wakalah

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan paling halal bagi seseorang adalah yang berasal dari pekerjaan sendiri dan setiap hasil pekerjaan yang bersih dari dosa. Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units). Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen bank untuk melaksanakan perannya. Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum, piranti-piranti yang digunakan bank syariah terdiri dari tiga kategori, yaitu: 1. Produk penyaluran dana (financing) 2. Produk penghimpunan dana (funding) 3. Produk jasa (services) 1

Upload: khairul-alonx

Post on 03-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Makalah Lengkap

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMakanan paling halal bagi seseorang adalah yang berasal dari pekerjaan sendiri dan setiap hasil pekerjaan yang bersih dari dosa. Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units). Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen bank untuk melaksanakan perannya.Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum, piranti-piranti yang digunakan bank syariah terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Produk penyaluran dana (financing)

2. Produk penghimpunan dana (funding)

3. Produk jasa (services)

Produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil terdiri dari Al-Musyarakah dan Al-Mudarabah serta masih ada lagi akad-akad pelengkap seperti al-Hiwalah, ar-Rahn, al-Qardh, al-Kafalah, dan al-Wakalah yang selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini.

Akad-akad pelengkap tersebut berfungsi sebagai sarana dalam mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Akad-akad ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, meskipun demikian, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Dalam makalah ini, selanjutnya akan dijelaskan lebih rinci tentang salah satu dari sekian akad pelengkap yang telah disebutkan diatas yaitu pembahasan mengenai akad wakalah baik itu dari segi pengertian, sumber hukum atau landasan syariah, serta rukun dan ketentuan syariah. Melihat kehidupan sekarang perlu kiranya kita mengetahui akad dalam muamalah yang sekarang ini akan kita bahas adalah wakalah (perwakilan), yang semuanya itu sudah ada dan diatur dalam al Quran, Hadist, maupun dalam kitab-kitab klasik yang telah dibuat oleh ulama terdahulu. B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui tentang hukum wakalah, sumber-sumber hukum wakalah, dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan dalam kehidupan kita. Wakalah sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena wakalah dapat membantu seesorang dalam melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh orang tersebut, tetapi pekerjaan tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah direncanakan. Hukum wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap tolong-menolong antar sesama, selama wakalah tersebut bertujuan kepada kebaikan. Dari uraian diatas dapat kita rumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian wakalah dan dasar hukumnya?

2. Apa saja rukun-rukun dalam wakalah?

3. Bagaimana praktek wakalah di masyarakat?

C. Tujuan PembahasanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini Untuk mengetahui pengertian wakalah dan dasar hukumnya!1. Untuk mengetahui pengertian wakalah dan dasar hukumnya!

2. Untuk mengetahui apa saja rukun-rukun dalam wakalah!

3. Untuk mengetahui bagaimana praktek wakalah di masyarakat!

BAB II

PEMBAHASANA. Pengertian WakalahAl-Wakalah atau Al-Wikalah atau berarti penyerahan,pendelegasian, atau pemberian mandat. Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Karena tidak semua hal dapat diwakilkan contohnya seperti sholat, puasa, bersuci, qishas, dan lain sebagainya. dalam bahasa arab, Al-wakalah dipahami sebagai At-Tafwidh, contoh kalimat, aku serahkan urusanku kepada Allah, mewakili pengertian istilah tersebut. Pengertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu disebut dalam firman Allah cukuplah Allah sebagai penolong kami dan dia sebaik-baik pemelihara Akan tetapi, yang dimaksut sebagai wakalah dalam pembahasan ini adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.Secara terminologi (syara) sebagaimana dikemukakan oleh fukaha, Pengertian wakalah adalah sebagai berikut:1. Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibn Muhammad al-Husaini yang artinya: menyerahkan suatu pekerjaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar dikelola dan dijaga pada masa hidupnya.

2. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie Akad penyerahan kekuasaan dimana pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak.Dari dua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wakalah adalah sebuah transaksi dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup. Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan (muwakkil) itu dapat secara sah untuk mengerjakan pekerjaannya secara sendiri. Namun, karena satu dan lain hal urusan itu ia serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu untuk menggantikannya. Oleh karena itu, jika seorang (muwakkil) itu ialah orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya itu seperti orang gila atau anak kecil maka tidak sah untuk mewakilkan kepada orang lain. Contoh wakalah, seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak perempuannya. Contoh lain seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacaranya. Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Alasannya, tidak semua orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya. B. Landasan Hukum Wakalah1. Al-QuranSalah satu dibolehkannya Al-wakalah adalah firman Allah SWT berkenaan dengan kisah ash-habul kahfi:

Artinya : Dan demikianlah kami bangkitkan mereka agar saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka, sudah berapa lamakah kamu berada disini,? Mereka menjawab, kita sudah berada disini satu atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi), tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kami berada disini. Maka, suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Ayat ini melukiskan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan. Ayat lain yang menjadi rujukan wakalah adalah kisah tentang nabi yusuf as disaat ia berkata kepada raja Jadikanlah aku bendaharawan negara(mesir). Sesungguhnya aku adalah seorang yang pandai menjaga lagi berpengalaman. Dalam konteks ayat ini, Nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan mengemban amanah menjaga federal reserve negara mesir.

2. Al-Hadits

Banyak hadits yang dapat dijadikan landasan keabsahan wakalah, diantaranya:Bahwasanya Rasulullah saw, mewakilkan kepada abu rafi dan seorang anshar untuk mewakilkannya mengawini maimunah bintil harits Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya adalah membayar utang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lainnya.

3. Ijma

Para ulama pun bersepakat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk dalam jenis taawun atau tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa. Tolong menolong diserukan dalam Al-Quran dan disunahkan oleh Rasulullah saw Allah berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan permusuhan.... Rasulullah saw. Bersabda, Dan, Allah menolong hamba selama hamba menolong saudara Dalam perkembangan fiqih islam, status wakalah sempat diperdebatkan: Apakah wakalah masuk dalam kategori niabah, yakni sebatas mewakili, atau kategori wilayah atau wali. Hingga kini, dua pendapat tersebut terus berkembang. Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah ialah niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini, siwakil tidak dapat menggantikan seluruh fungsi muwakil Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena khilafah (menggantikan) dibolehkan untuk yang mengarah kepada yang lebih baik, sebagai mana dalam jual beli, melakukan pembayaran secara tunai lebih baik,walaupun diperkenankan secara kredit. Pekerjaan yang diwakilkan adalah semua pekerjaan yang dapat diakadkan oleh dirinya sendiri, artinya secara hukum pekerjaan ini dapat gugur jika digantikan. Contoh : mewakilkan sesuatu kepada orang lain untuk menjual barang atau membeli, dan menjadi wali pernikahan. Adapun pekerjaan yang tidak dapat diwakilkan adalah pekerjaan yang tidak ada campur tangan perwakilan artinya hukum ini tidak gugur jika digantikan orang lain seperti ibadah badaniyah, karena dalam ibadah badaniyah ini tujuannya adalah untuk menguji ketaatan seorang hamba pada rabbnya, yang mana tujuan itu tidak dapat tercapai jika digantikan orang lain seperti shalat dan puasa. Transaksi wakalah dianggap berakhir atau tidak dapat dilanjutkan dikarenakan adanya salah satu sebab dibawah ini:1. Matinya salah satu pihak dari yang berakat2. Bila salah satunya gila3. Pekerjaan yang dimaksudkan dihentikan4. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status kepemilikan5. Wakil memutuskan sendiri, menurut hanafi tidak perlu bagi muwakkil mengetahuinya6. Pemutusan oleh muwakkil terhadap wakil, meskipun wakil tidak mengetahui menurut syafii dan hambali, tetapi bagi hanafi wakil wajib tahu, sebelum ia tahu maka tindakannya seperti sebelum ada pemutusan Pada hakikatnya pemberian dan pemeliharaan amanat. Oleh karena itu, baik orang yang mewakilkan dan orang yang mewakili yang telah melakukan kerja sama atau kontrak wajib bagi keduanya untuk menjalankan hak dan kewajibannya, saling percaya, dan menghilangkan sifat curiga serta berburuk sangka. Dari sisi lain, dalam wakalah terdapat pembagian tugas, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menjalankan pekerjaannya dengan dirinya sendiri. Dengan mewakilkan kepada orang lain, maka muncullah sikap saling tolong menolong dan memberikan pekerjaan bagi yang sedang menganggur. Dengan demikian, oihak yang mewakilkan akan terbantu dalam menjalankan pekerjaannya dan pihak wakil akan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya. Adapun Rukun wakalah adalah:

a. al muwakkil (orang yang mewakilkan/ melimpahkan kekuasaan)

b. al wakil ( orang yang menerima perwakilan)

c. al muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan)d. Sighat ( ucapan serah terima) C. Rukun Wakalah1. Al - MuwakkilOrang yang mewakilnya (muwakkil) syaratnya dia berstatus sebagai pemilik urusan/benda dan menguasainya serta dapat bertindak terhadap harta tersebut dengan dirinya sendiri. Jika muwakkil itu bukan pemiliknya atau bukan orang yang ahli maka batal. Dalam hal ini, maka anak kecil dan orang gila tidak sah menjadi muwakkil karena tidak termasuk orang yang berhak untuk bertindak.2. Al - WakilWakil (orang yang mewakili) syaratnya ialah orang berakal. Jika ia idiot, gila, atau belum dewasa maka batal. Tapi menurut Hanafiyah anak kecil yang cerdas (dapat membedakan mana yang baik dan buruk) sah menjadi wakil alasannya bahwa Amr bin Sayyidah Ummu Salamah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah, saat itu Amr masih kecil yang belum baligh. Orang yang sudah berstatus sebagai wakil ia tidak boleh berwakil kepada orang lain kecuali seizin dari muwakkil pertama atau karena terpaksa seperti pekerjaan yang diwakilkan terlalu benyak sehingga tidak dapat mengerjakannya sendiri maka boleh berwakil kepada orang lain. Si wakil tidak wajib untuk menanggung kerusakan barang yang diwakilkan kecuali disengaja atau cara di luar batas.3. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan)

Syarat-syaratnya untuk menjadi Muwakkal fih adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan/urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain. Oleh karena itu, tidak sah untuk mewakilkan untuk mengerjakn ibadah seperti salat, puasa dan membaca al-Quran.

b. Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah. Oleh karena itu, tidak sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinya.

c. Pekerjaan itu diketahui secara jelas. Maka tidak sah mewakilkan sesuatu yang masih samar seperti aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk mengawini salah satu anakku

4. Shigat ( ucapan serah terima)Shigat hendaknya berupa lafal yang menunjukkan arti mewakilkan yang diiringi kerelaan dari muwakkilseperti saya wakilkan atau serahkan pekerjaan ini kepada kamu untuk mengerjakan pekerjaan ini kemudian diterima oleh wakil. Dalam shigat kabul si wakil tidak syaratkan artinya seandainya si wakil tidak mengucapkan kabul tetap dianggap sah. Akad Wakalah dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi, terutama dalam institusi keuangan, seperti:a. Transfer uangProses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad Wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan perintah atau permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika transfer dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank mengkreditkan sejumlah dana kepada rekening tujuan.b. Letter Of Credit ImporAkad untuk transaksi letter of credit impor syariah ini menggunakan akad wakalah bil ujrah. Hal ini sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor:34/DSN-MUI/IX/2002. Akad wakalah bil ujrah ini memiliki definisi dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan pemberian ujrah atau fee. Namun ada beberapa modifikasi dalam akad ini sesuai dengan situasi yang terjadi.D. Jenis-jenis Akad Wakalah1. Akad Wakalah Bil Ujraha. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga pembayaran barang yang diimpoe

b. Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.

c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.2. Akad wakalah bil ujrah dan Qardha. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor.b. Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah untuk pengurusan dokumentasi-dokumentasi transaksi impor.

c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.

d. Bank memberikan dana talangan (qardh) pada importir untuk pelunasan pembayaran barang impor3. Akad wakalah bil ujrah dan mudharabah

a. Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah pada bank untuk pengurusan dokumen dan pembayaran.

b. Bank dan importir melakukan akad mudharabah, dimana bank bertindak selaku shohibul mal menyerahkan mal kepada importir sebesar harga barang yang diimpor.4. Akad Wakalah Bil Ujrah dan Hiwalaha. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor.

b. Importir dan bank melakukan akad wakalah bil ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen barang yang diimpor.

c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.

d. Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang kepada bank dengan meminta bank membayar kepada eksportir senilai barang yang diimpor.5. Letter Of Credit EksporAkad untuk transaksi letter of credit eksport syariah ini menggunakan akad wakalah. Hal ini sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor: 35/DSN-MUI/IX/2002. Akad wakalah ini memiliki definisi dimana bank menerbitkan surat pernyataan akan membayar kepada eksportir untuk memfasilitasi perdagangan eksport. Namun ada beberapa modifikasi dalam akad ini sesuai dengan situasi.6. Investasi Reksadana Syariah

Akad untuk investasi reksadana syariah ini menggunakan akad wakalah dan mudharabah. Hal ini sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001. Akad wakalah ini memiliki definisi dimana pemilik modal memberikan kuasa kepada menejer investasi agar memiliki kewenangan untuk menginvestasikan dana dari pemilik modal.7. pembiayaan rekening koran syariah

Akad untuk pembiayaan rekening koran syariah ini menggunakan akad wakalalah. Hal ini sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor: 30/DSN/VI/2002. Akad wakalah ini memiliki definisi dimana bank memberikan kuasa kepada nasabah untuk melakukan transaksi yang diperlukan.

8. Asuransi SyariahAkad untuk asuransi syariah ini menggunakan akad wakalah bil ujrah. Hal ini sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor: 52/DSN-MUI/III/2006. Akad wakalah bil ujrah ini memiliki definisi dimana pemegang uang memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk menyimpannya dan menginvestasikan premi yang dibayarkan kedalam tabungan maupun kedalam produk investasi seperti sukuk, saham, dan reksadana syariah. Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah dapat diterima. Pengertian Wakalah adalah sebuah transaksi dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup.Ketentuan syariat dalam akad wakalah dalah sebagai berikut:a. Orang yang mewakilkan / pihak yang meminta untuk diwakilkan (Al-Muwakkil)

1) Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.

2) Orang mukallaf atau mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

b. Al-Wakil (Orang yang diwakilkan)1) Harus cakap hukum.

2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan padanya.

c. Obyek yang diwakilkan1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili.

2) Tidak bertentangan dengan syariat islam.

3) Dapat diwakilkan menurut syariat islam.

4) Manfaat dan jasa harus bisa dinilai.

5) Kontrak dapat dilaksanakan.9. Ijab Kabul

Ijab kabul yaitu pernyataan dan eksperi saling rida/ rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern .

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAda beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari pembahasan ini yaitu :

1. Al-wakallah atau Al-wikallah adalah perwakilan, menurt istilah wakallah adalah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup. Sedangkan ijarah berarti upah atau imbalan.

2. Dasar hukum wakallah yaitu dalam surah Al-Nisa : 35, Al-kahfi : 19 dan HR. Bukhari. Sedangkan dasar hukum ijarah yaitu dalam surah Al-Thalaq : 6 dan HR. Ibnu Majah. Wakallah dan ijarah memiliki rukun serta syarat-syarat tertentu.

B. Saran

Setiap manusia pasti akan berhadapan dengan kenyataan, dimana apa yang akan kita lakukan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, pasti akan ada halangan-halangan yang akan dilewati. Kejadian-kejadian seperti pembahasan diatas selalu terjadi dalam kehidupan kita, maka dari itu kita harus belajar (mengetahui) bagaimana jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi tanpa harus keluar dari ajaran agama. REFERENSIAbdul aziz, Almalibari zainuddin, tanpa tahun, fathul muiin, Surabaya: hidayah.Al-Faizin, Abdul Wahid, 2010, tafsir ekonomi kontemporer, Jakarta: Madani publishing house.Azzuhli, Wahabah, 2002, Al-Muamalah Al-Maliyah Al-muasirah, Maktabatul Asadi.Dr mansur, Abdullah, tanpa tahun, Aqsaamul Ukuud, Beirut: Dar Al-Fikr.Hendriksen, Eldon S. 1992, Accounting Theory 5th Edition, Boston: Irwin.Kazarian, Elias G. 1993, Islamic Versus Traditional Banking, Boulder: Westview Press. Sri Nurhayati, 2008, Akuntansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: salemba empat.

http://weinarbount.blogspot.com/2013/05/al-wakalah.html (di Upload 10 Oktober 2014)

7