· web viewsegera menyesal dan bertobat agar dapat mengalami kembali kasih kerahiman allah yang...

29
Yubileum Kerahiman Ilahi Rekoleksi di Paroki Katedral Maumere 21 Des 2015 Dicanangkan oleh Paus Fransiskus mulai 8 Desember’15 hingga Hari Raya Kristus Raja 2016. Paus Fransiskus menetapkan Tahun Kerahiman Allah dari tanggal 08 Desember 2015 – 20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman Allah terjadi pada 08 Desember 2015 karena tanggal tersebut adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II. Penutupannya pada tanggal 20 November 2016 karena tanggal itu merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta. Dalam penetapan Tahun Kerahiman Allah itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus merupakan ‘wajah’ belas kasihan Bapa-Nya. Menjelang Tahun Kerahiman Allah itu, kita akan mendalami apa itu Devosi Kerahiman Ilahi dan terutama bagaimana mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Devosi Kerahiman Ilahi ini didasarkan pada pesan-pesan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dan punya dasar amat jelas dan kuat dalam Kitab Suci.

Upload: domien

Post on 22-May-2018

251 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Yubileum Kerahiman Ilahi

Rekoleksi di Paroki Katedral Maumere

21 Des 2015

Dicanangkan oleh Paus Fransiskus mulai 8 Desember15 hingga Hari Raya Kristus Raja 2016.

Paus Fransiskus menetapkan Tahun Kerahiman Allah dari tanggal 08 Desember 2015 20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman Allah terjadi pada 08 Desember 2015 karena tanggal tersebut adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II. Penutupannya pada tanggal 20 November 2016 karena tanggal itu merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta. Dalam penetapan Tahun Kerahiman Allah itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus merupakan wajah belas kasihan Bapa-Nya.

Menjelang Tahun Kerahiman Allah itu, kita akan mendalami apa itu Devosi Kerahiman Ilahi dan terutama bagaimana mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Devosi Kerahiman Ilahi ini didasarkan pada pesan-pesan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dan punya dasar amat jelas dan kuat dalam Kitab Suci.

KS PB dan KS PL

Kitab Suci PL dan PB berbicara banyak dan terus menerus tentang kasih kerahiman Allah, tanpa batas dan tanpa syarat meskipun ada juga ceritera atau ungkapan berisi murka Allah terhadap manusia yang keras hati dan tegar tengkuk. Gambaran Allah yang antropomorfis (menyerupai manusia) seperti itu selalu digunakan dengan maksud khusus yaitu untuk mengingatkan pendosa atau kaum fasik supaya segera menyesal dan bertobat agar dapat mengalami kembali kasih kerahiman Allah yang membebaskan. Kasih kerahiman Allah itu bagai rahim seorang ibu yang selalu siap untuk mengandung, memelihara, melindungi dan menghidupkan anak manusia penuh kelembutan dan kehangatan. Bagai rahim ibu, Allah selalu mau merangkul anak manusia, memberinya rasa aman dan tentram, memberi makan dan minum, kehangatan, perlindungan dan hidup. Kasih Allah yang penuh kehangatan itu telah dirasakan oleh Adam dan Hawa di Firdaus. Pengalaman akan kasih Allah membuat mereka merasa amat dekat dengan Allah sendiri yang bersedia berjalan-jalan bersama mereka di taman Firdaus. Kehadiran dan kedekatan Allah membuat mereka sangat bahagia (Kej. 1:26 - 2:25).

Pengalaman ini menjadi kabur ketika mereka mulai mengikuti keinginan hati sendiri yang berlawanan dengan rencana dan perintah Tuhan. Meskipun mereka harus menanggung akibat dari pembangkangan terhadap kehendak Allah (Kej. 3:1-24) , pengalaman manusia selanjutnya memperlihatkan jati diri Allah penuh kasih kerahiman, jati diri Allah yang setia pada janji-Nya untuk menyelamatkan mereka. Wujud nyata dari kasih kerahiman itu mencapai puncaknya dalam diri Yesus Kristus anak domba Allah, Putra tunggal Bapa yang diutus ke dunia untuk lahir dan mempersembahkan seluruh diri-Nya dengan menerima hukuman mati demi keselamatan manusia. Sebagai makluk ciptaan yang penuh dosa, manusia menyusun rencana untuk mematikan Putera Allah yang hidup dengan tuduhan sebagai penghojat. Karena kasih kerahiman tanpa batas, Yesus Kristus rela membiarkan diri-Nya dikhianati, diolok-olok, disesah, diadili dan dihukum mati dengan tuduhan palsu, disuruh memanggul salib ke tempat eksekusi hukuman, dilucuti pakaian, dipaku pada salib, dan rela mati tergantung di kayu salib.

Tepat pada saat puncak penderitaan sebagai akibat dari puncak pembangkangan manusia, Allah dalam Yesus Kristus menunjukkan puncak kasih kerahiman-Nya tanpa batas dan tanpa syarat lewat kata dan perbuatan: Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34). Setelah mengampuni dengan tulus, Yesus Kristus masih rela membiarkan lambung-Nya ditikam dengan tombak sehingga memancar keluarlah sumber hidup bagi manusia: darah dan air (Yoh. 19:34) symbol kelimpahan daya sakramen yang mengalirkan kasih kerahiman Allah untuk menguatkan, menyembuhkan, membersihkan, memurnikan dan menghidupkan manusia beriman.

Dalam proses pemenuhan janji kasih kerahiman Allah ini, Bunda Maria turut mengambil bagian secara istimewa sejak kelahiran Yesus hingga kematian Kristus di kayu salib, kebangkitan serta kenaikan-Nya ke surga dan turunnya Allah Roh Kudus atas para rasul. Dengan cara khusus Maria ambil bagian dalam sukacita kasih kerahiman Allah (Luk. 1:26-56) dan sekaligus turut mengalami duka derita yang pedih dari hati Yesus lantaran penolakan dan pembangkangan manusia terhadap kehendak Allah dan tugas perutusan Yesus Putra Tunggal Allah (Yoh. 19:25-37). Ketabahan Yesus dan Maria dalam mewujudkan janji kasih kerahiman Allah bagi semua orang menjadi contoh yang amat menggerakkan umat beriman untuk tetap berusaha hidup dan berkarya dalam hubungan kasih dengan Allah, sesama dan alam ciptaan yang lain. Ada banyak orang kudus yang mencontohi Yesus dan Maria dalam hal ini antara lain, Stefanus martir pertama, diakon Laurentius, Yohanes Krisostomus, Elisabeth dari Hungaria, Fransiskus Asisi, Vincent de Paul, Margareth Maria Alaquoque, Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan Faustina Kowalska yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai Rasul Kerahiman Ilahi.

Suasana keluarga penuh kasih kerahiman Allah sudah dialami santa Faustina di rumahnya di desa Glogowiec, Polandia. Ia lahir tahun 1905 dan menyandang nama baptis Helena. Dalam keluarga petani miskin lagi sederhana namun saleh, Helena dibesarkan oleh orangtuanya penuh kasih sayang sehingga sudah sejak kecil ia sangat menonjol sebagai anak yang cinta doa, rajin, taat, peka terhadap orang yang malang dan hidup saleh. Ketika beumur 14 tahun ia sudah meninggalkan rumah, meskipun sekolahnya baru sekitar tiga tahun saja, karena ia ingin menolong orangtuanya dan dirinya dengan mencari pekerjaan sebagai pelayan keluarga di kota-kota sekitar. Pada saat itu, ketika masih muda belia, ia juga memiliki kerinduan yang amat kuat untuk menjalin hubungan yang erat penuh kasih dengan Yesus sedemikian rupa hingga ia yakin bahwa tidak ada jiwa lain yang mencintai Yesus seperti dia sendiri.

Kerinduan yang tulus ini ditanggapi Yesus dengan karunia istimewa bagi Helena dalam bentuk kontemplasi, pengetahuan yang mendalam tentang misteri kerahiman Allah, penampakan-penampakan, wahyu, stigmata tersembunyi, rahmat nubuat dan kemampuan untuk membaca jiwa manusia, dan juga rahmat langkapertunanganan mistik (Pendahuluan dalam Buku Harian, xxii). Meskipun demikian ia mengakui bahwa hal penting yang membuat jiwa jadi sempurna adalah kesatuan mesra jiwa itu dengan Allah kesatuan erat antara kehendak pribadi manusia dengan kehendak Allah (Buku Harian, 1107). Dalam penampakan-penampakan itu Yesus menyatakan bahwa Ia mau berdialog dengan Helena dalam hatinya. Setelah melewati tantangan berat dalam diri dan keluarga, Helena akhirnya menjadi suster Faustina, anggota biara Kongregasi Bunda Allah Kerahiman. Kesungguhannya dalam hidup doa dan semangatnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang tampaknya sederhana dan tersembunyi yang dipercayakan kepadanya demi cintanya kepada Yesus yang penuh kerahiman, serta matiraga dan puasa yang dilaksanakan dengan setia, telah turut mempererat hubungan kasih dengan Yesus dan memperdalam pengalaman kontemplasinya akan misteri kerahiman Allah dalam Yesus Kristus.

Kepada Suster Faustina Yesus dalam salah satu penampakan menyatakan keinginanan-Nya agar Suster Faustina menjadi orang utusan yang mesti membawa kerahiman-Nya kepada semua orang di seluruh dunia. Dalam Perjanjian Lama Aku telah mengutus para nabi kepada umat-Ku dengan ancaman-ancaman. Sekarang Aku mengutus engkau kepada seluruh umat manusia dengan kerahiman-Ku. Aku tidak mau menghukum umat manusia yang menderita, tetapi Aku ingin meneyembuhkan mereka sambil merangkul mereka pada Hati-Ku yang berbelas kasih (Buku Harian, 1588).

Dengan demikian menjadi jelas tugas missioner dari Sr Faustina yaitu: 1. Mendekatkan dan memberitakan kepada dunia kebenaran yang sudah diwahyukan dalam Kitab Suci tentang kasih maharahim Allah kepada setiap manusia; 2. Memohon kerahiman ilahi bagi seluruh dunia antara lain melalui bentuk baru devosi kepada Kerahiman Ilahi sebagaimana disampaikan oleh Yesus yaitu melalui gambar Kerahiman Ilahi dengan tulisan Yesus Engkau Andalanku, juga melalui pesta Kerahiman Ilahi pada Hari Minggu pertama sesudah Paskah dan Koronka kepada Kerahiman Ilahi serta doa pada Jam Kerahiman Ilahi (Buku Harian, 15000); 3. Mengilhami Kerasulan Kerahiman Ilahi dengan mewajibkan diri memberitakan dan memohon kerahiman ilahi bagi dunia sambil mengusahakan kesempurnaan dengan sikap mengandalkan Allah seperti anak kecil, yang terungkap dalam melaksanakan kehendak-Nya serta sikap penuh belas kasih terhadap setiap orang.

Setelah mengemban dengan setia tugas missioner tersebut Suster Faustina meninggal dunia dengan tenang dan damai pada tanggal 5 Oktober 1938 di Krakw dan digelar beata pada Hari Minggu II sesudah Paskah 18 April 1993 selanjutnya digelar santa pada Hari Minggu II sesudah Paskah 30 April 2000 (Pendahuluan dalam Buku Harian, hlm. xxviii-xxix).

Intisari devosi kepada Kerahiman Ilahi, sebagaimana dirangkum Stefan Leks (Devosi kepada Kerahiman Ilahi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2008, hlm. 17-19) adalah mengandalkan Tuhan dan belas kasih-Nya. Orang yang mengandalkan Tuhan sungguh percaya, berharap, tekun dan menyesal atas semua dosa. Inilah syarat utama berdevosi. Bila orang membuat berbagai kegiatan devosional kepada Kerahiman Ilahi tetapi tidak mengandalkan Tuhan maka kegiatan devosional tidak berarti. Sikap mengandalkan Tuhan harus dilengkapi dengan belas kasih yaitu tindakan-perbuatan, perkataan dan doa penuh semangat kasih yang tulus terhadap Allah dan sesama makluk ciptaan Tuhan.

Sr. Faustina mempunyai devosi yang kuat terhadap kerahiman ilahi. Devosi ini mempengaruhi dan memperdalam pengalaman hidup rohaninya. Sesuai dengan permintaan Yesus melalui nasehat bapa pengakuannya, pengalaman-pengalaman rohani ini ditulis Sr. Faustina dengan setia dalam buku hariannya, kurang lebih 4 tahun terakhir masa hidupnya dan menjadi bahan yang sering diceriterakannya kepada bapa pengakuan untuk mendapat bimbingan yang benar. Ia pernah mendapat penglihatan sepintas yang mengingatkan bahwa devosi kepada kerahiman ilahi yang sedang dijalankannya akan hancur pada suatu hari dan yang paling menderita karena hal ini adalah bapa pengakuannya sendiri (Pastor Prof Dr Michael Sopocko) tempat ia menceriterakan pengalaman rohani dan devosinya untuk mendapat pencerahan. Meskipun demikian setelah dialami tanda-tanda kehancuran, Allah akan bertindak untuk menunjukkan bahwa kegiatan ini bertahan karena merupakan karya agung Allah sendiri yang penuh kasih kerahiman (Buku Harian, 378 dan catatan kaki 158).

Seperti sudah diramalkan, devosi kepada kerahiman ilahi mengalami tantangan berat setelah kematian Sr. Faustina (lihat Stefan Leks, Devosi Faustina Dilarang? dalam Majalah HIDUP, no 27 Tahun ke-63, Juli 2009, hlm. 24-25). Pada bulan November 1958 Vatikan melarang praktek devosi kepada kerahiman ilahi dan larangan itu diteguhkan oleh satu Notificatio yang diumumkan oleh Kongregasi Suci untuk Ofisi Kudus pada tanggal 6 Maret 1959. Dan pastor professor Sopocko ditegur keras oleh Vatikan karena telah berperan dalam membimbing Sr. Faustina. Adapun alasan utama larangan itu adalah buku harian Sr. Faustina yang dibaca oleh Vatikan sebagai bahan rujukan mengenai pemikiran atau pandangan Sr. Faustina berkaitan dengan devosi kepada kerahiman ilahi. Buku rujukan itu merupakan terjemahan dari salinan catatan harian Sr. Faustina. Penyalinnya, Sr. Ksawera Olszanowska, telah mengubah kata, ungkapan dan kalimat yang ditulis oleh Sr. Faustina dengan akibat perubahan rumusan pikiran-pandangan Sr. Faustina yang dinilai oleh Vatikan agak bertentangan dengan iman katolik. Selain itu Vatikan menilai bahwa cara mempopulerkan devosi kerahiman ilahi kurang dilengkapi dasar teologis yang serius karena mengutamakan penglihatan-penglihatan Sr. Faustina. Juga usaha keras pihak tertentu agar Sr. Faustina secepat mungkin diangkat sebagai santa turut menambah alasan bagi Vatikan untuk mengeluarkan larangan.

Ketika Mgr. Karol Wojtyla menjadi uskup agung Krakow lalu dipilih sebagai kardinal dan menjadi paus Yohanes Paulus II, terjadilah perubahan pandangan pimpinan Gereja tentang devosi kepada kerahiman ilahi. Berdasarkan penelitian tentang kehidupan dan keutamaan Sr. Faustina, yang dibuka di kota Krakow 5 Oktober 1965 dan ditutup tahun 1967, lalu dikirim ke Vatikan awal 1968 untuk dipelajari, akhirnya pada 12 Juli 1979, Vatikan mengumumkan secara resmi bahwa devosi kepada kerahiman ilahi menurut cara-cara yang disampaikan Yesus kepada Sr. Faustina dapat disebarluaskan. Dengan demikian larangan yang diteguhkan notificatio itu akhirnya dicabut.

Selanjutnya Paus Yohanes Paulus II turut serta secara aktif memajukan dan menyebarluaskan devosi ini dengan mengeluarkan ensiklik pertama mengenai kerahiman ilahi dengan judul: Dives in Misericordia (Kaya akan kerahiman). Pada saat Sr. Faustina digelar santa di Roma (30 April 2000) Paus Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa Hari Minggu Paskah II dirayakan sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Dewasa ini devosi kepada kerahiman Allah menyebarluas ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Bentuk-bentuk Penghormatan kepada Kerahiman Luarbiasa Allah

1. Devosi Kerahiman Ilahi

Devosi Kerahiman Ilahi adalah devosi kepada cinta belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada umat-Nya. Melalui devosi Kerahiman Ilahi itu, kita juga bersedia menjadi bejana-bejana kerahiman-Nya. Menjadi bejana kerahiman-Nya berarti bersedia untuk membiarkan belasih kasih-Nya mengalir melalui diri kita bagi orang-orang yang membutuhkannya.

Tema-tema dalam Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, yaitu:

a. Untuk meminta dan mendapatkan kerahiman Allah.

b. Percaya kepada rahmat Kristus yang berlimpah.

c. Untuk menunjukkan kerahiman kepada sesama dan bertindak sebagai saluran kemurahan Allah.

2. Penghormatan Lukisan Kerahiman Ilahi

Devosi Kerahiman Ilahi tidak pernah dipisahkan dengan penghormatan kepada Lukisan Kerahiman Ilahi. Lukisan tersebut memancarkan Kerahiman Allah. Kerahiman Allah itu dilambangkan dengan dua sinar, yaitu warna merah dan warna pucat, yang memancar dari hati Tuhan Yesus. Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air :

a. Sinar merah melambangkan Darah yang adalah hidup bagi jiwa-jiwa.

b. Sinar pucat melambangkan Air yang menguduskan jiwa-jiwa.

Kerahiman Ilahi dibuka dengan tombak yang menusuk lambung Tuhan Yesus. Kerahiman Ilahi itu memancar dalam darah dan air Tuhan melalui lambung-Nya. Darah dan Air dari hati Tuhan Yesus itu memberi kehidupan kepada jiwa-jiwa karena jiwa-jiwa itu telah dikuduskanNya.

Rahmat belas kasih Allah itu berlimpah dan disediakan bagi jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa dipanggil untuk terus menerus menimbanya. Timba dari sumur belas kasih Allah itu adalah Lukisan Kerahiman Ilahi dengan tulisan Yesus, Engkau Andalanku.

Kita yang memberi penghormatan terhadap Lukisan Kerahiman Ilahi berada dalam belas kasih-Nya di bumi dan khususnya saat ajal. Yesus adalah Pembela kita dari tuduhan-tuduhan iblis: Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil (1 Yohanes 2:1). Lukisan kerahiman Ilahi menjadi Pengingat Tuhan untuk senaniasa menyalurkan belas kasih-Nya kepada umat manusia.

Kerahiman Ilahi dapat tampak dalam diri Tuhan Yesus sebagai Pemulung kita, karena Dia mencari di mana saja dan memungut kembali kita yang telah rusak seperti sampah oleh dosa-dosa kita lalu membersihkan dan memperbaiki serta mendayagunakan kita kembali: Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya (Yeremia 18:4). Tidak ada jiwa yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah.

3. Jam Kerahiman Ilahi

Jam Kerahiman Ilahi adalah jam tiga sore. Pada jam Kerahiman Ilahi itu kita berdoa dan memeditasikan sengsara Tuhan Yesus, khususnya saat Ia sendirian menghembuskan nyawa-Nya. Pada jam Kerahiman Ilahi ini kita diminta untuk berdoa memohon kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang. Pada saat itu belas kasih-Nya dibuka lebar bagi setiap jiwa. Kita yang berdoa pada jam Kerahian Ilahi ini dapat memperoleh apa saja yang kita minta bagi diri sendiri dan bagi orang-orang lain; Pada jam Kerahiman Ilahi ini, kita mengakui Kerahiman Allah bagi seluruh dunia di mana belas kasih menang atas keadilan.

Sebagai pengingat jam Kerahiman Ilahi adalah pukul 3, 3 kata, 3 detik. Pukul tiga kita berdoa pada detik-detik wafat Tuhan Yesus Kristus. Kita meluangkan waktu tiga detik untuk mendoakan dengan hati tiga kata Yesus Engkau andalanku atau Aku Berharap PadaMu. Doa tiga kata ini bisa kita doakan ketika kita tidak mungkin mendoakan doa Kerahiman Ilahi secara lengkap. Doa yang singkat ini menjadi keselamatan kita dan banyak orang kelak.

Doa Jam Kerahiman Ilahi Lengkap:

Ya Yesus, Engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O, Sumber Kehidupan, Kerahiman Ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

Doa Utama Kepada Kerahiman Ilahi

Darah dan air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami.

Engkaulah Andalanku!

Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali)

Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.

Setelah mendoakan Doa Jam Kerahiman Ilahi, kita berdoa Jalan Salib. Dengan berdoa Jalan Salib, kita merenungkan perwujudan puncak cinta yang berbelaskasihan dari Tuhan. Ketika kita berhadapan dengan Salib, kasih kita terwujud dalam rasa belas kasih atau empati kepada Putra Bapa yang menderita.

Selain mengadakan Jalan Salib pada jam Kerahiman Ilahi, kita bisa juga melakukan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus (Adorasi) di kapela atau gereja. Dengan bersujud di hadapan Sakramen Mahakudus, kita bersyukur atas hati Tuhan Yesus yang berlimpah belas kasih.

Ketika kita tidak bisa berdoa Jalan Salib atau Adorasi di kapela atau gereja karena situasi yang tidak memungkinkan, kita tetap membenamkan diri dalam doa di mana pun kita berada walaupun hanya sesaat. Kita bisa menyanyikan atau menyenandungkan dalam hati lagu :

Mari kita merenungkan

Yesus yang menjadi kurban

karena cintakasih-Nya

Atau

Karena Salib-Mu

Hanya Kau Tuhan di hidupku

Kau berikan hidup yang baru

DarahMu menyucikan pulihkan hatiku

Kunyatakan Kaulah segalanya

Engkaulah sumber pengharapan

Kuasa-Mu sanggup menyembuhkan

Jiwaku pun berserah hanya kepadaMu,

Yesus kaulah segalanya.

Reff

Karna salib-Mu ku hidup.

Karna salib-Mu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu

Karna salib-Mu ku hidup

Karna salib-Mu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu di hidupku

Lagu ini dapat menjadi meditasi yang mengesan atas sengsara Tuhan. Dengan mengulang-ngulang lagu ini di dalam hati, kita bisa terenyuh/tersentuh akan penderitaan Tuhan Yesus karena kasih-Nya yang besar kepada kita. Kalau kita tidak mungkin menyanyikan atau menyenandungkan lagu itu, kita bisa merenungkan Yesus yang ditinggalkan seorang diri saat menyerahkan nyawa-Nya dengan mendaraskan suatu doa singkat seperti Yesus, kasihanilah, atau Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.

4. Mewujudnyatakan Kerahiman Ilahi Dalam Kehidupan

Devosi kepada Kerahiman Ilahi bukan sekedar doa, tetapi harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada sembilan hal perwujudan Devosi Kerahiman Ilahi :

a. Kerahiman Ilahi Menjadi The way of life: pandangan dan cara hidup

Kerahiman Ilahi harus menjadi pegangan dan arah hidup kita. Identitas orang yang menjalankan devosi Kerahiman Ilahi adalah hidup sepenuhnya dalam pimpinan Tuhan. Hidup dalam pimpinan Tuhan berarti memiliki persatuan erat dengan Tuhan; mengikuti kehendak-Nya: Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri (Yakobus 1:22); menyangkal diri, yaitu menolak dosa, meyakini Kerahiman-Nya; memuliakan Tuhan dan memberitakanNya; mengasihi siapa saja.

b. Berpikiran positif

Berpikiran positif berarti menutup mata, telinga, dan mulut terhadap hal-hal buruk. Dengan kata lain, berpikiran positif berarti tidak ada area gosip dalam hidup kita.

Dengan berpikiran positif, kita mampu mensyukuri semua peristiwa kehidupan dari sisi kebaikan. Dasarnya: Keagungan Allah. Keagungan Allah justru terletak pada usaha-Nya dalam mengubah kejahatan menjadi kebaikan.

c. Memahami Visi dan Misi Devosi Kerahiman Ilahi

Visi: Rencana penyelamatan Tuhan terwujud. Penyelamatan Tuhan terwujud secara definitif pada kedatangan-Nya yang ke-dua di mana Ia mengalahkan kuasa kejahatan. Yang dipentingkan bukan kapan, tetapi apa yang harus kita lakukan dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua itu.

Misi: Menyiapkan dunia bagi kedatangan Yesus yang kedua. Persiapan bagi kedatangan-Nya yang kedua adalah Hidup seperti Bunda Maria. Hidup seperti Bunda Maria adalah hidup sunyi dan tersembunyi, tiada henti bersatu dengan Allah, berdoa bagi umat manusia.

Misi itu tercapai ketika kita benar-benar mengandalkan Tuhan dan penuh belas kasihan kepada sesama: Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Efesus 4:32). Karena itu, tujuan devosi kepada Kerahiman Ilahi adalah bukan mengubah Dunia, tetapi mengubah hati seturut Kerahiman Ilahi.

Salah satu misi devosian Kerahiman Ilahi adalah mendoakan tiga kelompok manusia yang memerlukan rahmat. Ketiga kelompok manusia itu adalah para pendosa, para imam dan para biarawan-biarawati, dan jiwa-jiwa di api penyucian.

d. Sering Menyambut Komuni. Khususnya pada Hari Raya Kerahiman Ilahi

e. Mencintai Sakramen Tobat

Dasar Kitab Sucinya: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan (Kisah Para Rasul 3:19). Biasanya disarankan bgi seluruh umat agar menerima Sakramen Pengakuan Dosa sekurang-kurangnya 4 x setahun/per tiga bulan.

f. Merenungkan Sengsara Kristus dan Memikul Salib.

Permenungan atas sengsara Kristus dan memikul salib itu menjadi sarana rahmat dan sukacita sejati: Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya (Matius 10:38-39)

g. Setia Kepada Gereja Katolik

St. Faustina Menulis: (O Yesus), aku percaya akan semua kebenaran yang diajarkan oleh Gereja kudus-Mu untuk diimani.

h. Devosi Kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria yang disarankan adalah tekun mendoakan Doa Rosario dan Angelus. Tujuan devosi kepada Bunda Maria adalah meneladani hidup Bunda Maria.

i. Relasi baru dalam keluarga, komunitas, paroki.

Relasi baru itu tampak bila kita semakin mengandalkan Tuhan dan semakin berbelaskasih kepada sesama.

Tidak menonjolkan diri, melayani tanpa mengenal lelah, merukunkan umat, dan memancarkan kasih dan belas kasih.

Jika kehadiran devosian Kerahiman Ilahi menjadi masalah dalam paroki, para devosian Kerahiman Ilahi segera mengadakan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki diri. Jika devosian Kerahiman Ilahi tetap terus menimbulkan problema dalam paroki, ia lebih baik tidak hadir dalam paroki (bdk Refleksi Kongres Kerahiman Ilahi. Hal. 31).

5. Koronka

Perlu disadari bahwa Yesus sendiri tidak pernah minta supaya pada jam Kerahiman didaraskan Koronka. Namun berdasarkan pengalamman doa Koronka amat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup rohani.

Koronka ditujuan kepada Allah Bapa. Koronka berkali-kali adalah doa yang sangat ampuh, justru karena dipanjatkan kepada Allah Bapa demi sengsara Yesus yang pedih.

Jam Kerahiman yang sepenuhnya berpusatkan pada permenungan tentang sengsara dan kerahiman Yesus selaku Putra Allah dan sekaligus Manusia.

Doa Koronka dalam jam Kerahiman sebagai pemecahan praktis bagaimana mengisi doa setelah jam Kerahiman itu. Dasarnya adalah tidak ada doa yang membawa dosa.

Koronka Kerahiman Ilahi teristimewa didoakan setelah mengikuti Misa Kudus karena Koronka merupakan kelanjutan doa permohonan dari Kurban Ekaristi.

6. Kesimpulan

a. Doa Jam Kerahiman adalah doa singkat dan sederhana yang dapat dilakukan siapa saja dan di mana saja. Bagi Tuhan Yesus doa singkat yang dilakukan dari hati lebih baik daripada doa yang panjang, tetapi tanpa penghayatan. Karena doa pada jam Kerahiman Ilahi ini adalah doa yang singkat dan dapat dilakukan di mana saja, devosi kepada Kerahiman Ilahi tidak ditujukan untuk membentuk komunitas sendiri (bahaya eksklusif) dalam paroki. Devosi kepada Kerahiman Ilahi seharusnya menjadi devosi pribadi di mana setiap pribadi menjadi bejana-bejana Kerahiman-Nya. Kerahiman Ilahi harus mendasari dan menjiwai setiap komunitas.

b. Karena doa Jam Kerahiman Ilahi adalah permenungan atas sengsara Tuhan Yesus, seminar dan acara-acara tentangnya tidak boleh glomour, mahal, dan mewah karena mengkhianati Sengsara Yesus yang pedih.

Puji Tuhan atas penyelenggaraan kasih kerahiman-Nya, Tahun 2016 telah dicanangkan oleh Paus Fransiskus sebagai Tahun Kerahiman Luarbiasa dari Allah, dimulai dari tanggal 08 Desember 2015 hingga 20 November 2016. Secara konkrit Paus Fransiskus meminta agar umat beriman berusaha menghayati kasih kerahiman Allah terutama dengan hidup dalam semangat saling mengampuni di antara anggota keluarga. Hal ini jelas dalam pesannya untuk Masa Adven 2015 sebagai berikut:

Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna; kita tidak sempurna; tidak menikah dengan orang yang sempurna; kita juga tidak memiliki anak yang sempurna.

Kita memiliki keluhan satu sama lain; Kita kecewa dengan satu sama lain; Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat, atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan.

Pengampunan penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan.Tanpa pengampunan keluarga menjadi sakit.

Pengampunan adalah sterilisasi jiwa, penjernihan pikiran dan pembebasan hati.

Siapa pun yang tidak memaafkan tidak memiliki ketenangan jiwa dan persekutuan dengan Allah.

Rasa sakit adalah racun yang meracuni dan membunuh. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Ini adalah autofagi.

Dia yang tidak memaafkan, memuakkan fisik, emosional dan spiritual.

Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian; sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dengan penyakit; sebuah panggung pengampunan dan bukan panggung rasa bersalah.

Pengampunan membawa sukakcita sedangkan kesedihan membuat hati luka.

Pengampunan membawa penyembuhan, rasa sakit menyebabkan penyakit.

Hidup dalam semangat saling memaafkan dan mengampuni merupakan tanda syukur atas anugerah luarbiasa dari Allah yang penuh kasih kerahiman terhadap kita semua. Semoga tahun kerahiman luarbiasa dari Allah menjadi kesempatan penuh rahmat bagi kita sekalian.

P.Bernardus Boli Ujan, SVD.

Dari berbagai sumber terutama:

Buku Harian Santa Faustina, terjemahan Ernest Mariyanto (Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2008).

Ceslaus, SVD. Rasul Kerahiman Ilahi (PT Kapasari, Sidoarjo, Jawa Timur, 2003).

Stefan Leks, Devosi kepada Kerahiman Ilahi (Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2008); Devosi Faustina Dilarang? dalam Majalah HIDUP, no 27 Tahun ke-63, Juli 2009, hlm. 24-25.

http://www.katolisitas.org/16327/devosi-kerahiman-ilahi, diakses tgl 15 Des 15.