web view... dan tepat mendapatkan informasi yang ... internet baik sebagai sumber informasi maupun...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH BUKU1i
B.P. [email protected]
Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Dalam abad 21 ini laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat cepat dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilan di pendidikan formal dan non formal. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2013, menggunakan TIK dalam menulis naskahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan Oktober sampai dengan Desember 2013 di Puskurbuk dengan menggunakan metode survei dan diperdalam dengan wawancara kepada pemenang Sayembara. Data diolah dengan menggunakan statistik sederhana dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pemenang Sayembara pada umumnya belum menggunakan TIK sebagai sumber informasi memperluas wawasannya. Mengingat pentingnya TIK sebagai sumber informasi dan sumber belajar, penelitian ini menyarankan agar dalam pelatihan/penataran pendidik dan tenaga kependidikan diberikan keterampilan menggunakan TIK dan memotivasi mereka belajar mandiri untuk meningkatkan profesionalismenya.
Kata kunci: sayembara, buku pengayaan, teknologi informasi dan komunikasi, sumber belajar
Abstract
In the 21st century, information and communication technology (ICT) is developing tremendously fast and used a lot as learning resources to facilitate learning in formal and non-formal education. This research aimed at describing how the winners of supplementary textbook writing competition conducted by The Center for Curriculum and Book Development of Ministry of Education and Culture in 2013, benefitted ICT to improve their performance. The descriptive research was carried out as from October through December 2013. The data collected using questionair and interviewing the winners as the respondent, were analyzed qualitatively. This research concludes the winners have low use of ICT as a learning resource to broaden their knowledge and develop their skills. Based on the research finding, it is recommended that in the teachers’ trainings, the teachers should be encouraged to use ICT to improve their professional competence.
Keywords: writing competition, supplementary textbook, information and communication technology, learning resources.
PENDAHULUAN
Di era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) abad ke-21 ini, berbagai informasi dapat
diperoleh dengan cepat dan mudah. Informasi itu tersedia dan terbuka untuk umum dengan
mempergunakan berbagai produk teknologi informasi dan komunkasi. Kemajuan belajar
dewasa ini banyak dipengaruhi oleh keterampilan dan kecepatan seseorang menggunakan
TIK, yang antara lain adalah internet. Begitu melimpahnya informasi dalam berbagai bidang
dan untuk berbagai keperluan yang dapat diperoleh di internet, sehingga dapat dikatakan
1 Dimuat di Jurnal PENABUR, edisi Desember 2014
bahwa informasi itu kini berada pada ujung jari. Persoalannya sekarang, sejauh mana
seseorang melek teknologi informasi serta cekatan memakai ujung jarinya meng”klik”
tombol pencari dan penemu informasi serta mampu memilah, memilih, serta menggunakan
informasi itu sebagai pengetahuan.
Sebagaimana teknologi pada umumnya, TIK juga berkembang cepat dan semakin canggih.
Kalau ilmu pengetahuan berkembang dua kali lipat dalam dua sampai tiga tahun (Marquard,
2002: xiii), teknologi berkembang hampir setiap tiga bulan dan hampir setiap hari muncul
produk teknologi baru yang kemampuan dan kecanggihannya terus menerus semakin tinggi
(Walker, 1988: 12). Kalau perkembangan yang demikian sudah terjadi pada dekade akhir
abad ke 20, dalam abad ke 21 ini tentu teknologi berkembang lebih cepat dan lebih canggih
lagi. Meningkatnya kemampuan dan kecanggihan TIK membuat jenis dan jumlah informasi
yang diproses dan dikomunikasikan semakin banyak dan semakin cepat. TIK juga membuat
batas ruang komunikasi semakin luas dan terbuka sehingga memberikan pengaruh yang
berarti terhadap ekonomi, politik, budaya, dan keamanan setiap negara di dunia.
Perkembangan pesat TIK seperti yang diperkirakan oleh Raymond S (1988: 2-8) lebih dari 2
(dua) dekade lalu, dewasa ini telah menjadi kenyataan dan dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Perkembangan yang sangat berpengaruh terhadap cara orang berpikir dan bekerja
itu antara lain ialah (a) kecepatan alat menghitung dan memperoses informasi dengan ukuran
alat yang semakin kecil dan menggunakan semakin sedikit sumber daya/listrik serta dengan
harga semakin murah; (b) sistem komputer yang menggunakan multi processor architecture
semakin bekembang; (c) terminal nirkabel dipergunakan untuk mengakses jaringan
komputer; (d) berbagai perangkat lunak berkembang untuk memenuhi berbagai kebutuhan
termasuk untuk pendidikan; (e) berkembangnya perangkat lunak memperkaya teks
konvensional dengan grafik dinamis, gambar, dan animasi; (f) fasilitas multimedia dapat
mengintegrasikan teks, gambar, dan suara; (g) penggunaan bahasa berorientasi kepada
pemakai sehingga dapat mengoperasikannya dengan mudah tanpa pelatihan khusus; (h)
pelayanan informasi berbasis komputer untuk beribagai keperluan; dan (i) peralatan semakin
canggih dan berkemampuan tinggi untuk berinteraksi dengan pangkalan data yang semakin
luas.
Dalam dua dekade akhir abad ke 20, laju perkembangan teknologi sangat cepat dan gadget
baru muncul terus menerus termasuk telepon seluler, TV kabel, website, IM, iPod, Blogs,
MySpace, Facebook, dan Youtube. TIK semakin merambah dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Generasi yang lahir tahun 1980-an sampai 1990-an disebut Generasi Net (Net
berasal dari kata Internet), karena generasi ini memiliki kebiasaan menggunakan internet
sebagai media informasi dan komunikasi. Sedangkan generasi yang lahir sesudah tahun 1990-
an disebut generasi-i atau iGeneration (berasal dari kata “i” dalam iphone, ipod, ipad dan
lain-lain). Generasi ini lahir dan tumbuh di lingkungan perkembangan berbagai jenis
teknologi.
Kemajuan TIK juga mempengaruhi proses pendidikan pada umumnya, pembelajaran pada
khususnya. Guru yang tidak tanggap dan tidak terampil menggunakan internet akan
ketinggalan informasi tentang berbagai perkembangan dan kemajuan di dunia. Bahkan tidak
tertutup kemungkinan, peserta didiknya yang rajin menjelajahi internet memiliki lebih
banyak pengetahuan dalam hal tertentu. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan guru
sama sekali tanpa memanfaatkan kemajuan TIK dan tetap mempertahankan sumber belajar
tradisional, akan membosankan dan melelahkan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapi.
Generasi-i memiliki ciri yang lebih maju lagi daripada Generasi Net yang disebut juga
dengan digital native. Generasi-i lahir di lingkungan peralatan teknologi dan dari waktu ke
waktu mendapat dan menggunakan berbagai jenis teknologi baru. Mereka menghabiskan
banyak waktu dengan bermain, berkomunikasi, dan belajar menggunakan media elektronik.
Mereka lihai melakukan multitasking, menggunakan media sosial dan media elektronik, serta
hidup dalam jaringan sosial seperti Facebook, My Space, dan Second Life. Kehidupan yang
demikian membuat mereka lebih senang menyendiri, sibuk dengan telepon genggamnya
ngobrol dengan temannya atau saling mengirim pesan singkat (texting), sambil bersilancar di
internet. Akibatnya, lambat laun mereka membenci sekolah jika sekolah tidak menggunakan
TIK semaju mereka. Dengan proses pembelajaran yang tradisional di sekolah, mereka merasa
bosan (Rosen, 2010: 3).
Ilustrasi seperti yang diuraikan di atas, menuntut guru mengikuti perkembangan TIK serta
menggunakannya tidak semata-mata menjadi media sosial, tetapi terutama untuk
meningkatkan kompetensi pedagogic, kompetensi sosial, dan kompetensi profesionalnya.
Terampil menggunakan TIK berarti tahu bagaimana cara dengan mudah, cepat, dan tepat
mendapatkan informasi yang diperlukan. Apabila memiliki kemampuan yang demikian, guru
tidak akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam meningkatkan pengetahuannya
dan prinsip belajar sepanjang hayat dapat dilakukannya secara mandiri.
Sungguhpun TIK maju pesat dan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, media cetak
seperti buku masih diandalkan sebagai salah satu sumber belajar. Penggunaan buku sangat
praktis serta harganya relatif murah. Akan tetapi, ternyata jumlah dan jenis buku baru yang
terbit di Indonesia masih sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Dalam tahun 2010 jumlah buku baru yang diterbitkan tidak termasuk buku terjemahan dan
cetak ulang hanya berkisar 10.000 judul. Masing-masing judul dicetak dengan tiras rata-rata
sekitar 3.000 eksemplar. Jumlah itu diperkirakan tidak banyak berubah sampai tahun 2013.
Dengan demikian, diperkirakan jumlah buku baru berkisar 30 juta eksemplar. Sementara itu
penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan membaca diperkirakan mencapai 60 % dari
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 140 juta orang. Dengan perhitungan yang demikian
maka rasio buku baru terhadap penduduk Indonesia yang melek baca hanya 0,21 atau satu
buku untuk 5 orang. Sedikitnya jumlah buku terbitan baru di Indonesia juga terlihat pada
koleksi perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum yang kekurangan buku terbitan baru
hasil penerbit Indonesia.
Di samping jumlahnya masih kurang, mutu buku juga belum sebaik yang dikehendaki
khususnya untuk keperluan pendidikan. Hal ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang sejak
tahun 1980 sampai sekarang ini menilai buku yang sasarannya sekolah, baik sebagai buku
teks pelajaran maupun sebagai buku pengayaan. Dari hasil penilaian yang dilakukan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, setiap tahun tidak sampai 50% buku non-teks
(buku untuk perpustakaan) dinyatakan memenuhi syarat. Sedangkan hasil penilaian untuk
buku teks pelajaran sejak tahun 1995 menunjukkan, belum pernah ada buku yang dapat
langsung dipakai di sekolah tanpa perbaikan.
Untuk mendorong penulisan buku pelajaran, setiap tahun Pemerintah melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (yang sekarang bernama Kementerian Kebudayaan, Pendidikan
Dasar dan Menengah) menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan
sejak tahun 1989. Pada awalnya Sayembara ini diadakan untuk mendorong kalangan pendidik
dan tenaga kependidikan yang masih aktif maupun yang sudah pension menulis buku
pelajaran. Pemerintah menganggap mereka menguasai pengetahuan di bidang ilmu yang
ditulis serta memiliki pengalaman bagaimana membelajarkan peserta didik sesuai dengan
pendekatan dan metode yang tepat. Melalui Sayembara ini pemerintah memberikan
kesempatan dan memberikan kemudahan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk
berperan serta dalam penulisan buku pelajaran.
Sayembara yang dilakukan secara nasional ini memunculkan sejumlah pemenang penulisan
naskah buku pengayaan untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA dengan berbagai peringkat.
Sebagai pemenang, mereka tentu memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ilmu
yang ditulisnya serta cara menyajikannya secara tepat sebagai buku pengayaan. Akan tetapi,
sampai sekarang ini belum pernah ada penelitian khusus untuk mengetahui karakteristik
pemenang misalnya latar belakang pendidikan atau pelatihan yang berkaitan dengan
penulisan karya ilmiah, persiapan dan upaya yang mereka lakukan dalam menghaslkan
naskah, motivasi mereka mengikuti Sayembara, kebiasaan mereka menulis karya ilmiah, dan
bagaimana mereka memanfaatkan TIK, khususnya informasi di dunia maya.
Tulisan ini memfokuskan pembahasan tentang sejauh mana pemenang Syaembara tahun 2013
menggunakan TIK dalam mempersipakan, menulis, dan menghasilkan naskah sehingga
memenuhi syarat sebagai pemenang. Masalah ini menarik diteliti untuk mengetahui sejauh
mana pemenang Sayembara telah terbiasa menggunakanTIK di abad informasi ini. Apalagi
mulai tahun 2010, Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan semakin mengutamakan mutu
naskah Sayembara dan memberikan kesempatan tidak hanya kepada pendidik dan tenaga
kependidikan di pendidikan dasar dan menengah. Kesempatan mengikuti Sayemabara ini
juga dibuka untuk dosen, mahasiswa, siswa, peneliti, serta profesi lain. Dengan demikian
hasil penelitian ini dapat juga memberikan gambaran pemanfaatan TIK sebagai sumber
belajar oleh berbagai kalangan untuk meningkatkan kemampuan di bidang profesinya.
Sebagai penelitian pendahuluan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, pertama
memberikan gambaran bagaimana pemenang Sayembara khususnya pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan profesinya
sebagai guru, dosen, atau tenaga kependidikan. Kedua, menjadi salah satu pertimbangan
kepada lembaga pembina tenaga pendidik dan kependidikan dalam meningkatkan kompetensi
mereka dengan menggunakan TIK. Ketiga, sebagai informasi bagi calon peserta Sayembara
dalam meningkatkan kemampuan memenangkan sayembara berikutnya. Keempat,
mendorong guru belajar sepanjang hayat melalui aneka sumber untuk meningkatkan
kemampuan profesinya sebagai tenaga pendidik, dan kelima, sebagai salah satu rujukan
penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup lebih luas.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mediskripsikan bagaimana pemenang Sayembara
Penulisan Naskah Buku Pengayaan 2013 menggunakan peralatan TIK sebagai sumber
belajar. Penelitian ini dilakukan di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, tempat kegiatan acara
pengumuman Sayembara dan pemenang menginap. Penyebaran kuesioner dan wawancara
dilakukan di hotel sedangkan studi dokumen dilakukan di kantor Pusat Kurikulum dan
Perbukuan di Jakarta. Penelitian yang dilakukan tgl 24 – 26 November 2013 ini, disesuaikan
dengan jadwal pengumuman pemenang Sayembara dan kedatangan para pemenang ke
Jakarta untuk menghadiri acara pengumuman dan menerima hadiah Sayembara.
Dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu menggambarkan
prilaku pemenang Sayembara dalam penggunaan peralatan TIK sebagai alat komunikasi dan
sumber belajar. Sedangkan dilihat dari teknik pengumpulan data, penelitian ini termasuk
survei dengan menggunakan angket. Populasi penelitian ini adalah semua pemenang
Sayembara tahun 2013 yang berjumlah 45 orang. Oleh karena jumlah populasi terjangkau
maka semua populasi dijadikan responden.
Angket disusun berdasarkan jenis data yang diperlukan. Angket yang telah diisi oleh
responden diteliti ketepatan cara pengisian dan keabsahannya, kemudian data ditabulasi dan
diolah dengan statistik sederhana untuk selanjutnya diinterpretasikan. Untuk melengkapi data
dilakukan wawancara kepada peserta secara acak. Bahan wawancara dikembangkan
mendalami data yang diberikan responden dalam angket. Hasil wawancara itu dipergunakan
juga sebagai bahan pembahasan hasil penelitian ini. Oleh karena terdapat 3 (tiga) set hasil
angket cacat, data yang diolah berjumlah 42 set. Hasil pengolahan dan interpretasi data
dianalisis secara induktif berdasarkan aspek-aspek masalah penelitian dan secara deduktif
mengacu pada teori yang dirujuk. Selanjutnya, hasil analisis dan pembahasan dijadikan bahan
untuk menarik kesimpulan, menyusun implikasi, serta merumuskan saran penelitian.
Hasil dan PembahasanHasil
Pemenang Sayembara berjumlah 42 orang dengan rincian seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1: Jumlah Pemenang Sayembara Berdasarkan Jenis Pekerjaan
NoPekerjaa
n PAUD SD SMP SMA SMK PTJM
%
1 Guru 1 5 6 6 1 19 45.24
2 Dosen 4 4 9.52
3 Siswa 9 9 21.43
4 Lain-lain 10 23.81
Jumlah 42 100.00
Data Tabel 1 menunjukkan lebih dari sebagian (54,76%) pemenang Sayembara adalah
pendidik yaitu guru PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK serta dosen Perguruan Tinggi.
Mungkin karena Sayembara ini berkaitan dengan penulisan buku pengayaan untuk sekolah,
maka jumlah guru jauh (45,24%) lebih banyak dari pada dosen (9,52%). Dari jumlah
pendidik, pemenang yang terbanyak adalah guru SMP, SMA, dan SD dan guru PAUD dan
SMK sangat sedikit. Di samping itu, jumlah siswa SMA (21, 43%) yang dapat diartikan
bahwa naskah yang ditulis siswa cukup bermutu sehingga dapat menjadi pemenang dalam
Sayembara ini. Sedangkan pemenang lain yang termasuk kategori lain-lain adalah peneliti,
pemimpin kursus, pustakawan, penulis, pelatih drama, tutor/fasilitator, instalatir, dan editor.
Dilihat dari latar belakang pekerjaan pemenang, Sayembara ini diikuti oleh berbagai unsur
yang dapat menghasilkan naskah buku pengayaan untuk sekolah serta memenuhi syarat untuk
dijadikan pemenang.
Dibandingkan antara yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan swasta, yang menjadi
pemenang lebih banyak yang berstatus swasta (52,38 %). Fenomena ini dapat diartikan antara
laian peserta Sayembara dari kalangan swasta lebih sungguh-sungguh mengikuti Sayembara
ini sehingga mereka melakukan persiapan dan upaya yang lebih baik. Asumsi bahwa lebih
banyak PNS berprestasi dari yang berstatus swasta tidak terbukti dalaman penelitian ini.
Dalam menyusun naskah, pemenang sayembara ini mengumpulkan informasi dengan
berbagai cara seperti membaca buku rujukan, melakukan wawancara, melakukan
percobaan/praktek, serta menggunakan TIK. Susuai dengan tujuan tulisan ini, pembahasan
difokuskan pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara untuk keperluan sehari-hari
pada umumnya dan untuk penulisan naskah Sayembara pada khususnya. Penggunaan TIK itu
tentu didahului dengan peralatan TIK, khususnya jenis komputer yang dimiliki yakni
Personal Computer (PC), Laptop dan Notebook. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
setiap pemenang memiliki salah satu atau lebih dari jenis komputer yang dimaksud sperti
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Komputer yang dimiliki Pemenang Sayembara
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Pekerjaan PersonalComputer
Laptop Notebook
Jml
1 Guru 6 7 11 24
2 Dosen 1 2 2 5
3 Siswa 2 3 4 9
4 Lain-lain 3 3 5 11
Jumlah 12 15 22 49
% 24.49 30.6144.90 100.00
Data Tabel 2 menunjukkan antara lain, yang paling banyak dimiliki ialah notebook,
kemudian laptop, dan paling sedikit ialah personal computer. Ada juga guru, dosen, dan yang
berprofesi lain memiliki lebih dari satu jenis computer. Kelihatannya, kepraktisan membawa
dan menggunakannya menjadi alasan pemenang dalam memilih jenis komputer.
Sungguhpun kemampuan komputer dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, akan
tetapi lebih dari sebagian (55.74 % ) pemenang menggunakan komputer untuk mengetik dan
tidak banyak (18.03 %) yang menggunakan komputer untuk mencari informasi dengan
mengakses ke internet. Sedikit sekali dari pemenang Sayembara menggunakan program dan
aplikasi lain yang ada di komputer seperti untuk keperluan surat elektronik, mengolah data, ,
menyimpan data, menonton video, ataupun mendengar musik.
Di samping peralatan TIK jenis komputer, semua pemenang juga memiliki satu atau lebih
telepon seluler. Selain sebagai alat komunikasi sosial, telepon seluler khususnya telepon
cerdas (smart phone) dapat dipergunakan untuk menyimpan data, serta mengakses internet.
Akan tetapi lebih dari sebagian (53,49%) pemenang Sayembara menggunakannya untuk
keperluan berkomunikasi dengan suara (24,81%) dan tertulis dalam bentuk pesan singkat
(28.68%). Internet (17,05%) dipergunakan biasanya hanya untuk hubungan sosial melalui
facebook. Walaupun sangat sedikit sekali, pemenang Sayembara juga menggunakan telepon
seluler untuk menyimpan data suara/gambar/tulisan, memotret, dan mendengar musik. Semua
pemenang menggunakan telepon seluler untuk menyimpan data nomor telepon keluarga,
kerabat, dan kontor yang mereka perlukan.
Pemenang Sayembara telah menggunakan internet melalui komputer atau telepon seluler
untuk mencari informasi seperti pengumuman Sayembara dan kadang-kadang untuk
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan tugas pokok mereka. Sangat sedikit sekali pemenang
Sayembara menggunakan internet untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
berkaitan dengan penulisan naskah buku pengayaan yang disayembarakan. Di samping
melalui internet, ada juga pemenang Sayembara menggunakan televisi dan radio untuk
mencari informasi yang mereka perlukan.
Kemampuan menulis naskah berkaitan dengan kebiasaan membaca dan menulis. Waktu yang
dipergunakan oleh pemenang Sayembara untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
melalui membaca berkisar antara 30 – 60 menit sehari. Dari antara pemenang Sayembara,
dosen paling banyak menggunakan waktunya untuk membaca dibandingkan dengan siswa
dan guru. Sedangkan yang berprofesi lain-lain menggunakan paling sedikit waktu membaca
dibandingan dengan dosen, siswa, dan guru. Sebagian besar pemenenang Sayembara
menggunakan media cetak (buku, majalah, atau surat kabar) sebagai sumber bacaan. Sedikit
sekali yang menggunakan media elektronik (buku, majalah, surat kabar, atau naskah
elektronik). Semua pemenang Sayembara memilih bacaan yang isinya berkaitan dengan
pekerjaan/tugas mereka.
Pada umumnya pemenang menggunakan waktunya untuk menulis setiap hari berkisar antara
30 menit sampai satu jam, walaupun ada juga yang kurang dari 30 menit atau lebih dari satu
jam. Semua pemenang sering menggunakan komputer untuk mengetik tulisan mereka yang
pada umumnya berkaian dengan pekerjaan mereka.
Pembahasan
Dalam era TIK dewasa ini alat komunikasi elektronik atau berbasis komputer banyak
dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Hampir semua profesi menggunakan TIK
karena TIK memudahkan menyelesaikan berbagai pekerjaan, memperoleh informasi, dan
berkomunikasi dengan pihak lain. Salah satu produk teknologi informasi ialah komputer
yang pada awalnya dibuat untuk keperluan menghitung. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknolgi membuat kemampuan komputer berkembang pesat baik pada perangkat keras
(hardware) maupun pada perangkat lunaknya (software). Perangkat keras komputer semakin
lama semakin kecil sampai dalam wujud yang dapat dengan mudah dibawa kemana-mana
seperti laptop, notebook, dan tablet atau i-pad. Sedangkan perkembangan perangkat
lunaknya telah memungkinkan komputer dapat dipakai untuk berbagai aplikasi dan keperluan
termasuk mengakses internet. Sementera itu harga komputer semakin terjangkau oleh
masyarakat. Hal ini juga terlihat pada semua pemenang Sayembara dengan latar belakang
profesi beragam memiliki komputer pribadi (desktop), laptop, note book, atau tablet.
Perangkat keras komputer dapat diisi dengan berbagai program seperti Microsoft Office,
Adobe, media player, accessories, dan internet browser. Aplikasi Microsoft Office termasuk
Words, Excel, Powerpoint, Publisher, Access, Outlook, dan Onenote. Aplikasi Adobe
termasuk indesign, pdf reader, acrobat, flash, bridge, dan media encoder. Media player
memiliki aplikasi winamp, itone, vlc, dan windows media player.
Akan tetapi pemenang Sayembara belum memanfaatkan secara optimal kemampuan dan
kemudahan yang dimiliki komputer. Sebagai contoh, hampir semua mereka menggunakan
aplikasi Microsoft Office terbanyak untuk mengetik dan menyimpan hasil ketikan dan
sesekali menggunakan Excel. Kecuali dosen, guru yang menang dalam Sayembara ini juga
jarang menggunakan power point dalam proses pembelajaran dengan alasan peralatan LCD
tidak tersedia di kelas.
Salah satu kemudahan menggunakan komputer ialah melakukan hubungan ke internet
sehingga dapat memperoleh berbagai informasi dan data, mendengarkan musik atau
menonton video, serta menerima dan mengirim surat elektronik. Dengan menggunakan
internet, seseorang dapat juga membuat blog dan mengisinya dengan berbagai tulisan atau
gambar sehingga tersebar dengan sendirinya tanpa biaya. Guru juga dapat mencari bahan
pengayaan pembelajaran dari internet dalam bentuk tulisan, foto, atau video di YouTube.
Akan tetapi sangat sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet untuk
memperkaya pengetahuannya dan hanya sebagian kecil pemenang sayembara mengunakan
facebook sebagai media sosial dan mereka ini pada umumnya adalah siswa.
Sedikit sekali yang menggunakan komputer untuk memperoleh akses ke internet dan
menjelajahi atau mencari informasi atau menggunakan surat elektronik. Kemudahan lain
seperti membuat diagram/grafik dan gambar serta aplikasi penerbitan (publishing) hampir
tidak pernah dipergunakan. Melalui wawancara tidak formal diperoleh alasan kurang
dipergunakannya kemudahan lain pada komputer karena mereka tidak pernah
memerlukannya dan tidak mengetahui beberapa kemudahan lain di luar untuk mengetik,
menyimpan data, mendengar musik, dan menonton video.
Kemajuan teknologi komunikasi telah melahirkan telepon seluler pintar yang memiliki
fasilitas pemutar lagu, video, penyimpan data, kamera, dan berbagai fitur yang dapat
ditambahkan ke telepon seluler. Di samping itu telepon seluler pintar juga digunakan untuk
mengakses internet sehingga dapat dipergunakan untuk mencari informasi, hubungan sosial
seperti facebook, twitter, dan surat elektronik. Meluasnya jaringan internet membuat banyak
pemakai telepon seluler bersilancar di internet mencari informasi atau menikmati hiburan.
Bahkan jual beli dan transaksi bank dapat dilakukan melalui ponsel. Sebagai bagian dari
pelayanan untuk umum, banyak pertokoan/mall, kafe, restoran, sekolah, kampus, rumah
sakit, kendaraan umum, dan tempat umum lainnya menyediakan fasilitas nirkabel (wifi)
untuk mengakses internet melalui ponsel pintar. Harga ponsel pintar dan biaya untuk
mengakses internet melalui modem semakin terjangkau masyarakat, sehingga sekitar 65 %
pengguna internet di Indonesia terkoneksi melalui ponsel (APJII, 2012:8).
Harga ponsel pintar yang semakin terjangkau memungkinkan ponsel bukan merupakan
barang mewah lagi dan hampir seluruh lapisan masyarakat memilikinya. Semua pemenang
Sayembara juga memiliki setidak-tidaknya sebuah telepon seluler yang dapat dipergunakan
untuk berkomunikasi secara lisan dan pesan singkat, memotret, mendengar musik serta
menyimpan data. Pada umumnya telepon seluler mereka juga dapat dipergunakan untuk
akses ke internet. Akan tetapi nampaknya pemenang Sayembara kurang menggunakan
semua kemudahan memperoleh informasi melalui telepon seluler. Mereka cenderung
menggunakan telepon seluler terbanyak untuk mengirim dan menerima pesan singkat
(sms/bbm), bertelepon, dan menyimpan nomor telepon atau data penting. Jaringan internet
melalui telpon seluler kadang-kadang dipakai untuk komunikasi sosial melalui facebook.
Dalam era TIK dewasa ini, internet merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi
karena selain biayanya murah, berbagai informasi mutakhir dari banyak sumber dapat diakses
dengan cepat serta dapat dipergunakan sebagai media menyebarluaskan informasi ke seluruh
plosok dunia. Untuk pendidikan, internet dapat dipergunakan sebagai sumber belajar dan
pembelajaran. Akan tetapi masih sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet
baik sebagai sumber informasi maupun untuk menyebarluaskan informasi. Mereka
menggunakan internet untuk mencari informasi berkaitan dengan tugas utamanya,
komunikasi sosial melalui facebook, dan surat elektronik. Sungguhpun antara pengguna
internet itu ada yang memanfaatkan internet setiap hari, kebanyakan hanya berkisar tiga kali
seminggu, sehingga dapat dikatakan masih rendah. Alasan utama mereka kurang
menggunakan internet ialah sulit memasuki jaringan internet karena signal lemah, tidak
punya waktu, dan merasa rumit menggunakannya.
Dari data angket dan wawancara informal dengan pemenang Sayembara dapat disimpulkan
bahwa pemenang Sayembara pada umumnya kurang menggunakan TIK untuk memperkaya
pengetahuan dan keterampilan atau memperluas wawasan. Tidak ada peserta yang berusaha
meningkatkan mutu naskah mereka dengan menggali informasi dari internet, sungguhpun ada
di antara mereka tahu cara mencari informasi melalui internet. Oleh karena melalui internet
banyak informasi ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dipublikasikan, mutu naskah yang
dihasilkan pemenang Sayembara dapat lebih baik sekiranya mereka menggunakan informasi
di internet secara intensif.
Sumber informasi lain yang dipergunakan oleh pemenang Sayembara dalam menulis naskah
ialah televisi dan media cetak serta tidak ada seorang pun yang menggunakan radio. Dalam
beberapa tayangan televisi mereka memperoleh informasi dan inspirasi dalam memberikan
contoh-contoh berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat atau siaran yang berkaitan
dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan melalui media cetak seperti
buku, majalah, dan surat kabar, mereka mendapat lebih banyak informasi yang sangat
membantu dalam memperoleh dan mengembangkan gagasan dalam menulis naskah. Oleh
karena itu masing-masing pemenang Sayembara menggunakan waktu mereka untuk
membaca setiap hari. Sebagian besar dari mereka menggunakan antara 30 sampai 60 menit
sehari untuk kegiatan membaca. Yang paling banyak mengunakan waktu untuk membaca
ialah dosen, kemudian yang berprofesi lain-lain, dan siswa. Sedangkan jumlah guru paling
sedikit dibandingkan dengan lainnya menggunakan waktu untuk membaca.
Kurangnya guru menggunakan TIK untuk meningkatkan kualitas profesinya sebagai pendidik
dan kurangnya waktu yang dipergunakan guru untuk membaca merupakan catatan penting
dari hasil survei ini. Guru diharapkan dapat menjadi model dan panutan bagi siswa khsusnya
dalam pendidikan karakter. Salah satu tugas guru adalah menanmkan dan menanamkan
kebiasaan membaca, tetapi tugas ini sulit dapat berhasil kalau guru sendiri kurang membaca.
Tahun 1980 Alfin Toffler (1990) menyebutkan abad 21 merupakan abad informasi sehingga
setiap orang diharapkan tidak cukup hanya memiliki kemampuan dasar membaca, menulis,
dan berhitung saja tetapi juga kemampuan menggunakan TIK. Agak sulit dapat diharapkan
guru dapat memotivasi siswanya untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan berbagai
sumber belajar khususnya yang terdapat di internet. Proses belajar dan membelajarkan
dewasa ini tidak terbatas di ruang kelas atau sekolah saja dan setiap orang dapat belajar di
mana dan kapan saja dengan menggunakan berbagai informasi dari berbagai sumber. Oleh
karena itu sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan belajar
kepada siswanya sehingga mereka dapat melakukan belajar berkelanjutan dengan minat dan
gaya belajar mereka masing-masing. Harapan ini sulit dapat dipenuhi apabila guru sendiri
tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan belajar sesuai dengan kemajuan perkembangan
TIK yang ada.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk memperoleh informasi yang disajikan secara
tertulis. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung diberikan secara bertahap kepada
siswa sejak pendidikan usia dini. Membaca merupakan awal kegiatan belajar sehingga
diharapkan membaca menjadi kegemaran dan kebiasaan setiap orang. Masyarakat terdidik
dan bermartabat terwujud melalui masyarakat belajar dan masyarakat belajar terbentuk dari
masyarakat membaca. Kemampuan membaca dapat diberikan dan dilatih oleh guru tetapi
kebiasaan membaca siswa ditanamkan dan dikembangkan dengan memberikan contoh dan
teladan oleh guru dan lingkungannya. Mudah-mudahan kebiasaan membaca yang masih
rendah dilihat dari waktu yang digunakan guru, pemenang Sayembara ini, tidak mewakili
semua guru.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara tahun 2013 dengan
menggunakan survei dan wawancara terbatas. Hasil penelitian ini merupakan gejala atau
indikasi saja kalau diberlakukan untuk keseluruhan peserta Sayembara. Untuk keperluan
generalisasi diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat mewakili semua peserta
Sayembara.
Penelitian ini juga tidak dapat dijadikan acuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan Sayembara tahun 2013 maupun tahun-tahun sebelumnya,
SIMPULANKesimpulan
Secara umum pemenang Sayembara masih sangat kurang memanfaatkan TIK, khususnya
untuk memperkaya kemampuannya menulis naskah. Sungguhpun semua pemenang memiliki
komputer dan telepon seluler yang dapat tersambung ke internet, pemenang kurang
memanfaatkan informasi dari lamanan (website) untuk memperkaya dan memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilannya. Keadaan yang demikian mempengaruhi mutu naskah yang
dihasilkan sehingga terdapat beberapa peringkat pemenang yang tidak terisi.
Aplikasi Microsoft Office yang paling sering pemenang Sayembara pergunakan ialah Words
untuk mengetik dan kadang-kadang Power Point dan jarang sekali menggunakan Excell.
Pemenang Sayembara kurang memaksimalkan penggunaan komputer mereka. Dengan
demikian, dosen atau guru yang menjadi pemenang Sayembara ini, kurang memanfaatkan
komputer dalam proses dan administrasi pembelajaran di kelas.
Pemenang Sayembara menggunakan telepon seluler lebih banyak untuk kepentingan
hubungan sosial melalui pesan singkat daripada telepon. Walaupun ada juga yang
menggunakan telepon seluler untuk tersambung ke internet, kebanyakan dipergunakan untuk
hubungan sosial melalui facebook, dan sangat jarang untuk mengirim surat elektronik.
Fasilitas lain yang sering dipergunakan ialah untuk mendengar musik dan memotret. Sangat
jarang sekali pemenang Sayembara menggunakan telepon genggam mereka sebagai sarana
komunikasi untuk meningkatkan kemampuan keterampilan.
Sunguhpun penggunaan internet di kalangan pemenang Sayembara tidak tinggi tetapi banyak
di antara mereka yang memperoleh informasi penyelenggaraan Sayembara melalui laman
Puskurbuk di internet. Hal ini mengindikasikan bahwa pada hakekatnya mereka bukan tidak
tahu menggunakan internet, tetapi mereka menggunakannya untuk informasi yang sanagt
dibutuhkan dan bukan untuk memperkaya pengetahuan.
Implikasi
Kurang bervariasinya latar belakang pekerjaan pemenang Sayembara serta kurangnya peserta
dari ibukota kecamatan dan desa merupakan indikasi kurang menyebarnya informasi tentang
penyelenggaraan Sayembara dan juga akibat informasi yang diterima terlambat sehingga
tidak cukup waktu untuk menulis naskah. Keadaan yang demikian mengakibatkan jumlah,
jenis, serta mutu naskah yang diperoleh tidak mencapai target. Dengan demikian, kekurangan
buku pengayaan khususnya untuk pengetahuan dan matematika di sekolah tidak dapat diatasi
melalui Sayembara ini. Di samping itu mutu naskah yang demikian belum tentuk memotivasi
penerbit untuk menerbitkannya. Kurangnya minat penerbit menerbitkan naskah ini juga
terlihat dari banyaknya naskah hasil Sayembara dari tahun-tahun sebelumnya belum
diterbitkan baik oleh penerbit atau Puskurbuk.
Di pihak lain, tidak tercapainya jumlah naskah mengisi semua peringkat, berarti juga dana
yang dianggarkan untuk Sayembara ini tidak terserap sepenuhnya. Tidak diterbitkan dan
disebarluaskan naskah pemenang juga tujuan penyelenggaraan Sayembara ini tidak tercapai
serta berarti dari segi penggunaan dana tidak efisien dan tidak efektif.
Kalau pada tahun-tahun awal, Sayembara ini dimaksudkan memotivasi pendidik dan tenaga
kependidikan menulis naskah buku pelajaran yang bermutu, Sayembara 2013 ini kurang
efektif karena keikut sertaan pendidik dan tenaga kependidikan tidak maksimal terlihat dari
peringkat-peringkat pemenang yang tidak terisi. Kurangnya partisipasi pendidik dan tenaga
kependidikan ini karena informasi kurang tersebar mencapai semua guru khususnya di luar
daerah perkotaan serta terlambatnya informasi. Tetapi faktor lain yang juga dapat terjadi ialah
pada umumnya minat dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menulis
masih kurang. Minat dan keterampilan menulis ini terkait dengan kebiasaan membaca yang
juga masih lemah, pada hal gagasan bermutu bersumber dari hasil membaca. Hasil penelitian
ini menunjukkan waktu membaca dan menulis pememang Sayembara masih rendah sehingga
kurang memiliki gagasan bermutu untuk menulis naskah.
Kurangnya pemenang Sayembara menggunakan TIK khususnya internet dalam memperoleh
informasi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang khususnya
untuk menulis naskah buku pengayaan dapat dianggap suatu ketertinggalan dalam era TIK di
abad ke 21 ini. Keadaan ini semakin memperihatinkan kalau terjadi pada pendidik yang
diharapkan mengikuti informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidik juga diharapkan menjadi motivator dan
facilitator bagi siswa menggunakan TIK. Lebih teknis lagi pendidik diharapkan dapat
mengintegrasikan informasi yang relevan di internet ke dalam proses pembelajaran serta
mendidik siswa belajar mandiri. Akan tetapi kenyataannya masih belum seperti diharapkan.
Penggunaan telepon seluler khususnya telepon pintar (smartphone) memiliki fitur-fitur yang
dapat dipergunakan sebagai alat untuk menelusuri berbagai sumber belajar dan
membelajarkan. Namun, pemenang Sayembara tidak mendayagunakan alat komunikasi
secara maksimal. Oleh karena itu sulit dapat diharapkan mereka dapat menerapkan mobile
learning dengan menggunakan telepon seluler, laptop, tablet, atau iPhod.
Banyak juga informasi melalui televisi dan radio yang dapat dipergunakan sebagai sumber
belajar. Di televisi terdapat siaran televisi edukasi, national geographic channel dan berbagai
tayangan budaya. Melalui radio, juga terdapat siaran ilmu pengetahuan dan teknolgi serta
siaran pedesaan atau daerah terluar Indonesia. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan
masih kurangnya pemenang Sayembara memanfaatkan televisi dan radio sebagai sumber
belajar dan membelajaran.
Gambaran mengenai penggunaan TIK oleh pemenang Sayembara perlu mendapat perhatian
pembina pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu
disadarkan manfaat TIK dalam pembelajaran serta diberikan keterampilan menggunakan TIK
untuk memperoleh informasi secara tepat dan tepat sehingga mereka dapat secara terus
menerus menambah dan memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya dan
melaksanakan tugasnya secara lebih profesional. Dalam rangka penggunaan TIK sebagai
sumber belajar dan membelajarkan ini seharusnya setiap sekolah diberikan peralatan untuk
mengakses internet termasuk di kelas.
Secara nasional mutu guru pada umumnya masih bervariasi dan masih terdapat kesenjangan
yang cukup jauh antar guru dan antar sekolah di beberapa wilayah. Kesenjangan ini juga
terlihat dari jumlah guru yang masih belum tersertifikasi. Mutu guru ini akan mempengaruhi
mutu proses dan hasil/capaian belajar siswa. Dengan menggunakan TIK serta memanfaatkan
sumber-sumber belajar di internet, siswa dapat dilatih belajar mandiri sehingga mereka
memperoleh informasi yang mereka perlukan. Dengan demikian mereka tidak terlalu
tergantung pada informasi yang diberikan guru serta keterbatasan informasi guru dapat
diatasi.
Salah satu cara mendorong peserta Sayembara menggunakan informasi dari internet, ialah
dengan memasukkan persyaratan menggunakan referensi yang relevan, termutakhir, dan
terpercaya bersumber dari internet dalam menulis naskahnya, di samping buku cetak. Tetapi
peserta juga diingatkan untuk tidak melanggar hak cipta dalam mengutip dari sumber lain
termasuk dari internet.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini disararankan sebagai berikut.
Pertama,untuk memperoleh jumlah dan mutu naskah buku pengayaan di berbagai bidang
ilmu dan keterampilan, Puskurbuk perlu lebih memasyarakatkan penyelenggaraan Sayembara
Naskah Buku Pengayaan melalui berbagai media di tingkat pusat dan daerah sedini mungkin.
Pengumuman melalui surat kabar dan radio di daerah serta pamplet dapat menjangkau
berbagai lapisan masyarakat dan wilayah tempat tinggal. Kalau memungkinkan
penyelenggaraan Sayembara diumumkan satu tahun sebelum jadwal pengumpulan naskah
sehingga informasinya dapat tersebar luas dan peserta mempunyai waktu untuk
mengumpulkan bahan dan menulis naskah yang bermutu.
Kedua, naskah pemenang Sayembara hendaknya diterbitkan paling lambat satu tahun
sesudah diumumkan melalui penerbit swasta atau Puskurbuk apabila penerbit swasta kurang
berminat. Hasil terbitan itu hendaknya disebarkkan ke perpustakaan sekolah yang sesuai
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai buku pengayaan untuk mata pelajaran yang relevan.
Penerbitan naskah itu akan memotivasi guru menulis dan dapat menjadikannya sebagai
perbandingan kalau menulis naskah buku.
Ketiga, melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemdikbud, Dinas, atau
Sekolah, guru hendaknya dimotivasi menggunakan TIK untuk meningkatkan kemampuan
mereka sendiri dan dalam proses pembelajaran di kelas serta guru dilatih terampil
menggunakan TIK, khususnya internet, sebagai sumber belajar dan membelajarkan. Guru
hendaknya dilatih bagaimana menggunakan laman (website), facebook, dan YouTube untuk
keperluan pembelajaran serta mengembangkan kemmapuan guru membuat program online
learning untuk siswanya.
Keempat, hendaknya dijadikan keharusan menggunakan bahan dari internet sebagai salah
satu sumber rujukan dalam menulis naskah dengan tetap mentaati notasi ilmiah yang benar
serta hak cipta.
Kelima, oleh karena penelitian ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang
Sayembara, disarankan untuk yang akan datang perlu diteliti secara komprehensif efektifitas
program penyelenggaraan Sayembara ini untuk merumuskan kebijakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
APJII, (2012). Profil pengguna internet di Indonesia: 2012. Jakarta: APJII
Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-Learning in the 21st century: A framework for
research and practice. London: Routledge/Falmer
Glasser, William. (1993). The quality school teacher: Specific suggestions for teachers who
are trying to implement the lead-management ideas of the quality school in their
classrooms. New York: Harper Perennial.
Inglis,Alistrair, Ling, Peter &Joosten, Vera. (2002). Delivering digitally: managing the
transition to the knowledge media.Second edition. London: Kogan Page
Januszewski, Alan & Molenda, Michael (2008). Educational technology: A definition with
commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates.
Marquardt, Michael J. (2002). Building the learning organization. New York : McGraw-Hill
Nickerson, Raymond S. & Zodhiates, Philip P. (1988). Technology in education: Looking
toward 2020. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Noor-Ul-Amin, Syed. An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on
Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a Change Agent for
Education. (A LITERATURE REVIEW) Department of Education, University Of
Kashmir. (Diunduh dari halaman website
http://www.nyu.edu/classes/keefer/waoe/amins.pdf pada tanggal 10 November 2013)
O’Sullivan, Edmund. (1999). Transformative learning: Educational vision for 21st century.
Toronto: Zed Books
Ohler, Jason B. (2010). Digital community digitial citizen. London: Corwin
Pachler, Norbert., Bachmair, Ben. & Cook, Jhon (2010) Mobile learning:
Structures,agency,practices. London: Springer
Pusat Kurukulum dan Pusat Perbukuan,. (2013). Petunjuk pelaksanaan sayembara penulisan
buku pengayaan 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum &Pusat Perbukuan.
Pusat Perbukuan,. (1988). Petunjuk pelaksanaan sayembara penulisan buku pengayaan 1988.
Jakarta: Pusat Perbukuan.
Rosen, Larry D. (2010). Rewired: Understanding the iGeneration and the way they learn.
New York: Palgrave Macmillan.
Thompson, Ann D., Simonson, Michael R. & Hargrave, Constance P. (1993). Educational
technology: A review of the research. Revised edition. Washington: AECT
Toffler, Alvin. (1990). Gelombang ketiga. Penerjemah Idham Idris. Jakarta: Pantja Simpati
Walker, Dorothy. (1988). Education in the digital a2ge. London: Bowerdean
2 Dimuat di Jurnal Penabur, edisi Desember 2014
i Dimuat di Jurnal PENABUR, edisi Desember 2014