violet wings bab 1 n 2

22

Upload: ufuk-fiction

Post on 13-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

baca nyuks

TRANSCRIPT

Page 1: Violet wings bab 1 n 2
Page 2: Violet wings bab 1 n 2

Kepada Per i, Jin, Jembalangdan Manusia teman mereka

Page 3: Violet wings bab 1 n 2

Prolog

Tidak ada pohon yang tumbuh di dunia Tirfeyne. Tetapi, di sana terdapat banyak semak t inggi dan beraneka macam jenis bunga yang sebagian besar tumbuh juga di bumi. Rumah-rumah dibangun dari bahan batu dan logam, bukan dari kayu.

Tirfeyne dihuni oleh bangsa peri, jin, dan bajang. Penghuni lain adalah pixie, troll, dan jembalang—tetapi mereka t idak hidup di Feyland, melainkan di negeri masing-masing.

—Orville Gold, jin ahli sejarah Feyland

Kembali ke masa ketika aku masih berumur sembilan

tahun, ketika orangtuaku menghilang.

Awalnya mudah saja memercayai bahwa mereka

akan pulang besok atau besoknya lagi. Lagi pula, mereka

kan cuma pergi untuk mencari kakakku, Jett. Tetapi ini

Page 4: Violet wings bab 1 n 2

sama sekali tidak luar biasa. Jett kelihatannya memang

tidak pernah jauh-jauh dari masalah, kendati aku tidak

pernah benar-benar yakin masalah apa yang selalu

menimpanya. Dan tentu saja dia tidak pernah bilang

kepadaku ke mana dia pergi dan untuk apa.

Ini bukan untuk pertama kalinya guruku, Beryl

Danburite, menjagaku. Orangtuaku selalu memanggilnya

kalau mereka mau pergi lebih dari beberapa jam saja.

Aku tidak senang ada guruku menjagaku di rumah,

tetapi tidak ada yang menanyakan pendapatku. Dulu,

dia bahkan pernah menginap di rumahku seminggu.

Kali ini dia akan menginap di rumahku selamanya.

Pada hari aku diberitahu bahwa orangtuaku tidak

akan pulang lagi, aku sedang duduk di sudut tenggeran

yang agak tinggi sambil melihat-lihat buku Bumi

milik keluargaku. Buku itu tentang pohon-pohon. Aku

senang melihat gambar-gambarnya yang mengilap dan

menghafal bentuk-bentuk daunnya.

Miss Danburite tidak setuju. Setiap kali dia melihat-

ku membacanya, dia akan bilang bahwa Bumi adalah

tempat yang berbahaya, dan manusia adalah makhluk

yang membingungkan. Tetapi dia tidak pernah benar-

benar menyuruhku untuk menutup buku itu.

Aku sedang melihat sebuah gambar pohon cemara

biru ketika aku mendengar sebuah ketukan keras pada

Page 5: Violet wings bab 1 n 2

pintu rumah kami. Aku meletakkan buku itu dan berlari

untuk membuka pintu, sayapku gemetar.

Sosok asing berdiri di ambang pintu, sesosok

jin ceking dengan mata seperti manik-manik garnet

menatapku dari balik hidung kentangnya. Kulitnya

jingga dengan bercak-bercak keemasan, rambutnya

berwarna kuningan kotor. Pada pergelangan tangannya

dia mengenakan sebongkah besar batu permata rubi.

“Selamat malam,” katanya dengan suara serak.

“Aku Penasihat Wolframite. Kau Zaria Tourmaline?”

Aku mengangguk.

“Aku boleh masuk?”

Sesaat aku berniat untuk membanting pintu itu.

Mungkin jika aku tidak membiarkannya masuk, berita

itu pun tidak akan masuk. Aku takut, karena hanya

berita mengerikanlah yang membuat penasihat datang

ke rumah kami.

“Zaria?” Miss Danburite memanggil. “Siapa yang

di luar?”

Aku tidak bisa menyebutkan namanya, kendati

sebenarnya aku ingat betul.

Sesaat kemudian, Miss Danburite bergegas masuk.

Ketika dia melihat jin itu, sayap jingganya bergetar seperti

sayap anak-anak yang ketakutan. Aku belum pernah

melihatnya tidak dapat mengendalikan sayapnya.

Page 6: Violet wings bab 1 n 2

“Selamat malam,” kata jin kurus itu lagi.

“Selamat malam, Penasihat.”

“Aku ke sini untuk membicarakan Zaria denganmu.”

Dia melihat ke bawah, padaku sekali lagi, setelah itu

dia hanya memandang Miss Danburite. “Aku prihatin

sekali,” katanya, “tetapi orangtuanya sudah dinyatakan

indeterminum detu.”

Kendati aku masih kecil, aku tahu arti istilah dalam

bahasa kuno itu. Pergi, tidak akan pernah kembali.

Rasanya sebuah jendela terbuka pada malam hari di

dalam hatiku. Gelap tanpa bintang, dan sangat dingin

udaranya.

“Kami yakin mereka ditangkap oleh manusia,”

lanjut Penasihat itu. “Terakhir kalinya, mereka terpantau

sedang keluar dari gerbang yang menuju Bumi.”

“Tetapi mereka…” kata Miss Danburite.

“Mereka sudah pergi satu bulan. Dan kami

harus memutuskan sesuatu tentang putri mereka.” Dia

menyentuh batu rubi pada pergelangan tangannya. Aku

melihat sebuah mahkota terukir pada batu tersebut.

“Aku harus bertanya kepadamu, Miss Danburite. Kau

mau menjadi walinya?”

“Saya tidak mengerti,” sahut Miss Danburite

“Orangtua Zaria menunjukmu sebagai walinya jika

mereka wafat,” kata Penasihat.

Page 7: Violet wings bab 1 n 2

Aku mendongak ke arah Miss Danburite dan

menantinya untuk mengatakan bahwa mereka salah

perkiraan, bahwa orangtuaku belum wafat, hanya

terlambat pulang. Tetapi ketika dia tidak mengatakan

apa pun, jendela hatiku terkuak lebih lebar sehingga

malam masuk dengan lebih leluasa.

Penasihat itu mengernyit. “Miss Danburite?”

“Dia tidak punya kerabat?” tanya Miss Danburite.

“Zaria tidak mempunyai saudara dekat,” jawab

Penasihat Wolframite. “Keluarganya benar-benar tidak

beruntung.”

Mata Miss Danburite yang berwarna kuning pudar

menyala sekejap lalu berair. Untuk beberapa saat dia

berdiri diam, mulutnya cemberut.

“Orangtuanya menunjukmu,” kata Penasihat.

“Mungkin karena kau tidak mempunyai anak.”

Suara Miss Danburite meninggi, seperti yang

kadang-kadang dilakukannya di dalam kelas. “Umur

saya dua ratus delapan belas tahun,” katanya. “Anda

meminta saya untuk pindah ke Galena demi mengurusi

peri yatim-piatu?”

Peri yatim-piatu. Apakah itu aku?

“Dia tidak punya siapa-siapa lagi.”

Page 8: Violet wings bab 1 n 2

Miss Danburite menelan ludah dan mengerjapkan

matanya, lalu mengendalikan sayapnya. “Baiklah,”

katanya.

“Terima kasih.” Penasihat Wolframite membungkuk

kepadanya. “Aku akan kembali lagi besok untuk

mengesahkanmu sebagai wali Zaria.”

Miss Danburite tidak membungkuk. Dia juga tidak

mengucapkan salam perpisahan, jadi aku juga tidak

melakukannya.

Setelah Penasihat pergi, Miss Danburite menatapku.

“Kau mengerti, Zaria? Aku akan tinggal di sini

bersamamu sampai kau dewasa.”

Aku ingin bicara tetapi badanku dingin sekali

rasanya.

“Aku ikut berduka cita,” kata Miss Danburite. “Ayah

dan ibumu tidak akan pulang. Kakakmu juga hilang.”

Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, terjadilah

suatu yang mengagumkan. Aku merasa seakan-akan

ada sehelai tirai muncul di dalam hatiku, terbuat dari

tenunan sesuatu yang kuat dan berat sehingga dapat

menutup jendela malam itu.

Miss Danburite menghela napas. “Aku akan

berusaha untuk menjadi wali yang baik bagimu. Jangan

bikin jengkel aku, ya.”

Page 9: Violet wings bab 1 n 2

Tirai itu kian menebal. Semakin rapat tirai itu menu-

tup, semakin pudar juga kenanganku pada keluargaku

yang hilang. Dan, aku menatap Beryl Danburite tanpa

merasakan apa pun juga.

*

Page 10: Violet wings bab 1 n 2

10

Page 11: Violet wings bab 1 n 2

11

LIMA TAhUn KeMUDIAn

Manusia salah mengert i tentang sihir makhluk gaib; manus ia ke l ihatannya percaya bahwa sihir entah bagaimana dapat mengubah kekuatan jasmani. Kenyataannya, makhluk gaib sama rentannya dengan manusia. Kekuatan sihir t idak dapat melindungi kami dari pisau, peluru, atau ledakan. Kami biasanya bergerak cepat untuk menghindari anak panah atau pisau, tetapi hanya mereka yang paling gesit di antara kamilah yang mampu menghindar dari terjangan peluru.

Ket ika pertama kali seorang manusia me-nembak makhluk gaib, dewan penasihat Feyland langsung mengeluarkan maklumat bagi makhluk

1

Page 12: Violet wings bab 1 n 2

1�

gaib, yang isinya memerintahkan agar semua penghuni alam gaib untuk t idak memperlihatkan diri kepada manusia

—Orville Gold, jin ahli sejarah Feyland

Temanku Leona jarang sekali gemetar, tetapi ketika

melewati Gerbang Galena yang besar itu untuk pertama

kalinya, sayap peraknya bergetar seperti cermin yang

tidak rata. Andalonus berjalan tepat di belakangnya,

tidak dapat menahan diri untuk tidak terus menerus

melanting ke atas ke bawah. Poni birunya melambai-

lambai di sekitar kepalanya.

Kebetulan Meteor melayang di sampingku, tetapi

di pintu gerbang dia berhenti. “Kau duluan, Zaria,”

katanya, matanya berkilauan seperti batu zamrud yang

dipotong dengan baik.

Meluncur melewati pilar-pilar ajaib yang melindungi

Galena, aku tidak dapat menghentikan getaran sayapku.

Aku kelewat gembira.

Kami semua terpaksa untuk menunggu sampai

seluruh anggota kelas kami mencapai umur empat

belas tahun, sebelum salah satu dari kami boleh

pergi ke Oberon City. hukum yang menjengkelkan dan

Page 13: Violet wings bab 1 n 2

1�

bodoh, namun, seperti juga semua hukum di Feyland,

dijalankan dengan disiplin. Kami telah terperangkap di

Galena—tempat tinggal bagi bayi-bayi, balita, dan anak-

anak—hingga aku, Zaria Tourmaline, murid termuda di

kelas kami yang jumlah muridnya lima puluh peri dan

jin, berumur empat belas tahun.

Aku prihatin karena telah menyebabkan empat

puluh sembilan peri dan jin lainnya menanti hingga aku

berulang tahun. Jika saja aku bisa mempercepatnya,

aku akan dapat merayakannya bersama Andalonus

ketika dia berulang tahun lima minggu sebelum ulang

tahunku.

Begitu aku melewati gerbang itu dan memasuki

Oberon City, guru kami, Mr. Bloodstone, memerintah- City, guru kami, Mr. Bloodstone, memerintah-

kan kami untuk berjalan kaki. Bayangkan, berjalan

kaki! Seolah kami akan mengalami kecelakaan jika kami

terbang. Ini benar-benar tidak masuk akal, karena kami

semua telah bisa terbang sejak kami berumur empat

tahun.

Kaki kami menyentuh lapisan batu granit yang keras

dan bukan pasir lembut yang terhampar di Galena demi

keselamatan. Kami harus menengadahkan kepala kami

untuk melihat gedung-gedung itu. Wah, hebat sekali

gedung-gedung itu! Di Galena, semua bangunan dibuat

rendah di atas tanah, untuk mencegah peri-peri dan jin-

Page 14: Violet wings bab 1 n 2

1�

jin muda terluka. Tetapi di Oberon City kubah-kubah

indah menjulang di sekitar kami, perak, emas, platina,

dan tembaga berkilauan. Di antara kubah-kubah, aku

dapat melihat menara-menara kokoh bertabur mutu

manikam.

Sambil memekik kegirangan, Portia Peridot melayang

setinggi lima rentangan sayap sebelum Mr. Bloodstone

berteriak padanya. “Tetap di tanah, Portia, kalau tidak,

kuikat sayapmu!”

Portia turun terlalu cepat sehingga mungkin

lututnya memar karena mendarat di atas jalan keras. Dia

terpincang-pincang, sementara sayap hijaunya terkulai.-pincang, sementara sayap hijaunya terkulai.

Aku mendelik ke punggung Bloodstone. Dia memang

suka begitu, walaupun kami sudah berada di Oberon City,

tetap saja dia memperlakukan kami seperti anak kecil.

Mr. Bloodstone memandu kami melalui sebuah

gerbang melengkung dari pualam dan memasuki sebuah

stasiun pengamatan yang dipenuhi oleh peri-peri dan

jin-jin dewasa. Dengan mengabaikan mereka, Bloodstone

menggiring kami ke ruangan yang terpisah.

Seperti anak-anak balita melihat asap berwarna,

kami menatap dengan terpesona. Bilik-bilik dari kristal

sebening air hujan termurni, menjorok keluar dari

dinding barat. Setiap bilik berisi sebuah teropong, sebuah

alat ajaib yang dapat melihat Bumi dari dunia kami.

Page 15: Violet wings bab 1 n 2

1�

Kami di sini diizinkan melihat untuk pertama kalinya

tanah antah berantah yang didiami manusia. Kami juga

akan melihat ibu peri, yang menjaga bayi perempuan,

dan bapak jin, bagi bayi laki-laki, memberikan hadiah

atas kelahiran seorang bayi.

Meteor berada di depanku. Aku melihatnya

melangkah memasuki sebuah bilik lalu menempelkan

matanya pada terepong sementara Bloodstone berdiri di

dekatnya dengan senang. (Mungkin Meteor jin paling

cerdas yang pernah menjadi murid Bloodstone, sehingga

Bloodstone menganggap Meteor sebagai jin terhebat

yang pernah ada)

Ketika Bloodstone melambaikan tangannya ke

arahku, aku sama sekali tidak mengira bahwa setelah

itu kehidupanku akan berubah selamanya.

Dengan lembut aku menekankan dahi pada tempat

yang sudah disediakan di atas mata teropong itu. Selama

beberapa saat, aku hanya melihat pohon-pohon dan

langit. Sambil mengamatinya aku merasakan dorongan

aneh untuk melompat keluar dari bilik dan mencari

portal menuju Bumi. Aku ingin melayang ke langit itu,

serta menyentuh dedaunan itu dengan ujung jemariku.

“Carilah bayi yang akan kau amati di Bumi, Zaria,”

kata Bloodstone di telingaku. Bisa tidak sih dia berada

jauh dari bilik ini?

Page 16: Violet wings bab 1 n 2

1�

Aku menyentuh sebuah tombol yang menyalakan

sederetan petunjuk ke arah sesosok bayi manusia yang

terbungkus selimut lembut bewarna kuning. Kulit bayi

itu cokelat, sedikit lebih terang daripada kulit Meteor,

rambutnya seperti gumpalan jerami lurus mirip rambut

kurcaci. Kelihatannya manusia tidak punya banyak pilihan

dalam hal warna kulit dan rambut. Aku melihat mata bayi

itu bercahaya, kaki kecilnya menendang-nendang, dan

jemari mungilnya merapat membentuk kepalan kecil.

Sebuah genta berdentang menandakan kesempatan

yang membawaku ke sini untuk mengamati: pemberian

sifat kepada bayi manusia—kesempatan bagiku untuk

melihat sosok ibu peri beraksi.

Aku melihat sebuah hadiah bergerak turun,

mengambang seperti kabut, lalu mendarat pada kulit

bayi itu. Walaupun aku tidak ingin tahu, tetapi kekuatan

sihirku mengatakan kepadaku bahwa hadiah yang akan

dimiliki bayi itu adalah perasaan ingin tahu yang tidak

terlalu besar.

Mata bayi itu meredup.

Aku tidak mengerti. Mengapa ibu peri tersebut

memberikan hadiah semacam itu? Bagiku itu bukan satu

hadiah sama sekali, bahkan lebih mirip sebuah kutukan

yang merampas kebaikan.

Page 17: Violet wings bab 1 n 2

1�

Aku menyipitkan mata ke arah bilik di samping

bilikku. Aku melihat ibu peri bayi itu bertengger di

sana. Wajah pipihnya berpaling dari anak walinya tanpa

menengok lagi ke belakang. Sebelum dia meninggalkan

bilik itu, dengan jelas aku melihat rambutnya yang

berwarna kunyit di kepang dengan untaian pengantin.

Ujung hidung rampingnya turun, dan sayapnya putih.

Sikuku menyentuh pipa teropong sehingga aku tidak

dapat melihat bayi itu lagi. Aku mencoba untuk melihat-

nya lagi. Teropong itu bergerak-gerak, dan selanjutnya

aku melihat gambar seorang remaja putra yang kira-kira

sebaya denganku. Warnanya sangat mencolok, sehingga

bisa saja sebenarnya dia jin: rambut merah keemasan

yang menyala seperti api, mata seperti kacang hazel

dengan cahaya kekuningan. Teropong itu menangkapnya

tepat ketika dia sedang menatap ke arahku juga. Aku

terlonjak, menabrak teropong itu hingga terjatuh.

Wajah berkulit kelabu Mr. Bloodstone mengerut

ketika bibirnya membentuk seringai yang sudah kukenal.

“Kau akan terbiasa dengan pemandangan seperti itu,”

katanya.

Itu merupakan salah satu kebohongan terbesar yang

pernah diucapkan kepadaku.

*

Page 18: Violet wings bab 1 n 2

1�

Sejak maklumat t idak-kasat-mata dilaksanakan, salah persepsi manusia terhadap makhluk gaib semakin menjadi-jadi. Misalnya, ket ika manusia menceritakan peri dan jin dalam buku-buku, mereka t idak hanya menampilkan peri-peri bet ina dan jin-jin jantan, melainkan juga peri jantan dan jin bet ina. Sungguh absurd.

Peri adalah makhluk gaib bet ina; sedangkan jin selalu jantan. Peri bersayap, sementara jin memiliki kekuatan sihir dan berkaki kuat, namun kedua jenis itu dapat terbang dengan kecepatan yang sama.

Agaknya manusia yakin bahwa peri bertubuh mungi l sementara j in besar sekal i. Padahal kenyataannya t idak demikian. Baik peri maupun

2

Page 19: Violet wings bab 1 n 2

1�

j in setelah dewasa rata-rata t ingginya antara seratus lima puluh sampai sekitar seratus delapan puluh sent imeter, sepert i manusia.

—Orville Gold, jin ahli sejarah Feyland

Setelah keluar dari bilik pengamatan, aku mencoba

melupakan ibu peri yang sinis dan bayi yang di bawah

perlindungannya itu. Satu-satunya yang ingin kuingat

hanyalah Bumi. Aku masih merindukan berada di antara

pepohonan yang pernah kulihat, benar-benar berada di

antara pohon-pohon itu, bukan sekadar melihat mereka

dari dunia lainnya melalui lensa bertabur berlian.

Tetapi menurut hukum, aku harus sudah berumur

enam belas tahun dan terdaftar pada Dewan Penasihat

sebelum boleh melakukan perjalanan, meskipun hanya

sekali saja, ke Bumi.

Aku tidak bisa membayangkan harus menunggu

dua tahun lagi.

“Bagaimana?” aku berbisik pada teman-temanku.

“Kusangka seru, tapi ternyata yang kulihat hanya

bayi tanpa rambut,” gerutu Leona. “Mungkin akan

berbeda kalau aku memiliki anak manusia yang harus

kujaga sendiri.”

Page 20: Violet wings bab 1 n 2

�0

Aku ingin tahu mungkinkah teman-temanku juga

mendapat kisikan dari kekuatan sihir mereka mengenai

hadiah yang diberikan kepada bayi manusia yang mereka

amati. Aku membuka mulut untuk bertanya, namun

Andalonus menyikutku.

“Kudengar Bloodstone bilang kau terkena serangan

Bumi-mania.”

“Apa?” aku mendongak dan menangkap mata

Bloodstone sedang menatapku, dan aku berharap

sesosok peri jahat akan memasukkannya ke dalam

sebuah botol jin kuno.

Leona melangkah di depanku, menghalangi pandang-pandang-

an Bloodstone padaku. Leona memang tidak pernah Bloodstone padaku. Leona memang tidak pernah

takut pada Bloodstone—karena dia adalah keponakan

Bloodstone. Bloodstone tidak pernah memarahinya,

apa pun yang dilakukannya. “Apakah bayi laki-laki

manusia punya rambut?” tanya Leona kepada Meteor

dan Andalonus.

Selagi mereka bercakap-cakap, ingatanku melayang

ke Bumi. Mungkinkah aku sudah tersihir? Jika bukan itu,

bagaimana aku menjelaskan hal-hal yang salah dalam

diriku? Jika bukan itu, mengapa aku bisa begitu tertarik

pada dunia yang telah membunuh orangtuaku?

*

Page 21: Violet wings bab 1 n 2

�1

Kekuatan sihir peri dan jin baru benar-benar matang setelah mereka mencapai umur empat belas tahun. Tingkatan kekuatan magis bawaan satu sosok dengan sosok lainnya bisa sangat nyata perbedaannya.

Tingkatan member ikan kapas i tas untuk menggunakan mantra dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Misalnya, kekuatan sihir t ingkat 1 bisa untuk menciptakan gelembung sabun besar dan rapalan lain yang rendahan… t ingkat 3 memberikan kemampuan kepada peri dan jin untuk menciptakan hadiah-hadiah kecil yang kurang berart i kepada seorang anak wali manusia (sepert i kecakapan untuk memegangi sendok) … tetapi t ingkat 75—yang sangat langka—dibutuhkan untuk penciptaan portal-portal ke bumi

3

Page 22: Violet wings bab 1 n 2

��

Untuk melakukan perjalanan melalui portal antara t irfeyne dan bumi, kami harus memiliki set idaknya t ingkat kekuatan sihir 5. Bertahun-tahun yang lalu, hampir semua jin dan peri dapat melakukan perjalanan itu dengan mudah; tetapi sekarang 89 persen peri dan jin t idak memiliki kekuatan sihir yang mencukupi untuk meninggalkan t irfeyne dan hanya mampu mengamat i bumi dari teropong pengamatan.

—Orville Gold, jin ahli sejarah Feyland

Setibanya di Galena, segalanya kelihatan kebayi-

bayian. Gedung-gedung tampak terlalu dekat ke tanah.

Pasir terasa lebih lembut.

Begitu Bloodstone membubarkan kami, kami semua

membubung ke angkasa. Meteor dan Andalonus melesat

ke depan, dan tak lama kemudian menghilang. Leona

dan aku terbang secepat kilat juga, berlomba untuk tiba

di air terjun Galena.

Ada sebuah daerah yang terletak di puncak karang

barat air terjun itu, tempat kesukaan kami untuk duduk-

duduk. Diteduhi oleh karang dan tanaman, lokasi itu

menjadi tempat kami sejak kami masih kecil. Ketika