· web viewdeterminan kualitas audit internal pada inspektorat kabupaten lombok timur....
TRANSCRIPT
DETERMINAN KUALITAS AUDIT INTERNAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TaufikurrahmanUniversitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas audit internal pada Inspektorat Kabupaten Lombok Timur. Sebagai populasi adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Inspektorat Kabupaten Lombok Timur sejumlah 74 orang. Metode pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria pegawai yang telah mengikuti diklat profesi dan atau pegawai yang pernah menerima penugasan sebagai auditor. Data penelitian di peroleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Analisis menggunakan model regresi berganda dan Moderat Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian sebelum uji interaksi/moderasi menunjukkan bahwa 1) Secara simultan terdapat pengaruh signifikan variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi dan etika auditor terhadap variabel kualitas audit. 2) Secara parsial terdapat pengaruh signifikan variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi dan etika auditor terhadap variabel kualitas audit. Hasil penelitian setelah dilakukan uji interaksi/moderasi menunjukkan bahwa 1) secara simultan terdapat pengaruh signifikan variabel – variabel kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit yang dimoderasi oleh variabel etika auditor. 2) Secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi terhadap variabel kualitas audit yang dimoderasi oleh etika auditor. Implikasi penelitian ini dapat memberikan solusi dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dalam rangka mewujudkan good governance. Implikasi penting lainnya mengarah pada perlunya perbaikan sistem tata kelola pengendalian managemen sektor publik yang akomodatif dalam upaya peningkatan kualitas audit internal.
Kata kunci : Auditor Internal, kompetensi, independensi, motivasi, etika auditor dan kualitas audit.
This study aims to determine the determinant of the quality of internal audit in the Inspectorate of East Lombok. As the population is the entire Civil Servants (PNS) in East Lombok District Inspectorate of 74 people. Sampling method respondents using purposive sampling method with the criteria employees who have followed professional training and or employees who've received the assignment as auditor. The research data obtained by distributing questionnaires to the respondents. The analysis uses multiple regression models and Moderate Regression analysis (MRA). The results of the study before the test interaction / moderation indicates that 1) Simultaneously there is significant influence variables of competence, independence, motivation and ethics of auditors to audit the quality variable. 2) Partially significant effect variables of competence, independence, motivation and ethics of auditors to audit the quality variable. The results of the study after the interaction test / moderation show that 1)
1
there is simultaneously a significant influence variables - variables of competence, independence and motivation to audit quality is moderated by variables auditor ethics. 2) Partially no significant effect variables of competence, independence, motivation to variable quality of the audit were moderated by the ethics of auditors. The implications of this study may provide a solution to support the implementation of regional autonomy , especially the role of the Inspectorate in the area of financial supervision in order to realize good governance . Another important implication of the need for improvement of the system of governance of public sector management control accommodative in improving the quality of internal audit .
PENDAHULUAN
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good
governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya
birokrasi (Sunarsip, 2001). Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik
transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak
publik. Sedangkan good governance menurut World Bank didefinisikan sebagai suatu
penyelenggaraan manajeman pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun administratif,
menciptakan disiplin anggaran, serta menciptakan kerangka hukum dan politik bagi
tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2005).
Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung
terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
untuk mengawasi kinerja pemerintahan.
Menurut Falah (2005), inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan
kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala
daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal
adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi
yang diawasi (Mardiasmo, 2005). 2
Menurut Rohman (2007), fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi
pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam
suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan.
Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi
perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.
Kualitas audit Inspektorat Kabupaten Lombok Timur dinilai masih belum
maksimal. Hal ini berdasarkan perkembangan temuan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) untuk Kabupaten
Lombok Timur. Temuan yang dimaksud terkait dengan kelemahan Sistem Pengendalian
Intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
jumlahnya masih cukup tinggi, dengan rincian sebagai berikut:
No Entitas Kelemahan SPI Jumlah
Ketidakpetuhan
Terhadap Peraturan
perundang-undangan
Jumlah
2014 2015 2016 2014 2015 2016
1 Kabupaten
Lombok Timur11 8 12 31 14 14 8 36
Sumber: IHPS 1 BPK Tahun 2016
Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan bahwa kasus kelemahan sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur masih cukup tinggi, yang
mengindikasikan bahwa pemeriksaan aparat Inspektorat selaku pemeriksa internal yang
diharapkan dapat memberikan dampak perbaikan terhadap pengelolaan kegiatan auditee
belum berjalan dengan maksimal.
Fakta di atas tersebut memunculkan isu/fenomena penting penyebab kurang
maksimalnya kualitas audit aparat Inspektorat, yaitu pertama, masalah kompetensi.
Diketahui bahwa struktur organisasi Instansi Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/kota
terdiri dari Inspektur, Sekretariat, Inspektur pembantu dan jabatan fungsional
(Permendagri No.64/2007), saat ini struktur kelompok jabatan fungsional belum
sepenuhnya terisi karena masih minimnya jumlah pegawai apabila dibandingkan
3
dengan jumlah instansi yang harus diperiksa sehingga untuk mengoptimalkan
pelaksanaan audit, auditor harus dibantu oleh pegawai Inspektorat yang belum
berpredikat sebagai auditor. Hal ini diduga mengakibatkan kualitas audit belum sesuai
dengan harapan.
Isu kedua yaitu masalah independensi. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/kota
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Tugas pokok tersebut
diantaranya merumuskan kebijakan teknis dibidang pengawasan, menyusun rencana
dan program dibidang pengawasan, melaksanakan pengendalian teknis operasional dan
melaksanakan koordinasi serta tindak lanjut hasil pengawasan (Permendagri
No.64/2007), sehingga kedudukan Inspektorat berada dibawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kepala Daerah, akibatnya Inspektorat terkesan sungkan untuk
melaporkan indikasi adanya penyimpangan dilembaga yang diawasi karena pejabatnya
diangkat oleh Kepala Daerah.
Isu ketiga adalah masalah motivasi. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman
(2001), hanya dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang
yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan kata lain,
motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen
terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Pengangkatan
aparatur pemerintah tidak menutup kemungkinan bahwa jabatan yang diterimanya
merupakan bagian dari adanya relasi yang kuat dengan penguasa, sebagai akibat dari
adanya relasi yang kuat, motivasi auditor menjadi lemah.
Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan
good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan.
Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit
pemerintahan di Indonesia, diantaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang
memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat
maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output
yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain,
ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan.
4
Kualitas audit menurut Alim dkk. (2007) adalah sebagai probabilitas bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien.
Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor
dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.
Dengan kata lain, kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas audit.
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan,
khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Pernyataan standar umum
pertama SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan
Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang
secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus
memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan
evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam
mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Audit harus
dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor. Auditor harus memiliki dan meningkatkan pengetahuan
mengenai metode dan teknik audit serta segala hal yang menyangkut pemerintahan
seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan pemerintahan (BPKP, 1998).
Keahlian auditor menurut Tampubolon (2005), dapat diperoleh melalui pendidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman yang memadai dalam
melaksanakan audit.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengungkap masalah tentang
kualitas audit diantaranya Alim dkk (2007), Efendi (2010), Kharismatuti dan
Hadiprajitno (2012), Febriansyah, dkk (2013), Tjun Tjun dkk (2012), penelitian ini
menguji tentang kompetensi, keahlian, independensi, motivasi, etika auditor dan kualitas 5
audit. Selain keahlian audit, seorang auditor juga harus memiliki independensi dalam
melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa adanya
tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 1998).
Dies dan Giroux (1992), menjelaskan kemungkinan untuk menemukan pelanggaran
tergantung pada kemampuan teknis auditor dan independensi auditor. Mewujudkan
adanya pengawasan oleh APIP yang berkualitas dan auditor yang profesional diperlukan
suatu budaya etis dalam profesi APIP. Auditor Inspektorat Pemerintah perpedoman pada
kode etik pemerintah yang telah ditetapkan yaitu Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008
untuk mengatur prilaku auditor Inspektorat Pemerintah seperti: integritas, objektifitas,
kerahasiaan dan kompetensi.
Penelitian Alim, dkk (2007) menguji pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit
dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, namun interaksi kompetensi
dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang
sama juga dilakukan oleh Kharismatuti dan Hadiprajitno (2012) yang menguji pengaruh
kompetensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Namun interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Dengan demikian kompetensi menjadi sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh auditor
dalam upaya memberikan dan menguraikan informasi secara jelas dan pasti tentang
keadaan sebenarnya dari objek yang diperiksa.
Penelitian Febriansyah dkk (2013) menguji pengaruh independensi terhadap kualitas
audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, begitu juga dengan interaksi
independensi dengan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal senada juga
diungkapkan oleh Tjun tjun (2012), Saputra (2012) dan Efendi (2010) yang menguji
pengaruh indepnden terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian Inspektorat sebagai
auditor internal pemerintah yang menjalankan tugas pemeriksaan audit, harus independen
agar dapat memberikan pendapat dan kesimpulan tanpa ada pengaruh dari pihak-pihak
6
yang berkepentingan dan harus menjadi perhatian bagi para auditor.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
determinan kualitas audit internal pada Inspektorat Kabupaten Lombok Timur dengan
menggunakan beberapa variabel antara lain : variabel kompetensi, variabel independensi
dan variabel motivasi sebagai variabel independen dan kualitas audit aparat sebagai
variabel dependen dengan etika auditor sebagai variabel moderasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Stewardship
Teori Stewardship mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk
menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward dan bertindak sesuai kepentingan
pemilik (Donaldson & Davis, 1997). Dalam teori stewardship manajer akan berperilaku
sesuai kepentingan bersama. Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama,
steward akan berusaha bekerja sama daripada menentangnya, karena steward merasa
kepentingan bersama dan berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik merupakan
pertimbangan yang rasional karena steward lebih melihat pada usaha untuk mencapai
tujuan organisasi. Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara
kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Steward akan melindungi dan
memaksimalkan kekayaan organisasi, sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan
maksimal. Asumsi penting dari stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai
dengan tujuan pemilik. Namun demikian tidak berarti steward tidak mempunyai
kebutuhan hidup.
Kualitas Audit Aparat Inspektorat
Merujuk pada Permenpan No.05/M.PAN/03/2008 yang menguraikan audit
sebagai identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, objektif dan profesional berdasarkan standar audit untuk menilai
kebenaran, kredibilitas, keefektifan dan keandalan pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah. Belum ada definisi yang pasti mengenai apa dan bagaimana
7
kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur
kualitas audit secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan
kualitas audit merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sulit dipahami, sehingga
sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya. Hal ini
terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas audit yang
berbeda-beda.
Menurut Sososutikno (2003), buruknya kualitas audit disebabkan oleh beberapa
perilaku disfungsional, yaitu: Underreporting of time, premature sign off, altering/
replacement of audit procedure. Underreporting of time menyebabkan keputusan
personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time
pressure untuk audit di masa datang yang tidak di ketahui. Premature sign-off (PMSO)
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa
langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan
langkah yang lain. Sedangkan altering / replacing of audit procedure adalah
penggantian prosedur audit yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standar auditing.
Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO) mendefinisikan
kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama
melakdisanakan audit (Lowenshon et al, 2005). Standar audit menjadi bimbingan
dan ukuran kualitas kinerja aditor (Messier et al, 2005).
Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat ditindaklanjuti oleh auditee.
Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan
pemberian rekomendasi. Dengan demikian, indikator yang digunakan untuk
mengukur kualitas audit antara lain kualitas proses, apakah audit dilakukan dengan
cermat, sesuai prosedur, sambil terus mempertahankan sikap skeptis.
Kompetensi
Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah: “Pemeriksa secara
kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan
tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi
8
pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan
dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh
karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,
pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu
organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi
yang memadai.
Menurut Sri Lastanti (2005), mendefinisikan kompetensi sebagai ketrampilan
dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat
ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Saifuddin (2004), mendefinisikan bahwa
seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat
kesalahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor
adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat
melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. (Mayangsari, 2003),
mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut, dan
keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Independensi
Arens, et.al (2000), mendefinisikan independensi dalam pengauditan sebagai
"Penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit,
evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit". Mulyadi (1992),
mendefinisikan independensi sebagai "keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain" dan akuntan publik yang independen
haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam pemeriksaan.
9
Menurut Messier et.al (2005), independensi merupakan suatu istilah yang
sering digunakan oleh profesi auditor. Independensi menghindarkan hubungan yang
mungkin mengganggu obyektivitas auditor. BPKP (1998) mengartikan obyektivitas
sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain
yang berkepentingan sehingga dapat mengemukakan pendapat apa adanya.
Dalam lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: “Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain:
a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai
dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang
diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang
dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau
program yang diperiksa.
b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung
pada entitas atau program yang diperiksa.
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang
diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek
pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan
sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program
yang diperiksa.
f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan
suatu program yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat
sebelah”
Motivasi
Moekijat (2002), mendefinisikan motivasi sebagai keinginan di dalam seorang
individu yang mendorong untuk bertindak. Sedangkan menurut Panitia Istilah 10
Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, motivasi adalah
proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan
cara tertentu; yang prosesnya mencakup: pengenalan dan penilaian kebutuhan
yang belum dipuaskan, penentuan tujuan yang akan memuaskan kebutuhan, dan
penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.
Dari berbagai jenis teori motivasi, teori yang sekarang banyak dianut adalah teori
kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya. Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhan-kebutuhan
manusia, di antaranya adalah Abraham Maslow. Maslow telah menyusun “tingkatan
kebutuhan manusia” sebagai berikut:
1) Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological Needs). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.
2) Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua.
3) Kebutuhan sosial (Social Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of participation).
4) Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs), semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan dalam banyak hal, misalnya mobil mercy, kamar kerja yang full AC, dan lain-lain.
5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization), kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain (Wahjosumidjo, 1987).
Dalam konteks organisasi, motivasi adalah perpaduan antara kebutuhan organisasi
dengan kebutuhan personil (Suwandi, 2005). Hal ini akan mencegah terjadinya
ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan organisasi secara
efektif. Sehubungan dengan audit pemerintah, terdapat penelitian mandiri mengenai
pengaruh rewards instrumentalities dan environmental risk factors terhadap motivasi
partner auditor independen untuk melaksanakan audit pemerintah. Penghargaan
(rewards) yang diterima auditor independen pada saat melakukan audit pemerintah
11
dikelompokkan ke dalam dua bagian penghargaan, yaitu penghargaan intrinsik
(kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu orang lain) dan penghargaan
ekstrinsik (peningkatan karir dan status). Sedangkan faktor risiko lingkungan
(environmental risk factors) terdiri dari iklim politik dan perubahan kewenangan.
Sedangkan, faktor risiko lingkungan tidak berpengaruh negatif terhadap
motivasi partner untuk melaksanakan audit pemerintah, meskipun hubungan
keduanya negatif. Hasil penelitian memiliki implikasi bahwa banyaknya perubahan
peraturan atau regulasi yang memunculkan kewenangan baru pemerintah serta iklim
politik yang melingkupi kondisi pemerintahan disikapi secara hati-hati (ragu-ragu)
oleh partner ketika akan menerima audit pemerintah (Mardiasmo, 2002).
Makmun (2003), mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi
kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan
dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Etika Auditor
Auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus
mengacu pada standar audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Etika berkaitan dengan pertanyaan
tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya (Boynten dkk., 2003:97).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) etika berarti nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan Ludigdo
(2001), mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat
atau profesi.
Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat keputusan yang
memiliki konsekuensi bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Seringkali
12
dilema etika yang berasal dari pilihan membawa kebaikan pada pihak lain. Dalam situasi
seperti ini, orang harus mengajukan dua pertanyaan penting yaitu “kebaikan apa yang
saya cari dan apa kewajiban saya dalam kondisi seperti ini? (Boynton dkk, 2003:97)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan suatu
penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2013:36). Hubungan yang digunakan adalah hubungan kausal, yaitu
hubungan yang bersifat sebab-akibat dimana terdapat variabel-variabel yang
mempengaruhi (independen) dan variabel yang dipengaruhi (dependen) (Sugiyono,
2013:37). Penelitian ini dilakukan pada Kantor Inspektorat Kabupaten Lombok Timur.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada
Inspektorat Kabupaten Lombok Timur sejumlah 74 orang. Karena jumlah populasi
kurang dari 100 responden, maka metode pemilihan sampel adalah metode sensus
yaitu penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi. Alasan pemilihan
Inspektorat Kabupaten Lombok Timur sebagai lokasi penelitian adalah karena masih
tingginya temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya instrumen kuisioner yang
digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti (Ghozali, 2006). Sugiyono (2008),
menjelaskan bahwa dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item
yang mempunyai korelasi positif dengan skor total menunjukkan bahwa item tersebut
mempunyai validitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi
Pearson Moment antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.
Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai korelasi item butir dengan skor total
signifikan pada tingkat signifikansi 0,01 dan 0,02. Hasil uji validitas dapat dilihat pada
13
tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9Hasil Uji Validitas
Variabel Instrument Koefisien Korelasi Signifikansi Keterangan
Kompetensi
- P1
- P2
- P3
- P4
- P5
- P6
0,5930,8140,6300,6650,6100,621
0,0000,0000,0000,0000,0000,000
ValidValidValidValidValidValid
Independensi
- P1
- P2
- P3
- P4
- P5
- P6
0,7860,8680,7940,6180,3990,815
0,0000,0000,0000,0000,0070,000
ValidValidValidValidValidValid
Motivasi
- P1
- P2
- P3
- P4
- P5
- P6
- P7
- P8
0,8200,4430,7560,7150,7300,5080,5380,644
0,0000,0020,0000,0000,0000,0000,0000,000
ValidValidValidValidValidValidValidValid
Etika Auditor
- P1
- P2
- P3
- P4
- P5
- P6
- P7
- P8
- P9
0,7750,5170,7220,7940,7840,6450,4980,1810,386
0,0000,0000,0000,0000,0000,0000,0010,2350,009
ValidValidValidValidValidValidValid
In ValidValid
14
Kualitas Audit
- P1
- P2
- P3
- P4
- P5
- P6
- P7
- P8
0,6560,6420,4890,6380,5390,6190,6630,295
0,0000,0000,0010,0000,0000,0000,0000,049
ValidValidValidValidValidValidValid
In Valid
Sumber : Lampiran 3
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan metode One Shot (pengukuran sekali saja) .
Reliabilitas instrument penelitian dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
koefisien cronbach’s Alpha. Suatu kontruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Crombach’s Alpha > 0,60 (Ghozali,2006:42). Hasil uji reliabilitas
sebagai berikut :
Tabel 4.10Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s Alpha Ket.
1 Kualitas Audit 0,875 Reliabel2 Kompetensi 0,823 Reliabel3 Independensi 0,717 Reliabel4 Motivasi 0,701 Reliabel5 Etika Auditor 0,666 Reliabel
Sumber : Lampiran 3
Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk
mengujinya dapat dilakukan dengan dan melihat besaran Kolomogorov-Smirnov (K-S).
Jika nilai signifikansi hasil uji K-S > total nilai signifikansi 0,05, maka data
berdistribusi normal (sebaran data sudah memenuhi asumsi normalitas). Jika nilai 15
signifikansi hasil uji K-S < total nilai signifikansi 0,05, maka data berdistribusi tidak
normal (sebaran data belum memenuhi asumsi normalitas). Hasil pengujian data dapat
dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :Tabel 4.11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.29163
Most Extreme Differences Absolute .079
Positive .062
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .528
Asymp. Sig. (2-tailed) .943
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas hasil uji Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan
nilai sebesar 0,528 dan nilai signifikansi sebesar 0.943 lebih besar dari nilai signifikansi
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data tidak menunjukkan penyimpangan
dari kurve normalnya atau data terdistribusi secara normal, berarti bahwa sebaran data
telah memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regesi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2006:105). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji
Glejser (Ghozali, 2006:108). Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat diketahui pada tabel
4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12
16
Hasil Uji HeteroskedastisitasCoefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -1.555 2.324 -.669 .507
KMP .072 .105 .114 .684 .498IDP .151 .143 .492 1.057 .297MTVETK
.088-.137
.077
.155.308
-.4661.143-.882
.260
.383a. Dependent Variable: RES2Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa, koefisien parameter untuk variabel
independen (Kompetensi, Independensi, motivasi dan etika) berada di atas nilai
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
Uji Multikolonearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik harus bebas
dari masalah multikolonearitas. Uji Multikolonearitas dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF >
10 dan nilai tolerance < 0,10 maka terjadi gejala Multikolonearitas (Ghozali, 2006:92).
Hasil pengujian multikolonearitas dapat diketahui pada tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel 4.13Hasil Uji Multikolonearitas 1
17
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)10.622 3.434
KMP.438 .155 .337 .761 1.314
IND-1.121 .211 -1.769 .098 10.214
MTV
ETK
.190
.846
.114
.229.321
1.393.292.076
3.42313.135
a. Dependent Variable: KA
Sumber : lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa, hasil perhitungan variance inflation
factor (VIF) menunjukkan bahwa terdapat variabel independen (variabel independensi
dan variabel etika) memiliki nilai VIF lebih besar dari 10 dan tidak ada variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi ini, masih terdapat gejala multikolonieritas antar variabel
independent, untuk mengatasi gejala multikolonearitas tersebut dilakukanlah pengujian
ulang dengan jalan melogaritmakan (Ln) variabel-variabel penelitian, sehingga
didapatkan hasil regresi sebagai berikut:
Tabel 4.14Hasil Uji Multikolonearitas 2
18
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)3.448 977
Ln KMP.417 .158 .358 .703 1.423
Ln IND-626 .147 -1.389 .121 8.291
Ln MTV
Ln ETK
.287
.315
.110
.128.486.832
.369
.1122.7128.917
a. Dependent Variable: Ln KA
Sumber : lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa, hasil perhitungan variance inflation
factor (VIF) setelah dilogaritmakan (Ln) menunjukkan bahwa tidak ada variabel
independent yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10 dan tidak ada variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi ini, tidak terjadi gejala multikolonieritas antar variabel
independent.
Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
Regresi Linear Berganda, dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
satu variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen. Koefisien regresi
dari masing-masing variabel tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 4.15Hasil Regresi variabel
19
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.448 977 3.529 .001
Ln KMP .417 .158 .358 2.638 .012
Ln IND -626 .147 -1.389 -4.265 .000
Ln MTV
Ln ETK
.287
.315
.110
.128.486.832
2.6112.464
.013
.018
a. Dependent Variable: LnKA
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dibentuk model persamaan regresi berganda setelah
dilogaritmakan sebagai berikut:
LnY = 0 + 1LnX1 + 2 LnX2 + 3 LnX3 4 LnX4+LnKA = 3.448+ 0,417LnKMP - 0,626LnIND+0,287LnMTV+0.315LnETK+ Keterangan :LnKA = Kualitas AuditLnKMP = KomptensiLnIND = IndependensiLnMTV = Motivasi LnETK = Etika
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 3,448 artinya secara matematis bahwa variabel kualitas audit
sebagai variabel dependen sama dengan konstanta apabila variabel kompetensi,
variabel independensi, variabel motivasi sebagai variabel independen (Bebas)
bernilai sama dengan nol.
2. Koefisien regresi variabel kompetensi sebesar 0,417 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel kompetensi mengalami kenaikan sebesar
1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,417.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel kompetensi
dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel kompetensi, maka semakin
meningkat pula variabel kualitas audit.
3. Koefisien regresi variabel independensi sebesar - 0,626 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel independensi mengalami kenaikan
20
sebesar 1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar
0,626. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara variabel
independensi dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel independensi,
maka semakin meningkat pula variabel kualitas audit.
4. Koefisien regresi variabel motivasi sebesar 0,287 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel motivasi mengalami kenaikan sebesar 1,
maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,287.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel motivasi
dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel motivasi, maka semakin
meningkat pula variabel kualitas audit.
5. Koefisien regresi variabel etika sebesar 0,315 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel motivasi mengalami kenaikan sebesar 1,
maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,315.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel etika
dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel etika, maka semakin meningkat
pula variabel kualitas audit.
Koefisien Determinasi
Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase
sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel
dependen (Sari, 2011). Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan kedalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat
bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji
empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol
Ghozali (2006 :83). Berarti adjusted R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤.adjusted
R2 ≤ 1). Hasil uji Adjusted R2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.16 Hasil Uji Adjusted R2
21
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate1 .699a .488 .437 .08272
a. Predictors: (Constant), lnkmp, lnind,lnmtv,lnetk
b. Dependent Variable: lnka
Sumber: lampiran 3
Dari tampilan ouput SPSS model summary besarnya R Square (R Kuadrat) dan adjusted
R2 adalah 0,488 dan 0,437, hal ini berarti 48,8% dan 43,7% variabel kualitas audit dapat
dijelaskan oleh variabel kompetensi, variabel independensi, variabel motivasi dan variabel etika
auditor. Sedangkan sisanya untuk R Square (R Kuadrat) (100% - 48,8% = 51,2%) dan sisa
adjusted R2 (100% - 43,7% = 56,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
Standard Error of Estimate (SEE) sebesar 0.8272 Semakin kecil nilai SEE akan membuat
model regresi yang digunakan semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. (Ghozali,
2008 :86).
Uji Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel
independent mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent. Pembuktian dilakukan
dengan cara membandingkan nilai Ftabel dengan Fhitung (Ghozali, 2006:84). Hasil uji F
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.17Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .261 4 .065 9.534 .000a
Residual .274 40 .007
Total .535 44
a. Predictors: (Constant),LnKMP,LnIND,LnMTV,LnETKb. Dependent Variable: LnKA
Sumber: lampiran 3
22
Dari hasil uji regresi simultan (uji F) diperoleh nilai F hitung sebesar 9.534
dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05, berarti secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara variabel-
variabel kompetensi (KMP), variabel Independensi (IND), variabel motivasi (MTV)
dan Etika (ETK) terhadap variabel Kualitas Audit (KA).
Uji Regresi parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan
ttabel.(Ghozali, 2006:84). Uji t menggunakan bantuan program SPSS Version 16.0 For
Windows. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.18Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.448 977 3.529 .001
Ln KMP .417 .158 .358 2.638 .012
Ln IND -626 .147 -1.389 -4.265 .000
Ln MTV
Ln ETK
.287
.315
.110
.128.486.832
2.6112.464
.013
.018
a. Dependent Variable: LnKA
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui nilai signifikansi variabel kompetensi 0,012, variabel
independensi 0,000, variabel motivasi 0,013 dan variabel etika 0,018 lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05, artinya terdapat pengaruh parsial secara signifikan antara variabel kompetensi,
variabel independensi, variabel motivasi dan variabel etika auditor dengan variabel kualitas
audit.
Uji Interaksi Variabel Moderasi
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderat Regresssion Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya
23
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen dengan
rumus sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4 + b5X1X4+b6X2X4+ b7X3X4 + e
LnKA=a+b1LnKMP+b2LnIND+b3LnMTV+b4LnETK+b5LnKMP*LnETK+b6LnIND*Ln ETK+ b7LnMTV*LnETK + e
Keterangan :LnKA = Kualitas AuditLnKMP = KomptensiLnIND = IndependensiLnMTV = Motivasi LnETK = Etika LnKMP*LnETK = Komptensi* EtikaLnIND*LnETK = Independensi* EtikaLnMTV*LnETK = Motivasi * Etikae = Eror
Adapun hasil uji regresi interaksi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:Tabel 4.19
Hasil Regrei (MRA) Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .369 4.185 .088 .930
LnKMP .688 1.466 .588 .469 .642
LnIND -.358 .550 -.793 -.650 .520
LnMTV .780 .654 1.323 1.193 .240
LnETK -1.625 2.162 -4.297 -.752 .457
MLnKMP .141 .767 1.110 .184 .855
MLnIND .203 .311 .842 .652 .518
MLnMTV .310 .347 2.027 .892 .378
Dependent Variable: LnKASumber: lampiran . 3
Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.19 dapat dibentuk model persamaan
Moderat Regression Analysis setelah dilogaritmakan sebagai berikut:
LnKA=0.369+0.688LnKMP–0.358LnIND+0.780LnMTV–1.625LnETK+0.141
LnKMP*LnETK+0.203LnIND*Ln ETK+ 0.310LnMTV*LnETK
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
24
1. Konstanta sebesar 0.369 artinya secara matematis bahwa variabel kualitas audit
sebagai variabel dependen sama dengan konstanta apabila variabel kompetensi,
variabel independensi, variabel motivasi sebagai variabel independen (Bebas)
bernilai sama dengan nol.
2. Koefisien regresi variabel kompetensi sebesar 0,688 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel kompetensi mengalami kenaikan sebesar
1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,688.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel kompetensi
dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel kompetensi, maka semakin
meningkat pula variabel kualitas audit.
3. Koefisien regresi variabel independensi sebesar - 0,358 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel independensi mengalami kenaikan
sebesar 1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,358.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara variabel
independensi dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel independensi, maka
semakin meningkat pula variabel kualitas audit.
4. Koefisien regresi variabel motivasi sebesar 0,780 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel motivasi mengalami kenaikan sebesar 1,
maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,780. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel motivasi dengan
kualitas audit. Semakin meningkat variabel motivasi, maka semakin meningkat pula
variabel kualitas audit.
5. Koefisien regresi variabel etika sebesar -0,1625 artinya apabila nilai variabel
independen lainnya tetap dan nilai variabel motivasi mengalami kenaikan sebesar 1,
maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,1725.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara variabel etika
dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel etika, maka semakin meningkat
pula variabel kualitas audit.
6. Koefisien regresi variabel moderasi kompetensi sebesar 0,141 artinya apabila nilai
variabel independen lainnya tetap dan nilai variabel kompetensi mengalami kenaikan
25
sebesar 1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,141.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel moderasi
kompetensi dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel kompetensi, maka
semakin meningkat pula variabel kualitas audit.
7. Koefisien regresi variabel moderasi independensi sebesar 0,203 artinya apabila nilai
variabel independen lainnya tetap dan nilai variabel independensi mengalami
kenaikan sebesar 1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan
sebesar 0,203. Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara
variabel moderasi independensi dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel
independensi, maka semakin meningkat pula variabel kualitas audit.
8. Koefisien regresi variabel moderasi motivasi sebesar 0,310 artinya apabila nilai
variabel independen lainnya tetap dan nilai variabel kompetensi mengalami kenaikan
sebesar 1, maka nilai variabel kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,310.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel moderasi
motivasi dengan kualitas audit. Semakin meningkat variabel motivasi, maka semakin
meningkat pula variabel kualitas audit.
Tabel 4.20 Hasil Uji Adjusted R2 (MRA) Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate1 .737a .544 .457 .08119
a. Predictors: (Constant), lnkmp, lnind,lnmtv,lnetk
b. Dependent Variable: lnka
Sumber: lampiran.3
Dari tampilan ouput SPSS model summary besarnya R Square (R Kuadrat)
dan adjusted R2 adalah 0.554 dan 0,457, hal ini berarti 55,4% dan 45,7% variabel
kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi, variabel independensi, variabel
motivasi dan variabel etika auditor. Sedangkan sisanya untuk R Square (R Kuadrat)
(100% - 55,4% = 44,6%) dan adjusted R2 (100% - 45,7% = 54,3%) dijelaskan oleh 26
sebab-sebab yang lain diluar model. Standard Error of Estimate (SEE) sebesar 0.8119
Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi yang digunakan semakin tepat
dalam memprediksi variabel dependen. (Ghozali, 2008 :86).
Tabel 4.21Hasil Uji F (MRA)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .291 7 .042 6.299 .000a
Residual .244 37 .007
Total .535 44
a. Predictors: (Constant),LnKMP,LnIND,LnMTV,LnETK, MLnKMP,MLnIND,MLnMTVb. Dependent Variable: LnKA
Sumber: Lampiran 3
Dari hasil uji Moderated Regression Analysis (MRA) secara simultan (uji F)
diperoleh nilai F hitung sebesar 6.299 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai
signifikansi jauh lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05, berarti secara simultan terdapat
pengaruh signifikan antara variabel-variabel kompetensi (KMP), variabel Independensi
(IND), variabel motivasi (MTV) yang dimoderasi oleh variabel Etika (ETK) terhadap
variabel Kualitas Audit (KA).
Tabel 4.22Hasil Uji t (MRA)
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .369 4.185 .088 .930
LnKMP .688 1.466 .588 .469 .642
LnIND -.358 .550 -.793 -.650 .520
LnMTV .780 .654 1.323 1.193 .240
LnETK -1.625 2.162 -4.297 -.752 .457
MLnKMP .141 .767 1.110 .184 .855
MLnIND .203 .311 .842 .652 .518
MLnMTV .310 .347 2.027 .892 .378
b. Dependent Variable: LnKASumber: lampiran 3
Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial pada Tabel 4.22, dapat diketahui
27
variabel kompetensi (0.642), variabel independesi (0.520), variabel motivasi (0.240),
variabel etika auditor (0.457), moderasi kompetensi (0.855), moderasi independensi
(0.518) dan moderasi motivasi (0.378) menunjukkan semua parameter regresi tidak
signifikan atau berada di atas nilai signifikansi yang telah di tetapkan (0.05), artinya
tidak terdapat pengaruh parsial secara signifikan antara variabel kompetensi, variabel
independensi, variabel motivasi terhadap kualitas audit yang di moderasi oleh variabel
etika auditor.KESIMPULAN
Penelitian ini berusaha menguji Determinan Kualitas Audit Internal pada
Inspektorat pada Kabupaten Lombok Timur. Model yang digunakan pada penelitian ini
adalah regresi berganda dan uji interaksi atau sering disebut dengan Moderat
Regression Analysis (MRA).
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukannya uji interaksi, secara simultan terdapat pengaruh signifikan
antara variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi dan etika auditor
terhadap variabel kualitas audit pada kantor Inspektorat Kabupaten Lombok Timur.
2. Sebelum dilakukannya uji interaksi secara parsial terdapat pengaruh signifikan
antara variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi dan etika auditor
terhadap variabel kualitas audit pada kantor Inspektorat Kabupaten Lombok Timur.
3. Setelah dilakukan uji interaksi, secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara
variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi yang dimoderasi oleh variabel
etika auditor terhadap variabel kualitas audit pada kantor Inspektorat Kabupaten
Lombok Timur.
4. Setelah dilakukan uji interaksi, secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan
antara variabel-variabel kompetensi, independensi, motivasi yang dimoderasi oleh
variabel etika auditor terhadap variabel kualitas audit pada kantor Inspektorat
Kabupaten Lombok Timur.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi sebagai berikut:
28
a. Implikasi teoretis, memberikan kontribusi pengembangan literatur akuntansi sektor
publik di Indonesia terutama sistem pengendalian manajemen di sektor publik.
Selain itu penelitian ini dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya
penelitian-penelitian akuntansi sektor publik.
b. Implikasi praktis, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dan
dalam rangka mewujudkan good governance. Sehingga Inspektorat
dapat membuat program yang berkontribusi pada peningkatan kualitas dan
kapabilitasnya.
c. Implikasi kebijakan, hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai masukan dalam
menilai hasil pekerjaan yang sudah dilakukan oleh auditor untuk menentukan
kebijakan yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas audit.
Keterbatasan dan Arah Penelitian kedepan
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan sebagai berikut:
1. Obyek penelitian ini hanya pada kantor Inspektorat Kabupaten Lombok Timur
sehingga kesimpulan dari penelitian ini terbatas hanya untuk pemeriksa yang
bekerja pada kantor Inspektorat Kabupaten Lombok Timur.
2. Metode pengumpulan data yang dipergunakan peneliti kurang efektif.
Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner memiliki kelemahan apabila
responden yang menjadi sampel penelitian tidak sungguh – sungguh dalam
menjawab pertanyaan, antara lain disebabkan karena tidak memahami pertanyaan
yang diajukan responden dalam kondisi malas atau asal mengisi saja.
3. Selain dipengaruhi oleh variabel-variabel yang telah diuji dalam penelitian ini.
Variabel kualitas audit juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Berdasarkan keterbatasan di atas, maka kepada peneliti selanjutnya agar
memperoleh hasil yang lebih baik disarankan sebagai berikut :
1. Peneliti yang akan datang agar menggunakan sampel yang lebih banyak dan
memilih tempat penelitian yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari
penelitian selanjutnya menjadi lebih akurat serta lebih bermanfaat.29
2. Peneliti yang akan datang juga dapat mempertimbangkan untuk menambah
beberapa variabel penentu kualitas audit antara lain seperti objektifitas, sensifitas
audit, kecermatan profesional dan standar audit.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, syukriy.2004. Prilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran daerah. Pendekatan prinsipal agent theory. Makalah disajikan pada seminar Antarbangsa di Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Afiah, Nunuy Nur. 2009. Pengaruh Kompetensi Anggota DPRD dan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi. October 2009 Research Days. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Ali, J. 2014 . Pengaruh kompetensi, independensi, etika auditor, profesionalisme, pengalaman kerja dan standar audit terhadap kualitas audit. Tesis. Universitas Mataram.
Arens, A.A., J.K. Loebbecke. 2000. Auditing: An Integrated Approach. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Bergman, M and Lane, J.E.1990. public policy in a prinsipal – agen framework. Journal of theoretical politics.339-352.
Boynton C. William Kell. G. Walter and Johnson N Raymond, 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh jilid 1. Penerbit Airlangga.Jakarta.
BPK RI.2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1. Pemeriksaan Laporan Keuangan. Jakarta.
BPKP. 1998. Modul Diklat Peningkatan Kemampuan APFP Provinsi DI Yogyakarta. Unit Pengelola Pendidikan dan Latihan Pengawasan Perwakilan BPKP DI Yogyakarta.
______.2008. Diklat Pembentukan Auditor Ahli, Kode Etik dan Standar Audit.Edisi V. Jakarta.
30
Cahyat, A. 2004. Sistem Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten. Pembahasan Peraturan Perundangan di Bidang Pengawasan. Governance Brief Number 3.
Donald R. Dies, J., & Giroux, G.A. (1992). Determinant of audit quality in the public sector. THE ACCOUNTING REVIEW. Vol.67. No.3) pp 462-479.
Efendi, M.T. 2010. Pengaruh kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit aparat Insepektorat dalam rangka pengawasan keuangan Daerah. Universitas Diponegoro.
Elfarini, E.C. 2005. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang.
Falah, S. 2005. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang.
Febriansyah, Rasuli dan Hardi.2013. Pengaruh keahlian, independensi dan kecermatan profesional dengan etika auditor sebagai variabel moderasi terhadap kualitas auditor. Jurnal sorot vol.8 no 1. Lembaga Penelitian Universitas Riau.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. BP Undip. Semarang.
Gibson, James L., John M Ivancevich. dan James H Donnelly Jr. 1993. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gilardi, F.2001. Prinsipal – agen models go to europe: Independent regulatory agencies as ultimate step of delegation. Paper presented at the ECPR General comference, Canterbury (UK). 6-8 September 2001.
Goleman, D. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri Kantjono W). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Halim, A.2001.Auditing. Dasar – dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi II. Yogyakarta.
Harhinto, T. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Kualitas Audit, Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang.
Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi pertama.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
31
http://repository.unhas.ac.id
James H. Davis, F. David Scoorman dan Leax Donalson.1997.”Toward a Srewarsdhip Theory of Management.”Academy of Management Review Vol.22, No 1 page 22-47.
Kharismatuti, dan Hadiprajitno. 2012. Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Jurnal of Accounting. Vol.1 No.1. Universitas Diponegoro.
Lowenshon, S., Johnson E.L., dan Elder J.R. 2005. Auditor Specialization and Perceived Audit Quality, Auditee Satisfaction, and Audit Fees in the Local Government Audit Market.
Makmun, A.S., 2003, Panduan Studi Psikologi Pendidikan. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Penerbit Andi
_________, 2005. Akuntansi Sektor Publik Edisi 2. Penerbit Andi. Yogyakarta
_________,2006. Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 2, No. 1
Mangkunegara, A.P.2005. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Maryani, T. dan U.Ludigdo.2001. Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Prilaku Etis Akuntan. TEMA. Vol.II No 1
Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Suatu Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 No. 1.Januari.
Messier, F.W., V.S. Glover, dan F.D. Prawitt. 2005. Jasa Audit dan Assurance: Suatu Pendekatan Sistematis. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan. Edisi 4 Buku 1 & 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi, Pioner Jaya, Jakarta
Mulyadi. 1992. Pemeriksaan Akuntan.: Badan Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007.32
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.64 Tahun 2007. Pedoman teknis organisasi dan tata kerja inspektorat provinsi dan kabupaten/kota. Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta.
Pramono, E.S. 2003. Transformasi Peran Internal Auditor dan Pengaruhnya bagi Organisasi. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 3 No.2 Agustus.
Rai, I.G.A.2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik.Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, S.P., T.A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, edisi 12. SalembaEmpat. Jakarta.
Rohman, A. 2007. Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi Vol. 7 No. 2. Januari.
Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasieksperimen pada Auditor dan Mahasiswa). Semarang. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Samelson, D., Lowenshon, S., and Johnson, L. 2006. The Determinants of Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting, & Financial Management, Vol. 18, No. 2.
Saputra, Anton Eka.2012. Kompetensi dan Independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Jurnal Akuntansi Vol. 1 No.2. Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Sososutikno, C. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005.
33
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. PenerbitAlfabeta. Bandung.
_______.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. PenerbitAlfabeta. Bandung.
_______.2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. PenerbitAlfabeta. Bandung.
Sunarsip, 2001, Corporate Governance Audit : rrParadigma Baru Profesi Akuntansi dalam Mewujudkan Good Coorporate Gvernance, Media Akuntansi, No.17/Th. VII.pp. II-VII.
Susmanto, Bintang. 2008. Pengawasan Intern pada Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. http://www.menkokesra.go.id/content/view/117/323/.
Suraida, I. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini AkuntanPublik.Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November, 186-202.
Suwandi. 2005. Pengaruh Kejelasan Peran dan Motivasi Kerja terhadap Efektivitas Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian di Lingkunan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Airlangga Surabaya.
Riduwan, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Ke delapan. Alfabeta, Bandung.
Tampubolon, R. 2005. Risk and Systems-Based Internal Audit. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.
Tjun Tjun, Marpaung dan Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No.1. Universitas Kristen Maranatha.
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta
34