vi. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · petani ppd pb (pasar induk caringin) pb (pasar...

39
56 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai rawit merah yang dijual ke PT Indofood (petani mitra). Penelitian ini berfokus pada petani non mitra yang penyaluran cabai rawit merah di jual ke pasaran yang terkait dengan beberapa lembaga pemasaran, meliputi pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran cabai rawit merah ini sangat dipengaruhi oleh hubungan dagang dan saling percaya antar masing-masing. Begitu pula antara pedagang pengumpul desa dan pedagang besar memiliki hubungan yang sama berdasarkan saling kepercayaan. Hubungan dagang ini sangat sulit berubah karena telah terjalin selama bertahun-tahun. Para petani menjual cabai rawit merah kepada pedagang pengumpul desa dikarenakan adanya akses kemudahan serta hemat biaya dalam hal pemasaran. Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug secara rinci dapat dilihat pada Gambar 11. Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah yaitu: 1. Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta. 2. Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang besar Pasar Induk Cikajang Konsumen di Kecamatan Cikajang. 3. Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang besar Pasar Induk Cikajang Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Pedagang pengecer Konsumen Jakarta. 4. Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung Pedagang pengecer Konsumen Bandung. 5. Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta.

Upload: vantruc

Post on 21-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah

Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu

cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai rawit merah

yang dijual ke PT Indofood (petani mitra). Penelitian ini berfokus pada petani non

mitra yang penyaluran cabai rawit merah di jual ke pasaran yang terkait dengan

beberapa lembaga pemasaran, meliputi pedagang pengumpul desa, pedagang

besar, dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran cabai rawit merah ini sangat

dipengaruhi oleh hubungan dagang dan saling percaya antar masing-masing.

Begitu pula antara pedagang pengumpul desa dan pedagang besar memiliki

hubungan yang sama berdasarkan saling kepercayaan. Hubungan dagang ini

sangat sulit berubah karena telah terjalin selama bertahun-tahun.

Para petani menjual cabai rawit merah kepada pedagang pengumpul desa

dikarenakan adanya akses kemudahan serta hemat biaya dalam hal pemasaran.

Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug secara rinci dapat dilihat

pada Gambar 11. Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah yaitu:

1. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta – Pedagang Pengecer – Konsumen Jakarta.

2. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Cikajang –

Konsumen di Kecamatan Cikajang.

3. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Cikajang –

Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – Pedagang pengecer –

Konsumen Jakarta.

4. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – Pedagang pengecer – Konsumen Bandung.

5. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – Pedagang

Pengecer – Konsumen Jakarta.

Page 2: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

57

63

,

9

%

33,2%

36,1%

Gambar 11. Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

Keterangan:

: Saluran pemasaran I

: Saluran pemasaran II

: Saluran pemasaran III

: Saluran pemasaran IV

: Saluran pemasaran V

: Diluar cakupan penelitian

Untuk pola saluran pemasaran petani mitra cabai rawit merah dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Pola Saluran Pemasaran Petani Mitra Cabai Rawit Merah di

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

Petani Vendor PT Indofood

66,8 %

91,5%

91,5 %

8,5 %

36

,

1

%

63,9 %

4,45 %

100 %

10,49 %

33,2 %

91,5 % 85,0

5

%

63,9%

PB

PIKJ

Konsumen

(Jakarta dan

Bandung)

Pedagang

Besar Luar

Jawa

Petani

PPD

PB (Pasar

Induk

Caringin)

PB (Pasar

Induk

Cikajang)

Pedagang

Pengecer

Konsumen

(Cijakang)

Page 3: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

58

Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan dari Desa Cigedug mencapai

5.279 kilogram tiap minggunya. Berdasarkan kelima saluran pemasaran tersebut,

terlihat bahwa 100 persen cabai rawit merah dipasarkan melalui pedagang

pengumpul desa. Dari 30 orang responden, 22 orang petani responden pada

saluran I menjual hasil panennya sebesar 85,05 persen atau sebanyak 4.490

kilogram kepada 5 orang pedagang pengumpul desa kemudian cabai rawit merah

ini dijual ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Pada saluran II dan saluran III,

sebanyak 3 orang petani responden menjual hasil panennya sebesar 4,45 persen

atau sebanyak 235 kilogram kepada 2 orang pedagang pengumpul desa dan

selanjutnya cabai rawit merah ini dijual ke pedagang besar yang ada di Pasar

Induk Cikajang, Garut.

Pada saluran IV dan saluran V, terdapat 5 orang petani responden menjual

hasil panennya kepada 2 orang pedagang pengumpul desa sebesar 10,49 persen

atau sebanyak 554 kilogram. Tujuan pemasaran cabai rawit merah pada saluran

ini adalah Pasar Induk Caringin, Bandung.

6.1.1 Saluran Pemasaran 1

Pada pola saluran pemasaran I merupakan pola saluran yang paling banyak

digunakan oleh petani dan pedagang pengumpul desa. Petani menjual langsung

kepada pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa

menjualnya kepada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, kemudian

ke pedagang pengecer yang ada di Pasar Kramat Jati yang berhadapan langsung

dengan konsumen akhir. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai

rawit merah yang telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Penyerahan cabai rawit merah ini

dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada

masing-masing petani. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai

rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1

kilogram ini diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk

pengemasan cabai rawit merah oleh petani dan diperhitungkan sebagai biaya

penyusutan yang ditanggung oleh pihak petani (cabai rawit merah yang

mengalami pembusukan). Harga yang diterima petani adalah Rp 5.000,00 per

kilogram.

Page 4: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

59

Cabai rawit merah yang telah disortir ini kemudian dikemas dengan

menggunakan karung dan langsung didistribusikan ke pedagang besar di Pasar

Induk Kramat Jati. Pengangkutan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati

dilakukan dengan menggunakan mobil truk. Biaya sewa truk ditanggung oleh

pedagang pengumpul desa. Pengangkutan cabai rawit merah dilakukan bersamaan

dengan sayuran lain seperti kol, tomat, wortel dan kentang. Harga yang terjadi

antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar di Pasar Induk Kramat

Jati yaitu Rp 8.500,00 per kilogram. Harga ini digunakan sebagai patokan para

pedagang besar di pasar lain dan pedagang pengumpul desa dalam menetapkan

harga beli kepada para petani. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah dari

pedagang pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

berkisar 3.000-5.000 kilogram per minggu.

Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan oleh pedagang pengumpul

desa pada pola saluran ini sebanyak 4.490 kilogram, kemudian didistribusikan ke

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar pada saluran I

melakukan aktivitas pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai rawit merah

saja, namun juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya

seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar, dan

cabai merah keriting. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati juga melakukan

kegiatan penyortiran cabai rawit merah yang telah mereka beli dari pedagang

pengumpul desa sebelum menjualnya kepada pihak pedagang pengecer dan

pedagang besar luar Jawa. Setelah disortir, cabai rawit merah ini langsung

didistribusikan ke pedagang besar luar Jawa sebanyak 3.000-5.000 kilogram,

sedangkan sisanya akan dijual ke pedagang pengecer. Cabai rawit merah yang

disalurkan ke luar Jawa merupakan luar lingkup dari penelitian ini.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memberikan batas minimal

pembelian sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Volume rata-

rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram. Harga yang terjadi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer

yaitu Rp 10.500,00 per kilogram dan selanjutnya cabai rawit merah ini akan

dipasarkan langsung ke konsumen akhir di Jakarta dengan harga sebesar

Rp 20.000,00 per kilogram.

Page 5: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

60

6.1.2 Saluran Pemasaran 2

Pada pola saluran pemasaran II digunakan oleh 3 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 responden pedagang pengumpul desa. Volume

rata-rata penjualan cabai rawit merah dari pedagang pengumpul desa responden

ke pedagang besar Pasar Induk Cikajang berkisar 500-1.000 kilogram per

minggu. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai rawit merah yang

telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak pedagang besar

di Pasar Induk Cikajang. Harga yang diterima oleh petani adalah Rp 4.500,00 per

kilogram.

Cabai rawit merah yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul desa

dikirim ke Pasar Induk Cikajang dengan menggunakan motor dengan biaya

Rp 5.000,00 - Rp 10.000,00 per karung, dimana 1 karung berisi 50 kilogram cabai

rawit merah, biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pedagang pengumpul desa.

Harga yang terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar

Pasar Induk Cikajang adalah Rp 7.00,000 per kilogram. Pedagang besar di Pasar

Induk Cikajang juga melakukan kegiatan penyortiran cabai rawit merah yang

telah mereka beli dari pedagang pengumpul desa. Pedagang besar pada saluran II

melakukan aktivitas pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai rawit merah

saja, namun juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya

seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar, cabai

merah keriting, kol, kentang, dan wortel.

Pedagang besar di Pasar Induk Cikajang tidak memberikan batas minimal

pembelian karena pedagang besar di pasar induk ini langsung berhadapan dengan

pihak konsumen akhir di Kecamatan Cikajang yang membeli cabai rawit merah

sesuai dengan kebutuhan dapur dengan harga sebesar Rp 10.000,00 per kilogram.

Volume rata-rata cabai rawit merah yang dijual di tingkat pedagang besar berkisar

antara 15-20 kilogram.

6.1.3 Saluran Pemasaran 3

Sama halnya pada saluran II, pola saluran pemasaran III digunakan oleh 3

orang petani yang menjual hasil panennya kepada 2 responden pedagang

pengumpul desa. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah dari pedagang

Page 6: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

61

pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk Cikajang berkisar 500-

1.000 kilogram per minggu. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai

rawit merah yang telah mereka beli dari petani. Harga yang diterima oleh petani

adalah Rp 4.500,00 per kilogram.

Pengangkutan ke Pasar Induk Cikajang dilakukan dengan menggunakan

motor dengan biaya Rp 5.000,00 - Rp 10.000,00 per karung, biaya pengangkutan

ini ditanggung oleh pedagang pengumpul desa. Cabai rawit merah yang tidak laku

terjual pada saluran II, maka pada saluran III cabai rawit merah ini didistribusikan

ke Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar di Pasar Induk Cikajang juga

melakukan penyortiran cabai rawit merah yang telah mereka beli dari pedagang

pengumpul desa sebelum menjualnya kepada pihak pedagang besar di Pasar Induk

Kramat Jati. Harga yang terjadi antara pedagang besar di Pasar Induk Cikajang

dengan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yaitu Rp 9.000,00 per

kilogram. Pengangkutan ke Pasar Induk Kramat Jati dilakukan dengan

menggunakan mobil truk bersama dengan sayuran lainnya seperti wortel, kentang,

tomat, dan kol. Biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pihak pedagang besar di

Pasar Induk Cikajang. Pengiriman ke Pasar Induk Kramat Jati ini bertujuan untuk

menghindari pembusukan cabai rawit merah yang lebih banyak yang dapat

mempengaruhi harga jualnya. Oleh karena itu, fungsi penyimpanan tidak

dilakukan oleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang.

Penyortiran juga dilakukan oleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat

Biasanya cabai rawit merah yang busuk (hasil dari kegiatan penyortiran) dijual

setengah harga dari harga normal kepada para konsumen yang berprofesi sebagai

pedagang gerobak seperti tukang bakso dan tukang siomai.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memberikan batas minimal

pembelian sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Volume rata-

rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram dengan harga jual sebesar Rp 10.500,00per kilogram. Pedagang

pengecer akan langsung menjual cabai rawit merah kepada konsumen akhir di

Jakarta dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram.

Page 7: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

62

6.1.4 Saluran Pemasaran 4

Pada pola saluran pemasaran IV digunakan oleh 5 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 pedagang pengumpul desa. Pada saluran ini

petani menjual langsung hasil panennya ke pedagang pengumpul desa dengan

harga yang diterima oleh petani adalah Rp 4.700,00 per kilogram. Pedagang

pengumpul desa pada saluran IV juga melakukan penyortiran cabai rawit merah

yang telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak pedagang

besar di Pasar Induk Caringin Bandung.

Selanjutnya cabai rawit merah langsung didistribusikan ke pedagang besar

di Pasar Induk Caringin Bandung. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah

dari pedagang pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk

Caringin berkisar 500-1.000 kilogram per minggu. Pengangkutan ke Pasar Induk

Caringin dilakukan dengan menggunakan mobil truk. Biaya sewa truk ini

ditanggung oleh pedagang pengumpul desa. Pedagang besar di Pasar Induk

Caringin pada saluran ini juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran

lainnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar,

dan cabai merah keriting.

Sama halnya yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati, pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung juga memberikan batas minimal pembelian

sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer wilayah Bandung. Volume

rata-rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram dengan harga jual sebesar Rp 10.000,00 per kilogram. Cabai rawit

merah ini kemudian dijual kepada konsumen akhir di wilayah Bandung sebesar

Rp 18.000,00 per kilogram.

6.1.5 Saluran Pemasaran 5

Pada pola saluran pemasaran V digunakan oleh 5 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 pedagang pengumpul desa. Sama halnya

dengan saluran III, pada saluran V para pedagang besar di Pasar Induk Caringin

Bandung juga melakukan penjualan cabai rawit merah kepada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati. Pengiriman ke Pasar Induk Kramat Jati ini bertujuan

untuk menghindari pembusukan cabai rawit merah yang lebih banyak yang dapat

Page 8: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

63

mempengaruhi harga jualnya sehingga fungsi penyimpanan tidak dilakukan.

Cabai rawit merah yang di jual ke Pasar Induk Kramat Jati dijual dengan harga

Rp 9.000,00 per kilogram. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati tidak

memberi batasan jumlah dalam mekanisme penerimaan cabai rawit merah.

Pengangkutan ke pasar induk dilakukan dengan menggunakan mobil pick up

Biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pihak pedagang besar di Pasar Induk

Caringin.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati akan melakukan kegiatan

penjualan kepada pedagang pengecer dengan harga jual sebesar Rp 10.500,00 per

kilogram. Pedagang pengecer akan langsung menjual cabai rawit merah kepada

konsumen akhir di Jakarta dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram.

6.2 Fungsi Pemasaran

Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran cabai rawit merah,

masing-masing menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dimana setiap lembaga

memiliki fungsi yang berbeda-beda. Fungsi pemasaran bertujuan untuk

memperlancar penyaluran cabai rawit merah dari petani ke konsumen.

Pengelompokan fungsi pemasaran menggunakan teori Limbong dan Sitorus

(1985) yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan, pengemasan, penyimpanan), dan fungsi fasilitas (sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

6.2.1 Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani

Secara umum petani di Desa Cigedug melakukan fungsi pertukaran yaitu

menjual cabai rawit merah ke para pedagang pengumpul desa, sebagian petani

melakukan fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas

(sortasi, penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar). Petani dalam lima

pola saluran pemasaran melakukan fungsi tersebut. Proses penjualan cabai rawit

merah dilakukan secara bebas oleh petani dengan sistem cabai rawit merah dijual

kepada para pedagang pengumpul desa yang menawarkan harga tertinggi kepada

petani dan biasanya para pedagang pengumpul desa yang menghubungi para

petani melalui telepon seluler. Para petani melakukan pemilihan jalur pemasaran

Page 9: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

64

ini karena lebih mudah dan tidak membutuhkan biaya banyak. Adapun petani

yang menjual cabai rawit merah kepada satu pedagang pengumpul desa saja

dikarenakan adanya ikatan keluarga sehingga loyalitaspun terbentuk.

Fungsi pengangkutan dilakukan oleh 25 petani responden, dari lahan

mereka hingga ke pinggir jalan dengan menggunakan motor (ojeg) dengan biaya

Rp 25,00 per kilogram hingga Rp 150,00 per kilogram dan selanjutnya akan

diambil oleh para pedagang pengumpul desa. Pengangkutan sendiri ini terjadi jika

lahan mereka jauh dari jalan utama, sehingga pengemasan juga dilakukan sendiri.

Namun jika lahan berada di dekat jalan utama maka para pedagang pengumpul

desa akan mendatangi lahan petani untuk mengangkut cabai rawit merah.

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung bekas pupuk untuk

mengemas cabai rawit merah dan satu karung dapat memuat cabai rawit merah

sebanyak 50 kilogram.

Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan langsung di lahan petani saat

panen yaitu dengan memetik cabai rawit merah yang dalam kondisi baik atau

tidak terkena patek yang sangat parah yang menyebabkan busuk buah secara

keseluruhan. Fungsi penaggungan risiko yang dilakukan petani antara lain adalah

risiko produksi seperti terserang hama penyakit sehigga jumlah cabai rawit merah

yang dipanen lebih kecil dari yang semestinya. Selain itu, risiko harga juga sering

dihadapi petani yaitu harga jual cabai rawit merah yang terkadang sangat rendah

dan fluktuasi harga yang tajam. Dua orang petani respoden menghadapi risiko ini

dengan cara melakukan siasat atau strategi pola tanam cabai rawit merah sehingga

pemanenan tidak dilakukan secara serempak yang menyebabkan pasokan cabai

rawit merah di pasaran menumpuk dan harga otomatis akan menurun.

Petani responden juga melakukan fungsi pembiayaan dan informasi harga.

Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani yaitu menanggung dan

mengusahakan biaya-biaya untuk produksi dan biaya pasca panen seperti biaya

input, biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya penyusutan

dan biaya pengangkutan. Sumber pembiayaan usahatani petani cabai rawit merah

berasal dari modal sendiri dan lembaga keuangan, baik formal maupun non

formal. Namun, sedikit sekali yang mengajukan permohonan dana ke lembaga

keuangan formal. Lembaga keuangan non formal yang menjadi sumber

Page 10: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

65

pembiayaan yaitu keluarga. Informasi pasar seperti informasi harga yang diterima

petani bersifat tidak transparan atau dapat dikatakan informasi harga sering tidak

tersampaikan dengan baik kepada petani. Para petani memperoleh informasi dari

sesama petani dan juga pedagang pengumpul desa melalui nota penjualan, dimana

berdasarkan hasil lapang ternyata ada beberapa pedagang pengumpul desa yang

melakukan tindak kecurangan seperti pemalsuan nota penjualan.

6.2.2 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang pengumpul desa hampir melakukan kegiatan yang sama dalam

setiap saluran pemasaran cabai rawit merah. Pedagang pengumpul memperoleh

cabai rawit merah dari para petani langsung yang ada di Desa Cigedug. Pedagang

pengumpul desa dan petani saling merundingkan syarat-syarat jual beli seperti

sistem pembayaran serta penetapan harga jual. Selain itu, para pedagang

pengumpul juga menentukan tempat pembelian (yaitu dengan mendatangi lahan

petani langsung, namun jika lahan jauh dari jalan utama maka petani harus

mengantar cabai rawit merah ke pinggir jalan utama). Sedangkan fungsi

penjualan, pedagang pengumpul menjual hasil pembeliannya kepada pasar

pengumpul lokal atau Pasar Cikajang dan pedagang besar non lokal. Pedagang

pengumpul melakukan kesepakan kepada pedagang besar seperti penetapan

jumlah cabai rawit merah yang diminta, harga jual serta sistem pembayaran

kepada para pedagang besar, pemesanan dilakukan melalui telepon selular.

Biasanya sistem pembayaran dilakukan dengan nota penjualan, dimana hasil

penjualan hari ini akan dibayar keesokan harinya atau dua hari kedepan.

Penggunaan nota ini sebagai pedoman penetapan harga di tingkat petani cabai

rawit merah.

Pengangkutan dilakukan secara dua kali yaitu dari lahan petani atau

pinggir jalan menuju ke rumah pedagang pengumpul desa dan dari rumah

pedagang pengumpul desa menuju ke pasar-pasar tujuan. Pengangkutan dari lahan

petani atau pinggir jalan biasanya menggunakan motor pribadi atau menyewa

ojeg. Jika jarak dekat, pengangkutan cabai rawit merah dikenakan biaya sebesar

Rp 75,00 per kilogram dan jika jaraknya jauh dikenakan biaya sebesar Rp 150,00

per kilogram, sedangkan jika tujuannya ke pasar maka pengangkutan dilakukan

dengan menggunakan mobil truk dalam jumlah besar yang tidak hanya memuat

Page 11: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

66

cabai rawit merah saja melainkan sayuran lain seperti kol, kentang, tomat, pecai,

sawi, dan wortel. Untuk pengemasan cabai rawit merah ini menggunakan karung

bekas pupuk yang memuat 50 kilogram cabai rawit merah per karung.

Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Sortasi dilakukan dengan

memilih cabai rawit merah yang dibeli dari para petani yaitu memisahkan cabai

rawit merah busuk yang terkena patek dan yang tidak, karena jika tidak

dipisahkan maka cabai rawit merah yang tidak terkena patek akan ikut terjangkit

sehingga penyusutan saat pengiriman akan lebih besar yang akan berdampak pada

harga jual nantinya. Cabai rawit merah yang terkena patek ini tidak dibuang

melainkan diberikan kepada para pekerja sortasi untuk dikonsumsi sendiri. Fungsi

penanganan risiko yang dihadapi oleh pedagang pengumpul yaitu risiko harga

yang dapat berubah sesuai kesepakan awal dan risiko keuangan seperti hasil

penjualannya tidak dibayar oleh pedagang besar atau kejahilan tenaga kerja

angkut yang mengambil cabai rawit merah secara diam-diam saat harga jual cabai

rawit merah tinggi di pasaran. Risiko harga ini tidak dapat diatasi karena harga

beli yang diterima oleh pedagang pengumpul ini berdasarkan harga jual yang

terbentuk di pasar induk langsung. Sedangkan risiko keuangan diatasi dengan cara

mencari pedagang besar lain yang dapat dipercaya serta melakukan pemecatan

kepada pegawai yang melakukan kecurangan tersebut.

Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul ini yaitu

penyediaan modal untuk membayar cabai rawit merah kepada pedagang

pengumpul, biaya pengangkutan, tenaga kerja, pengemasan, retribusi (biaya

masuk pasar), penyusutan, bongkar muat, sortasi, dan sewa lapak dengan sumber

modal berasal dari modal sendiri. Informasi pasar mengenai perkembangan harga

cabai rawit merah diperoleh pedagang pengumpul dari pedagang besar di pasar

induk.

Page 12: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

67

Gambar 13. Kegiatan Sortasi dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Pedagang Pengumpul Desa.

6.2.3 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Besar

Biasanya volume permintaan yang dipesan oleh pedagang besar di Pasar

Induk Kramat Jati lebih besar dibandingkan Pasar Induk Caringin Bandung

sehingga pengiriman lebih banyak dikirim ke pasar tersebut. pabila cabai rawit

merah telah terkumpul maka akan langsung didistribusikan ke pedagang besar di

Kecamatan Cikajang dan luar kota Garut seperti wilayah Bandung dan Jakarta.

Pedagang besar di Pasar Cikajang, Pasar Caringin dan di Pasar Induk Kramat Jati

melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi, penanganan risiko,

pembiayaan, dan informasi pasar).

Fungsi pertukaran, transaksi pembelian baik antara pedagang pengumpul

dengan pedagang besar maupun antar pedagang besar awalnya dilakukan melalui

telepon untuk menentukan jumlah pesanan yang diminta serta penetapan harga

beli. Jika kedua belah pihak setuju maka cabai rawit merah langsung dikirim ke

pasar tujuan. Penjualan yang terjadi antar pedagang besar bertujuan untuk

menghabiskan pasokan cabai rawit merah sehingga tidak diperlukan fungsi

penyimpanan. Selain itu, menghindari biaya penyusutan yang dapat

mempengaruhi harga jual nantinya. Fungsi pembelian ini dilakukan dengan sistem

nota penjualan dan pembayaran dilakukan pada keesokan harinya. Setelah sampai

ke tempat pedagang besar, cabai rawit merah yang telah dikemas diturunkan dari

mobil truk atau mobil pick- up kemudian ditimbang dan siap untuk dijual.

(Gambar 14)

Begitupun dengan fungsi penjualan kepada pedagang besar dan pedagang

pengecer yang dilakukan secara nota yaitu sistem keluar masuk atau barang keluar

Page 13: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

68

lebih dulu dan pembayaran dilakukan 2 hari atau bahkan 3 hari kedepan dan

adapula yang membayar secara tunai. Khusus untuk penjualan ke pedagang

pengecer, pedagang besar memberikan batas minimal pembelian yaitu 5 kilogram.

Fungsi fisik seperti pengemasan yang digunakan untuk pengiriman ke

pedagang besar lain menggunakan karung sedangkan jika pembelinya adalah

pengecer maka cabai rawit merah dikemas dalam plastik bening besar yang dapat

memuat 10 kilogram cabai rawit merah.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu kegiatan

penyortiran. Kegiatan ini dilakukan dengan memisahkan cabai rawit merah yang

terkena patek dan yang tidak untuk mengurangi biaya penyusutan yang ada.

Cabai rawit merah yang patek ini akan dijual setengah harga dari cabai rawit

merah segar. Risiko yang dihadapi oleh pedagang besar yaitu tunggaknya bayaran

dari para pedagang pengecer dan bahkan cabai rawit merah yang terjual tidak

dibayar. Penanganannya yaitu dengan memilih-milih pembeli yang dapat

dipercaya. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang besar diantaranya

modal untuk pembelian cabai rawit merah kepada pedagang pengumpul, biaya

pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, penyusutan, bongkar muat, penyortiran,

dan sewa lapak dimana sumber modalnya berasal dari modal sendiri. Informasi

pasar berupa perkembangan harga beli dan harga jual cabai rawit merah langsung

terbentuk di pasar dengan melihat jumlah pasokan cabai rawit merah yang ada di

pasar serta banyaknya permintaan yang ada.

Gambar 14. Kegiatan Bongkar Muat dan Penimbangan Cabai Rawit Merah di

Tingkat Pedagang Besar.

Page 14: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

69

6.2.4 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan kegiatan yang sama pada semua saluran

pemasaran cabai rawit merah, baik saluran pemasaran I, II, III, IV maupun V.

Kegiatan tersebut yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan

konsumen akhir dan memperoleh pasokan cabai dari para pedagang besar dengan

jumlah pembelian lebih dari lima kilogram. Pedagang pengecer biasanya langsung

mendatangi pedagang besar untuk melakukan pembelian cabai rawit merah

sehingga transaksi langsung terjadi di pasar induk. Oleh karena itu, biaya

transportasi menjadi tanggungan pedagang pengecer. Pengangkutan biasanya

menggunakan motor atau mobil angkutan umum. Sedangkan untuk pengemasan

dilakukan dengan menggunakan kantong plastik untuk memudahkan pembeli

dalam membawanya. Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan, apabila

cabai rawit merah tidak laku terjual. Penyimpanan yang dilakukan oleh pedagang

pengecer biasa saja tanpa ada perlakuan khusus seperti menyimpan di kios untuk

pendagang pengecer yang memiliki kios sedangkan pedagang pengecer yang tidak

memiliki kios (hanya sekedar lapak) maka cabai rawit merah akan dibawa pulang

ke rumah mereka.

Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan sendiri oleh pedagang pengecer

saat tidak ada pembeli dengan memisahkan cabai rawit merah yang busuk dan

tidak. Cabai rawit merah yang busuk akan dijual setengah harga dari cabai rawit

merah segar. Penanganan risiko berupa penyusutan akibat penyimpanan, fungsi

pembiayaan berupa modal untuk membeli cabai rawit merah, biaya pengangkutan,

retribusi, tenaga kerja, pengemasan, penyusutan, dan sewa lapak. Sedangkan

fungsi informasi berupa perkembangan harga beli dan jual yang diperoleh dari

pedagang besar dan sesama pengecer di pasar tersebut.

Page 15: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

70

Gambar 15. Kegiatan Penjualan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Pedagang Pengecer.

Tabel 11. Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug Saluran

dan

Lembaga

Pemasaran

Fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Beli Jual Angkut Kemas Simpan Sortasi Risiko Biaya Informasi

Pasar

Saluran I

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran II

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Cikajang v v v v - v v v v

Saluran

III

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Cikajang v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran

IV

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Caringin v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran V

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Caringin v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Keterangan : v: dijalankan -: tidak dijalankan *: dijalankan sebagian

PPD: Pedagang Pengumpul Desa PB: Pedagang Besar Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Page 16: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

71

6.3 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi pasar yang

mempengaruhi sifat kompetisi dan harga di dalam pasar. Struktur pasar cabai

rawit merah dapat diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat

produk, mudah tidaknya memasuk pasar, dan informasi mengenai harga cabai

rawit merah di pasar.

Tabel 12. Struktur Pasar Yang Dihadapi Oleh Tiap Lembaga Pemasaran Cabai

Rawit Merah.

Karakteristik

Tingkat

Petani PPD PB

Pedagang

Pengec

er

Jumlah penjual Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit

Jumlah pembeli Sedikit Sedikit Sedikit Banyak

Sifat produk Homogen Homogen Homogen Homogen

Pengaruh

terhadap harga Sedikit Banyak Banyak Sedikit

Hambatan Rendah Tinggi Tinggi Rendah

Struktur Pasar Oligopsoni Oligopsoni Oligopoli Oligopoli

Sumber : Data Primer 2012

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani cabai rawit merah di Desa

Cigedug terhadap pedagang pengumpul desa mengarah kepada struktur pasar

oligopsoni. Jumlah petani cabai rawit merah lebih banyak dari jumlah pedagang

pengumpul desa sehingga posisi tawar petani lebih rendah. Jika dikaitkan dengan

perilaku pasar, penentuan harga yang terjadi ditentukan oleh pihak pedagang

pengumpul desa sedangkan petani cabai rawit merah sebagai penerima harga.

Informasi pasar mengenai harga cabai rawit merah biasanya dibawa oleh para

pedagang pengumpul desa langsung dengan memperlihatkan nota penjualan dari

pasar induk. Sifat produk yang dijual adalah homogen. Petani menjual hasil

panennya ke beberapa pedagang pengumpul desa. Adapun dilihat dari hambatan

masuk pasar petani relatif rendah karena petani bebas keluar masuk pasar serta

tidak ada ikatan bagi petani untuk memasarkan cabai rawitnya kepada para

Page 17: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

72

pedagang pengumpul desa. Selain itu, jika terjadi kerugian seperti harga cabai

rawit merah rendah di pasaran, para petani dapat dengan mudah untuk beralih

dengan mengkonversi ke tanaman lain yang dinilai lebih menguntungkan.

Struktur pasar di tingkat pedagang pengumpul desa terhadap pedagang

besar mengarah kepada kondisi pasar oligopsoni. Hal ini dikarenakan jumlah

pedagang pengumpul desa lebih banyak dari jumlah pedagang besar. Jika

dikaitkan dengan perilaku pasar, penentuan harga dilakukan secara tawar-

menawar, namun penentu harga dominan kepada pedagang besar. Sifat produk

yang diperjualbelikan bersifat homogen dan tidak terdapat diferensiasi secara

nyata. Hambatan keluar masuk pasar di tingkat pedagang pengumpul desa relatif

tinggi karena untuk masuk ke dalam pasar diperlukan modal yang cukup besar.

Modal yang diperlukan besar karena harus menanggung biaya transportasi dan

biaya penyusutan yang cukup tinggi. Pedagang pengumpul desa memperoleh

informasi harga melalui pedagang besar yang berada di Pasar Induk Caringin

Bandung dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Informasi ini diakses dengan

menghubungi pedagang besar secara langsung.

Struktur pasar di tingkat pedagang besar terhadap pedagang pengecer

mengarah kepada struktur pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengecer lebih

banyak dari jumlah pedagang besar. Proses penentuan harga didasarkan pada

proses tawar-menawar, namun penentuan harga ditentukan oleh pedagang besar di

pasar induk yang kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi dibanding pedagang

pengecer dengan informasi harga yang diperoleh dari sesama pedagang besar

maupun dari pedagang pengecer. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen

yaitu cabai rawit merah segar. Hambatan keluar masuk pasar di tingkat pedagang

pengumpul desa relatif tinggi karena untuk masuk ke dalam pasar diperlukan

modal yang cukup besar serta dipengaruhi oleh sulitnya mendapatkan izin

berdagang dari pengelola pasar induk serta semakin tingginya harga kios di dalam

pasar induk.

Adapun pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer terhadap

konsumen akhir kondisi seperti oligopoli. Jumlah pedagang pengecer lebih sedikit

dari jumlah konsumen akhir. Proses penentuan harga didasarkan pada proses

tawar-menawar, namun penentu harga tetap di tangan pedagang pengecer.

Page 18: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

73

Informasi harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diperoleh dari

pedagang besar dan sesama pedagang pengecer di pasar yang sama sehingga

informasi dapat diperoleh pedagang pengecer dengan mudah. Jumlah produk yang

dipertukarkan bersifat homogen yang dikemas dengan menggunakan kantong

plastik. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena skala

usaha pedagang pengecer relatif kecil dan jika pedagang pengecer tidak

memperoleh keuntungan maka pedagang pengecer dapat meninggalkan usaha

tersebut.

6.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga

pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan

penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antara lembaga

pemasaran yang ada. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah

laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat

lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku pasar

antara tiap lembaga pemasaran akan diuraikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perilaku Pasar Antara Tingkat Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah

No Kegiatan Tingkat

Petani - PPD PPD - PB Antar PB PB - Pengecer

1. Penjualan dan

pembelian

Bebas dan

terikat

Bebas Bebas Bebas

2. Penentuan

harga

Tawar-

menawar,

namun dominan

oleh PPD

Tawar-

menawar,

namun dominan

oleh PB

Kesepakatan

(Patokan harga

oleh PB PIKJ)

Tawar-menawar,

namun dominan

oleh PB

3. Pembayaran Tunai Tunai dan

Kemudian

Kemudian Tunai dan

Kemudian

4. Kerjasama

antar lembaga

pemasaran

Saling

kepercayaan

Saling

kepercayaan

(langganan)

Saling

kepercayaan

(langganan)

Saling

kepercayaan

(langganan)

Sumber : Data Primer 2012

6.4.1 Praktek Penjualan dan Pembelian

Praktek penjualan dan pembelian cabai rawit merah melibatkan beberapa

lembaga, terkecuali petani yang hanya melakukan praktek penjualan dan

konsumen yang hanya melakukan praktik pembelian.

Page 19: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

74

Tabel 14. Praktek Penjualan dan Pembelian

Lembaga Pemasaran Praktek Pembelian Praktek Penjualan

Petani - v

PPD v v

Pedagang Besar v v

Pedagang Pengecer v v

Konsumen Akhir v -

Sumber : Data Primer 2012

Petani melakukan proses penjualan dengan menjual cabai rawit merah

kepada para pedagang pengumpul desa yang ada di desa Cigedug. Proses

penjualan cabai rawit merah dilakukan secara bebas oleh petani dimana cabai

rawit merah akan dijual kepada pedagang pengumpul desa yang menawaran harga

tertinggi. Transaksi awal dilakukan melalui telepon seluler, jika kedua belah pihak

telah sepakat mengenai harga maka proses penjualan akan dilaksanakan sesuai

dengan tempat yang telah disepakati. Adapula petani yang pembelinya tetap

seperti kepada satu pedagang pengumpul saja dikarenakan adanya hubungan

kerabat keluarga yang menciptakan rasa segan menjual kepada pedagang

pengumpul desa lain. Hampir seluruh petani masih menggantungkan pemasaran

cabai rawit merah kepada para pedagang pengumpul karena jalur ini lebih mudah

baik dalam hal pembayaran secara tunai, tidak membutuhkan biaya banyak seperti

biaya transportasi dan biaya penyusutan. Petani juga tidak memiliki alternatif

pemasaran lain karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh petani.

Biasanya penyerahan cabai rawit merah dilakukan langsung di lahan

petani atau pinggir jalan utama dan selanjutnya cabai rawit merah akan diangkut

menggunakan motor pribadi atau ojeg menuju ke rumah pedagang pengumpul

desa. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah

sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1 kilogram ini

diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk pengemasan cabai

rawit merah oleh petani, selain itu diperhitungkan sebagai biaya penyusutan yang

ditanggung oleh pihak petani (cabai rawit merah yang mengalami pembusukan).

Cabai rawit merah kemudian langsung didistribusikan kepada pedagang

besar di Pasar Induk Cikajang Garut, Pasar Induk Caringin Bandung dan Pasar

Induk Kramat Jati Jakarta, biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang

Page 20: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

75

pengumpul desa. Sistem penjualan ini menggunakan nota penjualan yaitu

pembayaran dilakukan tidak langsung saat transaksi, tetapi saat transaksi

berikutnya. Hal ini dikarenakan harga cabai rawit merah belum terbentuk. Namun,

terkadang pedagang pengumpul melakukan kecurangan berupa pemalsuan nota

penjualan khususnya harga. Harga yang diterima oleh pedagang pengumpul

berimplikasi pada harga yang akan diterima oleh para petani.

Kebanyakan pedagang besar sudah memiliki langganan namun tidak ada

keterikatan antara kedua belah pihak. Praktek pembelian dan penjualan juga

terjadi di antar para pedagang besar. Sifat cabai rawit merah yang mudah busuk

ini membuat pedagang besar menghindari fungsi penyimpanan. Akibatnya cabai

rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Cikajang dan Pasar Induk Caringin

Bandung maka akan dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati. Pengiriman dilakukan

dengan menggunakan mobil pick up. Penyerahan cabai rawit merah berlangsung

di Pasar Induk Kramat Jati. Selanjutnya dilakukan kegiatan penjualan kepada

pedagang pengecer. Kegiatan penjualan juga berlangsung di tempat pedagang

besar. Praktek penjualan dilakukan pedagang pengecer dengan konsumen akhir.

6.4.2 Sistem Penentuan Harga

Pada umumnya sistem penentuan harga dalam pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug dilakukan dengan cara tawar menawar antara penjual dan

pembeli dengan kisaran perbedaan harga dari harga sebelumnya yaitu Rp 100-

200 per kilogram. Harga di tingkat petani ditentukan oleh para pedagang

pengumpul desa yang merupakan lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini

dikarenakan para pedagang pengumpul desa memiliki informasi harga yang lebih

banyak. Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi harga langsung dari

Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar acuan

dalam pembentukan harga sayuran termasuk cabai rawit merah.

Sedangkan penentuan harga yang terjadi antara pedagang pengumpul desa

dan pedagang besar ditentukan oleh pedagang besar di pasar induk karena

pedagang besar memiliki kekuatan lebih besar dalam penentuan harga. Penetapan

harga ini dilakukan dengan melihat jumlah pasokan cabai rawit merah yang ada di

pasar saat itu juga dan jumlah permintaan yang ada yang dapat diamati dengan

banyaknya pedagang pengecer yang datang ke pasar. Jika pasokan cabai rawit

Page 21: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

76

merah melimpah maka harga akan jatuh atau lebih rendah dan sebaliknya jika

pasokan cabai rawit merah sedikit di pasaran maka secara otomatis pedagang

besar tidak ragu-ragu penetapkan harga tinggi. Namun penetapan harga ini juga

didasarkan pada biaya pemasaran dan keuntungan yang ingin diambil oleh

pedagang besar. Harga pada tingkat konsumen lebih ditentukan oleh pedagang

pengecer. Penetapan harga di tingkat pengecer ditetapkan dari harga beli ditambah

dengan biaya pemasaran dan keuntungan. Pada umumnya petani cabai rawit

merah di Desa Cigedug hanya bisa menerima harga yang diberikan karena petani

bergantung kepada para pedagang pengumpul desa untuk menjual dan

memasarkan hasil panennya. Penetapan harga di tingkat petani disesuaikan

dengan harga pasar yang sedang berlaku melalui nota penjualan dari pedagang

pengumpul desa. Petani akan tetap melakukan penanaman meskipun harga cabai

rawit merah di pasar rendah, dengan harapan harga akan melambung tinggi

kembali.

6.4.3 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang digunakan oleh lembaga pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug beragam yaitu sistem pembayaran secara tunai dan sistem

pembayaran kemudian.

1. Sistem Pembayaran Tunai

Sistem pembayaran tunai diterapkan oleh pedagang pengumpul desa

kepada petani cabai rawit merah, 2 orang pedagang besar Pasar Induk

Cikajang ke 2 orang pedagang pengumpul desa, 1 orang pedagang pengecer

wilayah Bandung ke 1 orang pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung,

serta konsumen ke pedagang pengecer baik di wilayah Bandung maupun

Jakarta.

2. Sistem Pembayaran Kemudian

Sistem pembayaran kemudian adalah sistem yang diterapkan oleh 2 orang

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta ke 5 orang pedagang

pengumpul desa, 2 orang pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati ke 2

orang pedagang besar di Pasar Induk Cikajang dan 4 orang pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung. Pembayaran dilakukan satu hari setelah cabai

Page 22: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

77

rawit merah telah habis terjual. Hal ini disebabkan karena harga cabai rawit

merah belum terbentuk.

Selain itu, sistem pembayaran kemudian juga dilakukan oleh . 1 orang

pedagang pengecer kepada 3 orang pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung dan 5 orang pedagang pengecer wilayah Jakarta ke 2 orang pedagang

besar di Pasar Induk Kramat Jati. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh

kedua belah pihak ini biasanya disebut dengan sistem keluar masuk. Maksud

dari “keluar” cabai rawit merah akan diambil terlebih dahulu oleh para

pedagang pengecer wilayah Bandung dan Jakarta dan “masuk” diartikan

sebagai uang yang masuk ke pedagang besar di Pasar Induk Caringin Bandung

dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dimana pembayaran yang dilakukan oleh

pedagang pengecer ini akan dilakukan dua hingga tiga hari setelah cabai rawit

merah terjual habis ke konsumen. Pedagang pengecer melakukan pembayaran

sekaligus mengambil cabai rawit merah untuk dijual pada hari berikutnya

dimana pembayaran akan dilakukan dua atau tiga hari ke depan pula. Sistem

pembayaran ini merupakan kesepakatan antara kedua lembaga pemasaran.

6.4.4 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran

Kerjasama telah dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam pendistribusian

cabai rawit merah dari produsen ke konsumen. Kerjasama antar petani belum

berjalan dengan baik walaupun dengan keberadaan kelompok tani di desa ini,

karena kelompok tani belum dimanfaatkan dengan baik. Pemasaran dilakukan

secara individu tanpa koordinasi melalui kelompok tani sehingga harga jual petani

cabai rawit merah akan sangat dipengaruhi oleh pedagang pengumpul desa. Petani

sudah menjalin kerjasama yang terjalin lama dan baik dengan pihak pedagang

pengumpul desa, meskipun kejadian seperti penipuan atau kejahilan masih dapat

ditemukan diantara mereka seperti pemalsuan nota penjualan cabai rawit merah

yang dilakukan pihak pedagang pengumpul desa dengan mengubah harga jual

dengan kisaran perbedaan harga sebesar Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram dari

harga sebelumnya kepada pihak petani cabai rawit merah di Desa Cigedug.

Adapun, petani responden yang melakukan penjualan kepada satu pedagang

pengumpul desa, kerjasama yang terjalin ini biasanya disebabkan adanya ikatan

Page 23: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

78

keluarga sehingga mereka sudah saling percaya satu sama lain dan penipuan

seperti pemalsuan nota dapat dihindari.

Selain itu, kerjasama juga terjadi antara pedagang pengumpul desa

dengan pedagang besar, dan antara pedagang besar dengan pedagang pengecer

dalam transaksi jual beli cabai rawit merah. Kerjasama yang terjalin antara

pedagang besar dan pedagang pengumpul desa serta pedagang besar dengan

pedagang pengecer atas dasar lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan

rasa saling percaya sehingga tercipta hubungan langganan diantara mereka.

Kerjasama antara lembaga pemasaran ini bertujuan agar kontinuitas cabai rawit

merah tetap terpenuhi dan dapat meringankan biaya dalam proses pencarian

pasar.

6.5 Analisis Marjin Pemasaran

Analisis marjin dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dengan harga

beli pada setiap lembaga pemasaran cabai rawit merah. Marjin pemasaran

dihitung dengan melihat besarnya biaya pemasaran cabai rawit merah dan

keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran

merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai rawit merah hingga

ke konsumen akhir. Jenis biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran

berbeda-beda meliputi biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi,

dan penyusutan, dan sewa lapak. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan

selisih antara harga jual dengan harga beli dikurangi dengan biaya pemasaran oleh

lembaga pemasaran yang terlibat.

Pada Tabel 15 mendapatkan bahwa harga jual petani untuk komoditas

cabai rawit merah berbeda untuk setiap saluran pemasaran. Hal tersebut terjadi

karena informasi dan kesepakatan harga yang didapat antar petani berbeda dari

pedagang pengumpul desa. Selain itu harga jual cabai rawit merah di tingkat

pedagang besar berbeda-beda. Perbedaan harga ini dikarenakan setiap saluran

pemasaran memiliki daerah pemasaran yang berbeda-beda serta pembentukan

harga terjadi langsung di pasar induk sehingga harga jual lembaga pemasaran

berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.

Page 24: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

79

Tabel 15. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug,

Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut.

Uraian (Rp/kilogram) Saluran Pemasaran

I II III IV V

Petani

a. Harga jual 5000,00 4500,00 4500 4700,00 4700,00

b. Biaya Pemasaran 1391,40 1373,10 1373,10 1405,50 1405,50

PPD

a. Harga Beli 5000,00 4500,00 4500,00 4700,00 4700,00

b. Biaya Pemasaran 619,10 763,15 763,15 616,76 616,76

c. Keuntungan 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2183,23

d. Harga Jual 8500,00 7000,00 7000,00 7500,00 7500,00

e. Marjin 3500,00 2500,00 2500,00 2800,00 2800,00

PB di Pasar Induk Cikajang

a. Harga Beli - 7000,00 7000,00 - -

b. Biaya Pemasaran - 617,30 622,30 - -

a. Keuntungan - 2382,70 1377,70 - -

d. Harga Jual - 10000,00 9000,00 - -

e. Marjin - 3000,00 2000,00 - -

PB di Pasar Induk Caringin

a. Harga Beli - - - 7500,00 7500,00

b. Biaya Pemasaran - - - 699,80 703,30

c. Keuntungan - - - 1800,20 796,70

d. Harga Jual - - - 10000,00 9000,00

e. Marjin - - - 2500,00 1500,00

PB di PIKJ

a. Harga Beli 8500,00 - 9000,00 - 9000,00

b. Biaya Pemasaran 770,65 - 770,65 - 770,65

c. Keuntungan 1229,35 - 729,35 - 729,35

d. Harga Jual 10500,00 - 10500,00 - 10500,00

e. Marjin 2000,00 - 1500,00 - 1500,00

Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 10500,00 - 10500,00 10000,00 10500,00

b. Biaya Pemasaran 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50

c. Keuntungan 7320,50 - 7320,50 6188,00 8820,50

d. Harga Jual 20000,00 - 20000,00 18000,00 20000,00

Page 25: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

80

e. Marjin 9500,00 - 9500,00 8000,00 9500,00

Total Biaya Pemasaran 3569,25 1380,45 4335,60 3128,60 4270,25

Total Keuntungan 11430,75 4119,55 11164,40 10171,40 11029,75

Total Marjin 15000,00 5500,00 15500,00 13300,00 15300,00

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan total marjin yang diperoleh pedagang perantara, marjin

pemasaran terbesar terdapat pada saluran III sebesar 77,50 persen dari harga jual

pedagang pengecer. Besarnya marjin ini dikarenakan saluran III melibatkan dua

pedagang besar yang saling melakukan transaksi penjualan cabai rawit merah,

cabai rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Induk Cikajang dan Pasar

Caringin akan didistibusikan ke pasar Induk Kramat Jati Jakarta, sehingga saluran

pemasaran III merupakan salah satu saluran pemasaran terpanjang. Kemudian

diikuti oleh saluran V yaitu sebesar 76,50 persen dimana kondisi pada saluran ini

hampir sama dengan saluran III yaitu terjadi transaksi antara dua pedagang besar

di Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati.

Adapun saluran I yang memiliki marjin sebesar 75,00 persen. Hal ini tidak

berbeda jauh dengan marjin yang diperoleh pada penelitian sebelumnya (Muslikh

1999) dengan tujuan pemasaran yang sama yaitu wilayah Jakarta sebesar 65,39

persen. Saluran I merupakan saluran yang pendistribusian cabai rawit merah

paling banyak karena Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar acuan dari

seluruh pasar induk yang ada di Jawa Barat dimana jika ada permintaan dari luar

di luar Pulau Jawa maka Pasar Induk Kramat Jati ini akan siap mengirim cabai

rawit merah sesuai permintaan. Adapun saluran IV memiliki marjin pemasaran

sebesar 73,89 persen. Sedangkan untuk saluran II dengan marjin pemasaran

sebesar 55,00 persen yang merupakan marjin pemasaran terkecil. Hal ini karena

saluran II melibatkan sedikit lembaga pemasaran dalam mendistribusikan cabai

rawit merah hingga ke konsumen akhir dan daerah tujuan pemasaran cabai rawit

merah dari pola saluran pemasaran ini tidak jauh dari lokasi penanaman cabai

rawit merah sehingga pedagang tidak menjual dengan harga yang tinggi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan panjang pendeknya

saluran rantai pemasaran adalah penentu dari besar kecilnya marjin yang

Page 26: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

81

dihasilkan. Besar marjin yang dihasilkan untuk tiap saluran pemasaran juga

ditentukan dari jarak lokasi pemasaran.

Adapun total biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran

III yaitu sebesar Rp 4.335,60 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada

saluran ini, pendistribusian cabai rawit merah melibatkan banyak lembaga

pemasaran sehingga masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran

yang membutuhkan biaya. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari

tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 50,27 persen dari total biaya

pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per

kilogram. Saluran pemasaran lain yang juga melibatkan banyak lembaga

pemasaran adalah saluran V, besarnya biaya pemasaran pada saluran ini adalah

Rp 4.270,25 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari

tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 51,04 persen dari total biaya

pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per

kilogram. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran III dan V adalah perbedaan

biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengumpul desa dan pedagang besar

dimasing-masing saluran. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah pemasaran

cabai rawit merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya

tenaga kerja, biaya retribusi, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, biaya sortasi,

dan biaya sewa lapak yang berbeda-beda.

Total biaya pemasaran pada saluran I sebesar Rp 3.569,25 per kilogram.

Biaya pemasaran tertinggi berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta

yaitu 61,06 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya

penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Total biaya pemasaran pada

saluran IV sebesar Rp 3.128,60 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi berasal

dari tingkat pedagang pengecer wilayah Bandung sebesar 57,92 persen, dengan

biaya penyusutan sebesar Rp 1.000,00 per kilogram. Perbedaan biaya pemasaran

pada saluran I dan IV dikarenakan masing – masing daerah pemasaran cabai rawit

merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja,

biaya penyusutan, biaya sortasi, biaya restribusi, dan biaya sewa lapak pasar yang

berbeda–beda.

Page 27: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

82

Sedangkan biaya pemasaran terkecil terdapat pada saluran II yaitu sebesar

Rp1.380,45 per kilogram karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dan

merupakan rantai pemasaran terpendek. Biaya terbesar berasal dari tingkat

pedagang pengumpul desa yaitu 55,28 persen dari total biaya pemasaran pada

saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 378,60 per kilogram.

Berdasarkan kelima saluran pemasaran yang ada, biaya pemasaran tertinggi

berasal dari biaya penyusutan. Hal ini sesuai dengan sifat cabai rawit merah yang

mudah rusak dan mengalami pembusukan (perishable).

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran I sebesar Rp

11.430,80 per kilogram. Keuntungan pemasaran ini terjadi karena pada saluran ini

terjadi keuntungan yang besar pada proses pengambilan keuntungan yang

dilakukan pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati

dan pedagang pengecer yang mendistribusikan cabai rawit merah ke konsumen

masing-masing sebesar Rp 2.880,90 per kilogram, Rp 1.229,35 per kilogram dan

7320,50 per kilogram. Kemudian disusul oleh saluran pemasaran III dan V yaitu

masing-masing sebesar Rp 11.164,40 per kilogram dan Rp 11.029,80 per

kilogram, hal ini disebabkan karena kedua saluran ini merupakan saluran yang

banyak melibatkan lembaga pemasaran, namun keuntungan yang diambil oleh

lembaga pemasaran pada kedua saluran ini lebih kecil dibandingkan saluran I.

Keuntungan pemasaran pada saluran IV yaitu sebesar Rp 10.171,40 per

kilogram, dengan keuntungan terbesar diambil oleh pedagang pengecer sebesar

Rp 6.188,00 per kilogram. Sedangkan keuntungan terkecil terdapat pada saluran

pemasaran II sebesar Rp 4.119,55 per kilogram. Hal ini dikarenakan saluran ini

memiliki jarak distribusi yang dekat dari Desa Cigedug.

6.6 Analisis Farmer’s Share

Analisis farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh

petani cabai rawit merah dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Analisis

farmer’s share merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi

operasional pemasaran suatu komoditas. Hal ini tergantung dari upaya yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memberikan value added

pada produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Analisis farmer’s share berbanding terbalik dengan analisis marjin pemasaran.

Page 28: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

83

Farmer’s share yang diterima petani pada saluran pemasaran cabai rawit merah di

Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 16.

Berdasarkan data yang tersaji pada Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa

bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran II yaitu sebesar 45

persen. Saluran II merupakan saluran dengan total marjin pemasaran terendah dan

saluran pemasaran terpendek jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang

terlibat.

Tabel 16. Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa

Cigedug

Saluran

Pemasaran

Harga di tingkat

petani

(Rp/kilogram)

Harga di tingkat

konsumen

(Rp/kilogram)

Farmer’s Share

(%)

Saluran I 5000 20000 25,00

Saluran II

Saluran III

4500

4500

10000

20000

45,00

22,50

Saluran IV 4700 18000 26,11

Saluran V 4700 20000 23,50

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Kemudian diikuti oleh saluran IV dan I masing-masing sebesar 26,11

persen dan 25 persen. Seperti pada penelitian sebelumnya (Muslikh 1999) farmer

share yang diperoleh yaitu sebesar 21,15 persen. Besarnya proporsi farmer’s

share ini dikarenakan harga jual petani yang cukup tinggi yaitu Rp 4.700,00 –

Rp 5.000,00 per kilogram dikarenakan cabai rawit merah ini didistribusikan

keluar Kabupaten Garut yaitu wilayah Jakarta dan Bandung, dan tingginya marjin

pemasaran yang diambil oleh pihak pedagang pengumpul desa, pedagang besar

dan pedagang pengecer. Marjin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang

pengecer masing-masing sebesar Rp 8.000,00 per kilogram dan Rp 9.500,00 per

kilogram. Hal ini dikarenakan besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung

oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1.000,00 per kilogram pada saluran IV

dan Rp 1.050,00 per kilogram pada saluran I akibat banyaknya cabai rawit merah

yang mengalami pembusukan atau rusak.

Adapun saluran pemasaran V dan III memiliki nilai farmer’s share yaitu

masing-masing sebesar 23,5 persen dan 22,5 persen yang merupakan nilai

Page 29: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

84

farmer’s share terkecil. Hal ini dikarenakan kedua saluran ini merupakan saluran

pemasaran terpanjang jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat

dengan tujuan akhir ke konsumen yang berada di daerah Jakarta dan kedua

saluran ini merupakan saluran dengan total marjin pemasaran tertinggi.

Pengambilan margin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang pengecer

yaitu Rp 9.500,00 per kilogram. Untuk rincian farmer’s share yang diperoleh

pada tiap saluran pemasaran lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Farmer’s Share di Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah.

6.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Efisiensi operasional juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan

antara besarnya keuntungan dengan biaya pemasaran suatu lembaga pemasar.

Indikator dikatakan efisien jika meratanya penyebaran nilai rasio keuntungan dan

25% 45 % 22,5 % 26,11 % 23,5%

Fs I Fs IIa Fs IIb Fs III Fs IV

FS I FS II FS III FS IV FS V

I

Harga di tingkat petani

Rp 4.500,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 5.000,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.500,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.700,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.700,00/kg

Harga jual di

tingkat

pengecer Rp

20.000,00/kg

Total Biaya

Rp 3.569,25/kg

Total

Keuntungan

Rp 11.430,80/kg

Total Marjin

Rp 15.000,00

Harga di

tingkat PB di Pasar Induk

Cikajang

Rp 10.000,00/kg

Total Biaya /kg Rp 1.380,45

Total

Keuntungan

Rp 4.119,55/kg

Total Marjin

Rp 5.500,00

Harga di tingkat

pengecer

Rp 18.000,00/kg

Total Biaya Rp 3.128,60/kg

Total Keuntungan

Rp

10.171,40/kg

Total Marjin

Rp 13.300,00

Harga di

tingkat

pengecer Rp

20.000,00/kg

Total Biaya

Rp 4.335,60/kg

Total

Keuntungan

Rp 11.164,40/kg

Total Marjin

Rp 15.500,00

Harga di tingkat

pengecer

Rp 20.000,00/kg

Total Biaya Rp 4.270,2/kg5

Total Keuntungan

Rp

11.029,80/kg

Total Marjin

Rp 15.300,00

Page 30: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

85

biaya di setiap lembaga pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya cabai rawit

merah di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 17. Pada saluran pemasaran I

diperoleh nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 3,20, berbeda dengan nilai

rasio keuntungan dan biaya pada penelitian yang dilakukan oleh Muslikh (1999)

sebesar. Biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran pada saluran I sebesar Rp

3.569,25 per kilogram. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu

sebesar Rp 2179,50 per kilogram dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh

pedagang pengumpul desa yaitu sebesar Rp 619,10 per kilogram

Tabel 17. Rasio Keuntungan dan Biaya Untuk Setiap Saluran Pemasaran Cabai

Rawit Merah di Desa Cigedug.

Lembaga

Pemasaran

Saluran Pemasaran

I II III IV V

Pedagang Pengumpul Desa

Ci (Rp/kg) 619,10 763,15 763,15 616,78 619,10

Πi (Rp/kg) 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2880,90

Rasio Πi /Ci 4,65 2,28 2,28 3,54 3,54

PB di Pasar Induk Cikajang Kabupaten Garut

Ci (Rp/kg) - 617,30 622,30 - -

Πi (Rp/kg) - 2382,70 1377,70 - -

Rasio Πi /Ci - 3,86 2,21 - -

PB di Pasar Induk Caringin Bandung

Ci (Rp/kg) - - - 699,80 703,30

Πi (Rp/kg) - - - 1800,20 796,70

Rasio Πi /Ci - - - 2,57 1,13

PB di PIKJ Jakarta

Ci (Rp/kg) 770,65 - 770,65 - 770,65

Πi (Rp/kg) 1229,35 - 729,35 - 729,35

Rasio Πi /Ci 1,59 - 0,95 - 0,95

Pedagang Pengecer

Ci (Rp/kg) 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50

Πi (Rp/kg) 7320,50 - 7320,50 6188,00 7.320,50

Rasio Πi /Ci 3,36 - 3,36 3,42 3,36

Total

Ci (Rp/kg) 3569,25 1380,45 4335,60 3128,58 4270,23

Πi (Rp/kg) 11430,75 4119,55 11164,40 10171,43 11029,78

Page 31: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

86

Rasio Πi /Ci 3,20 2,98 2,56 3,25 2,58

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Pada saluran I, pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran yang

cukup besar karena besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung, dimana

dari 10 kilogram cabai rawit merah yang dibeli terdapat 1 kilogram cabai rawit

merah yang busuk sehingga biaya penyusutan yang harus ditanggung sebesar Rp

1.050,00 per kilogram. Oleh karena itu, keuntungan yang diambil oleh pedagang

pengecer juga besar yaitu Rp 7.320,50 per kilogram, sedangkan besarnya

keuntungan yang diperoleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati adalah Rp

1.229,35 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram.

Hal ini dikarenakan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati melakukan

perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang

pengumpul desa seperti biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi,

penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa lapak. Biaya penyusutan merupakan

biaya pemasaran yang paling tinggi yang harus ditanggung oleh pedagang besar

dan pedagang pengumpul desa.

Saluran pemasaran II memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

2,98. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran II adalah sebesar Rp 1380,45 per

kilogram yang hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang

besar di Pasar Induk Cikajang, diantara kedua lembaga pemasaran yang terlibat

pada saluran II, pedagang pengumpul desa yang lebih banyak mengeluarkan biaya

yaitu sebesar Rp 763,15 per kilogram. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul

desa melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dibandingkan pedagang besar

di Pasar Induk Cikajang seperti adanya biaya pengangkutan yang harus

ditanggung oleh pihak pedagang pengumpul desa dimana tidak dilakukan oleh

pihak pedagang besar di Pasar Induk Cikajang pada saluran ini. Sementara itu

keuntungan terbesar didapat oleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang yaitu

sebesar Rp 2.382,70 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 617,30 per

kilogram. Sedangkan pedagang pengumpul desa mendapatkan keuntungan

pemasaran sebesar Rp 1.736,85 per kilogram.

Adapun saluran III memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,56

dengan total biaya pemasaran adalah Rp 4.335,60 per kilogram yang dilakukan

Page 32: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

87

oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Cikajang,

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya

pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp

2.179,50 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang

pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung

sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh

pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram, dimana keuntungan

pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual

yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari

konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar.

Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.736,85

per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 763,15 per kilogram.

Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya

pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini

dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak

pedagang besar di Pasar Induk Cikajang.

Saluran pemasaran IV memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

3,25. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran IV adalah sebesar Rp 3.128,58

per kilogram yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran

terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1.812,00 per

kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini

disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan. Selain itu pedagang pengecer juga

harus mengeluarkan biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, dan

retribusi pasar. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer

adalah sebesar Rp 6.188,00 per kilogram, yang mana keuntungan pemasaran

yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual yang tinggi

untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari konsumen

akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar. Pedagang

pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 2.183,23 per

kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,78 per kilogram. Keuntungan

Page 33: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

88

pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar Pasar Induk

Caringin, yaitu sebesar Rp 110,00 per kilogram dengan biaya pemasaran

sebesar Rp 1.800,20 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 699,80

per kilogram. Besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang

besar di Pasar Induk Caringin ini disebabkan pedagang besar di Pasar Induk

Caringin melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar

dibandingkan pedagang pengumpul desa seperti biaya pengangkutan,

pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa

lapak.

Adapun saluran pemasaran V, nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

2,58, total biaya pemasaran adalah Rp 4.270,23. Saluran V melibatkan pedagang

pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Caringin, pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran terbesar

dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 2.179,50 per kilogram.

Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini disebabkan oleh

tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung. Keuntungan terbesar juga

diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram,

dimana keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi

oleh harga jual yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit

merah dari konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih

besar. Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp

2.183,23 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,76 per kilogram.

Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya

pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini

dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak

pedagang besar di Pasar Induk Caringin.

Efisiensi merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam suatu

aktivitas pemasaran. Suatu saluran dikatakan efisien apabila penyebaran nilai

rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga pemasaran merata.

Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

Page 34: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

89

akan memberikan keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran

lainnya yang terdapat pada saluran tersebut.

Nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai rawit merah

terbesar terdapat pada saluran IV yaitu sebesar 3,25. Artinya untuk setiap 1 satuan

rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan

keuntungan sebesar 3,25 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran

terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengumpul

desa pada saluran I sebesar 4,65. Hal ini dikarenakan harga jual cabai rawit merah

pada saluran I lebih tinggi dibanding saluran lainnya. Adapun rasio terkecil

terdapat pada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati pada saluran III dan V

sebesar 0,95.

Berdasarkan Tabel 18 untuk mengetahui saluran pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa poin

analisis terhadap pola pemasaran cabai rawit merah diantaranya margin

pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Selain itu dapat

dilihat dari pola saluran pemasaran yang terbentuk, berjalannya fungsi- fungsi

pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar.

Tabel 18. Nilai Efisiensi Pemasaran pada masing – masing Pola Saluran

Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug. Saluran

Pemasaran

Harga

(Rp/kg)

Total Biaya

(Rp/kilogram)

Marjin

(%)

Farmer’s

Share (%) Πi/Ci

Volume

(kilogram)

Saluran I 5.000,00 3.569,30 75,00 25,00 3,20 1.490

Saluran II 4.500,00 1.380,50 55,00 45,00 2,98 20

Saluran III 4.500,00 4.335,60 77,50 22,50 2,56 215

Saluran IV 4.700,00 3.128,60 73,89 26,11 3,25 200

Saluran V 4.700,00 4.270,30 76,50 23,50 2,58 354

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 18 yang menyajikan data mengenai nilai efisiensi

pemasaran pada setiap pola saluran pemasaran yang terbentuk, saluran I

merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan empat saluran yang lain. Jika

dilihat dari harga jual cabai rawit merah di tingkat petani, saluran I memiliki harga

jual yang paling tinggi dan volume penjualan terbesar sebanyak 1.490 kilogram

dengan tujuan pemasaran yaitu wilayah Jakarta (Pasar Induk Kramat Jati Jakarta).

Page 35: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

90

Nilai rasio πi/Ci pada saluran I lebih besar dari 1 yaitu 3,20 artinya setiap 1 satuan

rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada saluran ini akan

menghasilkan keuntungan sebesar 3,20 rupiah.

Jika dilihat dari nilai marjin dan rasio keuntungan dan biaya maka saluran

IV yang penyebarannya paling merata namun volume penjualan pada saluran IV

berada kedua terkecil dari kelima saluran yang ada dengan tujuan pemasaran yaitu

wilayah Bandung (Pasar Induk Caringin Bandung). Cabai rawit merah yang tidak

laku terjual di Pasar Induk Caringin Bandung akan dijual ke Pasar Induk Kramat

Jati sehingga pengangkutan terjadi dua kali yang mempunyai risiko kerusakan

cabai rawit merah yang lebih besar dan akan berdampak pada harga jual cabai

rawit merah. Tingginya volume penjualan cabai rawit merah pada saluran I

menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran I ini.

6.8 Analisis Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar menunjukkan seberapa besar pembentukan harga suatu

komoditas pada suatu tingkat lembaga atau pasar dipengarhi oleh harga di tingkat

lembaga lainnya. Pada penelitian ini dilakukan analisis keterpaduan pasar secara

vertikal antara pasar petani dengan Pasar Induk Kramat Jati. Data harga ini

merupakan harga mingguan cabai rawit merah dari bulan Juni 2011 sampai bulan

Mei 2012 (Lampiran 9). Pengolahan data dianalisis dengan menggunakan model

Indeks of Market Connection (IMC) melalui pendekatan model Autoregressive

Distributed Lag yang diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary

Least Square, OLS). Hasil estimasi persamaan regresi keterpaduan pasar pada

tingkat petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati sebagai berikut:

Pit = - 383 + 0,765 Pit-1 + 0,493 Pjt-Pjt-1 + 0,182 Pjt-1

Keterangan :

b1 = parameter variabel harga cabai rawit merah di tingkat petani pada waktu

t-1

b2 = indikator keterpaduan pasar jangka panjang

b3 = parameter variabel harga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati

pada waktu t-1

Hasil estimasi parameter koefisien penduga b1 (harga di tingkat petani

minggu lalu) adalah sebesar 0,765 dengan nilai P-value adalah 0,000 (Lampiran

Page 36: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

91

10). Model akan signifikan jika nilai P-value lebih kecil dari nilai taraf nyata lima

persen. Hal ini berarti berapapun harga yang terjadi di tingkat petani pada minggu

lalu berpengaruh nyata pada penentuan harga minggu ini, dimana peningkatan

perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100 persen, cateris paribus, akan

meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 76,5 persen pada taraf nyata lima

persen.

Nilai koefisien b2 adalah 0,493 dengan nilai P-value adalah 0,000

(Lampiran 10) yang menunjukkan bahwa peningkatan perubahan harga di pasar

acuan, Pasar Induk Kramat Jati sebesar 100 persen, cateris paribus, akan

meningkatkan harga di tingkat petani sebesar 49,3 persen. Keseimbangan jangka

panjang (b2) ditunjukkan oleh nilai b = 1. Semakin dekat nilai parameter dugaan

b2 dengan satu, maka keterpaduan jangka panjang akan semakin baik. Nilai b2 = 1

juga dapat diartikan bahwa pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna,

sedangkan apabila nilai b2 kurang dari satu menunjukkan pasar dalam kondisi

tidak bersaing sempurna. Namun, apabila nilai b2 lebih besar dari satu maka

perubahan harga pada pasar acuan akan sangat berpengaruh terhadap

pembentukkan harga di pasar lokal, dengan kata lain akan terjadi keterpaduan

jangka panjang antara harga di pasar acuan dengan harga dipasar lokal. Pasar

cabai rawit merah di Desa Cigedug berada dalam kondisi tidak bersaing sempurna

karena memiliki nilai b2 yang lebih kecil dari satu.

Koefisien penduga b3 (harga di Pasar Induk Kramat Jati minggu lalu)

sebesar 0,182 dengan P-value 0,044 (Lampiran 10). Hal ini menunjukkan bahwa

pada taraf nyata lima persen peningkatan perubahan harga di Pasar Induk Kramat

Jati berpengaruh nyata pada peningkatan harga di tingkat petani dimana

peningkatan perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100 persen, cateris

paribus, akan meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 18,2 persen pada taraf

nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak Pasar Induk

Kramat Jati dengan pasar lokal (petani di Desa Cigedug) memberikan pengaruh

terhadap besar kecilnya perubahan harga minggu lalu di pasar acuan terhadap

minggu ini di pasar lokal. Perbedaan jarak ini akan menimbulkan biaya

transportasi bagi pedagang sehingga pedagang tidak meneruskan perubahan harga

tersebut kepada petani seutuhnya.

Page 37: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

92

IMC = = = 4,2

Berdasarkan hipotesis uji-t, maka dapat diukur tingkat keterpaduan

jangka pendek dan jangka panjang. Hipotesis uji-t untuk koefisien b1 memiliki t-

hitung lebih besar dari t-tabel sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf nyata lima

persen (Lampiran 11). Artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek antara

perubahan harga di Pasar Induk Kramat Jati dengan perubahan harga di tingkat

petani di Desa Cigedug. Indikator keterpaduan jangka pendek dapat dilihat dari

nilai IMC sebesar 4,2, artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek karena

nilai IMC lebih besar dari satu. Keterpaduan jangka pendek akan terjadi jika nilai

IMC lebih kecil dari satu.

Adapun keterpaduan jangka panjang berdasarkan uji-t dengan melihat

indikator dari variabel bebas b2 menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak karena

nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel pada taraf nyata lima persen. Artinya

harga di pasar lokal tidak terpadu dengan harga di pasar acuan dalam jangka

panjang (Lampiran 11). Indikator tidak adanya keterpaduan jangka panjang dapat

dilihat dari nilai koefisien b2 yang lebih kecil dari satu, yaitu sebesar 0,493.

Keterpaduan jangka panjang akan terjadi apabila nilai koefisien b2 sama dengan

satu.

Uji F-hitung digunakan untuk uji hipotesis model dugaan secara bersama-

sama yang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada satu dari peubah bebas

pada persamaan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas pada taraf nyata

lima persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value model yang lebih kecil dari

taraf nyata lima persen. Pengujian autokorelasi hasil uji Durbin-Watson bernilai

1,57, hal ini berarti secara statistik terima Ho pada taraf nyata lima persen. Dari

hasil tersebut menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat autokorelasi (error yang

berpola) pada pengujian tingkat pertama. Uji multikolinearitas yang dilakukan

terhadap model yang diduga dengan melihat Varian Inflation Factor (VIF). Hasil

VIF menunjukkan bahwa semua variabel yang memiliki nilai VIF < 10,

menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas antar masing-masing variabel

bebas.

Page 38: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

93

Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar melalui pendekatan analisis

harga di tingkat petani yang berperan sebagai pasar lokal selaku pengikut harga

dan Pasar Induk Kramat Jati yang berperan sebagai pasar acuan selaku penentu

harga, dapat diketahui bahwa pasar di tingkat petani cabai rawit merah di Desa

Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati tidak terpadu baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai

perubahan harga di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta tidak diteruskan atau diterima

di tingkat petani secara proporsional. Artinya perubahan harga cabai rawit merah

di Pasar Induk Kramat Jati pada kurun waktu sebelumnya tidak ditrasmisikan ke

harga saat ini di tingkat petani.

Tidak adanya keterpaduan pasar ini menunjukkan tidak lancarnya arus

informasi dan komunikasi diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang

terjadi pada pasar yang dihadapi oleh petani tidak dipengaruhi oleh Pasar Induk

Kramat Jati. Arus informasi tidak berjalan dengan lancar dan seimbang, petani

tidak mengetahui informasi yang dihadapi oleh pedagang besar di Pasar Induk

Kramat jati, sehingga petani di Desa Cigedug tidak dapat menentukan posisi

tawarnya dalam pembentukan harga. Tidak lancarnya arus informasi harga ini

sesuai dengan struktur pasar yang terjadi dimana pedagang besar di Pasar Induk

Kramat Jati memiliki kekuatan oligopsoni, dapat mengendalikan harga beli dari

petani sehingga walaupun harga di tingkat konsumen relatif tetap tetapi pedagang

besar di Pasar Induk Kramat Jati dapat menekan harga beli dari petani untuk

memaksimumkan keuntungannya. Begitupun jika terjadi kenaikan harga di

tingkat konsumen maka pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati dapat

meneruskan kenaikan harga tersebut secara tidak sempurna. Komunikasi yang

terjadi tidak transparan sehingga menyulitkan terjadinya integrasi harga dengan

baik.

Laping (1997), menyatakan respon harga dengan segera dapat terjadi jika

infrastruktur trasportasi, fasilitas pasar desa yang paling mendasar, sistem

informasi harga dan pasar yang transparan sudah terbangun dengan baik. Selama

faktor-faktor ini belum terbangun dan tersedia maka respon harga dengan segera

tersebut sukar untuk dapat terwujud. Di Desa Cigedug, infrastruktur transportasi,

sistem informasi harga, dan fasilitas pasar desa dan pasar yang transparan relatif

Page 39: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Petani PPD PB (Pasar Induk Caringin) PB (Pasar Induk Cikajang) Pedagang Pengecer Konsumen (Cijakang) 58 ... Caringin dilakukan dengan

94

belum tersedia secara memadai. Infrastruktur transportasi dari lahan petani cabai

rawit merah ke pasar induk relatif buruk dimana kondisi lahan di Desa Cigedug

yang berbukit-bukit sehingga aksesibilitas ke dan dari sentra produksi petani

relatif sulit. Demikian juga dengan fasilitas-fasilitas dasar seperti pasar desa

belum tersedia. Sistem informasi harga yang mestinya dibangun oleh pemerintah

juga belum tersedia. Struktur pasar yang oligopsoni pada lembaga pemasaran

cabai rawit merah di Desa Cigedug juga menjadi penyebab tidak terpadunya harga

di tingkat petani dengan pedagang besar di pasar induk Kramat Jati.