vulnus scissum
DESCRIPTION
vulnus pada anjingTRANSCRIPT
LAPORAN BEDAH KASUS MANDIRI
“VULNUS SCHISSUM”
Oleh :
Ahmad Nuzuludin Kadri0409005001
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWANLABORATORIUM BEDAH VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya oleh
berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulisan laporan Bedah Kasus Mandiri ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk melaporkan hasil
kegiatan Bedah Kasus di Laboratorium Bedah Veteriner RSH Sesetan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. drh. I Nyoman Adi Suratma, MS., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
2. Bapak drh. Wayan Gorda, M.Kes., selaku koordinator dan pembimbing bedah
kasus mandiri laboratorium Bedah Veteriner.
3. Seluruh dosen laboratorium Bedah Veteriner yang telah memberi banyak
pengetahuan, pengalaman, bantuan, dan dukungan selama koasistensi
berlangsung.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, Februari 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................iKATA PENGANTAR......................................................................................iiDAFTAR ISI....................................................................................................iii
ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................11.1 Latar Belakang.................................................................................11.2 Tujuan...............................................................................................21.3 Manfaat.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................32.1 Vulnus................................................................................................32.2 Etiologi..............................................................................................6
BAB III REKAM MEDIK ............................................................................83.1 signalement........................................................................................83.2 Anamnesis..........................................................................................83.3 Etiologi..............................................................................................83.4 Tanda/Gejala Klinis...........................................................................83.5 Uji Laboratorium...............................................................................83.6 Diagnosis...........................................................................................83.7 Prognosis............................................................................................93.8 Terapi.................................................................................................9
BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN ...............................................124.1 Hasil...................................................................................................124.2 Pembahasan.......................................................................................13
BAB V PENUTUP ..........................................................................................155.1 Simpulan ...........................................................................................155.2 Saran .................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................16LAMPIRAN....................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang keberadaannya selalu
berdampingan dengan manusia. Seiring perkembangan zaman hewan hewan ini
banyak dimanfaatkan untuk tujuan komersial juga di pakai sebagai hewan
kesayangan. Berbagai jenis hewan yang digunakan untuk tujuan komersial seperti :
ayam, itik, kambing, sapi, kuda dan lain sebagainya. Di pihak lain hewan yang sering
di dipelihara sebagai hewan kesayangan adalah : burung, kunci dan anjing.
Anjing sebagai salah satu hewan kesayangan bagi manusia. Hal ini di
sebabkan anjing bersifat setia terhadap tuannya. Banyak sekali manfaat dalam
memelihara anjing sebagai hewan kesayangan, yaitu : sebagai teman bermain,
dipekerjakan untuk tugas tertentu serta dapat memberikan kenyamanan fisik dan
perlindungan bagi pemiliknya.
Bagi pemilik anjing, kesehatan hewan kesayangan harus benar benar
diperhatikan. Pemberian makanan dan minuman yang bergizi akan membantu anjing
kesayangan terhindar dari infeksi bibit penyakit. Vaksinasi secara berkala dan
pembuatan kandang yang nyaman turut mempengaruhi kesehatan anjing. Setiap
pemilik anjing memiliki cara yang berbeda dalam memelihara hewan kesayangan
misalnya mengandangkannnya, menambatkan dengan tali, diliarkan dan dibiarkan
bebas di lingkungan rumah. Biasanya pemilik anjing memiliki pertimbangan cara
memelihara kesayangannya salah satunya dibiarkan bebas di lingkungan rumah. Hal
ini bertujuan agar anjing tersebut dapat menjaga lingkungan rumah dari hewan lain
maupun orang asing. Selain itu, pemilik juga biasanya tidak tega melihat anjing
kesayangannya terikat sehingga memilih dibiarkan hidup bebas. Pola pemeliharaan
seperti ini mengakibatkan terbukanya peluang anjing kesayangan berkelahi dengan
anjing dan hewan lainnya. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya luka pada
anjing akibat cakaran, gigitan maupun tergores oleh benda tajam seperti: kaca, paku,
1
kawat dan lain sebagainya. Luka akibat sayatan benda tajam ini dinamakan dengan
Vulnus Schissum atau luka sayat. Vulnus ini jika dibiarkan akan memberikan masalah
serius bagi anjing. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan tindakan
pembedahan. Tindakan pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu Emergency
Surgery yang merupakan tindakan pembedahan yang pelaksanaannya tidak dapat
ditunda dan Elective Surgery yang merupakan tindakan operasi yang pelaksanaannya
dapat ditunda (Sudisma, 2006).
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara penanganan dan tindakan pembedahan yang benar
terhadap kasus vulnus schissum pada anjing kesayangan akibat sayatan benda tajam.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk dapat memberikan pemahaman
mengenai vulnus schissum dan penanganannya pada kasus vulnus schissum hewan
kesayangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vulnus
Vulnus atau luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh adanya
cedera atau pembedahan ( karakata dan bob, 1992 ). Menurut Kozier (2004), vulnus
merupakan suatu gangguan dari kondisi normal pada jaringan yaitu terjadi kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran, tulang atau organ tubuh lain. Secara umum luka
dapat dibagi menjadi 2, yaitu simplek dan komplikatum. Dikatakan simplek jika luka
tersebut hanya melibatkan bagian epidermis kulit, sedangkan komplikatum selain
epidermis kulit juga melibatkan jaringan kulit dibawahnya.
Luka disebabkan oleh beberapa faktor (Walton, 1940), yaitu :
1. Trauma mekanis yang disebakan karena tergesek, terpotong, terpukul,
tertusuk, terbentur dan terjepit.
2. Trauma elektris yang disebabkan oleh listrik dan petir.
3. Trauma termis yang disebabkan oleh keadaann panas dan dingin.
4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam, basa, serta
zat iritatif dan korosif lainnya.
5. Ledakan
6. Gigitan hewan
Secara garis besar luka yang terjadi dapat dibagi menjadi dua yaitu, luka
terbuka seperti luka robek atau hilangnya jaringan dan luka tertutup seperti akibat
tabrakan dan memar atau perdarahan dalam jaringan. Walaupun luka tertutup tidak
mengalami kerusakan kulit, tetapi kulit dan jaringan dibawahnya bisa mengalami
cedera berat akibat energi kinetik yang mengenai jaringan dan kerusakan
pembuluh darah.
Luka terbuka dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan derajat
kontaminasi serta penyebab dan kedalaman luka. Berdasarkan penyebabnya, luka
3
terbuka dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
Vulnus Laceratum (Luka Robek) : Jenis luka ini disebabkan oleh karena
benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan
perdarahan sedikit serta meningkatkan resiko infeksi.
Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) : Penyebab luka ini karena kecelakaan atau
jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit, dan yang mengalami
cedera hanya daerah kulit.
Vulnus Punctum (Luka Tusuk) : Penyebabnya adalah benda runcing atau
sesuatu yang masuk ke dalam kulit, dari luar tampak kecil tetapi jaringan
dibawahnya dapat mengalami kerusakan berat. Jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak) : Penyebabnya adalah tembakan.
Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur dan
kadang ditemukan corpora alienum.
Vulnus Morsum (Luka Gigitan) : Penyebabnya adalah gigitan hewan lain
dan kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar. Bentuk luka tergantung
dari bentuk gigi.
Vulnus Amputatum (Luka Terpotong) : Penyebabnya adalah benda tajam
ukuran besar/berat, seperti gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai
dengan organ yang dipotong. Terjadi perdarahan hebat dan resiko infeksi
tinggi.
Vulnus Combustion (Luka Bakar) : Penyebabnya adalah thermis, radiasi,
elektrik ataupun zat kimia. Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat
mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus).
Sedangkan luka tertutup, berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua
yaitu :
Vulnus Contussum (Luka Kontusio) : Penyebabnya adalah benturan benda
yang keras. Akibat dari kerusakan pada jaringan lunak dan ruptur pada
pembuluh darah menyebabkan nyeri dan perdarahan (hematoma). Bila
4
hematoma yang terbentuk kecil, maka akan diserap oleh jaringan di
sekitarnya. Apabila organ di dalamnya terbentur dapat menyebabkan
cedera yang serius.
Vulnus Traumaticum (Luka Traumatik) : Terjadi di dalam tubuh, tetapi
tidak nampak dari luar.
Berdasarkan tingkat kontaminasi, luka dibagi menjadi empat jenis (Kozier,
2004) yaitu :
Clean Vulnus (Luka Bersih) : Clean Vulnus (Luka bersih) yaitu luka
bedah tidak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson
– Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
Clean - contamined Vulnus (Luka Bersih Terkontaminasi) : Clean-
contamined Vulnus (Luka bersih terkontaminasi) merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
Contamined Vulnus (Luka Terkontaminasi) : Contamined Vulnus
(Luka terkontaminasi) termasuk luka terbuka, luka akibat kecelakaan
dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi
akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
Dirty or Infected Vulnus (Luka kotor atau infeksi) : adalah terdapatnya
mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya
infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya
mikroorganisme tersebut.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi (Kozier, 2004) :
Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema), yang terjadi
5
pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka Partial Thickness, hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
Stadium III : Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Berdasarkan waktu penyembuhan, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka
akut dan luka kronis (Kozier,2004) :
Luka Akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Luka kronis : yaitu luka mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor estrogen dan endogen.
2.2. Etiologi
Luka dapat berasal dari berbagai macam faktor seperti yang telah
dikemukakan oleh Walton (1940), yaitu : mekanis atau traumatis, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan.
Berdasarkan penyebab terjadinya, luka dapat dibedakan menjadi delapan
jenis (Kozier, 2004) yaitu :
1) Luka Insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrument
yang tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembadahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah
yang luka diikat.
6
2) Luka Memar (Contusion wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3) Luka Lecet (Abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4) Luka Tusuk (Punctured wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
5) Luka Lacerasi (Lacerated wound), luka karena benturan yang luas
sehingga menyebabkan terjadinya memar.
6) Luka Tembus (Penetrating wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya luka akan melebar.
7) Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh
panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa
dan jaringan yang lebih dalam.
8) Dekubitus (Luka akibat penekanan, ulkus kulit) adalah kerusakan kulit
yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang
menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan
tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, atau benda keras lainnya
dalam jangka panjang. Penyebab berkurangnya aliran darah ke kulit
adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran darah,
maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan
tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus).
BAB III
7
REKAM MEDIK
3.1 Signalement
Hewan kasus yang dipakai adalah anjing ras mix-kintamani dengan berat
badan 14,7 kg, warna hitam, mengalami luka pada bagian lateral kaki depan
bagian kanan.
3.2 Anamnesis
Berdasarkan informasi dari pemilik, anjing tersebut mengalami luka pada
kaki depan bagian kanan sejak dua hari sebelum dioperasi. Anjing tersebut tidak
mengalami perubahan nafsu makan, tetapi merasa kesakitan saat dipegang di
daerah sekitar luka, dan belum diberikan pengobatan sebelumnya.
3.3 Etiologi
Vulnus schissum pada kaki depan bagian kanan anjing kasus ini
dikarenakan akibat teriris oleh pecahan kaca didekat rumah pemilik saat anjing
kasus mengejar kucing yang memasuki rumah pemiliknya.
3.4 Tanda / Gejala Klinis
Tanda klinis dari anjing pada kasus ini adalah robeknya kulit pada bagian
lateral kaki depan bagian kanan sampai bagian subkutan kulit, dengan sedikit
perdarahan diikuti adanya kebengkakan, tepi luka rata dan anjing mengalami
kesakitan apabila dipalpasi pada daerah tersebut. Jika luka ini mengenai pembuluh
darah maka akan menyebabkan pendarahan pada hewan (Brown, 2011).
3.5 Uji Laboratorium
Kasus ini tidak menggunakan uji laboratorium lebih lanjut, karena pada
pemeriksaan klinis anjing tidak menunjukan adanya perubahan fisiologis pada
sistem tubuh selain adanya luka iris pada kaki depan bagian kanannya.
3.6 Diagnosis
Diagnosis dari kejadian vulnus schissum pada anjing dapat dilakukan
dengan pemeriksaan fisik dan tanda klinis yang terlihat.
8
3.7 Prognosis
Prognosis dari penanganan vulnus schissum ini adalah fausta. Luka masih
dapat ditangani karena jenis luka yang terbuka, sederhana, dan tidak
membahayakan organ lainnya sehingga kemungkinan kesembuhan lebih besar.
3.8 Terapi
Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah menutup kembali
kulit pada kaki depan bagian kanan anjing akibat luka irisan tersebut dengan cara
dijahit. Tindakan yang perlu dilakukan pertama kali adalah persiapan alat dan
bahan operasi.
Alat Operasi
Scalpel, pinset, catgut, needle holder, allis forcep, 1 set infus, intravena
cateter, jarum jahit operasi dengan ujung bulat dan segitiga.
Bahan dan Obat – Obatan
Tampon, alcohol 70%, antiseptik, masker, sarung tangan, plester, kain drape,
NaCl fisiologis 0,9%, atropine sulfat, xylazine, ketamin HCL, antibiotic
(ampycilin), perban, dan iodium tincture.
Metode operasi dibagi kedalam 3 tahapan yaitu,
Pre Operasi
Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, persiapan
perangkat alat bedah steril, bahan serta obat – obatan. Sebelum dilakukan
anestesi yang menggunakan kombinasi xylazin dan ketamin (dosis terlampir)
diberikan premedikasi dengan menggunakan atropine sulfat (dosis terlampir).
Anjing diinjeksikan dengan obat premedikasi yaitu atropine sulfat
secara subkutan sebanyak 1,7 ml. Pencukuran daerah sekitar luka dilakukan
selagi menunggu pemberian obat anesthesia. Daerah luka dan sekitarnya yang
akan dilakukan operasi dibersihkan menggunakan antiseptik iodium.
Selanjutnya dilakukan pemasangan infus untuk menghindari terjadinya shock
dan untuk mempermudah memasukan tambahan obat anestesi. Setelah 15
9
menit dilanjutkan dengan injeksi xylazin yang dikombinasikan dengan
ketamin masing – masing sebanyak 1,2 ml xylazin dan 1,5 ml ketamin.
Operasi
Tindakan operasi
diawali dengan penyemprotan antibiotik ampycilin injek pada luka dan
didiamkan sebentar hingga terserap. Kemudian dilakukan penjahitan kulit
dengan pola terputus sederhana (simple interrupted) dengan benang non-
absorbable yaitu silk. Setelah operasi selesai dilakukan, bekas luka diolesi
dengan antiseptik iodium dan dibalut untuk mencegah kontaminasi.
Gambar 1. Persiapan Operasi
10
Pasca Operasi
Perawatan pasca operasi pada kasus vulnus schissum pada kaki depan
bagian kanan anjing ini digunakan antibiotika ampycilin dengan jumlah
pemberian sebesar 1,8 ml. Pemberian antibiotika dilakukan dengan cara
diinjeksikan secara intramuskuler. Selain pemberian antibiotika, pemberian
obat seperti tetracycline salep pada luka bekas jahitan rutin diberikan tiga kali
sehari selama masa perawatan untuk mempercepat kesembuhan.
BAB IV
EVALUASI DAN
Gambar 2. Tindakan Operasi
Gambar 3. Penutupan Luka Pasca Operasi
11
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1. Kondisi Hewan Pasca Operasi Hingga Hari ke-5
Pasca Operasi Keterangan Kondisi Hewan
Hari I Nafsu makan dan minum menurun, dan luka sedikit
kemerahan.
Hari II Nafsu makan dan minum tetap (normal), luka
kemerahan, sedikit bengkak.
Hari III Nafsu makan dan minum meningkat, hewan mulai
aktif dan kemerahan serta bengkak pada luka mulai
menurun.
Hari IV Nafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif,
kemerahan dan bengkak pada luka mulai
menghilang dan luka mulai 12mengering,
Hari V Nafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif,
luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka
sedikit basah.
Hari VI Nafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif,
luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka
sedikit basah.
Hari VII Nafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif,
luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka
basah berkurang
Hari VIII Nafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif,
luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka
sudah kering.
4.2 Pembahasan
Luka adalah gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi
12
pemisahan jaringan yang semula normal. Dalam kasus ini luka atau vulnus pada
kaki anjing disebut vulnus schissum. Vulnus schissum merupakan luka sayat atau
iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
Akibat dari suatu luka adalah munculnya rasa sakit dan perdarahan.
Sebesar 1/3 darah yang hilang akan mengakibatkan terjadinya shock, anemia
sekunder, demam, dehidrasi, dan infeksi. Luka terbuka seperti pada kasus ini
harus segera ditangani karena dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi akibat luka
yang terbuka serta perdarahan yang bisa menyebabkan shock dan jika berlangsung
lama bisa menyebabkan anemia sekunder. Selain itu luka yang terbuka akan
meningkatkan kerentanan terhadap adanya kemungkinan infeksi oleh
mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun organisme lainnya. Adanya
kontaminasi ini akan memperlambat kesembuhan luka sehingga perlu segera
dilakukan penutupan luka.
Pada kasus vulnus schissum anjing tersebut, luka yang terjadi masih
tergolong bersih dan terjadi peradangan. Kedalaman luka mencapai lapisan
epidermis, dermis dan fascia, tetapi tidak mengenai otot. Oleh karena itu tindakan
operasi yang dilakukan cukup dengan menutupi bagian kulit terpisah
menggunakan pola jahitan terputus menggunakan benang silk.
Pasca operasi pada hari pertama sampai hari kedelapan terlihat luka
mengalami kemerahan dan bengkak akibat proses peradangan. Pada fase ini
terjadi respon vaskuler dan seluler terhadap luka yang terjadi secara alamiah.
Inflamasi terjadi secara sistematis dimulai dari vasodilatasi pembuluh darah yang
normal terjadi dalam tahap respon awal tubuh terhadap benda asing atau luka,
peningkatan volume darah dalam pembuluh darah menyebabkan peningkatan suhu
dan daerah peradangan menjadi merah. Vasodilatasi ini menyebabkan
pembengkakan yang menekan sistem saraf perifer di sekitarnya, sehingga adanya
respon sakit dan gangguan fungsi pada daerah tersebut (Kozier, 2004).
Proses kesembuhan luka pada anjing ini mulai terlihat pada hari kedelapan
dimana kemerahan dan bengkak pada luka mulai menghilang, serta luka mulai
13
mengering dan hewan sudah aktif bergerak. Penanganan selama lima hari pasca
operasi diberikan antibiotika ampyicillin salep untuk mencegah infeksi sekunder.
Selain itu juga diberikan iodium pada luka bekas operasi dengan tujuan sebagai
antiseptik dan juga agar luka cepat mengering. Setelah luka mengering dan sudah
terlihat kembali kontinyuitas kulit, benang pada jahitan luka dibuka pada hari ke-
10.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1) Proses kesembuhan anjing pasca operasi vulnus schissum mulai terlihat
pada hari ke – 8 dan benang pada jahitan luka dibuka pada hari ke – 10.
2) Vulnus schissum pada anjing kasus ini merupakan luka terbuka,
terkontaminasi, dan berdasarkan luas kedalaman luka merupakan luka
stadium III.
5.2 Saran
1) Penanganan vulnus schissum sebaiknya dilakukan secepat mungkin untuk
mencegah perdarahan dan terjadinya infeksi.
2) Perawatan pasca operasi pada kasus ini tetap harus diperhatikan meskipun
merupakan kejadian kasus yang mudah ditangani, usahakan untuk
membatasi pergerakan hewan untuk memaksimalkan proses kesembuhan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brown.J. 2011. Emergency Care for Equine and Laceration. Http://www.vetmed.vt.edu/emc/docs/woundcare.pdf. Tanggal akses 20 februari 2015
Karakata dan bob. 1992. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates.
Kozier. 2004. Fundamental of Nursing; Concept, Process, and Practice. (Fourth Edition) California: Addison-Wesley Publishing CO.
Sudisma, I.G.N, I.G.A.G.P Pemayun, A.A.G Jayawardhita, I.W Gorda. 1997. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. Denpasar
Walton, R. L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih Bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. (Dosis Obat dan Anestesi)
Atropine sulphateSediaan : 0,25 mg/mlDosis Anjuran : 0,02 – 0,04 mg/kg berat badanBerat Badan : 14,7 kgDosis : Dosis x Berat Badan Sediaan
: (0,02-0,04) mg/kg x 14,7 kg 0,25 mg/ml
: 1,176 – 2,352Jumlah yang diberikan : 1,7 ml
XylazineSediaan : 20 mg/mlDosis Anjuran : 1 – 3 mg/kg berat badanBerat Badan : 14,7 kgDosis : Dosis x Berat Badan Sediaan
: (1-3) mg /kg x 14,7 kg 20 mg/ml
: 0,735– 2,205 mlJumlah yang diberikan : 1,2 ml
KetaminSediaan : 100 mg/mlDosis Anjuran : 11 – 33 mg/kg berat badanBerat Badan : 14,7 kgDosis : Dosis x Berat Badan Sediaan
: (10-15) mg/kg x 14,7 kg 100 mg/ml: 1,47 - 2,205
Jumlah yang diberikan : 1,5 ml
Ampyicillin injeksSediaan : 10 mlDosis : (0,1-0,2) ml/kg berat badanBerat Badan : 14,7 kgDosis : Dosis x Berat Badan
17
: (0,1 - 0,2) ml/kg x 14,7 kg: 1,47 – 2,94 ml
Jumlah yang diberikan : 1,8 ml diinject setelah operasi
Tetracycline salep 3%
s. u. e
18
ii19