBC?

Dari sudut pengguna fasilitas, fasilitas yang diterimasudah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu terhadapbarang impor diberikan penangguhan bea masuk (BM) dantidak dipungut pajak dalam rangka impor (PDRI) dan apabilabarangnya dari daerah pabean Indonesia lainnya (DPIL) tidakdipungut pajak pertambahan nilai (PPN).

Dari sudut harapan Bea dan Cukai, dengan diberikannyafasilitas kawasan berikat (KB), investasi meningkat (indikatorsederhana dapat dilihat dari permohonan fasilitas KB olehinvestor baru dimana dari waktu ke waktu mengalamipeningkatan yang signifikan sementara permintaanpenutupannya relatif kecil), tenaga kerja terserap, devisameningkat, dan lain-lain.

Bagaimana dengan perijinan saat ini, apakah kebijakanpenerima fasilitas kawasan berikat yang harus beradadi kawasan industri justru akan menghambat investasi?

Tidak, justru di kawasan Industri sudah tersedia fasilitas-fasilitas untuk investasi, sehingga lebih mempermudahinvestor untuk menanamkan investasinya dan dari sisipelayanan dan pengawasan akan menjadi lebih efektif danefisien

Bagaimana jika perusahaan tersebut telah menerimafasilitas kawasan berikat namun diluar kawasanindustri dan berniat mengajukan fasilitas kawasanberikat untuk dua industrinya dilokasi yang sama?Apakah masih memungkinkan?

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal tersebutmasih memungkinkan, namun mengingat pola pengawasansaat ini yang masih bersifat fisik sehingga dengan jumlahpegawai yang tersedia pengawasan yang dilakukan tidakdapat optimal, dan untuk memudahkan/mengoptimalkanpengawasan diharapkan agar ijin KB baru seyogyanyaberada di kawasan industri (KI).

Perlu diinformasikan bahwa saat ini sedangdikembangkan pola pengawasan berbasis teknologi informasi(IT) yang tentu saja dalam pelaksanaannya memerlukanproses waktu yang lama. Sebelum proses IT tersebut dapatdilaksanakan, maka dengan pola pengawasan yang saat inidilaksanakan dan dalam rangka mengoptimalkanpengawasan serta untuk memudahkan pengawasan, makauntuk sementara ijin baru KB diarahkan ke kawasan industri.

Beberapa perusahaan penerima fasilitas kawasanberikat banyak yang mengutarakan kalau kebijakanyang sekarang masih bersifat sentralistik, bahkan yangbersifat operasional masih ditentukan oleh kantorpusat. Apakah kebijakan itu memungkinkan untukdilimpahkan kepada kantor wilayah atau kantorpelayanan?

Perlu diperjelas mengenai pengertian kebijakan yangsentralistik. Memang ada kebijakan-kebijakan yang saat inidisentralisasi di pusat, seharusnya bisa didelegasikan kedaerah. Hal ini sudah dilakukan antara lain untuk kebijakanmenerima subkon dari DPIL yang telah dilimpahkan keKantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). Dan untuk KByang ada di Batam, semua perijinan telah didelegasikankepada KPBC. Namun untuk hal-hal tertentu sepertipemberian penangguhan BM dan ijin-ijin tertentu lainnyayang karena sifatnya perlu pengawasan yang terkoordinasi,harus tetap ditangani oleh Kantor Pusat (KP) DJBC.

Bagaimana dengan ketentuan khusus yang bersifatpetunjuk pelaksanaan yang sampai saat ini masihbelum banyak dijabarkan secara jelas. Misalnya perihalpemindahtanganan barang modal yang tidak dipakailagi oleh kawasan berikat baik yang akandipindahtangankan ke DPIL atau PDKB lainnya?

Ketentuan pemindahtanganan barang modal yang tidakdipakai lagi oleh kawasan berikat baik ke DPIL maupun kePDKB lain secara tegas memang tidak diatur, namun ataspemindahan tersebut secara implisit diatur didalam Pasal 15KMK No.291/KMK.05/1997. Untuk penyempurnaannya(dalam rangka mempertegas ketentuan tersebut) saat initelah dilakukan perbaikan terhadap KMK No.291/KMK.05/1997 dan sudah dalam tahap pembahasan final di Kantorpusat DJBC

Bagaimana dengan ketentuan pajak yang masihdikenakan kepada pengusaha kawasan berikat selainbea masuk dan PDRI?

Bahwa fasilitas yang diberikan kepada pengusahakawasan berikat berkaitan dengan kegiatan perusahaan yangbersangkutan adalah atas pajak barang impor/pembelianbarang dalam bentuk PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 Impor(PDRI), untuk pungutan pajak lainnya tetap dikenakan sesuaiketentuan perpajakan yang berlaku seperti PPh Pasal 29 WPBadan, Pajak Bumi dan Bangunan dan PPN ataspenggunaan jasa angkutan yang memang harus tundukkepada ketentuan perpajakan

Menurut Bapak, apakah pelanggaran yang dilakukanoleh perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat,lebih dikarenakan peraturannya masih longgar? Atauterlalu membebaninya peraturan tersebut hinggaakhirnya disimpangkan?

Bahwa aturan mengenai kawasan berikat dibuatdengan mengamsusikan kondisi yang akan terjadi adalahkondisi ideal. Namun dalam pelaksanaan di lapanganaturan diatas tidak dijalankan secara benar sehinggaapabila hal tersebut terjadi maka pelaksanaannyamerupakan bentuk pelanggaran. Dengan demikiansebenarnya aturan tentang KB tersebut bukannya longgartetapi pelanggaran yang terjadi tersebut adalah semata-mata aturannya tidak dijalankan secara benar. Mengenaibahwa peraturan tersebut terlalu membebani menurutpendapat saya sebenarnya tidak tepat karena pengusahaKB dengan telah menerima fasilitas-fasilitas yang lebihdibandingkan dengan bukan Pengusaha Kawasan Berikatmaka sebagai konsekuensinya harus menjalankanperaturan tersebut secara benar. Kalau adapenyimpangan seperti yang di maksud itu karena adanyatindakan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Apakah peraturan tentang kawasan berikat saat inimasih perlu disempurnakan? Dan apa yang menjadikendala DJBC saat ini untuk melayani dan mengawasikawasan berikat?

Ya, memang masih perlu disempurnakan karena kondisipada saat aturan KMK Nomor 291/KMK.05/1997 dibuatdengan kondisi saat ini memang berbeda dan untuk itu perludilakukan penyesuaian-penyesuaian sejalan denganperkembangan teknologi dan globalisasi perekonomian. Saatini sedang dilakukan pengkajian dan perumusan perubahanKMK Nomor 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan Berikat.Terlebih lagi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 17Tahun 2006, maka ketentuan tentang KB khususnya dan TPBpada umumnya harus disesuaikan.

Salah satu kendala DJBC untuk melayani dan mengawasikawasan berikat adalah jumlah pegawai yang ada di KPBCtidak sebanding dengan jumlah KB yang sudah ada ditambahlagi calon KB yang telah mengajukan permohonan ke DJBC,hal ini terjadi karena pola pengawasan KB saat ini masihdilakukan secara fisik sehingga memerlukan banyakpegawai. Untuk kedepannya saat ini telah dilakukan usaha-usaha untuk menggantikan pola pengawasan secara fisikdengan pola pengawasan yang berbasis teknologi

Saat ini pemberlakuan peraturan kawasan berikat dipulau Batam berbeda dengan di luar Batam. Apakah

WAWANCARA

Page 22: Warta Bea Cukai Edisi 389

21WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

diluar pulau Batam ini nantinya akan mendapatperlakuan yang sama dengan yang dipulau Batam?

Untuk menjawab pertanyaan ini memang perlupengkajian yang mendalam karena kondisi geografis antaraBatam dengan di luar Batam sangat berbeda. Sebagaicontoh DJBC telah menerbitkan aturan untuk tidakmenggunakan dokumen pabean atas pemindahtangananbarang dari dan ke KB yang berada di wilayah kerja satuKantor Bea Cukai pengawas (misalnya KPBC Batam). Hal inisudah melalui proses pertimbangan sehingga dalampelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Namunapabila hal ini diterapkan di luar Pulau Batam saya rasabelum bisa, karena menggunakan dokumen pabean saja(yang merupakan salah satu media pengawasan) masihdiselewengkan apalagi kalau tidak menggunakan dokumenpabean.

Ada usulan kalau penerima fasilitas kawasan berikatsaat ini diberikan tingkatan seperti halnya penjaluran,jika perusahaan tersebut memang benar-benar baikdalam menjalankan peraturan yang terkait dengankawasan berikat maka tidak lagi memerlukanpengawasan ataupun dokumen seperti saat ini. Apakahini memungkinkan?

Mungkin saja dapat dilakukan, tetapi terkait denganmasalah penjaluran, dengan sistem yang sekarang sajapengusaha KB sudah mendapatkan jalur hijau (kecuali dalamhal ada NHI). Apabila berdasarkan penilaian suatu KBmemang benar-benar baik (asas profiling) maka nantinyadapat saja diberikan fasilitas lebih berupa pengawasan yangkhusus yang berbeda dengan KB-KB lainnya. Mengenaidokumen, hal tersebut tidak mungkin mengingat dokumentersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi olehKB dan akan digunakan oleh auditor sebagai obyek auditperusahaan KB.

Bagaimana dengan pengawasan yang dilaksanakansaat ini? Apakah sudah cukup efektif?

Pengawasan terhadap KB saat ini terdiri dari 3 tahapan,yaitu pengawasan pada saat barang masuk ke KB, barangkeluar dari KB dan pengawasan audit. Pengawasan tersebutakan efektif apabila tersedia pegawai yang cukup untukmengawasi hal tersebut. Namun hal tersebut tidak mungkindilakukan, dan untuk mengatasinya adalah denganmenerapkan manajemen risiko, sehingga pengawasan yangdilakukan adalah dengan memperhatikan tingkatan risikoperusahaan dan dengan demikian penempatan pegawaidapat dilakukan secara proporsional sesuai dengan tingkatrisiko KB yang ada. Kedepannya akan menjadi lebih efektifapabila pengawasan dilakukan dengan sistem yang berbasisTeknologi.

Apakah kawasan berikat saat ini harus diawasi secarapenuh 24 jam oleh DJBC?

Berdasarkan SE DJBC Nomor : SE-22/BC/2005 telahdiatur bahwa untuk TPB yang terletak di Kawasan Industri,kegiatan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukaibagi pejabat/petugas bea dan cukai adalah 7 (tujuh) hariselama 24 jam atau mengikuti hari dan jam kerja kegiatanTPB yang bersangkutan. Untuk TPB yang terletak di luarKawasan Industri, kegiatan pelayanan dan pengawasankepabeanan dan cukai bagi pejabat/petugas bea dan cukaimengikuti hari dan jam kerja nasional/normal. Dalam halsuatu TPB memerlukan pelayanan kepabeanan dan cukaidiluar jam kerja (untuk yang diluar Kawasan Industri)Pengusaha TPB dapat mengajukan permohonan kepadaKepala KPBC yang mengawasi.

Bagaimana dengan keluhan KPBC yang pegawainyaharus melayani sekaligus mengawasi suatu kawasanberikat dengan perbandingan 1 pegawai mengawasi4 hingga 5 kawasan berikat?

Sebenarnya keluhan tersebut tidak perlu terjadi apabilapola pengawasan sudah dilakukan sesuai dengan yang sayasampaikan sebelumnya yaitu dengan menerapkanmanajemen risiko untuk mengawasi KB-KB. Namun dalampelaksanaannya disamping jumlah KB yang tidak sebandingsecara proporsional dengan pegawai yang mengawasi,lokasi-lokasi KB tersebut terpencar sehingga akanmenyulitkan pola pengawasan yang saat ini dilakukan(secara fisik). Oleh karena itu kedepannya sebelumpengawasan yang berbasis teknologi dijalankan secarapenuh maka penerapan manajemen risiko untuk mengawasiKB adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.Disamping itu yang harus dilakukan adalah mengarahkanlokasi KB sedemikian rupa sehingga lokasinya berada diKawasan Indusri atau paling tidak lokasi KB-KB itu harustersentralisasi (tidak terpencar).

Apakah pegawai di kawasan berikat sudah memahamiseluruhnya akan peraturan tentang kawasan berikat?

Pada dasarnya setiap petugas bea dan cukai yangbertugas mengawasi dan melayani kawasan berikat haruspaham akan seluruh peraturan tentang kawasan berikat.Bahkan Direktorat Fasilitas Keapabeanan (sebelumnya diDirektorat Teknis Kepabeanan) sendiri selama ini selalumengadakan sosialisasi kepada KPBC-KPBC apabila adaperaturan baru mengenai kawasan berikat. Dan di KPBC-KPBC-pun sebenarnya telah ada sarana untukmensosialisasikan peraturan-peraturan tentang kepabeanandan cukai termasuk peraturan tentang KB kepada parapegawainya yaitu P2KP, sehingga diharapkan selamamenjalankan tugasnya pegawai-pegawai tersebut tidakberpotensi menghambat pelayanan dan pengawasan. Namunsecara jujur harus diakui bahwa masih terdapat beberapapegawai yang bertugas dilapangan yang belum mengertiperaturan tentang kawasan berikat. Hal ini dimungkinkankarena antara lain pegawai tersebut baru dimutasikan ketempat tersebut dan baru melaksanakan tugas untukmelayani dan mengawasi KB. Untuk itu kedepannya dalamrangka meningkatkan pelayanan dan pengawasan kepadapengguna fasilitas kawasan berikat, sudah menjadikeharusan bagi pimpinan (terutama kepada Kepala KPBC)untuk lebih meningkatkan pembinaan kepada para pegawaidi wilayah kerjanya.

Bagaimana dengan pengertian impor untuk kawasanberikat yang saat ini masih belum ada kesepakatanantara DJBC dengan pajak?

Pengertian Impor antara DJBC dengan DJP sebenarnyatidak berbeda. Yang berbeda adalah pada saat barang dariKB dikeluarkan ke DPIL (lokal) yang berarti barang tersebutakan diimpor untuk dipakai. Dari sudut pandang DJBCperlakuannya adalah sama dengan apabila barang tersebutdiimpor dari luar negeri ke DPIL dan berlaku ketentuan umumdibidang impor serta sesuai PP 33 Pasal 5 maka atas barangtersebut tidak perlu dikenakan PPN dua kali (PPN masukandan PPN keluaran), tetapi dari sudut pandang DJP karena KBtersebut sudah dianggap di dalam negeri, maka apabilasuatu barang dari KB dikeluarkan ke DPIL maka atas barangtersebut disamping dikenakan PPN masukan juga dikenakanPPN keluaran atas penyerahan barang dari KB ke DPIL(penyerahan dalam negeri). Kedepan, atas perbedaan inimemang perlu dibicarakan dengan DJP untuk menyamakansudut pandang (persepsi) tersebut.

Apa harapan Bapak ke depan untuk kawasan berikat ini?Harapannya adalah agar fasilitas kawasan berikat dapat

dimanfaatkan oleh investor sedemikian rupa sehingga ataspemanfaatan tersebut dapat meningkatkan investasi, sektorriil bangkit, pendapatan perkapita naik, menyerap lapanganpekerjaan, meningkatkan devisa dan secara umumperekonomian nasional dapat tumbuh dan berkembangsesuai harapan pemerintah dan rakyat Indonesia.

Page 23: Warta Bea Cukai Edisi 389

22 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

emeriksaan mendadak pada saat pengeluaran barangmulai dilakukan sejak 1 April 2003, melalui KeputusanMenteri Keuangan (KMK) Nomor : 111/KMK.04/2003(yang kemudian dirubah dalam KMK Nomor 114/PMK.04/2006), merupakan salah satu bagian dari program

Reformasi Kepabeanan yang ketika itu sedang digalakkan olehDJBC. Ini dilakukan untuk memastikan apakah petugas bea cukaitelah melaksanakan tugas penanganan barang-barang importersebut sesuai dengan ketentuan kepabeanan.

Upaya ini dilakukan untuk mengevaluasi atau mengawasi

kinerja DJBC, baik yangberhubungan dengankinerja sistem dan pro-sedur maupun kinerjapegawai yang melaksa-nakan sistem dan prose-dur dimaksud. Pemerik-saan ini dilakukan seca-ra insidentil oleh pejabatIrjen Depkeu tanpaadanya pemberitahuanterlebih dahulu kepadapetugas DJBC.

Pelaksanaan peme-riksaan dilakukandengan tetap memper-hatikan kepentinganimportir dan kelancaranarus barang. Di sampingitu, para importir ataupemilik barang tidak per-lu khawatir, karena se-gala biaya yang berkait-an dengan pemeriksaanmendadak ditanggungoleh Departemen Keu-angan.

Sehubungandengan hal itu, pada 15Pebruari 2007, bertem-pat di Ruang LokaUtama Lantai 1 KantorPusat DJBC berlang-sung penandatangananperaturan bersama an-tara Inspektur Jenderal(Irjen) Depkeu, Dr. Per-mana Agung denganDirektur Jenderal(Dirjen) Bea dan Cukai,Drs. Anwar SuprijadiMSc. Peraturanbersama Irjen Depkeudengan Dirjen Bea danCukai yang bernomorPER-01/1/2007 dan P-04/BC/2007, merupakanperubahan keputusanbersama Inspektur Jen-

deral dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor :101/JI/2003dan Nomor : 08/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peme-riksaan Mendadak Kepabeanan di bidang impor.

Dalam suatu kesempatan wawancara dengan WBC di ruangkerjanya, Irjen Depkeu, Permana Agung, menjelaskan tujuandiadakannya peraturan bersama, disamping itu ia juga kembalimenegaskan mengenai peran dan fungsi Inspektorat Jenderal.

Dengan adanya perjanjian ini, menurut Permana Agung lang-kah berikut yang harus dilakukan DJBC adalah melakukan sosial-isasi agar seluruh jajaran DJBC mengetahui betul fungsi Itjen danmanfaat yang ingin dicapai dari kerjasama tersebut supaya me-reka bisa mengantisipasi untuk tidak melakukan penyimpangan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Menteri Keuangan (Menkeu)merupakan pengelola keuangan negara tertinggi setelah Presi-den mendelegasikannya kepada menteri. Dalam pelaksanaantugasnya, Menkeu mendelegasikan kewenangannya kepada pa-ra dirjen yang berada di seluruh jajaran Depkeu, termasuk DirjenBea dan Cukai beserta seluruh jajarannya berkaitan dengan ma-salah administrasi kepabeanan.

Lantas bagaimana sekarang Menkeu mempunyai keyakinanbahwa Dirjen Bea dan Cukai beserta seluruh jajarannya telahmelaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijakan Menkeu danperaturan perundangan yang berlaku ? Untuk itu, lanjut Permana

Spot CheckPENANDATANGANAN PERATURAN BERSAMA. Untuk pemeriksaan mendadak dibidang Kepabeanan.

Peraturan Bersama

Itjen Depkeu dan DJBCUntuk meningkatkan kinerja aparat Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sertameningkatkan pengawasan atas

pelaksanaan tugas-tugasnya, salah satucaranya adalah dengan melakukan

pemeriksaan mendadak kepabeanan atau lebihdikenal dengan istilah spot check yang

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen)Departemen Keuangan (Depkeu).

P

PENGAWASANWBC/ATS

Page 24: Warta Bea Cukai Edisi 389

23WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Agung, ada Inspektur Jenderal. “Jadi pengelolaan keuangan ne-gara sepanjang berkaitan dengan administrasi kepabeanandidelegasikan ke dirjen bea cukai, tapi menkeu pada saat yangsama juga punya kewajiban manajemen yang namanya kontrol.”

Di Depkeu, lanjut Permana Agung, terdapat 12 unit eselon I,yang tidak mungkin secara sendiri Menkeu melakukan kontrol.Karena itu kewenangan mengontrol diperjelas melalui Itjen untukmeyakinkan semua unit eselon I di Departemen Keuanganmelaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan.

Irjen melakukan pengawasan fungsional terhadap pelaksana-an tugas seluruh unsur di Depkeu yang memiliki 12 DirektoratJenderal. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah paraaparatnya telah melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuaiperaturan perundangan dan kebijakan Menkeu.

“Tidak heran jika Itjen keberadaannya tidak populer di ke-12unit ini, karena kita ngawasi mereka, apakah sesuai denganketentuan atau tidak. Boleh dibilang sparing partner atauprovosnya Depkeu, karena masing-masing punya program.Ibarat ‘P2’ nya Depkeu untuk penegakkan aturan,” tegasnya.

Lantas pertanyaannya adalah bagaimana Itjen melaksanakanfungsi tersebut dalam hubungannya dengan DJBC ? MenurutPermana Agung, dalam hal ini Itjen memiliki kewenangan mela-kukan pemeriksaan rutin, terutama dibawah Inspektorat Bidang 4yang menangani masalah kepabeanan dan cukai. Dibantu jugaoleh Inspektorat Bidang Investigasi.

Perlu diketahui, Inspektorat Bidang 4 mempunyai tugasmelaksanakan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaankebijakan dan aturan hukum yang berlaku pada unit yangmenangani bidang pabean dan cukai, bidang pengawasan, tugaslainnya dari Inspektur Jenderal serta pembinaan teknispelaksanaan pengawasan.

“Apabila dalam melaksanakan tugas yang sifatnya rutin,inspektorat menemukan bukti awal terjadinya penyimpangan danterjadinya penyalahgunaan yang berindikasi korupsi dibidangpelayanan kepabeanan misalnya, maka itu bisa ditindak,” ujarPermana Agung.

TIDAK MENGGANGGU ARUS BARANGDalam melakukan pemeriksaan, terdapat bidang-bidang yang

akan turun melakukan pemeriksaan rutin, baik pemeriksaankeuangan maupun pemeriksaan kinerja. Itu dilakukan dengancara mengaudit. Jika dalam proses audit ternyata ditemukanbukti-bukti awal terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan

wewenang yang mempunyaiimplikasi terjadinya kerugiannegara, maka bisa diangkatuntuk disidik. Itu yang menurutPermana Agung merupakankonsep lama.

Sedangkan saat ini dalamkonsep yang baru, mengingin-kan adanya konsep spot checkyang tidak saja rutin dan sudahterjadwal. Tetapi harus adapemeriksaan mendadak yangwaktunya tidak ditentukan.Tujuannya adalah untukmengetahui pelaksanaan tugasdan fungsi organisasi, apakahsudah sesuai dengan aturanatau tidak.

Seperti telah diketahui ber-sama, saat ini di Bea dan Cukaisudah memiliki satu sistemyang dimulai dari pengajuandokumen, pemeriksaan admi-nistrasi, pemeriksaan fisik sam-pai jalur merah, nota pemberita-huan jalur merah sampai SuratPerintah Pengeluaran BarangKeluar, jadi ibaratnya seperti ar-go meter. “Jika ini sedang ber-

jalan lantas tiba-tiba aparat Itjen datang dan melakukan pemerik-saan mendadak jangan sampai ini menjadi tidak ada kepastian.”

“Maka itu, perlu ada satu pemahaman, satu kesepakatan dansatu aturan yang memungkinkan jika aparat Itjen datang, dan ditengah-tengah proses mereka masuk, ada sistem yangmemungkinkan di break sementara, sebab akan kita periksa. Ituyang diatur di dalam kesepakatan. Intinya kita tidak menggangguarus barang, supaya ada kesisteman yang bisa mengakomodirdengan suatu kepastian,” ujar Permana Agung.

AUDIT INTEGRATIFLebih lanjut disampaikan Permana Agung, ada hal yang lebih

baru dalam melakukan pemeriksaan oleh Itjen yang disebutdengan pemeriksaan integratif, maksudnya adalah di Itjen saat iniada 7 bidang yang melakukan pengawasan. Dulunya bidang ituterpisah-pisah dan otomatis kantornya juga masing-masingmemiliki sendiri. Padahal, dalam satu transaksi bisa sekaligusmengait pada lebih satu unit eselon I. Misalnya untuk impor, harusmembayar Bea Masuk, PPN Impor, dan sebagainya, termasukkewajiban importir untuk menyelesaikan kewajiban ke KantorPelayanan Bea dan Cukai dan Kantor Pajak. Begitu juga dengan

Pemeriksaan MendadakItjen dan Bea Cukai

Bertujuan sebagai pengujian secara acak ataskebenaran dokumen pemberitahuan kepabeananyang diajukan kepada Bea dan Cukai dengan fisikbarang sebenarnya, serta salah satu pengujiankepatuhan pengguna jasa terhadap ketentuankepabeanan (compliance check). Selain itu,dimaksudkan pula sebagai upaya menjaga kualitaskerja dan kinerja pegawai Bea dan Cukai dalammelaksanakan tugasnya (quality control).

Dasar HukumDituangkan dalam :1. Keputusan Menteri Keuangan, Nomor: 114/

PMK.04/20062. Keputusan Bersama Itjen Depkeu dengan DJBC,

Nomor : PER-01/1/2007 dan P-04/BC/2007,

Hal yang Diaturl Dilaksanakan oleh pejabat Inspektorat Jenderal

berdasarkan Surat Tugas yang diterbitkanInspektur Jenderal

l Tim Pemeriksaan Mendadak menetapkan obyekpemeriksaan secara acak dari daftar SPPB/dokumen pengeluaran barang

l Pelaksana spot check langsung menghubungipejabat hanggar. Pejabat hanggar menghubungiKasi P2, lalu Kasi P2 menerbitkan suratpenindakan

l Obyek Barang :i. Barang impor sementara dan barang impor

untuk dipakai, dilakukan penelitian kesesuaiandokumen dan fisik barang

ii. Barang diangkut lanjut, diangkut terus, danpindah lokasi. Dilakukan penelitian dokumen

l Teknis pemeriksaan mengacu kepada ketentuanpemeriksaan kepabeanan

l Hasil pemeriksaan disampaikan kepada InspekturJenderal dengan tembusan kepada DirekturJenderal Bea dan Cukai

l Biaya yang timbul, dibebankan kepada mataanggaran Depkeu yang diusulkan Itjen.

DR. PERMANA AGUNG. Idealnya,indikator keberhasilan dilihat dengantidak adanya lagi penyimpangan disuatu direktorat jenderal.

WBC/ZAP

Page 25: Warta Bea Cukai Edisi 389

24 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

cukai, harus pesan pita cukai, mengurus dokumen CK1, bayarcukai, bayar PPN yang bisa dihitung dan dikomputerisasikankompensasinya untuk satu masa pajak. Itu misalnya.

“Nah dulu itu sendiri-sendiri, sekarang saya gabungkan. Jadiada tim dari Itjen bidang 1, 2,3,4 atau tim dari Itjen bidang 5,6,7yang terkait dengan masalah tadi untuk turun bersama memerik-sa satu tema. Bisa dilihat di bea cukainya, kalau ada kaitannya kepajak langsung pemeriksaannya ke kantor pajak, dansebagainya. Ini yang paling penting dan namanya audit integratif,”jelasnya.

Untuk pelaksanaan audit integratif ini, lanjut Permana Agung,tidak lama lagi akan segera diberlakukan dan sebagian sudahberjalan. Misalnya, berkaitan dengan Bea Cukai dan Pajak,seperti PPN Impor yang juga harus di check apakah sudahmasuk ke Kantor Pelayanan Kas dan Perbendaharaan Negara(KPKPN), sehingga ada inspektorat bidang 5 dapat turunbersama-sama.

Latar belakang dilakukannya audit integratif, menurut Perma-na Agung, hal itu berdasarkan pemikiran bahwa jika dilakukanpemeriksaan yang rutin secara terpola akan mudah sekali dihin-dari. Ia pun meragukan keefektifan pemeriksaan yang dilakukansecara rutin dibandingkan pemeriksaan secara mendadak.

“Jadi memang beda. Pemeriksaan mendadak maksudnyasupaya mereka selalu merasa di awasi dan kapan saja Itjenbisa datang, karena itu mudah-mudahan mereka tidaktergoda melakukan kesalahan. Dalam hal ini sasarantempatnya tidak ada yang tahu, termasuk kapan waktunya.Dimana kita mau datang, dan apa temanya, tidak ada yangtahu. Misalnya ke Priok, dia tidak tahu kapan waktunya, apatemanya, apakah periksa SPPB-nya, nilai pabeannya atauperijinannya ? Tidak ada yang tahu. Itulah namanyapemeriksaan mendadak,” tegasnya.

Dikemukakan Permana Agung, Dirjen Bea dan Cukaimengharapkan peran dari Itjen dapat membantu mengurangisejauh mungkin terjadinya penyalahgunaan dan penyimpangankewenangan di Bea dan Cukai.

“Karena itu saya berpesan pada teman-teman di bea cukai,laksanakan tugas sesuai aturan, lakukanlah yang benar, bukanyang baik. Beda antara benar dengan yang baik. Yang baikmenurut saya belum tentu menurut anda baik, tapi kalau benaratau salah, menurut siapapun itu kalau benar ya benar kalau sa-lah ya salah. Lakukan yang benar, bukan yang baik dan bukanhasil kompromi,” tegasnya.

PEMBERIAN REKOMENDASISetelah dilakukannya penelitian dan diketahui adanya

penyimpangan maka Itjen memberikan rekomendasi kepada

dirjen yang bersangkutan. Dalam aturan mainnya, jika Itjen mene-mukan kesalahan atau pelanggaran maka dilakukan rapat dangelar perkara, lalu dibuatlah rekomendasi kepada dirjen yangbersangkutan untuk menjatuhkan sanksi kepada aparatnya yangmelakukan pelanggaran.

Namun diakui Permana Agung, masih terkesan Itjen se-olah-olah hanya memberikan rekomendasi saja karena reko-mendasi yang telah diberikan terkadang masih belum dilak-sanakan atau masih ada ‘tawar menawar’. “Kadang-kadangada yang coba untuk menawar rekomendasi yangdikeluarkan Itjen alasannya sanksi terlalu berat atau kurangmanusiawi, sebab Itjen lebih sering membuat keputusanmembebastugaskan artinya dicopot jabatannya, dicopot daripekerjaannya misalnya untuk 5 tahun. Itu kadang dinilaiterlalu berat atau kurang manusiawi. Jadi hanya macankertas sedangkan pelaksanaannya kurang menggigit.”

Permana Agung menegaskan jika dalam pelaksanaannyarekomendasi yang dikeluarkan Itjen tidak dilaksanakan, makalangkah yang diambil Irjen adalah melaporkannya kepadaMenkeu dan ia yang menentukan langkah selanjutnya. “Jadikalau rekomendasi saya tidak dijalankan ya saya lapor sama‘yang punya ditjen’ untuk langkah selanjutnya.”

Menurut Permana Agung mestinya Irjenmempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi. Memangada keinginan upaya ke arah itu dengan melakukan perubahanmengenai dasar hukum kewenangan Itjen, melalui InspectoratGeneral Law, (IG Law) begitu ia menamakannya, yang saat inisedang dalam proses perumusan dengan berbagai masukan darikalangan akademisi. Disamping itu juga, IMF (InternationalMonetary Fund) dan USAID (United States Agency for Interna-tional Development)juga diminta pendapatnya mengenai sepertiapa based practices-nya inspektorat jenderal di duniainternasional. “Selama ini yang digunakan hanya PP No.30tentang sanksi terhadap pegawai negeri sipil, jadi yang kita aturhanya prosedur dalam lingkup direktorat jenderal. Kita hanyabisa masuk sampai disitu tanpa mengganggu sistem. Jaditatarannya disitu saja.”

Ketika disinggung mengenai rencana program institusi yangdipimpinnya tahun 2007 ini, Permana Agung mengatakan sepertiyang ia sampaikan kepada seluruh jajaran di Itjen, bahwa harusada semangat baru karena jaman sudah berubah begitu puladengan tantangan yang semakin berat. Untuk itu ia lebihmenitikberatkan pada kedisiplinan di lingkungan Itjen selain itujuga menetapkan penandatanganan faktur integritas setiap kaliaparatnya akan turun ke lapangan. “Faktur integritas itu penting,isinya mereka tidak akan menerima apapun, baik itu fasilitas,uang, maupun janji dan itu juga ditandantangani oleh kepalakantor yang akan diperiksa.”

Kepada pengawas audit di jajarannya pun juga dilakukanpeningkatan kualitas. Menurutnya ada semacam penilaian kinerjapara auditor, melalui Komite Pengawas Kualitas Audit (KPKA)melalui penetapan penilaian dengan range nilai tertentu. Jadi adaunit yang menjaga kualitas audit termasuk bidang investigasi, inidilakukan setiap 3 atau 6 bulan sekali dan harus ada laporanakuntabilitas kinerja dari Inspektorat Bidang, karena memang Itjenharus jadi contoh dari direktorat jenderal.

“Untuk program tahun 2007 ada rencana strategis, yaitupedoman implementasi good governance di Itjen Depkeu. Terusterang ini semua masih baru. Jadi semangat, pengalaman danpengetahuan saya mencoba untuk menggerakkan Itjen. Prioritasutama saya ada semacam quality control untuk 12 unit eselon Idi lingkungan Depkeu dalam melaksanakan tugas sesuai denganprinsip good governance tadi karena saya adalah instrumen dariMenkeu untuk melakukan ini. Jadi Itjen harus benar-benarindependen,” tegasnya.

Ketika disinggung mengenai indikator keberhasilan dari Itjen,Permana Agung menekankan bahwa indikator keberhasilanbukan didasarkan pada banyaknya temuan, karena jikaberpedoman bahwa keberhasilan dilihat dari banyaknya temuanberarti masih banyak penyimpangan di suatu direktorat jenderal.Yang paling ideal menurutnya indikator keberhasilan adalah tidakada lagi penyimpangan di suatu Direktorat Jenderal.

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA aparat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai(DJBC) serta meningkatkan pengawasan atas pelaksanaan tugas-tugasnya,salah satu caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan mendadak.

ris

WBC/ATS

PENGAWASAN

Page 26: Warta Bea Cukai Edisi 389

25WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

etugas Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) TipeA1 Soekarno-Hatta berhasil menegah sejumlah barangantara lain perhiasan, tas, sepatu dan beberapa unitlaptop yang akan masuk ke Indonesia tanpa melaluiprosedur kepabeanan yang telah ditentukan.

Untuk alasan penegahan barang-barang berupa perhiasandikarenakan penumpang yang bersangkutan tidak memenuhikewajibannya untuk memberitahukan barang yang dibawanyakepada petuas Bea dan Cukai dengan mengisi formulis CustomsDeclaration (BC.2.2).

Sementara itu untuk penegahan laptop dan asesoriesdilakukan aparat KPBC Soekarno-Hatta atas informasi dariBea dan Cukai Batam . Perbuatan ini masih bersifatpelanggaran administratif dengan sanksi administrasi berupadenda. Untuk penegahan tas dan sepatu dilakukan karenapemberitahuan yang disampaikan oleh si pemilik barang tidaksesuai dengan prosedur kepabeanan.

Berikut barang-barang hasil tegahan yang kinidiamankan oleh petugas KPBC Soekarno Hatta:l 110 pasang perhiasan yang dibawa penumpang inisial YK

warga negara Indonesia yang datang dari Amerika pada 23Pebruari 2007 dengan pesawat Emirat Airlines EK-348.

l 2 koper laptop dan assesories eks impor yang dibawapenumpang inisial DK warga negara Indonesia yang da-tang dari Batam pada 23 pebruari 2007 dengan pesawatAdam Air K1-271

l 17 pasang perhiasan yang dibawa penumpang inisial NNM

warga negara Singapura yang datang dari India pada 28Pebruari dengan pesawat Lufthansa Airlines LH-778

l 36 pasang perhiasan yang dibawa penumpang inisial MLMwarga negara Belanda yang datang dari India pada 5 Maret2007 dengan pesawat Air India A1-472

l 62 pasang perhiasan yang dibawa penumpang inisial SUwarga negara Belanda yang datang dari India pada 5 Maret2007 dengan pesawat Air India A1-472

l 33 tas dan sepatu yang dibawa penumpang inisial MN warganegara Indonesia yang datang dari Singapura pada 10 Maret2007 dengan pesawat Singapore Air Lines SQ-154.

SANKSI AKAN MAKIN BERATDalam penegahan yang dilakukan kali ini diperkirakan harga

tafsiran barang sebesar Rp. 2.3000.000.000 (dua miliar tiga ratusjuga rupiah) dan hak keuangan negara berupa Bea Masuk, PPNdan PPh yang dapat diselamatkan diperkirakan mencapaisebesar Rp. 1.100.000.000 (satu milyar seratus juta rupiah)sehingga nilai seluruhnya mencapai total Rp. 3,3 miliar rupiah.

Selaku Kepala KPBC Tipe A Soekarno Hatta, mewakiliDirektorat Jenderal Bea dan Cukai, Agung Kuswandonomenegaskan bahwa dalam masa transisi perubahan undang-undang kepabeanan kembali dihimbau kepada masyarakat yangberpergian ke luar negeri, agar pada saat kembali ke Indonesiasupaya memberitahukan barang bawaannya dengan caramenuliskan jumlah dan jenis barang yang dibawanya dalamCustoms Declaration BC.2.2.

Bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, maka penumpangyang bersangkutan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17Tahun 2006 sebagai revisi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun1995 tentang Kepabeanan, perbuatan tersebut adalahmerupakan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara palingsingkat dua tahun dan paling lama delapan tahun dan atau dendapaling sedikit Rp. 100 juta dan paling banyak Rp. 5 miliar.

“Melalui momen ini sekaligus saya ingin mensosialisasikankepada para penumpang khususnya yang datang dari luar negeriagar memberitahukan secara benar kepada petugas bea cukaiuntuk menghindari adanya tindak pidana. Formulir BC.2.2 ataupemberitahuan pabean merupakan dasar hukum bagi pegawaikami untuk melaksanakan tugasnya. Perlu diketahui juga, saat iniaturannya akan menjerat pada pasal tindakan pidana. Untukkasus yang baru diungkap ini pelaku masih dikenakan dendaadministratif, namun dalam waktu dekat jika ada pelanggaranseperti ini lagi mereka bisa dikenakan pasal pidana denganhukuman seperti yang sudah saya sampaikan tadi, juklaknyasaat ini sedang dibuat,“ tegasnya.

Hadir dalam press release yang berlangsung di Media CenterGedung A KPBC Tipe A1 Soekarno-Hatta, pada 12 Maret 2007,Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi, Kakanwil IXDJBC Jawa Barat, Jody Koesmendro, beberapa pejabat eselon IIIdi lingkungan DJBC, Kepala Kepolisian Bandara SH, KepalaImigrasi Bandara SH dan undangan lainnya.

PRESS RELEASE yang berlangsung di Media Center Gedung A KPBC TipeA1 Soekarno-Hatta, pada 12 Maret 2007.

BARANG-BARANG HASIL TEGAHAN yang kini diamankan oleh petugasKPBC Soekarno Hatta.

Penanganan barang penumpanginternasional dan domestik di Bandara

Soekarno-Hatta akan semakin dipertegas lagiaturan mainnya. Sanksi bagi pelanggar

kewajiban pabean sesuai dengan UU No. 17Tahun 2006 akan semakit diperberat.

Aparat Bea Cukai SHSita Perhiasan dan Barang

Penumpang Lainnya

Pris

WBC/RIS

WBC/RIS

Page 27: Warta Bea Cukai Edisi 389

26 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

ua kasus pelanggaran kepabeanan dibidang impormaupun ekspor berhasil diungkap petugas bea dancukai Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Hal inidisampaikan Kepala Kantor Wilayah VII DJBC Jakarta IHeru Santoso kepada pers Selasa, 6 Maret 2007. Pada

kasus pelanggaran kepabeanan dibidang impor, petugasmenegah masuknya daging bebek, dagingayam dan daging asal China dan Brazilyang diimpor dari Hongkong. Modus ope-randi yang dilakukan adalah dengan tidakmemberitahukan dalam PemberitahuanImpor Barang (PIB) secara benar denganmaksud menghindari larangan pemerintahtentang pemasukkan hewan dan bahan asalhewan dari negara yang tertular PenyakitMulut dan Kuku (PMK).

Impor daging illegal tersebut dilarangpemerintah karena China dan Brazil yangmerupakan negara asal daging tersebuttermasuk negara yang tertular dan terkenawabah PMK yang sesuai dengan SuratEdaran Menteri Pertanian No. TN.510/94/A/IV/2001 tanggal 20 April 2001.

Impor daging tersebut lanjut Heru dilaku-kan CV. CB dengan mengajukan PIB nomor045026 dengan pemberitahuan barang yangdiimpornya pada PIB sebagai makanan ha-sil laut seperti octopus, cuttle fish, shell mus-sel, jelly fish, scallops dan kernel corn. Olehsistem komputer bea cukai, PIB tersebutterkena jalur merah dan menurut prosedur

dalam tiga hari pengurus atau pemilik barang harusmenarik kontainer ke lapangan pemeriksaan untukdilakukan pemeriksaan fisik barang oleh petugas.

Setelah tiga hari sejak pengajuan PIB, pengurusatau pemilik barang tidak menarik kontainer tersebutke lapangan pemeriksaan. Curiga dengan keadaantersebut, petugas yang dibekali dengan surat tugaspemeriksaan, memeriksa kontainer tersebut. Hasilkecurigaan petugas terbukti dimana kontainertersebut ternyata berisi barang yang dilarang untukdiimpor seperti daging bebek China (Chinese riceduck), potongan daging ayam (Whole yellow chiken,Brazil chiken whole wing) potongan daging sapi(beef tendon, Brazil ID beef cube roll, Brazil beeftongue) yang tidak diberitahukan dalam PIBsehingga kemudian dilakukan penangkapan danpenahanan pada akhir Februari 2007 lalu.

Importasi illegal tersebut lanjut Heru menyalahiketentuan pada Undang-Undang Kepabeanannomor 10 tahun 1995 jo Undang-Undang Nomor 17tahun 2006 pasal 103 huruf (a) dengan sanksi mak-simal 5 tahun dan denda Rp. 250 juta rupiah. Petu-gas juga telah menetapkan satu orang tersangkayaitu HAH customs broker PT EUK, dan untuk ke-lancaran pemeriksaan beberapa orang telah dimintaiketerangan. Sementara barang bukti berupa satuunit kontainer beserta dengan isinya ditahan olehpetugas bea dan cukai Tanjung Priok Jakarta.

Atas terungkapnya kasus tersebut, negara ber-potensi mengalami kerugian yang sifatnya immate-rial yaitu ancaman wabah penyakit PMK dan fluburung di wilayah Indonesia dikarenakan daging-daging asal China dan Brazil tersebut belum bebasdari PMK dan flu burung

PENYELUNDUPAN ROTANTidak hanya itu saja, petugas bea cukai pela-

buhan Tanjung Priok juga berhasil mengagalkan pengiriman rotanasalan ke China, dengan menggunakan modus tidak memberita-hukan secara benar isi kontainer dalam Pemberitahuan EksporBarang (PEB). Hal tersebut dilakukan dengan maksud untukmenghindari pungutan ekspor serta aturan larangan ekspor rotanasalan dari pemerintah. Dalam PEB isi kontainer disebutkansebagai kerajinan rotan.

Petugas bea cukai menurut Heru curiga terhadap eksportasiatas nama CV. SA yang jenis barangnya disebutkan sebagaikerajinan rotan tadi sebanyak tiga kontainer dengan tujuan China.

Tindak lanjut dari kecurigaan tersebutpetugas mengeluarkan Nota Hasil Intelejen(NHI) untuk melakukan penegahan danpemeriksan atas barang tersebut.

Kecurigaan petugas terbukti dimanapada pemeriksaan fisik barang kontainertersebut bukan berisi kerajinan rotan mela-inkan 396 bales rotan asalan dan bukankerjainan rotan seperti yang diberitahukandalam PEB sehingga dilakukan penegahanuntuk proses hukum lebih lanjut.

Petugas telah menetapkan dua orangtersangka yaitu TD dari customs broker PT.AIBT yang telah ditangkap dan HM,seorang Broker yang kini masih dalamDaftar Pencarian Orang (DPO). Tersangkadijerat dengan UU No.17/2006 tentangPerubahan Atas UU No. 10/1995 tentangKepabeanan pasal 102 A huruf (b) Jo. 103huruf (a) dengan sanksi maksimal penjara10 tahun dan denda Rp. 5 Miliar.

Potensi kerugian negara ataseksportasi illegal tersebut, mencapaiRp.46.107.000 dari penerimaan sektorPajak Ekspor (PE).

Kanwil VII DJBC Jakarta IUngkap Dua Kasus

Pelanggaran Kepabeanan

IMPORTASI DAGING ILLEGAL. Diberitahukan pada PIB sebagai makanan hasil laut.

Pelaku memberitahukan barang yang diimpordan ekspor dengan secara tidak benar.

D

ROTAN. Akibat ekspor illegal rotan terjadikerugian immaterial yaitu langkanya bahanbaku rotan yang menopang industri

WBC/ATS

PENGAWASAN

WBC/ATS

zap

Page 28: Warta Bea Cukai Edisi 389

27WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

antor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC Tipe A1Tanjung Priok III) baru-baru ini berhasil mengagalkaneksportasi barang secara ilegal yakni barang ekspordengan pemberitahuan 205 MT of Ball Clays E-1Packed Inused Jumbo Bags, dengan eksportir PT.

NSP sebanyak 9 kontainer yang masing-masing berukuran 20feet.Eksportasi secara ilegal tersebut dapat dideteksi melaluianalisa intelejen yang dilakukan petugas P2 KPBC Tipe A1Tanjung Priok III. Selama ini sangat jarang eksportasidiberitahukan dengan jenis barang clay (Tanah liat) sedangkanselama ini clay merupakan jenis barang yang sering diimpor.

Atas dasar analisa tersebut ditambah dengan pengecekanpast record eksportasi seperti alamat eksportir tidakditemukan, maka atas barang tersebut dikenakan Nota HasilIntelejen (NHI). Berdasarkan pemeriksaan fisik kedapatan 118bag dengan berat 204,8 ton bongkahan material berwarnaabu-abu kehitam-hitaman. Untuk memastikan kandunganbongkahan material tersebut, KPBC Tanjung Priok III telahmengirimkan contoh untuk dilakukan uji laboratorium olehBalai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) danberdasarkan hasil pengujian disimpulkan bongkahan tersebutmerupakan besi yang telah bercampur dengan timah.

Untuk penyelidikan dan penyidikan, Petugas KPBCTanjung Priok III memanggil eksportir dan PerusahaanPenyedia Jasa Kepabeanan (PPJK), namun eksportir danPPJK tersebut tidak memenuhi panggilan. Begitu pula ketikadilakukan pengejaran, penanggung jawab perusahaan tidakditemukan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap PPJKtersebut, kasus ini tidak memenuhi unsur-unsur untuk disidik.

Sesuai ketentuan KeputusanMenteri Keuangan RI Nomor:07/M-DAG/4/2005 tanggal 19April 2005 tentang Perubahanatas Lampiran keputusanMenperindag RI Nomor 558/MPP/Kep/1998 tentangKetentuan Umum di BidangEkspor sebagaimana telahdiubah beberapa kali denganKeputusan Menperindag RINomor: 385/MPP/KEP/6/2004,dijelaskan bahwa untuk jenisbarang biji timah dankonsentratnya dinyatakansebagai barang yang dilaranguntuk di eskpor.

Mengacu pada pasal 53ayat 3 Undang-Undang Nomor10 Tahun 1995 tentangKepabeanan, atas partybarang impor tersebutselanjutnya ditetapkan sebagaibarang yang dikuasai negaradengan keputusan KepalaKantor Pelayanan Bea danCukai Tanjung Priok Nomor:Kep-294/WBC.04/KP.03/2006tanggal 7 September 2006.untuk menyelesaikantangkapan bongkahan materialmengandung timah tersebut,KPBC Tanjung Priok III telahmelakukan koordinasi denganPT. Tambang Timah.

Dengan keberhasilanaparat Bea dan Cukai KPBCTipe A Khusus Tanjung PriokIII mengagalkan upayaeksportasi timah secaraillegal, secara tidak langusngberdampak pada pengendali-an ekspor beberapa komoditi

tertentu sesuai dengan ketentuan internasional mengenailalu lintas barang.

EKSPORTASI ILEGAL..... Timah yang akan diekspor berhasil ditegah petugas KPBC Tanjung Priok III

Pengecekan past record eksportasi seperti alamat eksportirtidak ditemukan

K

Eksportasi Timah IlegalDigagalkan Petugas KPBC Tanjung Priok III

Kpbc Tanjung Priok III / zap

TIMAH. Contoh timah yang gagal di ekspor

DOK. KPBC TANJUNG PRIOK III

DOK. KPBC TANJUNG PRIOK III

Page 29: Warta Bea Cukai Edisi 389

28 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

alam pertemu-an itu KetuaProgram StudiMagister Akun-tansi menceri-

takan asal-usul menge-nai munculnya matakuliah Kepabeanan danCukai dalam programtersebut. Bahwa Prog-ram Studi ini didirikanberdasarkan Surat IjinPenyelenggaraan Prog-ram Studi MagisterAkuntansi pada Univer-sitas Airlangga dariDirjen Pendidikan TinggiNomor: 2377/D/T/2001tanggal 12 Juli 2001.

Program Studi inimenerima calon maha-siswa yang bergelarSarjana dari ProgramStudi Akuntansi, Mana-jemen, Studi Pemba-ngunan, Perpajakanserta Administrasi Nia-ga. Untuk mata kuliahKepabeanan dan Cukaimulai dilaksanakanpada tahun 2004 karenapermasalahan kepabean-an dan cukai juga meru-pakan permasalahanperpajakan. Mata kuliahtersebut terdiri dari 3SKS dan dilaksanakanpada perkuliahanmalam hari jam 18.30s.d. 21.30.

Sebagai tindak lanjutpertemuan tersebut,Kepala Kantor Wilayahmembentuk TimPengajar yang terdiridari 5 orang yaituHeryanto Budi Santoso,S.H., M.M., Drs.Roeslan M. Soetedjo,M.M., Drs. Abdul Kharis,Apt., M.A., ChairulSaleh, S.H., M.Si. danListrijono, S.Hut., M.A.Tugas masing-masing

pengajar akan dibagi berdasarkan keahlian masing-masing dan akan dilaksanakan dalam 14 kali pertemuandi semester II (genap).

PENGENALAN BEA CUKAIKuliah perdana pada bulan Maret 2004 dipimpin lang-

sung Kepala Kantor Wilayah yang dihadiri oleh seluruhmahasiswa Pascasarjana Program Magister Akuntansidan didampingi oleh Ketua Program Studi. Awal pembu-kaan kuliah dimaksudkan untuk menjajagi pengetahuanmahasiswa pascasarjana mengenai Bea Cukai serta me-ngenalkan kepada mahasiswa tentang tugas dan fungsiBea Cukai.

Yang menarik dalam kuliah ini adalah banyak maha-siswa pascasarjana yang tidak tahu mengenai keberada-an Bea Cukai dan apa tugas-tugasnya. Mereka diberikebebasan untuk menyampaikan jawaban mengenai pe-ngetahuan mereka tentang Bea Cukai. Kebanyakan

Pada bulan Pebruari 2004, Kantor Wilayah VIIDJBC Surabaya (sekarang Kanwil XI DJBCJawa Timur I) menerima surat permohonan

pengajar di Program Magister Akuntansi, Uni-versitas Airlangga untuk mata kuliah

Kepabeanan dan Cukai dari ProgramPascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya.

Atas permohonan tersebut, Kepala KantorWilayah waktu itu, Heryanto Budi Santoso,

mengumpulkan pegawai-pegawai yang telahmempunyai kualifikasi S2 untuk bertemu

dengan Drs. Tjiptohadi Sawarjuwono, M.Ec.,Ph.D., Ak sebagai Ketua Program Studi Magis-

ter Akuntansi, Universitas Airlangga.

D

MengenalkanBea dan Cukaidi Mahasiswa Pascasarjana

KANWIL XI DJBC JAWA TIMUR I, sejak tahun 2004 mulai memperkenalkan mata kuliah Kepabeanan dan Cukai diPascasarjana Program Magister Akuntansi Universitas Airlangga, Surabaya.

DOK. WBC

DAERAH KE DAERAH

Page 30: Warta Bea Cukai Edisi 389

29WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

jawaban tidak sesuai dengan harapan karena memangpengenalan mereka atas tugas Bea Cukai sangat minim.Kemudian oleh Kepala Kantor Wilayah para mahasiswadiberi lembaran-lembaran berita di surat kabar yang men-ceritakan tangkapan-tangkapan oleh petugas Bea Cukaibaik di pelabuhan laut maupun di bandara udara. Setelahitu baru diberi penjelasan secara umum mengenai tugasdan fungsi Bea Cukai.

Dari kuliah perdana tadi maka diambil kesimpulanbahwa kebanyakan mahasiswa maupun masyarakatumum tidak begitu tahu mengenai tugas dan fungsi BeaCukai. Atas kesimpulan tersebut maka Tim Pengajar BeaCukai semakin merasa tertantang untuk lebih intensifmemasyarakatkan mengenai tugas dan fungsi Bea Cukaiterutama kepada mahasiswa. Dimana diketahui bahwamahasiswa adalah generasi masa depan yang dikenal sa-ngat kritis atas kebijakan pemerintah. Apabila mereka me-ngenal Bea Cukai secara utuh dapat digunakan sebagaialat koreksi atas informasi-informasi yang selama ini biasterhadap keberadaan Bea Cukai.

TANTANGAN DALAM MENGAJARSeperti diketahui bahwa untuk mata

kuliah Kepabeanan dan Cukai di Pas-casarjana, Tim di tuntut untuk mengajardengan pola yang berbeda apabilamengajar untuk kalangan mahasiswaS1 maupun diklat PPJK. Hal ini dimak-lumi karena mahasiswa pascasarjanasangat kritis dalam bertanya. Tim tidakbisa hanya menjelaskan sistem danprosedur kepabeanan dan cukai yangada dalam peraturan namun juga harusmenjelaskan maksud dan filosofi apayang terkandung dalam peraturan-per-aturan tersebut.

Tantangan lain bahwa ilmu kepa-beanan dan cukai tidak ada dalambuku-buku teks yang diterbitkan se-cara umum. Di lain pihak buku-bukuteks mengenai perpajakan sudahbanyak dan tersebar bahkan semuamasyarakat dapat mempelajarinyamelalui buku tersebut. Hal ini yangmenjadi kekurangan Tim pada waktumahasiswa akan melakukan penulis-an thesis mengenai Bea Cukai.

Namun hal-hal tersebut di atastidak menghambat Tim untuk terusmenerus melakukan perbaikan-per-baikan dalam metode pengajaran.Setiap pertemuan di kelas, Tim akanmemunculkan kasus-kasus kepabe-anan dan cukai yang muncul di suratkabar maupun kasus-kasus yangada di instansi Bea Cukai sendiri.Mahasiswa diajak untuk mengemu-kakan pendapat atas komentar-komentar yang muncul di suratkabardan menganalisa kebenaran beritatersebut berdasar pengetahuan yangselama ini mereka dapat.

Sedangkan pada waktu dilakukanujian tengah semester maupun ujianakhir, mahasiswa diberi kesempatanmengerjakan soal-soal di rumahkarena soal-soal tersebut berupakasus yang memerlukan analisayang mendalam dan jawaban soaltersebut juga bisa relatif bergantungkemampuan mahasiswa dalammenangkap materi waktu kuliah.

KONTINUITAS MENGAJARSampai saat ini Tim Pengajar telah dilakukan pergantian

berkali-kali dikarenakan ada beberapa pengajar yang telahmutasi. Namun masih ada 2 pengajar yang saat ini masihada yaitu Abdul Kharis, dan penulis. Diharapkan nantinyamata kuliah Kepabeanan dan Cukai akan terus berlanjutdengan adanya pengajar-pengajar yang berkualifikasi S2diKantor Wilayah DJBC Surabaya. Hal ini juga bisa menjadikebanggaan tersendiri bagi Bea Cukai untukmemperkenalkan ilmu Kepabeanan dan Cukai kepadamahasiswa Pascasarjana dan mendekatkan Bea Cukaikepada masyarakat umum.

Juga diharapkan adanya buku teks mengenaiKepabeanan dan Cukai yang bisa diterbitkan guna menjadiacuan bagi mahasiswa dan menjadi pengetahuan bagimasyarakat umum maupun masyarakat usaha agar informasimengenai Bea Cukai tidak menjadi bias.

Listrijono/ salah satu pengajarsekarang berdinas di KPBC Juanda Sebagai Kasi Kepabeanan II

Page 31: Warta Bea Cukai Edisi 389

30 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

ada Jumat 16 Februari 2007 telah diselenggarakanacara Serah Terima Jabatan dan Pisah Sambut paraPejabat Eselon III pada Kantor Wilayah II DJBCSumatera Utara. Pada acara ini ada 4 jabatan yangdiserahterimakan, yaitu Kepala KPBC Tipe A1 Bela-

wan, Kepala KPBC Tipe A3 Medan, Kepala Bagian Umumdan Kepala KPBC Tipe A3 Teluk Bayur.

Acara dimulai pada pukul 09.30 WIB dengan laporan dariKomandan Upacara kepada Kepala Kantor Wilayah I DJBCSumatera Utara Heryanto Budi Santoso. Kemudian dilanjut-

kan dengan pembacaan Keputus-an Menteri Keuangan Nomor:KM-31/KM.1/UP.11/2007 tanggal17 Januari 2007 tentang MutasiPara Pejabat Eselon III di Ling-kungan Direktorat Jenderal Beadan Cukai Departemen Keuangan.

Kemudian acara dilanjutkandengan Penandatanganan Nas-kah Serah Terima Jabatan daripara Pejabat Eselon III disaksi-kan oleh Kakanwil Heryanto BudiSantoso. Adapun para pejabatyang melakukan serah terimajabatan adalah : dari SurendroSuprijadi kepada Supraptono(Kepala KPBC Tipe A3 Medan),dari Eddy Kusuma kepada HarryMulya (Kepala KPBC Tipe A1Belawan), dari Harry Mulyakepada Bapak Zul Achir Siregar(Kepala Bagian Umum) dan dariAmirullah Saidi kepada BuhariSirait (Kepala KPBC Tipe A3Teluk Bayur).

Setelah penandatangan Nas-kah Serah Terima Jabatan, acaradilanjutkan dengan serah terimaMemori Pengakhiran Jabatandari para pejabat tersebut di atas,kemudian penyerahan MemoriPengakhiran Jabatan dariSupraptono selaku Kepala BidangVerifikasi kepada Kepala KantorWilayah I DJBC Sumatera Utara.

Akhirnya acara SerahTerima Jabatan ditutup denganlaporan dari Komandan Upaca-

ra kepada Kepala Kantor Wilayah II DJBC Sumatera Utara.Setelah itu acara dirangkaikan dengan acara Pisah

Sambut para Pejabat Eselon III. Kali ini acara berjalan lebihsantai, diawali dengan persembahan sebuah lagu dariPaduan Suara Kantor Wilayah II DJBC. Kemudianpenyampaian kesan dan pesan dari para pejabat yangmeninggalkan Kantor Wilayah II DJBC, diwakili olehSurendro Suprijadi. Setelah itu kesan dan pesan dari parapejabat yang baru masuk ke lingkungan Kantor Wilayah IIDJBC yang diwakili oleh Zul Achir Siregar. Kemudiansambutan dari Bapak Heryanto Budi Santoso.

Pada kesempatan tersebut Heryanto meminta Surendro

PENYERAHAN CENDERAMATA. Dari para pegawai kepada para pejabat yang pindah

PENANDATANGAN NASKAH SERAH TERIMA JABATAN. Edy Kusuma salah satu pejabat yang pindahmelakukan penandatanganan dihadapan Kakanwil DJBC Medan.

Serah Terima Jabatan danPisah Sambut Pejabat Eselon III

Kantor Wilayah II DJBC Sumatera UtaraAda 4 jabatan yang diserahterimakan.

P

FOTO : ARI WIDODO

FOTO : ARI WIDODO

DAERAH KE DAERAH

Page 32: Warta Bea Cukai Edisi 389

31WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

ada Kamis 15 Feb-ruari 2007 yanglalu telah dilaksa-nakan SosialisasiPeraturan Direktur

Jenderal Bea dan Cukai No-mor P-01/BC/2007 tentangPerubahan Kelima AtasKeputusan Direktur JenderalBea dan Cukai Nomor KEP-81/BC/1999 tentang Petun-juk Pelaksanaan PenetapanNilai Pabean untuk Penghi-tungan Bea Masuk.

Sosialisasi ini dihadirioleh lebih dari 200 orangpegawai yang berasal daripara Pejabat Eselon II, pa-ra Pejabat Eselon III, paraPejabat Eselon IV, paraKoordinator Pelaksana danpara Pelaksana dari KantorWilayah (Kanwil) II DJBCSum-ut, Kantor WilayahDJBC Tanjung BalaiKarimun, Kantor Wilayah IBanda Aceh dan jugakantor-kantor pelayananyang berada di lingkunganKantor-kantor Wilayah ter-sebut.

Adapun sosialisasi inidiberikan oleh Tim Sosiali-sasi dari Kantor PusatDJBC, yang terdiri dariIswan Ramdana yang jugamenjabat sebagai KepalaKantor Wilayah DJBC Ban-ten, didampingi oleh Kusu-ma Santi, Amin dan Rizal.Sedangkan maksud daridiselenggarakannya sosi-

alisasi tersebut adalah bahwa pokok-pokok substansi yang diatur dalam peraturan tersebutmengalami perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan ketentuan danperaturan sebelumnya dan harus mulai diberlakukan mulai tanggal 1 Maret 2007. Selain ituperubahan tersebut akan berpengaruh pada sistem pelayanan lain di bidang kepabeanan.

Acara sosialisasi diadakan di Ruang Aula Kantor Wilayah II DJBC Sum-ut, dimulai padapukul 08.00 WIB dan selesai pada pukul 12.00 WIB. Tepat pada pukul 08.00 WIB acara di-buka oleh Kepala Kantor Wilayah I DJBC Medan Heryanto Budi Santoso, selanjutnya di-sampaikan pemaparan materi oleh Iswan Ramdana dan diteruskan oleh Ibu Kusuma Santi.

Pada pelaksanaannyasosialisasi berjalan cukupmenarik karena materi yangdisampaikan terkait de-ngan kegiatan dan tugassehari-hari para pegawai,sehingga banyak munculpertanyaan-pertanyaan,mulai dari yang sekedarminta penegasan/konfir-masi sampai dengan per-tanyaan-pertanyaan kritis.Namun semua keinginta-huan para pegawai terse-but terpuaskan denganjawaban-jawaban dari TimSosialisasi.

Pada pukul 12.00 WIBacara ditutup oleh KakanwilII DJBC Heyanto BudiSantoso.

Ari Widodo (Medan)

Suprijadi dan nyonya untuktampil ke depan membaca-kan puisi yang telahdipersiapkan. Lalu memintajuga Bapak Eddy Kusumadan nyonya untuk melaku-kan hal yang sama. Setelahitu baru Heryanto memberi-kan kesan dan pesannya.

Acara selanjutnyaadalah penyerahan cen-dera mata. Diawali de-ngan penyerahan cenderamata dari para pegawaikepada para pejabat yangpindah. Ada keunikan ter-sendiri saat para pejabatdiminta membuka bung-kusan cendera mata, ter-nyata bungkusan tersebutberisi karikatur parapejabat. Tepuk tangan dantawa meriah menggemasaat setiap karikatur di-buka dan diangkat tinggi-tinggi oleh para pejabat.Tidak ketinggalan Her-yanto dan para PejabatEselon III juga membe-rikan cendera mata untukpara pejabat yang mening-galkan Kantor Wilayah IDJBC Sumatera Utara.

Acara berikutnya adalahramah tamah, di mana paraundangan dipersilakanmenikmati hidangan yangdisediakan dan juga menik-mati hiburan dari PaduanSuara Kantor Wilayah IIDJBC. Para pejabat puntidak mau kalahmenyumbangkan suaraemasnya. Di antaranyaGrup Band “Wonder Boys”yang terdiri dari SahatSimamora, Eddy Kusuma,Supraptono, SurendroSuprijadi dan Kunto PrastiTrenggono. Dan terakhirditutup dengan manis de-ngan alunan lagu dariHeryanto bersama denganpara pejabat yang barumasuk ke lingkungan Kan-tor Wilayah II DJBC.

Sebagai tambahan,selain yang telah disebut diatas, pejabat yangmeninggalkan KantorWilayah II DJBC Sum-utadalah Noviandi yangmenjadi Kepala BidangAudit di Kantor WilayahDJBC Sumatra Barat.Sedangkan pejabat yangbaru masuk ke lingkunganKantor Wilayah II DJBCMedan adalah Sudirmansebagai Kepala BidangInformasi Kepabeanan danCukai.

PEMBICARA. Para pembicara yang menyampaikan sosialisasi kepadapara peserta.

Sosialisasi ini diberikan oleh Tim Sosialisasidari Kantor Pusat DJBC

PenetapanNilai Pabean

Sosialisasi Peraturan DirekturJenderal Bea dan Cukai Tentang

P

SUASANA SOSIALISASI. Peserta yang cukup antusias mengkuti sosialisasi

FOTO : ARI WIDODO

Ari Widodo (Medan)

Page 33: Warta Bea Cukai Edisi 389

32 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

engan adanya gedung kantor baru di atas tanahukuran 21x30 m2, berlantai dua, dan bergayaarsitek minimalis yang merupakan hasil renovasikantor lama, Kantor Pelayanan Bea dan Cukai(KPBC) Tipe B Bojonegoro terasa sangat berbeda

suasananya. Rasa lega, nyaman, tempat parkir yang cukupluas, merupakan gambaran baru mengenai jati diri fisikKPBC Bojonegoro.

Gambaran suasana yang sangat menyenangkan itutidaklah ada artinya apabila tidak diimbangi dengan suasanakerja yang kondusif, baik hubungan impersonal antarpegawai yang satu dengan yang lain, hubungan antarapetugas KPBC Bojonegoro dengan masyarakat usahamaupun hubungan antara petugas KPBC Bojonegoro denganpetugas dari instansi lainnya.

“Menciptakan rasa persaudaraan merupakan hal yangterpenting di lingkungan kerja baik dengan pegawai,pihak luar antara lain kepolisian, kejaksaan, pemerintahdaerah, dan pengguna jasa kepabeanan dan cukai yangbaik merupakan faktor pendukung dalam menciptakanpelayanan prima,” demikian kata Beni Ridwan, Kepala

KPBC Bojonegoro ketika ditanya mengenai kiat-kiatnyamemimpin kantor ini.

Situasi dan kondisi yang kondusif itu akan sangatmenentukan bagi KPBC Bojonegoro untuk menetapkanlangkah-langkah strategis dalam memberikan pelayanankepada masyarakat usaha dan pencapaian targetpenerimaan negara. Selanjutnya dengan adanya gedungkantor baru di bawah pimpinan Beni Ridwan beserta jajaranpegawai KPBC Bojonegoro bertekad akan selalu berusahasecara optimal untuk meningkatkan kinerja dan citra dalammengemban tugas yang diamanatkan oleh undang-undang.

KOTA PENGHASIL TEMBAKAUKPBC Bojonegoro sendiri terletak di jantung kota

Bojonegoro tepatnya di Jl. Basuki Rahmat 67 dan wilayahkerjanya meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tuban danKabupaten Bojonegoro. Meskipun dalam wilayah kerjatersebut terdapat pantai , tapi hanya ada pelabuhan khususuntuk PT Semen Gresik dan PT. Trans Pasific PetrochemicalIndonesia (TPPI )di Tuban.

Kota Bojonegoro sendiri berjarak kurang lebih 108 kmdari kota Surabaya dan sekitar 27 km dari kota Babat .Perjalanan dapat ditempuh dengan jalan darat denganmenggunakan kereta api,bis umum, atau kendaraan pribadidari Surabaya dengan waktu tempuh sekitar dua jam. KotaBojonegoro merupakan daerah Tingkat II dan dipimpinseorang Bupati.

Keadaan geografis Kabupaten Bojonegoro dan Tubanyang panas dengan tanah tandus sangat cocok untuk

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B, Bojonegoro

Berusaha Secara OptimalMeningkatkan Kinerja dan CitraMencermati keadaan industri di wilayah

Bojonegoro dan Tuban dan prospeknya, KPBCBojonegoro optimis penerimaan negara dalam

bentuk cukai, bea masuk maupun devisaekspor akan cenderung meningkat.

GEDUNG KPBC BOJONEGORO YANG LAMA GEDUNG KPBC BOJONEGERO YANG BARU

D

FOTO : BAMBANG WICAKSONOFOTO : BAMBANG WICAKSONO

DAERAH KE DAERAH

Page 34: Warta Bea Cukai Edisi 389

33WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

pertanian tembakau sebagai bahan bakuutama industri rokok. Hasil tembakauyang melimpah tersebut menstimulasitumbuhnya perusahaan-perusahaanrokok baik golongan kecil sekali maupunnon kecil sekali. Sampai saat ini ada 88perusahaan rokok di wilayah KPBCBojonegoro yang sangat prospektiftumbuh karena bahan baku dan tenagakerja yang relatif murah, sehinggakeberhasilan perusahaan-perusahaantersebut sangat dipengaruhi olehmanajemen pemasaran masing-masingperusahaan.

Di samping industri berbahan bakutembakau, sejak beberapa tahun terakhirtelah ditemukan beberapa depositminyak bumi yang berhasil dideteksioleh perusahaan Mobil Cepu Limited(Exxon Mobil), JOB Pertamina-Petrochina East Java dengan hasilproduksi berupa minyak mentah, dan PT.Trans Pasific Petrochemical Indotama(TPPI) dengan hasil produksidiantaranya berupa gas oil, kerosenedan lain-lain, akan mendorong produksi minyak mentah yangkemungkinan menjadi komoditi ekspor.

Selain minyak terdapat pula industri pengolahan semen diTuban yaitu P.T. Semen Gresik yang sebagian produksinyadiekspor ke manca negara.

PELAYANAN DAN PENGAWASANKPBC Tipe B Bojonegoro berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor WilayahXI DJBC Jawa Timur I mempunyai tugas melaksanakanpelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai dalamdaerah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KPBC Bojonegoro membawahi 3 Pos Pengawasan Beadan Cukai antara lain :l Pos Pengawasan Bea dan Cukai Glondongl Pos Pengawasan Bea dan Cukai Socorejo Jenu (PL)l Pos Pengawasan Bea dan Cukai Tuban (PL).

KPBC Bojonegoro memiliki potensi di bidang kepabeanandan cukai. Di bidang kepabeanan terutama melayani danmengawasi pelabuhan khusus PT Semen Gresik di Tuban,PT. Petrochina East Java dengan hasil produksi berupapemuatan minyak bumi (ekspor dan domestik), dan PT.Trans Pasific Petrochemical Indonesia (TPPI ). Sedangkan dibidang cukai terutama pelayanan terhadap pabrik hasiltembakau yang dalam tahun terakhir ini tumbuh sangatpesat, dengan jumlah Pengusaha Hasil Tembakau sebanyak92 PHT (Pengusaha Hasil Tembakau).

Adapun peran strategis KPBC Bojonegoro sebagai tradefasilitator guna memperlancar arus barang dan dokumen,sebagai community protector untuk memberikanperlindungan terhadap industri dalam negeri dan masyarakat,serta sebagai revenue collector dalam rangka pemungutanpenerimaan negara di bidang Kepabeanan dan Cukai.

Di bidang pelayanan, KPBC Bojonegoro mampumemberdayakan segenap sumber daya yang ada untukmemenuhi tuntutan dunia usaha dan industri tersebut,antara lain dengan menjamin kelancaran arus dokumendan barang, mengurangi ekonomi biaya tinggi danmenciptakan iklim usaha yang kondusif. Jumlah dokumenyang telah dilayani selama 2006 antara lain :DokumenPemberitahuan Ekspor Barang ( PEB) 262 buah,Dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) 60 buah,dan dokumen CK I 758 Buah.

Sedangkan di bidang pengawasan, KPBC Bojonegoromelakukan pengawasan dalam rangka penegakan hukum

di bidang kepabeanan dan cukai, per-lindungan kepada masyarakat danpengamanan penerimaan negara sertapencegahan terhadap terjadinyaperdagangan barang illegal khususnyaperedaran rokok dengan pita palsudan tanpa pita cukai. Mengenai hasilpencapaian di bidang pengawasantahun 2006, ditemukan tidak ada pe-langgaran baik di bidang kepabeananmaupun cukai.

TARGET DAN REALISASI PENERIMAANPotensi yang dimiliki oleh Kantor

Pelayanan Bea dan Cukai Tipe CBojonegoro secara umum antara lainpotensi yang mendukung pengumpulanpenerimaan negara di sektor bea masukdan cukai yaitu :

a. Dari sektor Bea Masuk :1. Pelabuhan PT. Semen Gresik di

Tuban,2. Pelabuhan khusus TPPI di Tuban3. Barang Operasi Pertambangan

4. PT. JOB Petrochina East Java

b. Dari sektor Cukai Untuk Perusahaan Rokok terdiri :

PERKEMBANGAN JUMLAHPHT SKT SELAMA TIGA TAHUN TERAKHIR

KPBC TIPE C BOJONEGORO

TAHUN PHT JUMLAH

2004 GOLONGAN I 1GOLONGAN II 1GOLONGAN IIIA DAN IIIB 57

2005 GOLONGAN I 1GOLONGAN II 2GOLONGAN IIIA 10GOLONGAN IIIB 67

2006 GOLONGAN I 1GOLONGAN II 2GOLONGAN IIIA 11GOLONGAN IIIB 71

Lebih lanjut penggolongan PHT berdasar jenis dangolongan sebagai berikut :

SKT SKM KLB

1 PHT Golongan 1 1 PHT Golongan 3 3 PHT Golongan 12 PHT Golongan 2 3 PHT Golongan 211 PHT Golongan 3A71 PHT Golongan 3B

Potensi lain yang mendukung pelaksanaan tugas pokokdan fungsi KPBC Tipe C Bojonegoro yang tak kalahpentingnya adalah berupa jalinan dan kerja dengan mitrakerja yaitu dengan Persatuan Perusahaan RokokBojonegoro (PPRB) dan instansi pemerintah terkait.

KPBC Bojonegoro dalam pemberian pelayanan danpengawasan di bidang kepabeanan dan cukai maupunpenerimaan bea masuk, pajak dalam rangka impor dancukai mengalami perkembangan yang cukup signifikan.Hal ini dapat dilihat dari data awal dan beberapa tahunterakhir pada tabel sebagai berikut :

KEPALA KPBC BOJONEGORO, Beni Ridwan, ber-usaha untuk menerapkan pola Good Gorvenancedimana ada transparasi, profesionalisme,aksesibilitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

FOTO : BAMBANG WICAKSONO

Page 35: Warta Bea Cukai Edisi 389

34 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

PENCAPAIAN PENERIMAANSELAMA 4 TAHUN TERAKHIRKPBC TIPE C BOJONEGORO

TAHUN PENERIMAAN TARGET PENCAPAIAN(JUTA Rp.) (JUTA Rp.) PROSEN

2003 CUKAI 337,848.453 301,921.450 89.37%BEA MASUK 683.063 442.400 64.77%

2004 CUKAI 311,905.110 312,571.498 100.21%BEA MASUK 666.530 942.651 141.43%

2005 CUKAI 336,562.980 368,423.474 109.47%BEA MASUK 660.610 3,586.579 542.92%

2006 CUKAI 433,319.730 444,658.102 102.62%BEA MASUK 10,373.900 8,229.343 79.33%

Lebih lanjut realisasi dan target penerimaan Bea masukdan Cukai tahun 2006 sebelum revisi APBN-P dapatterealisasi sedangkan setelah revisi dari sektor bea masukbelum memenuhi target tetapi total target terpenuhi karenapenerimaan cukai yang melebihi target yang ditetapkan.

Adapun rincian pencapaian target penerimaan Bea Masukdan Cukai selama Tahun Anggaran 2006 pada Kantor PelayananBea dan Cukai Tipe C Bojonegoro adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Bea MasukSebelum dilakukan Revisi :Target : Rp. 7.690.900.000Realisasi : Rp. 8.229.343.394

Realisasi penerimaan Bea Masuk TA 2006 ini melebihitarget yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 538.443.394,00atau (107,00 %)

Sesudah Dilakukan RevisiTarget : Rp. 10.373.900.000Realisasi : Rp. 8.229.343.394

Realisasi penerimaan Bea Masuk TA 2006 setelahdilakukan revisi menjadi berkurang dari target ditetapkan,kekurangannya sebesar Rp. 2.144.556.606,00 atau(79,33 %)

2. Penerimaan CukaiSebelum direvisiTarget : Rp. 423.744.640.000Realisasi : Rp. 444.658.101.976

Realisasi penerimaan Cukai TA 2006 ini melebihi targetyang ditetapkan oleh Kantor Pusat DJBC dengan selisih lebihsebesar Rp.20.913.461.976,00 atau (104,94 %)

Sesudah dilakukan direvisiTarget : Rp. 433.319.730.000Realisasi : Rp. 444.658.101.976

KEPALA KPBC BOJONEGORO BESERTA STAF bertekad akan selalu berusaha secara optimal untuk meningkatkan kinerja dan citra dalam mengembantugas yang diamanatkan oleh undang-undang.

FOTO : BAMBANG WICAKSONO

DAERAH KE DAERAH

Page 36: Warta Bea Cukai Edisi 389

35WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Realisasi penerimaan cukai TA 2006 setelah dilakukanrevisi masih terdapat kelebihan sebesar atauRp.11.338.371.976,00 atau (102,62 %).

TARGET REALISASI PENERIMAANKANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE C

BOJONEGORO SETELAH REVISIDATA PER 31 DESEMBER 2006

No. Sektor Target Realisasi ProsentasePenerimaan (rupiah) (rupiah)

1 Bea Masuk 10.373.900,000 8.229.343,394 79,33%setelah revisi

2 Cukai 433.319.730.000 444.658.101.967 102,62%

Jumlah 443,693,630,000 452,887,445,361 102.07%

Pada 2007 ini KPBC Bojonegoro mendapat peningkatanbeban target penerimaan baik dari sektor bea masuk maupunsektor cukai masing-masing sebesar Rp10.769.210.000 danRp 503.270.470.000. “ Kami optimis realisasi penerimaancukai dapat terealisasi tetapi untuk penerimaan bea masukmasih belum bisa yakin karena adanya penurunan tariff beamasuk impor bahan baku Gypsum CEPT yang diimpor PTSemen Gresik, menurun dari 5 persen menjadi 0 persenselain itu barang impor sementara proyek pertambangantelah berakhir,” tutur Beni

PERMASALAHAN YANG DIHADAPIDalam melaksanakan kegiatannya pada tahun 2006,

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Bojonegoro tidak terlepasdari permasalahan yang berpotensi menghambatpelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan yang ditetapkan.Upaya pemecahan terus dilaksanakan sehinggapermasalahan-permasalahan yang menghambatpelaksanaan tugas dapat diselesaikan dengan baik. Selamatahun anggaran 2006, dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul .

Ketika ditanya mengenai kendala Beni mengatakan adakendala internal dan eksternal. ”Kenda-la internal utama dalam menciptakanlayanan prima di KPBC Bojonegoroadalah masalah keterbatasan sumberdaya manusia. Untuk yang akan datangkiranya perlu ditambah sekarangjumlah pegawai hanya 24 orangtermasuk kepala kantor dirasa kurang,idealnya total 50 orang termasuk korlakumum yang kosong. Selain itu perlutenaga penyidik (PPNS) untukmenangani permasalahan pelanggarankepabeanan dan cukai. Dibutuhkanpegawai tambahan itu karena wilayahpelayanan dan pengawasan yangsangat luas,” tutur Beni.

Kendala internal kedua adalahSarana dan Prasarana ,sesuai DIPA TA2006 untuk menunjang kinerja paraPegawai telah dilaksanakan renovasiKantor Pelayanan Bea dan CukaiBojonegoro dan pembangunan RumahDinas baru, sehingga kekuranganMeja, Kursi, Gordyn, Air Conditioner,Sound System, Computer, PengadaanSystim PABX, Pengadaan Rak Datadan Perlu adanya Genset.

“Kendala lainnya yang juga pentingadalah perlunya penambahan kendara-an dinas untuk melakukan pengawasandan pembinaan/ bimbingan yang

optimal kepada pengusaha Barang Kena Cukai (BKC). Meng-ingat luasnya wilayah pengawasan. “tutur Beni

“Kemudian terbatasnya dana yang tersedia dalam setiapmata anggaran terutama dalam pembagian dana dalampenyusunan DIPA antara lain untuk : keperluan sehari-harihonor untuk petugas keamanan masih di bawah UMR daerah(sama dengan tahun lalu), untuk pemeliharaan kendaraanbermotor dan gedung kantor, dan dana untuk perjalanandinas. Belum adanya alokasi dana untuk : Penyuluhan dansosialisasi, Petugas Keamanan Dalam (PKD), danpengurusan sertifikat tanah. Untuk masalah tanah masih adasebagian kelebihan tanah di sekitar rumah dinas yangmenjadi sengketa, “cerita Beni.

“Selanjutnya untuk kendala eksternal adalah pihak bank-bank di Bojonegoro masih membatasi waktu penyetorancukai dan PNBP, sehingga mempersulit pengusaha hasil tem-bakau. Kendala lainnya adalah pernah terjadi keterlambatanpengiriman pita cukai dari kantor pusat sehingga diklaimoleh pengusaha hasil tembakau, untungnya sejauh inimereka mau mengerti ketika diberikan penjelasan atasketerlambatan tersebut .Meski mereka sempat berencanaakan demo, “ ujar Beni.

Beni menegaskan dengan berbagai kendala dan keku-rangan yang ada KPBC Bojonegoro tetap bertekad memberi-kan pelayanan yang terbaik bagi stakeholder sebagai tradefacilitator. KPBC Bojonegoro juga selalu berusaha mencapaitarget yang ditentukan oleh Ditjen Bea dan Cukai. Selain ituKPBC Bojonegoro berusaha untuk menerapkan pola GoodGorvenance dimana ada transparasi, profesionalisme,aksesibilitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Ketika ditanya mengenai harapan ke depan, yang utamaBeni mengatakan, tidaklah berlebihan jika kedepan KPBCBojonegoro ditingkatkan statusnya karena dimasamendatang Tuban dapat menjadi lokasi pergudangan danrelokasi perusahaan yang terkena dampak Lumpur Lapindo

Selain itu seiring perkembangan perkonomian diBojonegoro dan sekitarnya yang menunjukkan trend naik danmendapat perhatian dari Bupati terhadap eksistensi pabrikrokok yang bersifat home industry serta kesadaranmasyarakat akan pentingnya perijinan untuk menjadipengusaha hasil tembakau.

INDUSTRI ROKOK JENIS KLOBOT (home industry) yang berada di wilayah pelayanan dan pengawasanKPBC Bojonegoro

FOTO : BAMBANG WICAKSONO

bambang wicaksono

Page 37: Warta Bea Cukai Edisi 389

36 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

os Pengawasan Lintas Batas (PPLB) Skow merupa-kan tempat pengawasan para pelintas batas diperbatasan negara Republik Indonesia dengannegara Papua New Guinea (PNG). Lokasi PPLBSkow berkisar lebih kurang 55 km ke arah timur kota

Jayapura dengan dibatasi dua kabupaten yaitu KabupatenJayapura dan Kabupaten Keerom. Pos Pengawasan LintasBatas ini merupakan pintu pengawasan antara pendudukIndonesia dan Papua New Guinea (PNG) yang biasa bertran-saksi kebutuhan sehari-hari. Kami mencoba melakukan per-jalanan ke PPLB Skow untuk mengetahui keberadaan sertasituasi dan kondisi di sana.

Perjalanan kami menuju PPLB Skow dari Kota Jayapuraditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Akses menuju keSkow ditempuh dengan kendaraan roda empat berupa mobilPanther khusus yang disediakan untuk petugas Bea dan Cukaiyang bertugas di PPLB Skow-Wutung. Perjalanan ditempuhmelalui jalan darat berupa aspal yang sudah sangat memadai.

Berangkat dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A4Jayapura yang beralamatkan di Jalan Koti No. 13 Jayapura,perjalanan dimulai menuju Abepantai kemudian terus menujuDistrik Muara Tami yang merupakan daerah transmigran.Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alamyang luar biasa dan kita juga bisa merasakan manisnyajagung Koya yang di jual di sepanjang jalan Koya menujuPPLB Skow-Wutung. Perjalanan dari Jayapura menujuAbepantai, kita bisa menikmati pemandangan berupa pesisirpantai dengan paparan bukit dan gugusan pulau-pulau kecildisekitarnya dan tidak jarang terlihat binatang-binatang liar dibukit seperti monyet dan burung-burung.

Selanjutnya setelah melewati daerah Abepantai kita akanmelihat daerah transmigrasi di sekitar daerah Koya Timur danmemasuki daerah Muara Tami. Kemudian perjalanan dilanjutkandengan pemandangan berupa hutan rimba yang masih perawandan pemandangan ini terus berlanjut dan hanya diselingi satusungai besar dengan jembatan yang kokoh sampai dengantujuan di PPLB Skow yang dijaga oleh satu peleton tentara dariKodam IV Diponegoro, dan tidak ketinggalan buaya-buayasungai yang sedang berjemur di pinggiran Kali Tami.

Pada mulanya terbesit rasa ragu dan sedikit khawatir saatpertama kali melakukan perjalanan menuju PPLB Skow

mengingat adanya rumor yang beredar bahwa gerakan sepa-ratis kerap melancarkan aksi operasi mereka disepanjangjalur perjalanan menuju PPLB Skow. Namun berkat lancarnyakomunikasi dan koordinasi antara pihak Bea dan Cukaidengan aparat keamanan setempat, maka sedikit mengikiskekhawatiran tersebut. Dalam perjalanan menuju PPLB Skowkita akan menemui beberapa pos penjagaan TNI yang siapsiaga dalam waktu 24 jam.

Setelah sampai di PPLB Skow, kita bisa melihat kegiatantransaksi di pasar antara warga Wutung-Vanimo denganwarga Skow di wilayah perbatasan RI. Vanimo merupakansalah satu ibukota propinsi di PNG yang letaknya berdekatandengan wilayah RI. Namun berdasarkan informasi dari wargasetempat, aktivitas perdagangan di Vanimo kalah ramaidengan Jayapura, bahkan masih lebih ramai Abepura yangmerupakan kota pendidikan di Papua.

Barang dagangan yang diperjualbelikan di pasar PPLBSkow lumayan beragam. Mulai dari buah pinang, baju, beras,keperluan rumah tangga sampai dengan peralatan elektronikberupa televisi berwarna, radio, tape dan lain sebagainya.Pada saat cuaca baik dan ramai tidak kurang dari 200 orangwarga negara PNG masuk wilayah Indonesia untuk belanja diMarketing Point di wilayah PPLB Skow.

BEA CUKAISesaat setelah beristirahat sebentar, kemudian kami

melanjutkan tinjauan dengan melihat lingkungan di sekitarPPLB Skow yang merupakan salah satu pintu perbatasanIndonesia yang terletak di ujung paling timur nusantara ini.Wilayah perkantoran di PPLB Skow telah direnovasi olehBPKD (Badan Perbatasan dan Kerjasama Daerah) PropinsiPapua untuk menjadi berstandar internasional.

PPLB Skow memiliki beberapa fasilitas seperti X-RayScan seperti yang dimiliki bandara udara internasional.Selain itu nampak kokoh berdiri menara pengawasanRepublik Indonesia. Dalam kompleks perkantoran dinas yangdikelola oleh BPKD Propinsi Papua, Bea dan Cukai tidaksendirian dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat instansiImigrasi, Karantina, Kepolisian (Polsek Muara Tami) bahkandari asuransi.

Memang saat ini PPLB Skow mendapat perhatian daripemerintah pusat maupun daerah mengingat statusnyasebagai pintu gerbang wilayah RI di ujung paling timurnusantara. Selain itu PPLB Skow-Wutung juga dipandangsebagai wilayah perbatasan yang cukup penting bagi

PPLBSkow-WutungPerbatasan Indonesia dan PNG

Pintu gerbang Indonesia di ujung palingtimur Nusantara

P

DAERAH KE DAERAH

Page 38: Warta Bea Cukai Edisi 389

37WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

kegiatan perekonomian antara negara Republik Indonesiadan Papua New Guiena.

Perlu diketahui pula bahwa PPLB Skow saat ini jugamenanti peresmian oleh Presiden RI Susilo BambangYudhoyono. Namun rencana ini sempat tertunda disebabkanoleh beberapa hal diantaranya belum siapnya pihak instansiperbatasan Papua New Guiena (PNG).

Pada bulan Desember 2006 yang lalu Kepala Kanwil XIIBea dan Cukai Ambon (sekarang Kanwil XVII), C.F. Sidjabatdidampingi Kepala KPBC Tipe A4 Jayapura Sudardjo,berkesempatan melakukan kunjungan kerja di PPLB Skowuntuk melihat situasi dan kondisi aparat Bea dan Cukai yangbertugas di Pos Pengawasan Lintas Batas.

Setelah puas melihat-lihat lingkungan perkantoran diperbatasan yang termasuk wilayah Indonesia, selanjutnyaperjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar lebihkurang 200 meter menuju wilayah Papua New Guinea.Selanjutnya tanpa kami sadari kami sudah menginjakkan kakidi negara lain, yaitu negara Papua New Guinea (PNG),

tepatnya di desa Wutung. Kami disambut dengan senyumpara pelintas batas dari desa Wutung dan Vanimo, bahkantidak hanya itu, kami juga disapa dengan salam dalambahasa Indonesia.

Memang sebagian dari warga desa Wutung-PNG dapatmengatakan beberapa kata salam dalam bahasa Indonesiadan harga barang dalam rupiah. Hal ini mengingat interaksiyang terjadi antara warga Skow-RI dan Wutung-PNG terbataspada transaksi barang keperluan sehari-hari, dan selebihnyamereka pakai bahasa “tarzan”.

Demikian pula dengan aparat pemerintah PNG yangbertugas di perbatasan. Kami sempat berjabat tangan dan“say hello”, dan pada mulanya kami mengira mereka terampilberbahasa Inggris, namun ternyata hanya itu saja yangmereka bisa, selebihnya kami berkomunikasi pakai bahasaInggris sekenanya. Memang salah satu kendala antara aparatBea dan Cukai Indonesia dengan aparat Bea dan Cukai PNGadalah bahasa. Bahasa nasional PNG adalah Fiji Melanesia(campuran bahasa Inggris dengan bahasa ibu PNG).

MENARA PENGAWAS RI di PPLB SKOW-WUTUNG PINTU GERBANG batas wilayah Republik Indonesia.

POS Pengawas Lintas Batas PNG. POS Pengawas Lintas Batas Skow-RI.

DOK. PENULIS DOK. PENULIS

DOK. PENULIS DOK. PENULIS

Page 39: Warta Bea Cukai Edisi 389

38 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Kemudian kami dipersilahkan untuk melihat-lihatlingkungan sekitar perkantoran PNG. Selanjutnya nampakdari kejauhan sebuah desa yang tertata rapi dengan rumah-rumah tradisional di pinggiran pantai Samudera Pasifikberikut hamparan pasir putih yang indah. Desa tersebutadalah desa Wutung yang berjarak tidak jauh dari pos lintasbatas RI-PNG. Setiap harinya warga sekitar desa Wutungmemasuki wilayah Republik Indonesia sebagai pelintasbatas dengan melakukan barter atau membeli kebutuhansehari-hari seperti beras, mi instan, sabun, pakaian dan lainsebagainya. Mereka kebanyakan membawa pinang untukdijual di Indonesia. Selain itu PNG dikenal sebagai negarapenghasil vanilli dan mereka cukup banyak melakukantransaksi dengan Indonesia melalui pengawasan KantorPelayanan Bea dan Cukai Tipe A Jayapura.

Apabila dilihat dari datayang tersedia pada aktivi-tas perdagangan antarawarga Skow-RI danWutung-PNG, Indonesiamengalami surplus perda-gangan mengingat nilaidan volume perdaganganIndonesia keluar PNGlebih besar daripada PNGke Indonesia. Berdasarkaninformasi yang ada tidakkurang dari Rp. 50 jutaatau sekitar 16.667 Kina(PNG) perputaran uang diMarketing Point Skowsetiap harinya. Selain itutransaksi ekonomi diperbatasan RI-PNG terusmeningkat dari tahun ketahun. Dengan demikiankeberadaan MarketingPoint yang berada di areaPPLB Skow sangat vitalkeberadaannya untukmendukung kegiatanekonomi ini. Begitu puladengan keberadaan aparatBea dan Cukai di PosBatas sangat diperlukanmengingat adanya arus

barang yang keluar dan masuk daerah pabean Indonesia.Tanpa terasa hari sudah sore, maka kami memutuskan

untuk segera kembali ke Jayapura mengingat perjalananyang akan kami tempuh melewati daerah hutan belantara.Dalam perjalanan pulang ke kota Jayapura kami tidaklupa untuk menyempatkan membeli beberapa souvenirdari pedagang kaki lima di wilayah Wutung-PNG.

Perjalanan di PPLB Skow-Wutung menjadi pengalamanyang tidak terlupakan dengan keramahan penduduksetempat dan pemandangan alam yang sangat memukau.Memang belum lengkap rasanya apabila kita memilikikesempatan mengunjungi kota Jayapura tanpa datang kePos Pengawasan Lintas Batas (PPLB) Skow-Wutung.Selamat Tinggal PPLB Skow-Wutung.

Eko Adi Kuncoro, Korlak Administrasi Impor KPBC Tipe A Jayapura

SAAT BERTUGAS di Pos Pengawasan Lintas Batas Skow-Wutung. Dari kiri kekanan : Penulis, M. Affar, Arif S, Iwan Y, Syors Kespo, Renald Sahara.

PEDAGANG kaki lima di wilayahWutung-PNG.

KUNJUNGAN KERJA Kepala Kantor Wilayah Ambon, CF. Sidjabat di PPLB Skow-Wutung.

DAERAH KE DAERAH

DOK. PENULIS DOK. PENULIS

DOK. PENULIS

Page 40: Warta Bea Cukai Edisi 389

39WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

enin 17 Juli 2006, sehari setelah International Kite Festi-val yang diikuti oleh lebih dari seratus peserta dari ber-bagai belahan dunia, langit Pangandaran tampak jinggamerona, diiringi suara adzan ashar yang terdengarbersahutan puluhan nelayan tampak bergegas pulang,

sementara sebagian lainnya masih menarik jaring mengais tang-kapan ikan hari itu.

Ditengah kebiasaan masyarakat nelayan tadi, tiba-tiba air lautsurut beberapa meter, dan dalam hitungan detik air laut yangsurut tadi berbalik dengan cepat, disertai gelombang yang sangattinggi. Dibeberapa titik, ketinggiannya mencapai 14 meter, danmencapai daratan hampir sejauh 2 km.

Warga hanya dapat melihat terpana, sekejap baru disadaribahwa hal tadi merupakan tanda bahaya yang luar biasa. Semuaberlarian, berteriak dalam cemas yang tak terkirakan. Dan tidaklebih dari dua puluh menit gelombang tsunami ini meluluhlantak-kan kota Pangandaran dan sekitarnya.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengatakan gelom-bang tersebut berawal dari gempa berkekuatan 6,8 skala richteryang disertai 2 kali gempa susulan dengan kekuatan 5,5 dan 6,1pada skala richter. Besarnya gempa bahkan terasa sampai Jakar-ta dan Surabaya.

Tidak pelak korban pun berjatuhan. Malam yang biasanya indahdi Pangandaran berubah jadi lautan puing dan mayat. Hiruk pikukambulans bersahutan dengan tangis kedukaan. Anak-anak menjadiyatim. Para istri menjadi janda. Dan ratusan keluarga tercerai berai.

Evakuasi pun segera dilakukan oleh semua elemenmasyarakat dan pemerintah. Tsunami ini terjadi disepanjangpesisir pantai selatan Pulau Jawa mulai dari Pameungpeuk, Garutsampai dengan Pantai Ayah di Cilacap dan Kebumen. Bencanaini menelan korban lebih dari 600 orang meninggal, 300 orangdinyatakan hilang dan 75.000 orang luka-luka.

Presiden SBY menyempatkan diri untuk menengok parakorban di Pangandaran dan mengajak semua elemen bangsauntuk menggalang bantuan sebagai bentuk keprihatinan. Danseperti yang sudah-sudah sebelum himbauan ini pun, wargamasyarakat secara sepontan mengalirkan bantuan terbaiknyauntuk para korban. Ratusan truk setiap hari hilir mudikmenyalurkan bantuan, untuk meringankan beban para korban.

DJBC PEDULISebagai salah satu elemen warga dan pemerintah, Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) segera menghimpun dana untukdisalurkan ke Pangandaran. Melalui Pos Peduli Umat (P2U) yangmerupakan suatu lembaga penanggulangan bencana alam yangberada di DJBC dan pengelolaannya berada di bawah lembagaZakat Infak dan Sadaqah (ZIS) Mesjid Baiturahman KP-DJBC,segera melakukan insitiaf penggalangan dana melaluipenyebaran kupon kepada para pegawai di Kantor Pusat DJBC.

Menurut salah satu relawan P2U Wawan Hermawan yangbertugas di Dit IKC, dari penyebaran kupon tersebut terkumpulsejumlah dana. Masih menurutnya sebelum penyaluran bantuandilaksanakan P2U melakukan survei sebanyak dua kali yangbertujuan untuk mengidentifikasi keadaan para korban dan jugakebutuhan mereka.

Pada survei pertama di bulan September 2006, didapati faktayang luar biasa. Korban sudah tidak lagi membutuhkan bantuansembako. Hal ini lanjut Wawan dikarenakan banyaknya bantuanyang kebanyakan berupa sembako mengalir. Setelah timmelakukan koordinasi dengan relawan setempat, akhirnyadiputuskan bahwa DJBC melalui P2U memberikan bantuanberupa sarana kerja bagi para korban.

Pada survei kedua atau tepatnya tiga bulan setelah surveypertama, P2U yang berkoordinasi dengan relawanpendampingan korban tsunami, menyepakati akan memberikanbantuan berupa dua buah perahu lengkap dengan mesin gantardengan kekuatan 7 PK, sepuluh unit jaring lengkap, dan satubuah traktor sawah untuk petani, serta bahan bangunan untukperbaikan sarana ibadah. Penyerahan bantuan dilakukan padatanggal 3 Desember 2006 dimana Tim P2U yang terdiri dari enamorang mewakili DJBC melakukan penyerahan bantuan.Sebelumnya P2U bersama dengan tim pendamping melakukanpendataan agar bantuan tepat guna dan tepat sasaran

Pada penyerahan bantuan lanjut Wawan dihadiri oleh elemenmasyarakat dari PPNSI ( Perhimpunan Petani Nelayan SejahteraIndonesia ), tim Pendampingan, juga elemen masyarakat lainnya.Usai penyerahan bantuan tim lanjutnya berkesempatanberkeliling untuk melihat kondisi pengungsi. Ternyata meski telahlebih dari 5 bulan, masih banyak korban yang tinggaldipengungsian, ditenda-tenda, dan dirumah-rumah tenda.

Warga lanjut Wawan berharap agar pemerintah dan pararelawan tidak melupakan mereka. Meski telah lama musibah ituterjadi, namun sejatinya masa-masa tersulit bagi mereka untukmemulai hidup baru adalah ketika bencana tersebut usai.

ZAP/Wawan Hermawan - Dit. IKC

Setelah tsunami mendera Pangandaran,DJBC sebagai salah satu institusi pemerintah

mencoba meringankan beban masyarakatdengan menyalurkan bantuan

S

DJBC Peduli PangandaranPENYERAHAN BANTUAN. Penyerahan bantuan diserahkan kepadaperwakilan warga Pangandaran

PERAHU. Tim P2U bersama tim pendampingan mencoba perahu hasilbantuan di Laut Pangandaran

FOTO : WAWAN HERMAWAN FOTO : WAWAN HERMAWAN

PERISTIWA

Page 41: Warta Bea Cukai Edisi 389

40 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

JAKARTA. Di Aula Grahasawala Depkeu, Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 9 Maret 2007 melantik 16 pejabat eselon II dilingkungan Depkeu yakni 3 pejabat dariDirektorat Jenderal Pajak dan 13 pejabat dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pelantikan didasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI. Nomor 1046/KMK.01/UP.11/2006 yo Nomor 67/KMK.01/UP.11/2007 dan yo Nomor 70/KMK.01/UP.11/2007, dihadiri para pejabat dilingkungan Depkeu beserta ibu, dan ditandaipenandatangan naskah jabatan disaksikan dua saksi yakni Sekretaris Depkeu Mulia Panusunan Nasution dan Kepala Inspektorat Jenderal Depkeu Permana Agung.

JAKARTA. Bapors Tenis Departemen Keuangan menyelenggarakan pelatihan tenis (Coaching Clinic) pada 11 Maret 2007 di Lapangan Tenis Bea danCukai Bojana Tirta Rawamangun. Pelatihan tenis diikuti kurang lebih 51 orang dilingkungan Departemen Keuangan, diawali dengan kata sambutan ketuapanitia dari Bea dan Cukai yakni Irwan Djuhais, dan selanjutnya dibuka oleh Pembina Club Tenis Depkeu, Permana Agung dengan menghadirkan pelatihnasional yang memandu acara pelatihan yakni Dedy Prasetyo. Kiriman Panitia Bapors Tenis DJBC

BALIKPAPAN. Sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan jasapegawai yang telah memasuki masa purna tugas, pada tanggal 8 Februari2007 Kanwil XV DJBC Kalimantan Bagian Timur mengadakan pelepasanmasa purna tugas untuk pegawai pelaksana administrasi, Paulina YunusTaruk. Bertempat di Aula Kanwil XV DJBC Kalimantan Bagian Timur, Paulinayang memasuki purna tugas per tanggal 23 Januari 2007 ini menerimasejumlah cinderamata dari para pejabat dan pegawai Kanwil XV DJBCKalimantan Bagian Timur. Seperti tampak dalam foto, Kasi Audit, M. HeruSubagyo, memberikan cinderamata kepada Paulina. Don’s, Balikpapan

BALIKPAPAN. Tanggal 8 Februari 2007, bertempat di Aula Kanwil XVDJBC Kalimantan Bagian Timur, Dharma Wanita Persatuan (DWP) KanwilXV DJBC Kalimantan Bagian Timur mengadakan acara pisah sambut untukpara anggotanya yang mengikuti pindah tugas para suaminya. Tampakdalam gambar, Ketua DWP Kanwil XV DJBC Kalimantan Bagian Timur, Ny.Ismartono tengah memberikan cindera mata. Don’s, Balikpapan

WBC/ATS

FOTO : KIRIMAN

FOTO : DONNY ERIYANTO FOTO : DONNY ERIYANTO

SEPUTAR BEACUKAI

Page 42: Warta Bea Cukai Edisi 389

41WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

JAKARTA. Kanwil IV DJBC Jakarta (sekarang Kanwil VII DJBC Jakarta I)menyelenggarakan Sosialisasi Nilai Pabean di gedung induk KPBC TanjungPriok pada 6 Januari 2007. Sosialisasi yang dibuka oleh Kakanwil DJBCJakarta Heru Santoso dan dihadiri oleh Direktur Teknis Kepabeanan TeguhIndrayana, ditujukan kepada pejabat Fungsional Pemeriksa Barang, pejabateselon IV dan para pegawai. Dua pembicara dari Kantor Pusat yakniKasubdit Nilai Pabean Dit Teknis Kepabeanan Iswan Ramdana (sekarangKepala Kanwil VI DJBC Banten) dan Kepala Seksi Nilai Pabean I Dit.Teknis Kepabeanan Kusuma Santi.

BALIKPAPAN. “Inna Lillahi Wa Inna Lillahi Rojiun” pada 7 Februari 2007,keluarga besar KPBC tipe A3 Balikpapan tengah diliputi suasana duka dengantelah berpulang ke Rahmatullah, alm. Suneth Tahir (Korlak TU/RT). Almarhumyang tahun ini akan memasuki masa pensiun dimakamkan pada tanggal 8Februari 2007 dengan diantar oleh para pegawai KPBC Balikpapan. Tampakdalam gambar, beberapa pegawai menggotong jenazah di rumah duka dalamprosesi menuju pemakaman. Selamat jalan, Kawan… Don’s, Balikpapan

JAKARTA. Sosialisasi Nilai Pabean yangdiselenggarakan di Auditorium KP-DJBC pada5 Januari 2007 dibuka oleh Direktur TeknisKepabeanan Teguh Indrayana. Tampil sebagaipembicara dalam sosialisasi satu hari iniKepala Kanwil VI DJBC Banten IswanRamdana (sebelumnya menjabat sebagaiKasubdit Nilai Pabean Dit Teknis Kepabeanan)yang memaparkan tentang Nilai pabean sertaKepala Seksi Nilai Pabean I Dit. TeknisKepabeanan Kusuma Santi yang memaparkantentang B.C.F. 2.7. Sosialisasi diikuti olehseluruh pegawai KP-DJBC, selain itu jugahadir Direktur PPKC Wahyu Purnomo danbeberapa pejabat eselon III dan IV lainnya.

BALIKPAPAN. Bertempat diAula Kanwil X DJBCBalikpapan (sekarang KanwilXV DJBC Kalimantan BagianTimur), pada tanggal 17Pebruari 2007 diadakan acarapisah sambut pejabat Eselon IIIdan IV di lingkungan Kanwil XBalikpapan. Acara yang dihadirioleh Kakanwil X Balikpapan,Ismartono dan para pejabateselon II dan IV serta pegawaidi lingkungan Kanwil XBalikpapan ini diisi denganpemberian cindera matakepada para pejabat yangpindah tugas. Tampak dalamgambar, Kakanwil tengahmemberikan cindera mata dandilanjutkan dengan fotobersama. Don’s, Balikpapan

FOTO : DONNY ERIYANTO

WBC/ATS

WBC/ATS FOTO : DONNY ERIYANTO

Page 43: Warta Bea Cukai Edisi 389

42 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

SEMARANG. Dihadiri oleh pegawai dan masyarakat usaha dilingkungan Kanwil VI DJBC Semarang (sekarang Kanwil X DJBC Jawa Tengah), diselenggarakanSosialisasi UU No. 17 Tahun 2006 Kanwil VI DJBC Semarang tanggal 30 Januari – 1 Pebruari 2007 yang dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah VI DJBC Semarang,Zeth A. Likumahwa, dengan menampilkan pembicara dari Kantor Pusat dihari pertama dipaparkan oleh Kasubdit Penyuluhan Dit. PPKC Muhammad Zein, danKepala KPBC Tipe A4 Bontang, Lupi Hartono. Sementara pada hari kedua dan ketiga dipaparkan oleh Kasi Impor Kanwil VI DJBC Semarang, Hendy Norman (nomor1 dari kanan) dan Kasi P2 KPBC Tanjung Emas, Ambang Priyonggo (nomor 1 dari kiri). Sosialisasi yang diselenggarakan selama tiga hari ini ditutup oleh KabidKepabeanan dan Cukai Kanwil VI DJBC Semarang Iwan Riswanto (nomor 2 dari kiri) selaku Ketua Panitia. Kiriman Kanwil VI DJBC Semarang

JAKARTA. Pada 1 Maret 2007 bertempat di BPIB Tipe A Jakarta diselenggarakan acara pelepasan J.B. Bambang Widyastata dalam memasuki masaPurna Bakti dan Muhammad Sutartib ke unit kerja yang baru. Acara berlangsung meriah serta dihadiri para undangan dan kerabat terdekat. Tampak padagambar, J.B. Bambang Widyastata dan Nyonya tengah bernyanyi sesuai dengan hobinya. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan foto bersama denganseluruh pegawai BPIB Tipe A Jakarta. Kiriman BPIB Tipe A Jakarta

BONTANG. Pada tanggal 21 Januari 2007bertempat di Bale Mahoni PT. Badak NGL Bontang,KPBC Bontang mengadakan “family Gathering”dalam rangka lebih meningkatkan hubungan antarkeluarga pegawai. Tampak pada gambar KepalaKPBC Bontang, Yusmariza didampingi IbuYusmariza berada di tengah-tengah keluargapegawai (berdiri tengah). Kiriman KPBC Bontang

FOTO : KIRIMAN

FOTO : KIRIMAN

FOTO : KIRIMAN

SEPUTAR BEACUKAI

Page 44: Warta Bea Cukai Edisi 389

43WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

BONTANG. Padatanggal 28 Pebruari 2007bertempat di RestoranRega PT. Badak NGLBontang, diadakan AcaraPerpisahan KepalaKantor Pelayanan Beadan Cukai Bontang Ir.Yusmariza, MA. Tampakpada gambar Yusmarizadidampingi IbuYusmariza berada ditengah-tengah keluargapegawai (berdiri tengah).“Selamat Jalan Bapak Ir.Yusmariza, MA. SemogaSukses di Tempat Tugasyang Baru”. KirimanKPBC Bontang

SEMARANG. Sosialisasi Peraturan DJBC Nomor : P-1/BC/2007dilaksanakan pada 19 Pebruari 2007 dan dibuka oleh KepalaKanwil VI DJBC Semarang (sekarang Kanwil X DJBC JawaTengah), Zeth A. Likumahwa, dihadiri para pejabat dan pegawaidilingkungan Kanwil VI DJBC Semarang. Sosialisasi inimenampilkan pembicara dari KP-DJBC yakni Direktur TeknisKepabeanan Teguh Indrayana, Kakanwil VI DJBC Banten dan KasiNilai Pabean I Dit. Teknis Kepabeanan KP-DJBC, Kusuma Santi.Kiriman Kanwil VI DJBC Semarang

FOTO : KIRIMAN

FOTO : KIRIMAN

Page 45: Warta Bea Cukai Edisi 389

44 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

TOUPIK KUROHMAN, SE.Alasan klasik yang banyak dipakai oleh pegawai yang memutuskan kuliah di Prodip

STAN adalah lantaran tidak perlu mengeluarkan biaya kuliah dan langsung bisa bekerja.Alasan tersebut juga diamini oleh Toupik karena pada saat lulus SMA, ia yang padawaktu itu juga diterima UMPTN dan IAIN, memutuskan untuk memilih Prodip STAN. Iamengaku mendapatkan dukungan dari guru-gurunya untuk melanjutkan kuliah di ProdipSTAN, selain ia bisa meringankan beban orangtuanya.

Toupik merupakan lulusan STAN Prodip 3 Akuntasi. Toupik mulai ditempatkan diBea dan Cukai pada tahun 2002 pada bagian Verifikasi Audit Kantor Pusat DJBC selamaempat tahun. Setelah itu ia dimutasi ke Kanwil Palembang hingga sekarang.

Toupik yang punya hobi menulis, berhasil meraih juara III lomba karya tulisBahasa Indonesia dalam rangka Hari Pabean Sedunia ke-55 tahun 2007. Iamengaku merasa senang karena karya tulisnya mampu meraih juara, sebab inimerupakan pertama kalinya ia mengikuti lomba. Terlebih lagi , hadiah yangdiperoleh langsung diserahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani usai upacaramemperingati Hari Pabean Sedunia.

“Sebenarnya, saya memang sudah niat untuk mengikuti lomba karya tulis HariPabean Sedunia. Namun pada saat lomba tersebut diumumkan, saya tidak membacanyasecara detail karena berbarengan dengan mengurus kepindahan saya ke Jakarta dalamrangka tugas belajar,” ungkapnya.

Ia pun mencoba membuka data-data dan bahan-bahan tulisan terdahulu tentangBea dan Cukai yang telah ditulis secara umum. Dua hari menjelang hari H pengumpulankarya tulis, ia memperoleh informasi bahwa lomba yang diadakan bertemakanpembajakan. Alhasil, dengan sisa waktu itu Toupik mencoba secara maksimalmengumpulkan data. Setelah berusaha keras, ia pun berhasil menyelesaikan karyatulisnya, dibantu dengan sang adik yang bertugas mengedit karya tulisnya.

Menurut Toupik, hobi menulis yang dimilikinya timbul secara alami. Ia selalumenuangkan ide-ide yang ada atau gagasan-gagasan yang timbul dari dirinya kedalamsecarik kertas. “Pernah pada saat saya sedang jalan-jalan, tiba-tiba dibenak saya timbulide, karena saya terbiasa langsung menuangkannya kedalam tulisan maka ide tersebutsaya tulis dalam kertas kardus yang ditemui dijalan,” katanya.

Dari situ ia mulai berpikir bahwa mungkin ide-ide atau gagasan-gagasannya ini bisa

ANDAR MANALU SH., MM.Bertugas dimanapun dan seberat apapun, tidak masalah bagi pegawai yang

satu ini. “Asalkan kita sungguh-sungguh dengan niat yang baik menerima tugas itumaka seberat apapun tugas tersebut, selalu ada jalan yang paling baik agar dapatmenyelesaikannya,” ujar Andar.

Pegawai kelahiran Tapanuli Utara tahun 1952 ini sudah 30 tahun berkarir diBea dan Cukai. Ia mengawali karirnya di KPBC Teluk Nibung tahun 1977. Setelahitu, sejak 1980 ia bertugas di Kanwil I Medan selama 21 tahun. Kemudian pindah keKPBC Medan selama satu tahun enam bulan. Hingga sekarang (sejak 2001) iaditempatkan di KPBC Merak.

Andar mengaku sebagai pegawai bea cukai, tugas-tugas yang dipikulnya sangatberat, apalagi saat ia ditempatkan di bagian P2 dimana ia harus siap bekerja siang danmalam. Namun demikian Andar tidak mengeluh dan tidak merasa bosan dalammenjalankan tugasnya. Ia menjalankan tugas-tugasnya tersebut dengan gembira.

Andar yang punya motivasi mencari pengalaman dan mengabdi kepada negaraini, memiliki pengalaman menarik saat baru dimutasi ke KPBC Merak, Banten. Saatitu ia belum mengetahui situasi daerah tempat ia bertugas. Pada suatu sore, iamendapat tugas memeriksa kontainer berisi barang-barang yang mendapat fasilitasekspor. Karena ia merupakan pegawai yang baru dimutasi ke KPBC Merak, ia tidaktahu lokasi barang ekspor tersebut.

Akhirnya, pada pukul 17.00 WIB, Andar dijemput oleh pihak perusahaanpemilik barang ekspor tersebut menuju lokasi barang. Setibanya di lokasi, Andarmelakukan pemeriksaan terhadap 50 kontainer dan selesai pada pukul 19.00 WIB.“Karena sudah malam dan sudah tidak ada kendaraan yang lalu lalang, sayameminta pihak perusahaan untuk mengantarkan saya pulang,” imbuh Andar.

Namun, pihak perusahaan tidak bisa menyanggupi permintaannya lantarankendaraan operasional milik perusahaan tidak ada satupun yang berada di lokasiperusahaan alias sudah pulang semua. Alhasil, Andar terpaksa harus pulang jalan kakisambil kebingungan karena tidak tahu ke arah mana ia harus melangkah pulang (lokasiperusahaan tersebut berada ditengah-tengah kawasan industri-red).

Ditengah kebingungan tersebut, tiba-tiba dari kejauhan Andar melihat sepeda motor

M. SOLAFUDIN,SE, MM.Pegawai yang satu ini adalah sosok yang murah senyum dan ramah ketika

ditemui di ruang kerjanya saat WBC berkunjung ke KPBC Kalianget.Pengabdiannya di DJBC telah mencapai 13 tahun, sekarang ia menjabat sebagaiKoordinator Pelaksana KPBC Tipe C Kalianget dan berpangkat penata muda Tk I.Solafudin mulai meniti karir di Bea Cukai sejak tahun 1993 .Menjadi pegawainegeri sipil bukan merupakan cita-citanya, sejak kecil sebenarnya ia ingin menjadiinsinyur kimia. “Cita-cita saya waktu SMA menjadi insinyur kimia dan kebetulanketika saya lulus SMA saya diterima di ITS jurusan Teknik Kimia dan Prodip IIIspesialisasi Bea dan Cukai, tetapi karena diminta orang tua untuk masuk Bea danCukai karena masa depan sudah jelas akhirnya saya menurutinya,” kata ayah duaputra ini.

Penempatan pertama dilalui di P2 KP-DJBC hingga pada 1994, kemudian iadipindahtugaskan ke KINSP Panjang Bandar Lampung sampai tahun 1996.Setelah itu menjadi auditor di KP-DJBC dan pada 1997 sampai 2006 menjadiauditor di Kanwil VII DJBC Surabaya.Terakhir ia dipromosikan menjadi Korlak P2 diKPBC Kalianget.

Selain kenyang dengan pengalaman tugas yang berpindah-pindah, ia jugamengenyam berbagai pendidikan dan latihan di lingkungan kerja antara lain :PPNS pada 1994, PKN pada 1995, Asisten Akuntan tahun 1996, EDP pada 1998,UPKP V pada 2002, UPKP VI pada 2006.

Selanjutnya Solafudin tidak pernah menyia-nyiakan waktu untuk menimba ilmubidang Ekonomi di Universitas Surabaya dan berhasil meraih gelar sarjana hukumpada tahun 2001. Tidak puas dengan hanya memiliki gelar S1-nya, Solafudin

SIAPA MENGAPA

44 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Page 46: Warta Bea Cukai Edisi 389

45WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

melaju ke arahnya. Saat sepeda motor tersebut mendekat, Andarmencoba menghadang agar kendaraan tersebut berhenti. Sipengendara motor terlihat ketakutan. “Orang itu mengira saya inikalau bukan polisi ya perampok,” kata Andar.

Tetapi untunglah di kegelapan malam si pengendara motormau menghentikan kendaraannya dan bersedia mengantarkan-nya sampai ke jalan besar sehingga Andar mudah memperolehangkutan umum untuk pulang.

Selama berkarir di Bea dan Cukai, Andar mampu meraihbanyak hal. Andar telah mengikuti berbagai diklat seperti diklatDPT I, DPT II dan Komputer. Kemudian, pada 1988 ia melanjut-kan kuliahnya di Medan. Tahun 1990 ia berhasil memperolehgelar Sarjana Hukum dari Universitas UMA. Setelah lulus, Andardiangkat menjadi dosen di kampusnya tersebut untuk mengajarkelas malam dengan pangkat III/a oleh Menteri PendidikanNasional dan dilakoninya hingga 2001. Pada 2006, saat bertugasdi KPBC Merak, ia berhasil memperoleh pasca sarjananya (S2).

Selain menjadi dosen selama 10 tahun, Andar jugadipercaya oleh DJBC untuk menjadi pengajar di Balai Diklat IMedan selama 13 tahun dan di Medan pula ia juga pernahmenjadi anggota tim penerimaan pegawai baru dari tamatanSMA, S1 dan S2 untuk Departemen Keuangan selama tujuhtahun serta mendapat penghargaan Satya Lencana Karya 20tahun dari Presiden RI.

Dengan waktu yang tersisa tinggal satu tahun lagi mengabdidi Bea dan Cukai, Andar berencana akan mengajar kembali diFakultas Hukum UMA, Medan. Ia juga berharap agar institusiBea dan Cukai kedepannya dapat memberikan kesempatanpada seluruh pegawainya untuk melanjutkan pendidikan yanglebih tinggi. Tujuannya agar wawasan para pegawai bertambahluas sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima.

memberikan kontribusi terhadap kantor tempat ia bekerja. Olehsebab itu, sewaktu bertugas di Kanwil Palembang, ia sempatmengajukan diri untuk menjadi koresponden WBC demimenyalurkan hobinya. Namun keinginannya tersebut tidak bisaterwujud lantaran ada kekhawatiran dapat mengganggu tugas-tugasnya di kantor. Walaupun tidak menjadi koresponden, iamerasa bersyukur karena tulisan yang kerap ia kirim ke WBCtelah dimuat.

Kedepannya, Toupik berharap agar DJBC go public,dalam artian lebih terbuka keluar. Salah satu caranya denganmembuat buku yang berisi bagaimana pengelolaan danbagaimana mengurus kepabeanan seperti yang dilakukanDirektorat Jenderal Pajak (DJP) dimana buku-buku terbitanDJP sudah banyak diproduksi, bahkan sudah menjadisebuah kurikulum di perguruan tinggi.

“Atau DJBC membuat buku tentang ekspor, kita buatbuku untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeridimana dalam hal ini DJBC banyak berperan didalamnya,”ujar Toupik yang menambahkan pada dasarnya banyakmateri buku yang dapat mengangkat citra DJBC.

Diakhir wawancara, pegawai kelahiran Cirebon tahun1981 ini berharap agar institusi yang ia cintai ini tetap eksisdan bisa menjalankan perannya, jangan sampai diambil aliholeh pihak lain. Menurutnya, tantangan bagi pegawai beacukai adalah bagaimana memberikan kontribusi secaramaksimal dan melakukan yang terbaik untuk DJBC.

Tak lupa ia juga berharap agar WBC sebagai satu-satunya media center pegawai bea cukai, bisa menjadisebuah media yang dekat dengan pegawai. Tak hanya itusaja, ia berharap agar pegawai merasa memiliki WBC, bukansekedar (mohon maaf) “terbebani” karena setiap bulan harusdipotong gajinya untuk mendapatkan WBC.

info buku

CATATAN:Ongkos kirim buku wilayah Jabotabek Rp. 25.000

Rp. 120.000

MAJALAH WARTA BEA CUKAIKantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan CukaiJl. A. Yani (By Pass) Jakarta Timur 13230Telp.Telp.Telp.Telp.Telp. (021) 47860504, 4890308 ex. 154Fax.Fax.Fax.Fax.Fax. (021) 4892353 / E-mail:E-mail:E-mail:E-mail:E-mail: wbc.cbn.net.iddengan Hasim / Kitty

MAJALAH WARTA BEA CUKAI MENYEDIAKANBUKU SEBAGAI BERIKUT:

BILA ANDA BERMINAT,

LANGGANAN MAJALAHWARTA BEA CUKAI

No Lama Diskon Harga Harga luarBerlangganan Jabotabek Jabotabek

1 3 Bulan (3 edisi) 0% Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 40 40 40 40 40.....555550000000000 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 43 43 43 43 43.....5555500000000002 6 Bulan (6 edisi) 5% Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 78 78 78 78 78.....000000000000000 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 84 84 84 84 84.....0000000000000003 1 Tahun (12 edisi) 10% Rp. 1Rp. 1Rp. 1Rp. 1Rp. 15050505050.000.000.000.000.000 Rp. 1Rp. 1Rp. 1Rp. 1Rp. 16262626262.000.000.000.000.000

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Sudah Termasuk Ongkos Kirim

BUNDEL WBC 2006Bundel Majalah Warta Bea Cukai Tahun 2005 (EdisiJanuari - Desember)

ats

melanjutkan pendidikan pascasarjana, meskipun memilikikesibukan di kantor. Gelar Magister Manajemen di Universi-tas Tujuh Belas Agustus Surabaya berhasil disandangnyapada tahun 2005.

Lebih lanjut di luar jam dinas (hari Sabtu) ia mengajarekspor impor di suatu lembaga pendidikan di Surabaya.Aktivitas lainnya ia juga sebagai sekretaris RT di lingkungantempat tinggal.

Selama masa bertugas, ia punya kisah menarik yaituketika patroli laut di KPBC Kalianget pada 2006. “ Waktu itusaya dan rekan-rekan menggunakan boat untuk patroli diperairan Madura, karena ombak yang kencang sedangkanboat yang kita kendarai kecil hampir saja terbalik. Itumengakibatkan saya mabuk laut berat, “kenang priakelahiran Rembang 12 Desember 1971.

Ketika ditanya mengenai prinsip hidup ia mengatakanbahwasanya hidup harus banyak bersyukur dan selalu beru-saha membahagiakan orang tua karena mereka merupakanpintu rezeki. Solafudin memiliki suatu harapan kepadainstitusi DJBC yang sangat ia cintai ini di masa yang akandatang.” Bea Cukai sebagai ujung tombak negara harus me-miliki pegawai yang selalu meningkatkan wawasan sehinggamampu sejajar dengan institusi kepabeanan internasional,”harap pria yang hobby bulutangkis ini. bambang w., sby

ats

Page 47: Warta Bea Cukai Edisi 389

46 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

enomena pembajakan di Indonesia sangat mempri-hatinkan. Indonesia seakan menjadi surga bagi parapembajak. Produk bajakan di Indonesia sangatmudah ditemui dimana-mana, mulai dari lapak-lapakkaki lima sampai mal-mal mewah. Produk yang

marak dibajak antara lain film, VCD, DVD, LD, atau hasil in-dustri musik, software, buku bahkan sudah merambah duniafarmasi. Beberapa waktu silam ditemukan selain obat-obatanpalsu, sekarang susu formula pun dipalsukan. Sungguhmenyedihkan fenomena ini.

Hasil studi yang dilakukan International Data Corporation(IDC) menunjukkan sepanjang tahun 2005, 87 persensoftware yang digunakan di Indonesia adalah hasil bajakan.Tingginya angka pembajakan yang tidak bergerak sejak 2004menempatkan Indonesia sebagai negara pembajakanterbesar ketiga di dunia setelah Vietnam dan Zimbawe.Potential lost (potensi kerugian) dari penjualan software dipasar Indonesia mencapai sekitar 1,8 miliar dollar AS dalamsetahun (Kompas Cyber Media 10/11).

Kantor Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat UnitedStates Trade Representative (USTR) menempatkan Indonesiamasuk ke dalam peringkat negara Watch List sedikit lebih baikdari Priority Watch List (PWL) sehingga dikhawatirkan dapatmenghambat perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat.

Asim El Sheikh, Abdullah Abdali Rashed, Bashar AlQudah, dan A. Graham Peace dalam artikel An ExploratoryStudy of Software Piracy in Jordan yang mengemukakanhasil penelitian pembajakan perangkat lunak di negara-negara berkembang dengan studi kasus Yordaniamengemukakan bahwa penyebab pembajakan di negaraberkembang lebih tinggi di banding negara maju adalahtingkat kesadaran hukum masyarakat rendah. Mereka tidakmenyadari bahwa meng-copy prangkat lunak adalahperbuatan ilegal/melawan hukum, namun mereka sebagianbesar percaya bahwa perbuatan tersebut tidak etis.

Penyebab lainnya adalah harga yang relatif terhadapperangkat lunak. Perangkat lunak dengan harga global akanterasa lebih mahal bagi negara sedang berkembangdibandingkan dengan negara sudah berkembang. Jika hargaterlalu jauh dari kemampuan konsumen untuk membeliperangkat lunak, maka pembajakan akan selalu terjadi.Idealnya para produsen menerapkan strategi harga yangdibagi kedalam kelas-kelas sebagai metode yang potensialuntuk mengurangi pembajakan pada negara sedangberkembang.

Apapun alasannya peredaran produk bajakan merupakantindakan pelanggaran hukum dan tidak etis. Pembajakantidak hanya menimbulkan kerugian material bagi pemeganghak cipta, pembajakan berarti tidak menghargai jerih payah,kretifitas dan karya seseorang. Ketika produk yang dibajakadalah hasil karya anak negeri, pembajakan akan membuatpotensi besar bangsa ini semakin terkubur dan selalutertinggal serta mengekor pada bangsa lain.

Orang-orang berpotensi di bangsa ini akan malasberkreatifitas dan berkarya, karena mereka tidak dihargai danpara pembajak lah yang menikmati jerih payah. Ketika produkyang dibajak adalah produk impor maka para eksportir akanlari, investor pun enggan menanamkan modalnya di negerikita dan citra bangsa ini di dunia internasional akantercoreng.

Pembajakan adalah masalah serius yang harusditanggani oleh pemerintah, LSM dan perusahaan swasta.Ketiga pihak ini merupakan pihak yang palingbertanggungjawab untuk meningkatkan kepedulianmasyarakat dari pelanggaran hak kekayaan intelektual yangilegal dan tidak etis.

PEMBAJAKAN VS CUKAIPenanggulangan pembajakan di Indonesia belum

menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Setidaknya upaya

JUARA IIILOMBA

KARYA TULISBAHASA

INDONESIADALAM RANGKA

HARI PABEANSEDUNIA

KE-55

KEPABEANAN INTERNASIONAL

LangkahStrategisDJBC

Dalam Memberantas PembajakanOleh: Toupik Kurohman, SE

F

Page 48: Warta Bea Cukai Edisi 389

47WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

pemerintah untuk melawan pembajakan terus dilakukan.Salah satunya adalah diberlakukannya Undang-undangNo. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada tanggal 29Juli 2003. Pada saat mulai diberlakukannya hampirseluruh pedangang CD, VCD dan DVD bajakan tidaktampak di pinggir-pinggir jalan, di tempat mereka biasamenggelar barang dagangannya.

Namun beberapa minggu kemudian, sedikit-demi sedikitpara pedagang tersebut mulai tampak menggelar kembalibarang dagangannya, dan hingga sampai saat ini merekadengan sangat leluasa dan terang-terangan berani menjual

kembali barang dagangannya ditempat keramaian.

Kondisi ini semakin diperbu-ruk dengan tindakan para aparatpenegak hukum yang hanyamelakukan razia terhadap parapedagang tetapi tidak terhadapsumber produk bajakan tersebut,sehingga produksi barangbajakan terus berlanjut. Hal inimenunjukkan bahwa pemerintahbelum tuntas menyelesaikanmasalah pembajakan, masih ba-nyak produsen yang leluasamemproduksi barang bajakantersebut secara masif belumtersentuh oleh aparat penegakhukum.

Pada medio tahun 2004pemerintah dalam hal ini DJBCmengambil inisiatif untuk melaku-kan penanggulangan pembajak-an yang sudah menggrogoti 90% pasar dalam negeri denganinstrumen pengenaan cukai me-lalui pengenaan pita cukai padaproduk rekaman kaset, compactdisc (CD), video compact disc(VCD) digital video disc (DVD)dan laser disc (LD). Pengenaancukai terhadap hasil rekaman inijuga berpotensi untuk menambahpenerimaan negara.

Hal ini didukung oleh hasilsurvei Badan Analisis Fiskal–BAF (Sekarang BKF, BadanKebijakan Fiskal) Depkeu, po-tensi penerimaan dari pengena-an tarif cukai pada kaset, CD,VCD, DVD, dan LD, denganasumsi harga Rp 750 per pro-duk, penerimaan tahun pertamauntuk asumsi tarif sebesar 30persen akan diperoleh peneri-maan cukai Rp 98,41 miliar.Kemudian, untuk asumsi tarif40 persen, maka diperolehhasil Rp 122,35 miliar. Untuktarif 50 persen, makapenerimaan negara mencapaiRp 146,29 miliar. Adapun untuktarif sebesar 60 persen, akandiperoleh hasil sebesar Rp170,23 miliar

Langkah ini walaupun dise-tujui Komisi IX DPR-RI untukdiberlakukan efektif mulaiJanuari 2005 menimbulkan prokontra luas di tengah-tengahmasyarakat. Para pengusaharekaman, asosiasi, LSM, dan

musisi menolak rencana ini, walaupun beberapa darimereka ada juga yang menerima. Mereka yang menolakmeragukan keberhasilan pengenaan cukai dapatmenanggulangi pembajakan. Beberapa argumen yangmereka kemukakan antara lain :

1. Produk hasil rekaman tidak dapat dikategorikansebagai obyek cukai.Mereka menilai Undang-undang Nomor. 11 tahun 1995 ten-tang Cukai dipandang tidak dapat memasukan barang-barangini sebagai obyek cukai. Dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan :

Page 49: Warta Bea Cukai Edisi 389

48 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

“Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat ataukarakteristik yang ditetapkan dikenai cukai berdasarkanUndang-undang ini”.Di dalam penjelasannya, dikatakan bahwa yang dimaksuddengan “barang-barang tertentu yang mempunyai sifatatau karakteristik yang ditetapkan” adalah barang-barangyang dalam pemakaiannya, antara lain, perlu dibatasi dandiawasi. Mereka berpendapat produk rekaman tidak dapatdikategorikan barang yang perlu dibatasi dan diawasi.

2. Pengenaan cukai akan menambah pembajakanberkembang lebih dahsyatPengenaan cukai dinilai membuka kesempatan bagi paraprodusen barang bajakan untuk meningkatkanproduksinya memenuhi kebutuhan konsumen yang tidakdapat membeli produk aslinya karena produk asli akansemakin mahal akibat pengenaan cukai.

3. Pengenaan cukai tumpang tindih dengan UU HakCiptaPraktek pembajakan yang merupakan pelanggaranterhadap UU Hak Cipta, sudah sepatutnya jika sanksipidana yang dikenakannya didasarkan pula pada UU HakCipta. Dengan dikenakannya cukai terhadap produkrekaman, maka dikhawatirkan ketentuanpidana yang terdapat dalam UU Hak Ciptatidak dapat efektif, akan terjadi tumpangtindih dengan ketentuan pidana pada UUCukai, sehingga dikhawatirkan aturan hu-kum yang ada tidak diterapkan secarategas kepada para pelanggar Hak Cipta.

4. Cukai mematikan industri musik danrekamanPengenaan cukai akan menjadi komponenpenambah biaya. Biaya produksi yangselama ini sudah tinggi karena berbagaikenaikan harga akan semakin membeng-kak bila harus dibebani cukai. Dampaknyaharga jual produk akan semakin mahaldan sulit terjangkau masyarakat. Turunnyadaya beli masyarakat menyebabkan penu-runan penjualan dan industri rekaman ter-ancam gulung tikar.

5. Cukai merugikan dan membebanikosumenBertambahnya ongkos produksi yang ha-rus ditanggung oleh pihak industri rekam-an akibat pengenaan cukai pada akhirnyaakan dibebankan kepada masyarakatpembeli, oleh karena sudah pasti harga jual terhadap pro-duk rekaman akan meningkat. Sehingga produk rekamanakan menjadi barang eksklusif yang tidak dapat dinikmatioleh masyarakat secara luas.

6. Cukai menghalang kreatifitas dan apresiasiterhadap kesenianKesenian akan menjadi barang mewah dan aktifitaskebudayaan pun pada umumnya akan menjadi sema-kin eksklusif dan semakin jauh dari rakyat.Pemberlakuan cukai dapat menjadi ancaman bagi ak-tifitas berkesenian dan produk-produk kesenian, jugaancaman terhadap apresiasi rakyat terhadap keseniandan kebudayaan. Hak rakyat atau publik untukmengapresiasikan atau menikmati karya-karya senimenjadi semakin turun.

DJBC, WHAT’S UP ?DJBC sebagai institusi yang memiliki kewenangan di

bidang kepabenanan dan cukai mempunyai kesempatanyang sangat bagus untuk memainkan peran strategisnyabagi kepentingan bangsa ini. Inisiatif untuk menanganipembajakan harus terus didukung. DJBC jangan sampaiterjebak lagi pada posisi dilematis dan terkesan bagisebagian masyarakat menjadi masalah baru dari rumitnyamenangai pembajakan di negeri ini. Penanganan pemba-

jakan hendaklah didudukan pada tugas pokok dan fungsiDJBC sebagai berikut :

1. Industrial Assistence, mendorong dan membantupertumbuhan industri yang mendapat lisensi untukmengedarkan, menyiarkan dan memperbanyak produkyang dilindungi hak cipta. Mencegah pihak-pihak yangtidak mendapatkan hak lisensi untuk membajak.Melindungi pemegang hak dari kerugian material dan nonmaterial dari tindakan para pelanggar hak cipta.Memberikan kepastian dan perlindungan kepada merekauntuk memperoleh haknya seperti royalti.

2. Trade Facilitator, menciptakan iklim perdagangan danpersaingan yang sehat, memberikan perlindunganterhadap produk hak cipta dari aneka produk bajakan dantiruan yang dapat merusak harga pasar. Menjaga citrabangsa dari percaturan komunitas perdagangan interna-sional dari bahaya pembajakan yang dapat mempenga-ruhi investasi dan kepercayaan dunia internasional.

3. Community Protector, memberikan perlindungan ter-hadap semua pihak, menjaga martabat bangsa,melindungi hasil karya anak bangsa dalam berbagai

bidang kehidupan serta mejaga kekayaanintelektual. Perlunya pembatasan danpengawasan atas produk hasil rekamanseperti VCD, DVD dan LD dilakukan untukmemberi perlindungan pada konsumen.Seperti kita ketahui, sekarang ini untukproduk tersebut khususnya film sudah adaanjuran untuk dibatasai berdasarkantingkat usia. Merebaknya kasus kekerasanpada anak dan pornografi disebabkan olehmerebaknya produk tersebut secara bebas,tragisnya justru yang paling banyakberedar adalah produk bajakannya.4. Revenue Collector, mengamankanpenerimaan negara akibat penyalahgunaanbarang hasil kekayaan intelektual.Beredarnya barang-barang hasil bajakanmenyebabkan penerimaan negara yangseharusnya diperoleh dari hasil penjualanbarang hasil kekayaan intelektual tidakdapat dipungut karena umumnya barang-barang tersebut beredar secara ilegal.Selama ini disinyalir banyak beredarbarang hasil kekayaan intelektual tidakdilengkapi dengan stiker PPN artinya

terjadi penggelapan pajak, hal ini terjadi karena stikerPPN tidak seperti cukai yang melekat didalamnyafungsi pengawasan.

Berbagai advokasi, sosialisasi, hearing yang dilakukan DJBCuntuk menanggulangi pembajakan tidak dilakukan denganpendekatan prioritas fungsi DJBC seperti yang disebutkan dalamurutan diatas. Selama ini prespektif yang ditangkap publikcendrung negatif. DJBC dituding hanya menjadikan alasanpembajakan untuk memperoleh tambahan pendapatan negaradari sektor cukai. Fungsi revenue collector lebih dominandibanding ketiga fungsi lainnya yang merupakan cerminan darifungsi pelayanan yang diberikan DJBC kepada masyarakat.

Prespektif publik yang positif dalam arti merekamendukung langkah DJBC untuk menanggulangipembajakan dengan kewenangan yang dimiliki dapatdiarahkan ketika dari awal proses komunikasi yang dibangundilakukan dengan pendekatan fungsi pelayanan. Denganpendekatan ini semua yang menjadi kekhawatiran merekadapat dijawab dengan mudah. Lagi-lagi masalah komunikasipublik, fungsi humas DJBC yang tidak berjalan.

Implementasi yang paling logis dilakukan DJBC dalammenangani pembajakan adalah dengan pendekatankewenangan yang dimiliki, sehingga DJBC dapat menerap-kan aspek prioritas dalam penanggulangan pembajakan.

APAPUNALASANNYAPEREDARAN

PRODUK BAJAKANMERUPAKAN

TINDAKANPELANGGARAN

HUKUM DANTIDAK ETIS

KEPABEANAN INTERNASIONAL

Page 50: Warta Bea Cukai Edisi 389

49WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

1. Kewenangan di Bidang KepabeananDalam menjalankan kewenangan dibidang kepabeanan

tidak dapat dipungkiri bahwa DJBC mendapat ’titipan’peraturan yang harus dilaksanakan, salah satunya adalahperaturan mengenai hak cipta. Indonesia melalui Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 sudah meratifikasi berbagaikonvensi internasional tentang perlindungan hak ciptadiantaranya adalah Agreement Establishing the World TradeOrganization (persetujuan pembentukan organisasiperdagangan dunia) yang mencakup Agreement on TradeRelated Aspects of Intellectual Property Rights (persetujuantentang aspek-aspek dagang hak kekayaan intelektual ),selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-undang No 7Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi BerneConvention for the Protection of Artisct and Literary Works(konvensi berne tentang perlindungan karya seni dan satra )melalui Keputusan Presiden No 18 Tahun 1997 dan WorldIntellectual Property Organization Copyrigths Treaty(perjanjian hak cipta WIPO), selanjutnya disebut WTC,melalui Keputusan Presiden no 19 Tahun 1997.

Sudah menjadi bagian dari tugas DJBC sebagaipenjaga perbatasan lalu lintas barang dari dan ke luar ne-geri untuk mencegah barang-barang yangdikategorikan melanggar hak kekayaan in-telektual. DJBC dapat melakukan penegak-an hukum terhadap barang-barang bajakandan barang palsu sesuai dengan ketentuanyang berlaku. Kita semua sepakat bahwaini merupakan peran pemberantasantindakan pembajakan yang sangat mungkindan bisa dilakukan DJBC, tanpa adanyaresistensi dari pihak manapun.

2. Kewenangan di Bidang CukaiSolusi penerapan cukai sebagai instru-

men untuk mengatasi pembajakan khusus-nya produk rekaman mendapat reaksi be-ragam. Imbasnya pengesahan RUU Cukaisampai mengalami penundaan, dimanasalah satu yang masih menyisakan pemba-hasan adalah perluasan objek cukai.Sebagai perbandingan DPR baru-baru inimengadakan studi banding ke Malaysiadan Thailand untuk melihat sejauh manapenerapan cukai disana. DJBC sendiri dariawal berkeyakinan bahwa cukai dapat dija-dikan instrumen yang paling efektif untukmengendalikan dan pengawasan terhadap peredaran ba-rang bajakan, mengapa?

MENGATASI KELEMAHAN UU HAK CIPTAUndang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

tidak ditopang oleh peraturan yang mengatur masalah tataniaga peredaran barang hak cipta dan mekanismepengawasan peredaran hasil kekayaan intelektual. Inilahcelah yang menyebabkan Undang-undang Nomor 19 tahun2002 tidak dapat berjalan efektif.

Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 memang sudahsecara lengkap mengatur aspek-aspek legalitas hak cipta,pendaftaran, penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga,arbitrase, ketentuan pidana dan denda atas pelanggaran hakterkait. Namun, karena tidak ada instrumen yang melakukanfungsi pengendalian dan pengawasan terhadap barang hasilkekayaan intelektual yang beredar di pasar tetap sajapembajakan merajalela.

Pemberantasan pembajakan seringkali dilakukan setelahada pengaduan dan keresahan masyarakat dan itupun aspekpembuktiannya sulit dilakukan. Diperparah lagi dengan le-mahnya koordinasi aparat penegakan hukum dan kewenang-an masing-masing yang tidak diatur secara spesifik membuatpara pembajak masih leluasa bergerak. Tim Nasional Pembe-rantasan Pembajakan memang sudah dibentuk, anggotanya

terdiri dari Kepolisian, DJBC, Ditjen HaKI Dep. Hukum & HAMtetapi tetap saja belum optimal.

Mengambil pelajaran dari mekanisme penerapan cukaiyang selama ini belaku di Indonesia terhadap 3 jenis barangyaitu etil alkohol, MMEA dan hasil tembakau. Jauh lebihsedikit dibanding Malaysia yang memasukan 10 jenis barangyaang menjadi obyek cukai atau Thailand yang memasukan20 jenis barang kena cukai. Pemberlakuan cukai terhadapbarang-barang yang dimasukan kedalam Barang Kena Cukai(BKC) dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi pengen-dalian, pengawasan sampai pada penindakan terhapap ba-rang bajakan yang tidak terakomodir dalam Undang-undangNomor. 19 tahun 2002. Dalam Undang-undang No. 11 tahun1995 tentang Cukai mengatur secara jelas peredaran BKCmulai dari berapa jumlah barang yang diproduksi, sampaikepada siapa tanggung jawab atas BKC tersebut berada.

Pasal 3 ayat 1 Undang-undang No. 11 tahun 1995menyebutkan ”Pengenaan cukai mulai berlaku untuk BarangKena Cukai yang dibuat di Indonesia pada saat selesaidibuat dan untuk Barang Kena Cukai yang diimpor pada saatpemasukannya ke dalam Daerah Pabean sesuai denganketentuan Undang-undang tentang Kepabeanan.” Hal ini

menunjukan bahwa pengendalian atasperedaran BKC dilakukan sejak dari awalsebelum barang itu beredar.

Pihak produsen atau pemasok melalui me-kanisme cukai melaporkan secara jelas jumlahproduk mereka yang akan dilempar ke pasar, danDJBC memberikan pita cukai sesuai denganpermohonan mereka atas dasar jumlah barangyang dilaporkan tersebut. Jika mekanisme iniditerapkan pada barang-barang yang dilindungihak cipta maka peredaran barang hak cipta dapatdiketahui secara pasti, sisanya kalau ada barangsama yang beredar dapat dipastikan bahwabarang itu ilegal.

Pasal 3 ayat 2 Undang-undang No. 11tahun 1995 menyebutkan ”Tanggung jawabcukai untuk Barang Kena Cukai yang dibuat diIndonesia berada pada Pengusaha Pabrikatau Pengusaha Tempat Penyimpanan, danuntuk Barang Kena Cukai yang diimpor bera-da pada Importir atau pihak-pihak lain seba-gaimana dimaksud dalam Undang-undangtentang Kepabeanan”. Dalam penjelasannyadisebutkan bahwa memperhatikan pengertiantentang Pengusaha Pabrik dan Pengusaha

Tempat Penyimpanan sebagaimana diatur dalam Pasal 1,maka tanggung jawab cukai atas Barang Kena Cukai apabilamasih berada dalam Pabrik terletak pada Pengusaha Pabrik,sedangkan apabila berada dalam Tempat Penyimpanan,maka tanggung jawab beralih kepada Pengusaha TempatPenyimpanan.

Jika pada barang hasil kekayaan intelektual dapatdiperlakukan seperti ini maka pemilik/pemegang hak ciptaakan mendapat jaminan kepastian hukum atas hasil karyamereka. Lisensi yang mereka berikan kepada para produsendan terus berjenjang sampai ketingkat pengecer menjadikanpara produsen mempunyai tanggungjawab atas produksi danpenyebaran barang hak cipta begitupun juga para penjual.Pihak-pihak yang tidak memiliki hak lisensi akan sulit untukmelakukan pembajakan karena disamping mereka terkenadelik melakukan tidakan ilegal terhadap hak cipta merekajuga akan kesulitan berhadapan dengan prosedur cukai.

ASPEK PENERAPAN CUKAI YANG ADILIstilah cukai dulu diartikan sebagai pajak kenikmatan. Tapi

kemudian pengertian ini bergeser seiring dengan relativitasdari kata ’kenikmatan’ itu sendiri. Parameter kenikmatansuatu produk sangat relatif bisa berbeda pada setap orang,waktu dan kondisi tertentu. Kemudian ada pula yangmendefenisikan cukai adalah adalah pajak yang dikenakan

MEREKAYANG

MENOLAKMERAGUKAN

KEBERHASILANPENGENAANCUKAI DAPAT

MENANGGULANGIPEMBAJAKAN

Page 51: Warta Bea Cukai Edisi 389

50 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

terhadap barang-barang yang mempunyai efek negatif,sehingga harus diawasi dan dibatasi peredarannya.

Barang kena cukai dalam penjelasan Undang-undangNomor 11 tahun 1995 menyebutkan karakteristik dibatasi dandiawasi dalam pemakainnya. Dalam RUU amandemen UUCukai karakteristik barang kena cukai diperluas menjadibarang yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannyaperlu diawasi, produksi dan/atau pemakainya dapatmemberikan dampak negatif bagi masyarakat ataulingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebananpungutan negara dalam rangka keadilan dan keseimbangan.

Barang-barang hasil kekayaan intelektual dapatdimasukan menjadi obyek cukai berdasarkan karakteristikdiatas. Pembajakan dan pemalsuan yang berkembang cukupmarak telah menimbulkan dampak negatif serta keresahanditengah-tengah masyarakat. Produksi dan/atau pemakaianbarang bajakan dapat memberikan dampak negatif bagimasyarakat.

Jelas sekali bahwa konsumsi barang bajakan tidak hanyaharus dikendalikan tetapi harus dihilangkan. Sehinggamenjadi sebuah konsekuensi untuk mencegah pembajakan,produksi dan peredaran hasil kekayaan intelektual perludiawasi dan dibatasi agar barang bajakan dapat diidentifikasisecara jelas dan ditindak dengan tegas. Pita cukai itu dapatdijadikan bahan penyelidikan, bahkan ketika barang kenacukai Haki tidak ada pita cukainya bisa langsung ditindak.

Penerapan cukai tidak dapat dilakukan secara pukul rataterhadap semua produk. Perlu beberapa terobosan kebijakanbaik dari tarif dan penerapannya sesuai dengan aspirasimasyarakat. Strategi penerapan cukai harus dilakukan seca-ra cermat dan memenuhi rasa keadilan. Berbagai kekhawa-tiran masyarakat akan dampak negatif akibat penerapancukai harus ditanggapi dengan bijak. Berbagai kritik yangmuncul seiring dengan inisiatif pemberlakukan cukai, dapatdiantisipasi dengan mengemukanan berbagai alasan yanglogis, realistis dan keberpihakan terhapap masyarakat.

Dari 6 (enam) kritik diatas yang muncul di masyarakat,kalau kita kaji lebih dalam kekhawatiran terbesar yangmereka suarakan adalah masalah konsekuensi kenaikanharga yang akan terjadi akibat penerapan cukai.Kenaikan harga inilah yang menjadi masalah dasar yangberujung pada ekses munculnya masalah-masalah lainseperti menimbulkan beban yang semakin memberatkankonsumen, menurunkan daya beli masyarakat sehinggamengganggu pertumbuhan industri rekaman. Menurunnyatingkat konsumsi masyarakat mengakibatkan masyarakatberalih kepada produk bajakan sehingga produksi barangbajakan ini akan melonjak karena tingginya permintaanmasyarakat.

DJBC seyogianya dapat menerapkan strategi kebijakancukai dengan mengedepankan kepedulian terhadap masalahpemberantasan pembajakan dari pada memaksakankebijakan tarif untuk mendongkrak penerimaan negara.Kepala BKF Anggito Abimanyu dalam sebuah kesempatanwawancara di sebuah stasiun televisi mengemukakanlangkah pertama penerapan cukai atas produk rekamanadalah dalam rangka penegakan hukum. ”Cukai itu hanyainstrumen,” kata Anggito. Anggito menambahkan hingga saatini, besaran dan tanda cukai belum ditentukan. Pemerintahbisa saja tak menarik tarif apapun apabila kalangan musisitetap keberatan. Menurut dia, dana untuk membuat tandacukai bisa diambil dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara. Namun, diakui pemasangan tanda cukai akanmenambah ongkos produksi barang rekaman. Besaran biayatambahan inilah yang perlu dibicarakan dengan kalanganmusisi dan industri rekaman. Yang pasti, diusahakan tidakmembebani lagi konsumen (Liputan6.Com 8/8).

Penerapan cukai untuk produk rekaman dan softwaredapat dilakukan dengan pendekatan berdasarkanpendekatan asal produk yang paling banyak dibajak yaitu :

1. Produk asal imporKeresahan para produsen asing yang mengalami kerugianakibat pembajakan produknya bisa kita prioritaskan untukpengenaan cukai. Seperti misalnya Microsoft yang sangatterpukul dan merasakan dampak pembajakan produksofware. Resistensi mereka terhadap penerapan cukai ininyaris tidak ada bila dibandingkan dengan produsen lokal.

2. Produk dalam negeriUntuk produsen dalam negeri dan kepentingan melindungiindustri dalam negeri kebijakan cukai tetap dilakukandengan memberikan insentif dan fasilitas dibidang cukai.Dengan kebijakan ini diharapkan dapat melindungi industridalam negeri dan agenda melawan pembajakan tetapdapat berjalan. Diharapkan cukai juga dapat menciptakaniklim indusri rekaman yang sehat dengan menjaminkepastian hukum terhadap seluruh pihak yang terkait mulaidari pemilik/pemegang hak cipta (seperti artis, musisi,ilmuan dll), produsen/perusahaan rekaman/broadcasting,para penjual sampai kunsumen. Contohnya selama inisering kita saksikan pertentangan antara terdengar artisdengan produsen/perusahaan rekaman/broadcasting atauasosianya menyangkut masalah royalti. Dengan adanyacukai diharapkan mampu memberikan jaminan kepadasemua pihak untuk dapat mempertanggungjawabkan danmenunaikan masing-masing hak dan kewajibannya terkaitdengan peredaran produk tersebut.

DJBC TIDAK BISA JALAN SENDIRILangkah-langkah yang ditempuh DJBC dalam rangka

melawan pembajakan dan barang palsu tidak bisa dilakukansendirian. Penting melakukan upaya-upaya untuk dapatbersinergi dengan pihak-pihak lain dilingkup internalpemerintah seperti Ditjen HaKI Departemen Hukum danHAM, Kepolisian untuk menyamakan persepsi danmenyelaraskan langkah masing-masing sesuai dengankewenangan yang dimiliki untuk memberantas pembajakansampai tuntas.

Dan selanjutnya bersama mereka atas nama pemerintahmelakukan upaya-upaya untuk menggandeng perusahaanswasta dan LSM untuk mendukung dan melakukankampanye anti penyelundupan keseluruh lapisanmasyarakat. Sehingga terciptalah kesadaran masyarakatakan hukum dan prilaku tidak etis untuk tidak melakukan danmendukung tindakan pembajakan. Waullahu a’lam.

Referensi :1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta3. Undang-Undang No.17 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan4. Draf RUU Amandemen Cukai, www.beacukai.go.id5. Kalangan Artis Tetap Menolak Cukai Rekaman; Pemungutan Cukai Produk

Rekaman Disetujui DPR; Artis Menolak Pengenaan Cukai Produksi Rekaman;Pemungutan Cukai Produk Rekaman Disetujui DPR.,www.liputan6.com

6. Benang Kusut Pembajakan Software di Indonesia; Pemerintah IndonesiaKomitmen Berantas Pembajakan; Penegakan HaKI di Indonesia, Lambat tapiPasti. KOMPAS CYBER MEDIA_files

7. ‘lonceng Kematian’ Bernama Cukai Rekaman Audi; Pappri Yakin Pita Cukai VcdBisa Tekan Pembajakan Hingga 50%; Pengenaan Cukai Produk RekamanDiupayakan Tak Memberatkan. Detikinet

8. CUKAI MENGHALANGI KREATIFITAS Dan APRESIASI Terhadap KESENIAN,FreeLists - ppi - Sikap JAKER (Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat) terhadapcukai film dan rekaman musik

9. Tekan Pembajakan, Produk Rekaman Akan Dikenai Cukai,www.bisnisjakarta.com

10. Angka Pembajakan Software Kian Mengkhawatirkan, Brama Setyadi,www.infokomputer.com

11. EFEKTIFITAS PENGENAAN PITA CUKAI REKAMAN TERHADAPPEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PEMBAJAKAN oleh: Frans HendraWinarta Oktober 2004, Komisi Hukum Nasional RI

12. dll

BIODATA PENULISNama : Toupik Kurohman, SENIP : 060104237Unit Kerja : Bagian Verifikasi dan Audit

Kanwil III DJBC Palembang1

KEPABEANAN INTERNASIONAL

Page 52: Warta Bea Cukai Edisi 389

51WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

gar penetapan nilai pabean dapat dilakukandengan lebih efektif dan efisien serta penggunaandata base harga dapat digunakan secara optimal,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Cukai Nomor P-01/BC/2007 tentang Petunjuk PelaksanaanPenetapan Nilai Pabean untuk Penghitungan Bea Masukyang berlaku mulai tanggal 1 Maret 2007.

Menurut Dwi Teguh W, Kepala Seksi Nilai Pabean IV, Dit.Teknis Kepabeanan, terbitnya P-01/BC/2007 tersebut dikarena-kan beberapa sebab. Pertama, juklak (petunjuk pelaksanaan)tersebut dibuat agar penetapan nilai pabeandapat dilakukan lebih sistematis dan ber-urutan. “Jadi, cara pemeriksaannya mulaidari awal seperti mulai dari uji kewajaran,kemudian masuk ke analisa profil importir,pemenuhan ketentuan nilai pabean danyang terakhir disesuaikan dengan hasil pe-meriksaan fisik,” jelasnya.

Kemudian, yang kedua adalah membe-rikan kepastian pelayanan dan perlakuanyang baik kepada importir. Ketiga,menerapkan prinsip manajemen risiko padapelaksanaan penetapan nilai pabean.

Mengingat pentingnya mengetahuiprofil importir, saat ini DJBC telah mem-bentuk Komite Penyusunan Profil berda-sarkan Kep 03/BC/2007. Komite tersebuttelah berjalan sejak Januari 2007 danterdiri dari lima direktorat, yakni InformasiKepabeanan dan Cukai (IKC), Penindak-an dan Penyidikan (P2), Audit, Penerima-an dan Peraturan Kepabeanan danCukai (PPKC) dan Teknis Kepabeanan.Masing-masing direktorat tersebut, di-bantu dengan anggota dari seluruh Kan-wil yang ada, membentuk suatu taskforce yang akan menindaklanjuti melaku-

kan up dating terhadap profil importir. Secara periodik, updating terhadap profil importir tersebut akan terus dilakukan.

Tugas daripada Komite itu sendiri antara lainmengkoordinasikan tugas-tugas yang sebenarnya sudah rutin,seperti penilaian profil perusahaan. Hanya saja, tugas-tugastersebut kini dibahas dalam komite agar masukan yang diperolehlebih banyak dalam menilai profil suatu perusahaan. Dengandemikian, yang paling mendesak saat ini adalah menyiapkanprofil importir yang sudah ada, seraya terus melakukan evaluasi.

Dalam melakukan analisa profil importir terdapat 3kategori importir, yakni importir high risk, medium risk dan lowrisk. Sejak importir mengajukan SPR (surat pemberitahuanregistrasi), penelitian terhadap importir tersebut telahdilakukan. Dalam penelitian tersebut, kepemilikan, eksistensiperusahaan, pembukuan dan hal-hal lainnya mempengaruhiskor atau penilaian terhadap importir tersebut.

Menurut Teguh, dalam hal pembuku-an, jika perusahaan melakukan pembu-kuan sesuai dengan standar, misalnyasesuai dengan sistem akutansi Indone-sia, maka perusahaan tersebut bisadiakui atau masuk dalam daftar low risk.Pasalnya, pembukuan merupakancermin dari segala kegiatan perusahaanyang tercatat didalamnya. Sehingga, jikapembukuannya tidak bisa mencerminkankegiatan perusahaan maka pembukuantersebut sangat diragukan.

“Kalau pada importir low risk itu dite-mukan pelanggaran misalnya ada temu-an dari P2 atau Audit, maka peringkatnyabisa diturunkan menjadi medium atauhigh risk,” tambah Teguh yang jugamerupakan Anggota Sekretariat KomitePenyusunan Profil tersebut.

“Untuk itu kami tidak mau mengambilresiko, misalnya pada awalnya kami nyata-kan bahwa barang milik importir tersebutsemuanya merupakan nilai transaksi,padahal setelah dilakukan audit ternyatatidak terjadi transaksi, bahkan sudah tidakditemukan lagi perusahaannya. Itu berartisangat merugikan negara,” kata Teguh.

BC Bentuk Komite Penyusunan ProfilJuklak penetapan nilai pabean untuk

penghitungan bea masuk berlaku mulai1 Maret 2007.

DWI TEGUH. pegawai harus yakin danbertanggung jawab dengan nilai pabean yangditetapkannya.

A

SOSIALISASI. Sosialisasi P-01/BC/2007 di Auditorium Kantor Pusat DJBC.

WAJIB. BCF 2.7 wajib dibuat oleh petugas yang menetapkan nilaipabean. Hal itu untuk mengantisipasi jika suatu saat nanti terjadi hal-halyang tidak diinginkan, seperti keberatan atau banding dari importirterhadap keputusan penetapan nilai yang dilakukan petugas bea cukai.

WBC/ATS WBC/ATS

WBC/ATS

KEPABEANAN

Page 53: Warta Bea Cukai Edisi 389

52 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

TITIK BERAT P-01Teguh menjelaskan bahwa perubahan yang ada pada P-01/

BC/2007 tersebut menitikberatkan pada pertama, pelayanan,terutama pada importir low risk yang selain bisa menikmati jalurhijau, juga bisa langsung diterima dan ditetapkan nilai pabeannyaselama bukan merupakan nilai transaksi dengan menggunakanmetode II – VI. Hal itu disebabkan pembukuan yang dilakukanimportir low risk sudah mencerminkan kegiatan perusahaan.

Selain itu juga, pada importir low risk tidak diharuskan menye-rahkan INP-DNP (informasi nilai pabean-deklarasi nilai pabean).Karena selain membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut jugadapat menyebabkan time release yang lama. Sehingga akanmenimbulkan masalah baru. Sedangkan untuk importir mediumrisk, mekanisme yang dilakukan seperti biasa, yakni harusmenyerahkan INP-DNP.

Sementara untuk importir high risk, penetapan nilai pabean-nya menggunakan metode II - VI. Pasalnya, sangat sulitmenemukan pembukuan yang benar pada importir high risk.Penetapan dengan metode II - VI tersebut berlaku untuk semuaimportir high risk baik itu importir umum maupun produsen.Sebab, Teguh tidak menampik adanya kemungkinan importirprodusen yang tergolong high risk dan terkena jalur merah.

Titik berat yang kedua, hal-hal yang menjadi perhatian, khu-susnya bagi pegawai bea cukai dalam menetapkan nilai pabeanadalah INP diberlakukan hanya untuk medium risk, serta penggu-naan profil importir sebagai analisa profil sebagai dasar bagi petu-gas bea cukai dalam melakukan penetapan nilai pabean.

Ketiga, petugas bea cukai yang menetapkan nilai pabeanwajib membuat atau mengisi dokumen BCF 2.7. Dokumen BCF2.7 merupakan risalah penetapan nilai pabean yang harusdilakukan oleh petugas bea cukai yang menetapkan nilai pabean.Karena, semua keputusan, baik itu diterima maupun ditolak,ditambah bayar dan sebagainya, semua itu harus ada penelitianatau keputusannya. Keputusan tersebut harus dituangkan dalambentuk tertulis, dimana hal itu terlupakan selama ini.

“Jadi selama ini saya kira banyak dokumen PIB yang tidakmemiliki risalah sama sekali,” kata Teguh. Hal itu dikarenakanrisalah tersebut memang tidak diwajibkan sebelumnya. Tetapi,sejak keluarnya P-01/BC/2007, risalah tersebut menjadi wajibdibuat oleh petugas. Hal itu untuk mengantisipasi jika suatu saatnanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti keberatan ataubanding dari importir terhadap keputusan penetapan nilai yangdilakukan petugas bea cukai.

“Dengan begitu, petugas yang menetapkan nilai pabeanterhadap suatu barang tidak lagi bermodalkan angan-angan ataubermodalkan ingatan berapa nilai penetapannya yang dulu,karena kenyataannya sampai hari ini pun, kalau ada hal-hal yangkita tanyakan pada petugas, misalnya mengenai dokumen yangdulu, mereka baru membuat risalahnya sekarang. Sehingga,kalau kita tanya nota pembetulan itu berasal dari mana, merekajuga akan bingung menghitungnya karena sebelumnya memangtidak ada hitungannya atau tidak jelas,” imbuh Teguh.

Untuk itu semua pihak yang terkait dengan penetapan nilaipabean dituntut untuk membuat risalah tersebut. Pasalnya,risalah itu bisa menjadi argumen dari masing-masing pejabat dariPFPD atau seksi pabean dalam mempertanggung jawabkan apayang telah diputuskan.

“Saya juga mengingatkan bahwa kita sekarang di dalam UU17/2006 tentang Perubahan Atas UU No 10/1995 tentangKepabeanan, didalamnya ada sesuatu yang berat atau sanksibagi pegawai kalau salah menetapkan nilai pabean sehinggaterjadi kekurangan penerimaan negara. Hal itu (dalam pasal113B-red) dinyatakan sebagai pidana. Hal itu yang kita jaga,”jelasnya. Untuk itu Teguh menyarankan agar semua pegawaimenyamakan persepsi karena pegawai juga harus yakin danbertanggung jawab dengan nilai pabean yang ditetapkannya.

Selain itu, P-01/BC/2007 juga mengakomodir DNP tanpaperlu menerbitkan INP. Jadi, seandainya importir merasa bahwabarang yang diimpornya bukan barang transaksi (jual-beli),misalnya barang pemberian, konsinyasi maupun royalti, makaterhadap barang-barang tersebut, terlebih dahulu harusdiberitahukan dalam DNP. Pasalnya, terhadap barang-barang

tersebut (seperti royalti-red) sangat sulit untuk ditetapkan nilaipabeannya di awal atau di Kantor Pelayanan (front line).

Kalau barang-barang tersebut tidak diberitahukan sejak awal,maka importir akan dikenakan denda atau pinalti yang besarnyahingga 1000 persen. “Tetapi kalau sebelumnya importir telah jujurmengatakan bahwa barang tersebut nilainya bukan berdasarkannilai transaksi, berarti importir tersebut siap membayar nilai pabeanberdasarkan ketetapan dari petugas bea cukai,” tambah Teguh.

PERSEPSI YANG BERBEDA-BEDATeguh mengakui, hingga saat ini masih ada beberapa

pengertian/persepsi yang berbeda dalam menetapkan nilaipabean antar pegawai bea cukai. Ia mencontohkan pada saat iamelakukan sosialisasi di beberapa KPBC di beberapa daerahpada Pebruari lalu. Menurut Teguh, selama ini peserta sosialisasiberanggapan, barang yang tidak ditetapkan di kantor pelayanan,misalnya tidak ditambah bayar, merupakan barang yang diterimadengan metode I. Padahal importir barang-barang itu termasukimportir high risk.

Untuk itu, pada saat sosialisasi tersebut ia menyampaikanbahwa metode II - V dalam penetapkan nilai pabean, sulit untukdilakukan di Kantor Pelayanan. Hal itu disebabkan beberapaalasan. Diantaranya, metode II (barang identik) dan metode III(barang serupa) merupakan barang-barang yang sudah pernah diimpor dan sudah diterima dan ditetapkan nilai pabeannyaberdasarkan metode I (nilai transaksi).

“Padahal kita tahu bahwa pembuktian metode I hanya bisadilakukan dengan audit karena yang mengetahui transaksihanyalah penjual dan pembeli. Jadi, segala sesuatu kegiatanperusahaan tercermin dalam pembukuan, dari pembukuantersebut otomatis kita bisa melihat berapa transaksinya, apakahada biaya-biaya tambahan yang dimasukan dalam transaksitersebut. Untuk melihat hal itu hanya bisa dilakukan denganaudit,” terang Teguh.

Kemudian untuk metode IV (deduksi) adalah menghitung nilaipabean barang impor berdasarkan harga jual dari barang imporyang bersangkutan, barang impor yang identik atau barang imporyang serupa di pasar dalam daerah pabean, dikurangi biaya ataupengeluaran untuk komisi/keuntungan, transportasi, asuransi,bea masuk dan pajak. Untuk mengetahui hal itu, caranya jugamelihat melalui pembukuan, berapa biaya-biaya yangditambahkan di dalam harga pembelian impor sehingga menjadiharga jual. Untuk mengetahui hal itu juga melalui audit.

Sementara itu metode V (komputasi) adalah menghitungkembali berdasarkan harga supplier di luar negeri. Hal itu tidakmungkin dilakukan mengingat besarnya biaya yang harusdikeluarkan untuk pergi keluar negeri hanya karena inginmenetapkan nilai pabean saja. Oleh karena itu Teguh yakin yangpaling banyak digunakan dalam penetapan nilai pabean di KPBC-KPBC adalah metode VI, yakni menggunakan fleksibilitasmaupun data-data yang terukur lainnya.

Namun demikian, sistem hirarki dalam melakukan penelitiannilai pabean bisa dilakukan. Sesuai dengan Pasal 15 UU No. 17/2007, dimungkinkan mendahulukan menggunakan metode Vdaripada metode IV dan importir boleh/berhak menggunakan halitu. Tetapi, lanjut Teguh, hal itu belum diakomodir oleh P-01/BC/2007 karena belum dilakukan perubahan terhadap Kep MenkeuNo. 690/KMK.05/1996 tentang Nilai Pabean untuk PenghitunganBea Masuk. Kalau Kep Menkeu tersebut diubah, itu berartimendahulukan ke metode V daripada metode IV bisa dilakukan.Saat ini, perubahan tersebut sedang disusun oleh Tim RUUKepabeanan untuk dibuat peraturan pelaksanaannya.

Setelah sosialisasi dilakukan terhadap seluruh pegawaibea cukai yang bidang tugasnya terkait dengan pelaksanaannilai pabean di seluruh Indonesia, sosialisasi kepadapengguna jasa belum bisa dilakukan. Menurut Teguh, hal itudisebabkan waktu untuk sosialisasi ke seluruh pegawai diseluruh Indonesia baru selesai dilakukan Pebruari lalu dalamkondisi cuaca yang buruk. Untuk itu, saat ini diharapkan agarpegawai yang bertugas di Kantor Wilayah maupun KantorPelayanan dapat menjelaskan secara langsung P-01 tersebutpada pengguna jasa di daerahnya.

KEPABEANAN

ifa

Page 54: Warta Bea Cukai Edisi 389

53WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

ecara alamiah, manusia tidak mungkin dilepas-kan dari kemajuan teknologi yang tujuannyaadalah untuk memudahkan kehidupannya.Secara alamiah pula, manusia tidak mungkindilepaskan dari hukum yang tujuannya adalah

menjaga eksistensi keberadaannya. Bagi manusia, tek-nologi tanpa disertai dengan hukum akan berakibat padakekacauan yang pada gilirannya akan merusak kehidupanmanusia itu sendiri. Sebaliknya hukum yang semata-matamembatasi kemajuan teknologi akan memasung peradab-an manusia. Disinilah perlunya keseimbanganantara hukum dan teknologi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas,saat ini telah lahir suatu rezim hukum baruyang dikenal dengan nama Hukum Siber.Istilah ”hukum siber” diartikan sebagaipadanan kata dari Cyber Law, yang saat inisecara internasional digunakan untuk istilahhukum yang terkait dengan pemanfaatanteknologi informasi.

CYBER (LAW) DAN (HUKUM) TELEMATIKANorbert Wiener (Seorang matematikawan

pernah mencetuskan suatu teori yang dikenaldengan nama Cybernetics Theory yakni teoriyang ditujukan untuk pendekatan interdisipliner(interdisciplinary approach) dalam mempelajarisistem kendali dan komunikasi dari hewan,manusia, mesin, dan organisasi) mengakuibahwa istilah Cyber itu sendiri sendiri pernahdikemukakan oleh Ampere yang namanyadigunakan sebagai satuan kuat arus. Jadi, jikakita melihat asal usul kata Cyber, maka istilahCyber ditujukan untuk penamaan kawat listrik.Sehingga tidak mengherankan, jika istilahtersebut juga digunakan untuk organ buatanlistrik CYBORG yang merupakan singkatandari Cybernetics Organics.

Oleh sebab itu, istilah ”cyber law” lebih pantasdigunakan atau ditujukan untuk hukum-hukum fisika yangberlaku terhadap arus listrik dalam kawat, bukansebagaimana yang dipahami oleh masyarakat sekarangini sebagai hukum yang tumbuh dalam mediumcyberspace. Jadi sepatutnya, jika kita mengkaji kembaliapa yang dimaksud oleh masyarakat sebagai ”Cyber Law”itu sendiri, maka sepatutnya istilah yang digunakanadalah ”cyberspace law” bukan ”cyber law”.

Istilah TELEMATIKA berasal dari istilah Perancis”TELEMATIQUE” yang kemudian menjadi istilah umum diEropa untuk memperlihatkan bertemunya sistem jaringankomunikasi dengan teknologi informasi. Kemudian baru

”CYBERLAW”LEBIH

PANTASDIGUNAKAN

ATAUDITUJUKAN

UNTUKHUKUM-HUKUMFISIKA...

disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan sistemkomunikasi juga berakibat hadirnya suatu MediaKomunikasi baru dalam penyajian informasi kepadamasyarakat, yakni dari perkembangan dari media cetakmenjadi media elektronik. Sehingga menjadi lebih jauhlagi, istilah TELEMATIKA juga kemudian menjadi jargonyang ditujukan untuk memperlihatkan perkembangankonvergensi antara teknologi TELEKOMUNIKASI, MEDIA,dan INFORMATIKA yang semula masing-masingberkembang secara terpisah.

Setelah memperhatikan dan menyimak hal-hal tersebut di atas, kemudian muncul suatupertanyaan, manakah lebih tepat kita gunakansebagai istilah yang baku ”cyberspace” ataukah”telematika”. Jika kita berbicara tentangcyberspace berarti kita akan berbicara tentanghalusinasi alam virtual, sedangkan jikamelakukan pendekatan dengan istilahtelematika berarti kita akan melihat kepadahakekat cyberspace itu sendiri yakni sebagaisuatu sistem elektronik yang lahir dari hasilperkembangan dan konvergensitelekomunikasi, media, dan informatika itusendiri. Oleh sebab itu, istilah ”telematika” lebihbaik digunakan ketimbang ”cyberspace” karenaistilah tersebut lebih memperlihatkan hakekatkeberadaannya dan layak untuk digunakansebagai definisi guna melakukan pengkajianhukum.

Dengan melihat hakekat yang mendasarilahirnya cyberspace adalah konvergensiTELEMATIKA, maka untuk menghindarikesalahpahaman seharusnya kita lebihmempopulerkan istilah Hukum Telematikaketimbang Hukum Cyberspace. Hal ini berartibahwa domain-domain ketentuan hukum yangmungkin semula dipahami per sektor, (baiktelekomunikasi, media, dan informatika) akan

menjadi semakin konvergen. Sehingga kita tidakmenyatakan adanya kevakuman hukum, melainkan akanmenarik suatu pembidangan hukum yang lebih khususnamun tidak menafikan keberlakuan bidang-bidang hu-kum yang telah ada dalam sistem hukum yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKAMakarim, Edmon. SH.S.Kom. Kompilasi Hukum Telematika. cet.1. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2003.Ramli, H. Ahmad M. Prof.DR. SH. MH. Cyber Law dan HAKI Dalam SistemHukum Indonesia. Cet.1. Bandung: PT.Refika Aditama, 2004.

Carl A.H.S. TampubolonPelaksana pada Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai

S

Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini berkembang dengan sangat pesat membuat pihak-pihak yang terkait di dalamnya saling berlomba untuk menciptakan inovasi baru agar tidak

dikatakan “ketinggalan zaman” atau untuk mencari pasar produk yang dihasilkannya.

Cyber Law ?

INFORMASI KEPABEANAN & CUKAI

Page 55: Warta Bea Cukai Edisi 389

54 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

KONSULTASIKEPABEANAN & CUKAI

Dengan ini kami informasikan agar setiap surat pertanyaan yang masuk ke Redaksi Warta Bea Cukai baik melalui pos, fax ataupune-mail, agar dilengkapi dengan identitas yang jelas dan benar. Redaksi hanya akan memproses pertanyaan-pertanyaan yang diajukandengan menyebutkan identitas dan alamat yang jelas dan benar. Dan sesuai permintaan, kami dapat merahasiakan identitas anda.Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Redaksi

Perusahaan kami bergerak dibidang Forwarding, dalampenyelesaian formalitas kepabeanan impor memakai House Billof Lading (HBL) sebagai dokumen pelengkap pabean.

Sehubungan dengan pemberlakuan SAP PDE Manifest Imporper tanggal 1 Juli 2006, dan sesuai jawaban atas pertanyaansaya di WBC edisi 382 September 2006 oleh Bp. Endang Tata,Dir P2 pada waktu itu. Tentang ketentuan penggunaan HBL dapatdilaksanakan sepanjang data-data yang tercantum dalamdokumen pemberitahuan pabean sesuai dengan data-data yangtercantum di BC 1.1

Dalam SK Menkeu No 39/PMK/04/06 Tentang Rencana Ke-datangan Sarana Pengangkut (RKSP) Inward Manifest danOutward Manifest yang pelaksanaannya diatur dalam PeraturanDJBC No. P10/BC/2006. Pasal pada peraturan-peraturan terse-but di atas, tidak secara teknis mewajibkan pencantuman namaimportir sebenarnya (actual/real consignee) pada MBL.

Sebelum mandatory manifest pada MBL, shipper dan consig-nee adalah nama freight forwader. Implementasi di lapanganagen pelayaran meminta agar pada MBL dicantumkan nama im-portir sebenarnya, dan freight forwarder sebagai pihak yangdiberitahu (Notify Party) yang menurut mereka ini yang harus diisidalam Modul Pengangkut dalam link Pos Manifest.

Kelalaian mencantumkan nama importir sebenarnya akanmengakibatkan perbaikan BC.1.1 (redress consignee)

Akibat penerapan peraturan ini, menurut hemat saya akanmerugikan perusahaan-perusahaan jasa transportasi (freightforwarder) di Indonesia, yang mayoritas perusahaanbumiputera, dimana perusahaan pelayaran di Indonesia lebihbertindak sebagai agen pelayaran asing.

Dengan diketahui importir sebenarnya oleh perusahaanagen pelayaran disini dan di negara asal, cepat atau lambatakan mematikan kegiatan usaha dibidang freight forwaderyang dengan susah payah mencari klien, sebelumnyaperusahaan sejenis kami dapat merahasiakan kliensebenarnya agar tak dapat diketahui oleh agen pelayaran.

Pertanyaan saya adalah :1. Apakah memang ada aturan yang mengatur tentang

kewajiban memasukan nama importir sebenarnya padamodul pengangkut utamanya pada pos manifest ?

2. Kami mendukung penerapan SAP PDE Manifest sebagai alatkontrol lalu lintas barang ekspor impor, namun apakah adamekanisme dimana perusahaan freight forwader dapatmerahasiakan klien dari perusahaan agen pelayaran ?

Tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan ini sangat sayatunggu. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyakterima kasih

HERA Y MELATIBukit Duri Putaran No. 13-14 - Jkt 12840

Jawaban :

Dari uraian pada Surat tersebut dapat disimpulkan, bahwa :Sebelum mandatory SAP Manifest, pada Master B/L yang

tertulis sebagai Shipper dan Consignee adalah Freight Forwarder.Dan setelah mandatory SAP Manifest para Agen Pelayaran (Ship-ping Line) meminta agar pada Master B/L dicantumkan nama

Actual / Real Consignee (Importir sebenarnya), sedangkanFreight Forwarder sebagai pihak yang diberitahu (Notify Party).Data Actual / Real Consignee (Importer sebenarnya) harusdiisikan pada Modul Pengangkut untuk dikirim ke KantorPelayanan Bea dan Cukai (KPBC) dengan menggunakan sistemPDE. Terhadap hal-hal tersebut, Saudara menanyakan :1. Apakah memang ada aturan yang mengatur tentang

kewajiban memasukan nama importir sebenarnya padamodul pengangkut utamanya pada pos manifest ?

2. Apakah ada mekanisme dimana perusahaan Freight Forwar-der dapat merahasiakan kliennya dari perusahaan pelayaran ?

Atas pertanyaan tersebut, dapat dijawab sebagai berikut :

Jawaban atas pertanyaan no. 1Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai

Nomor P-10/BC/2006 tanggal 16 Juni 2006 Tentang TataCara Penyerahan Dan Penatausahan PemberitahuanRencana Kedatangan Sarana Pengangkut, ManifesKedatangan Sarana Pengangkut, dan ManifesKeberangkatan Sarana Pengangkut, pada Lampiran V,Lampiran VI, dan Lampiran VII mengenai Tata CaraPenyerahan dan Penatausahaan Pemberitahuan InwardManifest secara Manual, melalui Media Penyimpan DataElektronik, atau melalui Sistem PDE, dinyatakan bahwaPengangkut harus menyiapkan dan menyerahkanPemberitahuan Inward Manifest dengan elemen data yangditetapkan, diantaranya adalah :- nama dan alamat pengirim (shipper/supplier);- nama dan alamat penerima (consignee);- nama dan alamat pemberitahu (notify address/notify party);

Jawaban atas pertanyaan no. 2Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai

Nomor P-10/BC/2006 tanggal 16 Juni 2006 pada Pasal 6, pasal7 dan Lampiran VIII mengenai Tata Cara Perbaikan terhadapBC1.1, diatur bahwa perbaikan terhadap BC 1.1 dapat diajukanoleh Pihak Pengangkut (Shipping Line / Air Line) atau pihak-pihaklain yang bertanggungjawab atas barang (Freight Forwarder,Cargo Handling, Yang mendapat Kuasa) denganmempersyaratkan dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung.Jadi data Inward Manifest (BC 1.1) yang diserahkan oleh AgenPelayaran ke KPBC, pada isian kolom Consignee dapat berisikandata Freight Forwarder atau actual / real Consignee (Importer).

Dalam hal kolom Consignee pada Inward Manifest (BC 1.1)berisikan data Freight Forwarder, maka harus dilakukanperbaikan BC 1.1. Khusus untuk Freight Forwarder, mekanismepengajuan perbaikan BC 1.1 (redress) dapat ditempuh denganmelalui salah satu diantara 2 (dua) pilihan, yaitu :a. Melalui Agen Pelayaran, dan segala perbaikan data BC

1.1 diajukan oleh Agen Pelayaran ke KPBC, dan otomatisAgen Pelayaran mengetahui data Master atau House B/Lyang berkaitan dengan Freight Forwarder ;

b. Pihak Freight Forwarder melakukan perbaikan dataInward Manifest (BC 1.1) langsung ke KPBC, sehinggaActual / Real Consignee tidak diketahui oleh ShippingLine (Agen Pelayaran).

TIM MANIFEST

Importir Sebenarnya Pada MBL

Page 56: Warta Bea Cukai Edisi 389

55WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

orupsi merupakan suatu tindak kejahatan yangterjadi tidak hanya di negara yang sedangberkembang namun terjadi pula di negara maju danmodern sekalipun. Dimensi efek kehancuran akibatkorupsi sangat luas, menyeluruh dan nyata yang

sekarang pun dirasakan oleh seluruh rakyat bangsa ini. Lebihlagi dalam skala sangat dahsyat dapat menghapuseksistensi suatu negara dalam tataran pergaulaninternasional.

Secara sederhana dari sisi pemerintah, korupsi dapatdiartikan tindakan pegawai, aparat, oknum, pimpinanmelakukan penyalahgunaan kewenangan dengan caramelakukan penyimpangan, melanggar aturan dalam rangkameraih keuntungan pribadi atau kelompok yang padaakhirnya merugikan kepentingan negara dan masyarakat.

Dalam rangka memberantas korupsi beserta turunannyapemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (untukselanjutnya disebut UU PTPK).

Agar tidak melebar dan lebih terfokus pada judul, uraianselanjutnya hanya membatasi pada ketentuan/ pasal UUPTPK yang mana dapat digunakan penegak hukum dalammenjerat orang/PNS yang diduga melakukan tindak pidanakepabeanan. Selain itu agar lebih mudah menelaahnyadiasumsikan bahwa setiap petugas DJBC memahami UUKepabeanan secara baik dan benar

SEKILAS TENTANG BEA DAN CUKAITugas pokok dan fungsi DJBC antara lain adalahl Fasilitator perdagangan dan industril Pengumpul pajak dalam rangka impor

Berangkat dari salah satu tugas dasar tersebut tergambarbetapa berat, rumit dan rawannya DJBC dalam pelaksanaantugasnya. Betapa tidak, ibarat mata uang logam di satu sisimengemban tugas mencari dan mengumpulkan pendapatannegara melalui sektor pungutan pajak dalam rangka impor,

sisi lain melayani stakeholder dengan memberikan fasilitaskepabeanan yang bertujuan menciptakan iklim yang kondusifbagi dunia usaha sehingga menimbulkan geliat di sektorperekonomian yang pada akhirnya tercipta perekonomiannasional yang stabil.

Dalam memberikan fasilitas kepabeanan unsur kehati-hatian merupakan syarat mutlak terutama pada ketaatanpada peraturan dan prosedur yang harus dilaksanakan.Selanjutnya terhadap pengawasan dan sanksi terhadappelanggaran aturan harus dilaksanakan tanpa tebang pilihsehingga pada akhirnya menimbulkan efek jera bagi setiapsubjek pelanggaran (detterent effect). Mengapa hal ini perludimunculkan ?

Harus diakui bahwa selama ini seringkali dalammemberikan fasilitas kepabeanan petugas Bea dan Cukailalai terhadap berbagai hal sehingga timbulah kerawanan danselanjutnya tercipta celah hukum (loop hole) untukpelanggaran dimana akibatnya penegak hukum diluarPPNS DJBC dapat masuk dan menyeret kelalaian tersebutsebagai dasar untuk mengembangkan penyelidikan danpenyidikan jika didapat cukup bukti.

CONTOH KASUSDengan tetap mengedepankan asas “Praduga tak bersa-

lah” bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,dituntut, dan atau dihadapkan dimuka sidang pengadilanwajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan peng-adilan yang menyatakan kesalahannya dan memperolehkekuatan hukum tetap .

Salah satu kasus yang sedang berjalan pemeriksaannyadalam kompetensi relatif PN Jakarta Utara adalah yang intinyafasilitas kepabeanan atas impor barang diberikan berupaGudang Berikat dan Eigenloosing, tapi ternyata disalahgunakanoleh Importir dan pada akhirnya barang impor tersebut beredar dipasaran dengan tidak memenuhi kewajiban kepabeanannyayaitu berupa pembayaran pajak dalam rangka impor. Padahalterhadap kasus ini mekanisme secara hukum untuk menagihdan atau menyelesaikan bea masuk dan pajak dalam rangkaimpor sudah jelas aturannya. Misalnya post clearance audit(PCA), surat paksa, penyitaan dan pelelangan terhadap hartabenda milik importir oleh Badan Piutang dan Lelang Negara.

MASYARAKATINTERNASIONAL

SUDAHMENGKUALIFI-

KASIKANKORUPSISEBAGAI

“KEJAHATANLUAR BIASA”

”Oleh :

MohammadGauss

Sitompul

Jerat UUPemberantasanTindak Pidana

KorupsiTerhadap Tindak

Pidana Kepabeanan

K

KOLOM

Page 57: Warta Bea Cukai Edisi 389

56 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Secara rinci pasal per pasal dalam UU Kepabeanansebagai berikut :l Psl 30. Importir bertanggung jawab terhadap bea masuk

yang terutang sejak tanggal pemberitahuan pabean atasimportasinya.

l Psl 38 (1). Utang atau tagihan kepada negara berdasarkanUndang-undang ini yang tidak atau kurang dibayar dikenakanbunga sebesar 2% setiap bulannya untuk selama-lamanya24 bulan, dihitung sejak tanggal jatuh tempo sampai haripembayaran dan bagian bulan dihitung satu bulan.

l Ps 39 (1). Negara mempunyai hak mendahului untuk tagihanpabean atas barang-barang milik yang berutang.

l Ayat (3). Hak mendahului untuk tagihan pabean melebihisegala hak mendahului lainnya.

l Psl 41 (penjelasan). Utang yang tidak dapat diselesaikanberdasarkan ketentuan dalam undang-undang inipenagihannya diserahkan kepada instansi pemerintahyang mengurusi penagihan piutang negara.

Atas mekanisme hukum tersebut jelas sistem penagihandalam proses kepabeanan memiliki khususan yang artinyasegala kemungkinan yang patut diduga akan menimbulkankerugian bagi keuangan negara telah diantisipasi dan diatur.

UNSUR MELAWAN HUKUM MERUGIKAN KEUANGAN NEGARADidalam mengupas unsur melawan

hukum tindak pidana korupsi, tulisan ini hanyamengupas pasal 2 (1) dan pasal (3) UUPTPK yaitu,

Pasal 2 ayat (1)Setiap orang yang secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya dirisendiri atau orang lain atau suatu korporasiyang dapat merugikan keuangan negara atauperekonomian negara dipidana dengan pida-na penjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan palinglama 20 (dua puluh) tahun dan denda palingsedikit Rp. 200.000.000, (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,(satu milyar rupiah)

Penjelasan pasal 2 (1)Yang dimaksud dengan “Secara melawan

hukum” dalam pasal ini mencakup perbuatan-perbuatan melawan hukum dalam arti formilmaupun dalam arti materiil yakni meskipunperbuatan tersebut tidak diatur dalam peratur-an perundang-undangan, namun apabila per-buatan tersebut dianggap tercela karena tidaksesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupansosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapatdipidana.

Pasal 3 :Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi menyalahgunakankewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karenajabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negaraatau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan ataudenda paling sedikit Rp. 50.000.000. (lima puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp 1.000.000.000, (satu milyar rupiah)

Unsur-unsur melawan hukum pasal 2 ayat (1) UU PTPKialah :l Unsur perbuatan melawan hukuml Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasil Unsur dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

Mengacu pada sifat melawan hukum tindak pidanakorupsi maka kejahatan ini merupakan “Delik Formil” yaituadanya unsur-unsur perbuatan telah terpenuhi yang tidakmemperdulikan akibatnya. Berbeda dengan kualifikasi delikmateriil yaitu mensyaratkan akibat dari perbuatan berupakerugian yang timbul harus sudah terjadi.

l Unsur melawan hukum itu sendiri adalah tindakan yangdilakukan dimana termasuk dalam rumusan delik, bersifatmelawan hukum dan dapat dicela.

l Unsur merugikan keuangan negara dapat tergambardalam 2 hubungan yang ekstrim yaitu :1. Nyata-nyata merugikan keuangan negara2. Kemungkinan dapat merugikan perekonomian negara

Diantara dua hubungan diatas sebenarnya masih adahubungan yang “belum nyata terjadi” tetapi denganmempertimbangkan keadaan khusus dan konkrit disekitarperistiwa yang terjadi atau peristiwa yang melatarbelakanginya,secara logis dapat disimpulkan bahwa akan ada suatu akibatyang akan terjadi yaitu kerugian keuangan negara.

Unsur-unsur pasal 2 (1) dan pasal 3 UU PTPK memangdiciptakan dan dibuat sengaja untuk menjangkau seluruh bentuktindak pidana korupsi. Mengapa demikian ? Seperti sekarang ini

korupsi terjadi sangat dalam, parah dan luasibaratnya penyakit kanker kronis.

Khususnya di negara Republik Indonesiakegiatan administrasi dan struktur pemerintahansering kali tidak menciptakan kepastian hukum,berbagai peraturan baik yang diundangkanpemerintah pusat maupun pemerintah daerahbanyak yang menciptakan peluang untukkeleluasaan monopoli ditambah dengan PNS,aparat keamanan, pejabat tinggi negara danlain sebagainya telah juga menciptakan iklimdan sistem korupsi yang sistematis didukungpula oleh persoalan gaji, standar hidup danekonomi biaya tinggi yang makin menguatkanperilaku korupsi.

Atas perilaku tersebut bahkan masyara-kat internasional sudah mengkualifikasikankorupsi sebagai “ kejahatan luar biasa”. Olehkarena itu dalam penanganannya padatahap penyelidikan, penyidikan, penuntutandan penjatuhan putusan pengadilan harusdilakukan secara luar biasa juga (extraordi-nary measures).

Unsur memperkaya diri sendirimengandung pengertian bahwa penggunaan

keuangan negara tidak diperuntukkan bagi kepentingan pe-nyelenggaraan negara tetapi untuk kepentingan diri pelakutindak pidana korupsi.

Sedangkan unsur penyalahgunaan kewenangan (abuseof power) pada pasal 3 menunjuk pada memberikan keuntunganyang tidak selalu indentik dengan penambahan harta kekayaantetapi dapat juga memperoleh kenikmatan atau keuntungan yangbersifat materiil dan/atau immateriil berupa fasilitas dankemudahan untuk melakukan sesuatu tindakan.

Jangkauan yang lebih keras dan luas lagi dalam hal telahterjadi percobaan yang didalam Kitab Hukum Undang Pidanamerupakan delik yang tidak sempurna pada tindak pidanakorupsi merupakan suatu tindak pidana yang bersifat satukesatuan bulat dan lengkap serta diancam pidana yang samadengan delik sempurna bahkan terhadap pengembaliankerugian keuangan negara tidak menghapus unsur pidananya.

PENERAPAN UNDANG-UNDANGKitab Undang Hukum Pidana dalam pasal 63 (2) menen-

DIMENSI EFEKKEHANCURAN

AKIBAT KORUPSISANGAT LUAS,

MENYELURUH DANNYATA YANG

SEKARANG PUNDIRASAKAN OLEHSELURUH RAKYAT

BANGSA INI

KOLOM

Page 58: Warta Bea Cukai Edisi 389

57WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

ngin perubahan di organisasi Bea dan Cukai semakinmengalir dengan cepat. Perubahan dalam strukturorganisasi, rencana pembentukan Kantor PelayanUtama, PDE dan bahkan rencana single windowsmenjadi hal yang menggairahkan bukan saja bagi

pegawai Bea dan Cukai tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia.Tentu saja dengan satu harapan, melalui perubahan ini Bea danCukai dapat berperan dengan baik dalam mendorong laju rodapergerakan perekonomian Indonesia yang terus berusaha keluardari krisis multidimensi.

Sangat besar harapan agar pelaksanaan perubahan dapatberjalan dengan baik dan berhasil hingga akhir yang diinginkan.Untuk itu pelaksanaan perubahan ini harus dikawal agar terusberada pada jalan-jalan yang menuju keberhasilan.

Agar dapat terus melakukan perubahan dengan baik danberhasil, John P. Kotter mengemukakan bahwa terdapat duakomponen yang pokok dalam melakukan perubahan, pertamaperubahan itu harus dilakukan melalui tahap-tahap dan berurutan.Proses perubahan memiliki delapan tahap yaitu : menetapkanmakna urgensi perubahan, menciptakan koalisi pengarah,mengembangkan visi dan strategi, mengkomunikasikan visiperubahan, memberdayakan dan melibatkan banyak orang untukmelakukan tindakan, menghasilkan output jangka pendek,mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkanlebih banyak perubahan dan melembagakan praktek-praktekbaru dalam kultur baru organisasi.

Pelaksanaan satu tahap dengan baik dalam prosesnya akanmemberikan landasan yang kuat bagi tahap pelaksanaanberikutnya demikian seterusnya, ibarat roda didalam roda. Bilahanya melakukan beberapa tahap saja atau langsung melompatpada tahap selanjutnya tanpa landasan yang kuat, lebih seringmenghadapi masalah dalam pelaksanaan perubahan.

Komponen kedua adalah pendorong proses perubahanadalah kepemimpinan, kepemimpinan dan sekali lagi masih tetapmembutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan menentukan arah

tukan, “Jika bagi suatu perbuatan terancam oleh ketentu-an pidana umum ada ketentuan istimewa/khusus, makaketentuan pidana istimewa itu saja yang dipergunakan.Dan ini bersesuaian dengan adagium/asas Lex spesial-ais derogat lex generali.

Ahli hukum pidana, Schaffmeister berpendapatsebagaimana dikutip oleh Prof Dr. A.Z. Abidin dan Prof Dr. Jur.Andi Hamzah dalam bukunya yang berjudul “Bentuk-bentukkhusus perwujudan delik dan hukum penentisier” pada hal318, bahwa ketentuan dalam pasal 63 (2) KUHP dinyatakansebagai pidana bentuk kekhususan yang sistematis.

Secara jelas Schaffmeister memberikan contoh suatuperkara penyelundupan sebagaimana diatur dalam UUKepabeanan apabila seseorang menyelundupkan barangberarti tidak membayar bea masuk dan menjadi bagian yangdapat disebut memperkaya diri sendiri atau orang lain danpasti merugikan keuangan negara yang artinya memenuhisemua bagian inti delik korupsi sesuai UU PTPK, namun UUPTPK tidak boleh diterapkan karena bersifat umum, adabentuk khusus delik penyelundupan yang disebut dalampasal 102 UU Kepabeanan, dengan demikian jika hal tersebutdipaksakan maka jelas merupakan pelanggaran ataskekhususan yang sistematis.

Kembali pada episiode tindak pidana kepabeananditinjau dari penyertaan dalam melakukan perbuatan pidana,dari sisi pelaku (dader) dapat dikualifikasikan sebagai berikut;1. Melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut

serta melakukan perbuatan.2. Mereka yang memberi atau menjanjikan sesuatu dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat ataumemberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengajamenganjurkan orang lain supaya bertindak sesuatu.

Dari klasifikasi pelaku pada umumnya modus tindakpidana kepabeanan bila tidak sesuai dengan rumusandelik pasal 102 UU Kepabeanan, sering kali melibatkankonspirasi oknum pegawai. Terlepas dari modus operandi,yang menjadi pertanyaan penegak hukum adalah apakahUU Kepabeanan mengatur tentang sanksi bagi oknumpegawai yang terlibat berkonspirasi dalam tindak pidanakepabeanan sehingga keuangan negara dirugikan ?Apakah dengan diberikan sanksi berdasarkan PP 30Tahun 1980 tentang disiplin PNS menghapuskankesalahan perbuatan dan ancaman pidana ?

Terhadap importir kewajiban kepabeanan berdasarkansistem self assesment tegas diatur sehingga apapun yangmenjadi alasan importir untuk menghindar dari kewajibannyatidak akan pernah lepas dari perangkap sanksi UUKepabeanan. Tugas PPNS DJBC-lah untuk memprosessesuai ketentuannya. Hasil penyidikan dapat dilihat danbuktikan bersama dengan adanya beberapa keputusanpengadilan yang inkracht (Bravo PPNS DJBC).

Hakekat PNS (ambtenaar) adalah idealnya seseorangyang mengemban tugas mulia dengan sumpahnya kepadaTuhan Yang Maha Esa untuk mencurahkan, mengorbankandan membaktikan hidupnya dalam menjalankan tugas dantanggung jawab terhadap negara dengan segala konsekuensiresiko demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. TerhadapPNS yang terlibat berkonspirasi dalam tindak pidanakepabeanan penegak hukum mencoba menjerat dengandasar UU PTPK yaitu unsur memperkaya orang lain dan tidakmelaksanakan kewenangan yang dimilikinya sehinggakeuangan negara dirugikan.

Terlepas dari usaha penegak hukum mencoba menyerettersangka pelaku tindak pidana kepabeanan berdasarkan UUPTPK diputus bersalah atau bebas oleh pengadilan, sudahseyogyanyalah masing-masing pegawai introspeksi danmembenahi diri agar instansi yang dibanggakan ini dapatterus memberikan kontribusi terhadap keuangan negara danmengawal Republik Indonesia tercinta ini.

Penulis adalah Staf Pelaksana Biro Hukum Sekertaris JenderalDepkeu, Mantan Kepala KPBC Atapupu/Atambua, NTT

PERUBAHANADALAHTANDA

ADANYAKEHIDUPAN

“”Mengawal

PerubahanPada DJBC

Oleh :RinsanSiagian

A

Page 59: Warta Bea Cukai Edisi 389

58 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

dengan mengembangkan visi dan misi masa depan dan menen-tukan strategi-strategi untuk menghasilkan perubahan-perubahanuntuk mencapai visi itu, mengarahkan para karyawan pada visi,memberikan motivasi dan inspirasi kepada anggota organisasimeskipun terdapat hambatan.

1. MENETAPKAN MAKNA URGENSIMenetapkan tingkat urgensi adalah menentukan alasan

mengapa melakukan perubahan. Perubahan dapat didorong olehkondisi internal maupun tuntutan eksternal. Krisis ekonomi suatunegara dapat menjadi pendorong untuk melakukan perubahansebuah organisiasi.

Dengan memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk melakukanperubahan, organisasi akan membuat kebijakan-kebijakan barudan mencari praktek-praktek yang terbaik untuk menciptakanperformance yang lebih baik. Keinginan untuk memperbaikikondisi ini akan menginventaris masalah yang ada dan mencaripeluang penyelesaian dangan baik dan norma yang berlakuadalah kerjakan sekarang juga.

2. MEMBENTUK KOALISI ATAU TIM PENGARAHMelakukan perubahan besar merupakan pekerjaan yang sa-

ngat sulit untuk itu sangat diperlukan kekuatan yang besar untukmelakukan perubahan tersebut. Diperlukan tim dengan komposisiyang tepat agar peruabahan berjalan dengan baik. Semua ang-gota tim harus memiliki kesalingpercayaan yang tinggi, mewakilikelompok-kelompok yang ada dalam organisasi, memilikikomitmen dan tujuan yang sama dalam perbaikan organisasi.

Empat karakteristik pokok yang penting untuk membentukkoalisi pengarah yang efektif :- Kekuatan posisi : tim pengarah terdiri dari pelaku kunci

dalam top manajemen, terutama manajer lini utama- Keahlian : memiliki wawasan dan sudut pandang yang luas -

tim memiliki disiplin ilmu yang relevan, pengalaman kerjarelevan dan lainnya sehingga dapat membuat keputusanyang matang dan komprehensif.

- Kredibilitas : memiliki reputasi kerja yang baik sehinggapernyataannya akan benar-benar diperhatikan dandilaksanakan dengan baik.

- Kepemimpinan : tim pengarah melibatkan pemimpin yangbaik sehingga mampu mendorong terjadinya prosesperubahan.

3. MENGEMBANGKAN VISI DAN STRATEGIVisi mengacu pada gambaran organisisasi dimasa depan

dengan beberapa komentar implisit atau eksplisit mengenaimengapa orang harus berusaha dengan keras untukmenciptakan masa depan seperti itu.

Visi yang baik mempunyai tiga tujuan penting, pertama,menjelaskan tujuan umum dari perubahan tersebut denganmengatakan “Kita harus mengadakan perubahan arah dalambeberapa tahun dari posisi kita sekarang ini”, visi inimenyederhanakan ratusan bahkan ribuan keputusan yang lebihterinci. Kedua, visi akan memotivasi banyak orang untukmelakukan tindakan ke arah yang benar, sekalipun langkah-langkah awal menyakitkan mereka sendiri. Ketiga, visi akanmembantu mengkoordinasikan tindakan-tindakan banyak orangberbeda, bahkan ribuan orang secara cepat dan efisien.

Visi yang efektif paling tidak harus memiliki enamkarateristik pokok :- Dapat dibayangkan : mengambarkan bentuk aktivitas

organisasi kelak di masa depan.- Menarik : menyatakan dengan jelas mengenai sederatan

kemungkinan yang menjadi kepentingan karyawan,konsumen yang menghadapi risiko dalam situasi itu.

- Realisitis, bukan fantasi yang tampak menyenangkantetapi tidak mempunyai peluang untuk direalisasikan.

- Terfokus : cukup jelas untuk memberikan bimbingandalam pengambilan keputusan

- Fleksibel : cukup umum untuk memungkinkan individumengambil inisiatif dan respons alternatif dalamhubungannya dengan kondisi yang berubah

- Bisa dikomunikasikan : mudah dijelaskan dalam waktulima menit

4. MENGKOMUNIKASIKAN PERUBAHANGagasan akan visi yang telah ditetapkan agar sampai

kepada seluruh organisasi harus dilakukan dengan baik,jangan sampai mengirimkan pesan yang tidak konsisten.

Elemen-elemen kunci dalam komunikasi yang efektif :- Kesederhanan : Informasi bebas dari jargon-jargon.- Metafor, analogi dan contoh : Sebuah gambaran verbal

bisa mengungkapkan ribuan kata.- Berbagai macam forum : Rapat-rapat besar, dan kecil,

memo dan terbitan berkala, interaksi formal dan informal– semuanya merupakan sarana yang efektif untukmenyebarluaskan informasi.

- Pengulangan : Gagasan-gagasan bisa mengakar dalamhanya setelah semua itu didengar berulang kali.

- Kepemimpinan berdasarkan contoh : Perilaku dari orang-orang penting yang tidak konsisten dengan visi yang telahditentukan mengalahkan bentuk komunikasi lainnya.

- Penjelasan mengenai ketidakkonsistenan yang terjadi :Ketidakkonsistenan (inkonsistensi) yang tidak diatasimenghambat kredibilitas semua komunikasi.

- Memberi dan menerima : Komunikasi dua arah selalulebih kuat dibandingkan komunikasi satu arah.

5. MEMBERDAYAKAN DAN MELIBATKAN BANYAK ORANGUNTUK MELAKUKAN TINDAKANTransformasi harus dilakukan oleh semua unsur dalam

organisasi, dengan memberdayakan semua orang untukmelakukan tindakan dengan cara menghilangkan sebanyakmungkin hambatan dalam mengimplementasikan visiperubahan.

Empat hambatan yang penting dikelola dengan baik :- Hambatan struktural : harus ada kesesuaian antara visi

dan struktur organisasi antara lain berkaitan dengankonsumen, pendelegasian wewenang dengan tepat.

- Keterampilan : peningkatan keterampilan diperlukandalam perubahan.

- Sistem : menyatukan sistem dengan visi. Sistem yangsumber daya manusia (SDM) Penilaian Kerja.Kompensasi. Promosi. Perencanaan Suksesi.

- Supervisor : dikembangkannya dialog yang jujur denganpara manajer yang enggan melakukan perubahan.

Para karyawan yang patah semangat dan lemah akanmenjadi beban dalam proses perubahan, tetapi denganmembuat struktur, pelatihan, sistem dan supevisor yang tepatdapat menjadi sumber kekuatan pembangkit yang sangatbesar untuk meningkatkan kinerja organisasi.

6. MENGHASILKAN KEUNTUNGAN JANGKA PENDEKPenentuan sasaran yang harus dicapai dalam jangka

pendek dengan perencanaan kegiatan, anggaran-anggarandan mengatur implementasinya dalam jangka pendek danmengontrol proses itu pada jalur yang ditentukan sangatdibutuhkan dalam perubahan. Dalam hal ini peranan manajerdan kepemimpinan. Hal-hal yang kecil yang dapat dicapaidengan baik akan menjadi pendorong bagi perubahan kecillainnya dan terus mengalir sehingga tercapai perubahanyang lebih besar.

7. MENGKONSOLIDASIKAN PENCAPAIAN-PENCAPAIAN DANMENGHASILKAN LEBIH BANYAK PERUBAHANKeberhasilan dalam perubahan kecil adalah keberhasilan

kecil, jangan cepat merasa puas diri, ini hanya untuk menariknapas sejenak dan selanjutnya kita harus siap mengalirkankeberhasilan ini untuk menggerakkan ratusan bahkan ribuanelemen-elemen lainnya yang dapat saling terkait dan pastiakan memerlukan waktu, dan tenaga yang sangat besar,pasti lebih melelahkan.

Mengidentifikasi keberhasilan harus dapat dijaga sebagai

KOLOM

Page 60: Warta Bea Cukai Edisi 389

59WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

momentum untuk melakukan perubahan yang lebih banyakperubahan. Dalam perjalanan perubahan yang memerlukantenaga besar dalam waktu yang panjang memerlukan pemimpinyang dapat mengarahkan proses perubahan itu.

Perubahan dalam sistem yang sangat saling tergantungsering kali juga harus mengubah hampir segala sesuatunya,transformasi organisasi menjadi pekerjaan besar, jalanpanjang yang melelahkan dan memakan waktu bertahun-tahun bahkan dekade.

Sekali lagi kepemimpinan memegang peranan yangsangat penting dalam menciptakan visi-visi yang menantang,bersedia berpikir jangka panjang, mengarahkan pada tujuanyang diharapkan.

8. MENCANANGKAN PRAKTEK-PRAKTEK BARU KE DALAMKULTURPraktek-praktek operasional yang telah berhasil dicapai

selama proses perubahan harus ditanamkan dalam kulturorganisasi. Kultur adalah mengacu pada perilaku dan nilai-nilaiyang diyakini bersama diantara sekelompok orang.

Norma perilaku merupakan cara bertingkah-laku yang lazimatau meresap dalam sebuah kelompok dan yang muncul karenapara anggota kelompok cenderung berperilaku dalam cara-carayang mengajarkan praktek-praktek ini kepada anggota baru,memberikan penghargaan kepada mereka yang berperilakusesuai dan memberikan sanksi kepada mereka yang berperilakutidak sesuai.

Nilai-nilai yang diyakini bersama merupakan perhatianpenting dan tujuan-tujuan bersama oleh sebagian besar orangdalam sebuah kelompok dan yang sering berlangsung lamasekalipun keanggotaan kelompok sudah berubah.

Praktek-praktek baru harus dapat mengantikan kulturyang lama. Mengubah dan mengendalikan kultur yang lamamenjadi kultur yang baru dapat berjalan bila kita berhasilmenetapkan urgensi, menciptakan koalisi pengarah,mengembangkan visi dan strategi, mengkomunikasikan visiperubahan, memberdayakan banyak orang untuk melakukantindakan, menghasilkan output jangka pendek, mengkonsoli-dasikan pencapaian-pencapaian dan menghasilkan lebihbanyak perubahan. Hampir selama perubahan kultur terjadidalam tahap 8 bukan tahap 1. Adalah kesalahan besar jikakita menjadikan “perubahan kultur” pada tahap 1.

Kultur bukanlah sesuatu yang dapat dimanipulasi denganmudah. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalamtentang kultur organisasi sejak awal pelaksanaan perubahanuntuk membentuk kultur di setiap proses pada setiap tahap agardapat mencipkatan perubahan kultur total. Pengelolaanperubahan kultur dilakukan sejak awal hingga akhirnya akantelihat hasilnya pada tahap akhir dan selanjutnya ditanamkanpada secara dalam sebagai kultur organisasi.

Dalam mencanangkan perubahan kultur :- Hasilnya baru terlihat pada tahap akhir, walapun harus

dilakukan sejak tahap awal- Pendekatan-pendekatan baru biasanya berakar dalam kultur

hanya setelah semuanya menjadi sangat jelas bahwapendekatan-pendekatan itu bisa berjalan dan lebih baikdibandingkan metode-metode lama

- Diperlukan instruksi dan dukungan lisan agar semua anggotaorganisasi dapat mengetahui kesahihan praktek-praktek yangbaru

- Kadang-kadang satu-satunya cara untuk mengubah kulturadalah dengan mengganti pelaku-pelaku utama

- Dalam membuat keputusan mengenai suksesi, promosiharus benar-benar menggunakan praktek-praktek yang baru,sehingga tidak menimbulkan apriori dan segera kembali kekultur yang lama

Hal-hal yang dikemukakan oleh John P. Kotter di atas dapatmenjadi langkah-langkah yang dilalui dalam mengawalperubahan di Bea dan Cukai.

Adanya urgensi yang tinggi di lingkungan Bea dan Cukai baikurgensi yang didorong oleh lingkungan internal maupun

lingkungan eksternal telah memberi arahan bahwa Bea danCukai harus berubah. Tuntutan akan pelayanan yang profesionaldalam mendorong roda perekonomian di tengah-tengah usahapemulihan ekonomi Indonesia, di tengah-tengah arus globalisasiyang terus bergulir, merupakan hal pendorong dilakukannyaperubahan di organisasi Bea dan Cukai. Dan perubahan ini harusdikawal agar perubahan yang dilakukan dapat sampai padatujuan yang diharapkan.

Diperlukan Tim Pengarah Perubahan di Bea dan Cukaiseperti Tim KPU, Tim Pengkaji Struktur Organisasi dan Timlainnya hendaknya beranggotakan orang-orang yang memilikikekuatan posisi, keahlian, kredibilitas dam kepemimpinan agarterdapat tingkat kepercayaan akan proses perubahan yangberlangsung.

Penyataan visi dan misi Bea dan Cukai di masa depan harusjelas. Mungkin membingungkan membayangkan Bea dan Cukaidimasa mendatang dimana terdapat BC KPU dengan pola kerjadan kesejahteraan yang cukup baik dengan non-KPU denganpola kerja dan kesejahteraan yang belum jelas. Dan Bea Cukaiyang dituntut sejajar dengan Bea Cukai sedunia tetapikesejahteraan jauh dibandingkan negara lainnya. Bea dan Cukaiperlu merumuskan visi dengan baik.

Visi dan misi, praktek-praktek baru, gagasan-gagasan baruharus dikomunikasikan dengan baik sehingga semua pegawaiyang tersebar di seluruh Indonesia dapat mengetahui prosesperubahan yang telah, sedang dan hendak berlangsung. Tanpakomunikasi yang baik akan terjadi kebingungan di tengah-tengahpegawai. Warta Bea Cukai dapat menjadi media yang bagusdalam mengkomunikasikan proses perubahan yang berlangsung.

Perubahan di Bea dan Cukai harus melibatkan semuasumber daya yang ada. Struktur organisasi yang dinamis denganmemperhatikan wilayah kerja dan volume kerja masing-masingKantor Wilayah dan dan Kantor Pelayanan. Tentu rentang kendaliKanwil di Jakarta akan berbeda dengan rentang kendali di KanwilIndonesia bagian timur. Peningkatan keterampilan harus benar-benar diarahkan sesuai kebutuhan organisasi. Penilaian kerja,kompensasi, promosi, dan perencanaan suksesi yang terukurdan transparan.

Kompensasi juga harus memperhatikan perhitungan biayahidup tiap daerah yang sangat berbeda. Dan terus melakukandialog yang jujur dengan para pegawai yang masih engganterhadap perubahan. Sistem jaringan online yang kuat padaseluruh intern kantor Bea dan Cukai yang tersebar di seluruhIndonesia, tentu akan mendukung penggunaan teknologiberbasis elektronik untuk melayani stakeholders.

Sistem pelayanan dan pengawasan oleh Bea dan Cukaisangat terkait dengan instansi lain, dengan itu perubahansistem di Bea dan Cukai akan membutuhkan perubahan jugapada instansi terkait.

Dengan perencanaan yang matang dapat memperlihatkanhasil jangka pendek. Mengkonsolidasikan pencapaian-pencapaian untuk menghasilkan perubahan yang lebih banyakakan memperlihatkan bahwa pendekatan-pendekatan baru itubisa berjalan dan lebih baik dibandingkan metode-metode lama.

Masalah kultur bukanlah masalah chicken and egg situation.John P Kotter mengemukakan bahwa pemahaman terhadapkultur pada setiap tahap perubahan sangat penting untukmenciptakan praktek-praktek baru dalam organisasi danperlahan-lahan menanamkannya sejak awal perubahan dalam 8tahap perubahan dan hasilnya akan terlihat pada tahap akhirperubahan dan terus tertanam pada organisasi sebagai kulturbaru, bila praktek-praktek baru dapat berjalan dengan baik.

Perubahan adalah tanda adanya kehidupan. To live is tochange and to be perfect is to change often.Daftar Pustaka :1. John P Kotter1996 Leading Change. Menjadi Pionir Perubahan. Harvard Business

School Press2. Gary Hamel, C.K Prahalad 1994, Competing for the Future, Harvard Business School

Press3. Arie de Geus 1997, The Living Company, Harvard Business School Press

Penulis adalah Kasi Verifikasi Impor pada KWBC XII Ambon,Peserta DTU Self Development 04-08 Desember 2006

Page 61: Warta Bea Cukai Edisi 389

60 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

alam Warta Bea Cukai edisi Juli 2005 dimuat hasilsurvei JICA (Japan International CooperationAgency) sebagai laporan utama. Survei tersebutberjudul “The Study on Trade Related Systems andProcedures”, yang antara lain menghitung lamanya

waktu pelayanan Bea dan Cukai dalam menangani barangimpor di pelabuhan Tanjung Priok.

Ada satu hal yang ditanyakan oleh reporter WBC kepadapihak JICA dalam hal ini adalah Jitsuya Hasegawa, mengapajalur prioritas tidak disinggung atau diteliti tersendiri dalamsurvei tersebut. Oleh Hasegawa dijawab bahwa jalur prioritastermasuk jalur hijau. Memang survei tersebut hanya menelitijalur hijau dan jalur merah saja tanpa menyinggungkeberadaan jalur prioritas.

Saya kira tidak hanya reporter WBC saja yangmenanyakan hal ini, banyak pejabat Bea Cukai yang jugamenanyakan kepada pihak JICA mengapa jalur prioritas tidakditeliti tersendiri. Jawaban pihak JICA sama saja yaitu jalurprioritas termasuk jalur hijau. Padahal di Indonesia jalurprioritas adalah jalur tersendiri yang bukan jalur hijau danbukan jalur merah.

PERBEDAAN KERANGKA ACUANDisini terlihat adanya kesenjangan atau kesalahpahaman

antara Bea Cukai Indonesia dan JICA yang penelitinyaumumnya adalah orang Bea Cukai Jepang. Kesenjangan initerjadi karena perbedaan term of reference atau kerangkaacuan dalam penjaluran. Mereka menggunakan kriteria adadan tidaknya pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisiksebelum barang direlease. Jalur hijau apabila barang bisadirelease tanpa pemeriksaan dokumen dan tanpapemeriksaan fisik sebelumnya, sedangkan jalur merahapabila barang baru bisa direlease setelah dilakukannyapemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik.

Sebenarnya dalam sistem pabean internasional jugadikenal satu jalur lagi yaitu jalur kuning dimana barang bisadirelease hanya dengan pemeriksaan dokumen saja tanpapemeriksaan fisik.

Memang jika kita menggunakan kerangka acuan tersebutdiatas menimbulkan pertanyaan apakah jalur prioritas itusuatu jalur atau bukan. Kalau kita perhatikan, importir jalurprioritas memperoleh kemudahan barang impornya tidak

diperiksa secara fisik yang berarti masuk jalur hijau tetapiuntuk impor sementara, barang re-impor, barang tertentuyang ditetapkan pemerintah (misalnya beras, gula dankendaraan bermotor terpasang) atau yang terkena notaintelejen dilakukan pemeriksaan fisik yang berarti masuk jalurmerah.

Jadi sebagian jalur prioritas masuk jalur hijau dansebagian masuk jalur merah. Jalur hijau disini artinya barangdapat dilepas (release) tanpa pemeriksaan dokumen dantanpa pemeriksaan barang dan jalur merah artinya barangbaru dilepas setelah melalui pemeriksaan dokumen danpemeriksaan fisik.

Kalau berdasarkan peraturan perundangan yang berlakuyaitu Keputusan Dirjen Bea dan Cukai nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003, definisi Jalur Prioritas adalahfasilitas dalam mekanisme pelayanan kepabeanan di bidangimpor yang diberikan kepada importir yang mempunyaireputasi baik dan memenuhi persyaratan/kriteria yangditentukan untuk mendapatkan pelayanan khusus, sehinggapenyelesaian importasinya dapat dilakukan dengan lebihsederhana dan cepat.

Definisi ini berbeda dengan kriteria jalur yang umumnyadipakai di kalangan pabean internasional karena definisitersebut tidak menyebutkan apakah dilakukan pemeriksaandokumen atau tidak dan juga tidak disebutkan apakahdiperlukan pemeriksaan fisik atau tidak untuk bisa mereleasebarang. Demikian juga dalam Pasal 17 keputusan yang samatidak ditegaskan apakah terhadap Jalur Prioritas dikenakanpemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik. Bunyi ayat (3)dari pasal tersebut adalah sebagai berikut :

(3) Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)menentukan bentuk pemeriksaan pabean, yaitu :a. Jalur Merah dilakukan penelitian dokumen dan

periksaan fisik barang;b. Jalur Hijau hanya dilakukan penelitian dokumen;c. Jalur Prioritas tidak dilakukan Pemeriksaan

Pabean sebagaimana yang dilakukan terhadapjalur merah atau hijau.

Dari kriteria di atas hanya kriteria Jalur Merah yangsama dan sejalan dengan kriteria penjaluran yangdigunakan di kalangan pabean internasional yaitu adanya

ISTILAHPRIORITAS INILEBIH COCOKDIGUNAKAN

SEBAGAIPREDIKATIMPORTIRDARIPADA

NOMENCLATURPENJALURAN

Oleh :Wirawan

Sahli

Jalur Prioritas :Jalur AtauPredikatImportir ?D

OPINI

Page 62: Warta Bea Cukai Edisi 389

61WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik sedangkanuntuk jalur hijau disebutkan adanya penelitian dokumenpadahal kriteria jalur hijau internasional adalah tanpapemeriksaan dokumen dan tanpa pemeriksaan fisik.Kalau ada pemeriksaan dokumen setelah barang dilepasitu tidak menjadi kriteria penjaluran karena kalau barangsudah di peredaran bebas baru dilakukan pemeriksaandokumen itu tidak menghambat arus barang. Merekatidak menjadikan pemeriksaan barang setelah pelepasan(release) sebagai kriteria penjaluran karena barang dile-pas setelah penjaluran.

Tidak ada gunanya menjadikan kegiatan setelahpelepasan sebagai kriteria penjaluran karena pelepasan ituterjadinya setelah penjaluran. Jadi kalau yang dimaksuddengan penelitian dokumen dalam keputusan Dirjen diatasadalah pemeriksaan dokumen setelah release ini tidaksejalan dengan kriteria penjaluran menurut kelaziman dalamdunia kepabeanan. Karena kelaziman penjaluran dalamkepabeanan internasional hanya menggunakan kriteriakegiatan sebelum barang dilepas.

Kriteria Jalur Prioritas dalam ayat tersebut juga tidaksecara tegas menyebutkan apakah jalur prioritas itu harusdiperiksa dokumennya maupun fisiknya atau tidak.Namun kenyataannya Jalur Prioritas mau tidak mau akanmasuk jalur hijau atau jalur merah tergantung jenisbarang yang diimpor atau jenis importasinya. Jika barangtersebut termasuk yang ditetapkan pemerintah sepertigula dan beras akan masuk jalur merah. Demikian pulajika jenis importasinya adalah imporsementara atau re-impor akan masuk jalurmerah. Untuk barang lainnya akan masukjalur hijau dalam arti tanpa pemeriksaandokumen dan tanpa pemeriksaan fisik,barang dapat dilepas. Jalur prioritas disiniternyata juga harus diperiksa dokumennyasetelah barang dilepas sama dengan jalurhijau.

Dalam membuat definisi atau kriteria kitaharus berhati-hati dan harus konsistenkarena kalau tidak konsisten akanmenimbulkan salah paham seperti kejadianpada awal tulisan ini. Kalau kita ikut seminaratau simposium internasional yangmembahas penjaluran dan kitamenggunakan definisi dan kriteria yang kitapakai disini tentu akan menimbulkankesalahpahaman dengan ahli-ahli pabean ditingkat dunia.

Untuk berbicara pada tingkat dunia kitaharus menggunakan kerangka acuan yangsama untuk menghindarai kesalahpahaman. Ini tidak ha-nya berlaku di kalangan pabean tetapi pada seluruhbidang ilmu yang lain. Orang-orang asing memang sangatrasional dan konsisten dalam merumuskan kerangkaacuan, definisi ataupun kriteria.

Dalam bidang zoologi misalnya kalau kita menyebut ikanmaka kriterianya adalah binatang yang bernafas denganinsang dan reproduksinya dengan bertelur. Maka ikan pausdan lumba-lumba tidak termasuk golongan ikan karenabernafas dengan paru-paru dan cara reproduksinya denganmelahirkan anak. Ikan paus dan lumba-lumba termasukbinatang menyusui. Kalau ada ahli zoologi kita mencobamembuat definisi yang lain misalnya menggolongkan ikanpaus dalam golongan ikan karena hidup di air pasti akanmembingungkan ahli-ahli zoologi dari negara lain.

IMPORTIR PRIORITASKalau kita mengkaji peraturan-peraturan yang berlaku

untuk jalur prioritas sebenarnya istilah prioritas ini lebih cocokdigunakan sebagai predikat importir daripada nomenclaturpenjaluran. Jadi tidak ada jalur prioritas yang ada adalahimportir prioritas yaitu importir yang jujur dan tidak pernah

melakukan pelanggaran. Mestinya importir prioritas ini tidakakan dikenakan jalur merah. Di negara lain juga kalau sudahdiberi predikat importir bonafide, importir teladan atau apapunistilah yang digunakan, barang impornya tidak akan kenajalur merah.

Disini kita lagi-lagi agak menyimpang dari kelazimaninternasional karena sudah disebut sebagai importir prioritas(berarti statusnya istimewa sekali) tetapi masih bisa kenajalur merah untuk impor sementara atau barang re-impor.Tentu hal ini tidak konsisten dengan kriteria istimewa yangdimiliki importir prioritas.

Untuk impor biasa ke peredaran bebas saja importir prio-ritas diberikan jalur hijau mengapa untuk impor sementaradan untuk barang re-impor harus masuk jalur merah. Imporsementara adalah impor untuk diekspor kembali artinyabarang itu akan kembali lagi ke luar negeri, di dalam daerahpabean hanya sementara saja tetapi mengapa harus diperik-sa fisiknya sedangkan yang akan dikonsumsi dan dipakaisampai habis disini saja tidak dikenakan pemeriksaan fisik.

Mungkin ada yang berpendapat karena kalau barangimpor sementara harus dibuktikan bahwa barang tersebutsetelah dipakai disini akan diekspor kembali, jadi waktumasuk dan waktu keluar harus diperiksa. Ini memang benarkalau untuk importir biasa tetapi kalau kita sudah beranimemberikan predikat prioritas kepada importir tersebut danpasti kita sudah yakin akan kejujuran dan bonafiditasnyatentu kita juga akan percaya bahwa barang yang diimporsementara tadi pasti akan diekspor dalam bentuk yang sama

meskipun kita tidak memeriksa secara fisik.Sama halnya untuk barang re-impor yang

juga harus masuk jalur merah meskipunimportir prioritas. Disini juga kita tidak konsistenkarena barang re-impor adalah barang buatanIndonesia yang dikembalikan (reject) karenasuatu hal tetapi mengapa harus dikenakanjalur merah sedangkan yang jelas-jelas buatanluar negeri yang diimpor oleh importir prioritastidak kena jalur merah. Barang re-impor bisasaja barang yang bahan bakunya 100% buatandalam negeri atau barang impor yang belumdibayar beanya. Mungkin pembuat peraturanberpendapat bahwa barang tersebut harusdiperiksa secara fisik untuk dicocokkan dengandokumen ekspor yang lalu. Atau mungkinberpendapat kalau nanti barang tersebut harusdiekspor kembali jadi harus diperiksa secarafisik.

Kembali lagi, bukankah kita sudah sepakatmemberi predikat prioritas kepada importirtersebut dan untuk memperoleh predikat itu

kita sudah menetapkan syarat-syarat yang ketat dan melaku-kan penelitian sedemikian rupa, mengapa kepercayaan itudiambil kembali justru untuk barang yang akan dieksporkembali. Untuk barang impor biasa kita percaya bahwa yangada didalam kontainer itu sesuai dengan dokumennya tetapiuntuk barang impor sementara dan barang reimpor kita tidakpercaya kepada importir yang sama. Barangkali ini juga yangmenjadi penyebab sedikitnya importir yang mengajukanpermohonan menjadi importir jalur prioritas.

Dalam keputusan Dirjen tersebut diatas banyak ditemuikalimat-kalimat yang menunjukkan bahwa Jalur Prioritassebenarnya adalah predikat importir. Kalimat-kalimat tersebutantara lain:1. Importir Jalur Prioritas menyiapkan PIB dengan

menggunakan program aplikasi PIB modul importirmiliknya sendiri.

2. Dalam hal Importir Jalur Prioritas memanfaatkanfasilitas pembayaran berkala.

3. Dalam hal Importir Jalur Prioritas mendapat fasilitaspembebasan atau keringanan bea masuk.

4. Dalam hal Importir Jalur Prioritas mendapat fasilitasImpor Sementara.

SEBENARNYADALAM SISTEM

PABEANINTERNASIONALJUGA DIKENALSATU JALURLAGI YAITU

JALUR KUNING

Page 63: Warta Bea Cukai Edisi 389

62 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan bahwa JalurPrioritas sebenarnya tidak ada, yang ada adalah ImportirPrioritas. Jalur yang dikenakan tetap saja jalur hijau ataujalur merah.

Barangkali yang dimaksud jalur dalam JalurPrioritas disini adalah proses pengolahan informasidalam sistem aplikasi impor misalnya dari A —B—C—D dan seterusnya. Kalau ini yang dimaksud samahalnya dengan rute atau jalan yang ditempuh dalamsuatu proses. Ini berbeda dengan pengertian jalur(channel) yang dibakukan oleh kalangan pabeaninternasional.

Jalur menurut pengertian mereka adalah salurankeluarnya barang. Kalau barang dilepas tanpapemeriksaan dokumen dan tanpa pemeriksaan fisikartinya lewat jalur hijau, kalau dilepas setelah melaluipemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik artinyalewat jalur merah, kalau dilepas setelah pemeriksaandokumen tanpa pemeriksaan fisik berarti lewat jalurkuning.

Kalau Jalur Prioritas memang jalur seperti halnya jalurmerah atau jalur hijau pasti akan melalui jalurnya sendiri,tetapi disini ternyata jalur prioritas kadang masuk jalurmerah kadang masuk jalur hijau (de facto). Jadi JalurPrioritas sebenarnya bukan jalur, sama dengan PlanetPluto yang berdasarkan kesepakatan para astronomdunia sekarang ini tidak dianggap sebagai planet karenasetelah diamati ternyata orbitnya memotong orbit planetlain.

Kalau visi kita adalah sejajar dengan institusikepabeanan internasional dalam kinerja dan citratentunya kita juga harus menyeragamkan kerangkaacuan, definisi dan kriteria yang dipakai oleh pabeaninternasional. Jangan malah membuat sendiri tetapitidak dimengerti orang lain.

Selama ini karena jumlah jalur prioritas sangat sedikitjika dibandingkan dengan jalur merah dan jalur hijau kitalantas membuat program atau rencana bagaimanameningkatkan jumlah jalur prioritas. Namun kalau kitamenyadari bahwa jalur prioritas ini sebenarnya bukanjalur tentunya kita tidak perlu membandingkan ataumenyandingkan dengan jalur merah dan jalur hijau sebabbukan satu jenis. Program seperti ini hanya akanmenghabiskan waktu, tenaga dan biaya.

Lebih baik kita menganggap jalur prioritas tidak adadan yang ada adalah importir prioritas kemudian kitamembuat program untuk menambah jumlah importirprioritas. Namun predikat importir prioritas sebaiknya kitaberikan tanpa yang bersangkutan mengajukanpermohonan tetapi memang murni berdasarkan penilaiankita sendiri bahwa importir tersebut pantas menyandanggelar importir prioritas. Semua data dan profile importirada pada Bea Cukai dan pasti kita bisa menilai sendirimana yang layak dan mana yang tidak layak memperolehpredikat tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN1. Jalur prioritas berdasarkan kerangka acuan penjaluran

yang lazim dipakai oleh kalangan pabeaninternasional sebenarnya tidak ada, yang ada adalahimportir prioritas. Dalam pembicaraan dengan pihakluar sebaiknya kita mengatakan bahwa kitamenerapkan jalur merah dan jalur hijau saja.

2. Untuk mendapatkan status atau predikat importirprioritas sebaiknya perusahaan yang bersangkutantidak perlu mengajukan permohonan tetapi Bea Cukaisendiri yang aktif menilai untuk memberikan status ini.

3. Seyogyanya importir prioritas tidak dikenakan jalurmerah untuk impor sementara dan barang re-imporkarena sudah diteliti dan diamati dalam waktu yanglama bahwa mereka jujur dan dapat dipercaya.

Penulis adalah pensiunan Bea dan Cukai

asilitas Kawasan Berikat diberikan oleh pemerin-tah Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkandaya tarik investor baik dalam rangka PMA,PMDN dan non PMA-PMDN untuk menanamkanmodalnya di Indonesia, serta untuk menciptakan

iklim usaha yang menguntungkan. Dengan pemberian fa-silitas Kawasan Berikat ini diharapkan dapat menghasil-kan suatu produk dengan harga yang dapat bersaing dipasaran internasional sehingga dapat meningkatkan eks-por non migas.

MANFAAT FASILITAS KAWASAN BERIKATBagi perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor

dan telah menggunakan fasilitas Kawasan Berikat, memangtidak dapat dipungkiri bahwa banyak kemudahan danmanfaat yang bisa diperoleh dibandingkan dengan fasilitaslainnya yang ada, antara lain :a. Membantu penyehatan cash-flow perusahaan

Hal ini sangat dimungkinan karena pada saatmemasukkan barang dan atau bahan serta barang modaldan peralatan pabrik dari Luar Daerah Pabean ke dalamKawasan Berikat tidak dikenakan Bea Masuk, PPn,PPnBm dan PPh pasal 22 impor. Dengan demikian dana

KETENTUANYANG

BERLAKU DIKAWASAN

BERIKAT YANGADA SAAT INI

MASIHBERSIFAT

SENTRALISTIK

”Oleh :

Suwondo

FasilitasKawasanBerikat

Antara Kemudahan DanKendalanya di Lapangan

F

OPINI

Page 64: Warta Bea Cukai Edisi 389

63WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhanbisnis lainnya.

b. Kelancaran arus barang dan dokumenPemasukan barang dari Luar Daerah Pabean ke dalamKawasan Berikat tidak diberlakukan ketentuantatalaksana kepabeanan di bidang impor khususnyadalam hal pemeriksaan fisik di pelabuhan bongkar sertamelalui proses administrasi yang sederhana sehinggaproses pengeluarannya memakan waktu yang singkat.

c. Meningkatkan daya saing produkBea masuk dan sewa gudang di pelabuhan merupakansalah satu faktor biaya yang diperhitungan dalammenentukan harga jual produk. Dengan tanpa kewajibanmembayar Bea Masuk pada saat pengimporan bahanbaku serta proses custom clearance yang cepat sehinggamenekan biaya sewa gudang di pelabuhan, maka hargajual produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasarinternasional.

d. Perusahaan pengguna fasilitas Kawasan Berikat masihdimungkinkan untuk menjual sebagian produknya kepasar dalam negeri.

Meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh daripenggunaan fasilitas Kawasan Berikat sebagaimana tersebutdiatas, tidak sedikit pula kendala-kendala yangterjadi dalam praktek di lapangan sehinggaadakalanya kendala-kendala tersebut benar-benar kontra produktif dengan filosofi fasilitasKawasan Berikat itu sendiri.

Dari sekian banyak kendala yang kerapterjadi dan dihadapi oleh perusahaanpengguna fasilitas Kawasan Berikat, menuruthemat penulis, penyebab utamanya dapatdibedakan menjadi 2 (dua) hal, yaitu :l Ketentuan tentang Kawasan Berikat itu

sendiril Human Resources (Sumberdaya Manusia)

KETENTUAN TENTANG KAWASAN BERIKATKendala dilapangan yang disebabkan

karena faktor ketentuan-ketentuan yangberlaku di Kawasan Berikat, dapat dibedakansebagai berikut :

Pertama, karena terlalu banyaknya perubah-an yang terjadi baik perubahan atas keputusanmenteri atau yang sekarang dirubah menjadi per-aturan menteri dan keputusan serta surat edaranDirektur Jenderal Bea dan cukai.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwaketentuan dan atau petunjuk pelaksanaantentang kegiatan di Kawasan Berikat ini diaturdengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor291/KMK.05/1997 dan Keputusan DirekturJenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-63/BC/1997 yang dikeluarkan tahun 1997. Pada saat kedua per-aturan ini dibuat, kegiatan bisnis masih relatif sederhana.Dalam kurun waktu terakhir ini kegiatan bisnis sudahberkembang dengan sangat pesatnya dan begitu komplek.

Era teknologi informasi sudah sedemikian hebatnyamerambah segala sendi kehidupan. Kegiatan bisnis yangpada saat itu masih dapat ditunda pelaksanaan danpenyelesaiannya, sekarang harus dikerjakan pada saat itujuga, karena jika tidak kita akan semakin ketinggalan dengannegara lain, yang pada akhirnya berpengaruh pada ikliminvestasi di Indonesia.

Karena tuntutan atas perkembangan yang sangat pesatdalam dunia bisnis itulah antisipasi atau usaha pemerintahdalam hal ini Menteri Keuangan banyak mengeluarkansejumlah peraturan yang menyempurnakan dan ataumelengkapi peraturan sebelumnya, meskipun perubahanyang dilakukan terkesan masih lambat. Begitu juga Direktur

Jenderal Bea dan Cukai juga mengeluarkan sejumlah kepu-tusan dan surat edaran yang mengatur pelaksanaannya dilapangan.

Berdasarkan hasil pencarian dari berbagai sumber yangdilakukan penulis selama ini, ketentuan tentang KawasanBerikat sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangannomor 291/KMK.05/1997 tahun 1997 yang lalu, telahmengalami perubahan sebanyak tujuh kali, denganperubahan terakhir Nomor 101/PMK.04/2005 tanggal 19Oktober 2005. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukaiada 1 kali perubahan. Sedangkan surat edaran yangdikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai yangmengatur tata cara atau petunjuk pelaksanaan di lapanganyang memang tidak diatur secara eksplisit dalam peraturanmenteri, tidak kurang dari 39 surat edaran.

Usaha-usaha yang sudah dilakukan pemerintah tersebutdiatas sangatlah wajar, namun dampak daripada banyaknyaperubahan ketentuan ini menjadi kendala tersendiri bagisemua pihak yang terlibat di dalamnya. Fakta yang ada dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua perusahaanpengguna fasilitas Kawasan Berikat, terlebih lagi perusaha-an-perusahaan yang baru saja mendapatkan persetujuanfasilitas Kawasan Berikat, mendapatkan informasi yang jelasdan cepat tentang adanya perubahan suatu ketentuan,

karena selama ini sangat jarang bahkanhampir tidak pernah ada sosialisasi jika adaperubahan ketentuan.

Di samping itu, jarang sekali atau hampirtidak dapat dijumpai pengusaha bahkanpejabat Bea Cukai di kantor pelayananataupun yang bertugas di lapangan, yang maumengumpulkan semua ketentuan tentangKawasan Berikat sehingga dapat dijadikan pe-doman dalam melaksanakan tugasnya ma-sing-masing. Dengan kondisi tersebut diatas,adalah suatu keniscayaan saja apabila seo-rang pengusaha di Kawasan Berikat dan bah-kan petugas bea cukai yang ada di lapangantidak hafal atau tidak dapat mengingat semuaaturan main yang ada.

Kedua, ketentuan yang berlaku di Kawas-an Berikat yang ada saat ini masih bersifatsentralistik, yang mengandung pengertianbahwa segala kebijakan di Kawasan Berikatbahkan yang bersifat operasional masihditentukan oleh Kantor Pusat, meskipunkebijakan tertentu sebenarnya dapat dilakukanoleh Kepala Kantor Pelayanan yangmengawasi Kawasan Berikat, atau setidak-tidaknya Kepala Kantor Wilayah setempat. Halini tentunya sudah sangat tidak cocok dengankondisi perekonomian yang ada saat ini yangmenuntut kecepatan dalam pengambilankeputusan.

Sebagai contoh misalnya penjualan sisa bahan bakuyang benar-benar tidak dapat digunakan lagi dalamproses produksi karena pergantian mode (dead-stock)namun masih bisa digunakan oleh pengusaha lain diDPIL atau Kawasan Berikat lainnya, penangguhanpembayaran bea masuk dan tidak dipungut pajak dalamrangka impor atas importasi barang modal yang tidakberhubungan langsung dengan produksi. Untuk kegiatan-kegiatan pengusaha di Kawasan Berikat harusmengajukan surat permohonan persetujuannya ke KantorPusat Bea dan Cukai di Jakarta.

Hal tersebut memang bukanlah merupakan hal yangserius bagi perusahaan yang berlokasi dan atau yangmempunyai kantor perwakilan yang dekat dengan KantorPusat, namun bagi perusahaan-perusahaan yang jauhdari Kantor Pusat seperti yang berlokasi di Jawa Timuratau luar Jawa misalnya, merupakan kendala yang serius

PENGAMATANPENULIS... LEBIH

DARI 75%PETUGAS BC DI

LAPANGAN TIDAKDIBEKALI DENGAN

CUKUPPENGETAHUAN

TENTANGKETENTUAN

YANG BERLAKUDI KAWASAN

BERIKAT

Page 65: Warta Bea Cukai Edisi 389

64 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

mengingat pengurusan surat persetujuan tersebut jelas-jelas memerlukan waktu, tenaga dan biaya, sedangkanbahan baku tersebut sangat diperlukan oleh pembeli.

Ketiga, ketentuan yang ada khususnya yang bersifatpetunjuk pelaksanaan, banyak yang tidak menjabarkansecara jelas tentang tata cara atau prosedur bagaimanasuatu kegiatan harus dilakukan. Akibat dari tidak jelasnyaprosedur atas suatu kegiatan tertentu merupakan kendalayang sangat banyak dikeluhkan oleh para pengusahaKawasan Berikat di lapangan.

Sebagai contoh dapatlah kita kemukakan misalnya perihalpemindah-tanganan barang modal yang tidak dipakai lagioleh pengusaha di Kawasan Berikat, baik yang akandipindah-tangankan ke DPIL atau PDKB yang lain.Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Kawasan Berikat saatini, tidak disebutkan bagaimana prosedur dan mekanismepengeluarannya. Namun dalam prakteknya,pengusaha di Kawasan Berikat harus mengaju-kan surat permohonan persetujuan terlebihdahulu ke kantor pusat Jakarta dengan melam-pirkan dokumen pemasukan awal danpendukung lainnya.

Karena hal tersebut tidak diatur secara jelasdalam ketentuan yang ada terutama dokumenapa saja yang harus dilampirkan dalam suratpengajuan, sudah barang tentu berakibat padalamanya waktu yang diperlukan untuk prosestersebut. Hal ini yang seringkali terjadi karenadokumen pendukung yang dilampirkan sudahdirasa lengkap oleh pengusaha di KawasanBerikat, ternyata masih dianggap kurang olehpejabat di Kantor Pusat Bea dan Cukai, sehing-ga memaksa pengusaha untuk mondar-mandiruntuk melengkapi dokumen yang diperlukan.

Hal lain yang masih berkaitan dengan ma-salah persetujuan pemindah-tanganan barangmodal ini adalah keharusan melampirkandokumen pemasukannya. Bagaimana mungkinseorang pengusaha dapat menunjukkan doku-men impor atas barang modal yang diimporlebih dari 10 tahun yang lalu, mengingat doku-men-dokumen impor yang telah melebihi 10 ta-hun, sesuai ketentuan yang berlaku, dapatdimusnahkan.

Keempat, ketentuan yang ada saat inisudah saatnya untuk secepatnya digantikandengan peraturan yang lebih komprehensif,yang mampu menampung atau mengakomo-dasikan semua perkembangan yang telahterjadi hingga saat ini.

Banyak kegiatan yang terjadi dalam duniabisnis yang tidak dapat dilaksanakan hanya ka-rena mekanismenya tidak diatur dalam ketentu-an yang berlaku saat ini. Beberapa contoh yangdapat dikemukakan misalnya masalah re-impor oleh Kawas-an Berikat. Dengan semakin banyaknya pesaing di pasarinternasional, sangat mungkin produk dari negara kita yangsudah tiba di negara pembeli, tiba-tiba ditolak karena alasankualitas dan harus dikembalikan ke Indonesia, atau di re-impor. Apabila barang tersebut diekspor oleh perusahaannon Kawasan Berikat, maka tidak ada kendala saat dilakukanre-impor karena prosedurnya sudah diatur secara jelas.

Namun hal tersebut menjadi kendala tersendiri apabilayang melakukan ekspor saat itu adalah perusahaan diKawasan Berikat, mengingat ketentuan re-impor yang adasaat ini tidak relevan kalau digunakan atas kegiatan re-rimporyang dilakukan oleh pengusaha di Kawasan Berikat.

Disamping masalah re-impor oleh Kawasan Berikattersebut, ada lagi kegiatan yang juga belum diatur yaitupemindah-tanganan dan atau peminjaman bahan baku antar

Kawasan Berikat. Dalam praktek bisnis terutama pada peru-sahaan-perusahaan yang mempunyai hasil olahan atau pro-duk yang sama, misalnya industri garmen, sangat dimung-kinkan apabila diantara kedua perusahaan mempunyai bahanbaku yang sama, misalnya benang, suatu saat bahan bakutersebut tidak gunakan oleh perusahaan yang satu namunmasih dibutuhkan oleh perusahaan lainnya.

Ada kalanya juga karena keterlambatan bahan bakuasal impor, perusahaan yang satu ingin meminjam bahanbaku pada perusahaan lainnya demi menjagakelangsungan produksinya dan mengembalikannya jikaorder bahan baku pesanannya telah tiba di perusahaan-nya. Atas kegiatan inipun terpaksa tidak dapat dilakukanoleh para perusahaan di Kawasan Berikat karena tidakada ketentuannya, dan akhirnya keputusan yangditempuhkan adalah penghentian proses produksi karenaketerlambatan bahan baku. Sungguh suatu keputusan

yang sangat disayangkan karena berdampakpada penurunan kegiatan ekspor yangsebenarnya kontroversi dengan keinginanpemerintah dalam memacu ekspor.

Contoh lain yang juga belum diaturnamun banyak terjadi di lapangan misalnyapenyimpanan sementara bahan baku yangdikeluarkan dari Kawasan Berikat ke gudangumum di luar Kawasan Berikat atau diGudang Berikat. Dalam kondisi tertentu,sangat dimungkinkan terjadinya over-stockbahan baku ataupun barang jadi sebagaiakibat dibatalkannya pesanan dari customeratau sebab lain sehingga gudang yang adadi perusahaan Kawasan Berikat tidak cukupuntuk menampungya.

Apabila hal ini terjadi, tidak ada solusiyang terbaik bagi pengusaha kecualimenyimpannya di gudang yang berada diluar Kawasan Berikat. Namun, karena hal initidak diatur, kegiatan semacam ini tidakdapat dilakukan dan pada akhirnya pengus-aha Kawasan Berikatlah yang merugi karenabarang tidak ditimbun di tempat sebagaima-na mestinya yang bisa berakibat pada penu-runan harga jual karena penurunan kualitasproduk.

Kecenderungan lain yang berkembangdalam dunia bisnis yang juga belum diaturadalah kegiatan yang melibatkan tiga pihakdi dua negara, dimana seller (penjual) ada diIndonesia dan buyer (pembeli) ada di luarnegeri, namun end-user (penerima barang)ada di Indonesia. Dalam transaksi ini, semuakegiatan jual beli termasuk order pembelian,pembayaran dan lain-lain akan dilakukanantara eksportir di Indonesia dan importir diluar negeri, namun penyerahan fisik barangakan dilakukan di salah satu perusahaan di

Indonesia yang merupakan partner dari pembeli tersebutyang ada di Indonesia.

SUMBER DAYA MANUSIA (HUMAN RESOURCES)Permasalahan yang sering muncul di lapangan yang

disebabkan oleh sumber daya manusia (SDM), menuruthemat penulis, juga dikelompokkan menjadi dua kelompok,yaitu: a). Sumber daya manusia dari dalam perusahaan diKawasan Berikat itu sendiri, dan b). Sumber daya manusiadari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditugaskan dilapangan.

a) SDM dari perusahaan di Kawasan BerikatPermasalahan yang muncul pada umumnya terjadi

pada perusahaan-perusahaan yang baru saja mendapat-kan persetujuan dan beroperasi sebagai Kawasan

FAKTA DILAPANGAN

MENUNJUKKANTIDAK SEMUAPERUSAHAAN

PENGGUNAFASILITASKAWASANBERIKAT...

MENDAPATKANINFORMASIYANG JELASDAN CEPATTENTANGADANYA

PERUBAHANSUATU

KETENTUAN,

OPINI

Page 66: Warta Bea Cukai Edisi 389

65WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Berikat. Hal ini sangatlah wajar mengingat petugas dariperusahaan pada umumnya belum mengerti ketentuan-ketentuan yang berlaku di Kawasan Berikat. Mereka tidakbanyak mendapatkan informasi yang komprehensif baikdari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atau seminar-se-minar serta kursus yang ada sebelum memulai beroperasisebagai Kawasan Berikat.

Namun demikian, permasalahan SDM dari perusahaandi Kawasan Berikat ini sekarang dapat segera diatasiapabila petugas dari perusahaan yang bersangkutan mausegera bergabung dengan asosiasi yang sudah ada, yangsaat ini sudah berdiri di Bandung sebagai kantorpusatnya dan di Jawa Timur sebagai cabangnya dengannama Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat atau lebihdikenal dengan nama APKB.

Dengan bergabung menjadi anggotanya, maka petu-gas dari perusahaan yang bersangkutan bisa bertanyadan belajar kepada sesama petugas dari per-usahaan yang telah lebih dulu menggunakandan beroperasi sebagai Kawasan Berikat.

b) SDM dari Direktorat Jenderal Bea danCukaiBanyak faktor yang menyebabkan timbulnya

permasalahan di lapangan sehubungan denganSDM dari Direktorat Jenderal Bea Cukai ini,antara lain :

Pertama, kurangnya pengetahuan petugastentang ketentuan Kawasan Berikat.

Berdasarkan pengamatan penulis selama inidapatlah dikatakan bahwa lebih dari 75%petugas Bea Cukai yang ditugaskan di lapangantidak dibekali dengan cukup atas pengetahuantentang ketentuan-ketentuan yang berlaku diKawasan Berikat. Pada umumnya, mereka barubelajar tentang Kawasan Berikat pada saatbertugas di lapangan. Akibat dari ketidakmengertian tentang ketentuan yang berlaku iniseringkali menimbulkan salah paham denganpetugas dari perusahaan di Kawasan Berikat.

Pernah ada sebuah perusahaan di KawasanBerikat mengeluh kepada penulis dimanaperusahaan tersebut menanyakan tatacara untukmelakukan suatu aktifitas tertentu kepadapejabat yang bertugas di perusahaannya. Bukansolusi yang didapatkan melainkan suatu vonisyang menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidakdapat dilaksanakan dan melanggar peraturankepabeanan, yang pada akhirnya membuat sipengusaha merasa frustasi karena bisnisnyatidak bisa berjalan dan ingin berhenti saja dariKawasan Berikat.

Kedua, terlalu seringnya pergantian (rota-si) petugas di lapangan.

Pada kenyataannya, petugas Bea dan Cukai yangditugaskan di suatu perusahaan Kawasan Berikat digantisetidaknya setiap 2-3 bulan sekali. Akibat seringbergantinya petugas tersebut, seringkali pelayanan yangbiasanya dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 10menit, bisa berubah menjadi beberapa jam karenapetugas dari perusahaan harus menjelaskan sesuatu dariawal sampai akhir suatu proses. Hal tersebut kadangdiperparah oleh suatu kondisi dimana adanya petugasyang baru dan kurang memahami ketentuan KawasanBerikat namun mengedepankan egonya.

Ketiga, perbedaan persepsi atas maksud suatuketentuan.

Seringkali dijumpai di lapangan adanya perbedaanpersepsi atas suatu ketentuan antara petugas dari

perusahaan dan petugas dari Bea Cukai, bahkan antarpetugas Bea Cukai itu sendiri. Akibatnya, pekerjaan yangseharusnya dapat dengan segera diselesaikan, namunjustru memerlukan waktu yang lama dan mengganggukelancaran arus barang.

Salah satu contoh yang pernah ditanyakan kepadapenulis misalnya adalah pengertian bahan baku yangrusak atau busuk di Kawasan Berikat. Menurut penjelasanpetugas Bea Cukai di lapangan bahwa bahan yang rusakatau busuk hanya terbatas pada barang hasil olahan saja,bukan termasuk bahan baku yang belum diolah.Kenyataan di lapangan, apabila ada bahan baku yang sa-lah dalam penanganan handling-nya oleh pihak transpor-tasi atau terkena bencana alam seperti banjir misalnya,dapatlah dikategorikan sebagai bahan baku yang rusakkarena tidak memungkinkan diolah menjadi barang jadiyang sesuai dengan standar kualitas yang diterapkan.

Atas kenyataan ini, timbulah perbedaanpendapat apabila bahan baku tersebut akandijual ke DPIL karena memakan tempatpenyimpanan. Pemahaman dari petugasperusahaan bahan baku tersebutdikategorikan sebagai bahan baku yang rusakdan dapat dijual ke DPIL berdasarkan hargapenyerahan dengan menggunakan PIB sesuaiKep-63/BC/1997 pasal 51, namun daripetugas Bea dan Cukai menganggap bahanbaku tersebut dikategorikan sebagai barangsisa dan harus mengajukan permohonanpersetujuan ke Direktur Jenderal sesuai SE-09/BC/2000 sebelum dijual ke DPIL.

Akibat lain yang timbul karena perbedaanpersepsi ini adalah adanya perbedaan waktuproses penyelesaian kepabeanan antara KantorPelayanan Bea dan Cukai yang satu denganlainnya. Sebagai contoh, misalnya penjualanhasil olahan dari Kawasan Berikat ke DPIL.Sesuai ketentuan yang ada, tatacaranya adalahpengusaha membuat PIB atas barang hasilolahan yang akan dijual ke DPIL tersebut,membayar BM dan PDRI di bank, mengajukanPIB ke kantor pelayanan, barang diperiksasecara fisik kemudian diterbitkan SPPB.

Namun ada Kantor Pelayanan Bea danCukai yang mengharuskan mengajukan suratpermohonan persetujuan terlebih dahulusebelum pembuatan PIB. Dengan adanyaperbedaan ini, penyelesaian kepabeanan ataspenjualan barang hasil olahan dari KB ke DPILmemerlukan 2-3 hari saja di satu kantorpelayanan, namun di kantor pelayanan lain bisamemerlukan lebih dari 1 minggu.

KESIMPULANDari apa yang telah diuraikan diatas, dapatlahditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Ketentuan tentang Kawasan Berikat yang komprehensifsebagai pengganti ketentuan yang ada saat ini agarsegera disusun oleh para pengambil kebijakan sehinggadapat mengakomodasikan kegiatan-kegiatan dalam duniabisnis yang saat ini belum diatur ketentuannya, ataupunsudah diatur namun tersebar di berbagai surat edarandirektur jenderal yang menyulitkan banyak pihak.

b. Ketentuan yang dibuat khususnya yang berhubungandengan petunjuk pelaksanaan di lapangan hendaknyadibuat sejelas mungkin untuk menghindarkan multiinterpretasi bagi semua pihak.

c. Setiap ada perubahan ketentuan, seyogyanya segeradisosialisasikan baik kepada para pengguna jasa maupundi lingkungan pejabat Bea Cukai sendiri khususnya yangditugaskan di lapangan.

Penulis adalah Ketua Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat (APKB) Jawa Timur

AKIBAT DARITIDAK

JELASNYAPROSEDURATAS SUATU

KEGIATANTERTENTU

MERUPAKANKENDALA

YANGSANGATBANYAK

DIKELUHKANOLEH PARA

PENGUSAHAKAWASANBERIKAT DILAPANGAN

Page 67: Warta Bea Cukai Edisi 389

66 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

ada 13 Maret 2007, Auditorium Kantor Pusat DirektoratJenderal Bea dan Cukai tampak penuh sesak. Sekitar700 orang pengguna jasa menghadiri acara sosialisasiPembentukan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai UtamaTanjung Priok. Tampak para peserta sosialisasi antusias

mengikuti jalannya sosialisasi yang menghadirkan pembicara dariTim Percepatan Reformasi Kebijakan Bidang Pelayanan BeaCukai, yakni Thomas Sugijata (selaku Ketua Tim), Kusdirman,Heru Pambudi dan Lupi Hartono.

Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 - 12.00 WIB tersebut,dibuka oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi.Dalam pidatonya Anwar mengatakan, saat ini Bea dan Cukai

sedang menghadapi beberapa masa-lah. Pertama, adanya ekonomi biayatinggi yang dirasakan pengguna jasa.Hal itu terjadi karena ketidak primaandan tidak transparannya pelayananyang dilakukan Bea dan Cukai. Bea danCukai juga dianggap tidak melaksana-kan good governance atau tatapemerintahan yang baik.

Kedua, dalam melakukan penegak-an hukum, masih terjadi diskriminasiterhadap perlakuan penegakan hukum.Ketiga, masalah integritas dan code ofcondact yang ada di DJBC dan keem-pat, masalah manajemen. Melihat halitu, DJBC mencoba melakukan refor-masi di bidang kepabeanan dan cukai.Salah satunya dengan membentukKantor Pelayanan Bea dan Cukai Uta-ma (KPU) di Tanjung Priok dan Batam,yang akan dioperasikan pada Juli 2007.

“Tanjung Priok adalah ukuran negerikita. Kalau KPU di Tanjung Priokberhasil maka insya Allah citra kita akanlebih baik. Selanjutnya Soekarno Hattadan kantor lainnya akan mengikuti.Sehingga, tanpa dukungan dan restudari semua, apa yang kita lakukan tidakakan berhasil,” tandas Anwar.

Untuk itu, Anwar berharap agar parastakeholder harus comply terhadap Beadan Cukai, begitu pula dengan instansi-instansi terkait seperti Karantina, Perda-gangan, BPOM dan lainnya. Sehinggasistem yang ada bisa dilakukan denganmenggunakan teknologi informasi kare-na pada dasarnya DJBC ingin menghin-dari contact person untuk menghindaribiaya tinggi.

Ia juga menjelaskan, dalam KPUterdapat client coordinator, yang akanmenjadi tempat bertanya bagi stake-holder yang mempunyai masalah. “Kitamenggunakan manajemen resiko, bagiclient yang baik akan kami beripelayanan yang baik, bagi yang kurangbaik akan kita bina, tapi yang samasekali tidak ada harapan ya terpaksakita good bye sajalah, itu yangdinamakan adil. Untuk itu saya jugaberharap PPJK akan comply dengankita sebab banyak juga PPJK yang‘buka warung’ sehingga menurut sayasudah tidak cocok lagi,” imbuh Anwar.

Sebelum membentuk KPU, DJBCtelah melakukan beberapa langkah.Pertama, menyiapkan pemikiran untukmelakukan yang terbaik. Kedua, menataorganisasi dimana Kantor PelayananBea dan Cukai Tanjung Priok saat ini

dirasakan sudah tidak memadai. Ketiga, menangani masalahsumber daya manusia (SDM) di Bea dan Cukai dan penataankembali sistem penggajian.

“Untuk pegawai yang dalam pekerjaannya berisiko tinggimendapatkan remunerasi yang berbeda degan pegawai yangpekerjaannya berisiko rendah,” kata Anwar. Ia melanjutkan, darisekitar 3000 pegawai yang mengikuti tes (untuk duduk di KPU-red), sekitar 1000 pegawai yang berhasil lulus. Tes itu sendiridilakukan oleh pihak independen dari kalangan akademisi UI(Universitas Indonesia).

Saat ditemui WBC di sela-sela acara sosialisasi, Lily Bandra-naya, Country Manager, Operations & Government Liaisons, PT.

SOSIALISASI. Sekitar 700 orang hadir pada acara sosialisasi Pembentukan KPU Tanjung Priok yangmengambil tempat di Auditorium KP DJBC.

SosialisasiKantor Pelayanan Utama

Bea dan CukaiPara pengguna jasa menanti implementasi KPU sesuai

dengan konsep yang ada.

P

INFO PEGAWAIWBC/ATS

Page 68: Warta Bea Cukai Edisi 389

67WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

BDP International, mengata-kan bahwa rencana Bea danCukai membentuk KPU sangatbagus. Namun ia menegas-kan, yang paling penting ada-lah agar KPU tersebut dapatdiimplementasikan sesuai de-ngan konsep yang ada. “Kalauterlalu banyak teori tapi prak-teknya tidak sama kan percu-ma juga. Jadi, saya sungguhsangat menerima dengan baikrencana KPU ini karena inimerupakan suatu titik teranguntuk semuanya,” katanya.

Selain dalam halpengurusan dokumen akanmenjadi lebih mudah,dengan adanya KPU ini iaberharap agar pungli dapatdihilangkan. “Kalau kita(pengguna jasa-red) me-mang tidak menyalahi pera-turan yang ada, seharusnyakan tidak ada pungli. Sepertiyang tadi diinfokan, kalau ki-ta tidak tahu, tolonglah agarpegawai KPBC memberitahujalan yang sebetulnya,kecuali kalau memang kita yang nakal, pasti kita akan terimarisikonya,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga berharap adanya unit one shop service, callcenter atau call information dalam KPU. Unit tersebut nantinyaakan menjadi front desk yang paling utama untuk bisamemberikan segala informasi pada pengguna jasa. Sebab, padadasarnya pengguna jasa tidak mau menyalahi peraturan.

“Kami bukan perusahaan yang mau berdiri cuma 2minggu, kami ingin seterusnya bisa berdiri. Kami mintakontribusi yang baik, toh kami kan membayar impor duty, jadisaling menguntungkan. Kami tahu untuk berubah memangbutuh waktu. Jadi tolong, teori yang sangat indah inidipraktekan juga sampai ke bawah. Jangan teorinya sajayang bagus, tapi prakteknya tidak,” pintanya.

KHUSUS JALUR PRIORITASSementara itu, keesokan

harinya (14/3), sosialisasi kepa-da pengguna jasa mengenaiPembentukan Kantor Pelayan-an Bea dan Cukai UtamaTanjung Priok juga dilakukan.Dengan mengambil tempat diRuang Loka Muda Gedung B,Kantor Pusat DJBC, sosialisasidigelar khusus pengguna jasayang mendapatkan jalur prioritas.

Hadir sebagai pembicaradari Tim Percepatan ReformasiKebijakan Bidang PelayananBea dan Cukai, yakni Frans Ru-pang (Wakil Ketua Tim), HeruPambudi, Lupi Hartono, BagusNugroho dan M. Danang.

Kepada peserta sosialisasi,Frans mengatakan, pimpinan diDJBC sangat menyadari, dilihatdari sisi kepuasan stakeholder,apa yang dilakukan selama inimasih belum optimal. Namundemikian, DJBC berupayauntuk terus memperbaikinya.Salah satunya adalah dengan

DIRJEN BEA DAN CUKAI. Tanpadukungan dan restu dari semuapihak, apa yang kita lakukan tidakakan berhasil.

membentuk kantor unggulan yang disebut KPU, dimana KPU inidengan sendirinya akan mempunyai warna yang berbeda daripada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai pada umumnya.

Perbedaan tersebut antara lain, para pegawai yang akanduduk di KPU dipilih melalui suatu tes penyaringan yang sangatketat, yang dilakukan lembaga manajemen UI. Dengan demikian,pegawai yang terpilih diharapkan dapat lebih baik dari yang adasaat ini. Kemudian, pelayanan yang dilakukan mengarah padapaperless. “Kalau selama ini untuk ekspor sudah paperless, imporjuga akan kita arahkan ke paperless, dan mungkin akan kita mulaidari importir yang mendapatkan jalur prioritas,” tambah Frans.

Pada kesempatan itu pula, Frans mengatakan bahwa dalamKPU, importir yang mempunyai reputasi yang bagus dan sudahcomply dengan Bea dan Cukai akan diberikan pelayanan yangberbeda, yang lebih baik. Untuk itu ia berharap, dengan adanyaKPU ini, akan lebih banyak lagi pengguna jasa yang complydengan Bea dan Cukai.

Saat ditemui WBC usai acara sosialisasi, Marcella, Import &Export Manager, PT. Astra Honda Motor, menyambut baikrencana DJBC membentuk KPU. “Kalau kantor di Tanjung Priokdijadikan satu semua dan menggunakan sistem paperless, makaproses administrasi yang tadinya memakan waktu cukup lamabisa jadi cepat dan menghemat waktu dan biaya,” katanya.

Sebagai pengguna jasa yang memperoleh fasilitas jalurprioritas, ia berharap agar pada saat praktek dilapangan bisasesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Bea dan Cukai.Dengan demikian, tercipta keadaan yang saling menguntungkanantara pengguna jasa dan Bea dan Cukai.

Senada dengan Marcella, Firman Satria, Import & ExportStaff, PT. Astra Daihatsu Motor, mendukung adanya KPU.Menurutnya, dengan adanya KPU ini, akan terjadi kemudahanterutama dalam hal menyerahkan dokumen impor maupunekspor. “Karena kadang kita kesulitan kalau mau menyerahkandokumen, kadang kita tidak tahu harus menyerahkan kemana.Dengan adanya KPU ini kami berharap agar penyerahandokumen menjadi lebih mudah dan cepat,” katanya.

Selain itu, ia juga berharap orang-orang yang duduk di KPUdapat memberikan pelayanan yang pasti. “Yang tadi saya dengar,orang-orang yang pilih itu kan orang-orang yang berkualitas jadisaya harap dengan begitu bisa mengurangi pungli dan bersifatjujur dalam melayani kami,” tambahnya. Tak hanya di TanjungPriok, ia juga berharap agar KPU juga dibentuk di kantor-kantorlainnya seperti di Soekarno Hatta.

SOSIALISASI khusus jalur prioritas

ifa

WBC/ATS

WBC/ATS

Page 69: Warta Bea Cukai Edisi 389

68 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

INFO PEGAWAI

ewasa ini perdagangan internasional sangatberkembang pesat baik dalam volume dan jenisnya.Dari hasil kajian yang dilakukan oleh JICA padatahun 2004, disebutkan bahwa pelaku bisnis yangterlibat dengan perdagangan internasional

membutuhkan administrasi kepabeanan yang memberikan”pelayanan prima” (excellent service with swift, transparent,and immediate response) dan pelayanan cepat dan murah(faster, cheaper, and better). Direktorat Jenderal Bea danCukai (DJBC) sebagai salah satu lembaga pemerintah yangberkaitan langsung dengan perdagangan internasionaldituntut untuk dapat senantiasa memperbaharui diri (self-reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat danperkembangan mutakhir teknologi keuangan sertaadministrasi publik.

Menjawab tuntutan tersebut, sejak lama DJBC telah mela-kukan reformasi kepabeanan. Reformasi tahun 2002 yangdilaksanakan dengan asistensi dari IMF dirasa masih belummemenuhi harapan masyarakat akan kinerja pelayanan DJBCyang dapat memberikan kepastian hukum,waktu, dan biaya.

Dalam pengarahannya pada RapatPimpinan DJP dan DJBC di awal masakerja Direktur Jenderal Bea dan Cukaiyang baru (Anwar Suprijadi-red), MenteriKoordinator Bidang Perekonomian,Budiono, memberikan arahan agar prog-ram kerja DJBC diharapkan fokuskepada sasaran konkrit yang berdampaksignifikan terhadap penciptaan iklim usa-ha yang kondusif dan peningkatan citraDJBC. Senada dengan rekannya, Mente-ri Keuangan, Sri Mulyani, juga memberiarahan bahwa program kerja DJBCharus terkait good governance dan harusbisa mengatasi masalah penerimaan(dengan mengurangi kebocoran peneri-maan negara), komplain dari masyarakatterkait dengan kinerja bea dan cukai danmeningkatkan integritas untuk mengura-ngi misconduct.

Untuk itu, berdasarkan Kep-66/BC/2006 tanggal 14 Juni 2006 yang diubahdengan Kep-10/BC/2007 tanggal 18Januari 2007, telah dibentuk Tim Perce-patan Reformasi Kebijakan Bidang Pela-yanan Bea dan Cukai dengan Tim Peng-arah yang diketuai oleh Direktur Jenderal

dan Wakil Ketua Sekretaris Direktorat Jenderal, serta anggo-ta para Direktur di lingkungan Kantor Pusat DJBC dan Kelom-pok Kerja yang diketuai oleh Thomas Sugijata, dan WakilKetua Frans Rupang serta beranggotakan pejabat danpegawai dari Sekretariat dan seluruh Direktorat di lingkunganKantor Pusat DJBC.

Dari hasil kajian yang dilakukan oleh tim, diketahui bahwadunia usaha dan masyarakat masih banyak yangmengeluhkan dan merasa perlu adanya perbaikan terhadapefektifitas pelayanan dan pengawasan yang dilakukan DJBC.Misalnya dalam hal integritas pegawai yang masih perluditingkatkan, masalah time release, masih adanya barang-barang selundupan, perbaikan sistem remunerasi,penyederhanaan sistem dan prosedur, serta akuntabilitasorganisasi. Intinya, dunia usaha menuntut agar DJBCmemberikan kepastian hukum, waktu dan biaya.

Melihat hal tersebut, DJBC melakukan berbagai upayaserius dan menempuh langkah-langkah strategis gunamelakukan perbaikan secara sistemik, yang diwujudkandengan upaya pembentukan Kantor Pelayanan Utama Beadan Cukai (KPU). KPU merupakan Kantor Pelayanan DJBCyang memberikan pelayanan prima dan pengawasan yangefektif kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai, dengan

mengimplementasikan cara kerja yangcepat, efisien, transparan dan responsifterhadap kebutuhan pengguna jasa.

Untuk melaksanakan pembentukanKPU tersebut, telah disusun Cetak BiruPembentukan KPU sebagai roadmapyang komprehensif, sistematis, terarahdan terukur. Pada tahap awal, titik beratupaya pembentukan KPU dilakukan diTanjung Priok dan Batam yangmerupakan pintu utama bagi kegiatanekspor impor dan mempunyai pengaruhsangat signifikan terhadap pertumbuhanekonomi nasional serta menjadi etalasebagi dunia internasional. Hal ini sesuaidengan arahan Menteri Keuangan danMenteri Koordinator BidangPerekonomian untuk membentuk kantorpelayanan prima di Tanjung Priok danBatam dimana pembentukan KPUdiharapkan juga sekaligus dapat menatapelabuhan.

Dari data empiris, Tanjung Priokmempunyai kegiatan yang signifikan jikadilihat dari sisi penerimaan bea masuk(BM). Pada tahun 2006, penerimaan BMdi Tanjung Priok (KPBC Tanjung Priok I –III) mencapai sekitar Rp 6,6 trilyun atau54,4 persen dari total penerimaan BM di

Kantor Pelayanan UtamaBea dan Cukai

Langkah Strategis Memperbaiki Citra dan Kinerja Institusi

Dunia usaha menuntut kepastian hukum,waktu dan biaya.

THOMAS SUGIJATA. KPU merupakan suatumanifestasi dari upaya DJBC untuk melakukanperubahan secara sistemik baik dari sisi sistemdan prosedur, organisasi, SDM dan tingkatkesejahteraan pegawainya.

D

WBC/ATS

Page 70: Warta Bea Cukai Edisi 389

69WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

KPBC seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, Tanjung Priok dipilihkarena mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap per-tumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan untuk Batam dipilihkarena merupakan etalase terkait dengan kegiatan yangberhubungan dengan negara tetangga seperti Singapura danMalaysia.

Apakah pembentukan KPU di Batam dan Tanjung Priokada kaitannya National Single Window atau NSW (pilotingportal single window juga dilakukan di Batam dan piloting In-donesia NSW di Tanjung Priok-red)? Thomas Sugijata me-ngatakan bahwa NSW merupakan Program Nasional, dimanaDJBC menjadi ujung tombaknya. NSW dan KPU tentunyasecara sinergi dan terintegrasi akan dapat meningkatkankinerja DJBC.

DIPIMPIN ESELON IISetelah Batam dan Tanjung Priok, dalam kurun waktu

2007 – 2013 akan dibentuk KPU lainnya di seluruh Indonesia,antara lain Soekarno-Hatta dan Tanjung Perak. “Kita punyaprogram dari tahun 2007 hingga 2013 untuk meng-KPU-kansemua Kantor Bea Cukai yang feasible,” kata Thomas.

Thomas menambahkan, KPBC Tanjung Priok I – III akanmelaksanakan masa transisi sebagai KPU pada April hinggaJuni 2007, sedangkan untuk KPBC Batam pada Mei 2007hingga Juni 2007. Keduanya (KPU Tanjung Priok dan KPUBatam-red) akan diimplementasikan secara penuh mulai 1Juli 2007. “Masa transisi di kedua lokasi tersebut harusdilakukan untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian terkait

dengan proses bisnis yang akan diterapkan pada KPU nanti-nya,” imbuhnya.

KPU Tanjung Priok itu sendiri merupakan penggabunganantara Kantor Wilayah VII DJBC Jakarta I, KPBC TanjungPriok I, II dan III, yang dipimpin oleh pejabat tingkat eselon II.Sedangkan KPU Batam merupakan penggabungan antaraKPBC Batam dan KPBC Muka Kuning yang juga dipimpinoleh pejabat eselon II. Dengan demikian, secara otomatis halitu akan merubah struktur organisasi.

Pejabat dan pegawai yang akan masuk dalam KPU harusmelalui assessment test yang dilakukan secara obyektif dantransparan. Tes yang diberikan meliputi antara lain teskompetensi jabatan, yang mencakup masalah integritas,minat dan kepemimpinan. DJBC melibatkan UI (UniversitasIndonesia) sebagai pihak yang independen dalammelakukan assesment test. Menurut Thomas, dari sekitar1070 pegawai yang telah memenuhi kriteria sebagai calonpegawai KPU akan mendapatkan training yang bersifatumum dan spesialisasi, sebelum nantinya akan dipanggil danditempatkan secara bertahap.

Dalam training tersebut pegawai akan diberi pengarahan,salah satunya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)yang memberikan materi menyangkut masalah integritas.Selain KPK, ada juga pembicara dari pihak swasta, yakniAstra Internasional yang memberikan materi seputar masalahbudaya kerja. Dipilihnya Astra dikarenakan perusahaantersebut telah terkenal dengan etos kerjanya yang tinggi.Terakhir, ada tim dari Trustco yang memberikan arahanmengenai masalah motivasi, komunikasi dan kerjasama tim.Trustco merupakan suatu lembaga yang berpengalaman saatmendidik pegawai dari Direktorat Jenderal Pajak yang dudukdalam LTO (large tax office) atau yang lebih dikenal sebagaikantor pajak modern.

Karena status pegawai KPU sama dengan pegawai lain-nya, maka pegawai yang duduk di KPU juga akan mengikutipola mutasi yang umum. “Jadi, dari KPU Tanjung Priok tidaklantas di pindahkan ke KPU Batam, tapi bisa kemana saja,seperti mutasi pada umumnya. Hanya saja yang ingin dudukdi KPU harus melewati assessment test. Jadi, kedepannyaakan ada assessment test lagi untuk penempatan pegawai diKPU,” jelas Thomas.

Setelah duduk di KPU pada Juli nanti, setiap pegawaiyang ada akan dievaluasi. Evaluasi terhadap kinerja pegawaiakan ditangani secara khusus oleh Bidang Kepatuhan Inter-nal KPU. Terhadap hasil evaluasi kinerja pegawai tersebutakan diterapkan reward and punishment yang jelas dantegas. Pegawai KPU memang dituntut memiliki kinerja yangtinggi dan bekerja secara cermat. Evaluasi itu sendiri akandilakukan secara periodik, sehingga kinerja pegawai akanterus diikuti. Bidang Kepatuhan Internal sendiri akan dievalu-asi kinerjanya oleh Kepala KPU.

Namun demikian, pengawasan tersebut tidak hanya dila-kukan secara internal tapi juga melalui komplain dari masya-rakat usaha. Karena, lanjut Thomas, dalam sistem KPU, ma-syarakat usaha memang diberikan ruang untuk melakukanpenilaian secara independen melalui sarana pengaduan danpemberian pujian (complaints and compliments) di KPU.

Dalam KPU juga akan diterapkan Key PerformanceIndicator (KPI). KPI menjadi alat bagi manajemen untukmenilai apakah KPU sudah berjalan secara efektif dan efisiensesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan adanyaKPI maka proses pengambilan keputusan dan perencanaanstrategis di KPU dapat berjalan dengan lebih efektif,sekaligus sebagai instrumen bagi peningkatan transparansi,akuntabilitas, dan integritas KPU.

BUKAN KARENA GAJINYA LEBIH BESARBanyak yang mengatakan bahwa gaji pegawai KPU lebih

besar dari pegawai bea cukai pada umumnya. Lantas, apa-kah hal itu yang membuat KPU ini begitu spesial? Thomasmenolak anggapan tersebut. Menurutnya, hal itu merupakansalah persepsi dari sebagian orang. Ia meminta agar orang

KPU TANJUNG PRIOK. Selain remunerasi, pegawai KPU juga harusdidukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

WBC/ATS

Page 71: Warta Bea Cukai Edisi 389

70 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

jangan melihat dari masalah gaji atau remunerasi yang akanditerima pegawai KPU. Dari hasil kajian yang dilakukan olehTim, sistem remunerasi hanya salah satu sisi yang harusdibenahi.

Namun yang paling utama adalah, KPU merupakan suatumanifestasi dari upaya DJBC untuk melakukan perubahansecara sistemik baik dari sisi sistem dan prosedur, organisa-si, SDM, dan remunerasi pegawainya. “Jadi, ini suatuperubahan sistemik dan strategis. Sehingga, perubahan ter-sebut cukup signifikan dan menjadi suatu hal yang berbedadengan kantor pelayanan yang ada saat ini,” kata Thomas.

Menurutnya, ketika membentuk KPU, yang harusdipikirkan terlebih dahulu bukanlah masalah gaji atauremunerasi. “Kita ingin menempatkan pegawai yangprofesional di KPU dimana para pegawai tersebut sudahdipilih melalui assessment test. Mereka dituntut bekerjadengan profesional dan dengan integritas yang tinggi. Kalaumereka salah akan dihukum. Sanksinya sesuai dengansanksi administrasi kepegawaian,” imbuhnya.

Dengan demikian, tuntutan yang tinggi terhadap pegawaitersebut harus diimbangi dengan remunerasi yang memadai,yang membuat pegawai merasa nyaman dalam bekerja. Jadi,perbedaan KPU dengan kantor lainnya bukan berdasarkanremunerasi melainkan pegawai yang duduk dalam KPUdipilih secara selektif, harus bekerja secara professional danterhadap pekerjaannya dilakukan kontrol/pengawasan.

Selain remunerasi, pegawai KPU juga harus didukungdengan sarana dan prasarana yang memadai, misalnyakendaraan untuk operasional pegawai, perangkat softwaredan hardware maupun equipment lainnya, untuk menciptakankantor yang nyaman. Tujuannya agar pegawai yang bekerjamerasa nyaman dan mampu bekerja secara maksimaldengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasisecara optimal.

Lantas, bagaimana melakukan pengawasan terhadappegawai KPU agar integritasnya tetap terjaga? Thomasmengatakan, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,dalam KPU ada yang disebut dengan Bidang KepatuhanInternal. Tugasnya adalah untuk melakukan pengawasan,penilaian, evaluasi kerja serta penegakan pelaksanaankode etik dan integritas atau menjamin pegawai bekerjasecara efisien dan efektif.

Oleh sebab itu, Thomasberharap agar pegawai yangduduk di KPU menjadi SDMyang profesional, berintegri-tas, jujur, berkompetensidan memiliki akuntabilitas.“Artinya, SDM yang ada di-harapkan mempunyai know-ledge atau bisa mengopti-malkan pengetahuan dankeahlian yang dimiliki untukmelakukan pekerjaan yangmenjadi tanggung jawabnyadengan sikap atau attitudesesuai dengan budaya orga-nisasi yang sudah disepa-kati,” ujarnya.

Saat disinggung menge-nai masalah sosialisasi,Thomas menjelaskan bahwasosialisasi kepada seluruhpegawai Tanjung Priok telahdilakukan, juga kepada selu-ruh pegawai yang dipanggiluntuk mengikuti trainingsebagai persiapan calonpegawai KPU. Pada Maretlalu, sosialisasi juga telahdilakukan dengan mengun-dang para stakeholder.

Ketika ditanya bagaimana tanggapan para pengusahamengenai pembentukan KPU, Thomas menjawab bahwapada dasarnya pengusaha tidak keberatan karena hal itumerupakan suatu perubahan yang besar. Artinya, pengusahasetuju dengan pembentukan KPU karena ingin adanyaperubahan menuju ke arah perbaikan. Sebab, keuntunganyang bisa diperoleh bagi pengusaha dengan adanya KPU iniadalah adanya kepastian hukum, waktu, dan biaya.

Misalnya saja, dengan adanya pelayanan satu atapdimana pengusaha dapat menyelesaikan sebagian besarkegiatan clearance barang pada KPU, termasuk dalam halpengajuan fasilitas, perijinan, dan keberatan. Tak hanya itu,keuntungan lain yang diperoleh pengusaha adalah adanyaClient Coordinator (CC) bagi importir yang memiliki tingkatkepatuhan yang tinggi. Sedangkan bagi importir lainnyadiberikan layanan informasi melalui Consultation Desk (CD).CC dan CD berfungsi untuk memberikan bimbingan,menyediakan informasi dan menjelaskan ketidakpahamanpengusaha terhadap suatu aturan. CC dan CD juga akanmenindaklanjuti komplain dari pengusaha agar menjadimasukan bagi DJBC.

Dalam KPU juga akan ditetapkan Client Service Charter(CSC). CSC ini adalah komitmen KPU dalam memberikankualitas pelayanan kepada para stakeholder-nya. Jikapelayanan yang diberikan oleh KPU tidak sesuai denganCSC, importir dapat saja mengajukan komplain melaluisarana pengaduan dan pujian yang tersedia di KPU.

Selain pada stakeholder, DJBC secara intensif jugamelakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait yangada di pelabuhan dan bandara. Instansi-instansi tersebutantara lain PT Pelindo II, PT Angkasa Pura II, BKPM, DitjenPerdagangan Luar Negeri, Administrator Pelabuhan TanjungPriok, Administrator Bandara Soekarno-Hatta, BadanKarantina, Departemen Kelautan dan Perikanan, DitjenPerhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara, DepartemenKehutanan, Departemen Kesehatan dan BPOM.

Pertemuan itu dirasa sangat penting, lanjut Thomas,mengingat kerjasama dengan instansi lain merupakan salahsatu key success factor pembentukan KPU. Oleh sebab itu,Thomas berharap, dengan adanya KPU, image Bea danCukai atau kinerja dan citra Bea dan Cukai akan menjadilebih baik di mata masyarakat maupun stakeholder.

TRAINING. Dari sekitar 1070 pegawai yang telah dipanggil untuk mengikuti training secara bertahap akanditempatkan di KPU.

ifa

WBC/ATS

INFO PEGAWAI

Page 72: Warta Bea Cukai Edisi 389

71WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

anjir yang sempat melumpuhkan kota Jakarta dansekitarnya pada awal Februari 2007 meninggalkancerita sedih bagi sebagian warganya, tidakterkecuali bagi para pegawai DJBC yang berada dididaerah tersebut. Untuk meringankan beban

sebagian warga Jakarta yang tertimpa musibah tersebut,Kantor Pusat DJBC melalui tim Peduli Bencana (TPB) yangdibentuk oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melaluiPeraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-03/BC/2007 tanggal 7 Februari, telah berhasil menyalurkanbantuan yang berasal dari donasi para pegawai dilingkungan Kantor Pusat DJBC kepada para korban banjirJakarta. Menurut Muhammad Lukman Ketua TPB yang jugaKasubag Umum Kepegawaian Kantor Pusat DJBC, donasiyang berasal dari para pegawai tersebut digalang tepat padasaat musibah banjir melanda Jakarta pada awal bulanFebruari 2007 dan berlangsung selama dua pekan.

Lukman menambahkan, dalam penggalangan dana yangberlangsung selama dua pekan tersebut berhasil terkumpuldana sebesar Rp.90.685.000 (rincian lihat Tabel) danpenyaluran bantuan dilakukan oleh TPB ke berbagai poskobanjir yang ada di Jakarta. Posko-posko tersebut meliputiposko banjir yang berada di Kali Sodong, Cipinang Lontar,

TPB. Melakukan penggalangan dana yang berasal dari pegawai KP-DJBC

Tim Peduli Bencana DJBCSalurkan Bantuan UntukKorban Banjir Jakarta

Seratus orang pegawai Kantor Pusat DJBC dantiga orang pegawai Cleaning Service menjadi

korban Banjir Jakarta pada awal Februari 2007.

B

Page 73: Warta Bea Cukai Edisi 389

72 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

BERITA DUKA CITATelah meninggal dunia, I WAYAN DRESTA TJAHU, (80), pensiunan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

pada hari Minggu, 25 Pebruari 2007, pukul 22.40 WIB di RS. Mitra Internasional Jatinegara, Jakarta.Jenazah telah dikremasi hari Rabu, 28 Pebruari 2007, berangkat dari rumah duka RS. Gatot Subroto, pukul 07.00 WIB.

NO

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1314

NAMA

Ibrahim A. Karim, Drs.

Bambang Sudjatmoko, Drs.

Ganjar Nugraha, Drs.

Soedjita, Drs.

Pudjo Wibowo, S.E.

Jonson Utama Prapat, S.E.

Tumpak Manaek Sianturi, BA.

Ida Bagus Made Sutrisna

Saut Tahi Napitupulu

Wagiyono, S.Pd.

Ngisa

Suhari

MamanTama

NIP

060027872

060059690

060059697

060035513

060041109

060045597

060033026

060032166

060045525

060045484

060045247

060057857

060041169060056945

GOL

IV/d

IV/b

IV/b

IV/a

IV/a

III/d

III/d

III/b

III/b

III/b

III/a

II/d

II/bII/a

KEDUDUKAN

Direktorat Fasilitas Kepabeanan

Direktorat PPKC

Kantor Pelayanan Bea dan CukaiTipe A Khusus Tanjung Priok IIIKantor Wilayah IX DJBCPontianakPangkalan Sarana Operasi Beadan Cukai Tipe B Tanjung PriokKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A BelawanKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A BekasiKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A Ngurah Rai

Kantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A JakartaKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A Tanjung Emas

Kantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A Tanjung EmasKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe A MerakDirektorat Fasilitas KepabeananKantor Pelayanan Bea danCukai Tipe B Bogor

JABATAN

Direktur FasilitasKepabeananKepala SubdirektoratPenyuluhan dan PublikasiKepala Kantor PelayananBea dan CukaiKepala Bagian Umum

Kepala Pangkalan SaranaOperasi Bea dan CukaiKepala Seksi KepabeananIIKepala Seksi TempatPenimbunan IVKoordinator PelaksanaAdministrasi Penerimaandan JaminanKoordinator PelaksanaAdministrasi ImporKoordinator PelaksanaAdministrasi TempatPenimbunan BerikatPelaksana

Pelaksana

PelaksanaPelaksana

PEGAWAI PENSIUN T.M.T 01 APRIL 2007

Cipinang Muara, Cipinang Besar Utara,Kampung MelayuKecil dan Jatinegara. Terhadap posko-posko tersebutdisalurkan bantuan berupa makanan, minuman, selimut,pakaian, peralatan kebersihan dan lain sebagainya. (RincianPengeluaran LihatTabel)

Untuk penyaluran bantuan yang berupa barang, TPB be-kerja sama dengan Kopesat. Kopesat lanjut Lukman menye-diakan bantuan dalam bentuk barang, dan TPB melengkapibarang bantuan tersebut, apabila ada barang bantuan tidaktersedia di Kopesat.”Untuk melengkapi barang bantuan, kamimembelinya dari sumbangan tersebut,”ujarnya.

Selain posko banjir bantuan juga disalurkan ke beberapadapur umum, bantuan diantaranya disalurkan untuk dapurumum yang berada di Manggarai dan Utan Kayu Selatan, se-lain bantuan pelayanan kesehatan paska banjir di KerawangJawa Barat.

Lukman menambahkan, bantuan juga disalurkan kepadapara pegawai dan juga pegawai Cleaning Service (CS) yangmengalami musibah banjir tersebut. Tercatat 100 pegawaiKantor Pusat DJBC dan tiga orang CS mengalami musibahbanjir. Dan bantuan yang disalurkan kepada merekadiberikan dalam bentuk uang yang didasarkan pada parahtidaknya banjir yang dialami.

PENYERAHAN BANTUAN. Selain daerah di sekitar KP-DJBC, bantuan jugadisalurkan ke Kerawang Jabarzap

DOK. TPB

INFO PEGAWAI

Segenap jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan duka yang sedalam-dalamnya. Bagi keluarga yangditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan Yang maha Esa

Page 74: Warta Bea Cukai Edisi 389

73WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

PERATURAN MENTERI KEUANGANPer Maret 2007

No. PERATURAN P E R I H A L Nomor Tanggal

1. 07/PMK.04/2007 06-02-07 Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Impor Barang DalamRangka Early Harvest Package (EHP) ASEAN-CHINA FreeTrade Area (AC-FTA).

2. 08/PMK.04/2007 06-02-07 Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Impor Barang DalamRangka Early Harvest Package (EHP) Bilateral Indonesia-China Free Trade Area (FTA).

3. 11/PMK.03/2007 14-02-07 Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor155/KMK.03/001 Tentang Pelaksanaan Pajak PertambahanNilai Yang Dibebaskan Atas Impor Dan/Atau PenyerahanBarang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis.

4. 21/PMK.05/2007 23-02-07 Kerja Lembur Dan Pemberian Uang Lembur Bagi PegawaiNegeri Sipil.

5. 22/PMK.05/2007 23-02-07 Pemberian Uang Makan Bagi Pegawai Negeri Sipil.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIPer Maret 2007

PERATURANNo. Nomor Tanggal P E R I H A L

1. P-04/BC/2007 16-02-07 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan MendadakKepabeanan Di Bidang Impor .

2. P-05/BC/2007 28-02-07 Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan CukaiNomor KEP-14/BC/2001 Tentang Pemblokiran PerusahaanDi Bidang Kepabeanan.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIPer Maret 2007

PERATURANNo. Nomor Tanggal P E R I H A L

1. SE-02/BC/2007 15-02-07 Peningkatan Pengawasan Terhadap Mesin SKM.

2. SE-03/BC/2007 23-02-07 Pembayaran Biaya Pengganti Pita Cukai

INFO PERATURAN

Page 75: Warta Bea Cukai Edisi 389

74 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

empa berkekuatan 5.8 SR mengguncang Suma-tera Barat, pusat gempa dikatakan berada di16 km barat Batusangkar di kedalaman 33 km.Kepanikan menyengat semua orang yang me-rasakan gempa yang menurut laporan sebuah

stasiun televisi berita, terjadi empat kali dengan dua kaliguncangan kuat pada pukul 11.00 dan 12.49 hari Selasa6 Maret 2007. Kepanikan bukan saja karena terkejutdihadapkan pada bahaya, tetapi juga karena bayangantsunami masih melekat di benak banyak orang Indonesia.

TSUNAMISebutannya indah, ujudnya amat menakutkan dengan

bayangan air laut menggunung menghempas daratanbeserta apa saja yang dilaluinya. Istilah tsunami berasaldari bahasa Jepang, Tsu artinya pelabuhan dan Namiartinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilahtsunami. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yangmenghantam pelabuhan (Kompas Cybermedia). Tsunamimemang dapat terjadi bila ada gempa bumi. Sebagaimanusia awam banyak orang berpikir tsunami akanterjadi ketika ada gempa bumi, sesungguhnya tsunamihanya akan terjadi jika pusat gempa berada di dasar lautdengan kedalaman kurang dari 60 km.

PANIKTerlihat dalam berita televisi begitu terjadi gempa,

orang menjadi hiruk pikuk tak peduli apapun segerakeluar dari gedung. Tak pelak lagi, itu juga yang dilakukanpara pekerja kesehatan di rumah sakit. Kepanikanbahkan sempat menimbulkan kemarahan dan nasib takberdaya ketika banyak orang terkunci dalam ruang teralibesi di sebuah rumah sakit. Rupanya pemegang kuncihengkang sampai lupa akan tanggung jawab kerjanya di-ruangan dan meninggalkan orang banyak dalamketerkurungan.

Panik juga membuat orang bertindak otomatis tanpapikir. Otak berhenti sejenak dari logika, refleks bekerjasecara spontan. Terlihat juga petugas rumah sakit yang

menyelamatkan pasiennya dan tetap bertanggung jawabatas tugasnya menolong orang (dalam hal ini pasien),artinya sikap dasar bertanggung jawab atas pekerjaannyatetap berjalan, sementara ada juga orang-orang yanghanya sibuk mengatasi dirinya sendiri.

Situasi mendadak, tak diantisipasi dan mengancamjiwa membuat lengkung refleks saraf terpicu beresponmengaktifkan seluruh otot untuk menghadapi bahaya.Refleks memang diciptakan guna menanggulangi diri daribahaya. Refleks dapat dilatih, sehingga spontanitasterarah.

Lepas kerjanya logika membuat saraf bekerja mengi-kuti arah rangsang listrik dari indera. Begitu terdengarteriakan, terutama tentang ancaman selanjutnya makakepanikan menjadi makin membuat bingung. Katakanlahteriakan tersebut sebuat aba-aba: ”Lari ke gunung”, makasecara spontan banyak orang mengambil langkah ini.Demikian maka setiap ada dominasi baik suara maupungerombolan orang, akan diikuti oleh massa tanpa pikir.

CEMAS DAN BINGUNGSesaat setelah tahu diri selamat, terjadi kecemasan

dan kebingungan. Anak-anak sekolah menangisberteriak-teriak, seorang perawat terlihat serba salahgelisah menangis dan bingung. Cemas dan bingungdipicu oleh ketidakmampuan berpikir selanjutnya, jugaoleh ketidakpastian kabar orang-orang yang dicintai,keraguan arah membawa diri apakah pulang ataumengungsi, dimana tempat mengungsi, naik apa pulang,dengan apa mengirim atau mencari berita, dan banyaklagi pertanyaan lalu lalang dalam pikiran.

Masa cemas dan bingung ini sering dimanfaatkan olehmereka yang berpikiran licin untuk menanggukkeuntungan bagi diri sendiri dengan merugikan oranglain, seperti menjarah barang, menambah kebingunganorang yang cenderung berbakat bingung, memanfaatkanketidakberdayaan.

APA YANG TERJADI PASKA BENCANA1. Tak seorang pun pernah menyangka bahwa dirinya akan

mengalami bencana, hampir semua orang tak pernahmenyiapkan diri menghadapi bencana. Ketidaksiapan inimemungkinkan kepanikan, kecemasan dan kebingunganberkepanjangan, sehingga menurunkan kemampuan diriuntuk berpikir dan bertindak terarah. Bahkan kecemasanberkepanjangan akan menurunkan produktivitasseseorang, artinya kemampuan konsentrasi dan atensi

Pelajaran akan bencana dan carapenyelamatan merupakan keterampilan atausetidaknya pengetahuan yang harus dimilikisetiap orang yang tinggal di daerah rawan

bencana seperti Indonesia.

RUANG INTERAKSI

Panikdan Gempa Bumi

Oleh:Ratna Sugeng

PANIK JUGAMEMBUAT

ORANGBERTINDAKOTOMATIS

TANPA PIKIR

G

Page 76: Warta Bea Cukai Edisi 389

75WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

menurun. Hal ini dapat dialami oleh individu maupun olehmasyarakat. Jadi yang mengalami trauma dapat perorang-an ataupun masyarakat.

2. Kebanyakan orang akan mempunyai ikatan kebersamaansesudah bencana dan dapat saling menolong karenabencana menggugah semangat kebersamaan mereka da-lam satu nasib: mengalami bencana.

3. Stres dan duka merupakan reaksi normal pada setiapsituasi abnormal. Reaksi emosional dari mereka yang se-lamat kebanyakan berupa masalah hidup yang telah adasebelum bencana datang. Ketika bantuan untuk memulih-kan masalah emosional akibat bencana datang dari orangasing, sebagian orang akan merasa marah, frustasi, danmakin merasa tidak berdaya, apalagi jika bantuan tidaksesuai dengan budaya yang dianut.

4. Kebanyakan orang tidak merasa membutuhkan pertolong-an memulihkan stres dan kecemasan mereka, sehinggaseringkali uluran pertolongan terkait pemulihan stres dito-lak. Karena itu bantuan psikologik hendaklah disesuaikandengan budaya masyarakat setempat dan dengan aktifmendorong aktivitas masyarakat sehari-hari. Mendorongkegiatan mereka kembali hanya akan direspon biladisampaikan dengan tulus dan ikhlas, serta sesuaidengan fase bencana itu sendiri. Pemulihan ditentukanjuga oleh dukungan sistem sosial masyarakat itu sendiri.

APA YANG DAPAT DILAKUKANBanyak yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi

korban bencana secara fisik, disini kita bicarakan sisi ma-nusia, lebih tepatnya segi psikologiknya.

Pelajaran akan bencana dan cara penyelamatan me-rupakan keterampilan atau setidaknya pengetahuan yangharus dimiliki setiap orang yang tinggal di daerah rawan

bencana seperti Indonesia. Pengetahuan dan keterampil-an ini akan menurunkan kecemasan dan kebingungan.Keterampilan dan pengetahuan akan dapat diadopsi olehsistem refleks terutama jika dipelajari dengan perhatianyang tinggi. Kemampuan diri berenang, menyelinap daripenghalang, melompat jauh, berlari kencang, akanbanyak menolong mengasah refleks.

Salah satu sekolah di Sumatera Barat, paska bencanatelah menggelar simulasi evakuasi murid jika menghadapigempa. Suatu langkah maju yang patut dikembangkan,bukan hanya evakuasi tetapi juga mengenal gempa, siapayang dihubungi paska gempa, kemana mencaripertolongan, dan sebagainya.

Kepemimpinan untuk mengarahkan massa yang panikharus dimiliki oleh beberapa orang dalam masyarakat.Mengingat massa yang panik akan mudah diarahkan dandiselamatkan oleh orang yang lantang memimpin. Dalam halbencana pesawat, awak kabin dan pilot merupakan pemimpinyang mengarahkan penumpang yang panik. Tokoh ibu atauayah (guru) yang matang dapat membantu mengarahkanmasyarakat kecil (anak, murid) yang panik.

Sifat menolong membangun perasaan kebersamaan danmenyingkirkan ketamakan menguasai ruang dan waktu.Dalam bencana, keikhlasan menolong dapat menumbuhkanharga diri bahwa diri ini cukup berharga untuk orang lain.Rasa berharga akan membuat keseimbangan baru dari rasaketidakberdayaan akibat bencana. Dengan demikian rasacemas berkepanjangan atau depresi dapat dihindari.

Berikan bantuan untuk korban bencana sesuai denganbudaya dan kebiasaan mereka. Bantuan makanan misalnyaakan lebih sesuai jika makanan lokal, juga pakaian.Membantu korban tsunami Aceh dengan pakaian lenganpendek untuk perempuan tentu saja sulit diterima.

FOTO

: ISTIM

EWA

Page 77: Warta Bea Cukai Edisi 389

76 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

ebagai pegawai perempuan di lingkungan birokrasiterutama di Bea dan Cukai yang lebih dominan kaumlaki-lakinya, Oza bukanlah tipe orang yang membeda-bedakan kemampuan dibidang pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Karena menurutnya jika orang lain

terutama laki-laki bisa melakukan suatu pekerjaan, ia harusmencoba untuk bisa melakukannya juga. Sepanjang hal itunormal dan bisa bersaing, maka ia akan kerjakan karena tidakada alasan untuk membeda-bedakan.

Mengenai populasi perempuan di Bea dan Cukai yangdinilainya masih sedikit dibandingkan laki-laki, menurutnyamungkin ada alasan tersendiri dari departemen sehingga dibatasijumlahnya, seperti di pendidikan program diploma jurusan BeaCukai sudah tidak lagi menerima mahasiswa perempuan.

Meski perempuan masih sedikit jumlahnya namun dibidangpekerjaan perempuan sudah banyak berperan. Dikarenakanbidang pekerjaan di Bea dan Cukai lebih banyak di lapangan,mungkin saja pimpinan di Bea dan Cukai menilai bahwapekerjaan itu tidak cocok untuk perempuan, apalagi bila melihatdari nilai-nilai ketimuran, demikian menurutnya.

“Tetapi sebenarnya paradigma seperti itu sudah mulaiberubah karena menurut saya jika seseorang tidak pernah cobaditempatkan, kita mana akan tahu seseorang itu mampu atautidak ? Sebenarnya di bea cukai, perempuan bisa ditempatkandimana saja. Mungkin dibeberapa bidang tertentu tidakmemungkinkan perempuan bertugas di sana, seperti patroli,tetapi itu kembali lagi ke budaya kita. Untuk ke depan sayaberharap agar perempuan lebih banyak lagi diberikankesempatan untuk promosi di posisi yang strategis,” ujar Oza.

DIDIKAN MANDIRI SEJAK KECILAnak ketiga dari delapan bersaudara kelahiran Bukit Tinggi

pada 8 Januari 1971 ini mengaku menjalani masa kecil layaknyaanak seusianya ketika itu yang senang bermain bersama teman-temannya. Saat berada di rumah Oza bersama saudara-saudaranya senang melakukan pekerjaan rumah sepertimembersihkan rumah dan memasak. Memang, sikap mandiri inidiajarkan kedua orang tuanya, Haji Mudahar YS dan HajjahAdifah, yang kedua-duanya merupakan pensiunan pegawai diPemda Agam, Sumatera Barat.

Mereka berdelapan diajarkan untuk menjalankan tugas dirumah selama kedua orang tuanya bekerja. “Kami masing-masing diberi tugas. Karena terbiasa menjalankan tugas sendirimaka tidak heran kalau saya merasakan punya pembantu hanyasampai kelas 6 SD. Bukannya pembantu tidak mau bekerjadengan kami, tetapi karena kami sudah terbiasa berbagi tugasbersama,” kenang Oza.

Sekolah SD sampai SMA dilalui Oza di kota kelahirannya. Barupada saat meneruskan kuliah, Oza meninggalkan tanah kelahir-annya menuju Kota Padang dan berkuliah di Universitas AndalasPadang. Diakuinya prestasi selama ia sekolah sampai tamat SMAlumayan-lumayan saja namun selalu mendapat ranking.

Mengutamakan pendidikan adalah prinsip kedua orangtuanya dalam membesarkan kedelapan anaknya. Menurut Oza,pada prinsipnya orang tuanya menginginkan semua anaknyabisa kuliah, bagaimanapun caranya. Dan tidak pernah memaksaanak-anaknya untuk memilih bidang pendidikan yang akandijalani yang terpenting adalah mereka mau terus belajar.“Pokoknya mau tidak mau harus selesai S-1, itu target orang tuakami, ketika itu. Mungkin itulah yang diwariskan kepada anak-anaknya. Alhamdulillah kini kami berdelapan sudah selesai kuliahdan semuanya dari universitas negeri.”

Farmasi, bidang yang dipilihnya saat dibangku kuliah semulabukan bidang yang diinginkannya. Orang tua, terutama ibunyamenginginkan Oza kuliah di fakultas kedokteran, sedangkan Ozasendiri lebih menyukai bidang sosial, karena diakuinya ia terma-suk orang yang penjijik, sehingga tidak berminat masuk kedok-teran. Salah satu kakaknya yang mahasiswa kimia ketika itumenyarankan ia masuk ke bidang farmasi, mengingat lingkunganteman-teman kakaknya banyak yang mahasiswa farmasi. Ozapun mengikuti saran kakaknya dan ia memilih jurusan farmasi.

Tahun 1995, Oza menyelesaikan sarjana farmasi.Kesempatan mengikuti program profesi apoteker pun tidak disia-siakannya. Selama 11 bulan ia mengikuti program tersebut.Menjelang kelulusan dari program apoteker yang juga diambilnyadi Universitas Andalas, Oza mendapat informasi dari kawannyabahwa Departemen Keuangan (Depkeu) sedang membukalowongan untuk sarjana. Kawannya menganjurkan untukmencoba mendaftar lowongan tersebut dengan tenggat waktupengiriman berkas lamaran sudah memasuki hari terakhir.Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya ia mendapatpanggilan untuk mengikuti ujian masuk Depkeu di Padang dankebetulan pula saat itu Oza telah lulus dari program apotekernya.

Dinyatakan lulus dan diterima sebagai calon pegawainegeri di Depkeu, Oza kemudian di panggil ke Jakarta (KantorPusat DJBC) untuk mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) diPusdiklat tepatnya pada 1996. Sebelum diklat, Oza sempatbeberapa bulan ditempatkan di Direktorat Cukai yang saat itu UUCukai baru saja rampung dan mulai berlaku tahun 1997.Beberapa bulan di cukai kemudian diklat DPT III dan Samapta.

BANYAK KESAN DI BPIB JAKARTASelesai diklat, Oza kemudian ditempatkan di Direktorat

Pabean (sekarang Direktorat Teknis Kepabeanan) hanya bebera-pa bulan saja, karena setelah itu ia ditempatkan di Balai Penguji-an Impor Barang (BPIB) Bea dan Cukai Jakarta di CempakaPutih. Di tempat inilah Oza memperoleh promosi eselon IV seba-gai Kepala Seksi Pelayanan Teknis.

Bidang pekerjaan Oza selama di BPIB bukanlah hal asingbaginya karena sejak mahasiswa selalu berhubungan denganlaboratorium sehingga sebagai sarjana farmasi ia bisamenerapkan ilmunya saat kuliah dulu. Ia pun merasa beruntungbisa ditempatkan di BPIB Jakarta karena tidak semua teman-temannya yang basic-nya esakta bisa ditempatkan pertama kali

Oza Olavia, S.Si, Apt, M.Si.Kepala Bidang Informasi Kepabeanan dan Cukai Kanwil XIII DJBC Bali, NTB dan NTT

“Tekuni Pekerjaan yang Kita Pilih...”Diusianya yang terbilang cukup muda, Oza Olavia sudah masuk dalam jajaran pejabat

eselon III di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Berarti saat ini tercatat baru empat orangpegawai perempuan menjadi pejabat eselon III. Menurut Oza, demikian ia dipanggil,

SDM perempuan di DJBC sudah menempati berbagai level, tinggal bagaimana peluang dankesempatan yang sama diberikan pada mereka.

S

PROFIL

Page 78: Warta Bea Cukai Edisi 389

77WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

penugasannya di laboratorium.“Saya rasa penempatan di BPIB

merupakan tempat yang tepat sesuaidengan bidang, banyak sarjanafarmasi atau kimia tidak ditempatkandisana. Saya pada waktu ituditempatkan berdua dengan Ibu Eha,baru beberapa bulan kemudian adatambahan sarjana. Saya beruntungkarena bisa memanfaatkan basicscience disana untuk melakukanpengujian, pokoknya learning bydoing. Sambil belajar, ada sampledikerjakan lalu kita belajar lagi, sayamerasa senang pertama kaliditempatkan disana,” ujarnya.

Jujur diakuinya, sewaktu pertamakali masuk ke BPIB ia langsungdiminta menjalankan tugas tanpatraining sebelumnya. Pada saat itukondisi lab belum seperti sekarang,dimana alat, standar dan metoda ujibelum lengkap. Hal itu bisadimakluminya karena tenaga di BPIBsangat sedikit saat itu sedangkanbeban kerja cukup banyak. Namunberuntung karena pimpinannyaketika itu, Bambang Widyastata men-suport-nya sehingga kerjasamaantara pimpinan dan staf di BPIBbisa terjalin baik dan pelaksanaantugas lab bisa berjalan lancar.

“Pak Ganot memberi dukunganyang besar dan kami mulai menatalab pada masa beliau memimpin.Kemudian dimulailah berbagaipelatihan, penyiapan dokumen,penataan dan akhirnya berkatbantuan berbagai pihak termasukmantan-mantan pegawai lab dankerja keras pegawai BPIB saat ituupaya mendapatkan ISO (Interna-tional Organization for Standardiza-tion) bisa terwujud. Lucunya ketika ituyang menjadi manajer di labsemuanya perempuan,” kenang Oza.

Meskipun berupa lab, tetapimenyangkut manajemen administrasidan teknis, diakui Oza, BPIB Jakartasaat ini sangat bagus. Denganpedoman kerja tulis apa yang andakerjakan dan kerjakan apa yanganda tulis, membuat segala proseduryang ada di lab menjadi tertata baik,termasuk administrasi, pelaksanaantugas dan juga pengawasannya yangdilakukan oleh unit luar, sehinggaobyektifitasnya tinggi. Jadi antarabelajar dan bekerja bisa berlangsungdengan baik, benar dan terstruktur.

“Selesai terlibat proses ISOternyata banyak memberi manfaatkhususnya buat saya, dalam bidangpekerjaan saya terbiasamelakukannya secara proseduraldan terstruktur termasuk bagaimanamembuat dokumen yang baik danterstruktur, saya rasa itu sangatberguna dibidang manapun. Nahsaat ini saya banyak terlibat dalampembuatan suatu peraturan danprosedur, karena pekerjaan saya

77WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

Page 79: Warta Bea Cukai Edisi 389

78 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

sebelumnya sudah seperti itu jadi no problem, saya bisa nyam-bung ke bagian manapun,” kata penyuka berbagai macam baca-an yang diakui hobinya ini mengikuti kebiasaan ayahnya.

Oza sejak kecil suka berbagai macam bacaan, ia tidak pilih-pilih jenis bacaan, apalagi sekarang dengan kondisi pekerjaan dibea cukai yang dirasanya memang spesifik. Antara membahascukai atau pabean akan berbeda materinya. Jika tidak mengiku-tinya, dengan membaca misalnya maka akan tertinggal. “Kalau-pun kita tidak ditempatkan di bidang tersebut paling tidak akanmemiliki pengetahuan dan jika diajak berbicara mengenai halyang berkaitan dengan masalah tersebut kita bisa ikut berdiskusi.”

Jika ditanya, penempatan tugas yang mana yang membuat-nya berkesan, menurut prinsipnya dimanapun ia ditempatkanbaginya memberikan kesan tersendiri di masing-masing tempat.Karena memiliki kesempatan paling lama di BPIB, maka tempatitulah termasuk memberikan kesan tersendiri. Di BPIB ia merasabanyak diberi kesempatan untuk mengembangkan BPIB dankebetulan sekali teman-temannya di BPIB bisa sejalan, sehingapada akhirnya dapat bersama-sama membangun.

Segala daya upaya dan kerjasama dengan UniversitasIndonesia dilakukan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkankompetensi staf BPIB dan pengembangan manajemen di BPIB,pengembangan metode pemeriksaan dan pengujian standartermasuk pengembangan infrastruktur fisik laboratorium. Usahaini membuahkan hasil, BPIB Jakarta dinyatakan memenuhistandar Customs Laboratory Guide WCO dan ISO 17025,tepatnya pada 6 November 2002. BPIB Jakarta meraih akreditasi

ISO 17025:1999 (SNI-19-17085-2000) dari Komite AkreditasiNasional sebagai Laboratorium Penguji.

”Untuk meraih ISO bukanlah kerja ringan waktu itu karenasaat itu masih banyak pro dan kontra dan bagaimana caranyakita menjadikan yang kecil untuk mendapat standar mutu pela-yanan. Ini baru satu-satunya di Bea dan Cukai. Ini merupakan ha-sil kerja keras seluruh pegawai BPIB beberapa tahun,” ujar Oza.

Oza pun menyampaikan terimakasih atas dukungan danbantuan dari semua pihak. Tanpa bantuan semua pihak ia rasatidak bisa sukses seperti saat ini. Itulah hal yang membuatnyaterkesan selama menjalankan tugasnya sebagai pegawai beacukai. Karena bisa meninggalkan satu kenangan yang sampaisaat ini masih ia ikuti terus perkembangannya. Harapannya,mudah-mudahan ke depan laboratorium BPIB bisa lebih maju lagikarena menurutnya bagaimanapun Bea dan Cukai tidak lagihanya berperan sebagai pengumpul penerimaan negara bahkanmungkin akan semakin turun karena perannya lebih kepelayanan dan pengawasan. Untuk pengawasan makadibutuhkan instrumen-instrumen atau tools lain untuk pengujian,salah satu instrumennya dengan manfaatkan laboratorium.

Menurutnya, di negara luar peran laboratorium sangat tinggi,misalnya di negara Jepang dan kebetulan ia pernah training jobselama hampir 6 bulan tepatnya tahun 2000. Apapun pekerjaandi sana akan langsung link dengan laboratoriumnya. Karena ituperanan laboratorium sangat tinggi bahkan setingkat eselon 1.Peran laboratorium akan sangat diperlukan untuk mengetahuijenis barang, pengklasifikasian barang, harga barang, masalahlarangan dan pembatasan, barang purbakala, pengambilankeputusan dan lain sebagainya.

Ketika WBC menanyakan pemikiran dan masukannya untukkemajuan laboratorium Bea dan Cukai, ia menekankan bahwalaboratorium bisa dimaksimalkan seoptimal mungkin perannya.Maka itu harapannya untuk ke depan laboratorium tidak hanyasetingkat eselon III melainkan bisa menjadi eselon II supayadapat dibuat bidang-bidang tertentu yang lebih spesifik. Kondisiyang sekarang memang belum spesifik, apalagi pekerjaan BPIBmasih banyak yang diambil departemen lain, padahalsebenarnya Bea dan Cukai sendiri bisa memeriksanya.

“Diperaturan kita harus lewat Departemen lain padahal Beadan Cukai sendiri juga bisa. Lalu mengapa harus ke instansi lainpadahal kita juga bisa ? Jadi mengapa harus orang luar yangperiksa padahal kita juga bisa,” ujarnya.

Menurut Oza, SDM yang dimiliki BPIB Jakarta sudah mencu-kupi khususnya tenaga analisis setingkat SMA dan D3 sepertianalisis kimia, analisis tekstil, teknik kimia dan berbagai macamlevel eksak untuk tingkat SMA dan D3 di BPIB. Sedangkan diakui-nya, untuk tingkat sarjana memang masih terbatas sebab rekrut-men tingkat sarjana yang terakhir tahun 1999 hanya 3 orang.Dan pengembangan BPIB ke depan adalah memanfaatkan apayang telah ada di BPIB Jakarta untuk bisa berperan serta dalammenjalankan tugas Bea dan Cukai, karena dirasakan Oza, keber-

SAAT DI BPIB. Kegiatan rutin sehari-hari melakukan pengujian di BPIBBea dan Cukai Jakarta.

SAAT MENJADI KOMANDAN PASUKAN pada Hari Pabean Seduniatahun 2007

BERSAMA DIRJEN CCL (Central Customs Laboratorium) saat mengikuti jobtraining mengenai customs analisys training di Jepang tahun 1998.

DOK. PRIBADI

PROFILDOK. PRIBADI

DOK. PRIBADI

Page 80: Warta Bea Cukai Edisi 389

79WARTA BEA CUKAIEDISI 389 APRIL 2007

adaan laboratorium terutama sebagai instrumen pengawasandan pelayanan oleh Bea dan Cukai belum optimal dimanfaatkan.

PROMOSI ESELON IIIDari BPIB, Oza dipindahkan ke KPBC Tanjung Priok III

sebagai PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen).Selanjutnya dari Priok dipindahkan ke KPBC Kediri sebagai SeksiKepabeanan IV yang hanya berlangsung satu tahun dan lebihbanyak berada di Jakarta karena sering terlibat dengan timpembuatan Buku Tariff Bea Masuk maupun RUU PeraturanMenteri Keuangan. Bahkan pada saat mendapat promosi eselonIII sebagai Kabid IKC (Informasi Kepabeanan dan Cukai) diKanwil XIII DJBC Bali, NTB dan NTT, Oza sedang tugaskumandah membahas rancangan Peraturan Menteri Keuangansehubungan dengan adanya amandemen UU Kepabeanan.

Ketika ditanya mengenai perasaannya sebagai satu-satunyaperempuan pegawai di DJBC yang mendapat promosi eselon IIIpada tahun ini dan tercatat sebagai pejabat eselon III termuda, iamengaku senang dan kepercayaan itu merupakan amanah danbagian dari tanggung jawabnya. Sungguh diakuinya ia tidakmengetahui alasan mengapa dirinya dipercaya menjadi pejabateselon III. Namun apapun alasannya, ia harus dapat memberikansesuatu untuk instansi tempatnya mengabdi. “Dengan carabagaimanapun, mungkin ada hal-hal yang perlu saya kerjakan.Perubahan kedepan akan saya usahakan nanti, setidaknyamemberikan suatu warna atau suatu masukan untuk DJBCdimasa mendatang. Insya allah.”

“IKC, bidang baru bagi saya. Namun begitu Insya allah sayasiap. IKC di tingkat wilayah merupakan satu bidang baru jadiotomatis semuanya sama-sama belajar karena memang kitalihat belum lengkap struktur organisasinya sampai ke bawah jugabelum lengkap dan petunjuk pelaksanaannya juga belum. Nantikalau sudah ada juklaknya kita lihat job-nya apa yang akan perlukita sediakan dan kita kembangkan,” ujar Oza yang mengisiwaktu luang di luar kerja dengan kegiatan yang berhubungandengan apoteker dan usaha lainnya bersama teman-temannya.

Dalam benak wanita yang menyukai olah raga santai sepertitenis meja dan jogging ini, IKC bisa menjadi pusat informasi datadi wilayah, supaya jika diperlukan suatu masukan dari wilayahharusnya bisa mengambil data yang sudah dianalisa, sehinggadata yang akan dikeluarkan sebagai produknya wilayah akanlebih baik dan otomatis di Kantor Pusat untuk data yang masukakan jauh lebih baik. Dengan ini akan lebih meningkatkan peran-an informasi kepabeanan dan cukai di wilayah untuk mendukungkegiatan Bea dan Cukai secara keseluruhan.

POTENSI PEREMPUAN DI BEA DAN CUKAIKesempatan yang diberikan bagi pegawai perempuan di Bea

dan Cukai, menurut pe-nilaiannya di bidangtertentu memang telahada yang diberi kesem-patan, namun masihjuga ada bidang yangdidominasi laki-laki.Jujur ia melihat peker-jaan yang dominan le-bih banyak yang diam-bil laki-laki, namun se-cara keseluruhankenyataannya memanglaki-laki lebih banyakberperan karena jumlahperempuan di DJBCsedikit sehingga tidakterlihat, padahal adabeberapa posisi yangtelah menempatkanperempuan. Hanyasaja, lanjutnya, posisistrategis belum banyakpegawai perempuanditempatkan.

“Saya sendiri belumtahu alasannya apa ?Apa karena belum cocok atau ada alasan lain saya tidak tahu. Diluar konteks gender atau bukan saya tidak tahu, tetapi karenabelum dicoba bagaimana kita tahu,” ujar lulusan S-2 dariUniversitas Indonesia yang mengambil program material sciencelulusan tahun 2005 dan berkeinginan untuk melanjutkanpendidikan ke jenjang S-3.

Menurutnya dari segi kemampuan tidak ada perbedaan an-tara laki-laki dan perempuan. Masalah gender saat ini bukan ma-salah yang menarik lagi untuk dibicarakan, tetapi memang akantetap ada isu gender selama dunia ini masih ada karena memangmanusia diciptakan dengan jenis yang berbeda. Tetapi kalau mem-bicarakan masalah gender, misalnya perempuan tidak cocokuntuk suatu bidang tertentu, rasanya itu bukan lagi jamannya.

Dicontohkannya, saat ini perempuan telah bekerja diberbagaibidang, misalnya, Menteri Keuangan era sekarang jugaperempuan dan Indonesia pernah dipimpin seorang presidenperempuan. Jadi menurutnya Bea dan Cukai kedepan akan lebihmaju, karena sudah banyak petinggi-petinggi di instansi inimelihat bahwa sebagian perempuan sudah bisa berpotensi danbisa menghasilkan suatu masukan, hanya saja jumlahnya perluditingkatkan lagi karena saat ini jumlah antara laki-laki danperempuan yang mendapat posisi strategis tidak sebanding.

SDM perempuan di DJBC menurutnya sudah menempatiberbagai posisi, baik level pelaksana maupun pejabat, tinggalbagaimana bisa lebih memberikan peluang dan kesempatanyang sama, baik dalam hal pekerjaan dan pendidikan.Dirasakannya bahwa diklat saat ini masih dibatasikesempatannya untuk perempuan, misalnya dalam pendidikandan pekerjaan masih didominasi laki-laki, mestinya diberikankesempatan yang sama. sepanjang perempuan bisa danmampu. “Terkadang ada yang siap tetapi sebenarnya tidakmampu, kemudian ada yang mampu karena ada alasan yang lainsehingga tidak siap.

“Harapan saya kaum perempuan diberi kesempatan yanglebih bagus disemua bidang untuk bisa bersaing dan bersama-sama membangun Bea dan Cukai, namun disisi lain perempuanjangan berhenti belajar berbagai hal dan mencari pengalamanataupun menggali pengalaman kebeacukaian dari berbagai pi-hak,” begitu harap pegawai yang bermotto hidup bekerja denganperaturan dan jalur yang ada sesuai keinginan hati nurani.

Baginya, menjadi wanita karir merupakan suatu pilihan danhidup juga merupakan suatu pilihan karena itu karir yang sudahdipilih haruslah ditekuni, sebab kesempatan wanita saat ini sudahsangat luas. Jika pada akhirnya harus menghadapi tantanganmaka itu sudah merupakan resiko.

MELUANGKAN WAKTU dengan berlibur setelah mengikuti trainingcustoms analisys training di Jepang.

MESKI PEREMPUAN masih sedikitjumlahnya dibidang pekerjaan namunsudah banyak berperan.

DOK. PRIBADI

DOK. PRIBADI

ris

Page 81: Warta Bea Cukai Edisi 389

80 WARTA BEA CUKAI EDISI 389 APRIL 2007

Lazimnya orang mengenal wayang sebagai salah satu kesenian yangdimiliki bangsa Indonesia. Ada wayang golek, wayang kulit, wayang orangdan… wayang gokil, hah? Anda pasti mengernyitkan dahi mendengar namawayang gokil. Wayang gokil merupakan pertunjukkan wayang kulit yangdikemas mengikuti trend masa kini, dengan menggunakan bahasa gaul,theme song yang lagi trend saat ini dan ceritanya pun agak melenceng daripakem yang ada.

Adalah sekelompok selebritis muda Jakarta yang ingin menyelamatkanwarisan leluhur bangsa. Dengan mengambil lakon Ramayana, awal Januarilalu (10/1), bertempat di Museum Wayang, Jakarta, digelar pertunjukkanwayang gokil. Tidak seperti pertunjukkan wayang kulit pada umumnya, tugasdalang dalam pagelaran wayang gokil hanyalah menggerakkan wayang-wayang tersebut. Sementara dialog cerita menggunakan alih suara (dubbing)yang disuarakan oleh beberapa artis seperti Dian Sastro (sebagai Shinta),Farhan (Rahwana), Indra Bekti (Narator) dan Lembu Club Eighties (Rama).

Saat ditemui WBC sebelum pertunjukkan dimulai, Lembu, Vokalis grupband Club Eighties mengatakan, wayang gokil digelar karena melihatsemakin hari pertunjukkan wayang kurang diminati, terutama oleh kaummuda. Ada beberapa hal yang menyebabkan itu terjadi, pertama karenabahasanya tidak dimengerti (bahasa Jawa-red), musiknya kurang diminati(gamelan dan sinden-red), serta ceritanya yang dianggap monoton.

“Kedepannya, bukan hanya cerita legenda aja yang ingin gue tampilkantapi gue ingin memasukkan pesan-pesan moral seperti anti narkoba dansebagainya kedalam pertunjukkan wayang gokil ini. Jadi wayang gokil inimemang gokil (gila-red), dalam arti gue bisa masukin apa aja disini, tanpamerubah struktur cerita aslinya,” kata Lembu yang berharap wayang gokilini bisa terus berkembang.

Saat ditanya mengenai kesannya pada petugas bea cukai di bandarainternasional seperti di Soekarno Hatta, Lembu mengaku sudah terbiasaberurusan dengan petugas bea cukai yang menurutnya ujung-ujungnya adalahuang dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Oleh sebab itu terkadang iamerasa khawatir kalau membawa banyak barang sepulangnya dari luar negeri.

Ia sendiri pernah mengalami kekecewaan saat mengimpor spare partuntuk moge (motor gede-red) miliknya. Alih-alih ingin menghemat denganmengimpor sendiri, ternyata cost yang harus ia bayar sama dengan jikamembeli lewat dealer. Pasalnya, banyak prosedur dan meja yang harus ialewati. Ia sendiri tidak tahu apakah itu memang suatu permainan atau jatahtiap instansi yang ada di bandara.

“Jadi waktu itu gue kena denda ini, musti bayar itu, musti tunggu seminggulagi, ribet deh. Tapi karena gue butuh spare part itu akhirnya gue pasrah, guesendiri gak tau prosedur yang sebenarnya itu seperti apa,” katanya.

Tak hanya itu, Lembu yang juga menjabat sebagai Art Director disebuahagency advertising, kerap mengalami kejadian yang kurang menyenangkansaat membawa banyak tape yang berisi dubb iklan untuk ditransfer ke formatlayar bioskop yang biasanya ia lakukan di Hongkong atau Australia.

“Kalau tidak ada surat jalan dari PH (production house-red) tempatiklan tersebut dibuat, biasanya tape tersebut ditahan oleh petugas. Padahaliklan itu kejar tayang, harus segera beredar di seluruh bioskop di Indonesia.Makanya kita punya cost khusus untuk mengantisipasi kalau ada apa-apa dibandara,” tuturnya.

Ia sendiri mengaku kalau tindakannya tersebut seperti mensupportkorupsi. Tapi hal itu terpaksa dilakukan mengingat ia butuh waktu yangcepat. Untuk itu ia berharap agar ada koordinasi dan prosedur yang jelas disetiap instansi yang ada di bandara. “Jangan karena memiliki wewenang dibandara, lantas petugas dengan seenaknya mempermainkan harga,mempersulit prosedur dan sebagainya,” pintanya.

Saat ditemui WBC usai pagelaran wayang gokil, Dave Hendrick, memberi-kan komentarnya terhadap pertunjukkan wayang tersebut. “Wayang gokil ini se-ru, karena konsepnya beda dan gokil, sayangnya membernya (para pemainnya-red) tidak semua hadir. Kalau hadir kan jadi lebih terasa serunya,” imbuhnya.

Saat ini, Dave yang masih aktif sebagai penyiar di salah satu radio di Jakar-ta, tengah dikontrak secara ekseklusif di salah satu televisi swasta. Dengangayanya yang ‘khas’, cowok berperawakan sedang dan berkulit putih ini meman-du acara kuis rejeki satu milyar dan espresso prime time, di stasiun televisiswasta tersebut.

“Untuk yang di radio (sebagai penyiar-red) itu harus gue pertahankan kare-na itu nafkah batin gue,” katanya. Walaupun pernah mencoba bermain sinetrondi awal karirnya, Dave mengaku tidak memiliki keinginan menekuni sinetronyang dianggap bukan dunianya. Ia sudah menetapkan keinginannya untuk pro-fessional di bidang penyiar, presenter dan MC.

Ketika ditanya tentang kesannya pada petugas bea cukai di bandara, Daveyang malam itu ditemani oleh asistennya mengaku tidak pernah mendapat masalahsaat ia berhadapan dengan petugas bea cukai di bandara seperti di Soekarno Hatta.Selama ini petugas melayani dengan penuh senyum dan ramah tamah.

Pada dasarnya, Dave memang tidak pernah membawa barang-barang yangberlebihan sepulangnya dari luar negeri. Berbeda dengan teman-temannya yangmostly perempuan, yang kerap membeli banyak barang. Ia sering mendengarcerita dan keluhan dari teman-temannya yang barangnya sering ditahan olehpetugas bea cukai dan diperiksa secara berlebihan.

“Mungkin karena aku pasang bemper duluan kali ya, aku pasang senyumduluan dan ramah pada petugas. Tapi sampai saat ini semuanya baik-baik aja,nggak pernah dapat pengalaman yang gak enak,” tambahnya.

Diakui atau tidak, Dave merasa hal itu disebabkan dirinya dianggapselebritis sehingga hal itu mempermudahnya saat berhadapan dengan petugas.“Karena mereka (petugas-red) kenal gue, jadi gue sok akrab aja...” katanya.

Ia yang kerap berpergian ke luar negeri bersama teman-temannya jugamengaku tidak tahu tugas dan fungsi Bea dan Cukai. “Sepanjang yang gue tahu,Bea dan Cukai adalah suatu badan yang mengontrolkeluar masuknya barang. Betul gak? (diamsejenak) Emang tugas sebenarnya apa-an?” ujarnya balik bertanya seraya terkekeh.

Namun demikian, Dave menyarankanagar petugas bea cukai memberikanperlakuan yang sama pada setiappenumpang, tidak mem- beda-bedakan.Ia bercerita bahwa pe- tugas yangmemeriksanya selalu dengan wajahyang ramah. Tetapi ke- tika petugas itumemeriksa orang lain (yang kebetul-an berada di belakang Dave-red),petugas langsung me- masang wajahyang kurang menye- nangkan.

“Padahal petugasnya sama denganyang melayani gue, tapi karena mungkinpetugasnya kenal gue kali ya jadi mau gakmau dia ramah. Sementara dengan orang yangdia gak kenal mukanya jadi agak sedikit kenceng.Seharusnya dia memberikan perlakuan yang samakepada semua orang, kenal atau gak kenal,” saranDave yang biasanya pergi keluar negerisekitar setahun 2 kali dalamrangka liburan.

“Sok Akrab Aja...”Dave Hendrick

“Punya Cost Khusus...”

Lembu, Club Eighties

APA KATA MEREKA

ifa

ifa