volume 1 no. 2 juni 2020 issn 2722-8959 newsletter...volume 1 no. 2 juni 2020 1 p embaca yang...

6
Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan kedua dari volume satu ini merupakan edisi khusus kegiatan yang dilakukan oleh Tim Otonomi Daerah P2P LIPI berkenaan dengan pandemik Covid-19. Pada terbitan kali ini, informasi yang disajikan berupa kegiatan webinar, artikel dan publikasi hasil- hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Otonomi Daerah. Tercatat sejak Maret 2020 pandemik Covid-19 melanda Indonesia. Bahkan virus tersebut telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia dan menyebabkan banyaknya korban yang terdampak dan berujung pada kematian. Banyak negara yang terdampak di berbagai belahan dunia mengambil kebijakan- kebijakan krusial untuk mencegah dan mengatasi Covid-19, tak terkecuali Indonesia. Dalam konteks Indonesia, penanggulangan Covid-19 terkesan tak mudah. Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan sinergi dan koordinasi antar kelembagaan dan institusi (K/L) terkait serta pemerintah daerah (pemda). Kesemrawutan terbaca ketika K/L dan Pemda jalan sendiri-sendiri dan bahkan saling menegasikan. Nuansa tarik-menarik kepentingan atas nama politik sulit dihindarkan ketika kebijakan pusat dan daerah tidak sinkron. Silang sengkarut relasi pusat-daerah membuat masyarakat bingung. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah cukup jelas dalam mengatur masalah pelayanan kesehatan. Namun karena Covid-19 dianggap bencana non alam dan extra ordinary sehingga penanggulangannya langsung diambil alih pemerintah pusat. Sebagai konsekuensinya, pemerintah daerah harus mengikuti semua peraturan pusat (gugus tugas Covid-19). Untuk merespons permasalahan silang sengkarut relasi pusat- daerah tersebut, Tim Otonomi Daerah P2P LIPI melaksanakan kegiatan Webinar Relasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi Covid-19 pada 22 April 2020. Di edisi ini disajikan update informasi dan artikel terkait Covid-19. Pembaca bisa mendapatkan informasi tersebut di edisi ini. Akhir kata, kami tim redaksi mohon maaf bila ada kekurangan dalam newsletter ini. Saran dan usulan kritis yang konstruktif untuk perbaikan materi newsletter edisi-edisi berikutnya dari para pembaca sangat diharapkan. Terima kasih. Salam Hangat, Redaksi Pengantar Redaksi Daftar Isi Pengantar Redaksi 1 Berita: Webinar Relasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi Covid-19 2 Artikel 4 Publikasi Hasil Penelitian 6 DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL Newsletter Diterbitkan 4 kali setahun oleh Tim Penelitian Otonomi Daerah Pusat Penelitian Politik – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI). Penanggung Jawab Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. Redaktur 1. Nyimas Latifah Letty Aziz, S.E., M.Sc., M.Eng. 2. Drs. Heru Cahyono Editor Yusuf Maulana, S.A.P. Sekretaris Redaksi Dini Rahmiati, S.Sos., M.Si. (Hp. +62 817-763-719) Desain Grafis Anggih Tangkas Wibowo, S.T., M.MSI. Alamat: Pusat Penelitian Politik Widya Graha LIPI, Lt.3 Jln. Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan Email: [email protected] Website: http://politik.lipi.go.id TIM PENELITI OTONOMI DAERAH P2P LIPI Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. (Politik dan Pemerintahan) Drs. Heru Cahyono (Politik dan Pemerintahan) Nyimas Latifah Letty Aziz, S.E., M.Sc., M.Eng. (Politik Ekonomi dan Pembangunan Wilayah) Yusuf Maulana, S.A.P. (Administrasi Publik) Dini Rahmiati, S.Sos., M.Si. (Politik dan Pemerintahan) Informasi kerjasama penelitian silahkan menghubungi Sekretaris Redaksi Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 1

Pembaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan kedua dari volume satu ini merupakan edisi khusus kegiatan

yang dilakukan oleh Tim Otonomi Daerah P2P LIPI berkenaan dengan pandemik Covid-19. Pada terbitan kali ini, informasi yang disajikan berupa kegiatan webinar, artikel dan publikasi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Otonomi Daerah.

Tercatat sejak Maret 2020 pandemik Covid-19 melanda Indonesia. Bahkan virus tersebut telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia dan menyebabkan banyaknya korban yang terdampak dan berujung pada kematian. Banyak negara yang terdampak di berbagai belahan dunia mengambil kebijakan-kebijakan krusial untuk mencegah dan mengatasi Covid-19, tak terkecuali Indonesia.

Dalam konteks Indonesia, penanggulangan Covid-19 terkesan tak mudah. Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan sinergi dan koordinasi antar kelembagaan dan institusi (K/L) terkait serta pemerintah daerah (pemda). Kesemrawutan terbaca ketika K/L dan Pemda jalan sendiri-sendiri dan bahkan saling menegasikan. Nuansa tarik-menarik kepentingan atas nama politik sulit dihindarkan ketika kebijakan pusat dan daerah tidak sinkron. Silang sengkarut relasi pusat-daerah membuat masyarakat bingung. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah cukup jelas dalam mengatur masalah pelayanan kesehatan. Namun karena Covid-19 dianggap bencana non alam dan extra ordinary sehingga penanggulangannya langsung diambil alih pemerintah pusat. Sebagai konsekuensinya, pemerintah daerah harus mengikuti semua peraturan pusat (gugus tugas Covid-19).

Untuk merespons permasalahan silang sengkarut relasi pusat-daerah tersebut, Tim Otonomi Daerah P2P LIPI melaksanakan kegiatan Webinar Relasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi Covid-19 pada 22 April 2020. Di edisi ini disajikan update informasi dan artikel terkait Covid-19. Pembaca bisa mendapatkan informasi tersebut di edisi ini.

Akhir kata, kami tim redaksi mohon maaf bila ada kekurangan dalam newsletter ini. Saran dan usulan kritis yang konstruktif untuk perbaikan materi newsletter edisi-edisi berikutnya dari para pembaca sangat diharapkan. Terima kasih.

Salam Hangat,

Redaksi

Pengantar Redaksi Daftar IsiPengantar Redaksi 1Berita: Webinar Relasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi Covid-19 2Artikel 4Publikasi Hasil Penelitian 6

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

Newsletter

Diterbitkan 4 kali setahun oleh Tim Penelitian Otonomi Daerah Pusat Penelitian Politik – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI).

Penanggung Jawab Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A.

Redaktur 1. Nyimas Latifah Letty Aziz, S.E., M.Sc., M.Eng.2. Drs. Heru Cahyono

Editor Yusuf Maulana, S.A.P.

Sekretaris RedaksiDini Rahmiati, S.Sos., M.Si. (Hp. +62 817-763-719)

Desain GrafisAnggih Tangkas Wibowo, S.T., M.MSI.

Alamat: Pusat Penelitian Politik Widya Graha LIPI, Lt.3Jln. Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan

Email: [email protected]

Website: http://politik.lipi.go.id

TIM PENELITI OTONOMI DAERAH P2P LIPI

Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. (Politik dan Pemerintahan)Drs. Heru Cahyono (Politik dan Pemerintahan)Nyimas Latifah Letty Aziz, S.E., M.Sc., M.Eng. (Politik Ekonomi dan Pembangunan Wilayah)Yusuf Maulana, S.A.P. (Administrasi Publik)Dini Rahmiati, S.Sos., M.Si. (Politik dan Pemerintahan)

Informasi kerjasama penelitian silahkan menghubungi Sekretaris Redaksi

Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959

Page 2: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 2

Berita Seputar Kegiatan WebinarRelasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi Covid-19

sumbangsih pemikiran bersama, salah satunya di bidang

ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan (IPSK).

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Politik LIPI di bawah

Kedeputian IPSK menyelengarakan acara webinar

dengan tema “Relasi Pusat dan Daerah dalam Mengatasi

Covid-19”. Acara ini diselenggarakan secara online

melalui zoom meeting dan disiarkan secara live melalui

youtube. Webinar dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April

2020, pukul 19.00 sd 22.30 WIB.

Tujuan dari kegiatan webinar untuk mendapatkan

gambaran/respons yang jelas dari keragaman daerah

dalam mengatasi Covid-19; mendapatkan masukan

penting tentang praktik koordinasi, pembinaan dan

pengawasan (Korbinwas) antara eksekutif (pusat-

daerah), dan legislatif (DPR dan DPD-RI) dalam

mengatasi Covid-19; dan untuk mendapatkan masukan

tentang pola relasi yang ideal antara pusat dan daerah

terkait dengan wewenang, kebijakan, etika, dan norma

dalam mengatasi Covid-19.

Narasumber yang menjadi pembicara pada kegiatan

webinar ini mewakili berbagai bidang ilmu dan profesi,

mulai dari peneliti senior LIPI, Prof. Dr. R. Siti Zuhro; Drs.

Akmal Malik, M.Si (Dirjen Otonomi Daerah Kementerian

Dalam Negeri); Anies Baswedan, PhD (Gubernur DKI

Jakarta); Ir. H. Ruksamin, ST, MSi (Bupati Konawe Utara);

Dr. Ahmad Doli Kurnia Tandjung (Ketua Komisi II DPR

RI); Dr. Agustin Teras Narang (Ketua Komite 1 DPD RI);

Prof. Dr. Eko Prasojo (Dekan Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Indonesia); dan Prof. Dr. Djohermansyah

Djohan (Presiden Institute Otonomi Daerah & Guru

Besar IPDN). Kegiatan dibuka oleh Deputi IPSK-LIPI dan

dengan moderator Prof. Dr. Firman Noor (Kepala Pusat

Penelitian Politik LIPI).

Peserta terdiri dari berbagai profesi yang berasal dari

dalam negeri (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

NTT, Maluku) dan luar negeri (Rusia dan Amerika).

Pendaftaran untuk 500 peserta dan dihadiri sebanyak

270 peserta. Selain itu, sebanyak 2.311 pengunjung

menonton langsung melalui youtube.

Hasil dari kegiatan webinar Relasi Pusat dan Daerah

dalam Mengatasi Covid-19 menyimpulkan bahwa

masalah relasi pusat dan daerah bersifat multidimensi

terkait dengan masalah mindset, regulasi, koordinasi,

hingga masalah pengawasan, norma dan etika. Masalah

koordinasi, komunikasi dan sinergi di awal pandemik ini

Pandemik Covid-19 telah melanda dunia. Wabah

ini menyebar dengan sangat cepat ke berbagai

belahan dunia bahkan sampai ke Indonesia.

Penyebaran wabah ini makin hari makin meluas dan

dampaknya tidak hanya dari sisi kesehatan, tetapi

juga berdampak, terhadap ekonomi, social-politik, dan

hukum. Kekhawatiran atas penyebarannya yang sangat

cepat membutuhkan kesiapan dan ketangkasan dari

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk

segera melakukan pencegahan wabah yang semakin

meluas, salah satunya melalui protokol kesehatan.

Penerapan protokol kesehatan dan antisipasi

pencegahan diterapkan dalam berbagai kebijakan baik

oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Namun, dalam implementasinya terkesan adanya ‘tarik-

menarik kewenangan’ antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Koordinasi, komunikasi dan sinergi

antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

tampak tak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal

kondisi saat ini adalah kondisi darurat nasional yang

seharusnya ditangani secara sigap dan tangkas, baik

oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Penyebaran yang cepat dan meluas ke daerah-daerah

menuntut kepala daerah (gubernur, bupati/walikota)

segera mengeluarkan kebijakan untuk melindungi

warganya.

Kebijakan lockdown yang diterapkan di luar

negeri diadopsi oleh Pemerintah Indonesia dengan

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Ini kemudian turut pula diterapkan di daerah-daerah.

Namun, penerapannya perlu ijin dari Pemerintah Pusat

(melalui Kementerian Kesehatan). Di satu sisi dengan

desentralisasi dan otonomi daerah, daerah memiliki

kewenangan untuk menjalankan urusan wajib pelayanan

kesehatan. Namun, dalam kondisi bencana nasional ini,

kewenangan tersebut ditarik ke pusat sehingga daerah

dalam hal ini harus mematuhi ‘rule of the game’ dari

Pemerintah Pusat. Tarik-menarik kewenangan tersebut

yang tak semestinya terjadi di saat bencana Covid-19,

menimbulkan keprihatinan tersendiri.

Hal tersebut mendorong Tim Otda P2P LIPI berinisiatif

menggelar diskusi untuk membahas topik krusial

tersebut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

sebagai salah satu lembaga pemerintah yang fokus di

bidang riset memiliki tanggung jawab untuk memberikan

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

Newsletter

Page 3: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 3

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

diakui masih kurang. Meski demikian, terkait masalah

mindset di mana pemerintah harus merespons cepat

pandemi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap

seluruh proses penanganan. Pemerintah semakin hari

semakin concern dan menyadari bahwa koordinasi

penting. Salah satunya dicerminkan dengan keberadaan

gugus tugas. Pemda sendiri telah melakukan penafsiran

beberapa kebijakan dan berupaya merespons cepat

untuk menjawab masalah Covid-19 yang mendera

daerahnya.

Sementara untuk DPR, publik meminta agar institusi ini

melakukan pengawasan secara efektif dan konstruktif,

jangan mengesankan pembiaran.

Dalam kaitannya dengan daerah, perlu dilakukan

diskresi kebijakan agar tercipta akselerasi respons yang

taktis oleh pemda terkait pandemik. Hikmah adanya

pandemik Covid-19 ini diharapkan sebagai leverage factor

perbaikan pola hubungan pusat dan daerah. Relasi yang

harmonis sangat diperlukan untuk mengatasi virus secara

bersama. Selain itu, perlu pula menumbuhkan semangat

business not as usual dalam menghadapi extraordinary case

dengan tetap mengedepankan semangat gotong royong

dan memperkuat manajemen krisis.

Urusan pemerintahan umum merupakan salah satu

kunci bagi penguatan dan koordinasi antara pemerintah

pusat dan daerah. Tindak lanjutnya dapat dituangkan

dalam Perpres terkait dengan Manajemen Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat terkait Covid-19 sebagai bencana

nasional. Dalam menangani Covid-19, relasi pusat dan

daerah harus memperhatikan norma dan etika di mana

baik pusat maupun daerah memahami secara benar

kewenangan yang dimiliki. Baik pusat maupun daerah

juga perlu saling mengapresiasi urusan yang menjadi

kewenangannya masing-masing dengan berbagi

tugas dan tanggungjawab yang dilandasi sinergi dan

kooperasi untuk kepentingan negara dan bangsa.

Kegiatan webinar ini diharapkan bisa menghasilkan

suatu rekomendasi kebijakan yang bisa menjadi

pertimbangan bagi eksekutif (Pemerintah Pusat dan

Daerah) dan legislatif dalam menjalin koordinasi,

pembinaan dan pengawasan, khususnya dalam

penanganan wabah penyakit. Selain itu hasil dari

kegiatan webinar ini juga diharapkan bisa memberikan

manfaat bagi masyarakat sebagai bentuk public education.

Di akhir acara webinar, panitia memberikan pooling kepada peserta webinar terkait dengan pertanyaan

“Bagaimana Relasi Pusat Daerah dalam Mengatasi

Covid-19 sejauh ini? Terdapat 13% yang menyatakan

sangat baik; 54% cukup baik; 30% buruk; dan 3% sangat

buruk.

Informasi seputar webinar ini dapat juga dilihat di

http://politik.lipi.go.id/kegiatan/tahun-2020/1377-

webinar-desentralisasi-dan-otonomi-daerah-relasi-

pusat-dan-daerah-dalam-mengatasi-covid-19 dan

prosiding webinar dengan link http://lipi.go.id/

publikasi/editor-prosiding-webinar-relasi-pusat-dan-

daerah-dalam-mengatasi-covid-19/34729

2

2

3

3

4

4

5

5

6

6

Newsletter

Rabu, 22 April 2020

Editor: Nyimas Latifah Letty Aziz

Platform Online Webinar, Jakarta

Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal

Webinar Relasi Pusat dan Daerah

Reviewer: R. Siti Zuhro

PROSIDINGWEBINAR

Page 4: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 4

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

Newsletter

Beberapa waktu lalu publik dihebohkan oleh video viral kekesalan Bupati Bolaang Mongondow Timur berkenaan dengan aturan pemerintah

pusat tentang bantuan sosial Covid-19 yang dinilainya

membingungkan dan menyusahkan daerah.

Fenomena tersebut bisa dipahami. Di satu sisi, sebagai

pemimpin yang berhadapan langsung dengan rakyat

dalam menghadapi ”bencana nasional” Covid-19,

para kepala daerah (bupati/wali kota) dituntut untuk

mengambil kebijakan yang tangkas dan memberikan rasa

aman kepada rakyatnya. Di sisi lain, pemerintah pusat—

yang notabene memiliki kendala dalam hal rentang

kendali dengan berbagai pengaturan/norma hukum—

dirasakannya lamban dalam mengambil kebijakan.

Pemerintah pusat sepertinya gamang dalam

mendudukkan persoalan Covid-19: apakah tergolong

wabah penyakit menular (UU No 4/1984), bencana non-

alam (UU No 24/2007), atau kedaruratan kesehatan

masyarakat dan kekarantinaan kesehatan (UU No

6/2018). Selain itu, publik juga melihat tidak tertata/

terbangunnya secara baik hubungan antarkelembagaan,

seperti antara Kemenkes, BNPB, Kemendagri, Kemenlu,

Kemenhub, Kemendesa, Kemenpan-RB, Kemenag,

Kemdikbud, Kemenkeu, Kemperin, Kemendag, BUMN,

Kominfo, TNI, dan Polri dalam penanganan Covid-19.

Kementerian dan lembaga (K/L) belum menjadi satu

kesatuan yang utuh dalam mengatasi Covid-19. Oleh

karena itu, bisa dipahami jika persoalannya menjadi lebih

rumit ketika harus bersinergi dengan pemda (provinsi/

kabupaten/kota).

Pentingnya kebersamaan dan keselarasan pusat-daerah

Dalam mengatasi Covid-19, pemerintah pusat tak

bisa sendiri. Kebersamaan dan keselarasan bertindak

dengan pemda sangat penting. Bahkan, juga dengan

pemerintahan desa (seperti nagari) yang menjadi garda

terdepan dalam melayani rakyat.

Kepala daerah menjadi kepala Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di

daerahnya. Gubernur menjadi kepala gugus tugas di

provinsi, sementara bupati mengepalai gugus tugas di

kabupaten dan wali kota kepala gugus tugas di kota.

Masing-masing bertugas sesuai dengan Keppres

No 9 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Idealnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Covid-19 tersebut dikepalai oleh presiden, bukan kepala

Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Presiden harus menjadi ”panglima” dalam perang

menghadapi wabah Covid-19. Asumsinya, jika presiden

jadi panglimanya, semua bisa diputuskan lebih cepat,

terarah dan terintegrasi.

Pembagian kewenangan penyelenggaraan urusan

pemerintahan bidang penanganan wabah Covid-19

mengacu pada UU No 23/2014 (tentang Pemda) dan

UU No 6/2014 (tentang Desa). Kedudukan gubernur

sebagai kepala daerah dan wakil pemerintah pusat

penting dalam urusan penanganan Covid-19, khususnya

terkait pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan

bencana nasional.

Demikian juga kedudukan bupati/wali kota sebagai

kepala daerah otonom dalam menyelenggarakan urusan

penanganan wabah Covid-19. Selain itu, penting pula

pengelolaan alokasi anggaran dikaitkan dengan APBN

2020, APBD 2020, dan APBDesa 2020 serta refocusing

anggaran agar penanganan Covid-19 lebih efektif dan

konkret hasilnya.

Persoalannya adalah kurangnya kejelasan status

apakah penanganan wabah Covid-19 merupakan urusan

bidang kesehatan sebagaimana diatur dalam UU No

23/2014 dan UU No 6/2018 (tentang Kekarantinaan

Kesehatan), atau urusan bencana sebagaimana diatur

dalam UU No 23/2014 (tentang Pemerintahan Daerah)

dan UU No 24/2007 (tentang Penanggulangan Bencana).

Urusan konkuren kesehatan berdasarkan UU

No 6/2018 bersifat sentralistis (Kemenkes) dan

dilaksanakan dengan melibatkan daerah (tugas

pembantuan). Urusan tanggap darurat sesuai UU No

24/2007 bersifat sentralistis melalui presiden (BNPB)

dan dilaksanakan oleh provinsi dan kabupaten/kota

(dengan asas desentralisasi).

Di tataran praksis terjadi ketidaktaatan, inkonsistensi,

dan ketidakharmonisan dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan dari berbagai UU tersebut: asas

tugas pembantuan tak berjalan, demikian pula asas

desentralisasi. Lemahnya koordinasi kelembagaan

membuat eksekusi program lamban.

Persoalan muncul karena pemimpin tertinggi

penanganan wabah Covid-19 sejak Maret tak jelas dan

membingungkan publik: apakah Kemenkes atau BNPB?

Artikel: Relasi Pusat-Daerah dan Korona

Page 5: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 5

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

Newsletter

Keppres No 12/2020 tentang Penetapan Bencana Non-

alam sebagai Bencana Nasional tak mencantumkan soal

tanggap darurat nasional seperti diatur dalam UU No

24/2007. Hal ini bisa jadi karena sudah ditetapkan PSBB

di PP No 21/2020.

Sementara Keppres No 7/2020 (tentang Gugus

Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease

2019 (Covid-19) dan Keppres No 9/2020 (tentang

Perubahan atas Keppres No 7/2020 tentang Gugus

Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease

2019/Covid- 19) hanya mengatur tugas gugus tugas

dalam penanganan Covid-19 tanpa disertai kewenangan

membuat keputusan dan tindakan administrasi

pemerintahan.

Karena penanganan wabah ini melibatkan banyak

sekali urusan yang jadi kewenangan K/L/pemda.

Tampaknya Keppres No 7/2020, Keppres No 9/2020,

dan UU No 24/2007 tak cukup menjangkau tugas-tugas

yang dibebankan.

Penguatan urusan pemerintahan umum

Mengingat banyaknya norma hukum dan ketidakjelasan

pemimpin tertinggi dalam penanganan wabah

Covid-19 di tingkat pusat, serta berkaitan dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/ kota, kiranya

penting dipertimbangkan untuk memperkuat urusan

pemerintahan umum sebagaimana diatur dalam UU No

23/2014 (tentang Pemda).

Urusan pemerintahan umum adalah urusan yang jadi

kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan

(Pasal 9), dan dilaksanakan oleh gubernur di tingkat

provinsi dan bupati/wali kota di tingkat kabupaten/

kota (Pasal 25 Ayat 2). Dengan demikian, sinergi pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota dalam penanganan wabah

dapat dilaksanakan dengan baik.

Berkenaan dengan hal ini, diperlukan perpres tentang

manajemen penanganan kedaruratan kesehatan

masyarakat terkait Covid-19 sebagai bencana nasional

dengan fokus pada beberapa hal. Pertama, perlunya

pengaturan mengenai status penanganan wabah sebagai

urusan pemerintahan umum (kelembagaan antar-K/L,

vertikal antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dan

pendanaan).

Kedua, sebagai pemimpin tertinggi dalam mengatasi

Covid-19, presiden perlu dibantu menko (ketua harian)

dan tiga gugus tugas yang dipimpin menteri (Menkes,

Mendagri, Kepala BNPB). Ketiga, gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat, bupati/wali kota dan instansi vertikal,

dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah berperan

sebagai pelaksana tugas pembantuan dibantu perangkat

daerah dan dilaksanakan sesuai kondisi daerah.

Keempat, selain APBN, pendanaannya perlu melibatkan

APBD setiap daerah, serta APBDesa. Kelima, perlunya

perubahan produk hukum daerah dan refocusing untuk

melaksanakan urusan pemerintahan umum penanganan

Covid-19.

Pelurusan desentralisasi dan otda

Masalah Covid-19 bisa diselesaikan dengan lebih cepat

jika pemerintah mampu membangun sinergi, sinkronisasi,

kolaborasi, dan komunikasi yang baik antartingkatan

pemerintahan (dengan perspektif yang sama). Setiap

tingkatan pemerintahan tidak boleh jalan sendiri-sendiri

karena ini akan mengganggu kebangsaan dan kesatuan

Indonesia.

Pada saat yang sama bencana Covid-19 harus dijadikan

peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki kualitas

pemerintahan, khususnya pola relasi pusat dan daerah.

Hal ini penting agar tidak muncul ”represi” pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah ataupun ”resistensi/

pembangkangan” pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat.

Pemerintah pusat perlu meluruskan kembali praktik

desentralisasi dan otonomi daerah agar sesuai dengan

prinsip NKRI dan menegaskan kembali bahwa praktik

sistem multipartai tak boleh berpengaruh negatif pada

birokrasi pemerintahan karena birokrasi tak boleh

diintrusi politik. Sifat birokrasi yang pada dasarnya

hierarkis (mulai pusat sampai daerah) seharusnya tak

perlu dibenturkan dengan realitas warna-warni partai

yang memimpin birokrasi.

Birokrasi harus terjaga dan tak boleh dijadikan lahan

tarik-menarik kepentingan. Apalagi dalam melawan

Covid-19. Siapa pun yang memimpin birokrasi harus

taat pada etika pemerintahan dan profesional dalam

menjalankan tugasnya sehingga konflik antar-tingkatan

pemerintahan tak perlu terjadi di era Covid-19 ini.

*Artikel ini diterbitkan di harian Kompas Tanggal 11 Mei 2020

Page 6: Volume 1 No. 2 Juni 2020 ISSN 2722-8959 Newsletter...Volume 1 No. 2 Juni 2020 1 P embaca yang budiman, Newsletter Desentralisasi dan Pelembagaan Demokrasi Lokal di Indonesia terbitan

Volume 1 No. 2 Juni 2020 6

DESENTRALISASI, OTONOMI DAERAH DAN PELEMBAGAAN DEMOKRASI LOKAL

Publikasi Hasil-Hasil Penelitian Otonomi Daerah 2005-2017

Publikasi Buku 2005-2009 (Kajian Birokrasi dan Otonomi Daerah)

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

Publikasi Buku 2010-2014 (Kajian Pemekaran dan Relasi Kepala Daerah)

Publikasi Buku 2015-2017 (Kajian Otonomi Khusus)

Policy Paper 2015-2019 (Otonomi Khusus)

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

PUBLIKASI HASIL-HASIL PENELITIAN OTONOMI DAERAH 2005-2017 PUBLIKASI BUKU 2005-2009

PUBLIKASI BUKU 2010-2014

PUBLIKASI BUKU 2015-2017 REVIEW BUKU 2018

POLICY PAPER 2015-2019

PROSIDING FGD 1, 11 MARET 2020 PROSIDING WEBINAR, 22 APRIL 2020

Newsletter

Policy Paper 2014 (Daerah Otonom Baru)

Kerjasama P2P LIPI dengan Setwapres 2014