vol 12 no 4 (oktober 2a004)

32
Edisi kali ini: Danau Taliwang - Danau Satu-satunya di NTB Kemarau dan Derita Ikan di Kawasan TN Danau Sentarum Mungkinkah Orang Utan terdapat di TN Sembilang Sumsel ? Berita-berita khusus mengenai gambut dari Berbak (Jambi), Sembilang (Sumatera Selatan), dan Kalimantan Tengah - Kesan-kesan petani peserta studi banding dalam pengelolaan gambut secara berkelanjutan ISSN: 0854-963X Warta Konservasi Vol 12 no. 4 Oktober 2004 Lahan Basah

Upload: ucup-tangse

Post on 18-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

REAPLOD

TRANSCRIPT

  • Warta Konservasi

    Kepada Yth.

    Lahan Basah

    Alamat Redaksi:

    Wetlands International - Indonesia Programme

    Jl. A. Yani no. 53 Bogor, 16161P.O. Box 254/BOO, Bogor 16002Jawa Barat - Indonesia

    Tel : 0251 312 189Fax : 0251 325 755

    E-mail : [email protected] : //www.wetlands.or.id

    Vol. 1

    2 no.

    4 Okto

    ber 2

    004

    PORTO DIBAYAR / POSTAGE PAID

    NOMOR: 23 / PRKB / BOO / WILPOS IV / 03

    KANTOR POS BOGOR 16000

    Edisi ini diterbitkan atas dukungan dana dari:

    Edisi kali ini:

    Danau Taliwang - Danau Satu-satunya di NTB

    Kemarau dan Derita Ikan di Kawasan TN Danau Sentarum

    Mungkinkah Orang Utan terdapat di TN Sembilang Sumsel ?

    Berita-berita khusus mengenai gambut dari Berbak (Jambi), Sembilang (Sumatera Selatan), dan Kalimantan Tengah - Kesan-kesan petani peserta studi banding dalam pengelolaan gambut secara berkelanjutan

    Canadian AgenceInternational canadienne deDevelopment dveloppementAgency international

    ISSN: 0854-963X

    Warta KonservasiVol 12 no. 4 Oktober 2004

    Lahan Basah

  • 2 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Disain dan tata letak:Triana

    Foto sampul muka:Kunjungan peserta studibanding pengelolaan lahangambut berkelanjutan(Dok. CCFPI/WI-IP)

    DEWAN REDAKSI

    Redaksi dengan senang hati menerima bahan dari pembaca berupaartikel, hasil pengamatan, kliping, gambar dan foto. Tulisan sudah

    dalam bentuk soft copy dan hendaknya tidak lebih dari 1.500 kata.

    Anda dapat mengirimkan bahan tersebut kepada:Triana - Publication & Graphic Design SectionWetlands International - Indonesia Programme

    Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755

    e-mail: [email protected]

    Daftar IsiDaftar Isi

    UndanganUndangan

    Lahan basah (termasuk danau, sungai, hutan bakau, hutanrawa gambut, hutan rawa air tawar, laguna dan lain-lain)mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-harimasyarakat di Indonesia. Lahan basah merupakan salah satusumberdaya utama pendukung perekonomian danpembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

    Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkanuntuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakatakan manfaat dan fungsi lahan basah, guna kepentingangenerasi sekarang maupun yang akan datang.

    Warta Konservasi Lahan Basah disebarkan kepada lembagapemerintah, lembaga non-pemerintah, perguruan tinggi danmasyarakat yang terlibat/tertarik akan lahan basah.

    Majalah ini diterbitkan atas kerjasama antara Ditjen.Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Dephutdengan Wetlands International - Indonesia Programme, dalamrangka pengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basahdi Indonesia.

    Pendapat yang terdapat di dalam Warta Konservasi LahanBasah adalah pendapat para penulis yang bersangkutan.

    DEWAN REDAKSI

    Dari Redaksi ...................................................................... 3

    Forum Komunikasi .......................................................... 3

    Berita Lahan Basah .......................................................... 4

    Fokus Lahan Basah

    Danau Taliwang - Danau Satu-satunya di NusaTenggara Barat ........................................................... 5

    Konservasi Lahan Basah

    Pembangungan Tambak Berwawasan Lingkungandalam Era Otonomi Daerah ...................................... 6

    Berita Kegiatan

    BERSEMI SEMERBAK (terakhir)Proyek Konservasi Terpadu Lahan BasahPesisir Berbak-Sembilang .................................... 9-12

    CCFPIProyek Perubahan Iklim, Hutan dan LahanGambut di Indonesia .......................................... 13-22

    7th Intecol International Wetlands Conference ......... 23

    Berita dari Lapang

    Kemarau dan Derita Ikan di Kawasan TN DanauSentarum ................................................................. 24

    Orang Utan, Ada di TN Sembilang ? ..................... 26

    Flora dan Fauna Lahan Basah

    Kuda Laut, si Gemulai yang Terancam .................. 28

    Kangkung: Sayur Obat bagi Berbagai JenisPenyakit .................................................................. 29

    Agenda Pertemuan Internasional ............................... 30

    Publikasi Lahan Basah .................................................. 31

    Kotak Katik Lahan Basah .............................................. 31

    Warta KonservasiVo

    l 12

    no. 4

    , Okt

    ober

    200

    4

    PENASEHATDirektur Jenderal PHKA

    PENANGGUNG JAWABSekretaris Ditjen PHKADirektur Program WI-IP

    PEMIMPIN REDAKSIYaya Mulyana (PHKA)

    I Nyoman N. Suryadiputra (WI-IP)

    ANGGOTA REDAKSIHart Lamer Susetyo (PHKA)

    Soewartono (PHKA)Hutabarat (PHKA)

    Juss Rustandi (PHKA)Triana (WI-IP)

    Sofian Iskandar (Balitbang Kehutanan)Suwarno (Biro Humas Setjen Dephut)

    Lahan Basah

  • - 3Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    Dari RedaksiDari Redaksi

    Forum KomunikasiForum Komunikasi

    Dari Redaksi

    Forum K

    omunikasi

    Salam redaksi,

    Selamat bersua kembali dengan kamiyang tetap setia menemui andasemuanya.

    Di penghujung tahun 2004 ini danmasih di dalam suasana Idul Fitri,mudah-mudahan belum terlambat bagikami untuk mengucapkan selamat IdulFitri 1425 H mohon maaf atas segalakekurangan yang ada. Kami sadarbahwa hingga saat ini, kami masihbelum bisa memuaskan semua pihak.

    Dalam suasana yang masih Fitri inikembali anda kami ajak membukalembar demi lembar perkembanganperlahanbasahan kita.

    Fokus kali ini mengetengahkaninformasi tentang Danau Taliwangyaitu danau satu-satunya yang dimilikiprovinsi Nusa Tenggara Barat.Tulisan tersebut disampaikan TriEndang dan Budhy Kurniawan.Diikuti lembar berikutnya yangmengulas tentang pembangunantambak berwawasan lingkungan diera otonomi daerah, kiriman dari M.Natsir Rini.

    Vol. 12 no. 4, Oktober 2004- 3

    Bila anda memerlukanpenjelasan lebih lanjutdan/atau ingin menyampai-kan kritik/saran tentang isi WKLBini, silahkan menghubungi SeksiPublikasi Wetlands International -Indonesia Programme melalui e-mail: [email protected].(Catatan: kritik dan saran tersebutakan kami muat pada kolomForum Komunikasi)

    Redaksi Yth.,

    Bersama ini kami informasikan bahwa PPLH UNIPA telah menerima 1 eksemplarWarta Konservasi Lahan Basah Vol 12 No. 3 Juli 2004. Sehubungan dengan itu,kami menyampaikan terimakasih banyak atas pengiriman tersebut. Semogakerjasama yang telah terbina dapat terus berlanjut.

    Sekretariat PPLH UNIPA - Papua

    Salam Lestari,

    Saya telah menerima Warta Konservasi Lahan Basah (WKLB) yang Bapakkirimkan. Untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapanterima kasih yang tulus. Semoga bantuan Bapak mendapatkan balasan yangsetimpal dari ALLAH SWT.

    Ilham - Sulawesi Tenggara

    Membuka lembar berita kegiatan,terpampang guratan Iwan Tri Cahyohasil oleh-oleh kunjungannya keBelanda dalam acara IntecolInternational Wetlands Conferenceke-7.

    Selanjutnya anda kami ajak untukmelihat kondisi Taman NasionalDanau Sentarum di Kalimantan Barattulisan Zulkifli dan Bambang Hero S.yang menggambarkan penderitaanikan-ikan di musim kemarau tahun ini.Sementara di lembar berikutnyaMuhammad Iqbal mempertanyakantentang keberadaan Orang utan di TNSembilang, Sumsel, karena daritanda-tanda yang didapatkemungkinan satwa tersebut juga adadi Sumatera bagian selatan?

    Kolom fauna lahan basah kali inimenampilkan tulisan Ismu Sutanto S.dan Yuliadi mengenai Kuda Laut.Ternyata hewan laut yang gemulai itumemiliki khasiat obat tradisional.Karena manfaatnya tersebut kuda lautbanyak dieksploitasi secaraberlebihan, sehingga keberadaanpopulasinya terancam punah.

    Pada kesempatan edisi kali ini, kamiinformasikan bahwa kolom khusustentang Kegiatan Berbak Sembilang(BSP) sudah tidak akan menghiasiwarta ini. Tepatnya September 2004lalu, kegiatan WI-IP di lokasi tersebuttelah selesai. Sekilas perjalanankegiatan BSP hingga berpamitandapat anda baca di kolom BSP.

    Sementara kegiatan Climate Change,Forests and Peatlands in Indonesia(CCFPI) masih aktif dan setiamelaporkan setiap kegiatannya. Kaliini menampilkan antara lain kesan parapetani yang mengikuti programpertukaran petani dalam pengelolaanlahan gambut secara berkelanjutan.Simak pengalaman dan perjuanganmenarik mereka di kolom CCFPI.

    Demikian sekilas info edisi kali ini,mudah-mudahan aksi kecil ini dapatmemberikan andil bagi peningkatanmotivasi dan perbaikan kondisiperlahanbasahan kita termasuk setiappemanfaatan secara lestari.

    Redaksi

  • 4 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Berita Lahan BasahBerita Lahan BasahB

    erita

    Lah

    an B

    asah

    SKepala Bappeda Provinsi Kalteng,Drs. H. Badjuri B., MSc. saat menerimaperwakilan Climate Change Forests and

    Peatlands in Indonesia (CCFPI), mengatakan bahwaancaman kerusakan Sumber Daya Alam (SDA) di daerahKalteng cenderung makin tinggi. Kerusakan alamdiantaranya disebabkan praktek illegal logging, kebakaranhutan dan pencemaran sungai.

    Dijelaskan kebakaran lahan gambut menjadi momok yangkerap kali menghantui Kalteng. Apalagi mengingat areallahan dan hutan gambut mencapai 3,472 juta hektar atausekitar 21,98 persen dari total luasan Kalteng secarakeseluruhan. Tim yang akan turun ke lapanganbermaksud untuk melihat langsung penutupan kanal,sehingga kebakaran lahan gambut bisa dikurangi, terangBadjuri saat akan melepas rombongan perwakilan CCFPIdi Aula Bappeda Prov. Kalteng, beberapa hari lalu.Sementara CCFPI Kalimantan Site Coordinator, AlueDohong yang menjadi juru bicara perwakilan CCFPImengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian,kebakaran gambut diduga disebabkan penurunan drastiskandungan/serapan air di lahan gambut akibat pembukaankanal secara besar-besaran saat pelaksanaan proyekPLG beberapa tahun silam.

    Usaha penangan dengan menutup atau memblok kanal dikawasan eks PLG diharapkan mampu mengembalikanstruktur serapan lahan gambut terhadap air. Dengandibloknya beberapa titik kanal yang menghubungkanSungai Kapuas dan Sungai Mentangai ini bisa membuatlahan gambut kembali menyerap air sehingga tidak mudahterbakar, terang dosen FE Unpar ini.

    Dijelaskan pula bahwa selain ujicoba penutupan kanal dieks PLG yang saat ini masih berlangsung, CCFPI jugamelaksanakan proyek serupa di Sumatera Selatantermasuk upaya rehabilitasi pada lahan sekitarnya. Kamijuga akan memberikan hibah kepada masyarakat setempatuntuk menanam tanaman produktif di lokasi tersebut, sertamembantu para nelayan di kawasan Sungai Mentangai,tambahnya.

    Dengan usaha ini diharapkan dapat mengurangikebakaran di kawasan lahan gambut. Untuk mengatasiterjadinya kebakaran hutan di lahan eks Proyek LahanGambut (PLG) Sejuta Hektar, pemerintah daerahmelakukan kerjasama dengan WI-IP yaitu lembagainternasional yang bergerak di bidang penanganankerusakan hutan. (edd)

    (Sumber: Kalteng Pos, 9 Oktober 2004)

    BAPPEDA Terima CCFPI Bekas Lahan Gambut Sejuta HektarDikaji untuk Kebun Kelapa Sawit

    SSebuah penelitian dari segi teknis maupunfinansial terhadap bekas proyek lahan gambutsejuta hektar tengah dilakukan. Kajian ini

    dilakukan dengan alasan bahwa rehabilitasi lahan saja tanpamemberi keuntungan kepada penduduk sekitar akan sangatkecil kemungkinannya untuk berhasil.

    Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia(Gapki) Derom Bangun dan juga peneliti dari Alterra,Universitas Wageningen, Belanda, Herbert Diermont, Rabu(6/10), mengatakan, saat ini tengah dilakukan persiapanstudi kelayakan itu. Studi ini diusulkan oleh Bappenas dandilakukan antara lain oleh Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT), Badan Perencanaan PembangunanNasional (Bappenas), serta beberapa perguruan tinggi.

    Derom Bangun mengatakan, bila kelak studi ini telah selesaidan dinyatakan layak, selanjutnya sangat tergantung padapemerintah daerah untuk menentukan wilayah-wilayah yangdiperkenankan bagi kebun sawit dan untuk penghijauanmurni. Derom mengatakan, studi itu tetap berprinsip padapenanaman lestari.

    Alterra mengatakan, rehabilitasi sumber daya alam denganmembuat kebun kelapa sawit dilakukan karena kebun sawitbisa memberi nafkah pada penduduk. Rehabilitasi tanpaada penduduk yang dilibatkan tidak akan bermanfaat.Rehabilitasi lahan juga harus memberi keuntungan bagipenduduk sekitar, katanya.

    Alterra menambahkan, kemungkinan pendanaan proyekdiambil dari penggantian pengeluaran/emisi karbon olehperusahaan di negara maju. Perusahaan di luar negeriyang menghasilkan emisi karbon bisa berpartisipasi dalamproyek ini untuk menggantikan emisi yang dikeluarkan.Pendanaan juga dilakukan oleh pemerintah.

    Sementara itu, Derom mengatakan, saat ini sudah adaperbaikan persepsi kalangan internasional terhadapperkebunan sawit di Indonesia. Selama ini ada anggapanbahwa kebun sawit di Indonesia telah merusak lingkunganmelalui perluasan lahan dengan pembakaran hutan.Dengan pertemuan-pertemuan yang dilakukan, kelapa sawitdi Indonesia tidak lagi dipandang buruk oleh berbagaikalangan di Eropa. Sekarang sudah ada pengertian-pengertian yang baik antara perusahaan-perusahaan diIndonesia dengan lembaga swadaya masyarakat di luarnegeri, katanya.

    Pandangan itu muncul dalam Roundtable on SustainablePalm Oil (RSPO) di Jakarta dua hari lalu. (mar)

    (Sumber: Kompas, 7 Oktober 2004)

  • - 5Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    ..... bersambung ke halaman 8

    Fokus Lahan Basah

    Pulau Sumbawa Provinsi NusaTenggara Barat dikenalmerupakan daerah yang

    kering, namun di pulau yang keringtersebut terdapat sebuah danau yangmempunyai nilai ekologis danekonomis yang cukup besar bernamaDanau Rawa Taliwang atau RawaTaliwang. Danau Rawa Taliwangterletak di Kec. Taliwang dan Kec.Seteluk Kabupaten Sumbawa ProvinsiNusa Tenggara Barat, kurang lebih100 km dari Kota Sumbawa Besar,ibukota Kabupaten Sumbawa.Kawasan danau ini dapat ditempuhmelalui transportasi darat dari KotaSumbawa Besar langsung ke ibukotaKecamatan Taliwang dengan waktutempuh sekitar 3 jam.

    Status kawasan Danau RawaTaliwang adalah Taman Wisata Alam(TWA) yang ditunjuk melalui SuratKeputusan Menteri Kehutanan danPerkebunan Nomor 418/Kpts-II/1999tanggal 15 Juni 1999. Pengelolaankawasan saat ini berada di bawahDepartemen Kehutanan c.q. BalaiKonservasi Sumber Daya Alam NusaTenggara Barat.

    Rawa dalam bahasa Taliwang berartidanau, jadi bukan berarti danau iniberair asam seperti sifat air padadaerah-daerah rawa pada umumnya,dan air Danau Rawa Taliwang sendiribersifat tawar. Mendengar namaTaliwang mungkin kita langsung ingatakan rumah makan Ayam Taliwangyang memang berasal dari daerah ini.

    Danau seluas 1.406 hektar inimempunyai pemandangan yangcukup indah. Dengan dikelilingi oleh

    bukit-bukit dan tepian danau dipenuhitanaman teratai yang menyembulkanbunga warna merah muda, membuatpemandangan menjadi semakin indah.Secara ekologis Danau RawaTaliwang merupakan habitat dariberbagai jenis burung air. Darikegiatan inventarisasi burung air yangdilaksanakan oleh tim dari BalaiKonservasi Sumber Daya Alam NusaTenggara Barat pada bulan Novem-ber 2002 diketahui terdapat tidakkurang dari 24 jenis burung air yangmenggantungkan hidupnya padaDanau Rawa Taliwang.

    Jenis burung air yang dapat ditemuidalam jumlah yang cukup besaradalah Kuntul Besar (Egretta alba),Mandar Besar (Porphyrio porphyrio),Cangak Merah (Ardea purpurea),Cerek Kalung Kelabu (Charadriusdubius) dan Mandar Batu (Gallinulachloropus), sedangkan jenis-jenislainnya dapat dilihat pada Tabel 1.Burung Kuntul Besar (Egretta alba)merupakan jenis yang dominandimana mereka memanfaatkantanaman teratai dan enceng gondokyang terdapat hampir di sepanjangtepi danau untuk berpijak sehinggamemudahkan mereka mencari makan.

    Danau TaliwangDanau TaliwangDanau TaliwangDanau TaliwangDanau Taliwang

    Danau Satu-satunya diNusa Tenggara Barat

    Oleh:Tri Endang Wahyuni dan Budhy Kurniawan *

    Tabel 1. Jenis-jenis burung air yang dapat ditemui di Danau Rawa Taliwang

    No. Nama Daerah Nama Indonesia Nama Latin Keterangan

    1. Ngara Belibis Kembang Dendrocygna arcuata2. Ngara Batang Itik Gunung Anas superciliosa

    3. Namang Mandar Besar Porphyrio porphyrio

    4. Reke Mandar Batu Gallinula chloropus

    5. Pio Asu Trulek Topeng Vanellus miles6. Teroak Kareo Padi Amaurornis phoenicurus

    7. Sarang Bulu Kowak Malam Abu Nycticorax nycticorax

    8. Sala Idap Titihan Telaga Tachybaptus ruficollis

    9. Tampit Sepatu Jengger Irediparra gallinacea10. Katungkat Berkik Kembang Besar Rostratula benghalensis

    11. Manuk Dalung Cerek Kalung Kecil Charadrius dubius

    12. Bongok Bangau Bluwok Mycteria cinerea Dilindungi

    13. Blekok Kuntul Besar Egretta alba Dilindungi14. Blekok Kebo Kuntul Kerbau Bubulcus ibis Dilindungi

    15. Kaleang Elang Bondol Haliastur indus Dilindungi

    16. Blekok Mira Cangak Merah Ardea purpurea

    17. Blekok Sawah Blekok Sawah Ardeola speciosa18. Pelikan Undan Kacamata Pelecanus conspicillatus Dilindungi

    19. - Dara Laut Sayap Hitam Sterna fuscata Dilindungi

    20. - Cikalang Besar Fregata minor

    Sumber: BKSDA NTB, 2002

  • 6 - Warta Konservasi Lahan Basah

    SEKILAS INFOK

    onse

    rvas

    i Lah

    an B

    asah

    Berdasarkan hasil studi FAO/UNDP (1982), luashutan mangrove yang berstatus kawasan hutan diIndonesia adalah 4,25 juta ha, tapi menurut

    Giesen (1993) luas hutan mangrove tinggal 2,49 juta ha.Berarti dalam kurun waktu 11 tahun (1982 1993)Indonesia telah kehilangan hutan mangrove sebesar 1,76juta ha, dengan laju degradasi sebesar 40 %. Jika lajudegradasi bersifat linear dan terus berlanjut diperkirakanpada tahun 2004 luas hutan mangrove di Indonesia yangtersisa kurang dari satu juta ha.

    Ancaman paling serius terhadap hutan mangrove umumnyaadalah akibat pembukaan secara liar kawasan hutan man-grove untuk kolam budidaya (tambak/empang) ikan danudang. Hasil studi dari The Project for Sustainable MangroveForest Management Dep. Kehutanan dan Japan InternationalCoorperation Agency (JICA) antara lain menyimpulkan bahwakonservasi hutan mangrove sulit tercapai jika keinginanmasyarakat setempat untuk memperoleh kehidupan yang lebihbaik dari pemanfaatan hutan mangrove terabaikan.

    Dalam upaya mengakomodasikan animo masyarakat maupunpara investor untuk membuka usaha pertambakan di arealhutan mangrove, diharapkan agar mereka dapat membukaareal tambak dengan pola silvo-fishery. Besaran lahan yangdiperbolehkan dikonversi menjadi tambak masih menjadipertanyaan umum. Perum Perhutani melaksanakanpembangunan tambak dengan pola empang parit dimanaperbandingan luas antara tegakan mangrove dan empang 4 :1. Sedangkan Prof. Cecep Kusmana (guru besar Fak.Kehutanan IPB) menyarankan bahwa untuk mengakomodasikeinginan para petambak dapat dibuat perbandingan antaraluas tegakan mangrove dengan luas tambak 1 : 1. Namununtuk itu semua perlu tetap dipertahankan adanya jalur hijau(green belt) hutan mangrove sepanjang pantai dan sempadansungai sesuai perundang-undangan yang ada. Sebab selainsebagai tempat memijah dan mencari makan berbagai biotaperairan, jalur hijau hutan mangrove juga merupakanpelindung pantai dari abrasi dan intrusi air asin ke daratanserta berguna untuk mengontrol kualitas air laut (salinitas, pHdan kandungan polutan) sebelum masuk ke tambak.

    1. Silvo-fishery dengan Pola Komplangan :Keuntungan dengan pola komplangan: terintegrasi dengancahaya matahari, dapat diterapkan budidaya semi intensifserta pengembangan hutan mangrove maupun ikan danudang tidak saling menghambat. Sedangkan hambatan yang

    dihadapi membutuhkan biaya investasi yang cukup besaruntuk merombak empang yang sudah jadi. Perbandinganluas antara tegakan mangrove dengan empang adalah 4 : 1baik pada pola komplangan maupun pada pola empang parityang disempurnakan (Perum Perhutani).

    Gambar 1. Pola komplangan

    2. Silvo-Fishery dengan pola empang parit :Keuntungan pada pola empang parit adalah biayapenyempurnaan empang parit dapat dilakukan secarabertahap dengan pemeliharaan caren. Sedangkanhambatannya adalah pemeliharaan ikan kurang terintegrasidengan cahaya matahari karena lebar parit terbatas.Kecuali kalau menggunakan perbandingan antara luastegakan mangrove dengan luas empang parit 1 : 1, makacahaya matahari lebih terintegrasi kedalam empang.

    Gambar 2. Pola empang parit yang disempurnakan

    Keterangan : a = pintu air untuk pemeliharaan ikanb = saluran air pasang surut bebas untuk hutanc = empang tempat pemeliharaan ikan (lebar

    maksimum 5 m)d = areal bertegakan mangrove dengan pasang

    surut bebase = tanggul

    Pembangunan Tambak

    Berwawasan Lingkungan

    dalam Era Otonomi Daerah

    Oleh : M.Natsir Rini *

  • - 7Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    Konservasi Lahan Basah

    3. Penyiapan wadah/lingkunganbudidaya

    Dalam usaha silvo-fishery penyiapanwadah budidaya dan lingkunganbudidaya yang baik, dapat memberikanpeluang sukses yang semakin besar.

    Prasyarat biologi umum wadah budidayausaha silvo-fishery :

    a. Kondisi tanah: tanah mineral atau tanahmineral bergambut; bukan tanah sulfatmasam dengan potensi pirit tinggi.Kemasaman sekitar 6 hingga netral,lapisan gambut dangkal kurang dari 30cm dan telah matang.

    b. Kondisi air: pasang surut cukup tinggilebih dari 75 cm. Kondisi lahantergenang pada saat pasang; mutu airlaut baik, tidak tercemar oleh cemaranorganik maupun an organik;kemasaman air sekitar netral hingga 8,5; kecerahan tinggi, salinitas didominasiair laut sekitar 28 35 ppt.

    Kelayakan lahan mangrove untuk usahasilvo-fishery ditentukan oleh beberapapertimbangan, sbb:

    a. Jenis pohon mangrove, memberikanindikasi terhadap kondisi tanah.Misalnya ada pohon yang hidup baikpada tanah berlumpur, berpasir danbahkan cenderung berbatu karang.Hal ini terkait dengan tingkatkemudahan konstruksi wadah dantingkat kesuburan tanah. Kerapatanpohon, terkait dengan ruang gerakdan tingkat kemudahan komoditasbergerak, teknik pemanenan dankemudahan saat konstruksi.

    b. Umur pohon, berkaitan erat dengantingkat lapisan serasah yangdihasilkan, dan ketebalan bahanorganik.

    c. Kondisi tanah, apakah tanahmineral atau tanah organik yangberpotensi pirit atau non pirit.

    Beberapa kasus kegagalan antara laindisebabkan oleh tanah gambut yangcukup tebal sehingga sulit melakukankontruksi, terjadinya pembusukan kuatdari tanah gambut yang bisamematikan ikan/udang ataumenghambat pertumbuhan. Kasus lainadalah adanya konsentrasi tanin yangcukup tinggi sehingga mematikan ikandan udang. Kandungan tanin dalamair budidaya dicirikan oleh, warna airdari kekuningan hingga kebiruan.Semakin tinggi kandungan taninsemakin biru warna airnya.Kandungan tanin yang tinggiumumnya terdapat pada mangrovefamili Rhizophoraceae.

    Idealnya untuk usaha silvo-fishery,rancangan harus dilakukan sejak awalpenghijauan (penanaman mangrove)sehingga pembuatan petak budidayaatau kurung tancap akan lebih mudah;penanaman diatur sedemikian rupasebagai plot-plot mangrove denganluasan tertentu sehingga tidak perlumemotong perakaran atau menebangbakau untuk persiapan wadahbudidaya tersebut.

    Untuk mencegah adanya kandungantanin yang menghambat pertumbuhanudang dan ikan peliharaan, sebaiknyadalam pelaksanaan penghijauandikembangkan jenis mangrove yangkandungan taninnya rendah sepertiApi-api (Avicennia spp).

    4. Penutupa. Dalam mengakomodasi keinginan

    masyarakat untuk membangun

    tambak, maka diharapkan agarmembangun tambak yang berwawasanlingkungan, yaitu dengan pola empangparit. Untuk itu perlu dilakukanpenyuluhan kepada masyarakat(termasuk tokoh agama/tokoh adat) danjuga perlu sosialisasi kepada parapenentu kebijakan di daerah supayaditetapkan dengan Peraturan Daerah(Perda).

    b. Dalam era otonomi daerah yang sedangberjalan, maka pemerintah daerah harusmenjaga kelestarian hutan mangrovetermasuk memelihara jalur hijau (greenbelt) hutan mangrove sesuai peraturanperundang-undangan yang telah ada;sebab berbagai manfaat jalur hijau hutanmangrove baik dari segi fisik, ekologidan ekonomi harus dipertahankanbahkan ditingkatkan.

    c. Disamping silvo-fishery, hutan mangrovedapat dibenahi/ditata untuk kegiatanekoturisme, dengan membangun fasilitasjalan/jembatan bagi pengunjung di dalamkawasan hutan yang dilengkapi dengantempat istirahat dan warung makandimana para pengunjung dapatmenikmati hidangan ikan, udang dankepiting hasil budidaya silvo-fishery.Selain pemerintah daerah dapatmemperluas kesempatan kerja danberusaha bagi masyarakat sekitarnya,juga membuka sumber baru pemasukanpendapatan asli daerah (PAD).

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Febrianto, Fauzi. 2002. Pemanfaatan Sumber-daya Hutan Mangrove Kayu dan Non Kayu.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

    2. Hanafi, Adi. 2002. Pemanfaatan SumberdayaMangrove Melalui Silvo-Fishery, Balai BesarRiset Perikanan Budidaya Laut, Buleleng,Bali.

    3. Inoue, Yasuko Cs. 1999. SustainableManagement Models for Mangrove Forest.The Development of Sustainable MangroveManagement Project, Denpasar.

    4. Kitamura, Shozo Cs. 1997. Handbook ofMangroves in Indonesia. The Development ofSustainable Mangrove Management Project,Denpasar.

    5. Sastroamidjojo, Koestito. 2002. Hutan, TulangPunggung Kehidupan. Majallah IntisariFebruari 2002 No.463 Tahun XXXVIII, Jakarta

    * Widyaiswara pada Balai Diklat KehutananMakassar

    Tambak dengan pola silvo-fishery (Foto: Triana/Dok. WI-IP)

  • 8 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Foku

    s La

    han

    Bas

    ah

    ..... Sambungan dari halaman 5

    Danau Taliwang ...........

    Ceplas ceplosbang DONG

    Diantara 24 jenis burung air yangditemui tersebut terdapat 5 jenis yangdilindungi undang-undang yaitu:Bangau Bluwok (Mycteria cinerea),Burung Kuntul Besar (Egretta alba),Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis), ElangBondol (Haliastur indus) dan UndanKacamata (Pelecanus conspicillatus).Terdapat juga 4 jenis burung yangmerupakan burung migran yaitu:Cerek Kalung Besar (Charadriusdubius), Itik Rumbai (Aythya fuligula),Itik Mata Putih (Aythya australis),Undan Kacamata (Pelecanusconspicillatus). Ini menandakanbahwa Danau Rawa Taliwang cukuppenting sebagai salah satu lokasisinggah beberapa jenis burungmigran.

    Secara ekonomi Danau RawaTaliwang merupakan kawasanpenghasil ikan yang sangat produktifdan menjadi tempat berpijah danmembesarkan berjenis-jenis ikan danudang yang bernilai ekonomi tinggi.Kehidupan masyarakat di sekitardanau sangat tergantung padakeberadaan danau tersebut,

    sebagian besar mata pencaharianmereka adalah nelayan. Selainmenangkap ikan langsung dari danaumereka juga membudidayakan ikandalam keramba terapung.

    Danau Rawa Taliwang mempunyaipotensi wisata alam yang cukupbesar, diantaranya adalah menikmatikeindahan danau dengan perahu,pengamatan burung-burung air,memancing, wisata pendidikan danlain-lain. Potensi wisata ini perludigali dan dikembangkan, denganharapan adanya investor yang maumenanamkan modalnya di kawasan

    tersebut. Pengembangan wisata alamdi kawasan ini tentunya dapatmembuka peluang usaha bagimasyarakat sekitar danau, misalnyadengan menyewakan perahu,membuka warung makan, menjadipemandu wisata dan lain-lain.Keberhasilan pengembangan wisataini tentunya harus didukung berbagaipihak termasuk Pemerintah KabupatenSumbawa.

    * Staf pada Balai Konservasi SumberDaya Alam Nusa Tenggara Barat

    Cangak Merah (Ardea purpurea) danKowak Malam Abu (Nycticorax nycticorax)

    Kuntul Besar (Egretta alba) ditemukandalam jumlah banyak

    nah .. jumpe lagi kite .. pakabar semuanye ?? mudah-mudahan baek-baek yee ...maaf aje, baru bise nongol ... maklum aye sibuk nongkrongin TV same bolak-balik berita di koran(lagunye kayak orang penting aje yee he .. he .. he) ... seru banget nyimak orang-orang pinter padeberdebat ...

    Rase-rasenye nih negare kudunye maju pesat, liat aje wakil-wakil kite pada gebrak meja sakingseriusnya, belum bumbu sedap para komentator, ditambah kutak-katik-nye para orang-orang pinter disegale bidang ... hebatnye lagi di kite nih ngejublek yang katenye pahlawan penegak hukum .... Jadi yakudunye MAJU ... donk ...

    Tapi, kayaknya ade yang kaga beres nih .... kok ... utang malah tambeh banyak, hutan tambeh rusak,koruptor malah merebak, yang kaya tambeh bengkak, yang miskin tambeh merangkak .... Wajar kaga yee kalo aye mulai apatis same yang namanye pahlawan: ekonomi, lingkungan, hukum,moral, dsb .., sementara di sudut sana para pahlawan sejati - para petani & nelayan hampir terlupakan..... kite lupa bahwa mereka punya andil penting dalam mendukung program mencerdaskan bangsa ....

    Jadi yok kite pikirin yang perlu kite pikirin, kerjain yang mestinye kite kerjain, belain yang kudu kitebelain .... kurungin yang wajib kite kurungin ..... insya Allah kite cepet MAJU .... iya donk ...

  • - 9Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 9

    DEWAN REDAKSI

    PenasehatKepala BKSDA Sumsel

    Kepala TN. Berbak

    Penanggung JawabPrianto Wibowo

    (Koordinator BSP)

    Pemimpin RedaksiIrwansyah Reza Lubis (BSP)

    Anggota RedaksiSuryanto Adi Wardoyo (BSP)

    Dandun Sutaryo (BSP)Joko Purnomo (BSP)

    Ferry Hasudungan (BSP)

    BERSEMI SEMERBAK

    Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

    Alamat Proyek Berbak-Sembilang:

    Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3Kel. Lorok Pakjo

    Palembang 30137Sumatera Selatan, Indonesia

    Phone : +62 711 350786Fax : +62 711 350786

    Email : [email protected]://www.bsp.or.id

    Tahun (2001 - 2004)4Kegiatan Konservasi TerpaduLahan Basah PesisirBerbak-Sembilang

    edisi terakhir

    E mpat tahun sudah Proyek Konservasi Terpadu LahanBasah Pesisir Berbak-Sembilang berjalan, selama itu pula kamisetia menghiasi kolom Warta Konservasi Lahan Basah (WKLB)

    dengan berita-berita menariknya dari lapangan.

    Seiring berjalannya waktu tidak terasa di penghujung tahun ini

    tepatnya September 2004, kegiatan tersebut telah selesai. Melalui

    warta ini, kami segenap staff/anggota Berbak-Sembilang Project

    (BSP) mengucapkan terima kasih atas kerjasama, perhatian serta

    dukungan semua pihak atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

    Berakhirnya kegiatan BSP tidaklah berarti selesai tugas bagi kita

    semua untuk memperbaiki, mempertahankan dan meneruskan nilai-

    nilai konservasi bagi keserasian dan kelangsungan hidup manusia dan

    alam sekitarnya. Tapi niat dan usaha itu haruslah terus dipertahankan

    dan dikembangkan hingga generasi-generasi seterusnya.

    Untuk membuka kembali kenangan manis anda dengan informasi-

    informasi dari kegiatan BSP, maka pada edisi pamitan kali ini, sekilas

    kami suguhkan kilas balik 4 tahun kegiatan BSP. Selamat membaca

    dan .. Adios amigos ..

    Kilas Balik

    Foto bersama seluruh personil BSP(2001-2004)

  • 10 - Warta Konservasi Lahan Basah10 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Berbak - Sembilang : Sekilas Kegiatan 2001-2004

    Kawasan lahan basah Berbak (Provinsi Jambi) dan Sembilang (Sumatera Selatan) merupakankawasan lahan basah pesisir yang penting artinya bagi konservasi keanekaragaman hayati diIndonesia, khususnya untuk pantai timur Sumatera. Berbak juga telah tercatat sebagai satu daridua situs Ramsar (lahan basah penting secara internasional) yang ada di Indonesia.

    Kawasan Berbak-Sembilang sebagian besar merupakan rawa air tawar, rawagambut dan hutan bakau yang merupakan habitat bagi sejumlah

    populasi yang terancam punah dan dilindungi. Beberapadiantaranya yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris

    sumatrae), Tapir (Tapirus indicus), Buaya Senyulong(Tomistoma schlegelii), Burung Wilwo (Mysteria

    cinerea) dan Mentok Rimba (Cairina scutulata).Kawasan pesisir pantai Berbak dan Sembilang

    juga merupakan habitat yang penting bagiburung-burung air.

    Melihat besarnya tekanan dan ancamanterhadap kelestarian dua kawasankonservasi tersebut, maka Wetlands Interna-tional - Indonesia Programme denganDitjen. PHKA, Bappeda Jambi dan SumateraSelatan melakukan upaya bersama untukmelakukan kegiatan-kegiatan perlindungandan konservasi yang dituangkan dalam suatukegiatan bernama Berbak Sembilang Project(BSP) yaitu suatu kegiatan KonservasiTerpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang. Kegiatan ini mendapatdukungan dana bantuan/hibah yangdiberikan oleh GEF-Bank Dunia untukperiode 2001 s/d 2004.

    Latar Belakang Kegiatan BSP

    Sedih memang, dikarenakan ketentuan dan keterbatasan

    yang ada .. kegiatan harus berakhir ..

    Namun, setidaknya upaya kecil kami di kedua kawasan

    tersebut bisa menjadi permulaan yang baik bagi upaya-

    upaya pelestarian dan konservasi selanjutnya.

    Tongkat estafet ini haruslah ditindaklanjuti oleh semua

    pemangku kepentingan termasuk masyarakat disekitar

    kawasan Berbak (Jambi) dan Sembilang (Sumatera Selatan).

    Demi tercapainya kondisi kawasan yang lestari dan dapat

    dimanfaatkan secara berkesinambungan ....

  • - 11Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 11

    Berbak - Sembilang : Sekilas Kegiatan 2001-2004

    Konservasi jenis

    Inventarisasi, Pengkajian dan Pemantauan

  • 12 - Warta Konservasi Lahan Basah12 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Berbak - Sembilang : Kilas Balik Kegiatan 2001-2004

    Pemanfaatan secara Berkelanjutan

    Peningkatan kemampuan kelembagaandan masyarakat

  • - 13Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI)

    DEWAN REDAKSI

    Pemimpin RedaksiYus Rusila Noor

    Anggota RedaksiVidya Fitrian

    Indra ArinalAlue Dohong

    Alamat Kantor Proyek CCFPI:

    KalimantanJl. Teuku Umar No 45

    Palangkaraya 73111Kalimantan Tengah

    Tel/Fax: 0536-38268E-mail: [email protected]

    SumateraJl. A. Tholib RT 03 No. 8

    Kel. Pematang SulurKec. Telanaipura

    Jambi 36124Tel: 0741 60431

    BogorWetlands International-Indonesia Programme

    Jl A. Yani No 53 Bogor 16161P.O. Box 254/BOO, Bogor 16002

    Tel: 0251-312189;Tel/Fax: 0251-325755

    E-mail: [email protected]://www.wetlands.or.id

    (Foto:Yus Rusila Noor /Dok.CCFPI)

    Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 13

    Untaian bait di samping adalah sebuah laguyang diciptakan khusus oleh para petani

    pengolah tanah di lahan gambut KalimantanTengah. Lagu yang sarat dengan maknasemangat dan harapan tersebut sengajadiciptakan hanya dalam waktu 15 menit.Mereka adalah sebagian diantara para petanigambut yang mengikuti kegiatan pertukaranpetani dari Sumatera dan Kalimantan.

    Kegiatan pertukaran petani dimaksudkanmembantu para petani lahan gambut untuksaling bertukar pengalaman mengenai praktek-praktek pertanian, yang menguntungkan secaraekonomis serta bersifat ramah lingkungan danberkelanjutan. Bertani di lahan gambut tidaklahsemudah melakukannya di lahan mineral yangrelatif lebih subur. Berbagai literaturmenunjukan bahwa bertani di lahan gambuthanya akan memberikan hasil yang maksimaljika saja para petani mengerti betul perilakudan kharakteristik lahan gambut yang sangatkhas dan kemudian bisa memberikan perlakuanyang tepat untuk menyiasatinya. Pengalamanpara petani mengatakan bahwa dengandidukung keuletan dan kegotongroyongan,hasil maksimal dapat tercapai. Paparanseorang petani melon dari Kalimantan Tengahserta seorang petani sayuran dari Jambi, yangdimuat dalam edisi kali ini, memberikangambaran mengenai hal tersebut.

    Ada hal yang menarik dan menyentuh saatberlangsungnya diskusi mengenai kepentinganlahan gambut bagi kehidupan generasi kini danmendatang serta tingkat kerusakan yangdialami oleh lahan gambut di Indonesia, yangdiantaranya diakibatkan oleh kebakaran hutan.Sebagian petani tradisional beranggapanbahwa pembukaan lahan dengan caramembakar masih dianggap sebagai metodayang paling murah dan cepat. [Kurangnya

    informasi dan keterbatasan alternatif metodapembukaan lahan menjadikan merekakemudian melakukan apa yang dapatdilakukan]. Di lain sisi, sebagian petani lainyang sudah mempraktekkan metoda pertanianyang lebih ramah lingkungan meyakinkanbahwa asal dilakukan dengan benar dantepat, maka pembukaan lahan tanpa bakarpunternyata dapat menghasilkan panen yang tidakkalah baik. Sungguh luar biasa paparan daninteraksi antar para petani tersebut, berbagipengalaman dan pengetahuan tentangkeberhasilan maupun dampak rusaknya lahangambut nampaknya telah menyentuh nuranimereka. Linangan air mata bahagia denganilmu baru yang didapatkan maupunpenyesalan atas cara-cara bertani yangmerusak lingkungan, menjadi saksi tekad barumereka untuk membuktikannya di lapangan.

    Tentu saja tekad luhur para petani di atasharus mendapat dukungan pemerintah, parailmuwan, aktivis lingkungan, pengusaha sertapihak-pihak terkait lainnya. Bila merekadibiarkan meraba-raba mencari jalannyasendiri, sudah pasti terwujudnya gambutbeserta manfaatnya yang lestari hanya akanmenjadi mimpi belaka.

    Simak alunan lagu yang diciptakan kelompokpetani lainnya:

    Mengolah lahan tentu kita senangTanpa membakar dan merusak lingkunganMenyemai tanam berbagai tanamanUntuk masa depan bagi kita semuaMengolah mengolah menanam .MenanamUntuk di hari tua (dinyanyikan denganirama lagu Maju Tak Gentar)

    (Yus Rusila Noor)

    Menjadi Petani Mandiri

    di Lahan Gambut

    Lahan gambut tak dapat kulupa

    Tempat kita belajar bersama

    Siang malam selalu diterpa

    Menjadi petani mandiri

    Menjadi petani mandiri

    Itulah harapan pertukaran petani

    Menjadi petani mandiri

  • 14 - Warta Konservasi Lahan Basah14 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Berita KegiatanCCFPI

    Kerusakan pada lahan gambut dapat terjadi akibatkekeliruan di tingkat penyusun kebijakan atauakibat praktek-praktek pengelolaan yang keliru di

    tingkat masyarakat. Meski demikian, seringkali ditemukanpraktek-praktek pengelolan lahan gambut oleh masyarakatyang secara nyata menunjukkan hasil yang baik bagipenghidupan ekonomi dan kondisi ekologis lahan gambut.Dua fakta yang kontradiktif ini merupakan peluang besardalam upaya pengembangan sistem pengelolaan lahangambut secara bijaksana. Hal tersebut dapat dilakukandengan mengupayakan terjadinya proses saling belajar diantara masyarakat sehingga terjadi penyebarluasan sistempengelolaan lahan gambut yang baik (best managementpractice) ke masyarakat luas.

    Gambaran tersebut di atas antara lain menjadi dasar yangmendorong Wetlands International Indonesia Programmebekerja sama dengan Wildlife Habitat Canada untukmelaksanakan kegiatan pelatihan petani dalam pengelolaanlahan gambut. Pelatihan ini melibatkan tiga komponenutama yaitu wakil-wakil petani dari Kalimantan Tengah,Jambi dan Sumatera Selatan, dan fasilitator yang terdiri dariakdemisi/peneliti.

    Kegiatan yang diselenggarakan dari tanggal 1 sampaidengan 12 September ini diikuti oleh 37 peserta dariSumatera, Jambi, Kalimantan Tengah dan Riau. Kegiatandiskusi dalam kelas dilaksanakan selama 6 hari di Bogor,dilanjutkan dengan kunjungan lapang oleh petani ke Jambidan Kalimantan Tengah selama 6 hari. Hasil diskusi denganpeserta menunjukkan bahwa kegiatan ini secara nyatamenambah wawasan petani mengenai teknik-teknik barudalam pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan pertanianyang lebih ramah lingkungan. (Muhammad Ilman)

    Kunjungan Lapangan ke lahan pertanian di Jambi

    Setelah memperoleh pendalaman materi di Bogor, parapeserta dari Kalimantan bertolak ke Jambi untuk menemuipara peserta dari Jambi dan mengunjungi lahan pertanianmereka. Kunjungan tersebut berlangsung dari tanggal 3-6September 2004. Hal ini dimaksudkan untuk menambahwawasan dan saling bertukar informasi mengenaipengelolaan lahan gambut berkelanjutan.

    Pada tanggal 4 September 2004 dilakukan kunjungan ke DesaSungai mengamati alat persemaian, seperti bedeng tabur, bedengsapi dan camp. Kemudian dilanjutkan ke lokasi lahan pertanianKelompok Tani Rukun damai dan Kelompok Tani Berkat UsahaBaru. Kendala yang dihadapi pada kedua kelompok tani ini adalahsebagian besar tanaman seperti cabe, kacang panjang dansebagainya mengalami kekeringan karena musim kemarau dantidak bisa diperoleh hasilnya secara maksimal.

    Berikutnya ke lokasi lahan pertanian Kelompok Tani Teluk Bahagiadi Desa Sungai Rambut yang sedang mengembangkan tanamanCoklat, Jeruk nipis, Duku, Durian, dan Mangga; serta KelompokTani Mukti Jaya A dan Kelompok Tani Mukti Jaya B yangmengembangkan tanaman Jengkol, Jeruk manis, Mangga, Sawo,Pinang, Pulai dan Karet. Pada umumnya kendala yang dihadapisama yaitu hampir semua tanaman mengalami kekeringan,ditambah rendahnya harga palawija di pasaran, sehinggaberdampak menurunnya pendapatan masyarakat sekitar. Parapeserta lalu diajak melihat Monumen Telaga Lima di Balai TN.Berbak yang terbuat dari tumpukan kayu hasil penangkapanpencurian kayu pada Februari 2004 sebanyak 3000 batang.

    Tanggal 5 September 2004 dilakukan kunjungan ke Desa TangkitBaru, tempat budidaya ikan Patin, Gurame, Bawal dan Tomanserta mengunjungi kebun Nanas yang menghasilkan +15.000buah perhari. Sekitar 300 buah hasilnya dijadikan home industryseperti dodol nanas dan keripik nanas, sisanya dijual ke pasar.

    Kunjungan dilanjutkan ke Desa Tungkal Ilir yang merupakanlokasi lahan pertanian Kelompok Tani Beringin Baru yangmengembangkan tanaman Kelapa, Kacang panjang, Jeruk nipis,

    Pertukaran Petani dalam Pengelolaan

    Lahan Gambut BerkelanjutanPara peserta pertukaran petani dalam pengelolaan

    lahan gambut berkelanjutan (Foto: Lilis H./Dok. CCFPI)

    Kegiatan home industry produksi dodol nanas diDesa Tangkit Baru (Foto: Lilis H./Dok. CCFPI)

  • - 15Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 15

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Cabe rawit, Mentimun, Terong dan Kacang lendir. Hasilpalawijanya cukup sukses di pasaran. Kunjungan terakhirke Dusun Serdang Jaya melihat lahan pertanianKelompok Tani Sumber Jaya yang menanam Kopi.Pinang, Coklat, Terong, Kacang lender, Bayam,Kangkung dan Cabe. Ada beberapa tanaman yangmengalami kegagalan, yaitu Cabe, Bayam dan Kangkungyang tumbuhnya tidak normal. Ini disebabkan oleh tanahyang kurang lembab pada saat pembibitan ditaburkan.

    Dari hasil pengamatan sebagian peserta Kalimantan danRiau, lahan pertanian di Jambi tanahnya sudah cukupbagus hanya masih perlu mendapatkan sentuhanteknologi tepat guna. Kemudian untuk menghasilkanbahan pupuk organik disarankan ada budidayapeternakan sehingga bisa bermanfaat bagi tanaman. (LilisHerlisah)

    Kunjungan Lapangan ke lahan pertanian diKalimantan Tengah

    Pada tanggal 6-10 September 2004 peserta pertukaranpetani yang berasal dari Sumatera (Riau, Palembang danJambi) dan Kalimantan Tengah mendapat gilirankunjungan lapang ke Kalimantan Tengah.

    Hari pertama kegiatan diawali dengan mengunjungi lokasikelompok Tani Harapan Maju yang diketuai oleh Bpk.Dumie Tile di Sei Tatumbu Desa Pulau Kaladan,Kecamatan Mantangai. Di Lokasi ini terdapat kebunSengon dan sawah padi tadah hujan. Saat kunjungankegiatannya adalah penyiapan lahan/tebas untukpenanaman padi pada bulan Oktober. Kebun Sengontersebut seluas 85 ha terlihat terawat dengan cukup baik.Kunjungan disambut baik oleh Bapak Camat.

    Pada hari kedua para peserta berkunjung ke lokasiBapak I Nyoman Made kelompok Tani Tiga Serangkai.Di lokasi Kelompok Tani Tiga Serangkai, peserta jugamenyaksikan demonstrasi pembuatan pupuk organikBokashi yang diperagakan oleh Bpk. I Nyoman Wedadan Bpk. Made Darma. Lokasi kunjungan berikutnyaadalah lokasi milik Bpk. Sunardi dkk di Desa Mantaren II,Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau.Pada lokasi ini para peserta ditunjukkan budidayatanaman Sungkai dengan sistem tumpang sari di lahangambut. Lokasi terakhir hari kedua adalah mengunjungisistem budidaya Karet lokal milik Bpk. I.G.K Djamal didesa Pilang. Seluruh peserta sangat antusiasmempelajari bahan, metode, dan teknik pembuatan pupukorganik yang dipandu oleh Bapak Made.

    Pada hari ketiga dilakukan kunjungan ke kebun Jelutungmilik Bapak Margo di Desa Tumbang Nusa, PulangPisau. Di lokasi ini juga dilakukan kegiatan pembibitanjelutung yang dikelola oleh kelompok tani dengan namaCV Usaha Bersama yang saat ini memiliki 70.000 bibit

    jelutung. Dalam kegiatan pembibitannya petani telahmemiliki pengetahuan yang baik dalam melakukan tahap-tahap kegiatan pembibitan hingga pemeliharaan bibit. Bijiyang dibibitkan berasal dari alam sendiri baik dari hasiljatuh sendiri dari pohon maupun hasil dari panjatan.Teknik perkecambahan yang dikenal oleh masyarakatKalimantan adalah merendam biji selama 24 jam (seharisemalam), kemudian mengecambahkan biji tersebut dalamsebuah wadah yang ditutup rapat dengan kain kasaselama satu minggu. Setelah berkecambah bibit langsungditancapkan ke polybag yang telah disiapkan denganmedia tumbuh gambut murni dan diletakkan pada lahanyang telah diberi naungan dengan persentase cahayasekitar 30%. Setelah itu dilakukan penyiraman bibit dalampolybag sekali sehari pagi atau sore hari. Kemudian bibitdipindahkan ke lapangan untuk ditanam jika telah memiliki4-6 helai daun (umur kurang lebih 6 bulan).

    Para peserta kemudian berkunjung ke lokasi lahanpertanian Bapak Rapingun dimana dilakukan kegiatanwana tani di lahan gambut dengan ditanami Sungkai,Padi, Pisang, Jeruk dan Nanas. Selanjutnya ke lokasismallgrant, dimana pada lokasi ini dikembangkanpeternakan itik oleh kelompok tani bekerja sama denganWI-IP melalui CCFPI. Kunjungan dilanjutkan denganmelihat pengolahan getah karet di kebun karet milik BapakDjamal.

    Di hari keempat peserta melakukan kunjungan ke lokasiBapak Suyandi dan PPL Bpk. Almansyah di KelurahanKalampangan, Kecamatan Sabangau, Kota PalangkaRaya. Di lokasi ini terdapat kebun Melon yang sangatbagus. Lokasi kebun melon ini telah menjadi kebunpercontohan melon bagi petani Kalimantan Tengah.Pemerintah setempat menyambut baik kegiatan pertukaranpetani ini karena dapat bertukar pengetahuan danpengalaman antar peserta.

    Kunjungan dilanjutkan ke Hutan Rawa Gambut di NyaruMenteng, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Ditempat ini para peserta melakukan kegiatan diskusi danrefleksi hasil-hasil yang diperoleh selama melakukankunjungan lapangan, baik di Sumatera maupun diKalimantan Tengah. Dari diskusi tersebut setiap pesertamembagikan setiap hal yang didapat dari acarapertukaran petani yang telah berlangsung 1 - 10September 2004. Dari hasil diskusi dapat disimpulkanbahwa setiap peserta mendapat hal-hal baru dari kegiatanini yang ingin dipraktekkan setelah kembali ke tempatmasing-masing. Disamping juga mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dirasakan masih kurang tepat.

    Malam harinya para peserta melakukan kegiatan makanmalam bersama dan perpisahan di Restoran HotelDandang Tingang Palangka Raya, diisi dengan acarahiburan dan kesan serta pesan dari perwakilan peserta.(AlueDohong/Lilia/Labueni Siboro/WBH)

  • 16 - Warta Konservasi Lahan Basah16 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Kebakaran di Taman NasinalBerbak diduga keras terjadisebagai akibat kelalaian

    manusia yang melakukan berbagaiaktifitas di dalam Taman nasional.Banyak komunitas masyarakat yangsehari-harinya bekerja dan hidup dikawasan yang tergolong zona intiTaman Nasional, misalnya saja paranelayan yang mencari ikan disepanjang sungai Air Hotam Laut.Jumlah anggota kelompok ini bisamencapai ratusan orang pada saatmusim ikan. Selain itu, adapulakelompok masyarakat pencari hasilhutan, seperti getah jelutung, madu,rotan dan lain-lainnya. Diluar itu,adapula kelompok masyarakat yangmemasuki kawasan Taman Nasionaluntuk melakukan pencurian kayu.

    Sewaktu merancang kegiatanrehabilitasi dengan melibatkanmasyarakat yang melakukan kegiatandi dalam kawasan Taman Nasional,muncul pertanyaan kritis, Apakah kitaakan melibatkan masyarakat dalammelakukan rehabilitasi yang berartiakan mengundang masuk masyarakatkedaam Taman Nasional, padahal kitatahu bahwa sebagian besar insidenkebakaran adalah disebabkan olehmasyarakat yang masuk kedalamkawasan, dan menurut Undang-undang tidak dibenarkan masukkedalam zona inti Taman Nasional.Kami sangat menyadari kondisitersebut, namun demikian, tanpaadanya intervensi dari pihak lain, baikditujukan kepada masyarakat maupunterhadap Taman Nasional itu sendiri,maka diperkirakan pemulihan kondisiTaman Nasional akan memakan waktuyang sangat lama, atau bahkan justrumenuju kerusakan yang lebih hebat.

    Dengan berpedoman kepada kondisiyang ada serta argumentasi tersebutdiatas, maka tujuan rehabilitasi diTaman Nasional dirancang untuk:

    Membantu mempercepatpemulihan fungsi Taman Nasionaldengan melakukan intervensimelalui kegiatan rehabilitasi

    Mendidik masyarakat agar lebihbertanggung jawab dan mampumelakukan perlindungan danpelestarian kawasan TamanNasional

    Mengupayakan berbagai kegiatanperekonomian masyarakat yangmelakukan kegiatan di dalamkawasan Taman Nasional.Kegiatan perekonomian dilakukandi desa masing-masing sehinggadiharapkan suatu saat merekaakan memusatkan kegiatannya didesa mereka dan tidak lagimelakukan kegiatan di dalamkawasan Taman Nasional

    Dengan demikian, kegiatan rehabilitasiTaman Nasional dirancang denganmelibatkan kegiatan 1) Rehabilitasi, 2)Pelatihan dan pembinaan masyarakatdalam hal perlindungan tanaman sertapencegahan dan penanggulangankebakaran hutan, dan 3) Usahaperekonomian di desa.

    Disadari bahwa kegiatan yang kamirancang tersebut tidaklahsesederhana kegiatan rehabilitasiyang selama ini berjalan denganmassal, dimana parameter yangmuncul hanya terbatas pada luaslahan, jumlah bibit dan besarnya upahsaja. Melihat berbagai kelemahanyang terjadi di lapangan, kami

    mencoba untuk merancang kegiatanrehabilitasi yang juga melibatkanaspek-aspek sosial, ekonomi, sertahubungan psikologis antara tanamandengan masyarakat yang melakukanpenanaman. Kami mencoba untukmenanamkan kesadaran dan rasamemiliki dari masyarakat danmenekankan bahwa kegiatanpenanaman yang dilakukan tersebutpada akhirnya akan kembali untukkeuntungan dan kepentingan merekasendiri, atau katakanlah untuk anak-cucu mereka di kemudian hari.Ditekankan bahwa kegiatanrehabilitasi akan memberikankeuntungan kepada mereka dalambentuk hasil kayu dan non-kayu daritanaman yang mereka tanam, danlebih jauh juga dalam bentuk berbagaijasa lingkungan yang diberikan olehalam. Rasanya, inilah yangmembedakan antara kegiatan yangkami gagas dengan kegiatanrehabilitasi yang selama iniberlangsung.

    Hal yang juga kami coba tawarkanadalah konsep dimana masyarakatsepenuhnya terlibat dalam kegiatanrehabilitasi, mulai dari prosesperencanaan (penentuan lokasi danjenis pohon yang akan ditanam),penanaman hingga pemeliharaan.Selain pihak masyarakat, keterlibatanpihak Taman Nasional Berbaksebagai pemilik lahan dan pihakHPH PT. PDIW (Putra Duta IndahWood) yang menyediakan bibitrehabilitasi adalah merupakan faktorpenting berjalannya kegiatanrehabilitasi dengan modus baru ini.Memang pada awalnyamenselaraskan langkah dan pemikirandiantara para pemangku kepentingantersebut bukanlah merupakan kegiatan

    Sisi Lain dari Kegiatan Rehabilitasi Hutan

    Bekas Kebakaran di TN BerbakOleh :

    Yus Rusila Noor dan Indra Arinal

  • - 17Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 17

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    yang mudah. Meskipun demikian,melalui dialog yang dilaksanakanterus menerus serta keinginan semuapihak untuk membuka diri, akhirnyaberbagai kesepakatanpun bisa diraih.Peran Proyek CCFPI dalam kegiatanrehabilitasi lebih dibatasi padakegiatan fasilitasi dialog sertapenyediaan dukungan pembiayaan,yang meliputi 1) Biaya kegiatanpokok (pembibitan, penyiapan lahan,penanaman dan pemeliharaan), 2)Pelatihan perlindungan tanaman, 3)Pendampingan kegiatanperekonomian pasca tanam di desa.

    Melalui mekanisme kemitraan,pembiayaan dan kegiatan tersebut,mimpi yang ingin kami raih setelahkegiatan ini berlangsung adalahadanya 1) Tanaman rehabilitasi yangterawat dan tumbuh baik, 2)Masyarakat yang terampil dalammelakukan perlindungan tanaman,dan 3) Unit-unit usaha perekonomiandi desa. Tentu saja mimpi besarnyaadalah bahwa masyarakat tidak lagimemasuki kawasan Taman Nasionalkarena disibukan oleh kegiatanekonomi yang mencukupi kebutuhansehari-hari mereka di luar kawasan.

    Lalu apakah mimpi tersebut telahterwujud? Masih perlu waktu untukmewujudkan mimpi besarnya, tetapiproses untuk menuju perwujudannyasudah mulai terlihat. Dialog, yangmerupakan hambatan utama padatahap awal, kini sudah mulai terwujud.Penanaman sebanyak 14.000 pohonsudah dilaksanakan oleh masyarakatnelayan Pematang Raman dengandukungan bibit yang disediakan olehPT. PDIW. Sayang, karena banjirbesar yang melanda Jambi membuatpohon-pohon tersebut terendamselama 6 bulan dan sebagian besarmati. Penanaman ulangpun kemudiantelah dilaksanakan pada bulanAgustus 2004. Usaha ekonomi telahmulai berjalan. Meskipun belum dalamskala besar, tetapi kegiatan tersebutmulai menyibukan mereka untuk tetaptinggal di desa.

    Kebakaran hutan telah dianggapsebagai bencana yang harus

    ditangani serius karena dapatmerusak tanaman rehabilitasi maupuntanaman ekonomi yang merekatanam. Paling tidak, sasaran untukmenumbuhkan hubungan psikologisantara tanaman dengan masyarakatyang melakukan penanaman telahmulai terwujud. Oleh karenanya,masyarakat sudah berinisiatif untukmembentuk Pam-swakarsapenanganan kebakaran hutan danlahan. Dengan koordinasi danpanduan dari Taman NasionalBerbak, diharapkan bahwamasyarakat kemudian akan menjadigarda terdepan untuk mencegah danmenanggulangi kebakaran.

    Tentu saja kerja belum selesai,tantangan utama yang ada sekarangini adalah bagaimana menghilangkanaroma proyek-isme dalam kegiatanmasyarakat. Bagaimanamenghilangkan cerita lama bahwakegiatan hanya berjalan jika adaproyek selesai proyek bubarlah

    semua kegiatan, dan masyarakatmelaksanakan bussiness as usual.Tantangan ini telah dibicarakansebagai strategi keberlanjutan denganmelibatkan berbagai pemangkukepentingan yang lebih luas. Mimpibesarpun kemudian harusdiperpanjang untuk menjawabpertanyaan bagaimana masyarakatbisa mewujudkan mimpi-mimpi tersebutdengan usaha sendiri, dan proyekhanya meletakan landasan dasarnyasaja.

    Diharapkan, dengan berbagai usahatersebut diatas manfaat yang munculdari program rehabilitasi akan berlipatganda dan berkelanjutan. Denganadanya program pendampinganekonomi, kegiatan rehabilitasidiharapkan tidak hanya berupapenanaman pohon, tetapi jugamenumbuhkan, memelihara dansekaligus memberikan manfaat kepadamasyarakat.

    Skema kegiatan rehabilitasi berbasis masyarakatdi Taman Nasional Berbak, Jambi

  • 18 - Warta Konservasi Lahan Basah18 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Seiring terjadinya kemaraupanjang pada tahun 2004 inimaka sederet masalahpun kini

    tengah berkutat termasuk didalamnyaadalah yang berhubungan denganterjadinya kebakaran hutan dan lahanserta upaya penanggulangannya.Mengapa tidak, karena kekeringan sangatberhubungan erat sekali denganketersediaan air dalam prosesphotosinthesis yang menuju padasensitifitas bahan bakar (baca: tumbuhan)terhadap kemudahannya untuk terbakar.Kurang tersedianya air akan secarasignifikan mengganggu prosesphotosinthesis yang mengakibatkan prosesini akan berjalan timpang dan tidak normalkarena air merupakan syarat mutlakterjadinya proses tersebut. Dampak daritimpangnya proses tersebut sebagai salahsatu contoh adalah daun segar yangakan menjadi layu dan kering serta akanjatuh ke permukaan yang berakibat padaberkurangnya kapasitas penutupan tajukpohon maupun tumbuhan bawahsehingga akan merubah iklim mikro yangterdapat dalam tegakan tersebut. Denganberubahnya iklim mikro tersebut makaproses yang terjadi dibawah tegakanmaupun di bawah tajuk tumbuhanbawahpun akan terganggu. Hal inimenyangkut kehidupan mikroorganismeyang berfungsi untuk mendekomposisidaun, ranting dan bahan bakar hutanlainnya yang terdapat dalam arealtersebut. Proses seperti inilah yangberdampak pada makin sensitifnya bahanbakar terhadap ancaman bahayakebakaran. Gambaran mengenai hal inisudah tampak sejak lebih dari 200 tahunlalu dari apa yang pernah terjadi di Kal-Tim pada tahun 1878 seperti di laporkanoleh Bock (Goldammer, 1996). Zoologis

    Denmark ini yang menjelajahi hutandataran rendah daerah Kal-Tim padatahun 1878 melaporkan adanyakekeringan dan kelaparan yang terjadidalam tahun kunjungannya(Goldammer, 1996). Dia mencatatbahwa sepertiga dari populasi pohonyang terdapat di hutan sekitar muaraKaman di pedalaman Mahakam matikarena kekeringan. Grabobsky (1890)melaporkan bahwa telah terjadikebakaran di dua pegunungan, yaitudi Batu Puno di bagian TengahKalimantan Selatan, yang terjadibeberapa tahun sebelumkunjungannya pada tahun 1881-1884.Kedua pegunungan tersebut habisterbakar. Pada tahun 1914-1915,kebakaran hutan kembali dilaporkanterjadi di Borneo (Kalimantan). Temuancatatan yang dipublikasi di Sabah,menunjukkan bahwa 80.000 ha hutantropis dan lahan gambut terbakarsetelah melalui periode kekeringan.Pada hutan tropika basah, periodekekeringan yang panjang akan secaradrastis merubah perilaku bahan bakardan kemudahannya terbakar. Sekalicurah hujan jatuh dibawah 100 mmsetiap bulan, dan tidak hujan selamadua minggu atau lebih, maka daun-daun pada vegetasi hutan akanmenjadi terpanaskan secara progresifseiring dengan meningkatnyakekeringan.

    Dengan terjadinya kekeringan yangpanjang maka peluang untukmelakukan kegiatan pembakaran

    (legal maupun illegal) akan semakinmeningka. Sehingga resiko kebakaranyang lebih luas dapat terjadi tanpaterkendali dan sulit dipadamkan,karena air yang murah dan mudahmakin sukar untuk didapatkan.Keadaan seperti ini membuat kitaberfikir dan harus mencari solusi untukmencari alternatif lain selain air dalamupaya penaggulangannya.Penggunaan alternatif lain tersebuttentu saja harus mempertimbangkanbanyak hal seperti ketersediaannyadalam jumlah yang cukup, biaya,kemudahan dalam penggunaan dandampaknya terhadap lingkungan.Namun, bagian penting ini sayangnyaselalu tidak diperhatikan dan dianggapjustru sebagai penghambat. Beberapaalternatif yang ditawarkan tersebut kinibermunculan diantaranya adalahdengan menggunakan hujan buatanyang oleh kelompok tertentu dapatdibenarkan (birokrat) sementarasekelompok lainnya (peneliti) tidaksetuju, karena secara ilmiahpenyemaian awan belum tentu akanmeningkatkan curah hujan dan dalamkeadaan apapun penyemaian awantidak dianjurkan sebagai alat/cara untukmemadamkan kebakaran (Burningissues No.1, Mei 2002). Selama lebihdari 50 tahun telah teridentifikasi bahwakondisi-kondisi yang sesuai untukpenyemaian awan jarang terjadi. Jugasulit untuk membuktikan bahwapenyemaian awan telah mengakibatkanhujan secara signifikan. Dalambeberapa kasus, penyemaian awanconvective (awan badai) mungkinmalah mengurangi curah hujan, sertatidak mungkin untuk mengatur dimanahujan akan turun dari awan yang

    Mungkinkah Pemadaman

    Kebakaran Hutan dan

    Lahan Gambut Meng-

    gunakan Air Laut ?

    Oleh: Dr. Bambang Hero Saharjo*Kebakaran lahan gambut

    (Foto: Alue Dohong/Dok. CCFPI)

    Upaya Pemadaman

  • - 19Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 19

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    disemai dan yang lebih menyedihkanlagi adalah bahwa penyemaian awandalam proses hujan buatan dalamkegiatan penanggulangan kebakaranhutan dan lahan dapat dianggapsebagai teknologi marjinal (Burningissues No.1, Mei 2002). Perlu diingatpula bahwa pada dasarnyapenyemaian awan dikembangkanuntuk menghentikan musim kering danmeningkatkan curah hujan, dan parapendukung ide ini tidak pernahmengidentifikasi penyemaian awansebagai suatu metode pengendaliankebakaran. Hal ini mengakibatkanbahwa alternatif lainpun masihdiperkenankan misalnya upayapemamdaman kebakaran denganmenggunakan air laut.

    Untuk melihat apakah penggunaan airlaut dimungkinkan atau tidak dalamupaya penanggulangan kebakaranyang terjadi di lahan gambut, terutamadalam hal dampaknya terhadaplingkungan, maka serangkaianpenelitian di tingkat laboratorium(dalam hal ini laboratorium kebakaranhutan dan lahan) telah dilakukan.Penelitian tersebut dilakukan untukmengetahui dampak air laut yangdigunakan sebagai alat pemadamterhadap kualitas lahan gambut yangdipadamkan tersebut, serta produksikarbon dan gas yang dihasilkanselama pemadaman dilakukan padalahan gambut yang terbakar tersebut.Suatu penelitian terdahulu yangdilakukan oleh Kurniawati (1997) turutmemberi inspirasi terhadap penelitianyang dilakukan ini yang pada intinyamenyimpulkan bahwa anakan sengon(Paraserianthes falcataria) yangdisiram air laut tumbuh lebih baikdaripada yang disiram dengan airtawar.

    Pada penelitian ini gambut yangdigunakan dibedakan berdasarkantingkat dekomposisinya yaitu Saprik,Hemik dan Fibrik yang berasal dariRiau, dengan kualitas gambut (sifat

    kimia) kondisi awal seperti tampakpada Tabel 1. Potensi bahan bakaryang tediri dari bahan bakar kasardan halus dengan potensi yang setaradengan bahan bakar di lapangan yaitu160 ton/ha, kadar air bahan bakaryang bervariasi antara 7,8-9,11 %untuk bahan bakar halus dan bahanbakar kasar antara 10-15 %, danmenggunakan air laut dengan dosis 10liter/m2 atau 100.000 liter/ha, sertadengan efisiensi pembakaran berkisarantara 0,6-0,8. Setelah pembakarandilakukan dan dipadamkan dengan airlaut menggunakan dosis 10 liter/m2,maka kualitas gambut tersebut menjadiseperti terlihat dalam Tabel 2,sedangkan selama pemadamanberlangsung kualitas gas yangdihasilkan serta karbon yang dihasilkanterlihat dalam Tabel 3.

    Sifat kimia gambut segera setelahterbakar dan dipadamkan dengan airlaut menunjukkan adanya peningkatanmaupun penurunan pada haramineralnya dibandingkan dengankondisi sebelum pembakaran. Namunyang jelas pembakaran danpemadaman dengan air laut telah turutmeningkatkan pH, Natrium sertaPosfor, ini tidak berarti bahwa haramineral yang menurun setelahpemadaman akan miskin hara karenaterbukti bahwa hanya kalsium sajayang berada pada kondisi yangrendah sementara yang lain, N-total,Kalium, Magnesium dan Natrium

    berada pada kondisi yang baik (Fauziah,2003). Hal ini dibuktikan dengan uji cobapenanaman pada bekas lahan terbakartadi dengan Sengon (Paraserianthesfalcataria) dan Gmelina arborea yangmenunjukkan adanya pengaruh positifterhadap pertumbuhan tinggi, diameter,berat kering total, nisbah akar pucuk dankadar air tanaman (Sulastri, 2003).

    Sementara itu hasil analisa terhadap gasyang dihasilkan selama pembakaran dandipadamkan dengan air laut menujukkanbahwa nilainya masih berada dibawahbatas ambang baku mutu udara terpolusi,hal ini terjadi karena pemadamandilakukan pada saat proses pembakaranbelum mencapai proses smolderingnamun masih berada pada tahapanflaming (Ismayawati, 2003).

    Dari informasi ini terlihat bahwa secaralaboratorium kegiatan pemadaman padalahan gambut yang sedang terbakardengan menggunakan air laut bukantidak mungkin untuk dilakukan. Hal itumengingat bahwa dampaknya terhadaplingkungan masih berada dibawah batasambang, hanya saja aplikasi di lapanganmenunjukkan bahwa pemadamandengan air laut yang berlebihan akanmengakibatkan terjadinya penurunankualitas lahan bekas terbakar tersebutkarena terjadi pencucian abu hasilpembakaran sehingga tindakanpemadaman harus mempertimbangkanjumlah air yang digunakan sehinggatidak menambah perusakan lingkungan.

    Mungkinkah Air Laut

    Digunakan?

    Tabel 1. Sifat kimia gambut sebelum terbakar

    Parameter Gambut-Saprik Gambut -Hemik Gambut-Fibrik

    pH (H2O) 3,93 3,37-3.49 3,57-4.05

    N-total (%) 2,39 0,92 1,280,30 1,220,18

    P (ppm) 28,234,31 12,47,60 13,579,57

    K (me/100 gr.) 1,050,39 0,760,09 0,510,42

    Ca (me/100 gr.) 6,283,01 3,961,10 1,980,62

    Mg (me/100 gr.) 3,480,48 2,220,66 1,610,58

    Na (me/100 gr.) 1,920,74 1,470,77 3,570,23

    Sumber: Fauziah dan Saharjo (2003)

    ..... bersambung ke halaman 22

  • 20 - Warta Konservasi Lahan Basah20 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Saya adalah seorang petani,yang mengolah lahangambut di Desa

    Kalampangan, Kalimantan Tengah.Selama ini, komoditas pertanian yangsaya tanam terbatas pada jenis-jenissayuran saja. Sering terbersit dalampikiran saya keinginan untukmelakukan usaha tani yangmenguntungkan dan belum pernahdikembangkan, apalagi saat ini kondisiharga sayuran di tingkat petanicenderung merosot terus.

    Setelah mengobrol dengan berbagaipihak dan adanya dukungan teknisdan biaya dari beberapa pihak, sayakemudian memutuskan untukmelakukan penanaman buah melon.Keputusan tersebut saya ambildengan pertimbangan bahwa sejauhini kelihatannya belum ada petaniMelon di Kalimantan, sehingga harusdidatangkan dari Jawa. Sementara itu,saya amati kebutuhan pasar semakinmeningkat dan nilai ekonominyapuncukup menggiurkan.

    Usaha pertama dilakukan denganmenanam sebanyak 500 tanamancontoh dengan sistem mulsa plastikhitam perak. Dengan mengacu kepadaarahan teknis yang diberikan sertakegigihan, ternyata ketekunan yangsaya lakukan membuahkan hasil yangsangat menjanjikan. Buah Melontumbuh dengan sangat baik, dankemudian mendapat pujian dari DinasPertanian Kota Palangka Raya danpara penyuluh lapangannya.Beberapa petani Pulau Jawa yang

    sempat berkunjung ke Kalampanganbahkan juga memuji tingkatpertumbuhan tanaman yang sangatbaik ini.

    Namun rupanya cobaan lain harussaya terima. Pada awal Juni 2004,terjadi hujan deras disertai anginkencang. Curah hujan beserta anginyang sangat tinggi ini mengakibatkantanaman melon mengalami kelayuanpermanen dan mati, karenaperakaran serabut putus-putus akibatterjangan dan terangkat angin.Kesedihan begitu kental menyelimutikami. Sempat terlintas keinginan untukberhenti saja.

    Saya kemudian menyadari bahwahidup saya sebenarnya sangatbergantung kepada hasil pertanian,sehingga kemudian timbul tekad

    kembali untuk tidak putus asa, taksurut langkah, dan pantangmenyerah. Atas kepercayaan dansemangat tersebut, saya kembalimelakukan penanaman Melon. Kali inisaya melakukannya dengan modalsendiri, meskipun masih terusmendapatkan bimbingan teknis dariberbagai pihak. Kerja keras inipunkembali berbuah manis. Buah melonyang manis, segar dan renyahpuntumbuh dengan baik dan siapdipanen. Kabar baik ini rupanyaterdengar pula oleh Walikota PalangkaRaya. Saya sangat bangga danterharu ketika Walikota melakukanpanen perdana Melon di lahan saya.

    Untuk menarik pembeli, sayakemudian mempersilakan parapembeli untuk memetik sendiri buahMelon yang akan dibeli. Nampaknya,terobosan ini disambut baik, terbuktidari banyaknya pembeli yanglangsung datang ke kebun.

    Bertanam Melon di Lahan GambutCatatan Petani di Kalampangan, Kalteng

    Oleh :Suyandi

    Awal yang Menyedihkan

    Buah Optimisme

    ..... bersambung ke halaman 22

    Peserta pertukaran petani dalam pengelolaan lahan gambut secara berkesinambungan(Foto:Dok. CCFPI)

  • - 21Vol. 12 no. 4, Oktober 2004Vol. 12 no. 4, Oktober 2004 - 21

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    Saya adalah petani sayurandari Desa Pembengis Kab.Tanjung Jabung Barat, Jambi.

    Pekerjaan sebagai buruh bangunanyang sebelumnya saya lakoni terpaksasaya tinggalkan karena sulit memenuhikebutuhan hidup keluarga yang terusmeningkat. Dengan bertanam sayuransaya berharap bisa mendapatkanpenghasilan yang lebih baik denganhasil cepat.

    Usaha menanam sayuran saya mulaidengan membeli belukar daerahpasang surut di Enok Dalam KualaEnok Riau seluas 3 ha. Tanahbergambut tersebut dibersihkan danditanami sayuran. Saya tidak perdulikegiatan saya menjadi pusat perhatianorang-orang desa yang umumnyaberkebun kelapa (belum ada yangmenanam sayuran).

    Tidaklah mudah bagi saya sebagaipemula yang tidak berpengalaman dantidak punya pengetahuan tentangbertanam sayuran untuk memulai bertanisayuran. Namun saya tetap yakindengan usaha yang saya kerjakan.Bekerja sambil belajar dari kegagalandan keberhasilan dalam bertanamsayuran membuat usaha saya terusberkembang. Keuntungan setiap panensayuran saya manfaatkan untuk membelikebun kelapa sehingga kebun kelapayang saya miliki mencapai 70 baris (35 ha) serta mampu mempekerjakan 10orang pekerja kebun. Walaupun kebunkelapa sudah luas dan mampu memberihasil mencapai 3 juta/bulan, saya tidakmeninggalkan kebun sayur. Sayamembagi pengalaman dan pengetahuansaya bertanam sayur kepada 30orang petani yang ingin ikut bertanamsayuran.

    Tahun 2000 saya beserta keluargapindah ke Kuala Tungkal, Jambi, demimenyekolahkan anak sulung saya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi(pesantren). Saya sempat menganggurselama 1 tahun karena belummempunyai lahan untuk berusaha tani.Akhirnya saya kembali menekuniusaha tani sayuran setelah membeli 2ha lahan di Simpang Aro DesaPembengis, Kec. Tungkal Ilir Kab.Tanjung Jabung Barat yang kondisitanahnya sama seperti di Enok Dalam.

    Usaha awal seluas 2 anggar (1 ha =36 anggar) tidak berjalan muluskarena pada saat hujan lahan terkenabanjir. Bersamaan dengan itu kebunkelapa saya di Kuala Enok dilandabanjir karena tanggul yang dibuatmasyarakat jebol sehingga produksikelapa menurun, dan harga kelapajuga murah.

    Dengan prinsip tetap semangat danjangan takut gagal saya mulaibertanam sayuran lagi. Hasilpun mulaidapat dirasakan, dari luasan 2 anggarsekarang berkembang menjadi 1 hayang saya kelola dengan sistemtanam bertingkat dan terus menerus.Dari hasil menanam sayuran sayamampu menyekolahkan 3 anak sayadi pesantren (1 orang di Jawa, 2orang di Kuala Tungkal) dan 1 orangmasih di SD.

    Februari 2004 saya dan anggotaKelompok Tani Beringin Barumendapat bantuan dana hibah(Small Grant) dari proyek CCFPIyang dikelola oleh Wetlands Interna-tional - Indonesia Programme.Selanjutnya pada bulan September2004 saya dibawa ikut serta dalam

    kegiatan pertukaran petani gambutKalimantan dan Sumatera. Tidak pernahterlintas dalam pikiran bahwa saya bisabepergian jauh sampai ke Kalimantan.Antara percaya dan tidak, perasaansedih dan gembira semua membaur.Saya sedih karena harus meninggalkankebun sayuran, disaat tanamankekeringan karena adanya musimkemarau, walaupun hanya untuksementara. Rasa gembira tidak bisasaya pungkiri karena seumur-umur barukali ini saya naik pesawat dan melihatIbu Kota Jakarta yang wuaaaahhhh!!!!

    Di Kalimantan saya sangat tertarikdengan tanaman sayuran dan melon diDesa Kalampangan. Walau di musimkemarau dan ditanam ditanah gambuttanaman sayuran dan buah tersebuttetap tumbuh baik. Saya ingin kebunsayur saya juga demikian baiknya.Namun saya tidak bisa berbuat banyakselain menggunakan tenaga saya.Petani Kalampangan sudah mempunyaimodal yang kuat tidak seperti saya.Mereka memakai saprodi lengkap,pupuk kandang dan pompa air. Sayaberharap di suatu saat kelak usahasaya maju dan berkembang sehinggaluasan kebun yang saya usahakanbertambah dan mampu menyerapbeberapa orang tenaga kerja. InsyaAllah

    Perjalanan Panjang Bertani Sayuran(Kesan-kesan dalam mengikutiProgram Pertukaran Petani)

    Oleh :Ponijan

    Biodata

    Nama : PonijanTempat/Tanggal lahir : Kuala Tungkal/ tahun 1956Pendidikan : SD sampai kelas 1Nama isteri : SamiatunAnak : 4 orang (1 putra, 3 putri)Alamat : Desa Pembengis Kec. Tungkal Ilir

    Kabupaten Tanjung Jabung Barat

  • 22 - Warta Konservasi Lahan Basah22 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

    ..... Sambungan dari halaman 19

    Mungkinkah Pemadaman Kebakaran ...................

    Tabel 2. Sifat kima gambut terbakar yang dipadamkan dengan airlaut

    Parameter Gambut-Saprik Gambut -Hemik Gambut-Fibrik

    pH (H2O) 4,3 3,73 3,70

    N-total (%) 0,57 0,08 0,950,23 0,540,07

    P (ppm) 18,634,04 20,734,12 14,772,67

    K (me/100 gr.) 1,030,32 0,620,15 0,430.08

    Ca (me/100 gr.) 2,520,52 3,041,61 1,400,65

    Mg (me/100 gr.) 2,030,55 2,480,79 1,621,29

    Na (me/100 gr.) 4,991,33 3,531,52 2,970,89

    Sumber: Fauziah dan Saharjo (2003)

    Saya sangat menyadari, keberhasilan awal tersebutsangat didukung oleh banyaknya dukungan, bimbinganteknis serta mengobrol dengan para petani lain maupundengan para penyuluh. Untuk itu, sayapun ingin berbagipengalaman mengenai penanaman Melon di lahangambut.

    a. PersemaianKeberhasilan tanaman Melon akan banyak ditentukanoleh mutu benih dan cara persemaian. Sebelumditanam, benih Melon diperam dalam kain basahselama + 12 jam. Setelah berkecambah, benih melondipindahkan dalam polybag untuk proses persemaian.Bibit siap ditanam setalah disimpan di persemaianselama sekitar 10 hari.

    b. Pengolahan tanahSebelum dilakukan penanaman, lahan gambut dicangkulmembentuk guludan memanjang dengan ukuran 1,2 x50 meter, kemudian dibuat parit antar guludan selebar0.5 meter dengan kedalaman parit 0.5 meter.

    c. PenanamanBibit melon ditanam pada guludan dengan ukuran 80

    ..... Sambungan dari halaman 20

    Bertanam Melon di Lahan Gambut ...................

    X 60 cm. Jarak antar baris 80 cm, sedangkan dalambarisan 60 cm. Bibit Melon ditanam satu batang per lubangtanam.

    d. Penggunaan kapur dan pupukUntuk meningkatkan kesuburan, kapur dan pupuk kandangdicampurkan rata pada guludan yang telah dibuat dankemudian dibiarkan selama + 2 minggu untuk inkubasi.Campuran yang disarankan adalah 2 ton kapur/ha dan 10 ton/ha pupuk kandang. NPK dan Grand K diberikan secaraberkala sesuai keperluan tanaman. Kebutuhan pupuk NPK danGrand K dari saat tanam sampai panen sebesar 175 gr. pertanaman.

    e. Pengendalian hama penyakitUntuk pengendalian hama dan penyakit, dapat digunakanfungisida dan insektisida yang ada di pasaran, denganmengikuti saran-saran untuk pengendalian hama terpadu.

    f. PanenPanen melon dilakukan saat berumur sekitar 65 hari atau ketikajaring buah Melon telah terbentuk sempurna dan buah mulaiharum.

    Itulah selintas pengalaman saya dalam melakukan penanamnMelon di lahan gambut. Berhubung panen yang dilakukan barusatu kali, tentu saja masih diperlukan usaha-usaha lain untukmengetahui cara terbaik dan termurah untuk menghasilkanbuah Melon yang baik dan bernilai ekonomi tinggi.

    Gambaran Umum Teknik Budidaya

    Tanaman Melon di Lahan Gambut

    GambutParameter yang Diukur

    Tabel 3. Karbon dan gas yang dihasilkan selama pembakarandan pemadaman dengan air laut (ppm)

    CO2 CO CH4 NOx NH3 O3 C

    Saprik 14,69 2,71 0,15 0,07 0,19 0,16 41,98

    Hemik 15,51 2,87 0,16 0,07 0,20 0,16 44,35

    Fibrik 11,25 2,08 0,12 0,05 0,12 0,12 32,08

    Sumber: Ismayawati dan Saharjo (2003)

    * Kepala Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

  • - 23Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    Intecol InternationalWetlands Conferencemerupakan salah satu forum

    yang sangat penting bagi para penelitidan praktisi dari seluruh dunia untukberbagi ilmu dan pengalaman dalamhal restorasi, rehabilitasi, hydrology,dan ekosistem lahan basah. Kegiatanini dilakukan secara rutin setiap 4tahun sekali di tempat berbeda.Konferensi ke tujuh ini diorganisir olehUtrecht University, dibawah koordinasiThe International Association ofEcology.

    Secara resmi, konferensi dibuka padatanggal 26 Juli 2004 oleh Prof.dr. JosVerhoeven(Utrecth Univerisity) diBeatrix Theatre, Utrecth. Lebih dari900 peserta dan pembicara dariberbagai negara hadir danberpartisiasi di dalam konferensitersebut. Selama konferensiberlangsung, para pesertamendapatkan kesempatan untukbergabung dalam suatu kuliah umum(plenary lecture), parallel symposium,dan contributed paper session. Dalamsesi contributed paper ini, kami (IwanTricahyo Wibisono/Wetlands Interna-tional Indonesia Programme, WimGiesen/ Arcadis Euroconsult, Pietervan Eijk and Pieter Leenman/Waggeningen University)berkesempatan membawakan makalahdengan judul:

    Regeneration and Restoration ofEx-burnt area in Berbak NationalPark, Jambi, Indonesia.

    Presentasi dan diskusitersebut hanya dibatasi dalamwaktu 20 menit. Para pesertayang tidak memilikikesempatan bertanya padasesi diskusi, masih dapatmelanjutkannya padakesempatan lain saatkonferensi maupun diluarkonferensi.

    Konferensi juga menggelarPoster session, dimanaratusan poster dari berbagaiNegara ditampilkan. Sebagianbesar poster-poster tersebutmerupakan hasil suatu penelitian yangterkait dengan lahan basah. Parapeserta dapat bertanya dan berdiskusisecara langsung dengan pemasangposter tentang materi yang ada padaposter tersebut.

    Pada pertengahan konferensi (harike-3), peserta mendapatkankesempatan untuk melakukan fieldtrips/excursions ke beberapa lokasilahan basah di negeri Belanda. Setiappeserta hanya memungkinkan untukmemilih 1 dari 11 paket excursionyang disiapkan panitia. Dalamkesempatan ini, penulisberkesempatan mengunjungi TamanNasional Dwingerlerveld dan TheDrentse Aa.

    Seluruh kegiatan, abstrak, dan bahanpresentasi di konferensi ini juga dapatdiakses melalui www.bio.uu.nl/intecol

    Dalam konferensi ini, forum yangterdiri dari peserta dan panitiamenyepakati terbentuknya suatuwadah yang disebut sebagaiWetland Professional Platform.Forum ini diharapkan mampumewadahi para pihak yang terkaitdengan lahan basah salingberkoordinasi, belajar, berbagiinformasi dan pengalaman, dalamrangka meningkatkan profesionalisme-nya. Secara detail, forum ini dapatdiakses melaluiwww.wetlandprofessionals.org.

    Akhirnya, konferensi ditutup padatanggal 30 Juli 2004 dan diisi dengansuatu diskusi umum tentang resolusifinal konferenasi, serta penyerahanproposal INTECOL WETLANDSCONFERENCE 2008.

    * Wetlands International - IP

    7th Intecol InternationalWetlands Conference

    26-30 Juli 2004Utrecth, The Netherlands

    Sekilas Tentang

    Oleh :Iwan Tri Cahyo Wibisono*

    (Sumber: http://www.bio.uu.n/imtecol/....)

    Berita Kegiatan

  • 24 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Kemarau dan Derita Ikan di Kawasan

    Taman Nasional Danau Sentarum

    (TNDS)

    Oleh:Zulkifli, Msi* dan Dr. Bambang Hero Saharjo**

    Pada tahun 2004 ini musimkemarau tampaknya datanglebih awal dibandingkan pada

    tahun sebelumnya. Pada tahun 2003yang lalu musim kemarau tiba padabulan Juni dan berlangsung selama 4bulan serta berakhir pada bulanSeptember, sementara pada tahun inimusim tiba pada bulan Mei dan hinggasaat ini (September) masih jarang turunhujan. Hal tersebut dapat dilihat darirendahnya frekuensi hujan yang turun didaerah Hulu Kapuas. Rendahnyafrekuensi hujan pada bulan Mei 2004 iniberdampak pada penurunan permukaanair di sepanjang Sungai Kapuas. TNDSyang sebelumnya menerima limpahan airSungai Kapuas pada musim penghujannamun pada setiap kemarau berbalikmensuplai air ke Sungai Kapuassehingga akhirnya berdampak padapenurunan permukaan air di dalamkawasan TNDS itu sendiri.

    Pasang singkat yang terjadi pada tahun2004 ini di dalam kawasan TNDSsesungguhnya sudah dimulai sejak awalOktober 2003 dan berahir April 2004yang lalu yaitu selama 7 bulan. Periodeini jelas memberikan dampak yangsignifikan terhadap ikan terutama dalammelakukan perkembangbiakannya.Namun pasang yang terjadi hanyaselama 7 bulan tersebut ternyata masihbelum cukup untuk membuatpertumbuhan anak-anak ikan menjadidewasa, sehingga ketika musimkemarau tiba merekalah yang palingmenderita sehingga menimbulkan tingkatkematian yang tinggi seperti yang terjadipada awal musim kemarau tahun ini.

    Hal tersebut menjadi kisah nyata danbenar-benar terjadi ketika penulismelakukan kunjungan ke TNDS dalamrangkaian penelitian di kwasan hutankerangas yaitu tepatnya pada bulan

    Mei 2004. Pada saat tersebut kamimenyaksikan jutaan ekor ikan yangmati terkapar dan membusuksementara sebagian lain terlihatmerana dan terperangkap dalam alur-alur sungai kecil yang masihmenyisakan airnya, sementara kondisiair sangat kotor dan keruh sertadibawah terik matahari. Hal tersebutdapat dilihat di Danau Upak Luaryang terdapat di Dusun NelayanSemangit.

    Hasil indetifikasi yang kami lakukanmenunjukkan beberapa penyebabmatinya jutaan ikan tersebut:

    1. Kematian ikan di dalamkawasan danau.

    Ikan-ikan yang mati pada kawasandanau ini pada umumnya ikan-ikanberukuran kecil dan anak-anakikan yang belum mencapaidewasa. Pada saat pasang,ketinggian muka air di danau dapatmencapai kedalaman antara 5-10meter, namun pada saat kemarauterjadi penurunan drastis muka airdanau, yang hanya menyisakanantara 0-50 cm. Perubahan yangamat mencolok ini menyebabkansebagian besar danau mengeringdan hanya sebagian kecil sajayang masih digenangi air. Bagiandanau yang masih menyisakan airberupa alur-alur, yang didalamnyaberkumpul ribuan hingga puluhanribu ikan dari berbagai jenis. Ikan-ikan kecil atau anak ikan yang matipada kondisi ini disebabkan tidakmampu bersaing dengan ikanyang berukuran lebih besar. Jenis-jenis ikan yang umumnyadiketemukan mati di Danau UpakLuar Dusun Nelayan Semangit,antara lain: Ikan Rita (Rasbora

    pauciperforata), Patik (Bagrichthyshypselopterus, Mystus nemurus),Piam (Leptobarbus melanopterus),Menyadin (Osteochilus intermedius),Biawan (Helostoma temminckii),Sepat (Belontia hasseltii), Nuayang(Pseudeutropius moolenburghae)dan Lais (Kryptopterus lais).

    2. Kematian ikan di dalam alattangkap (bubu dan jermal).

    Ikan-ikan yang mati di dalam alattangkap disebabkan beberapafaktor, antara lain; ikan terlalu lamaterperangkap/diambil, alat tangkappenuh sesak dengan ikan dan airdalam kondisi panas karenateriknya sinar matahari. Jenis-jenisikan yang umumnya diketemukanmati, antara lain: Ikan Kerandang(Channa pleuropthalmus), Patung(Pristolepis fasciata), Biawan(Helostoma temminckii), Menyadin(Osteochilus intermedius), dan Lais(Kryptopterus lais).

    3. Kematian ikan di dalam keramba.

    Kematian ikan dalam keramba,khususnya terjadi pada ikan Toman(Channa micropeltes). Kematianterjadi pada ikan yang masihberukuran kecil hingga yangberukuran besar, yang telahmencapai berat diatas 1 kg.Kematian ikan Toman ini disebabkanair sungai menjadi dangkal dankeruh bercampur lumpur. Air sungaiyang keruh disebabkanpengambilan ikan di daerah hulusungai dengan menggunkanberbagai alat tangkap, seperti jala,temilar, jermal dan lain sebagainya.Dalam setiap kemarau kematian ikanToman setiap keramba berkisarantara 60-300 ekor.

    Ber

    ita d

    ari L

    apan

    g

  • - 25Vol. 12 no. 4, Oktober 2004

    Berita dari Lapang

    4. Kematian ikan di dalam kurungannelayan.

    Ikan yang ditangkap oleh nelayan,sebagian ada yang dikurung dansebagian lagi diolah. Umumnya ikanyang dikurung berukuran kecil.Kematian ikan yang dikurung tersebutdisebabkan oleh ikan yang dikurungjumlahnya terlalu banyak dan ikantidak diberikan pakan. Jenis-jenis ikanyang umumnya diketemukan matiantara lain; Ikan Menyadin (Osteochilusintermedius), Seluang (Rasborakalbarensis), dan Patik (Bagrichthyshypselopterus, Mystus nemurus).

    Kematian berbagai jenis ikan darikeempat sumber tersebut berdampakpada lingkungan sekitar diantaranya baubusuk yang menyengat di sekitar danaudan sepajang alur sungai. Selain itu,bau busuk ini juga kemudian dapatmemacu kematian ikan-ikan lainnya.

    Disatu sisi kemarau memang akanmenyebabkan kematian berbagai jenisikan, tetapi disisi yang lain juga akanmemudahkan nelayan dalam rangkamemanen ikan. Ikan-ikan yang dapatdipanen nelayan dari alur-alaur danauyang mengering antara lain; ikanBiawan (Helostoma temminckii), Lais(Kryptopterus lais), Kerandang (Channapleuropthalmus), dan ikan Toman(Channa micropeltes). Ikan-ikan yangterlambat dipanen oleh nelayan daridanau yang semakin mengering lambatlaun juga akan mati, andaikan musimpenghujan tidak segera tiba. Ikan-ikanyang dapat diperoleh dari sungai-sungaiyang mendangkal antara lain ikan Tapah(Wallago leeri), Belida (Notopterusborneensis) dan Baung (Mystusnemurus).

    Semakin lama kemarau terjadi makaakan menyebabkan semakin banyakikan yang akan mati di dalam danau-danau di kawasan TNDS, karenaalur-alur danau juga pada akhinyaakan mengalami kekringan.

    Masih adakah manfaat ikan yangmati?

    Ikan-ikan yang mati, masih ada yangbisa dimanfaatkan dan sebagian adajuga yang tidak. Ikan-ikan mati yangberasal dari alat tangkap jermal danyang berasal dari kurungan nelayan,dimanfaatkan oleh para nelayan untukpakan ikan Baung (Mystus nemurus),Tapah (Wallago leeri) dan Lele(Clarias batrachus). Untuk ikan tomanyang baru diketemukan mati, masihbisa dimanfaatkan untuk diolahmenjadi ikan asin. Namun untuk ikan-ikan yang mati di danau tidak dapatdimanfaatkan sama sekali karenaterlalu jauh untuk diangkut pulanguntuk dijadikan pakan ikan.

    Pemeliharaan Ikan Baung dan Tapahdilakukan hanya sementara waktusampai dengan datangnya pedagangpembeli ikan tersebut. Kedua ikantersebut didapat para nelayan padasaat musim kemarau dari alat tangkaptemilar dan pancing utas (ngambai).Sedangkan Ikan Lele tidak banyakdipelihara oleh perkampungannelayan yang lain seperti yangdilakukan dusun nelayan di sepanjangSungai Leboyan. Sehingga diperkampungan-perkampungantersebut, ikan-ikan yang mati tidaktermanfaatkan (misal pakan lele), dankemudian hanya dibuang ke sungai-sungai yang masih mengalir.

    Mengapa kemarau tahun ini datanglebih cepat?

    Datangnya kemarau lebih cepat padatahun 2004 ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya diduga karenarendahnya curah hujan serta semakinberkurangnya hutan di dalam kawasanpenyangga dan di dalam kawasan TNDSyang salah satu fungsinya adalahmengatur tata air (hidroorologis).Rendahnya curah hujan atau terjadinyapergeseran musim panas di daerahkhatulstiwa merupakan dampak dariperubahan iklim global. Semenjak tahun1990an kawasan TNDS telah mengalamibanyak perubahan iklim, terutama saatkemarau yang bulannya sudah tidak bisadiprediksikan lagi setiap tahunnya.Kemarau yang menyebabkan terjadinyakekeringan di kawasan TNDS yangsebelumnya terjadi hanya dalam tempowaktu 2 3 tahun sekali, pada 2 tahunterakhir terulang setiap tahun.

    Selain karena perubahan iklim, maraknyapenebangan kayu dikawasan penyanggadan di dalam kawasan TNDS yang dimulaisejak tahun 2000 hingga tahun 2004 initurut memacu degradasi sumberdayahutan yang salah satu diantaranyamempunyai fungsi mengatur tata air.Sebagai contoh, beberapa dusun nelayanyang terdapat di sepanjang SungaiLeboyan, pada 2 tahun terakhir mulaimembuka peluang kepada cukong-cukongkayu untuk membuka unit-unit penergajiankayu (sawmill) diwilayahnya, sepertiDusun Nelayan Semangit, Semalah,Tempurau dan Meliau. Kemaraumerupakan kejadian alam namun saat inisemakin diperparah oleh ulah manusiayang menguras sumberdayanya. Melihatkenyataan yang sedang terjadi di TNDSini tampaknya akan sangat sulit untukmenduga saat tibanya musim kemarau,karena faktor penyebabnya akan semakinkompleks. Berbarengan dengan haltersebut maka akan makin sengsara pulajutaan ikan yang menjadi bagian darieksosistem danau tersebut yang padaakhirnya tentu saja akan berdampak pulakepada manusia yang berinteraksilangsung maupun tidak langsung denganeksosistem danau tersebut.

    * Yayasan Konservasi Borneo, Kalbar** Fakultas Kehutanan IPB

    Taman Nasional Danau Sentarum (Foto: Dok. WI-IP)

  • 26 - Warta Konservasi Lahan Basah

    Ber

    ita d

    ari L

    apan

    g Orang Utan,Mungkinkah Ada di TN Sembilang ?

    Oleh :Muhammad Iqbal

    Misteri Orang pendek

    Ketika berdiskusi denganpenduduk lokal di pemukimannelayan Terusan Dalam pada

    2 Juli 2004 yang lalu, tim pemantauanke 10 TN Sembilang mendapatlaporan bahwa baru-baru ini di huluSungai Terusan Dalam di dekat bekasBasecamp HPH PT Wana KayaLestari ditemukan Orang utan. Merekamenyebutkan bahwa Orang utanyang mereka maksudkan tersebutadalah monyet atau kera besarberwarna merah. Selain Orang utantersebut, beberapa dari wargatersebut melaporkan bahwa di sekitarlokasi tersebut juga terdapat Orangpendek. Tentu saja diskusi ini menarikkarena hampir semua peserta diskusiini larut menceritakan Orang pendektersebut dan hampir semua ceritatersebut mengarah kepada dunialain.

    Diskusi ini tampaknya akan berlalubegitu saja jika saja penulis tidakpernah membaca buku yang pernah

    dikirim oleh rekan dari PILI (PusatInformasi Lingkungan Indonesia)kepada penulis mengenai KondisiOrang utan di Awal Abad ke 21 yangditulis oleh Erik Meijaard et al. (2001).Rasanya mana mungkin Orang utanada di TN Sembilang, karena Orangutan umumya identik denganKalimantan. Kalaupun ada laporanmengenai Orang utan di Sumatera,biasanya hanya terbatas padadaerah-daerah utara di Sumateraseperti di Taman Nasional GunungLeuser.

    Selama dekade pertama abad ke 20,laporan-laporan tentang makhlukmisterius yang tinggal dihutan yangdinamakan Orang pendek mulaimuncul di surat kabar lokal, juga diDe Tropische Natuur. Orang pendek

    biasanya digambarkan bertubuhpendek (tinggi 80-110 cm), berambutagak pendek, berwarna coklat tuaatau hitam, tubuhnya coklatkemerahan, dan rambut kepala ataubelikat tergerai sepanjang sisipunggung. Jika ditemui secarakebetulan, binatang ini kelihatansangat pemalu, dengan lengan yangpanjang luar biasa. Seorangpengamat melihatnya memanjat ataudilaporkan berjalan di permukaantanah, menghilang di hutan yang lebatdan selama melarikan dirimengeluarkan suara mendesis atausuara seperti hoe, hoe.

    Walaupun banyak penulis secarategas menyangkal kemungkinanbahwa makhluk yang merekagambarkan adalah seekor Orangutan,