publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · web...

11
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING Fitri Oviyani [email protected] Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 9 Cimahi, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif pendekatan yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah: pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matetamis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa, gambaran implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem based learning, dan kesulitan-kesulitan yang di alami siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain menggunakan pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri di kota cimahi tahun ajaran 2016/2017. Dengan subjek sampelnya adalah 2 kelas VII disalah satu SMP Negeri di Kota Cimahi, dari seluruh SMP Negeri di Kota Cimahi dipilih secara acak dan terpilih SMP Negeri 9 Cimahi. Kelas VII N sebagai kelas eksperimen dan kelas VII K sebagai kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah ada pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yaitu seperangkat soal tes komunikasi matematis yang berbentuk uraian. Untuk melihat adanya pencapaian dan peningkatan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji-t dengan taraf signiikan 0,05. Dari hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matetamis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning lebih baik daripada dengan yang menggunakan pembelajaran biasa, dan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning sudah sesuai dengan langkah pembelajaran yang digunakan, dimana siswa yang menggunakan pendekatan PBL tersebut terlihat lebih aktif. Kata kunci: Komunikasi Matematis dan Problem Based Learning PENDAHULUAN Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep,

Upload: vuongnhu

Post on 02-May-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

Fitri [email protected]

Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 9 Cimahi, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif pendekatan yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah: pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matetamis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa, gambaran implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem based learning, dan kesulitan-kesulitan yang di alami siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain menggunakan pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri di kota cimahi tahun ajaran 2016/2017. Dengan subjek sampelnya adalah 2 kelas VII disalah satu SMP Negeri di Kota Cimahi, dari seluruh SMP Negeri di Kota Cimahi dipilih secara acak dan terpilih SMP Negeri 9 Cimahi. Kelas VII N sebagai kelas eksperimen dan kelas VII K sebagai kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah ada pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yaitu seperangkat soal tes komunikasi matematis yang berbentuk uraian. Untuk melihat adanya pencapaian dan peningkatan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji-t dengan taraf signiikan 0,05. Dari hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matetamis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning lebih baik daripada dengan yang menggunakan pembelajaran biasa, dan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning sudah sesuai dengan langkah pembelajaran yang digunakan, dimana siswa yang menggunakan pendekatan PBL tersebut terlihat lebih aktif.

Kata kunci: Komunikasi Matematis dan Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa, cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Pendapat tentang pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika juga diusulkan NCTM (2000:63) yang menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi,

mengkomunikasikan secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Selain itu menurut Barody (Choridah, 2013:197) ada dua alasan mengapa komunikasi matematik penting, yaitu: (1) mathematics as language, maksudnya adalah matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir. Matematika membantu untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah, akan tetapi matematika juga an invaluable for communicating a variety of ideas, precisely, and succinctly dan (2) mathematics is learning as social activity, maksudnya adalah sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, seperti halnya interaksi antar siswa, komunikasi guru dengan siswa, komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian penting pada pembelajaran matematika

Page 2: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

dalam upaya membimbing siswa memahami konsep atau mencari solusi suatu masalah.

Menurut Sumarmo (2013:5), kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: (1) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika; (2) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar; (3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; (4) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika; (5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; (6) Membuat konjektor, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi.

Menurut Arends (Wulandari & Surjono, 2013:180) Problem based learning merupakan pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Dalam Problem based learning peran guru adalah menyodorkan berbagai masalah autentik sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa, untuk mengetahui bagaimana gambaran implementasi pada saat pembelajaran dan apa saja kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa.

KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

A. Kajian Teori1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi adalah sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan kepenerima pesan untuk memberitahu pendapat/perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai suatu kemampuan siswa dalam

menyampaikan sesuatu yang diketahui melalui peristiwa dialog/saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa.

Kemampuan komunikasi matematis sebagaimana diungkapkan Baroody (Husna, Ikhsan, & Fatimah. 2013) bahwa sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuhkembangkan disekolah, pertama adalah matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan tetapi matematika juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas, kedua adalah sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika di sekolah, matematika juga sebagai wahana interaksi antarsiswa dan juga sebagai sarana komunikasi guru dan siswa.

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran diantaranya indikator menurut NCTM (Herdian, 2010) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari: (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis dan menggambarkan secara visual; (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambar hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Indikator yang dikemukakan oleh Sumarmo (2013:14) antara lain: (1) menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika; (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3) menyatakan peristwa sehari-hari dalam bahasa/simbol matematika; (4) mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika; (5) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; (6) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.

2. Pendekatan Problem Based Learning

Page 3: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

Barrow (Huda, 2014:271) mendefinisikan Problem Based Learning (PBL) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Problem-Based Learning merupakan pembelajaran yang menghadirkan masalah yang bersifat autentik dan bermakna untuk menarik siswa melakukan suatu penyelidikan dan menemukan sendiri solusi dalam memecahkan masalah yang ditemukan Arends (Hidayatun, Karyanto, & Fatmawati. 2015). Masalah dalam Problem-Based Learning bersifat tidak terstruktur dan terbuka yang memungkinkan berbagai solusi dalam proses pemecahan masalah. Problem-Based Learning dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme dan kognitivisme. Teori belajar kontruktivisme Piaget menjelaskan siswa berpikir untuk memperoleh pengetahuan baru secara mandiri melalui pengalaman belajar. Teori belajar kognitivisme Ausubel merupakan teori belajar bermakna yang menggunakan skemata awal untuk memperoleh informasi. Dengan proses pemecahan masalah matematis yang disajikan dalam PBL maka siswa dilatih tidak hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika secara teori tetapi mampu mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyadi (2013:130) menyatakan “Strategi pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Dengan kata lain, tujuan pendidikan adalah memecahkan problem-problem kehidupan”.

Langkah-langkah proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menurut Rusmono (2014:81) sebagai berikut:1. Orientasi siswa kepada masalah.2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.3. Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok.4. Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya.5. Menganalisa dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.Menurut Wulandari dan Surjono

(2013:182), Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. Kelebihan PBL yaitu (a) pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; (b) PBL berlangsung

selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siwa; (c) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; (d) membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan sehari-hari; (e) membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan; (f) membantu siswa untuk memah mi hakekat belajar sebagai cara berfikir bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (g) PBL menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa; (h) mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; dan (i) pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan PBL yaitu, (a) apabila siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba lagi; (b) PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; dan (c) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah yang sedang dipelajari, maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.

B. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran biasa. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok pretest-posttest yang melibatkan dua kelas dan pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN di Kota Cimahi dengan subjek sampelnya adalah 2 kelas VII. Sampel dipilih dua kelas secara acak kelas, dimana kelas VII N sebagai kelas eksperimen dan VII K sebagai kelas kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh deskripsi statistik nilai dari kedua kelas. Sebagai gambaran awal disajikan deskripsi kedua kelas yang sudah diberikan pretes dan postes dalam tabel berikut:

Page 4: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

Tabel 1. Statistik Deskriptif Hasil Skor Kemampuan Komunikasi Matematis

Keterangan: x : Rata-rata S : Simpangan baku

N : Jumlah siswa

SMI : Skor maksimum idealBerdasarkan Tabel 1 kemampuan awal

komunikasi matematis kedua kelompok dengan jumlah 36 siswa dengan jumlah kelima soal skor maksimum ideal 20, dapat diketahui melalui skor pretes dan postes. Skor pretes rata-rata kelas eksperimen adalah 7,42 dan simpangan baku adalah 2,612 sedangkan kelas kontrol 7,08 dan simpangan baku adalah 2,862 dengan selisih rata-rata dari kedua kelompok adalah 0,34, maka dapat disimpulkan rata-rata kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol dan terlihat pada simpangan bakunya jika rata-ratanya semakin besar maka simpangan bakunya semakin kecil, ini terlihat bahwa dari rata-rata pretes tersebut simpangan bakunya tersebar. Sedangkan skor postes rata-rata kelas eksperimen adalah 14,78 dan simpangan baku adalah 2,126 sedangkan kelas kontrol adalah 13,11 dan simpangan baku adalah 2,400 dengan selisih rata-rata dari kedua kelompok adalah 1,67, maka dapat disimpulkan rata-rata kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol dan terlihat pada simpangan bakunya jika rata-ratanya semakin besar maka simpangan bakunya semakin kecil, ini terlihat bahwa dari rata-rata pretes tersebut simpangan bakunya tersebar.

Berdasarkan Tabel 4.1 rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen adalah 0,59 dan simpangan baku adalah 0,141 sedangkan rata-rata N-Gain pada kelas kontrol adalah 0,46 dan simpangan baku adalah 0,167. Dari hasil rata-rata N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai selisih 0,13. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa di SMPN 9 Cimahi antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan

problem based learning dengan pembelajaran biasa, dapat dilihat seperti yang tampak pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Uji Normalitas, Uji Homogenitas Varians dan Uji Dua

Perbedaan Rata-rata

Berdasarkan Tabel 2, Uji normalitas data yang dilakukan pada pretest dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh signifikansi pada kelas eksperimen P-Value = 0,057 dan kelas kontrol P-Value = 0,200, pada posttest dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh signifikansi terlihat kelas eksperimen P-Value = 0,196 dan kelas kontrol P-Value = 0,058, dan pada N-Gain dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi terlihat kelas eksperimen P-Value = 0,200 dan kelas kontrol P-Value = 0,200. Berdasarkan kriteria pengujian menuut Uyanto (2009:40) jika nilai P-Value ≥0,05 maka H0 diterima. Kedua nilai tersebut memenuhi kriteria P-Value ≥ 0,05 sehingga pretest, posttest dan N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Berdasarkan Tabel 2 Uji homogenitas varians dilakukan pada pretest diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,767, pada posttest diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,341, dan pada N-Gain diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,556. Berdasarkan kriteria pengujian menuut Uyanto (2009:40) jika nilai P-Value ≥ 0,05, maka H0 diterima, berarti nilai kemampuan pretest , posttest dan N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang bervarians homogen.

Berdasarkan Tabel 2 Uji perbedaan dua rata-rata yang dilakukan pada pretest diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,607, nilai P-Value kedua kelompok≥0,05 maka H0 diterima. Sedangkan untuk posttest dan N-Gain berdasarkan kriteria menurut Uyanto (2009:145) bahwa untuk melakukan uji hipotesis satu pihak (one tailed), maka nilai P-Value (2-tailed) harus dibagi dua seperti pada posttest diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol

Page 5: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

adalah 0,003 < 0,05 maka harus dibagi dua

menjadi 0,003

2=0,0015. Karena 0,0015 <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima dan pada N-Gain diperoleh P-Value kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,001 < 0,05 harus

dibagi dua menjadi 0,001

2 = 0,0005. Karena

0,0005 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Problem Based Learning lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa.

Hasil kemampuan komunikasi matematis pada soal postes yang terdiri dari 5 soal uraian. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal postes pada kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem based learning dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa dapat ditentukan dengan persentase skor terhadap SMI. Berikut ini Gambar Persentase skor terhadap SMI :

Gambar 1. Diagram Persentase Skor Soal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

terhadap SMIBerdasarkan Gambar 1 setelah

mengetahui rata-rata persentase kesulitan soal komunikasi matematis bahwa tipe soal untuk indikator komunikasi matematis. Pada tipe soal nomor 1 dengan indikator menghubungkan gambar dalam menjelaskan segiempat berdasarkan sifatnya dan ide matematika, terlihat pada kelas eksperimen 67% dan kelas kontrol 63%, selisih dari kedua kelas tersebut adalah 4%. Pada tipe soal nomor 2 dengan indikator merumuskan definisi dalam menjelaskan segitiga berdasarkan sifatnya, pada kelas eksperimen 77% dan kelas kontrol

76%, selisih dari kedua kelas tersebut adalah 1%. Pada tipe soal nomor 3 dengan indikator mendengarkan dan menulis tentang matematika dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun segiempat, pada kelas eksperimen 88% dan kelas kontrol 64%, selisih dari kedua kelas tersebut adalah 24%. Pada tipe soal nomor 4 pada kelas eksperimen 83% dan kelas kontrol 74%, selisih dari kedua kelas tersebut adalah 9%. Pada tipe soal nomor 5 dengan indikator menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tulisan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling segiempat pada kelas eksperimen 54% dan kelas kontrol 49%, selisih dari kedua kelas tersebut adalah 5%.

Dari hasil diatas menunjkkan bahwa kesulitan siswa pada kelas eksperimen soal nomor 5 dan pada kelas kontrol soal nomor 1, 3, dan 5. Karena dilihat dari persentase skor terhadap SMI pada soal nomor 1, 3, dan 5 persentasenya kurang dari 65%.

Dari hasil pengamatan diatas kemampuan komunikasi matematis dapat diasumsikan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang mendapat strategi pembelajaran dengan menggunakan problem based learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa secara keseluruhan maupun tiap masing-masing indikator.

Dengan demikian kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal komunikasi matematis umumnya pada indikator menghubungkan gambar dalam menjelaskan segiempat berdasarkan sifatnya dan ide matematika, mendengarkan dan menulis tentang matematika dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun segiempat, dan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tulisan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling segiempat. Berikut ini hasil siswa pada saat mengerjakan soal, seperti yang tampak pada Gambar sebagai berikut:

Page 6: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

Gambar 2. Kesulitan Siswa pada Soal Nomor 1

Dari hasil postes siswa pada kelas kontrol dapat dilihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat mengerjakan soal nomor 1 dengan indikator menghubungkan gambar dalam menjelaskan segiempat berdasarkan sifatnya dan ide matematika, dari jawaban siswa yang terlihat siswa masih belum memahami suatu sifat bangun datar segiempat tersebut, sehingga siswa bingung untuk menghubungkan gambar yang ada pada soal tersebut untuk dimasukkan kedalam sifat-sifat yang mana gambar tersebut. Siswa terkecoh pada saat ada bangun datar segiempat yang hampir semua sifat-sifatnya sama.

Gambar 3. Kesulitan Siswa pada Soal Nomor 3

Dari hasil postes siswa pada kelas kontrol soal nomor 3 dengan indikator mendengarkan dan menulis tentang matematika dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun segiempat, kesulitan siswa pada soal ini sebagian besar siswa tidak menyimak dengan baik-baik soal cerita tersebut. Siswa harus mengetahui rumus bangun datar yang akan dicari. Pada proses menjawab soal siswa menggambar informasi yang telah tersedia pada soal, siswa dapat menentukan luas tanah seluruh taman bunga dengan kemudian siswa mencari tahu berapa luas kolam ikan yang terdapat pada taman bunga itu. Proses selanjutnya setelah siswa mengetahui luas taman bunga dan luas kolam ikan sebaiknya luas taman bunga dikurang dengan luas kolam ikan yang ada di taman

tersebut. Setelah mengetahui hasilnya maka dapat disimpulkan luas taman yang dapat ditanami bunga tersebut.

Gambar 4. Kesulitan Siswa pada Soal Nomor 5

Dari hasil postes siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen soal nomor 5 dengan indikator menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tulisan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling segiempat. Kesulitan yang dihadapi siswa pada saat proses mengerjakan soal ini pertama menggambar rute perjalanan seorang nelayan yang sedang berlayar mencari ikan, dimana dari soal tersebut telah diketahui arah mata angin yang harusnya digambarkan, kesulitan siswa pada saat mengerjakan soal ini, siswa tidak mengetahui benar-benar arah mata angin sehingga siswa salah menggambarkan dalam jawabannya. Kedua masih ada beberapa siswa yang tidak mengerti dengan skala 1 satuan pada buku berpetak untuk menggambar rute perjalanan nelayan tersebut. Ketiga kesulitan yang dihadapi siswa pada saat proses menghitung luas bangun yang telah digambarkan tersebut, sepertinya siswa tidak mengetahui rumus luas trapesium.

Dari hasil pengamatan diatas kemampuan komunikasi matematis dapat diasumsikan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang mendapat strategi pembelajaran dengan menggunakan problem based learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa secara keseluruhan maupun tiap masing-masing indikator.

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan problem based learning lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang

Page 7: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan

belajar dengan pembelajaran biasa. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan problem based learning lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem based learning telah berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan, dimana siswa terlihat lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Kesulitan-kesulitan siswa pada saat mengerjakan soal komunikasi matematis umumnya pada soal nomor 5 dan pada indikator menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tulisan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling segiempat.

B. SaranBerdasarkan kesimpulan diatas,

beberapa saran sebagai berikut. Pendekatan problem based learning dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Agar lebih efektif kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan problem based learning hendaknya dapat menggunakan waktu yang cukup, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan lancar tanpa ada kendala sedikitpun.

DAFTAR PUSTAKA

Choridah, D.T. (2013). Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2(2), 194-202. [Online]. Tersedia di http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/. Diakses pada tanggal 28/03/2017.

Herdian (2010). Kemampuan Generalisasi Matematika dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. [Online]. Tersedia di https://herdy07.wordpress.com/.

Hidayatun, N., Karyanto, P., & Fatmawati, U. (2015). Penerapan E-Module Berbasis Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Mengurangi Miskonsepsi pada Materi Ekologi. Journal BIOEDUKASI, 8 (2), 28-32.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husna, Ikhsan, M., & Fatimah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang. 1 (1), 81-92.

NCTM (2000). Curiculum and Evaluation Standards For School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Rusmono (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyadi (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wulandari, B. & Surjono, H.D. (2013). Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (3), 178-191.

Page 8: publikasi.stkipsiliwangi.ac.idpublikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2017/07/13510180... · Web viewKomunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan