volume 3, nomor 1, oktober 2015 - fmi

171
Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 VOL. 3 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA NO. 1 HAL.1-158 OKTOBER 2015 ISSN 2338-4557

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015

VOL. 3JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA NO. 1 HAL.1-158 OKTOBER 2015 ISSN 2338-4557

Page 2: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015

Fax: 031 502 6288, E-mail: [email protected]

Page 3: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA

PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA)

Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto

REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014

(STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI)

Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana

Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015

1-13

14-28

IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN

DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA

Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara

29-45

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA

Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito46-60PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE DI WILAYAH PURI KEMBANGAN,

JAKARTA BARAT)

Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti

61-78

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN

Ajeng Andriani Hapsari97-112

ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR HARGA PREMIUM PADA

PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK

Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti

79-96

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG

Martaleni, Ryke Novita113-128PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI DENGAN

KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KARYAWAN OUTSOURCING

PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA).

Muhammad Tony Nawawi

129-147

EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM

Dedi Rianto Rahadi148-159

Page 4: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Fax: 031 502 6288

E-mail: [email protected]

Page 5: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

1

Peran Etika Kerja Islami dan Locus Of Control Dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja

Pegawai

(Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara)

Muhamad Ridhayantho

Program Magister Manajemen FEB Universitas Brawijaya

Jln. Mt. Haryono, Malang Kota, CP: 082337799907

Noermijati, Dodi W. Irawanto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Abstract This study aims to identify and analyze the role of Islamic Work Ethic and locus of control in

improving job satisfaction both directly and indirectly. The study population is 607 Muslim

Civil Servants (PNS) and working in regional work units (SKPD) North Buton Regency. The

sample that obtained for this study are 124 civil servants (PNS). Sampling was done by using

a proportional (proportionate random sampling), in each instances, with 8% of precision

rate. The data collection method was a customized questionnaire survey method based on

Likert scale 1-5. The analysis tool used is Partial Least Square (PLS) with hypothesis testing

process used software application program Smart PLS 3.0.The results showed that the

Islamic Work Ethic and Locus Of Control has a positive and significant influence either

directly or indirectly on Job Satisfaction, thus concluded that the Islamic work ethics and

locus of control proved to increase employee satisfaction in work units (SKPD) , North Buton

Regency. The practical contribution of this research is to provide information to the Civil

Servants (PNS) and Local Government in order to always improve understanding and

programs related to the increase in work attitudes Civil Servants (PNS), especially in the

scope of work units (SKPD). While theoretically this study contribute to the development of

different models of measurement variables from previous studies, in which the role of the

Islamic Work Ethic variables and Locus of Control as exogenous variables are reflective,

while job satisfaction variables as endogenous variables are formative. Further limitations

and suggestions discussed in the research.

Keywords: Islamic Work Ethic, Locus of Control, Job Satisfaction.

Page 6: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

2

Pendahuluan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai organisasi pemerintah memiliki tugas

dan fungsi mengelolah sumber daya daerah, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

maka dalam upaya mencapai keberhasilannya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu

didukung oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sikap kerja yang baik dan

tingkat kepuasan kerja yang tinggi sehingga para Pegawai Negeri Sipil (PNS), akan terus

berusaha menciptakan produktifitas kerja yang tinggi pula (Ellickson 2002). Sikap dan

kepuasan yang dirasakan karyawan atas pekerjaan yang dilakukan, pada dasarnya ibarat dua

sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan, dimana kepuasan karyawan atas pekerjaan yang

dilaksanakan pada dasarnya dapat dilihat melalui refleksi sikap setiap individu ketika

melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya (Robbins 2008).

Isu krusial memaksa setiap pemerintah daerah untuk selalu fokus memperhatikan sikap

dan kepuasan para pegawainya dalam bekerja karena perilaku menyimpang seringkali terjadi

di kalangan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan pekerjaannya, misalnya

timbulnya perilaku korupsi (corruptions), karena kurangnya implementasi nilai-nilai etika

yang mesti diterapkan dalam bekerja, kurangnya control (locus of control) yang baik dalam

diri beberapa pegawai ketika melaksanakan pekerjaan, dan kepuasannya yang tidak

terpenuhi, dimana memaknai kerjanya hanya sebatas untuk mencari atau memenuhi

kebutuhan dan keinginannya, tampa memaknai kerjanya dalam mengabdi pada Negara

sebagai sesuatu yang luhur. Cara kerja para pegawai yang demikian menimbulkan

permasaalahan baru terkait kurangnya kepercayaan publik terhadap sikap kerja Pegawai

Negeri Sipil (PNS), khususnya di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara.

Sikap dan kepuasan individu di dalam organisasi pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor

intrinsik, seperti usaha seseorang untuk selalu mengimplementasikan nilai-nilai etika diyakini

bahwa kerja yang dilandasi etika akan diyakini sebagai sesuatu yang luhur timbul dari dalam

diri seseorang sebagai bentuk kepuasan yang menyeluruh, sehingga seseorang selalu bekerja

dengan sungguh-sungguh. Kerja harus disadari sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan

kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari nilai agama (Hayati 2012 ; Ali

2008). Mengutip pendapat Stark dan Glock (1968), dijelaskan bahwa agama memiliki peran

besar dalam membentuk sikap setiap individu bahkan masyarakat secara umum.

Konsep etika kerja yang didasari nilai agama pada dasarnya berawal dari kajian-kajian

Weber (1958) yang mengkaji hubungan kausalitas etika kerja Protestan terhadap kesuksesan

dalam bisnis yang didasari kepercayaan religius. Setelah itu para peneliti semakin memberi

perhatian kepada etika kerja dalam perspektif Islam / Etika Kerja Islami (Rokhman 2010; Ali

2008; Yousef 2000). Konsep Etika Kerja Islami memiliki substansi bahwa setiap individu

muslim dalam bekerja didasari oleh keyakinan yang tinggi akan kerberhasilan yang akan

dicapai (Yousef 2000). Keyakinan ini menurut Rotter (1966) disebut Locus of Control yang

merupakan keberhasilan dari aktivitas individu dikontrol oleh faktor locus of control.

Secara empiris, Etika Kerja Islami telah ditemukan pengruhnya terhadap locus of

control dan juga terhadap kepuasan kerja. Etika Kerja Islami memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja (Yousef 200 ; Mohamed 2010). Etika Kerja Islami juga

memiliki pengaruh terhadap locus of control (Ayudiyati dan Nugraheni 2010), namun

temuan ini berbeda dengan temuan Ridwan (2014) bahwa Etika Kerja Islami tidak memiliki

dampak terhadap locus of control. Selanjutnya Hyatt dan Prawitt (2001) menemukan bahwa

locos of control dan tingkat pengalaman di dalam perusahaan bisa menjadi fungsi adanya

kepuasan kerja yang lebih tinggi. Sedangkan Frucot dan Shearon (1991) menemukan bahwa

locus of control tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Page 7: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

3

Berdasarkan pada uraian di atas maka Etika Kerja Islami dan locus of control, sangat

penting untuk dianalisis dalam penelitian ini, terutama peran kedua variabel tersebut dalam

meningkatkan kepuasan kerja Pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),Kab.

Buton Utara. Dokumen Perencanaan Pembangunan Kab. Buton Utara, mensyaratkan

pentingnya peningkatan sikap kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama dalam mengawal

Rencana Kerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Salah satau poin pentingnya

bahwa masyarakat Buton Utara umumnya, serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya,

meyakini bahwa nilai-nilai Islam dapat memberikan manfaat dan menjadi kontrol bagi setiap

individu ketika melaksanakan aktifitas, sepanjang individu tersebut berpegang teguh pada

prinsipnya dan bahkan prinsip kerja yang Islami juga diyakini dapat memberi dampak yang

positif bagi lingkungan pemerintahan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah

terdahulu, dimana mereka menjadikan budaya Islam sebagai acuan dalam membangun

wilayah Buton.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: “Apakah Etika Kerja Islami dan locus of control dapat meningkatkan kepuasan kerja

pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung di Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), Kab. Buton Utara ?”. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan pengembangan literatur manajemen sumberdaya manusia terutama terkait

konsep perilaku organisasi serta untuk mengetahui dan menganilisis peran Etika Kerja Islami

dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Hubungan Etika Kerja Islami, Locus of Control dan Kepuasan Kerja

Etika Kerja Islami memandang dedikasi pada pekerjaan adalah sebuah kebaikan dan

pekerjaan haruslah bermanfaat dan juga bermakna (Ali 2008; Yousef 2000). Etika Kerja

Islami merupakan sebuah orientasi yang membentuk dan mempengaruhi keterlibatan dan

partisipasi pengikutnya di lingkungan kerja. Etika Kerja Islami dibangun melalui empat

konsep dasar, yaitu usaha, kompetisi, transparansi dan tanggung jawab moral. Usaha

dianggap sebagai dasar dalam melayani diri sendiri dan juga orang lain. Perilaku bermoral

merupakan prasyarat penting untuk meningkatkan aktifitas ekonomi terutama dalam kegiatan

bisnis (Ali 2008). Etika kerja Islami merupakan bentuk integritas umat muslim yang akan

menjadi refleksi dari konsep Islamic Ummah, artinya bahwa aktivitas yang dilakukan oleh

seorang muslim tidak boleh merugikan umat. Selain itu, tipe pekerjaan yang dijalani juga

harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Islam mengajarkan agar umat

muslim dapat menempatkan orang sesuai dengan keahliannya, sehingga tidak terjadi

kekacauan dan kehancuran (Ali 1988).

Konsep Etika kerja Islami memberikan penjelasan bahwa usaha individu untuk selalu

mewujudkan tanggung jawab moral merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan diri,

bahwa seseorang ketika berhasil mewujudkan tanggung jawab moral tersebut akan merasakan

kepuasan atas apa yang dicapai ketika melaksanakan aktifitasnya dengan baik. Tercipta

bentuk kebahagian tersendiri ketika seorang muslim berhasil melaksanakan pekerjaan dengan

baik. (Hayati 2012; Ahmad 2011). Hal ini memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya

terdapat hubungan antara Etika Kerja Islami dan kupuasan atas pekerjaan yang dilakukan

oleh seorang individu. Hasil penelitian Zamani & Talatapeh (2014) menemukan bahwa Etika

Kerja Islami merupakan variabel yang memiliki efek positif terhadap beberapa variabel

Page 8: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

4

organisasi, salah satunya adalah Kepuasan Kerja. Selanjutnya hasil penelitian Rokhman

(2010) menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja.

Secara konfensional konsep kepuasan kerja sebagaimana teori yang dikemukakan

oleh Hezberg dalam Noermijati (2008) pada prinsipnya mengemukakan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan individu terhadap pekerjaan itu pada dasarnya di pengaruhi oleh faktor

intrinsik dan faktor Ekstrinsik . Berdasarkan pada Teori Kepuasan Minnesota menjelaskan

keurgensian kepuasan atas pekerjaan setiap karyawan dengan berbagai macam bentuk

profesi berdasarkan faktor intrinsik, ekstrinsik. Hasil eksplorasi dari MSQ (Minnesota

Satisfaction Questioner) menghasilkan empat faktor yang membentuk kepuasan kerja. Teori

kepuasan Minnesota menjelaskan bahwa, kepuasan seorang karyawan atas pekerjaan yang

dilaksanakan berasal dari faktor intrinsik, ekstrinsik, pengakuan, dan otonomi pekerjaan

(Weiss et al. 1967).

Konsep Etika Kerja Islami juga menjelaskan bahwa, Etika Kerja Islami akan

mendorong setiap individu untuk memberikan usaha terbaik dan kerja keras, yang didasari 4

hal yaitu: niat baik, ilmu yang bermanfaat, memaknai kerja sebagai bagian dari beribadah

(Hablum Minnallah), dan selalu menjaga hubungan sesama (HablumMinannas). Ke empat

hal tersebut akan mendorong motivasi seseorang untuk memiliki keyakinan kuat bahwa

etika kerja yang didasari nilai-nilai Islam, akan meningkatkan keberhasilan dalam bekerja

(Ali 1988). Secara konvensional telah diuraikan bahwa keyakinan tersebut merupakan

bagian dari karakteristik setiap individu yang disebut dengan locus of control (Rotter 1966).

Secara teoritis locus of control memiliki dua dimensi yaitu locus of control eksternal dan

Locus of control internal. Individu yang memiliki locus of control eksternal mempercayai

bahwa sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya.

Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal yakin bahwa dirinya bertanggung

jawab dan memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang dialaminya (Duffy 1977).

Ditemukan beberapa hasil penelitian seperti Ayudiyati & Nugraheni (2010) yang

menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh signifikan terhadap Locus of control.

Selanjutnya dijelaskan Etika Kerja Islami sebagai moderasi dapat memperkuat hubungan

antara Locus of Control dan kinerja karyawan. Hasil penelitian Yousef (2000) juga

menemukan terdapat hubungan positif antara Etika Kerja Islami dan locus of Control.

Dijelaskan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Locus of Control internal dan juga

Locus of Control eksternal. Ali (2008) menjelaskan bahwa terdapat peran religiusitas pada

setiap tindakan atas pekerjaan yang berdampak pada karakteristik individu yaitu

terbentuknya Locus of Control individu.

Selanjutnya beberapa hasil penelitian menjelaskan menjelaskan peran Locus of

Control terhadap kepuasan kerja, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Locus of

Control terhadap Kepuasan Kerja (Ganji dan Navabinezhad 2013). Hasil penelitian ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dali (2013) bahwa Locus of Control internal

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja pegawai. Pegawai yang cenderung memiliki

Locus of Control internal yang tinggi, maka akan memiliki Kepuasan Kerja yang tinggi. Hasil

penelitian Patten (2005) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal terkait pengaruhnya terhadap

Kepuasan Kerja. Keduanya mimiliki pengaruh yang siginifikan terhadap Kepuasan Kerja.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Etika Kerja Islami dapat

mempengaruhi Locus of Control dan juga Kepuasan Kerja. Dalam peneliti Yousef (2000)

bahwa Etika Kerja Islami memiliki pengaruh terhadap Locus of Control. Penelitian Yousef

(2001), menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja.

McCuddy dan Peery (1996) berpendapat bahwa individu yang beretika baik memiliki Locus

of Control internal lebih tinggi dibanding dengan Locus of Control eksternal. Sedangkan

pengaruh Etika Kerja Islami terhadap Kepuasan Kerja juga sebagaimana yang dijelaskan oleh

Page 9: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

5

Ahmad (2011) bahwa Etika Kerja Islami dapat membangun semangat kerja karyawan yang

pada gilirannya dapat menyebakan Kepuasan Kerja. Begitu juga pengaruh Locus of Control

terhadap Kepuasan Kerja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Patten (2005) bahwa tingkat

Kepuasan individu atas pekerjaannya dipengaruhi oleh faktor internal, bahwa keyakinan yang

kuat akan keberhasilannya.

Beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran Etika Kerja Islami

dalam meningkatkan Kepuasan Kerja juga dipengaruhi oleh peran Locus of Control terhadap

Kepuasan Kerja, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika

Kerja Islami maka semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja pegawai.

H2 : Semakin tinggi Locus of Control maka akan semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja

pegawai.

H3 : Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika

Kerja Islami maka semakin tinggi Locus of Control pegawai.

H4 : Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak langsung melalui

Locus of Control.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif,

Dengan populasi berjumlah 607 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada

Satuan Kerja Perangkat Daearah (SKPD), Kab. Buton Utara. Selanjutnya pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin berdasarkan tingkat presisi sebesar

8%. Selanjutnya menggunakan teknik proporsional (proportionate random sampling), pada

masing-masing instansi, maka ditemukan sampel sebanyak 124 orang Pegawai Negeri Sipil.

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan tingkat preferensi jawaban 1-5 /

Sangat tidak Setuju – Sangat Setuju (Skala Likert). Data penelitian selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan Smart Partial Least Square 3.0 (SmartPLS).

Penelitian ini mengukur dua variabel eksogen yaitu Etika Kerja Islami (X1) dan

Locus of Control (X2) dan variabel endogennya yaitu Kepuasan Kerja (Y). Dalam penelitian

ini Etika Kerja Islami merupakan keyakinan dari PNS dalam bekerja sebagai seorang muslim

yang direfleksikan melalui kehidupan batin yang dilandasi dengan falsafa bekerja.

Selanjutnya Locus of Control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi PNS

terhadap kondisi yang dirasakan dalam penyelesaian tugas yang diemban apakah dapat atau

tidak mengendalikan perilaku yang terjadi. Sedangkan Kepuasan Kerja pada penelitian ini

adalah respon positif individu atas pekerjaan yang dilakukan dan perasaan yang dialami

direfleksikan melalui rasa puas atas pekerjaan yang telah diselesaikan.

Dalam penelitian ini variabel Etika Kerja Islami (X1) bersifat reflektif, dan diukur

berdasarkan 4 indikator menurut Ali (1988) yaitu: Niat, Ilmu, Ibadah, dan Hubungan

Sosial. Selanjutnya variabel Locus of Control (X2) juga bersifat refliktif, dan diukur

berdasarkan dua indikator menurut Duffy (1977) yaitu: Locus of Control Internal dan Locus

of Control Eksternal, dan pengukuran Kepuasan Kerja (Y) bersifat formatif yang terdiri atas

4 indikator menurut Weiss et al. (1967), yaitu: Kepuasan Intrinsik, Kepuasan Ekstrinsik,

Pengakuan, dan Otonomi Pekerjaan. Model pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut:

Page 10: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

6

Keterangan: 1 = H1, 2 = H2, 3 = H3, 4= H4 = Pengaruh langsung

= Pengaruh tidak langsung

Gambar 1. Model Pengukuran Variabel Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Analisis Deskriptif

Interpretasi untuk variabel Etika Kerja Islami Berdasarkan hasil analisis deskriptif,

tanggapan responden terkait variabel Etika Kerja Islami (X1), dapat dikatakan baik, dimana

responden menganggap bahwa eika kerja islami penting untuk diterapkan dalam organisasi.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai rerata variabel Etika Kerja Islami sebesar 3,59 dan sebesar

41,77% dari 124 responden memiliki jawaban setuju, artinya bahwa variabel Etika Kerja

Islami penting untuk diterapkan dalam organisasi dan 15.07% dari 124 responden menjawab

sangat setuju (menganggap sangat penting).

Hasil analisis deskriptif terkait variabel Locus of Control menunjukkan bahwa

persepsi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab.

Buton Utara terkait variable Locus of Control, apabila dicermati, variable Locus of Control

memiliki nilai rata-rata 3,47 dan sebesar 40,00 % dari 124 responden menjawab setuju, serta

13,23% responden menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa responden

cenderung menanggapi variabel locus of control dengan baik. Hal ini berarti bahwa para

pegawai di Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) Kab. Buton Utara cenderung memiliki

Locus of Control yang tinggi.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja (Y1)

menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,55 dan sebesar 41.01% dari 124 responden menjawab

skor setuju sampai dengan 13.94% menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa

para pegawai memiliki kepuasan yang tinggi atas pekerjaan yang dilakukukan, namun disisi

lain masih ada juga beberapa pegawai yang belum merasakan kepuasan atas pekerjaannya.

Hasil Analisis Partial Least Square (PLS)

Tahap analisis yang dilakukan yaitu menguji hipotesis dengan memberikan

interpretasi model berbasis teori yang diuji ini dapat diterima atau perlu pengembangan lebih

X1.1 X1.4 X1.3

Kepuasan Kerja

(Y)

Locus of Control

(X2)

Etika Kerja

Islami (X1)

X1.2

Y1.3

X2.2

Y1.1

Y1.2

X2.1

Y1.4

1

2

3 4

Page 11: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

7

lanjut, melihat kekuatan prediksi dari model yaitu dengan mengamati besarnya residual yang

dihasilkan. Pengujian hipotesis (β dan γ) dilakukan dengan metode resampling bootstrap

yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t

atau uji t. Untuk menguji hipotesis, nilai t-statistic yang dihasilkan dari output Smart PLS

dibandingkan dengan nilai t-tabel, yaitu apabila nilai t-statistics > 1,96 maka dapat

dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pada hipotesis yang diuji.

Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Langsung

Original

Sample (O)

Sample Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

X1 -> Y 0.3289 0.3317 0.1176 0.1176 2.7960

X2 -> Y 0.3357 0.3416 0.1015 0.1015 3.3072

X1 -> X2 0.4049 0.3994 0.1123 0.1123 3.6050

Sumber: Data Primer diolah (2014)

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja

Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien

pengaruh langsung sebesar 0,3289 dan bertanda positif dan nilai t-statistics sebesar 2,7960.

Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi Imlementasi

Etika Kerja Islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu

Hipotesis 1 (H1) dapat diterima.

Selanjutnya, hasil analisis pengaruh langsung Locus of Control (X2) terhadap

Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan yang dibuktikan dengan nilai koefisien

sebesar 0,3357 dan nilai t-statistics sebesar 3,3072. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Locus of Control (X2), maka semakin tinggi pula

Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu Hipotesis 2 (H2) dapat diterima.

Selanjutnya hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja Islami (X1) terhadap Locus

of Control (X2) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,4049 dan nilai t-

statistics sebesar 3,6050. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Artinya bahwa Semakin tinggi

implementasi nilai etika kerja islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Locus of Control

(X2). Oleh karena itu Hipotesis 3 (H3) dapat diterima.

Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Tidak Langsung

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

t Statistics

(|O/STERR|)

X1 -> X2 ->Y 0.1359 0.1364 0.0569 0.0569 2.3877

Sumber: Data Primer diolah (2014)

Uji pangaruh tidak langsung detentukan dengan menggunakan rumus Sobel Test.

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh tidak langsung Etika Kerja Islami (X1)

terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2) sebesar 0,1359 dan bertanda

positif. Selanjutnya didapatkan nilai t-statistics sebesar 2,3877 adalah > 1,96, hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh Etika Kerja Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui

Locus of Control (X2) adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa peningkatan faktor Etika

Kerja Islami (X1) akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan faktor Kepuasan

Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2). Oleh karena itu Hipotesis 4 (H4) dapat diterima.

Page 12: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

8

Adapun model diagram jalur pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada

Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Model Diagram Jalur Pengukuran Variabel Penelitian.

Goodness of Fit Inner Model

Goodness of Fit Inner Model, bertujuan mnganalisis ketepatan model dengan

menghitung Q-Square yang ditentukan berdasarkan nilai R-square yang diperoleh pada

variabel Locus of Control (X2) sebesar 0,1639. Hal itu menunjukkan bahwa Locus of Control

(X2) dipengaruhi sebesar 16,39% oleh Etika Kerja Islami (X1). Selanjutnya nilai R-square

yang diperoleh pada variabel Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,3104. Hal itu menunjukkan

bahwa Kepuasan Kerja (Y) dipengaruhi sebesar 31,04% oleh Etika Kerja Islami (X1) dan

Locus of Control (X2). Q2 = 1 – (1 – 0.1639) x (1 – 0.3104) maka Q

2 = 0.4743. Berdasarkan

perhitungan di atas, didapatkan nilai Q-Square sebesar 0,4743. Hal itu menunjukkan bahwa

nilai observasi dapat diukur sebesar 47,43% oleh model dan estimasi parameternya.

Pembahasan

Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja

Hasil analisis variable etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan

bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi

pengimplementasian seseorang akan nilai etika kerja islami ketika melaksanakan pekerjaan,

maka akan semakin tinggi rasa puas yang dialami seseorang atas pekerjaan yang

dilaksanakan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh

zaman et al. (2013) dan Ahmad (2011) bahwa nilai-nilai etika kerja islami akan menjadi

sarana pertumbahan pribadi seseorang dalam bekerja. Selanjutnya dijelaskan bahwa individu

yang memahami nilai-nilai religiusitas dengan baik atas aktifitas atau pekerjaan apapun yang

dilakukan akan selalu merasa bertanggung jawab dan mencintai berbagai aktifitas positif

yang dilakukan. Kuat lemahnya dorongan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara untuk melaksanakan pekerjaan tidak

terlepas dari niat yang timbul dari dalam diri mereka. Para pegawai memiliki niat yang kuat

untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Niat yang dimiliki setiap pegawai menjadikan

mereka selalu berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh, merasa memiliki kewajiban yang

Etika Kerja

Islami (X1)

Kepuasan Kerja

(Y)

Locus of

Control (X2)

β = 0,3289*

t = 2,7960

β = 0,1359*

t = 2,3877

β = 0,4049*

t = 3,6050

β = 0,3357*

t = 3,3072

Page 13: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

9

harus dilaksanakan atas pekerjaan sebagai PNS. Para pegawai memiliki kepuasan atas

pekerjaannya karena selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk

mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Imbalan yang diterima dari hasil pekerjaan yang

dilaksanakan dengan baik akan menjadi kebahagiaannya di dunia maupun diakhirat.

Locus of Control dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja

Hasil analisis variabel Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan

bahwa terdapat peran Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab. Buton Utara, artinya semakin tinggi Locus of

Control yang dimiliki para pegawai maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan

para pegawai atas pekerjaan yang dilaksanakan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Patten (2005), bahwa Locus of

Control dapat meningkatkan Kepuasan Kerja. Individu yang memiliki Locus of Control

tinggi cenderung menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, selalu merasa percaya diri dalam

menyelesaikan pekerjaan sesulit apapun ia yakin atas kemampuannya bahwa selain berasal

dari dirinya, sehingga pekerjaan sesulit apapun selalu dinikmati dan menjadi rasa puas atas

pekerjaan yang dilakukan. Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dali (2013)

yang menemukan bahwa individu yang memiliki Locus of Control internal yang tinggi

cenderung merasakan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan karena para pegawai merasa

diberi kepercayaan untuk selalu bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan, mereka

mendapatkan kepercayaan bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik, sehingga selalu

puas atas perkejaan yang diselesaikan.

Bukti empiris menunjukkan bahwa para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), Kab. Buton Utara, mereka memiliki sikap berusaha dan pengharapan yang lebih

besar dalam hidup mereka dikarenakan mereka merasa potensi mereka benar-benar dapat

dimanfaatkan sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif. Hal inilah yang

menimbulkan Locus of Control yang tinggi pada para pegawai, mereka memiliki

kemampuan yang yang baik dalam mengontrol diri terkait pekerjaan yang dilakukan. Selain

itu juga para pegawai memeliki keyakinan kuat atas keberhasilan dan kegagalan yang

dialaminya demikian akan terjadi di dalam kehidupannya.

Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Locus of Control

Hasil analisis pengaruh etika kerja islami terhadap Locus of Control adalah positif

dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam

meningkatkan Locus of Control pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab.

Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang akan nilai etika

kerja islami, maka akan semakin tinggi Locus of Control seseorang atas pekerjaan yang

dilaksanakan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yousef (2000) yang

menemukan bahwa terdapat hubungan etika kerja islami dan Locus of Control. Etika kerja

islami akan membentuk sikap tanggung jawab dan profesionalisme yang tinggi sehingga

terwujud peran dalam menyelesaikan pekerjaan selalu diusahakan dengan sebaik-baiknya.

Yousef (2000), menjelaskan bahwa individu yang memiliki sikap berupa nilai- nilai etika

kerja islami akan memiliki sikap peran yang tinggi dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara

memahami bahwa bekerja dengan baik dalam islam merupakan sebuah kenicayaan, bekerja

di anggap sebagai amanah yang dititipkan sang kahalik kepada mereka. Beberapa pegawai

mengatakan bahwa “alam ini tidak akan menemukan kelestarian apabila kita sebagai manusia

tidak mau memberikan pemikiran yang inovatif dan akan terus bentindak sepanjang hidup

Page 14: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

10

yang dijalani”. Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa para pegawai memiliki

kesadaran yang tinggi dan tidak timbul rasa kekhawatiran atas pekerjaan yang dilakukan

sekecil apapun pekerjaan itu asal bernilai positif. Kesadaran yang tinggi dan rasa tidak

khawatir menjadi control bagi diri mereka untuk selalu berusaha bersikap positif. Keyakinan

para pegawai akan nilai islam menjadikan Locus of Control yang dimilki menjadi tinggi.

Sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya QS: Al-Maidah: 69 yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu berbuat baik (beriman), orang-orang yahudi,

Sabiin, dan orang-orang Nasrani, barang siapa yang benar-benar beriman kepada Allah,

kepada hari kemudian dan berbuat kebajikan maka tidak ada rasa kekhawatiran padanya

dan mereka tidak bersedih hati.”

Potongan ayat di atas memberikan penjelasan bahwa umat agama apapun jika

melakukan pekerjaannya dengan baik maka akan selalu disertai kekuatan yang timbul dari

dalam diri manusia itu sendiri, tidak ada rasa kekhawatiran atas apapun yang dilakukan

sehingga manusia itu akan selalu memiliki kontrol yang baik atas dirinya dalam

melaksanakan pekerjaan apapun. Mereka akan selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi

atas pekerjaan yang dilakukan dan memiliki harapan (ekspektasi) yang tinggi akan

keberhasilan di dalam hidupnya.

Etika kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja melalui Locus of Control

Hasil analisis pengaruh tidak lansung etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja

melalui Locus of Control adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa terdapat peran etika

kerja islami dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Varibel etika kerja islami terbukti

mampu meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak lansung melalui variabel Locus of

Control. Hasil penetian ini juga mendukung penelitian yousef (2001) yang menjelaskan

bahwa individu yang bekerja dan didasari atas pemahaman nilai religius cenderung memiliki

control yang baik dalam dirinya dan memiliki semangat atas pekerjaan yang dilakukan

sehingga iya akan menikmati pekerjaannya dan merasa puas dengan apa yang dikerjakan.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton

Utara, selalu berusaha menciptakan nilai moral yang baik (moral value), agar terwujud

suasana kerja yang kondusif. Kepuasan Kerja para pegawai terbentuk bukan karena faktor

ekstrinsik, melainkan berasal dari perilaku positif yang timbul. Sikap profesionalisme,

tanggung jawab dan hubungan sosial yang baik, timbul dari keyakinan para pegawai atas nilai

islam yang selalu diusahakan untuk diterapkan dalam bekerja sehingga para pegawai

mendapatkan kontrol yang baik dalam dirinya dan menimbulkan Locus of Control yang

tinggi. Etika kerja Islami dan Locus of Control yang tinggi mengakibatkan para pegawai

mendapatkan otonomi pekerjaan yang tinggi di dalam organisasi, karena para pegawai

mendapatkan kepercayaan (trust) oleh atasan, untuk selalu menilai sendiri hasil pekerjaannya,

mendapatkan kesempatan untuk selalu mencoba metode sendiri dalam menyelesaikan

pekerjaannya, dan mendapatkan kesempatan untuk saling membantu rekan dalam bekerja.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hipotesis penelitian mengenai “Peran

Etika Kerja Islami dan locus of control dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja Pegawai di

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara”, maka dapat disumpulkan bahwa

Semakin tinggi pengimplementasian nilai-nilai Etika Kerja Islami maka akan semakin tinggi

Page 15: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

11

pula kepuasan yang dirasakan atas pekerjaan yang dilakukan. Pengimplementasian Etika

Kerja Islami dapat menimbulkan perilaku positif dalam bekerja. Perilaku positif tersebut

mendorong para pegawai untuk selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik

dan ketika pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik maka para pegawai akan merasakan

kebahagiaan. Nilai kebahagiaan tersebut bertransformasi menjadi rasa puas atas pekerjaan

yang dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik.

Kemudian semakin tinggi locus of control yang dimiliki pegawai maka akan semakin

tinggi pula rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan. Locus of control yang tinggi

menimbulkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai untuk selalu berusaha bersikap

positif, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki ketika

melaksanakan pekerjaan. Kontrol yang baik tersebut, menjadikan setiap pegawai memiliki

kecintaan terhadap pekerjaannya dan pegawai akan memiliki tingkat pengharapan yang tinggi

atas hasil yang akan dicapai dalam bekerja. Kecintaan atas pekerjaan dan nilai harapan yang

timbul karena locus of control yang tinggi tersebut akan menimbulkan rasa puas atas

pekerjaan yang dilakukan dan dapat diselesaikan dengan baik.

Selanjutnya semakin tinggi impelementasi pemahaman Etika Kerja Islami maka

semakin tinggi pula locus of control yang dimiliki pegawai. Implementasi nilai-nilai Etika

Kerja Islami yang tinggi mengakibatkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai. Para

pegawai yang mengimplementasikan pemahaman Etika Kerja Islami akan memiliki sikap

tanggung jawab, profesinalisme dan pengharapan yang tinggi atas hasil pekerjaan yang

dilakukan. Sikap-sikap inilah yang menjadi kontrol bagi setiap pegawai dalam melaksanakan

pekerjaannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan

kepuasan kerja secara tidak langsung melalui locus of control. Artinya bahwa peran Etika

Kerja Islami dalam meningkatkan kepuasan kerja, juga didukung oleh peran locus of control

yang tinggi.

Daftar Pustaka

Al-Quran Al Karim dan Terjemahanya, Penerbit CV Toha Putra Semarang.

Ahmad, M. S. 2011, Work ethics: An Islamic prospective, International Journal of Human

Sciences, 8(1).

Ali, A.J. 1988, “Scaling an Islamic work ethic”, The Journal of Social Psychology, Vol. 128/

No.5, pp.575-83.

---------. 1992,“The Islamic work ethic in Arabia”, The Journal of Psychology.Vol. 126 No. 5,

pp.507-19.

Ali, A.J, dan Al-Kazemi, A. 2007, “Islamic work ethic in Kuwait”,Journal of Management

Development, Vol. 14 No. 2, pp.366-75.

Ali, A.J, dan Al-Owaihan, A. 2008, “Islamic work ethic: a critical review”, Cross Cultural

Management: An International Journal, Vol. 15 No. 1, pp.5-19.

Chanzanagh, H.E. and Akbarnejad, M. 2011, “The meaning and dimensions of Islamic work

ethic: initial validation of a multidimensional IWE in Iranian society”, Social and

Behavioral Sciences, Vol.30, pp.916-924.

Page 16: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

12

Chen, J. C., & Silverthorne, C. 2008. The impact of locus of control on job stress, job

performance and job satisfaction in Taiwan. Leadership & Organization Development

Journal, 29(7), 572-582.

Dali, N., 2013. Work, S. M. B. S. A. Professionalism and Locus of Control Influence On Job

Satisfaction Moderated By Spirituality At Work And Its Impact On Performance

Auditor. International Journal of Business and Management Invention ISSN (Online):

2319 – 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org Volume 2 Issue 10ǁ PP.01-

011.

Duffy, P. J., Shiflett, S., dan Downey, R. G. 1977. Locus of control: Dimensionality and

predictability using Likert scales. Journal of Applied Psychology, 62, 214-219.

Ellickson, M.,C. 2002. Determinants of Job Saticfaction of Municipal Goverment Employees,

Public Personal Management, Vol.3.1 No.3/31 AB/Inforn Global.

Furnham, A., Bond, M., Heaven, P., Hilton, D., Lobel, T., Masters, J., dan Van Daalen, H.

1993. A comparison of Protestant work ethic beliefs in thirteen nations. The Journal

of Social Psychology, 133(2), 185-197.

Frucot, V., dan Shearon W. T. 1991. Budgetary participation, locus of control, and

Mexican managerial performance and job satisfaction. The Accounting Review 66

(January), 80-98.

Ganji, A. A., Vardanyan, K., dan Navabinezhad, D. 2013. The Relationship between Locus

of Control and Job Teachers Satisfaction. Life Science Journal,10(2), 277-284.

Hayati, K., dan Caniago, I. 2012. Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job

Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance.Procedia-Social and

Behavioral Sciences, 65, 272-277.

Hyatt, T.A. & Prawitt, D.F. 2001. Does congruence between audit structure and

auditors locus-of-control affect job performance ?, The Accounting Review, Vol. 76

No. 2, 263-274.

McCuddy, M.K. and Peery, B.L. 1996. “Selected individual differencens and collegians’

ethical beliefs”, Journal of Business Ethics, Vol. 15,pp.261-72.

Mohamed, N., Karim, N. S. A., dan Hussein, R. 2010. Linking Islamic Work Ethic to

Computer Use Ethics, Job Satisfaction and Organisational Commitment in

Malaysia. Journal of Business Systems, Governance & Ethics,5(1).

Noermijati . 2008. Aktualisasi Teori Hezberg, Suatu Kajian Terhadap Kepuasan Kerja dan

Kinerja Spritual Manajer Operasional (Penelitian di Perusahaan Kecil Rokok Sigaret

Kretek Tangan di wilayah Malang). Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.

Patten, D. M. 2005. An analysis of the impact of locus-of-control on internal auditor job

performance and satisfaction. Managerial Auditing Journal, 20(9), 1016-1029.

Page 17: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Ridhayantho Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Noermijati, Dodi W. Irawanto Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

13

Ridwan, R. 2014. Peranan Etika Kerja Islam Terhadap Hubungan Locus of Control dengan

Kinerja Karyawan. Jurnal Trikonomika, 12(1), 72-84.

Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa :

Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Robbins, S. dan Judge, T. 2008. Organizational Behavior (Perilaku Organisasi) 12th edition.

Diterjemahkan oleh : Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid . Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

Rokhman, W. 2010. The effect of Islamic work ethics on work outcomes. EJBO Electronic

Journal of Business Ethics and Organization Studies. Vol. 15 (1): 21-27.

Rotter, J. B. 1966. Generalized expectancies for internal versus external control of

reinforcement. Psychological monographs: General and applied, 80(1), 1.

Stark, R., dan Glock, C. Y. 1968. American piety: The nature of religious commitment (Vol.

1). Univ of California Press.

Weiss, D. J. , Dawis, R. V. England, G. W. and Lofquist, L. H. (1967), Manual for the

Minnesota Satisfaction Questionnaire. Minnesota Studies in Vocational

Rehabilitation, Minneapolis: University of Minnesota, Industrial Relations Center.

Vol. 22.

Widoyoko, P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Cetakan Pertama. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Yousef, D. A. 2000. The Islamic work ethic as a mediator of the relationship between Locus

of control, role conflict and role ambiguity–A study in an Islamic country

setting. Journal of Managerial Psychology, 15(4), 283-298.

-------------------. 2001. Islamic work ethic–A moderator between organizational commitment

and job satisfaction in a cross-cultural context. Personnel Review,30(2), 152-169.

Zaman, F., Nas, Z, Ahmed, M, Raja, Y. M, danMarri, M. Y. K. 2013. The mediating role of

Intrinsic Motivation between Islamic Work Ethics and Employee Job

Satisfaction. Journal of Business Studies Quarterly, 5(1).

Zamani, A., dan Talatapeh, M. B. B. 2014. Discussion of the Motivation in the Islamic and

Non-Islamic Worlds. J. Appl. Environ. Biol. Sci, 4(4), 68-73.

Page 18: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

14

REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN

INDONESIA TAHUN 2014

(Studi Peristiwa Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)

Yovinda Trista Yuliana

Email: [email protected]

I Made Sudana

Email: [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Abstract

Many political events occur in the parliament over 2014, namely announcement of

“UU No. 17 Tahun 2014 about MD3” on July 8th

, “RUU Pilkada” on September 26th

, and

People’s Representative Council (DPR) election on October 2nd

. The events are considered as

information that could affect compay’s stock price on Indonesia Stock Exchange, which will

be reacted by the investor if the information is relevant. So, the objective of this research is to

observe stock market reaction around the announcement date of political event in the

parliament of Indonesia. Event study is applied to each announcement, 310 samples for “UU

No. 17 Tahun 2014 tentang MD3”, 322 samples for “RUU Pilkada”, and 284 samples for

People’s Representative Council (DPR) election. Using seven days length for window event

period, three days before the event, during the event, and three days after the event. By using

one-sample t-test for AAR as measuring indicator, there are significant negative AAR at t+1

of the three events. Meanwhile by using CAAR as an indicator, negative result was

significant only at the announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3”, but positive

significant on “RUU Pilkada” and People’s Representative Council (DPR) election.

Key words: politics, parliament, event study, average abnormal return (AAR), cumulative

average abnormal return (CAAR)

Pendahuluan

Latar Belakang

Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara karena dapat

menyediakan sarana untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang

memerlukan dana. Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan dananya

dengan harapan memperoleh pendapatan, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat

memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu ketersediaan

dana dari perusahaan. Investasi di pasar modal adalah salah satu alternatif investasi yang

dinilai cepat mendatangkan keuntungan. Meskipun demikian, risiko yang ada di pasar modal

juga besar karena banyak faktor yang dapat memengaruhi pendapatan saham yang

diperdagangkan.

Harga saham perusahaan publik yang diperdagangkan di pasar modal dipengaruhi

oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan yang bersangkutan. Faktor eksternal

dapat berupa faktor ekonomi maupun non ekonomi. Walaupun faktor non ekonomi tidak

terkait secara langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, tetapi tidak dapat

dipisahkan dari aktivitas bursa efek. Faktor non ekonomi seperti isu mengenai lingkungan

Page 19: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

15

hidup, hak asasi manusia, serta politik juga dapat memicu fluktuasi harga saham. Semakin

pentingnya peran bursa efek dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa efek semakin sensitif

terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Peristiwa politik merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kondisi

perekonomian suatu negara. Stabilitas politik yang diimbangi dengan stabilitas ekonomi akan

membuat investor optimis dalam menginvestasikan dananya di pasar modal negara yang

bersangkutan. Sementara itu, adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara

cenderung mendapat respon negatif dari investor. Oleh karena itu, ekspektasi investor

terhadap peristiwa politik yang terjadi akan tercermin melalui fluktuasi harga saham di bursa

efek.

Fluktuasi harga saham di BEI tidak dapat dipisahkan dari fenomena politik yang

terjadi di Indonesia. Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia, mengingat berbagai

peristiwa politik terjadi dalam tahun tersebut. Pada tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan

pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden beserta wakilnya. Namun, setelah

euphoria kemenangan pihak yang terpilih, lahirlah beberapa aturan baru yang masih terkait

dengan mekanisme pelaksanaan sistem parlemen di Indonesia melalui UU No. 17 tentang

MD3 dan RUU Pilkada yang semuanya tidak terlepas dari pro dan kontra masyarakat.

Adanya pro dan kontra menunjukkan bahwa masyarakat memberikan reaksi beragam

terhadap peristiwa politik dalam negeri tersebut.

Peristiwa politik tersebut akan menyebabkan IHSG berfluktuasi. IHSG pada Kamis,

25 September 2014 ditutup pada level 5.200. Sementara itu, IHSG mengalami penurunan ke

level 5.134,03 tepat di saat ditetapkannya RUU Pilkada, yaitu Jumat, 26 September 2014.

Keputusan sidang paripurna DPR yang menghapus pelaksanaan Pilkada langsung disambut

negatif oleh pelaku pasar yang ditunjukkan oleh turunnya IHSG ke level 5.132,563. Namun

sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sibarani (2014) menyatakan

bahwa terpuruknya IHSG pada hari ditetapkannya RUU Pilkada tidak akan berlangsung

lama. Dari hal tersebut, muncul pertanyaan apakah adanya regulasi terkait parlemen tersebut

berpengaruh terhadap sentimen pasar? dan apakah kedua peristiwa politik di parlemen

Indonesia lainnya yang terjadi di tahun 2014, yaitu UU No. 17 tentang MD3 dan pemilihan

pimpinan DPR juga akan direspon oleh pasar?

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah apakah terdapat reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di

parlemen Indonesia tahun 2014 yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR ?

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Teori Efisiensi Pasar

Pasar yang efisien dapat terjadi jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk

mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia

(Jogiyanto, 2013:547). Sementara itu, menurut Reilly dan Norton (2003:303), “an efficient

capital market is a market in which security prices adjust rapidly to the arrival of new

information and, therefore, the current prices of securities reflect all information about the

security”. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa fluktuasi harga sekuritas tergantung

pada informasi yang diterima pasar.

Hal terpenting untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga

sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013:548) membedakan bentuk

pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH) berdasarkan ketersediaan

informasi, yaitu:

Page 20: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

16

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), menunjukkan bahwa harga sekuritas

mencerminkan secara penuh informasi masa lalu, seperti harga pasar historis dan volume

perdagangan saham. Berdasarkan bentuk ini, harga-harga masa lalu tidak dapat digunakan

dalam memprediksi harga sekarang oleh investor untuk mendapatkan abnormal return.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), menyatakan bahwa harga sekuritas

secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan secara cepat. Bentuk

efisiensi ini diuji dengan melihat apakah terjadi penyesuaian harga saat informasi

diumumkan. Informasi yang dimaksud dalam bentuk ini, selain informasi yang berlaku

pada efisiensi pasar bentuk lemah, informasi publik seperti pengumuman dividen, stock

split, isu ekonomi, isu politik, dan lain-lain. Dalam pasar bentuk ini, tidak ada investor

yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal

return dalam waktu yang lama.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh

mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi publik maupun informasi

yang privat. Berdasarkan pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat memonopoli

akses informasi yang relevan bagi pembentukan harga saham sehingga tidak ada informasi

yang dapat digunakan untuk memperoleh abnormal return.

Pendapatan Saham

Pendapatan saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham

sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa

pendapatan saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi saham (Jogiyanto, 2013:235).

Pendapatan saham dapat dibedakan menjadi actual return dan expected return. Sementara

itu, selisih antara actual return dengan expected return merupakan abnormal return. Masing-

masing jenis pendapatan saham tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Actual return, merupakan pendapatan sebenarnya dari investasi yang terdiri atas capital

gain dan atau dividen.

2. Expected return, merupakan pendapatan yang diharapkan atas investasi yang dilakukan.

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan market adjusted model untuk menghitung

expected return. Berdasarkan model ini pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas

yang diestimasi sama dengan pendapatan pasar.

3. Abnormal return, adalah selisih antara pendapatan yang sesungguhnya didapat investor

dengan pendapatan yang diharapkan investor .

Pengujian abnormal return tidak dilakukan pada masing-masing saham, melainkan

secara agregat dengan menguji seluruh saham untuk masing-masing hari perdagangan di

sekitar tanggal peristiwa. Selanjutnya, menghitung CAAR yang merupakan akumulasi AARt

mulai dari hari pertama sampai hari ke-t selama periode uji.

Reaksi Pasar terhadap Faktor Eksternal Perusahaan

Menurut teori pasar efisien bentuk semi kuat, reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya

perubahan harga saham hingga memicu perubahan pendapatan saham yang mencolok pada

saat pengumuman peristiwa tertentu. Dengan menggunakan abnormal return untuk

mengukur reaksi pasar, maka suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi

akan memberikan abnormal return yang signifikan kepada investor, dan sebaliknya.

Harga pasar saham perusahaan publik dapat mencerminkan nilai perusahaan yang

bersangkutan. Namun harga pasar saham suatu perusahaan di pasar modal tidak hanya

Page 21: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

17

dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor

eksternal, seperti kondisi ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain (Sudana, 2011:9).

Peristiwa-peristiwa politik di parlemen dapat memengaruhi pelaksanaan fungsi

penganggaran dan pengawasan yang menjadi tugas DPR. Hal ini dapat memperlancar

ataupun menghambat pelaksanaan program-program yang telah direncanakan oleh

pemerintah, termasuk program ekonomi. Adanya informasi positif bahwa peristiwa terkait

politik di parlemen tersebut diekspektasikan dapat memperlancar pelaksanaan program

ekonomi pemerintah, maka akan mendorong investor untuk melakukan pembelian saham,

sehingga harga saham akan naik. Sementara itu, jika terjadinya peristiwa politik di parlemen

merupakan informasi negatif bagi investor, maka akan berdampak pada turunnnya harga

saham karena investor menilai situasi politik di parlemen Indonesia akan memberikan

ketidakpastian di pasar dan turut mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya

spekulasi dari investor tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan di pasar

modal Indonesia.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai reaksi pasar terhadap peristiwa politik sudah pernah beberapa

kali dilakukan sebelumnya, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Angelovska (2011)

yang membahas pengaruh peristiwa politik “name issue” terhadap Macedonian Stock

Exchange (MSE). Permasalahan “name issue” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perdebatan terhadap penggunanaan nama Macedonia antara Yunani dan Republik

Macedonia. Dalam penelitian tersebut, tiga peristiwa terkait “name issue” diamati

menggunakan event study dengan periode uji selama 11 hari. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa dua dari tiga peristiwa politik yang diteliti menunjukkan adanya

abnormal return yang signifikan, khususnya pada peristiwa kedua yang menunjukkan adanya

abnormal return negatif signifikan beberapa hari sebelum pengumuman peristiwa, sedangkan

satu peristiwa politik yang lainnya tidak menunjukkan adanya abnormal return yang

signifikan di sekitar tanggal peristiwa.

Sementara itu, Chen, et al (2005) meneliti dampak sembilan peristiwa politik selama

tahun 1996-2002 terhadap pendapatan saham Qualified Foreign Institution Investor di

Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 100 perusahaan yang dibagi ke

dalam dua subgroup, yaitu 50 perusahaan dengan high-Qualified Foreign Institution Investor

portofolio dan 50 perusahaan dengan low-Qualified Foreign Institution Investor portofolio.

Dengan menggunakan market adjusted, didapatkan hasil adanya abnormal return signifikan

selama periode uji.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Liargovas dan Repousis (2010) yang meneliti

mengenai reaksi pasar saham 11 perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Athena Stock

Exchange terhadap tiga peristiwa terorisme internasional, yaitu penyerangan di New York

pada 11 September 2001, pengeboman kereta di Madrid pada 11 Maret 2004, dan

pengeboman kereta di London pada 7 Juli 2005. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan

event study dengan menggunakan market model. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa hanya peristiwa penyerangan di New York pada 11 September 2001 yang direspon

pasar secara signifikan, karena terdapat abnormal return negatif signifikan di sekitar tanggal

peristiwa, terutama pada hari-hari sebelum peristiwa terjadi. Namun, tidak terdapat abnormal

return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa pengeboman kereta di Madrid.

Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Ananto (2014) yang meneliti

pengaruh pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 terhadap pasar memberikan hasil penelitian

bahwa peristiwa tersebut tidak berpengaruh pada abnormal return, tetapi berpengaruh

signifikan terhadap trading volume activity. Beberapa hasil penelitian terdahulu

Page 22: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

18

menunjukkan hasil yang beragam, dan penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali reaksi

pasar saham terhadap peristiwa politik, yaitu peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun

2014

Studi Peristiwa

Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu

peristiwa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mac Kinlay (1997) bahwa “An event study

measures the impact of a specific event on the value of a firm”. Studi peristiwa digunakan

untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat, karena dengan studi peristiwa, maka

dapat diamati reaksi pasar atas peristiwa yang informasinya dipublikasikan dan menguji

kandungan informasi dari pengumuman tersebut. Definisi lain menyatakan bahwa “Initially

event studies were undertaken to examine whether markets were efficient, in particular, how

fast the information was incorporated in share price” (Elton dan Gruber, 1995:427).

Studi peristiwa mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar,

baik sebelum, pada saat, maupun setelah terjadinya peristiwa. Dengan demikian, dapat dilihat

apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah terjadinya peristiwa atau mungkin

harga saham sudah terpengaruh sebelum terjadinya peristiwa tersebut. Reaksi pasar dapat

dilihat dari adanya perubahan harga saham yang berdampak pula pada pendapatan saham.

Reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman

tersebut mengandung informasi, maka akan terjadi abnormal return yang signifikan, dan

sebaliknya.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat reaksi pasar saham yang

ditunjukkan oleh AAR dan CAAR terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun

2014.

Metode Penelitian

Prosedur Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode

2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk

mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Sampel penelitian adalah saham perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014.

2. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak mengeluarkan pengumuman corporate

action pada periode uji.

3. Saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan selama periode uji.

Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel

1. Average abnormal return (AAR), merupakan rata-rata pendapatan abnormal saham harian

dari seluruh sampel selama 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari sesudah peristiwa yang

diperoleh dari persamaan berikut:

AAR� =∑ ���

���

………………………………………..……………………………………………

……….(1)

Page 23: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

19

Keterangan:

AAR� : average abnormal return pada periode ke-t

AR�� : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t

N : jumlah sekuritas yang menjadi sampel

2. Cumulative average abnormal return (CAAR), merupakan jumlah dari AAR pada periode

uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa, yang diperoleh dari persamaan berikut:

CAAR� =∑ AAR�

�� ………………………………………………………………………………….…

……..(2)

Keterangan:

CAAR� : cumulative average abnormal return pada periode ke-t

AAR� : average abnormal return pada periode ke-t, yaitu mulai awal periode peristiwa

sampai periode ke-t

T : periode uji

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Analisis dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tanggal terjadinya event (t0), yaitu:

a) Pengumuman UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3: 8 Juli 2014.

b) Pengumuman RUU Pilkada: 26 September 2014.

c) Pemilihan pimpinan DPR: 2 Oktober 2014.

2. Menentukan periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa untuk masing-masing peristiwa,

yaitu 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. Namun, terdapat

pengecualian untuk pengumuman RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR yang

tanggal terjadinya berdekatan. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antar

peristiwa, maka periode uji pengumuman RUU Pilkada adalah 3 hari sebelum, 1 hari saat,

dan 2 hari setelah peristiwa, sedangkan periode uji untuk pemilihan pimpinan DPR adalah

1 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa.

3. Menghitung actual return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:

R�,� =��,���,��

��,��……………………………………………………….....………………………….

………(3)

Keterangan:

R�,� : actual return

P�,� : harga sekuritas i pada periode ke-t

P�,��� : harga sekuritas i pada periode t-1

4. Menghitung market return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:

R�� =(�����������)

������…………………………………….....……….....………………………….

……….(4)

Page 24: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

20

Keterangan:

R�� : return indeks pasar pada periode ke-t

IHSG� : nilai indeks pasar pada periode ke-t

IHSG��� : nilai indeks pasar pada periode sebelum ke-t

5. Menghitung expected return selama periode uji masing-masing peristiwa menggunakan

market adjusted model dengan rumus:

E(R��) = R�� ……….…………………………………….....……….....………………………….……...(

5)

Keterangan:

E(R��) : expected return sekuritas ke-i pada periode ke-t

R�� : return indeks pasar pada periode ke-t

6. Menghitung abnormal return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:

AR�� = R�� −E(R��)………………………………………………….....…………………………….…

…(6)

Keterangan:

AR�� : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t

R�� : actual return sekuritas i pada periode ke-t

E(R��) : expected return sekuritas i pada periode ke-t

7. Menghitung AAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (1).

8. Menguji hipotesis terhadap AAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test.

a) Merumuskan hipotesis statistik:

H0: AARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.

H1: AARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.

b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%.

c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS:

H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat AARt yang

signifikan di sekitar tanggal peristiwa.

H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat AARt yang signifikan di

sekitar tanggal peristiwa.

9. Menghitung CAAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (2).

10. Menguji hipotesis terhadap CAAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test.

a) Merumuskan hipotesis statistik:

H0: CAARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.

H1: CAARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.

b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%.

c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS:

H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat CAARt yang

signifikan di sekitar tanggal peristiwa.

Page 25: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

21

H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat CAARt yang signifikan

di sekitar tanggal peristiwa.

11. Membandingkan hasil uji ketiga peristiwa secara deskriptif untuk melihat konsistensi

reaksi pasar terhadap masing-masing peristiwa dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil

dan pembahasan yang telah dilakukan.

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI

tahun 2014. Berdasarkan prosedur penentuan sampel yang dikemukakan pada Bab 3, maka

diperoleh sampel sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Sampel Penelitian

No. Peristiwa Politik di parlemen

Indonesia Tahun 2014

Tanggal

Peristiwa

Jumlah

Sampel

1. Penetapan UU No. 17 tahun 2014

tentang MD3

8 Juli 310

2. Penetapan RUU Pilkada 26 September 322

3. Pemilihan pimpinan DPR periode

2014-2019

2 Oktober 284

Sumber: data diolah

Tabel 2 menyajikan average actual return, expected return, average abnormal return,

dan cumulative average abnormal return saham perusahaan yang menjadi sampel dalam

penelitian ini selama periode uji.

Tabel 2

Average Actual Return, Expected Return, Average Abnormal Return, dan Cumulative

Average Abnormal Return Perusahaan Sampel pada saat Periode Uji

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas average actual return pada periode uji

peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan angka positif dengan

nilai average actual return tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0073, sedangkan average

Page 26: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

22

actual return terendah terjadi pada t0 dengan nilai -0,0050. Untuk nilai expected return,

mayoritas juga didominasi oleh angka positif dengan nilai tertinggi terjadi pada t-1 sebesar

0,0170, sedangkan expected return terendah terjadi pada t+2 dengan nilai -0,0128. Nilai

CAAR sebagian besar juga menunjukkan angka negatif. Perhitungan nilai CAAR yang

mayoritas negatif mengindikasikan bahwa penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU

MD3 merupakan bad news bagi investor.

Nilai average actual return pada peristiwa penetapan RUU Pilkada yang

menggunakan periode uji sepanjang enam hari, terdapat nilai average actual return negatif

dan positif yang seimbang, yaitu tiga hari bernilai positif dan tiga hari bernilai negatif.

Average actual return tertinggi sebesar 0,0054 terjadi pada t-1, sedangkan average actual

return terendah bernilai -0,0139 terjadi pada saat t0. Hal yang sama ditunjukkan oleh nilai

tertinggi expected return yang juga terjadi pada t-1 sebesar 0,0053 dan expecetd return

terendah sebesar -0,0132 yang terjadi pada t0, dan expected return mayoritas bernilai negatif.

Serupa dengan average actual return yang memiliki nilai negatif dan positif yang seimbang,

begitu pula AAR. Nilai AAR tertinggi sebesar 0,0072 terjadi pada t-2, sedangkan nilai AAR

terendah terjadi pada t+1 sebesar -0,0053. Sementara itu, nilai CAAR justru sebagian besar

bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0050 pada t-1 dan nilai terendah sebesar -

0,0023 pada t-3.

Pada periode uji peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai average actual return

mayoritas bernilai positif, dengan average actual return tertinggi sebesar 0,0104 yang terjadi

pada t+3, sedangkan average actual return terendah dengan nilai sebesar -0,0207 terjadi pada

t0. Nilai expected return sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0103

terjadi pada t-2, sedangkan expected return terendah, sama seperti average actual return

terendah, juga terjadi pada t0 senilai -0,0273. Sama halnya dengan average actual return dan

expected return, nilai AAR sebagian besar juga bernilai positif. AAR tertinggi terjadi pada t0,

yaitu sebesar 0,0066, sedangkan AAR terendah sebesar -0,0096 terjadi pada t+2. Hal tersebut

mendukung nilai CAAR yang mayoritas bernilai positif dengan CAAR tertinggi yang terjadi

pada t0, yaitu sebesar 0,0090, sedangkan CAAR terendah yang terjadi pada t+2 sebesar -

0,0048.

Analisis Variabel Penelitian

Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan AAR dan hasil uji signifikansi perusahaan

sampel untuk ketiga peristiwa politik di parlemen Indonesia.

Tabel 3

Nilai AAR dan Hasil Uji Signifikansi

Peristi

wa

Hari

Penetapan UU

No. 17 tahun 2014

tentang MD3

Penetapan RUU

Pilkada

Pemilihan

Pimpinan DPR

periode 2014-2019

AAR

Sig.

(2-

tailed)

AAR

Sig.

(2-

tailed)

AAR

Sig.

(2-

tailed)

t-3 0,0077* 0,000 -0,0023 0,220 - -

t-2 -0,0026 0,295 0,0072* 0,000 - -

t-1 -

0,0096* 0,000 0,0001 0,965 0,0024 0,155

t0 -

0,0121* 0,000 -0,0007 0,700 0,0066* 0,000

Page 27: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

23

t+1 -

0,0098* 0,000

-

0,0053* 0,004

-

0,0043* 0,045

t+2

0,0080* 0,000 0,0024 0,163

-

0,0096* 0,000

t+3 0,0018 0,314 - - 0,0039 0,050

*Signifikansi pada tingkat α = 5%

Sumber: data diolah

Pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, hanya terdapat dua

hari nilai AAR positif yang signifikan, yaitu terjadi pada t-3 dan t+2, sedangkan nilai AAR

negatif signifikan terjadi selama 3 hari, yaitu pada t-1 sampai dengan t+1. Pada pengumuman

penetapan RUU Pilkada hanya terdapat dua AAR yang signifikan, yaitu AAR positif pada t-2

dan AAR negatif pada t+1. Pada peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai AAR positif

signifikan tejadi pada t0. Selain itu, juga terdapat nilai AAR negatif signifikan pada t+1 dan

t+2.

Gambar 1: Pergerakan Nilai AAR Selama Periode Uji

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa AAR mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu

terjadi penurunan nilai, terutama pada saat dan setelah terjadinya peristiwa. Selama periode

uji, nilai AAR tertinggi terjadi pada t-3 sebelum pengumuman penetapan UU No.17 tahun

2014 tentang MD3 sebesar 0,0077, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t0, yaitu saat

diumumkannya penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 dengan AAR senilai -0,0121.

Hasil analisis reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia

tahun 2014 yang diukur dengan CAAR disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4

Nilai CAAR dan Hasil Uji Signifikansi

Peristi

wa

Hari

Penetapan UU

No. 17 tahun 2014

tentang MD3

Penetapan RUU

Pilkada

Pemilihan

Pimpinan DPR

periode 2014-

2019

CAAR

Sig.

(2-

tailed)

CAAR

Sig.

(2-

tailed)

CAAR

Sig.

(2-

tailed)

t-3 0,0077* 0,000 -0,0023 0,220 - -

t-2 0,0052 0,092 0,0049 0,029 - -

-0.015

-0.010

-0.005

0.000

0.005

0.010

t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3

AAR Peristiwa

Penetapan UU No. 17

tahun 2014 tentang

MD3

AAR Peristiwa

Penetapan RUU

Pilkada

AAR Peristiwa

Pemilihan Pimpinan

DPR periode 2014-

2019

Page 28: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

24

*

t-1 -0,0044 0,319 0,0050 0,127 0,0025 0,155

t0 -

0,0166* 0,000 0,0043 0,225

0,0090

* 0,000

t+1 -

0,0264* 0,000 -0,0010 0,809 0,0048 0,085

t+2 -

0,0183* 0,002 0,0014 0,722 -0,0048 0,125

t+3 -0,0166 0,008 - - -0,0009 0,766

*Signifikansi pada tingkat α = 5%

Sumber: data diolah

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada pengumuman penetapan UU No. 17

tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan nilai CAAR negatif signifikan sejak t-1 sampai

dengan t+2, sementara itu, hanya terdapat satu hari pengujian yang menunjukkan adanya AAR

positif signifikan, yaitu pada t-3. Pada peristiwa penetapan RUU Pilkada, hanya terdapat nilai

CAAR positif signifikan pada t-2. Artinya terdapat kebocoran informasi sebelum peristiwa

tersebut terjadi. Pada pengumuman pemilihan pimpinan DPR terdapat nilai CAAR positif

signifikan hanya pada t0. Nilai CAAR positif tersebut mengindikasikan bahwa terdapat

kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal positif oleh investor, sehingga terjadinya

peristiwa tersebut direspon positif.

Gambar 2: Pergerakan Nilai CAAR Selama Periode Uji

Pergerakan nilai CAAR selama periode uji pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai

CAAR pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 mempunyai nilai

CAAR negatif yang paling ekstrim dengan nilai terendah sebesar -0,0264 pada t+1 setelah

pengumuman peristiwa, sedangkan nilai CAAR tertinggi terjadi pada saat terjadinya

pengumuman pemilihan pimpinan DPR sebesar 0,0090..

Pembahasan

Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU

MD3

Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh nilai AAR yang signifikan sebelum

pengumuman mengenai UU MD3 tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran

informasi yang telah diterima oleh investor sebelum peraturan tersebut ditetapkan. Nilai AAR

negatif signifikan yang terjadi sejak t-1 sampai dengan t+2 berarti bahwa kandungan

-0.030

-0.025

-0.020

-0.015

-0.010

-0.005

0.000

0.005

0.010

0.015

t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3

CAAR Peristiwa

Penetapan UU No.

17 tahun 2014

tentang MD3CAAR Peristiwa

Penetapan RUU

Pilkada

CAAR Peristiwa

Pemilihan Pimpinan

DPR periode

2014-2019

Page 29: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

25

informasi yang diperoleh pasar dari pengumuman peristiwa tersebut direspon pasar dengan

cepat.

Adapun nilai AAR negatif signifikan terjadi karena investor menilai bahwa kebijakan

tersebut dianggap sebagai upaya pihak Koalisi Merah Putih, untuk menguasai parlemen dan

memperkuat posisi kekuasaannya di keparlemenan karena tidak berhasil menguasai

pemerintahan yang telah dipimpin oleh pihak Koalisi Indonesia Hebat. Undang-undang yang

intinya menerangkan bahwa perwakilan dari partai yang menjadi pemenang suara terbanyak

dalam pemilu legislatif tidak lagi secara otomatis menjadi ketua DPR, melainkan akan dipilih

dengan voting berdasarkan paket yang bersifat tetap dalam musyawarah DPR.

Akibat dari perubahan ketentuan tersebut adalah terjadinya pelanggaran terhadap

prinsip keterwakilan rakyat. Rakyat yang memilih wakil yang dicalonkan dari masing-masing

partai di pemilihan legislatif dengan dasar UU MD3 versi UU No. 27 tahun 2009

beranggapan bahwa wakil dari partai pemenang pemilu legislatif yang akan menjabat

pimpinan DPR secara proporsional berdasarkan urutan perolehan jumlah kursi masing-

masing partai politik. Prinsip keterwakilan berdasarkan jumlah kursi tersebut

merepresentasikan konfigurasi peringkat pilihan rakyat.

Pasar menyambut negatif penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebagai

revisi dari undang-undang sebelumnya, karena dianggap mengubah prinsip keterwakilan

rakyat. Undang-undang baru tersebut mengatur pengambilan keputusan dalam menentukan

pimpinan DPR didasarkan pada musyawarh mufakat, dan apabila tidak terpenuhi, maka

dilakukan sistem voting berdasarkan paket bersifat tetap. Hal ini menjadikan suara rakyat

tidak berpengaruh terhadap penentuan keterwakilannya dalam komposisi kepemimpinan

DPR, sehingga wakil pilihan rakyat tidak bisa turut menjalankan fungsi utama DPR, yaitu

fungsi legislasi, fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan.

Pergerakan CAAR selama periode uji yang secara mayoritas menunjukkan angka

negatif signifikan pada t0 hingga t+2 disebabkan karena sebagian besar AAR pada periode uji

bernilai negatif. Terjadinya nilai CAAR negatif signifikan secara terus-menerus dikarenakan

informasi yang diperolah pasar mengandung sinyal negatif. Pasar tidak mendukung

diberlakukannya ketetapan baru dalam UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 yang dianggap

tidak pro rakyat. Hal ini membuat pasar merasa khawatir aspirasinya tidak terwakili,

mengingat pimpinan DPR yang terpilih bukan sebagai wakil pilihan mayoritas masyarakat.

Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan RUU Pilkada

Pergerakan AAR selama enam hari periode uji menunjukkan bahwa jumlah AAR

positif dan negatif cukup seimbang, yaitu masing-masing selama tiga hari pengujian. Nilai

AAR positif signifikan terjadi pada t-2 dan nilai AAR negatif signifikan terjadi pada t+1. Hal

ini menunjukkan bahwa investor awalnya bereaksi positif terhadap ditetapkannya RUU

Pilkada, karena diberlakukannya RUU Pilkada yang mengatur bahwa pemilihan kepala

daerah tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah, melainkan

dipilih oleh DPRD tingkat provinsi, dianggap akan dapat lebih menghemat biaya daripada

melakukan pemilihan secara langsung.

Namun kemudian, pasar bereaksi negatif terhadap peristiwa tersebut. Hal ini karena

aksi walkout dari 129 kader Partai Demokrat yang diketuai oleh Presiden RI pada masa itu,

yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada awalnya terlihat seperti mendukung kedaulatan

rakyat, tetapi pada akhirnya walkout tersebut dinilai sebagai sikap tidak konsisten dengan

keputusan awal untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat. Selain itu, pasar beranggapan

bahwa pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, justru akan memberikan peluang bagi

praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang lebih besar dan akan menghambat pembangunan

perekonomian negara.

Page 30: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

26

Nilai CAAR yang hanya signifikan pada t-2 dengan nilai positif mengindikasikan

bahwa telah terjadi kebocoran informasi. Hal tersebut dapat saja terjadi karena jauh sebelum

penetapan RUU Pilkada tersebut, sudah banyak media yang memuat informasi bahwa RUU

tersebut akan segera ditetapkan dalam rapat paripurna tanggal 25 September 2014

(nasional.kompas.com). Namun demikian, hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai

AAR mayoritas tidak signifikan pada hari-hari berikutnya. Hal tersebut dikarenakan investor

menilai bahwa pengumuman tersebut kurang relevan dalam mengambil keputusan jual beli

saham di pasar modal. Kecenderungan nilai CAAR selama periode uji yang tidak signifikan

disebabkan oleh perubahan nilai AAR yang relatif kecil dari hari ke hari selama periode uji.

Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019

Berdasakan hasil analisis Tabel 3, nilai AAR signifikan berfluktuatif selama periode

uji atas terjadinya peristiwa pemilihan pimpinan DPR, yaitu dari positif menjadi negatif.

Terdapat AAR positif signifikan pada t0, namun kemudian pasar bereaksi negatif karena

terdapat AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. Adanya respon yang beragam dan tidak

konsisten tersebut mengindikasikan bahwa pasar masih belum yakin dengan kualitas para

pimpinan DPR yang terpilih untuk periode 2014-2019.

Pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 yang telah menganut aturan yang

tercantum dalam UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, dilakukan dengan memilih paket

calon pimpinan DPR yang terdiri dari seorang ketua dan empat orang wakil. Selanjutnya,

pimpinan DPR akan dipilih dari paket calon pimpinan DPR yang tersedia melalui

musyawarah. Dalam pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 tersebut hanya tersedia

satu paket dari pihak Koalisi Merah Putih yang terdiri dari enam fraksi, yaitu Fraksi Partai

Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PPP, dan, Demokrat, sedangkan pihak Koalisi Indonesia Hebat

yang terdiri dari fraksi PDIP, PKB, Partai Nasdem, dan Partai Hanura gagal mengajukan

calonnya. Akibatnya, pimpinan DPR terpilih secara aklamasi karena hanya terdapat satu

paket yang terdaftar sebagai calon pimpinan DPR.

Munculnya reaksi positif, yang ditunjukkan oleh nilai AAR dan CAAR yang positif

singnifikan pada t0 karena pasar mempunyai pengharapan yang baik bahwa dengan

bergantinya pimpinan DPR, maka akan ada hubungan yang lebih baik dan bersinergi dengan

pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan, APBN, dan lain-lain dapat dirumuskan dan

dilaksanakan dengan baik pula. Namun kemudian, reaksi tersebut berubah menjadi reaksi

negatif yang ditunjukkan oleh AAR negatif signifikan pada t+1 hingga t+2. Hal ini karena

pasar beranggapan bahwa terpilihnya pimpinan DPR dari pihak Koalisi Merah Putih,

dikhawatirkan akan menghambat program-program dan kebijakan-kebijakan yang telah

direncanakan oleh pemerintah yang terpilih dari Koalisi Indonesia Hebat. Oleh karena itu,

pelaku pasar cendeung berhati-hati dalam menginterpretasikan informasi terkait pimpinan

DPR tersebut, sehingga berakibat pada tidak konsistennya reaksi dari pasar.

Meskipun terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t0, tetapi pada hari-hari

selanjutnya menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa informasi mengenai pemilihan pimpinan DPR direspon dengan cepat oleh pasar tepat

pada saat peristiwa tersebut terjadi, namun pada hari-hari berikutnya informasi tersebut sudah

dianggap tidak relevan lagi dalam menentukan keputusan investasi di pasar modal.

Perbandingan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Politik di Parlemen Indonesia

Tahun 2014 Secara Deskriptif

Terdapat reaksi yang tidak sama pada t0 masing-masing peristiwa politik di parlemen

Indonesia pada tahun 2014. Dengan menggunakan AAR sebagai indikator untuk melihat

reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, ketiga peristiwa

Page 31: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

27

tersebut secara konsisten direspon negatif oleh pasar pada satu hari setelah terjadinya

peristiwa (t+1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi yang

dianggap sebagai sinyal negatif oleh pasar, umumnya sehari setelah peristiwa, sehingga pasar

juga memberikan reaksi negatif.

Apabila dilihat dari nilai CAAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap

terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, pada peristiwa penetapan UU No. 17

tahun 2014 tentang MD3 secara konsisten terdapat CAAR negatif signifikan pada t0 sampai

dengan t+2, dan hanya terdapat satu hari pengujian terdapat nila CAAR positif signifikan,

yaitu pada t-3. Mayoritas nilai CAAR negatif signifikan pada peristiwa tersebut menunjukkan

bahwa pasar telah yakin dengan kandungan informasi negatif dari terjadinya peristiwa

tersebut. Sementara itu, pada dua peristiwa lainnya, yaitu penetapan RUU Pilkada dan

pemilihan pimpinan DPR, terdapat reaksi positif signifikan pada satu hari pengujian.

Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014

tentang MD3 tanggal 8 Juli 2014, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang sebagian

besar bernilai negatif signifikan.

2. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan RUU Pilkada tanggal 26

September 2014, yang ditunjukkan oleh nilai AAR maupun CAAR yang positif signifikan

pada satu hari pengujian, yaitu pada t-2.

3. Terdapat reaksi pasar atas pengumuman pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019,

yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang bernilai positif signifikan pada t0.

4. Berdasarkan nilai AAR, terdapat reaksi yang tidak sama pada t0, sedangkan pada t+1 sama-

sama terdapat reaksi negatif signifikan. Demikian juga, nilai CAAR pada peristiwa

penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 direspon negatif signifikan oleh pasar di

sekitar tanggal terjadinya peristiwa, sedangkan peristiwa penetapan RUU Pilkada dan

pemilihan pimpinan DPR direspon positif signifikan.

Daftar Pustaka

Ananto, Dedy. 2014. Pengaruh Pemilu Legislatif Terhadap Abnormal Return Dan Trading

Volume Activity Saham Di Jakarta Islamic Index. Skripsi Universitas Islam Negeri

Kalijaga Yogyakarta.

Angelovska, Julijana. 2011. The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging

Macedonian Stock Market. Journal of Public Administration and Governance, Vol.1,

No. 2.

Bursa Efek Indonesia. 2013. Pengumuman Dividen dan Corporate Action Emiten Indonesia.

Website Online. (http://www.idx.co.id, diakses pada 11 Oktober 2014)

Chen, Dar-Hsin, et al. 2005. The Impacts of Political Event on Foreign Institutional Investor

and Stock Returns: Emerging Market Evidence from Taiwan. International Journal of

Business, Vol. 10 No. 2.

Elton, Edwin J. and Martin J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment

Analysis. Fifth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Page 32: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Yovinda Trista Yuliana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

I Made Sudana Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

28

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto, H. M. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta:

BPFE.

Jones, Charles P. 2002. Investments: Analysis And Management. Eighth edition. United

States of America: Jhon Willeyand Sons, Inc.

Kritzman, Mark P. 2012. What Practitioners Need to Know about Event Studies. Financial

Analysts Journal/November-December 1994.

Lehander, Sofia and Frida Lönnqvist. 2011. Parliamentary Elections Impact on Stock Market

Return. Stockholm School of Economics.

Liargovas, Panagiotis and Spyridon Repousis. 2010. The Impact of Terrorism on Greek

Banks’ Stocks: An Event Study. International Research Journal of Finance and

Economics, 51 (2010).

Lind, et al. 2007. Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan

Kelompok Data Global. Terjemahan oleh Chriswan Sungkono. 2007. Jakarta:

Salemba Empat.

MacKinlay, A. Craig. 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic

Literature, Vol. 35, No. 1.(Mar, 1997), pp. 13-39.

Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments & Management of

Portofolios. Tenth edition.South-Western, Canada.

Reilly, Frank K. and Edgar A. Norton. 2003. Investment. Sixth edition.South-Western,

Canada.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,

DPD, dan DPRD (MD3). 2014. Jakarta.

Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Jakarta.

Schweitzer, Robert. 1989. How Do Stock Return Reacts to Special Events? Research

Departement of the Federal Reserve Bank of Philadelphia.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek. Jakarta:

Erlangga.

Yuwono, Andri. 2013. Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia terhadap Pengumuman

Peristiwa Bencana Banjir yang Melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun

2013. Jurnal Nominal, Vol. 2, No. 2.

Page 33: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

29

Implementasi SMS Gateway & Backend Website Dinamis Sebagai Company Profile dan

Delivery Order Restaurant Hotel Olympic Surabaya

Kevin Suteja1,

*, Rinabi Tanamal, B.Bus., M.Com. 2

, dan David Boy Tonara, M.Kom. 3

1 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra

2 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra

3 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra

Abstrak

Restaurant Hotel Olympic Surabaya, menghasilkan rata-rata omset sebesar Rp 27,829,266 per

bulan, dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Guna

meningkatkan rata-rata penjualan pesan antar, pihak Restaurant Hotel Olympic Surabaya

berniat untuk membuat sebuah website delivery order dengan spesifikasi fitur, minimum order

Rp 40,000, terbatas untuk wilayah Surabaya, dapat menghasilkan report hasil penjualan

otomatis dari penjualan online, dan pembagian kategori akun adalah user, admin, master.

Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah order

yang dilakukan oleh user. Metodologi perancangan tugas akhir ini dibagi dalam empat tahapan,

yakni pengumpulan data, studi pustaka, wawancara, dan analisis data. Sedangkan

pengembangan applikasi adalah menggunakan metode RAD (Rapid Aplication Development),

terbagi dalam lima tahapan kategori, yakni business modelling, data modelling, proses

modelling, application generation, testing and turnover. Hasil akhir dari pengerjaan tugas akhir

ini adalah sebuah website dinamis yang difungsikan sebagai online delivery order,

menggunakan framework codeigniter dan disediakan rancangan fitur tambahan berupa sms

gateway, untuk mendukung kinerja implementasi website.

Kata Kunci: POS, web application, operating sistem, incremental, client- request.

1. Pendahuluan.

1.1 Latar Belakang.

Pada era moderen saat ini, website merupakan suatu kebutuhan yang utama bagi sebuah

perusahaan ataupun sebuah binis startup sekalipun. Kegunaan dari adanya sebuah website

sendiri adalah sangat banyak bergantung kebutuhan individu dari pemakainya. Seperti halnya

contoh: sebagai media promosi atau pengenalan produk yang dijual, mendongkrak kinerja

sales melalui media online, meraup profit melalui iklan, ataupun juga dapat difungsikan

sebagai sebuah portal berita untuk bisnis tersebut.

Mengambil kutipan data statistik resmi dari (APJII) Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet di Indonesia, untuk tingkat pembelanjaan online di Indonesia, adalah 22.8% (14 juta)

dari 63 juta pengguna internet di Indonesia, 34.6% beranggapan takut terjadinya penipuan, dan

13.8% sisanya beranggapan barang online cenderung mahal (APJII, 2012). Namun pihak APJII

beranggapan bahwa pembelanjaan online di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke

tahun, seiring dengan berkembangnya teknologi.

Berlanjut kembali kepada data survery APJII pada tahun 2012, pengguna internet di

Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 63 juta penduduk, dan diproyeksikan terus naik

mencapai 139 juta penduduk pada tahun 2015 (APJII, 2012). Survei yang dilakukan APJII

tersebut merupakan jalinan kerjasama dengan pusat Badan Statitistika Indonesia, dengan

Page 34: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

30

populasi sampel rentang usia 12 - 65 tahun, dilakukan di 42 kota dan 31 propinsi. Dengan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi market online di Indonesia adalah sangat tinggi, dan

akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan.

E-commerce dapat diaplikasikan kepada bisnis restaurant, dengan bentuk delivery

order, sehingga pembeli dapat memesan makanan restaurant tersebut secara online.

Mekanisme dan prosedur delivery order adalah bergantung pada masing-masing restaurant.

Namun dalam kasus implementasi delivery order untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya

ini, fasilitas pembayaran akan diaplikasikan menggunakan sistem cash on delivery, sehingga

diharapkan dapat menarik minat dari 34.6% populasi sampel dari survei APJII yang

beranggapan takut terkena penipuan apabila berbelanja online.

Berdasarkan dari hasil analisis data penjualan restaurant Hotel Olympic Surabaya, pada

bulan Agustus, September dan Oktober terhitung omset penjualan dari tiga bulan terakir adalah

sebesar Rp.83.487.800. Nilai rata-rata penjualan yang dihasilkan untuk setiap bulannya adalah

Rp. 27.829.266,- dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per

bulannya. Dengan hasil olah data tersebut, diharapkan pembuatan website delivery order akan

meningkatkan penjualan take away dari pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya di bulan-

bulan berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Bagaimana mengimplementasi backend website dinamis menggunakan konsep

prinsip website usability di restaurant Hotel Olympic Surabaya?

2. Bagaimana mengimplementasi sms gateway sehingga dapat menjadi fitur

tambahan dari backend website dinamis yang akan dirancang?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian.

Ruang lingkup dari tugas akhir ini adalah pembuatan sebuah website dinamis dengan

fokus design untuk desktop, difungsikan sebagai profil restaurant dan delivery order, untuk

pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya. Website delivery order dibuat menggunakan

framework PHP Codeigniter, dengan spesifikasi fitur yang diinginkan oleh pihak client adalah

terbatas untuk wilayah Surabaya, minimum total harga untuk melakukan order adalah sebesar

Rp 40,000, fitur laporan penjualan, dan dilakukan pembagian kategori akun yakni user, admin,

master. Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah

order yang dilakukan oleh user. Terlepas dari fitur yang disebutkan, perancang bebas

menambahkan fitur tambahan yang diyakini dapat menambah kegunaan dalam

implementasinya.

Kategori makanan / minuman yang dimasukan adalah berdasarkan data dari menu baru

Hotel Olympic Surabaya tertanggal 7 Mei 2014, dan dapat ditambahkan sewaktu-waktu

apabila dibutuhkan.

2. Landasan Teori.

2.1 Pengertian Website.

Mengutip pernyataan (O'Brien, 2006:262) dalam bukunya berjudul "Introduction to

Information Systems" didefiniskan website merupakan salah satu wadah yang menawarkan

informasi dan hiburan, serta situs transaksi e-commerce antara bisnis dan pemasok serta

pelanggan. Dalam hal ini, dapat dengan jelas disimpulkan kegunaan sesungguhnya dari website

Page 35: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

31

adalah beragam, bergantung bagaimana pemilik memfungsikan website miliknya. Sebuah

website dapat menghasilkan sebuah keuntungan dalam bentuk profit, apabila website

difungsikan dan didesign sebagai e-commerce.

2.1.2 Aplikasi Web Based.

Mengutip pernyataan (Abdul Kadir, 2005:3), aplikasi web-based adalah program yang

menggunakan HTTP sebagai protokol komunikasi dan menyampaikan informasi berbasis web

kepada pemakai dalam bentuk HTML. Applikasi yang telah dirancang dan disimpan dalam

web server yang diakses, akan berkerja dibalik layar, sehingga pihak user yang mengakses

hanya akan diberikan hasil data dalam bentuk tampilan visual HTML.

2.1.3 Web Server.

Mengutip kutipan dari (Jennifer, 2012: 42), web server menjawab request dari browser

client untuk spesifik data / file (atau mengeksekusi sebuah script), dan menampilkan kembali

dalam bentuk visual kepada pengakses.

2.2 Unified Modelling Language

Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:1) dalam bukunya berjudul "UML

Distilled Third Edition", Sebuah Unified Modelling Language, atau yang biasa disingkat

menjadi UML adalah sebuah penggambaran proses atau desain software diterjemahkan dalam

bentuk sebuah diagram visual. Lebih lanjut, Booch Jacobson menjelaskan bahwa skenario

pembuatan UML dari setiap orang adalah berbeda, bergantung cara atau pola pikir dari masing-

masing orang. Namun untuk ketetapan standar dari pembuatan sebuah UML sendiri telah

ditetapkan dan dikontrol oleh sebuah organisasi bernama "Object Management Group

(OMG)".

2.2.1 Sequence Diagram.

Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:53), dijelaskan bahwa sebuah sequence

diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario yang dijalankan

dari kumpulan grup objek. Sequence diagram digrambarkan dengan sebuah partisipan yang

mempunyai sebuah lifeline, dimana interaksi dari setiap partisipan digambarkan melalui sebuah

arah panah.

2.2.2 Use Case.

Mengambil dari kutipan buku berjudul "UML Distilled Third Edition" dijelaskan bahwa

sebuah use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing berkesamaan

untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99). Contoh dari sebuah diagram use

case adalah penggambaran bagaimana seorang user dapat berhasil meraih tujuannya untuk

membeli produk yang diorder.

Dalam diagram use case, terdapat seorang actor yang didefinisikan sebagai pengguna

yang melakukan akses kepada sistem. Sebuah use case juga mengenal fungsi include / exclude,

dimana include adalah digunakan jika sebuah use case tersebut memerlukan use case lainnya

untuk berjalan, sedangkan exclude adalah dimana sebuah skenario alternatif jika apabila use

case tidak berhasil dijalankan. Sebuah definisi dari pre-kondisi, pasca-kondisi, dan tanggapan

sistem diperlukan dalam perancangan sebuah diagram use case (Booch Jacobson, 2004:102)

Page 36: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

32

2.2.3 Activity Diagram.

Mengutip pernyataan (Martin Fowler, 2004:117), sebuah activity diagram adalah

penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip

pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama dengan teknik pembuatan flow chart,

hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal simbol fork yang mendefinisikan bahwa

suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel.

2.3 Web Usability.

Istilah web usability adalah penyebutan suatu tampilan yang telah di visualisasikan.

Sederhananya, webs usability merupakan semua hal yang berkaitan dengan tampilan visual di

komputer anda, seperti tampilan gambar, tampilan program, sebuah tombol yang dapat

diinteraksikan, dan berbagai macam lainnya. Fungsi web usability sebenarnya adalah untuk

me-visualisasikan suatu hal sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pengguna.

2.3.1 Prinisp Web Usability

Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell",

sebuah website yang baik harus menerapkan 10 Prinsip dari Web usability:

1. Memberikan konten yang seimbang antara konten visual dan tulisan.

2. Tidak menggantungkan konten pada warna.

3. Menggunakan CSS dengan baik dan sesuai proporsi.

4. Bahasa digunakan dengan jelas.

5. Tabel / diagram yang digunakan di visualisasikan secara menarik.

6. Rutin untuk melakukan maintenance, khususnya untuk halamanyang

mengandung script / teknologi terbaru.

7. Rutin untuk melakukan crosscheck bahwa link atau media yang di

tampilkan dalam website berjalan dengan baik.

8. Design dapat digunakan dalam setiap device.

9. Menggunakan teknik dan prinsip penulisan HTML dari W3C.

10. Alur navigasi website harus jelas.

2.3.2 Web Accessibility Techniques.

Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell",

berikut adalah teknik untuk mengaplikasikan prinsip website accessibility:

1. Memulai sebuah pengerjaan website dengan sebuah tujuan.

2. Memberikan solusi alternatif apabila rancangan utama gagal

3. Konten atau layout dapat di zoom-in apabila dibutuhkan.

4. Perhatikan urutan penulisan dan letak.

5. Desain form dengan menarik dan sejelas mungking.

6. Selalu melakukan testing apakah javascript yang digunakan

masih berfungsi dengan baik.

7. Desain visual harus cukup lapang, sehingga pengguna mendapatkan

cukup ruang untuk melakukan klik.

8. Konten dapat di scale

Page 37: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

33

9. Menggunakan fungsi fokus pada form atau sebuah input

penting.

10. Pergunakan pilihan warna sebaik-baiknya.

11. Perhatikan penggunaan CSS untuk background image

sehingga tidak menganggu.

2.4 Point of Sales.

Mengutip kutipan Hendry (2010:1), point of sales adalah sebuah sistem yang terdiri

dari hardware dan software yang didesain sesuai dengan keperluan dan dapat diintegrasikan

dengan beberapa alat pendukung agar dapat membantu mempercepat proses transaksi. Point of

sales atau biasa disebut POS secara sederhananya, dapat diartikan sebagai sebuah software

yang melakukan pencatatan transaksi penjualan.

2.5 Sistem Akutansi Persediaan.

Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2001:556), ada dua macam metode pencatatan

persediaan : metode mutasi persediaan (perpetual inventory method), dan metode persediaan

fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan

dicatat dalam kartu persediaan, namun untuk persediaan fisik, hanya persediaan dari pembelian

saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat.

Sistem akutansi point of sales persediaan yang diaplikasikan dalam restaurant Hotel Olympic

Surabaya adalah metode mutasi persediaan, dimana untuk barang yang laku atau keluar adalah

tercatat dalam sistem website delivery order yang digunakan dalam bentuk besaran kuantitas.

2.6 Sistem Akutansi Persediaan.

Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2006:455) dalam bukunya berjudul Sistem

akutansi, sistem penerimaan kas perusahaan berasal dari sumber utama, yakni penerimaan kas

dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sistem akutansi yang diterapkan dalam

sistem website delivery order restaurant Hotel Olympic Surabaya adalah secara otomatis sistem

website dapat melakukan kalkulasi total profit dan omset per bulan atau tahun berdasarkan

hasil order yang didapatkan.

Page 38: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

34

3. Analisa dan Perancangan Sistem.

3.1 Activity Diagram

Activity diagram adalah penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses

bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama

dengan teknik pembuatan flow chart, hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal

simbol fork yang mendefinisikan bahwa suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel.

3.1.1 Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian.

Gambar 1. Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian.

Page 39: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

35

Gambar 1 diatas menggambarkan bagaimana alur aktivitas pengecekan stok harian

dilakukan. Seorang administrator website yang sedang bertugas, harus terlebih dahulu

melakukan login kedalam website menggunakan user id dengan akses role admin atau master.

Setelah berhasil login dan mendapakan fungsi dari panel admin atau master, dilanjutkan

dengan akses ke halaman menu. Halaman tersebut akan berisikan seluruh daftar menu yang

telah dibuat sebelumnya.

3.1.2 Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian.

Gambar 2. Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian.

Page 40: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

36

Gambar 2 diatas menggambarkan alur aktivitas validasi yang hanya dilakukan pada

kasus khusus, yakni apabila jumlah total harga dalam satu nota order melebihi Rp 300,000

dalam satu nota order. Alur aktivitas diawali dengan pihak user melakukan submit order

dengan total harga order melebihi Rp 300,000 dalam satu nota order. Setelah data order di-

submit, sistem website secara otomatis akan mengirimkan sebuah berisikan 5 angka acak SMS

ke nomor handphone terdata untuk proses verifikasi SMS. Kemudian pihak user diharuskan

melakukan input 5 angka acak yang dikirim oleh sistem tersebut, ke halaman validasi SMS.

Selanjutnya 5 angka yang di-input oleh user akan divalidasi oleh sistem, untuk dicek

kebenarannya. Apabila ternyata angka yang di-input salah dan tidak cocok, maka order akan

ditolak dan user harus melakukan order ulang. Sebaliknya apabila sistem memutuskan bahwa

input tersebut benar dan cocok, maka order dinyatakan berhasil lolos verifikasi SMS, dan

direkap kedalam database order. Kemudian pihak user harus menunggu order approval dari

pihak admin atau master.

Sebuah order yang berhasil lolos verifikasi SMS, dan berhasil direkap kedalam

database order akan terlihat dalam halaman list order, jika menggunakan login akses admin

atau master. Seorang administrator website mempunyai kuasa untuk melakukan reject atau

melakukan approve sebuah order. Langkah berikutnya adalah pihak administrator website

harus melakukan validasi kembali melalui telepon, untuk memastikan keakuratan data order

tersebut. Apabila setelah divalidasi melalui telepon, data adalah akurat, maka pihak

administrator website akan menyetujui order tersebut, dan status order dirubah menjadi

"accepted". Kemudian orderan akan dilanjutkan untuk diproses sesuai dengan prosedur normal.

Sebaliknya apabila setelah dilakukan verifikasi melalui telepon, ternyata data yang di-

input adalah tidak akurat, maka order tersebut akan ditolak dan status order dirubah menjadi

"rejected". Apabila terjadi kasus demikian, maka user harus melakukan order ulang dari tahap

awal apabila tetap berniat untuk melakukan order.

3.2 Use Case.

Use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing

berkesamaan untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99).

3.2.1 Use Case user, Melakukan Submit Order Baru

Gambar 3. Use Case user, Melakukan Submit Order Baru.

Page 41: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

37

Use case ini dijalankan ketika user hendak melakukan finalisasi order, dengan

melakukan klik button submit order, di halaman checkout (www.o-

resto.com/backend/order/checkout).

Tujuan dari use case ini adalah untuk seorang dengan akses user dan telah melakukan

login, dapat membuat sebuah order baru. Ketika user melakukan finalisasi order dengan

melakukan klik button submit, maka SMS gateway akan mengirimkan validasi 5 angka acak

melalui SMS, untuk validasi order. Selanjutnya, user tersebut akan memasukan kode validasi

yang telah diterima melalui SMS, kedalam kolom input yang telah disediakan.

Apabila kode validasi yang dimasukan oleh user adalah benar, maka order tersebut

telah melewati validasi SMS dan dinyatakan berhasil. Selanjutnya order yang telah lolos dari

validasi SMS akan menunggu validasi dari admin. Sebaliknya apabila jika kode validasi yang

di-input adalah salah, maka order dinyatakan gagal, dan harus dilakukan order ulang jika

kembali menginginkan untuk order

3.2.2 Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master

Gambar 4. Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master

Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak melakukan update status order

dari user yang telah berhasil ter-kirimkan. Tujuan dari penggunaan use case ini adalah

bagaimana seorang admin atau master dapat melakukan update status sebuah order menjadi

accecpted / delivery / finished / rejected. Seorang admin atau master mempunyai kuasa untuk

menerima atau menolak sebuah order. Apabila order diterima, maka status akan berubah

menjadi accepted dan SMS Gateway akan mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user,

mengenai perubahan status order tersebut.

Selanjutnya, sebuah status order dapat dirubah menjadi delivery, hanya apabila order

tersebut telah mempunyai status accepted sebelumnya. Perubahan menjadi status delivery

dapat dilakukan dengan cara melakukan klik pada button delivered. SMS Gateway akan

mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user, mengenai perubahan status order tersebut.

Setelahnya dapat juga dilakukan perubahan status order menjadi finished.

Page 42: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

38

3.2.3 Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master

.

Gambar 5. Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master

Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak menambahkan item menu,

melakukan disable menu tertentu, atau melakukan enable kembali untuk menu yang

sebelumnya di disable. Tujuan dari use case ini adalah bagaimana seorang admin atau master

dapat melakukan fungsi disable untuk setiap item menu yang sedang habis atau tidak dapat

diorder sementara, fungsi enable untuk item menu yang sudah kembali dapat diorder.

3.3 Sequence Diagram

Sequence diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario

yang dijalankan dari kumpulan grup objek.

3.3.1 Seqence Diagram Melakukan Login

Gambar 6. Seqence Diagram Melakukan Login

Page 43: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

39

Awal mula proses login dimulai dengan user mengakses halaman untuk form login

(http://o-resto.com/backend/login), setelah itu controller akan mengambil / load view untuk

tampilan visual HTML dari backend/login. Dilanjutkan dengan user akan melakukan input

email dan password yang dipunyainya dalam form yang telah disediakan di halaman login

tersebut. Seketika user melakukan klik pada button submit, komponen view akan mencatat data

parameter yang di-inputkan user pada form login, dan mengalihkan ke komponen controller.

Selanjutnya controller akan memanggil fungsi signin dari komponen model yang bernama

user_model. Di komponen model tersebut, akan dilakukan sebuah query sellect kedalam

database tabel user, untuk melakukan validasi apakah username dan password yang diinput

oleh user tersebut terdata didalam tabel atau tidak. Apabila username dan password yang

diinput oleh user adalah benar dan valid, maka komponen model user_model akan melakukan

fungsi set_user data, untuk menyimpan data dalam session. Selanjutnya, controller

(backend/login.php) akan melakukan redirrect ke controller (backend/order.php) untuk

melakukan fungsi load view panel order dan menentukan user role mana yang dipunyai akses

login tersebut.

3.3.2 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data

Gambar 7. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data

Proses sequence untuk penambahan data dijanlankan apabila user hendak melakukan

pemesanan, sebaliknya seorang admin / master akan melakukan fungsi penambahan data pada

halaman penambahan menu, penambahan admin, atau melakukan penambahan data pegawai.

Data yang diinput oleh user/admin/master selanjutnya diambil alih oleh controller untuk

Page 44: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

40

kemudian menjalankan fungsi save menggunakan data yang diinput tersebut. Fungsi save akan

dijlankan seketika tombol button submit diklik dan data berhasil lolos dari validasi komponen

view halaman tersebut. Selanjutnya controller akan memindahkan data input dari user ke model, untuk

kemudian menggunakan fungsi save dari komponen model tersebut. Fungsi save tersebut akan

menjalankan perintah query kepada MYSQL untuk melakukan INSERT data tersebut pada

tabel tertentu yang telah dikonfigurasi pada masing-masing model.

3.3.3 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data

Gambar 8. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data

Diagram sequence diatas ini adalah menjelaskan bagaimana alur dalam sistem dalam

melakukan pengiriman validasi order melalui SMS. Proses ini dimulai ketika seorang user

hendak melakukan checkout, dan melakukan klik button submit untuk melakukan finalisasi

order yang telah dibuatnya. Seketika button submit diklik oleh user, maka komponen view

pada halaman checkout tersebut akan memanggil fungsi sendorder() dari controller order.

Fungsi sendorder() tersebut nantinya akan mengirimkan sejumlah 5 angka acak, yang

kemudian akan dilakukan query INSERT kedalam tabel outbox di database server yang

digunakan.

Secara otomatis, applikasi SMS Gateway di localhost akan membuka halaman data.php

di server. Seketika halaman data.php tersebut dibuka, akan melakukan fungsi query SELECT

dalam tabel outbox di server dimana hanya data dengan status=0 saja yang ditampilkan.

Kumpulan data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk XML. Langkah berikutnya adalah

Page 45: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

41

data.php akan melakukan fungsi UPDATE untuk merubah status dari kumpulan data yang

telah berhasil di generate, menjadi status=1, sehingga tidak ditampilkan kembali berikutnya.

Selanjutnya applikasi di localhost akan mengambil kumpulan data tersebut, dan

melakukan fungsi INSERT ke tabel outbox gammu di localhost. Langkah tersebut secara

otomatis akan melakukan trigger action kepada Gammu untuk melakukan pengiriman SMS.

Setelah SMS berhasil terkirimkan, Gammu akan memindahkan data tersebut kedalam

tabel sent_items yang menandakan bahwa sms telah berhasil dikirimkan.

4. Pengujian dan Implementasi.

4.1 Lingkungan Pengembangan

Aplikasi ini dikembangkan menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat

lunak sebagai berikut:

Spesifikasi Laptop / Desktop & Perangkat Lunak yang digunakan untuk Pengembangan

Backend Website O-Resto :

1. Sistem operasi Macintosh OSx10.9.2 / Windows 7 home basic.

2. Processor 2.4 GHz Intel Core 2 Duo

3. Memory RAM 4GB.

4. Mozila Firefox 27.0.1.

5. Google Chrome v 34.0.1847.131

Devices & Perangkat Lunak untuk Pengembagan SMS Gateway:

1. Windows 7 Home Basic.

2. Gammu 1.33.0

3. XAMP server v3.2.1

4. PHP v 5.2.17

5. MYSQL v 5.5.9.

6. Handphone Nokia E-71 (sebagai modem)

7. Internet (Speedy 512 MB / Fastnet)

4.2 Installasi Perangkat Lunak Gammu, sebagai Aplikasi Rancangan SMS Gateway ke

Laptop / Desktop berbasis Windows.

1. Download XAMP server & Gammu apabila belum dipunyai oleh laptop /

desktop localhost tersebut.

2. Letakan file direktori gammu ke drive C:.\

3. Edit konfigurasi file php.ini didalam direktori XAMP, dan lakukan perubahan

konfigurasi: ini_set('max_execution_time', 300).

4. Colokan Handhpone / modem di port USB.

5. Masuk ke device manager di windows, dan catat port modem (COM) yang

digunakan handphone / modem tersebut.

6. Masuk ke direktori gammu, dan ubah konfigurasi data port di file gammurc

dan smsdrc sesuai dengan port (COM) yang digunakan oleh modem.

7. Masuk ke aplikasi command line di windows, dan arahkan tujuan ke direktori bin

di aplikasi gammu. berikan command "gammu -- identify".

8. Apabila Sukses akan muncul keterangan dan data software modem / handphone

tersebut di applikasi command line.

Page 46: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

42

9. Setelah berhasil, langkah berikutnya adalah membuat service gammu dengan

mengetik command "gammu-smsd -c smsdrc -i". Apabila sukses akan muncul

keterangan bahwa service berhasil dibuat.

10. Upload aplikasi SMS Gateway, kedalam htdocs XAMP di localhost.

11. Jalankan aplikasi melalui web browser dengan jaringan internet.

4.2.1 Implementasi Aplikasi ke Server Hosting

1. Melakukan pemesanan domain dan hosting disalah satu penyedia jasa hosting.

2. Melakukan proses pembayaran kepada penyedia jasa hosting tersebut, dan

melakukan konfirmasi setelahnya.

3. Hosting akan di aktivasi oleh pihak penyedia jasa, dan diberikan sejumlah data

melalui email.

4. Login ke C-Panel, menggunakan data yang dikirimkan oleh penyedia hosting

melalui email sebelumnya.

2. Konfigurasi nameserver domain yang telah dibeli (apabila diperlukan) untuk

mengarahkan nameserver ke penyedia hosting.

3. Klik button phpMyAdmin di Cpanel, untuk menggunakan fungsi MYSQL.

4. Pindahkan database lokal didalam XAMP, dan keseluruhan file applikasi, ke

dalam server hosting.

5. Gunakan applikasi FTP untuk memudahkan proses perpindahan file.

6. Cek melalui web browsser ke alamat domain yang telah dikonfigurasi, dan apabila

berfungsi dengan baik, maka applikasi telah siap dijalankan.

4.3 Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login

Fitur Akses Login

Guest User Admin Master

Melihat Gallery (Company Profile) ✓ ✓ ✓ ✓

Menghubungi melalui Form Kontak ✓ ✓ ✓ ✓

Melihat Gallery Daftar Menu ✓ ✓ ✓ ✓

Registrasi akun baru ✓ ✓ ✓ ✓

Forgot Password ✓ ✓ ✓ ✓

Membuat Order ✓

Print Invoice Order ✓ ✓ ✓

Melihat History Order ✓ ✓ ✓

Update Status

Order

Cancel ✓

Reject ✓ ✓

Confirm ✓ ✓

Page 47: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

43

Deliver Order ✓ ✓

Finish ✓ ✓

Member

List Data Member ✓ ✓

Blokir ✓ ✓

Unblokir ✓ ✓

Add New ✓ ✓

Menu

List Data Menu ✓ ✓

Enable ✓ ✓

Disable ✓ ✓

Edit ✓

Melihat Data Menu Favorit ✓ ✓

Employee

Add New ✓ ✓

Edit ✓ ✓

Disable ✓ ✓

Enable ✓ ✓

Vehicle

Add New ✓ ✓

Edit ✓ ✓

Disable ✓ ✓

Enable ✓ ✓

Admin

Add New ✓

Edit ✓

Blokir ✓

Unblokir ✓

Claim

Add New ✓ ✓

Edit ✓ ✓

Update Status ✓ ✓

Melihat Data Sales Report ✓

Tabel 1. Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login

Page 48: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

44

4.4 UAT (User Acceptance Testing).

UAT atau kepanjangan dari User Acceptance Testing, adalah sebuah fase trakhir dalam

pengujian sebuah aplikasi. Aplikasi ini akan diuji cobakan kepada pengguna, dengan

menggunakan skenario testing sesuai yang telah dirancang sebelumnya.

4.4.1 Training dan Pengujian UAT.

User yang menjalani pengujian UAT dan menjalani proses pelatihan adalah YTH.

Bapak Sugeng selaku pemilik dari restuarant Hotel Olympic Surabaya. Training dan pengujian

UAT dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014, bertempat di restaurant Hotel Olympic Surabaya.

Metode training yang digunakan adalah praktek langsung, dimana semua fitur website dan

backend akan di jelaskan fungsi dan penggunaannya. Disertakan juga sebuah buku user

manual penggunaan aplikasi, sehingga diharapkan dapat membantu mengingatkan materi

pelatihan, dikedepannya.

4.9 Nilai Entrepreneurship.

Perancangan dan implementasi Tugas Akhir ini memiliki nilai entrepreneurship

sebagai berikut:

4.9.1 Aspek Opportunity.

Memanfaatkan berkembangnya industri teknologi dan bisnis e-commerce di era

moderen ini, diharapkan akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan jasa pembuatan

website / aplikasi sebagai penunjang bisnis, terutama dalam bidang e-commerce. Keuntungan

terbesar dari implementasi bisnis dalam bidang e-commerce adalah produk jualan pengguna

dapat diakses selama 24 jam tanpa batas, dan tanpa kebutuhan mahal seperti sewa tempat,

pegawai, ijin bisnis, layaknya sebuah bisnis konvensional.

Mengingat tarif pembuatan website / aplikasi relatif terjangkau, maka penulis

berkeyakinan bahwa layanan ini dapat dinikmati semua kalangan, terutama untuk pelajar,

maupun industri UKM / bisnis startup. Dengan edukasi dan pembelajaran yang tepat, penulis

berkeyakinan bahwa dari tahun ke tahun masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya

kebutuhan website, baik sebagai penunjang bisnis, maupun penerapan manfaat lainnya.

4.9.2 Aspek Market Sensitivity.

Market sensitivity dapat diaplikasikan dengan cara mengetahui kategori bisnis apa yang

sedang trending pada saat tersebut. Berbekal dari pengetahuan akan trend tersebut, penulis

dapat lebih fokus untuk merancang target market dan potensial customer yang diinginkan.

Dalam kasus Tugas Akhir ini, penulis berkeyakinan bahwa makanan adalah salah satu bisnis

yang sedang trend saat ini. Didukung dengan perkembangan teknologi social media seperti

instragram, facebook, twitter, bisnis makanan seringkali mendapatkan promosi gratis dari hasil

foto makanan atau ajakan ke teman dari pelanggan yang terpuaskan.

4.9.3 Aspek Creative and Innovative.

Penerapan dari implementasi website adalah sangat beragam dan sangat terbuka

terhadap kreatifitas atau inovasi baru yang dihasilkan dari pengguna. Penulis ingin

memposisikan diri bukan hanya sebagai pembuat aplikasi / website, melainkan juga sebagai

Page 49: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Kevin Suteja Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Rinabi Tanamal Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

David Boy Tonara

45

konsultan terhadap projek yang ditawarkan, sehingga diharapkan penulis dapat ber-kontribusi

dalam memberikan suatu ide / konsep yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan projek

tersebut.

5. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil rancangan desain aplikasi, implementasi dan pengujian dari aplikasi

web sms gateway dan backend website dinamis untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya,

didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Hasil akhir aplikasi web rancangan sms gateway dan backend website dinamis

adalah sesuai dengan minat dan kebutuhan fitur client.

2. Hasil akhir aplikasi berkegantungan oleh sebuah koneksi internet untuk dapat

berjalan.

3. Hasil akhir aplikasi dapat di-implementasikan dengan berhasil di restaurant hotel

Olympic Surabaya.

6. Daftar Pustaka.

Agus Saputra. 2011. Trik dan Solusi Jitu Pemrograman PHP. IKAPI., Jakarta. APJII. (2012).

Data Statistik Pengguna Internet di Indonesia. Diakses tanggal 22 May 2014. <

http://www.apjii.or.id/v2/read/page/halaman-data/9/statistik.html>.

APJII. (2012). Perilaku Pengguna Internet Berbelanjan Online.Diakses tanggal 22 May 2014.

<http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonesia%202012%

20(INDO NESIA).pdf>.

Boyer Verma. 2009. Operation & Supply Chain Management. Stamford Connecticus:

Cengage Learning

Jennifer Niederst Robbins. 2006. Web Design In a Nutshell. California: O'Reilly

Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Jakarta: Univeritas Gadjah Mada, Salemba Empat.

O’Brien, J.A. 2006. Introduction To Information System,12 ed. Arizona : Mc Graw Hill.

Raymond McLeod, Jr & George P.Schell. 2008. Management Information System. Jakarta:

Salemba Empat

ST, Hendry, Membangun Aplikasi Point Of Sale dengan vb 6.0, MySQL, dan PHP 2010

Williams & Sawyer. 2007. Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia

Komputer. Yogyakarta: Andi

Martin Fowler. 2004. UML Distilled Third Edition, a Brief Guide to the Standard Object

Modeling Languange. Boston: Addision- Wesley

Page 50: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

46

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR

DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA

Rizki Adi Saputra

Program Magister Manajemen, Universitas Islam Indonesia

[email protected]

D. Agus Harjito

Program Magister Manajemen, Pascasarjana, Universitas Islam Indonesia

[email protected]; [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan IHSG dan nilai tukar tersebut dengan inflasi.

Penelitian ini menggunakan data bulanan periode Januari 2003-Desember 2013, data

diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Alat analisis

menggunakan uji kausalitas Engel-Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat

(kausalitas) dan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang.

Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa nilai tukar

memiliki hubungan kausalitas dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), sedangkan Uji

kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan harga

saham untuk periode Januari 2003 sampai Desember 2013. Hasil penelitian lain dari uji

kausalitas Granger menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan

inflasi, dan dari uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang untuk periode

Januari 2003 - Desember 2013.

Kata kunci: Nilai Tukar , IHSG, Inflasi, Kausalitas Granger

Pendahuluan

Fundamental ekonomi yang salah satunya nilai tukar mata uang lebih dominan untuk

dikaji. Nilai tukar yang berfluktuatif juga mempunyai keterkaitan dengan sektor rill, dalam

hal ini fenomena nilai tukar yang berfluktuatif berdampak langsung mempengaruhi inflasi

begitu pula sebaliknya. Hubungan kausalitas antara kurs, IHSG dan Inflasi merupakan sebuah

isu yang kontroversial. Perdebatan mendasar antara hubungan ini adalah apakah kurs

mempengaruhi IHSG dan inflasi atau sebaliknya, IHSG dan inflasi yang mempengaruhi

kurs?. Sampai saat ini belum ada kejelasan tentang bagaimana hubungan diantara ketiga

variabel tersebut.

Menurut Hyder dan Shah (2004), pada sisi penawaran, nilai tukar dapat

mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung.

Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang

melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak

percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor

menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri

terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun.

Bercermin pada krisis finansial global tahun 2008 yang mempengaruhi keberadaan

hubungan kausalitas antara nilai tukar dan IHSG. Dampak krisis global terhadap pasar modal

Page 51: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

47

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

dan pasar uang terlihat disepanjang tahun 2008 perekonomian Indonesia memang banyak

modal asing yang berantisipasi, sampai IHSG pernah di-suspend. IHSG terpuruk sekali pada

September 2008 dengan terjun bebas 908 poin menjadi 1257 poin, kurs mengalami

pelemahan terparah 22% pada November 2008 dengan 12151.

Madura (2009) menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi

secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga

barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika

nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi

inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar

membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri.

Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang

ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri

meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi.

Pada kurun waktu tahun 1997-2013 dilihat pada kejadian krisis moneter 1998 nilai

tukar melemah diikuti meningkatnya inflasi, begitu juga ketika terjadi inflasi domestik pada

tahun 2001 dan 2005 diikuti juga dengan melemahnya nilai tukar. Nilai tukar dan inflasi

dengan ini mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan kausalitas diantara

ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham dan inflasi

tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam bagaimana hubungan ketiga

variabel tersebut. Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan

hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi menjadi sebuah

issu yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

Kajian Pustaka

Indikator ekonomi merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari

keseluruhan fundamental ekonomi. Indikator itu bisa berupa informasi-informasi kondisi

makro ekonomi. Keadaan makro ekonomi di suatu negara secara keseluruhan akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, pengusaha dan investor. Makro ekonomi yang

baik akan menciptakan iklim investasi yang baik pula. Beberapa variabel ekonomi nasional

yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto,

tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Indikator fundamental

makroekonomi seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan

faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para investor.

Harga Saham

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham antara lain faktor mikro

dan makro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara

keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik,

dan sebagainya dapat berdampak pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya

juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro adalah faktor-faktor yang

berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri, misalnya perubahan manajemen,

harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas karyawan dan sebagainya akan

mempengaruhi kinerja perusahaan. Pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor misalnya, kebijakan pemerintah, isu-isu politik, ekonomi, serta isu-isu lain baik dari

dalam maupun luar perusahaan.

Perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada

pasar modal. Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif terhadap pendapatan konsumen

Page 52: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

48

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

karena dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Hal ini akan

memberikan optimisme yang tinggi dan juga memacu sentimen pasar sehingga mempunyai

pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas. Pertumbuhan Produksi Industri juga

berpengaruh pada pasar modal, naiknya indeks produksi yang terus menerus menunjukkan

suatu tanda kekuatan perekonomian di suatu negara karena output meningkat sehingga akan

memberikan pengaruh positif terhadap pasar.

Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan,

sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli masyarakat juga menurun. Dari

segi tingkat bunga, ketika meningkatnya tingkat suku bunga akan meningkatkan harga kapital

sehingga memperbesar biaya perusahaan. Kemudian terjadi perpindahan investasi dari saham

ke deposito atau investasi lainnya, inilah deteksi buruk bagi pasar saham. Pengaruh kurs

rupiah terhadap pasar modal, menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku

dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor namun dari sisi

pasar menjadi dampak yang negatif bagi pasar modal. Meningkatnya pengangguran berarti

bisnis mulai melemah, berarti dunia usaha menjadi kurang menarik bagi investor. Sehingga

memberi dampak yang negatif terhadap harga saham. Untuk menjelaskan anggran defisit

berdampak bagi pasar ekuitas dapat dilihat anggaran defisit mendorong konsumsi dan

investasi pemerintah. Sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan

(Sunariyah, 2006).

Proses terbentuknya harga saham melalui permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan. Pada proses ini investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar

saham. Biasanya mereka akan memakai jasa broker atau pialang saham.investor dapat

memilih saham mana saja yang akan mereka beli dan dapat menetapkan harga standar itu

sendiri. Kedua adalah proses supply to sell schedule, yaitu investor juga dapat menjual

sahamnya ke pasar saham. Investor juga dapat menetapkan harga saham yang mereka pilih

dengan menjual harga saham tertinggi di pasaran. Adapun proses ketiga adalah interaction of

schedule, yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan satu titik temu

yang disebut titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham

akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar

untuk diperdagangkan. Harga saham tersebut dapat berubah karena adanya permintaan dari

pasar investor. Ekspektasi harga yang dimiliki buyer akan mempengaruhi harga yang

ditawarkan oleh seller (penjual) dan harga yang diminta buyer (pembeli).

Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Salvatore (1997), Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut

kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). Nilai tukar merupakan salah satu harga yang

terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi

neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi yang lainnya. Kurs

keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva permintaan

dan penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat inflasi relatif, suku

bunga relatif, tingkat pendapatan, pengendalian pemerintah dan prediksi pasar.

Tingkat inflasi relatif menunjukkan perubahan pada tingkat inflasi relatif yang dapat

mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, yang akan mempengaruhi permintaan

dan penawaran suatu mata uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar. Sedangkan

suku bunga relatif perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas

asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang yang pada akhirnya

akan mempengaruhi tingkat pendapatan relatif. Pendapatan mempengaruhi jumlah

permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.

Page 53: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

49

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Pengendalian pemerintah negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan

berbagai cara, yaitu: Mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing ,mengenakan

batasan atas perdagangan asing, mencampuri pasar mata uang asing (dengan membeli dan

menjual mata uang asing), mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan

tingkat pendapatan.

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar adalah prediksi pasar mengenai kurs

mata uang di masa depan. Madura (2009) dan Salvatore (1997) menjelaskan tentang teori-

teori nilai tukar (exchange rate), pertama teori tradisional yang didasarkan pada arus

perdagangan dan paritas daya beli. Teori tradisional sangat penting untuk menjelaskan

pergerakan kurs dalam jangka panjang. Kedua teori-teori kurs modern yang memusatkan

pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak

kurs jangka pendek yang keseimbangan (equilibrium) jangka panjang

Inflasi

Boediono (2001), menyatakan bahwa dalam prakteknya untuk mengetahui penyebab

timbulnya inflasi (terutama inflasi yang kronis atau yang telah berjalan lama) dan

merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya, adalah

masalah yang sulit dan pelik. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan

memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik. Masalah inflasi dalam arti yang lebih luas

bukan sematamata masalah ekonomi, tetapi masaiah sosio-ekonomi-politis. Secara garis

besar ada 3 kelompok teori mengenai penyebab terjadinya inflasi, yaitu: Teori kuantitas, teori

Keynes dan teori Strukturalis.

Teori Kuantitas menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang

beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga. Sedangkan teori

Keynes menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu

masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut

pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-

kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bias disediakan

oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di

mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang

tersedia. Gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil

menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang.

Adapun teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi selalu dikaitkan dengan faktor-faktor

struktural dari perekonomian, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam

jangka panjang Teori ini menjelaskan faktor- faktor jangka panjang manakah yang bisa

mengakibatkan inflasi yang berlangsung lama.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Enoma (2011) menemukan bahwa nilai tukar

penyusutan, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto riil adalah penentu utama inflasi

di Nigeria. Ini berarti bahwa nilai tukar depresiasi dapat membawa peningkatan laju inflasi di

Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar

dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang

signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas

yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas.

Nath dan Samanta (2003) meneliti hubungan kausal antara return di pasar saham dan

pasar forex di India. Menggunakan data harian dari bulan Maret 1993 sampai Desember

Page 54: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

50

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

2002, hasilnya menemukan bahwa hubungan sebab akibat umumnya tidak ada meskipun

dalam beberapa tahun terakhir memiliki menjadi pengaruh kausal yang kuat dari return pasar

saham forex return pasar. Namun, tentatif dan kita perlu lebih lanjut penelitian mendalam

untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari temuan.

Res (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel

dependen dan variabel independen. Dampak dari suku bunga dan inflasi tidak signifikan

terhadap return saham indeks KSE 100 sementara nilai tukar memiliki dampak yang

signifikan terhadap return saham indeks KSE 100. Data diambil yaitu Data Sepuluh tahun

bulanan dari 31 Juli 2001 sampai 30 Juni 2010 dengan menggunakan regresi berganda.

Sementara Sek (2012) menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan korelasi yang

signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua.

Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai

tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di

negara mayoritas.

Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham.

Hubungan di atas mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar

(kurs) dollar amerika dengan harga saham. Nilai tukar dollar mempengaruhi harga saham

begitu juga sebaliknya harga saham mempengaruhi perubahan nilai tukar (kurs) dollar

amerika. Terdapat pendekatan teori yang dikembangkan dalam literatur untuk menentukan

hubungan antara kurs mata uang dengan harga saham. Dornbusch & Fischer (1980)

menyatakan perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu

perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusahaan atau cost of fund dan

selanjutnya harga sahamnya. Berdasarkan macro basis dampak fluktuasi kurs mata uang

terhadap pasar modal sangat tergantung pada tingkat keterbukaan ekonomi dan

kesinambungan neraca perdagangan.

Frankel (1993) menjelaskan bahwa Kenaikan return saham (rising stock market) akan

menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan

menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun menurut teori terdapat causal

relationship antara kurs mata uang dengan harga saham.

Berdasarkan teori diatas , dapat ditarik sebuah hipotesa yaitu adanya hubungan

kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Teori ini sependapat

yang dikemukakan oleh Hyder dan Shah (2004) bahwa nilai tukar (kurs) dapat

mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung.

Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang

melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak

percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor

menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri

terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Penelitian ini juga didukung oleh

penelitian terdahulu dari Nath dan Samanta (2003) yang meneliti tentang hubungan kausalitas

antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan hasil nya terdapat hubungan

kausalitas diantara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham.

Nilai Tukar (kurs)

dollar amerika

Harga Saham

Page 55: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

51

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.

Hubungan kedua mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas atau timbal – balik

antara niali tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Krugman (2005) menemukan

bahwa hubungan jangka panjang antara inflasi yang berlangsung secara terus-menerus dan

suku bunga untuk menerangkan prediksi-prediksi moneter mengeni bagaimana suku bunga

mempengaruhi kurs. Jika semua kondisi lain tetap , kenaikan perkiraan tingkat inflasi suatu

negara pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan suku bunga dari simpanan mata uang

negara bersangkutan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi

di masa mendatang) pada gilirnnya akan mengakibatkan penurunan suku bunga atas

simpanan mata uang negara itu. Adanya perkiraan inflasi yang lebih tinggi di masa

mendatang akan mengakibatkan mata uang di suatu negara akan mengalami depresiasi jika

suku bunganya meningkat. Dengan penelaahan inflasi, akan memahami bagaimana kurs

bergerak menyesuaikan diri terhadap gangguan moneter dalam perekonomian.

Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi sejalan

dengan penelitian Madura (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat

mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan

kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus

membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara

langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena

depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang

dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat.

Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula

permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan

agregat dan laju inflasi tinggi. Penelitian terahulu dari Sek (2012) sejalan bahwa terdapat

hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi di Negara asia.

Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.

Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalita antara

nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Berdasarkan uraian diatas

dapat dirumuskan perumusan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1: Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar

Amerika dengan harga saham.

Hipotesis 2: Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar

Amerika dengan inflasi.

Metode Penelitian

Nilai Tukar (kurs)

dollar amerika

Inflasi

Page 56: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

52

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Popoulasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nila tukar (kurs) dollar Amerika

, harga saham, dan dan inflasi di Indonesia tahun 2003-2013. Sampel dalam penelitian ini

adalah menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Data bulanan nilai tukar rupiah (kurs) tahun 2003-2013

2. Data bulanan indek harga saham gabungan (IHSG) tahun 2003-2013

3. Data bulanan inflasi tahun 2003-2013

Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia

mengenai data nilai tukar mata uang yang mencakup kurs tengah rupiah dan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup inflasi di

Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan berupa nilai tukar (kurs), harga saham dan

inflasi. Sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan suatu sistem yang

digunakan untuk indikator harga saham yang terdapat di bursa efek Indonesia (BEI). Jika

dituliskan dapat dirumuskan :

IHSG = ������������������� x 100%

Adapun untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek

harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa

yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. untuk

menghitung IHK digunakan rumus:

Harga sekarang

IHK = -------------------------------- x 100%

Harga pada tahun dasar

Analisis Data

Uji stasioneritas

Uji stasioneritas merupakan uji yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengujian

dilakukan dengan menguji setiap variabel untuk mengetahui stasioner atau tidak. Ada

beberapa cara untuk melakukan uji akar unit root, namun yang paling banyak adalah dengan

Augmented Dicky Fuller (ADF) test . ∆Yt = β1 + β2T + δYt-1 + α1Σ−mt1 ∆Yt-n + εt (1.1)

dimana εt adalah white noise dan ∆Yt = Yt + Yt-1. Pada ADF yang akan diuji adalah apakah

δ = 0, dengan hipotesis alternatif δ < 0, jika t-hitung untuk δ lebih kecil dari nilai ADF, maka

hipotesis nol yang mengatakan bahwa data tidak stasioner ditolak pada hipotesis

alternatifnya.

Hipotesis yang akan diuji adalah Ho : Ɓ� = 0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

unit root test (URT) atau data bersifat stasioner dan Ho : Ɓ� ≠ 0 menunjukkan bahwa tidak

adanya unit root test (URT) atau data bersifat tidak stasioner. Ɓ� menunjukkan Augmented

Dickey Fuller (ADF). Jika nilai absolute ADF lebih besar dari pada critical value maka

hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis menunjukkan tidak terdapat unit root test dan data

bersifat stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF lebih kecil dari pada critical value maka

hipotesis nol diterima berarti terdapat unit root test dan data berdifat tidak stasioner.

Uji Kointegrasi

Page 57: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

53

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Uji kointegrasi dilakukan untuk menguji integrasi keseimbangan jangka panjang antar

variabel. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam uji kointegrasi adalah variabel yang di uji

harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Uji yang sering dan umum digunakan dalam

uji kointegrasi adalah CRWD (Cointegration Regression Durbin Watson), uji DF (Dickey

Fuller), dan ADF (Augmented Dickey Fuller). Untuk penelitian ini uji kointegrasi yang

digunakan adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller).

Uji kointegrasi data dilakukan ketika uji stasioneritas data menghasilkan data-data

yang tidak stasioner. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan

jangka panjang (terkointegrasi). Hubungan saling mempengaruhi juga dapat dilihat dari

kointegritas yang terjadi antar variabel itu sendiri dan menentukan model yang akan

diestimasi. Dalam penelitian ini dapat di uji kointegrasi apakah terdapat hubungan jangka

panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham, maupun juga terdapat

hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.

Uji Kausalitas Granger

Menurut Gujarati (2004), Hubungan kausalitas dibagi menjadi 3 kategori :

a. Hubungan kausalitas satu arah. Apabila salah satu variabel berpengaruh, artinya hanya

variabel z yang mempengaruhi y atau variabel y yang mempengaruhi z.

b. Hubungan kausalitas dua arah. Apabila terjadi hubungan timbal balik antara kedua

variabel, z mempengaruhi y dan y juga mempengaruhi z.

c. Tidak ada hubungan timbal balik. Apabila kedua variabel sama-sama tidak saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya, z tidak mempengaruhi y dan y juga tidak

mempengaruhi z.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah granger causality model

adalah :

� =�� � �� +���� �� + �� �

���

���

� =�� � �� +���� �� + �� �

���

���

Berdasarkan hasil model regresi linier di atas akan menghasilkan berbagai

kemungkinan nilai koefisien-koefisien dari 2 kali pengujian persamaan yakni:

1. Jika , ∑���βt ≠ 0 dan ∑���ᵞt = 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari nilai tukar

(kurs) dollar amerika terhadap harga saham, dan nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap

inflasi.

2. Jika , ∑���β t= 0 dan ∑���ᵞt ≠ 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari harga saham

kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika dan inflasi kepada nilai tukar (kurs) dollar

amerika.

3. Jika , , ∑���β t= 0 dan ∑���ᵞt = 0 maka tidak terdapat hubungan kausalitas antara

nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) dollar amerika

dengan inflasi.

Page 58: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

54

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

4. Jika , , ∑���β t≠ 0 dan ∑���ᵞt ≠ 0 maka terdapat hubungan kausalitas antara nilai

tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) amerika dengan

inflasi.

Uji Vector Auto Regression (VAR)

Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem

variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan

yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan

dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita

mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model.

Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR

masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi

oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati.

Uji kausalitas granger sebenarnya sudah cukup untuk memecahkan masalah dalam

tulisan ini, apabila semua variabel baik nilai tukar (kurs) dollar Amerika, harga saham dan

inflasi yang digunakan bersifat stasioner. Namun menurut Gujarati (2004) variabel ekonomi

makro (seperti kurs dan inflasi) umumnya tidak stasioner pada tingkat level tertentu.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Sebelum menguji keseluruhan model, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian unit

root pada data time series yang digunakan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut

yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG berada pada kondisi stasioneritas

data dan mengetahui derajat stasioneritas dari data tersebut yang bersumber dari sampel

ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG. Setelah

dilakukan penyesuaian data historis, maka hasil analisis deskritifnya adalah sebagai berikut :

Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sampel

yang digunakan. Dalam hal ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean),

dan standar deviasi. Tabel.1 memperlihatkan statistik deskriptif variabel sampel yang diteliti.

Tabel 1:

Statistik Deskriptif

KURS IHSG INF

Mean 9392.85 2339.50 0.0727

Maximum 12087.10 5068.63 0.1838

Minimum 8229.05 388.44 0.0241

Std. Dev. 765.662 1353.76 0.0351

Observations 132 132 132

Sumber : Hasil olah data, 2015.

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa kurs dollar Amerika menunjukkan pada tahun

2003 pada bulan Juni berada pada titik terendah yaitu sebesar 8229.05 rupiah. Sedangkan

pada tahun 2013 pada bulan Desember mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 12087.10

rupiah dengan rata-rata Kurs dollar Amerika sebesar 9392.85 rupiah. Makin rendahnya nilai

tukar ini menunjukkan makin kuatnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan

Page 59: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

55

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

sebakinya makin tingginya nilai tukar ini menunjukkan makin lemahnya posisi tukar rupiah

terhadap dollar Amerika.

Selanjutnya, harga saham tertinggi mencapai 5068.63 rupiah dan terjadi pada tahun

2013 di bulan Mei, dan harga saham terendah adalah sebesar 388.44 terjadi di bulan Januari

awal tahun 2003. Kemudian rata-rata pergerakan saham selama tahun 2003 sampai dengan

tahun 2013 adalah sebesar 2339.50. Harga saham ini dapat menunjukkan kinerja saham dari

suatu perusahaan, makin tingginya harga saham ini pada umumnya menunjukkan baiknya

kinerja perusahaan dan sebaliknya jika harga sahamnya menurun menunjukkan

memburuknya kinerja perusahaan.

Berdasarkan Tabel.1 dapat diketahui bahwa inflasi tahun 2009 pada bulan November

berada pada titik terendah yaitu sebesar 2,41%. Sedangkan pada tahun 2005 pada bulan

Oktober mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 18,38% dengan rata-rata inflasi sebesar

7,27%. Tinggi rendahnya tingkat inflasi dapat menggambarkan baik buruknya perekonomian

di Indonesia, yang mana dengan inflasi rendah diharapkan akan mendorong peningkatan

perekonomian yang ada.

Hasil Pengujian Akar-akar Unit (Unit root test)

Pengujian kestasioneran data untuk semua variabel pada tingkat level dalam

persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data

ini dilakukan melalui uji akar unit dengan menggunakan uji ADF. Uji akar unit ini digunakan

untuk melihat kestasioneran data, yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic ADF yang lebih

kecil dari nilai kritis MacKinnon. Hasil uji stasioneritas pada tingkat level menunjukkan

bahwa t-statistic nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-1.944436) lebih kecil

dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon (-2.884109), pada harga saham nilai t-statistic

sebesar (-0.644844) yang lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon (-2.883579) dan

nilai t-statistic inflasi sebesar (-2.241857) lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon

yang hanya sebesar (-2.883579). langkah selanjutnya untuk memperoleh data yang stasioner,

maka dilakukan pengujian uji stasioneritas pada tingkat 1st different.

Hasil dari pengujian di tingkat 1st different pada ketiga variabel yang meliputi nilai

tukar (kurs) dollar amerika, harga saham, dan inflasi menghasilkan nilai t-statistic (dalam

nilai absolute) yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon (dalam nilai absolute). Hal ini

menunjukkan bahwa data seluruh observasi sudah stasioner pada tingkat 1st different. T-

Statistic pada nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-4.730965) lebih besar dari nilai kritis

McKinnon (-2.884109), sedangkan harga saham pada t-statistic menunjukkan (-9.834886)

lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753) dan pada nilai t-Statistic inflasi

sebesar (-10.53173) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753).

Sehubungan dengan tidak adanya perbedaan kondisi stasioner pada tingkat level yang

berbeda, maka dalam pengolahan data ini dilakukan pengujian kointegrasi pada variabel

penelitian. Syarat uji kointegrasi adalah jika seluruh variabel stasioner pada derajat yang

sama.

Hasil Uji Kointegrasi

Keberadaan variabel yang stasioner pada derajat yang sama dapat mengindikasikan

adanya hubungan jangka panjang dari variabel tersebut, oleh karena itu akan dibuktikan

dengan melakukan pengujian kointegrasi (Johansen cointegration). Di bawah ini akan

ditunjukkan hasil dari Johansen cointegration test .

Tabel 2.

Page 60: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

56

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Hasil dari Johansen Cointegration Test

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None 0.103011 23.15551 29.79707 0.2385

At most 1 0.072133 9.457786 15.49471 0.3247

At most 2 0.000195 0.024588 3.841466 0.8753

Pada hasil di atas, diperoleh nilai trace statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai

kritis pada tingkat keyakinan 5% atau ( 23.15551 < 29.79707), sehingga dapat disimpulkan

bahwa kedua variabel tidak saling berkointegrasi.

Hasil Uji Kausalitas Granger

Sehubungan tidak adanya kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut, pada

penelitian ini ECM yang akan dipergunakan adalah kausalitas Granger. Hubungan kausalitas

antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hasil pengujian kausalitas

Granger dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3.

Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika

Dengan Harga Saham

Null Hypothesis: bs F-Statistic Probability

DIHSG does not Granger Cause DKURS 28 10.7421 0,00000

DKURS does not Granger Cause DIHSG 5.24470 0.02661

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga

saham (IHSG) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini

ditunjukkan dengan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 10,7421) dan nilai probalitas yang

lebih kecil dari 5% (Prob = 0,00000). Hal ini juga terjadi pada hubungan antara nilai tukar

(kurs) dollar Amerika dengan harga saham yang menunjukkan adanya kausalitas yang berasal

dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika ke harga saham (IHSG) dimana mempelihatkan nilai F-

Statistik yang besar (F-Stat = 5.24470) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob =

0.02661). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas dua arah yaitu dari

harga saham (IHSG) ke nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan dari nilai tukar (kurs) dollar

Amerika dengan harga saham (IHSG), sehingga hipotesis pertama yang menyatakan terdapat

hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham terbukti.

Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini.

Tabel 4.

Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika

Dengan Inflasi

Page 61: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

57

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Null Hypothesis: bs F-Statistic Probability

DINF does not Granger Cause DKURS 1 6.48421 0.01956

DKURS does not Granger Cause DINF 4.65894 0.03102

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara inflasi

(INF) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan

nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 6.48421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5%

(Prob = 0.01956). Selanjutnya juga terjadi hubungan kausalitas yang berasal dari nilai tukar

rupiah terhadap inflasi (INF) yang mempelihatkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat =

4.65894) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.03102). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas dua arah yaitu dari inflasi (INF)

terhadap nilai tukar (kurs) dollar Amerika maupun dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika

terhadap inflasi, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas

antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi terbukti.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara nilai

tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan sebaliknya antara harga saham dengan

nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs)

dollar Amerika berdampak signifikan pada naik turunnya harga saham., begitu pula yang

terjadi pada pergerakan harga saham juga akan berakibat pada pergerakan nilai tukar (kurs)

dollar Amerika. Adanya hubungan ini menginformasikan bahwa pergerakan nilai tukar (kurs)

dollar Amerika selalu diikuti oleh pergerakan harga saham baik pada saat mengalami

kenaikan maupun penurunan.

Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai

tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena

investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para

investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam

negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Pasar modal yang ada di Indonesia

merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya

sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Terjadinya depresiasi nilai

tukar. rupiah (kurs) terhadap dolar AS dapat mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi

terganggu. Harga–harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang

cukup signifikan bagi investor. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat

menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Harga saham merupakan cerminan dari

kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan harga saham menunjukkan kondisi pasar

modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang

bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar

modal. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk memprediksi tentang perubahan

harga saham dengan kurs valuta asing, suku bunga dan inflasi.

Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan

kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang

mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh

karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter

yang mendukung perekonomian secara makro. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang

Page 62: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

58

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan

berhati-hati untuk melakukan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat

Dornbusch & Fischer (1980) yang menyatakan bahwa perubahan mata uang atau kurs

mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi

pendapatan perusaaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Dan juga pendapat

dari Hyder dan Shah (2004), yang mengatakan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi harga

yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang

berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri, nilai tukar yang melemah akan

berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya

dengan kondisi perekonomian.

Pengujian selajutnya menunjukkan adanya hubungan yang sigifikan antara harga

saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, yang berarti makin tingginya harga saham

akan menyebabkan tingginya pula nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan begitu pula

sebaliknya makin rendahnya harga saham akan berakibat pada menurunnya nilai tukar (kurs)

dollar Amerika. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Frankel (1993) yang

menjelaskan bahwa kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow

yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang

terapresiasi. Serta hasil penelitian ini telah sejalan dengan penelitian Nath and Samanta

(2003) yang menyimpulkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dengan IHSG

di India.

Perlu diketahui bahwa harga saham dapat mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar

amerika dengan melihat faktor – faktor seperti kondisi politik disuatu Negara dan kebijakan –

kebijakkan yang diambil oleh pemerintah tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja

perusahaan dan akhirnya dapat menarik para investor- investor asing masuk untuk

menginvestasikan danannya dalam bentuk saham diperusahaan tersebut. Kondisi politik juga

tidak terlepas dari suatu Negara.

Kondisi politik inilah yang setidaknya dapat mempengaruhi perubahan harga saham

disuatu Negara yang nantinya akan mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika walaupun

kondisi politik suatu Negara juga berbeda-beda. Kondisi makro ekonomi Indonesia

mengandung unsure politik karena besarnya peran hutang luar negeri dalam mengurangi

dampak ekspansi anggaran di satu pihak (pembayaran bunga dan cicilan hutang) serta pihak

lain yang berperan sangat besar dalam pengeluaran pembangunan. Stabilitas politik, masalah

hutang luar negeri dan berlangsungnya proses pasar modal adalah tiga faktor penting yang

saling berpengaruh.

Penelitian ini menemukan adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar

Amerika dengan inflasi dan sebaliknya juga antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar

Amerika. Berdasarkan hasil ini maka pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar

Amerika akan menyebabkan dampak yang signifikan pada inflasi, hal ini bisa saja terjadi

dikarenakan perubahan yang terjadi pada komoditas-komoditas tertentu khususnya pada

barang-barang impor sehingga secara keseluruhan akan menyebabkan tingginya inflasi.

Dengan demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Madura (2009) yang

menyatakan bahwa kurs (nilai tukar) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika

nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor.

Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah,

harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi.

Adanya kausalitas ini juga terjadi pada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar

(kurs) dollar Amerika, sehingga makin tingginya inflasi akan menyebabkan nilai tukar (kurs)

dollar Amerika juga makin tinggi, begitu pula yang terjadi sebaliknya. Adanya kausalitas ini

dapat disebabkan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika dipengaruhi oleh faktor

Page 63: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

59

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

dari luar naiknya harga-harga barang, seperti kebijakan pemerintah, kestabilan ekonomi dan

kestabilan politik yang turut memberikan andil besar terhadap pergerakan dari nilai tukar

(kurs) dollar Amerika. Dan hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Sek (2012)

yang menyimpulkan adanya korelasi hubungan yang signifikan antara nilai tukar (kurs)

dengan inflasi di benua asia dan eropa. Dan penelitian Enoma (2011) yang menyimpulkan

terdapat hubungan kausalitas antara kurs dan inflasi di Nigeria.

Kesimpulan

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Model

yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji kausalitas granger.

Berdasarkan hasil Uji Augmented Dickey – Fuller yang diperuntukkan untuk mengetahui

kestasioneritas data menunjukkan bahwa antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan

harga saham dan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi terjadi suatu

hubungan. Berdasarkan Uji Kausalitas Granger terdapat hubungan kausalitas antara nilai

tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan melihat KURS

dose not granger cause IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar (0,0000) dan IHSG dose

not cause KURS dengan tingkat signifikansi sebesar (0,02661). Terdapat hubungan kausalitas

antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi. Pengujian Uji Kausalitas Granger

menunjukkan statistic KURS does not granger cause INF sebesar (0.03102) dan INF dose

not granger cause KURS sebesar (0.01956).

Hendaknya pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai tukar (kurs) dollar Amerika agar

tingkat inflasi tidak mengalami fluktuasi yang akan berdampak pada perekonomian.

Diperlukannya kebijakan-kebijakan khusus, agar harga saham mengalami kestabilan harga.

Dengan stabilnya harga saham ini akan berdampak pula pada stabilnya nilai tukar (kurs)

dollar Amerika, sehingga kegiatan perdagangan baik ekspor maupun impor tidak mengalami

gejolak yang dampaknya juga tidak menganggu kegiatan perekonomian.

Daftar Pustaka

Boediono, ( 2001) Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Chai-Anant, C., and Ho, Corrine., (2008), Monetary and Economic Department

January, Understanding Asian Equity Flows, Market Returns and Exchange Rates BIS

Working Papers No 245

Dornbusch, R. and S. Fischer (1980) , “Exchange Rates and Current Account,” American

Economic Review 70, 960-71

Enoma, Imimole., (2011) “Exchange Rate Depreciation and Inflation in Nigeria (1986–

2008)”. Business and Economics Journal, Volume 2011: BEJ-28

Frankel, Jeffrey A., (1993) “Monetary and Portfolio-Balance models of the Determination Of

Exchange rates” In Jeffrey A.Frankel on exchange rates, Cambridge, MA: MIT Press

Gujarati., (2004) “Basic Econometrics”, New York Mc Graw Hill.

Page 64: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

60

D. Agus Harjito Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

Hyder, Z., and Shah, S., ( 2004) Exchange Rate Pass-Through to Domestic Prices in

Pakistan. SBP Working Paper No. 5.Karachi: SBP.

Madura, Jeff., (2009) Keuangan Perusahaan Internasional. Jakarta: Salemba Empat.

Nath, G, C., and Samantha, P, G., (2003) “Relationship Between Exchange Rate and Stock

Prices in India – An Empirical Analysis”

Ming, The Fei.,(2001) Day Trading Valuta Asing. Jakarta : Elex Media Komputindo

Krugman, P. (2005) Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PAU FE UI dan

Harper Collins Publishers.

Res, Eco, J., (2012) “Impact of Interest Exchange Rate and Inflation on Stock Returns of

KSE 100 Index” v3i5, 142-155

Salvatore., (1997) Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga

Sek, Sion, Kun., (2012) “Investigating the Relationship between Exchange Rate and

Inflation Targeting” Applied Mathematical Sciences, Vol. 6, 2012, no. 32, 1571 –

1583

Sunariyah., ( 2006) Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM YKPN.

Page 65: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

61

Pengaruh Kepercayaan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

BBM Pertalite

(Studi Kasus Pada Pengguna BBM Pertalite Di Wilayah Puri Kembangan, Jakarta

Barat)

Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti

[email protected] , [email protected]

Universitas Esa Unggul

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas

produk terhadap keputusan pembelian: studi kasus pada pengguna BBM pertalite di wilayah

puri kembangan, Jakarta Barat. Variabel yang diteliti adalah kepercayaan, harga dan kualitas

produk, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian. Populasi dari penelitian

ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan pembelian BBM pertalite di SPBU

Puri Kembangan, Jakarta Barat yang jumlahnya tidak diketahui. Sampel penelitian ini adalah

150 responden dengan metode Hair. Alat analisis menggunakan uji regresi berganda, uji

asumsi klasik dan uji hipotesis F dan t. Hasil penelitian menunjukan secara simultan

berpengaruh signifikan. Secara parsial kepercayaan, dan kualitas produk berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan harga tidak berpengaruh terhadap

keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dari ketiga variabel bebas tersebut adalah

variabel kualitas produk.

Kata kunci: Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk

Abstract

This study aimed to determine the effect of trust, price and quality of products on

purchase decision: a case study on pertalite BBM users in the development of the castle, West

Jakarta. The variables studied were trust, price and product quality, while the dependent

variable is the purchase decision. The population of this research is all the people who've

made a purchase of fuel at the pump pertalite Puri Kembangan, West Jakarta, whose number

is not known. The sample was 150 respondents with Hair. Analysis tools using multiple

regression test, classic assumption test and test hypotheses F and t. The results showed a

significant effect simultaneously. Partially trust, and quality of products significantly

influence purchasing decisions, while the price does not affect the purchase decision. The

most dominant factor of three independent variable is the variable quality of the product.

Keywords: Trust, Price, Quality Products and Purchase Decision

Pendahuluan

Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibukota negara maupun ibukota

daerah. Sebagai salah satu kota terpadat, Jakarta memiliki banyak permasalahan didalamnya

mulai dari masalah lingkungan seperti banjir, masalah tata kota, sampah, masalah trasportasi

publik dan kemacetan. Masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta akibat jumlah volume

kendaraan yang tidak seimbang ruas jalan yang tersedia. Banyaknya volume kendaraan

mengakibatkan kemacetan di Jakarta. Setiap tahun pertumbuhan kendaraan di Jakarta

semakin meningkat, menyebabkan kemacetan dan mengakibatkan borosnya bahan bakar

yang digunakan.

Page 66: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

62

Bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh bagi masyarakat luas, tak dapat

dipungkiri di era yang semakin modern dan maju seperti sekarang ini kita masih saja terjebak

pada ketergantungan akan energi fosil yang satu ini. PT. Pertamina merupakan perusahaan

BUMN yang bersifat monopoli karena merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola

SPBU di Indonesia. Pertamina memproduksi produk Bahan Bakar Minyak seperti: Minyak

Bensin, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel, kemudian Minyak Bakar Khusus

Aviation Gasoline (BBM pesawat udara), Aviation Turbine Fuel (BBM pesawat udara ber-

turbin), Bio Pertamax, Bio Solar, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, Pertamax Racing,

Premium. Kemudian Bahan Bakar Subsidi yaitu terdiri dari Bahan Bakar Bio Solar dan

Premium dan yang terakhir adalah produk non BBM yaitu, Aspal, Pelumas (Lube Base Oil),

Pelarut (Solvent).

PT. pertamina meluncurkan produk baru yang di rilis pada bulan Mei tahun 2015 lalu

yaitu produk BBM jenis Pertalite. Produk bahan bakar minyak ini merupakan bahan bakar

minyak jenis baru. Pertalite adalah merupakan Bahan bakar minyak (BBM) jenis baru yang

diproduksi Pertamina, jika dibandingkan dengan premium Pertalite memiliki kualitas bahan

bakar lebih sebab memiliki kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium, yang

hanya RON 88. Pertalite bahan bakar yang di gadang-gadang akan menjadi pengganti

daripada bahan bakar jenis premium, mengusung konsep bahan bakar yang lebih berkualitas.

Sehingga konsumen kurang percaya dengan dengan bahan bakar pertalite ini. Apakah yang

diberitahukan dari pihak pertamina itu betul atau tidak memiliki oktan 90, karena masyarakat

beranggapan ini serupa dengan premium. Selain persepsi kepercayaan konsumen, harga juga

dilihat konsumen untuk membeli atau tidak. Harga pertalite saat ini adalah Rp 7.350 per liter

harga yang tidak terlalu mahal. Namun harga pertamax 92 memiliki harga Rp 8.050 per liter

yang tidak jauh berbeda dengan pertalite sehingga konsumen lebih membeli pertamax92

dibanding dengan pertalite.

Kualitas produk yang ditawar pertamina untuk BBM jenis pertalite ini juga tidak

mendukung bagi beberapa kendaraan. Meski menjanjikan kualitas bensin yang lebih baik,

sayangnya produk dengan RON 90 itu dianggap tak memenuhi persyaratan kualitas untuk

kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Ambil contoh sepeda motor Honda Scoopy punya

kompresi rasio 9,5:1, mobil LCGC dan MPV kelas 1.500 cc ke bawah rata-rata kompresinya

10:1. Bahkan, beberapa mobil menengah seperti Mazda punya kompresi yang terbilang

tinggi, yakni 13:1. Praktis, katanya, kendaraan yang punya kompresi 9:1 saja, harus

mengonsumsi BBM dengan RON mimal 92. Tentu dengan kompresi yang makin tinggi, yaitu

10:1 ke atas idealnya menenggak bensin minimal RON 95.

Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?

2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?

3. Apakah terdapat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM

pertalite?

4. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama

terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?

5. Apakah variabel kepercayaan merupakan faktor dominan terhadap keputusan pembelian

BBM pertalite ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

Page 67: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

63

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM

pertalite.

4. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersama-

sama terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan secara dominan terhadap keputusan pembelian

BBM pertalite.

Landasan Teori

Pengertian Kepercayaan

McKnight et.al (2002) menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu perceived web vendor reputation, dan perceived

web site quality.

1. Trusting Belief

Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang

lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen)

terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki

karakteristik yang akan menguntungkan konsumen.

a. Benevolence

Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual

untuk berperilaku baik kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual

untuk melayani kepentingan konsumen.

b. Integrity

Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran

penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada

konsumen.

c. Competence

Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang

dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan

yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar

keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti

dari kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Trusting Intention

Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada

orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada

orang lain.

a. Willingness to Depend

Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual

berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.

Page 68: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

64

b. Subjective Probability of Depending

Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif

berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta

bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.

Harga

Kotler dan Keller (2010) menyatakan, harga adalah sejumlah uang yang dibebankan

atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-

manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Stanton (2006) mengungkapkan, terdapat dimensi dari harga, yaitu kesesuain harga,

dan ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu:

1. Keterjangkauan harga

Konsumen bisa menjangkau menjangkau harga yang ditetapkan perusahaan. Biasanya

produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya juga berbeda dari yang

termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah ditetapkan para konsumen dapat

membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Harga sering dijadikan sebagain indikator kualitas bagi konsumen yang sering memilih

harga yang lebih tinggi antara dua barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas

yang berbeda. Apabila harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan

bahwa kualitas produknya baik.

3. Daya saing harga

Konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk lainnya. Mahal atau

murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli

suatu produk tersebut.

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar

atau sama dengan apa yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Kualitas Produk

Kotler (2007) menyatakan, dimensi kualitas produk meliputi:

1. Kinerja (performance)

Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk.

Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar

dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam berbisnis

dan sebagainya.

2. Keistimewaan tambahan (features)

Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk , misalnya kelengkapan interior dan

eksterior seperti, AC, sound system dan sebagainya.

3. Keandalan (reliability)

Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.

Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan

Page 69: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

65

produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum

masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya ruko yang tidak sering bocor/kerusakan yang

lainnya.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya, standar keamanan terpenuhi, seperti ukuran sumuran

pondasi untuk ruko tentunya harus lebih besar dari pada sumuran pondasi rumah.

5. Daya tahan (durability)

Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam

kondisi normal. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan

ruko, struktur pembesian ruko yang kuat.

6. Estetika (asthethic)

Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap

pembeli. Misalnya bentuk fisik ruko yang menarik, model atau desain yang artistic,

warna, dan sebagainya.

Keputusan Pembelian

Kotler dan Keller (2007) keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang

dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Konsumen

memiliki 5 (lima) tahap untuk mencapai suatu keputusan pembelian dan hasilnya yaitu:

1. Tahapan Pengenalan Masalah

Tahap ini konsumen mengenali sebuah kebutuhan, keinginan atau masalah. Kebutuhan

pada dasarnya dapat di cetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Perusahaan

harus menentukan kebutuhan, keinginan atau masalah mana yang mendorong konsumen

memulai proses membeli suatu produk.

2. Tahapan Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhan akan terdorong untuk mencari informasi-

informasi yang lebih banyak. Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak

informasi atau mungkin tidak. Kita dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan

dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada

tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah

produk.

3. Tahapan Evaluasi atau Pilihan

Setelah mengumpulkan informasi sebuah merek, konsumen akan melakukan evaluasi

alternatif terhadap beberapa merek yang menghasilkan produk yang sama dan bagaimana

konsumen memilih di antara produk-produk alternatif.

4. Tahapan Keputusan Pembelian

Konsumen akan mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap

merek berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada pembentukan citra

produk. Selain itu, pada evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah preferensi

atas produk-produk yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga akan

membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai dan berujung pada keputusan

pembelian.

5. Tahapan Perilaku Pasca Pembelian

Tugas perusahaan pada dasarnya tidak hanya berakhir setelah konsumen membeli produk

yang di hasilkan saja, tetapi yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah meneliti dan

memonitor apakah konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan

setelah menggunakan produk yang akan dibeli.

Page 70: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

66

Hubungan Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian

Ulfat et.al (2015) di dalam penelitiannya menyatakan setiap konsumen memiliki

tingkat kepercayaan yang berbeda ada yang memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi dan

ada pula yang memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Disebabkan oleh kepercayaan

konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan

manfaat dari berbagai atribut tersebut.

Hubungan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Mongi et.al (2013) dalam penelitiannya menyatakan harga adalah salah satu faktor

penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan pembelian oleh konsumen.

Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara

tidak terbatas (absolut) akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai

referensi untuk melakukan transaksi pembelian. Maneking et.al (2015) di dalam

penelitiannya harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan

sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia

melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Konsumen sangat sensitif

terhadap harga. Semakin tinggi harga maka konsumen akan mengurungkan niat atau

mengurangi keinginan untuk menggunakan jasa sehingga keputusan menggunakan konsumen

akan mengalami penurunan.

Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Mongi et.al (2013) menyatakan di dalam penelitiannya Pelanggan akan merasa puas

bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang

dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Shaharudin (2011) menyatakan juga di dalam

penelitiannya pada saat pembelian, pelanggan memutuskan jika harapan telah dipenuhi

dengan membandingkan dirasakan kinerja dengan kinerja yang diharapkan. Hal ini biasanya

membentuk dasar dari keputusan untuk membeli dan menentukan kepuasan membeli. Setelah

pembelian, pelanggan menjadi sadar kinerja aktual dan kepuasan pengguna adalah hasil dari

membandingkan aktual kinerja dengan kinerja yang diharapkan.

Model Penelitian

H1

H5

H2

H3

H4

Gambar 1: Model Penelitian

Sumber: Model diolah Peneliti, 2017

Harga

Kualitas

produk

Keputusan

pembelian

Harga

Page 71: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

67

Gambar diatas menunjukkan :

Penelitian ini meliputi 4 variabel kepercayaan, harga kualitas produk dan keputusan

pemnelian. Model penelitian ini diperoleh melalui rumusan hipotesis dan hubungan antar

variabel yang disederhanakan dan digabungkan sebagai model penelitian (Ruswanti, 2015).

Kepercayaan (X1), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Ulfat et.al

(2015). Harga (X2), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Liang

(2016). Kualitas produk (X3), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh

Shaharudin et.al (2011).

Hipotesis

H1: Diduga kepercayaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di

Puri Kembangan.

H2: Diduga harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri

Kembangan.

H3: Diduga kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite

di Puri Kembangan.

H4: Diduga kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan.

H5: Diduga kepercayan secara dominan berpengaruh positif terhadap keputusan pembeian

BBM pertalite di Puri Kembangan.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan

pembelian BBM pertalite di SPBU Puri Kembangan. Jumlah populasi pada penelitian ini

tidak diketahui.

Sampel

Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representif atau mewakili. Karena

jumlah populasi ini tersebar dan sulit untuk diketahui secara pasti, maka penentuan jumlah

yang akan digunakan dalam penelitian ini akan mengunakan Hair sebanyak 150 responden.

Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan purposive sampling

Hasil dan Pembahasan

Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu

pernyataan dalam kuesioner yang digunakan dapat mengukur indikator dari variabel yang

diteliti. Pernyataan yang akan di uji berjumlah 30 pernyataan, valid atau tidak validnya suatu

pernyataan dilihat dari nilai person correlation, pernyataan dikatakan valid jika hasil yang

didapatkan bernilai >0,361 dan dikatakan tidak valid jika hasil yang didapatkan bernilai

<0.361. Dari hasil tabel uji validitas di atas terlihat bahwa terdapat 30 pernyataan yang valid,

karena hasil yang didapatkan dari uji validitas dengan nilai diatas 0,361, sehingga semua

butir pernyataan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur.

Page 72: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

68

2. Uji Reliabilitas

Penelitian ini uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan konsistensi butir

pernyataan yang digunakan dalam kuesioner atau sejauh mana alat ukur dapat diandalkan.

Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,61-0,8 dan dinyatakan

sangat reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,81-1,0. Hasil pengujian reliabilitas dengan

jumlah 30 Responden diringkas pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel Uji Reliabilitas

Cronbach's

Alpha

N of Items

,915 37

Sumber: Hasil Output Software Statistik, 2017.

Dari table hasil uji realibilitas di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach's Alpha

dalam penelitian ini > 0,81 yaitu sebesar 0,915 artinya bahwa seluruh pernyataan dalam

penelitian ini sangat reliabel.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Karena model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat

tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil

analisis dengan menggunakan software statistik. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji

multikolinearitas:

Tabel Uji Mutlikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(constant)

Kepercayaan .686 1.457

Harga .653 1.532

Kualitas Produk .582 1.718

Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.

Pengujian multikolinieritas antara variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel

kepercayaan konsumen BBM pertalite, Harga BBM pertalite dan kualitas produk BBM

pertalite menghasilkan nilai Tolerance <0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel

independen yang nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor

(VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai

VIF >10, jadi dengan hasil demikian tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen,

berarti ketiga variabel independen ini tidak mempunyai hubungan, sehingga semuanya dapat

dipergunakan sebagai variabel independen.

Page 73: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba

Endang Ruswanti

2. Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini,

model regresi terjadi ketidaks

Berikut ini adalah hasil uji het

Sum

Dari gambar di atas d

bahwa titik–titik menyebar de

sumbu Y. Jadi dapat disimpulk

regresi.

3. Uji Autokorelasi

Dalam penelitian ini,

ada korelasi antara kesalahan

periode sebelumnya (t-1). Uji

(DW test). Berikut ini adalah h

Model R R

S

1 ,756a ,

Sumber : Data Output Sof

Dari tabel di atas da

dibandingkan dengan nilai ba

jumlah sampel 150 (n) dan jum

1,7741. Oleh karena nilai DW

tidak menghasilkan kesimpula

Uji Hipotesis

1. Regresi Linear Bergand

Dalam penelitian ini

hubungan antara variabel in

Jurnal Manajeme

Vol. 3, N

i, uji heteroskedastisitas bertujuan untuk men

ksamaan variance dari residual pengamatan ke

eteroskedastisitas:

mber : Data Output Software Statistik, 2017.

Gambar Uji Heteroskedastisitas

dapat dilihat bahwa hasil uji heteroskedasti

dengan pola yang tidak jelas di atas dan di b

ulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskeda

i, uji autokorelasi bertujuan menguji apakah m

n pengganggu pada periode t dengan kesalahan

ji autokorelasi dalam penelitian ini menggunak

h hasil uji autokorelasi:

Tabel Uji Autokorelasi

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error

the Estimate

,572 ,563 2.31020

oftware Statistik, 2017.

dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,62

batas atas (dU) pada tabel DW dengan nilai

mlah variabel independen 3 (k=3) maka didap

W 1,627 berada pada daerah diantara (4-dU)

lan yang pasti (berada di daerah keragu-raguan

da

i regresi linear berganda digunakan untuk

independen (kepercayaan, harga dan kualita

men Bisnis Indonesia

, Nomor 1, Oct 2015

69

enguji apakah dalam

ke pengamatan lain.

stisitas menunjukkan

i bawah angka 0 dan

dastisitas pada model

model regresi linier

an pengganggu pada

akan Durbin-Watson

r of

te

Durbin-

Watson

1,627

,627, nilai ini akan

lai signifikansi 5 %,

apat nilai dU sebesar

U) dan (4-dL), maka

an).

k mengetahui arah

itas produk) dengan

Page 74: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

70

variabel dependen (keputusan pembelian). Apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apakah

nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Berikut ini adalah hasil uji

regresi linear berganda:

Tabel Uji Regresi Linear Berganda

Model B Beta

(Constant) 5,155

Kepercayaan ,318 ,193

Harga ,361 ,153

Kualitas Produk ,477 ,533

Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.

Dari hasil tersebut didapat rumus atau persamaan regresi linear berganda dalam

penelitian ini adalah:

Y= 5,155+0, 318X1+0, 361X2+0, 477X3+e

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian

a = Konstanta

b = Angka atau koefisian regresi

X1 = Kepercayaan

X2 = Harga

X3 = Kualitas Produk

e = Standar Eror

Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut diatas memberikan pengertian

bahwa:

1. Konstanta a sebesar 5,155, artinya jika kepercayaan, harga dan kualitas produk

nilainya (0) maka keputusan pembelian nilainya sebesar 5,155.

2. Koefisien regresi variabel kepercayaan sebesar 0,318, artinya jika kepercayaan

mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami

peningkatan sebesar 0,318 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya

bernilai tetap.

3. Koefisien regresi variabel harga sebesar 0, 361, artinya jika harga mengalami

kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami peningkatan

sebesar 0,361 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

4. Koefisien regresi variabel kualitas produk sebesar 0,477, artinya jika kualitas produk

mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan Pembelian akan mengalami

peningkatan sebesar 0,477 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya

bernilai tetap.

Page 75: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

71

2. Uji Parsial (Uji t)

Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah kepercayaan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian BBM pertalite, harga berpengaruh terhadap keputusan

pembelian BBM pertalite dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian

BBM pertalite. Berikut ini adalah hasil uji t:

Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Model

Unstandardized

Coefficient

Standardized

Coefficient T Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 5,155 2,018 2,555 0,012

Kepercayaan ,318 0,108 ,193 2,950 0,004

Harga ,361 0,159 ,153 2,277 0,024

Kualitas

Produk

,477 0,063 ,533 7,510 0,000

Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji t untuk masing-masing

variabel adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan (X1)

Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan tingkat

signifikan 0,004 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi

kesimpulannya adalah variabel kepercayaan (X1) secara parsial (sendiri-sendiri)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di

Puri Kembangan.

2. Harga (X2)

Untuk variabel harga (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 2,277 dengan tingkat

signifikan 0,024 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi

kesimpulannya adalah variabel harga (X2) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri

Kembangan.

3. Kualitas Produk (X3)

Untuk variabel kualitas produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 7,510 dengan

tingkat signifikan 0,000 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi

kesimpulannya adalah variabel kualitas produk (X3) secara parsial (sendiri-sendiri)

berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM

pertalite di Puri Kembangan.

4. Dari ketiga variabel tersebut, yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan adalah kualitas produk hal ini dapat

dilihat dari nilai B paling besar yaitu 0,477.

3. Uji Secara Bersama-sama (Uji F)

Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji apakah kepercayaan (X1), harga

(X2) dan kualitas produk (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan

pembelian (Y) BBM pertalite di Puri Kembangan. Berikut ini adalah hasil uji F:

Page 76: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

72

Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1040.991 3 346.997 65.017 .000b

Residual 779.203 146 5.337

Total 1820.193 149

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

b. Predictors: (Constant), KualitasProduk, Kepercayaan, Harga

Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji F dimana diperoleh F

hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu

(0,000<0,005), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji F ini variabel

independen yaitu kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara simultan atau bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian

BBM pertalite.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji kemampuan

variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap variabel keputusan pembelian.

Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi:

Tabel Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .756a .572 .563 2.31020

Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.

Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya angka Rquare (R2) adalah 0,572. Angka

tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produk

terhadap keputusan pembelian. Yaitu dengan cara menghitung koefisien determinasi (R2)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R2

= r2 x 100 %

= 0,572 x 100 %

= 57,2 %

ε = 1 - R2

= 1 - 0,572

= 0.428

Yang artinya bahwa besarnya kontribusi pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas

produkterhadap keputusan pembelian adalah sebesar 57,2 %, sedangkan sisanya sebesar 42,8

% (100 % - 57,2 %) dipengaruhi faktor lain atau oleh variabel-variabel lain yang tidak ikut

diteliti, misalnya variabel promosi dengan demikian maka peneliti lain boleh menggunakan

variabel tersebut untuk penelitian.

Page 77: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

73

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis pengujian di atas, pembahasan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian

Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan

tingkat signifikan 0,004 < 0,05 maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa

kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM

pertalite di wilayah Puri Kembangan. Dengan kata lain kepercayaan yang diukur

dengan ability (kemampuan) yang terdiri dari kompetensi dan pengalaman,

benevolence (kebaikan hati) yang terdiri dari perhatian dan empati, serta integrity

(integritas) yang terdiri dari pemenuhan dan keterusterangan memiliki pengaruh

terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Ulfat et.al (2015) Dari

hasil uji t yaitu 0,002 < 0,05 jadi dapat dikatakan penelitian tersebut brand trust

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

2. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Dari hasil penelitian didapatkan harga mempunyai nilai t hitung sebesar 2,277

dengan tingkat signifikan 0,024 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa

kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan Keterjangkauan

harga, Kesesuaian harga dengan kualitas produk, Daya saing harga, Kesesuaian harga

dengan manfaat berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Maneking et.al

(2015) Dari hasil uji t pada penelitiannya signifikansi p-value = 0,023 < 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa Haditerima dan menolak H0 atau Strategi Harga(X1)

berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian(Y).

3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Dari hasil penelitian didapatkan kualitas produk mempunyai nilai t hitung sebesar

7,510 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan

bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan

kinerja (performance), keistimewaan tambahan (features), keandalan (reliability),

kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan (durability), estetika (asthethic) pengaruh

terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Mongi et.al (2013)

Pengaruh yang positif dan signifikan pada variabel kualitas produk terhadap

keputusan pembelian pada Kartu Simpati di Manado.

4. Pengaruh Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian Dari hasil penelitian diperoleh F hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan

0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,005) maka Ho ditolak.

Dengan kata lain maka kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama

berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri

Kembangan.

Page 78: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

74

Temuan penelitian

Dari hasil pembahasan di atas, bahwa penelitian ini mendapatkan hasil temuan

penelitian yaitu kepercayaan, harga dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian

BBM pertalite baik secara parsial maupun simultan. Untuk lebih spesifiknya kepercayaan

memiliki nilai signifikan 0.004, harga memiliki nilai signifikan 0,024 yang artinya harga

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan kualitas produk memiliki

nilai signifikan 0,000. Dan faktor yang paling dominan adalah kualitas produk yang

berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang memiliki angka signifikan 0,000 dan nilai B

sebesar 0,477 > dari nilai B variabel kepercayaan (0,318) dan harga (0,361). Kepercayaan,

harga maupun kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah

Puri Kembangan karena mereka memberikan jawaban yang cukup baik terhadap indikator

yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut. Yang artinya mereka menganggap

bahwa BBM pertalite sudah memenuhi semua yang terdapat diindikator tersebut.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda,

sehingga tidak mampu menunjukan titik jenuh fungsi yang sedang diselidiki akibatnya

selalu timbul kemungkinan kesalahan peramalan.

2. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Puri Kembangan tentunya jika penelitian

dilakukan diwilayah lain akan berbeda hasilnya.

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya kepercayaan, harga, kualitas

produk dan keputusan pembelian.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pada pengguna BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan

dengan variabel kepercayaan (X1), harga (X2), kualitas produk (X3) dan keputusan pembelian

(Y) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Variabel kepercayaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian BBM di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis

dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. Dikarenakan konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian BBM pertalite dipengaruhi oleh dorongan psikologis

yaitu percaya terhadap BBM pertalite untuk mau bertumpu dan bersedia pada orang

lain sehingga konsumen bertindak atau melakukan pengambilan keputusan.

2. Variabel harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang terdiri dari unsur

keterjangkauan harga, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat,

ditingkatkan maka keputusan pembelian produk Pertalite akan meningkat karena harga

dengan keputusan pembelian saling mempengaruhi.

3. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat

membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini.

4. Variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan

signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap keputusan pembelian BBM

Page 79: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

75

pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan

memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini.

5. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif dan merupakan yang paling

dominan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di

wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan

perumusan masalah dari penelitian ini.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Saran bagi perusahaan dimaksudkan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan

kepercayaan, harga dan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan keputusan

pembelian. Saran-saran tersebut sebagai berikut:

1. Kualitas produk merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian BBM pertalite oleh karena itu harus ada penanganan khusus

terkait kualitas produk. Untuk meningkatkan keputusan pembelian yaitu perlu

diperhatikan:

a. Kinerja (performance) menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar

dari suatu produk. Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan

terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan

kenyamanan dalam memakai dan sebagainya.

b. Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar

produk,untuk meningkatkan keputusan pembelian BBM pertalite PT. PERTAMINA

perlu menambah atau menunjang produknya misalnya mengurangi timbal pada

BBM pertalite.

c. Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau

gagal dipakai. Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan

terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan

produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya kendaraan

menjadi boros, mesin kendaraan menjadi tidak ada akselerasi.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana

karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya, syarat standar mesin kendaraan terpenuhi, seperti beberapa

kendaraan ada yang mempunyai syarat harus memakai bahan bakar bagi

kendaraannya.

e. Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk

yang diharapkan dalam kondisi normal. Konsumen mencari bahan bakar minyak

bagi kendaraannya yang baik agar kendaraannya tidak boros. Sehingga jika

kendaraannya tidak boros jika memakai bahan bakar tersebut maka konsumen akan

melakukan pembelian secara berulang.

f. Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik

produk terhadap pembeli. Untuk BBM pertalite ini jika memakai pertalite maka

suara mesin akan halus, dan juga tidak ngelitik (knocking) saat digunakan.

Page 80: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

76

2. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dapat dilakukan dengan meningkatkan:

a. Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap

orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya

(konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual) yang mana penjual memiliki

karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. Artinya jika produk pertalite

menguntungakan bagi konsumen maka konsumen akan melakukan keputusan

pembelian lagi.

b. Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap

bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan

mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada

kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. Artinya bahwa konsumen

percaya terhadap BBM pertalite dari opini atau ajakan dari teman, kerabat atau

keluarga konsumen untuk memakai bahan bakar pertalite.

3. Selain meningkatkan kepercayaan konsumen pengguna BBM pertalite, PT.

PERTAMINA juga harus melihat dari sisi variabel harga, Untuk meningkatkan variabel

harga ini dengan cara melihat beberapa berikut:

a. Keterjangkauan harga, konsumen bisa menjangkau harga yang ditetapkan

perusahaan. Biasanya produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya

juga berbeda dari yang termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah

ditetapkan para konsumen dapat membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan.

Dengan harga yang tidak terlalu mahal maka konsumen akan membeli produk

pertalite, sehingga dengan cara itu dapat meningkatkan pembelian BBM pertalite.

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk, harga sering dijadikan sebagai indikator

kualitas bagi konsumen yang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua

barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas yang berbeda. Apabila

harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan bahwa kualitas

produknya baik. Artinya jika harga pertalite yang tidak terlalu murah, namun

kualitas produk yang diberikan pertalite cukup tinggi sehingga konsumen akan

melakukan keputusan pembelian BBM pertalite.

c. Daya saing harga, konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk

lainnya. Mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh

konsumen pada saat akan membeli suatu produk tersebut. Artinya konsumen sering

melakukan perbandingan harga dengan produk lainnya yang sesuai dengan

pertalite lalu konsumen akan melihat dari kualitas produk yang ada di kedua

produk tersebut.

d. Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen memutuskan membeli suatu produk

jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan apa yang telah

dikeluarkan untuk mendapatkannya. Konsumen merasakan manfaat produk lebih

kecil dari uang yang dikeluarkan, maka konsumen akan beranggapan produk

tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian

ulang. Harga pertalite yang tidak terlalu mahal namun kualitas yang diberikan

cukup tinggi konsumen akan lebih memilih pertalite sehingga ini akan

meningkatkan keputusan pembelian pada produk pertalite.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Saran bagi penelitian selanjutnya dimaksudkan untuk menyempurnakan penelitian

kedepannya agar memperkaya ilmu-ilmu pengetahuan dibidang pemasaran. Saran-saran

tersebut sebagai berikut:

Page 81: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

77

1. Menggunakan variabel-variabel lain yang terkait dengan keputusan pembelian dengan

melihat dari variable lain seperti promosi, kualitas pelayanan, brand image dan lain-

lain.

2. Menggunakan alat analisis yang berbeda sebagai perbandingan seperti analisis jalur

(path).

3. Melakukan penelitian di wilayah yang berbeda atau yang lebih luas.

Implikasi Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa implikasi penelitian yang

diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:

1. Implikasi Praktisi

Berdasarkan kesimpulan kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM

pertalite, maka PT.PERTAMINA harus memperhatikan kepercayaan konsumen agar

dapat meningkatkan keputusan pembelian. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan

konsumen dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan informasi yang benar,

menciptakan pelayanan yang aman, jujur dan bertanggung jawab penuh. Selain itu

kualitas produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.

Menaikkan kualitas produk yang terdapat dalam BBM pertalite akan meningkatkan

keputusan pembelian konsumen, karena konsumen akan memilih produk yang

berkualitas baik dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen terhadap kendaraannya.

Namun pada harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dikarenakan

konsumen membeli pertalite tidak melihat dari sisi harganya.

2. Implikasi Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif bagi semua pihak,

terutama bagi PT. PERTAMINA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan mengenai pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas

produk terhadap keputusan pembelian. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan

kualitas produk serta memikirkan kembali harga yang diberikan konsumen agar

pembelian produk pertalite semakin tinggi dalam mencapai tujuannya.

Daftar Pustaka

Farah Diza, Silcyljeova Moniharapon dan Imelda W. J Ogi, 2015. Pengaruh kualitas

pelayanan, kualitas produk dan kepercayaan terhadap kepuasan konsumen. Jurnal

EMBA: Vol.4 No.1 Maret 2016, pp. 109-119.

Ghozali Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete. Semarang: Universitas Diponegoro

Huan-Ming Chuang and Chwei-Jen Fan, 2011. The mediating role of trust in the relationship

between e-retailer quality and customer intention of online shopping. African Journal

of Business Management: Vol. 5(22), pp. 9522-9529, 30 September, 2011.

Jhon Robert Maneking dan Bode Lumanauw, 2015. Analisis strategi harga, diferensiasi

produk, kualitas produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian konsumen

PT.COLUMBIA PERDANA MANADO. Jurnal EMBA: Vol.3 No.1 Maret 2015, pp.

1173-1183.

Page 82: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Andreas Pardomuan Purba Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Endang Ruswanti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

78

Kotler, Philip dan Kevin, Lane Keller. 2013. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1

Jakarta: Erlangga

Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Erlangga

Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: Erlangga

Lidya Mongi, Lisbeth Mananeke dan Agusta Repi, 2013. Kualitas produk, strategi promosi

dan hargapengaruhnya terhadap keputusan pembelian kartu simpati telkomsel di kota

manado. Jurnal EMBA: Vol.1 No.4 Desember 2013, pp. 2336-2346.

McKnight, D. H Choudhury, and Kacmar, C. 2002. Special Issue on Measuring eCommerce

in Net-Enabled Organizations, Part 2 of 2: Developing and Validating Trust

Measures for e-Commerce: An Integrative Typology Information Systems Research

13:334-359

Mohd Rizaimy Shaharudin, Suhardi Wan Mansor, Anita Abu Hassan, Maznah Wan Omar

and Etty Harniza Harun, 2011. The relationship between product quality and purchase

intention: The case of Malaysia’s national motorcycle/scooter manufacturer. African

Journal of Business Management: Vol. 5(20), pp. 8163-8176, 16, September 2011.

Rizky Y.S Emor dan Agus Supandi Soegoto, 2015. Pengaruh potongan harga, citra merek,

dan servicescape terhadap keputusan pembelian konsumen indomaret tanjung batu.

Jurnal EMBA: Vol.3 No.2 Juni 2015, pp. 738-748.

Rong-Da Liang, 2016. Predicting intentions to purchase organic food: the moderating effects

of organic food prices. British Food Journal: Vol. 118 No. 1, 2016, pp. 183-199.

Ruswanti Endang. 2015. Panduan Penulisan Laporan Ilmiah: Atensi, Kredibilitas Perusahaan

, Iklan dua sisi Terhadap Niat Beli Jasa Penerbangan Elang Air. Yogyakarta: CV Andi

Offset

Sarini Kodu, 2013. Harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap

keputusan pembelian mobil Toyota Avanza. Jurnal EMBA: 1251 Vol.1 No.3

September 2013, pp. 1251-1259.

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for business edisi 1 dan 2. Jakarta: Salemba Empat

Selvany Chichilia Lotulung, Joyce Lapian dan Silcyljeova Moniharapon, 2015. Pengaruh

kualitas produk harga, dan wom (word of mouth) terhadap keputusan pembelian

handphone evercross pada cv. Tristar jaya globalindo manado. Jurnal EMBA: Vol.3

No.3 Sept. 2015, pp. 817-826.

Supardi. 2013. Aplikasi statistika dalam penelitian, Jakarta: Change Publication

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Ulfat, Saima et.al, 2015. How product quality and brand trust associates in recurrent purchase

decision of beauty care products. Science International Journal 27.2 Mar/Apr 2015,

pp. 1453-1456.

Page 83: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

79

ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR

HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS

MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK

Dani Rizqi Rakhman

Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta

Budi Astuti

Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta

[email protected]

Abstrack

Adolescents are very attention to their physical appearance, with regard to physical

appearance, adolescents make efforts so that their physical appearance in accordance with the

guidance of their social community. One product supporting physical appearance often

hunted adolescents clothing. Based on this phenomenon, the researchers interested in

studying about the analysis of consumer involvement toward willingness to pay a premium

on fashion products, mediation by brand status and brand attitude. The purpose of this study

was to determine the effect of consumer involvement on brand status of fashion products and

brend attitude, then the influence of the brand status of fashion products and brand attitude

toward the willingness to pay a premium price. This study used questionnaires distributed to

adolescents aged 18-21 years, then the data is processed using an analysis SEM (Structural

Equation Model) via AMOS software. Results from this research that consumer involvement

has a positive and significant effect on the brand status and brand attitude, then the brand

status of fashion products and brand attitude have a positive and significant impact on the

willingness to pay a premium price.

Key Words : Consumer Involvement, Brand Status, Brand Attitude, Willingness To A Pay

Premium.

Abstrak

Remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka, berkaitan dengan

penampilan fisik, remaja melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan

tuntunan komunitas sosial mereka. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering

diburu remaja adalah pakaian. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang analisis keterlibatan konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan

harga premium, dimediasi oleh status merek dan sikap konsumen terhadap merek. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen terhadap status merek dari

produk fashion dan sikap konsumen terhadap merek, kemudian pengaruh status merek dari

produk fashion dan sikap konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga

premium. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar kepada remaja yang berumur

18-21 tahun, kemudian datanya diolah menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation

Model) melalui software AMOS. Hasil dari penelitian ini yaitu keterlibatan konsumen

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap status merek dan sikap konsumen terhadap

merek, kemudian status merek dari produk fashion dan sikap konsumen memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium.

Page 84: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

80

Kata Kunci : Keterlibatan konsumen, status merek, sikap terhadap merek, kesediaan untuk

membayar dengan harga premium.

Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Pada masa peralihan ini, remaja umumnya mengalami pergolakan hidup yang diakibatkan

oleh berbagai macam perubahan, baik perubahan yang berasal dari dalam dirinya sendiri

yang mencakup fisik dan mental maupun perubahan-perubahan yang berasal dari

lingkungannya seperti perlakuan dari masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal maupun

dari keluarga. Untuk menunjang penampilannya, remaja sedapat mungkin memakai barang-

barang yang sama dengan yang dipakai oleh teman-temannya guna meningkatkan

kepercayaan dirinya. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering diburu oleh

remaja ialah pakaian (Swastha, 1987, h.19). setiap remaja berharap pakaian yang ia pakai

akan membuatnya tampil lebih menawan, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri saat

bergaul.

Pakaian yang biasanya dipakai oleh sebagian besar kalangan remaja zaman sekarang

ialah pakaian yang sedang menjadi trend saat ini dan familiar di kalangan teman-temannya.

Membeli pakaian bermerek terkenal yang lebih mengutamakan pandangan orang lain saat

memakainya dari pada fungsi utama dari pakaian tersebut, semakin lama akan membuat

remaja menjadi konsumtif. Seseorang yang berperilaku konsumtif, biasanya membeli banyak

barang tanpa melihat fungsi dari barang tersebut. Jika dilihat lebih mendalam, umumnya

remaja berusia 18 sampai 21 tahun masih duduk dibangku sekolah dan perkuliahan, serta

belum memiliki penghasilan sendiri.

Agar konsumen mengetahui tentang produk yang akan mereka beli, maka konsumen

harus terlibat dalam produk tersebut. Konsumen membeli pakaian bermerek karena mereka

ingin terlihat menarik dan dapat meningkatkan status sosialnya. Memilih pakaian bermerek

juga memilih merek yang sudah terkenal, mempunyai kualitas yang bagus, dan mempunyai

status merek yang baik. Apabila merek tersebut mempunyai status merek yang bagus maka

merek tersebut akan banyak dipilih oleh para konsumen. Karena status merek mengacu pada

persepsi konsumen tentang kualitas, prestise, harga, dan kemampuan untuk menjadi simbol

yang sukses bagi konsumen yang memakaianya (Elliott, 1994; O'Cass dan Frost, 2002;

Vigneron dan Johnson, 1999). Selain itu, konsumen juga memilih pakaian bermerek

berdasarkan sikap mereka terhadap merek dari merek yang akan mereka pakai. Konsumen

biasanya menilai merek yang akan mereka pakai berdasarkan apakah mereka menyukai atau

tidak menyukai produk dari merek tersebut, kemudahan mobilitas, model, warna, dan nama

atau simbol dari merek tersebut. Selanjutnya, konsumen juga harus bersedia membayar

pakaian bermerek yang mereka sukai dengan harga premium. Menurut (Netemeyer,

Krishnan, Pullig, Wang, Yagci, Dean, Ricks, and Wirth. 2004) kesediaan membayar harga

premium sebagai ” besarnya jumlah yang konsumen bersedia bayarkan untuk membeli

sebuah merek yang mereka sukai dibandingkan merek yang sejenis/lebih kecil”. Dengan

demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen

terhadap status merek dan sikap terhadap merek dari produk fashion, serta untuk mengetahui

pengaruh status merek dan sikap konsumen terhadap kesediaan konsumen untuk membayar

dengan harga premium.

Page 85: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

81

Kajian Pustaka

Keterlibatan Konsumen

Keterlibatan menurut Setiadi (2005:115) adalah tingkat kepentingan pribadi yang

dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga

jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko

dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. Keterlibatan

diaktifkan ketika objek (produk, jasa atau pesan promosi) dirasakan membantu dalam

memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai penting. Seorang konsumen dapat terlibat dalam

berbagai benda atau rangsangan, misalnya produk, iklan, keputusan pembelian atau konsumsi

produk dan keputusan merek (O’cass, 2000 ; Mittal, 1989).

Keterlibatan Produk

Keterlibatan produk mengacu pada produk yang menempati didalam kehidupan

konsumen (Mittal dan Lee, 1989; O’cass, 2000). Konsumen akan terlibat dengan produk jika

produk tersebut dalam hidupnya sangat penting dan mampu memenuhi kebutuhan dan nilai-

nilai mereka. Produk atau merek juga menimbulkan keterlibatan apabila ada semacam resiko

yang dirasakan dalam suatu pembelian dan pemakaian.

Keterlibatan Keputusan Pembelian

Mittal, (1989) mendefinisikan keterlibatan keputusan pembelian adalah tingkat

kepentingan dan perhatian konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Selain itu juga

berpendapat bahwa keterlibatan keputusan pembelian adalah bentuk yang paling penting dari

keterlibatan dan praktisi pemasaran harus lebih peduli dalam hal ini karena mempengaruhi

kepentingan konsumen dalam membuat pilihan merek (Mittal dan Lee, 1989). Konsumen

dengan keterlibatan yang tinggi dalam keputusan pembelian akan bertindak lebih serius pada

pilihan merek.

Aaker (1991:16) menyatakan, rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian

disebabkan karena kedekatan pelanggan dengan merek, baik itu disebabkan oleh pengiklanan

dan kepopuleran merek, kredibilitas merek di mata pelanggan, serta pengalaman pelanggan

atas merek tersebut.

Brand Status (Status Merek)

Status merek mengacu pada persepsi konsumen terhadap kualitas, prestise, harga, dan

kemampuan merek untuk bertindak sebagai status atau simbol kesuksesan (Elliot, 1994 ;

O’cass dan Frost, 2002 ; Vigneron dan Johnson, 1999). Status sebuah merek yang dirasakan

simbolis tertanam dalam merek atau nama merek (Del Ri’o et al, 2001). Phau dan Leng,

(2008) mendefinisikan manfaat berstatus sebagai kekuatan pendorong dalam meningkatkan

status sosial melalui konsumsi yang jelas.

Status konsumen lebih cenderung membeli pakaian yang mewah atau bermerek,

karena untuk memenuhi kebutuhan simbolis mereka. Gambaran dari argumen ini yaitu bahwa

fleksibilitas status merek lebih tinggi dan lebih rentan keterlibatan konsumen dalam produk

fashion. Dengan demikian :

H 1 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap status merek dari produk fashion

Page 86: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

82

Brand Attitude (Sikap Terhadap Merek)

Sikap terhadap merek (brand attitudes), komponen paling abstrak dari asosiasi merek

didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan tentang merek yang dilakukan oleh konsumen

(Keller, 1998) dan merefleksikan respon konsumen terhadap merek tersebut.

Tingkat keterlibatan dengan sesuatu akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap

hal tertentu (Assael, 2001). Slama dan Tashchian, (1985) menyatakan keterlibatan dengan

pembelian objek tertentu akan muncul untuk mempengaruhi sikap dan perilaku yang

berhubungan dengan objek tertentu. Oleh karena itu, konsumen dengan tingkat keterlibatan

yang tinggi dalam suatu objek (misalnya produk atau merek) yang diharapkan akan

menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut. Dengan demikian :

H 2 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen pada produk

fashion.

Disisi lain, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi oleh persepsi mereka

terhadap status merek. Persepsi tersebut dipegang oleh konsumen terhadap penempatan

produk atau distribusi produk yang diyakini berdampak pada sikap konsumen terhadap

produk atau merek tersebut. Selanjutnya, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi

oleh negara asal produk tersebut yang memproyeksikan status merek dari produk tersebut.

Peningkatan status yang dirasakan pada kenyataannya memberikan kontribusi sesuai

dengan keinginan penilaian sikap dari merek tertentu. Dengan demikian :

H 3 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap sikap konsumen.

Willingness To Pay Premium (Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium)

Kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium (Willingness to pay

premium) untuk merek dapat diartikan kesediaan konsumen untuk membayar dengan uang

lebih untuk merek lebih dari nilai utilitarian (Netemeyer et al, 2004).

Dalam beberapa penelitian, konsumen bersedia membayar ekstra untuk merek yang

memiliki nilai simbolis (Johar dan Sirgy, 1991; Taman et al, 1986; Van Kempen, 2004; Wu

dan Hsing, 2006). Nilai simbolis mengacu pada manfaat konsumen yang dapat diterima

melalui kepemilikan atau konsumsi produk bermerek sebagai atribut yang diperlukan dan

dinilai. Atribut penilaian mungkin termasuk kualitas unggul, mahal, dapat dibanggakan,

eksklusivitas, standar keunggulan, asosiasi dengan kekayaan atau kesuksesan (O’cass dan

McEwan, 2004).

Sebuah merek sebagai fungsi status memiliki nilai simbolis untuk mengungkapkan

sinyal status dan karena itu akan mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membayar

dengan harga premium. Dengan demikian :

H 4 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan konsumen

untuk membayar dengan harga premium.

Seperti yang dibahas sebelumnya, sikap konsumen terhadap merek berasal dari

pengaruh yang didapat (perasaan), kognisi (keyakinan), atau pengalaman masa lalu (Assael.

2001; Haddock dan Huskinson, 2004).

Sikap terhadap merek dikonseptualisasikan sebagai evaluasi dari keseluruhan merek.

Konsumen yang memegang sikap positif terhadap merek harus bersedia membayar dengan

harga premium untuk merek tertentu. Dengan demikian :

Page 87: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

83

H 5 : Sikap konsumen pada produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan

konsumen untuk membayar dengan harga premium.

Kerangka Penelitian

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Sumber : O’cass, Aron and Eric Choy. (2008)

Metodologi Penelitian

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen, variabel mediasi, dan

variabel dependen. Variabel independennya yaitu keterlibatan konsumen pada produk

fashion. Variabel mediasinya yaitu status merek dan sikap terhadap merek. Sedangkan

variabel dependennya yaitu kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium.

Indikator variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari pihak pertama. Pada penelitian ini dalam mengumpulkan data

menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan secara langsung kepada remaja yang berusia

18-21 tahun di Yogyakarta. Kuesioner adalah pertanyaan formal secara konsisten terangkai

dan tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja. Pengertian remaja dalam

penelitian ini adalah remaja akhir. Menurut Kartono (1990) Remaja akhir adalah remaja yang

sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup

yang digariskan sendiri dengan kebenariannya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu

berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. Remaja akhir memiliki kisaran

Keterlibatan

Konsumen

Status

Merek

Sikap terhadap

merek

Kesediaan untuk

membayar dengan

harga premium

H 1

H 2

H 3

H 4

H 5

Page 88: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

84

usia yaitu 18-21 tahun. Keterwakilan populasi oleh sampel terlalu besar maka model menjadi

sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Untuk itu

disarankan ukuran sampel adalah 5-10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari

keseluruhan variabel laten (Agusty Ferdinand, 2006). Berdasarkan definisi operasional

variabel, jumlah indikatornya (item pertanyaan) penelitian ini adalah 18 indikator. Dengan

demikian jumlah sampel adalah : Sampel = 18 x 10 = 180. Jadi sampel minimal yang

digunakan dalam model penelitian ini adalah sebanyak 180 sampel.

Analisis Data dan Pembahasan

Penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 180 orang yaitu kepada

remaja yang berusia 18-21 tahun di Yogyakarta, jumlah kuesioner yang tidak kembali atau

cacat berjumlah 0 dan jumlah kuesioner yang kembali 180. Karakteristik berdasarkan jenis

kelamin remaja berusia 18-21 tahun mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 99 orang.

Berdasarkan umur mayoritas remaja berumur 21 tahun yaitu sebanyak 168 orang.

Berdasarkan pekerjaan mayoritas remaja yaitu mahasiswa sebanyak 167 orang. Berdasarkan

tingkat pendapatan mayoritas remaja berpendapatan lebih dari Rp. 2000.000 yaitu sebanyak

48 orang.

Analisis Deskriptif

Deskriptif terhadap Keterlibatan Konsumen

Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel keterlibatan konsumen dapat

ditunjukkan pada Tabel II.

Tabel II: Penilaian Variabel Keterlibatan Konsumen

Item Indikator Mean Kategori

1 Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika akan membeli

pakaian

3.84 Baik

2 Setiap tawaran iklan mengenai pakaian, saya cenderung

menanggapi untuk membelinya

3,35 Netral

3 Saya membuat keputusan pembelian ketika akan membeli

pakaian

3,84 Baik

4 Saya akan membeli kembali merek pakaian yang saya pilih 3,73 Baik

Mean total 3,69 Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Page 89: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

85

Deskriptif terhadap Status Merek

Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel status merek dapat ditunjukkan pada

Tabel III.

Tabel III: Penilaian Variabel Status Merek

Item Indikator Mean Kategori

1 Saya membeli pakaian berdasarkan nilai prestise dari

merek pakaian

3,69 Baik

2 Saya membeli pakaian yang dapat meningkatkan status

sosial saya

3,51 Baik

3 Merek pakaian yang saya pilih dapat menggambarkan

simbol kekayaan bagi saya

3,24 Netral

4 Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki oleh

kelompok konsumen tertentu

3,26 Netral

5 Merek pakaian yang saya pakai menggambarkan

identitas saya

3,58 Baik

Mean total 3,46 Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Page 90: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

86

Tabel I: Indikator Variabel

Variabel Definisi Indikator Pernyataan Referensi

Keterlibatan

Konsumen

Tingkat kepentingan pribadi yang

dirasakan dan atau minat yang

dibangkitkan oleh stimulus di dalam

situasi spesifik hingga jangkauan

kehadirannya, konsumen bertindak

dengan sengaja untuk meminimumkan

resiko dan memaksimumkan manfaat

yang diperoleh dari pembelian dan

pemakaian.

Produk Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika

akan membeli pakaian

O’cass

(2000)

Iklan Setiap tawaran iklan mengenai pakaian,

saya cenderung menanggapi untuk

membelinya

Keputusan Pembelian Saya membuat keputusan pembelian ketika

akan membeli pakaian

Pemakaian Kembali Saya akan membeli kembali merek

pakaian yang saya pilih

Status Merek Persepsi konsumen terhadap kualitas,

prestise, harga, dan kemampuan merek

untuk bertindak sebagai status atau

simbol kesuksesan.

Nilai Prestise Dari

Merek

Saya membeli pakaian berdasarkan nilai

prestise dari merek pakaian

Elliot (1994)

O’cass dan

Frost (2002)

Vigneron

dan Johnson

(1999,2004)

Dapat Meningkatkan

Status Sosial

Saya membeli pakaian yang dapat

meningkatkan status sosial saya

Simbol Kekayaan Merek pakaian yang saya pilih dapat

menggambarkan simbol kekayaan bagi

saya

Hanya dimiliki Oleh

Kelompok Konsumen

Tertentu

Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki

oleh kelompok konsumen tertentu

Menggambarkan

Identitas Pemilik

Merek pakaian yang saya pakai

menggambarkan identitas saya

Sikap

Terhadap

Merek

Evaluasi keseluruhan tentang merek yang

dilakukan oleh konsumen dan

merefleksikan respon konsumen terhadap

merek tersebut.

Suka Saya sangat menyukai merek pakaian yang

saya pakai Chang dan

Thorson

(2004)

Escalas

(2004)

Miniard et

al (1991)

Myers

Positif Saya menilai positif merek pakaian yang

saya pilih

Menguntungkan Merek pakaian yang saya pakai sangat

menguntungkan bagi saya

Baik Saya menilai baik merek pakaian yang

saya pilih

Page 91: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

87

(1967:hal

75)

Park dan

Young

(1986:hal

16)

Kesediaan

Konsumen

Untuk

Membayar

Dengan Harga

Premium

Kesediaan konsumen untuk membayar

dengan uang lebih untuk merek lebih dari

nilai utilitarian.

Kualitas yang unggul Saya bersedia membayar lebih untuk

merek pakaian yang mempunyai kualitas

yang unggul

O’cass dan

Mcewan

(2004)

Mahal Saya bersedia membayar mahal untuk

merek pakaian yang saya pilih

Dapat dibanggakan Saya bersedia membayar lebih untuk

merek pakaian yang saya pilih karena

dapat membuat saya bangga

Standar mutu yang

baik

Saya bersedia membayar lebih untuk

merek pakaian yang mempunyai standar

mutu yang baik

Asosiasi dengan

kesuksesan

Saya bersedia membayar lebih untuk

merek pakaian karena menggambarkan

kesuksesan saya

Page 92: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

88

Deskriptif terhadap Sikap Terhadap Merek

Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel sikap terhadap merek dapat ditunjukkan

pada Tabel IV :

Tabel IV: Penilaian Variabel Sikap Terhadap Merek

Item Indikator Mean Kategori

1 Saya sangat menyukai merek pakaian yang saya pakai 3,76 Baik

2 Saya menilai positif merek pakaian yang saya pilih 3,93 Baik

3 Merek pakaian yang saya pakai sangat menguntungkan

bagi saya

3,62 Baik

4 Saya menilai baik merek pakaian yang saya pilih 3,67 Baik

Mean total 3,74 Baik

Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

Deskriptif terhadap Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium

Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel kesediaan untuk membayar dengan

harga premium dapat ditunjukkan pada Tabel V.

Tabel V: Penilaian Variabel Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium

Item Indikator Mean Kategori

1 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian

yang mempunyai kualitas yang unggul

3,72 Baik

2 Saya bersedia membayar mahal untuk merek pakaian

yang saya pilih

3,64 Baik

3 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian

yang saya pilih karena dapat membuat saya bangga

3,47 Baik

4 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian

yang mempunyai standar mutu yang baik

3,89 Baik

5 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian

karena menggambarkan kesuksesan saya

3,42 Baik

Mean Total 3,63 Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Analisis SEM (Structural Equation Model)

Analisis SEM (Structural Equation Model) yaitu sekumpulan teknik-teknik statistikal

yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara

simultan. Analisis ini dipilih untuk mengetahui pengaruh secara bertahap yaitu pengaruh

keterlibatan konsumen pada produk fashion terhadap status merek dan sikap terhadap merek,

menganalisis pengaruh status merek terhadap sikap terhadap merek dan kesediaan konsumen

untuk membayar dengan harga premium serta menjelaskan pengaruh sikap terhadap merek

terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium.

Untuk melakukan analisis data dengan metode SEM diperlukan tahap-tahap pengujian

yaitu :

Page 93: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

89

Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori

Penelitian ini mengenai model pengaruh keterlibatan konsumen pada produk fashion

terhadap kesediaan membayar dengan harga premium melalui status merek dan sikap

terhadap merek.

Langkah 2 : Menyusun Diagram Alur (path Diagram)

Dalam penelitian Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu konstruk eksogen terdiri dari variabel keterlibatan konsumen

pada produk fashion dan konstruk endogen adalah kesediaan membayar dengan harga

premium melalui status merek dan sikap terhadap merek. Diagram alur pada penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. Diagram Alur

Persamaan yang diperoleh dari diagram alur diatas yaitu :

SM = 0,578 KK

BA = 0,449 KK + 0,525 SM

KM = 0,370 SM + 0,548 BA

Langkah 3 : Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi

Matriks kovarian digunakan karena SEM memiliki keunggulan dalam menyajikan

perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak

dapat disajikan oleh korelasi. Adapun matrik kovarians dapat ditunjukkan pada Tabel VI :

Page 94: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

90

Tabel VI: Sampel Covariance Estimate

KM

5

KM

4

KM

3

KM

2

KM

1 BA1 BA2 BA3 BA4 BS5 BS4 BS3 BS2 BS1 KK1 KK2 KK3 KK4

KM5 .966

KM4 .319 .688

KM3 .634 .364 .827

KM2 .319 .288 .426 .797

KM1 .367 .380 .415 .461 .845

BA1 .284 .218 .263 .214 .234 .582

BA2 .225 .148 .201 .135 .147 .233 .489

BA3 .340 .207 .381 .234 .205 .203 .195 .625

BA4 .172 .186 .227 .087 .203 .138 .187 .197 .487

BS5 .559 .348 .552 .344 .334 .334 .281 .324 .219 .965

BS4 .542 .356 .557 .265 .299 .255 .213 .381 .239 .701 1.201

BS3 .608 .288 .568 .410 .335 .342 .162 .327 .258 .802 .793 1.318

BS2 .559 .267 .517 .299 .329 .321 .209 .349 .227 .611 .687 .849 1.039

BS1 .504 .327 .486 .254 .291 .281 .228 .364 .231 .509 .624 .676 .680 .970

KK1 .216 .116 .212 .233 .185 .124 .078 .146 .055 .130 .168 .171 .212 .229 .631

KK2 .269 .150 .274 .215 .158 .117 .175 .223 .154 .335 .388 .448 .323 .376 .182 .650

KK3 .174 .199 .193 .258 .250 .128 .133 .166 .119 .194 .136 .167 .187 .222 .230 .168 .635

KK4 .290 .204 .348 .265 .231 .175 .147 .281 .168 .283 .340 .287 .307 .339 .247 .293 .263 .573

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Langkah selanjutnya setelah menyusun sampel kovarian sebagai mana tampak pada tabel diatas adalah menentukan teknik estimasi.

Teknik estimasi yang akan digunakan adalah maximum likehood method karena jumlah sampel yang digunakan berkisar antara 100 – 200.

Teknik ini dilakukan secara bertahap yakni estimasi measurement model dengan teknik confimatory factor analysis dan structural equation

model, yang dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun. Hasil confirmatory factor analysis dan

Structural Equation Model dapat ditunjukkan pada Tabel VII .

Page 95: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

91

Tabel VII: Confirmatory Factor Analisis dan SEM

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Hasil confirmatory factor analysis ditunjukkan dari estimasi pada indikator KK4

sampai dengan KM5, dimana seluruh loading faktor memiliki angka diatas 0,5, sehingga

seluruh indikator secara signifikan secara faktor.

Sementara hasil Structural Equation Model yang menguji model hipotesis ditunjukkan

pada nilai estimasi masing-masing hubungan causalitas antar construk dengan nilai kisaran

atara 0,370 – 0,578.

Langkah 4 : Menilai Problem Identifikasi

Langkah ini dilakukan dengan modifiasi model seperti tertera dalam Tabel VIII :

Estimate

Status_Merek <--- Keterlibatan_Konsumen .578

Sikap_Merek <--- Keterlibatan_Konsumen .449

Sikap_Merek <--- Status_Merek .525

Kesediaan_Membayar <--- Sikap_Merek .548

Kesediaan_Membayar <--- Status_Merek .370

KK4 <--- Keterlibatan_Konsumen .845

KK3 <--- Keterlibatan_Konsumen .515

KK2 <--- Keterlibatan_Konsumen .574

KK1 <--- Keterlibatan_Konsumen .503

BS1 <--- Status_Merek .793

BS2 <--- Status_Merek .826

BS3 <--- Status_Merek .791

BS4 <--- Status_Merek .749

BS5 <--- Status_Merek .871

BA4 <--- Sikap_Merek .514

BA3 <--- Sikap_Merek .686

BA2 <--- Sikap_Merek .501

BA1 <--- Sikap_Merek .538

KM1 <--- Kesediaan_Membayar .559

KM2 <--- Kesediaan_Membayar .559

KM3 <--- Kesediaan_Membayar .894

KM4 <--- Kesediaan_Membayar .557

KM5 <--- Kesediaan_Membayar .778

Page 96: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

92

Tabel VIII: Hasil Modifikasi Model

M.I. Par Change

e15 <--> e18 6.278 -.086

e10 <--> z1 5.153 .071

13 <--> e18 5.301 -.070

13 <--> e11 8.578 .076

e7 <--> e15 5.693 .078

e2 <--> e10 4.876 -.067

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Pada kovarian e13 dengan e11 diperoleh M.I sebesar 8,578, maka dengan

menambahkan kovarian pada gambar model, akan menurunkan Chi Square sebesar 8,578.

Dengan langkah ini diharapkan model yang kurang baik dapat diperbaiki dengan modifikasi

model ini.

Langkah 5 : Evaluasi Goodness Of Fit

Berikut ini goodness of fit index yang dihasilkan setelah pengujian :

Tabel IX: Goodness Of Fit Index

Goodness of Fit Index Cut Off Value Hasil Kriteria

Likelihood Chi Square 143,24 132,928 Baik

Probability ≥0,05 0,149 Baik

CMIN/DF ≤3 1,136 Baik

RMSEA ≤0,08 0,028 Baik

GFI >0,9 0,927 Baik

AGFI >0,9 0,894 Marginal

TLI ≥0,9 0,986 Baik

CFI >0.9 0,989 Baik

Sumber : Data primer yang dioleh, 2015

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang digunakan untuk

membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis full model SEM memenuhi kriteria

goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang menunjukkan kondisi yang

fit hal ini disebabkan oleh angka Chi-square sebesar 132,928 yang lebih kecil dari cut-off

value (Chi Square Tabel dengan DF=117) yang ditetapkan (143,24) dengan nilai probability

0,149 atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara matriks kovarian

sample dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Ukuran goodness of fit lain juga

menunjukkan pada kondisi yang baik yaitu TLI (0,986>0,9); CFI (0,989>0,9); CMIN/DF

(1,136<3); RMSEA (0,028<0,08); GFI (0,927>0,9) telah memenuhi kriteria goodness of fit,

dan hanya parameter AGFI sebesar 0,894<0,9, termasuk dalam kriteria marginal .

Langkah 6 : Interprestasi dan Modifikasi Model

Hipotesis penelitian dilakukan uji satu sisi, karena hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen dihipotesiskan berpengaruh positif. Untuk mengetahui

apakah hipotesis didukung oleh data atau tidak, maka nilai probabilitas dari Critical Ratio

(C.R) dibandingkan dengan α = 5%. Apabila Stdanardized Koefisien parameter bernilai

Page 97: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

93

positif dan nilai probabilitas dari Critical Ratio (C.R) kurang dari α= 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didukung oleh data (terbukti secara signifikan).

Hasil pengujian terhadap model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Hasil Model Penelitian

Hasil uji hipotesis yang merupakan uji hubungan kausalitas dari masing-masing

variabel penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel X: Hasil Estimasi dengan Model AMOS

Hipotesis Hubungan Antara Variabel

Standard

Koefisien

Sig (p-

value) Keterangan

H1

Keterlibatan konsumen pada

produk fashion� Status merek 0.578 0.000 Signifikan

H2

Keterlibatan konsumen pada produk

fashion� Sikap terhadap merek 0.449 0.000 Signifikan

H3

Status merek� Sikap terhadap

merek 0.525 0.000 Signifikan

H4

Status merek � Kesediaan untuk

membayar dengan harga premium 0.370 0.006 Signifikan

H5

Sikap terhadap merek � Kesediaan

untuk membayar dengan harga

premium 0.548 0.001 Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Hasil pengujian SEM diketahui bahwa koefisien jalur keterlibatan konsumen terhadap

status merek dari produk fashion adalah sebesar 0,578. Hasil uji signifikannya menemukan

bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti keterlibatan konsumen berpengaruh

positif dan signifikan terhadap status dari produk fashion.

Berdasarkan model persamaan tersebut maka dapat jelaskan bahwa koefisien jalur

keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek adalah sebesar 0,449. Hasil

Page 98: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

94

uji signifikannya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti

keterlibatan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap

merek.

Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap sikap konsumen

terhadap merek adalah sebesar 0.525. Hasil uji signifikanya menemukan bahwa nilai

probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti status merek dari produk fashion berpengaruh positif

dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap merek.

Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap kesediaan untuk

membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,370. Hasil uji signifikanya menemukan

bahwa nilai probabilitas sebesar 0,006<0,05, berarti status merek dari produk fashion

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga

premium.

Hasil koefisien jalur sikap konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk

membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,548. Hasil uji signifikanya menemukan

bahwa nilai probabilitas sebesar 0,001<0,05, berarti sikap konsumen terhadap merek

berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium.

Tabel XI: Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh Total

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak

Langsung Pengaruh Total

BS BA KM BS BA KM BS BA KM

KK 0.578 0.449 0.000 - 0.304 0.626 0.578 0.753 0.626

BS - 0.525 0.370 - - 0.287 - 0.525 0.657

BA - - 0.548 - - - - - 0.548

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Ket : KK: Keterlibatan konsumen; BS: Brand Status; BA: Brand Attitute ; KM: Kesediaan

untuk membayar dengan harga premium

Berdasarkan Tabel X tentang pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan

pengaruh total dapat diketahui bahwa:

Pengaruh langsung : KK � BA : 0,449

Pengaruh tidak langsung : KK � BA : 0,304

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengaruh langsung dengan pengaruh tidak

langsung keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek menunjukkan

bahwa pengaruh langsung lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan

dengan besarnya pengaruh langsung sebesar 0,449, sedangkan pengaruh tidak langsung

sebesar 0,304.

Kemudian pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung status merek terhadap

kesediaan untuk membayar dengan harga premium menunjukkan bahwa pengaruh langsung

lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh

langsung sebesar 0,370, sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,287.

Page 99: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

95

Penutup

Kesimpulan

Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan konsumen terhadap status merek

dan sikap konsumen terhadap merek. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat keterlibatan

konsumen maka status merek yang dirasakan dan sikap konsumen pada produk fashion

semakin meningkat.

Kemudian terdapat juga pengaruh positif dan signifikan status merek dan sikap

konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Hal

ini berarti semakin tinggi status merek yang dirasakan dan sikap konsumen maka kesediaan

konsumen untuk membayar dengan harga premium semakin meningkat.

Saran

Produsen pakaian bermerek harus mampu membentuk image atau citra di masyarakat

bahwa merek produk fashion merupakan merek produk pakaian yang berkelas, memiliki

kualitas bagus dan harga yang cenderung mahal, sehingga mampu meningkatkan citra diri

dari pemakainya dan yang mempunyai merek produk fashion tersebut dapat menjadikan

simbol kekayaan bagi dirinya.

Daftar Pustaka

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name.

New York. The Free Press. 1996, Building Strong Brands. New York. The Free Press.

Assael, H. (2001), Consumer Behavior and Marketing Action, Singapore :Thomson Learning

Del Rı´o, A.B., Va´zquez, R. and Iglesias, V. (2001), The Role of The Brand Name in

Obtaining Differential Advantages. Journal of Product & Brand Management, 10 (7),

pp: 452-65.

Elliott, R. (1994), Exploring The Symbolic Meaning of Brands. British Journal of

Management, 5 (2), pp: S13-S19.

Ferdinand, Augusty. (2006), Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen,

Edisi 4, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haddock, G. and Maio, G.R. (2004), Introduction and Overview. in Haddock, G. and Maio,

G.R. (Eds), Contemporary Perspectives on The Psychology of Attitudes, Psychology

Press, Hove.

Johar, J.S. and Sirgy, M.J. (1991), Value-Expressive Versus Utilitarian Advertising Appeals:

When and Why To Use Which Appeal. Journal of Advertising, 20 (3), pp: 23-33.

Mittal, B. (1989), Measuring Purchase-Decision Involvement. Psychology and Marketing, 6

(2), pp: 147-62.

Page 100: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dani Rizqi Rakhman Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Budi Astuti Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

96

Netemeyer, R.G., Krishnan, B., Pullig, C., Wang, G.P., Yagci, M., Dean, D., Ricks, J. And

Wirth, F. (2004), Developing and Validating Measures of Facets of Customer-Based

Brand Equity. Journal of Business Research, 57 (2), pp: 209-14.

O’cass, Aron and Eric Choy. (2008), Studying Chinese Generation Y Consumers

Involvement in Fashion Clothing and Perceived Brand Status, Journal of Product and

Brand Management, Vol.17, No. 5, 341-352.

O’Cass, A. (2000), An Assessment of Consumers Product, Purchase Decision, Advertising

and Consumption Involvement in Fashion Clothing. Journal of Economic Psychology,

21, pp: 545-76.

O’Cass, A. and Frost, H. (2002), Status Brands: Examining The Effects of Non-product-

Related Brand Associations on Status and Conspicuous Consumption. The Journal of

Product & Brand Management, 11 (2), pp: 67-86.

O’Cass, A. and McEwen, H. (2004), “Exploring Consumer Status and Conspicuous

Consumption”, Journal of Consumer Behaviour, Vol. 4 No. 1, pp. 25-39.

Slama, M.E. and Tashchian, A. (1985), Selected Socioeconomic and Demographic

Characteristics Associated With Purchasing Involvement. Journal of Marketing, 49

(4), pp: 72-82.

Van Kempen, L. (2004), Are The Poor Willing To Pay a Premium For Designer Labels? A

Field Experiment in Bolivia. Oxford Development Studies, 32 (2), pp: 205-24.

Vigneron, F. and Johnson, L.W. (2004), Measuring Perceptions of Brand Luxury. The

Journal of Brand Management, 11 (6), pp: 484-506.

Wu, C. and Hsing, S.S. (2006), Less Is More: How Scarcity Influences Consumers’ Value

Perceptions and Purchase Intents Through Mediating Variables. Journal of American

Academy of Business, 9 (2), pp: 125-32.

Page 101: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

97

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS

DIPERUSAHAAN

Ajeng Andriani Hapsari

Fakultas Bisnis dan Manajemen

UNIVERSITAS WIDYATAMA

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor pemegangan kas Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2009-2013. Penelitian ini merupakan penelitian yang

bertipe deskriptif dan verifikatif dengan teknik purposive sampel. Metode pengumpulan

data menggunakan model data panel. Hasil yang diperoleh adalah ukuran perusahaan,

growth opportunity, cash flow dan capital expenditure berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sementara itu, leverage dan dividen

berpengaruh negative dan tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa net working capital dan return on asset yang berpengaruh positif

dan signifikan pada pemegangan kas perusahaan.

Kata Kunci : Cash Holding, BUMN, Data Panel,Purposive Sample

Pendahuluan

Beberapa tahun terakhir ini, cash holding menjadi perhatian bagi beberapa peneliti.

Menurut Teruel et. al., (2009) Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi

dengan aktiva bersih atau merupakan uang tunai yang yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas operasional sehari-hari serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal

yaitu dibagikan kepada para pemegang saham (shareholder) sebagai dividen kas, membeli

saham pada saat diperlukan dan untuk keperluan mendadak lainnya

Perusahaan memegang kas sebagai senjata untuk mendapatkan kesempatan

berinvestasi dimasa depan ketika peminjaman dana di capital market sangat costly (mahal

dan merugikan) (Damodaran, 2005). Bagi perusahaan yang memiliki pendapatan yang

rendah tetapi mempunyai tingkat utang yang tinggi akan sangat rawan terhadap risiko

tentunya akan memilih kas sebagai salah satu upaya bertahan. Menurut Keynes (1936)

terdapat tiga motif dalam memiliki kas. Yang pertama motif transaksi, yaitu ketika kas

disiapkan oleh perusahaan untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Kedua motif

berjaga-jaga, yang dimaksud disini adalah mempertahankan saldo kas yang akan digunakan

untuk memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Dan yang ketiga, motif

spekulasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dengan mempunyai ataupun

memiliki kas kedalam bentuk investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mulligan (1997)

bahwa motif transaksi ini berdasaran aktivitas perusahaan, teknologi yang digunakan dan

opportunity cost atau biaya peluang yang timbul karena memilih sebuah kegiatan bisnis

tertentu dibanding kegiatan bisnis yang lain.

Di Indonesia, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa dibedakan dari

kepemilikan penanaman modalnya. Dari 505 perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek

Indonesia, 20 perusahaan merupakan perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Warga

Page 102: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

98

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Negara Indonesia atau Perseroan BUMN yang telah Go Public yaitu sebagian modalnya

telah dimiliki Publik dengan jalan membeli jalan lewat pasar modal (Capital Market)

melalui bursa-bursa saham yang pernyertaannya secara langsung berasal dari Kekayaan

Negara sehingga harus sangat hati-hati sekali didalam pengelolaannya. Keseluruhan total

BUMN yang ada di Indonesia ada 142 perusahaan dan hanya 20 perusahaan yang menyetor

dividen ke kas Negara (Sumber: financial.bisnis.com).

Total kapitalisasi saham per 28 November 2014 yang ada di Bursa Efek Indonesia

adalah sebesar Rp. 5.139.705.412.088.700,- dari data tersebut sebanyak 26.206% atau

sebesar Rp. 1.346.928.644.234.090 dimiliki oleh perusahaan BUMN dengan saham tercatat

sebanyak 316.138.719.250. Walaupun kepemilikan pemerintah hanya sebesar 0,0396% dari

total jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa efek, tetapi kapitalisasi pasarnya bisa

mencapai 26,206% naik dari tahun sebelumnya per Desember 2013 yang hanya mencapai

Rp. 68,45 trilliun atau sebesar 22,95% atau mengalami kenaikan sebesar 3,256% dari tahun

sebelumnya.

Dikarenakan sebagai perusahaan BUMN yang merupakan sebuah perusahaan

dengan ukuran besar, umumnya tidak akan mengeluarkan biaya sewaktu-waktu (arbittarily)

sepanjang tahun. Karena capex merupakan alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk

pembelian/perbaikan/pernggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai asset

perusahaan secara akuntansi. Tidak semua perusahaan menggunakan Capital Expenditure

hanya perusahaan yang memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek

(yang stabil) serta menggunakan modal dalam jumlah besar.

Bagi perusahaan BUMN yang merupakan badan usaha yang bergerak hampir

diseluruh aspek ekonomi tidak terkecuali menghadapi risiko yang sama dalam persaingan

global ini untuk turut meningkatkan asset yang likuid seperti kas. Beberapa BUMN

menggunakan jasa perbankan dengan menggunakan cash management. Salah satu motif

transaksi ini adalah menjelaskan bahwa perusahaan memegang asset likuid dengan tujuan

menghemat biaya konversi ke dalam bentuk kas. Sehingga bila terjadi kebutuhan darurat,

perusahaan dapat dengan segera memenuhinya. Kas juga dikumpulkan untuk tujuan

strategis sehingga perusahaan dapat dengan cepat menyebarkan dana untuk lebih dahulu

memulai kompetisi (Baskin, 1987) dan juga untuk menghindari risiko predator pada

industry yang terkonsentrasi.

Melihat fenomena yang terdapat pada latar belakang penelitian, akan sangat menarik

jika dapat menemukan jawaban empiris factor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Corporate Cash Holding didalam perusahaan BUMN.

Kajian Pustaka

Menurut Weygant et al. (2007) kas, merupakan bagian dari asset lancar yang paling

likuid dan tidak membutuhkan waktu konversi dan batasan waktu untuk digunakan. Ada

empat hal yang biasanya menjadi perusahaan dalam memegang kas, yakni: 1. Motif

Transaksi, 2. Motif berjaga-jaga, 3. Motif Pajak, 4. Motif Agensi. Baumol (1952) serta

Miller dan Orr (1966) didalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah permintaan kas

yang optimal memperhitungkan biaya transaksi konversi asset non finansial menjadi kas

untuk pembayaran. Opler, Pinkowitz, Stulz dan Williamson (1999) memaparkan bahwa

perusahaan dengan arus kas beresiko dan tidak memiliki pendanaan eksternal akan

cenderung memegang kas dalam jumlah besar untuk berjaga-jaga.

Page 103: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

99

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Trade Off Theory

Teori trade off merupakan teori yang mengemukakan bahwa perusahaan akan

memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan

dari memegang kas. Seperti yang dituliskan dalam Kim et al, 1998; Opler et al, 1997;

Bruinshoofd and Kool, 2002 bahwa manajer akan menentukan tingkat pemegangan kas

yang optimum dengan mempertimbangkan antara benefit dan cost dari pemegangan kas.

Pecking Order Theory

Teori Pecking Order mengemukakan adanya urutan atau hierarki sumber dana

dalam pembuatan keputusan pembiayaan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa ada

hierarki bagi perusahaan dalam melakukan pembiayaan atas proyeknya. Perusahaan

memiliki preferensi untuk menggunakan pembiayaan internal dibandngkan dengan

pembiayaan dari luar perusahaan (debt dan equity). Jika pembiayaan dari luar dibutuhkan

untuk mendanai proyek, maka terlebih dahulu akan dipilih instrument pembiayaan hutang

yang paling aman (low risk debt), kemudian instrument hutang yang memiliki risiko yang

lebih tinggi (high risk debt) dan pembiayaan ekuitas sebagai opsi terakhir karena memiliki

biaya (cost of capital) yang paling besar dibandingkan dengan ketiga opsi sebelumnya.

Keberadaan Asymmetric Information diantara manajer/perusahaan dan investor (Principal &

Agent) membuat pembiayaan eksternal, terutama pembiayaan ekuitas mempunyai biaya

yang lebih besar.

Signalling Theory

Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) dan peneliti lain dari struktur modal

perusahaan berdasarkan asymmetric information antara well-informed manager dan poorly-

informed shareholders (Meggison, 1997). Pada model ini, pimpinan dari perusahaan yang

memiliki prospek yang baik akan menginformasikan keadaan perusahaannya kepada

investor dengan harapan nilai harga sahammnya meningkat. Akan tetapi, dengan adanya

assymetric information, pimpinan tidak langsung percaya begitu saja karena pimpinan

memiliki insentif akan pengumuman informasi atau proyek investasi tersebut. Selain itu,

pimpinan perusahaan lain yang mempunyai prospek perusahaan yang buruk juga memiliki

kesempatan yang sama untuk berbuat demikian agar nilai atau harga sahamnya naik. Oleh

karena adanya ambiguitas akan kebenaran informasi tersebut, para investor cenderung

memberikan nilai atau harga yang relative rendah pada semua perusahaan, termasuk

perusahaan yang memiliki prospek yang bagus.

Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika

satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa

dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut

(Jensen dan Meckling, 1976). Principal adalah pemegang saham, sedangkan yang dimaksud

dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.

Page 104: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

100

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Free Cash Flow Theory

Free cash flow didefinisikan sebagai kelebihan kas dari yang dibutuhkan oleh

perusahaan untuk mendananai proyek-proyek yang memiliki Net Present value positif dan

tidak dibayarkan dalam bentuk dividen. Agency Cost of Free Cash Flow terjadi karena

adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham.

Dimana para pemegang saham (Principal) menginginkan kelebihan kas tersebut untuk

didistribusikan dalam bentuk dividen, sementara pihak manajemen (agent) lebih

menginginkan untuk menahan kas bebas tersebut untuk keperluan pendanaan proyek-proyek

sesuai dengan pecking order theory, dimana manajemen lebih mangutamakan untuk

menggunakan pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal.

Risk-Reduction Theory

Manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka

untuk mengurangi eksposur risiko. Liu dan Mauer (2010) mengungkapkan pada

penelitiannya tentang Bondholder dan Cost of external financing bahwa ketika risiko

meningkat, bondholder akan mensyaratkan peningkatan cadangan kas perusahaan untuk

menghindari risiko.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode

verifikatif. Dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan studi lapangan.

Dengan purposive sampling yang merupakan salah satu metode non probability sampling

perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 dengan menggunakan metode

data panel.

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala

Dependent Variable

Corporate

Cash Holding

(CH)

Kas ditangan atau tersedia

untuk diinvestasikan pada asset

fisik dan untuk dibagikan

kepada investor

Cash & cash

equivalents/(Book value of

assets – cash and

equivalents)

Rasio

Independent Variable

Firm Size

(SIZE)

Dengan adanya ukuran

perusahaan, diharapkan dapat

menunjukan besar kecilnya

suatu perusahaan dengan

melihat dari besarnya total

asset.

Ln Total Assets Rasio

Cash Flow

(CF)

Arus kas masuk operasi

dengan pengeluaran yang

dibutuhkan untuk

mempertahankan arus kas v

Cash flow from

operations/total assets Rasio

Page 105: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

101

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Net Working

Capital (NWC)

Merupakan perbagian antara

asset lancar dan kewajiban

lancar dengan total asset

(Current Assets - Current

Liabilities)/Total Assets Rasio

Leverage

(LEV)

Menunjukan penggunaan

hutang dalam rangka

pembiayaan perusahaan yang

berasal dari luar.

Total Debt/Total Assets Rasio

Capital

Expenditure

(CAPEX)

Sering dikenal juga dengan

nama belanja modal yang

merupakan pengeluaran

perusahaan untuk

mendapatkan asset tetap.

Additions Fixed Asset/total

Asset Rasio

Market To

Book (MTB)

Merupakan kesempatan

bertumbuh perusahaan (growth

opportunity)

(Book value of Assets -

Book value of

Equity+Market value of

Equity)/Book Value of

Assets

Rasio

Return on

Asset (ROA)

Merupakan atribut dari

Profitabilitas, diproksikan

dengan mengukur S

kemampuan manajemen dalam

menghasilkan pendapatan dari

pengelolaan asset (Kashmir,

2003)

Measured as ratio of

Operating Profit / Net total

Assets

Rasio

Dividen (DIV)

Besaran laba akan dikelola

untuk menjadi hak para

pemegang saham.

Bernilai 1 jika perusahaan

membayar dividen dan 0 jika

perusahaan tidak membayar

dividen

Rasio

Sumber dan Cara Penentuan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan

data yang diterbitkan dan digunakan oleh organisasi. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan data yang sesuai dengan

keperluan penelitian dari sumber data sekunder yang tersedia, baik dengan metode studi

pustaka dan juga dengan studi lapangan.

Populasi dan sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu salah satu

teknik Non Probability Sampling. Melalui teknik Purposive Sampling, maka proses

pemilihan sampel didalam penelitian ini digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Page 106: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

102

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Table 2. Proses Penentuan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan

Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI 20

Perusahaan BUMN yang baru terdaftar di BEI periode (5)

2009-2013, antara lain:

1. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk,

tanggal IPO 09 Februari 2010

2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk,

tanggal IPO 10 November 2010

3. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk,

Tanggal IPO 11 Februari 2011

4. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk,

Tanggal IPO 19 Desember 2012

5. PT. Semen Batu Raja (Persero) Tbk,

Tanggal IPO 29 September 2013

Bukan perusahaan yang bergerak dalam sektor Keuangan, (4)

baik Perbankan maupun Non perbankan.

Terdapat 4 bank BUMN yang terdaftar di BEI diantaranya

Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan bank Mandiri

11

Metode Pengumpulan Data

Data sekunder yang dikumpulkan berupa data publikasi laporan keuangan

perusahaaan dan Annual Report perusahaan BUMN yang menjadi sampel penelitian periode

tahun 2009-2013. Sesuai karakteristiknya, data variabel yang digunakan pada penelitian ini

merupakan data gabungan dari Cross Section dan Time Series yaitu Pooled Data (Data

Panel).

Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Cash Holding

(CH) pada perusahaan BUMN periode tahun 2009-2013 pada penelitian ini digunakan

model penelitian Regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan

dilakukan regresi terhadap variabel dependen dan variable independen dengan model regresi

sebagai berikut:

CHi,t = α + β1SIZEi,t + β2MTBi,t + β3CFi,t + β4NWCi,t + β5LEVi,t + β6CAPEXi,t

+ β7ROAi,t + β8DIVi,t + ε………………………………..(1)

Keterangan:

CHi,t = Corporate Cash Holding perusahaan i pada periode t

α = Koefisien konstanta

Page 107: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

103

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

β1-9 = Koefisien regresi variabel

SIZEi,t = Logaritma Natural ukuran Perusahaan i pada periode t

MTBi,t = Market to Book Ratio perusahaan i pada periode t

CFi,t = Cash Flow (aliran kas) perusahaan i pada periode t

NWCi,t = Net Working Capital perusahaan i pada periode t

LEVi,t = Leverage (tingkat utang) perusahaan i pada periode t

CAPEXi,t = Capital Expenditure perusahaan i pada periode t

ROAi,t = Return on Assets perusahaan i pada periode t

DIVi,t = Dummy Variabel Dividen perusahaan i pada periode t

ε = error

Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sampel

penelitian yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat

kesimpulan yang berlaku umum dan geralisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2011).

Uji Normalitas

Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui

uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan terdistribusi dengan normal. Ada 2

metode untuk uji normalitas yaitu:

1. Histogram Residual

2. Uji Jarque-Bera

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis terhadap penelitian ditinjau dari Goodness of Fit-nya. Dari segi

statistik, Goodness of Fit bisa ditinjau dari koefisien determinasi (R2), uji variabel penjelas

secara individual (t-statistik) dan uji variabel penjelas secara bersama-sama (F-statistik).

Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan

variabel terikat dalam persamaan/model yang akan diteliti. Bila nilai R2 =0, artinya variasi

dari variabel terikat tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel bebas. Sementara

apabila R2 = 1, artinya variasi dari variabel terikatnya dapat dijelaskan 100% oleh variabel

bebas.

Dalam analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis koefisien korelasi yang

digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan. Jika terdapat

hubungan, harus diketahui bagaimana arahnya dan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan diantara dua variabel maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai

probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha

diterima. Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat

Page 108: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

104

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

keeratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen.

Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan:

Positif (+) : Menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel

Negatif (-) : Menunjukan hubungan yang berlawanan arah antara kedua variabel

Uji Signifikansi (F-Test)

Uji statistik F atau Overall Significance test ini pada dasarnya menunjukan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011).

Hipotesis gabungan ini dapat diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA).

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 = 0

Artinya: tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini semua variabel independen bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka jika diterapkan pada

penelitian ini adalah tidak satupun dari SIZE, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage,

Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan dividen berpengaruh

terhadap Corporate Cash Holding.

H1 : minimal ada salah satu βi ≠ 0

Artinya: terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik F, dilakukan

dengan cara membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Suatu

model dianggap signifikan jika nilai probabilitas F hitung < 5% karena itu nilainya semakin

baik jika semakin rendah.

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji t

digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan (Pratomo, 2009).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 3.Data Analisis Deskriptif

MeanMedian Max Min Std

CH (Y) 0.2981 0.1 1 0.0 0.3

SIZE 13.0198 13 14.10704 11 0.5

MTB 2.0659 1.5 8.114397 0.1 1

Page 109: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

105

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

CF 0.16578 0.1 1.210198 0.0 0.1

NWC 0.2630 0.2 0.668742 -0 0.1

LEV 0.33371 0.0 0.2

CAPEX 0.0123 0.0 0.234429 -0 0.1

ROA 0.16140 0.458758 0.0 0.1

DIV 0.7272 0.4

Tabel diatas adalah statistic deskriptif yang menggambarkan profil data sampel yang

meliputi rata-rata (mean), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), dan

simpangan barku (standard deviation

Uji Normalitas

Uji normalitas yang dilakukan adalah Uji Jarque-Bera yang merupakan uji statistik

untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Chi Squares yang

digunakan adalah dengan α = 5% dan df = 2 yaitu sebesar 5.9915 (pada tabel distribusi Chi

Squares).

Table 4 Uji Normalitas Jarque-Bera

Skewness Kurtosis

Jarque- Distribusi Probability Hipotesis

Bera

CH 2.536399 9.070798 143.4305 Tdk -

normal

SIZE -0.155768 2.692024 0.439779 Normal 0.802608 Gagal tolak

H0

MTB 1.627705 6.406242 50.8754 Tdk 0 Tolak H0

normal

CF 3.820413 23.1688 1065.998 Tdk 0 Tolak H0

normal

NWC 0.033027 2.09406 1.89083 Normal 0.388518 Gagal tolak

H0

LEV 0.850322 2.942958 6.635396 Tdk 0.036236 Tolak H0

normal

CAPEX -3.32563 17.82211 604.8495 Tdk 0 Tolak H0

normal

ROA 0.787841 3.059298 5.697744 Normal 0.05791 Gagal tolak

H0

DIV -1.020621 2.041667 11.65328 Tdk 0.002948 Tolak H0

normal

Dari tabel uji Normalitas JB, dapat kita ketahui bahwa terdapat 3 variabel yang

normal dan gagal tolak Ho yaitu SIZE, NWC, dan ROA. Karena nilai probabilitas yang

kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis nol distribusi normal. Selain ketiga

Page 110: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

106

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

data tersebut datanya terdistribusikan tidak normal dan menolak H0 yaitu pada variabel-

variabel MTB, CF, LEV, CAPEX dan DIV. Hal ini disebabkan selain karena nilai Jarque-

Bera nya > dari distribusi X2 dengan df=2 yaitu 5.9915, juga mempunyai nilai probability

kurang dari 5% sehingga menyebabkan terjadinya penolakan H0.

Pemilihan Metode Estimasi Uji Chow

Pengujian Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Pooled

Least Square (PLS) dengan metode Fixed Effect (FEM) atau metode efek tetap.

Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai F-statistics lebih kecil dari tingkat

signifikansi α = 5% maka H0 ditolak. Nilai probabilitas F-statistics model adalah 0.0000

dengan demikian metode data panel Fixed Effect Method (FEM) lebih baik apabila

dibandingkan dengan metode Pooled Least Square.

Uji Hausman

Table 6.Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. d.f.

Cross-section random

Dalam pengujian Hausman ini, nilai yang harus diperhatikan adalah nilai

probabilitas dari Chi Square dengan Degree of Freedom sebanyak k dimana k adalah

jumlah variabel independen. Pada tabel hasil olah statistik menggunakan Eviews

diperlihatkan bahwa probabilitas Chi Square sebesar 0.4604 maka, Hasil pengujian tersebut

tidak signifikan dikarenakan p-value lebih dari 5%, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.

Oleh karena itu, model yang baik untuk penelitian ini adalah mengikuti Random Effect.

Page 111: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

107

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Hasil Pengujian Model Regresi Data Panel

Table 7. Estimasi Data Panel dengan Model Random Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic

C -1.594841 1.556325 -1.024748

SIZE 0.114467 0.117711 0.972441

MTB 0.017456 0.01594 1.095099

CF 0.069931 0.096041 0.728139

NWC 0.977528 0.181339 5.390622

LEV -0.094767 0.100288 -0.944955

CAPEX 0.043728 0.138161 0.316497

ROA 1.110913 0.288819 3.846402

DIV -0.069281 0.042161 -1.64323

Effects Specification

Cross-section random 0.209327

Idiosyncratic random 0.093462

Weighted Statistics

Mean dependent

R-squared 0.693613 Var 0.058385

Adjusted R-squared 0.640329 S.D. dependent var 0.155381

S.E. of regression 0.093186 Sum squared resid 0.399445

F-statistic 13.01713 Durbin-Watson stat 1.151058

Prob(F-statistic)

Unweighted Statistics

Mean dependent

R-squared 0.536101 Var 0.298173

Sum squared resid 2.473778 Durbin-Watson stat 0.185863

Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7

Intercep © -1.594841 merupakan nilai rata-rata dari komponen kesalahan random

(random error component). Nilai random effect ini menunjukan seberapa besar perbedaan

komponen kesalahan random sebuah perusahaan terhadap nilai intersep semua perusahaan

(rata-rata).

Informasi lain dari hasil analisis regresi yang ditampilkan adalah:

Page 112: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

108

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

R-squared = 0.693613; menunjukkan kemampuan model, variabel independen

mampun menjelaskan pengaruhnya sebanyak 69.36% terhadap variabel dependen

penelitian.

Adjusted R-squared = 0.640329; merupakan nilai R2 yang sudah disesuaikan.

Semakin banyak variabel independen yang dimasukkan kedalam persamaan akan

memperkecil nilai ini.

S.E. of Regression = 0.093186; merupakan standar eror dari persamaan regresi. Pada

penelitian ini standar eror persamaan regresinya cukup rendah yaitu sebesar 9.31%.

Sum squared residual = 0.399445; merupakan jumlah dari nilai residual kuadrat

pada penelitian.

Durbin-watson stat = 1.151058; nilai uji Durbin Watson (DW) yang digunakan

untuk mengetahui apakah ada autokorelasi atau tidak (hubungan antar residual)

Mean dependent var = 0.058385; nilai rata-rata variabel dependen dalam hal ini

adalah corporate cash holding

S.D. dependent var = 0.155381; merupakan standar deviasi atau simpangan baku

yang menunjukan standar penyimpangan terhadap variabel Y.

F-statistic = 13.01713; uji serempak pengaruh semua variabel independen terhadap

variabel dependen.

Prob(F-statistic) = 0 ; probabilitas nilai uji statistic F.

Hasil Pengujian Hipotesis dan Statistik

Koefisien Determinasi R2 dan Adjusted R

2

Table 8. Nilai R2 dan Adjusted R

2

R-square 0.6

Adjusted R-squared 0.6

Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7

Berdasarkan tabel terlihat bahwa R2adalah sebesar 69.36% yang berarti bahwa

corporate cash holding sebagai variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebesar 69.36% oleh model, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar

model. Variabel independen pada penelitian ini yaitu SIZE, MTB, CF, NWC, LEV,

CAPEX, ROA, dan DIV mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 69.36% terhadap

variabel dependen.

Sementara sisanya sebesar 30.64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercakup

dalam model regresi penelitian ini. Seperti variabel Research and Development (R & D)

pada penelitian Datta dan Jia (2012), Cash Conversion Cycle (CCC) pada penelitian

Drobetz dan Gruninger (2007). Variabel R & D tidak dimasukan kedalam penelitian

dikarenakan keterbatasan data R & D pada perusahaan. Hampir seluruh perusahaan BUMN

tidak mencantumkan besaran biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan

yang dilakukan. Sementara untuk CCC tidak digunakan karena dalam perhitungan

rumusnya menggunakan Inventory, sementara untuk perusahaan jasa tidak mencantumkan

persediaan pada laporan keuangannya.

Page 113: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

109

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Signifikansi Linear Berganda (F-stat)

Nilai F-stat adalah sebesar13.01713 dengan probabilitas 0. Hal ini menunjukan

bahwa nilai tersebut berada pada tingkat keyakinan 99% atau dapat dikategorikan highly

signifikan, karena memiliki nilai signifikansi 0 < 0.05.

Hasil uji F pada penelitian ini yaitu menerima H1 dengan demikian menunjukan

bahwa model yang dibuat pada penelitian ini paling tidak mempunyai sebuah koefisien

kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel

bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat/dependen.

Signifikansi Parsial (T-stat)

Dalam penelitian ini mencari t tabel (t kritis) dengan degree of freedom (df) = n-k.

Dengan n adalah banyaknya observasi yang dilakukan dan k adalah jumlah variabel bebas

ditambah konstanta sehingga = 55 – (8+1) = 46. Maka dengan df = 46 dan α = 5% maka

diperoleh t tabel 1.684

Net Working Capital (NWC) dan Return on Assets (ROA) yang berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding (CH) sedangkan variabel

independen lainnya seperti SIZE, Market to Book Ratio (MTB), Cash Flow (CF), Leverage

(LEV), Capital Expenditure (CAPEX), dan Dividen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen dikarenakan mempunyai p-value lebih besar dari tingkat kepercayaan 95% atau

signifikansi 5% (α = 0.05) sehingga diambil keputusan untuk terima H0.

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Corporate Cash Holding

Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai koefisien SIZE sebesar 0.114467

memberikan konfirmasi bahwa SIZE memiliki hubungan yang positif terhadap kebijakan

kepemilikan kas diperusahaan, tetapi dilihat dari angka probabilitas hubungan tersebut

tidaklah signifikan karena probabilitasnya > dari α sehingga

Hipotesis alternative atau hipotesis benar ditolak dan menerima hipotesis null. Hasil

ini sesuai dengan Pecking Order Theory dimana perusahaan yang berukuran semakin besar

akan memegang kas dalam jumlah yang besar pula. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada

perusahaan BUMN yang Ultimate Owner nya seebenarnya adalah satu yaitu pemerintah

Indonesia. Hal ini menyebabkan besar kecilnya suatu perusahaan tidak lagi memiliki

pengaruh besar terhadap kebijakan CH perusahaan, karena seluruhnya telah diatur oleh

ultimate.

Hasil Uji Pengaruh Market to Book Ratio (MTB) terhadap Corporate Cash Holding

Hipotesis penelitian ditolak karena p value > α sesuai dengan hasil penelitian dengan

koefisien positif sebesar 0.017456 hal ini sesuai dengan teori trade off maupun pecking

order bahwa untuk mendanai investasi yang bernilai dan pendanaan eksternal begitu mahal,

maka untuk tidak melepaskan investasi tersebut, perusahaan yang memiliki growth

opportunity akan mendanainya dengan kas. Sesuai dengan Pecking Order Theory dan

penelitian Myers (1977) yang mengungkapkan bahwa perusahaan dengan growth options

Page 114: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

110

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

yang lebih banyak biasanyamemiliki informational disadvantage yang berakibat

pembiayaan eksternal menjadi lebih mahal. Namun, hasil pada penelitian ini tidak

signifikan yang mengindikasikan bahwa growth opportunities tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat kepemilikan kas di perusahaan BUMN. Hasil tidak

signifikan pada variabel MTB disebabkan karena keputusan kepemilikan kas tidak

dipengaruhi secara signifikan oleh kesempatan investasi perusahaan.

Hasil Uji Pengaruh Cash Flow (CF) terhadap Corporate Cash Holding

Didalam penelitian ini koefisien cash flow sebesar 0.069931 memberikan bahwa

cash flow memiliki hubugan yang positif dengan kepemilikan kas perusahaan, tetapi

hubungan tersebut tidaklah signifikan dikarenakan nilai p value sebesar 0.4702 > dari α =

0.05, sehingga menolak hipotesis sebelumnya yang mengatakan bahwa cash flow

berhubungan negative dengan corporate cash holding sesuai dengan teori trade off. Hasil

positif yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yaitu perusahaan

yang memiliki arus kas yang tinggi akan memegang kas lebih besar untuk melakukan

pembayaran dividen, pembayaran hutang(pendanaan internal). Atau hubungan positif ini

juga dikarenakan perusahaan dengan cash flow yang tinggi diduga akan membayar dividen,

melunasi hutang-hutangnya.

Hasil Uji Pengaruh Net Working Capital (NWC) terhadap Corporate Cash Holding

Pada penelitian ini probabilitasnya sebesar 0 yang memberikan konfirmasi bahwa

NWC pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif

dengan kebijakan cash holding sesuai dengan koefisien yang dihasilkan sebesar 0.9977. Hal

ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa NWC yang positif akan

mengurangi kebutuhan kas diperusahaan. Hasil penelitian di Perusahaan BUMN di

Indonesia ini justru memberikan pengaruh positif dan signifikan dengan kepemilikan kas

diperusahaan. Rasionalisasi untuk argument tersebut adalah bahwa kas merupakan bagian

dari NWC sehingga pada saat terjadi peningkatan kas, NWC juga ikut meningkat. Selain

itu, current asset (asset lancar) selain kas tidak dapat menjadi substitusi bagi kas disetiap

saat seperti yang dipaparkan oleh beberapa teori sebelumnya.

Hasil Uji Pengaruh Leverage (LEV) terhadap Corporate Cash Holding

Koefisien leverage sebesar -0.094767 memberikan konfirmasi bahwa leverage

memiliki pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan pada kebijakan kepemilikan kas

perusahaan. Hasil ini sesuai dengan trade off, pecking order, dan free cash flow theory

bahwa semakin tinggi tingkat utang perusahaan, kas yang dipegang perusahaan akan

semakin kecil. Karena, menurut trade off theory utang bisa digunakan sebagai pengganti kas

dalam membiayai investasi saat pendanaan eksternal menjadi begitu mahal , sementara

menurut pecking order theory kas yang turun tidak akan bisa untuk membiayai investasi

sehingga perlu mengeluarkan utang. Sementara itu, hasil yang tidak signifikan bisa dipicu

karena utang bisa menjadi double sword yang menjadi trade off bagi perusahaan karena

disatu sisi bisa menjadi keuntungan namun disisi lain bisa menjadi kerugian atau dengan

kata lain dengan adanya pinjaman disatu sisi bisa membantu pertumbuhan perusahaan,

tetapi disisi lain dapat mengganggu likuiditas perusahaan.

Page 115: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

111

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

Hasil Uji Pengaruh Capital Expenditure (CAPEX) terhadap Corporate Cash Holding

Nilai p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.7531 menunjukan bahwa variabel CAPEX

positif, tetapi tidak signifikan sesuai dengan nilai koefisiennya sebesar 0.043728. Ini

dikarenakan ketika suatu perusahaan memiliki rencana untuk melakukan investasi yang

besar, maka perusahaan akan menyediakan cadangan kas untuk menjaga kelangsungan

pengerjaannya. Dengan keberadaan cadangan kas, maka cash holding yang dimiliki

perusahaan akan tinggi. Didasari keyakinan pada trade off theory dan transaction model

theory bahwa ada hubungan positif antara CAPEX dengan kepemilikan kas perusahaan.

Hasil Uji Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Corporate Cash Holding

Koefisien Return on Asset pada penelitian ini sebesar 1.110913 memberikan

konfirmasi bahwa ROA memiliki yang signifikan dan positif dengan kebijakan kepemilikan

perusahaan. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa ROA berpengaruh + terhadap

corporate cash holding sesuai dengan packing order theory dan penelitian Almeida (2004).

ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan/laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang tersedia

didalam perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.

Ratio ini memperlihatkan keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana

ditunjukan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Maka

semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan akan semakin meningkatkan kepemilikan

kas yang dimiliki perusahaan.

Hasil Uji Pengaruh Dividend (DIV) terhadap Corporate Cash Holding

Hasil penelitian menunjukan hasil koefisien -0.069281 dan α > 0.05 menyebabkan

variabel dividen dummy ini tidak signifikan dan menolak hipotesa alternatifnya. Dengan

kata lain variabel dummy dividen ini berpengaruh negative dan tidak signifikan. Ini diduga

karena perusahaan pembayar dividen yang kekurangan dana bisa menghasilkan dana likuid

yang low cost dengan mengurangi pembayaran dividen.

Kesimpulan

Hasil secara Simultan diperoleh:

Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen Size,

Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio,

Return on Assets, dan Dividen sebesar 69.36% terhadap variabel dependen Corporate Cash

Holding perusahaan BUMN yang tercatat aktif di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013,

sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti didalam penelitian

ini.

1. Hasil secara parsial diperoleh:

Ukuran perusahaan berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

Growth Opportunity berdasakan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak

Page 116: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

112

Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015

signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013

Cash Flow berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013

Net Working Capital berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

Leverage berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

CAPEX berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

Return On Asset berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

Dividen berdasarkan uji-t menunjukan hasil negative dan tidak signifikan terhadap

cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.

Daftar Pustaka

Baskin, J, 1987, ‗Corporate liquidity in games of monopoly power‘, Review of Economics

and Statistics, 69, hh. 312-319.

Baumol, W. J. 1952, ‗The transactions demand for cash: an inventory theoretic approach‘,

Quarterly Journal of Economics, vol. 66, hh. 545-556.

Bruinshoofd, A, & Kool, C, 2002, ‗The determinants of corporate liquidity in the

Netherlands‘, Working paper (Maastricht University, Maastricht, Netherlands).

Damodaran, A., 2005, ‗The Value of Synergy‘. Working Paper Series, NYU: Stern School

of Business.

Keynes, J.M., 1936, ―The General Theory of Employment, Interest and Moneyǁ. In the

1973 edition of the Collected Writings of John Maynard Keynes, Vol. 7., edited by

Donald Moggridge, London: Macmillan for the Royal Economic Society.

Kim, C. S., Mauer, D.C. and A. E. Sherman (1998). ―The Determinants of Corporate

Liquidity: Theory and Evidenceǁ. Journal of Financial and Quantitative Analysis 33,

305-334.

Miller, Merton H. & Daniel Orr, 1966,‘ A Model Of Demand For Money By Firms.

Quarterly Journal of Economics.

Mulligan, C. B., 1997. ―Scale economies, the value of time, and the demand for money:

longitudinal evidence from firmsǁ, Journal of Political Economy 105, 1061-1079.

Opler, Pinkowitz, Stultz, Williamson, 1997,‘The Determinants And Implications of

Corporate cash Holdings‘. NBER Working Paper Series. Working Paper 6234.

Teruel, Pedro J. García; Pedro Martínez Solano; dan Juan Pedro Sánchez Ballesta. 2009.

Accruals quality and corporate cash holdings. Journal compilation Accounting and

Finance. Vol. 49 Issue 1 (March): 95–115.

Page 117: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

113

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN

BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG

Oleh:

Martaleni

[email protected]

Fakultas Ekonomi-Uiversitas Gajayanan Malang

Ryke Novita

Badan Pusat Statistik Kota Malang

[email protected]

Abstrak

Disadari bahwa sasaran suatu organisasi akan dapat dicapai bila organisasi tersebut dapat

memuaskan pelangganya. Kepuasan pelanggan merupakan suasana hati seseorang setelah

membandingkan kenyataan yang dialami dengan harapan yang ditetapkan. Kualitas layanan yang

deberikan perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi

terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan di Biro Pusat statistik/ BPS kota Malang

dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri

dari kehandalan(reliability), daya tanggap(responsiveness), jaminan (assurance), empati

(empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan penguna perpustakaan. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung perpustakaan yang bertujuan untuk

menggunakan layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian

survei dengan menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Sampel

sebanyak 97 responden diambil dengan metode insidental sampling, dan data yang diperoleh

dianalisis dengan pendekatan Analisis Regresi Linier Berganda. Temuan dari penelitian ini,

menunjukkan bahwa kepuasan pengguna perpustakaan BPS Kota Malang dipengaruhi oleh

kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),

jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) baik secara parsial

maupun secara simultan. Namun, variabel empati (empathy) secara parsial berpengaruh positif

tapi tidak signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.

Key word : Kualitas layanan, Perpustakaan BPS Kota Malang, kepuasan pengguna

Pendahuluan

Perpustakan merupakan suatu bangunan yang terdiri dari ruangan-ruangan yang berisi

koleksi buku, jurnal, majalah, koran dan dokumen lainnya yang tersusun secara rapi, sehingga

dapat memudahkan masyarakan memanfaatkannya.

Nurlidiawati (2014) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan pranata masyarakat.

Oleh karena itu, jika kita berbicara perpustakaan khususnya di Indonesia maka tidak terlepas dari

perkembangan dan peradaban masyarakat. Perkembangan masyarakat dari hari ke hari sangat

dinamis, yang dapat ditandai dengan kebutuhan dalam segala aspek terus mengalami

peningkatan, tidak terkecuali terhadap jasa perpustakaan. Perpustakan sebagai penyedia jasa

bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayaan baik guna meningkatkan minat

Page 118: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

114

masyarakat untuk memamfaatkan jasa layanan perpustakaan. Kualitan pelayanan yang baik akan

dapat meningkatkan kepuasan masyarakat/konsumen (Martaleni, 2011., Kotler&Keller, 2014)

termasuk kepuasan pengguna perpustakaan (Kiran, 2010.,Adeniran, 2011., Hsu, Cummings &

Wang, 2014).

Di kalangan pemerintahan, kesadaran akan mutu layanan mulai berkembang sejak tahun

1980an. Kesadaran tersebut dipicu oleh kenyataan bahwa kegiatan layanan bagi masyarakat

ternyata memerlukan biaya yang sangat besar, bahkan semakin hari semakin membengkak, tetapi

belum pernah dapat memberikan hasil yang seperti diharapkan. Baik masyarakat yang dilayani

maupun pemerintah sebagai penyelenggara layanan sama-sama kecewa, karena kesejahteraan

umum tetap masih jauh dari harapan. Kekecewaan ini selanjutnya merangsang semua pihak

untuk memulai melakukan penilaian dan pengkajian menyeluruh terhadap sistem layanan

masyarakat.

Pengkajian dari pihak pemerintah awalnya menghasilkan pandangan yang masih

bercirikan birokratik. Namun dengan semakin kuatnya paksaan dari masyarakat, pemerintah

mulai mau belajar mendengarkan, dan belajar memahami aspirasi mereka. Saat ini, pemerintah

menyadari bahwa tujuan akhir dari layanan adalah mewujudkan masyarakat berdaya untuk

mengurusi semua persoalan mereka sendiri. Agar dapat mencapai tujuan tersebut pemerintah

melakukan berbagai tindakan seperti meningkatkan debirokratisasi, kewirausahaan, transparansi,

akuntabilitas, dan pemberantasan korupsi. Pemerintah menunjukkan sikap yang sangat serius

untuk memperbaiki layanannya kepada masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan diterbitkannya

Surat Edaran Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan No 56/1998 untuk seluruh

kementerian/lembaga non kementrian agar memulai menerapkan Layanan Prima di lingkungan

masing-masing.

BPS dalam mengimplementasikan Surat Edaran Menko Pengawasan Pembangunan telah

melaksanakan Reformasi Birokrasi. Secara umum Reformasi Birokrasi BPS bertujuan untuk

membangun profil dan perilaku aparatur BPS yang profesional, berintegritas tinggi, dan

mengemban amanah dalam memberikan layanan prima atas hasil data statistik yang berkualitas

sehingga para pengguna data dapat mengakses data statistik dengan lebih cepat, lebih baik, lebih

mudah, dan lebih murah. Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi BPS menginginkan terwujudnya

penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan layanan prima kepada masyarakat.

Dalam hal layanan, salah satu unit di BPS yang menjalankan fungsi layanan yaitu unit

Perpustakaan dan Dokumentasi Statistik. Unit inilah yang akan melayani hasil-hasil dari kegiatan

perstatistikan yang didokumentasikan dalam berbagai informasi. Informasi tersebut ditampilakan

dalam bentuk publikasi. Sampai saat ini perpustakaan masih menjadi pilihan utama dalam

memperoleh informasi secara langsung, mudah, dan murah. Kehadiran berbagai kalangan baik

dari perguruan tinggi maupun masyarakat umum di perpustakaan BPS mengindikasikan

keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kalangan tersebut

Keberadaan perpustakaan BPS cukup diperhitungkan oleh pencari informasi, salah satu

indikasinya adalah jumlah pengunjung selama bulan Oktober 2014 sampai dengan September

2015 mencapai 484 pengunjung. Dari seluruh pengunjung 85 persen adalah mahasiswa.

Kehadiran mahasiswa di perpustakaan BPS Kota Malang umumnya bertujuan mencari informasi

yang diperlukan untuk mendapatkan bahan penyusunan tugas-tugas kuliah atau menyusun

skripsi, tesis atau disertasi. Sedangkan pengunjung selain mahasiswa kehadirannya bertujuan

untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan untuk bahan perencanaan.

Kepuasan pengguna merupakan barometer keberhasilan suatu perpustakaan. Kepuasan

pengguna menempati urutan pertama dari 29 indikator untuk pengukuran kinerja perpustakaan

Page 119: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

115

(Purnomowati 2000). Kepuasan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang atau

sekelompok orang yang telah berhasil mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan.

Kepuasan pengguna informasi merupakan tingkat kesepadanan antara kebutuhan yang ingin

dipenuhi dengan kenyataan yang diterima.

Untuk mengatasi permasalahan saat ini yang berupa celah antara masa kini dan masa

yang akan datang perlu kiranya BPS juga melakukan evaluasi melalui penilaian oleh penerima

layanan terhadap kualitas layanan yang diberikan saat ini. BPS Kota Malang merupakan

perwakilan BPS di daerah tentunya tidak lepas dengan permasalahan di atas. Untuk itu perlu

kiranya BPS Kota juga melakukan hal tersebut guna mendukung pelaksanaan Reformasi

Birokrasi BPS. Sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukan, maka menarik untuk

dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh kualitas layanan

dengan dimensi kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),

empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan pengguna perpustakaan,

baik pengaruh secara simultan maupun secara parsial.

Kajian Teori

Di era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi, telah

memberikan dampak yang signifikan terhadap beberapa sektor dalam kehidupan masyarakat.

Perkembangan tersebut juga telah merambah ke industry yang memproduksi komponen jasa

lebih banyak atau biasa dikenal industri jasa. Industri jasa dalam beberapa tahun terakhir ini

memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian dunia. Bahkan, dibeberapa

Negara, sector jasa telah memberikan sumbangan sekitar lima puluh persen terhadap pendapatan

suatu Negara. Demikian halnya, kalu kita amati setiap hari rasanya tidak pernah orang-orang

berhenti membicarakan tetang jasa dan kualitas layanannya, entah itu tentang suatu produk yang

kualitas layanannya baik atau kurang baik (Tjiptono & Candra, 2011, Kotler & Keller, 2014)).

Hal ini, memberikan mana bahwa kualitas layanan begitu penting bagi kebanyakan orang dalam

kehidupannya sehari-hari. Pertanyaannya apakah yang dimaksud dengan kuaitas layanan itu.

Pertanyaan ini yang meggelitik ini, dapat memmberikan makna yang beraneka ragam jawaban

yang sangat tergantung pada konteks dan persepsi individual, Selain itu, karena standar kualitas

jasa sangat bervariasi dan cendrung dinamis atau mengalami perubahan sepanjang waktu

(Tjiptonao &Chandra, 2011).

Kualitas jasa yang diterima oleh seseorang akan berpengaruh signifikan bagi penciptaan

diferensiasi, positioning, citra (image), kepuasan,loyalitas dan strategi bersaing setiap organisasi,

baik perusahan manufaktur maupun penyedia jasa (Tjiptonao &Chandra, 2011., Martaleni,

2011). Lebih lanjut dikatakan bahwa jasa adalah merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang

dilakukan oleh seseorang atau organisasi yang pada dasarnaya tidak berwujud (intangible), yang

secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama (Kotler & Keller,

2014).

Kotler dan Keller (2014) membedakan lima kategori tawaran perusahan kepada pasar,

sebagai berikut: a).Pure tangible good, yaitu suatu penawaran produk yang tidak ada jasa

menyertainya, contohnya penawaran sabun, garam, permen; b) Tangible good with accopanying

servic yaitu suatu penawaran produ yang disertai jasa layanan, seperti komputer,, mobil dan

komputer. Biasanya semakin maju teknologi suatu produk maka semakin baik jasa layanan

pendukungnya; c). Hybrid yaitu penawaran barang dan jasa proposional seperti restoran; d).

Mayor service with accompanying minor goods and services merupakan penewaran jasa yang

Page 120: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

116

utama dan dilengkapi dengan produk pendukung, seperti layanan pesawat terbang yang ditambah

dengan makanan dan minuman; dan e). Pure service yaitu layanan yang utama adalah jasa

seperti penitipan bayi, psikoterapi atau pijat. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

penawaran produk ke pasar itu sangat bervariasi, sangat tergatung dari jenis dan sifat produk

serta teknologinya. Ada suatu produk yang dalam pelayanannya tidak begitu memerlukan jasa

tambahan, namun ada juga yang dalam penyediaanya disertai layanan jasa yang disesuaikan

dengan kebutuhan konsumen.

Pembahasan tentang kualitas jasa merupakan bagian yang sangat kompleks, karena

penilaian kualitas jasa berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena

sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan produksi serta konsumsi berjalan secara simultan.

Dalam konteks penilaian kualitas produk maupun jasa telah diperoleh kesepakatan, bahwa

harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi

kualitas maupun kepuasan. Yang dimaksud dengan kepuasan wisatawan terhadap suatu jasa

adalah perbandingan antara persepsi wisatawan terhadap jasa yang diterima dengan harapannya

sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah

memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang sangat

tinggi (very satisfy). Sebaliknya, apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas

jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani

konsumennya. Apabila harapannya sama dengan apa yang dia peroleh, berarti wisatawan itu

puas (satisfy) (Kotler dan Keller, 2014).

Menurut parasuraman, Zeithaml, & Berry, (2004) kualitas jasa yang ditawarkam

memiliki lima dimensi utama yang disusun sesuai dengan urutan tingkat kepentingan relatifnya

sebagai berikut: (1) Reliabilitas (reliability), merupakan kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan

menyampaikan jasanya dengan waktu yang disepakati; (2) Daya tanggap (responsiveness),

berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karayawan untuk membantu para pelanggan

dan merespon permintaan mereka, serta mnginformasikan kapan jasa akan diberikan dan

kemudian menberikan jasa secara cepat; (3) Jamainan (assurance), yakni perilaku para karyawan

mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa

menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan

selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.; (4) Empati (empaty) yaitu perusahaan

memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman;

Bukti fisik (tangible), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material

yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

Dimensi kualitas layanan yang diberikan pada konsumen, akan memberikan dampak

positif terhadap kepuasan konsumen. Beberapa kajian tentang dampak kualitas layanan terhadap

kepuasan konsumen telah banyak dikaji, diantaranya Kiran, (2010)., Adeniran, (2011).,

Martaleni, (2014)., Wantara, (2015)yang menjelaskan bahwa kualitas layanan berpengaruh

signifikan pada kepuasan konsumen. Bahkan Adeniran, 2011 menyatakan bahwa kepuasan

konsumen dapat memperkuat loyalitas konsumen terhadap kualitas yang disajikan. Faulant,

Matzler dan Fuller (2008) menyatakan bahwa nilai kepuasan konsumen dan image yang tinggi

memiliki hubungan dengan nilai loyalitas konsumen yang tinggi.

Page 121: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

117

Kepuasan pelanggan telah memberikan manfaat penting dalam bisnis yang memiliki

keterkaitan positif dengan loyalitas pelanggan, membangun sebuah image organisasi,

meningkatkan toleransi harga, dan sebagainya (martaleni, 2011). Definisi kepuasan yang

terdapat dalam berbagai literatur cukup beragam, Kotler dan Keller (2014) mendefinisikan

kepuasan sebagai perasaan seseorang terhadap suatu produk (barang dan jasa) setelah ia

membandingkan kenyataan yang dirasakan dengan harapannya. Kotler dan Keller (2014)

mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan: (1) sistem keluhan

pelanggan dan saran, dimana setiap organisasi perlu menyediakan kesempatan dan akses yang

mudah dan nyaman bagi para pelanggan guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan

keluhan mereka, seperti tersedianya nomor telpon bebas pulsa. (2) Ghost shopping atau yang

disebut juga dengan Mystery shopping, merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran

mengenai kepuasan pelanggan dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopping untuk

berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan atau pesaing. Mereka

diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. (3)

Lost customer analysis, yaitu menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau

yang telah pindan pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat

mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. (4) Survei kepuasan pelanggan, yaitu riset

kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik survei melalui pos,

telepon, e-mail, websits, maupun wawancara langsung.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research atau penelitian penjelasan,

karena tujuan penelitian ini menguji hubungan antara variabel terikat (dependent variable dan

variabel bebas (independent variabel). Malhotra (2005) menjelaskan bahwa penelitian

explanatory (penjelasan) adalah suatu jenis penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-

variabel penelitian dan menguji hipotesa yang dirumuskan. Data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung

dari responden yang merupakan pengunjung/pengguna perpustakaan BPS Kota Malang melalui

kuesioner yang dikirim secara langsung ke email responden. Data sekunder adalah data yang

diperoleh bukan dari sumber utama. Dalam penelitian ini , data sekunder merupakan data

pendukung yang diperoleh dari database PST tentang jumlah pengunjung/pengguna

perpustakaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah, seluruh pengunjung/ pengguna perustakaan yang

mendapatkan pelayanan pada selang waktu Oktober 2014-September 2015. Sampel sebanyak 97

responden diperoleh dengan teknik insidental sampling yang merupakan cara pengambilan

sampel secara tidak acak (non-probability sampling), dimana masing-masing anggota tidak

memiliki peluang yang sama untuk terpilih anggota sampel. Setelah data terkumpul dilakukan

pengolahan data dengan model regresi berganda dengan bantuan program komputer SPSS,

sedangkan uji f dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial.

Hasil Penelitian

Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini sejumlah 97 responden dari

390 responden yang dikirimkan kuesioner melalui email pada selang waktu Oktober 2014–

September 2015. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 54 responden berjenis kelamin laki-laki,

dan 43 responden berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari kelompok umur, maka jumlah

Page 122: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

118

pengguna perpustakaan BPS yang menjadi sampel pada penelitian ini terbanyak berusia pada

kisaran kelompok umur 21 – 25 tahun, yaitu sebesar 56,7%. Sedangkan dari status pekerjaan

pengguna, terlihat bahwa penguna perpustakaan 81,44% berstatus mahasiswa, pelajar 5,16%,

pegawai swasta 11,34% dan 2,06 % lainya.

Sebelum dilakukan pengiriman kuesioner, dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil

yang valid untuk masing-masing pertanyaan. Secara ringkas hasil uji validitas dan reliabilitas

kuesioner penilitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 berikut:.

Tabel 1

Hasil Uji Validitas

Korelasi Nilai Sig.r alpa 5% Simpulan

X1.1-X1total 0,000 0,05 Valid

X1.2-X1total 0,000 0,05 Valid

X1.3-X1total 0,000 0,05 Valid

X2.1-X1total 0,000 0,05 Valid

X2.2-X1total 0,000 0,05 Valid

X2.3-X1total 0,000 0,05 Valid

X3.1-X1total 0,000 0,05 Valid

X3.2-X1total 0,000 0,05 Valid

X3.3-X1total 0,000 0,05 Valid

X3.4-X1total 0,000 0,05 Valid

X4.1-X1total 0,000 0,05 Valid

X4.2-X1total 0,000 0,05 Valid

X4.3-X1total 0,000 0,05 Valid

X4.4-X1total 0,000 0,05 Valid

X5.1-X1total 0,000 0,05 Valid

X5.2-X1total 0,000 0,05 Valid

X5.3-X1total 0,000 0,05 Valid

X5.4-X1total 0,000 0,05 Valid

Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015

Page 123: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

119

Tabel 2

Hasil Uji Reliablitas

Variabel Cronbac

h Alpha

Kriteri

a Simpulan

Reliability (X1) 0,801 0,6 Reliabel

Responsiveness (X2) 0,871 0,6 Reliabel

Assurance (X3) 0,925 0,6 Reliabel

Empathy (X4) 0,919 0,6 Reliabel

Tangibles (X5) 0,798 0,6 Reliabel

Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015

Dari Tabel 2 terlihat bahwa seluruh variabel menunjukkan hasil dari nilai Cronbach

Alpha lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dari kuesioner pertanyaan

dikatakan reliabel atau handal.

Analisis Deskriptif

Untuk mendiskripsikan variabel-variabel penelitian melalui intepretasi distribusi

frekuensi, rerata dari jawaban jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3

Rerata Jawaban responden

Nama Variabel Item

Rerata

Peritem

Rerata

Pervariabel

Variabel

Kehandalan

Layanan Terbaik 3,91

3,83 Data Sesuai Kebutuhan 3,82

Layanan teknologi modern 3,75

Variabel

Tanggapan

Layanan Peminjaman Buku 3,86

3,92 Tanggap Dalam Pelayanan 3,96

Membantu Permasalahan 3,93

Variabel Jaminan

Berbicara Menyenangkan 4,01

4,01 Kemampuan Dalam Menjawab 3,74

Lingkungan Aman 4,12

Layanan Sopan dan Ramah 4,18

Variabel Empati

Perhatian Petugas 4,01

4,01

Memahami Kebutuhan spesifik 3,74

Hati-hati Dalam mendengarkan

Permintaan 4,12

Membatu Dalam pencarian Buku

(X4.4) 4,18

Variabel Berwujud Fasilitas Perpustakaan Lengkap 3,88 4,04

Page 124: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

120

Petugas Berpakaian Rapi 4,23

Kebersihan dan Kerapian Terjaga 4,39

Data Lengkap dan Rapi 3,66

Variabel Kepuasan

Pengguna

Perpustakaan

Layanan Sesuai Harapan 3,94

4,04 Kualitas Layanan Memuaskan 4,06

4,07

4,06

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015

Variabel Kehandalan (Reliability)

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa variebel kehandalan (reliability) diukur dengan

menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan terbaik, data sesuai kebutuhan dan layanan

dengan teknologi modern. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas

pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator

pertama yaitu layanan terbaik memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul data sesuai kebutuhan

dan layanan menggunakan teknologi modern dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa layanan baik yang diberikan kepada pengguna layanan perpustakaan,

merupakan faktor utama yang membuat pengguna merasa puas. Selanjutnya nilai rata-rata

keseluruhan sebesar 3.83, ini dapat diartikanbahwa kehandalan memiliki nilai yang tinggi dalam

menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.

Variabel Tanggapan (Responsiveness)

Variabel tanggapan diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan

pemimjaman buku, tanggapan dalam pelayanan dan membantu permasalahan. Masing-masing

indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban.

Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator tanggapan dalam pelayanan memperoleh

nilai rata-rata tertinggi, disusul membantu permasalahan saat menggunakan layanan

perpusatakaan dan tanggapan dalam pelayanan dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut

dapat dimaknai bahwa memberikan layanan dengan tanggap pada permasalahan atau kebutuhan

pengguna perpustakaan adalah merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat ketanggapan

seorang karyawan dalm melayani pengguna perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan

indikator sebesar 3.92, ini dapat diartikan bahwa tanggapan yang diberikan karyawan

perpustakaanatau karyawan yang cepat tanggap dalam melayani pengguna perpustakaan

memiliki nilai yang cukup tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.

Variabel Jaminan (Assurance)

Variabel jaminan diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator berbicara

menyenangkan, kemampuan dalam menjawab, lingkungan aman dan layanan sopan dan ramah.

Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima

pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator layanan yang sopan dan

ramah memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul lingkungan aman, berbicara menyenangkan

Page 125: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

121

dan kemampuan dalm menjawab dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa

dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor

utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna

perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa

jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah,

aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna

perpustakaan.

Variabel Empati (Empaty)

Variabel empati diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator perhatian

petugas, memahami kebutuhan spesifik, kehati-hatian dan membantu dalm pencarian buku.

Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima

pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator membantu dalm pencarian

buku memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul kehati-hatian, perhatian petugas dan

memahami kebutuhan spesifik dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa

dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor

utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna

perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa

jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah,

aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna

perpustakaan.

Variabel Berwujud (Tangibles)

Variabel berwujud atau bukti fisik diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu

fasilitas perpustakan lengkap, petugas berpakaian rapi, kebersihan dan kerapin terjaga, dan data

lengkap dan rapi. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas

pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator

kebersihan dan kerapian terjaga memperoleh nilai rata-rata tertinggi, petugas berpakaian rapi,

fasilitas perpustakan lengkap dan data lengkap dan rapi dengan nilai yang paling rendah. Hal ini

dapat dimaknai bahwa indikator kebersihan dan kerapian terjaga merupakan faktor utama dalam

mengukur tingkat bukti fisik yang menggabarkan kualitas layanan. Nilai rata-rata dari

keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa bukti fisik berupa ketersediaan

fasilitas yang lengkap, kerapian pakaian petugas, tersedianya data yang rapi dan bersih memiliki

nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.

Variabel Kepuasan Pengguna

Variabel berwujud diukur dengan menggunakan dua indikator, yaitu layanan sesuai

harapan dan kualitas layanan memuaskan. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban

responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak

bahwa indikator kualitas layanan memuaskan memperoleh nilai rata-rata tertinggi, dan layanan

sesuai harapan memiliki niai rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa indikator kualitas layanan

memuaskan erupakan faktor utama dalam mengukur tingkat kepuasan pengguna. Nilai rata-rata

Page 126: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

122

dari keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa kepuasan pengguna

perpustakan BPS kota malang tinggi terhadap kualitas layanan yang diberikan.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara

variabel bebas yaitu kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance,

empati/empathy, bukti langsung/tangibles terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Tingkat

kepercayaan yang digunakan dalam perhitungan regresi linier berganda adalah sebesar 95% atau

dengan tingkat signifikasi 0,05 (α=0,5). Hasil analisis regresi linier berganda sebagaimana pada

Tabel 4 berikut:

Tabel 4

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien

Regresi (bi) t hitung Prob

Koefisien

Determinasi

Parsial

Costanta 1.733 1.079 0,283

Reliability (X1) 0,397 7.033 0,000 0,593

Responsiveness

(X2) 0,129 2.371 0,020 0,241

Assurance (X3) 0,124 1.794 0,076 0,185

Empathy (X4) 0,080 1.204 0,232 0,125

Tangibles (X5) 0,286 3.810 0,000 0,371

R2 disesuaikan = 0,610 Fhitung = 11337

Multiple = 0,794 Probabilitas = 0,00

N = 97 Alpha = 0,05

Sumber:Data Primer diolah,Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 4, tampak nilai R Square sebesar 0,610 yang dapat diartikan bahwa

varibel kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance,

empati/empathy, bukti langsung/tangibles memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam

peningkatan kepuasan pengguna perpustakaan. Sementara 36,9% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Untuk menjawab tujuan penelitian tentang pengaruh dimensi kualitas layanan secara

simultan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan dilakukan uji f dengan tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05), dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 5 berikut:

Page 127: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

123

Tabel 5

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of

Squares

df Mean

square

F Sig

Regresssion 5,119 5 1,024 11,337 0,0003

Residual 3,161 35 0,090

Total 8,280 40

a. Predictor (Constant), X5rata2, X2rata2, X3rata2, X4rata2, X1rata2

b. Dependent Variable: Yrata2

Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian sebesar 11,337

dengan taraf signifikan .000s. Nilai signifikansi adalah dibawah 0,05. Dengan demikian dapat

dijelaskan bahwa secara simultan kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya

tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati /empathy dan bukti langsung/tangibles

terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, untuk

melihat pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya

tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy secara parsial terhadap kepuasan

pengguna perpustakaan dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan

menggunakan pengujian satu arah, dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 2 berikut:

Tabel 6

Hasil Uji t

Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 6, tampak bahwa variabel kualitas layanan yang terdiri dari:

kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance dan bukti

langsung/tangibles nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,5, sehingga dapat dimaknai bahwa

secara parsial masing-masing variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan

pengguna perpustakaan, namun untuk variabel empaty/empaty dimana nilai signifikansinya lebih

besar 0,05, sehingga variabel empaty/empaty tidak berpengaruh signifikan pada kepuasan

pengguna. Ini dapat dimaknai bahwa rasa empaty seorang karyawan dalam memberikan

pelayanan belum mampu mebuat pengguna perpustakaan puas.

Variabel Independent t Sig.

Kehandalan/reliability (X1) 7.033 .000

Daya Tanggap /responsiveness (X2) 2.371 .020

Jaminan/assurance (X3) 1.794 .076

Empati/empathy (X4) 1.204 .232

Bukti Langsung/tangibles (X5) 3.810 .000

Variabel Dependent = Kepuasan Pelanggan

Page 128: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

124

Untuk melihat dimensi kualitas layanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan

pengguna perpustakaan, dapat dilihat nilai standardized coefficients beta yang paling besar,

sebagaimana tampak pada Tabel 3 berikut:

Tabel 7

Hasil Nilai Standardized Coefficients Beta

Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 7 nilai standardized coefficients beta terbesar ditunjukkan oleh yaitu

sebesar 0,509. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel kehandalan/reliability yang

paling berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan

oleh perpustakaan BPS Kota Malang telah mampu meningkatkan kepuasan pengguna

perpustakaan. Aspek kehandalan petugas dalam hal menerima kedatangan pengguna

perpustakaan, prosedur pelayanan dan penggunaan teknologi yang modern memberikan

pengaruh besar terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Kehandalan pelayanan yang

diberikan karyawan Perpustakaan BPS Kota Malang telah sesuai dengan Standard Operating

Procedure (SOP) pelayanan yang dimiliki, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

Merujuk pada SOP yang tergambar pada Gambar 2, terlihat bahwa jalur yang harus

dilalui pengguna perpustakaan tidak terlalu panjang. Pengguna akan langsung diterima

resepsionis untuk mengisi buku tamu dan menentukan pilihan layanan melalui sistem layanan

terpadu kemudian langsung diarahkan resepsionis menuju pilihan yang dibutuhkan pelanggan.

Hal tersebut menjadi suatu indikasi bahwa aspek prosedur mendapatkan penilain tertinggi pada

variabel kehandalan/reliability.

Variabel Independent Standardized Coefficients

Beta

Kehandalan/reliability (X1) 0,509

Daya Tanggap /responsiveness (X2) 0,177

Jaminan/assurance (X3) 0,119

Empati/empathy (X4) 0,078

Bukti Langsung/tangibles (X5) 0,289

Page 129: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

125

Gambar 2. Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Perpustakaan BPS Kota Malang

Sumber: Perpustakaan BPS Kota Malang

Berdasarkan hasil analisis diskriptif sebagimana pada Tabel 3 terlihat bahwa dari ketiga

indikator pada kehandalan/reliability, layanan baik yang diberikan petugas memberikan

kontribusi besar dalam menetukan kehandalan kualitas pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan

yang diberikan adalah berupa peminjaman dokumen atau buku yang berkaitan data yang

dibutuhkan pengguna. Perpustakaan BPS Kota Malang telah memiliki website dengan alamat

www.bps.malang.kota . Didalam website tersebut ditampilkan publikasi yang wajib diterbitkan

BPS secara berkala. Publikasi yang ditampilkan antara lain Kota Malang Dalam Angka; Produk

Domestik Regional Bruto Kota Malang; Statistik Daerah Kota Malang Kecamatan Dalam

Angka, Statistik Daerah Kecamatan, Berita Resmi Inflasidan publikasi hasil Sensus (Penduduk,

Ekonomi dan Pertanian

Kualitas kehandalan/reliability berpengaruh positif yang signifikan dan searah terhadap

kepuasan pengguna perpustakaan. Artinya apabila kualitas layanan tersebut ditingkatkan maka

kepuasan pengguna akan meningkat. Nilai standardized coefficient beta menunjukan nilai

terbesar dibandingkan variabel lain. Artinya kualitas kehandalan/reliabilitypaling berpengaruh

positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Dengan peran tersebut maka

aspek kualitas layanan kehandalan/reliability menjadi prioritas utama untuk meningkatkan

kepuasan pengguna perpustakaan.

Berdasarkan diskripsi jawaban responden bahwa kualitas layanan daya

tanggap/responsiveness dinilai baik. Dari ketiga aspek yang dinilai aspek penilaian kecepatan

petugas dalam melayani peminjaman buku dan kesediaan petugas dalam menanggapi permintaan

pengguna menunjukkan nilai yang hampir sama. Hal tersebut juga dapat menggambarkan

petugas perpustakaan dalam mengimplentasi maklumat layanan BPS yang ke 6 yaitu merespon

dengan cepat terhadap permintaan pengguna sesuai dengan informasi yang tersedia. Sedangkan

penilaian pengguna perpustakaan terhadap sikap kesungguhannya dalam membantu pengguna

perpustakan lebih rendah dibandingkan penilian terhadap kedua aspek yang lain.

Kualitas layanan jaminan/assurance jug amemberikan pengaruh positif yang signifikan

terhadap kepuasan pengguna layanan. Kompetensi petugas dalam berkomunikasi dan

pengetahuan dalam melayani pengguna perpustakaan memberikan pengaruh positif yang

signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Demikian juga aspek perilaku yang

tercermin dari keramahan dan kesopansantuan petugas dalam melayani pengguna perpustakaan

juga memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.

1

(Pengunjung

datang)

2

Resepsionis

3

(Mengisi buku tamu &

menentukan pilihan layanan)

4a

(Perpustakaan

tercetak

4b

Perpustakaan

4c

Data mikro

4d

Konsultasi

4c

Penjualan

5

(Pengunjung

pulang)

Layanan

Cetak

Page 130: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

126

Penilaian pengguna perpustakaan terhadap kualitas jaminan/assurance yang disajikan

pada Tabel 3 menunjukkan penilaian tertinggi terletak pada kompetensi petugas dalam hal

berbicara menyenangkan pengguna. Sedangkan penilaian terendah terletak pada kompetensi

petugas dalam menjawab pertanyaan pengguna.

Dalam hal layanan BPS Kota Malang selama ini belum pernah melaksanakan suatu upaya

peningkatan kompetensi petugas perpustakaan dalam melayani pengguna. Petugas masih

mengandalkan kompetensi, pengalaman yang dimiliki dan berusaha memahami secara mandiri

maklumat layanan yang menjadi pedoman petugas dalam menjalankan tanggung jawab sebagai

pelayan perpustakaan.

Kualitas Layanan empati/empathy pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh positif

yang signifikanterhadap kepuasan pengguna perpustakaan.Perhatian petugas perpustakaan

terhadap individu pengguna perpustakaan tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan

dalam meningkatkan kualitas layanan.

Penilaian pengguna terhadap kualitas layanan empati/empathy berdasarkan analisis

deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 secara rata-rata dapat dikatakan baik. Dari ke 4 aspek yang

diteliti, membantu dalam mencari buku merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar

terhadap rasa simpati petugas pada pengguna layanan perpustakaan. Sedangkan aspek

memahami kebutuhan spesifik petugas dalam memahami kebutuhan spesifik pengguna

mendapatkan penilaian terendah dari pengguna perpustakaan. Penilaian pada aspek ini dapat

dikatakan merupakan penilaian terhadap petugas dalam mengimplentasikan maklumat layanan

BPS yang ke 7 yaitu memiliki empati, rasa peduli, dan penuh perhatian terhadap setiap

pengguna.

Kualitas Layanan bukti langsung/tangible berpengaruh positif yang signifikan dan searah

terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Bukti langsung ini menunjukkan bahwa kemampuan

BPS dalam menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat. Penampilan dan kemampuan sarana

dan prasarana fisik perpustakaan BPS telah mampu memberikan pengaruh positif yang

signifikan terhadap kepuasan pengguna. Keadaan ini tidak dapat dipungkiri bahwa gedung BPS

termasuk unit perpustakaan pada saat ini merupakan gedung yang baru selesai dibangun pada

akhir tahun 2012. Sedangkan pada awal tahun 2013 BPS Kota Malang mendapatkan anggaran

untuk pengadaanmebeuler untuk menunjang sarana gedung baru.

Hal tersebut merupakan upaya BPS dalam meningkatkan layananyang tertuang dalam

salah satu Rencana Strategis BPS yaitu meningkatkan kualitas saranadan prasarana fisik. Salah

satu langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut adalah membangun dan

merenovasi gedung kantor yang memadai sesuai dengan kebutuhan organisasi dan jumlah SDM.

Upaya yang telah dilakukan BPS yaitu keberadaan fasilitas perpustakaan sebagaimana

hasil analisis deskripsi yang tersaji pada Tabel 3, mendapatkan penilaian yang relatif rendah

dibandingkan dengan aspek yang lain. Demikian juga dengan kelengkapan data dan informasi

mendapatkan penilain terendah dari ke 3 aspek yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa

perpustakaan BPS hanya menyajikan referensi hasil kegiatan BPS dan beberapa publikasi yang

berkaitan dengan rujukan BPS. Pengguna mempunyai persepsi bahwa seluruh kebutuhan data

dan informasi pasti tersedia di perpustakaan BPS. Penilaian tertinggi diberikan pada aspek

kebersihan dan kerapian perpustakaan. Hal ini tidak lepas dari peran BPS dalam

mengimplementasikan maklumat layanan BPS yang ke 8 yaitu menyiapkan ruang dan fasilitas

yang nyaman dan tertata baik.

Kepuasan pengguna perpustakaan pada penelitian dinilai dari kepuasan pelanggan

keseluruhan (Overall Customer Satisfaction) dan konfirmasi harapan (Confirmation of

Page 131: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

127

Expectation) . Dari hasil analisis deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa penilaian

pengguna perpustakaan terhadap kepuasan secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sama

dengan kepuasan yang dinilai dari konfirmasi harapan. Pengguna secara umum merasa puas

dengan layanan yang diberikan petugas perpustakaan. Pengguna secara umum merasa layanan

yang telah diterima sesuai dengan harapannya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan

yang diberikan perpustakan BPS Kota Malang dengan dimensi kehandalan/reliability, daya

tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy dan bukti langsung/tangibles secara

bersama-sama mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Sementara itu, secara

parsial dimensi kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, dan

bukti langsung/tangibles juga mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Namun,

empati/empaty seorang karyawan perpustakaan tidak memberikan pengaruh yang bermakna

terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, kehandalan/reliability merupakan

dimensi kualitas layanan yang paling mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakaan.

Saran

Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak yang berwenang di BPS Kota Malang

untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan terhadap pengguna perpustakan

terutama pada layanan kehandalan dibidang tekhnologi yang moderen agar terus meng-update

teknologi yang dugunakan. Selanjutnya kepada peneliti lain, dapat mengembangkan model

penelitian ini dengan mengkaji atau menambah variabel lain, seperti variabel proses dalam

model penelitian ini guna memperoleh hasil yang lebih konperehensip tentang kualitas layanan

dan dampaknya terhadap kepuasan konsumen.

Daftar Pustaka

Adeniran, P. 2011. User satisfaction with academic libraries services: Academic staff and

students perspectives. International Journal of Library and Information Science, 3(10),

209-216.

Faullant, R, Matzler, K and Fuller, J, 2008.The Impact of Satisfaction and Image on Loyalty:

The Case of Alpine Ski Resorts, Managing Service Quality, 18(2), 163-178.

Gi-Du Kang dan James, 2004. Service Quality Dimentions : an examination on Gronroos’s

service quality model, Managing Service Quality, 14(4).

Gronross, C, 2004. Guru’s View The Perceived Service Quality Concept- a Mistake?, Managing

Service Quality. 11(3).

Kiran, K. 2010. Service quality and customer satisfaction in academic libraries Perspectives from

a Malaysian university. Service quality and customer satisfaction, 59 (4), 261-273.

Page 132: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Martaleni Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Ryke Novita Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

128

Kotler, P dan Keller, K.L. 2014. Marketing Management, 14th

Pearson Education, Inc, New

Jersey.

Hsu,M.K., Cummings, R.G & Wang, S.W. 2014. Business Students Perception Of University

Library service Quality And satisfaction. Contenporary Issues In Education research

Second-Ouarter, 7(2), 137-144.

Maholtra, N.K, 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, PT Indeks Kelompok Gramedia.

Nurlidiawati. 2014. Sejarah perkembangan Perpustakaan di Indonesia. Jurnal Ilmu Perpustakaan

kearsipan Khizanah AL-Hikmah, 2(1), 18-27.

Purnomowati, Sri. (2000). Mengukur Kinerja Perpustakaan BACA. 25, No 3-4. PDII-LIPI.

Jakarta.

Tjiptono, F & Chandra, G. (2011). Sevice, Quality & Satisfaction. Andi. Yogyakarta

Wantara, P. 2015. The Relationships among Service Quality, Customer Satisfaction, and

Customer Loyalty. International Journal of Economics and Financial Issues, 205 (Special

Issue) 264-269.

Zeithaml, VA and Bitner, MJ, 2004. Service Marketing, MC Graw-Hill Education, New York

Page 133: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

129

Pengaruh Kepuasan Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan/ti Dengan

Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Karyawan Outsourcing

PT. J Yang Ditempatkan Di Kampus II Untar Jakarta).

Muhammad Tony Nawawi

Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta

Email : [email protected]

Abstract

This study on the Influence Job Satisfaction and Job Motivation on Employee

Performance with Organizational Commitment as an Intervening Variable (Study of Employee

outsourcing PT J placed Tarumanagara University. Population in this study all employees

outsourcing PT J, with sampling techniques is purposive random sampling, and samples taken

50 employees. Purpose of the study is to examine and analyze the effect of job satisfaction and

motivation on employee performance. Analysis is the method of multiple regression analysis and

test assumptions, and validity testing is also done and reliability with the help of SPSS

(Statistical Program for Society Science) versus 16:00. analysis showed that the presence of a

significant positive effect between satisfaction and job motivation on organizational

commitment, with a significance of 0.000 <0.05, and R Square value 0.308, meaning 30.80% of

organizational commitment is influenced by the level of job satisfaction and motivation. while

other results indicate that the presence of a significant positive effect between job satisfaction

and motivation and organizational commitment to employee performance, with a significance of

0.000 <0.05, and R Square value 0.732 performance of 73.2% means employees outsourcing is

influenced by the level of satisfaction, motivation, and organizational commitment.

Keywords: job satisfaction, job motivation, employee performance, organizational commitment,

hypotheses testing, multiple regression.

Pendahuluan

Di era industri modern saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk melakukan segala

sesuatunya dengan cara cepat, efektif dan efisien. Perusahaan harus melakukan efisiensi dengan

berbagai cara, misalnya dengan cara menghemat biaya operasional, mengurangi jumlah

karyawan, menutup cabang lain yang kurang produktif.

Pada saat ini salah satu strategi yang mulai banyak diadopsi oleh perusahaan dalam

rangka menciptakan efisiensi tersebut adalah menggunakan tenaga kerja outsourcing, dimana

dengan system ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran di bidang rekrutmen, kehadiran

perusahaan outsourcing membuat perusahaan memiliki alternatif dalam menjalankan bisnisnya.

Outsourcing adalah pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan

penyelia jasa, dimana badan tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan

definisi serta indikator yang telah disepakati oleh pihak lain (Chandra K.;2007). Beberapa

ketentuan pokok dan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain dalam outsourcing diatur dalam UU No. 13/2003 dan Kemenakertrans No.

220/MEN/X/2004, khususnya pasal 66 dalam UU No.13 Tahun 2003 itu menyatakan bahwa

outsourcing diperbolehkan hanya untuk kegiatan penunjang dan kegiatan yang tidak

berhubungan langsung dengan proses produksi. Interpretasi yang diberikan UU tersebut masih

Page 134: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

130

sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha dewasa ini, dimana penggunaan

tenaga outsourcing tersebut semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.

Keberadaan perusahaan outsourcingitu, memang sudah menjadi kebutuhan bagi

perusahaan saat ini, karena tidak semua perusahaan sudah benar-benar siap untuk memiliki

karyawan tetap dengan segala konsekuensinya.Bagaimana tidak, disaat mereka dituntut untuk

lebih efektif dan efisien, dengan adanya jasa perusahaan outsorcing kini mereka bisa

memfokuskan perhatian dalam mengurus bisnisnya. Perusahaan kini tidak perlu melakukan

proses rekrutmen sendiri yang bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit terutama untuk

faktor yang bukan menjadi bagian dari bisnis inti (core business) perusahaan tersebut.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan

hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Setiap orang yang

bekerja mempunyai suatu tujuan, yaitu memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan hidupnya. Seorang karyawan yang bekerja dalam perusahaan, akan setia pada

perusahaan tempat dimana dia bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi bila perusahaan

tidak mampu memenuhinya, maka dapat tercipta kondisi dimana karyawan merasa tidak puas

dalam bekerja. Ketidakmampuan kerja yang tidak terselesaikan dengan baik akan banyak

menimbulkan masalah di dalam perusahaan seperti protes, demonstrasi, menuntut kenaikan

upah/gaji, membolos, berhenti dari pekerjaan/keluar dari perusahaan, tidak perduli terhadap

pekerjaannya, dan sebagainya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan menyebabkan

penurunan produktivitas perusahaan.

Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsoucing nampaknya sedang menjadi

model bagi pemilik atau pemimpin perusahaan baik itu perusahaanmilik negara maupun

perusahaan milik swasta.Banyak perusahaan outsourcing yakniperusahaan yang bergerak di

bidang penyedia tenaga kerja aktif menawarkan keperusahaan-perusahaan pemberi kerja,

sehingga perusahaan yang memerlukan tenaga tidakperlu susah-susah mencari, menyeleksi dan

melatih tenaga kerja yang dibutuhkan(Gunarto, 2006).

Fenomena memilih kebijakan untuk menggunakan tenaga kerja outsourcing

semakinbertambah saat terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia termasuk

indonesia.Banyak perusahaan yang mengalami penurunan tingkat penjualan, sedangkan dilain

pihakkebutuhan biaya hidup karyawan meningkat karena kenaikan harga bahan kebutuhanpokok,

maka terjadilah konflik antara karyawan yang menuntut kenaikan upah tetapimanajemen

kesulitan memenuhi karena kondisi perusahaan menurun.

Penggunaan tenaga kerja outsourcing di negara-negara maju merupakan kebijakan

perusahaan yang wajar dan memang harus dilakukan, karena besarnya perusahaan dan

banyaknya jenis pekerjaan yang tentunya membutuhkan banyak jenis keahlian sehingga tidak

memungkinkan perusahaan menyediakan tenaga kerja secara keseluruhan.Walaupun sudah ada

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003Tentang Ketenagakerjaan yang

mengatur pengelolaan tenaga kerja outsourcing diIndonesia, akan tetapi tetap saja masih ada

demo penolakan pelaksanaan outsourcing.

Hal inilah yang mendorong perlunya penelitian berorientasi pada manajemen

SDM,dengan memperhatikan kemampuan, kepribadian, dan motivasi untukpembinaan SDM.

Harapannya, dapat tercipta hubungan harmonis antara manajemendengan tenaga kerja untuk

mencapai kinerja individu yang optimal dan selanjutnyamemberikan kontribusi pada kinerja

perusahaan.

Page 135: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

131

Dengan pengaturan manajeman SDM secara profesional, diharapkan pegawaibekerja secara

produktif. Pengelolaan pegawai secara profesional, (termasuk outsourcing)harus dimulai sejak

perekrutan pegawai, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatanpegawai sesuai kemampuan,

pelatihan, dan pengembangan karirnya (Mangkunegara,2008).

Perumusan Masalah, 1) Apakah kepuasan kerja merupakan predictor atas kinerja

karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara ? 2)

Apakah motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang

ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara? 3) Apakah ada pengaruh kepuasan kerja

terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II

Universitas Tarumanagara? 4). Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen

organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara? 5).

Apakah ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan outsourcing PT. J

yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara?

Definisi Kepuasan Kerja.

Seorang karyawan akan merasa nyaman dan mempunyai loyalitas yang tinggi pada

perusahaan, apabila memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut

Robbins ( 2008:99 ), kepuasan kerja ( Job Satisfaction ) dapat didefinisikan sebagai suatu

perasaaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

karakteristiknya.Luthans (2002:111 )mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut “Job

Satisfaction can be defined as a person’s emotional response to aspects of work ( Such as pay,

supervisor, and benefit )Or The Work It Self “.Menurut Handoko ( 2001: 111 ), “Kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang

terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja”. Sedangkan

menurut Locke (dalam Testa; 1999) menjelaskan bahwa kepuasan kerja mencerminkan

kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang.

Kegembiraan yang dirasakan oleh karyawan akan memberikan dampak sikap yang positif bagi

karyawan.Motivasi Kerja, Motivasi adalah masalah yang penting dalam setiap usaha

sekelompok orang yang bekerjasama dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu (Handoko,

2001). Motivasi kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang member tenaga,

mengarahkan, menyalurkan, mempertahankan, dan melanjutkan tindakan dan perilaku karyawan

atau tenaga kerja (Tansuhaj, et.al,1998). Sedangkan menurut ( Fuad mas’ud, 2004:39)

memberikan definisi motivasi sebagai pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang

untuk bertindak.Kinerja Karyawan, Konsep tentang kinerja dijelaskan oleh Dessler (1992)

yang mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja yang

secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan.Menurut Hasibuan (1997) menjelaskan bahwa

kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.Selanjutnya juga

jelaskan oleh Hasibuan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu

kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas delegasi tugas, dan

peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja karyawan baik, maka diharapkan kinerja

perusahaan juga akan baik. Sedangkan menurut Tsui et.al (1997) dalam Fuad Mas’ud (2004)

melakukan penilaian terhadp kinerja karyawan berdasarkan perilaku yang spesifik (Judgement

Performance Evaluation) dengan menggunakan sebelas kriteria yaitu : Kuantitas kerja karyawan,

Page 136: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

132

kualitas kerja karyawan, efisiensi karyawan, Standar kualitas karyawan, usaha karyawan, standar

professional karyawan, kemampuan karyawan terhadap pekerjaan inti,kemampuan karyawan

menggunakan akal sehat, ketepatan karyawan, pengetahuan karyawan , dan kreativitas karyawan.

Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), dijelaskan bahwa keberhasilan suatu

organisasi/perusahaan dapat ditentukan oleh adanya keberhasilan dalam pengelolaan sumber

daya manusia (SDM). Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi prilaku manusia dalam

organisasi adalah adanya komitmen organisasional. Alasannya sederhana, misalnya sebaik

apapun visi, misi, dan tujuan organisasi, tidak akan tercapai jika tidak ada komitmen dari

anggota organisasinya (Dongoran, 2001). Menurut Mowday et.al. (1982) bahwa definisi

komitmen Organisasional sebagai kekuatan relative dari identifikasi individu dan keterlibatan

dalam organisasi khusus, meliputi kepercayaan, dukungan terhadap tujuandan nilai-nilai

organisasi, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan upaya yang sungguh-sungguh untuk

kepentingan organisasi, dan kemauaan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam

organisasi. Sedangkan definisi komitmen organisasional menurut Luthan (1995) adalah

merupakan sikapyang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan

bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan

dan kebaikan organisasinya.

Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan yang dikemukakan oleh Ostroff (1992),

yang ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebih terpuaskan cendrung

lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Dessler

(2000) juga menyatakan bahwa kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai

produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan

membangun kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih

efisien. Menurut Amstrong (1994), bahwa hubungan antara motivasi dan kinerja adalah positif

karena karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi

pula. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula kinerja

karyawan.Doyle dan Wong (1998) juga mengemukakan bahwa kaitan antara motivasi berprestasi

dan kinerja, dan disebutkan juga bahwa kesuksesan suatu bisnis tidak terlepas dari besarnya

motivasi yang muncul dalam pribadi karyawan.Pendapat yang senada dikemukakan oleh

Munandar (2001:87) bahwa kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan

(abilities), dan peluang (opportunities). Selanjutnya Munandar (2001:104) menyatakan “Adanya

hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya manajer yang

mempunyai motivasi yang tinggi cendrung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang

mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah”.Kaitan antara kepuasan

kerja dan komitmen organisasional, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh McNeese_Smith

(1996) menunjukkan bahwa keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

sikap manajemen terhadap strategi perusahaan yang tercermin melalui kinerja karyawan.Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lyons et al (1993) dan Flecther and Willams (1996) menyatakan

bahwa komitmen organisasional karyawan untuk terus bekerja menjadi bagian dari suatu

organisasi akan meningkat apabila didukung adanya motivasi yangt inggi dari karyawan yang

terkaitan dengan pekerjaannya. Sedangkan Jae (2000), menyatakan bahwa motivasi karyawan

sangat efektif untuk meningkatkan komitmen organisasional dan kinerja karyawan, dimana

faktor-faktor motivasi tersebut diukur melalui faktor intrinsic (kebutuhan prestasi dan

kepentingan) dan faktor ekstrinsik (keamanan kera, gaji, dan promosi). Hal yang sama juga

dinyatakan hasil penelitian oleh Burton et al (2002) bahwa motivasi karyawan berpengaruh

signifikan positif terhadap komitmen yang diukur melalui tiga demensi dari komitmen, yaitu

Page 137: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

133

affective commitment, normative commitment ,dan continuance commitment.Pengaruh Komitmen

Organisasional terhadap Kinerja Karyawan.Hasil penelitian dari Harrison dan Hubard (1998)

menyatakan bahwa komitmen mempengaruhi outcomes (keberhasilan) organisasi.Kinerja

karyawan dipengaruhi oleh komitmet organisai.Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi

dalam bekerja tidak mempunyai keinginan untuk keluar dari perusahaan dan dalam hal ini

merupakan modal dasar untuk mendorong produktivitas yang tinggi. Hal yang sama juga

dinyatakan oleh Moncrief et.al (1997) bahwa komitmen karyawan terhadap organisasi yang

tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil studi McNeese-Smith (1996)

menyatakan bahwa komitmen organisasional berhubungan signifikan positif yang ditunjukkan

dengan nilai r sebesar 0,31 (signifikan pada level 0,001) terhadap kinerja karyawan produksi.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Grant kent et al (2001), tentang pengaruh

performance terhadap organization commitment yang menunjukkan hasil r bernilai 0,13,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Burton et al (2002) menyatakan bahwa hubungan

organization commitment terhadap motivation of attend menunjukkan hasil yang positif.

Sementara itu, hasil penelitian Eva Kris D. (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif

antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan, dengan komitmen organisasional (0,039< 0,05) ,

ada pengaruh positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional.Sedangkan

penelitian Dian Tri Utami (2008) yang berjudul “Hubungan job insecurity dengan kepuasan kerja

karyawan outsourcing di PT X”.Responden dalam penelitian ini adalah karyawan

outsourcing.Job insecurity adalah ketidak-amanan yang dirasakan seseorang mengenai

kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan pekerjaan, karena adanya

ancaman situasi dari pekerjaan yang sedang dijalaninya saat ini sebagai hasil penilaian dan

perbandingan yang dilakukan individu terhadap pekerjaan yang akan mengarahkannya pada

tingkah laku tertentu..Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata job insecurity

memiliki hubungan yang negatif (tidak ada pengaruh) dengan kepuasan kerja.

Dari kajian di atas dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

H1

H2 H3

H4 H5

Sumber :Grant Kent et al (2001), Burton et al (2002), Eva kris Diana Devi (2009)

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka perumusan hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah :H1 : Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan. H2: Kepuasan Kerja berpengaruh positif dengan komitmen organisasional. H3:

Komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. H4: Motivasi kerja

Kepuasan

Kerja (X1)

Kinerja

Karyawan (Y)

Motivasi Kerja

(X2)

Komitmen

Organisasi

(X3)

Page 138: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

134

berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.H5: Motivasi kerja berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah: a) Kepuasan kerja

merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas

Tarumanagara.b) Motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT J

yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. c) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasional karyawan outsouring PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. d)

Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT J yang

ditempatkan di Universitas Tarumanagara. e) Pengaruh komitmen organisasional terhadap

kinerja karyawan outsourcing PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara.

Metode Penelitian.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan outsourcing PT J di Kampus II Universitas Tarumanagara.Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yang merupakan salah

satu bagian dari probability random sampling, dimana pengambilan sampelnya dilakukan

dengan acak sederhana dan setiap obyek mempunyai kesempatan yang sama. Dalam penelitian

ini digunakan metode sampel dengan memberikan kuesioner pada 50 orang karyawan

outsourcing yang ada di Kampus II Universitas Tarumanagara.

Dalam melakukan penelitian ini, cara pengumpulan data yang digunakan adalah:

Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan / menyebarkan daftar pertanyaan

kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut ( Husein,

2005 : 49 ). Kuesioner tersebut merupakan angket tertutup yang terdiri dari dua bagian, yaitu

bagian pertama yang terdiri atas pertanyaan untuk memperoleh data pribadi responden, dan

bagian kedua yang digunakan untuk mendapatkan data tentang demensi-demensi/indikator-

indikator dari konstruk-konstruk yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pernyataan-

pernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1- 7, yaitu :

Page 139: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

135

Uji Validitas Dan Reliabilitas

Tabel 1

Validitas Variabel Kepuasan Kerja

Item-Total Statistics

Variabel Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Kepuasan Kerja_1 14,8800 9,251 ,507 ,707

Kepuasan Kerja_2 12,4600 6,907 ,648 ,613

Kepuasan Kerja_3 12,4200 7,718 ,564 ,667

Kepuasan Kerja_4 12,5000 7,847 ,457 ,734

Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)

Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka

setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai

mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable kepuasan kerja dalam

penelitian ini dinyatakan valid.

Tabel 2

Validitas Variabel Motivasi Kerja

Item-Total Statistics

Variabel Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Motivasi_

1

18,5800 12,412 ,611 ,573

Motivasi_

2

19,1400 13,429 ,338 ,687

Motivasi_

3

18,9600 13,019 ,327 ,698

Motivasi_

4

17,7800 14,828 ,332 ,681

Motivasi_

5

18,1000 11,071 ,675 ,529

Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)

Page 140: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

136

Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka

setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai

mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable motivasi kerja dalam

penelitian ini dinyatakan valid.

Tabel 3

Validitas Variabel Komitmen Organisasional

Item-Total Statistics

Variabel Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Komitmen_1 14,2400 8,798 ,561 ,547

Komitmen_2 15,4400 11,149 ,333 ,667

Komitmen_3 14,5000 11,439 ,395 ,632

Komitmen_4 14,0000 12,531 ,354 ,649

Komitmen_5 13,8200 11,783 ,547 ,585

Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)

Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka

setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai

mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable komitmen

organisasional dalam penelitian ini dinyatakan valid.

Tabel 4

Validitas Variabel Kinerja Karyawan

Item-Total Statistics

Variabel Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Kinerja_1 9,0400 4,896 ,735 ,710

Kinerja_2 9,4000 6,163 ,656 ,788

Kinerja_3 9,3200 5,896 ,670 ,773

Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)

Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka

setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai

Page 141: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

137

mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa item variable kinerja karyawan

dalam penelitian ini dinyatakan valid.

Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan koefisien alpha cronbach, dimana

secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha cronbach>0,60 ( Ghozali, 2001 : 133 ).

Perhitungannya prosedur reliabilitas pada paket program SPSS for windows versi. 16.0.

Tabel 5

Reliabilitas

Variabel Reliabel (Cronbach's Alpha)

Kepuasan Kerja 0,742

Motivasi Kerja 0,689

Komitmet Organisasional 0,670

Kinerja Karyawan 0,826

Sumber : Data Primer (Hasil olahan SPSS)

Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka

setiap butir koefisien alpha cronbach, dimana secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha

cronbach>0,60 sebagai mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua

variable dalam penelitian ini dinyatakan reliable.

Teknik Analisis Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan

yang menentukan teknik dan alat ukur yang obyektif dan pendekatan deskriptif.

Teknik Uji Asumsi

Terdapat 3 (tiga) criteria untuk menguji asumsi yaitu uji normalitas, multikolinieritas, dan

uji heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini variable dependen

dan independen atau keduanya terdistribusi dengan normal/tidak, caranya dengan melihat

pada hasil normalp plotnya.Jika diperoleh hasil sebaran datanya terletak disekitar garis

lurus dari kiri bawah ke kanan atas, maka datanya terdistribusi secara normal.

(Santoso,2003:347).

b. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi,

yaitu adannya hubungan linier antar variable independen dalam model

regresi.Multikolinieritas terjadi apabila ada dua atau lebih dari dua variable independen

memiliki korelasi yang signifikan atau sempurna mendekati 1 atau -1. Faktor yang

menyatakan adanya multikolinieritas adalah :

Page 142: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

138

• Jika VIF > 5, berarti ada multikolinieritas

• Condition Index > 15, berarti terdapat multikolinieritas

• Korelasi antar variable independen kuat ( > 0,5 ), berarti terdapat multikolinieritas

c. Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari

satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastitas atau tidak

terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik plot, jika pada data berpencar disekitar angka nol (0)

pada sumbu y dan tidak membentuk pola atau trend garis tertentu (Santoso, 2003: 28).

Model regresi yang baik adalah

1. Analisis Regresi Berganda.

Analisis Regresi linier bergandadigunakan untuk mengetahui berapa jauh pengaruh dari

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen), dan dilakukan pengujian koefisien

regresi dengan menggunakan uji-F untuk pengujian secara simultan, dan uji-t untuk menguji

koefisien regresi secara parsial. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (tingkat

kesalahan= ά ) sebesar 5%. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ e

Dimana :

Y : Variabel Terikat (Dependent Variabel)

a : Nilai Intersep (Konstanta)

b : Koefisien regresi

X1, X2,X3 : Variabel Bebas (Independent Variabel)

e : Epsilon atau Error pada garis regresi, merupakan selisih nilai Y yg diprediksikan

dengan nilai Y yang diperoleh.

Setelah memperoleh persamaan regresi linier berganda dan selanjutnya melakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F untuk menguji koefisien regresi secara bersama-

sama (simultan) yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari semua variabel bebas secara

simultan terhadap variabel terikat dan uji-t, untuk menguji koefisien regresi secara parsial, yaitu

menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

Analisis Pembahasan.

Deskripsi Subyek penelitian ini akan diuraikan karakteristik responden yang ditinjau dari

jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, dan lamanya bekerja. Data yang diperoleh

menunjukkan bahwa jumlah responden karyawan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24

orang ( 48%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (52 %). Responden karyawan

yang berusia 17-20 tahun sebanyak 5 orang (10%), karyawan yang berusia 21- 25 tahun

sebanyak 20 orang ( 40 %), dan karyawan yang berusia 26 – 30 tahun sebanyak 20 orang (

40%), serta karyawan yang berusia diatas 30 tahun sebanyak 5 orang ( 10 %). Data responden

Page 143: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

139

karyawan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa karyawan yang berpendidikan

SMA/ Sederajat sebanyak 47 orang ( 94 %), sedangkan karyawan yang berpendidikan dibawah

SMA sebanyak 3 orang ( 6 %). Status pernikahan dari responden karyawan menunjukkan bahwa

sebanyak 24 orang ( 48 %) yang belum menikah, sebanyak 25 orang ( 50 %) yang menikah,

sedangkan 1 orang ( 2 %) karyawan pernah menikah. Berdasarkan lamanya masa kerja

karyawan menunjukkan sebanyak 13 orang ( 26 %) berkerja kurang dari 1 tahun, masa kerja 1 –

3 tahun sebanyak 30 orang ( 60 %), sedangkan masa kerja karyawan > 3 tahun sebanyak 7 orang

( 14 %).Deskripsi obyek penelitian berisikan tanggapan responden terhadap kelompok

pernyataan atas kepuasan kerja, motivasi kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan

berdasarkan penilaian skala likert dengan penjelasan sebagai berikut:

Tabel 6.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Kepuasan Kerja_1 50 1,00 4,00 2,5400 ,93044

Kepuasan Kerja_2 50 2,00 7,00 4,9600 1,29300

Kepuasan Kerja_3 50 2,00 7,00 5,0000 1,21218

Kepuasan Kerja_4 50 1,00 7,00 4,9200 1,32234

Motivasi_1 50 2,00 6,00 4,5600 1,16339

Motivasi_2 50 1,00 7,00 4,0000 1,38505

Motivasi_3 50 1,00 7,00 4,1800 1,49407

Motivasi_4 50 1,00 7,00 5,3600 1,08346

Motivasi_5 50 2,00 7,00 5,0400 1,32419

Komitmen_1 50 1,00 6,00 3,7600 1,50591

Komitmen_2 50 1,00 6,00 2,5600 1,37262

Komitmen_3 50 1,00 6,00 3,5000 1,19949

Komitmen_4 50 1,00 7,00 4,0000 1,01015

Komitmen_5 50 1,00 6,00 4,1800 ,91896

Kinerja_1 50 1,00 7,00 4,8400 1,44787

Kinerja_2 50 1,00 7,00 4,4800 1,23288

Page 144: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

140

Kinerja_3 50 1,00 7,00 4,5600 1,28031

Valid N (listwise) 50

Sumber : Data Primer (Hasil SPSS).

Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai mean (×) untuk setiap butir pernyataan

terhadap variable dependent dan variable independent menunjukkan bahwa pada sebagian besar

responden merasa tidak setuju (2) dan agak setuju (5) akan pernyataan pada variable tersebut.

Pengujian Asumsi Model Regresi . Uji Normalitas.

Hasil uji normalitas/ normal plot atau distribusi datanya normal, karena titik-titiknya

mengikuti arah garis diagonal.Jadi dapat disimpulkan model regresi layak digunakan.

Gambar 1

Uji Multikolinieritas.

Cara mendeteksi adanya multikolinieritas, yaitu berdasarkan besaran VIF Variance

Inlation Factor) variable independen. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada table dibawah

ini :

Page 145: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

141

Tabel 7

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ketiga besaran VIF yang diperoleh lebih kecil dari

angka 5, artinya hal ini menunjukkan tidak terdapat multi, sehingga model regresi layak

digunakan pada penelitian ini.

Uji Heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui apakah terdapat heteros atau tidak, maka dapat dilihat pada

Scatter- plot berikut ini :

Gambar 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ts

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce VIF

(Constant) -1,302 ,552 -2,359 ,023

Kepuasan

Kerja

,614 ,111 ,485 5,529 ,000 ,756 1,32

3

Motivasi ,338 ,117 ,257 2,896 ,006 ,740 1,35

1

Komitmen ,469 ,130 ,330 3,596 ,001 ,692 1,44

6

a. Dependent Variable: Kinerja

Page 146: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

142

Titik-titk pada Scatter Plot menyebar tidak beraturan, dapat diartikan bahwa model

regresi tidak terdapat heteroskedastisitas, sehingga layak digunakan untuk penelitian ini.

Analisis Data.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada , maka terdapat dua persamaan structural,

dimana X1 – X3 adalah Variabel eksogen, dan Y adalah variable endogen. Persamaan

strukturalnya adalah sebagai berikut :Y1 = 0,875+0,284 X1 + 0,322 X2 ( Regresi – Substruktur 1)

Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :a). Nilai konstanta (a) = 0,875,

artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan nol, maka nilai y = 0,875. b)

Nilai koefisien X1 = 0,284, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan,

maka kinerja akan meningkat sebesar 0,284 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.c). Nilai

koefisien X2 = 0,322, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka

kinerja akan meningkat sebesar 0,322 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.Untuk

mengetahui besarnya variabilitas kepuasan kerja dapat diterangkan variable Motivasi kerja,

dapat dilihat pada angka R Square dibawah ini :

Tabel 8

Besarnya angka R Square (R2) adalah 0,308, angka ini digunakan untuk melihat besarnya

variabilitas komitmen organisasi dapat diterangkan dengan menggunakan variable pengaruh

motivasi dan kepuasan kerja sebesar 30,8 %, sementara sisanya sebesar 69, 2 % diterangkan oleh

variable lainnya diluar model ini.

Untuk mengetahui apakah model regresi ini telah memenuhi syarat signifikansi atau

belum, maka diperlukan pengujian anova (Uji F) , dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 9

Model Sum of

squares

df Mean

Square

F Sig.

1 Regression

Residual

Total

9,716

21,804

31,520

2

47

49

4,858

,464

10,472 ,000a

a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,555a

,308 ,279 ,68111

a. Predictors: (Constant), Motivasi,

Kepuasan Kerja

b. Dependent Variable: Komitmen

Page 147: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

143

b. Dependent Variable: Komitmen

Berdasarkan hasil uji anova (Uji F), maka dapat dijelaskan bahwa variable komitmen

organisasional dapat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja

karyawan, walaupun hanya 30,8 % saja.

Persamaan struktural yang ke -2 adalah sebagai berikut :

Y2 = -1,302 + 0,614 X1 + 0,338 X2 + 0,469 X3 ( Regresi- Substruktur 2)

Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a). Nilai konstanta (a) = -1,302, artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan

nol, maka nilai Y = -1,302 (Menurun). b). Nilai koefisien X1 = 0,614, hal ini menunjukkan

bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,614 satuan

dengan asumsi factor lainnya tetap. c). Nilai koefisien X2 = 0,338, hal ini menunjukkan bahwa

apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,338 satuan dengan

asumsi factor lainnya tetap.d).Nilai koefisien X3 = 0,469, hal ini menunjukkan bahwa apabila

nilai X3 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,469 satuan dengan asumsi

factor lainnya tetap.

Dari penjelasan diatas, dapat lihat di dalam table dibawah ini :

Tabel 10

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,302 ,552 -2,359 ,023

Kepuasan

Kerja

,614 ,111 ,485 5,529 ,000 ,756 1,323

Motivasi ,338 ,117 ,257 2,896 ,006 ,740 1,351

Komitmen ,469 ,130 ,330 3,596 ,001 ,692 1,446

a. Dependent Variable: Kinerja

Page 148: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

144

Pembahasan

Pembahasan dari masing-masing pengaruh antar variable, dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.Pengujian hipotesis yang dilakukan

menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan

dengan sig. sebesar 0,000(< 0,05). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant

(2001),Burton (2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator kepuasan

dengan rekan sekerja merupakan indikator kepuasan kerjayang paling mengindikasikan peranan

terbesar dalam mengukur kepuasan kerja,dengan nilai estimasi sebesar 0,88 , sedangkan

indikator yang memiliki nilaiindikator yang paling rendah adalah kepuasan terhadap atasan

(supervisor) sebesar0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan merasa kurang puas

apabilasupervisor (atasan) mengawasi mereka pada saat jam kerja. Karyawan lebih sukaapabila

mereka bekerja dengan teman sekerja mareka dibandingkan bersamadengan atasannya. 2).

Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan,Pengujian hipotesis yang dilakukan

menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara motivasi dengan kinerja karyawan dengan sig.

sebesar 0,006<0,05.Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001),Burton

(2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan.Berdasarkan standardized regession weight dapat diketahui bahwaindikator uang dan

penghargaan lainnya secara keseluruhan merupakan indicator motivasi yang paling berpengaruh

dengan nilai estimasi sebesar 0,89. Lebihlanjut, indikator yang memiliki nilai indikator yang

paling rendah adalah evaluasisebesar 0,77. Hal ini berarti bahwa karyawan outsourcing bekerja

semata–matahanya demi uang tanpa memperhatikan tingkat kinerjanya. Karyawan tidak sukajika

atasan mengevaluasi hasil pekerjaannya.Sedangkan pada variabel kinerja karyawan, berdasarkan

standardizedregession weight dapat diketahui bahwa indikator kuantitas kerja

karyawanmerupakan indikator yang paling berpengaruh dengan nilai estimasi 0,83,sedangkan

indikator kreativitas karyawan kurang berpengaruh dengan nilaiestimasi sebesar 0,71. Hal itu

menunjukkan bahwa jumlah hasil pekerjaanseseorang dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah

ditetapkan oleh perusahaandapat memperlihatkan kinerja karyawan tersebut, sedangkan

kreativitas karyawanyang rendah disebabkan karyawan dapat menyelesaikan masalah

pekerjaandengan mudah tanpa harus mencari jalan keluar yang rumit. 3). Pengaruh kepuasan

kerja terhadap komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan

bahwa ada pengaruhpositif antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasional dengan nilai

sig. sebesar 0,019<0,05. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001), Eva

Kris D. (2009) yang mengemukakan bahwakepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

komitmen organisasional.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator

kepuasan dengan teman sekerja merupakan indikator yang berpengaruhdengan nilai estimasi

0,88, sedangkan indikator kepuasan dengan atasan kurangberpengaruh dengan nilai estimasi

sebesar 0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwakepuasan karyawan dengan teman sekerja

mempengaruhi komitmen merekaterhadap perusahaan.Selain itu, kepuasan terhadap atasan juga

memberikanpengaruh terhadap komitmen walaupun kecil. 4). Pengaruh motivasi kerja terhadap

komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada

pengaruhpositif antara motivasi dengan komitmen organisasional dengan nilai sig. sebesar

0,011< 0,05. Hasilini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Burton, James P., Thomas W

Page 149: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

145

Lee,Brooks C Holtom (2002) yang mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki motivasi

tinggi akan memiliki komitmen yang tinggi pula terhadap perusahaan.

Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwa indikator uang dan

penghargaan lainnya merupakan indikator yang berpengaruh dengan nilai estimasi 0,89,

sedangkan indikator evaluasi kurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,77. Hal

tersebut menunjukkan bahwa bagi karyawan outsourcing, motivasi bekerja karena uang atau

penghargaan lainnya memiliki pengaruh yang besar dibandingkan indikator lainnya sehingga

dapat mempengaruhi komitmen mereka terhadap perusahaan yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap kinerja karyawan tersebut. 5). Pengaruh komitmen organisasional terhadap

kinerja karyawan. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif

antara komitmen organisasional dengan kinerja karyawan dengan nilai sig. sebesar 0,001< 0,05.

Hasil ini mendukung penelitian Burton dkk.(2002), Eva K.D. (2009) yang mengemukakan

bahwa komitmenorganisasional memiliki korelasi signifikan positif dengan kinerja

karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator arti perusahaan

bagi diri merupakan indikator yang berpengaruh dengannilai estimasi 0,85, sedangkan indikator

perasaan sebagai bagian dari perusahaankurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,76.

Hal tersebut menunjukkanbahwa status sebagai karyawan outsourcing dengan jangka kontrak

hanya per – 1tahun menyebabkan komitmen karyawan terhadap perusahaan menjadi

rendahsehingga kinerja mereka kurang.Dari data yang diperoleh, prosentase karyawanyang

terbesar adalah karyawan memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun sehinggakomitmen terhadap

perusahaan masih rendah. Namun disisi lain, karyawandengan masa kerja lebih dari tiga tahun

memiliki komitmen yang tinggi terhadapperusahaan karena mereka masih diperpanjang masa

kontraknya bahkanmemperoleh reward dari perusahaan sehingga hasil dari penelitian ini

masihmenunjukkan arah yang positif tapi tidak signifikan.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel kepuasan kerja berpengaruhsignifikan positif

terhadap komitmen organisasional, namun variabel motivasimenunjukkan hasil yang

tidak signifikan positif terhadap komitmenorganisasional. Di sisi lain, hubungan antara

komitmen organisasional terhadapkinerja karyawan tidak signifikan positif, seperti yang

dihipotesiskan dari awalpembahasan. Sedangkan variabel kepuasaan kerja dan motivasi,

menunjukanpengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Maka, beberapa

halyang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan PT J sehubungan dengan usaha

meningkatkan kinerja karyawan antara lain:

2. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator kepuasan kerja yangpaling besar

adalah kepuasan terhadap teman sekerja, sedangkan indicator yang paling kecil adalah

kepuasan terhadap atasan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak merasa puas

dengan atasannya.Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim kerja yang kondusif antara

karyawan dan atasan agar setiap individu dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

3. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa komitmen organisasionaltidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Haltersebut

mengindikasikan bahwa karyawan outsourcing memiliki komitmenyang rendah terhadap

Page 150: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

146

perusahaan, maka hendaknya perusahaan mempekerjakan karyawan tetap pada bagian-

bagian produksi yang penting sehingga tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara

keseluruhan.

4. Karyawan outsourcing hanya ditempatkan pada bagian yang tidak mempengaruhi proses

produksi sehingga tidak menimbulkan resiko tinggi.

5. Dari model yang diajukan, kepuasan kerja dan motivasi lebih berpengaruhpositif

signifikan terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan komitmenorganisasional

terhadap kinerja karyawan. Jadi, pimpinan dapat menfokuskanpada kepuasan kerja dan

motivasi kerja jika ingin meningkatkan kinerjakaryawan karena akan sangat sulit untuk

meningkatkan komitmen mengingatstatus karyawan outsourcing.

Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan, maka saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :Adanya keterbatasan waktu karena padatnya jam

kerja pada karyawan outsorcing sebagai sumber informasi dari PT. J sehingga data yang di

peroleh tidak maksimal.Adanya keterbatasan jumlah responden yang hanya berjumlah 50 orang.

Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melihat keterbatasan pada penelitian ini yang

dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian ini dimasa yang akan datang.

Perluasan penelitian yang disarankan dari penelitian ini adalah menambah variabel independen

yang mempengaruhi komitmen organisasional untuk meningkatkan kinerja karyawan.Selain itu

indikator-indikator penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat ditambah dengan indikator-

indikator lain diluar penelitian ini yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Daftar Pustaka

Amtrong, Michael, (1994), Handbook of Personel Management Practise”, 4th

ed, Kopan

London.

Allen, Nj.,Meyer Pj.,and Smith CA., (1993)”, Commitment to Organisazation and

Occupations: Extention and Test of a Three-Component Conceptualization”,

Journal of Applied Psychology, Vol. 78, no. 4.

Burton, James P; Lee, Thomas W; Holtom, Brooks C, (2002), “The influence of Motivation to

Attend, Ability to Attend, And Organizational Commitment on Different Types of Absence

Behaviors,” Journal of Management Issues Summer. P. 181-197.

Chandra K. (2007),” Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada Perusahaan:

(Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan)”, Jurnal Hukum,

Mei 20.2007.

Cooke, Ernest F.,(1999), “Control and Motivation in Sales Management through The

Compensation Plan”, Journal of Marketing Theory and Practice.

Dessler, Gary, (1992), “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: PT. Prehalindo.

Page 151: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

147

Doyle, P. and Wong,V.’(1998), “Marketing and Competitive Performance: An Empirical

Study”, European Journal of Marketing, Vol.32 :5/6 Page:514-535.

Dian Tri Utami (2008), “Hubungan Job Insecurity dengan kepuasan kerja karyawan

Outsourcing di PT X.

Fuad Mas’ud, (2004), Survai Diagnosis Organisasional”,Semarang: BP Undip.

Grant, kent et al, (2001),”The role of Satisfaction With Territory Design on The Motivation,

Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople”, Journal of The Academy of marketing

Scienses, vol.23, no. 2, p.165-178.

Gunarto, S.(2006),”Perlindungan Hukum bagi Tenaga kerja kontrak Outsourcing”,

Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Ghozali, Iman (2001), Aplikasi analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: BP-

Undip.

Husien, Umar, (2005),” Metode Penelitian Untuk Bisnis”, Jakarta: Erlangga.

Johnson, Dongoran, (2001),”Komitmen Organisasional: Dua sisi Sebelah Koin”, Dian

Ekonomi, 7(1), hal.35-36.

Luthan, Freed, (2002), Organizational Behavior”, Sixth Ed. Boston: McGraw-Hill, Inc.

Mangkunegara, Anwar P.(2008),”Manajemen SDM Perusahaan”, Bandung: PT.Rinaja

Rosdakarya.

McNeese-Smith, Donna (1996), Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and Orgl

Commitment,”Hospital & Health Services adm, Vol.41: 2p.160-175.

Moh.Faiz Pan.(2007), Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada

Perusahaan. (Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan)

Ostroff, C.,(1992), “The relationship Between Satisfaction Attitudes and Performanceon

Organizational level Analysis”, Journal of Applied Psychology, Vol. 77. No. 6 p. 963-

974.

Robbins, Stephen P.(2008),”Perilaku Organisasi”. Jakarta: PT. Salemba Empat Terjemahan:

Angelica Diana.

------------------- (1996), Organizational Behavior Concept, Controversiest, Application”, Eagle

wood Cliffs, Prentice Hall Inc..

Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Ed.8. Bandung: Alfabeta.

Santoso,singgih dan Tjiptono, Fandy (2003), “Riset Pemasaran konsep dan Aplikasi dengan

SPSS”, Jakarta, PT. Elex Media Komputerindo.

T.Hani Handoko (2001), Manajemen Personalia dan SDM, Yogyakarta: BPFE.

Page 152: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

148

EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS

BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM

Oleh :

Dedi Rianto Rahadi

Email : [email protected]

Universitas Presiden

Abstrak

Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk

mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah

konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas

dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor

produksi yang utama. Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih

akurat bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani atau untuk menggambarkan

sebuah bisnis secara menyeluruh. Metode kualitatif interaktif digunakan dalam penelitian,

dimana menggunakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data

langsung secara alamiah. Sumber informasi adalah informan yang terlibat dalam

kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan

dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas.

Hasil Penelitian menunjukkan model bisnis kanvas, minimal memberikan arahan kepada

sektor UKM untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Pilihan ekonomi kreatif

merupakan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin murah.

Penjualan online, design system dan membuat iklan online menjadi pilihan bagi sektor bisnis

UKM. Kedepan perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan agar UKM selalu kreatif dan

inovatif dalam menjalankan usaha sosialnya.

Kata Kunci : Business Model Canvas, ekonomi kreatif dan Social Entrepreneur

Latar Belakang

Model kreativitas yang didukung nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya

menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan. Social entrepreneurship memiliki

peluang untuk mewujudkan kreatifitas dalam membantu permasalahan sosial yang dihadapi

Indonesia. Kewirusahaan sosial merupakan bagian dari solusi alternatif yang kreatif karena

tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan tetapi juga kesejahteraan masyarakat.

Melalui kewirausahaan sosial, minimal masalah ketimpangan ekonomi dapat terurai melalui

keterlibatan masyarakat khususnya seorang entrepreneur. Komunitas entrepreneur akan

dilibatkan langsung menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya yang diperoleh sebagian

dikembalikan ke masyarakat untuk dikembangkan. Diharapkan sektor UKM yang menjadi

ujung tombak selalu mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada

kebijakan pemerintah.

Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk

mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah

konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas

dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor

produksi yang utama. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan Social Entrepreneur untuk

Page 153: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

149

ikut serta membantu masalah sosial. Menurut (Austin, James, Howard Stevenson, and Jane

Wei-Skillern., 2006) didalam bukunya yang berjudul Entrepreuneurship Social Entreprise

Corporate Social Responsibility : Pemikiran, konseptual dan praktik kewirausahaan sosial

adalah Social entrepreneurship is innovative, social value creating activity that can occur

within or across the nonprofit, business, and public sectors. Artinya kewirausahaan sosial

adalah upaya inovatif, aktifitas menciptakan nilai sosial yang dapat terjadi di dalam atau di

bisnis, nirlaba, dan sektor publik. Seseorang Social Entrepreneur paham dan mengerti

terhadap permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk

melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan

(welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur

keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social

entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Untuk mendukung kegiatan Social entrepreneurship dibutuhkan tools yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan aktifitas operasional usahanya. Business Model

Canvas (BMC). Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih akurat

bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani. Atau dengan kata lain BMC adalah

bentuk gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan sebuah

bisnis secara menyeluruh.

Salah satu sektor usaha yang dapat dijadikan mitra adalah Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) khususnya di Kota Palembang. Jumlah UKM di kota Palembang relatif kecil yaitu

sebesar 130 perusahaan (lihat tabel 1) tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota

palembang 1.580.517 orang pada tahun 2015 (BPS Kota Palembang, 2015).

Tabel 1. Industri UKM dan Jumlah Tenaga Kerjanya di Kota Palembang, 2015

Sektor usaha yang banyak dilakukan UKM diantaranya usaha kuliner, fashion

(pakaian, kain), furniture dan usaha perdagangan kecil (warung tradisional). Jumlah tenaga

kerja yang digunakan masih relatif kecil tetapi hal ini harus menjadi tantangan bagi

stakeholder khususnya Social entrepreneurship untuk membantu keberlangsungan UKM.

Page 154: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

150

Hasil observasi dilapangan menunjukkan permasalahan yang dihadapi UKM di kota

palembang hampir relatif sama di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya masalah

permodalan serta kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan usahanya. UKM masih

mengedepankan pendekatan tradisional dan minim dalam mengembangkan usahanya. Di sisi

lain jumlah Social entrepreneurship relatif masih minim dan keberadaan yang mudah

ditemui adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Kondisi ini menunjukkan perlu dilakukan

pembinaan dan pendampingan agar UKM dapat berkembang dan menjadi pelaku Social

entrepreneurship. Perumusan masalah adalah bagaimana social entrepreneur dapat

mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui business model canvas ?. Tujuan penelitian

untuk membantu social entrepreneur mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui

business model canvas.

Landasan Teori

Business Model Canvas (BMC).

Menjabarkan model bisnis dengan benar akan membantu kita menemukan tujuan

bisnis secara jelas dan membahas tentang target apa yang harus dicapai terlebih dahulu. Salah

satu perangkat analisis yang bisa membantu kita menemukan model bisnis yang tepat adalah

model bisnis kanvas. Model bisnis yang satu ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander

Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation (Alexander

Osterwalder, Yves Pigneur, 2010). Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan

sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat

dalam sebuah model bisnis.

Bisnis Model Kanvas adalah salah satu alat untuk membantu melihat lebih akurat bagaimana

rupa usaha yang sedang atau akan dijalankan. Berikut ini adalah komponen dari Business

Model Canvas (BMC).

a) Customer Segments (segmen pelanggan) yaitu menjelaskan siapa saja target-target

pelanggan. Apakah memang untuk pasar masal, pasar tertentu yang tersegmentasi,

pasar yang bersifat lebih khusus, atau yang seperti apa? Segmentasi dapat ditujukan

kepada lebih dari satu pelanggan. Mendeskripsikan segmen pelanggan akan

menentukan apa produk dan jasa yang nantinya akan diberikan kepada pelanggan.

b) Value proposition (nilai yang ditawarkan) yaitu keseluruhan gambaran produk atau jasa

yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan para customer, manfaat yang ditawarkan

kepada segmen pasar yang dilayani. Nilai-nilai tambah apa saja yang bisa diberikan

terkait untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya.

c) Channels (saluran) yaitu bagaimana cara agar produk, jasa, dan nilai tambah yang kita

ciptakan ini disadari, dibeli, dan sampai ke tangan customer sesuai dengan apa yang

kita janjikan. Channels merupakan sarana bagi organisasi untuk menyampaikan value

proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels berfungsi dalam

beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual.

d) Revenue stream (aliran pendapatan) yaitu penjelasan tentang apa saja hal-hal yang

membuat bisnis mendapatkan pemasukan dari para pelanggannya.

e) Customer Relationship (hubungan dengan pelanggan) yaitu menjaga hubungan atau

menjalin ikatan dengan pelanggan agar pelanggan merasa nyaman dan dekat.

f) Key Activities (aktivitas utama) yaitu aktivitas atau proses kunci yang ada di bisnis

tersebut. Merupakan kegiatan utama untuk dapat menjalankan atau menciptakan value

proposition.

Page 155: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi

g) Key Resources (sumber

diperlukan dalam menc

miliki yang digunakan u

berwujud manusia, tekno

h) Key Partners (partner

atau partner dalam hal la

i) Cost structure (struktur

yang terlibat dan dikelua

cost, operational cost

organisasi mewujudkan

biaya yang efisien, menj

Dari uraian tersebut dapat dilih

Gambar 1. ko

Sumber : (A

Kewirausahaan sosial (Socia

Berdasarkan pengert

merupakan sebuah istilah turu

yang artinya kemasyarakatan

kewirausahaan sosial menuru

Campling, 2000) :“Social en

problem-solving and an under

investment”.(dalam handout D

Kewirausahaan Sosial, 2008

menggagas, memimpin dan m

dengan orang lain dalam semu

Sedangkan menurut

adalah“social entrepreneursh

resource combinations to purs

practices that yield and sus

penggunaan inovasi untuk me

mengejar peluang dengan me

Jurnal Manajeme

Vol. 3, N

er daya utama) yaitu sumber daya kunci

nciptakan nilai tambah bagi para pelanggan,

n untuk mewujudkan value proposition. Sumb

nologi, peralatan,channel maupun brand.

er utama) yaitu berhubungan dengan s

lain.

r pembiayaan) yaitu penjelasan mengenai stru

luarkan dalam bisnis, baik itu fixed andvariable

t dan sebagainya. Komposisi biaya untuk

an value proposition yang diberikan kepada p

njadi kunci besarnya laba yang diperoleh.

ilihat pada gambar 1

komponen dari Business Model Canvas (BM

(Alexander Osterwalder, Yves Pigneur, 2010)

ial Entrepreneurship)

rtiannya, kewirausahaan sosial (Social

runan dari kewirausahaan. Gabungan dari kedu

an dan entrepreneurship yang artinya kewirau

urut (Gerald G. Smale, Graham Tuson, Da

entrepreneurship is ability to initiate, lead

erstanding that all resource all locations are

t Dialog Interaktif Membangun Ekonomi Raky

08). Artinya kewirausahaan sosial adalah k

melaksanakan strategi pemecahan masalah, m

ua jenis jaringan sosial.

(Christian Seelos, Johanna Mair, 2017) kew

ip as the innovative use of to create a social v

rsue opportunities aiming at the creation of or

sustain social benefits.” Artinya kewirausaha

membuat sebuah usaha sosial dari kombinasi s

engarah pada pembentukan organisasi dan/at

men Bisnis Indonesia

, Nomor 1, Oct 2015

151

ci atau utama yang

, sumber daya yang

ber daya umumnya

supplier,distributor,

truktur-struktur biaya

le cost, maintenance

tuk mengoperasikan

pelanggan. Struktur

MC).

0)

Entrepreneurship)

dua kata, yaitu social

ausahaan. Pengertian

aphne Statham, Jo

d and carry though

re really stewardship

kyat Melalui Inovasi

kemampuan untuk

, melalui kerja sama

kewirausahaan sosial

l venture are formed

organizations and/or

haan sosial sebagai

i sumber daya untuk

/atau praktek-praktek

Page 156: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

152

yang dihasilkan dan mempertahankan manfaat sosial. Dari pengertian didatas, dapat

disimpulkan bahwa kewirausahaan sosial merupakan suatu gagasan atau ide dalam

menjalankan strategi pemecahan masalah sosial dengan memberdayakan masyarakat secara

inovatif dan kreatif melalui kegiatan usaha sosial untuk menciptakan nilai-nilai sosial

dilingkungan masyarakat.

Elemen kewirausahaan sosial lebih ditekankan pada dua elemen kunci. Elemen

pertama kewirausahaan sosial ditekankan pada inovasi, kewirausahaan adalah proses kreatif

mengejar kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sedangkan elemen yang kedua,

kewirausahaan sosial menciptakan nilai-nilai sosial. Kedua dimensi dasar ini menandakan,

bahwa kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan bisnis. Pada tabel 2

memperlihatkan perbedaan motof sosial dan komersial menurut (Dees, 2001)

Tabel 2. Motif Sosial dan Komersial

Sumber (Dees, 2001)

Enam Aspek Kewirausahaan Sosial

Didalam menjalankan kegiatan kewirausahaan sosial, (Dees, 2001) terdapat enam

aspek kewirausahaan sosial. Keenam aspek kewirausahaan sosial terdiri dari :

a) Proses mendefinisikan tujuan misi (defining your mission)

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi

dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut,

diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal

organisasi dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh dimasa

mendatang.

b) Proses mengenali dan menilai peluang (recognizing and assessing new opportunities).

Setiap kewirausahaan sosial harus mampu mengenal, melihat dan menilai peluang.

Sebagai contoh penggunaan teknologi informasi yang semakin murah, memiliki

peluang untuk digunakan sebagai proses awal kegiatan sosial.

c) Proses mobilisasi sumber daya (mobilizing resources).

Sumberdaya tidak selalu indetik dengan uang, walaupun uang merupakan hal yang

cukup penting, tetapi ada sumberdaya lainnya yang dapat melengkapi keberadaan

Page 157: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

153

uang. Memanfaatkan sumber daya yang tidak berwujud untuk menjalankan usaha,

merupakan hal yang perlu menjadi perhatian, misalnya hubungan relasi, pengetahuan,

ide sesuatu hal yang diperhatikan.

d) Proses manajemen resiko (risk management).

Seorang Social Enterpreneur dalam merealisasikan ide-idenya harus dihadapkan pada

sebuah tantangan. (Dees, 2001) menjelaskan bahwa resiko dalam kewirausahaan

sosial adalah: "For the purpose of our approach to nonprofit risk, we may simply say

that risk is the “possibility of an undesirable outcome. We can further define risk by

saying that it can be understood as having two basic components that allow us to

determine the potential severity of risk: (1) the potential magnitude of undesirable

outcomes if they do occur-the "downside"-and (2) the possibility that these

undesirable outcomes will actually occur”. Artinya, resiko adalah kemungkinan yang

tidak diharapkan. Resiko dapat didefinisikan sebagai dua komponen yaitu: (1) potensi

besar yang tidak diharapkan terjadi karena tidak memperhitungkan sisi buruk, dan (2)

kemungkinan bahwa hasil-hasil yang tidak diinginkan akan benar-benar terjadi. Jadi

dalam merealisasikan ide atau gagasannya. Hambatan-hambatan dalam menjalankan

suatu kegiatan kewirausahaan sosial muncul secara tidak terduga. (Dees, 2001)

menyatakan resiko atau hal-hal tidak terduga yang harus dihindari oleh wirausahawan

sosial adalah:

� Kerugian keuangan.

� Reputasi yang menjadi buruk.

� Rusaknya moral internal.

� Hilangnya pengaruh politik.

� Kehilangan kesempatan.

� Penyimpangan misi.

e) Mengidentifikasi dan menarik pelanggan (understanding and attracting customers)

Konsumen atau pelanggan didalam kewirausahaan sosial adalah mereka yang ikut

berpartisipasi dengan sukses dalam mendukung misi sosial. Partisipasi ini bisa dalam

bentuk penggunaan layanan, berpartisipasi dalam suatu kegiatan, relawan,

memberikan uang atau barang untuk sebuah organisasi nirlaba, atau bahkan membeli

layanan atau produk yang dihasilkan organisasi tersebut. Fokus wirausaha sosial

pelanggan adalah untuk menyalurkan semua hasil sumberdaya sehingga tercipta

kebaikan sosial. Mengidentifikasi pelanggan sangat penting karena pelanggan

merupakan pasar untuk menyalurkan barang dan jasa.

f) Proses Manajemen Keuangan (Financial Management).

Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan

dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun

usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembiayaan secara efisien

(Sartono, 2008)

Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah gagasan baru sistem ekonomi yang menempatkan informasi

dan kreativitas manusia sebagai faktor produksi yang paling utama. Ide merupakan barang

mahal dalam ekonomi kreatif, karena ide-ide yang kreatif inilah yang akan mendorong

terciptanya inovasi-inovasi yang kemudian menjadi solusi baru dan produk baru, dimana ini

merupakan jawaban selama ini atas masalah minimnya kualitas produk yang sesuai dengan

kebutuhan pasar. John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value

as a result of idea. Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam

masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak

Page 158: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

154

hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan

ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan

Elemen Ekonomi kreatif

Menurut (Auburn, 2007) elemen ekenomi kreatif meliputi input, kreasi, produksi,

diseminasi dan dukungan sistem, seperti pada gambar 2.

a) Input: Perusahaan yang menyediakan bahan, bagian, atau peralatan yang digunakan

oleh perusahaan dalam kategori penciptaan misalnya, toko peralatan seni.

b) Penciptaan: Semua perusahaan yang memproduksi kekayaan intelektual kreatif asli,

atau keuntungan yang kompetitif bergantung pada menggabungkan estetika khas

bahan ke dalam produk atau jasa mereka. Ini termasuk orang wiraswasta yang berasal

konsep kreatif dan barang dagangan.

c) Produksi: Perusahaan yang mereproduksi seni- atau barang atau jasa berdasarkan

desain- seperti film dan video produksi, suara studio, penerbit, printer, dan penciptaan

seni. komponen ini juga termasuk perusahaan manufaktur yang menggabungkan seni

dan desain ke produk mereka, tetapi umumnya tidak dianggap perusahaan kreatif.

d) Diseminasi: Entitas yang memberikan seni- atau produk berbasis desain-ke publik,

seperti buku dan musik toko, teater, dan museum.

e) Support System: Lembaga yang memfasilitasi seni dan desain berbasis aktivitas,

termasuk sekolah, dewan kesenian, organisasi nirlaba, inkubator seni, agen, layanan

bisnis, dan lembaga pemerintah.

Gambar 2. Elemen Ekonomi Kreatif

Sumber : (Auburn, 2007)

Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah

metode kualitatif interaktif, dimana menggunakan studi yang mendalam dengan

menggunakan teknik pengumpulan data langsung secara alamiah. Peneliti menghimpun,

mengidentifikasi, dan menganalisis serta mengadakan sintesis data untuk memberikan

interpretasi terhadap konsep, kebijakan, dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak

langsung diamati (Sukmadinata, 2009). Sumber informasi adalah informan yang terlibat

dalam kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan

Page 159: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

155

dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas. Pada

gambar 3 memperlihatkan kerangka penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : Tahap

pertama, diawali lembaga social entrepreneurship melakukan pembinaan dan pendampingan

dibidang ekonomi kepada bisnis-bisnis UKM yang ada diwilayahnya. Tahap kedua, bisnis

usaha UKM diarahkan untuk menjadi kreatif dan inovatif melalui pendekatan ekonomi

kreatif. Tahap ketiga setelah bisnis UKM telah menentukan bidang bisnis kreatifnya sesuai

dengan usaha yang telah dijalankannya, selanjutnya pada tahap keempat, usaha bisnis UKM

akan di beri pelatihan bagaimana membuat perencanaan bisnisnya dengan menggunakan

Business Model Canvas.

Gambar 3 : Kerangka Pemikiran Penelitian

Hasil dan pembahasan

Hasil Penelitian

Dari hasil observasi dilapangan memperlihatkan ada beberapa lembaga yang fokus

pada kewirausahaan sosial diantaranya adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Dompet

Dhuafa (DD) Sumsel terus menggulirkan program untuk membantu masyarakat yang belum

beruntung, dengan mengoptimalkan perannya lembaga sebagai jembatan antara kalangan

yang berpunya (muzakki) dengan golongan lemah lainnya (mustahiq). Tujuan mulia

dilakukan agar mereka yang membutuhkan tak perlu memelas, sedangkan yang memberi

selamat dari perasaan jumawa (riya). Semangat kepedulian tersebut semakin nyata dirasakan

dengan diwujudkan ke dalam beberapa program kepedulian Dompet Dhuafa

(DD) Sumsel. Bersama masyarakat sebagai donatur serta stakeholder lainnya, DD

Sumsel terus mengembangkan beberapa program, mulai dari program pengembangan sosial,

pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan dhuafa. Seperti halnya Dompet Dhuafa,

aktifitas Rumah Zakat (RZ) adalah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak, sedekah,

serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Program

pemberdayaan direalisasikan melalui empat rumpun utama yaitu Senyum Juara (pendidikan),

Senyum Sehat (kesehatan), Senyum Mandiri (pemberdayaan ekonomi), serta Senyum Lestari

(inisiatif kelestarian lingkungan). Kedua lembaga tersebut dari sisi ekonomi tidak hanya

membantu dari sisi personal tetapi juga membantu UKM dalam mengembangkan usahanya.

Page 160: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

156

Contoh Kegiatan DD memberikan program pelatihan keterampikan menjahit pada bulan

Maret 2016, dan sudah berhasil memberikan kemampuan menjahit bagi 20 orang peserta.

Pelatihan keterampilan membuat pempek ini sebagai tindak lanjut dari program Social

Entrepreneur Camp (SEC).

Agar kegiatan yang dilakukan tepat sasaran, hendaknya Wirausaha sosial melihat

masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi

pemberdayaan masyarakat sekitar. Seorang social enterpreneur adalah seseorang yang cakap

dalam melihat tantangan sebagai peluang, melihat sampah menjadi uang, dan melihat

masyarakat sebagai subjek bukan objek dari usahanya. Masyarakat berperan sebagai mitra

strategis usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Hasil yang ingin

dicapai bukan mencari keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana

gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Pola yang terjadi

dalam kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha – pekerja – masyarakat. Ketiganya

bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme, dampaknya adalah kesejahteraan,

keadilan sosial dan pemerataan pendapatan.

Dari hasil observasi dan wawancara terhadap 5 sektor bisnis UKM yang bergerak

pada usaha kuliner, furniture dan feysion. Kegiatan yang mereka lakukan masih bersifat

tradisional, dimana mereka lebih cenderung mengutamakan segmen pasar lokal. Keberadaan

social enterpreneur (Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat) menjadi cukup penting untuk

menjadikan sektor bisnis UKM sebagai mitra. Pengenalan dan pemahaman tentang ekonomi

kreatif bagi sektor bisnis UKM sangat penting. Diawali dengan melihat keahlian,

ketrampilan dan kreatifitas dari masing-masing sektor bisnis UKM dalam menciptakan

inovasi usahanya. Dari hasil wawancara serta pengamatan terhadap sektor bisnis UKM yang

mereka lakukan dapat disimpulkan, kecendrungan memanfaatkan teknologi informasi dalam

menjalankan usahanya. Dimana teknologi informasi yang akan digunakan sudah banyak di

pasaran dan harganya relatif murah. Aktifitas ekonomi kreatif yang mereka lakukan

diantaranya design product, online shop dan media advertising online. Langkah selanjutnya

akan diberikan pemahaman bagaimana membuat Business Model Canvas. Dengan merujuk

dari Business Model Canvas dibuatlah pertanyaan terkait dengan model ekonomi kreatif.

Mulai dari Customer Segment, diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer

Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partners, dan Cost

Structure. Penjelasan Business Model Canvas dilakukan melalui role play, sehingga mereka

lebih mudah dalam menterjemahkan apa yang harus mereka lakukan. Adapun hasil Business

Model Canvas sebagai berikut :

Page 161: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

157

Gambar 4. Business Model Canvas Sektor Bisnis UKM

Pada gambar 4, dibuat secara umum gambaran model bisnis canvas yang akan

dilakukan sektor bisnis UKM. Bisnis UKM menyesuaikan dengan jenis usahanya misalnya

kuliner, maupun produk furniture. Dari hasil model bisnis kanvas tersebut, minimal sektor

UKM sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, berdasarkan elemen ekenomi kreatif

meliputi input, kreasi, produksi, diseminasi dan dukungan sistem (Auburn, 2007) .

Pembahasan

Persaingan Bisnis UKM

Sektor UKM tidak luput dari persaingan bisnis yang kompetitif, cepat berubah, dan

kondisi ini semakin sulit untuk perusahaan terutama untuk membuat keputusan bisnis. Sektor

bisnis UKM akan berhadapan dengan informasi baru tentang teknologi informasi, siklus

hidup produk yang lebih pendek, pasar global, dan persaingan ketat. Sektor bisnis UKM juga

harus mengelola lingkungan, saluran distribusi, rantai pasok, implementasi TI yang mahal,

kemitraan strategis, dan fleksibel untuk berkreasi dengan perubahan pasar.

Untuk mendukung persaingan tersebut, Sektor usaha UKM dapat menerapkan model

bisnis berbasis sosial. Ada beberapa manfaat dengan menerapkan model bisnis berbasis

sosial. Pertama, terkait dengan komponen-komponen yang ada pada model bisnis kanvas,

model bisnis kanvas memudahkan para perencana dan pengambil keputusan untuk melihat

hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnis sosialnya, sehingga akan

memberikan nilai bagi pelanggan dan perusahaan. Kedua, model bisnis kanvas dapat

digunakan untuk menguji konsistensi hubungan antar komponen. Ketiga, model bisnis kanvas

dapat digunakan untuk mengevaluasi semua elemen yang terlibat didalamnya. Keempat,

model bisnis kanvas bersifat fleksibel bilamana terjadi perubahan-perubahan baik dari sisi

internal maupun eksternal.

Sektor bisnis UKM, akan didesain agar mampu memberi kompetensi/keahlian

internal sehingga menghasilkan keuntungan kompetensi yang pada akhirnya dapat

mewujudkan kreatifitas dan inovasi. Hal ini konsisten dengan resourced-based theory, yang

melihat bahwa perusahaan kecil sebagai kumpulan dari berbagai sumber daya dan kapabilitas

Page 162: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

158

(Barney, 1991). Keuntungan kompetitif dapat muncul dari keputusan yang baik atas aktivitas

biasa (misalnya: produksi), koordinasi yang baik antara berbagai aktivitas-aktivitas tersebut

(misalnya: proses pengembangan produk), manajemen yang baik (misalnya: supply chain

management) (Gulati, R., & Singh, H., 1998). Inovasi dalam model bisnis dapat membuat

peluang yang besar dalam periode pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, pemilihan

model bisnis yang tepat bagi perusahaan merupakan hal yang sangat krusial karena akan

memengaruhi atmosfer ekonomi dan peluang pasar.

Diharapkan sektor bisnis UKM akan menjadi embrio dalam social entrepreneurship,

dimana interaksi serta kemitraan dengan semua stakholder dan masyarakat menjadi sangat

penting. Adanya ketidakpastian dari sisi internal dan eksternal sering terjadi disektor UKM.

di lingkungan eksternal perusahaan biasanya ditentukan oleh tiga hal, yaitu kompleksitas,

kestabilan, dan kelangkaan. Ketidakpastian ini dapat memengaruhi model bisnis perusahaan.

Oleh karena itu, perusahaan perlu berinovasi dalam model bisnisnya untuk bertahan di

tengah-tengah ketidakpastian tersebut. Dari sisi internal keberadaan sumber daya manusia

perlu ditingkatkan dan terus dilakukan pendampingan guna meningkatkan ketrampilan baik

dari sisi managemen maupun kreatifitasnya.

Inovasi model bisnis berbasis sosial perlu dipahami para pelaku UKM, agar mampu

mengenal pesaing baik sebagai ancaman maupun sebagai mitra serta pengembangan

usahanya dimasa depan. (Raphael Amit and Christoph Zott, 2012).

Pengembangan Wirausaha sosial

Untuk memotivasi sektor bisnis UKM, perlu dilakukan kompetisi agar menjadi

mandiri dan terus memiliki ide kreatif. Kewirausahan sosial sebagai pihak yang memiliki

kompetensi serta pengalaman dibidang usaha sosial dapat menjadi pelopor dalam

mengadakan kompetisi usaha sosial. Tujuan dari kompetisi ini adalah mengidentifikasi dan

mendukung wirausahawan sosial potensial yang memiliki ide cemerlang untuk membantu

mengembangkan potensi masyarakat. Bisnis usaha UKM yang memiliki ide-ide brilian untuk

membuat dan mengelola wirausaha sosial perlu dibantu dan didampingi agar tetap berkreasi.

Wirausaha sosial diidentifikasi melalui proses seleksi kompetisi akan mendapat kesempatan

peningkatan kapasitas dan jaringan, termasuk kesempatan untuk memenangkan dana awal

untuk mendukung pembentukan dan pertumbuhan usaha sosial mereka. Kompetisi ini

dirancang untuk mengidentifikasi dan mendukung wirausahawan sosial untuk menginspirasi

generasi pembuat perubahan yang potensial. Selain diadakan kompetisi, perlu juga dilakukan

peningkatan keterampilan untuk wirausahan sosial (Skills for social entrepreneurs/SSE).

Pembelajaran dilakukan dengan menyediakan pelatihan keterampilan dan pendampingan

profesional bagi para calon dan praktisi wirausaha, termasuk akses terhadap keahlian dari

lembaga yang memiliki pengalaman dibidang kewirausahaan sosial. social entrepreneurs

juga diikutsertakan dalam jaringan rekan global, dan peluang pendanaan yang

memungkinkan mereka untuk membangun usaha sosial yang sukses. Tujuan diberikan

keterampilan untuk Wirausahawan Sosial (SSE) adalah mendukung organisasi dalam bidang

wirausaha sosial dengan menggunakan pendekatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial

dan lingkungan dengan demikian memberikan dampak positif di komunitas mereka.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan sektor bisnis UKM di kota Palembang

memiliki peluang untuk menjadi social entrepreneur, hal terlihat adanya dukungan social

entrepreneuship terhadap keberadaan UKM. Ekonomi kreatif dapat menjadi pilihan bagi

UKM dalam mengembangkan usahanya menuju social entrepreneuship. Pengembangan

Page 163: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015

159

sektor UKM akan menjadi lebih optimal bilamana UKM dibekali bagaimana membuat

Business Model Canvas, sebagai landasan dalam menjalankan usahanya. Saran yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas social entrepreneuship, dapat dilakukan

kompetisi untuk memperoleh bantuan pendanaan serta diberikan pelatihan dan pendampingan

secara berkesinambungan. Kemitraan dengan masyarakat sangat penting sebagai indikator

keberhasilan dalam menumbuhkan kemandirian dimasyarakat serta mengurangi tingkat

ketergantungan terhadap pemerintah.

Daftar Pustaka

Alexander Osterwalder, Yves Pigneur. (2010). Business Model Generation: A Handbook for

Visionaries, Game Changers, and Challengers. New Jersey: Wiley.

Auburn, M. (2007). Creativity in the Natural State Growing Arkansas’ Creative Economy.

Regional Technologies Strategies, Inc., Volume 1 • April 2007.

Austin, James, Howard Stevenson, and Jane Wei-Skillern. (2006). Social and Commercial

Entrepreneurship: Same, different and. Retrieved fromProQuest ebrary, 1-22.

Barney, J. (1991). Special Theory Forum The resource-based model of the firm. Journal of

Management, , pp. 97-98.

Bernadette Josephine James and Corina Joseph. (Volume 31, 2015). Corporate Governance

Mechanisms and Bank Performance: Resource-based View. Procedia Economics and

Finance, Pages 117-123.

Christian Seelos, Johanna Mair. (2017). Innovation and Scaling for Impact: How Effective

Social Enterprises Do It. California: Stanford University Press.

Dees, J. G. (2001). The Meaning of "Social Entrepreneurship. North Carolina, United States:

Duke University’s Fuqua School of Business.

Gerald G. Smale, Graham Tuson, Daphne Statham, Jo Campling. (2000). Social Work and

Social Problems: Working Towards Social Inclusion and Social Change. Basingstoke,

Great Britain: Palgrave Macmillan.

Gulati, R., & Singh, H. (1998). The architecture of cooperation: Managing coordination costs

and appropriation concerns in strategic alliances. Administrative Science Quarterly,

781–814.

Raphael Amit and Christoph Zott. (2012). creating-value-through-business-model-

innovation. MIT Sloan Management Review, VOL.53 NO.3.

Sartono, A. (2008). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Yogyakarta:

BPFE.

Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidik. Bandung: Rosdakarya.

Page 164: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

AAR

BUMN

Business Model Canvas

CAAR

Cash Holding

client- request

Data Panel

ekonomi kreatif

employee performance

event study

Harga

hypotheses testing

IHSG

Incremental

Inflasi

Islamic Work Ethic

job motivation

Job Satisfaction

job satisfaction

Kausalitas Granger

Kepercayaan

kepuasan pengguna

kesediaan untuk membayar dengan harga premium

Keterlibatan konsumen

Kualitas layanan

Kualitas Produk

Locus of Control

multiple regression

Nilai Tukar

operating system

organizational commitment

Parliament

Perpustakaan BPS Kota Malang

Politics

POS

Purposive Sample

sikap terhadap merek

Social Entrepreneur

status merek

web application

14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

97, 98, 100, 101, 102, 108, 109, 110, 111, 112

148, 149, 150, 151, 155, 156, 157, 159

14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

97, 98, 100,102, 104, 108, 109, 110, 111, 112

29

97, 100, 102, 106, 107,

148, 150, 153, 156, 158

129

14, 17, 18, 28

61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78

129

46, 47, 52, 54, 56, 58, 59

29

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59

1, 11, 12, 13

129

1, 12, 13

129, 131, 147

46, 53, 54, 56, 59

61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77

113, 114, 115, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127

79, 80, 82, 83, 88, 93, 94, 95

79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95,

113, 115, 116, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127

61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13

129

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59

29

129, 146

14, 28

113, 114, 117, 124, 125

14

29, 33

97

80, 82, 83, 86, 88, 89, 93

148, 149, 150, 151, 155, 156, 158, 159

79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95

29

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Page 165: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto

PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN

KERJA PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA)

1

Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana

REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014

(STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI)

14

Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara

IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI

COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA

29

Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA

46

Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti

PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE

DI WILAYAH PURI KEMBANGAN, JAKARTA BARAT)

61

Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti

ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR

HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK

DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK

79

Ajeng Andriani Hapsari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN

97

Martaleni, Ryke Novita

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG

113

Muhammad Tony Nawawi

PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI

DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(STUDI KARYAWAN OUTSOURCING PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA).

129

Dedi Rianto Rahadi

EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM

148

Page 166: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

@ Rp. 400.000

@ Rp. 1.000.000

@ Rp. 200.000

Fax: 031 502 6288

E-mail: [email protected]

Page 167: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI
Page 168: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI
Page 169: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI
Page 170: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI
Page 171: Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 - FMI

Fax: 031 502 6288

E-mail: [email protected]