· web viewhasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan...

22
Bagian ini menyajikan hasil perhitungan indeks tunggal dari masing-masing indikator yang digunakan untuk menyusun indeks komposit kualitas hidup anak, perlindungan khusus untuk anak, dan kemiskinan anak. Indeks tunggal diklasifikasikan menurut provinsi dan daerah tempat tinggal (kota-desa). Selain itu, beberapa indeks tunggal juga diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Penentuan kelompok umur disesuaikan dengan jenis indikator, misalnya kelompok umur untuk indikator pendidikan disesuaikan dengan kelompok usia sekolah dan kelompok umur untuk indikator kesehatan disesuaikan dengan kelompok umur yang penting menurut kesehatan. Namun demikian, tidak semua indeks tunggal harus diklasifikasikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, atau daerah tempat tinggal. Hal ini tergantung pada kepentingan dari pengklasifikasian tersebut. Hasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1- 51), Perlindungan Khusus Untuk Anak (Lampiran 52-74), dan Kemiskinan Anak (Lampiran 75). Pada bagian berikut disajikan contoh indeks tunggal untuk masing-masing kelompok dan cara menganalisisnya. 59 BAB IV PEMBAHASAN HASIL INDEKS TUNGGAL

Upload: hakhanh

Post on 15-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Bagian ini menyajikan hasil perhitungan indeks tunggal dari masing-masing indikator yang digunakan untuk menyusun indeks komposit kualitas hidup anak, perlindungan khusus untuk anak, dan kemiskinan anak. Indeks tunggal diklasifikasikan menurut provinsi dan daerah tempat tinggal (kota-desa). Selain itu, beberapa indeks tunggal juga diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Penentuan kelompok umur disesuaikan dengan jenis indikator, misalnya kelompok umur untuk indikator pendidikan disesuaikan dengan kelompok usia sekolah dan kelompok umur untuk indikator kesehatan disesuaikan dengan kelompok umur yang penting menurut kesehatan. Namun demikian, tidak semua indeks tunggal harus diklasifikasikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, atau daerah tempat tinggal. Hal ini tergantung pada kepentingan dari pengklasifikasian tersebut.

Hasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51), Perlindungan Khusus Untuk Anak (Lampiran 52-74), dan Kemiskinan Anak (Lampiran 75).

Pada bagian berikut disajikan contoh indeks tunggal untuk masing-masing kelompok dan cara menganalisisnya.

4.1 Analisis Indeks Tunggal Kualitas Hidup AnakBerikut disajikan contoh indeks tunggal dari kualitas hidup anak,

khususnya mengenai kesehatan, yaitu indeks tunggal anak balita (bawah lima tahun) yang pernah diberi ASI. Indikator anak balita yang pernah diberi ASI ini digunakan sebagai salah satu indikator yang menentukan kualitas kesehatan balita karena sangat berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak balita pada tahap selanjutnya.

59

BAB IVPEMBAHASAN

HASIL

Page 2:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

4.1.1Rank dan Indeks Tunggal Anak Balita Pernah Diberi ASI menurut Provinsi dan WilayahGambar 4.1 menunjukkan provinsi menurut indeks tunggal anak

balita yang pernah diberi ASI di perkotaan. Semakin tinggi nilai indeks tunggalnya, berarti semakin banyak anak balita yang pernah diberi ASI dan diharapkan kualitas kesehatan anak semakin baik. Provinsi yang mempunyai indeks tunggal tinggi diberi nilai rangking rendah, sedangkan provinsi yang mempunyai indeks tunggal rendah diberi nilai rangking tinggi.

Di daerah perkotaan, provinsi yang mempunyai indeks tunggal paling tinggi untuk anak balita yang pernah diberi ASI adalah DI Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah, dengan rangking satu sampai lima. Artinya, dikelima provinsi tersebut jumlah anak balita yang pernah diberi ASI relatif lebih banyak dibandingkan propinsi lain di Indonesia. Hasil ini bisa diterima, mengingat provinsi tersebut berada di Pulau Jawa-Bali yang akses terhadap informasi lebih tinggi dibanding provinsi lainnya sehingga pengetahuan ibu tentang pengasuhan anak juga lebih baik. Khusus Provinsi DI Yogyakarta yang menduduki rangking tertinggi dalam pemberian ASI, dapat dipahami karena kenyataan provinsi ini juga mempunyai Angka Harapan Hidup waktu lahir yang tinggi.

Sementara itu, lima provinsi yang perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai indeks tunggal rendah atau nilai rangking tinggi tentang anak balita yang pernah diberi ASI adalah Lampung, Maluku, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, dan Riau. Penyebab dari kondisi ini perlu diteliti lebih lanjut, diantaranya mungkin terkait dengan kebiasaan atau budaya setempat dalam pemberian makan pada bayi.

Catatan: pada waktu melihat dan menganalisis hasil perhitungan nilai indeks tunggal, perlu memperhatikan kondisi wilayah untuk memberikan pemaknaan yang baik terhadap nilai tersebut. Selain itu, perlu diperhatikan juga berbagai hal terkait dengan cara pengambilan sampel di lapangan. Kondisi geografis, dan keamanan suatu wilayah kadang mempengaruhi cara pengambilan sampel di lapangan. Hal ini

60

Page 3:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

dimaksudkan untuk menghindari konflik akibat hasil yang kontradiktif. Beberapa provinsi yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dalam melakukan pengambilan sampel, misalnya Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku Utara, dan daerah lain yang mengalami konflik. Ke depan sangat menarik untuk melihat Provinsi DI Yogyakarta, mengingat tahun 2010 ini mengalami bencana Gunung Merapi.

Gambar 4.1. Indeks Tunggal Anak Balita Yang Pernah Diberi ASI, di Perkotaan

Kondisi berbeda diperlihatkan pada Gambar 4.2. Di daerah perdesaan, tampak bahwa Provinsi DI Yogyakarta justru mempunyai nilai indeks tunggal paling rendah untuk anak balita yang pernah diberi ASI. Selanjutnya Provinsi Bali, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Melihat kondisi seperti ini sepertinya merupakan sesuatu yang tidak mungkin karena kelima provinsi tersebut kondisinya berada di bawah Provinsi Maluku. Perlu penelaahan lebih lanjut terhadap hasil indeks ini, yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat. Salah satu kemungkinan, kelima provinsi ini merupakan provinsi yang mudah dijangkau sampai tingkat perdesaan, sehingga pelaksanaan sampling/pendataan lebih mudah dilakukan sampai ke pelosok-pelosok. Dengan demikian hasilnya lebih menggambarkan kondisi sebenarnya di wilayah perdesaan tersebut.

61

Page 4:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Tidak demikian halnya dengan provinsi yang aksesnya sulit sampai ke perdesaan.

Gambar 4.2. Indeks Tunggal Anak Balita Yang Pernah Diberi ASI, di Perdesaan

4.1.2Rank dan Indeks Tunggal Anak Balita Pernah Diberi ASI Menurut Provinsi, Wilayah dan Jenis KelaminLampiran 51 menunjukkan hasil perhitungan Gender Equality

Indexes (GEI) untuk anak balita yang pernah diberi ASI. Hasil Gender Equality Indexes (GEI) tersebut disajikan pada Gambar 4.3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai GEI di perkotaan berkisar antara 0,5 sampai 2,6. Provinsi dengan nilai GEI paling tinggi di perkotaan yaitu Provinsi DI Yogyakarta. Selanjutnya keempat tertinggi lainnya yaitu provinsi Gorontalo, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Hal ini berarti di kelima provinsi tersebut resiko anak balita perempuan pernah diberi ASI jauh lebih tinggi dibandingkan resiko anak balita laki-laki.

Provinsi Di Yogyakarta mempunyai nilai GEI sama dengan 2,6. Hal ini menunjukkan bahwa resiko anak balita perempuan pernah diberi ASI 2,6 kali resiko anak balita laki-laki.

62

Page 5:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Gambar 4.3. Provinsi Menurut Capaian Gender Equality Indexes Dalam Anak Balita Yang Pernah Diberi ASI, di Perkotaan

Capaian nilai Indeks Kesetaraan Gender untuk daerah perdesaan berbeda dengan daerah perkotaan dalam hal anak balita pernah diberi ASI. Pada Gambar 4.4 tampak kisaran nilai GEI di perdesaan antara 0.6 sampai 1.6. Provinsi dengan indeks kesetaraan gender dalam hal anak balita pernah diberi ASI paling tinggi adalah Gorontalo, yaitu 1.6. Artinya anak balita perempuan mempunyai resiko pernah diberi ASI 1,6 kali anak balita laki-laki. Empat provinsi lain yang mempunyai indeks kesetaraan gender tinggi di perdesaan yaitu Kalimantan Tengah, Jambi, Papua Barat, dan Bengkulu. Dengan kata lain masih ada perbedaan gender dalam hal pemberian ASI terhadap anak balita.

63

Page 6:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Gambar 4.4. Provinsi Menurut Capaian Gender Equality Indexes Dalam Anak Balita Yang Pernah Diberi ASI, di Perdesaan

4.2 Analisis Indeks Tunggal Perlindungan Khusus Untuk AnakIndeks tunggal perlindungan anak dibentuk berdasarkan masing-

masing indikator yang telah disepakati. Pada Lampiran 52 - 74 disajikan berbagai indeks tunggal terkait perlindungan khusus untuk anak. Sebagai contoh, berikut ini disajikan gambaran mengenai indeks tunggal mengenai kepemilikan akte kelahiran.

4.2.1Rank dan Indeks Tunggal Kepemilikan Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan WilayahPada Gambar 4.5 tampak gambaran provinsi menurut rangking

indeks tunggal dalam hal kepemilikan akte kelahiran di Perkotaan. Kepemilikan akte kelahiran dalam perlindungan khusus untuk anak dilihat dari anak yang tidak memiliki akte kelahiran. Arah panah menunjukkan semakin tinggi nilai indeks tunggal kepemilikan akte kelahiran, semakin jelek. Sejalan dengan itu, rangking provinsi juga semakin besar.

Provinsi dengan masalah anak yang tidak memiliki akte lahir di perkotaan paling tinggi yaitu Sumatera Utara, dengan indeks tunggal tidak memiliki akte kelahiran paling tinggi. Selanjutnya Provinsi Sulawesi Barat, Nusa Tenggara barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara

64

Page 7:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

dengan rank 30-33. Sementara yang paling rendah rank anak yang tidak memiliki akte kelahiran yaitu DI Yogyakarta. Dengan kata lain provinsi ini merupakan provinsi yang paling baik dalam hal kepemilikan akte kelahiran oleh anak usia 0-6 tahun.

Gambar 4.5. Indeks Tunggal Anak Usia 0-6 Tahun Tidak Memiliki Akte Kelahiran

di Perkotaan

DI Yog

yakart

a

Bangka

-Belitun

g

Bengku

lu

Jawa T

enga

h

Kaliman

tan Bara

tJam

bi

Kaliman

tan Sela

tanBan

ten

Jawa B

arat

Papua

Barat

Bali

Sulawesi

Selatan

Sulawesi

Tenga

hRiau

Maluku

Nusa Ten

ggara

Timur

Sulawesi

Barat

0

50

100

150

200

250

100

Perkotaan

Kondisi anak yang tidak memiliki akte kelahiran di perdesaan disajikan pada Gambar 4.6. Jika diperhatikan capain indeks kepemilikan akte lahir di perkotaan dan perdesaan menunjukkan hasil yang konsisten. Provinsi DI Yogyakarta menduduki rangking terendah dalam kepemilikan akte kelahiran baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dengan kata lain, provinsi ini mempunyai masalah kepemilikan akte kelahiran paling rendah dibanding provinsi lainnya. Hal yang sama juga terjadi untuk capaian rangking tertinggi, terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Dengan kata lain, provinsi ini mempunyai permasalahan kepemilikan akte kelahiran paling tinggi. Berbeda hanya pada urutan rank provinsi yang masuk lima terendah yaitu Papua, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.

65

Page 8:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Gambar 4.6. Indeks Tunggal Anak Usia 0-6 Tahun Tidak Memiliki Akte Kelahiran

di Perdesaan

DI Yogy

akarta

Jawa T

engah

Kalimant

an Timur

Bengkul

u

Kalimant

an Sela

tan

Sumate

ra Sela

tan

Kalimant

an Bara

t

Jawa B

arat

Sulawesi

Selatan

INDONESIABant

en

Goronta

lo

Sumate

ra Bara

t

Sulawesi

Tengah

Papua

Maluku

Sumate

ra Utar

a0

20406080

100120140160

100

Perdesaan

4.2.2Rank dan Indeks Tunggal Kepemilikan Akte Kelahiran Menurut Provinsi, Wilayah dan Jenis KelaminBerdasarkan Lampiran 74, dapat diketahui GEI khusus kepemilikan

akte kelahiran. Secara grafik hasil Gender Equality Indexes (GEI) untuk kepemilikan akte kelahiran disajikan pada Gambar 4.7. Dari gambar tersebut tampak bahwa untuk provinsi Kalimantan Tengah mempunyai GEI paling rendah dalam hal kepemilikan akte kelahiran. Selanjutnya empat provinsi terendah lainnya yaitu Maluku Utara, Kalimantan Selatan, Gorontalo dan Papua Barat. Berarti di kelima provinsi tersebut terdapat perbedaan yang cukup rendah antara anak usia 0-6 tahun yang perempuan dengan laki-laki dalam hal kepemilikan akte kelahiran (dilihat dari yang tidak memiliki kate kelahiran).

Nilai GEI di perkotaan antara 0.73 sampai dengan 1.35. GEI Paling tinggi adalah Kepulauan Riau yaitu 1.35, artinya anak perempuan usia 0-6 tahun di provinsi tersebut mempunyai resiko tidak memiliki akte kelahiran sebesar 1.35 kali anak laki-laki.

66

Page 9:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Provinsi-provinsi yang mempunyai nilai GEI akte kelahiran = 1, menunjukkan anak laki-laki dan perempuan mempunyai resiko yang sama untuk memiliki akte kelahiran (Aceh, Jatim, Jabar, Kaltim, Sulteng).

Gambar 4.7. Gender Equality Indexes Kepemilikan Akte Kelahiran Anak Usia 0-6 Tahun Menurut Provinsi di Perkotaan

Kaliman

tan Ten

gah

Kaliman

tan Sela

tan

Papua

Barat

Riau

Nusa Ten

ggara

Timur

Sumate

ra Sela

tanPap

ua

Lampu

ng

Jawa T

imur

Jawa B

arat

Sulawesi

Tenga

h

Bengku

lu

Sulawesi

Selatan

Nusa Ten

ggara

Barat

Jambi

Bangka

-Belitun

g

Kaliman

tan Bara

t0.00.20.40.60.81.01.21.41.6

Perkotaan

Capaian Indeks Kesetaraan Gender untuk daerah perdesaan dalam hal kepemilikan akte lahir diperlihatkan pada Gambar 4.8. Provinsi dengan masalah indeks kesetaraan gender dalam hal kepemilikan akte kelahiran paling rendah adalah Papua Barat. Nilai GEI provinsi tersebut sekitar 0,87, artinya anak perempuan mempunyai resiko tidak memiliki akte kelahiran 0,87 kali anak laki-laki. Empat provinsi lain yang mempunyai indeks kesetaraan gender rendah di perdesaan yaitu Sulawesi Barat, Riau, Sumatera Barat dan Gorontalo. Sementara itu, provinsi dengan indeks kesetaraan gender paling tinggi dalam hal kepemilikan akte kelahiran di perdesaan yaitu DI Yogyakarta 1,31. Artinya, anak perempuan mempunyai resiko/peluang tidak memiliki akte kelahiran 1,31 kali anak laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua kurang memperhatikan pengurusan akte kelahiran anak perempuan mereka. Provinsi-provinsi yang mempunyai nilai GEI akte kelahiran = 1, menunjukkan anak laki-laki

67

Page 10:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk tidak memiliki akte kelahiran (Kepulauan Riau, NTB, Sumut, Sumsel, dan Kaltim).

68

Page 11:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Gambar 4.8. Gender Equality Indexes Kepemilikan Akte Kelahiran Anak Usia 0-6 Tahun Menurut Provinsi di Perdesaan

Papua

Barat

Riau

Goronta

loMalu

ku

Bengku

lu

Sulawesi

Selatan

Kepula

uan R

iau

Nusa Ten

ggara

Barat

Indon

esia

Jawa B

arat

Jawa T

enga

h

Kaliman

tan Bara

t

Lampu

ng

Kaliman

tan Sela

tan

Sulawesi

Utara Bali

DI Yog

yakart

a0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Perdesaan

4.3 Analisis Indeks Tunggal Kemiskinan Anak Lampiran Indeks Tunggal Kemiskinan Anak (Lampiran 75a sampai

75c), berturut-turut, menyajikan hasil analisis dengan memakai Eviews, yaitu Persentase Anak usia 7-18 tahun yang tidak tamat SD dan tidak sekolah lagi (rerata Indeks Kemiskinan Anak-1/rerata IKM1), persentase Anak usia 13-18 tahun yang tidak tamat SD dan tidak sekolah lagi (rerata IKM2), dan persentase Anak usia 16-18 tahun yang tidak tamat SD dan tidak sekolah lagi (rerata IKM3), menurut Provinsi (B1R1), jenis kelamin (JK), dan wilayah Kota/Desa (B1R5).

Perhatikanlah hasil analisis tersebut, khususnya untuk IKM1 dalam Lampiran 75a, menyajikan rangkuman statistik seperti di bawah ini. Begitu juga halnya untuk IKM2 dan IKM3.

(1). “Table 1: Conditional table for B1R5=1” menyajikan rerata IKM1 menurut provinsi dan jenis kelamin, khusus untuk Perkotaan (B1R5=1). Tabel ini memuat tiga rerata IKM1 menurut Provinsi, yaitu untuk anak laki-laki (JK=1), anak perempuan (JK=2), dan untuk Perkotaan (All) tanpa memperhitungkan jenis kelamin.

69

Page 12:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

(2). “Table 2: Conditional table for B1R5=2” menyajikan rerata IKM1 menurut provinsi dan jenis kelamin, khusus untuk Perdesaan (B1R5=2). Tabel ini memuat tiga rerata IKM1 menurut Provinsi, yaitu untuk anak laki-laki (JK=1), anak perempuan (JK=2), dan untuk Perdesaan (All) tanpa memperhitungkan jenis kelamin.

(3). “Table 3: Unconditional table” menyajikan rerata IKM1 menurut provinsi dan jenis kelamin. Tabel ini memuat tiga rerata IKM1 menurut Provinsi, yaitu untuk anak laki-laki (JK=1), anak perempuan (JK=2), dan untuk anak (all) tanpa memperhitungkan jenis kelamin.

Berdasarkan hasil dalam Lampiran 75, dapat disajikan rangkuman dekriptif sebagai di bawah ini.

4.3.1 Rank dan Indeks Tunggal Kemiskinan Anak Berdasarkan Indikator Kemiskinan-1 (IKM1) Menurut Provinsi dan Wilayah.

Berdasarkan hasil analisis dalam Lampiran 75a dapat dibentuk Rangkuman statistik deskriptif. Lampiran 76 menunjukkan rerata IKM1 dengan ukuran persentase, ranking menurut 33 provinsi dan satu pada tingkat national, dan indeks tunggal untuk masing-masing Perkotaan dan Perdesaan. Secara grafis disajikan pada Gambar 4.9.

Pada Gambar 4.9 tampak nilai indeks tunggal untuk IKM1, yang juga menggambarkan rangking masing-masing provinsi. Arah panah menunjukkan rangking IKM 1 semakin tinggi, dengan semakin tinggi nilai IKM1. Dengan kata lain, Rangking=1 untuk persentase yang terkecil, sementara untuk indeks tunggal kemiskinan anak berdasarkan IKM1 dibentuk sedemikian sehingga indeks pada tingkat nasional sama dengan 100.

Dari Gambar 4.9 dapat dilihat perbedaan tingkat masalah antar provinsi dan wilayah. Hal ini ditunjukkan baik oleh nilai rank maupun Indeks Tunggal Kemiskinan Anak yang dibentuk berdasarkan IKM1. Apabila dilihat rank menurut wilayah perkotaan dari masing-masing

70

Page 13:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

provinsi, yang paling bermasalah dengan indeks kemiskinan anak yaitu Provinsi Sulawesi Barat yaitu rank 34. Selanjutnya Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, Jambi, dan Sumatera Selatan, berturut-turut dengan ranking 30 sampai dengan 33. Sementara provinsi dengan rank pertama yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di bawah rank nasional. Dapat dikatakan bahwa provinsi tersebut mempunyai masalah kemiskinan anak di perkotaan paling rendah dibanding provinsi lain di Indonesia.

Gambar 4.9. Indeks Tunggal Kemiskinan Anak Berdasarkan Indikator Kemiskinan-1 (IKM1) di Perkotaan

Sulaw

esi Bara

t

Gorontal

o

Sumate

ra Se

latan Riau

Sulaw

esi Te

nggara

Sulaw

esi Se

latan

Nusa Te

nggara

Timur

Papua B

arat

Papua

DKI Jaka

rta

Maluku

Nusa Te

nggara

Barat

Jawa T

enga

h

Sumate

ra Bara

tBali

Nangg

roe A

ceh Daru

salam

Lampun

0

100

200

300

400

500

600

Pada Gambar 4.10 dapat dilihat kondisi di daerah perdesaan, provinsi yang mempunyai masalah terkait kemiskinan anak paling banyak terdapat di Provinsi Gorontalo. Provinsi lainnya yang termasuk tinggi dalam masalah kemiskinan anak di perdesaan yaitu Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Keempat provinsi tersebut menduduki ranking 30-33. Untuk capaian Provinsi Gorontalo dapat diterima, mengingat capaian IPM juga masih termasuk rendah, juga dalam hal status gizi buruk juga masih tinggi.

71

Page 14:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Bahkan untuk tahun 2005, status gizi buruk Gorontalo termasuk paling tinggi di Indonesia.

Gambar 4.10. Indeks Tunggal Kemiskinan Anak Berdasarkan Indikator Kemiskinan-1 (IKM1) di Perdesaan

Gorontal

o

Nusa Te

nggara

Timur

Sulaw

esi Bara

t

Papua B

arat

Maluku

Utara

Sumate

ra Bara

t

Indonesia(*

)

Sulaw

esi Te

nggara

Jambi

Bengk

ulu

Kaliman

tan Te

ngah

Riau

Jawa B

arat

Sumate

ra Utar

a

Lampun

Jawa T

enga

h

DI Yogy

akart

a0

100

200

300

400

500

600

Berkaitan dengan hasil analisis data, perlu dikemukakan catatan sebagai berikut:1. Beberapa propinsi seperti Maluku Utara, DI Yogyakarta, dan Lampung,

data menunjukkan persentase anak usia 7-18 tahun yang tidak tamat SD dan tidak sekolah lagi sama dengan 0 (nol). Hal ini harus ditafsirkan dengan bijaksana karena data sampel dapat memberikan hasil yang bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Demikian juga dengan hasil analisis untuk propinsi-propinsi lainnya yang ada kemungkinan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan (contoh: persentase NAD yang terlalu kecil dan persentase Sulawesi Barat yang terbesar), sehingga hasil data analisis tersebut perlu dikonfirmasikan kelayakannya dengan pihak-pihak terkait di masing-masing propinsi.

72

Page 15:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

4.3.2 Rank dan Indeks Tunggal Kemiskinan Anak Berdasarkan Indikator Kemiskinan-1 (IKM1) Menurut Provinsi, Wilayah dan Jenis Kelamin.

Berdasarkan hasil dalam Lampiran 75a, dapat disusun rangkuman deskriptif dalam Lampiran 77 yang menyajikan statistik sebagai berikut:1. Persentase Anak Usia 7-18 tahun, yang Tak-tamat SD dan Tak-sekolah

lagi (Rerata IKM1) menurut Provinsi, Wilayah dan Jenis Kelamin, dalam Kolom (3), (5), (8) dan (10).

2. Kolom (4) dan (6) menyajikan indeks tunggal berdasarkan IKM1, yang dibentuk dengan memakai indeks pada tingkat national = 100 untuk anak perempuan di Perkotaan dengan memakai rumus ”=100*E41/$E$41” (Excel) untuk perempuan di perkotaan. Perhatikanlah bahwa berbagai macam indeks lain yang merupakan bilangan bulat positif, dapat dibentuk untuk perbedaan relatif antar provinsi dan wilayah.

3. Demikian pula Kolom (9) dan (11) menyajikan indeks tunggal untuk Perdesaan.

4. Akhirnya, Kolom (7) dan (12) menyajikan GEI (Gender Equaity Index) atau Indikator Kesetaraan Jender.

Gambar 4.11 menyajikan hasil Gender Equality Indexes (GEI) untuk IKM1 di perkotaan. Dari gambar tersebut tampak bahwa untuk provinsi Papua Barat, Maluku Utara, Kalimantan Barat, DI Yogyakarta, Lampung, dan Nanggroe Aceh Darusalam tidak mempunyai nilai GEI. Hal ini terakit dengan nilai indeks tunggal dari provinsi tersebut sama dengan nol. Sementara untuk provinsi Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Bali mempunyai nilai GEI sama dengan nol. Nilai GEI ketiga provinsi tersebut merupakan yang paling kecil dengan nilai sama dengan 0 (nol). Berarti menunjukkan tidak ada perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dalam hal IKM1.

Provinsi yang menunjukkan nilai GEI paling tinggi yaitu Provinsi Jawa Timur, disusul oleh Papua dan Maluku. Ketiganya mempunyai nilai di atas nilai GEI nasional. Dalam hal ini terdapat perbedaan gender yang sangat

73

Page 16:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

besar antara laki-laki dan perempuan dalam indikator kemiskinan anak (IKM1).

Gambar 4.11. Gender Equality Indexes (GEI) IKM-1 Menurut Provinsi di Perkotaan

Sumate

ra Bara

t

Sulaw

esi Utar

a

Banten

Sulaw

esi Te

ngah

Sumate

ra Se

latan

Jambi

Kaliman

tan Se

latan

DKI Jaka

rta

Indonesia

Bangk

a-Beli

tung

Nusa Te

nggara

Timur

Jawa B

arat

Bengk

uluPap

ua

Nangg

roe A

ceh Daru

salam

DI Yogy

akart

a

Maluku

Utara

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Hasil yang dicapai dari perhitungan Gender Equality Indexes (GEI) untuk indek kemiskinan di perdesaan disajikan pada Gambar 4.12. Dari gambar tersebut tampak bahwa Provinsi DI Yogyakarta tidak ada nilainya, karena indeks tunggalnya mempunyai nilai 0 (nol). Dua provinsi dengan capaian GEI terbesar yaitu Papua dan terendah adalah Kalimantan Timur. Dengan kata lain bahwa kesenjangan gender di provinsi tersebut tertinggi dalam hal indeks kemiskinan anak.

Namun demikian, perlu melihat secara bijaksana dengan melihat kondisi sebenarnya, mengingat hasil ini adalah hasil survey yang tidak luput dari kesalahan dalam pengambilan sampel, dan sebagainya. Bagi provinsi tertentu bisa saja mempunyai kecocokan dengan kondisi sebenanrya, namun untuk provinsi lain, bisa juga kurang cocok. Apalagi provinsi tersebut merupakan provinsi yang sering terjadi konflik, sehingga dapat mempengaruhi cara pengambilan atau pelaksanaan survey.

74

Page 17:  · Web viewHasil penghitungan indeks tunggal disajikan secara lengkap dalam lampiran, dan dikelompokkan menjadi indeks tunggal yang terkait dengan Kualitas Hidup Anak (Lampiran 1-51),

Gambar 4.12. Gender Equality Indexes (GEI) IKM-1 Menurut Provinsi di Perdesaan

DI Yog

yaka

rta

Maluku

Utara

Sumate

ra Utar

a

Lampu

n

Papu

a Bara

t

Nangg

roe Ace

h Daru

salam

Goronta

lo

Sulaw

esi U

tara

Maluku

Kalim

antan

Barat

Kalim

antan

Teng

ahJam

bi

Sulaw

esi S

elatan

Jawa B

arat

Nusa T

engg

ara Ti

mur

Sumate

ra Bara

t

Kalim

antan

Timur

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

Sesuai dengan catatan tentang hasil analisis berdasarkan data sampel yang telah dikemukan sebelumnya, maka besaran GEI juga perlu dikonfirmasikan kepada pihak-pihak terkait di daerah untuk menilai kelayakannya.

75