wacana didaktika
TRANSCRIPT
WACANA DIDAKTIKA
23 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROFIL KERJA SAMA SISWA DI MA NEGERI 1 INDRAMAYU
oleh Lissa
Kerja sama mahasiswa masih perlu
ditingkatkan. Oleh karena itu penelitian
telah dilakukan yang bertujuan untuk
mengetahui kerjasama siswa mengenai
materi pencemaran lingkungan pada kelas
X Madrasah Aliyah Negeri 1 Indramayu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
profil kerjasama. Jenis penelitian
kuantitatif bersifat deskriptif dengan
desain penelitian one shoot case study.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah
Negeri 1 Indramayu dengan jumlah 217
orang pada Tahun Akademik 2016/2017,
dengan sampel 1 kelas yaitu kelas X IPS 3
dengan jumlah 28 siswa diperoleh dengan
teknik purposive sampling. Instrumen
yang digunakan adalah lembar observasi
kemampuan kerja sama siswa, dari hasil
analisis data yang telah dilakukan
diperoleh skor rata-rata kerjasama siswa
2,75 menunjukkan persentase 68,75%
dengan kategori kerjasama yang baik.
Kata Kunci: Kerja sama, Profil, Dan
Observasi.
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan aspek
terpenting dalam pelaksanaan pendidikan.
Melalui proses pembelajaran siswa akan
memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baru yang berguna bagi kebutuhan
hidupnya. Menurut Sugihartono dkk dalam
Hidayat (2015:1) pembelajaran merupakan
suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem
lingkungan dengan berbagai metode
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien serta
dengan hasil yang optimal. Sebagaimana
diungkapkan oleh Noor (2014:2) bahwa
dalam proses pembelajaran, siswa
berperan menjadi subyek bukan obyek
pembelajaran yang hanya menerima apa
yang disampaikan guru.
Sejalan dengan tuntutan pendidikan
dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006,
dalam (Karmana, 2013: 216), khususnya
satuan pendidikan di SMA antara lain
bertujuan : (1) memupuk sikap ilmiah
yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis,
dan dapat berkerja sama dengan orang lain,
(2) mengembangkan pengalaman
mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, (3) mengembangkan
kemampuan berpikir analisis, induktif,
deduktif dengan menggunakan konsep dan
prinsip biologi, (4) mengembangkan
penguasaan konsep dan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap percaya diri, (5)
mampu menghasilkan karya teknologi
sederhana, dan (6) berperan dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah
dalam hal ini kementrian riset dan
teknologi mendukung usaha perbaikan
pendidikan yang diantaranya revisi
kualitas kurikulum, guru, dan proses
pengajaran. Dimana kurikulum yang
berlaku saat ini di jenjang pendidikan
menengah menghendaki pembelajaran
yang berpusat pada siswa, yang menuntut
kreativitas guru dalam pengelolaan
pembelajaran (Gunawan, 2016:1). Oleh
karena itu, guru perlu merancang strategi
pembelajaran yang merangsang siswa
untuk lebih aktif terlibat didalamnya,
ABSTRAK
Universitas WIralodra Indramayu 24
Vol.IX, No.2 –Mei 2017
seperti bekerjasama antar siswa dalam
kelompok.Kegiatan pembelajaran
kerjasama siswa dalam kelompok masih
belum efektif karena setiap siswa belum
sepenuhnya aktif di dalamnya, sehingga
mengakibatkan kelas yang kurang
kondusif hal itu dikarenakan hanya
sebagian siswa yang berperan aktif dalam
kelompok tersebut dimana hanya
mengandalkan satu atau dua orang
anggotanya untuk menyelesaikan tugas
kelompok.
Pengembangan kerjasama siswa
diharapkan akanmenjadi subyek yang aktif
dalam mengembangkan potensi
pengetahuan yang mereka miliki, dan
mengikuti pembelajaran dengan baik.
Dengan begitu, siswa dapat saling
membantu dalam memecahkan suatu tugas
yang diberikan oleh guru. Sehingga proses
pembelajaran akan berpusat pada siswa
melalui kerjasama dan interaksi antar
siswa dalam kelompok.Kerjasama adalah
suatu bentuk partisipasi untuk memperoleh
pengertian, dukungan kepercayaan dan
penghargaan dari masyarakat umum (Sari,
2017:2). Dengan kerjasama kita dapat
saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan serta saling memahami
karakter dan sikap sesama siswa, tugas
yang didapatpun menjadi mudah di
selesaikan ketika kita saling berkerjasama
dengan saling tukar informasi dan
pengetahuan serta saling menghargai
pendapat dan menghargai keputusan
kelompok, Menurut Zainudin dalam Nasia
dkk, (2014:65) kerjasama merupakan
kepedulian satu orang atau satu pihak
dengan orang atau pihak lain yang
tercermin dalam suatu kegiatan yang
menguntungkan semua pihak dengan
dengan prinsip saling percaya, menghargai
dan adanya norma yang mengatur..
Berkaitan dengan pembelajaran di
kelas, fakta yang didapat pada saat
melakukan Program Pengalaman
Lapangan (PPL), model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru hanya
menyampaikan materi dan siswa
menghapal konsep saja sehingga
pembelajaran masih banyak berpusat pada
guru (teacher centered). Cara belajar
klasikal tersebut berdampak pada
rendahnya kemampuan kerjasama siswa
yang ditunjukan dengan sedikitnya
interaksi dalam kelompok belajar (Mustaji
dalam Susanti dkk, 2015:3).
Hal ini disebabkan karena sebagian
besar siswa menganggap pelajaran biologi
sebagai pelajaran hapalan, sehingga siswa
cenderung mencatat dan mendengarkan
penjelasan dari guru. Aktivitas tersebut
menunjukan bahwa model pembelajaran
yang diterapkan masih belum inovatif,
dengan penerapan model pembelajaran
yang menarik dan mengajarkan siswa
untuk berkerjasama dengan baik ialah
salah satu cara agar siswa tidak hanya
mengandalkan guru untuk mendapatkan
materi pembelajaran tetapi mengajarkan
siswa untuk menemukan sendiri materi
dan pembelajaraan yang siswa inginkan
tentu saja dengan pengawasan guru.
Dengan kerjasama materi yang
didapat menjadi sangat menarik dan sangat
banyak dengan mengabungkan
pengalaman masing-masing siswa dan
pengethaun siswa yang didapat dari
kehidupan sehari-hari yang sering kita
jumpai dalam kehidupan siswa, seperti
dalam pembelajran biologi yang sangat
dekat dengan kegiatan kita sehari-hari
yang sering kita jumpai salah satunya ialah
gejala kerusakan lingkungan yang sering
terjadi di sekitar kita yaitu pencemaran
lingkungan, dalam pembelajaran biologi
pencemaran lingkungan ialah salah satu
bab yang dikaji dalam biologi di kelas X.
Berdasarkan latar belakang
penelitian yang sudah dibahas di atas,
potensi kerjasama siswa yang belum digali
dan kurang diperhatikan maka peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Profil
Kerjasama Siswa Di MA Negeri 1
Indramayu”
METODE PENELITIAN
WACANA DIDAKTIKA
25 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penelitian ini dilaksanakan di MA
Negeri 1 Indramayu pada semester genap
tahun pelajaran 2016/2017.Disain
penelitian menggunakan One-Shot Case
Study dengan strategi pembelajaran
convensional yaitu CTL.Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kleas X
MA Negeri 1 Indramayu teknik
pengambilan sempel menggunakan
purposive sampling.Hasil pemilihan
sampel menetapkan kelas X IPS 3 sebagai
kelas experimen.Teknik pengumpulan data
adalah dengan observasi.Tes uji coba
instrumen penelitian untuk mengetahui
validitas, validitas isi angket dilakukan
oleh dosen ahli.
PEMBAHASAN
PadaTabel 4.2 dapat dilihat bahwa
kerjasama siswa baik, Hal ini menunjukan
kerjasama dalam memecahkan masalah
pencemaran lingkungan siswa berdiskusi
dengan baik dengan mampu berpikir dan
mampu berkerjasama dengan teman
kelompok.Pada penilaian kerjasama siswa
dalam materi pencemaran air siswa
mencapai butir penilaian dalam indikator
dengan kategori kerjasama baik, yang
menunjukan rata-rata total 2.75 dan
persentase 68.75%. Hal ini dibuktikan dari
penilaian kerjasama siswa per individu
yang diperoleh dari empat indicator dan 10
aspek kerjasama pada Tabel 4.1.
Indikatorpertama yaitu komunikasi
diperoleh rata-rata 2.68 yang menunjukan
persentase 66.96% dengan kategori baik,
komunikasi dalam pembelajaran cukup
baik karena respon dari masing-masing
siswa sangat baik dalam kerjasama untuk
memecahkan masalah pencemaran
lingkungan pada masing-masing
kelompok.Indikator komunikasi terdapat
empat aspek yaitu pertama
mengemukakan pendapat diperoleh rata-
rata 2.64 yang menunjukan persentase
66.07% dengan kategori kerjasama baik,
mengemukakan pendapat siswa cukup baik
dalam komunikasi kerjasama untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Aspek
kedua menanggapi pertanyaan atau
jawaban teman diperoleh rata-rata 2.68
yang menunjukan persentase 66.96%
dengan ketegori kerjasama baik, dalam
menggapi pertanyaan atau jawaban tidak
hanya dalam LKS tetapi di dalam
kominikasi atau diskusi kelompok juga
dinilai sehingga aspek kedua ini
mendapatkan kategori baik banyak pula
siswa yang aktif dalam bertanya atau
menjawab pertanyaan teman. Aspek ketiga
bertanya diperoleh rata-rata 2.71
menunjukan persentase 67.86% dengan
kategori kerjasama baik, dalam LKS
tersebut disertakan membuat pertanyaan
sehingga memudahkan siswa untuk
mencapai aspek ini sehingga hasil
penilaian kategori aspek dalam indikator
pertama baik. aspek keempat menjawab
paertanyaan diperoleh rata-rata 2.68
menunjukan persentase 66.96% kategori
kerjasama baik, dalam menjawab
pertanyaan di dalamnya ada pertanyaan
dari LKS dan ada pula dalam diskusi
dalam menyelesaikan tugas sehingga nilai
yang dicapaipun baik.
Indikator pertama yaitu komunikasi
di dalamnya mengedepankan siswa untuk
saling bertukar informasi dan
mengkomukasikan atau memaparkan
kepada temannya tentang apa yang telah
diketahui dalam kehidupan sehari-hari
dimana belajar dari pengalanan siswa itu
sendiri. Seperti pola pembelajaran dalam
Sanjaya (266:2013) belajar pada
hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan.Dan Nasia (75:2014)
menyatakan, pengelompokan siswa untuk
menyelesaikan tugas dapat menimbulkan
daya tarik bagi siswa sebab siswa
diberikan kesempatan untuk bertukar
pendapat dengan temannya, sehingga
dengan demikian dapat membuat siswa
lebih termotivasi belajar, dan pada
akhirnya dapat memberikan hasil belajar
yang baik sesuai tujuan diharapkan.
Indikator kedua yaitu koordinasi di
peroleh rata-rata 2.79 menunjukan
persentase 69.64% dengan kategori baik,
berkoordinasi dalam pembelajaran cukup
Universitas WIralodra Indramayu 26
Vol.IX, No.2 –Mei 2017
baik karena pada setiap siswa tidak ada
yang bersikap menguasai kelompok tetapi
lebih bersifat mengarahkan teman
kelompoknya dalam presentasi dalam atau
membagi tugas dalam kelompok untuk
menyelesaikan tugas kelompok.
Indikator koordinasi terdapat dua
aspek yaitu pertama menghargai
keputusan diperoleh rata-rata 2.79
menunjukan persentase 69.64% kategori
kerjasama baik, pada indikator ini
menghargai jawaban teman dan
menjalankan prentase di depan kelas
sesuai dengan tugasnya dengan baik,
menjalankan tugas kelompok tersebut baik
dalam membagi tugas mengerjakan soal
LKS maupun dalam presentasi
kelompoknya dalam presentasi pula
sebagian besar hanya membaca jawab
LKS tidak menjelaskan apa maksud dari
jawaban tersebut, west dalam Nurnawati
(6:2012) mendengarkan merupakan unsur
sentral dalam menghadapi dan mengatasi
perkembangan keterampilan sosial yang
didalamnya terdapat kerjasama. Aspek
kedua melaksanakan keputusan dari
kelompok diperoleh rata-rata 2.79
menunjukan persentase 69.64% kategori
kerjasama baik, siswa aktif dalam
melaksanakan tugas dari kelompok dengan
baik dan benar sehingga indikator ini
mamiliki kategori yang baik, masing
masing siswa menjelaskan atau
mempresentasikan hasil diskusi sesuai
dengan tugas masing-masing.
Kerjasama kelompok koordinasi
juga diperlukan hal ini bertujuan agar
dalam kerjasama tindakan yang dilakukan
tidak bertentangan pembelajran ter arah
dan aspek yang telah ada bertujuan agar
dalam kerjasama tidak ada siswa yang
bersikap menguasai kelompok tetapi lebih
bersifat mengarahkan tidak seenaknya
mengatur atau menyuruh teman
kelompoknya.Indikator ketiga yaitu
kooperasi diperoleh rata-rata 2.88 yang
menunjukan persentase sebesar 71.88%
dengan kategori kerjasama baik, dalam
pembelajaran menunjukan bahwa dalam
setiap kelompoknya saling menghargai
pendapat dari masing-masing anggotanya
karena dalam diskusi kelompok menerima
pendapat temannya dan dalam presentasi
dalam setiap kelompok siswa
mendengarkan apa yang dijelaskan
kelompok yang sedang presentasi.
Indikator kooperasi memiliki 2 aspek
yaitu pertama saling menghargai pendapat
di peroleh rata-rata 2.79 yang menunjukan
persentase 73.21% kategori kerjasama
kerjasama baik, hal ini membuktikan
interaksi sesama siswa semakin baik,
dalam indikator ini juga siswa banyak
yang menghargai pendapat temannya
untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.
Aspek yang kedua yaitu menerima kritik
dan saran diperoleh rata-rata 2.82 yang
menunjukan persentase 70.54% kategori
kerjasama baik, dalam indikator ini
menerima kritik dan saran kelopompoknya
dengan memperbaiki kesalahan dengan
benar itu sangat penting indikator ini
mengukur emosi siswa dengan kesabaran
dan keihlasan dalam kerjasama kelompok
masih sedikit siswa yang bisa menjaga
emosinya dalam interaksi dengan sesama
siswa lainnya.
Kerjasama merupakan kepedulian
satu orang atau satu pihak dengan orang
atau pihak lain yang tercerminkan dalam
satu kegiatan yang menguntungkan semua
pihak dengan prinsip saling percaya,
menghargai dan adanya norma yang
mengatur, Zainudin dalam Nasia
(65:2014). Dalam indikator ini melatih
kesabaran yang kita miliki dengan saling
mengahrgai dan saling menerima pendapat
serta kritik dan saran dari anggota
kelompok dengan menilai keterampilan
emosianal dan sosial kita.hidayat (2015:2)
menyatakan di dalam kerjasama siswa juga
dilatih bagaimana cara mereka untuk
saling menghargai pendapat, saling
menerima saran dan kritik, serta menerima
dan melaksanakan keputusan dari
kelompok.
Indikator ke empat yaitu saling tukar
informasi diperoleh rata-rata 2.73
menunjukan persentase 68.90% dengan
kategori kerjasama baik, dalam
WACANA DIDAKTIKA
27 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
pembelajaran saling tukar informasi
dilakukan dalam presentasi kelompok pada
setiap kelompoknya dan itu dijelaskan
dengan sangat baik oleh masing-masing
kelompoknya, selain dalam presentasi
saling tukar informasi juga dilakukan
dalam diskusi kelompok. Indikator saling
tukar informasi memiliki dua aspek
pertama memberi penjelasan materi dan
tugas pada teman di peroleh rata-rata 2.61
menunjukan persentase 65.18% ketegori
kerjasama baik, siswa aktif menjelaskan
kepada temannya tentang apa yang ia
jawab dalam LKS tersebut selain itu siswa
juga menjelaskan atau mempresentasikan
di depan kelas dengan baik dan benar apa
yang dimaksud dalam jawaban LKS
tersebut, dalam indikator ini banyak siswa
yang aktif menjelaskannya karena dalam
pembelajaran diadakan presentasi di depan
kelas pada akhir pembelajaran. Aspek
yang kedua yaitu berbagi informasi dam
pengetahuan diperoleh rata-rata 2.86
menunjukan persentase 71.43% kategori
kerjasama baik,
Saling tukar informasi itu penting
dalam kerjasama akan tercipta kerjasama
yang baik dalam komunikasi kelompok
untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Saling membantu menjelaskan cara
pemecahan masalah dan berargumen untuk
menciptakan jawaban kelompok, kegiatan
tersebut mendorong setiap siswa untk
memiliki sikap saling peduli dan tanggung
jawab dalam penyelesaian tugas
kelompoknya, Hidayat (8:2015). Johnson
(2007:167) mengatakan bahwa kerjasama
tidak datang dengan sendirinya diantara
anak-anak, atau siapa saja. Maka dari itu
berbagai strategi untuk kerja kelompok
telah ditulis secara luas. siswa belajar
melalui kegiatan kelompok, seperti kerja
kelompok, berdiskusi, saling menerima
dan memberi.
Pada Gambar 4.2 menunjukan hasil
kerjsama siswa pada tiap indikator,
pertama indikator yang paling rendah
dibandingkan indikator lain yaitu indikator
komunikasi menunjukan persentase
sebesar 66.96%, karena siswa memilih
untuk langsung menulis jawaban tugas
kelompok dibandingkan mendiskusikan
terlebih dahulu jawaban kelompoknya, dan
pada aspek pengemukakan pendapat lebih
rendah karena sedikit siswa yang mampu
mengemukakan pendapat untuk menjawab
tugas kelompok. yang menunjukan
indikator paling tinggi dibandingkan yang
lainnya yaitu indikator ketiga yaitu
indikator kooperasi menunjukan
persentase sebesar 71.88%, karena pada
aspek saling menghargai lebih tinggi
menunjukan menghargai lebih tinggi
karena dalam pembelajaran setiap
kelompoknya mengharagai pendapat dari
anggotanya dan menghargai kelompok lain
dalam presentasi di depan kelas dengan
mendengarkan dan menyimak apa yang
sedang di presentasikan.
Pada Tabel 4.3menunjukan hasil
kerjasama siswa per individu di MA
Negeri 1 Indramayu, 14% atau 4 siswa
menunjukan tidak baik, beberapa siswa
masuk ke dalam kelas pada pertengahan
jam pelajaran sehingga menghambat
penilaian kerjasama siswa dan aspek yang
dinilaipun tidak tercapai sehingga empat
siswa mendapatkan nilai paling rendah
dibandingan siswa lainya. 25% atau 7
siswa menunjukan kategori cukup, siswa
yang mendapatkan kategori cukup karena
siswa mampu berkerjasama tapi kurang
optimal dalam pembelajaran kurang
bersungguh-sungguh dalam memecahkan
masalah pencemaran lingkungan bersama
teman kelompok. 29% atau 8 siswa
menunjukan kategori baik, siswa yang
mendaptkan kategori baik ialah siswa yang
mampu berkerjasama dalam memecahkan
masalah pencemaran lingkungan bersama
teman walaupun kurang memenuhi
penilaian indikator yang telah ditentukan
karena masih mengandalkan teman dalam
menyelesaikan tugas kelompok, dan 32%
atau 9 siswa menunjukan kategori sangat
baik. Siswa yang mendapatkan kategori
sangat baik ialah siswa yang mampu
berkerjasama dengan sangat baik
memenuhi kriteria indikator dan aspek
penilaian, mampu berkomunikasi dengan
Universitas WIralodra Indramayu 28
Vol.IX, No.2 –Mei 2017
baik, menghargai kelompok, menghargai
teman kelompok, dan aktif berbagi
informasi dan mendengarkan teman
dengan seksama.Kerjasama atau belajar
bersama adalah prosesberkelompok
dimana anggota-anggotanya mendukung
dan saling mengandalkan untuk mencapai
suatu hasil mufakat, Landsberge dalam
Maasawet (2011:2). Aziz dkk, (2006:95)
mengatakan bahwa kerjasama siswa adalah
keterampilan-keterampilan sosial yang
harus dimiliki siswa dalam pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan data penelitian yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan profil
kerjasama menunjukan bahwa kerjasama
siswa baik yang di tunjukan dari 28 siswa,
terdapat 4 siswa dengan kategori kurang, 7
siswa dengan kategori cukup, 8 siswa
dengan kategori baik, dan 9 siswa dengan
kategori sangat baik. Kemudian di perkuat
dengan hasil penilaian kerjasama siswa
perindividu yaitu diperoleh rata-rata rata
2.75 menunjukan persentase 68.75%dengan
kategori baik, sehingga simpulan dari
penelitian ini kerjasama siswa kelas X IPS
3 di MA Negri 1 Indramayu dikategorikan
kerjasama baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Nur Hidayat. 2015. ”pengaruh metode
sosiodama terhadap kerjasama
kelompok pada pembelajaran
tematik integrative”. Jurnal
pendidikan guru sekolah dasar
edisi 2 tahun ke IV januari 2015.
(online) tersedia :
http://journal.student.uny.ac.id/oj
s/index.php/pgsd/article/viewFile/
421/386
Ari Tyas Susanti. 2015. ”Pengaruh model
problem based learning disertai
media key realition chart terhadap
kemempuan berpikir kritis dan
kerjasama siswa dalam kelompok
pada kelas VIII SMP negeri 14
surakarta tahun pelajaran
2012/2013”. Jurnal pendidikan
biologi. Volume 7 Nomor 1 2015
(hal 1-13
Budi Gunawan. 2016. “Perbandingan
Kemampuan Pemecahan Masalah
antara Siswa yang Menggunkan
Model Pembelajaran POE
(Predict-Observe-Explain) dengan
Inquiry Training pada Materi
Pencemaran Lingkungan di SMA
Negeri 2 Indramayu”. Skripsi.
Universitas Wiralodra Indramayu.
Elaine B. Johnson. 2011.Contextual
Teaching and Learning. Bandung:
Kaifa
Elsje Theodora maasawet. 2011.
“Meningkatkan kemampuan
kejasama belajar biologi melalui
penerapan strategi inkuiri
terbimbing pada siswa kelas VII
SMP negeri VI kota samarinda
tahun pelajaran 2010/2011”.
Naskah publikasi.Fikip biologi
universitas mulawarman
Kalimantan timur, 2011. (online)
tersedia :
http://fkip.ummetro.ac.id/journal/i
ndex.php/biologi/article/view/197
Enis Nurwanti. 2012. “Peningkatan
kerjasama siswa SMP melalui
penerapan pembelajaran
kooperatif pendekatan think pair
share”. Unnes Physics Education
Journal. (Online) Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/nju/inde
x.php/JPFI/article/view/162
I Wayan Karmana. 2013. “profil
kemampuan pemecahan masalah
biologi siswa SMA di kota
mataram”. Jurnal ilmiah
WACANA DIDAKTIKA
29 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
pendidikan biologi “bioscientist”
Vol.2 No.1 ISSN 2338-5006.
Lina Yunita Sari.2017. “profil kemampuan
kerjasama siswa dalam
pembelajaran ipa”. Skripsi.
Universitas lampung
Wina Sanjaya. 2013. “strategi
pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan”. Jakarta: kencana prenada
media