ahmadrustam14.files.wordpress.com · web viewdisposisi matematis yang dimaksud yaitu sikap yang...
TRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang direncanakan
ingin dicapai dalam penelitian, maka peneliti mendesain penelitian ini dengan
menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan
yang berbeda yaitu pendekatan pembelajaran kontekstual pesisir yang diberikan
pada siswa kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diberikan pada
siswa kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen, peneliti memberi perlakuan
dengan maksud untuk melihat gejala atau dampak yang ditimbulkan pada diri
siswa terkait dengan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis
siswa. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, maka diperlukan kelompok subjek
pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat
apakah ada perbedaan, atau membandingkan nilai rerata kemampuan komunikasi
matematis dan disposisi matematis pada kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol.
3.2. Variabel dan Desain Penelitian
3.2.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu sebagai berikut:
a. Variabel bebas berupa perlakuan yakni pembelajaran kontekstual
pesisir (X1) dan pembelajaran konvensional (X2).
b. Variabel terikat berupa kemampuan komunikasi matematis (Y1) dan
disposisi matematis (Y2).
51
52
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Secara operasional variabel perlu didefinisikan untuk menjelaskan makna
variabel penelitian. Menurut Singarimbun (1989:23), definisi operasional adalah
unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Sesuai
dengan penjelasan di atas agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran dalam
penelitian ini, maka variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi Matematis
Komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: (1)
kemampuan menggambar, meliputi kemampuan menyatakan suatu situasi atau
ide-ide matematis dalam bentuk tabel atau gambar; (2) kemampuan membuat
ekspresi matematis, meliputi kemampuan menyatakan situasi, tabel atau gambar
ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika; (3) kemampuan
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tertulis dan mengungkapkan
kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
2. Disposisi Matematis
Disposisi matematis yang dimaksud yaitu sikap yang dimiliki siswa dalam
aspek yaitu: (1) menunjukkan rasa percaya diri dalam menggunakan matematika,
(2) fleksibel dalam pembelajaran matematika yang meliputi mencari ide-ide
matematis dan mencoba berbagai alternatif penyelesaian masalah matematis, (3)
gigih dan ulet dalam mengerjakan soal matematika, (4) memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi dalam bermatematika, (5) menunjukkan perhatian yang serius dalam
belajar matematika, (6) menghargai aplikasi matematika, dan (7) kemampuan
untuk berbagi dengan orang lain.
53
3. Pembelajaran kontekstual pesisir
Pembelajaran kontekstual pesisir yang dimaksud adalah orientasi siswa
pada masalah kontekstual, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dan refleksi.
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran
ekspositori dimana guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian siswa
mengerjakan latihan, dan siswa dipersilahkan untuk bertanya apabila tidak
mengerti, dan siswa belajar secara sendiri-sendiri.
5. Pengaruh
Pengaruh yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan komunikasi
matematis dan disposisi matematis siswa setelah diajar dengan pembelajaran
kontekstual pesisir dan konvensional.
3.2.3 Desain Penelitian
Ruseffendi (1998: 40) mengemukakan bahwa ada enam karakteristik yang
dipersyaratkan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode
eksperimen, yaitu sebagai berikut:
1) Kesetaraan subyek dalam kelompok-kelompok yang berbeda,
2) Paling tidak ada dua kelompok atau kondisi yang berbeda pada saat
yang sama atau kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda,
3) Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan,
4) Menggunakan statistik inferensial,
54
5) Melakukan kontrol terhadap variabel-variabel luar, dan
6) Paling tidak terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasi.
Dengan memperhatikan beberapa karakteristik yang dipersyaratkan untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen,, maka peneliti
menggunakan metode eksperimen yang memenuhi enam kriteria tersebut. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen dengan rancangan
Pretest-Posttest Control Group Design yang disajikan sebagai berikut: (Sugiyono,
2011: 112)
KE O1 X O2
KK O3 - O4
keterangan:
KE= Kelas eksperimen
KK = Kelas kontrol
X : Perlakuan dengan pembelajaran kontekstual pesisir
- : Perlakuan dengan pembelajaran konvensional
O1 : Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis
siswa kelas eksperimen sebelum pembelajaran
O2 : Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis
siswa kelas eksperimen setelah pembelajaran
O3 : Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis
siswa kelas kontrol sebelum pembelajaran
O4 : Kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis
siswa kelas kontrol setelah pembelajaran
55
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 pada
semester genap, di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanggetada Tahun Ajaran
2013/2014.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pada SMP Negeri 1
Tanggetada yang berada dekat pantai pada Kabupaten Kolaka. Adapun populasi
sasaran dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanggetada
dengan alasan bahwa berdasarkan informasi dan pertimbangan dari guru bidang
studi matematika agar penentuan sampel tidak bersifat subjektif, maka alasan
dalam menentukan populasi sasaran dalam pemilihan subjek penelitian ini sebagai
berikut:
a. Dipilih siswa SMP kelas VIII dengan asumsi bahwa mereka telah beradaptasi
pada proses pembelajaran di sekolah dan tidak mengganggu program sekolah
untuk menghadapi ujian nasional. selain itu, kemampuan matematika siswa
sudah lebih homogen dibandingkan dengan kelas VII yang masih terpengaruh
dengan gaya belajar SD. Penelitian ini berfokus pada kemampuan komunikasi
matematis dan disposisi matematis siswa SMP melalui pembelajaran
kontekstual pesisir.
b. Siswa SMP kelas VII tidak dijadikan subjek penelitian, karena siswa kelas VII
baru mengalami masa transisi dari SD dan mereka masih terbiasa dengan gaya
belajar di SD, sehingga lebih sulit diarahkan dan khawatir penelitian ini tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
56
c. Siswa SMP kelas IX tidak dijadikan subjek penelitian, karena siswa kelas
IX sudah dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional (UN) dan apabila
dijadikan subjek penelitian dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan yang
telah dijadwalkan oleh pihak sekolah.
Adapun gambaran populasi sasaran siswa kelas VIII SMPN 1 Tanggetada
disajikan Tabel 3.1 sebagai berikut,
Tabel 3.1 Deskriptif Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tanggetada
No. N Mean Std. Deviation
Std. Error Minimum Maximum
1 27 35,0494 6,77269 1,30340 25,00 48,332 28 54,5952 7,84750 1,48304 43,33 78,333 25 59,4133 9,27825 1,85565 46,67 85,00
Total 80 49,5042 13,18963 1,47464 25,00 85,00
Jumlah siswa kelas VIII sebanyak 80 siswa yang tersebar pada 3 kelas
paralel yaitu kelas VIIIA sebanyak 27 siswa, kelas VIIIB sebanyak 28 siswa dan
kelas VIIIC sebanyakn 25 siswa. Sampel penelitian dipilih secara purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2005: 54) Purposive sampling merupakan
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik purposive sampling
yaitu mengambil dua kelas yang memiliki kemampuan matematika yang relatif
sama. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan bahwa data rata-rata kemampuan matematika siswa ketiga kelas
berdistribusi normal sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3.2 berikut,
57
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Rata-rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tanggetada
Kelas n Rata-rata Simpangan Baku Sig. Keterangan
VIIIA 27 35,0494 6,77269 0,903 Normal
VIIIB 28 54,5952 7,84750 0,594 Normal
VIIIC 25 59,4133 9,27825 0,418 Normal
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa data rata-rata kemampuan matematika siswa ketiga
kelas berdistribusi normal pada taraf signifikansi α = 0,05, selanjutnya, uji
homogenitas ketiga kelas dilakukan sebagai prasyarat menentukan kelas mana
yang akan menjadi sampel penelitian. hasil uji homogenitas varians data rata-rata
kemampuan matematika siswa ketiga kelas adalah homogen disajikan pada Tabel
3.3 berikut,
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Rata-rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tanggetada
Test of Homogeneity of Variances
Rata-rata kemampuan Matematika
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,144 2 77 ,324
Berdasarkan hasil di atas, maka dilanjutkan uji homogeneus subsets dengan
menggunakan analisis Post Hoc Multiple Comparisons dengan asumsi varians
sama, sehingga diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut,
58
Tabel 3.2 Uji Homogeneous Subsets Data Rata-rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tanggetada
ScheffeA N Subset for alpha = 0.05
1 21,00 27 35,04942,00 28 54,59523,00 25 59,4133Sig. 1,000 ,096
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
matematika siswa kelas VIIIB dan siswa kelas VIIIC berada pada kelompok yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelas VIIIB da VIIIC secara signifikan
kemampuan siswa kedua kelas relatif sama. Sedangkan siswa VIIIA tidak
memeiliki pasangan pada kelompoknya. Dengan demikian, kelas yang dipilih
sebagai sampel penelitian adalah kelas VIIIB dan VIIIC. Untuk menentukan kelas
mana yang menjadi kelas eksperimen maka dialakukan random Sampling
pengambilan pertama adalah kelas eksperimen.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
teknik tes dan teknik angket. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa baik pretes
maupun postes. Sedangkan teknik pemberian kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan disposisi matematis siswa.
59
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes
berupa tes kemampuan komunikasi matematis dan instrumen non tes berupa
angket skala disposisi matematis, lembar observasi siswa, lembar wawancara
siswa dan lembar wawancara guru .
1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Tes kemampuan komunikasi matematis ini berupa tes uraian yang
diberikan pada saat pretes dan postes. Pretes dan postes diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pretes diberikan di awal kegiatan penelitian dan
hasil pretes akan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa. Sedangkan
postes diberikan di akhir kegiatan penelitian dan hasil postes ini digunakan untuk
melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa baik di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
Untuk memperoleh skor tes kemampuan komunikasi matematis siswa,
maka disusun pedoman penskoran Maryland Math Communication Rubric yang
dimodifikasi dan dikeluarkan oleh Maryland State Departement of Education
(1991) berupa holistic scale untuk kelas 8 matematika, disajikan pada Tabel 3.1
berikut:
60
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor Jawaban Siswa
4Menggunakan bahasa matematika (model, simbol, tanda, dan/atau representasi) dengan sangat efektif, tepat, dan teliti, untuk menjelaskan operasi, konsep, dan proses.
3Menggunakan bahasa matematika (model, simbol, tanda, dan/atau representasi) dengan cukup efektif, tepat, dan teliti, untuk menjelaskan operasi, konsep, dan proses.
2Menggunakan bahasa matematika (model, simbol, tanda, dan/atau representasi) dengan kurang efektif, tepat, dan teliti, untuk menjelaskan operasi, konsep, dan proses.
1 Ada usaha tapi respon yang diberikan salah.
0 Tidak ada usaha, jawaban yang diberikan tidak terbaca (tidak jelas maksudnya), kosong atau tidak cukup untuk diberikan skor.
Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi
tampilan (muka) dan isi oleh pembimbing, dosen/pakar pendidikan matematika,
dan guru SMP sebagai penimbang. Validasi tampilan (muka), meliputi: kejelasan
dari segi bahasa, kejelasan dari sisi format penyajian, kejelasan dari segi
gambar/representasi. Validasi isi, meliputi: kesesuaian dengan materi pokok,
kesesuaian dengan indikator pencapaian hasil belajar, kesesuaian dengan
karakteristik kemampuan komunikasi matematis, kesesuaian dengan tingkat
kesukaran siswa kelas VIII SMP. Adapun hasil pertimbangan dari para ahli atau
panelis akan dianalisis menggunakan statistik Q-Cochran. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah para penimbang telah melakukan
penilaian atau penimbangan terhadap isi naskah tes kemampuan komunikasi
matematis secara seragam atau tidak.
61
Selain melakukan uji validitas tampilan dan isi, pada tes kemampuan
komunikasi matematis peneliti juga melakukan uji validitas konkuren yaitu
analisis validitas butir soal dan reliabilitasnya. Perhitungan reliabilitas soal dan
validitas butir soal digunakan perangkat lunak SPSS-20 for Windows. Untuk
reliabilitas soal digunakan Cronbach-Alpha dan untuk validitas butir soal
digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir
soal dengan skor total.
2. Skala pada Disposisi Matematis Siswa.
Disposisi matematis siswa dalam pembelajaran dengan kontekstual pesisir
ini diperoleh melalui kuesioner yang disusun dan dikembangkan berdasarkan
tujuh aspek disposisi matematis, yaitu: (1) menunjukkan rasa percaya diri dalam
menggunakan matematika, (2) fleksibel dalam melakukan kerja matematika
(bermatematika), (3) gigih dan ulet dalam mengerjakan soal matematika, (4)
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam bermatematika, (5) menunjukkan
perhatian yang serius dalam belajar matematika, (6) menghargai aplikasi
matematika, dan (7) kemampuan untuk berbagi dengan orang lain. skala disposisi
matematis siswa dalam matematika terdiri atas 43 item pernyataan dengan lima
pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji coba empiris dalam dua
tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas pada empat orang siswa di luar
sampel penelitian. Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui
tingkat keterbacaan bahasa dan sekaligus memperoleh gambaran apakah
62
pernyataan-pernyataan dari skala disposisi matematis dapat dipahami oleh siswa.
Dari hasil uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua pernyataan
dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Tahap kedua yaitu melakukan uji coba
pada kelas VIII SMPN 3 Tinondo dan SMPN 1 Pomalaa. Total responden dari
kedua sekolah yaitu 215 siswa. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui validitas
setiap item pernyataan.
3. Lembar Observasi Siswa dan Lembar Wawancara
Lembar observasi disusun berdasarkan penerapan pembelajaran
kontekstual pesisir. Lembar observasi ini bertujuan untuk mencatat respon-respon
yang muncul dari siswa berkaitan dengan situasi masalah yang diberikan guru
ketika pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual pesisir. Sedangkan lembar
waawancara untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan pembelajaran
kontekstual pesisir dan penggunaan masalah konteks pesisir. Jumlah siswa yang
akan diwawancarai untuk diminta responya tentang penerapan pembelajaran
kontekstual pesisir yaitu sebanyak 8 orang dengan pengambilan berdasarkan
kemampuan komunikasi matematis mereka dalam menjawab soal-soal yang
diujikan (tinggi, sedang dan rendah). Wawancara yang dilakukan kepada guru
untuk meminta respon tentang penerapan pembelajaran kontekstual pesisir baik
dari segi model, pelanksanaan, maupun pemilihan konteks pesisir.
3.7. Teknik Analisis Data
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data tes kemampuan
komunikasi matematis dan data skala disposisi matematis siswa.
n
XX
n
ii
1
63
1. Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis uji-t berpasangan dan analisis perbedaan dua rata-rata
dengan menggunakan rumus uji-t. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka
harus ditentukan dahulu rata-rata skor hasil tes dan simpangan bakunya. Untuk
menentukan uji statistika yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas
data dan homogenitas varians. Perhitungan dilakukan di Microsoft Excel dan
SPSS 20,0. Data yang diperoleh lebih jelas dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan skor rata-rata hasil tes, dengan menggunakan rumus:
b. Menghitung simpangan baku skor hasil tes dengan menggunakan rumus
Arikunto (2006: 184):
s=√∑i=1
n
(x i−x )2
n−1
dimana:
s : standar deviasi
X : rata-rata nilai hasil belajar siswa
Xi : nilai setiap harga X
n : jumlah sampel
64
c. Menghitung peningkatan kemampuan dengan rumus N-gain atau gain
ternormalisasi, dengan persamaan sebagai berikut:
Skor postes – Skor pretes N-gain =
Skor maksimal ideal – Skor pretesKriteria interpretasinya adalah (Hake, 1999: 1):
g- tinggi jika g > 0,7
g- sedang jika 0,3 < g ≤ 0,7
rendah, jika g ≤ 0,3.
keterangan: g ditulis sebagai N-Gain.
Rentang nilai N-gain adalah 0 sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-gain
inilah yang diolah, dan pengolahannya disesuaikan dengan permasalahan dan
hipotesis yang diajukan.
d. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji tes Kolmogorov-
Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil N-gain sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut,
1) Perumusann hipotesis.
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
2) Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar.
3) Menentukan kumulatif proporsi (kp)
4) Data ditransformasi ke skor baku: zi = X i−X
s
65
5) Menentukan luas kurva z1 (z-tabel)
6) Menentukan a1 dan a2:
a2 : selisih Z-tabel dan kp pada batas atas (a2 = Absolut (kp - Ztab))
a1: selisih Z-tabel dan kp pada batas bawah (a1 = Absolut (a2 – fi/n)
7) Nilai mutlak maksimum dari a1 dan a2 dinotasikan dengan D0
8) Menentukan harga D-tabel.
Untuk n = 30 dan α = 0,05, diperoleh D-tabel = 242, sedangkan untuk n =
60 dan α = 0,05, diperoleh D-tabel = 1,36√n
= 1,36√60
= 0,17557.
9) Kriteria pengujian
Jika D0 ≤ D-tabel maka H0 diterima
Jika D0 > D-tabel maka H0 ditolak
10) Kesimpulan
D0 ≤ D-tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
D0 > D-tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Analisis yang digukanan untuk uji Kolmogorov-Smirnov dengan
mengggunkan alat bantu SPSS-20.0.
e. Melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji tes Levene. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui kedua distribusi kelas eksperimen dan kelas
kontrol apakah varians-variansnya sama atau tidak.
f. Melakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t berpasangan.
Langkah-langkah uji-t sebagai berikut,
Hitung perbedaan masing-masing pasangan
di = xi2 – xi1
66
Hitung (d ) dan (sd) dari perbedaan tersebut,
a.d=
∑i=1
n
di
n dan sd=√∑i=1
n
(d i−d )2
n−1
Nilai t-test
t= dsd
√nKeterangan:
d i : selisih postes dan pretes (beda)
d : mean beda
Sd : Standar Deviasi beda
n : jumlah sampel kelas eksperimen atau kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah jika nilai t ≥ t-tabel maka tolah H0 dan H0 diterima
jika thitung < ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05,
atau jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima,
dan H0 ditolak jika nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari α = 0,05.
g. Melakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji perbedaan dua
rata-rata atau statistik uji-t.
Jika varians populasi homogen dan berdistribusi normal, maka uji-t
yang digunakan sebagai berikut (Sudjana, 1996: 239):
thitung=X1−X2
s√ 1n1
+ 1n2
67
dengan:
s=√(n1−1 )s12+( n2−1)s
22
n1+n2−2
X1=∑ X1
n1dan X2=
∑ X2
n2
thitung : Nilai hitung untuk uji t
X̄1 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis sampel
eksperimen
X̄2 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis sampel kontrol
n1 : jumlah dari sampel eksperimen
n2 : jumlah dari sampel kontrol
s12 : varians data sampel eksperimen
s22 : varians data sampel kontrol
s : varians gabungan
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung ≥ttabel dimana ttabel diperoleh
dari daftar distribusi t dengan derajar kebebasan (dk) = n1 + n2-2, dan H0
diterima jika thitung < ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
kesalahan α = 0,05 (Sudjana, 1996: 245).
Jika varians populasi heterogen (non homogen) dan berdistribusi normal,
maka menggunakan uji-t’ sebagai berikut: (Sudjana, 1996: 241)
t ' hitung=x1− x2
s√ 1n1
+ 1n2
keterangan:
68
t ' : Nilai hitung untuk uji-t
x1 : rata-rata skor responden kelas eksperimen
x2 : rata-rata skor responden kelas kontrol
n1 : jumlah responden kelas eksperimen
n2 : jumlah responden kelas kontrol
s12 : Varians kelas yang diajar dengan menggunakan PKP
s22 : Varians kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan
konvensional
Kriteria pengujian: H0 diterima jika t ' <ttabel pada taraf kepercayaan 95%
atau taraf kesalahan α = 0,05 dan H0 ditolak jika t '≥t tabel . Nilai t tabel
diperoleh dari:
ttabel = w1 t1+w2 t 2
w1+w2 dimana;
w1=
s12
n1 dan w2=
s22
n2
dan
2. Data Skala Disposisi Matematis Siswa
Data yang diperoleh melalui angket akan dianalisis dengan menggunakan
cara pemberian skor butir skala sikap model Likert. Untuk mengubah data ordinal
menjadi data interval menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Setelah
data ordinal ditransformasi menjadi data interval maka dilanjutkan dengan
menguji normalitas dan homogenitas varians. Kemudian dilanjutkan dengan uji-t
1;11 1 ntt )1();1(2 2 ntt
69
(Independent-Sample T-Test) jika datanya berdistribusi normal dan homogen.
Tetapi jika datanya berdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji-t’,
seperti halnya pada data kemampuan komunikasi matematis.
3.8. Hipotesis Statistik
Adapun yang akan menjadi hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. H0 :μg1=0 : tidak terdapat peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa setelah mendapat pembelajaran kontekstual
pesisir.
H1 : μg1>0 : terdapat peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa setelah mendapat pembelajaran kontekstual
pesisir.
keterangan:
μg1 : rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah
mendapat pembelajaran kontekstual pesisir.
b. H0 :μg2=0 : tidak terdapat peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa setelah mendapat pembelajaran konvensional.
H1 :μg2>0 : terdapat peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa setelah mendapat pembelajaran konvensional.
keterangan:
μg2 : rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah
70
mendapat pembelajaran konvensional.
Statistik uji yang digunakan pada hipotesis (a) dan (b) sebagai berikut:
d=∑i=1
n
di
n dan sd=√∑i=1
n
(d i−d )2
n−1
Nilai t-test
t= dsd
√n
Kriteria pengujian adalah jika nilai t ≥ t-tabel maka tolah H0 dan H0
diterima jika thitung < ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α =
0,05, atau jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima,
dan H0 ditolak jika nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari α = 0,05.
c. H0 :μg1=μg2 : rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mendapat pembelajaran kontekstual pesisir tidak lebih
tinggi daripada rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
H1 :μ1>μ2
: rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mendapat pembelajaran kontekstual pesisir lebih tinggi
daripada rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut:
71
thitung=x1−x2
s√ 1n1
+ 1n2
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t ≥ttabel dimana ttabel diperoleh dari
daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2-2, dan untuk harga t
lainnya H0 diterima pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05.
d. H0 :μ1=μ2 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir tidak lebih tinggi daripada rata-
rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
H1 :μ1>μ2 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
keterangan:
μ1 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir.
μ2 : rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut:
72
t hitung=X1−X2
√ s12
n1+
s22
n2
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t ≥ttabel dimana ttabel diperoleh dari
daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2-2, dan untuk harga t
lainnya H0 diterima pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05.
e. H0 :μg3=0 : tidak terdapat peningkatan rata-rata disposisi matematis siswa
setelah mendapat pembelajaran kontekstual pesisir.
H1 : μg3>0 : terdapat peningkatan rata-rata disposisi matematis siswa setelah
mendapat pembelajaran kontekstual pesisir.
keterangan:
μg3 : rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa setelah mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir.
f. H0 :μg 4=0 : tidak terdapat peningkatan rata-rata disposisi matematis siswa
setelah mendapat pembelajaran konvensional.
H1 : μg 4>0 : terdapat peningkatan rata-rata disposisi matematis siswa
setelah mendapat pembelajaran konvensional.
keterangan:
μg 4 : rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa setelah mendapat
pembelajaran konvensional.
Statistik uji yang digunakan pada hipotesis (e) dan (f) sebagai berikut:
73
2.d=
∑i=1
n
di
n dan sd=√∑i=1
n
(d i−d )2
n−1
Nilai t-test
t= dsd
√n
Kriteria pengujian adalah jika nilai t ≥ t-tabel maka tolah H0 dan H0
diterima jika thitung < ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α =
0,05, atau jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima,
dan H0 ditolak jika nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari α = 0,05.
g. H0 :μg3=μg 4 : rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir tidak lebih tinggi daripada rata-
rata peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
H1 :μg3>μg 4
: rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran kontekstual pesisir lebih tinggi daripada rata-rata
peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut:
74
t hitung=x1−x2
s√ 1n1
+ 1n2
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t ≥ttabel dimana ttabel diperoleh dari
daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2-2, dan untuk harga t
lainnya H0 diterima pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05.
h. H0 :μ1=μ2 : rata-rata disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
kontekstual pesisir tidak lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
H1 :μ1>μ2 : rata-rata disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
kontekstual pesisir lebih tinggi daripada rata-rata disposisi
matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
keterangan:
μ1 : rata-rata disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
kontekstual pesisir.
μ2 : rata-rata disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional.
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut:
thitung=x1−x2
s√ 1n1
+ 1n2
75
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t ≥ttabel dimana ttabel diperoleh dari
daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2-2, dan untuk harga t
lainnya H0 diterima pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05.