digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl... · web viewbila terdapat...

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEGAWATAN NAFAS PADA NEONATUS 1. Pengertian Menurut Hudak dan Gallo (1997),kegawatan pernafasan adalah keadaan kekurangan oksigen yang terjadi dalam jangka waktu relatif lama sehingga mengaktifkan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat,dimana apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain.Selanjutnya dapat terjadi depresi pernafasan yang di manifetasikan dengan apnea yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Depresi nafas yang di manifestasikan dengan apnea yang memenjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigenasi dengan tekanan positif,masase jantung external dan koreksi keadaan asidosis.Hanya setelah oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi dimulai (Hudak dan Gallo,1997).Pendapat ini menekankan pentingnya resusitasi dengan segera.Hal ini diperkuat dengan pendapat nelson(1999) yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata

Upload: dinhtuyen

Post on 11-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEGAWATAN NAFAS PADA NEONATUS

1. Pengertian

Menurut Hudak dan Gallo (1997),kegawatan pernafasan adalah

keadaan kekurangan oksigen yang terjadi dalam jangka waktu relatif lama

sehingga mengaktifkan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam

laktat,dimana apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi penurunan

aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ

lain.Selanjutnya dapat terjadi depresi pernafasan yang di manifetasikan

dengan apnea yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Depresi nafas yang di manifestasikan dengan apnea yang

memenjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigenasi dengan

tekanan positif,masase jantung external dan koreksi keadaan

asidosis.Hanya setelah oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka

aktivitas respirasi dimulai (Hudak dan Gallo,1997).Pendapat ini

menekankan pentingnya resusitasi dengan segera.Hal ini diperkuat dengan

pendapat nelson(1999) yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata

laksana penderita dengan henti nafas menitikberatkan pada pentingnya

kemampuan tata laksana karena peningkatan hasil akhir pasca henti

pernafasan dihubungkan dengan kecepatan dilakukanya resusitasi jantung

paru.

Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom) RSD adalah

istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada

neonatus,gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan

keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah

surfaktan dalam paru ( Surasmi&asrining,dkk, 2003).

7

8

Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan

frekuensi pernafasan besar dari 60 kali permenit,sianosis,merintih waktu

ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrum,suprosternal,interkostal pada

saat inspirasi (Ngastiyah, 2005). Sedangkan menurut PONED (2004)

sindroma gagal nafas adalah kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi

nafas bayi dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan

gangguan nafas sebagai berikut:

a. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)

b. Ada tarikan dinding dada

c. Merintih

d. Apnea (nafas berhenti lebih dari 20 detik)

2. Etiologi

Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupun pada

bayi preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat

lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai

potensi kegawatan lebih besar karena belum maturnya fungsi organ-organ

tubuh.

Menurut Towel dalam Jumiarni,dkk (1995) penyebab kegagalan

pernafasan pada neonatus terdiri dari:

a. Faktor ibu

Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi

rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu

pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes

melitus dan lain-lain.

b. Faktor plasenta

.Faktor plasenta meliputi solusioplasenta, perdarahan plasenta,

plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.

9

c. Faktor janin

Faktor janin atau neonatus meliputi talipusat menumbung, talipusat

melilitleher, kompresi talipusat antara janin dan jalan lahir, gemeli,

prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.

d. Faktor persalinan

Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan

lain-lain.

3. Patofisilogi

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS (Respiratory distress

syndroma) pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil

sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna karena

dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.

Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-

paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru

sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari

normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmunal meningkat dan

terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis

respiratorik. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan

berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan

tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi,

adanya atelektasis yang luas dari luar rongga udara bagian distal

menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga

menyebabkan desquamasi daro epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus

alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena danya defisiensi surfaktan

ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau

volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerusakan pada

endhothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga

menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran

hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah

10

lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36 –

72 jam setelah lahir (Surasmi,dkk, 2003)

Apneu primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya

sistem sirkulasi. Hipoksiamiokardium dan asidosisakan memperberat

bradikardi, vasokontriksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5

menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder

denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus

menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan

upaya pernafasan secara spontan. Kematianakan terjadi kecuali pernafasan

buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Saifuddin, 2002).

4. Manifestasi klinis

Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah

sebagai berikut :

a. Takhipneu (> 60 kali/menit)

b. Pernafasandangkal

c. Mendengkur

d. Sianosis

e. Pucat

f. Kelelahan

g. Apneu dan pernafasan tidak teratur

h. Penurunan suhu tubuh

i. Retraksi suprasternal dan substernal

j. Pernafasan cuping hidung

5. Penatalaksanaan

Menurut Suriadi dan Yuliani (2006) tindakan untuk mengatasi

masalah kegawatan pernafasan meliputi :

a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekwat.

b. Mempertahankan keseimbangan asambasa.

c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.

d. Mempertahankan perfusi jaringan adekwat.

e. Mencegah hipotermia.

11

f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekwat.

B. RESUSITASI NEONATUS

1. Pengertian

Menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti

harfiah “menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang

dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut

menjadi kematian biologis.

Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau

memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai

akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak

(Tjokronegoro, 1998).

Resusitasi pada neonatus adalah prosedur yang diaplikasikan pada

bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur pada

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.Istilah neonetus atau Bayi Baru

Lahir (BBL) digunakan untuk bayi yang baru lahir pada menit-menit

pertama sampai beberapa jam selanjutnya.Sedangkan periode neonatal

ialah periode bayi dari lahir sampai umur 28 hari (Yunanto et al,2008)

Resusitasi dilakukan pada keadaan henti nafas, misalnya pada

korban tenggelam, stroke, obstruksi bendaasing di jalan nafas, inhalasi

gas, keracunan obat, tersedak, tersengat listrik, koma dan lain-lain.

Sedangkan henti jantung terjadi karena fibrilasi ventrikel, takhi kardi

ventrikel, asistol dan disosiasiel ektromekanikal. Resusitasi pada neonatus

yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus

dilakukan oleh perawat yang kompeten.Perawat harus dapat membuat

keputusan yang tepat saat kritis.Kemampuan ini memerlukan penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis

dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis

(Hudak dan Gallo,1997)

12

2. Tujuan Resusitasi

Menurut Ayurai, (2009) menyatakan bahwa tujuan resusitasi

jantung paru pada neonatus antara lain:

a. Memberikan ventilasi yang kuat

b. Membatasi kerusakan serebri

c. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan

oksigen ke otak,jantung dan alat-alat vital lainnya.

d. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan extra uteri

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan

dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudakdan

Gallo, 1997). Tindakan resusitasi ini dimulai dengan penilaian secara

tepat keadaan dan kesadaran penderita kemudian dilanjutkan dengan

pemberian bantuan hidup dasar (basic life support) yang bertujuan untuk

oksigenasi darurat (AHA, 2003).

Tujuan tahap II (advance life support) adalah untuk memulai

kembali sirkulasi yang spontan, sedangkan tujuan tahap III (prolonged life

support) adalah pengelolaan intensif pasca resusitasi. Hasil akhir dari

tindakan resusitasi akan sangat tergantung pada kecepatan dan ketepatan

penolong pada tahap I dalam memberikan bantuan hidup dasar.

3. Tata laksana tindakan resusitasi

Penilaian kegawatan pada bayi dan anak yang mengalami

kegawatan tidak lebih dari 30 detik yang meliputi:

a. Airway

Apakah ada obstruksi yang menghalangi jalan nafas, apakah

memerlukan alat bantu jalan nafas, apakah ada cedera pada leher.

b. Breathing

Frekuensi nafas, gerak nafas, aliran udara pernafasan, warna

kulit/mukosa.

13

c. Circulation

Frekuensi, tekanan darah, denyut sentral, perfusi kulit (capillary

refilling time, suhu, mottling), perfusi serebral, reaksi kesadaran

(tonus otot, mengenal, ukuran pupil, postur).

Menurut Yunanto (2008), indikasi pada neonatus atau bayi

barulahir yang memerlukan tindakan resusitasi segera yaitu bila terdapat

salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal, maka bayi memerlukan

resusitasi

a. Apakah bayi lahir cukup bulan?

b. Apakah air ketuban jernih atau tidak bercampur mekonium?

c. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?

d. Apakah tonus otot baik?

Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Hal ini

disebabkan oleh karena hipoksia (kekurangan oksigen) janin dalam

kandungan yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau segera

setelah bayi lahir Hipoksia dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir

terhadap kehidupan diluar rahim ibu. Sekitar 9,8 % dari seluruhkematian

bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia yang terjadi waktu lahir

(Maryunani, 2008)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan resusitasi

Resusitasi akan berhasil apabila dilakukan segera setelah kejadian

henti jantung atau henti nafas pada saat kerusakan otak yang menetap

(irreversible) belum terjadi. Kerusakan otak yang menetap akan terjadi

apabila kekurangan O2 dalam darah tidak segera dikoreksi atau apabila

sirkulasi terhenti lebih dari 3 – 5 menit (Tjokronegoro, 1998)

Keberhasilan resusitasi tergantung kepada :

a. Keadaan miokardium

b. Penyebab terjadinya henti jantung

c. Kecepatan dan ketepatan tindakan,tingkat pengetahuan perawat,bidan

ataupun tenaga medis dalam memahami keadaan yang memerlukan

14

resusitasi dengan segera merupakan salah satu faktor dari

keberhasilan resusitasi.

d. Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit

e. Perawatan khusus di rumah sakit

f. Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)

Untuk menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat perlu

pengalaman dan observasi klinik yang cukup. Tes apgar biasa digunakan

untuk menilai tingkat berat ringannya asfiksia. Berdasarkan kriteria

diatas afiksia dapat ditentukan dengan nilai sebagai berikut :

a. Nilai Apgar 7 – 10 : bayi dianggap memiliki pengetahuan adaptasi

yang baik.

b. Nilai Apgar 4 – 6 : bayi diaggap asfiksia ringan – sedang dengan

kriteria yaitu frekuensi jantung >100/menit, tonus otot baik,

biru,masih ada reflek.

c. Nilai Apgar 0 – 3 : bayi dianggap asfiksia berat, dengan kriteriayaitu

frekuensi jantung <100/menit, tonus otot buruk, biru/kadang kadang

pucat, tidak ada refleks rangsang.

15

Tabel 2.1 Sistem penilaian atau skoring apgar pada bayi baru lahir

TandaScore

0 1 2

Apperance (warna

kulit)

Biru pucat Tubuh

kemerahan,

ektremitas biru

Tubuh dan

ektremitas

kemerahan

Pulse (denyut nadi) Tidak ada denyut

jantung

<100 kali

(lambat,denyut

jantung lemah)

>100kali

(denyut

jantung kuat)

Grimac (refleks) Tidak ada

respon/reaksi

Gerakan sedikit Gerakan kuat

dan menangis

Activity (tonus otot) Tidak ada gerakan

(tangan dan kaki

lumpuh

Gerakan lemah Gerakan aktif

Respiratory (usaha

bernafas)

Tidak ada per-

nafasan, tidak ada

tangis

Pernafasan

lemah tidak

teratur, me-

nangis lemah

atau merintih

Teratur,

menangis kuat

(Maryunani dan Nurhayati, 2008)

5. Prosedur resusitasi

a. Alat dan obat-obatan untuk tindakan resusitasi neonatus.

Berikut peralatan dan obat-obatan yang disiapkan padaResusitasi

Bayi baru Lahir berdasarkan American Heart Association

andAmerican Academy of pediatric, (2005) :

1) Perlengkapan Penghisap : Balon penghisap (bulb syringe),

alatpenghisap lender, Penghisap mekanik dengan selangnya,

Kateterpenghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, dan 14F, Pipa lambung

nomer 8Fdan semprit 20 mL, Penghisap mekonium / konektor.

2) Peralatan balon dan sungkup : Balon resusitasi yang

dapatmemberikan oksigen sampai kadar 90% sampai 100%,

Sungkupdengan ukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang

16

bulan (dianjurkanyang memiliki bantalan dipinggirnya), Sumber

oksigen denganpengatur alira (ukuran sampai 10 L / menit) dan

selang oksigen.

3) Peralatan intubasi : Laringoskop dengan daun lurus no.00 dan

no.0(untuk bayi kurang bulan) dan no.1 (untuk bayi cukup

bulan),Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop,

Pipaendotrakeal no. 2,5 , 3,0 , 3,5 , 4,0 mm diameter internal,

Stilet (bilatersedia), Gunting, Plester atau alat fiksasi

endotrakheal, Kapas alcohol, Alat pendeteksi CO2 atau

kapnograf, Sungkup larings LMA(bila tersedia).

4) Alat untuk memberikan obat-obatan : Pipa orogastrik no.

5F,Kateter umbilical no. 3,5F, 5F, Three way stopcock, Semprit.

1, 3, 5,10, 20, 50 mL, Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk

lain tanpa jarum, Sarung tangan steril, scalpel/gunting, larutan

yodium,pita/plester/tape umbilical.

5) Lain – lain : Sarung tangan dan alat pelindung lain, Alat

pemancar panas atau sumber panas lainnya, Alas resusitasi yang

cukup keras,Jam, Kain (yang hangat), Stetoskop untuk neonatus,

Plester, Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta

elektrodanya (bilatersedia dikamar bersalin), Oropharyngeal

airway (0,00 dan ukuran 000 atau panjang 30, 40 dan 50 mm)

6) Untuk bayi kurang bulan (bila tersedia) : Sumber udara

bertekanan,Blender oksigen dengan mencampur oksigen dan

udara tekan, Pulseoksimeter dan probe oksimeter, Alat pemanas

kimia, Incubatortransport untuk mempertahankan suhu bayi ke

ruang perawatan.

7) Obat – obatan untuk Resusitasi : Epinefrin 1 : 10.000 (0,1

mg/mL),Kristaloid isotonic (NaCl 0,9 % atau Ringer Lactat)

untuk penambah volume, Natrium Bikarbonat 4,2 %

(5mEq/10mL),Nalokson hidroklorida, Dekstrosa 10 %, Larutan

NaCl 0,9 % untuk bilas.

17

b. Langkah-langkah dalam resusitasi

Bila terdapat satu atau lebih dari 4 hal dalam penilaian awal maka

langkah awal resusitasi harus segera dilakukan. Langkah awal

resusitasi berdasarkan American Academy of pediatric dan American

Heart Association,(2005) tindakan berurutan sebagai berikut :

1) Airway (membersihkan jalan nafas, positioning, merangsang)

a) Memberikan kehangatan.

Memberikan kehangatan untuk menghindari hipotermia

dilakukan dengan cara meletakan bayi diatas meja resusitasi

dibawah pemancar panas. Tempat ini harus sudah

dihangatkan sebelumnya. Setelah membuka jalan nafas

dengan menghisap lendir, upaya mencegah kehilangan panas

dilanjutkan dengan mengeringkan bayi lalu menyingkirkan

kain yang basah dengan membungkus bayi dengan

kain/selimut yang hangat.

b) Meletakan bayi pada posisi yang benar.

Bayi baru lahir harus diletakan dengan kepala pada

posisi menghidu atau sedikit ekstensi. Bila usaha pernafasan

ada tetapi tidak menghasilkan ventilasi efektif (frekuensi

denyut jantung tidak meningkat lebih dari 100 kali/menit),

jalan nafas mungkin tersumbat dan posisi kepala harus

diperbaiki.

c) Menghisap mulut dan farings

Bayi baru lahir normal tidak membutuhkan

penghisapan dari mulut,hidung atau farings setelah lahir

secara berlebihan. Bayi akan dapat membersihkan jalan

nafasnya dengan sendirinya secara efektif. Bila terdapat

sekresi yang menyumbat jalan nafas, sekret dapat dibersihkan

dengan kateter. penghisap yang mempunayi lubang besar (no.

10 – 12 F).Walaupun demikian penghisapan farings dapat

menyebabkan spasme larings, trauma pada jaringan lunak,

18

bradikardia dan tertundanya pernapasan spontan. Oleh karena

itu setiap penghisapan farings harusdilakukan dengan hati-

hati. Bila penghisapan pada bayi cukup bulan,lama

penghisapan harus dibatasi dalam 5 detik dan tidak lebih dari

5 cm dalamnya bibir bayi dan tekanan negatif yang

digunakan untuk penghisapan tidak boleh melebihi 100

mmHg.

d) Stimulasi taktil.

Pengeringan dan perangsangan sekaligus merupakan

intervensi penilaian dan resusitasi. Bila bayi gagal

mempertahankan pernafasan spontan dan efektif dengan

meningkatkan frekuensi denyut jantung lebih dari 100/menit,

Lakukan rangsangan berupa stimulasi taktil yaitu untuk

merangsang frekuensi dan dalamnya pernafasan dengan cara

menjentikan satu jari ketelapak kaki bayi. Jika stimulasi taktil

efektif, akan tampak wajah meringis, peningkatan usaha

bernafas yang nyata,atau bahkan tangisan.Tindakan ini dapat

merangsang sebagian besar bayi baru lahir untuk bernafas.

Melakukan rangsangan taktil terus menerus pada bayiyang

apnea adalah berbahaya dan tidak boleh dilakukan. Bila bayi

tetap tidak bernafas bantuan ventilasi harus segera dimulai.Gambar 2.1 gambar Rangsangan taktil

(sumber:Musdalifah,2008)

19

2) Breathing (Bantuan pernafasan menggunakan Ventilasi tekanan

positif)

Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ventilasi

tekanan positif harus dimulai bila bayi tetap apnea setelah

stimulasi atau pernafasan tidak adekuat, dan frekuensi jantung <

100 kali/menit. Bila bayi bernafas adekuat dan frekuensi jantung

memadai tetapi sianosis sentral,bayi diberi oksigen aliran bebas.

Bila setelah ini bayi tetap sianosis, dapat dicoba melakukan

ventilasi tekanan positif, Peralatan yang digunakan untuk

ventilasi tekanan positif adalah salah satu dari 3 alat

berikut.Mengembang sendiri (self infating bag), balon tidak

mengembang sendiri(flow inflating bag), atau T-piece

resuscitation(Yunanto,2008).

3) Circulation (Sirkulasi dengan Kompresi Dada)

Kompresi dada ialah penekanan yang teratur pada tulang

dadake arah tulang belakang sehingga meningkatkan tekanan

intratoraks danmemperbaiki sirkulasi dada ke seluruh tubuh

organ vital, Sedangkanindikasi kompresi dada ialah bila

frekuensi denyut jantung bayi kurangdari 60 kali/menit walaupun

telah dilakukan ventilasi tekanan positif yangefektif tambahan

selama 30 detik (Yunanto et al, 2008)

a. Cara melakukan kompresi dada :

1) Perlu dua orang yang bekerja sama untuk melakukan

kompresi dadayang efektif, satu yang menekan dada

yang lain melanjutkan ventilasi.Orang yang melakukan

ventilasi mengambil posisi disisi kepala bayiagar

sungkup wajah dapat ditempatkan secara efektif atau

untukmenstabilkan pipa endotrakeal dan memantau

gerakan dada yangefektif.

2) Pada bayi cukup bulan kedalaman kompresi yang

dianjurkan adalah 1/2- 3/4 inci (kurang lebih 1,25 – 2

20

cm), yaitu sekitar sepertiga daridiameter anterior

posterior dada. Kompresi dada harus dilakukandengan

baik tidak bersikap ceroboh, atau tidak teratur

karenameningkatkan kemungkinan trauma.

b. Ada dua metode dalam kompresi dada yaitu :

1) Metode dua jempol.

Letakan kedua jempol diatas sepertiga sternum bagian

bawah yaitusatu jari di inter-niple line. Jempol dapat

diletakan bersebelahanatau tumpang tindih pada bayi

yang lebih kecil. Lingkari dada bayidengan kedua

tangan untuk menompang punggung bayi. Berikan

tekanan melalui jempol saja. jangan menekan rangka iga

karena dengan melakukan tindakan ini dapat

menyebabkan kompresi menjadi tidak efisien dan dapat

menimbulkan trauma. Metode ini mempunyai

keuntungan dibandingkan dengan metode dua jari

karena memperbaiki tekanan puncak sistolik dan perfusi

koroner tanpa komplikasi.Gambar 2.2 Chest compretion two hand-infant

(south infirmary vitoria hospital,2009)

2) Metode dua jari.

Pada metode dua jari, ujung jari tengah dan telunjuk

atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk

menekan. Kedua jari tegak lurus didinding dada dan

penekanan dengan ujung jari. Tangan lain harus

digunakan untuk menopang bagian belakang bayi

21

sehingga penekanan pada jantung antara tulang dada

dan tulang belakang menjadi lebih efektif. Dengan

tangan keduamenopang bagian belakang, dapat

dirasakan tekanan dan dalamnya penekanan dengan

lebih mudah. Tehnik dua jari lebih melelahkan

dibanding dengan tehnik ibu jari.Gambar 2.3 Chest Compretion Two Fingers-Child

(south infirmary vitoria

hospital,2009)

4) Kompresi dada dan ventilasi harus dilakukan secara sinkron

dengan rasio 3 : 1 yaitu 90 kompresi dan 30 ventilasi untuk

mencapai 120kegiatan setiap 1 menit. Kompresi dan inflasi harus

terkoordinasi secara sinkron. Dada harus berkembang penuh

diantara dua kompresi.Pengendalian tekanan merupakan bagian

yang penting, gunakan tekanan yang cukup untuk menekan

tulang dada sedalam kira-kira 1/3diameter anterior - posterior

dada, kemudian tekanan dilepaskan untuk memberikan jantung

terisi.

5) Satu kompresi terdiri dari satu tekanan kebawah dan satu

pelepasan.Lamanya tekanan kebawah harus lebih pendek dari

lamanya pelepasan untuk memberikan curah jantung yang

maksimal. Ibu jari atau ujung jari jangan diangkat dari dinding

22

dada, tetapi tetap harus memberikan pengembangan dada yang

optimal.

6) Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif, nadi

harus dikontrol secara periodik dengan meraba nadi misalnya di

tali pusat,brakhialis dan femoralis.

7) Komplikasi dari kompresi dada dapat menyebabkan trauma pada

bayi.Organ vital dibawah tulang iga adalah jantung paru dan

sebagian hati.Tulang rusuk juga rapuh dan mudah

patah.kompresi harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak

merusak organ dibawahnya.

8) Penilaian dilakukan setelah kompresi selama satu menit, kaji

frekuensi jantung jika frekuensinya 100 kali/menit dan dan

meningkat hentikan kompresi dan kaji ulang aktivitas pernafasan

dan warna kulit bayi.Hentikan kompresi dada apabila frekuensi

jantung meningkat hingga100 atau resusitator menyerah.

*Berikan VTP

*Lakukan kompresi dada

23

GAMBAR 2.4 DIAGRAM ALUR RESUSITASI NEONATUS

(sesuai pedoman AAP/AHA, 2006)

Lahir

Ya

Tidak

Bernafas

FJ >100,Kemerahan

Apneu Sianosis

atau

FJ<100

Sianosis menetap

Ventilasi efektif

FJ<60 FJ >100,Kemerahan

FJ>60

* Cukup bulan?

*Air ketuban jernih?

*Bernafas/menangis?

*Tonus otot baik?

Perawatan rutin

*Berikan kehangatan

*Bersihkan jalan nafas

*Keringkan

*Nilai warna kulit

*Berikan kehangatan

*Posisikan,bersihkan jalan nafas

*Keringkan,rangsang,reposisi

Evaluasi pernafasan,FJ,warna kulit

*Beri tambahan O2

*Berikan VTP

Perawatan observasi

Perawatan pasca observasi

24

FJ<60

C. PENGETAHUAN

1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran.Proses belajar ini di pengaruhi oleh berbagai faktor

dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial-

budaya (Sutrisno,2009)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2012). Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari pengetahuan

dan kesadaran, maka perilaku bersifa tlanggeng (Notoatmodjo, 2012).

Terbentuknya perilaku baru pada orang dewasa dimulai dari domain

kognitif, subjekter lebih dahulu mengetahui stimulus berupa materi atau

obyek luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek

tersebut.

Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan antara lain :

a. Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya,termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami (comprehention)

*Berikan epineprin

25

Memahami di artikan sebagai suatu pengetahuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai pengetahuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek

atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis aadalah suatu pengetahuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen,tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.Pengetahuan analisis dapat di lihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan,mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis(syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu pengetahuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang benar.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu pengetahuan untuk menyusun

suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek

(Notoatmojo, 2012)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Dalam proses seseorang mengetahui akan dipengaruhi oleh beberapa hal

atau faktor yaitu :

a. Faktor internal

1) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indra seseorang

26

2) Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,

psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu.

b. Faktor eksternal

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam memberi respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang akan datang, akan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

tersebut.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang

yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,

pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media.

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mudah

tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi

yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial

Manusia adalah mahluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat

berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,

sementarafaktor hubungan sosial juga mempengaruhi

kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan

menurut model komunikasi media.

27

5) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya

seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti

seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas

pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,

informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmojo,2012)

3. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan domain di

atas (Notoatmodjo,2012).

28

D. KERANGKA TEORI

Dalam penelitian ini kerangka teori yang diambil adalah

bagaimana pengetahuan perawat dan bidan tentang tehnik resusitasi pada

neonatus. Untuk memudahkan pemahaman maka secara sederhana penulis

gambarkan kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.5 kerangka teori

Kemampuan Perawat dan Bidan tentang Kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus

Pengetahuan meliputi :

*Faktor internal

- jasmani

- rohani

*Faktor eksternal

- pendidikan

- paparan media massa

- ekonomi

- hubungan sosial

- pengalaman

- Baik

- Cukup baik

- Kurang

Dibedakan pengetahuan antara perawat dan bidan

29

(Agus subagyo,2011& Notoatmojo, 2012)

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo 2012). Dalam penelitian ini variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan pengetahuan perawat dan

bidan tentang kegawatan nafas dan resusitasi pada neonatus.

F. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah bagaimana perbedaan

pengetahuan perawat dan bidan tentang kegawatan nafas dan tindakan

resusitasi pada neonatus di Rumah Sakit Islam Kendal?