valuasi ekonomi ekosistem sumberdaya padang lamun di...

15
1 Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten Bintan Desy Selfiani Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Linda Waty Zen Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Diana azizah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi lamun yang terdiri dari identifikasi jenis lamun, kerapatan jenis lamun dan luas area padang lamun serta nilai ekonomi ekosistem sumberdaya padang lamun di Desa Teluk Bakau. Penelitian ini menggunakan metode survey. Pengamatan ekologi padang lamun menggunakan metode petak contoh ukuran 1 m x 1 m dengan jumlah 30 plot pada setiap stasiun pengamatan. Penilaian nilai valuasi ekonomi ekosistem padang lamun dengan cara melakukan wawancara responden menggunakan kuisioner. Hasil pengamatan struktur komunitas padang lamun di Desa Teluk Bakau ditemukan 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holudule pinifolia, Syringodium isoetifolium, dan Holudule uninervis dengan kerapatan jenis lamun tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar 63,7 idn/m2 dan kerapatan jenis lamun terendah pada stasiun II sebesar 39,167 idn/m2. Jenis lamun tertinggi didominasi oleh jenis Enhalus acoroides sebesar 33, 367 idn/ m2 dan terendah dari jenis Halophila ovalis sebesar 0,7 idn/m2 . Kondisi ekosistem padang lamun merupakan kondisi kerapatan jarang dengan persentase 25 75 %. Luas area padang lamun di Desa Teluk Bakau yaitu 1.870 Ha. Nilai ekonomi ekosistem padang lamun di Desa Teluk Bakau didapatkan nilai manfaat langsung sebesar 90.375.084.800 /tahun atau (93,124 %), nilai manfaat tidak langsung sebesar 6.253.684.211 /tahun atau (6,444 %), nilai manfaat pilihan sebesar 379.495.755 / tahun atau (0,391 %), nilai manfaat keberadaan sebesar 20.343.860 /tahun atau (0,021 %), nilai manfaat warisan sebesar 19.705.263 /tahundan nilai ekonomi total sebesar 97.048.313.889 /tahun. Kata kunci : Lamun, Desa Teluk Bakau, Valuasi Ekonomi

Upload: dangnguyet

Post on 11-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

1

Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun

di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

Bintan

Desy Selfiani

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Linda Waty Zen

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Diana azizah

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi lamun yang terdiri dari

identifikasi jenis lamun, kerapatan jenis lamun dan luas area padang lamun serta nilai ekonomi

ekosistem sumberdaya padang lamun di Desa Teluk Bakau. Penelitian ini menggunakan metode

survey. Pengamatan ekologi padang lamun menggunakan metode petak contoh ukuran 1 m x 1 m

dengan jumlah 30 plot pada setiap stasiun pengamatan. Penilaian nilai valuasi ekonomi ekosistem

padang lamun dengan cara melakukan wawancara responden menggunakan kuisioner.

Hasil pengamatan struktur komunitas padang lamun di Desa Teluk Bakau ditemukan 8

jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea

rotundata, Cymodocea serrulata, Holudule pinifolia, Syringodium isoetifolium, dan Holudule

uninervis dengan kerapatan jenis lamun tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar 63,7 idn/m2 dan

kerapatan jenis lamun terendah pada stasiun II sebesar 39,167 idn/m2. Jenis lamun tertinggi

didominasi oleh jenis Enhalus acoroides sebesar 33, 367 idn/ m2 dan terendah dari jenis

Halophila ovalis sebesar 0,7 idn/m2 . Kondisi ekosistem padang lamun merupakan kondisi

kerapatan jarang dengan persentase 25 – 75 %. Luas area padang lamun di Desa Teluk Bakau yaitu

1.870 Ha.

Nilai ekonomi ekosistem padang lamun di Desa Teluk Bakau didapatkan nilai manfaat

langsung sebesar 90.375.084.800 /tahun atau (93,124 %), nilai manfaat tidak langsung sebesar

6.253.684.211 /tahun atau (6,444 %), nilai manfaat pilihan sebesar 379.495.755 / tahun atau (0,391

%), nilai manfaat keberadaan sebesar 20.343.860 /tahun atau (0,021 %), nilai manfaat warisan

sebesar 19.705.263 /tahundan nilai ekonomi total sebesar 97.048.313.889 /tahun.

Kata kunci : Lamun, Desa Teluk Bakau, Valuasi Ekonomi

Page 2: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

2

Economic Valuation of Resource Ecosystem Seagress

in Regional Conservation Area Teluk Bakau Village Bintan

Regensi

Desy Selfiani

Student of Aquatic Resource Management, FIKP UMRAH, [email protected]

Linda Waty Zen

Lecture of Aquatic Resource Management, FIKP UMRAH, [email protected]

Diana Azizah

Lecture of Aquatic Resource Management, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRACT

This research to purpose know condition ecology seagrass in regional conservation area

Teluk Bakau village, include of species identification, species density, and area of seagrass beds

with ecosystem economic valuation seagress in Teluk Bakau village. This Research using metode

survey. The observation seagrass ecology using sample plot size of 1 m x 1 m, with totaling 30

plot for every research station. Estimation economic valuation seagrass with approach respondent

interview using quesioner.

The observation result of condition ecology seagrass in Teluk Bakau village was found 8

species of seagrass Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea

rotundata, Cymodocea serrulata, Holudule pinifolia, Syringodium isoetifolium, dan Holudule

uninervis with species of density seagrass the highest at station I 63,7 idn/m2 and species of

density seagrass the lowest at station II 33,367 idn/m2. The highest species of seagrass domination

Enhalus acoroides 33,367 idn/m2 and lowest of species Halophila ovalis 0,7 idn/m2. Condition of

ecology seagrass form rare density with persentation 25 – 224 ind/m2. The area of seagrass beds in

Teluk Bakau village is 1.870 Ha.

Economic assessment seagrass in Teluk Bakau village obtain benefit of total economic

value as 97.048.313.889 /year or (93,124), with a direct benefit value as 90.375.084.800 /year,

indirect benefit value as 6.253.684.211 /year or (6,444 %), option benefit value as 379.495.755

/year or (0,391), existensi benefit value as 20.343.860 or (0,021 %) and bequest benefit value as

19.705.263/ year or (0,020%)

Keywords : Seagrass, Teluk Bakau Village, Economic Valuation

Page 3: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

3

I. PENDAHULUAN

Sebagian besar kawasan di Desa Teluk

Bakau merupakan kawasan laut, yang

menyimpan potensi besar dalam sektor

kelautan berupa potensi sumberdaya hayati

yang bernilai ekonomis. Salah satu potensi

sumberdaya hayati tersebut berada di Desa

Teluk Bakau yaitu ekosistem lamun.

Berdasarkan SK No. 36/VIII/2007

Bappeda Kabupaten Bintan 2007, salah satu

kawasan konservasi padang lamun terdapat

di Desa Teluk Bakau yang merupakan

bagian dari Kawasan Pesisir Timur

Kecamatan Gunung Kijang yang dijadikan

sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah

Kabupaten Bintan. Teluk Bakau merupakan

salah satu kawasan di Kabupaten Bintan

yang memiliki keanekaragaman lamun yang

tinggi (BAPEDDA - TRIMADES 2010

dalam Arifah, 2013).

Padang Lamun memiliki fungsi

ekologis dan fungsi ekonomis yang sangat

penting bagi manusia. Adapun fungsi

ekologis lamun sebagai berikut : (1) sumber

utama produktivitas primer, (2) sumber

makanan penting bagi organisme dalam

bentuk detritus, menstabilkan dasar pantai

yang lunak, tempat berlindung berbagai

organisme, (3) tempat pertumbuhan bagi

beberapa spesies yang menghabiskan masa

dewasanya di lingkungan ini, misalnya

udang dan ikan, (4) sebagai predam arus,

sehingga perairan sekitarnya tenang dan, (5)

sebagai pelindung dari panas matahari yang

kuat bagi penghuninya (Kiswara,1999

Constanza et al,. 1997, Hemminga and

Duarte 2000, Green and Short 2003 dalam

Widiastuti, 2011). Sedangkan fungsi

ekonomis dari lamun adalah sebagai daerah

tangkapan ikan, karena keberadaan lamun

dapat meningkatkan produktivitas ikan.

Selain itu lamun juga lamun dimanfaatkan

sebagai bahan kerajianan dan obat.

Dengan adanya fungsi ekologis dari

lamun tersebut, diharapkan manfaat

ekonomi bagi nelayan dan masyarakat

sekitar dapat meningkatkan hasil tangkapan,

sehingga dapat meningkatkan pendapatan

nelayan dan masyarakat setempat yang

memanfaatkan ekosistem yang ada di

dalamnya. Untuk mengetahui adanya

manfaat ekonomi tersebut, dapat diketahui

dari valuasi ekonomi. Tujuan penelitian ini

adalah :

1. Mengetahui struktur komunitas yang di

lihat dari jenis lamun, kerapatan jenis dan

luas area padang lamun di Desa Teluk

Bakau.

2. Mengetahui struktur komunitas yang

dilihat dari jenis lamun, kerapatan jenis dan

luas area padang lamun di Desa Teluk

Bakau.

3. Mengetahui valuasi ekonomi ekosistem

padang lamun berdasarkan nilai manfaatan

langsung, manfaatan tak langsung,

manfaatan pilihan, manfaatan warisan, dan

manfaat keberadaan di Desa Teluk Bakau.

Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah:

1. Adanya informasi mengenai kondisi

ekologis padang lamun di Desa Teluk

Bakau.

Page 4: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

4

2. Adanya informasi valuasi ekonomi

pemanfaatan ekosistem sumberdaya padang

lamun di Desa Teluk Bakau

3. Sebagai acuan bagi pengelola sumberdaya

dan pemerintah dalam pengambilan

keputusan dalam pengelolaan dan

peningkatan terhadap pengelolaan kawasan

konservasi di Desa Teluk Bakau Kabupaten

Bintan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem padang lamun merupakan

habitat penting di daerah beriklim tropis.

Lamun merupakan satu-satunya

angiospermae atau tumbuhan berbunga yang

memiliki daun, batang dan akar sejati yang

telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya

didalam air laut (Tuwo, 2011). Ekosistem

Lamun (Seagrass ecosystem) adalah satu

sistem organisasi ekologi padang lamun

yang di dalamnya terjadi hubungan timbal

balik antara komponen abiotik (air dan

sedimen) dan biotik ( hewan dan tumbuhan).

Ekosistem lamun di Indonesia biasanya

terletak di antara ekosistem mangrove dan

karang, atau terletak di dekat pantai berpasir

dan hutan pantai. Dalam ekosistemnya,

padang lamun memiliki berbagai macam

fungsi, antara lain: (1) Sebagai media untuk

filtrasi atau menjernihkan perairan laut

dangkal, (2) Sebagai tempat tinggal berbagai

biota laut, termasuk biota laut yang bernilai

ekonomis, seperti ikan baronang/lingkis,

berbagai macam kerang, rajungan atau

kepiting, teripang dll. Keberadaan biota

tersebut bermanfaat bagi manusia sebagai

sumber bahan makanan, (3) Sebagai tempat

pemeliharaan anakan berbagai jenis biota

laut. Pada saat dewasa, anakan tersebut akan

bermigrasi, misalnya ke daerah karang, (4)

Sebagai tempat mencari makanan bagi

berbagai macam biota laut, terutama duyung

(Dugong dugon) dan penyu yang hampir

punah, (5) Mengurangi besarnya energi

gelombang di pantai dan berperan sebagai

penstabil sedimen sehingga mampu

mencegah erosi di pesisir pantai. 6. Berperan

dalam Berperan dalam mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim (Kennedy & Björk, 2009;

McKenzie, 2008; Dorenbosch et al., 2005;

Green & Short, 2003; Nagelkerken et al.,

2002; Nagelkerken et al., 2000) dalam

(Rahmawati et al., 2014).

Valuasi ekonomi adalah nilai ekonomi

untuk menduga total kontribusi ekonomi

dari sebuah ekosistem tertentu kepada

masyarakat (Bakosurtanal, 2005).Penilaian

ekonomi sumberdaya juga merupakan suatu

alat ekonomi (economic tool) yang

menggunakan teknik penilaian tertentu

untuk mengestimasi nilai uang dari barang

dan jasa yang diberikan oleh suatu

sumberdaya alam. Nilai ekonomi (economic

valuation) dari suatu barang dan jasa diukur

dengan menjumlahkan kehendak membayar

willingness to pay (WTP) dari banyak

individu terhadap barang dan jasa tersebut

Nilai ekonomi total merupakan

penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis

pemanfaatan atau penggunaan use value

yang terdiri dari penggunaan langsung,

penggunaan tidak langsung, nilai pilihan,

nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan,

yang terdiri dari nilai warisan, dan nilai

Page 5: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

5

keberadaan (Adrianto et al., 2004 dalam

Agustina, 2014). moneter (Fauzi, 2004

dalam Wahyuningsih, 2015). Penilaian

berdasarkan harga non - pasar yakni

sumberdaya alam selain menghasilkan

barang dan jasa yang dapat di konsumsi baik

langsung maupun tidak langsung, juga

menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang

memberikan manfaat dalam bentuk lain,

seperti ketenangan, keindahan dan lain

sebagainya (Fauzi, 2004 dalam

Wahyuningsih, 2015).

Kawasan konservasi perairan (KKP)

didefinisikan oleh International Union for

Conservation of Nature (IUCN) sebagai

“Suatu kawasan di wilayah intertidal atau

subtidal berikut perairan serta flora, fauna,

sejarah, dan budaya yang berasosiasi, yang

telah dilindungi oleh hukum atau aturan lain,

untuk melindungi sebagian atau seluruh

lingkungan yang berada di dalamnya.”

Definisi itu dibangun dalam World

Wilderness Congress (Kongres Hidupan Liar

Dunia) ke - 4 dan secara formal diadopsi

oleh IUCN pada Sidang Umum ke - 17 di

tahun 1988; enam tahun kemudian World

Congress on National Parks (Kongres Dunia

tentang Taman Nasional) meminta kawasan

laut, pesisir dan perairan tawar diintegrasi ke

dalam jaringan dunia kawasan yang

dilindungi (Gubbay 1995 dalam Mulyoto,

2011).

III. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan

Agustus 2016 sampai Januari 2017, yang

berlokasi di Desa Teluk Bakau Kabupaten

Bintan.

Sumber : Shodiqurrasid (2015)

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Desa

Teluk Bakau.

Adapun alat dan bahan yang digunakan

sebagai berikut :

1. Pengambilan Data Lamun :

- - Transek kuadran 1 x 1 m

- Gps

- Roll Meter atau tali rafia

- Kamera

- Buku identifikasi lamun

- Kertas atau tabel isian data

- Alat tulis

2. Pengambilan Data Valuasi Ekonomi :

- Lembar Quisioner

- Alat Tulis

- Kamera

Penentuan titik stasiun di lakukan di

perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten

Bintan dengan menggunakan metode

Purposive Sampling , dimana penentuan

lokasi sampling yang di dasarkan pada

tujuan tertentu (Fachrul, 2007 dalam

Shodiqurrosid, 2015). Berdasarkan kriteria

tersebut ditetapkan 3 stasiun yang dianggap

Page 6: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

6

mewakili dalam pengambilan sampling data

lamun di perairan Desa Teluk Bakau,

sebagai berikut (Shodiqurrosid, 2015) :

Stasiun I dengan koordinat 1o 1’40.87” U

dan 104o 39’31.40”T merupakan daerah

dengan lamun yang tinggi

Stasiun II dengan koordinat 1o 3’18.60” U

dan 104o 39’6.61”T merupakan daerah

dengan lamun yang rendah

Stasiun III dengan koordinat 1o 4’17. 84”

U dan 104o

38’35.09”T merupakan daerah

dengan lamun yang sedang

Penentuan responden menggunakan

Purposive Sampling, dengan pertimbangan

bahwa responden adalah nelayan dan

masyarakat setempat yang melakukan

aktivitas penangkapan di sekitar ekosistem

padang lamun.

Penentuan jumlah sampel responden, dan

jumlah plot lamun menggunakan rumus

slovin dengan taraf keyakinan 90 % (taraf

signifikan 10 % ) (Matondang dalam

Agustina, 2014) yakni :

n = N___

1 + Ne2

Dimana :

n = Sample

N = Jumlah Populasi (130)

e = Perkiraan tingkat kesalahan (0,1)

Pengamatan padang lamun dilakukan

dengan teknik garis transek (line transect

technicue) pada ekosistem lamun (Fachrul,

2007 dalam Shodiqurrosid, 2015).

Pengamatan di lakukan dengan panjang

garis transek 100 m, dimana jarak antar

transek 20 m dan jarak antar plot 10 m.

Sedangkan ukuran plot pengamatan adalah 1

x 1 m dengan jumlah 30 plot untuk setiap

stasiun. Data sampel lamun yang didapat

kemudian diidentifikasi dengan mengacu

kepada Kepmen LH No. 200 Tahun 2004,

tentang kriteria baku kerusakan dan

pedoman penentuan status padang lamun

serta dilakukan perhitungan masing –

masing jenis.

Penentuan luas area padang lamun

menggunakan metode digitasi yaitu

pemetaan menggunakan software Arcgis

10,3 Citra Spot Pulau Bintan 2014, dengan

melihat luasan padang lamun pada peta Desa

Teluk Bakau.

ANALISIS DATA

1. Analisis Data Lamun

a. Jenis Lamun

Identifikasi jenis lamun yang

ditemukan dilakukan dengan cara

mencocokkan jenis lamun yang dijumpai

dengan mengacu kepada KEPMEN LH

Nomor 200 tahun 2004.

b. Kerapatan Lamun

Kerapatan jenis (Ki) adalah total

individu jenis dalam suatu unit area yang

di ukur. Kerapatan masing - masing jenis

pada setiap stasiun di hitung dengan

menggunakan rumus (Fachrul, 2007) :

Ki = ni

A

Dimana :

Ki = Kerapatan jenis ke-i

Page 7: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

7

ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i

A = Luas area total pengambilan sampel

(m2)

Setelah di dapat nilai kerapatan

tersebut kemudian dilakukan analisis kondisi

padang lamun berdasarkan skala kerapatan

lamun pada tabel berikut :

Tabel 1. Skala kondisi padang lamun

berdasarkan kerapatan (Amran

dan Ambo Rappe, 2009 dalam

Nurhazraeni, 2014).

Skala Kerapatan

(Ind/m2)

Kondisi

5 > 625 Sangat rapat

4 425 - 624 Rapat

3 225 - 424 Agak rapat

2 25 - 224 Jarang

1 < 25 Sangat jarang

2. Analisis Data Valusi Ekonomi

Pemanfaatan Lamun

a. Nilai Manfaat langsung ( Direct Use

Value)

Nilai manfaat langsung adalah nilai

yang dihasilkan dari pemanfaatan secara

langsung dari suatu sumberdaya. Manfaat

langsung dapat juga diartikan sebagai

manfaat yang dapat dikonsumsi. Dari

informasi yang di dapatkan biota yang dapat

di manfaatkan antara lain ikan, kerang,

siput, sotong dan ketam dll . Maka nilai

manfaat langsung padang lamun dapat di

hitung dengan persamaan berikut ( Suzana,

et al., 2011 dalam Agustina, 2014):

n

DUV = ∑ DUVi

i=1

Dimana :

DUV = Direct use value (Nilai manfaat

langsung)

DUVi = Manfaat penangkapan (Ikan,

kerang, sotong, kepiting dll)

n = Jumlah jenis pemanfaatan

i = Jenis pemanfaatan ke – i

Nilai pemanfaatan langsung padang

lamun tersebut, diperoleh dari rumus sebagai

berikut (Widiastuti, 2011 dalam Agustina,

2014) :

Nilai Ekonomi Perikanan

= Rente ekonomi ( Ikan, sotong, ketam dll )

x Jumlah RTP

=( penerimaan – ( laba layak – laba kotor ))

x Jumlah RTP

Dimana :

Penerimaan = hasil tangkapan x harga

rata – rata tangkapan

Laba kotor = penerimaan – biaya

operasional

Laba layak = discount rate x biaya

operasional

Rente ekonomi = penerimaan - (laba

layak – laba kotor)

Page 8: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

8

b. Nilai Manfaat Tidak Langsung (

Indirect Value )

Nilai manfaat tidak langsung meliputi

ekosistem padang lamun sebagai daerah

pemijahan (spawning ground), daerah

pengasuh (nursery ground) dan daerah

mencari makan ( feeding ground).

Penilaian ini menggunakan pendekatan

Contingent Valuation Method (CVM)

menggunakan teknik survei, yakni keinginan

untuk menerima (willingness to accept), jika

terjadi kerusakan atas sumberdaya (Fauzi,

2004 dalam Agustina, 2014). Dalam

melakukan pendekatan CVM di lakukan

tahapan berikut (Bakosurtanal, 2005) :

1. Membuat hipotesis pasar

2. Mendapatkan nilai lelang dilakukan

dengan melakukan survei baik melalui

survei langsung dengan kuesioner,

3. Menghitung rataan WTP dan WTA dari

setiap individu.

4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve)

5. Mengagretkan data rataan lelang yang

diperoleh pada tahap ketiga.

c. Nilai Manfaat Pilihan (Option Value)

Nilai Manfaat pilihan untuk

sumberdaya lamun biasanya menggunakan

metode benefit transfer, yaitu dengan cara

menilai perkiraan benefit dari tempat lain

(dimana sumberdaya yang tersedia) lalu

benefit tersebut di transfer untuk

memperoleh perkiraan yang kasar mengenai

manfaat lingkungan. Menurut Ruitenbeek

(1991) dan Kusumastanto dalam Widiastuti

(2011), besarnya nilai cadangan

keanekaragaman hayati adalah sebesar US$

15/ha/tahun. Nilai manfaat pilihan ini

peroleh dengan persamaan (Widiastuti, 2011

) :

Nilai keanekaragaman hayati

= Luas padang lamun (ha) x nilai

keanekaragaman hayati ( per ha )

d. Nilai Manfaat Keberadaan( Exsistence

Value )

Nilai manfaat keberadaan adalah

manfaat yang dirasakan langsung oleh

masyarakat dari keberadaan ekosistem

padang lamun. Metode yang di gunakan

adalah contingent valuation method (CVM)

yakni metode mengestimasi nilai yang di

berikan oleh individu terhadap suatu barang

atau jasa (Andrianto dan Wahyudin, 2007

dalam Agustina, 2014). Tahapan yang

dilakukan sebagai berikut (Fauzi, 2004

dalam Agustina, 2014 ) :

1. Membuat hipotesis pasar

2. Mendapatkan nilai lelang

3. Memperkirakan nilai lelang

4. Memperkiraan kurva lelang

5. Mengagregatkan data dengan

mengalikan rataan WTP dengan jumlah

RTP.

e. Manfaat Warisan (Beques Value)

Nilai manfaat warisan adalah nilai

ekonomi yang di dapatkan dari sumberdaya

ekosistem lamun yang nantinya dapat di

manfaatkan oleh generasi mendatang.

Metode yang digunakan adalah Contigent

Valuation Method (CVM), yakni metode

mengestimasi nilai yang di berikan oleh

Page 9: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

9

individu terhadap suatu barang atau jasa

(Andrianto, dkk, 2007 dalam Wahyuningsih,

2015). Adapun tahapan yang dapat di

lakukan menggunakan pendekatan

Contigent Valuation Method (CVM) (Fauzi,

2004 dalam wahyuningsih, 2015) :

1. Membuat Hipotesis pasar

2. Mendapatkan nilai lelang

3. Menghitung rataan WTP dan WTA,

4. Memperkirakan kurva lelang

5. Mengagregatkan data

d. Nilai Total Ekonomi ( Total Economic

Value)

Nilai manfaat ekonomi total di hitung

menggunakan rumus berikut (Bakosurtanal,

2005) :

TEV = (DUV + IUV+ OV) + ( XV + BV )

Dimana :

TEV = Nilai ekonomi total

DUV = Nilai manfaaat langsung

IUV = Nilai manfaat tidak langsung

OV = Nilai manfaat pilihan

XB = Nilai manfaat keberadaan

BV = Nilai manfaat warisan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Komunitas Padang Lamun

1. Jenis Lamun yang di Temukan

Berdasarkan hasil dari penelitian

yang telah dilakukan oleh Shadiqurrasid,

(2015), ditemukan 8 spesies jenis lamun,

dari 13 spesies jenis lamun yang ada di

indonesia. Untuk lebih jelas tentang jenis

lamun yang ditemukan di Desa Teluk

Bakau, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jenis lamun yang di temukan di

Desa Teluk Bakau

No Famili Jenis Lamun

1. Hydrocharitaceae

Thalassia

hemprichii

Enhalus acoroides

Halophila ovalis

2. Potamogetonaceae

Cymodocea

rotundata

Cymodocea

serrulata

Holudule pinifolia

Sryngodium

isoetifolium

Holudule uninervis

2. Kerapatan Jenis Lamun

Kerapatan jenis (Ki) merupakan

jumlah total individu jenis dalam suatu unit

area yang diukur (Fachrul, 2007). Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan

Shadiqurrasid (2015), di peroleh kerapatan

jenis lamun dari ketiga stasiun yang dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Kerapatan Jenis Lamun di Desa

Teluk Bakau

No Jenis

Lamun

Kerapatan Jenis/ stasiun

Ki (ind/m2)

I II III

1. Thalassia

hemprichii 9,967 10,167 3,667

2. Enhalus

acoroides 33,367 28,3 20,1

3. Halophila

ovalis - 0,7 -

4. Cymodocea 1,6 - 2,167

Page 10: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

10

rotundata

5. Cymodocea

serrulata 0,833 - 6,367

6. Holudule

pinifolia 4,067 - -

7. Syringodium

isoetifolium 0,733 - 4,667

8. Holudule

uninervis 13,133 - 18,367

∑ Ki

(ind/m2) 63,7 39,167 55,33

Sumber : Shodiqurrosid (2015)

Berdasarkan tabel 4 kerapatan jenis

lamun tertinggi terdapat pada stasiun I

sebesar 63,7 ind/m2. Sedangkan kerapatan

lamun terendah terdapat pada stasiun II

sebesar 39,167 ind/m2. Jenis lamun tertinggi

di dominasi dari jenis Enhalus acoroides

pada stasiun I sebesar 33,367 ind/m2.

Sedangkan jenis lamun terendah yaitu dari

jenis Halophila ovalis pada stasiun II

sebesar 0,7 ind/m2. Tingkat kerapatan

lamun di Desa Teluk Bakau tergolong dalam

kondisi kerapatan jarang, yang berada pada

kerapatan 25 – 224 ind/m2. Perbedaan

kerapatan diantara ketiga stasiun di

karenakan adanya perbedaan kondisi dan

karakteristik dari lingkungan masing –

masing. Menurut Zieman (1986) dalam

Juraij (2016), mengemukakan bahwa

kerapatan lamun di suatu daerah dipengaruhi

oleh kondisi abiotik seperti kecerahan air,

sirkulasi, kedalaman air, substrat dan

kandungan zat hara. Menurut Terrasdos et

al. (1997) dalam Juraij (2016), menyatakan

umumnya peran jenis lamun (misalnya

kerapatan atau biomassa) cenderung

didominansi oleh satu atau beberapa jenis

saja dalam suatu komunitas. Hal ini terkait

kemampuan jenis lamun dalam beradaptasi

dengan lingkungan setempat.

3. Luas Area Padang Lamun

Dari hasil pengamatan luasan area

padang lamun yang telah dilakukan di

Desa Teluk Bakau dengan cara pemetaan

menggunakan software Arcgis 10,3 dan

Citra Spot Pulau Bintan 2014, didapatkan

bahwa luas padang lamun di Desa Teluk

Bakau sekitar 1.867 (ha) atau setara 18.

670.000 m2. Hal tersebut menggambarkan

bahwa potensi lamun yang di miliki Desa

Teluk Bakau sangat besar bagi biota yang

berasosiasi di dalam ekosistem padang

lamun yang memanfaatkannya sebagai

tempat memijah, mengasuhan, mencari

makan dan tentunya sebagai tempat

berlindung dari predator. Selain itu, dapat

menjamin bagi peningkatan ekonomi

nelayan dengan menambah hasil tangkapan

sehingga pendapatan ekonomi meningkat.

C. Nilai Ekonomi Ekosistem Padang

Lamun

1. Nilai Manfaat Langsung (DUV)

Nilai manfaat langsung (DUV), adalah

nilai yang dihasilkan dari adanya

pemanfaatan secara langsung dari suatu

sumberdaya yang berupa biota - biota yang

berasosiasi pada ekosistem padang lamun,

seperti ikan, kepiting dan, sotong.

Dari hasil penelitian di Desa Teluk Bakau

Page 11: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

11

diperoleh beberapa biota padang lamun yang

biasa di tangkap oleh nelayan, diantaranya

yaitu kepiting, sotong, ikan dingkis, ikan

pinang – pinang dan ikan jenis lainnya.

Persentasi nilai manfaat langsung di Desa

Teluk Bakau dapat dilihat pada gambar

diagram dibawah ini.

Sumber : Data Primer (2016)

Gambar 10. Persentase Nilai Manfaat

Langsung (DUV)

a. Nilai Manfaat Langsung Kepiting

Penangkapan kepiting dilakukan dengan

menggunakan alat tangkap bubu (pento)..

Nilai manfaat langsung yang didapatkan dari

penangkapan kepiting yaitu sebesar Rp.

396.669.000 rupiah/bulan, untuk per

tahunnya sebesar Rp. 3.173.352.000, dengan

persentase sebesar 3,51 %.

b. Nilai Manfaat Langsung Sotong

Penangkapan sotong di Desa Teluk

Bakau menggunakan alat tangkap tondak,

tetapi sebagian nelayan ada yang melakukan

penangkapan sotong menggunakan jaring.

Nilai manfaat langsung yang di dapatkan

dari penangkapan sotong yaitu sebesar Rp.

2. 467. 155. 600 rupiah/bulan, Untuk

pertahunnya yaitu sebesar Rp. 19. 737. 244.

800 , dengan persentase sebesar 21,84 %.

c. Nilai Manfaat Langsung Ikan

Penagkapan ikan dilakukan dengan

menggunakan alat tangkap jaring. Jenis ikan

yang ditangkap menggunakan jaring di Desa

Teluk Bakau yaitu dari jenis ikan pinang -

pinang sampai jenis ikan tanda. Namun

untuk penangkapan ikan selar, nelayan

menggunakan pancing rawai sebagai alat

tangkapnya. Nilai manfaat langsung dari

penangkapan ikan dingkis Rp.7.444.964.

800 pertahun (8,24 %), ikan pinang Rp.

5.206.073.600 pertahun (5,76 %), ikan

jampung Rp.4.072.723.200 pertahun (4,51

%), ikan belanak Rp. 3.554.241.600

pertahun (3,93 %), ikan selar Rp. 11.655.

280. 000 pertahun (12,90 %), ikan lambai

Rp. 20.450.539. 200 pertahun (22,63%),

ikan tanda Rp. 2.644. 532. 800 pertahun

(2,93%), ikan puput Rp. 12.436. 132. 800

pertahun (13,76 %).

Dari keseluruhan nilai manfaat langsung

yang didapat dari setiap jenis biota

menunjukkan bahwa nilai manfaat langsung

tertinggi berasal dari ikan lambai dengan

nilai Rp. 20.450.539. 200 rupiah/tahun

dengan persentase sebesar 22,63 % .

Sedangkan untuk nilai manfaat langsung

terendah yaitu dari jenis ikan tanda dengan

nilai manfaat langsung sebesar Rp. 2.644.

532. 800 rupiah/tahun dengan persentase

sebesar 2,93 % dari total nilai manfaat

langsung.

2. Nilai Manfaat Tidak Langsung (IUV)

Nilai manfaat tidak langsung

merupakan peran ekosistem padang lamun

Kepitin

g

3,51% Sotong

21,84

% Ikan

Dingki

s

8,24% Ikan

Pinang2

5,76%

Ikan

Jampu

ng

4,51%

Ikan

Belana

k

3,93%

Ikan

Selar

12,90

%

Ikan

Lamba

i

22,63

%

Ikan

Tanda

2,93%

Ikan

Puput

13,76

%

Page 12: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

12

sebagai daerah pemijahan (spawing

ground), daerah pengasuh (nursery ground)

dan daerah mencari makan (feeding ground)

(Fauzi, 2004 dalam Agustina, 2014).

Hasil penelitian didapat dari 57

responden dari 130 orang yang termasuk

nelayan perikanan dan buruh nelayan di

Desa Teluk Bakau, di dapatkan nilai manfaat

tidak langsung diperoleh rata – rata nilai

manfaat tidak langsung dari setiap nelayan

sebesar Rp. 6.013.158 rupiah/bulan atau Rp.

48. 105. 263 rupiah/tahun, dengan nilai total

manfaat tidak langsung sebesar Rp. 6. 253.

684. 211 rupiah/tahun.

2. Nilai Manfaat Keberadaan (EV)

Nilai manfaat keberadaan adalah

manfaat yang dirasakan langsung oleh

masyarakat dari keberadaan ekosistem

padang lamun (Fauzi, 2004). Nilai manfaat

ini di lihat dari apakah ada pengaruh dari ada

atau tidaknya ekosistem padang lamun yang

ada di kawasan tersebut.

Dari hasil penelitian ini diperoleh rata

– rata nilai keberadaan yaitu sebesar Rp. 19.

561 / bulan atau Rp. 156. 491 / tahun

kemudian dikalikan dengan jumlah rumah

tangga perikanan (RTP) sebanyak 130 orang

nelayan di Desa Teluk Bakau, sehingga di

dapatkan jumlah nilai manfaat keberadaan

dari adanya ekosistem padang lamun di Desa

Teluk Bakau sebesar Rp. 20. 343. 860 /

tahun.

3. Nilai Manfaat Warisan (BV)

Nilai manfaat warisan adalah nilai

ekonomi yang di dapatkan dari sumberdaya

ekosistem lamun yang nantinya dapat di

manfaatkan oleh generasi mendatang (Fauzi,

2004 dalam Wahyuningsih, 2015). Nilai

warisan juga merupakan nilai suatu aset baik

berupa barang maupun jasa yang telah

diberikan oleh suatu sumberdaya dan di

kelola secara berkelanjutan, agar tetap ada

untuk di berikan bagi generasi yang akan

datang atau generasi selanjutnya.

Hasil penelitian di dapat nilai manfaat

warisan diperoleh dari rata – rata nilai

warisan yaitu sebesar Rp. 18. 947 orang /

bulan atau Rp. 151. 579 orang / tahun,

kemudian dikalikan dengan jumlah rumah

tangga perikanan (RTP) sebanyak 130 orang

nelayan di Desa Teluk Bakau, sehingga

didapatkan jumlah nilai manfaat keberadaan

dari adanya ekosistem padang lamun di Desa

Teluk Bakau sebesar Rp. 19. 705. 263

rupiah/tahun.

4. Nilai Ekonomi Total Ekosistem

Padang Lamun

Nilai ekonomi total merupakan

penjumlahan dari nilai total manfaat yang di

dapatkan, seperti manfaat langsung, manfaat

tidak langsung, manfaat pilihan, manfaat

keberadaan dan manfaat warisan dari suatu

sumberdaya.

Page 13: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

13

Sumber : Data Primer (2016)

Gambar 11. Diagram Persentase Nilai

Ekonomi Total

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, nilai ekonomi total di Desa Teluk

Bakau sebesar Rp. 97.048.313.889 rupiah

pertahun, yang merupakan total dari

beberapa nilai manfaat langsung yang

didapat. Persentase nilai manfaat langsung

yang didapat di Desa Teluk Bakau sebesar

Rp. 90.375.084.800 rupiah/tahun dengan

persentase sebesar 93,124 %. Nilai dari

pemanfaatan langsung, dihitung dari hasil

penangkapan oleh nelayan berupa biota –

biota yang hidup dikawasan ekosistem

padang lamun.

Besarnya nilai manfaat langsung ini,

sangat berdampak terhadap pendapatan

nelayan dalam melaut. Besarnya nilai

manfaat langsung yang didapat dikawasan

konservasi lamun Desa Teluk Bakau

merupakan salah satu tanda bahwa

ekosistem lamun dalam kawasan tersebut

masih dalam kondisi yang baik dan dapat

menunjang kehidupan bagi biota yang

berasosiasi didalamnya.

Selain itu juga dapat dijadikan

sebagai faktor yang membedakan suatu

kawasan yang sudah dikonservasi atau yang

belum dikonservasi. Suatu wilayah yang

dijadikan sebagai kawasan konservasi,

mendatangkan banyak manfaat. Dengan

adanya konservasi, tingkat kerusakan

terhadap ekosistem memiliki potensi yang

kecil, dikarenakan adanya perlindungan

langsung terhadap sumberdaya, sehingga

keanekaragaman sumberdaya yang beragam

dapat terjaga dengan baik sesuai dengan

fungsinya. Sedangkan nilai total ekonomi

terendah berasal dari nilai manfaat warisan

dari ekosistem padang lamun Desa Teluk

Bakau yaitu sebesar 19.705.263 rupiah

/tahun, dengan persentase sebesar 0,020 %.

Hal tersebut di karenakan pola fikir

masyarakat nelayan yang kurang

memahami pentingnya pelestarian

ekosistem lamun, dan berkaitan dengan

tingkat pendidikan yang ada di Desa Teluk

Bakau.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Teluk Bakau di temukan 8 jenis

lamun. Kerapatan jenis lamun tertinggi

terdapat pada stasiun I yang didominasi dari

lamun jenis Enhalus acoroides . Sedangkan

kerapatan jenis terendah terdapat pada

stasiun II dari lamun jenis Halophila ovalis.

Kerapatan jenis yang di dapat termasuk

dalam kondisi kerapatan jarang. Sedangkan

luas area padang lamun yang didapat di

Desa Teluk Bakau sekitar 1.867 ha atau

setara 18.670.000 m2.

Nilai ekonomi total dari ekosistem

padang lamun di Desa Teluk Bakau sebesar

Nilai

Manfaat

Langsung Total;

93,124

Nilai

Manfaat

Tidak Langsung

6,444

Nilai

Manfaat

Pilihan 0,391

Nilai

Manfaat

Keberadaan 0,021

Nilai

Manfaat

Pilihan 0,020

Page 14: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

14

Rp. 97.048.313.889 rupiah/tahun. Dari hasil

tersebut, didapatkan nilai tertinggi dari nilai

manfaat langsung sebesar Rp.

90.375.084.800 rupiah/tahun atau 93,124 %

dan nilai terendah dari nilai manfaat

warisan sebesar Rp.19.705.263 rupiah/tahun

atau 0,020 %.

B. Saran

Pengelolaan ekosistem lamun di Desa

Teluk Bakau masih cukup baik bagi

kehidupan lamun. Hal ini di buktikan

dengan masih banyaknya jenis lamun yang

hidup di kawasan tersebut. Namun

pengelolaan lamun berbasis masyarakat

perlu ditingkatkan, agar pengelolaan lamun

di Desa Teluk Bakau bisa lebih baik dan

efektif, guna menunjang kelangsungan

ekositem lamun.

Kondisi ekosistem lamun yang masih

baik, menyebabkan nilai valuasi ekonomi di

Desa Teluk Bakau yang cukup tinggi,

sehingga dapat mendukung dalam

peningkatkan pendapatan masyarakat

nelayan. Dengan kondisi tersebut,

diharapkan dengan adanya kajian valuasi

ekonomi di Desa Teluk Bakau, dapat

memberikan kesadaran kepada nelayan

untuk terus menjaga dan melestarikan

ekosistem padang lamun, yang memiliki

peranan penting bagi biota maupun bagi

nelayan setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2014. Struktur Komunitas dan

Valuasi Ekonomi Padang Lamun

diPerairan Kawasan Konservasi Laut

Daerah Desa Berakit Bintan. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.

Arifah, D. 2013. Biomassa Padang Lamun

di Perairan Desa Teluk Bakau

Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.

Asriyana et al,. 2012. Produktivitas

Perairan. Jakarta : Bumi Aksara

Bakosurtanal. 2005. Pedoman Penyusunan

Neraca dan valuasi Ekonomi

Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.

Cibinong.Pusat Survey Sumberdaya

Alam Laut.

Bappeda Kabupaten Bintan, 2007.

Keputusan Bupati Bintan Nomor :

36/VIII/2007 Tentang Kawasan

Konservasi laut Daerah Kabupaten

Bintan. Kabupaten Bintan

Fachrul, F.M. 2007. Metode Sampling

Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara

Fahmi et al,. 2012. Komunitas Padang

Lamun dan Ikan Pantai di Perairan

Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal

Ilmu Kelautan. Pusat Penelitian

Oseanografi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Juraij. 2016. Hubungan Fungsional Sebaran

Jenis Lamun Dengan Kemunculan

Dugong Dugon Di Pulau

Bintan(Desa Pengudang & Desa

Busung) Kepulauan Riau

Mulyoto. 2011. Modul Pelatihan Berbasis

Kompetensi Dasar - Dasar

Pengelolaan Kawasan Konservasi

Perairan. Jakarta : Pusat Pelatihan

Kelautan dan Perikanan

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial Dan

Pengelolaan Lamun (Seagrass) di

Teluk Bakau, Kepulauan Riau.

Skripsi. Bogor : Institut Pertanian

Bogor

Nurhazraeni. 2014. Keragaman Jenis dan

Kondisi Padang lamun di Perairan

Pulau Panjang Kepulauan

Derawan Kalimantan Timur.

Page 15: Valuasi Ekonomi Ekosistem Sumberdaya Padang Lamun di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · di Kawasan Konservasi Lamun Desa Teluk Bakau kabupaten

15

Skripsi. Makassar : Universitas

Hasanuddin

Rahmawati, S, Irawan, A, Supriyadi, H.I dan

Azkab, H.M . 2014. Panduan

Monitoring Padang Lamun. Jakarta

: Pusat Penelitian Oseanografi

(LIPI)

Susanti, D. 2015. Struktur Komunitas dan

Valuasi Ekonomi Ekosistem

Padang Lamun di Kawasan

Konservasi Daerah Desa

Pengudang Kecamatan Teluk

Sebong Kabupaten Bintan. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Shodiqurrosid, D. 2015. Struktur Komunitas

Gastropoda Pada Padang Lamun

Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

Skripsi. Universitas Maritim Raja

Ali Haji, Tanjungpinang.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata

Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian

Internasional

Wahyuningsih, S.D. 2015. Komunitas dan

Valuasi Ekonomi Padang Lamun di

Kawasan Konservasi Perairan

Desa Malang Rapat Kabupaten

Bintan Kepulauan Riau. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Widiastuti, A. 2011. Kajian Nilai Ekonomi

Produk dan Jasa Ekosistem Lamun

Sebagai Pertimbangan dalam

Pengelolaannya (Studi Kasus

Konservasi Padang Lamun di

Pesisir Timur Pulau Bintan. Tesis.

Universitas Indonesia, Jakarta.