vaughan

7
7/21/2019 Vaughan http://slidepdf.com/reader/full/vaughan-56deac63d6b8b 1/7 Vaughan RETINOPATI DIABETIK Retinopati diabetik adalah salah satu penyebab utama kebutaan di negara – negara Barat, terutama diantara inividu usia produktif. Hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok merupakan faktor resiko timbul dan  berkembangnya retinopati. Orang muda dengan diabetes melitus tipe I (dependen insulin! baru mengalami retinopati paling sedikit " – # tahun setelah a$itan  penyakit sistemik ini. %asien diabetes tipe II (tidak dependen insulin! dapat sudah mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan, dan mungkin retinopati merupakan manifestasi diabetes yang tampak saat itu. SKRINING &eteksi dan terapi retinopati diabetik se'ak dini penting dilakukan. elainan – kelainan yang mudah terdeteksi timbul sebelum penglihatan terganggu. )krining retinopati diabetik harus dilakukan dalam " tahun se'ak diagnosis diabetes tipe I, pada saat diagnosis diabetes tipe II, dan selan'utnya setahun sekali pada keduanya. *otografi fundus digital terbukti merupakan metode skrining yang efektif dan sensitif. *otofrafi tu'uh bidang merupakan  pemeriksaan skrining baku emas, tetapi pemeriksaan dua bidang +# dera'at, satu difokuskan pada makula dan satunya lagi pada diskus telah men'adi metode  pilihan pada sebagian besar program skrining. idriasis diperlukan untuk mendapatkan foto yang berkualitas baik, terutama bila terdapat katarak.

Upload: danukamajaya

Post on 08-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mata Vaughan

TRANSCRIPT

VaughanRETINOPATI DIABETIKRetinopati diabetik adalah salah satu penyebab utama kebutaan di negara negara Barat, terutama diantara inividu usia produktif. Hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok merupakan faktor resiko timbul dan berkembangnya retinopati. Orang muda dengan diabetes melitus tipe I (dependen-insulin) baru mengalami retinopati paling sedikit 3 5 tahun setelah awitan penyakit sistemik ini. Pasien diabetes tipe II (tidak dependen insulin) dapat sudah mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan, dan mungkin retinopati merupakan manifestasi diabetes yang tampak saat itu.

SKRININGDeteksi dan terapi retinopati diabetik sejak dini penting dilakukan. Kelainan kelainan yang mudah terdeteksi timbul sebelum penglihatan terganggu. Skrining retinopati diabetik harus dilakukan dalam 3 tahun sejak diagnosis diabetes tipe I, pada saat diagnosis diabetes tipe II, dan selanjutnya setahun sekali pada keduanya. Fotografi fundus digital terbukti merupakan metode skrining yang efektif dan sensitif. Fotofrafi tujuh bidang merupakan pemeriksaan skrining baku emas, tetapi pemeriksaan dua bidang 45 derajat, satu difokuskan pada makula dan satunya lagi pada diskus telah menjadi metode pilihan pada sebagian besar program skrining. Midriasis diperlukan untuk mendapatkan foto yang berkualitas baik, terutama bila terdapat katarak. Retinopati diabetik dapat berkembang dengan cepat selama masa kehamilan. Setiap wanita diabetes yang hamil harus diperiksa oleh seorang oftamolog atau dilakukan pemeriksaan fotografi fundus digital pada trisemester pertama dan sedikitnya setiap 3 bulan sampai waktu persalinan.

KLASIFIKASIRetinopati diabetik dapat digolongkan ke dalam retinopati nonproliferatif, makulopati, dan retinopati proliferatif.Retinopati NonproliferatifRetinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh pembuluh yang kecil. Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan berkurangnya jumlah perisit. Kapiler membentuk kantung kantung kecil menonjol seperti titik titik yang disebut mikroaneurisma. Perdarahan akan berbentuk nyala api karena lokasinya berada di dalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal.Retinopati nonproliferatif ringan ditandai oleh sedikitnya satu mikroaneurisma. Pada retinopati nonproliferatif sedang, terdapat mikroaneurisma luas, perdarahan intraretina, gambaran manik manik pada vena (venous beading), dan / atau bercak bercak cotton wool. Retinopati non proliferatif berat ditandai oleh bercak bercak cotton wool, gambaran manik manik pada vena, dan kelainan mikrovaskular intravena (IRMA). Stadium ini terdiagnosis dengan ditemukannya perdarahan intravena di empat kuadran, gambaran manik manik vena di dua kuadran, arau kelainan mikrovaskular intraretina berat di satu kuadran.

MakulopatiMakulopati diabetik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina setempat atau difus, yang terutama disebabkan oleh kerusakan sawa darah retina pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan dan konstituen plasma ke retina sekitarnya, makulopati lebih sering dijumpai pada pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah kelainannya bermakna secara klinis, yang ditandai oleh penebalan retina dibagian manapun pada jarak 500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang berkaitan dengan penebalan retina, atau penebalan retina yang ukurannya melebihi satu diameter diskus dan terletak pada jarak satu diameter diskus dari fovea.Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema makula, perdarahan dalam, dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukan hilangnya kapiler kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular fovea.

Retinopati ProliferatifKomplikasi mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah retinopati diabetik proliferatif. Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pemberntukan pembuluh pembuluh halus yang menyebabkan kebocoran protein protein serum (dan fluoresens) dalam jumlah besar. Retinopati diabetik proliferatif awal ditandai oleh kehadiran pembuluh pembuluh baru pada diskus optikus (NVD) atau di bagian retina manapun (NVE). Ciri yang beresiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus optikus yang meluas lebih dari sepertiga diameter diskus, pembuluh darah baru pada diskus optikus yang disertai perdarahan vitreus, atau pembuluh darah baru di bagian retina manapun yang besarnya lebih dari setengah diameter diskus dan disertai perdarahan vitreus,Pembuluh pembuluh darah baru yang rapuh berproliferasi ke permukaan posterior vitreus dan akan menimbul saat vitreus mulai berkontraksi menjauhi retina. Apabila pembuluh tersebut berdarah, perdarahan vitreus yang masif dapat menyebabkan penurunan penglihatan mendadak. Sekali terjadi pelepasan total vitreus posterior, mata beresiko mengalami neovaskularisasi dan perdarahan vitreus. Pada mata retinpati diabetik proliferatif dan adhesi vitreoretinal persisten, jaringan neovaskular yang menimbul dapat mengalami perubahan fibrosa dan membentuk pita pita fibrovaskular rapat, yang menyebabkan traksi vitreoretina. Hal ini dapat menyebabkan ablatio retina, ablatio retina regmatogenosa, ablatio retina dapat ditandai atau ditutupi oleh perdarahan vitreus. Apabila kontraksi vitreus di mata tersebut telah sempurna, retinopati proliferatif cenderung masuk ke dalam stadium involusional atau burned out. Penyakit mata diabetik lanjut juga dapat disertai komplikasi neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan glaukoma noevaskular.Retinopati proliferatif berkembang pada 50 % pasien diabetes tipe I dalam 15 tahun sejak onset penyakit sistemiknya. Retinpati proliferatif lebih jarang ditemukan pada diabetes tipe II; namun karena jumlah pasien diabetes tipe II lebih banyak, pasien retinopati proliferatif lebih banyak yang mengidap diabetes tipe II diabandingkan tipe I.

PENCITRAANOptical Coherence Tomography sangat bermanfaat dalam menentukan dan memantau edema makula. Umumnya pengobatan diperlukan pada penebalan retina lebih dari 300 mikron.Angiografi fluoresein berguna untuk menentukan kelainan mikrovaskular pada retinopati diabetik. Defek pengisian yang besar pada jalinan kapiler nonperfusi kapiler menunjukan luas iskemia retina dan biasanya lebih jelas pada daerah mid perifer. Kebocoran fluoresein yang disertai dengan edema retina, mungkin membentuk gambaran petaloid edema makula kistoid atau mungkin membentuk gambaran difus. Ini dapat membantu menentukan prognosis serta luas dan penempatan terapi laser. Mata dengan edema makula dan iskemia yang bermakna mempunyai prognosis penglihatan yang lebih buruk, dengan atau tanpa terapi laser, dibandingkan mata edema dengan perfusi yang relatif baik.

TERAPIProgresivitas retinopati terutama dicegah dengan melakukan pengendalian yang baik terhadap hiperglikemia, hipertensi sistemik, dan hiperkolesterolemia.Terapi pada mata tergantung dari lokasi dan keparahan retinopatinya. Mata dengan edema makula diabetik yang belum bermakna klinis sebaiknya dipantau secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Yang bermakna klinis memerlukan focal laser bila lesinya setempat, dan grid laser bila lesinya difus. Laser Argon pada makula sebaiknya hanya cukup untuk menghasilkan bakaran sinar karena parut laser dapat meluas dan mempengaruhi penglihatan. Terapi di bwah ambang tidak tampak adanya retina yang terbakar saat dilakukan terapi dan micropulse laser telah memberikan hasil sama efektif dengan parut lebih sedikit. Penyuntikan intravitreal triamcinolone atau anti VEGF juga efektif.Dengan merangsang regresi pembuluh pembuluh baru, fotokoagulasi laser pan retina (PRP) menurunkan insidens gangguan penglihatan berat akibat retinopati diabetik proliferatif hingga 50 %. Beberapa ribu bakaran laser dengan jarak teratur diberikan diseluruh retina untuk mengurangi rangsangan angiogenik dari daerah daerah iskemik. Daerah sentral yang dibatasi oleh diskus dan cabang cabang pembuluh temporal utama tidak dikenai. Yang beresiko besar kehilangan penglihatan adalah pasien dengan ciri ciri risiko tinggi. Jika pemgobatan ditunda hingga ciri tersebut muncul, fotokoagulasi laser pan-retina yang memadai harus segera dilakukan tanpa penundaan lagi. Pengobatan pada retina nonproliferatif berat belum mampu mengubah hasil kahir penglihatan; namun, pada pasien pasien dengan diabetes tipe II, kontrol gula darah yang buruk, atau sulit dipantau dengan cermat, terapi harus diberikan sebelum kelaianan proliferatif muncul.Vitrektomi dapat membersihkan perdarahan vitreus dan mengatasi traksi vitreoretina. Sekali perdarahan vitreus yang luas terjadi, 20 % mata akan menuju kondisi penglihatan dengan visus tanpa persepsi cahaya dalam 2 tahun. Vitrektomi dini diindikasikan untuk diabetes tipe I dengan perdarahan vitreus luas dan proliferatif aktif yang berat dan kapanpun penglihatan mata sebelahnya buruk. Tanpa kondisi kondisi tersebut, vitrektomi dapat ditunda hingga setahun karena perdarahan vitreus minimal hanya bermanfaat untuk mata yang telah menjalani fotokoagulasi laser pan-retina dan memiliki pembuluh pembuluh baru yang telah mulai mengalami fibrosis. Mata dengan ablatio retinae akibat traksi tidak memerlukan vitrektomi hingga pelepasan telah mengenai fovea. Ablatio retinae regmatogenosa sebagai komplikasi retinopati diabetik proliferatif membutuhkan vitrektomi segera.Komplikasi pasca vitrektomi lebih sering dijumpai pada pasien diabetes tipe I yang menunda vitrektomi dan pasien diabetes tipe II yang menjalani vitrektomi dini. Komplikasi terzebut antara lain ftisis bulbi peningkatan tekanan intraokular dengan edema kornea, ablatio retinae, dan infeksiObat obatan anti VEGF tampak menjajikan sebagai tan=mbahan vitrektomi untuk membantu mengurangi perdarahan selama pembedahan dan untuk mengurangi insidens perdarahan retina kambuhan pascaoperasi.