vektor nyamuk
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Vektor Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible
host). Vektor dapat merugikan manusia dan merusak lingkungan hidup manusia. Oleh
karena itu, adanya vektor harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin kita
membasmi vektor tersebut sampai ke akar-akarnya, melainkan kita hanya mampu
berusaha mengurangi atau menurunkan populasi vektor tersebut ke tingkat tertentu
yang tidak mengganggu atau membahayakan kehidupan manusia. Nyamuk
merupakan salah satu jenis vektor yang dapat mengganggu kesehatan manusia
(Depkes RI, 2000).
2.1.1. Vektor Nyamuk
Di dunia kesehatan kelompok nyamuk yang perlu diketahui adalah Tribus
culicini dan Tribus anophelini. Tribus anophelini diantaranya yang penting adalah
genus anopheles sedangkan dari Tribus culicini yang penting adalah genus aedes,
culex dan mansonia.
2.1.2. Biologi dan Siklus Hidup Nyamuk
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama
dengan serangga yang lain mengalami tingkatan (stadium) yang berbeda-beda. Dalam
siklus hidup nyamuk terdapat empat stadium, yaitu : (1) Stadium dewasa, (2) telur,
Universitas Sumatera Utara
(3) jentik dan (4) pupa/kepompong. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di
alam bebas, sedangkan ketiga stadium yang hidup dan berkembang di dalam air.
1. Nyamuk Dewasa
Dari kepompong akan keluar nyamuk/stadium dewasa. Berdasarkan jenis
kelaminnya nyamuk dapat dibedakan atas nyamuk jantan dan nyamuk betina.
Nyamuk-nyamuk yang keluar dari kepompong sebagian jadi nyamuk jantan dan
sebagian lainnya betina dengan perbandingan yang kira-kira sama (1:1). Nyamuk
jantan keluar lebih dahulu daripada nyamuk betina. Setelah nyamuk jantan keluar dari
kepompong, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat sarang (breeding places).
Kemudian setelah jenis yang betina keluar, maka si jantan kemudian akan mengawini
betina sebelum betina tersebut mencari darah. Betina yang telah kawin akan
beristirahat untuk sementara waktu (1-2 hari) kemudian baru mencari darah. Setelah
perut penuh darah betina tersebut akan beristirahat lagi untuk menunggu proses
pemasakan dan pertumbuhan telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali
kawin. Untuk pembentukan telur yang berikut, nyamuk betina cukup mencari darah
untuk memenuhi kebutuhan zat putih telur yang diperlukan. Waktu yang dibutuhkan
untuk menunggu proses perkembangan telurnya berbeda-beda tergantung pada
beberapa faktor diantaranya yang penting adalah temperatur dan kelembaban serta
species dari nyamuk.
2. Telur
Nyamuk akan meletakkan telurnya di tempat yang berair. Air dalam hal ini
merupakan faktor utama, oleh karena itu tanpa air telur tidak akan tumbuh dan
Universitas Sumatera Utara
berkembang. Dalam keadaan kering telur akan cepat kering dan mati, meskipun ada
beberapa nyamuk yang telurnya dapat bertahan dalam waktu cukup lama meskipun
dalam lingkungan tanpa air (Aedes). Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk
berbeda-beda tergantung jenisnya. Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di
atas permukaan air, telur diletakkan satu persatu atau bergerombolan tetapi saling
lepas. Telur Anopheles mempunyai alat pengapung nyamuk. Nyamuk Culex
meletakkan telur di atas permukaan air, telur diletakkan sebagai gerombolan yang
bersatu berbentuk seperti rakit sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk Aedes
meletakkan telurnya menempel pada yang terapung di atas air atau menempel pada
permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dengan
tempatnya. Nyamuk mansonia meletakkan telurnya menempel pada tumbuhan air dan
diletakkan secara bergerombol sebagai karangan bunga. Stadium telur ini memakan
waktu beberapa hari (1-2 hari).
3. Jentik
Untuk perkembangan stadium jentik memerlukan tingkatan tertentu. Antara
tingkatan yang satu dengan tingkatan yang lainnya bentuk dasarnya sama. Dalam hal
ini pertumbuhan kecuali untuk memperbesar ukuran tubuh juga melengkapi bulu-
bulunya. Stadium jentik dikenal empat tingkatan jentik yang masing-masing
tingkatan dinamakan instar. Jadi untuk jentik nyamuk dikenal instar pertama, kedua,
ketiga dan keempat bulu-bulu sudah lengkap, sehingga untuk identifikasi jentik
diambil jentik instar keempat.
Universitas Sumatera Utara
Stadium jentik memerlukan waktu kira-kira satu minggu. Pertumbuhan dan
perkembangan jentik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang penting
adalah: temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada/tidak ada binatang air
lainnya yang merupakan predator. Jentik Anopheles hanya mampu berenang ke
bawah permukaan paling dalam 1 meter, maka di tempat-tempat dengan kedalaman
lebih dari 1 meter tidak ditemukan jentik Anopheles.
4. Kepompong
Kepompong adalah stadium akhir dari nyamuk yang berada di dalam air.
Stadium kepompong tidak memerlukan makanan dan kepompong merupakan stadium
dalam keadaan inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah
cukup waktunya nyamuk yang keluar dari kepompong dapat terbang. Meskipun
kepompong dalam keadaan inaktif, tidak berarti tidak ada proses kehidupan.
Kepompong tetap memerlukan zat asam (O2
2.1.3. Tata Hidup Nyamuk
), zat asam masuk ke tubuh kepompong
melalui corong nafas. Stadium kepompong makan waktu kira-kira 1-2 hari.
Dalam kehidupannya nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu:
1. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)
Dalam hidup siklus nyamuk mempunyai empat stadia yaitu nyamuk dewasa,
telur, larva, kepompong. Stadia telur, larva, dan kepompong berada di dalam air dan
tempat yang mengandung air tersebut dinamakan breeding places. Untuk tiap jenis
nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan. Nyamuk Culex dapat
berkembang di sembarang tempat air. Aedes hanya mau di tempat yang airnya cukup
Universitas Sumatera Utara
bersih dan tidak beralas tanah. Mansonia senang di kolam, rawa-rawa danau yang
airnya banyak tanaman air. Sedangkan Anopheles kesenangan untuk memilih
breeding places sangat bervariasi.
Tipe-tipe breeding places yang disenangi Anopheles untuk berkembang biak
bermacam-macam tergantung species Anopheles yang bersangkutan. macam breeding
places Anopheles antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Berdasarkan kadar garam dari air dibedakan atas :
1. Air payau yaitu campuran air tawar dengan air laut. Breeding places air payau
dapat sebagai tambak-tambak ikan pantai, muara sungai yang sedang menutup,
dll. Anopheles yang sedang berkembang biak di air payau diantaranya:
An.sundaicus, An.subpictus-subpictus, An.Vagus.
2. Breeding places air tawar masih dibedakan lagi atas macam-macam tipe.
Kebanyakan nyamuk Anopheles senang berkembang biak di air tawar.
b. Berdasarkan keadaan sinar matahari breeding places dibedakan atas :
1. Breeding places yang langsung mendapat sinar matahari
Anopheles yang senang berkembang biak di tempat yang langsung mendapat
sinar matahari adalah antaranya An.sundaicus, An.maculatus.
2. Breeding places yang terlindung dari sinar matahari
Nyamuk Anopheles yang menyenangi tempat yang terlindung, misalnya :
An.vagus, An.umbrocus, An.burbumbrosus.
Universitas Sumatera Utara
c. Berdasarkan aliran air dibedakan :
1. Air tidak mengalir seperti kobokan, bekas-bekas tapak kaki yang kemasukan
air, bekas-bekas roda yang kemasukan air dan lain sejenisnya. Tempat-tempat
macam ini dapat digunakan berkembang biak oleh An.vagus, An.indefinitus,
An.leucosphirus.
2. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah disenangi banyak jenis
Anopheles, misalnya : An.acunitus, An.vagus, An.barbirostris, An.indefinitus,
An.anularis, dll.
Stadium dalam air bagi nyamuk, sejak dari telur hingga nyamuk keluar dari
kepompong memerlukan waktu 8-12 hari. Panjang pendeknya waktu yang
diperlukan dipengaruhi oleh temperatur air.
2. Tempat Untuk Mendapatkan Umpan/Darah (Feeding Places)
Berdasarkan kesenangan mencari darah, dikenal dua golongan nyamuk yaitu
nyamuk yang senang mencari darah binatang dan nyamuk yang senang mencari darah
manusia.
Kebanyakan nyamuk di Indonesia kesenangan ini tidak bersifat mutlak,
artinya meskipun nyamuk tersebut bersifat senang menggigit binatang tetapi bila
tidak ada binatang nyamuk tersebut akan menggigit orang juga, misalnya An.
aconitus. Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk berbeda-beda. berdasarkan
waktu keaktifan mencari darah dibedakan atas nyamuk yang aktif pada waktu malam,
misalnya Anopheles dan Culex serta nyamuk yang aktif pada waktu siang, misalnya
Aedes.
Universitas Sumatera Utara
Baik nyamuk yang aktif waktu malam maupun siang, bila diteliti lebih lanjut
tiap jenis mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda pula. Ada golongan nyamuk yang
banyak mulai menggigit pada siang hari yang makin malam makin berkurang
(Anaconitus). Ada yang mulai menggigit setelah tengah malam hingga pagi (An.
icucosphyrus). Ada juga yang sepanjang malam terus menerus ditemukan banyak
menggigit orang/binatang (Anopheles sundaicus-subpictus).
Dalam usahanya mendapatkan umpan perlu diperhatikan jarak terbangnya
sangat jauh, misalnya Anopheles sundaicus jarak terbangnya bisa mencapai 5 km.
3. Tempat Untuk Beristirahat (Resting Places)
Setelah nyamuk betina menggigit orang/binatang hingga perutnya penuh
darah, nyamuk tersebut akan pergi ke resting places. Nyamuk akan beristirahat di
resting places selama 2-3 hari untuk iklim Indonesia. Kemudian setelah telur masak
nyamuk pergi ke breeding places untuk bertelur.
Tempat beristirahat nyamuk dapat bersifat di dalam rumah/bangunan lain dan
di luar rumah/bangunan lain atau di alam luar.
Resting places di alam luar dapat bersifat alamiah seperti gua-gua, tebing-
tebing sungai/parit, semak-semak, dll. Resting places di alam luar dapat juga bersifat
buatan seperti pit traps yaitu lubang-lubang dalam tanah yang sengaja dibuat atau
kotak-kotak yang diwarnai gelap sebagai resting places buatan yang ditempatkan di
tempat-tempat yang bisa didatangi nyamuk. Resting places buatan biasanya aman dari
musuh, lembab, dan terlindung dari sinar matahari.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Plasmodium (kelas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah.
2.1.4. Biologi dan Kehidupan Vektor Malaria
1. Anopheles sundaicus
Malaria adalah termasuk jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium, yang ditandai dengan demam mendadak (parozysmal), anemia,
pembesaran limpa. Vektor penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles. Nyamuk ini
termasuk ke dalam ordo Diphtera, dengan sub ordonya Nematocera. Dari sub ordo
ini, family adalah Culicidae, sub family Culicinae dengan genusnya Anopheles. Dari
genus tersebut salah satu spesies yang paling berbahaya adalah Anopheles sundaicus,
dimana “natural infection rate” nya tinggi seperti di pulau Jawa 1-36%.
Nyamuk Anopheles mengalami metamorfose yang lengkap, yaitu meliputi
empat stage telur, larva (jentik), kepompong (pupa) dan dewasa. Telur nyamuk ini
diletakkan di atas permukaan air. Air dalam hal ini merupakan faktor utama karena
tanpa air tidak akan bertumbuh dan berkembang. Telur diletakkan satu per satu atau
bergerombol tetapi saling lepas. Stadium telur memakan waktu 1-2 hari.
Pada stadium jentik dikenal empat tingkatan disebut Instar. Untuk
membedakan ke empat Instar ini dapat dilihat keadaan umum dari jentik tersebut
atau dengan melihat bulu-bulunya. jentik I dan II ukurannya kecil dan bulu-bulunya
sederhana. Kunci untuk mengidentifikasi jentik biasanya dipakai instar IV, karena
mudah untuk melihat keadaan bulu-bulunya. Demikian pula jentik III tidak jauh
berbeda dengan jentik IV. Pertumbuhan dan perkembangan jentik dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
beberapa faktor antara lain suhu air, ada tidaknya bahan makanan, ada tidaknya
binatang air lainnya yang merupakan predator, yaitu musuh-musuh dari larva
tersebut.
Larva Anopheles mampu berenang ke bawah permukaan air paling dalam 1
meter maka tempat-tempat dengan kedalaman lebih 1 meter tidak ditemukan jentik
Anopheles. Jentik ini memakan zat-zat organik di dalam air dalam pertumbuhannya
menjadi pupa. Jentik Anopheles bila beristirahat sejajar dengan permukaan air.
Stadium jentik Anopheles ini memerlukan waktu 7-8 hari.
Larva Anopheles sundaicus panjangnya 5 mm, dengan warna coklat atau
kehijau-hijauan. Untuk mengidentifikasi jentik An. sundaicus dapat dilihat tanda-
tandanya sebgai berikut :
a. Bulu selukung dalam depan berjauhan
b. Bulu kipas abdomen segmen I tumbuh sempurna
c. Bulu selukung dalam, sederhana.
d. Bulu lubang udara 7 sampai 8
e. Pada ruas perut X, duri-durinya kasar dan berpigmen, berbentuk
kerucut, letaknya tidak berhamburan. Jumlah yang berpigmen adalah
76%.
Pada stadium pupa tidak memerlukan makanan, karena pupa merupakan
stadium yang inaktf. meskipun demikian, proses kehidupan tetap ada karena pupa
tetap memerlukan zat asam (O2) yang masuk ke dalam tubuhnya melalui corong
nafas. Stadium ini memerlukan waktu kira-kira 1-2 hari.
Universitas Sumatera Utara
Pada stadium dewasa sebagai nyamuk telah hidup di alam bebas. Nyamuk-
nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk jantan dan betina dengan
perbandingan kira-kira sama (1:1). Nyamuk jantan keluar lebih dahulu dari betina.
Setelah nyamuk jantan mengawini nyamuk betina barulah nyamuk betina pergi
mencari darah. Dalam mencari darah nyamuk Anopheles sundaicus aktif pada malam
hari, sepanjang malam terus-menerus ditemukan banyak menggigit orang.
Nyamuk Anopheles sundaicus termasuk spesies yang besarnya sedang.
Nyamuk dewasa senang hinggap di dalam rumah, kandang atau di luar rumah. Di
dalam rumah hinggap di dinding, di bawah atap, gantungan pakaian, di bawah kolong
alat-alat rumah tangga, sedangkan di luar rumah terdapat pada pagar dari daun
kelapa, daun pisang, semak belukar.
Tempat berkembang biak An. sundaicus adalah air payau, dimana biasanya
terdapat tumbuh-tumbuhan Enteromorpha, Chsetomorpha dengan kadar garam
kesukaannya adalah 1,2 – 1,8% dan tidak suka pada kadar garam lebih dari 4%.
Namun larvanya masih juga diketemukan pada kadar garam 0,4%, bahkan di
Sumatera larva An. sundaicus di temukan di air tawar, misalnya di Mandailing
dengan ketinggian 210 m dari permukaan laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000
meter. Tetapi jentiknya paling banyak terdapat pada air payau, lebih menyukai daerah
terbuka yang langsung terkena sinar matahari seperti pada lagune-lagune, rawa atau
genangan/telaga yang terlindung oleh tambak-tambak di pesisir pantai.
Universitas Sumatera Utara
Nyamuk ini termasuk ke dalam jenis nyamuk yang terbangnya kuat, dapat
mencapai 5 km dari sarang jentiknya, dan lebih suka darah manusia daripada darah
binatang.
Ciri-ciri nyamuk Anopheles sundaicus :
a. Sayap paling sedikit dengan 4 noda hitam, termasuk costs & long.
b. Kaki bertitik, kaki belakang tanpa hubungan putih lebar antara tibia dan
tarsale.
c. Tarsale 5 seluruhnya hitam
d. Long 6 kurang dari 3 noda hitam.
2. Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan kecuali
Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di
dapat di daerah kaki gunung (foothilis) pada ketinggian 400-1000 m. makin ke
Indonesia timur penyebarannya makin berkurang.
Jentiknya terdapat di sawah dan saluran irigasi. Sawah yang akan ditanami
dan mulai diberi air, yang masih ada batang padi dan jerami yang berserakan,
merupakan sarang yang sangat baik. Di seluruh irigasi jentiknya terdapat di tepi yang
banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. Sawah yang permukaannya
bersih dan saluran air yang tepinya terpelihara dengan baik biasanya tidak ada
jentiknya.
Nyamuk dewasa terdapat hinggap dalam rumah dan kandang, tetapi tempat
hinggap yang paling disukai adalah di luar rumah, pada tebing yang curam, gelap dan
Universitas Sumatera Utara
lembab. Juga terdapat di antara semak belukar di dekat sarangnya. Jarak terbangnya
dapat mencapai 1,5 km, tetapi jarang terdapat jauh dari sarangnya. Terbangnya pada
malam hari untuk menghisap darah.
Pemeriksaan dengan precipitin test menunjukkan darah manusia dan kerbau
dalam lambung mereka. Anopheles aconitus lebih menyukai darah binatang dan
hanya menggigit darah manusia bila tidak banyak ternak yang dapat dijadikan umpan.
Nyamuk dewasa kecil, agak hitam, rusuk ke-6 (long6) mempunyai 3 noda
hitam dan jumbai pada ujung rusuk ke-6 putih, moncong (probocis) separuh bagian
ke ujungnya coklat kekuningan. Jentik juga kecil, bulu selukung (cypeal hairs)
pendek, bercabang-cabang; tergal plate bentuknya convex. Tergal plate pada
abdomen besar-besar, pada ruas yang kedua.
3. Anopheles barbirostris (Anophel wulp)
Terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi. Jentik biasanya terdapat di dalam air yang jernih, seperti sawah, parit yang
aliran airnya tidak begitu deras, kolam yang banyak tumbuh-tumbuhannya, rawa-
rawa, mata air, dan genangan air lainnya. Sering juga dijumpai pada air yang keruh.
Tempat air yang teduh lebih disukai, walaupun terdapat juga dalam air yang terbuka.
Biasanya air payau yang dihindari.
Nyamuk dewasa lebih jarang dijumpai daripada jentiknya, sehingga dapat
digolongkan sebagai nyamuk liar. Akan tetapi kadang-kadang dapat dijumpai di
dalam rumah dan kandang dalam jumlah yang besar. Tempat hinggap adalah tebing-
Universitas Sumatera Utara
tebing sungai sebelah sawah, diantaranya semak-semak, rumpun-rumpun bambu, dan
bangunan-bangunan kosong.
Jarak terbangnya tidak jauh, terbang pada siang hari bila cuaca gelap
(berawan) dan dalam keteduhan hutan-hutan yang lebat. sebagian besar zoophilic,
makin ke timur makin domestik. Di Sulawesi sering masuk rumah untuk menghisap
darah dan keluar lagi.
Mempunyai natural infection rate 0,5% walau demikian penting artinya di
Sumatera dan Sulawesi, karena ikut memelihara adanya malaria. Di tempat lain
kurang penting dan hanya merupakan vektor tambahan pada waktu epidemi atau bila
terdapat dalam jumlah yang besar.
Nyamuk besar hitam, palpi lebat, ada sisik putih pada ruas abdomen 3-6,
sayap seperti Myzorhyncus lainnya tetapi jumbai punya noda putih yang sempit pada
ujung long 3, hubungan putih ruas tersalah 2-4 kaki belakang jelas; pada
mesepimoron ada segerombolan sisik-sisik putih. Jentiknya juga besar, tidak punya
stigma club, Souter clypeals dengan lebih dari 50 cabang.
Banyak spesies yang mirip dengan A.barbirotris sehingga sering
dikelompokkan menjadi Barbirotris Group. Di Sulawesi dilaporkan salah satu spesies
dari group ini yang mempunyai natural infection rate 13,3 yang diduga adalan An.
vanus walker. Nyamuk ini hanya terdapat di Sulawesi bedanya hubungan putih rusa
tersala 3-4 kecil, hanya pada ujung tersale 3, dan perbedaan kecil lainnya pada alat
kelamin. Jentiknya juga berbeda yaitu banyak rambut-rambut yang bercabang.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah cabangnya lebih sedikit, misalnya outer clypeals kurang dari 50. Yang
menyolok adalah bahwa spesies ini anthropophilik.
4. Anopheles bancrofti (Giles)
Di Indonesia hanya terdapat di Maluku dan Irian. Sarang jentiknya di dalam
hutan, yaitu rawa-rawa yang banyak dengan tumbuh-tumbuhan yang lebat. Ternyata
jentiknya memerlukan keteduhan dan perlindungan dari tumbuh-tumbuhan ini.
Nyamuk dewasa tabiatnya nocturnal. Menyerang manusia dalam rumah
maupun luar rumah, tetapi juga menggigit binatang, banyak terdapat hinggap pada
dinding rumah, dan kelambu, juga di kandang-kandang tidak jarang terdapat dalam
jumlah yang besar.
Di Irian Barat ditemukan dengan natural infection rate 4,3% maka harus
dianggap sebagai vektor yang berbahaya bila dijumpai dalam jumlah yang besar.
Palpi hitam, femur, tibia dan metatarsus kaki belakang bertitik jumbai dengan
noda putih pada ujung long 4.2, 5.1, dan 5.2. Jentiknya mempunyai stignal,
innercypeals berdekatan panjang dengan cabang pendek-pendek serta jarang; outer
clypeals dengan banyak cabang (60) yang berasal dari 2-3 cabang utama.
5. Anopheles farauti (Laveran)
Tadinya dikenal sebagai A.punculatus dan melucensis, tetapi pada tahun 1946
diakui sebagai spesies tersendiri. Terdapat di Kepulauan Maluku dan Irian Barat di
daerah ini penyebarannya sangat luas.
Jentiknya terdapat dalam air tawar, air payau dan genangan air hujan. Ada
kalanya terdapat di dalam hutan mangrove, tetapi mereka lebih suka tempat yang
Universitas Sumatera Utara
panas. Pada musim hujan dapat bersarang pada semua macam genangan air, tetapi
genangan yang dapat dijadikan sarang tidak banyak, dengan sendirinya jumlah
nyamuk pada musim kemarau juga sedikit.
Nyamuk dewasa aktif pada malam hari, tetapi mau menggigit pada siang hari
bila udara tidak cerah. Di beberapa daerah mereka menggigit manusia, tanpa
menghiraukan sama sekali adanya binatang ternak di daerah itu. Di tempat yang satu
banyak terdapat di dalam rumah, sedangkan di tempat yang lain hinggap di luar
rumah.
Natural Infection Rate pernah terdapat di 12,7% dari Irian. Sangat susceptible
terhadap infeksi dan tergolong spesies yang domestik, disamping itu juga
antropophilik, sehingga merupakan vektor yang sangat efisien.
Nyamuk mempunyai banyak noda-noda pada sayap, shaltor putih pada
pangkalnya dan hitam pada ujungnya. Probiscia seluruhnya hitam sedangkan
A.koliensis ada noda-noda putih. Jentiknya susah dibedakan dengan jentik A.
koliensis.
6. Anopheles kochi (Donitz)
Tersebar di seluruh Indonesia kecuali Irian. Jentiknya terdapat dalam macam-
macam genangan air, baik yang jernih maupun yang keruh, tetapi tidak pernah dalam
air payau. Lebih suka tempat yang terbuka, misalnya genangan air dalam lumpur
bekas tapak kaki kerbau, kubangan, sawah yang akan ditanami. Juga terdapat di
dalam parit, mata air, saluran dalam perkebunan tebu, kolam. Mudah sekali
Universitas Sumatera Utara
menyesuaikan diri dari keadaan. Mengingat sifatnya bersarang dalam musim hujan
mencapai jumlah yang terbanyak.
Nyamuk dewasa terdapat di dalam rumah maupun kandang. Termasuk
nyamuk yang domestik dan lebih menyukai darah binatang daripada manusia.
Sebagai vektor malaria tidak begitu penting artinya kecuali bila terdapat dalam
jumlah yang besar. Natural Infection Rate-nya 0,4 - 11,5%, biasanya rendah, tetapi di
tempat-tempat tertentu dan pada waktu ada epidemi ratenya tinggi.
Tanda pengenal nyamuk dewasa adalah 6 pasang kumpulan bersisik pada
abdomen bagian ventral. jentiknya mempunyai innerclype, as yang panjang dengan
cabang-cabang yang sangat halus, inner shoulder hair bercabang 2-9, natural hair
simple.
7. Anopheles koliensis (Owen)
Hanya terdapat di Irian, di tempat-tempat yang tingginya lebih dari 500 m di
atas permukaan air. Genangan air temporair di padang rumput di tepi hutan dan kena
sinar matahari lebih disukai oleh jentik-jentiknya daripada yang terlindung. Selama
musim kering jarang dijumpai, demikian pula nyamuk dewasanya.
Sangat antropophilik dan suka hinggap di dalam rumah sesudah menggigit
sampai malam berikutnya. Mulai aktif jam 09.00 malam sampai pagi hari, puncak
kegiatannya setelah tengah malam.
8. Anopheles letifer (Gater)
Terdapat di Sumatera dan Kalimantan, di dataran rendah dekat pantai. Sarang
jentiknya adalah genangan air yang coklat tua dengan pH 5-8. Tidak di dalam hutan
Universitas Sumatera Utara
tetapi di daerah hutan yang sudah dibuka, dalam air yang terlindung oleh semak
belukar.
Nyamuk dewasa masuk rumah dari senja sampai pagi hari. Tempat
hinggapnya di luar rumah, sangat antropophilik, hidupnya lebih dekat dengan
kediaman manusia daripada A. umbrosus.
Nyamuk besar, palpi kurang begitu lebat, tidak ada propleural setae, kaki
depan tidak ada hubungan putih, sedangkan hubungan putih kaki belakang sempit.
Jentiknya berbeda dengan spesies Umbrosus Group lainnya pada rambut-rambutnya
yang bercabang, jumlah cabang lebih sedikit inner clypeals 4-7 cabangnya; posterior
Clypeals pendek, tidak mencapai pangkal Inner Clypeals, bercabang 3-4; lateral hair
ruas abdomen ke-3 dengan 3-4 cabang.
2.1.5. Faktor Lingkungan Yang Memengaruhi Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles spp.
2.1.5.1. Lingkungan Fisik
a. Suhu
Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya siklus perkembangbiakan
nyamuk. Menurut Thomson dalam Marsaulina (2002), waktu tetas telur Anopheles
sangat dipengaruhi oleh suhu air pada tempat perindukannya, makin tinggu suhu air
maka waktu tetas akan semakin singkat.
b. Kelembaban
Kelembaban dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena
kelambaban yang rendah dapat memperpendek umur nyamuk. Di Punjab, India
Universitas Sumatera Utara
kelembaban paling rendah 63 % untuk memungkinkan terjadinya penularan.
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit,
istirahat nyamuk. Rata-rata kelembaban minimal adalah 60%, relatif kelembaban
tertinggi bagi hidup nyamuk memungkinkan lebih lama dalam mentransmisi infeksi
pada beberapa orang (Marsaulina, 2002).
c. Hujan
Hujan mempengaruhi terjadinya breeding places. Curah hujan yang
berlebihan dapat mengubah aliran kecil air menjadi aliran deras hingga banyak larva
dan pupa serta telur terbawa oleh arus air. Menurut Depkes RI dalam Marsaulina
(2002) nyamuk Anopheles berkembangbiak dalam jumlah besar.
d. Sinar Matahari
Menurut penelitian Ompusunggu dkk (1992) larva An.sundaicus dan An.
subpictus hampir selalu ditemukan bersama-sama di lagun yang berjarak 0-10 meter
dari pantai. Kondisi lagun pada saat penemuan kedua spesies ini adalah sebagai
berikut: lebih sering ditemukan di air bersih daripada air kotor, hampir selalu ada
algae, lebih sering dengan bahan-bahan terapung, hampir selalu ada sinar matahari
langsung (Ompusunggu dkk, 1992).
Menurut Depkes dalam Marsaulina 2002 pengaruh sinar matahari terhadap
larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang sedikit cahaya
matahari sebaliknya An. hyrcanus lebih menyukai tempat terbuka, An. barbirostris
dapat hidup baik di tempat teduh maupun terang. Cahaya matahari langsung akan
membuat keadaan yang tidak meyenangkan bagi aktivitas nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
e. Arus air
Arus air mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena arus air
yangt deras dapat merusak tempat perindukan nyamuk. Larva An.maculatus
mempunyai habitat khusus yaitu di parit atau sungai kecil berbatu dengan air
mengalir perlahan atau tanpa aliran pada daerah pegunungan (Pranoto dan Munif,
1992).
f. Kedalaman Air
Jentik Anopheles mampu berenang pada permukaan air paling dalam 1 meter,
maka tempat-tempat dengan kedalaman lebih 1 meter tidak ditemukan jentik
Anopheles spp. (Marsaulina, 2002).
2.1.5.2.Lingkungan Kimia
a. Salinitas
Menurut Takken dalam Marsaulina (2002), berbagai spesies nyamuk
Anopheles spp. Dapat digolongkan menurut kandungan garam dari air di habitatnya
ada tiga, yaitu spesies air asin, air payau, ataupun air tawar. Salinitas optimum untuk
perkembangan Anopheles sundaicus di Indonesia adalah 12-18 0/00
Berdasarkan penelitian Ompusunggu (1992) di Kabupaten Sikka, Flores
menemukan larva Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus hidup pada kadar
garam yang sangat bervariasi antara 2,2-30
. Salinitas
optimum ini tidak selalu sama di berbagai tempat untuk perkembangan Anopheles
sundaicus.
0/00. Larva An. barbirostris lebih sering
Universitas Sumatera Utara
ditemukan di sungai yang mengalir dan lagun dengan kadar garam berkisar antara
0,2-10,4 0/00. Larva An. vagus ditemukan mampu hidup pada lagun dengan kadar
garam 0,4-5,0 0/00 (Ompusunggu, 1992). Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai
vektor malaria disana banyak ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak
terpelihara dan genangan air di sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Salinitas
air sekitar 15-28 0/00
Bone-Webster dan Swellengrebel dalam Ompusunggu (1992) menyatakan
bahwa larva jenis nyamuk An. sundaicus bisa hidup mulai dari air tawar hingga air
payau yang berkadar garam 8,6
(Blondini dkk, 2003).
0/00
b. pH
atau lebih.
pH air mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Anopheles spp. Menurut
Marsaulina (2002) derajat keasaman (pH) air digunakan dalam pengaturan respirasi
dan sistem enzim dalam tubuh larva nyamuk. pH air sangat bervariasi dengan
bertambahnya kedalaman, pH cenderung menurun (Marsaulina, 2002).
Menurut Depkes RI (1990) disebutkan bahwa An. sundaicus mempunyai
tempat perindukan utama di pantai dan air payau berkadar garam antara 12-18 0/00
c. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
.
BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-
bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
Universitas Sumatera Utara
yang membutuhkan oksigen tinggi untuk reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi
bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel (Fardiaz, 2004).
d. DO (Dissolved Oxygen)
Menurut Warren dalam Marsaulina (2002) bahwa kandungan oksigen terlarut
yang sangat rendah mengurangi jenis invertebrata berukuran lebih besar sedangkan
caing Tubifex, larva-larva nyamuk dan sebagainya masih ditemukan. Biasanya pada
air yang cukup dangkal persediaan O2
Penurunan oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan hewan
dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena mahluk hidup tersebut banyak yang mati
atau melakukan migrasi ke tempat yang konsentrasi oksigennya masih tinggi
(Fardiaz, 2004).
masih banyak ditemukan (Marsaulina, 2002).
e. CO2
Penurunan pH diduga berhubungan dengan kandungan CO
(Karbondioksida)
2
(Karbondioksida), karena setiap pertambahan kedalaman air konsentrasi CO2
(Karbondioksida) juga akan bertambah. Pada perairan yang telah tercemar oleh bahan
organik kandungan CO2
Menurut Bates dalam Marsaulina (1992) CO
(Karbondioksida) ini semakin tinggi sehingga meracuni
kehidupan organisme perairan.
2 (Karbondioksida) di tempat
perindukan larva Anopheles umumnya tidak ada korelasinya secara langsung terhadap
kehidupan larva. Hal ini disebabkan oleh larva Anopheles hidup di permukaan air
dengan spirakelnya selalu berontak dengan udara bebas, sehingga larva mengambil
oksigen untuk pernafasannya langsung dari udara bebas.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3.Lingkungan Biologi
a. Vegetasi air
Vegetasi air dapat mempengaruhi kehidupan larva seperti pohon bakau,
ganggang. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain
dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar
matahari (Irsanya, 2005).
Menurut Rao dalam Marsaulina (2002) tumbuhan air di tempat perindukan
sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk Anopheles. Hal ini disebabkan
oleh tumbuhan air dapat berfungsi sebagai tempat penambatan diri bagi larva nyamuk
saat beristirahat di atas permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan
predator (Marsaulina, 2002).
b. Hewan Predator
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax
spp.), gambusia, nila, mujahir dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di
suatu daerah. Coelentarata adalah hidra air tawar yang dapat menghancurkan larva
instar pertama dan instar kedua di tempat perkembangbiakan nyamuk dalam air
tergenang. Serangga pemangsa di air, larva Dyscidae dan Hydrophilidae (Coleoptera)
adalah musuh dari nyamuk (Marsaulina, 2002).
c. Makanan
Lingkungan tempat perindukan nyamuk, khususnya larva nyamuk Anopheles
banyak ditemukan di perairan dangkal karena berhubungan dengan cara makan dan
ketersediaan bahan makanan yang terdapat di permukaan air (Marsaulina, 2002). Di
Universitas Sumatera Utara
alam, larva nyamuk bergantung pada mikroorganisme yang menjadi makanannya,
zooplankton dan fitoplankton.
Pada stadium pupa tidak memerlukan makanan, karena pupa merupakan
stadium yang inaktif. Meskipun demikian, proses kehidupan tetap ada karena pupa
tetap memerlukan zat asam (O2
) yang masuk ke dalam tubuhnya melalui corong
nafas. Stadium ini memerlukan waktu kira-kira 1-2 hari.
2.2. Survei Entomologi Malaria
2.2.1. Survei Nyamuk Anopheles Dewasa
Survei nyamuk Anopheles dewasa meliputi beberapa hal di bawah ini :
1. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang (human bite).
2. Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah pada malam hari.
3. Penangkapan nyamuk di sekitar ternak pada malam hari.
4. Penangkapan nyamuk di dalam rumah atau bangunan lain pada malam hari.
5. Penangkapan nyamuk pada pagi hari di alam luar.
6. Penangkapan pagi hari di dalam rumah/bangunan lain dengan space spraying.
2.2.2 Survei Jentik
a. Tujuan Survei Jentik
Tujuan dilakukan survei jentik adalah untuk mengetahui perilaku berkembang
biak dan inventarisasi tempat perindukan atau tempat berkembang biak nyamuk yang
sangat diperlukan dalam upaya tindakan anti larva.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa tujuan lain dalam melakukan survei jentik adalah :
1. Mengetahui habitat/breeding places dari suatu spesies
2. Mengetahui distribusi geografi dari spesies-spesies yang ada
3. Mengetahui hubungan larva dengan hewan atau tanaman air lainnya.
b. Alat/Bahan
1. Pipet larvae besar dan kecil.
2. dipper
3. vial/bottle
c. Cara Melakukan Survei Jentik
1. Pada setiap tempat masing-masing 1 m2 diambil 10 cidukan (bila arealnya luas
diambil beberapa sampel).
2. Penangkapan dengan menggunakan dipper : dilakukan pada berbagai macam
genangan air di daerah lokasi, misalnya sawah, rawa-rawa, pinggir-pinggir
parit, kubangan atau jejak kerbau, dll. Genangan air di sekitar rumah, misalnya
tempurung, bekas ban mobil, dll/
3. Larva di dipper diambil dengan pipet dan dipindahkan ke dalam vial (botol
kecil).
4. Vial diberi label sesuai dengan tempat dimana larvanya diambil: tanggal,
tempat, type tempat penangkapan, nama collector.
5. Selanjutnya akan diproses kemudian.
Survei dilakukan dengan menggunakan alat cidukan jentik. Kepadatan dapat
dihitung untuk tiap ciduk atau tiap 10 ciduk. Banyaknya cidukan disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
luasnya tempat perindukan serta penyebaran jentik. Dalam survei ini perlu dicatat
luas tempat perindukan, flora dan fauna yang ada, baik yang ada di tempat
perindukan maupun di sekitarnya.
2.2.3. Etiologi Malaria
Di Indonesia dikenal empat macam spesies parasit malaria yaitu :
1. Plasmodium Vivax sebagai penyebab Malaria Tertiana.
2. Plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika, yang sering
menyebabkan malaria otak dengan kematian.
3. Plasmodium malariae sebagai penyebab malaria Quartana.
4. Plasmodium ovale sebagai penyebab malaria ovale yang sudah sangat jarang
ditemukan (Depkes RI, 1999 ; Depkes RI, 2000).
2.2.3.1. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penyakit adalah manusia sebagai host intermidiate dan nyamuk
Anopheles betina yang infected sebagai host devinitive. Penyakit malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang siap menularkan (infected) dimana
sebelumnya nyamuk tersebut telah menggigit penderita malaria yang dalam darahnya
mengandung gametosit (gamet jantan dan betina).
2.2.3.2. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada tubuh manusia (masa inkubasi intrinsik), yaitu waktu
manusia digigit nyamuk yang infected, dengan masuknya sporozoit, sampai timbul
gejala klinis (demam). Kurang lebih 12 hari untuk Plasmodium falciparum. 15 hari
Universitas Sumatera Utara
untuk Plasmodium vivax, 28 hari untuk Plasmodium malariae, dan 17 hari untuk
Plasmodium ovale (Depkes, 2006).
2.2.3.3. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit malaria yang klasik adalah :
menggigil, demam (suhu antara 37,5 oC – 40 o
Pada penyakit malaria dengan komplikasi (malaria berat) gejala yang timbul
dapat berupa, gangguan kesadaran, kejang, panas tinggi hingga >40
C); dan berkeringat. Gejala lain yang
mungkin timbul adalah sakit kepala, mual atau muntah dan diare serta nyeri otot atau
pegal-pegal pada orang dewasa.
o
2.2.4. Siklus Hidup Plasmodium dan Patogenesis Malaria
C, anemia, mata
dan tubuh menguning (ikterus), serta perdarahan hidung, gusi atau saluran
pencernaan, jumlah kencing berkurang (oliguri), muntah terus menerus sehingga
tidak dapat makan dan minum, warna urine seperti teh coklat tua sampai kehitaman
(black water fever), dan pernafasan cepat.
2.2.4.1.Siklus Hidup Plasmodium
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Species plasmodium pada manusia adalah Plasmodium falciparum, P. vivax,
P. ovale dan P. Malariae. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia
adalah P. falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di
Universitas Sumatera Utara
beberapa propinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale
pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.
2.2.4.2. Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles betina.
1. Siklus Hidup pada Manusia (Aseksual)
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
lebih kurang ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).
Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih
kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel
darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina).
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina (Seksual)
Apabila nyamuk betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan melalui zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya
gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit
dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium Masa Inkubasi (Hari) P. falciparum 9-14 (12) P. vivax 12-17 (15) P. ovale 16-18 (17) P. malariae 18-40 (28)
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.3. Patogenesis Malaria
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokinin, antara
lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF ini akan dibawa aliran darah ke hipotalamus
yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni
pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda, Plasmodium
falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, Plasmodium vivax/ovale 48 jam, dan
Plasmodium malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang
tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda
yang jumlahnya hanya 2% dari semua jumlah sel darah merah, sedangkan
Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1%
dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P.vivax dan
P.ovale dan P.malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana plasmodium
dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan
menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang
khusus. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum akan mengalami sekuestrasi
Universitas Sumatera Utara
yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam
tubuh. Selain itu, pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob
yang berisi berbagai antigen Plasmodium falciparum. Pada saat terjadi proses
sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler.
Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler
yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga
didukung oleh proses terbentuknya “rosette” yaitu bergerombolnya sel darah merah
yang berparasit dengan sel darah merah yang lainnya. Pada proses sitoaderensi ini
diduga juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara
lain sitokinin (TNF, interleukin), dimana mediator tersebut mempunyai peranan
dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.
2.2.5. Tumbuhan Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
2.2.5.1. Klasifikasi Eceng Gondok
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Jenis : Eichornia crassipes Solms
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma)
diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata
Universitas Sumatera Utara
dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam
perkembangannya, tanaman keluarga Pontederiaceae ini justru mendatangkan
manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan,
dan campuran pakan ternak.
Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar
di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak
mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan
berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah
yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas
tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang
tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara
biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat
seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam
persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua
(Mukti, 2008).
Adapun bagian-bagian tanaman yang berperan dalam penguraian air limbah
adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Akar
Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut,
berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar peranan akar untuk
menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat
kantung akar yang mana di bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah,
susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur atau partikel-partikal yang terlarut
dalam air (Mukti, 2008).
2. Daun
Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas
permukaan air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai
alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel
epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun.
Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat
penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2
dari proses fotosintesis.
Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan dimalam hari
dengan menghasilkan CO2
c. Tangkai
yang akan terlepas kedalam air (Mukti, 2008).
Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya
penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan air.
Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian bawahnya
terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan
Universitas Sumatera Utara
parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan
floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis
berwarna putih (Mukti, 2008).
d. Bunga
Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda.
Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan
putik tunggal.
Eceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, eceng
gondok merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang
mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan
eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara
vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya
menjadi tumbuhan baru.
Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000
tanaman baru dalam waktu 8 bulan, hal inilah membuat eceng gondok banyak
dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai
ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5.2. Faktor Lingkungan yang Menjadi Syarat untuk Pertumbuhan Eceng gondok
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan eceng gondok
adalah sebagai berikut :
1. Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang cukup,
dengan suhu optimum antara 25 oC-30
o
2. Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) Air
C, hal ini dapat dipenuhi dengan baik di
daerah beriklim tropis. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik, eceng
gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka
pertumbuhan akan terlambat (Mukti, 2008).
Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur hara
yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor pembatas.
Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domestik. Jika pada
perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi. Eceng gondok
dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat keasaman (pH) air 3,5 - 10. Agar
pertumbuhan eceng gondok menjadi baik, pH air optimum berkisar antara 4,5 – 7.
2.2.5.3. Ciri-ciri Fisiologis Enceng Gondok
Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai macam
hal yang ada disekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok
dapat hidup ditanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan.
Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup ditanah asam dan tanah yang
Universitas Sumatera Utara
basah (Anonim, 1996). Kemampuan eceng gondok untuk melakukan proses-proses
sebagai berikut :
a. Transpirasi
Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan hanyalah memerlukan
sebagian kecil jumlah air yang diadsorbsi atau sebagian besar dari air yang masuk
kedalam tumbuhan dan keluar meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses
tersebut dinamakan proses transpirasi, sebagian menyerap melalui batang tetapi
kehilangan air umumnya berlangsung melalui daun. Laju hilangnya air dari tumbuhan
dipengaruhi oleh kwantitas sinar matahari dan musim penanamnan. Laju teraspirasi
akan ditentukan oleh struktur daun eceng gondok yang terbuka lebar yang memiliki
stomata yang banyak sehingga proses transpirasi akan besar dan beberapa factor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara, cahaya dan angin.
b. Fotosintesis
Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh klorofil.
Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk tambahan. Dalam
proses fotosintesis ini tanaman membutuhkan CO2
dan H2
c. Respirasi
O dan dengan bantuan sinar
matahari akan menghasilkan glukosa dan oksigen dan senyawa-senyawa organic lain.
Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini beasal dari udara dan energi matahari.
Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan
memelihara protoplasma, membran plasma dan dinding sel. Energi tersebut dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
melalui pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula atau glukosa
(C6H
12O
6
2.3. Landasan Teori
) diubah menjadi zat-zat sedarhana yang disertai dengan pelepasan energi.
Adanya tumbuhan Enceng gondok (Eichornia crassipes) berpengaruh
terhadap perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles spp. Ada beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles spp. di
antaranya faktor biologi, faktor fisik serta faktor kimia (Irsanya, 2005).
Vegetasi air dapat mempengaruhi kehidupan larva seperti pohon bakau, ganggang.
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari
(Irsanya, 2005).
Menurut Rao dalam Marsaulina (2002) tumbuhan air di tempat perindukan
sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk Anopheles. Hal ini disebabkan
oleh tumbuhan air dapat berfungsi sebagai tempat penambaan diri bagi larva nyamuk
saat beristirahat di atas permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan
predator (Marsaulina, 2002).
Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya siklus perkembangbiakan
nyamuk. Menurut Thomson dalam Marsaulina (2002), waktu tetas telur Anopheles
sangat dipengaruhi oleh suhu air pada tempat perindukannya, makin tinggi suhu air
maka waktu tetas akan semakin singkat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Ompusunggu dkk (1992) larva An. sundaicus dan An.
subpictus hampir selalu ditemukan bersama-sama di lagun yang berjarak 0-10 meter
dari pantai. Kondisi lagun pada saat penemuan kedua spesies ini adalah lebih sering
ditemukan di air bersih daripada air kotor, hampir selalu ada algae, lebih sering
dengan bahan-bahan terapung, hampir selalu ada sinar matahari langsung
(Ompusunggu dkk, 1992).
pH air mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Anopheles spp. Menurut
Marsaulina (2002) derajat keasaman (pH) air digunakan dalam pengaturan respirasi
dan sistem enzim dalam tubuh larva nyamuk. pH air sangat bervariasi dengan
bertambahnya kedalaman, pH cenderung menurun (Marsaulina, 2002).
Salinitas berpengaruh terhadap tempat perindukan nyamuk. Pada kadar garam
di atas 40 0/00
BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-
bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
yang membutuhkan oksigen tinggi untuk reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi
bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel (Fardiaz, 2004).
tidak memungkinkan untuk perkembangan larva nyamuk. pH air juga
berpengaruh terhadap pengaturan respirasi dan sistem enzim dalam tubuh larva
(Marsaulina, 2002).
Menurut Warren dalam Marsaulina (2002) bahwa kandungan oksigen terlarut
yang sangat rendah mengurangi jenis invertebrata berukuran lebih besar sedangkan
Universitas Sumatera Utara
caing Tubifex, larva-larva nyamuk dan sebagainya masih ditemukan. Biasanya pada
air yang cukup dangkal persediaan O2
Penurunan oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan hewan
dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena mahluk hidup tersebut banyak yang mati
atau melakukan migrasi ke tempat yang konsentrasi oksigennya masih tinggi
(Fardiaz, 2004).
masih banyak ditemukan (Marsaulina, 2002).
Kandungan oksigen terlarut yang sangat rendah mengurangi jenis invertebrata
berukuran lebih besar sedangkan caing Tubifex, larva-larva nyamuk dan sebagainya
masih ditemukan. Di alam, larva nyamuk bergantung pada mikroorganisme yang
menjadi makanannya, zooplankton dan fitoplankton.
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax
spp.), gambusia, nila, mujahir dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk d
suatu daerah (Marsaulina, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Angka Perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. • Larva • Pupa (Kepompong) • Imago (Nyamuk Dewasa)
Faktor Lingkungan Dengan Keberadaan Tumbuhan Enceng gondok (Eichornia crassipes): 1. Fisik
• Suhu Air • Sinar Matahari • Kedalaman Air
2. Kimia
• pH • Kadar Garam • BOD • DO
3. Biologi
• Hewan Predator
Universitas Sumatera Utara