volume 3 nomor 1 halaman linskunaan tropis · sampel diambil dari daun, ranting, buah mangrove yang...

10
ISSN 1978-2713 Vol ume 3 No mor 1 Maret 2009 Ha laman I - 53 Lin sk una an Tropis D jte rbit kan olch Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesi a (IATPT) Pe nanggun g J awab Umulll If. P oedjastanto, CES., DEA. K e tua Dewan Redaksi Dr.lr. Priana Sudjono, MS., DipIEng·(ITB) Anggota Redaksi D r. F. Lucia Nugroho (UNPAS) Ir. Jyus Ruskiman, MM. (lATPI .Tabar) If. Nana Terangna, DipLSE (PUSKIM) Dr.1r. Set yo S. Moersidik, DEA (IU) Ir.Soedjana Wirakoesoemah (lATPI Jabar) ProfDr.Ir. Wahyono Hadi (ITS) Ir. Sulton Sahara, M .Eng. (lATPI Jabar) Ir. Tardan Setiawan (PDAM Bandung) D r.Ir. Yo nik Meilawati Yustiani, MT (UNPAS) Tata Usah a Kania Terbitan pertama pad a Maret 2007 KATA PENGANTA R Lingkungan T ropis volume 3 nomor 1 berisi makalah pilihan yang telah disajikan pada Seminar N asional Penelitian Masalah Linghmgan di Indonesia 2008 dan makalah yang ditcrima langsung oleh redaksi dari hasil penelitian penting. Redaktur merasa bangga akan ragam topik dan isi makalah dalam terbitan ini. Dil ain pihak, redaktur mengingi nk an agar sctiap penerbitan dap al te rus menampilkan makalah berbobo t lJ ntuk itu partisipasi para ilmuwan kh ususnya dalam bidang lingkung an sangat diharapkan. Akhir kata redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan semoga kerja kerasnya ab.n belmall!aat bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Li ug k ungan Tro pis adalah majalah ilmi:lh dari Ikatan Ahli Teknik Penyehata n dan Li ll g ku ngan In donesia (lATPI). Tcrbit setcngah [ahunan pada bulan Maret dan Septcmber. Setiap jud ul makalah dinilai oleh minimal dua juri. Alamat Redaksi ialan Merdeka 2 Bandung - 40132, TelplFak. (022) 2534166, Email: [email protected] Berlangganan Lingkungao Tropis dapat diperoleh secara berlangganan dengan mengirimkan identitas diri kepada redaksi meJal ui pos atau email. Penggantian ongkos cetak dan kirim adalah Rp. 30.0 00 ,- unluk setiap nomor atau Rp. 60.000,- pertahun yang terdiri dari dua nomo r. Rekening Bank BNI Cab. ITB No. Rek. 0028227997 (a.n. Priana). Dicetak di Jakarta

Upload: vuxuyen

Post on 21-Aug-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISSN 1978-2713 Volume 3 Nomor 1

Maret 2009 Ha laman I - 53

Linskunaan Tropis Djterbitkan olch Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPT)

Penanggung J awab Umulll If P oedjastanto CES DEA

K etua Dewan Redaksi Drlr Priana Sudjono MS DipIEngmiddot(ITB)

Anggota Redaksi

D r F Lucia Nugroho (UNPAS) Ir Jyus Ruskiman MM (lATPI Tabar) If Nana Terangna DipLSE (PUSKIM) Dr1r Set yo S Moersidik DEA (IU)

IrSoedjana Wirakoesoemah (lATPI Jabar) ProfDrIr Wahyono Hadi (ITS)

Ir Sulton Sahara M Eng (lA TPI Jabar) Ir Tardan Setiawan (PDAM Bandung)

DrIr Yonik Meilawati Yustiani MT (UNPAS)

Tata Usah a Kania

Terbitan pertama pada Maret 2007

KATA PENGANTAR

Lingkungan T ropis volume 3 nomor 1 berisi makalah pilihan yang telah disajikan pada Seminar N asional Penelitian Masalah Linghmgan di Indonesia 2008 dan makalah yang ditcrima langsung oleh redaksi dari hasil penelitian penting Redaktur merasa bangga akan ragam topik dan isi makalah dalam terbitan in i Dilain pihak redaktur menginginkan agar sctiap penerbitan dapal terus menampilkan makalah berbobot lJntuk itu partisipasi para ilmuwan khususnya dalam bidang lingkungan sangat diharapkan Akhir kata redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan semoga kerja kerasnya abn belmallaat bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia

Liug kungan Tropis adalah majalah ilmilh dari Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lillgku ngan Indonesia (lATPI) Tcrbit setcngah [ahunan pada bulan Maret dan Septcmber

Setiap judul makalah dinilai oleh minimal dua juri

Alamat Redaksi ialan Merdeka 2 Bandung shy 40132 TelplFak (022) 2534166

Email redakturiatpi-publikasiorg

Berlangganan Lingkungao Tropis dapat diperoleh secara berlangganan dengan mengirimkan identitas d iri kepada

redaksi meJalui pos atau email Penggantian ongkos cetak dan kirim adalah Rp 30000- unluk setiap nomor atau Rp 60000- pertahun yang terdiri dari dua nomor

Rekening Bank BNI Cab ITB No Rek 0028227997 (an Priana) Dicetak di Jakarta

-----

Lingkunsan TrODIS

Daftar isi ISSN 1978-27 13

Volume 3 Nomor 1 Maret 2009

NERACA AIR UNTUK ORANG PULAU KECIL SUATU KONSEP DAN INSTRUMEN UNTUK PENGELOLAAN AIR

1 - 10

Senslls Wijonarko

PENENTUAN INDIKATOR PENCEMARAN AIR DENGAN PENDEKATAN I NDEK K UALITAS AIR PADA AIR BAKU AIR lVIINUM DARI SALURAN TARUM BARAT

10 - 22

Ojoko M Hartono Sulistyoweni W and Dwita Sutjiningsih

PENDEKATAN STATISTIK UNTUK MENENTUKAN PARAMETER DOMINAN DALAM PENGELOLAAN KUALITAS AIR BAKU

23 -32

Set yo S Moersidik dan Djoko M Hartono

PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksm an ii DAN PIlIitiJiw spiu IQs u DALAlI BIOREMEDIASI LIMBAH M1NYAK NABATI

33 - 40

Hefni Effendi lndah Widiastuti Surantiningsih dan Sigid Hariyadi

PENGOLA HAN LTh1BAH MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BAHAN BAKAR

41-53

Mawar SilaJahi Edison Efendi dan Antonius Angga Wicaksono

11

Pemanfaalan Mikrofungi (Hefn Effendi)

PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksmanii DAN Penicillium spillulosum DALAM BIOREMEDIASI

LIMBAH MINYAK NABA TI

UTILIZATION OF MICROFUNGI Peniciliium waksmanii AND Penicillium spinulosum IN BIOREMEDIATION OF

PLANT OIL WASTE

Hefni Effendi l gt Indah Widiastuti2l Surantiningsih3l

dan Sigid H ariyadi4)

Il Pusat Penelitian Linghungan Hidup (PPLH) IPB 2 34lLaboratorium Produktivitas dan Linghungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB

Email Ilhefni_effendiyahoocom

Abstrak Tujuan penelilian ini adalah untuk menguji kemampuan miTofungi aualik yailu Penicillium lVaksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak nabati dan pengaruhnya lerhadap parameter kuaiitas Mikrofimgi P waksmanii dan P spinulosum diisiolas i dari perairan hutan mangrove lvuara Kapuk Jakarta Penurunan konsentrasi minyak nabati pada perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P spinulosum adalah sebesar 7670 dan 89 Sedangk(n pada konsenlrasi minyak 200 ppm kedua mihofimgi berhasil menurunkan minyak sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum) Penumnan COD [ertinggi baik pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm terjadi pada perlakuan P sp inulosum sebesar 5625 dan 5969 Luas penutupan dicapai P waksmanii anlara 10-100 dan P spinulosum 10shy98 dalam enam hari PeningkaJan nilai kekeruhan P waksmanii dan P spinuloslm menccpai 8594 dan 9443 pada percobaan konsentrasi minyak nabali 100 ppm Pada percobaan konsentrasi minyak nabati 200 ppm lingkat kekeruhan mencapai 7394 pada perlaluan P wahmanii dall 9047 pado perlakuan P spinulosum Secara keseluruhan P spinulosum memilili kema71puan yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar minyak nahali dibandingkan dengall P waksmanii

Kata kUlci bioremedias inyak nabali Penicillium spinulosum Jan Penicillium waJsmanii

Abstract 71e aims ofthe research were to determine Penicillium waksmanU and Penicillium spiflulosum ability in reduction ofplant oil waste and their effects on water quality P waksnanii and P spinulosum were collected from waters ofmangrove ofMucra Kapuk Jakarta In 100 ppm oil concentralion P waksmanii reduced 7670 oil concentration alld 89oil concentration for P spinuasum P waksmanii reduced oil in 200 ppm treatment fica HO] ( and F spinu(osum reduced 893 concentration The highest decrease ofCOD occurred at J()() ppm and 200 ppm oil concentration of P spinulosum treatment namely 5625 and 59 69 Coverage percentage ofP waksmanii ranged 10-100 and P spinulosum 10-98for six days Turbidity reached 9443 and 9047 at 100 ppm and 200 ppm of P spinulosum Meanwhile turbidity of waksmanii treatment was 8594 (100 ppm oil cOlcentration) and 7394 (200 ppm oil concentralior) P spinulosum peformed beller reduction ofoil concentration than P waksmanii did

Keywords bioremediation plant oil Penicillium spinulosum and Penicillium waksmanii

PENDAHULUAN

Minyak dan lemak yang mencemari air sangat merugikan lingkungan karena lapisan tipis yang d ibentuk oleh minyak di pennukaan perairan dapat menghambat peiaru tan oksigen dalarn air dan menggangu organisme yang hidup dalarn peairan Oleh karena itu diperlukan penanganan limbah minyak nabati terutama dari industri sebelum di buang ke lingkungan perairan agar tidak menimbulkan dampak negatifterhadap lingkungan Pengembangan teknik bioremediasi adalah tekno logi altematif pengolahan limbah minyak nabati yang relatif

33

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

murah sederhana dan ramah lingkungan Hal ini dikarenakan proses bioremediasi dalam mendegradasi limbah memanfaatkan aktifitas mikroorganisme sebagai pengurai polutan kompleks dirubah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Citroreksoko 1996 Fleury 2007 Molla et al 2001) Selain itu teknologi prosesnya cukup sederhana

Mikrofungi merupakan mikroorganisme heterotrofik yang terdapat di dalam air limbah dan pada umumnya bersifat saprofitik di fingkungan perairan Mikrofungi dapat dijadikan sebagai bioremediator karen a mikrofungi memiliki kemampuan menguraikan sisashysisa tumbuhan dan hewan serta bahan organik kompleks menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan dalam metabolismenya untuk dijadikan nutrien dalam pertumbuhannya (Coulibaly et aI 2003 Fleury 2007)

Percobaan inl dilakukan untuk menguji kemampuan mikrofungi akuatik yaitu Penicillium waksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak dan pengaruhnya terhadap parameter kualitas air di limbah minyak nabati serta membandingkan ti ngkat efektivitas dari kedua spesies mikrofungi tersebut dalam mereduksi kadar minyak nabati

METODE PENELITIAN

A Tabap Percobaan Pendabuluan

1 Isolasi mikrofungi

Sampel diambil dari daun ranting buah mangrove yang telah membusuk dan batu di daerah Muara Kapuk (Jakarta) Kemudian dikerik dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Potatoes Dextrose Agar) diinkubasi pada suhu 27degC selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya

2 Sclcksi mikrofungi

Setelah 2-5 hari isolat ditumbuhkan pada media didapatkan Jllitur mikrofungi yang heterogen dalam media Mikrofungi yang cukup dominan dalam media diseleksi berdasarkan perbedaun warna dan disubkultur agar diperoleh kultur mikrofungi yang homogen

3 Idcntifikasi mikrofungi

3a Pembuatan slide kultur

Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan em-cm mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian cliamati dengan mengunakan mikroskop Slide kultur dibuat dengan menggunakan cawan petri yang diberi kertas saring pada bagian alasnya dengan bentuk seperti cawan petri Pipa berbentuk V diletakkan di dalam cawan petri kemudian di bagian atas pipa V diletakan gelas obyek dan gelas penutup dan disteri lisasai di dalam autoklaf pada suhu 121 -126oC elanla plusmn 15 meni t Setelah dingin di atas gel as obyek diberi setetes PDA steril kemudian

inokulan ditaruh pada pennukaan agar dengan menggunakan jarum ose Pada kertas sating diteteskan 5-7 ml gIiserol 10 steriJ secara menyeluruh untuk melembabkan kondisi di dalam cawan petri Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27oC- 30degC )selama 2-5 han

34

Pemanfaatall Mikroung i (Hefni JlJendi)

3b Pengamatan secara mik r oskop

Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40xl O Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor konidia metula fialid ada tidaknya septa dan tipe percabangan SecaIa makroskopik diamati wama hi fa bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986)

4 Penentuan efisiensi konsentrasi media PDB dengan air

Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at (2007) sebesar 1 5 Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P waksmanii dan P spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui waitu pertumbuhan mikrofungi (fase iag fase eksponensial dan fase stasioner)

6 Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian

Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mgl dan 200 mgI Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan

7 Penyiapan media air

Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat

B Tahap Pelaksanaan

1 lnokulasi mikrofu ngi ke limbah uji coba

Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perbandingan konsentrasi 1 5 (1 6667 ml dan 83333 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan mikrofungi P waksmanii atau P spinulosum sebesar l4 bagian cawan petri

2 Pengamatan pertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air

Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaLshyOxygen Demand (Titrimetrik dikromat Boyd 1979) minyak (Partisi-gravimetrik) turbidity (Turbiditi-meter Mode 2 1OOp) Suhu (Tennomet~r) pH (pH meter CG 825 Schott) dissolved oxygen (DO meter ORION 862)

35

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

-----

Lingkunsan TrODIS

Daftar isi ISSN 1978-27 13

Volume 3 Nomor 1 Maret 2009

NERACA AIR UNTUK ORANG PULAU KECIL SUATU KONSEP DAN INSTRUMEN UNTUK PENGELOLAAN AIR

1 - 10

Senslls Wijonarko

PENENTUAN INDIKATOR PENCEMARAN AIR DENGAN PENDEKATAN I NDEK K UALITAS AIR PADA AIR BAKU AIR lVIINUM DARI SALURAN TARUM BARAT

10 - 22

Ojoko M Hartono Sulistyoweni W and Dwita Sutjiningsih

PENDEKATAN STATISTIK UNTUK MENENTUKAN PARAMETER DOMINAN DALAM PENGELOLAAN KUALITAS AIR BAKU

23 -32

Set yo S Moersidik dan Djoko M Hartono

PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksm an ii DAN PIlIitiJiw spiu IQs u DALAlI BIOREMEDIASI LIMBAH M1NYAK NABATI

33 - 40

Hefni Effendi lndah Widiastuti Surantiningsih dan Sigid Hariyadi

PENGOLA HAN LTh1BAH MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BAHAN BAKAR

41-53

Mawar SilaJahi Edison Efendi dan Antonius Angga Wicaksono

11

Pemanfaalan Mikrofungi (Hefn Effendi)

PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksmanii DAN Penicillium spillulosum DALAM BIOREMEDIASI

LIMBAH MINYAK NABA TI

UTILIZATION OF MICROFUNGI Peniciliium waksmanii AND Penicillium spinulosum IN BIOREMEDIATION OF

PLANT OIL WASTE

Hefni Effendi l gt Indah Widiastuti2l Surantiningsih3l

dan Sigid H ariyadi4)

Il Pusat Penelitian Linghungan Hidup (PPLH) IPB 2 34lLaboratorium Produktivitas dan Linghungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB

Email Ilhefni_effendiyahoocom

Abstrak Tujuan penelilian ini adalah untuk menguji kemampuan miTofungi aualik yailu Penicillium lVaksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak nabati dan pengaruhnya lerhadap parameter kuaiitas Mikrofimgi P waksmanii dan P spinulosum diisiolas i dari perairan hutan mangrove lvuara Kapuk Jakarta Penurunan konsentrasi minyak nabati pada perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P spinulosum adalah sebesar 7670 dan 89 Sedangk(n pada konsenlrasi minyak 200 ppm kedua mihofimgi berhasil menurunkan minyak sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum) Penumnan COD [ertinggi baik pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm terjadi pada perlakuan P sp inulosum sebesar 5625 dan 5969 Luas penutupan dicapai P waksmanii anlara 10-100 dan P spinulosum 10shy98 dalam enam hari PeningkaJan nilai kekeruhan P waksmanii dan P spinuloslm menccpai 8594 dan 9443 pada percobaan konsentrasi minyak nabali 100 ppm Pada percobaan konsentrasi minyak nabati 200 ppm lingkat kekeruhan mencapai 7394 pada perlaluan P wahmanii dall 9047 pado perlakuan P spinulosum Secara keseluruhan P spinulosum memilili kema71puan yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar minyak nahali dibandingkan dengall P waksmanii

Kata kUlci bioremedias inyak nabali Penicillium spinulosum Jan Penicillium waJsmanii

Abstract 71e aims ofthe research were to determine Penicillium waksmanU and Penicillium spiflulosum ability in reduction ofplant oil waste and their effects on water quality P waksnanii and P spinulosum were collected from waters ofmangrove ofMucra Kapuk Jakarta In 100 ppm oil concentralion P waksmanii reduced 7670 oil concentration alld 89oil concentration for P spinuasum P waksmanii reduced oil in 200 ppm treatment fica HO] ( and F spinu(osum reduced 893 concentration The highest decrease ofCOD occurred at J()() ppm and 200 ppm oil concentration of P spinulosum treatment namely 5625 and 59 69 Coverage percentage ofP waksmanii ranged 10-100 and P spinulosum 10-98for six days Turbidity reached 9443 and 9047 at 100 ppm and 200 ppm of P spinulosum Meanwhile turbidity of waksmanii treatment was 8594 (100 ppm oil cOlcentration) and 7394 (200 ppm oil concentralior) P spinulosum peformed beller reduction ofoil concentration than P waksmanii did

Keywords bioremediation plant oil Penicillium spinulosum and Penicillium waksmanii

PENDAHULUAN

Minyak dan lemak yang mencemari air sangat merugikan lingkungan karena lapisan tipis yang d ibentuk oleh minyak di pennukaan perairan dapat menghambat peiaru tan oksigen dalarn air dan menggangu organisme yang hidup dalarn peairan Oleh karena itu diperlukan penanganan limbah minyak nabati terutama dari industri sebelum di buang ke lingkungan perairan agar tidak menimbulkan dampak negatifterhadap lingkungan Pengembangan teknik bioremediasi adalah tekno logi altematif pengolahan limbah minyak nabati yang relatif

33

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

murah sederhana dan ramah lingkungan Hal ini dikarenakan proses bioremediasi dalam mendegradasi limbah memanfaatkan aktifitas mikroorganisme sebagai pengurai polutan kompleks dirubah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Citroreksoko 1996 Fleury 2007 Molla et al 2001) Selain itu teknologi prosesnya cukup sederhana

Mikrofungi merupakan mikroorganisme heterotrofik yang terdapat di dalam air limbah dan pada umumnya bersifat saprofitik di fingkungan perairan Mikrofungi dapat dijadikan sebagai bioremediator karen a mikrofungi memiliki kemampuan menguraikan sisashysisa tumbuhan dan hewan serta bahan organik kompleks menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan dalam metabolismenya untuk dijadikan nutrien dalam pertumbuhannya (Coulibaly et aI 2003 Fleury 2007)

Percobaan inl dilakukan untuk menguji kemampuan mikrofungi akuatik yaitu Penicillium waksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak dan pengaruhnya terhadap parameter kualitas air di limbah minyak nabati serta membandingkan ti ngkat efektivitas dari kedua spesies mikrofungi tersebut dalam mereduksi kadar minyak nabati

METODE PENELITIAN

A Tabap Percobaan Pendabuluan

1 Isolasi mikrofungi

Sampel diambil dari daun ranting buah mangrove yang telah membusuk dan batu di daerah Muara Kapuk (Jakarta) Kemudian dikerik dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Potatoes Dextrose Agar) diinkubasi pada suhu 27degC selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya

2 Sclcksi mikrofungi

Setelah 2-5 hari isolat ditumbuhkan pada media didapatkan Jllitur mikrofungi yang heterogen dalam media Mikrofungi yang cukup dominan dalam media diseleksi berdasarkan perbedaun warna dan disubkultur agar diperoleh kultur mikrofungi yang homogen

3 Idcntifikasi mikrofungi

3a Pembuatan slide kultur

Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan em-cm mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian cliamati dengan mengunakan mikroskop Slide kultur dibuat dengan menggunakan cawan petri yang diberi kertas saring pada bagian alasnya dengan bentuk seperti cawan petri Pipa berbentuk V diletakkan di dalam cawan petri kemudian di bagian atas pipa V diletakan gelas obyek dan gelas penutup dan disteri lisasai di dalam autoklaf pada suhu 121 -126oC elanla plusmn 15 meni t Setelah dingin di atas gel as obyek diberi setetes PDA steril kemudian

inokulan ditaruh pada pennukaan agar dengan menggunakan jarum ose Pada kertas sating diteteskan 5-7 ml gIiserol 10 steriJ secara menyeluruh untuk melembabkan kondisi di dalam cawan petri Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27oC- 30degC )selama 2-5 han

34

Pemanfaatall Mikroung i (Hefni JlJendi)

3b Pengamatan secara mik r oskop

Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40xl O Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor konidia metula fialid ada tidaknya septa dan tipe percabangan SecaIa makroskopik diamati wama hi fa bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986)

4 Penentuan efisiensi konsentrasi media PDB dengan air

Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at (2007) sebesar 1 5 Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P waksmanii dan P spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui waitu pertumbuhan mikrofungi (fase iag fase eksponensial dan fase stasioner)

6 Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian

Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mgl dan 200 mgI Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan

7 Penyiapan media air

Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat

B Tahap Pelaksanaan

1 lnokulasi mikrofu ngi ke limbah uji coba

Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perbandingan konsentrasi 1 5 (1 6667 ml dan 83333 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan mikrofungi P waksmanii atau P spinulosum sebesar l4 bagian cawan petri

2 Pengamatan pertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air

Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaLshyOxygen Demand (Titrimetrik dikromat Boyd 1979) minyak (Partisi-gravimetrik) turbidity (Turbiditi-meter Mode 2 1OOp) Suhu (Tennomet~r) pH (pH meter CG 825 Schott) dissolved oxygen (DO meter ORION 862)

35

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Pemanfaalan Mikrofungi (Hefn Effendi)

PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksmanii DAN Penicillium spillulosum DALAM BIOREMEDIASI

LIMBAH MINYAK NABA TI

UTILIZATION OF MICROFUNGI Peniciliium waksmanii AND Penicillium spinulosum IN BIOREMEDIATION OF

PLANT OIL WASTE

Hefni Effendi l gt Indah Widiastuti2l Surantiningsih3l

dan Sigid H ariyadi4)

Il Pusat Penelitian Linghungan Hidup (PPLH) IPB 2 34lLaboratorium Produktivitas dan Linghungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB

Email Ilhefni_effendiyahoocom

Abstrak Tujuan penelilian ini adalah untuk menguji kemampuan miTofungi aualik yailu Penicillium lVaksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak nabati dan pengaruhnya lerhadap parameter kuaiitas Mikrofimgi P waksmanii dan P spinulosum diisiolas i dari perairan hutan mangrove lvuara Kapuk Jakarta Penurunan konsentrasi minyak nabati pada perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P spinulosum adalah sebesar 7670 dan 89 Sedangk(n pada konsenlrasi minyak 200 ppm kedua mihofimgi berhasil menurunkan minyak sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum) Penumnan COD [ertinggi baik pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm terjadi pada perlakuan P sp inulosum sebesar 5625 dan 5969 Luas penutupan dicapai P waksmanii anlara 10-100 dan P spinulosum 10shy98 dalam enam hari PeningkaJan nilai kekeruhan P waksmanii dan P spinuloslm menccpai 8594 dan 9443 pada percobaan konsentrasi minyak nabali 100 ppm Pada percobaan konsentrasi minyak nabati 200 ppm lingkat kekeruhan mencapai 7394 pada perlaluan P wahmanii dall 9047 pado perlakuan P spinulosum Secara keseluruhan P spinulosum memilili kema71puan yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar minyak nahali dibandingkan dengall P waksmanii

Kata kUlci bioremedias inyak nabali Penicillium spinulosum Jan Penicillium waJsmanii

Abstract 71e aims ofthe research were to determine Penicillium waksmanU and Penicillium spiflulosum ability in reduction ofplant oil waste and their effects on water quality P waksnanii and P spinulosum were collected from waters ofmangrove ofMucra Kapuk Jakarta In 100 ppm oil concentralion P waksmanii reduced 7670 oil concentration alld 89oil concentration for P spinuasum P waksmanii reduced oil in 200 ppm treatment fica HO] ( and F spinu(osum reduced 893 concentration The highest decrease ofCOD occurred at J()() ppm and 200 ppm oil concentration of P spinulosum treatment namely 5625 and 59 69 Coverage percentage ofP waksmanii ranged 10-100 and P spinulosum 10-98for six days Turbidity reached 9443 and 9047 at 100 ppm and 200 ppm of P spinulosum Meanwhile turbidity of waksmanii treatment was 8594 (100 ppm oil cOlcentration) and 7394 (200 ppm oil concentralior) P spinulosum peformed beller reduction ofoil concentration than P waksmanii did

Keywords bioremediation plant oil Penicillium spinulosum and Penicillium waksmanii

PENDAHULUAN

Minyak dan lemak yang mencemari air sangat merugikan lingkungan karena lapisan tipis yang d ibentuk oleh minyak di pennukaan perairan dapat menghambat peiaru tan oksigen dalarn air dan menggangu organisme yang hidup dalarn peairan Oleh karena itu diperlukan penanganan limbah minyak nabati terutama dari industri sebelum di buang ke lingkungan perairan agar tidak menimbulkan dampak negatifterhadap lingkungan Pengembangan teknik bioremediasi adalah tekno logi altematif pengolahan limbah minyak nabati yang relatif

33

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

murah sederhana dan ramah lingkungan Hal ini dikarenakan proses bioremediasi dalam mendegradasi limbah memanfaatkan aktifitas mikroorganisme sebagai pengurai polutan kompleks dirubah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Citroreksoko 1996 Fleury 2007 Molla et al 2001) Selain itu teknologi prosesnya cukup sederhana

Mikrofungi merupakan mikroorganisme heterotrofik yang terdapat di dalam air limbah dan pada umumnya bersifat saprofitik di fingkungan perairan Mikrofungi dapat dijadikan sebagai bioremediator karen a mikrofungi memiliki kemampuan menguraikan sisashysisa tumbuhan dan hewan serta bahan organik kompleks menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan dalam metabolismenya untuk dijadikan nutrien dalam pertumbuhannya (Coulibaly et aI 2003 Fleury 2007)

Percobaan inl dilakukan untuk menguji kemampuan mikrofungi akuatik yaitu Penicillium waksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak dan pengaruhnya terhadap parameter kualitas air di limbah minyak nabati serta membandingkan ti ngkat efektivitas dari kedua spesies mikrofungi tersebut dalam mereduksi kadar minyak nabati

METODE PENELITIAN

A Tabap Percobaan Pendabuluan

1 Isolasi mikrofungi

Sampel diambil dari daun ranting buah mangrove yang telah membusuk dan batu di daerah Muara Kapuk (Jakarta) Kemudian dikerik dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Potatoes Dextrose Agar) diinkubasi pada suhu 27degC selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya

2 Sclcksi mikrofungi

Setelah 2-5 hari isolat ditumbuhkan pada media didapatkan Jllitur mikrofungi yang heterogen dalam media Mikrofungi yang cukup dominan dalam media diseleksi berdasarkan perbedaun warna dan disubkultur agar diperoleh kultur mikrofungi yang homogen

3 Idcntifikasi mikrofungi

3a Pembuatan slide kultur

Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan em-cm mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian cliamati dengan mengunakan mikroskop Slide kultur dibuat dengan menggunakan cawan petri yang diberi kertas saring pada bagian alasnya dengan bentuk seperti cawan petri Pipa berbentuk V diletakkan di dalam cawan petri kemudian di bagian atas pipa V diletakan gelas obyek dan gelas penutup dan disteri lisasai di dalam autoklaf pada suhu 121 -126oC elanla plusmn 15 meni t Setelah dingin di atas gel as obyek diberi setetes PDA steril kemudian

inokulan ditaruh pada pennukaan agar dengan menggunakan jarum ose Pada kertas sating diteteskan 5-7 ml gIiserol 10 steriJ secara menyeluruh untuk melembabkan kondisi di dalam cawan petri Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27oC- 30degC )selama 2-5 han

34

Pemanfaatall Mikroung i (Hefni JlJendi)

3b Pengamatan secara mik r oskop

Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40xl O Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor konidia metula fialid ada tidaknya septa dan tipe percabangan SecaIa makroskopik diamati wama hi fa bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986)

4 Penentuan efisiensi konsentrasi media PDB dengan air

Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at (2007) sebesar 1 5 Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P waksmanii dan P spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui waitu pertumbuhan mikrofungi (fase iag fase eksponensial dan fase stasioner)

6 Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian

Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mgl dan 200 mgI Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan

7 Penyiapan media air

Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat

B Tahap Pelaksanaan

1 lnokulasi mikrofu ngi ke limbah uji coba

Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perbandingan konsentrasi 1 5 (1 6667 ml dan 83333 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan mikrofungi P waksmanii atau P spinulosum sebesar l4 bagian cawan petri

2 Pengamatan pertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air

Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaLshyOxygen Demand (Titrimetrik dikromat Boyd 1979) minyak (Partisi-gravimetrik) turbidity (Turbiditi-meter Mode 2 1OOp) Suhu (Tennomet~r) pH (pH meter CG 825 Schott) dissolved oxygen (DO meter ORION 862)

35

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

murah sederhana dan ramah lingkungan Hal ini dikarenakan proses bioremediasi dalam mendegradasi limbah memanfaatkan aktifitas mikroorganisme sebagai pengurai polutan kompleks dirubah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Citroreksoko 1996 Fleury 2007 Molla et al 2001) Selain itu teknologi prosesnya cukup sederhana

Mikrofungi merupakan mikroorganisme heterotrofik yang terdapat di dalam air limbah dan pada umumnya bersifat saprofitik di fingkungan perairan Mikrofungi dapat dijadikan sebagai bioremediator karen a mikrofungi memiliki kemampuan menguraikan sisashysisa tumbuhan dan hewan serta bahan organik kompleks menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan dalam metabolismenya untuk dijadikan nutrien dalam pertumbuhannya (Coulibaly et aI 2003 Fleury 2007)

Percobaan inl dilakukan untuk menguji kemampuan mikrofungi akuatik yaitu Penicillium waksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak dan pengaruhnya terhadap parameter kualitas air di limbah minyak nabati serta membandingkan ti ngkat efektivitas dari kedua spesies mikrofungi tersebut dalam mereduksi kadar minyak nabati

METODE PENELITIAN

A Tabap Percobaan Pendabuluan

1 Isolasi mikrofungi

Sampel diambil dari daun ranting buah mangrove yang telah membusuk dan batu di daerah Muara Kapuk (Jakarta) Kemudian dikerik dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Potatoes Dextrose Agar) diinkubasi pada suhu 27degC selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya

2 Sclcksi mikrofungi

Setelah 2-5 hari isolat ditumbuhkan pada media didapatkan Jllitur mikrofungi yang heterogen dalam media Mikrofungi yang cukup dominan dalam media diseleksi berdasarkan perbedaun warna dan disubkultur agar diperoleh kultur mikrofungi yang homogen

3 Idcntifikasi mikrofungi

3a Pembuatan slide kultur

Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan em-cm mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian cliamati dengan mengunakan mikroskop Slide kultur dibuat dengan menggunakan cawan petri yang diberi kertas saring pada bagian alasnya dengan bentuk seperti cawan petri Pipa berbentuk V diletakkan di dalam cawan petri kemudian di bagian atas pipa V diletakan gelas obyek dan gelas penutup dan disteri lisasai di dalam autoklaf pada suhu 121 -126oC elanla plusmn 15 meni t Setelah dingin di atas gel as obyek diberi setetes PDA steril kemudian

inokulan ditaruh pada pennukaan agar dengan menggunakan jarum ose Pada kertas sating diteteskan 5-7 ml gIiserol 10 steriJ secara menyeluruh untuk melembabkan kondisi di dalam cawan petri Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27oC- 30degC )selama 2-5 han

34

Pemanfaatall Mikroung i (Hefni JlJendi)

3b Pengamatan secara mik r oskop

Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40xl O Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor konidia metula fialid ada tidaknya septa dan tipe percabangan SecaIa makroskopik diamati wama hi fa bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986)

4 Penentuan efisiensi konsentrasi media PDB dengan air

Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at (2007) sebesar 1 5 Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P waksmanii dan P spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui waitu pertumbuhan mikrofungi (fase iag fase eksponensial dan fase stasioner)

6 Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian

Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mgl dan 200 mgI Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan

7 Penyiapan media air

Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat

B Tahap Pelaksanaan

1 lnokulasi mikrofu ngi ke limbah uji coba

Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perbandingan konsentrasi 1 5 (1 6667 ml dan 83333 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan mikrofungi P waksmanii atau P spinulosum sebesar l4 bagian cawan petri

2 Pengamatan pertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air

Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaLshyOxygen Demand (Titrimetrik dikromat Boyd 1979) minyak (Partisi-gravimetrik) turbidity (Turbiditi-meter Mode 2 1OOp) Suhu (Tennomet~r) pH (pH meter CG 825 Schott) dissolved oxygen (DO meter ORION 862)

35

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Pemanfaatall Mikroung i (Hefni JlJendi)

3b Pengamatan secara mik r oskop

Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40xl O Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor konidia metula fialid ada tidaknya septa dan tipe percabangan SecaIa makroskopik diamati wama hi fa bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986)

4 Penentuan efisiensi konsentrasi media PDB dengan air

Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at (2007) sebesar 1 5 Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P waksmanii dan P spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui waitu pertumbuhan mikrofungi (fase iag fase eksponensial dan fase stasioner)

6 Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian

Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mgl dan 200 mgI Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan

7 Penyiapan media air

Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat

B Tahap Pelaksanaan

1 lnokulasi mikrofu ngi ke limbah uji coba

Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perbandingan konsentrasi 1 5 (1 6667 ml dan 83333 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan mikrofungi P waksmanii atau P spinulosum sebesar l4 bagian cawan petri

2 Pengamatan pertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air

Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaLshyOxygen Demand (Titrimetrik dikromat Boyd 1979) minyak (Partisi-gravimetrik) turbidity (Turbiditi-meter Mode 2 1OOp) Suhu (Tennomet~r) pH (pH meter CG 825 Schott) dissolved oxygen (DO meter ORION 862)

35

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Lingkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

BASIL PENELITIAN

1 Karakteristik Mikrofungi

Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I A) P waksmanii merupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 25-3 11m setelah 3-5 hari Miselium bersepta dan hial in memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1B) Konidia P waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-25 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova 1986 Gilman J945)

Gambar 1 lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii A Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii

B Morfclogi koloni Penicillium waksmanii perbesaran 40x) O

k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum Ciri-ciri makroskopik koloni P spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu Pennukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2A) Tetapi konidiofor P spiuuJosu m ( 150-300 11m) nampampk lebih panjang dari P waksmanii (1 00-200 Jun) (Fas~atiova 1986 Gilman 1945)

Gambar 2 Isolat mumi koloni Penicillium spinuloswn A Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum

B Morfologi kolonj Penicillium spillulosum oerbesaran 40xl O

36

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)

2 Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati

KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mgl P waksmanii sebesar 10-98 P spinlilosum sebesar 10-98 dan kontrol sebesar 0-40 Luas penutupan tertinggi P spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98 begitu j uga dengan P waksmanii sebesar 98 dalam waktu en am hari (gambar 3) Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 mgl kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40 P spinuosum sebesar ] 0-98 dan P waksmanii sebesar 10-1 00 Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P spinuosunz dan P waksmaniii mencapai maksimum hampir 100 menutupi permukaan wadah (gambar 4) Pada konsentrasi minyak 100 mgl dan 200 mgI pertumbuhan P waksmanii dan P spinuosum mengalami tahap eksponensial pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2) Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat pertumbuhan P waksnzanii dan P spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin 198 1)

Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun

100

I a =gt 60

=gt c

c (0

~

20

0

10 I~ 14 16

Waklu Pengam alan (hari)

--+- Pspinulosum __ PwaKsmanii __ Konlrol

100

80

shy

60

c (0c

20

0

10 12 14 16

Waklu Pengamalan (hari)

--+- Pspinulosum __ PW3Ksmanii __ Kontrol

Gambar 3 Persentase luas penutupan Gambar 4 Presentase pertumbuhan mikrofungi pada limbah minyak nabati mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han konseBtrasi 200 ppm selama enam han

Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P waksmanii sebesar 375 ( 8800-5500 mgI) P spinulosum sebesar 5625 (8800-3850 mgI) dan kontrol sebesar 375 (8800-5500 mgI ) Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm perl akuan P waksmanii menurunkan nilai COD sebesar 5408 (9800-4500 mgI) perl akuan P spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 5969 (9800~3950 mgI) dan penurunan COD pada kontrol sebesar 4898 (9800-5000 mgI) (gambar 5 dan 6) Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ

37

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Lingkungan Tropis vol 3 no 1 Maret 2009 33-40

kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya

r-----------------------------~

10000 10000

8000 8000

0 6000 ] 6000E 0 o 0 o 40004000u U

200020 1 o

10 12 14 tG10 12 14 16

Wklu PengiOl11atan (hari) Waklu Pengamatan (hari)

___ Pspinulosum __ P_ksmanii ___ KontoI ___ Pspinulosum __ P_waksmanii ___ Konkol

Ga mbar 5 P enurunan nilai COD pada Gambar 6 Penurunan nilai COD pada Iimbah minyak nabati konsentrasi 100 Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200

ppm selama enam hari ppm selama enam hari

Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI P spinulosum dan P waksmanii selama enam hari p engamatan mengalami penurunan Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 63-065 mgl P spinuosum dan P waksmanii rnemiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 63-0 mg1 Pada P spinulosum dan P waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signijikan sebesar 100 selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T2) middot

Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e

al(2007) Widiyanti etal (2007) Effendi clan Surantiningsih (2006) dan Effend i et al (2006) Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn pada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofungi tersebut (gambar 7) Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8) Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selain dari air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandjar et a l 2Q06)

JE o 3 0

2

~ 0

to 12 14 t6

Waktu Pe ngam atan IhMi)

______ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Kontrol

7

6

5

~ 4 E 0 30

2

0

10 12 14 t6

Waklu Pengamaun (~i)

___ Pspinulosum __ Pwaksmanii ___ Ko nrol

Gambar 7 Konsentrasi oksigen pada Gambar 8 Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 l imbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm

ppm selama enam hari selama cnam hari

38

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Pemanfaatan MiJroJungi (Hefti EffendI)

Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 405-25 NTU P spinuosllm sebesar 405-125 NTU dan P vaksmanii sebesar 405-34 NTU (gambar 9) Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm nilai kekeruhan pada kontrol P spinulosum dan P waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (443-125 NTU) P waksmanii (443-17 NTU) dan P spinuosum (443-445 NTU) (gambar 10) Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan oleh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi 2003) Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai(2007) Widiyanti et al(2007) Effendi dan Surantiningsih (2006) dan Effendi et al (2006) Gandjar et al (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan

80

1 80

7070 1 60 GO

50 1 GO l~ 40 i ~ 40

30

20 j 20 10 10

i 0

t o t2 t4 t6 to t2 t4 t6

Wak tu Pengamatan (harl) Waktu PengamatAln (hari)

---+-- Pspinulosum ____ P waksmani ----A-- K(ntrol-+- pspinlJlosum ___ Pwaksmanii ----A-- Kontrol

Gambar 9 Nilai kekeruhan pada Gambar 10 Nilai kekeruhan pada limbah limbah minyak nabati konsentrasi 100 minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama

ppm selama enam hari enam hari

Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-5660 mgll P spinulosum sebesar 100-11 mgl dan P Haksmanii sebesar 100-2330 mgl (gambar 11) Kisaran minyak pada percobaa1 limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm kontrol yaitu 200-68 mgll P spinulosum berkisar antara 200-2 140 mgl dan kisaran minyak pada perlakuan P waksmanii scbesar 200-84 70 mgI (gambar 12) Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi

bull J =amp 150E ~ ~ 100

60 ~ o I to t2 14 t6

Waklu Pengamaun (had)

---+-- Pspinulosum _____ P fItIaksmanii ---6--- Kontrol

2GO

200

r 1GO

i ~ 100

60

0-1-1--- - __

to 12 t4 t6

Waktu Pe-ngamatan (harl)

---+-- Pspinuosum ___ Pwaksmani ----A-- Kontrol

Gambar 11 Penurunan konsentrasi Gambar 12 Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah minyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi

konsentrasi 100 ppm selama enam han 200 ppm selama enam han

39

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40

Ungkungan Tropis vol 3 no I Maret 2009 33-40

KESIMPULAN

P spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P waksmanii Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P waksmanii dan P sp inulosum sebesar 7670 dan 89 Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mgI kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 5765 (P waksmanii) dan 8930 (P spinulosum)

Penurunan nilai COD sebesar 4579 pada perlakuan P waksmanii dan sebesar 5797 pada perl akuan P spinufosum Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P waksmanii mencapai 8594 (konsentrasi minyak nabati 100 ppmraquo dan 7394 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Pada perlakuan P spinulosum kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 9443 (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 9047 (konsentrasi minyak nabati 200 ppm) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 63-0 mgI

Ucapan tcrima k asih

Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor

Daftar Pus taka

Agustina E Surantiningsih NTM Pratiwi dan H Effendi Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st ni(euror) sebagai bioremediator daJall mendegradasi limbah minyaJ nabati Prosiding Seminar Nasional Peneli tian LirrgJungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

Boyd C L Water Quality in Wannvater Fish Ponds Auburn University Alabama 359 p 1979 Citroreksoko P Pengantar Bioremediasi Prosiding PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam

PcngeIolaan Lingkungan Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI Cibinongl 996) 1-5 Coulibaly L G Gourene and SN Agathos Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters African

Journal of Dioteclmolog y VoL 2 No 12 (2003) 620-630 Effendi H Telaah kualit as air bag pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan Kanisius Yogyakarta

258 hal 2003 Effendi H dan Surantiningsih Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air limbah

organik Prosiding Seminar Nasional Perikanan Fakultas Peri kanan Universitas Brawijaya Malang 20 - 2] Februari 2006

Effendi H Surantiningsih M Krisanti dan Destilawaty Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organik Makalah pada Seminar Nasional Limnologi Pusat Penelitian L imnologi LIP Jakarta 5 September 2006

Fassatiova O Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology Volume 22 Churchill Livingstone Bri tain 217 p 1986

Fleury S Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process Free Patent Online USA 2007 Gandjar I W Sjamsuridzal dan A Oetari Mikologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia Jakarta

238 hal 20060

G ilman Je A Manual of Soil Fungi The Lowa State Collage Press Florida 329p 1945 Gri ffi n DH Fungal Physiology A Willey Interscience Publication John Willey and Sons New York 35] p

1981 Molla et at In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic

wastewater sludge World Journal of Microbiology and Biotechnology Vol 17 No9 (200 1) pp 849~ 856

Widiyanti D A D Surantiningsih S Haryadi dan H EtTendi 2007 Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi Bandung 20 Juni 2007

40