uu no.19/2002 t entang putusan pengadilan ma kepastian h...

24
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep diatas memberikan gambaran mengenai alur berfikir dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian mengenai status kepemilikan hak cipta atas naskah film soekarno berdasarkan Undang-undang Hak Cipta. Dalam Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta diatur tentang karya sinematografi yang dijelaskan dan diatur di dalam penjelasan umum pasal 12 huruf K UUHC 2002 yaitu : Karya sinematografi yang merupakan media komunikasi massa gambar gerak (moving images) antara lain meliputi: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario dan film kartun. Karya sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk di pertunjukan di bioskop, dilayar atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya. Naskah Film Soekarno UU No.19/2002 Tentang Hak Cipta Junto UUHC No. 28/2014 Pencipta Hak Eksklusif Putusan Pengadilan Niaga/Pengadilan MA Kepastian Hukum

Upload: haque

Post on 26-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep diatas memberikan gambaran mengenai alur berfikir dalam

menemukan jawaban dari permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian

mengenai status kepemilikan hak cipta atas naskah film soekarno berdasarkan

Undang-undang Hak Cipta.

Dalam Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta diatur

tentang karya sinematografi yang dijelaskan dan diatur di dalam penjelasan umum

pasal 12 huruf K UUHC 2002 yaitu :

Karya sinematografi yang merupakan media komunikasi massa gambar gerak (moving images) antara lain meliputi: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario dan film kartun. Karya sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk di pertunjukan di bioskop, dilayar atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya.

Naskah Film

Soekarno

UU No.19/2002 Tentang

Hak Cipta Junto UUHC

No. 28/2014

Pencipta

Hak Eksklusif

Putusan Pengadilan

Niaga/Pengadilan

MA

Kepastian Hukum

Page 2: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

12

Karya serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun televisi atau perorangan.”

Berdasarkan penjelasan pasal tersebut bahwa Naskah Film Soekarno

termasuk karya sinematografi sesuai yang diatur di dalam UUHC. Pengertian hak

cipta menurut pasal 1 ayat 1 UUHC 2002 yaitu :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Oleh karena pencipta memiliki hak eksklusif terhadap karya sinematografi

yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 UUHC maka berhak atas status kepemilikan karya

naskah film soekarno dimana Bahwa Hj. Rachmawati Soekarnoputri menggugat PT.

Tripar Multivision plus dan Raam Jethmal Punjabi dan Hanung Bramantyo atas

dasar kepemilikan ciptaan naskah film Soekarno bahwa Rachmawati adalah pencipta

dari naskah Soekarno atau dikenal BUNG Karno, selain itu Rachmawati

Soekarnoputri mempunyai inisiatif agar naskah BUNG Karno dijadikan film yang

mempunyai nilai sejarah bagi Bangsa Negara Indonesia dengan pengenalan kepada

Presiden RI yang pertama lalu bekerja sama dengan sutradara dan produser film.

Namun pada saat berjalannya proses pembuatan film tidak diketahui Rachmawati

Soekarnoputri bahwa selain itu tidak sesuai dengan naskah yang di minta

Rachmawati Soekarnoputri.

Atas permasalahan tersebut pihak Hj. Rachmawati mengajukan gugatan

kepengadilan Niaga Jakarta Pusat, atas gugatan tersebut dikabulkan oleh pengadilan,

bagi pihak tergugat yang kalah disini adalah pihak PT. Tripar Multivision plus dan

Raam Jethmal Punjabi dan Hanung Bramantyo mengajukan upaya hukum Kasasi ke

Mahkamah Agung atas putusan Kasasi No.305K/PDT.Sus-HKI/2014 Putusan

Mahkamah Agung tersebut dikabulkan dan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 93/pdt/sus HAK-

CIPTA/2013/PN.NIAGA JKT.PST, tanggal 10 Maret 2014. Upaya yang ditempuh

oleh para pihak adalah bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum atas Hak cipta

Karya Naskah Film Soekarno.

Page 3: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

13

2.1 Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

2.1.1 Pengertian Hak Cipta

Dalam sejarah perkembangan istilah hak cipta (bahasa Indonesia yang lazim

dipakai sekarang untuk copyright) pada awal mulanya istilah yang dikenal adalah

hak pengarang sesuai dengan terjemahan harafiah bahasa belanda Auteursrecht.

Menurut pendapat Patricia Loughlan, Pengertian Hak Cipta adalah bentuk

kepemilikan yang memberikan pemegangnya hak eksklusif untuk mengawasi

penggunaan dan memanfaatkan suatu kreasi intelektual, sebagaimana kreasi yang

ditetapkan dalam kategori hak cipta, yaitu kesusasteraan, drama, musik dan

pekerjaan seni, serta rekaman suara, film, radio dan siaran televisi, serta karya tulis

yang diperbanyak melalui penerbitan.1 Pada kongres kebudayaan Indonesia ke-2,

Oktober 1951 di Bandung, penggunaan istilah hak pengarang dipersoalkan karena

dipandang menyempitkan pengertian hak cipta. Kongres memutuskan untuk

mengganti istilah hak pengarang dengan hak cipta. Istilah ini adalah istilah yang

diperkenalkan oleh ahli bahasa Soetan Moh. Syah dalam suatu makalah pada waktu

kongres. Menurutnya, terjemahan Auteursrecht adalah hak pencipta, tetapi untuk

penyederhanaan dan kepraktisan disingkat menjadi hak cipta.2

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta mengenal dua

jenis hak yang terkandung dalam suatu ciptaan, yaitu hak cipta (copy rights) dan hak

terkait (neighboring rights). Kedua jenis hak ini merupakan hak eksklusif yang

bersifat ekonomis industrialis bagi pemilik suatu ciptaan.3

Pengertian dari hak cipta telah diatur dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Hak Cipta 2002, yaitu:

“Hak Eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Definisi tersebut diatas dapat di simpulkan bahwa hak cipta adalah hak

kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas

suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.4

1Ali, “Pembahasan Mengenai Pengertian Hak Cipta Menurut Pakar,” <http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-hak-cipta-menurut-pakar.html#_> Diakses 30 Oktober 2015. 2 Eddy Damian, Op.Cit, hlm.117 3 Elyta Ras Ginting, Op.cit, hlm. 61 4 Idem, hlm. 61

Page 4: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

14

Dalam Auteurswet 1912 maupun Universal Copyright Convention

menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan dalam Undang-undang Hak Cipta

menggunakan istilah “hak eksklusif atau hak khusus”. Yang dimaksudkan dalam

“hak eksklusif atau hak khusus” adalah pencipta merupakan satu-satunya pihak yang

dapat memanfaatkan hak tersebut. Dengan kata lain tidak ada pihak lain yang dapat

memanfaatkan hak tersebut kecuali dengan izin pencipta.

Perkataan “tidak ada pihak lain” mempunyai pengertian yang sama dengan

hak tunggal yang menunjukkan hak pencipta saja yang dapat mendapatkan hak

semacam itu. Inilah yang kemudian disebut dengan hak eksklusif/hak khusus.

Eksklusif berarti khusus, spesifikasi,unik.5

Pengertian Hak Cipta dalam Undang-undang Terbaru yaitu Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur dalam Pasal 1 ayat 1 yaitu berbunyi

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan

prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Sedangkan Pencipta ialah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-

sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan

pribadi. Pencipta juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang melahirkan suatu

ciptaan untuk pertama kali sehingga ia adalah orang pertama yang mempunyai hak-

hak sebagai pencipta.

Menurut Lingen N. Van, pencipta adalah subjek hak cipta, sehingga seseorang yang

dijadikan objek dari hukum hak cipta adalah pencipta dari suatu ciptaan atau pihak

penerima hak tersebut secara sah dari pencipta pertama.6

2.1.2 Sejarah Hak Cipta di Indonesia

Sejarah perkembangan hukum tentang Hak Cipta di Indonesia boleh

dikatakan baru mulai zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa-masa

kerajaan sebelum Belanda masuk ke Indonesia, belum ada referensi yang

menunjukan bahwa Hak Cipata pernah diatur dalam hukum.7

Di Hindia Belanda (Indonesia) sebagai daerah jajahan Kerajaan Belanda juga

diberlakukan Auteurswet 1912 dengan Staatsblad 1912 No. 600. demikian pula

5 OK Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 59. 6 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, PT. Alumni (Bandung , 2014) hlm. 130. 7 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia “Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, ( Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 83.

Page 5: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

15

Konversi Bern, pada tanggal 1 Agustus 1931 dinyatakan berlaku untuk wilayah

Hindia Belanda dengan Staatsblad 1931 No. 325, dan Konvensi Bern yang

dinyatakan Berlaku itu adalah menurut teks yang telah direvisi di Roma pada tanggal

2 Juni 1928.8

Dalam perjalanannya yang panjang sejak “Auteuswet 1912” sampai dengan

tahun 1982 maka lebih dari 70 tahun Indonesia baru berhasil menciptakan Undang-

Undang tentang Hak Cipta yang bersifat nasional, yaitu Undang-Undang Nomor 6

tahun 1982 tentang Hak Cipta, Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15,

Tambahan Lembaran Negara RI No. 3217.9 Sejak Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1982 ini disahkan menjadi Undang-Undang, maka Auteurswet 1912 secara resmi

dicabut dan tidak berlaku lagi.10

Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7

Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.

Fenomena berganti-gantinya Undang-Undang yang mengatur tentang hak

cipta ini disebabkan oleh berbagai faktor berikut, yaitu :11

a. Maraknya pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia karena lemahnya

system penegakan hukum pada umumnya dan karena Undang-Undang

Nomor 6 tahun 1982 dinilai tidak lagi dapat mengakomodasikan tuntutan dari

perkembangan masyarakat, persaingan usaha yang sehat (fair competition),

serta faktor perkembangan teknologi dan ekonomi di bidang perlindungan

hak cipta.

b. Sejak Indonesia meratifikasi Berne Convention pada tahun 1997 dan menjadi

anggota WTO maka Indonesia berkewajiban untuk menyelaraskan hukum

hak ciptanya dengan ketentuan internasional yang ada, terutama dengan

Berne Convention, WIPO Copyright Treaty, dan TRIPs Agreement.

c. Karana adanya tekanan dari Negara-negara maju terutama dari Amerika

Serikat yang mengklaim dirinya sebagai Negara yang paling banyak

dirugikan secara ekonomis karena pembajakan hak cipta yang dilakukan oleh

Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Tekanan ini terutama

8 Idem, hlm. 83. 9 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta “Kedudukan & Peranannya dalam Pembangunan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 1. 10 Ibid, hlm. 2. 11 Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 51-52

Page 6: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

16

dikaitkan dengan isu perdagangan internasional dan embargo perdagangan.

Dalam hal ini Indonesia akan dikenai sanksi perdagangan atau embargo jika

tidak melindungi hak cipta di negaranya, khususnya hak cipta milik Negara

lain di Indonesia.

Oleh sebab itu, perubahan-perubahan atau revisi yang berulang-ulang

terhadap undang-undang Hak Cipta dilakukan karena Indonesia mendapat tekanan

dari masyarakat Internasional agar Indonesia lebih memerhatikan perlindungan

hukum hak cipta terutama hak cipta Negara lain di Indonesia. Demikian pula dalam

rangka memenuhi kewajiban Indonesia selaku anggota WTO, Indonesia wajib

menyelaraskan Undang-Undang Hak Cipta dengan konvensi-konvensi internasional

lainya, terutama dengan ketentuan TRIPs Agreement guna menciptakan suatu iklim

perdagangan yang sehat (fair competition) di Indonesia.12

2.1.3 Landasan Hukum Hak Cipta di Indonesia

1. Auteurswet 1912

Sudah semenjak tahun 1886, dikalangan Negara-negara dikawasan

eropa barat diberlakukan konvensi bern 1886 untuk perlindungan ciptaan-

ciptaan di bidang sastra dan seni sebagai suatu pengaturan perlindungan

dengan hukum hak cipta yang telah dianggap modern untuk waktu itu.

Kecenderungan Negara-negara eropa barat untuk menjadi peserta pada

konvensi ini, mendorong Negara kerajaan belanda untuk memperbarui

undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku semenjak 1881 dengan

suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912

bernama Auteurswet 1912 selanjutnya singkatan AW 191213

Indonesia sebagai koloni kerajaan belanda kedudukannya dalam

hubngan internasional dan pengaturan hukum nasionalnya sebagai Negara

jajahan ditentukan dan sepenuhnya tergantung kepada kerajaan belanda karna

sebab itu hukum positif tentang hak cipta yang secara formal berlaku di

Indonesia pada zaman penjajahan kerajaan belanda adalah AW 1912 mukai

berlaku 23 september 1912 .

Pada masa penjajahan jepang selama 3,5 tahun, secara de facto

Indonesia tidak mengenal hubungan internasional. Selain itu, dapat dikatakan

12 Ibid, hlm. 52 13 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, cetakan ke-4 (Bandung, PT. Alumni, 2014) hlm. 141.

Page 7: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

17

tidak ada tempat bagi pelaksanaan dan pembinaan hak cipta baik di tingkat

nasional. Hak cipta berada dalam kedudukan status-quo pada waktu itu.

Tahun 1944 yang mengakhiri masa penjajahan jepang bersamaan dengan

berakhirnya peperangan asia timur raya, disusul dengan proklamasi

kemerdekaan 17 agustus 1945 yang secara formal merupakan juga

pengakhiran berlakunya tertib hukum kolonial. Dilanjutkan, dengan awal

berlakunya tertib hukum nasional berdasarkan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia 1945. 14

Sejalan dengan berlakunya undang-undang dasar tahun 1945, masa

berlaku Auteurswet 1912 tetap dipertahankan hingga terbitnya Undang-

Undang no. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian diubah menjadi

Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1987, sepuluh tahun berselang, undang-

undang tersebut diperbarui menjadi Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1997,

lalu diperbarui menjadi Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta yang disahkan pada 29 Juli 2002.15

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

Pada tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia Mencabut

Auteurswet 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang No. 6 tahun

1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1982 No. 15.16

Adanya unsur-unsur baru dalam undang-undang Hak Cipta 1982 yang

tidak terdapat dalam Auteurswet 1982 merupakan pencatatan hasil-hasil

perjuangan para pencipta serta merupakan pemenuhan hasrat dan keinginan

mereka yang terbukti tidak dapat dipenuhi dan dijamin oleh Auteurswet

1912.17

Semakin baiknya perekonomian Indonesia tentu berdampak pada

peningkatan daya beli masyarakat, termasuk daya beli untuk kebutuhan-

kebutuhan sekunder dan tertier, seperti kebutuhan akan informasi,

pengetahuan, hiburan, dan lain-lain. Kemudian perkembangan yang semakin

canggih dari teknologi percetakan, mesin fotocopi, dan pengadaan rekaman

14 Ibid, hlm. 143. 15Tim Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, cetakan ke-1 (Jakarta , Visimedia, 2015) hlm. xi. 16 Otto Hasibuan, Op. Cit, hlm. 93. 17 Ibid, hlm. 94.

Page 8: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

18

telah mendorong meningkatnya perbanyakan Ciptaan, seperti buku-buku,

kaset, CD, dan lain-lain secara tidak sah.18

Akhirnya setelah lima tahun berlakunya UUHC 1982, muncul berbagai

pendapat bahwa UUHC 1982 itu ternyata masih mengandung banyak

kelemahan. UUHC 1982 memerlukan penyempurnaan sehingga mampu

menangkal pelanggaran hak cipta.

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 tantang Hak Cipta

Semenjak diubahnya pada 19 September 1987, UUHC 1982 dengan

UUHC 1987, Undang-undang hak cipta yang secara yuridis berlaku di

indonesia pada waktu itu adalah:

Pasal-pasal dalam UUHC 1982 yang telah diganti atau ditambah

dengan pasal-pasal baru dalam UUHC 1987 yang mengganti atau menambah

UUHC 1982, diberlakukan mulai 19 september 1987. Dengan

mengemukakan empat dasar pertimbangan hukum yang termuat dalam

mukadimahnya:

1) Pemberian perlindungan hukum terhadap hak cipta pada dasarnya

dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik

bagi tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu

pengetahuan,seni, dan sastra;

2) Di tengah kegiatan pelaksanaan pembangunan nasional yang semakin

meningkat, khususnya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra,

ternyata telah berkembang pula kegiatan pelanggaran hak cipta,

terutama dalam bentuk tindak pidana pembajakan;

3) Pelanggaran hak cipta tersebut telah mencapai tingkat yang

membahayakan dan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat

pada umumnya dan minat untuk mencipta khususnya;

4) Untuk mengatasi dan menghentikan pelanggaran hak cipta dipandang

perlu untuk mengubah dan menyempurnakan beberapa Undang-

undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta;

18 Ibid, hlm. 95.

Page 9: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

19

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997

Perubahan mendasar Undang-Undang Nomor 1997 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987 di landasi tiga

pertimbangan hukum yang sekaligus merupakan tujuan pengundangannya

yang kutipannya sebagai berikut:19

1) Pemberian perlindungan hukum yang semakin efektif terhadap Hak

Kekayaan intelektual, Khususnya dibidang Hak Cipta perlu lebih

ditingkatkan dalam rangka mewujudkan keadilan yang lebih baik bagi

tumbuh dan berkembangnya semangat mencipta dibidang ilmu

pengetahuan, seni, sastra, yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan

pembangunan nasional yang bertujuan terciptanya masyarakat

Indonesia yang adil, makmur, maju, dan mandiri berdasarkan

pancasila dan UUD 1945.

2) Melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan peraturan perundang-

undangan nasional dibidang Hak Kekayaan Intelektual termasuk Hak

Cipta terhadap TRIPs.

3) Mengubah dan menyempurnakan beberapa ketentuan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987 dan Undang-undang Nomor 12

tahun 1997.

Setelah berlakunya UUHC 1997 yang tadinya dianggap sebagai

undang-undang yang cukup memadai perlindungan Hak Cipta di Indonesia

tetap masih jauh dari harapan. Selain di dalam negeri, pihak internasional

tidak henti-hentinya menyoroti lemahnya perlindungan hak cipta, paten dan

merek di Indonesia.20

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Adapun dasar pertimbangan lahirnya Undang-Undang Nomor 19 tahun

2002 tentang Hak Cipta, yaitu sebagai perubahan terakhir dari Undang-

undang Nomor 12 tahun 1997, adalah sebagai berikut :21

19 Muhammad Djumhana, Hak Milik Intelektual “Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia”, Cetakan IV (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 65. 20 Otto Hasibuan, Op.Cit, hlm. 105. 21 Sophar Maru Hutagalung, Op. Cit, hlm. 251-252.

Page 10: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

20

1) Karena Indonesia dianggap sebagai Negara yang memiliki

keanekaragaman etnik/suku bangsa dan budaya, serta kekayaan di

bidang seni dan sastra dengan pengembang-pengembangannya yang

memerlukan perlindungan Hak cipta terhadap kekayaan intelektual

yang lahir dari keanekaragaman tersebut;

2) Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian

internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan

Hak Cipta pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih

lanjut dalam sistem hukum nasional;

3) Perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah

sedemikian pesatnya sehingga memerlukan peningkatan perlindungan

bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan tetap memerhatikn

kepentingan masyarakat luas.

Apabila didalami dari keseluruhan ketentuan yang ada dan tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dapat di

ringkas prinsip-prinsip Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, yaitu:22

1) Perlindungan hak cipta diberikan kepada ide yang telah terwujud dan

asli;

2) Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis dengan tetap

mendorong pemilik Hak cipta untuk melakukan pendaftaran;

3) Suatu ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh hak

cipta;

4) Hak cipta suatu Ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum

(legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari

peguasaan fisik suatu Ciptaan;

5) Hak cipta bukan hak Mutlak ;

6) Jangka waktu perlindungan hak moral dan hak ekonomi dibedakan.

2.1.4 Hak-Hak Yang Tercakup Dalam Hak Cipta

1. Hak Eksklusif

Hak eksklusif Pencipta atau pemegang Hak Cipta dimaksudkan

bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu, kecuali dengan

22 Muhammad Djumhana, Op.cit, hlm. 68-69.

Page 11: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

21

izin pencipta. Menurut Civil Law System, perlindungan hak cipta

memberikan Hak eksklusif bagi pencipta yang memberikan kemampuan

pencipta untuk berbuat apa saja terhadap Ciptaannya, kecuali yang ditentukan

dalam aturan pembatasan (limitation).

Hak Cipta memberikan perlindungan bagi pencipta dalam hubungan

pribadi dan intelektual dari ciptaannya dan juga untuk memanfaatkan

Ciptaannya. Hal ini berarti perlindungan hak cipta berdimensi Hak Moral

(moral right) yang ditimbulkan dari hubungan pribadi intelektual Pencipta

dengan ciptaannnya, dan dimensi Hak ekonomi (economic right).23 Perspektif

perlindungan Hak eksklusif (exclusive right) berawal dari dan untuk

melindungi pencipta.

Secara teoritis, hak cipta adalah hak alamiah (natural rights) yang

bersifat absolut yang timbul secara otomatis sejak ciptaan atau diumumkan.

Ciptaan tersebut akan dilindungi selama pencipta masih hidup bahkan

sesudah pencipta meninggal dunia. Hak eksklusif pencipta disebut juga

sebagai hak ekonomi atau economic rights yang diatur dalam pasal 2

Undang-undang Hak Cipta 2002.24

Pasal 2

(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya,

yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(2) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan

Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan

Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.

Menurut penjelasan Pasal 2 UUHC, yang dimaksud dengan Hak

Eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemilik ciptaan

atau pemegang hak cipta sehingga tidak ada pihak lain yang boleh

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Sedangkan yang dimaksud

23 Rahmi Jened, Op.Cit, hlm. 123 24 Elyta Ras Ginting, Op. Cit, hlm. 62-63

Page 12: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

22

dengan Pemegang Hak adalah subjek hukum yang oleh undang-undang

ditunjuk sebagai pihak yang berhak melaksanakan hak eksklusif hak cipta.

Adapun Hak Ekslusif pemegang hak cipta adalah untuk

mengumumkan (to Communicate) dan memperbanyak (to reproduct) suatu

ciptaan.25 Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta

secara terperinci disebutkan kegiatan apa saja yang termasuk dalam

perbuatan mengumumkan dan memperbanyak, yaitu :

1) Menerjemahkan;

2) Mengadaptasi;

3) Mengarasemen

4) Mengalihwujudkan;

5) Menjual;

6) Menyewakan;

7) Meminjam;

8) Mengimpor;

9) Memamerkan;

10) Mempertunjukan kepada publik;

11) Menyiarkan;

12) Merekam; dan

13) Mengomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

2. Hak Moral dan Hak Ekonomi

1) Hak Moral

Hak Moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi si

pencipta. Konsep Hak Moral dalam Hak cipta disebut sebagai hak

yang bersifat asasi, sebagai natural right yang dimiliki manusia.

Pengakuan serta perlindungan terhadap Hak Moral selanjutnya

menumbuhkan rasa aman bagi Pencipta karena ia tetap merupakan

bagian hasil karya atau ciptaannya. Pada gilirannya pun pengakuan

dan perlindungan Hak moral ini akan mampu menjamin stimulan

untuk memunculkan karya-karya cipta baru.26

25 Ibid, hlm. 64 26

Sophar Maru Hutagalung, Op.Cit, hlm. 333-334.

Page 13: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

23

Mengenai konsep Hak Moral, pengaturannnya dalam Pasal 24

angka 1-4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

menyebutkan bahwa :

a) Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak

Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam

Ciptaannya.

b) Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya

telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan

persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya

dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga

terhadap perubahan judul dan anak judul Ciptaan,

pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran

Pencipta.

d) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada

Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Konsep dasar lahirnya hak cipta akan memberikan

perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk

khas yang menunjukan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar

kemampuan dan kreatifitasnya yang bersifat pribadi. Sifat pribadi

yang terkandung di dalam Hak cipta melahirkan konsepsi hak Moral

bagi si pencipta atau ahli warisnya. Hak moral tersebut dianggap

sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk

mencegah terjadinya penyimpangan atas karya ciptaannya dan untuk

mendaptkan penghormatan atau penghargaan atas karyanya tersebut.

Hak moral tersebut merupakan perwujudan dari hubungan yang terus

berlangsung antara si pencipta dengan hasil karya ciptanya walaupun

si pencipta meninggal dunia atau telah memindahkan hak ciptaannya

kepada orang lain, sehingga apabila pemegang hak cipta

menghilangkan nama pencipta, maka pencipta atau ahli warisnya

berhak menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta

tetap dicantumkan dalam ciptaanya. Disamping itu juga pemegang

Hak Cipta tidak diperbolehkan mengadakan perubahan suatu ciptaan

Page 14: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

24

kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya dan apabila

pencipta telah menyerahkan Hak ciptaannya kepada orang lain, maka

selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk

mengadakan perubahan, tetapi apabila penciptanya telah meninggal

dunia diperlukan izin dari ahli warisnya.

Dua Hak Moral utama yang terdapat dalam undang-undang Hak

Cipta ;

a. Hak untuk memperoleh pengakuan, yaitu : hak pencipta untuk

memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta suatu karya

guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai

hasil kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain

memberikan pengakuan pengarang karya tersebut kepada

pihak lain tanpa seijin pencipta;

b. Hak Integritas, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas

perubahan yang dilakukan terhadap suatu karya tanpa

sepengetahuan si pencipta.

2) Hak ekonomi

Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seseorang untuk

mendapatkan keuntungan atas ciptaanya. Hak ekonomi pada setiap

undang-undang hak cipta selalu berbeda, baik teknologinya, jenis hak

yang diliputinya dan ruang lingkup dari setiap jenis hak ekonomi

tersebut.27

Hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara komersial

suatu ciptaan. Undang-Undang Hak Cipta Indonesia tidak secara

khusus menentukan hak-hak ekonomi bagi pencipta dalam satu pasal,

tetapi tersebar didalam beberapa pasal-pasalnya, yaitu pada Pasal 1,

Pasal 2, Pasal 16 ayat (1), Pasal 23, Pasal 41 UUHC. Dapat dibagi

sebagai berikut :

a. Hak untuk mengumumkan ciptaan (Pasal 2 UUHC)

b. Hak untuk memperbanyak ciptaan (Pasal 2 UUHC)

27 Sophar Maru Hutagalung, hlm. 336.

Page 15: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram

25

c. Hak untuk memberi izin untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaan (Pasal 2 UUHC)

d. Hak untuk mengeksekusi jika terjadi pelanggaran atas karya

cipta (Pasal 41 UUHC)

e. Hak untuk memberi izin menggunakan hak tersebut sebagian

Page 16: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 17: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 18: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 19: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 20: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 21: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 22: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 23: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram
Page 24: UU No.19/2002 T entang Putusan Pengadilan MA Kepastian H …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00927-BL Bab2001.pdfdalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram