volatilitas pm indonesia

48
LAPORAN STUDI VOLATILITAS PASAR MODAL INDONESIA DAN PEREKONOMIAN DUNIA Oleh: Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2011

Upload: catharinadasion

Post on 01-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volatilitas PM Indonesia

LAPORAN STUDI

VOLATILITAS PASAR MODAL INDONESIA

DAN PEREKONOMIAN DUNIA

Oleh:

Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia

dan Perekonomian Dunia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

TAHUN 2011

Page 2: Volatilitas PM Indonesia

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Secara umum, volatilitas di pasar keuangan menggambarkan tingkat risiko

yang dihadapi pemodal karena mencerminkan fluktuasi pergerakan harga saham.

Dalam berbagai kasus, volatilitas di pasar keuangan dapat mengakibatkan dampak

yang signifikan bagi perekonomian. Kepemilikan saham serta aktivitas perdagangan

pemodal asing juga menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek Indonesia.

Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing mencapai

63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham oleh

pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham di BEI.

Studi ini bermaksud melakukan kajian atas berbagai penentu volatilitas pasar,

berdasarkan studi-studi teoretis maupun empiris yang telah dilakukan sebelumnya dan

meneliti pengaruh volume transaksi saham dan nilai transaksi asing terhadap

volatilitas return pasar saham di Indonesia.

Metodologi yang digunakan adalah dengan membahas temuan dari penelitian-

penelitian sebelumnya, baik teoretis maupun empiris, mengenai faktor-faktor penentu

volatilitas di Indonesia maupun di negara-negara lainnya, terutama yang berasal dari

artikel jurnal ilmiah, tesis/disertasi, serta kertas kerja penelitian (working paper) dari

berbagai institusi. Selain itu untuk mendapatkan hasil hubungan antara Volatilitas

dengan Volume dan Nilai Transaksi Asing dilakukan dengan regresi simultan dengan

metode kausalitas Granger.

Hasil kajian menyimpulkan bahwa tingkat volatilitas di berbagai negara dapat

dipengaruhi faktor makro maupun mikro yang meliputi sektor riil, faktor sektor

finansial, kejadian luar biasa (shock), serta kebijakan moneter. Angka Volatilitas

ketika indeks sedang dalam trend menurun (bearish) relatif tinggi, sedangkan dalam

trend menanjak (bullish) volatilitas relatif stabil dan hanya sesekali berada di luar

batas rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa di Pasar Modal Indonesia apabila

pergerakan IHSG sedang menurun maka terjadi panic selling, namun apabila IHSG

bergerak sebaliknya panic buying tidak terjadi. Tingkat volatilitas di Indonesia tinggi

sehingga menghasilkan return investasi yang tinggi pula, hal ini merupakan salah satu

daya tarik investor asing masuk ke Indonesia. Hasil penelitian ini juga mentinpulkan

Page 3: Volatilitas PM Indonesia

iii

bahwa investor di pasar modal Indonesia belum bisa memperoleh informasi yang

memadai sehingga hal ini terkadang menimbulkan kesalahan penentuan harga

(mispricing). Adapun karakter/ tipikal investor terbagi menjadi Investor yang bereaksi

berlebihan terhadap suatu informasi, Investor yang bertransaksi dengan motif

spekulasi, Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing

(herding behavior). Hasil regresi memperlihatkan bahwa volume perdagangan

berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG, meskipun di dalam

penelitian ini volume transaksi asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada

Volatilitas.

Tim kajian merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: perlu ada penelitian

lebih lanjut mengenai besaran volatilitas yang wajar untuk Pasar Modal Indonesia;

perlu menghilangkan kode asing atau local dan broker yang melakukan transaksi.

Dengan demikian transaksi yang dilakukan berdasarkan keputusan rasional dan bukan

karena faktor follower. Selain itu, Bapepam-LK perlu mempunyai SOP yang

digunakan untuk mengatasi keadaan-keadaan tertentu atau kondisi-kondisi darurat

seperti penurunan atau kenaikan IHSG secara cepat atau diluar kewajaran. Tindakan

atau pernyataan yang tepat akan dapat meredam kepanikan sekaligus menjaga

investor untuk tetap bertindak rasional.

Page 4: Volatilitas PM Indonesia

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

karunia dan anugerah-Nya sehingga tim dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil

kajian tentang Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia. Pada

kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan dukungan mulai dari saat

proses perencanaan, penyusunan dan penyelesaian laporan studi ini.

Sebagaimana diketahui bahwa studi/ kajian sejenis tentunya telah banyak

dilakukan oleh pihak lain, oleh karena itu kami hanya melakukan penelitian

eksploratif yaitu dengan melakukan kajian kepustakaan dan mempelajari beberapa

kajian sebelumnya dan juga melakukan eksplorasi dan penggalian data serta informasi

melalui bloomberg dan internet serta sumber-sumber lainnya.

Kami menyadari bahwa kajian ini masih banyak kekurangan mengingat

keterbatasan kami baik pengetahuan maupun pengalaman. Untuk itu, kami sangat

menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan kajian ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati dan keterbatasan kami berharap

semoga hasil studi/ kajian ini bisa memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan dan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan kebijakan di pasar

modal. Sehingga pasar modal Indonesia dapat lebih berkembang dan berperan dalam

perekonomian nasional.

Jakarta, Desember 2011

Tim Studi

Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia

Page 5: Volatilitas PM Indonesia

v

TIM STUDI

Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia

Pengarah:

Yoopi Abimanyu

Ketua Tim:

Bayu Bandono

Anggota:

Basri Pohan

Donald Bryant

Ngapon

Fernando Tua PN

Salim Darmadi

Hidayatulloh

Eko Wijaya

Intan Herlina Oktaviani

Try Utomo Payung

Page 6: Volatilitas PM Indonesia

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

KATA PENGANTAR iv

ANGGOTA TIM STUDI v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Tujuan Studi 3

I.3 Metodologi Studi 4

I.4 Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Efisiensi Pasar Modal dan Kondisinya di Indonesia 5

II.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham 8

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham

di Indonesia11

II.4 Pengaruh Volume Perdagangan dan Transaksi Asing terhadap Volatilitas Return Saham di Pasar Modal Indonesia: Perumusan Hipotesis

12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tinjauan atas Penentu Volatilitas Pasar Modal 16

III.2 Perkembangan Volatilitas Pasar Modal Indonesia 17

III.3 Metode Pengumpulan Data 17

III.4 Metode Analisis Data 19

III.5 Pengukuran Variabel 20

Page 7: Volatilitas PM Indonesia

vii

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

IV.1 Pergerakan IHSG dan Volatilitas 22

IV.2 Faktor Penentu Volatilitas di Indonesia 26

IV.3 Teori Efficient Market Hypothesis 28

IV.4 Hubungan Antar Variabel 30

IV.5 Pembahasan Hipotesa 33

IV.6 Pengaruh terhadap Transaksi Lokal 34

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V.1 Kesimpulan 38

V.2 Saran 39

Daftar Pustaka 40

Page 8: Volatilitas PM Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LatarBelakang

Secara umum, volatilitas dipasar keuangan menggambarkan tingkat risiko

yang dihadapi pemodal karena mencerminkan fluktuasi pergerakan harga saham.

Dalam berbagai kasus, volatilitas di pasar keuangan dapat mengakibatkan dampak

yang signifikan bagi perekonomian. Volatilitas pasar saham di pasar negara-negara

berkembang (emerging market) umumnya jauh lebih tinggi daripada pasar negara-

negara maju (Bekaert dan Harvey, 1997; Wang, 2007). Di negara-negara berkembang

tersebut, umumnya tingkat volatilitas yang tinggi lebih dilatarbelakangi oleh

instabilitas ekonomi (Kaminsky dan Reinhart, 2001). Berbagai studi menunjukkan

bahwa volatilitas di pasar keuangan dapat menggerus partisipasi pemodal,

meningkatkan biaya modal, dan menghambat ekspansi bisnis oleh perusahaan. Oleh

karena itu, sebagimana dinyatakan oleh Levine dan Zervos (1998), volatilitas yang

tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan pengembangan pasar modal, yang turut

berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Panetta et al. (2006) mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi

volatilitas dalam empat kategori utama: sektor riil, sektor keuangan, kejadian luar

biasa (shock), dan kebijakan moneter. Sehubungan dengan sektor riil, pada masa

krisis, volatilitas Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung lebih tinggi yang dapat

memengaruhi keputusan ekonomi investor, yang pada gilirannya turut berkontribusi

terhadap meningkatnya volatilitas. Perkembangan terkini dalam profitabilitas dan

utang Emiten juga berperan dalam memengaruhi keputusan pemodal. Di sektor

Page 9: Volatilitas PM Indonesia

2

keuangan, faktor-faktor seperti likuiditas pasar modal dan berbagai inovasi produk

finansial ditengarai dapat memengaruhi volatilitas. Volatilitas pasar dunia juga dapat

terpengaruh secara serentak oleh berbagai kejadian luar biasa, seperti krisis fiskal di

Eropa, terorisme internasional, dan gejolak geopolitik di Timur Tengah. Kebijakan

moneter,seperti suku bunga bank sentral serta pengaruhnya terhadap tingkat inflasi,

merupakan determinan lain yang terbukti berdampak pada volatilitas pasar saham dan

stabilitas makroekonomi (Clarida et al., 2000).

Masih berkaitan dengan empat kategori di atas, globalisasi pasar keuangan

dunia pada akhir abad kedua puluh telah mendorong pergerakan modal lintas negara,

yang antara lain ditandai oleh masuknya arus modal negara-negara maju ke pasar

negara-negara berkembang. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, seiring

diberlakukannya paket kebijakan deregulasi sektor keuangan pada akhir tahun 1980-

an. Di kawasan Asia-Pasifik, pasar modal Indonesia merupakan salah satu tujuan

penanaman investasi portofolio asing. Kepemilikan saham serta aktivitas perdagangan

pemodal asing juga menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek Indonesia.

Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing mencapai

63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham oleh

pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham di BEI.

Berbagai studi telah meneliti keterkaitan antara investor asing dengan

volatilitas pasar saham di pasar negara-negara berkembang (emerging market).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi pasar saham akan berimbas

pada berkurangnya volatilitas pasar saham di negara-negara berkembang, misalnya

Bekaert dan Harvey (1997, 2000) dan Kim dan Singal (2000). Meski demikian, Wang

(2007) menyatakan bahwa imbas ini akan berbeda manakala investor asing memiliki

Page 10: Volatilitas PM Indonesia

3

proporsi yang signifikan dalam kepemilikan saham dan nilai transaksi saham. Bae et

al. (2003) menunjukkan bahwa di emerging market, indeks investability yang lebih

tinggi (yang berarti lebih terbuka bagi pemodal asing) memiliki volatilitas imbal hasil

yang lebih tinggi pula. Selanjutnya, aktivitas perdagangan oleh pemodal Amerika

Serikat berpengaruh positif terhadap volatilitas pasar di emerging market (Dvorak,

2001). Untuk kasus Indonesia, Wang (2007) menemukan bahwa terdapat hubungan

positif yang kuat antara aktivitas jual oleh pemodal asing dengan volatilitas pasar.

Pemodal maupun regulator di negara-negara berkembang memiliki

kepentingan untuk memahami penyebab serta karakteristik volatilitas pasar (Wang,

2007). Karena itu, studi ini bermaksud mengetahui berbagai kemungkinan penyebab

volatilitas pasar di Bursa Efek Indonesia, serta memotret riwayat volatilitas pada

beberapa tahun terakhir. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) selaku

regulator pasar modal dalam memahami faktor-faktor penentu tingginya volatilitas

pasar pada waktu-waktutertentu, yang dapat menjadi dasar bagi pengambilan

kebijakan yang dipandang perlu dalam rangka mengantisipasi kejadian serupa pada

masa yang akan datang.

I.2. Tujuan Studi

Tujuan dari studi ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, studi ini

bermaksud melakukan kajian atas berbagai penentu volatilitas pasar, berdasarkan

studi-studi teoretis maupun empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua, studi ini

bermaksud meneliti pengaruh volume transaksi saham dan nilai transaksi asing

terhadap volatilitas return pasar saham di Indonesia.

Page 11: Volatilitas PM Indonesia

4

I.3. Metodologi Studi

Dalam rangka mencapai tujuan di atas, dalam studi ini kami menggunakan dua

macam metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tinjauan pustaka mengenai faktor penentu volatilitas

Studi ini membahas temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya, baik teoretis

maupun empiris, mengenai faktor-faktor penentu volatilitas di Pasar Modal

Indonesia maupun di negara-negara lainnya. Penelitian-penelitian tersebut

terutama dari artikel jurnal ilmiah, tesis/disertasi, serta kertas kerja penelitian

(working paper) dari berbagai institusi.

2. Metode Kausalitas Granger

Metode ini digunakan untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi

volatilitas return saham di BEI. Adapun variable independen yang digunakan

dalam studi ini adalah volume transaksi saham dan nilai transaksi investor asing.

Analisis data menggunakan regresi simultan dengan metode kausalitas Granger

berdasarkan data dari 2008 sampai dengan September 2010.

I.4. Sistematika Laporan Studi

Laporan studi ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan studi,

metodologi studi, dan sistematika laporan studi. Bab II menyajikan tinjauan pustaka

mengenai faktor-faktor penentu volatilitas di pasar saham Indonesia maupun negara-

negara lain. Bab III menjelaskan metodologi pengumpulan dan analisis data yang

digunakan dalam studi ini. Selanjutnya, hasil analisis perkembangan volatilitas pasar

ekuitas Indonesia dipaparkan dalam Bab IV. Terakhir, Bab V menguraikan

kesimpulan studi serta saran bagi pihak-pihak terkait.

Page 12: Volatilitas PM Indonesia

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Efisiensi Pasar Modal dan Kondisinya di Indonesia

Harga suatu instrumen investasi di pasar modal, termasuk saham, merupakan

harga keseimbangan yang terbentuk dari mekanisme penawaran dan permintaan di

bursa (Moles et al., 2011). Idealnya, sekuritas dihargai pada nilai intrinsiknya, yang

mencerminkan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang akan diterima di masa

mendatang oleh investor yang memiliki sekuritas tersebut. Nilai sekarang (present

value) ini merepresentasikan besaran, waktu, dan risiko arus kas pada suatu waktu

tertentu. Ketika terdapat suatu informasi baru di pasar, investor melakukan

penyesuaian dengan cara membeli ataupun menjual sekuritas, sehingga harga terkini

dari sekuritas tersebut merepresentasikan perkembangan terbaru di pasar.

Pasar yang memiliki kondisi ideal di atas disebut pasar modal yang efisien.

Hal ini berarti bahwa harga sekuritas telah sepenuhnya mencerminkan pengetahuan

dan ekspektasi investor pada waktu tertentu. Semakin efisien suatu pasar modal,

semakin besar kemungkinan suatusekuritas dihargai pada atau mendekati nilai

intrinsiknya. Efisiensi pasar modal ini juga ditunjang oleh peraturan yang diterbitkan

oleh regulator bahwa Emiten harus mengungkapkan informasi-informasi tertentu.

Berdasarkan berbagai informasi yang ada, investor melakukan mekanisme penjualan

dan pembelian sehingga harga sekuritas mencerminkan konsensus pasar. Teori yang

menjelaskan bagaimana mekanisme ini bekerja dikenal dengan hipotesis pasar

efisien (efficient market hypothesis atau EMH), yang digagas antara lain oleh

Page 13: Volatilitas PM Indonesia

6

Bachelier (1964), Fama (1970), dan Jensen (1978). Terdapat tiga bentuk efisiensi

pasar, yaitu bentuk kuat, bentuk setengah kuat, dan bentuk lemah.

II.1.1. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong-form efficiency). Pasar mengalami

kondisi yang sepenuhnya efisien apabila harga yang ada selalu mencerminkan

semua informasi yang tersedia di pasar, baik informasi historis, informasi

publik, maupun informasi privat (insider). Dalam pasar bentuk kuat ini, tidak

dimungkinkan bagi investor untuk memperoleh imbal hasil yang jauh melebihi

tingkat risikonya (abnormal return). Karena itu, konsep efisiensi pasar bentuk

kuat lebih merupakan kondisi ideal, bukan kondisi yang sering dijumpai di

dunia nyata (Moles et al., 2011).

II.1.2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong-form efficiency). Dalam

pasar bentuk setengah kuat, harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi

publik, yaitu informasi yang tersedia bagi seluruh investor. Karena itu, dalam

kondisi efisiensi setengah kuat, investor yang memiliki informasi privat dapat

membukuka imbal hasil abnormal (abnormal return) sebelum informasi

tersebut dipublikasikan di pasar. Sebagaimana diungkapkan oleh Moles et al.,

(2011), konsep efisiensi pasar setengah kuat ini dapat dijumpai pada bursa-

bursa saham di negara-negara maju, seperti di Amerika Utara dan Eropa Barat.

II.1.3. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak-form effieciency). Dalam bentuk

efisiensi terlemah, harga yang ada di pasar hanya mencerminkan data historis

sekuritas yang bersangkutan, namun tidak mencerminkan informasi publik

ataupun privat yang diperoleh investor. Karena itu, investor dapat mengambil

keuntungan yang lebih tinggi dengan memanfaatkan informasi publik ataupun

privat yang dimilikinya.

Page 14: Volatilitas PM Indonesia

7

Beberapa penelitian yang menguji tingkat efisiensi pasar modal Indonesia

menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia memiliki efisiensi bentuk lemah serta

tidak menunjukkan bentuk setengah kuat, antara lain oleh Husnan (1991) dan Affandi

dan Utama (1998). Namun, beberapa penelitian empiris lainnya menunjukkan bahwa

pasar modal Indonesia belum mencapai efisiensi dalam bentuk lemah, sebagaimana

dibuktikan oleh Manurung (1994), Jasmina (1999), dan Suha (2004). Bukti-bukti

empiris tersebut menunjukkan inefisiensi di pasar modal Indonesia, dan karenanya

peraturan-peraturan bursa merupakan alat yang dapat digunakan oleh manajemen

bursa, dalam rangka melindungi investor dari tindakan pihak lain melalui transaksi

atau penyebaran informasi (Manurung, 2009).

Sebagaimana diuraikan Utama (1992), terdapat beberapa faktor yang diduga

turut mendukung ketidakefisienan pasar, seperti tingkat likuiditas yang masih rendah

dan belum terbukanya Emiten dalam mengungkapkan informasi sebenarnya.

Selanjutnya, Sukamulja (2011) mengemukakan beberapa kondisi investor di pasar

modal Indonesia yang dapat berkontribusi terhadap lemahnya efisiensi pasar, di

antaranya:

1. Investor memiliki informasi yang tidak simetris;

2. Investor cenderung irasional dalam mengambil keputusan, di antaranya karena

pengetahuan yang kurang memadai;

3. Investor seringkali bereaksi berlebihan terhadap suatu perkembangan terbaru;

4. Investor cenderung kurang mengikuti konsep investasi pasar modal (misalnya,

mempertimbangkan risiko dan imbal hasil serta berinvestasi untuk jangka

panjang).

Page 15: Volatilitas PM Indonesia

8

II.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham

Menurut Firmansyah (2006), volatilitas merupakan pengukuran statistik untuk

fluktuasi harga suatu sekuritas atau komoditas selama periode tertentu. Mengingat

volatilitas dapat direpresentasikan dengan simpangan baku (standard deviation),

publik juga mempersepsikan volatilitas sebagai risiko. Semakin tinggi tingkat

volatilitas, semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian dari imbal hasil (return) saham

yang dapat diperoleh. Salah satu dari sepuluh prinsip manajemen keuangan

menyatakan bahwa investor tidak akan mau mengambil risiko yang lebih tinggi

kecuali apabila dapat memperoleh kompensasi berupa return yang lebih tinggi (high

risk, high return) (Keown et al., 2003).

Tingkat volatilitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik makro maupun

mikro (Schwert, 1989). Terdapat banyak sekali penelitian yang telah dilakukan yang

meneliti faktor-faktor penentu volatilitas harga saham di berbagai negara. Dalam

tinjauan pustaka ini, kami mengelompokkan faktor-faktor penentu volatilitas dalam

empat kategori sebagaimana dilakukan oleh Panetta et al. (2006), yaitu faktor sektor

riil, faktor sektor finansial, kejadian luar biasa (shock), serta kebijakan moneter.

II.4.1 Faktor sektor riil

Salah satu latar belakang yang cukup menentukan volatilitas aset finansial

adalah stabilitas ekonomi makro, termasuk pada aspek riil. Beberapa studi empiris

menyebutkan bahwa volatilitas memiliki keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis

dan ekonomi. Misalnya, volatilitas cenderung meningkat selama periode krisis dan

menurun pada periode di mana ekonomi tumbuh dengan pesat (Schwert, 1989;

Gerlach et al., 2006). Beberapa penelitian, seperti Schwert (1989) dan Dritsaki (2003)

menemukan bahwa volatilitas saham secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat

Page 16: Volatilitas PM Indonesia

9

produksi industri. Pergerakan harga komoditas di pasar dunia, seperti minyak bumi,

juga dapat mempengaruhi volatilitas harga saham, sebagaimana antara lain

ditunjukkan oleh Zan (2003).

Selain siklus bisnis, faktor-faktor fundamental perusahaan juga terbukti dapat

berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Misalnya, beberapa studi menemukan

bahwa tingkat volatilitas harga saham dipengaruhi secara positif oleh tingkat utang

(leverage) perusahaan, sebagaimana ditunjukkan oleh Figlewski dan Wang (2000)

dan Bekaert dan Wu (2000) yang masing-masing meneliti pasar modal Amerika

Serikat dan Jepang. Faktor profitabilitas juga berpengaruh secara negatif terhadap

volatilitas return saham, yang berarti bahwa pada kondisi profitabilitas meningkat,

volatilitas imbal hasil yang diperoleh investor akan cenderung menurun (Wei dan

Zhang, 2006).

Selain kedua faktor fundamental di atas, berbagai penelitian juga

memperhatikan faktor-faktor lain seperti ukuran perusahaan, rasio book-to-market,

dan umur perusahaan, namun tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan

(Panetta et al., 2006).

II.4.1 Faktor sektor keuangan

Faktor-faktor yang berkembang di sektor keuangan juga dapat berpengaruh

terhadap volatilitas return saham. Berbagai studi menemukan pengaruh signifikan

volume perdagangan terhadap volatilitas return saham, seperti Schwert (1989), Jones

et al. (1994), dan Chan dan Fong (2003). Berbagai inovasi di sektor finansial yang

ditandai dengan dikembangkannya berbagai produk investasi, yang pada gilirannya

dapat meningkatkan likuiditas, juga berpengaruh signifikan terhadap volatilitas return

saham (Tucker, 2005).

Page 17: Volatilitas PM Indonesia

10

Perilaku investor yang cenderung mengikuti tren yang berlaku (herding

behavior) juga turut berdampak pada meningkatnya volatilitas (Pritsker, 2005). Di

samping itu, tingkat volatilitas yang semakin tinggi juga turut dipengaruhi oleh

semakin besarnya jumlah hedge fund yang melakukan aktivitas di pasar modal (Rajan,

2006).

II.4.1 Kejadian luar biasa

Volatilitas return saham juga dapat terjadi menyusul kejadian-kejadian luar

biasa (shock) yang berimbas pada pasar finansial. Panetta et al. (2006) mencatat

terjadinya lonjakan volatilitas harga minyak pada tahun 2004-2005, yang turut

berdampak pada volatilitas return saham di pasar modal Amerika Serikat. Hal ini

dilatarbelakangi oleh berbagai kejadian yang terjadi pada tahun 2004-2005, seperti

topan hurricane, turunnya peringkat utang sektor otomotif, dan gejolak politik di

Thailand dan Filipina.

II.4.1 Kebijakan moneter

Kebijakan moneter, dengan berbagai dampak langsung maupun tidak langsung

yang ditimbulkannya, juga berpengaruh signifikan terhadap volatilitas return saham.

Bank sentral di banyak negara menetapkan tingkat suku bunga jangka pendek, yang

perubahannya dapat berdampak terhadap yield curve. Hal ini merupakan contoh

dampak langsung dari kebijakan moneter. Bank sentral juga dapat melakukan operasi

pasar tertentu dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Hal ini

menimbulkan dampak tidak langsung dari kebijakan moneter, misalnya inflasi dan

nilai tukar mata uang asing.

Schwert (1989) menemukan bahwa tingkat volatilitas secara signifikan

dipengaruhi oleh inflasi, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan jumlah uang beredar.

Page 18: Volatilitas PM Indonesia

11

Hal serupa juga terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Zan (2003) dan

Dritsaki (2003). Pergerakan nilai tukar mata uang asing juga berpengaruh positif

terhadap volatilitas return saham (Zan, 2003).

II.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham di Indonesia

Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

yang berpengaruh signifikan terhadap volatilitas return saham di pasar modal

Indonesia. Beberapa di antaranya diuraikan sebagai berikut. Handayani (2007)

meneliti pengaruh variabel-variabel ekonomi makro terhadap fluktuasi Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian tersebut

menemukan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap volatilitas

IHSG, sedangkan tingkat inflasi dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap

Rupiah berpengaruh positif terhadap volatilitas indeks tersebut.

Volatilitas return saham di pasar modal Indonesia juga secara signifikan

dipengaruhi oleh volume perdagangan. Hal ini dibuktikan secara empiris dalam

penelitian-penelitian terdahulu, seperti Ekaputra (2001) dan Sandarsari (2010).

Dengan menggunakan data perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Purwoto (2003)

memberikan bukti empiris bahwa terdapat asosiasi yang signifikan antara volatilitas

harga saham dan frekuensi perdagangan.

Sebagaimana diuraikan dalam Bab I, kepemilikan saham serta aktivitas

perdagangan oleh pemodal asing menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek

Indonesia. Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing

mencapai 63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham

oleh pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham di BEI.

Beberapa studi mengamati dampak investor asing terhadap volatilitas return saham di

Page 19: Volatilitas PM Indonesia

12

pasar modal Indonesia. Sebagai contoh, dengan menganalisis aktivitas perdagangan

oleh investor asing di bursa Indonesia dan Thailand, Wang (2007a) mengungkapkan

bahwa perdagangan investor asing memiliki hubungan yang positif dan signifikan

dengan volatilitas pasar. Selain itu, Wang (2007b, 2007c) juga menemukan bahwa

kepemilikan saham Emiten oleh asing juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat

volatilitas return saham Emiten yang bersangkutan.

Sukamulja (2011) mengajukan proposisi bahwa volatilitas return saham di

pasar modal Indonesia turut ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai, sehingga menimbulkan

kesalahan penentuan harga (mispricing);

2. Investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi;

3. Investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi;

4. Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing

(herding behavior);

5. Trading noise seperti rekomendasi analis, rumor, dan hari libur bursa;

6. Ketersediaan data dan aksesibilitas data;

7. Faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi dari luar Indonesia.

II.4. Pengaruh Volume Perdagangan dan Transaksi Asing terhadap Volatilitas

Return Saham di Pasar Modal Indonesia: Perumusan Hipotesis

Dalam pengujian empiris, Tim Studi memusatkan perhatian pada pengaruh

volume perdagangan dan transaksi asing terhadap volatilitas return IHSG di Bursa

Efek Indonesia. Dalam subbab ini akan diuraikan dasar perumusan hipotesis

mengenai pengaruh kedua variabel tersebut terhadap return indeks.

II.4.1 Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas IHSG

Page 20: Volatilitas PM Indonesia

13

Terdapat tiga teori yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan adanya

hubungan antara volume perdagangan saham dengan volatilitas return harga saham.

Pertama,mixture of distribution hypothesis, yang mengasumsikan bahwa perubahan

harga per transaksi berhubungan secara monoton dengan volume transaksi yang

bersangkutan. Keduanya berhubungan dengan aliran informasi yang masuk sehingga

menimbulkan hubungan antara volume dan pergerakan harga (mixing variable).

Kedua, difference in opinion model, yang mengemukakan apabila informasi publik

berubah dari menguntungkan menjadi tidak menguntungkan atau sebaliknya, maka

investor mempunyai keyakinan yang berbeda mengenai nilai saham sehingga

menimbulkan transaksi perdagangan. Ketiga,asymmetric information model, yang

mengemukakan bahwa investor yang berinformasi (informed investor) akan

melakukan transaksi berdasarkan informasi privat yang diperolehnya. Karena itu,

semakin banyak transaksi yang dilakukan investor, semakin tinggi pula volatilitas

harga saham dikarenakan munculnya informasi privat.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa volume perdagangan berpengaruh

signifikan tehadap volatilitas return saham. Misalnya, Schwert (1989), Brailsford

(19976), serta Chan dan Fong (2000) menemukan bahwa volume perdagangan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Temuan serupa juga

ditunjukkan oleh Chen et al. (2001) yang menganalisis indeks saham di sembilan

negara. Studi tersebut menunjukkan bahwa volatilitas indeks saham memiliki

keterkaitan yang positif dan signifikan dengan volume perdagangan. Untuk konteks

Indonesia, juga ditemukan hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel

tersebut, sebagaimana ditunjukkan antara lain oleh Ekaputra (2001).

Page 21: Volatilitas PM Indonesia

14

Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana

diuraikan di atas, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1: Volume perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG.

II.4.2 Pengaruh Nilai Transaksi Asing terhadap Volatilitas IHSG

Sebagaimana diungkapkan Wang (2007a), volatilitas pasar saham di negara-

negara sedang berkembang (emerging market) jauh lebih tinggi daripada di negara-

negara maju. Salah satu hal utama yang melatarbelakangi kondisi ini adalah

instabilitas finansial, yang cenderung lebih rentan terjadi di negara-negara

berkembang tersebut (Kaminsky dan Reinhart, 2001). Sebagaimana ditunjukkan oleh

berbagai studi terdahulu, tingkat volatilitas yang tinggi dapat menghambat partisipasi

investor, meningkatkan biaya modal, dan menghambat perusahaan untuk masuk

bursa. Lebih jauh lagi, Levine dan Zervos (1998) mengemukakan bahwa tingginya

volatilitas akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan dan pengembangan pasar

keuangan yang sehat, yang pada gilirannya dapat berpengaruh pula terhadap

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, pengambil kebijakan ataupun

investor dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai sumber-sumber dan

karakteristik volatilitas di pasar saham, sebagai bekal dalam mengambil langkah-

langkah yang diperlukan.

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh investor asing terhadap

volatilitas umumnya dilakukan dengan mengambil waktu bertahun-tahun setelah

diberlakukannya liberalisasi pasar, karena partisipasi investor asing cenderung rendah

pada tahun-tahun pertama liberalisasi. Investor asing cenderung memiliki sumber

informasi yang sama dan bertransaksi dengan pola yang sama (Kim dan Wei, 1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Froot et al. (2001) dan Richards (2005) menunjukkan

Page 22: Volatilitas PM Indonesia

15

bahwa transaksi penjualan oleh asing menyebabkan penurunan return saham yang

signifikan di emerging market, sehingga berdampak lebih besar terhadap volatilitas

dibandingkan transaksi pembelian oleh asing.

Dengan menganalisis pasar modal Indonesia dan Thailand, Wang (2007a)

mendokumentasikan beberapa temuan penting. Pertama, terdapat korelasi positif yang

kuat antara transaksi jual oleh investor asing dengan volatilitas pasar pada hari yang

sama. Kedua, jumlah pembelian bersih (net buy) oleh investor asing berdampak

negatif terhadap volatilitas pada masa-masa krisis, sehingga turut menopang indeks

saham di emerging market agar tidak terkoreksi lebih dalam lagi.

Berdasarkan uraian di atas, terkait pengaruh nilai transaksi asing terhadap

volatilitas indeks, diformulasikan hipotesis sebagai berikut:

H2: Nilai transaksi asing berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG.

Page 23: Volatilitas PM Indonesia

16

BAB III

METODOLOGI STUDI

Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab I, studi ini memiliki tiga tujuan

sebagai berikut: (1) melakukan tinjauan atas berbagai penentu volatilitas pasar modal;

(2) memotret perkembangan volatilitas pasar ekuitas Indonesia dalam tiga tahun

terakhir serta menguraikan faktor-faktor yang menjadi latar belakang tingginya

tingkat volatilitas pada waktu-waktu tertentu; dan (3) meneliti pengaruh volume

transaksi saham dan nilai transaksi asing terhadap volatilitas return pasar saham di

Indonesia.

Untuk pencapaian masing-masing tujuan, digunakan beberapa metode yang

akan diuraikan pada bab ini.

III.1. Tinjauan atas Penentu Volatilitas Pasar Modal

Dalam rangka melakukan tinjauan atas berbagai faktor penentu volatilitas

pasar modal di pasar modal Indonesia maupun negara-negara lain, Tim Studi

melakukan tinjauan pustaka (literature review) dengan menggunakan berbagai

sumber, seperti artikel jurnal ilmiah, tesis/disertasi, kertas kerja penelitian (working

paper) dari berbagai institusi, serta Focus Group Discussion yang dilaksanakan pada

26 Oktober 2011 dengan mengundang Prof. DR. Sukmawati Sukamulja dari

Universitas Atmajaya Yogyakarta. Hasil dari tinjauan pustaka ini dituangkan dalam

Bab II.

Page 24: Volatilitas PM Indonesia

17

III.2. Perkembangan Volatilitas Pasar Modal Indonesia

Dalam rangka pencapaian tujuan ini, Tim Studi memotret perkembangan

volatilitas pasar modal Indonesia selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2008 hingga

tahun 2010. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI)

diperoleh dari Bloomberg. Data ini kemudian dibandingkan dengan volatilitas indeks

yang dihitung dengan rumus standar deviasi sebagai berikut:

Dimana: = Standar deviasi historis selama n hari

= = Deviasi dari return

= Ln = Return harian IHSG

= Return yang diharapkan

= IHSG

Studi dari Figlewski (1997) menunjukkan bahwa untuk peramalan data, hasil akan

lebih baik jika nilai =0. Kemudian, Tim Studi mengidentifikasi kejadian-kejadian di

sepanjang periode pengamatan yang diduga berpengaruh signifikan terhadap

volatilitas indeks yang terjadi.

III.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada studi ini yaitu data harian IHSG, volume transaksi

dan nilai transaksi asing dari tahun 2008 sampai dengan September 2011 sehingga

sampel data yang akan diperoleh berjumlah 904.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan tidak melalui

teknik pengumpulan data primer namun menggunakan data sekunder.

Page 25: Volatilitas PM Indonesia

18

1. Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan instrumen sebagai berikut:

a. Wawancara yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada

sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan

suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian

dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk

melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan

dengan topik penelitian.

Karena keterbatasan, metode wawancara dan observasi langsung tidak dapat

dilakukan. Oleh karena itu, pengumpulan data lebih difokuskan dengan

menggunakan data sekunder.

2. Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk

mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

instrumen sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-

buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan

masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan

menggunakan catatan-catatan tertulis maupun elektronik yang ada

dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah

Page 26: Volatilitas PM Indonesia

19

yang diteliti dengan instansi terkait. Pada penelitian ini sumber data

sekunder yang dimaksud meliputi Bloomberg terminal dan internet.

III.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode Granger Causality untuk menentukan alur sebab dan

akibat masing-masing variabel yang diukur. Uji Granger melihat pengaruh

masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga data yang digunakan adalah data

time series. Model Granger tersebut dapat dijabarkan yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

= Volatilitas imbal hasil saham (return)

= Logaritma natural dari variabel-variabel yang digunakan, yaitu

volume transaksi dan nilai transaksi.

a = Koefisien yang menunjukkan besar pengaruh volatilitas pada periode

sebelumnya terhadap volatilitas imbal hasil saham

b = Koefisien yang menunjukkan besar pengaruh variabel-variabel pada

periode sebelumnya terhadap volatilitas imbal hasil saham

c = Koefisien yang menunjukkan besar pengaruh variabel-variabel pada

periode sebelumnya terhadap variabel tersebut

Page 27: Volatilitas PM Indonesia

20

d = Koefisien yang menunjukkan besar pengaruh volatilitas imbal hasil

saham pada periode sebelumnya terhadap variabel-variabel.

ε = error term

Pada persamaan pertama di atas, volatilitas imbal hasil saham merupakan

variabel dependen sedangkan volume transaksi dan nilai transaksi adalah variabel

independennya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

mempengaruhi volatilitas imbal hasil saham.

Koefisien γ merupakan intercept yang menunjukkan besarnya nilai tanpa

variabel lain. Koefisien a, b, c, d merupakan slope yang menunjukkan besar pengaruh

dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pada persamaan

kedua perubahan pada volume transaksi dan nilai transaksi secara terpisah merupakan

variabel dependennya dan volatitas imbal hasil adalah variabel independennya.

Pada penelitian ini, variabel diperlakukan secara simetris, atau dengan kata

lain tidak diperlakukan berbeda antara variabel dependen dan independennya. Tidak

ada perbedaan antara variabel eksogen dan endogen, pemodelan ini biasa digunakan

dimana variabelnya bertindak sebagai variabel penjelas dari variabel dependennya

tetapi juga diterangkan oleh variabel dependennya. Kedua variabel tersebut (dependen

dan independen) harus diperlakukan sama untuk melihat arah kausalitasnya.

III.5. Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel-

variabel observable yang kemungkinan menjadi faktor utama dari volatilitas Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG). Deskripsi masing-masing dari variabel tersebut

yaitu sebagai berikut:

Page 28: Volatilitas PM Indonesia

21

a. Volatilitas (VOLA) : Dihitung dengan tanda deviasi dari return atau imbal hasil

harian IHSG selama 20 hari ke belakang dengan panjang periode 252 hari.

b. Volume Total Transaksi Harian (VOL_TOT) : Jumlah lembar saham total yang

ditransaksikan selama satu hari .satu hari.

c. Volume Transaksi Asing (VOLUME_ASING) : Jumlah lembar saham Rata-rata

jual dan beli yang ditransaksikan Investor Asing selama satu hari .

d. Volume Net Transaksi Asing (VOL_NET) : Jumlah Lembar Saham Transaksi

Beli dikurang Transaksi Jual yang dilakukan oleh Investor Asing selama satu

hari .

e. Nilai Total Transaksi Harian (VAL_TOT) : Nilai transaksi dalam rupiah yang

terjadi selama satu hari.

f. Nilai Transaksi Asing (VALUE_ASING) : Nilai Transaksi Rata-Rata jual dan

beli yang ditransaksikan Investor Asing selama satu hari .

g. Nilai Net Transaksi Asing (VAL_NET) : Nilai Transaksi beli dikurang

Transaksi jual yang dilakukan investor selama satu hari.

Page 29: Volatilitas PM Indonesia

22

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

IV.1. Pergerakan IHSG dan Volatilitas

Dalam melakukan penelitian ini kami menemukan hal menarik yaitu pada

periode tahun 2008 ketika indeks sedang dalam trend menurun (bearish) justru

volatilitasnya meningkat (kemungkinan terjadi panic selling), sedangkan jika indeks

sedang dalam trend menanjak (bullish) periode 2009-2010 volatilitas relative stabil

dan menggambarkan tidak terjadi panic buying.

Grafik 4.1Pergerakan IHSG dan Tingkat Volaitilitas 2008-2010

Rata-rata volatilitas pada tahun 2008 pada saat trend sedang bearish adalah

sebesar 0.33, dan ketika tahun 2009 sampai dengan 2010 ketika trend sedang naik

Page 30: Volatilitas PM Indonesia

23

volatilitas memiliki rata-rata sebesar 0,24 dan 0,18. Angka ini terpaut sebesar 0,9

(dibandingkan tahun 2009) dan bahkan 0,15 (jika dibandingkan tahun 2010) yang

menandakan bahwa untuk Pasar Modal di Indonesia investor lebih sensitif terhadap

faktor-faktor negatif yang mempengaruhi pergerakan saham, sehingga seringkali

terjadi panic selling dibandingkan dengan berita positif dalam mempengaruhi indeks.

Volatilitas berbeda pada saat pasar sedang dalam keadaan bullish dan

bearish.Ketika pasar dalam trend bullish investor puas dengan posisi investasi

sebelumnya dan ingin merealisasikan profit.Hal inilah yang menyebabkan tingginya

volatilitas pada saat Indeks Harga Saham bergerak naik tidak terlalu tinggi, Meskipun

demikian tidak menutup kemungkinan terjadi transaksi yang besar juga. Sebaliknya

jika terjadi trend bearish ketika Investor merasa tidak nyaman dengan investasinya

maka mereka akan segera keluar dari pasar dan tidak ada pihak yang ingin

mempertahankan harga tersebut, ditambah lagi jika banyak pihak yang melakukan

Short Selling maka akan menambah penurunan tersebut.

Panic selling diartikan sebagai kondisi dimana terjadi penjualan saham dalam

volume besar di pasar. Perlu dipahami bahwa panic selling bisa terjadi pada pasar

secara keseluruhan atau terbatas hanya pada saham tertentu saja.

Panic selling yang terjadi pada pasar secara keseluruhan biasanya ditandai

oleh beberapa hal seperti volume jual lebih mendominasi daripada volume beli

hampir di semua jenis saham yang aktif ditransaksikan; terjadi peningkatan nilai,

volume, dan frekuensi transaksi; dan mayoritas saham yang ditransaksikan mengalami

penurunan harga. Kondisi ini cenderung mengakibatkan terjadinya penurunan indeks

saham.

Page 31: Volatilitas PM Indonesia

24

Lain halnya jika panic selling terjadi terbatas hanya pada saham atau

portofolio tertentu saja. Misalnya terjadi panic selling terhadap saham ABCD,

sementara secara keseluruhan pasar berlangsung kondusif. Peningkatan transaksi

secara signifikan hanya terjadi pada saham ABCD dan koreksi harga yang terjadi

hanya sebatas pada harga saham ABCD .Atau jika saham ABCD itu menjadi market

leader, maka imbasnya bisa saja berupa penurunan harga pada saham yang sektornya

sejenis.

Pertanyaan berikutnya, mengapa terjadi penjualan saham secara besar-

besaran?Sesuai dengan istilahnya, panic selling terjadi karena pelakunya dalam

kondisi panik.Panik berarti logika tidak berfungsi sebagaimana mestinya.Investor

tidak berpikir secara jernih, tenang dan logis.Keputusan untuk menjual portofolio

dalam jumlah besar dilatarbelakangi oleh rasa takut berlebihan.

Dalam keadaan panic selling faktor emosi sangat dominan. Jika investor

secara bersama-sama diliputi ketakutan akan terjadi penurunan harga yang signifikan

atas portofolionya maka mereka akan bereaksi tanpa mempertimbangkan factor

fundamental, sehingga pada akhirnya panic selling ini akan menjelma menjadi

penurunan yang lebih tajam dari yang seharusnya terjadi. Dengan penurunan yang

diluar batas kewajaran akibat paniknya mayoritas investor maka investor yang

sebelumnya berpikiran jernih juga akan turut gelombang ini dan semakin memukul

pasar secara keseluruhan.Adapun faktor yang menyebabkan panic selling bisa

bermacam-macam. Tapi intinya hanya satu faktor, yakni perkembangan informasi

yang melahirkan sentimen negatif di pasar.

Siapa pemicu terjadinya panic selling?Ini hal yang sulit dideteksi.Panic

selling terjadi begitu saja akibat beredarnya informasi negatif di pasar. Namun, derajat

Page 32: Volatilitas PM Indonesia

25

panic selling semakin besar jika pelaku menyaksikan fund manager besar

’membuang’ saham dalam jumlah besar.Ia sulit dicegah dan ditangkal karena

pelakunya adalah komunitas investor yang menyebar.

Seperti dikemukakan juga oleh Fisher dan Hoffmans(2009), investor

cenderung panik pada saat terjadi gejolak pasar, kemudian melakukan transaksi jual

dalam jumlah besar. Hal ini tetap dilakukan meskipun investor tersebut hanya

memperoleh laba yang sedikit atau bahkan merugi.Perilaku investor seperti ini yang

melatarbelakangi meningkatnya volatilitas pada saat Indeks saham melemah. (Ken

Fisher & Lara Hoffmans (2009) “How to smell a rat : The Five Signs of Financial

Fraud.” John Wiley and Sons: Hoboken, New Jersey.

Karena itu, satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi panic

selling adalah menjaga emosi agar tetap tenang dan tetap bisa menggunakan akal

sehat. Jika nalar investor tenang maka ia akan melihat bahwa di balik panic selling itu

terdapat peluang mendapatkan untung besar. Investor bisa membeli saham pada harga

murah dan tinggal menunggu gain ketika pasar berbalik arah.

Keadaan Pasar dan Rumor yang berkembang seharusnya dapat disaring

terlebih dahulu oleh investor dan diperhitungkan masak-masak pengaruhnya terhadap

portofolionya, tetapi seringkali karena info yang tidak seimbang (terutama bagi

investor retail) maka sebagai follower berusaha mengikuti pemimpin pasar, dan pada

Pasar Modal Indonesia adalah investor Asing dianggap memiliki informasi yang lebih

mutakhir. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagai pemegang saham mayoritas di

Pasar Modal Indonesia dengan komposisi mendekati 70% maka masuk akal jika

investor retail Indonesia lebih mempercayai keputusan investasi investor asing.

Page 33: Volatilitas PM Indonesia

26

IV.2. Faktor Penentu Volatilitas di Indonesia

Pada Grafik 4.1 Pergerakan IHSG dan Volatilitas tampak bahwa pada periode

Januari 2008 terdapat Volatilitas yang tinggi mencapai 0,5, hal ini

disebabkanSepanjang Januari 2008 IHSG ditutup turun sebesar -4,32% ke level

2.627,251 dari sebelumnya di level 2.745,826 pada Desember 2007. Penyebab utama

penurunan ini didominasi oleh kekhawatiran pelaku pasar atas ancaman resesi global

sebagai imbas dari resesi ekonomi yang mulai terjadi di Amerika Serikat, terutama

akibat lanjutan dari krisis kredit perumahan. Pada tanggal 22 Januari 2008, IHSG

sempat menyentuh level 2.294,524 atau menurun sebesar -7,70% dibandingkan hari

sebelumnya. Selain itu, pada tanggal 16 Januari 2008 IHSG juga mengalami

penurunan yang signifikan sebesar -5,04%.

Penurunan besar ini menyebabkan adanya kekhawatiran bahwa aliran dana

asing yang masuk selama periode 2006-2007 melalui pasar saham Indonesia adalah

benar bersifat jangka pendek atau yang dikenal sebagai uang panas (hot money).

Sebagaimana ditakutkan bahwa penurunan IHSG pada tanggal 22 Januari 2008

tersebut merupakan indikasi awal terjadinya aliran dana keluar (capital outflow) dari

pasar saham Indonesia yang diindikasikan akan menimbulkan persepsi akan

ketidakstabilan perekonomian Indonesia selain penurunan nilai tukar rupiah yang bisa

berdampak negatif kepada perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Selanjutnya pada akhir tahun 2008 terjadi lonjakan volatilitas yang lebih tinggi

lagi yaitu mencapai 0,8. Hal ini masih berhubungan dengan Subprime Mortgage di

Amerika tetapi pada titik ini diperparah dengan kekhawatiran penyebaran resesi ini di

kawasan Eropa. Bahkan pada saat itu harga minyak dunia memiliki kecenderungan

menurun yang seharusnya pada akhir tahun kebutuhan akan energy ini meningkat

Page 34: Volatilitas PM Indonesia

27

akibat musim dingin. Hal ini menunjukkan juga bahwa perekonomian dunia sedang

stagnan dan banyak pabrikan menghentikan produksinya.

Kekhawatiran ini bukanlah tidak beralasan, Amerika merupakan negara

dengan perekonomian terbesar dengan tingkat konsumsi yang besar pula. Jika terjadi

resesi ekonomi maka akan berdampak pada perekonomian negara lain yang

melakukan hubungan dagang dengan mereka. Sektor Riil juga akan terpukul yang

pada akhirnya juga akan memukul sektor keuangan. Indonesia meskipun hanya

memiliki porsi ekspor yang kecil terhadap Amerika tetapi memiliki hubungan dagang

yang kuat dengan China sebagai pengekspor terbesar untuk Amerika, sehingga

persepsi Investor pada saat itu adalah Indonesia juga akan mengalami kemunduran

ekonomi.

Selanjutnya pada tahun 2009 sampai saat ini terbukti bahwa resesi di Amerika

tidak berdampak signifikan pada resesi di Amerika dan Eropa dikarenakan Aggregate

Demand Domestik yang cukup untuk tetap menopang perekonomian Indonesia tetap

berjalan.

Dari sektor moneter Indonesia juga merupakan negara dengan tujuan investasi

yang menarik, dengan nilai tukar yang tabil dan suku bunga di atas 6% sedangkan di

Amerika dan Eropa dengan adanya resesi suu bunga mereka tidak lebih dari 0,5%.

Berdasarkan hal-hal tersebut dan penelitian-penelitian sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa factor-faktor penyebab volatilitas adalah :

Faktor sektor riil

Faktor sektor keuangan

Kejadian luar biasa

Kebijakan moneter

Page 35: Volatilitas PM Indonesia

28

IV.3. Teori Efficient Market Hypothesis

Seperti telah dikemukakan pada Bab II bahwa Pasar Modal Indonesia masuk

dalam kategori Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency) bahkan beberapa

penelitian menyatakan bahwa Pasar Modal Indonesia berada pada kondisi sub

efficient. Keadaan pasar weak form menyatakan bahwa harga sekuritas telah

mencerminkan semua data historis yang terjadi, sehingga informasi tentang harga,

volume ataupun analisa pergerakan trend tidak dapat digunakan untuk mendapatkan

keuntungan lebih. Data tentang harga dan volume tersedia juga sangat mudah

didapatkan, sehingga jika data tersebut dapat memberikan sinyal yang tepat bagi

investor maka hampir semua investor dapat menggunakan informasi ini. Ketika

informasi dari data historis memberikan sinyal untuk membeli, maka seluruh investor

akan dapat menangkap sinyal tersebut, maka yang terjadi adalah pergerakan secara

tiba-tiba, hal inilah yang menyebabkan tingkat volatilitas tinggi.

Kondisi pasar weak form juga dikarenakan (Jones, 2007):

1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga

sekuritas.

2. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku

pasar satu dengan yang lain terhadap yang lain pada satu informasi yang sama,

atau pelaku pasar memiliki informasi yang tidak seimbang sehingga terjadi

asymmetric information.

3. Informasi yang tersedia tidak dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian

pelaku pasar.

4. Investor adalah individu yang lugas (naïve investors) dan tidak canggih

(unsophisticated investors). Investor bereaksi secara lugas karena mereka

Page 36: Volatilitas PM Indonesia

29

memiliki kemampuan terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan

informasi yang diterima, oleh sebab itu kerapkali mengambil keputusan yang

tidak tepat, bahkan berlebihan dalam mengambil posisi portofolionya.

Salah satu dampak atau ciri dari pasar dengan kategori weak form ini adalah

tingginya tingkat volaitilitas. Pada pasar yang sudah maju volatilitas tidak terlalu

tinggi seperti tampak pada Tabel 4.1 berikut pada periode 1997-September 2011.

Tabel 4.1Rata-Rata Return Tahunan dan Simpangan Baku IHSG

Periode 1997-September 2011

Bursa Mean Std. Deviation N

Bursa Efek Indonesia 14.41 41.52 15Bombay Stock Exchange 12.57 36.61 15Kospi Composite Index 10.88 40.82 15Shanghai Composite Index 6.04 45.41 15Kuala Lumpur Stock Exchange 5.61 26.67 15Hang Seng Index 5.22 31.01 15Dow Jones Index 4.77 15.58 15FTSE 100 3.56 16.04 15Nikkei 225 (2.84) 23.65 15

Tampak bahwa Bursa Efek Indonesia memiliki imbal hasil tertinggi dengan

angka rata-rata (Mean) 14,41 diikuti oleh Bombay Stock Exchange dan Kospi dari

data 9 Bursa Dunia yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa bursa pada emerging

market seperti Indonesia dan India merupakan pasar yang menarik untuk dijadikan

portofolio Internasional bersama dengan bursa utama dunia seperti FTSE 100 (UK)

dan Dow Jones (US).

Selanjutnya untuk volatility yang ditunjukkan dengan standard deviasi, Bursa

Efek Indonesia menempati urutan kedua setelah Shanghai Composite Index, hal ini

menunjukkan bahwa dengan return yang tinggi juga mengandung resiko yang juga

Page 37: Volatilitas PM Indonesia

30

tinggi. Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa pada emerging market return

volatility saham akan berkorelasi positif dengan return saham (Joshi, 2011 dan Shin

2005).

Pemerintah saat ini sudah terlihat concern terhadap Pasar Modal Indonesia

dengan hadirnya Presiden atau Wakil Presiden dalam membuka dan menutup hari

bursa pada awal dan akhir tahun. Tidak hanya itu, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono ketika pasar diliputi ketakutan akan Krisis Amerika yang berkelanjutan

juga mengeluarkan statement yang mendinginkan keadaan di Pasar Modal. Hal ini

sangat diperlukan pasar karena butuh kepastian bagaimana kebijakan pemerintah

dalam kebijakan makroekonomi dalam menunjang pasar modal.

IV.4. Hubungan Antar Variabel

Sebelumnya telah dibahas bahwa ketika IHSG turun tingkat volatilitas lebih

tinggi dari rata-rata yang diakibatkan oleh Panic Selling, pembahasan berikut ini ingin

melihat siapa yang menyebabkan volatilitas di Pasar Modal Indonesia menjadi

demikian tinggi. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada penilitan ini digunakan uji

kausalitas Granger untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut memiliki

hubungan simultan 2 arah atau satu arah Dengan uji kausalitas ini dapat melihat

hubungan antara transaksi yang dilakukan investor asing dengan volatilitas imbal

hasil saham. Transaksi Investor Asing dilihat melalui Nilai Transaksi (Value) dan

Volume Transaksinya.Pengujian hubungan dan permodelan menggunakan metode

pengolahan data runtun waktu.Berikut adalah hasil dari running data :

Page 38: Volatilitas PM Indonesia

31

Tabel 4.2Hasil Uji Kausalitas Engel Granger

Pairwise Granger Causality TestsDate: 11/29/11 Time: 10:58Sample: 1 904Lags: 1

1 VOL_TOT does not Granger Cause VOLA_N 904 3.19573 0.0743* VOLA_N does not Granger Cause VOL_TOT 0.61451 0.4334

2 VOLUME_ASING does not Granger Cause VOLA 904 0.33083 0.7184 VOLA does not Granger Cause VOLUME_ASING 0.24478 0.7829

3 VOL_NET does not Granger Cause VOLA_N 904 0.04137 0.8389 VOLA_N does not Granger Cause VOL_NET 0.12384 0.725

4 VAL_TOT does not Granger Cause VOLA_N 904 9.15598 0.0026* VOLA_N does not Granger Cause VAL_TOT 4.20908 0.0406*

5 VALUE_ASING does not Granger Cause VOLA 904 7.39095 0.0067* VOLA does not Granger Cause VALUE_ASING 4.74606 0.0296*

6 VAL_NET does not Granger Cause VOLA_N 904 0.00019 0.989 VOLA_N does not Granger Cause VAL_NET 4.58533 0.0326*

Pairwise Granger Causality TestsDate: 11/29/11 Time: 10:58Sample: 1 904Lags: 2

7 VOL_TOT does not Granger Cause VOLA_N 904 1.26756 0.2844 VOLA_N does not Granger Cause VOL_TOT 1.09673 0.3497

8 VOLUME_ASING does not Granger Cause VOLA 904 0.33083 0.7184 VOLA does not Granger Cause VOLUME_ASING 0.24478 0.7829

9 VOL_NET does not Granger Cause VOLA_N 904 0.58062 0.6279 VOLA_N does not Granger Cause VOL_NET 1.5728 0.1946

10 VAL_TOT does not Granger Cause VOLA_N 904 2.4332 0.0638* VOLA_N does not Granger Cause VAL_TOT 0.9932 0.3954

11 VALUE_ASING does not Granger Cause VOLA 904 3.56062 0.0288* VOLA does not Granger Cause VALUE_ASING 2.33948 0.097*

12 VAL_NET does not Granger Cause VOLA_N 904 1.09046 0.3524 VOLA_N does not Granger Cause VAL_NET 2.17447 0.0897*

*= signifikan

Dari uji kausalitas, pada nomor 1-6 (dengan Lag 1) dan pada nomor 7-12

(dengan Lag 2) menggunakan indikator yang sama dapat terlihathubunganVolume

Page 39: Volatilitas PM Indonesia

32

Transaksi Total (VOL_TOT), Volume Transaksi Asing (VOLUME ASING), Volume

Transaksi Net Asing(VOL_NET), Value Transaksi Total, Value Transaksi Asing

(VALUE_ASING)dan Value Transaksi Net Asing (VAL_NET) yang mempengaruhi

(menyebabkan) Volatilitas atau sebaliknya atau bahkan dapat pula saling

mempengaruhi.

Dapat kami paparkan analisis secara statistik sebagai berikut :

1. Volume Transaksi Total mempengaruhi atau yang menyebabkan Volatilitas

dengan tingkat kepercayaan 10% (Probabilitas = 0,0743*), sedangkan

Volatilitas tidak mempengaruhi Volume Transaksi Total.

2. Volume Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling

mempengaruhi.

3. Volume Transaksi Net Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak

saling mempengaruhi.

4. Value Transaksi Total dan Volatilitas memiliki hubungan saling

mempengaruhi dengan tingkat kepercayaan 5% (Probabilitas = 0,0026 dan

0,0406)

5. Value Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan saling

mempengaruhi dengan tingkat kepercayaan 5% (Probabilitas = 0,0067 dan

0,0296).

6. Volatilitas mempengaruhi Value Transaksi Net Asing dengan tingat

kepercayaan 5%(Probabilitas = 0,0326), sedangkan Value Transaksi Net

Asing tidak mempengaruhi Volatilitas.

7. Volume Transaksi Total dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling

mempengaruhi.

Page 40: Volatilitas PM Indonesia

33

8. Volume Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling

mempengaruhi.

9. Volume Transaksi Net Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak

saling mempengaruhi.

10. Value Transaksi Total mempengaruhi atau yang menyebabkan Volatilitas

dengan tingkat kepercayaan 5% (Probabilitas = 0,0638*), sedangkan

Volatilitas tidak mempengaruhi Value Transaksi Total.

11. Value Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan saling

mempengaruhi dengan tingkat kepercayaan 10% (Probabilitas = 0,0288 dan

0,097).

12. Volatilitas mempengaruhi Value Transaksi Net Asing dengan tingat

kepercayaan 10%(Probabilitas = 0,0897), sedangkan Value Transaksi Net

Asing tidak mempengaruhi Volatilitas.

IV.5. Pembahasan Hipotesa

Dengan melihat hasil Uji Kausalitas Granger yang ada maka dapat

dihubungkan dengan Hipotesa pertama (H1) yaitu “Volume perdagangan

berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG.”, dan hasil menunjukkan

bahwa hipotesa ini terbukti pada hasil No.1 yaitu “Volume Transaksi Total

mempengaruhi atau yang menyebabkan Volatilitas dengan tingkat kepercayaan 10%

(Probabilitas = 0,0743*), sedangkan Volatilitas tidak mempengaruhi Volume

Transaksi Total”, sedangkan untuk Volume Transaksi Asing dan Volume Net

Transaksi Asing hal ini tidak terdapat hubungan. Pada penelitian sebelumnya terdapat

kesimpulan yang menyatakan bahwa Volume Transaksi Asing dan Volume Net

Transaksi Asing berpengaruh terhadap Volatilitas, perbedaan ini disebabkan pada

Page 41: Volatilitas PM Indonesia

34

penelitian sebelumnya menggunakan data per saham dan bukan menggunakan IHSG

sebagai benchmark volatilitasnya.

Hasil ini menghasilkan kesimpulan bahwa jika volume transaksi meningkat

maka akan menyebabkan volatilitas meningkat tetapi tidak dapat menentukan arah

pergerakan IHSG akan naik atau turun.

Hipotesa kedua (H2) menyatakan“Nilai transaksi asingberpengaruh secara

signifikan terhadap Volatilitas IHSG”.Hipotesa ini juga terbukti dengan hasil

No.4,5,10 dan 11 baik pada Lag 1 dan 2 yang menyatakan bahwa memang terdapat

hubungan yang signifikan baik searah maupun dua arah. Nilai transaksi secara total

maupun Nilai Transaksi Asing secara bersama samamempengaruhi volatilitas dan

juga sebaliknya, hal ini dapat diartikan bahwa jika nilai transaksi meningkat maka

volatilitas juga akan meningkat, dan sebaliknya dengan meningkatnya volatilitas

maka akan banyak juga investor yang akan turut bertransaksi (terdapat kemungkinan

panic selling ataupun buying) karena tidak ingin kehilangan momentum.

Hasil penelitian yang menarik pada No.6 dan 12 bahwa terdapat hasil

Volatilitas yang mempengaruhi Value Transaksi Net Asing.Value Net Transaksi

Asing adalah selisih transaksi jual dan beli investor asing selama satu hari.Dengan

adanya hasil tersebut maka keputusan untuk masuk dan keluar dari portofolionya

tergantung dari volatilitas yang ada.Hal ini menguatkan pernyataan sebelumnya

bahwa dengan tingginya imbal hasil (return) di Pasar Modal Indonesia merupakan

daya tarik bagi Investor Asing.

IV.6. Pengaruh terhadap Transaksi Lokal

Dengan hasil yang menyatakan bahwa transaksi asing mempengaruhi secara

signifikan volatilitas, selanjutnya pada bagian terakhir ini ingin melihat akibatnya

Page 42: Volatilitas PM Indonesia

35

pada investor lokal.Grafik perbandingan transaksi berikut ini menggambarkan

dominasi investor lokal pada transaksi harian.

Grafik 4.2Pergerakan IHSG dan Transaksi yang Dilakukan Investor Asing dan Lokal

2008-2010

-

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

16,000,000.00

18,000,000.00

20,000,000.00

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2-Ja

n-08

2-Fe

b-08

2-M

ar-0

82-

Apr

-08

2-M

ay-0

82-

Jun-

082-

Jul-0

82-

Aug

-08

2-Se

p-08

2-O

ct-0

82-

Nov

-08

2-D

ec-0

82-

Jan-

092-

Feb-

092-

Mar

-09

2-A

pr-0

92-

May

-09

2-Ju

n-09

2-Ju

l-09

2-A

ug-0

92-

Sep-

092-

Oct

-09

2-N

ov-0

92-

Dec

-09

2-Ja

n-10

2-Fe

b-10

2-M

ar-1

02-

Apr

-10

2-M

ay-1

02-

Jun-

102-

Jul-1

02-

Aug

-10

2-Se

p-10

2-O

ct-1

02-

Nov

-10

2-D

ec-1

0

IHSG

LOKAL

ASING

Dari Grafik dapat terlihat bahwa Transaksi yang dilakukan oleh Investor Lokal

lebih mendominasi (diwakili dengan grafik berwarna merah) dan hanya sesekali

Investor Asing melakukan transaksi yang lebih besar.Hal ini terus terjadi ketika trend

IHSG sedang turun (bearish) maupun ketika sedang menanjak (bullish).

Dari segi kepemilikan data di KSEI yang menggambarkan bahwa saham ini

tersedia atau siap untuk diperdagangkan, Investor Asing selalu mendominasi dengan

kepemilikan tidak kurang dari 60%, tetapi jika dilihat dari transaksi harian maka

investor lokal justru mendominasi. Hal ini menjelaskan juga bahwa dalam

permodelan sebelumnya Net Value Transaksi Asing tidak menyebabkan Volatilitas

Page 43: Volatilitas PM Indonesia

36

tetapi justru Investor Lokal dengan porsi yang lebih besar (mencapai 70%) yang

menyebabkan Volatilitas di Pasar Modal Indonesia menjadi besar.

Selama ini terdapat anggapan bahwa pihak Asing mempunyai riset dan sumber

informasi yang lebih dibandingkan dengan investor lokal retail, dengan kondisi

tersebut maka setiap pengambilan keputusan atas investasi yang diambil pihak asing

selanjutnya akan diikuti oleh investor lokal atau bertindak sebagai follower (herding

behavior).

Dari penelitian sebelumnya yang telah dibahas pada Bab II disimpulkan bahwa :

8. Investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai, akan menimbulkan

kesalahan penentuan harga (mispricing);

9. Investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi;

10. Investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi;

11. Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing

(herding behavior);

Dari hasil kesimpulan tersebut dan dengan tingginya proporsi transaksi lokal

secara harian maka terdapat kemungkinan bahwa investor lokal akan mendapatkan

keuntungan lebih besar dari pergerakan IHSG tetapi juga merupakan pihak dirugikan

jika terjadi penurunan harga. Salah satu cara untuk menghindari herding behavior dan

agar investor lokal tetap berpikir rasional dalam bertransaksi adalah dengan

menghilangkan informasi mengenai pihak yang melakukan transaksi khususnya

informasi mengenai investor asing atau investor lokal. Seperti diketahui bahwa

pengisian Asing dan Lokal pada system order BEI tidak diwajibkan (optional)

disamping itu apabila terdapat kesalahan pengisian informasi oleh Broker tidak akan

Page 44: Volatilitas PM Indonesia

37

menyebabkan masalah dalam tradingnya. Dengan demikian pencantuman informasi

“asing” seringkali memberikan informasi yang menyesatkan bagi investor lokal.

Selanjutnya bagi investor yang berpengalaman maka akan lebih jeli dalam

melihat informasi yaitu dengan melihat kode Broker dan nilai transaksinya untuk

meyakinkan apakah transaksi tersebut benar dilakukan oleh Asing atau terdapat

kesalahan dalam pengisian data oleh Broker. Hal ini akan mengakibatkan informasi

yang diterima oleh investor menjadi tidak seimbang/benar. Berdasarkan hal-hal

tersebut maka di masa mendatang perlu dipertimbangkan untuk menghilangkan

informasi transaksi Asing atau Lokal dan kode Broker.

Page 45: Volatilitas PM Indonesia

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini :

1. Indonesia memiliki tingkat volatilitas yang tinggi sehingga menghasilkan

return investasi yang tinggi pula, hal ini merupakan salah satu daya tarik

investor asing masuk ke Indonesia.

2. Faktor-faktor penentu volatilitas di Indonesia adalah :

a. Faktor sektor riil

b. Faktor sektor keuangan

c. Kejadian luar biasa

d. Kebijakan moneter

e. Investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai, sehingga

menimbulkan kesalahan penentuan harga (mispricing);

f. Investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi;

g. Investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi;

h. Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor

asing (herding behavior);

3. Volume perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas

IHSG, meskipun di dalam penelitian ini volume transaksi asing tidak

memiliki pengaruh yang signifikan pada Volatilitas

4. Nilai transaksi asingberpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG

demikian pula sebaliknya. Hal ini menggambarkan transaksi yang dilakukan

pihak asing menyebabkan volatilitas dan dengan adanya volatilitas maka

Page 46: Volatilitas PM Indonesia

39

investor asing juga tertarik untuk bertransaksi di Pasar Modal Indonesia.

Hasil ini memperkuat pernyataan pada kesimpulan nomor 1.

5. Transaksi Investor Lokal lebih mendominasi pasar sekunder meskipun dari

segi kepemilikan Investor Asing lebih mendominasi, hal ini menandakan

bahwa jika terjadi shock di Pasar Modal maka Investor Retail Lokal akan

lebih sensitif dalam mengambil posisi. Hal ini akan membahayakan karena

seringkali Investor Lokal bertindak tidak dengan perhitungan yang matang

tetapi hanya menggunakan instingnya saja.

V.2. Dengan hasil kesimpulan ini maka kami memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai besaran volatilitas yang wajar

untuk Pasar Modal Indonesia, karena jika terlalu beresiko (meskipun return

tinggi) maka investor lokal yang akan menderita.

2. Perlu menghilangkan pembedaan atas investor asing dan lokal sehingga

tidak terjadi faktor follower maka sebaiknya pada saat transaksi tidak

dimunculkan kode asing atau lokal ataupun kode broker-nya. Dengan

demikian transaksi yang dilakukan berdasarkan keputusan rasional dan

bukan karena faktor follower.

3. Bapepam-LK perlu mempunyai SOP yang digunakan untuk mengatasi

keadaan-keadaan tertentu atau kondisi-kondisi darurat seperti penurunan

atau kenaikan IHSG secara cepat atau diluar kewajaran. Tindakan atau

pernyataan yang tepat akan dapat meredam kepanikan sekaligus menjaga

investor untuk tetap bertindak rasional.

Page 47: Volatilitas PM Indonesia

40

Daftar Kepustakaan

1. Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995;

2. Master Plan Pasar Modal Indonesia tahun 2005-2009;

3. Kajian PT Bursa Efek jakarta (research Dept), Peluang dan Resiko Investasi

“Stock Option”, Divisi Resit dan Perdagangan, jakarta, 1999;

4. Kajian tentang Option dan Kontrak Opsi Saham (KOS) oleh BEJ tahun 2004;

5. Raymond Chiang, Chin-Shen Lee, Wen-Liang Hsieh, “The Market, Regulations,

and Issuing Strategies of Covered warrants in Taiwan”, Review of Pacific basin

Financial Markets and Policies, Vol. 3 No. 1, 2000, 87-105;

6. Lani Salim, Derivatif “Option & Warrant”, Jakarta, PT Elex Media Komputindo,

2003, Cetakan Pertama;

7. drs. Marzuki, “Metodologi Riset”, Yogyakarta, BPEE-UII, PT Hanindita Offset,

1989, Cetakan keempat;

8. Miller, Merton, Financial Innovation: The last twenty years and the next, journal

of financial and quantitative Analysis 21, tahun 1986, 459-471

9. Suruhanjaya Securities <http://www.sc.com.my>

10. Hong Kong Stock Exchange

http://www.hkex.com.hk/invedu/faq/prod_sec_dw.htm.

11. Taiwan Stock Exchange Corporation : http://www.tse.com.tw/en

12. http://www.warrants.bnpparibas.com

13. http://www.legco.gov.hk

14. htpp://www.derivativesportal.org

15. http://www.wfe.org

16. http://www.asic.gov.au

17. http://www.sfc.hk

18. Australia Stock Exchange <http://www.asx.com.au>

19. Law Firms <http://www.linklaters.com>

20. Miranda: http://miranda.hemscott.com/

21. World Federation Exchange: http://www.wfe.org

Page 48: Volatilitas PM Indonesia

41

22. Australian Securities Investment Commission: http://www.asic.gov.au

23. Securities Future Commission Hong Kong : http://www.sfc.hk

24. Australia Stock Exchange <http://www.asx.com.au>

25. Singapore Stock Exchange. www.sgx.com

26. Law Firms <http://www.linklaters.com>

27. Divisi Riset dan Pengembangan PT Bursa Efek Jakarta bekerjasama dengan

Lembaga Penelitian Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas

Padjajaran Bandung, Evaluasi Produk Kontrak Opsi Saham (KOS) di Bursa Efek

Jakarta, Juli 2005.

28. Dictionary of Financial Risk Management, Third Edition by Gary L. Gastineau

29. Strategies for profiting from stock futures By: Alpesh B. Patel Published by:

Harriman House, 2004, 1st edition

30. The Pocket Guide to Training Online and The Mind of a TraderCovered warrants

31. Duan, J.-C. and Y. Yan, 1999, Semi-Parametric Pricing of Derivative Warrants,