journalthesis.umy.ac.id/datapublik/t36853.docx · web viewkinerja merupakan terjemahan dari bahasa...
TRANSCRIPT
JOURNALKINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(Studi Evaluatif di Kelompok Kerja Pengawas
pada Kementerian Agama)
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Magister Studi Islam (M.S.I.)
Program Studi : Studi Islam
Konsentrasi : Supervisi Pendidikan Agama Islam
Dwiastuti Ari Siswandari
NPM . 20121010098
KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER STUDI ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2014
0
KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(Studi Evaluatif di Kelompok Kerja Pengawas
pada Kementerian Agama)
Oleh : Dwiastuti Ari Siswandari, S.Pd.I, MSI
ABSTRACTThis research depart from the overload work volume of supervisor. Apart from that the geographical factor also contributes to the intensity of supervisors' visit to school under their responsibility. Therefore, it is vitally important to evaluate the job performance of supervisors to maintain the spirit of professionalism in doing the supervisors' assignment has a positive impact on career advancement, competence development and ssupervisor's job performance improvement. The research entitled “The Job Performance of Islamic Religion Education Supervisor at Junior High School in Gunungkidul Regency” basically aims at : 1) describing the creation of the programs of islamic education supervisor at junior high school level in Gunungkidul Regency in the year 2013/2014, 2) describing the program undertaking of Islamic religion supervisor at junior high school level in Gunungkidul Regency in the year 2013/2014, 3) describing the report of program undertaking of Islamic education supervisor at junior high school level in Gunungkidul Regency in 2013/2014, 4) analyzing the job performance rate of Islamic education supervisor at junior high school level in Gunungkidul Regency.
The approach used in this research is mixed method that is 'sequential exploratory'. The focus of this research is program evaluation to find out the implementation of supervision program including the context, input, process and output. To collect the data, the researcher used triangulation technique. The job performance of Islamic education supervisor at junior high school level in terms of program creation can be categorized as very good. It is the direct result of transformational leadership in the planning of program creation. The job performance of Islamic education supervisor at junior high school level can be categorized as good enough. Although the human resource of supervisors can be rated as good, the heavy workload and geographical factor contributes to the intensity of visit to schools under their responsibility. The job performance of Islamic education at junior high school level in terms of report making can be categorized as good enough which can be seen from the below-target achievement. However, in general, the job performance of Islamic education supervisor at junior high school level in Gunungkidul Regency in 2013/2014 can be categorized as good.
Key words : Evaluation, Job Performance, Supervisor.
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Problematika klasik hubungan antara organisasi pengawas,
pengawas sendiri dan guru ini akan selalu ada, bila tidak dibenahi serta
diantisipasi sebelumnya. Pandangan guru yang menyatakan bahwa pola
pengawasan yang dianut saat ini masih kurang memuaskan, karena masih
ada pengawas yang kurang memahami tugas dan materi. Permasalahan
tersebut dianggap sebagai “pengelolaan kinerja” bagi suatu yang mau tidak
mau dilakukan. Dalam hal ini perlu disadari bahwa jika pengelolaan
kinerja dilakukan dengan benar, maka akan memiliki potensi memecahkan
sebagian besar masalah kinerja pengawas PAI yang dihadapi.
Persoalan yang terjadi di lapangan bahwa kompetensi pengawas
PAI tidak berbanding dengan tugas pokok dan fungsi yang diembannya.
Di sinilah kajian kinerja pengawas dituntut untuk selalu diperbaiki dari
tahun ke tahun. Melalui mengkaji kinerja pengawas PAI pada kurun waktu
tertentu akan mengetahui tingkat keberhasilan seorang pengawas secara
keseluruhan selama periode itu. Dengan demikian, persoalan tidak
berhasilnya harapan dari tercapainya tujuan pengawasan PAI ini sebagai
feedback terhadap solusi ke depan. Signifikansi kinerja pengawas PAI
dalam melakukan kegiatannya dibutuhkan oleh guru PAI di sekolah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis yaitu
wawancara terhadap ketua Pokjawas yakni Drs. Rubino, MA, “Idealnya
ada delapan pengawas PAI SMP, sementara baru ada empat. Artinya
memang tidak terjangkau”, kata ketua Pokjawas.1 Ditemukan data, bahwa
kinerja pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul dinilai belum
optimal. Hal ini terlihat dalam segi pelaksanaan program pengawasan yang
tidak sesuai dengan rencana, dikarenakan terbatasnya jumlah pengawas.
1Wawancara terhadap Ketua Pokjawas, Drs. Rubino, MA, dikutip pada tanggal 14 Maret 2014.
2
2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis
terhadap permasalahan dalam Pokjawas kabupaten Gunungkidul tahun
2013/ 2014, terdapat beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Kurangnya kreatifitas Pengawas PAI dalam pembuatan RKA.
b. Kurangnya pemahaman Pengawas PAI terhadap tugas dan
tanggungjawabnya
c. Kurangnya intensif pemberian bimbingan Pengawas PAI kepada guru
PAI dalam hal penyusunan silabus dan RPP
d. Kurangnya kemampuan Pengawas PAI dalam pemanfaatan teknologi
informasi
e. Kurangnya kedisiplinan dalam menyusun laporan hasil pengawasan.
Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi permasalahan
yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian tesis
ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kinerja pengawas PAI SMP dalam penyusunan program
pengawasan di kabupaten Gunungkidul tahun 2013/ 2014?
b. Bagaimana kinerja pengawas PAI SMP dalam pelaksanaan program
pengawasan di kabupaten Gunungkidul tahun 2013/ 2014?
c. Bagaimana kinerja pengawas PAI SMP dalam pelaporan program
pengawasan di kabupaten Gunungkidul tahun 2013/ 2014?
d. Seberapa besar tingkat kinerja pengawas PAI SMP di kabupaten
Gunungkidul tahun 2013/ 2014?
3. Metodologi Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mixed methods
(kualitatif-kuantitatif). Mixed methods yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sequential exploratory yakni metode penelitian kombinasi yang
menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara
berurutan, di mana pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif
3
dan pada tahap kedua kuantitatif.2 Model evaluasi program pada penelitian
ini adalah menggunakan model CIPP yang merupakan kependekan dari
Context, Input, Process dan Product.3
Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Komponen Konteks : Kinerja pengawas PAI SMP dalam penyusunan
program pengawasan di kabupaten Gunungkidul tahun 2013/2014,
terdiri dari program tahunan, program semester, dan Rencana
Kepengawasan Akademik (RKA).
b. Komponen Input dan Proses :
a. Kinerja pengawas PAI SMP dalam pelaksanaan pengawasan di
kabupaten Gunungkidul tahun 2013/2014, terdiri dari:
a) Pembimbingan, pelatihan, dan pengembangan
profesionalitas guru PAI SMP
b) Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan empat Standar
Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar
penilaian, dan standar kelulusan)
c) Penilaian kinerja guru PAI SMP.
b. Kinerja pengawas PAI SMP dalam pelaporan program
pengawasan di kabupaten Gunungkidul tahun 2013/2014,
terdiri dari:
a) Laporan bulanan
b) Laporan semester
c) Laporan tahunan.
c. Komponen Produk :
1) Tingkat kinerja Pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul
tahun 2013/2014:
a) Kinerja dalam hal Penyusunan Program Pengawasan
b) Kinerja dalam hal Pelaksanaan Program Pengawasan2 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2012,
hlm.473.3Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009, hlm. 45.
4
c) Kinerja dalam hal Pelaporan Pelaksanaan Program
Pengawasan.
2) Hasil kinerja Pengawas PAI.
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer, Data
tersebut bersumber dari para pengawas PAI SMP Pokjawas kabupaten
Gunungkidul. Sumber data sekunder, yaitu dari beberapa dokumen tentang
profil pengawas PAI SMP Pokjawas kabupaten Gunungkidul, dokumen
pengawas dan sebagainya serta wawancara dengan Kepala kantor
Kementerian Agama, Kasi PAIS, MGMP, GPAI, yang dipergunakan
untuk melengkapi serta mendukung data primer sehingga kedua sumber
data tersebut saling melengkapi dan memperkuat analisis permasalahan.
Kriteria evaluasi diperlukan sebagai penentuan keberhasilan
program. Setiap variabel program dianggap baik, jika memenuhi syarat-
syarat yang mencakup kawasan indikator-indikator. Dalam evaluasi
kinerja pengawas memerlukan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Konteks
Dalam hal perencanaan menyusun program tahunan, semester dan
RKA, mencakup mulai dari timbulnya konsep, pembahasan, sampai
sosialisasi. Memiliki program tahunan yang memenuhi enam aspek.
Memiliki program semester yang memenuhi empat aspek. Memiliki
RKA yang memenuhi sepuluh aspek.
b. Kriteia Input
Kriteria input mencakup sumber daya manusia dalam hal ini
pengawas, pemetaan kebutuhan guru, sosialisasi program, serta sarana
prasarana yang mendukung indikator guru menjadi baik.
c. Kriteria Proses
Kriteria proses meliputi indicator pelaksanaan pengawasan , metode
supervisi, frekwensi atau kwantitas kehadiran pengawas dan tindak
lanjut. Proses dikatakan baik, jika pengawas telah : melaksanakan
5
pembimbingan, pelatihan dan pengembangan profesionalitas guru PAI
SMP, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan empat standar nasional
pendidikan (standar isi, proses, penilaian, dan standar kelulusan), serta
melakukan penilaian kinerja guru PAI SMP. Selain hal tersebut,
pengawas juga menyusun laporan berupa laporan bulanan, semester
dan tahunan.
d. Kriteria Produk
Komponen produk dikatakan baik jika kinerja pengawas dalam hal
penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan program minimal memperoleh
skor akhir 76 dengan klasifikasi prestasi kinerja baik. Hal ini menjadi
harapan bersama, agar mampu meningkatkan profesionalisme guru.
Dalam rangka pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis
menggunakan empat metode, yaitu:observasi, wawancara, angket dan
dokumentasi. Dalam pengujian keabsahan/ kredibilitas data pada
kualitatif, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check. 4 Dalam
penelitian ini lebih menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.5 Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
Dalam penelitian kuantitatif, salah satu alat untuk mengambil
data adalah dengan instrumen. Instrumen yang baik harus bersifat
valid dan reliable. Dengan menggunakan instrument yang valid dan
reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian
akan menjadi valid dan reliabel. Dalam hal ini, peneliti mengadaptasi
instrument dari instrument penilaian kinerja baku yang digunakan
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 2009..., hlm. 365.5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 2009..., hlm. 369.
6
oleh pemerintah6. Oleh karena instrument ini telah menjadi acuan tim
penilai dalam menilai kinerja pengawas, dianggap sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya .
B. LANDASAN TEORI
1 Konsep Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang). Menurut Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya.7 Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris, work performance atau job performance.8 Kinerja dalam
bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.
Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan
kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan
motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kinerja selalu
mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan
produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana pendapat
Davis bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah faktor kemampuan (abality) dan faktor motivasi (motivation)
atau dengan kata lain,”performance = abality + motivation”.9
Menurut Prawirosentono kinerja atau performance
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
6 Instrumen Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah Madya, Kemdikbud Badan Pengembangan SDM P&K dan PMP.
7 A.Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
8 Jasmani Asf & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, cet.I, 2013, hal. 155.
9 Jasmani Asf & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru.............,hal. 155.
7
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika.10 Kinerja individu adalah
dasar kinerja organisasi, dan untuk memaksimalkan kinerja masing-
masing individu, berhubungan dengan perilaku individu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat
diambil pengertian bahwa kinerja pengawas PAI adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seorang pengawas PAI di lembaga pendidikan
atau Pokjawas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya dalam
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhannya. Prestasi kerja pengawas dalam menunaikan tugas
pokoknya perlu mendapat penilaian. Hasil penilaian kinerja pengawas
ini sangat berguna sebagai bahan refleksi, peningkatan kinerja serta
peningkatan profesionalisme pengawas.
2 Konsep Pengawas PAI SMP
Pengawas pendidikan agama yang berada dalam lingkungan
Kementerian Agama adalah pegawai negeri sipil di lingkungan
Kementerian Agamayang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum dan
penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan prasekolah, sekolah dasar dan menengah.11
Pengawas Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya disebut
Pengawas PAI pada sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dalam jabatan fungsional pengawas pendidikan agama Islam
10 Prawirosentono S., Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE, 1999.
11 Binti Maunah, “Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik”, .......hal.282.
8
yang tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah.12 Pengawas PAI
pada Sekolah meliputi Pengawas PAI pada TK, SD/SDLB,SMP/SMPLB,
SMA/SMALB, dan/atau SMK.
Dari definisi tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa Pengawas
PAI SMP adalah PNS yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas
yang tugas pokok dan fungsinya serta tanggungjawab dan wewenangnya
melakukan pengawasan PAI pada jenjang sekolah SMP. Pembahasan
dalam penelitian ini dengan melihat pengawas dari sisi bagian
pengawasan PAI-nya saja.
3 Penilaian Kinerja Pengawas PAI SMP
a. Pengertian
Penilaian kinerja pengawas PAI adalah proses menentukan kinerja
pengawas PAI dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang telah
didefinisikan, baik proses maupun hasil kerja yang dicapainya sebagai
pengawas PAI. Suharsimi Arikunto menjelaskan penilaian adalah
mengambil keputusan baik dan buruk terhadap sesuatu dengan ukuran
baik-buruk dan penilaian bersifat kualitatif.13
Penentuan kinerja pengawas PAI dapat dilihat dari sejauh mana
pengawas tersebut berperan dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi dengan batas tanggungjawab dan wewenangnya dalam
berkontribusi pemberdayaan pada guru PAI di sekolah serta tentunya
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
a. Indikator penilaian kinerja
a) Penyusunan program pengawasan PAI SMP
Penyusunan program pengawasan adalah rencana
kegiatan pengawasan yang akan dilaksanakan oleh pengawas
sekolah dalam kurun waktu (satu periode) tertentu. Dirjen
12 PMA No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada Sekolah, Bab I pasal 1.
13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 6.
9
PMPTK14 membagi menjadi tiga program pengawasan,
berkaitan di sini program pengawasan mata pelajaran PAI
yang terdiri dari: Program tahunan, Program semester dan
Rencana kepengawasan akademik (RKA).
b) Pelaksanaan program pengawasan PAI
Terdapat tiga kriteria yang akan dibahas penulis dalam
menganalisis pelaksanaan program pengawasan yaitu:
i. Pembimbingan, pelatihan dan pengembangan
profesionalitas guru PAI.
ii. Pemantauan dan pembinaan standar nasional PAI,
iii. Penilaian kinerja guru PAI.
c) Pelaporan program pengawasan PAI
Pengertian pelaporan program pengawasan adalah
penyampaian informasi yang dilakukan secara teratur tentang
proses dan hasil suatu kegiatan pada pihak yang berwenang
dan bertanggungjawab terhadap kelancaran kegiatan
pengawasan.15 Dalam laporan tersebut berisi tentang
sistematika pelaksanaan program pembinaan, pemantauan
dan penilaian serta pembimbingan dan pelatihan profesional
guru. Binti Maunah menjelaskan laporan pengawas sebagai
bukti pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan tugas
kepengawasannya.16 Dalam hal ini pengawas membuat
laporan secara berkala seperti laporan bulanan, semesteran
dan tahunan dibuat secara obyektif dilengkapi dengan data
pendukung.
b. Penentuan Tingkat Kinerja Pengawas PAI SMP14 Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru
dan Pengawas, 2009, hal. 37.15 Depdiknas, Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial (Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009.
16 Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktik, Yogyakarta: Teras cet. I, 2009.
10
Penilaian kinerja pengawas dilaksanakan dalam beberapa
tahap, di antaranya persiapan, pelaksanaan penilaian, verifikasi,
analisis hasil, penarikan kesimpulan dan rekomendasi serta
pelaporan. Penilaian kinerja pengawas merupakan penilaian
berbasis bukti dan kuesioner. Bukti dapat berupa data, dokumen,
perilaku dan lainnya yang dapat diidentifikasi oleh penilaian
melalui pengkajian, pengamatan dan penggalian informasi dari
pihak yang terkait.
Penentuan hasil penilaian atau pernyataan “YA” untuk
setiap indikator diberikan, jika secara kuantitas dan kualitas
indikator tersebut memenuhi ≥70 % aspek dan bukti yang terdapat
dalam rubrik yang telah ditetapkan, sedangkan pernyataan
“TIDAK” diberikan, jika kriteria secara kuantitas dan kualitas <
70 %. Berdasarkan jumlah pernyataan “YA” atau “TIDAK”,
penilai menentukan masing-masing nilai komponen penyusunan
program (K1), pelaksanaan (K2), dan pelaporan (K3) dengan
rumus sebagai berikut 17:
Konversikan nilai komponen tersebut dari prosentase ke angka
dengan mengacu kepada rentang prosentase sebagai berikut 18:
1) 75 % < X < 100 % = 4
2) 50 % < X ≤ 75 % = 3
3) 25 % < X < 50 % = 2
4) 0 % < X < 25 % = 1
17 Kemdikbud, Badan PSDMPK dan PMP, Pedoman Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah Muda/ Madya/ Utama, 2012, hal. 16.
18 Kemdikbud, Badan PSDMPK dan PMP, Pedoman Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah Muda/ Madya/ Utama, 2012, hal. 16.
11
Nilai Komponen = Total pernyataan “YA” x 100 % Total Indikator Komponen
Nilai akhir penilaian kinerja pengawas ditentukan oleh nilai tiga
komponen dengan perhitungan menggunakan bobot seperti
berikut:
Tabel 4
Pengolahan Hasil Penilaian Kinerja Pengawas
No Komponen BobotSkor
KomponenNK NAK Predikat
1 Penyusunan Program (K1) 20
2 Pelaksanaan Program (K2) 50
3 Pelaporan Program (K3) 30
Jumlah Skor
Nilai Akhir
Predikat Nilai
Keterangan :
K = Komponen
NK = Nilai Komponen
NAK = Nilai Akhir Komponen
Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan
mengenai prestasi kinerja seorang pengawas sebagai hasil penilaian
kinerja menggunakan transformasi dari skala 100 ke kualifikasi
kinerja berikut 19:
19 Kemdikbud, Badan PSDMPK dan PMP, Pedoman Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah Muda/ Madya/ Utama, 2012, hal. 18.
12
Rumus
NK = Bobot Komponen x Skor Komponen
NAK = ( NK : (Bobot x 4)) x 100
Tabel 5
Transformasi dari Rentang Skor ke Nilai
Rentang Skor Akhir Nilai (Huruf) Klasifikasi Prestasi
Kinerja
91-100 A Amat Baik
76-90 B Baik
61-75 C Cukup
51-60 D Sedang
0-50 E Kurang
4. Model evaluasi program
Terdapat beberapa model evaluasi program yakni model
evaluasi CIPP oleh Stufflebeam, model UCLA Alkin yang hampir
sama dengan model CIPP, model Brinkerhoff dan model Stake atau
model Countenance. Sedangkan, model evaluasi program pada
penelitian ini adalah menggunakan model CIPP yang merupakan
kependekan dari Context, Input, Process dan Product. Karena model
ini melihat program sebagai suatu sistem sehingga jika tujuan program
tidak tercapai, bisa dilihat di proses bagian mana yang perlu
ditingkatkan.20
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komponen Konteks
Dalam penyusunan program pengawasan 2013/ 2014 di bawah
kepemimpinan Drs. Rubino, MA, bersifat transformasional. Ide atau
konsep diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil analisis dan evaluasi
periode yang lalu serta tindak lanjut hasil pengawasan sebagai acuan
dalam penyusunan program pengawasan, media dan hasil mengikuti diklat
20http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19622/4/Chapter%20II.pdf,diunduhpada tanggal 20 Januari 2013: 13.10 WIB.
13
kepengawasan. Konsep yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut,
kemudian dibahas dan dikaji oleh semua pengawas di lingkungan
Kemenag. Pengkajian dilakukan berdasarkan panduan yang ada, sehingga
menghasilkan suatu kesepakatan bersama untuk disosialisasikan terlebih
dahulu sebelum menerapkannya.21
Setiap pengawas PAI SMP telah memiliki program tahunan yang
memenuhi enam aspek, yaitu aspek identitas, pendahuluan, identifikasi
dan analisis hasil pengawasan, program pengawasan, penutup dan
lampiran.22 Program semester yang merupakan teknis operasional kegiatan
pengawas pada setiap guru binaannya, tersusun secara rapi oleh setiap
pengawas yang mengacu pada program tahunan dan kebutuhan serta
keadaan pada setiap karakteristik guru. Berdasarkan hasil observasi23,
dapat disimpulkan bahwa masing-masing pengawas telah menyusun
Program Semester, yang terbagi menjadi Promes semester ganjil dan
genap. Memiliki program semester yang memenuhi empat aspek, yaitu
identitas sekolah, visi dan misi, identifikasi masalah dan deskripsi
kegiatan.
Setiap pengawas telah menyusun RKA sesuai dengan
permasalahan prioritas pada setiap guru binaannya dalam hal
meningkatkan mutu pembelajaran PAI. Meskipun berbeda daerah
binaannya, terdapat banyak kesamaan yang menjadi masalah prioritas
dalam hal pelaksanaan pembelajaran seperti kurangnya pengembangan
metode pembelajaran PAI yang dirasa masih cenderung konvensional
dengan ceramah. Memiliki RKA yang memenuhi sepuluh aspek yakni,
aspek pembinaan, tujuan, indicator keberhasilan, waktu, tempat, strategi,
scenario kegiatan, sumber daya yang digunakan, penilaian dan instrument,
serta rencana tindak lanjut.
21 Wawancara terhadap Ketua Pokjawas, Drs. Rubino, MA, dikutip pada tanggal 17 Juni 2014.
22 Observasi dokumentasi Program Tahunan Pengawas PAI SMP tahun 2013/2014, dikutip pada tanggal 10 Juli 2014.
23 Observasi dokumentasi Program Semester Pengawas PAI SMP tahun 2013/2014, dikutip pada tanggal 10 Juli 2014.
14
2. Komponen Input dan Proses
Sumber daya manusia dalam hal ini pengawas PAI SMP tegolong
baik, secara kualifikasi telah terpenuhi. Hal ini nampak dalam pendidikan
terakhir adalah S2 dengan pangkat Pembina/ IV-a , terkecuali Ketua
Pokjawas berpangkat Pembina Tingkat I / IV-b. Kompetensi kepribadian,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan,
dan kompetensi sosial telah dimiliki secara baik. Pengembangan
kompetensi pengawas melalui berbagai training, diklat, bimtek dan
workshop kepengawasan telah sering diikuti.24
Mengingat beban kerja pengawas yang overload, kunjungan ke
sekolah tidak berjalan sebagaimana rencana dalam program. Hal ini juga
disebabkan oleh factor alam, lokasi yang terlalu sulit dijangkau sehingga
kedatangan pengawas sangatlah jarang.25 Demikian halnya dengan
kunjungan kelas, dirasa masih jarang dilakukan pengawas. Kedatangan
pengawas hanya sekedar menyodorkan instrument untuk diisi oleh guru
PAI di daerah binaannya.26
Pengawas PAI telah melakukan pembimbingan, pelatihan dan
pengembangan profesionalitas guru melalui berbagai agenda kegiatan,
seperti dalam hal Pembinaan guru PAI yang menjadi agenda rutin Kasi
PAIS Kemenag kabupaten Gunungkidul bekerjasama dengan Kanwil,
agenda workshop dan diklat MGMP PAI, agenda bimtek Kurikulum 2013,
maupun melalui Kunjungan Kelas.
Pelaporan sebagai implikasi dari pelaksanaan program telah dibuat
oleh setiap pengawas dengan baik. Namun, ditemukan data bahwa khusus
laporan bulanan belum tersusun sebagaimana mestinya, dikarenakan
padatnya jadwal kunjungan serta banyaknya tugas tambahan (dinas luar).27
24 Wawancara dengan Ketua Pokjawas, Drs. Rubino, MA, dikutip pada tanggal 16 Juni 2014.
25 Wawancara dengan Guru PAI SMPN 1 Rongkop,dikutip pada tanggal 20 Juni 2014.
26 Wawancara dengan guru PAI SMP di Purwosari, dikutip pada tanggal 25 Juni 2014.
27 Wawancara dengan Ketua Pokjawas, dikutip pada tanggal 16 Juni 2014.
15
Meskipun demikian, laporan semester yang terbagi atas semester ganjil
dan genap serta laporan tahunan telah tersusun dengan tetib.
3. Komponen Produk
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan di depan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Kinerja Pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul tahun 2013/
2014 dalam penyusunan program pengawasan mencapai nilai akhir
komponen 100, predikat kinerja sangat baik.
Terdapat hubungan yang sinergis serta komunikasi yang baik untuk
saling member dan menerima di antara pengawas PAI SMP di dalam
memutuskan suatu program kepengawasan. Penyusunan program
kepengawasan tahun 2013/2014 di bawah kepemimpinan Drs.
Rubino, MA bersifat transformasional. Prota, Promes dan RKA telah
tersusun dengan tertib dan lengkap sesuai dengan panduan. Program
semester yang merupakan teknis operasional kegiatan pengawas pada
setiap guru binaannya, mengacu pada program tahunan dan kebutuhan
serta keadaan pada setiap karakteistik guru. Penyusunan RKA
disesuaikan dengan permasalahan prioritas pada setiap guru
binaannya dalam hal meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
b. Kinerja Pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul dalam hal
pelaksanaan program pengawasan mencapai nilai akhir komponen 75,
predikat kinerja cukup.
Sumber daya manusia dalam hal ini Pengawas PAI SMP secara
kualifikasi pendidikan, pangkat dan kemampuan mengembangkan
profesionalisme melalui diklat, workshop dan sejenisnya tegolong
baik. Pelaksanaan tugas pengawas dalam hal pembinaan guru PAI
berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran juga tergolong
baik. Namun, komponen kinerja yang kurang mendapat perhatian dari
Pengawas PAI SMP nampak dalam hal melaksanakan serta
mengevaluasi pembimbingan dan pelatihan profesional guru melalui
16
forum MGMP dan sejenisnya. Belum melaksanakan pembimbingan
dan pelatihan profesional guru dalam penelitian tindakan. Demikian
halnya juga tidak membuat laporan hasil pembimbingan dan pelatihan
profesional guru tersebut.
Beberapa hal tersebut disebabkan beban kerja yang overload antara
waktu yang tersedia dengan beban wilayah sekolah dan jumlah guru,
Pengawas lebih memprioritaskan pada aspek pemantauan dan
pembinaan standar PAI termasuk dalam hal supervisi akademik, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran sampai
kunjungan kelas. Kekompakan pengawas dalam hal pembagian kerja
yang telah ditentukan oleh Ketua Pokjawas, nampak ketika pengawas
tidak merasa dirugikan dengan wilayah binaannya yang mudah
ataupun sulit terjangkau. Pembagian wilayah kerja berdasarkan
kedekatan dengan wilayah tempat kediaman masing-masing.
Pengawas memposisikan diri sebagai partner kerja sekaligus
konsultan bagi guru-guru PAI SMP. Pengawas dalam memberikan
solusi dalam upaya memperbaiki kekurangan guru, dapat melalui
sharing, kolaborasi dan demokratis. Kreatifitas dan proaktif pengawas
dalam konteks ini menjadi sangat urgen dan tentu saja kreatifitas yang
diperlukan adalah kreatifitas yang konstruktif dan mampu untuk
dilaksanakan di lapangan dengan efektif dan efisien. Pendekatan tidak
langsung dan kolaboratif mewarnai pelaksanaan pengawasan,
sehingga guru tidak merasa canggung dalam berkonsultasi.
c. Kinerja Pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul dalam hal
pelaporan pelaksanaan program pengawasan mencapai nilai akhir
komponen 75, predikat kinerja cukup.
Pengawas PAI SMP dalam melaksanakan laporan bulanan belum
maksimal. Data yang muncul hanya sebatas laporan kunjungan ke
sekolah/madrasah binaan masing-masing. Belum menyentuh pada
ranah analisis tentang laporan bulanan pada aspek persoalan dan
adanya perbaikan tentang perencanaan program pada bulan berikutnya.
17
Berbeda halnya dengan laporan semester dan tahunan yang telah
tersusun dengan tertib dan rapi, berupa data dokumen, program
pengawas, lampiran bukti fisik kunjungan dan instrument supervisi,
monitoring maupun evaluasi.
d. Tingkat Kinerja Pengawas PAI SMP kabupaten Gunungkidul tahun
2013/ 2014 dalam kategori baik
Berdasarkan hasil pengolahan penilaian kinerja pengawas melalui
angket dan observasi, nampak bahwa kinerja Pengawas PAI SMP pada
komponen penyusunan program (K1) memperoleh nilai akhir 100,
predikat kinerja amat baik. Namun, kinerja Pengawas PAI SMP pada
komponen pelaksanaan program (K2) dan pelaporan program (K3)
hanya memperoleh nilai akhir 75, predikat cukup. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan Pengawas PAI SMP
memperoleh nilai kinerja Baik dengan nilai 80.
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Kinerja Pengawas PAI SMP pada komponen penyusunan program (K1)
memperoleh nilai akhir 100, predikat kinerja amat baik. Namun, kinerja
Pengawas PAI SMP pada komponen pelaksanaan program (K2) dan
pelaporan program (K3) hanya memperoleh nilai akhir 75, predikat cukup.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan Pengawas PAI
SMP memperoleh nilai kinerja Baik dengan nilai 80.
2. Rekomendasi
Pengawas PAI SMP Kabupaten Gunungkidul tahun 2013/2014, dimohon
untuk dapat meningkatkan kinerjanya pada komponen Pelaksanaan
program (K2) dan komponen Pelaporan pelaksanaan program (K3), karena
nilainya baru mencapai Cukup (75). Sedangkan komponen yang perlu
mendapat prioritas pembinaan adalah pembimbingan dan pelatihan
profesionalisme guru.
18
E. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur dkk, Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI
pada Sekolah, 2012
Amin Ahmad, Al-Akhlaq, Etika, (Ilmu Akhlak), (terjemahan Farid Ma’ruf dari
al-Akhlaq, Jakarta: Bulan Bintang,cet. Ke-1, 1975.
Arikunto, S.,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, cet.
Ke-10, 1993.
Arikunto, S., Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Darma, Agus, Manajemen Supervisi (Petunjuk Praktis bagi para Supervisor),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. VI, 2004.
Departemen Agama RI, Pedoman Supervisi Pondok Pesantren Salafiyah
dalam rangka Wajib Belajar Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen PMPTK Direktorat Tenaga
Kependidikan, Buku 2 Pedoman Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah/
Madrasah, Cet. VI, 2009.
Depdiknas, Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial (Bahan Belajar
Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009.
Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional, Penyusunan Program
Pengawasan Sekolah, 2008.
Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan
Tugas Guru dan Pengawas, 2009.
Ivancevich, John M.dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Gina Gania
penj., Jakarta: Erlangga, 2006.
19
Jasmani Asf & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam
Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, cet.I, 2013.
Kemendiknas, Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional,
2011.
Mangkunegara, A.Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
Maunah, Binti, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Teras, Cet. I, 2009.
M. Sulthon, Study Pengembangan Kinerja Dosen IAIN Walisongo 2010,
Semarang: tp, 2010.
Prawirosentono S., Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja
Karyawan, Yogyakarta: BPFE, 1999.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, Cet. XVIII, 2008.
Sagala, Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan: Membantu
Mengatasi Kesulitan Guru Memberikan Layanan Belajar yang
Bermutu, Bandung: Alfabeta, cet. I, 2010.
Shawwi, t.t, Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir Jalalain, Haramain, jilid 2.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Bandung: Alfabeta,
2009.
Sukamadinata, N.S., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
2005.
Syukur N.C. Fatah, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet.I, 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa Depdiknas, 2008.
20
21